eksplorasi dan karakterisasi tumbuhan paku di blok …digilib.unila.ac.id/55522/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI TUMBUHAN PAKUDI BLOK PEMANFAATAN SUMBER AGUNG RESORT BANDAR
LAMPUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (WAR)LAMPUNG
( Skripsi )
Oleh
Zarkoni
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
ABSTRAK
EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI TUMBUHAN PAKU
DI BLOK PEMANFAATAN SUMBER AGUNG RESORT BANDAR
LAMPUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (WAR)
LAMPUNG
Oleh
Zarkoni
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) merupakan kawasan
hutan lindung dan habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa. Tahura WAR
memiliki keanekaragaman tumbuhan paku yang cukup tinggi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku, sampel dalam penelitian ini
adalah semua jenis tumbuhan paku yang terdapat pada 100 kuadrat, dengan
ukuran 5×5 meter yang diletakkan secara sistematik yang dianggap mewakili
tempat tersebut. Variabel penelitian yaitu komposisi jenis, indeks keragaman
(Shannon–Wienner), kerapatan/kepadatan, dan karakteristik tumbuhan paku yang
terdapat di kawasan dan sebagai data pendukung diamati kondisi faktor
abiotik/lingkungan meliputi: suhu udara, kelembaban tanah, dan pH tanah. Dari
hasil penelitian bahwa terdapat 37 jenis, 28 marga dan 14 suku. Jenis tumbuhan
paku dengan densitas tertinggi adalah yaitu Nephrolepis acutifolia (241
individu/2500 m²). Sedangkan densitas tumbuhan paku terkecil yaitu
Pityrogramma calomelanos (3 individu/2500 m²). Indeks Keragaman Shannon-
Wiener (H’) tumbuhan paku adalah sebesar 2.9. Indeks Nilai Penting (INP)
didapatkan Nephrolepis acutifolia sebesar 25.8 %.
Kata kunci : Keragaman (Shannon – Wienner), Nephrolepis acutifolia,
Pityrogramma calomelanos, Tahura WAR.
EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI TUMBUHAN PAKU
DI BLOK PEMANFAATAN SUMBER AGUNG RESORT BANDAR
LAMPUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (WAR)
LAMPUNG
Oleh
Zarkoni
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sukajaya punduh pedada, pada tanggal
17 mei 1995. Penulis merupakan anak ke delapan dari
sembilan bersaudara dari pasangan bapak Bahrudin dan Ibu hafsah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1
Banding Agung dan selesai pada tahun 2007. Menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Banding Agung pada tahun 2010.
Menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung
pada tahun 2013.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Biologi Umum, Struktur Perkembangan Tumbuhan, Genetika, Limnologi, Botani
Umum, Biologi Laut, dan Karsinologi. Selain itu, penulis juga pernah aktif di
organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota divisi Dana
dan Usaha pada tahun 2015-2016.
Kemudian penulis menyelesaikan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, dan
Program Kerja Praktek (KP) di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSB TPH) Bandar Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini didedikasikan sebagai
bentuk bakti dan syukur kepada:
Bapak dan Ibu yang telah membesarkanku, membimbingku, menyayangiku dan
selalu mendoakan serta mendukungku disetiap waktu dengan tulus dan ikhlas.
Kakak-kakak dan adik yang telah memberikan dukungan moral serta menemani
perjalanan hidupku dengan penuh rasa sayang.
Para guru dan dosen yang telah tulus dan sabar dalam mendidik dan
membimbing ilmunya kepadaku
Almamater tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
Maka janganlah sekali kali engkau membiarkan kehidupan dunia ini
memperdayakanmu
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Malu itu tidak datang kecuali membawa kebaikan
Anda mungkin menunda, namun waktu tidak
JUST DO IT
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, kesehatan dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Eksplorasi Dan Karakterisasi
Tumbuhan Paku Di Blok Pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar
Lampung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ( WAR) Lampung” ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Yulianty, M.Si., selaku pembimbing I atas saran, ilmu, dan nasehat
selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc., selaku pembimbing II atas saran, ilmu,
6. Bapak dan Ibu Dosen FMIPA dan segenap karyawan di jurusan biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, yang
telah memberikan dukungan, doa, saran, dan bantuannya.
7. Kedua Orang Tuaku atas kesabaran, doa, dukungan, motivasi, dan semangat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Tahura Wan Abdul Rachman Lampung Siti
Kholimah, Widia, dan Lasmi, yang telah memberikan dukungan , bantuan dan
doanya selama penelitian dan penyelesaian skripsi.
9. Teman-teman angkatan 2014, kakak dan adik-adik angkatan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya, kritikan, dan motivasi,
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari
kesempurnaan. Saran dan Kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 22 januari 2018
Penulis,
Zarkoni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1B. Tujuan Penelitian......................................................................... 2C. Manfaat Penelitian....................................................................... 3D. Kerangka Pemikiran.................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
A. Biologi Tumbuhan Paku .............................................................. 41. Ciri Umum Tumbuhan Paku .................................................. 42. Morfologi Tumbuhan Paku .................................................... 53. Metagenesis Tumbuhan Paku ................................................ 64. Klasifikasi Tumbuhan Paku ................................................... 75. Distribusi Tumbuhan Paku..................................................... 86. Manfaat Tumbuhan Paku ....................................................... 9
B. Vegetasi ........................................................................................ 10C. Tahura Wan Abdul Rachman ....................................................... 12
III. METODE PENELITIAN ............................................................ 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 14B. Populasi dan Sampel .................................................................... 14
1. Populasi Penelitian ................................................................ 142. Sampel Penelitian.................................................................. 14
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 14D. Alat dan Bahan ............................................................................. 15E. Prosedur Penelitian ....................................................................... 15
a. Studi Pendahuluan.................................................................. 15b. Pelaksanaan ............................................................................ 15
b.1. Pengamatan di Lapangan ................................................ 15
b.2. Pengambilan Sampel....................................................... 16c. Pengukuran Parameter Lingkungan ....................................... 17
F. Metode Analisis Data.................................................................... 17IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 19
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 191. Jenis – jenis tumbuhan yang ditemukan................................ 19
B. Pembahasan ................................................................................. 211. Indeks Keragaman................................................................. 212. Densitas Tumbuhan Paku...................................................... 233. Jenis-jenis Dominan .............................................................. 244. Karakter Tumbuhan Paku...................................................... 255. Deskripsi Masing-Masing Jenis Tumbuhan Paku................. 276. Kondisi Faktor Lingkungan dan Habitat ............................... 46
V. KESIMPULAN................................................................................ 48
A. Kesimpulan ................................................................................. 48B. Saran ............................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 49
LAMPIRAN........................................................................................... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis- jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada 100 kuadratyang diamati …………………………………………………….. 19
2. Indeks keragaman Shannon-Weinner …………………………… 21
3. Sepuluh jenis dominan tumbuhan paku di Tahura....................… 25
4. Keanekaragaman tumbuhan paku di Tahura………………......... 26
5. Parameter lingkungan................................................................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta blok pengelolaan kawasan Taman Hutan Raya Wan AbdulRachman Lampung ........................................................................ 13
2. Gambar 1. Suku tumbuhan paku yang mendominasi Tahura
WAR............................................................................................... 23
3. Deskripsi masing-masing tumbuhan paku
Gambar 1. Adiantum aleuticum....................................................... 27
Gambar 2. Asplenium normale........................................................ 28
Gambar 3. Diplazium dietrichianum............................................... 28
Gambar 4. Diplazium caudatum..................................................... 29
Gambar 5. Cyathea cooperi............................................................ 29
Gambar 6. Davallia solida.............................................................. 30
Gambar 7. Hypolepis glandulifera.................................................. 30
Gambar 8. Angiopteris palmiformis................................................ 31
Gambar 9. Angiopteris evecta ....................................................... 31
Gambar 10. Nephrolepis acutifolia................................................. 32
Gambar 11. Nephrolepis cordifolia................................................ . 32
Gambar 12. Polypodium papillosum Bl......................................... 33
Gambar 13. Aglaomorpha heraclea (K.z) Copeland. ..................... 34
Gambar 14. Pyrrosia confluens........................................................ 34
Gambar 15. Pyrrosia lanceolata....................................................... 35
Gambar 16. Drynaria quercifolia..................................................... 35
Gambar 17. Selligue heterocarpa Bl............................................... 36
Gambar 18. Phymatosorus scolopendria......................................... 36
Gambar 19. Pityrogramma calomelanos......................................... 37
Gambar 20. Pteris vittata................................................................. 37
Gambar 21. Pteris ensiformis.......................................................... 38
Gambar 22.Acrostichum spesciosum................................................ 38
Gambar 23. Cyclosorus opulentus .................................................. 39
Gambar 24. Christella dentata......................................................... 39
Gambar 25. Christella parasitica.................................................... 40
Gambar 26. Thelypteris palustris..................................................... 40
Gambar 27. Macrothelypteris polypodioides ................................. 41
Gambar 28. Pneumatopteris costata Holttum ................................ 41
Gambar 29.Bolbitis appendiculata................................................... 42
Gambar 30. Arcypteris irregularis (Pr.) Holt................................. 42
Gambar 31. Dryopteris cristata........................................................ 43
Gambar 32. Tectaria branchiata..................................................... 43
Gambar 33. Stenosemia aurita Pr.................................................... 44
Gambar 34. Selaginella canaliculata.............................................. 44
Gambar 35. Selaginella apoda..................................................... 45
Gambar 36. Selaginella martensii.................................................... 45
Gambar 37. Selaginella sp,............................................................. 46
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman tumbuhan paku
yang cukup tinggi, namun penelitian tumbuhan paku masih sangat terbatas.
Tumbuhan paku di Pulau Jawa diperkirakan 313 jenis hingga 500 jenis
(Kato,1992). Sedangkan informasi untuk pulau-pulau lain di Indonesia belum
diketahui dengan baik.
Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan berpembuluh yang
memiliki jumlah jenis yang cukup tinggi. Keanekaragamannya diperkirakan
mencapai 12000 jenis (Stace 1980). Keanekaragaman tumbuhan paku di daerah
tropis lebih tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis (Linnera dkk, 2005).
Melihat cara tumbuhnya, tumbuhan paku ada yang menempel di batang pohon
(efipit) atau tumbuh di tanah (teresterial). Masing-masing jenis atau kelompok
tumbuhan paku memiliki lingkungannya masing -masing, baik pada lingkungan
sejuk, terlindung, maupun terkena panas sinar matahari langsung (Sastrapradja
dkk., 1985).
Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar
yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban
udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup
yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari
jumlah tumbuhan paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh
tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan
tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari (Holtum, 1986).
2
Penelitian ini dilakukan di wilayah Hutan blok pemanfaatan Sumber Agung
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura War) Lampung. Tahura Wan
Abdul Rachman pada awalnya merupakan kawasan hutan lindung register 19
Gunung Betung. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor
408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 diubah fungsinya menjadi Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).
Register 19 Gunung Betung merupakan kawasan yang tercakup dalam wilayah
Tahura Wan Abdul Rachman. Gunung Betung ketinggiannya 1.240 m dan secara
geografis batas-batas Tahura Wan Abdul Rachman berada pada 05°18’ sampai
05°29’ LS dan antara 105°02’ sampai 105°14’BT dengan luas 22.249,31 ha.
Dengan demikian wilayah ini diduga merupakan habitat yang subur bagi
tumbuhan paku.
Upaya konservasi dan inventarisasi keragaman tumbuhan paku perlu ditingkatkan
secara terus menerus dan berkelanjutan, sebagai bentuk upaya pencegahan dari
kepunahan suatu keragaman hayati. Masih sedikit sekali yang meneliti berkaitan
dengan habitat tumbuhan paku, karakterisasi tumbuhan paku dan
keberagamannya. Sehingga dari penelitian ini akan menjadi sumber informasi
untuk penelitian lebih lanjut.
1.2.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang terdapat di Kawasan blok
pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Taman Hutan Raya
(Tahura) Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.
2. Untuk mengetahui karakter jenis-jenis tumbuhan paku
3. Mengetahui indeks keragaman (Shannon –Wiener dan Dominansi jenis)
3
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai eksplorasi dan
karakterisasi tumbuhan paku di blok pemanfaata Sumber Agung Resort Bandar
Lampung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (WAR) Lampung, serta
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.
1.4. Kerangka Pemikiran
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) memiliki luas 1.143 ha.
Merupakan kawasan hutan lindung dan habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa
yang diperuntukan sebagai kawasan konservasi, dengan tujuan pendidikan,
penelitian, budidaya, budaya, wisata, dan rekreasi. Tahura WAR terdiri atas
beberapa blok diantaranya blok perlindungan yang diperuntukan bagi
perlindungan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan eksploitasi
dan blok pemanfaatan diperuntukan sebagai area percontohan hutan
kemasyarakatan yang digarap oleh masyarakat. Tahura WAR diduga merupakan
habitat yang subur bagi tumbuhan paku. Penelitian ini diakukan di blok
pemanfaatan Sumber Agung yang difokuskan pada keanekaragaman jenis
tumbuhan paku, keragaman (Shannon-Wiener), jenis-jenis dominan, dan deskripsi
jenis-jenis tumbuhan paku. Salah satu alasan dilakukan penelitian ini karena
belum ada data primer mengenai keanekaragaman tumbuhan paku di Tahura Wan
Abdul Rachman khususnya di blok pemanfaatan Sumber Agung, maka salah satu
upaya dalam penelitian ini adalah inventarisasi jenis-jenis tumbuhan paku beserta
kondisi ekologi sebagai salah satu langkah untuk mengetahui jenis-jenis
tumbuhan paku apa saja yang terdapat dikawasan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tumbuhan Paku
1. Ciri umumTumbuhan Paku (Pteridophyta)
Pteridophyta hidup tersebar luas dari daerah tropika yang lembab. Jumlah yang
teramat besar dijumpai di hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan amat subur
di daerah beriklim sedang, padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan
sungai (Tjitrosoepomo, 1983).
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya
tumbuhnya dengan nyata dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun
demikian, tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan
tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu ahli taksonomi membagi
dunia tumbuhan dalam dua kelompok yaitu Cryptogamae dan Phanerogamae
(Tjitrosoepomo, 1991).
Tumbuhan paku memiliki peranan yang cukup penting dalam menjaga ekosistem
hutan dan juga manusia. Sebab dalam ekosistem hutan, tumbuhan paku berperan
dalam pembentukan humus dan melindungi tanah dari bencana erosi, sedangkan
dalam kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai sumber
untuk kebutuhan sayur-sayuran, kerajinan tangan, tanaman hias maupun sebagai
bahan obat-obatan tradisional (Rismunandar dan Ekowati, 1991).
5
2. Morfologi Tumbuhan Paku
Akar sebagai organ penting untuk menahan udara di dalam tanah dan menyerap
material anorganik dari dalam tanah. Perbandingan bukti anatomi dan fosil yang
dikombinasikan dengan pemetaan filogenetik menunjukkan bahwa akar
berevolusi setidaknya dua kali. Akar tumbuhan paku memiliki asal-usul adventif
dan endogen yang serupa pada batang atau khusus akar memproduksi organ,
dengan akar embrio kurang berkembang (Tjitrosoepomo, 2005).
Berdasarkan poros bujurnya, pada embrio tumbuhan paku sudah dapat dibedakan
menjadi dua kutub yaitu kutub atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang
membentuk tunas (batang beserta daun-daunnya). Kemudian kutub bawah
dinamakan kutub akar. Kutub akar tidak serta merta berkembang membentuk
akar. Namun akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari
batang. Akar yang keluar pertama-tama tidak dominan, melainkan segera disusul
oleh akar-akar lain yang semuanya muncul dari batang (Tjitrosoepomo, 2005).
Batang tumbuhan paku bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika
membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru itu tidak pernah
keluar dari ketiak daun. Pada batang Paku terdapat banyak daun yang dapat
tumbuh terus sampai lama (Tjitrosoepomo, 2005).
Batang tumbuhan paku kadang tidak tampak jelas seperti tumbuhan pada
umumnya, Hanya saja pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang
tersebut tumbuh sejajar dengan tanah. Batang tumbuh yang menyerupai akar
disebut rhizome. Batang ini sering ditutupi oleh rambut atau sisik yang berfungsi
sebagai pelindungnya, dari Rhizome ini pula tumbuh akar-akar yang lembut
(Sastrapradja, 1980).
Daun tumbuhan paku sangat beranekaragam. Daun yang tunggal dan kaku, daun
majemuk, sering memperlihatkan susunan daun yang indah sekali. Daun paku ada
yang berjumlah tunggal namun ada juga majemuk, bahkan ada yang menyirip
ganda.
6
Helaian daun secara menyeluruh sering disebut ental. Kadang-kadang tumbuh
dua macam ental yaitu yang subur dan yang mandul. Pada yang subur, di
permukaan daun bagian bawah terdapat sporangia. Kumpulan dari sporangia itu
disebut sorus (jamak : sori). Tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu
penutup yang disebut indusium (jamak : indusia). Umumnya penutup itu
berbentuk seperti ginjal (Sastrapradja, 1980).
Spora yang masih muda mempunyai dinding cukup tebal dan kuat yang disebut
eksosporium. Menempel di sebelah dalamnya terdapat suatu dinding tipis dari
selulosa yang dinamakan endosporium. Seringkali pada eksosporium itu oleh
periplasmodium ditambahkan lapisan luar yang dinamakan perisporium. Hampir
semua spora tidak mengandung klorofil, tetapi seringkali berwarna agak pirang
karena mengandung pigmen karotenoid (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), jenis dari tumbuhan paku yang menghasilkan
spora berumah satu (monoceous) dan sama besar dinamakan paku homospor atau
isospor. Ada juga jenis paku yang sporanya tidak sama besar dan berumah dua
(dioceous). Pemisahan jenis kelamin telah terjadi pada awal pembentukan spora,
yang selain berbeda jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya meliputi :
a. Makrospora atau megaspora yang berukuran besar, mengandung banyak
cadangan makanan dan akan tumbuh menjadi makroprotalium yang agak besar
yang mempunyai arkegonium (kelamin betina).
b. Mikrospora yang berukuran kecil yang akan tumbuh menjadi mikroprotalium
yang terdapat anteridium (kelamin janan).
3. Metagenesis Tumbuhan Paku
Spora jika jatuh di tanah dalam keadaan lingkungan yang steril dan baik untuk
pertumbuhan spora maka akan berkecambah menghasilkan struktur seperti
tumbuhan berukuran kecil, berwarna hijau, berbentuk jantung dan pipih, yang
disebut protalus. Protalus yang membentuk organ-organ kelamin dan gamet ini
merupakan struktur utama gametofit. Setelah pembuahan sel telur tumbuh
7
menjadi tumbuhan paku, pertumbuhannya akan berlangsung sampai saat
pematangan untuk membentuk spora lagi (Tjitrosoepomo dkk, 1983).
Sporofit tumbuhan paku sangat khas dan gametofit yang cukup mencolok. Siklus
hidup seksual tumbuhan paku secara umum ditandai dengan bergantinya dua
generasi yang terdiri dari (1) sporofit yang menonjol dan (2) tanaman yang jauh
lebih kecil tetapi bebas, gametofit. Sporofit menghasilkan spora aseksual yang
dapat berkecambah menjadi gametofit dan gametofit mereproduksi organ seksual
untuk berkembang menjadi sporofit (Mehltreter dkk., 2010).
4. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Menurut V. B. Amoroso dan Winter (2003), berdasarkan persamaan pada siklus
hidupnya tumbuhan paku dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu:
1. Kelas LYCOPSIDA
Dengan memiliki batang yang keras dan daun yang kecil seperti lumut menjadi
karakter sendiri dari kelas ini. Dengan sporangia yang terdapat pada ketiak daun
yang fertil, yang sangat berbeda dengan daun sterilnyadan umumnya membentuk
seperti stobilus, dengan spora yang heterospor, memungkinkan mudah untuk
mengamati megaspora yang dimiliki.
2. Kelas PSILOTOPSIDA
Merupakan tumbuhan tanaman satu-satunya yang hidup di darat dapat hidup
bebas tanpa akar sejati. Dengan rhizome bawah tanah bercabang tidak teratur dan
tertutup oleh rhizoid berwarna coklat, panjang. Sporangia berfusi dalam
kelompok.
3. Kelas SPHENOPSIDA
Tumbuhan paku ekor kuda yang paling terkenal dari kelas ini, dengan batang
berbuku-buku yang sangat jelas daunnya berubah menjadi sisik yang tersusun
pada lingkaran bunga di seluruh buku-buku dengan membentuk pedang yang
8
menutup. Batang dapat bercabang-cabang tersusun seperti ranting-ranting dengan
ukuran yang sangat kecil, sporangia tumbuh di bawah sporangiospora, kemudian
akan membentuk strobilus.
4. Kelas PTEROPSIDA
Termasuk dalam kelompok paku sejati dengan kelomponya yang sangat
beranekaragam, namun sangat mudah dibedakan dengan kelas lainnya dengan
daun yang lebar dan pertulangan daun dengan pola yang begitu rumit.
5. Distribusi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Persebaran beberapa jenis tumbuhan paku dapat tumbuh dan berkembang dalam
wilayah geografis yang luas, mulai dari tepi pantai sampai ke pegunungan. Akan
tetapi ada juga jenis-jenis yang hanya tersebar dalam kawasan yang sangat
terbatas. Pada masa jutaan tahun yang lalu vegetasi hutan-hutan di bumi terutama
tersusun dari jenis tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi dan
besar. Jenis-jenis tumbuhan paku yang masih ada jumlahnya relatif kecil
(dibandingkan dengan jenis-jenis dari divisi lainnya) dan dianggap sebagai
peninggalan dari kelompok tumbuhan yang pernah mendominasi bumi ini
(Smith,1979).
Jenis-jenis yang masih ada sekarang ini sebagian besar bersifat
higrofit yang menyukai tempat teduh dengan tingkat kelembaban yang
tinggi, akan tetapi pada umumnya kebanyakan adalah jenis tumbuhan
paku terrestrial. Tumbuhan paku yang paling besar dan tinggi ditemui
pada marga Cyathea (paku pohon), sedangkan tumbuhan paku dari suku
Gleichenioceae pada umumnya merupakan tumbuhan perintis di daerah
terbuka (Sastrapradja,1979).
Penyebaran tumbuhan paku dilakukan melalui spora yang terdapat di dalam kotak
sporangium. Organ ini sangat efisien untuk kepentingan penyebaran karena dapat
mencapai tempat-tempat yang jauh dengan bantuan angin, serta dapat diproduksi
9
dengan jumlah yang banyak. Dengan cara demikian sebagian dari spora tersebut
dapat menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya. Seperti halnya pola
penyebaran tumbuhan pada umumnya, pola penyebaran tumbuhan paku juga
tergantung pada sifat fisika kimia lingkungan maupun keistimewaan biologis
masing-masing individu (Michael, 1994).
Tumbuhan paku dapat hidup pada keadaan yang bersuhu lembap dan suhu kering,
sehingga tidak jarang dijumpai paku dapat hidup di manapun, diantaranya di
daerah lembab, di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di
pegunungan bahkan banyak yang sifatnya menempel di batang pohon (efipit), di
bebatuan atau tumbuh di atas tanah. Jenis-jenis paku epifit yang berbeda, juga
akan berbeda kebutuhannya terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat
terlindung dan ada sebagian pada tempat tertutup.(Holtum, 1986).
6. Manfaat Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai
bentuk yang menarik sehingga bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias.
Selain sebagai tanaman hias, paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran
berupa pucuk-pucuk paku. Dari segi obat-obatan tradisional, paku juga tidak luput
dari kehidupan manusia. Ada jenis-jenis yang daunnya dipakai untuk ramuan
obat, ada pula yang rhizomanya. Batang paku yang tumbuh baik dan yang sudah
keras, diperuntukkan untuk berbagai keperluan. Tidak jarang sebagai tiang rumah,
paku dipakai untuk pengganti kayu, batang paku diukir untuk dijadikan patung-
patung yang dapat ditempatkan di taman. Kadang-kadang dipotong-potong untuk
tempat bunga, misalnya tanaman anggrek (Sastrapradja dan Afriastini, 1979).
Sejak dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia terutama sebagai
bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai
material baku untuk pembuatan kerajinan tangan, pupuk organik dan tumbuhan
obat (Amoroso, 1990).
10
Nilai ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada keindahannya dan
sebagai tanaman hortikultura beberapa jenis Lycopodinae yang suka panas
digunakan sebagai tanaman hias dalam pot, dan paku kawat yang merayap yang
digunakan dalam pembuatan karangan bunga, sedang sporanya kecil-kecil yang
mudah terbakar karena kandungannya akan minyak, sehingga dapat digunakan
untuk menghasilkan kilat panggung (Polunin, 1990).
B. Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda. Kumpulan
dari berbagai jenis tumbuhan yang masing-masing tergabung dalam populasi
yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan yang lain
yang dinamakan komunitas (Gem, 1996).
Parameter kuantitatif dan deskripsi vegetasi untuk kepentingan deskripsi vegetasi
ada beberapa parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umum
diukur dari suatu tipe komunitasyaitu (Indriyanto, 2005):
a. Kerapatan (density) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan
dalam suatu luasan tertentu.
b. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis
tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
c. Dominansi merupakan bagian dari parameter yang digunakan untuk
menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas.
d. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat
dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan.
e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan
spesies organisme pada ruang secara horizontal.
11
Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), untuk kepentingan deskripsi suatu
komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga parameter kuantitatif antara lain:
1. Densitas
Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan kata
lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang dan
sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K.
2. Frekuensi
Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang
berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu
spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan
besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam
pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem.
3. Luas Penutupan
Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat dinyatakan dengan
menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (luas basal
area). Dapat dikatakan dengan istilah dominansi karena parameter ini
digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu
komunitas untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan.
4. Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting adalah Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994).
12
C. Tahura Wan Abdul Rachman
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan kawasan dengan curah
hujan tahunan rata-rata sebesar 1.627,5 mm dan temperatur lebih dari18°C.
Dengan rata-rata curah hujan pada bulan kering lebih besar dari 60 mm
(bulan juni, juli, dan agustus) (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).
Topografi Tahura Wan Abdul Rachman membentang pada elevasi antara
75 m dan 1.681 m dari permukaan laut. Bentuk lahannya bervariasi dari
berombak sampai bergunung. Wilayah berombak sampai bergelombang
berada pada bagian pinggir kawasan, memanjang dari Teluk Betung Barat,
Tanjung Barat, Gedung Tataan sampai Kedongdong. Perlembahan berada di
antara Gunung Betung dan Gunung Tangkit Ulu. Wilayah berbukit sampai
bergunung berada di sekitar Gunung Betung dengan puncak 1.240 m dpl.
Gunung Tangkit Ulu dengan puncak 1.600 m dpl, Gunung Pesawaran dengan
puncak 1.681 m dpl (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).
HasiI interpretasi citra Quick Bird pemotretan Juli 2006 memperlihatkan
bahwa keadaan vegetasi kawasan Tahura Wan Abdul Rachman luas hutan
lahan kering primer 5.778,00 ha (26%), hutan lahan kering sekunder 7.892,42
ha(13%), ladang terbuka 1.019,12 ha (5%), kebun campuran/pertanian
12.306,97 ha (55%), dan semak belukar 252,80 ha (1%) (Dinas Kehutanan
Lampung , 2006)
13
Gambar 1. Lokasi blok pengelolaan kawasan Taman Hutan Raya Wan AbdulRachman Lampung.
14
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan Februari
2018 di blok pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.
B. Populasi dan Sampel
1.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku di blok
pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman Provinsi Lampung.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku yang terdapat
pada 100 kuadrat, dengan ukuran 5×5 meter yang diletakkan secara sistematik.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu komposisi jenis, indeks keragaman (Shannon – Wiener)
dan kerapatan/kepadatan tumbuhan paku yang terdapat di kawasan dan sebagai
data pendukung diamati kondisi faktor abiotik/lingkungan meliputi: suhu udara,
kelembaban tanah dan pH tanah.
15
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, pisau, koran
bekas atau karton, tabel perekam data, kamera, isolasi, benang, jarum, plastik
bening, tali rafia, peta dasar Tahura, termometer udara, dan buku identifikasi yaitu
buku Flora of Malaya (Holtum, 1966), Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo,
2003), Flora (Steenis dkk, 2005) dan klasifikasi menggunakan buku Biology and
Evolution of Ferns and Lycophytes (Ranker dan Haufler, 2008).
Bahan yang digunakan antara seluruh tumbuhan paku yang ditemukan di blok
pemanfaatan sumber Agung Resort Bandar Lampung Tahura Wan Abdul
Rachman Provinsi Lampung, tally sheet, kapas, alkohol 70 %, kapas, dan bahan-
bahan pembuatan herbarium.
E. Prosedur Penelitian
a. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan pada bulan September 2017. Kegiatan ini bertujuan
untuk menentukan lokasi yang akan diamati keanekaragaman tumbuhan paku di
Tahura Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu: pengamatan dilapangan,
pengambilan sampel, dan pengukuran parameter lingkungan.
b.1. Pengamatan di Lapangan
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung, yaitu berdasarkan
keberadaan tumbuhan paku yang dianggap mewakili tempat tersebut.
16
b.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan data dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menghitung
semua jenis tumbuhan paku yang ada dalam plot. Langkah- langkah ditempuh
dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan/membuat garis utama pengamatan sepanjang 1 km yang dibagi
menjadi 10 titik pengamatan sehingga jarak antara satu titik pengamatan
dengan titik pengamatan lainnya adalah sepanjang 100 meter.
2. Garis melintang tegak lurus dengan garis utama dibuat pada setiap titik
pengamatan.
3. Sepanjang garis melintang dibuat plot berukuran 5×5 meter kekiri sebanyak 5
plot dan kekanan sebanyak 5 plot.
4. Jenis-Jenis tumbuhan paku yang diamati kemudian dicatat nama
beserta habitat dan masing-masing dihitung jumlah individunya ( satu
rumpun tumbuhan paku dihitung satu individu).
5. Spesies tumbuhan paku yang belum diketahui namanya diambil semua
organnya, kemudian dimasukkan dalam plastik lalu diberi label untuk
diidentifikasi di Laboratorium dengan berpedoman pada buku Flora of Malaya
(Holtum, 1966), Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), dan Flora
(Steenis dkk, 2005) .
6. Pada setiap titik pengamatan diukur kondisi faktor lingkungannya berupa suhu
udara, kelembaban tanah, dan pH tanah. Dengan waktu tertentu sebanyak satu
kali pengamatan.
17
c. Pengukuran Parameter Lingkungan
1. Pengukuran suhu
Suhu diukur dengan menggunakan alat termometer yang diletakkan pada
tempat yang teduh, setelah 5 menit kemudian diamati angka skala kenaikan
yang ditunjuk.
2. Pengukuran derajat keasaman tanah (pH)
Derajat keasaman tanah (pH) diukur dengan menggunakan soil tester,
alat ditancapkan ke tanah hingga batas ujung logam tertanam ditanah,
dengan memencet tombol putih kemudian diamati skala yang tertunjuk.
3. Pengukuran kelembaban tanah
Kelembaban tanah diukur dengan menggunakan soil tester, alat
ditancapkan ke tanah hingga batas ujung logam tertanam ditanah,
dengan memencet tombol putih kemudian diamati skala yang tertunjuk.
F. Metode Analisis Data
Keragaman ( Indeks Keragaman Shannon-Wiener)
Indeks keragaman dihitung dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari
Shannon-Wiener (Soegianto, 1994), formulasi yang digunakan adalah:
H= -Ʃ Pi ln PiDengan:
H: Indeks Keanekaragaman Shannon –Weinner
Pi= n/N
n = jumlah individu jenis ke-i
N= jumlah individu seluruh jenis
18
Nilai Tolak Ukur Keragaman
Keragaman rendah ( H’< 1.0)
Keragaman sedang (1< H’< 3.322 )
Keragaman tinggi (H’>3.322)
Densitas
Sedangkan untuk menghitung densitas masing-masing tumbuhan paku di blok
pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman Provinsi Lampung digunakan rumus berikut:
Densitas = Ʃ Individu TumbuhanSatuan luas
Dominansi jenis (Indeks Nilai Penting (INP))
Pengukuran parameter-parameter suatu vegetasi dinilai berdasarkan penentuan
Indeks Nilai Penting (INP). Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), INP dihitung
dengan menjumlahkan kerapatan relatif (KR) dan Frekuensi relatif ( FR). Jenis
yang memilki INP tinggi menjelaskan bahwa jenis tersebut dominan terhadap
jenis yang lainnya.
INP : KR+ FR
Kerapatan : Jumlah IndividuLuas plot contoh
Kerapatan Relatif : Kerapatan Suatu JenisTotal Kerapatan Seluruh Jenis
Frekuensi : Jumlah plot ditemukannya suatu JenisJumlah seluruh plot
Frekuensi Relatif : Frekuensi suatu jenisTotal frekuensi seluruh Jenis
50
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai eksplorasi dan karakterisasi tumbuhan paku di
kawasan blok pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Tahura Wan
Abdul Rachman Provinsi Lampung dapat disimpulkan bahwa:
1.Terdapat 37 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 14 kelas dan 14 suku.
2. Tumbuhan paku yang ditemukan terdiri dari 33 jenis paku teresterial dan empat
jenis paku epifit, dengan karakter daun lonjong, lanset dan bulat. Serta bentuk
spora yang monolate, bilateral, ellipsoid, dan tetrahedral.
3.Indeks keragaman Shannon-Weiner sebesar H’=2.9 dan Indeks Nilai Penting
tertinggi adalah Nephrolepis acutifolia dengan nilai indeks sebesar 25,8%
5.2 Saran
Tahura Wan Abdul Rachman adalah kawasan yang terdiri dari beberapa blok
salah satunya blok Sumber Agung Resort Bandar Lampung. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi hubungan tingkat keanekaragaman
tumbuhan paku dengan ketinggian kawasan di Tahura Wan Abdul Rachman
Provinsi Lampung
49
DAFTAR PUSTAKA
Amoroso,V.B. 1990. Ten Edible Economic Ferns of Mindanao, The PhilippineJournal of Science.25:10-16
Baiquni, M.2007. Strategi Penghidupan di Masa Krisis. Idea media.Yogyakarta.21 hlm
Departemen Kehutanan. 1989. Pedoman Pengelolaan Hutan Rakyat DirjenReboisasi dan Rehabilitasi Lahan. PT Laras Sembada. Jakarta. 101 hlm
De Winter, W.P and Amoroso, V.B. 2003. Plant Resources of South-East Asiano.15 (2). Cryptogams: Ferns and Ferns Allies. Bogor; prosea foundation
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2006. Master Plan Taman Hutan Raya WanAbdul Rachman.PT Laras Sembada. Jakarta.142 hlm.
Gem, C. 1996. Kamus Saku Biologi. Erlangga. Jakarta. 14: 7-9
Gopal, B. dan Bhardwaj. N.1979. Elements of Ecology. Department of Botany.Rajasthan University Jaipur. India. 15 hlm.
Holtum, R.E.1986. A Revised Flora of Malaya.Govermen Printing Office.Singapore. 115hlm.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta. 222 hlm.
Jones dan Luchsinger.1986. Plant Systematics.McGraw-Hill.New york.170: 23-26
Kato, M. 1992. Cytotataxonomic and Reproductive Biological of AsianPteridophytes. Proc. Sem. Asian Pterid. 11 : 5-8.
Klaus, M.2010. Fern Ecology. Cambridge University Press. New York. 324 hlm.
50
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology.Harper and Row Publisher.New York. 99: 27-34.
Linnera,G.W., Rios, M.P.,dan Gomez, R.H. 2005.Fern Richness, Tree SpesiesSurrogacy and Fragment Complementary in a Mexican Tropical MontaneCloud Forest. Biodiv Conserv 14:119-133.
Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.Percetakan PT Gramedia. Jakarta. 57: 221-224
Mehltreter, K., L.R. Walker, J.M. Sharpe (ed). 2010. Fern Ecology. CambrigdeUniversity Press.
Michael, A.E., 1994. Keanekaragaman Ekologis dan Ukurannya.Croom Helm Limited. Australia. 431 hlm.
Moran, R.C. 2002. Tropical diversity. Fiddlehead Forum.29: 14-15
Muntasib, H. dan Masy’ud, B. 2003. Dasar-Dasar Konservasi. Pusat PenerbitanUniversitas Terbuka. Jakarta.58: 15-16
Polunin, N. 1990.Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.113:7-9
Rismunandardan Ekowati, M. 1991. Tanaman Hias Paku-pakuan.Penerbit Swadaya.Jakarta. 35.11-12
Sastrapraja,S., Afriastini, J.J., Darnaedi. D., dan Elisabet. 1985. Jenis PakuIndonesia.Bogor: Lembaga Biologi Nasional.101:23-26
Sastrapradja, S. dan J. J. Afriastini. 1979. Kerabat Paku-pakuan.Herbarium Bogoriense LIPI.Bogor. 77 hlm.
Sastrapradja,S. 1980. The Conservation of Forest Animal and Plant GeneticResources.BioIndonesia. Jakarta. 453: 66-72
51
Sastrapradja,S. 1979. Tanaman pekarangan. Lembaga Biologi Nasional,Bogor.11: 4-7.
Sastrapraja. S., Afriastini,j.j., Darnaedi, D., dan Elisabet. 1980. Jenis PakuIndonesia. Lembaga Biologi Nasional.Bogor.113 hlm.
Sastrapraja. S., Afriastini J.J., Darnaedi, D.,dan Wijaya EA. 1979. Jenis PakuIndonesia.Lembaga Biologi Nasional. Bogor. 98: 25-35
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi danKomunitas. Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.122 hlm.
Smith R, L, and Smith, T.M. 1979. Ecology and Field Biology.6th Edition.Benjamin Cummings. San Francisco. 334 hlm
Stace CA. 1980.Plant Taxonomy and Biosystematics. Contemporary Biology.London (GB). Edward Arnold. 279hlm.
Tjitrosoepomo, G., 2005. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM Press.Yogyakarta. 312 hlm.
Tjitrosoepomo, G.,1983. Taksonomi Tumbuhan obat-obatan. UGM Press.Yogyakarta.100: 31-37
Tjitrosoepomo, Sutarmi, Siti.,Sudarnadi, H., dan Zakaria, A. 1983.Botani Umum 3. Angkasa.Bandung.215 hlm
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, ThallophytaBryophyta. Pteridophyta).GadjahMada University Press.Yogyakarta.554 hlm
.