ekonomi pertanian s1.doc
TRANSCRIPT
EKONOMI PERTANIANPNE 1201 A
RPKPS(Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)
1. Nama Mata Kuliah: EKONOMI PERTANIAN2. Kode / SKS: PNE 1201 A(2/0)3. Prasyarat: Dasar-dasar Manajemen4. Status Mata Kuliah: Wajib 5. Deskripsi Singkat:
Dasar-dasar ekonomi mikro dan ekonomi makro untuk membahas dan mendalami persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi pada umumnya.
1. Tujuan Pembelajaran
Mengajarkan kepada mahasiswa agar mampu mengaplikasikan teori ekonomi (ekonomi mikro dan ekonomi makro) untuk membahas dan mendalami persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi pada umumnya. 2. Materi PembelajaranNo. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan1. Pengantar: Ruang Lingkup
Ekonomi Pertanian 1. Pengertian ekonomi pertanian2. Ekonomi pertanian Indonesia3. Persoalan-persoalan ekonomi
pertanian4. Kelembagaan dalam ekonomi
pertanian.
2. Prinsip-prinsip Ekonomi Produksi Pertanian
1. Hubungan antara input dan output pertanian
2. Hubungan antara input dan input pertanian
3. Hubungan antara output dan output pertanian
4. Kondisi optimal dari sisi output
3 Analisis Ekonomi Usaha 1. Biaya dan pendapatan usahatani
EKONOMI PERTANIAN 1
Pertanian 2. Laporan keuangan perusahaan pertanian
a. Neraca perusahaan pertanianb. Rugi laba perusahaan
pertanianc. Perubahan modal perusahaan
pertanian3. Analisis keuangan perusahaan
pertanian
4 Permintaan dan Penawaran Hasil Pertanian
1. Permintaan hasil pertanian dan elastisitas
2. Penawaran hasil pertanian dan elastisitas
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran hasil pertanian.
4. Keseimbangan pasar hasil pertanian
5. Tataniaga Hasil Pertanian 1. Fungsi tataniaga hasil pertanian2. Biaya tataniaga hasil pertanian3. Efisiensi tataniaga hasil pertanian4. Ekspor dan impor hasil pertanian
6. Pembangunan Pertanian 1. Model-model pembangunan pertanian
2. Syarat-syarat pembangunan pertanian
3. Teknologi dan pembangunan pertanian
4. Pembangunan pertanian di Indonesia
7. Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian
1. Kebijakan harga2. Kebijakan infrastruktur3. Kebijakan kelembagaan4. Kebijakan ekspor dan impor
8. Persoalan Ekonomi Makro 1. Pertanian dan pendapatan nasional2. Pertanian dan kesempatan kerja3. Pertanian dan inflasi4. Pertanian dan neraca perdagangan luar
negeri
2. Outcome Pembelajaran
EKONOMI PERTANIAN 2
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori ekonomi (ekonomi mikro dan ekonomi makro) untuk membahas dan mendalami persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi pada umumnya.
4. Rencana Kegiatan Pembelajaran
Minggu ke-.
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode
1. Pengantar 1. Pengertian ekonomi pertanian2. Ekonomi pertanian Indonesia3. Persoalan-persoalan ekonomi
pertanian4. Kelembagaan dalam ekonomi
pertanian.
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
2. Prinsip-prinsip Ekonomi Produksi Pertanian
1. Hubungan antara input dan output pertanian
2. Hubungan antara input dan input pertanian
Ceramah, Diskusi danPenugasan
3 Prinsip-prinsip Ekonomi Produksi Pertanian
3. Hubungan antara output dan output pertanian
4. Kondisi optimal dari sisi output
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
4 Analisis Ekonomi Usaha Pertanian
1. Biaya dan pendapatan usahatani2. Laporan keuangan perusahaan
pertaniana. Neraca perusahaan
pertanianb. Rugi laba perusahaan
pertanianc. Perubahan modal
perusahaan pertanian3. Analisis keuangan perusahaan
pertanian
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
5 Permintaan dan Penawaran Hasil Pertanian
1. Permintaan hasil pertanian dan elastisitas
2. Penawaran hasil pertanian dan elastisitas
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
6 Permintaan dan Penawaran Hasil
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
Ceramah, Diskusi
EKONOMI PERTANIAN 3
Pertanian penawaran hasil pertanian.4. Keseimbangan pasar hasil
pertanian
dan Penugasan
Ujian Sisipan7. Tataniaga Hasil
Pertanian1. Fungsi tataniaga hasil pertanian2. Biaya tataniaga hasil pertanian3. Efisiensi tataniaga hasil pertanian4. Ekspor dan impor hasil pertanian
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
8. Pembangunan Pertanian
1. Model-model pembangunan pertanian
2. Syarat-syarat pembangunan pertanian
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
9 Pembangunan Pertanian
3. Teknologi dan pembangunan pertanian
4. Pembangunan pertanian di Indonesia
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
10. Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian
1. Kebijakan harga2. Kebijakan infrastruktur
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
11 Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian
3. Kebijakan kelembagaan4. Kebijakan ekspor dan impor
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
12. Persoalan Ekonomi Makro
1. Pertanian dan pendapatan nasional2. Pertanian dan kesempatan kerja3. Pertanian dan inflasi4. Pertanian dan neraca perdagangan luar
negeri
Ceramah, Diskusi dan Penugasan
Ujian Akhir
5. Kriteria & Cara Evaluasi Hasil Pembelajaran
Penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran didasarkan pada penilaian dari 3 komponen, yaitu penugasan, ujian sisipan, dan ujian akhir.
6. Bahan, Sumber Informasi & Referensi
EKONOMI PERTANIAN 4
Cramer, Gail L. and Clarence W. Jensen. 1979. Agricultural Economics & Agribusiness:An Introduction. John Wiley & Son, Inc. Canada.
Darmawan, Thomas. 2003. Tantangan Internal dan Global Dalam Penerapan Kebijakan Proteksi dan Promosi Sektor Pertanian dan Solusinya. Makalah disampaikan pada hari pangan sedunia di Yogyakarta 20 Oktober 2003.
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2003. Kebijakan Proteksi dan Promosi Sektor Pertanian. Draft I Pembahasan Kebijakan Tarif dan Non Tarif.
Goodwin, John W. and H. Evan Drummond. 1982. Agricultural Economics. National Book Store, Inc. Philippines
Hayami, Yujiro and Vernon W. Ruttan. 1971. Agricultural Development: An
International Perspective.
Masyhuri. 2003. Kebijakan Proteksi dan Promosi Sektor Pertanian. Makalah disampaikan pada hari pangan sedunia di Yogyakarta 20 Oktober 200
Masyhuri. 2003. Pengembangan Agribisnis Dalam Era Globalisasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Ekonomi Pertanian/Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Mosher, A.T. 1966. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Pustaka LP3ES. Jakarta.
Sanim, Bunasor. 2003. Tantangan Internal dan Global Dalam Penerapan Kebijakan Proteksi dan Promosi Sektor Pertanian Serta Solusinya. Makalah disampaikan pada hari pangan sedunia di Yogyakarta 20 Oktober 200
Snodgrass, Milton W. and L.T. Wallace. 1982. Agricultural Economics and Resource Management. National Bookstore, Inc. Philippines.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
EKONOMI PERTANIAN 5
I. RUANG LINGKUP EKONOMI PERTANIAN
1. Kelahiran Ilmu Ekonomi Pertanian.
Ilmu Ekonomi Pertanian lahir pada awal abad 20 atau akhir abad 19 bersamaan dengan terjadinya depresi ekonomi. Dengan demikian ilmu ini lahir setelah ekonomi moderen lahir yakni setelah terbitnya buku Wealth of Nations oleh Adam Smith pada tahun 1776. Di AS ilmu ini mulai diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio dengan nama Rural Economics dan sejak tahun 1910 mulai diajarkan di beberapa universitas dengan nama Agicultural Economics.
Di Eropa Ilmu Ekonomi Pertanian lahir sebagai cabang dari Ilmu Pertanian. Sebagai pencetus utamanya adalah Von Der Goltz dengan bukunya yang berjudul Handbuch der Landwirtschaftlichen Bertriebslehre pada tahun 1885.
Di Indonesia Ilmu Ekonomi Pertanian mula-mula diberikan di Fakultas-
fakultas Pertanian dengan tradisi Eropa yang lebih menekankan pada aspek sosial ekonomi dari Ilmu Pertanian. Sebagai tokoh Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia adalah Prof. Iso Reksohadiprodjo dan Prof. Teko Sumodiwirjo.
2. Pengertian Ekonomi Pertanian
Semula ada dua pandangan tentang Ilmu Ekonomi Pertanian. Pertama, merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pertanian yang mempelajari aspek sosial ekonomi dari Ilmu Pertanian. Bagian ini mencakup Ilmu Ekonomi Pertanian dengan cabang-cabangnya tataniaga pertanian, ekonomi produksi pertanian, dsb. dan Ilmu Sosiologi Pedesaan yang lebih mengarah pada penyuluhan pertanian. Kedua, merupakan Ilmu Ekonomi (teori ekonomi mikro, teori ekonomi makro, statistik, dsb. ) yang diterapkan pada bidang pertanian. Dalam perkembangannya perbedaan ini menjadi tidak jelas karena (a) Ilmu Ekonomi Pertanian mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tehnik pertanian dan ekonomi baik ekonomi mikro maupun ekonomi makro dan (b) bakat dan minat perseorangan mendorong mereka mempelajari kedua hal tersebut.
Ilmu Ekonomi Pertanian berkembang menjadi Ilmu Sosial yang membahas dan mendalami persoalan-persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Ilmu Ekonomi Pertanian juga mencakup analisis ekonomi makro seperti pendapatan nasional,
EKONOMI PERTANIAN 6
konsumsi, investasi, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya dengan bidang pertanian.
Banyak difinisi dan pengertian Ilmu Ekonomi Pertanian namun paling tidak Ilmu Ekonomi Pertanian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Bagian dari Ilmu Ekonomi yang mempelajari fenomena ekonomi di sektor pertanian.
(b) Ilmu Ekonomi mempelajari alokasi sumberdaya (alam, manusia, modal) yang tersedianya terbatas untuk berbagai alternatif penggunaan yang saling bersaing.
(c) Sumberdaya terbatas (langka), sumberdaya yang tersedianya tidak dapat memenuhi kebutuhan potensialnya.
(d) Sumberdaya yang terbatas tersebut digunakan untuk berbagai alternatif penggunaan yaitu produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi.
(e) Bidang yang dipelajari oleh Ilmu Ekonomi Pertanian mencakup produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi.
3. Persoalan Ekonomi Pertanian
Jarak waktu antara pengeluaran dan penerimaan. Pertanian merupakan proses produksi biologis yang memerlukan waktu relatif panjang sampai dengan hasil pertanian diperoleh. Keadaan ini menimbulkan persoalan karena penerimaan petani hanya diperoleh pada saat panen sebaliknya pengeluaran petani setiap waktu dalam bulan, minggu, hari, atau bahkan dalam waktu yang sangat mendesak. Sifat produksi pertanian ini juga membawa akibat terhadap harga yang diterima petani. Pada saat panen raya dimana hasil pertanian berlimpah harga hasil pertanian rendah sebaliknya pada saat peceklik harga hasil pertanian tinggi. Keadaan harga hasil pertanian yang sangat berfluktuasi ini sangat berpengaruh terhadap petani kecil oleh karena golongan petani ini adalah produsen yang sekaligus juga konsumen. Untuk mengatasi persoalan ini dilakukan kebijakan harga yaitu penetapan harga dasar dan harga tertinggi agar fluktuasi harga dapat dikurangi.
Pembiayaan pertanian. Persoalan pembiayaan pertanian terutama di kalangan petani kecil merupakan persoalan yang banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang. Hasil pertanian yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan kesulitan bagi petani untuk membiayai usahanya. Hal ini juga menimbulkan persoalan bagi petani dalam penerapan teknologi baru karena penggunaan teknologi baru memerlukan tambahan biaya. Untuk memecahkan masalah ini dilakukan penyediaan kredit bagi petani yang umumnya diberikan dalam bentuk sarana produksi, tanpa agunan, dan bunganya disubsidi.
Tekanan penduduk dan pertanian. Persoalan penduduk di Indonesia tidak hanya terbatas pada jumlahnya yang cukup tinggi tetapi juga penyebarannya yang tidak merata. Jawa yang luasnya hanya 7% dari total wilayah dihuni oleh 60%
EKONOMI PERTANIAN 7
penduduk. Keadaan jumlah dan dan distribusi penduduk ini dapat menimbulkan berbagai persoalan seperti (a) persediaan tanah pertanian semakin kecil, (b) produksi pertanian per penduduk menurun, (c) bertambahnya pengangguran, dan (d) memburuknya hubungan antara pemilik tanah dengan penyewa atau penyakap.
Pertanian subsisten. Petani kecil umumnya bersifat subsisten yaitu dalam melaksanakan usahataninya lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan keluarga. Keadaan ini menyebabkan petani kurang responsive terhadap perubahan harga dan teknologi. Akibatnya tidak mudah memasukkan kebijakan harga dan teknologi baru kepada petani. Hal ini pada gilirannya menyebabkan upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak mudah dilaksanakan.
Keberlanjutan pertanian. Penggunaan sumberdaya pertanian (terutama lahan dan air) yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi menyebabkan produksi pertanian menurun, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia.
4. Kelembagaan Dalam Ekonomi Pertanian
Lembaga pertanian yang dimaksud disini adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan rutin sehari-hari ataupun dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga adat yang penting peranannya misalnya pemilikan tanah, jual beli dan sewa-menyewa tanah, bagi hasil, gotong royong dan sebagainya. Lembaga-lembaga formal yang diselenggarakan pemerintah untuk mendorong produksi pertanian antara lain Bimas, Koperasi, P3A, penyuluhan pertanian, dsb. 5. Perkembangan Pertanian Terakhir
Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi meliputi (a) menciptakan ketahanan pangan, (b) penyedia bahan baku industri, (c) memberikan kesempatan kerja dan pendapatan, (d) pengentasan kemiskinan, (e) sumber devisa, dan (f) sumber pertumbuhan ekonomi. Kenerja pembangunan pertanian terakhir sebagai berikut.
a. Produk Domestik Bruto (PDB) PertanianPDB: nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh suatu perekonomian (negara, propinsi, kabupaten) dalam periode waktu tertentu (Januari-Desember)
Uraian Tahun Laju Pertumbuhan (%/tahun)
Keterangan
PDB Pertanian 2000-2003 1,831998-1999 0,881993-1997 1,57
PDB Bahan Makanan 2000-2003 0,77 Sblm krisis 0,13%
EKONOMI PERTANIAN 8
PDB Perkebunan 2000-2003 5,02 Sblm krisis 4,30%PDB Peternakan 2000-2003 3,17 Sblm krisis 5,01%
b. Produksi Tanaman PanganKomoditas KeteranganPadi Produksi tahun 2003 53,4 juta ton, perkiraan 2004 (ARM III-
BPS) 54,3 juta ton, impor beras 1999 sebesar 4,8 juta ton dan tahun 2002 sebesar 1,0 juta ton.
Jagung Produksi tahun 2003 10,9 juta ton, perkiraan 2004 (ARM III-BPS) 11,1 juta ton
c. Produksi HortikulturaUraian KeteranganPeningkatan produksi 2001-2004
Sayuran 8,01%, buah-buahan 10,37%, tanaman hias 10,81%, tanaman biofarmaka 4,58%
Ketersediaan per kapita per tahun 2001-2004
Buah-buahan meningkat dari 37 kg menjadi 59 kg, sayuran meningkat dari 31 kg menjadi 38 kg
d. Produksi PerkebunanUraian KeteranganProduksi 2000-2003 Terjadi peningkatan produksi hampir seluruh
komoditas kecuali teh. Karet meningkat 16,43%; kelapa sawit 14,12%; tebu 7,43%
Peran perkebunan Sebagai sumber pertumbuhan utama sector pertanian
e. Produksi PeternakanUraian KeteranganPertumbuhan populasi 2000-2003 Sapi potong 0,64%, sebelum krisis
1,69%Sapi perah 2,20%, sebelum krisis 1,51%Kambing domba 1,53%, sebelum krisis 4,33%Ayam broiler 27,30%, sebelum krisis 8,14%Ayam petelur 13,67%, sebelum krisis 7,15%
Pertumbuhan ternak ruminansia Cenderung lambat akibat laju konsumsi yang lebih besar dibanding produksi.
EKONOMI PERTANIAN 9
Permasalahan tahun 2004 Terganggu oleh wabah flu burung
f. Konsumsi Energi dan ProteinTahun KonsumsiEnergi1999 1852 kka/kap2002 1986 kka/kapProtein1999 48,7 gr/kap2002 54,4 gr/kap
g. Ekspor-Impor Uraian KeteranganNeraca perdagangan Meningkat dari US $ 1.300 milyar pada tahun 1990
menjadi US $ 3.794 milyar pada tahun 2003Ekspor agribisnis Meningkat dari US $ 7.763 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 8,850 milyar pada tahun 2003 (6,71%) Impor agribisnis Meningkat dari US $ 4,096 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 4,491 milyar pada tahun 2003 (9,64%)Surplus perdagangan Naik 3,32 %. Surplus terbesar terjadi pada produk
perkebunan, peternakan, dan hortikultura sedangkan produk tanaman pangan deficit. Surplus perdagangan agribisnis terbesar terjadi pada produk olahan. Adanya surplus ini menunjukkan daya saing produk pertanian.
h. Kesejahteraan PetaniUraian KeteranganJumlah penduduk miskin menurun
Jumlah penduduk miskin (i) 1999 sebanyak 48,4 juta (24%), (ii) 2000 sebanyak 36,1 juta (19%), dan (iii) 2004 sebanyak 36,1 juta (17%)
Peran sektor pertanian Sektor pertanian menurunkan penduduk miskin hingga 66% (74% di desa dan 55% di kota)
Nilai Tukar Petani (NTP) Meningkat dari tahun ke tahun (2001-2003) dan pada tahun 2003 telah melampaui angka sebelum krisis.
6. Soal-soal Latihan
EKONOMI PERTANIAN 10
a. Carilah data PDB pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dsb.) selama 5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan PDB dari tahun ke tahun.
b. Carilah data produksi tanaman pangan (padi, jagung, kedele) selama 5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan produksi tanaman pangan tersebut dari tahun ke tahun
c. Carilah data produksi perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dsb.) selama 5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan produksi perkebunan tersebut dari tahun ke tahun.
d. Carilah data ekspor dan impor salah satu komoditas pertanian selama 5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan ekspor dan impor komoditas btersebut dari tahun ke tahun.
Contoh Data Dari BPS
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Pertanian, 2004-2006 No Lapangan Usaha 2004 2005 20061 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan329.124,60 364.169,30 433.223,40
a. Tanaman Bahan Makanan 165.558,20 181.331,60 214.346,30b. Tanaman Perkebunan 49.630,90 56.433,70 63.401,40c. Peternakan 40.634,70 44.202,90 51.074,70d. Kehutanan 20.290,00 22.561,80 30.065,70e Perikanan 53.010,80 59.639,30 74.335,30
Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Indonesia
ProvinsiJenis
TanamanTahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Indonesia Padi 2001 11499997.00 43.88 50460782.00Indonesia Padi 2002 11521166.00 44.69 51489694.00Indonesia Padi 2003 11488034.00 45.38 52137604.00Indonesia Padi 2004 11922974.00 45.36 54088468.00Indonesia Padi 2005 11839060.00 45.74 54151097.00
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung Provinsi Indonesia
EKONOMI PERTANIAN 11
ProvinsiJenis
TanamanTahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Indonesia Jagung 2001 3285866.00 28.45 9347192.00
Indonesia Jagung 2002 3126833.00 30.88 9654105.00
Indonesia Jagung 2003 3358511.00 32.41 10886442.00
Indonesia Jagung 2004 3356914.00 33.44 11225243.00
Indonesia Jagung 2005 3625987.00 34.54 12523894.00
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Indonesia
ProvinsiJenis
TanamanTahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Indonesia Kedelai 2001 678848.00 12.18 826932.00Indonesia Kedelai 2002 544522.00 12.36 673056.00Indonesia Kedelai 2003 526796.00 12.75 671600.00Indonesia Kedelai 2004 565155.00 12.80 723483.00Indonesia Kedelai 2005 621541.00 13.01 808353.00
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kacang Tanah Provinsi Indonesia
ProvinsiJenis
TanamanTahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
IndonesiaKacang Tanah
2001 654838.00 10.84 709770.00
IndonesiaKacang Tanah
2002 646953.00 11.10 718071.00
IndonesiaKacang Tanah
2003 683537.00 11.49 785526.00
IndonesiaKacang Tanah
2004 723434.00 11.58 837495.00
IndonesiaKacang Tanah
2005 720526.00 11.61 836295.00
EKONOMI PERTANIAN 12
Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 1995 – 2000
Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Teh Kina Tebu Tembakau
1995 471,9 992,4 125,4 49,3 81,0 4,6 496,9 9,11996 538,3 1146,3 129,6 46,7 88,8 2,2 400,0 4,31997 557,9 2109,1 146,3 61,8 89,3 2,3 378,1 4,51998 549,0 2669,7 151,3 62,5 91,2 0,6 405,4 5,71999 545,0 2860,8 154,6 63,2 91,6 1,3 391,1 5,22000 549,0 2991,3 157,8 63,2 90,0 1,3 388,5 5,2
Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 1995 – 2000
TahunKaret
KeringMinyak Sawit
Biji Sawit
Coklat Kopi TehKulit Kina
Gula Tebu
Tembakau
1995 341,00 2476,40 605,30 46,40 20,80 111,08 0,30 2104,70 9,901996 334,60 2569,50 626,60 46,80 26,50 132,00 0,40 2160,10 7,101997 330,50 4165,69 838,71 65,89 30,61 121,00 0,50 2187,24 7,801998 332,57 4585,85 917,17 60,93 28,53 132,68 0,40 1928,74 7,701999 293,66 4907,78 981,56 58,91 27,49 126,44 0,92 1801,40 5,802000 375,82 5094,86 1018,97 57,73 28,27 123,12 0,79 1780,13 6,31
Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman, 2000-2004
Jenis Tanaman 2000 2001 2002 2003 2004
Karet 3 046,00 2 838,40 2 825,50 2 772,50 2 747,90Kelapa 3 601,70 3 819,00 3 806,00 3 785,30 3 723,90Kelapa sawit 1 190,20 1 566,00 1 808,40 1 854,40 2 220,30Kopi 1 321,90 1 259,50 1 318,00 1 243,20 1 251,30Kakao 641,10 708,30 798,60 898,90 1 003,30
Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (ribu ton), 2000-2004
Jenis Tanaman 2000 2001 2002 2003 2004
Karet 1 125,2 1 723,3 1 226,6 1 396,2 1 662,0Kelapa 2 951,0 3 069,0 3 010,9 3 136,4 3 000,8Minyak k. sawit 1 977,8 2 800,7 3 426,7 3 517,3 3 847,2Inti sawit 542,6 621,3 668,3 731,0Kopi 585,2 560,4 654,3 645,0 618,2
EKONOMI PERTANIAN 13
Kakao 353,6 40,2 511,4 657,2 636,8 Ekspor dan Impor
Ekspor Crude Oil of CopraKode HS Diskripsi HS Jan Nilai (US$) Jan Brt (kg) Dec Nilai (US$) Dec Brt (kg)151311000 Crude oil of
Copra55,453,380 53,927,563 26,099,445 31,783,902
Impor Maize (Corn) StarchKode HS Diskripsi HS Jan Nilai (US$) Jan Brt (kg) Dec Nilai (US$) Dec Brt (kg)110812000 Maize (Corn)
Starch4,586,061 13,818,514 397,181 957,007
Sub Sektor, Kelompok dan Subkelompok
Jan-13
Perubahan Des-2012
dengan Jan-2013 (%)
Feb-13
Perubahan Jan-2013 dengan
Feb-2013 (%)
Mar-13
Perubahan Feb-2013
dengan Mar-2013 (%)
INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI 142.52 1.04 143.34 0.57 144.27 0.65
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 146.73 1.2 147.7 0.66 148.82 0.76
a) Bahan Makanan 155.55 1.99 157.15 1.03 159.17 1.28
b) Makanan Jadi 144.95 0.58 145.43 0.33 145.91 0.33
c) Perumahan 146.22 0.46 146.78 0.39 147.2 0.28
d) Sandang 141.36 0.34 141.6 0.17 141.7 0.07
e) Kesehatan 131.23 0.52 131.72 0.38 132.08 0.27f) Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 126.88 0.15 127.14 0.2 127.26 0.09
g) Transportasi & Komunikasi 116.35 0.2 116.41 0.05 116.56 0.13
- Indeks BPPBM 130.04 0.4 130.38 0.27 130.69 0.24
a) Bibit 132.25 0.45 132.5 0.19 132.79 0.22
b) Obat-obatan & Pupuk 128.84 0.33 129.02 0.13 129.16 0.11
c) Transportasi & Komunikasi 125.12 0.3 125.33 0.16 125.46 0.1
d) Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 125.65 0.33 125.94 0.23 126.35 0.33
e) Penambahan Barang Modal 133.2 0.4 133.54 0.26 133.88 0.25
F) Upah Buruh Tani 130.22 0.46 130.71 0.37 131.16 0.34INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI 150.6 0.85 150.78 0.12 150.81 0.02
NILAI TUKAR PETANI 105.67 -0.19 105.19 -0.45 104.53 -0.63
EKONOMI PERTANIAN 14
II. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN
2.1. Hubungan Input-Output
Input pertanian meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Lahan sebagai input pertanian mencakup luas, sebaran, status, kesuburan, lokasi dsb. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berupa tenaga kerja keluarga (suami, istri, anak, orang lain tinggal dalam satu rumah) dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang dibayar baik dibayar dengan upah pasar atau upah institusional. Modal usahatani dapat berupa modal tetap (bangunan, alat dan mesin pertanian, dsb.), dan modal variabel (bibit, pupuk, pestisida, herbisida, pakan, dsb.). Manajemen adalah kemampuan manajerial petani untuk usahataninya.
Input yang diperlukan dalam proses produksi pertanian meliputi (i) lahan: luas, status, kesuburan, fragmentasi, lokasi, dsb.; (ii) tenaga kerja: jumlah, kualitas, kontinyuitas, dsb.; (iii) modal: modal tetap yaitu modal yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi (bangunan, alat dan mesin pertanian, dsb.), modal variable yaitu modal yang besarnya tergantung pada jumlah produksi (benih, pupuk, obat, pakan, dsb.); dan (iv) manajemen yaitu kemampuan produsen mengelola usaha pertaniannya. Output pertanian merupakan hasil proses produksi biologis yang dapat berupa hasil tanaman, ternak, ikan, dan hutan.
a. TPP, APP dan MPP
TPP=Total Physical ProductAPP=Average Physical ProductMPP=Marginal Physical Product
Hubungan antara input dan output pertanian dapat dijelaskan dengan (i) tabel, (ii) grafik, dan (iii) persamaan matematik. Tabel 2.1. berikut menyatakan hubungan antara input (X) dengan output (Q) yang dinyatakan tabel. Secara grafis hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.
Tabel 2.1. Hubungan input-output (table)
Input (X) Output (Q)
0 0
1 5
2 14
EKONOMI PERTANIAN 15
3 21
4 26
5 30
6 33
7 35
8 36
9 36
10 35
Gambar 2.1. Hubungan input-output (grafik)
Hubungan antara input-output yang dinyatakan dengan persamaan matematik misalnya Q=X2-1/3X3. Persamaan tersebut menunjukkan produksi merupakan fungsi pangkat 3 dari input. Gambar 1 menunjukkan bahwa hubungan antara input dan output bersifat diskrit (gambarnya patah-patah) sedangkan persamaan Q=X2-1/3X3
bila digambar akan diperoleh kurva yang mulus (smooth).
EKONOMI PERTANIAN 16
Dalam hubungan input-output berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang atau law of deminishing return. Hukum tersebut mengatakan bahwa bila input variabel ditambahkan pada sejumlah input tetap, pada awalnya akan diperoleh tambahan hasil yang semakin meningkat kemudian bila input variabel tersebut terus ditambahkan akan diperoleh tambahan hasil yang semakin menurun. Untuk memahami hukum tersebut perlu dipelajari konsep (i) Hasil Fisik Total (Total Physical Product/TPP), (ii) Hasil Fisik Rata-rata (Average Physical Product/APP) dan (iii) Hasil Fisik Marginal (Marginal Physical Product/ MPP).
TPP dapat dirumuskan sebagai Q=f(X), output (Q) merupakan fungsi dari input (X). APP dirumuskan sebagai Q/X atau output per unit input. MPP dirumuskan sebagai Q/X atau dQ/dX atau perubahan output per unit perubahan input. Tabel 3 berikut menunjukkan hubungan antara input dan output serta angka-angka APP dan MPP. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang ditunjukkan oleh angka MPP yang pada awalnya mengalami kenaikan bila input X bertambah, kemudian meunurun dan akhirnya menjadi negatif. MPP positif berarti menambah input akan menambah hasil, MPP nol berarti menambah input tidak menambah hasil, dan MPP negatif berarti menambah input mengurangi hasil. APP dan MPP pada berbagai tingkat penggunaan input dapat dilihat pada gambar 2.2. Bila fungsi produksi mulus maka TPP, APP, dan MPP seperti terlihat pada gambar 2.3.
Tabel 2.2. Hubungan input-output, APP dan MPP
Input (X) Output (Q) TPP
APP(Q/X)
X Q MPP (Q/X)
0 0 - - - -1 5 5 1 5 5/1=52 14 7 1 9 9/1=93 21 7 1 7 7/1=74 26 6,8 1 5 5/1=55 30 6 1 4 4/1=46 33 5,5 1 3 3/1=37 35 5 1 2 2/1=28 36 4,5 1 1 1/1=19 36 4 1 0 0/1=010 35 3,5 1 -1 -1/1=-1
EKONOMI PERTANIAN 17
Gambar 2.2. APP dan MPP pada berbagai tingkat penggunaan input
EKONOMI PERTANIAN 18
Output (Q)
C
B TPP
Daerah Daerah Daerah
I II III
A
O X1 X2 X3 Input (X)
APP,MPP
MPP
APP
Input (X)
Gambar 2.3. TPP, APP, dan MPP bila fungsi produksi mulus
EKONOMI PERTANIAN 19
Bila fungsi produksi adalah Q=X2-(1/30)X3 maka dapat dicari persamaan APP dan MPP sebagai berikut.
APP = Q/X = (X2-(1/30)X3)/X = X-(1/30)X2
MPP = dQ/dX = 2X – (1/10)X2
b. Elastisitas ProduksiRespon produksi terhadap perubahan input dapat diukur dengan elastisitas
produksi yang dirumuskan sebagai berikut.
Bila >1 produksi dalam keadaan elastis, =1 unit elastis, dan <1 inelastis. Sebagai contoh =1,5 artinya bila input dinaikkan sebesar 1% maka produksi akan naik sebesar 1,5%.
Proses produksi dapat dibedakan menjadi daerah rasional dan daerah irrasional. Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa daerah I adalah daerah irrasional karena tidak rasional bila seorang produsen menghentikan penambahan input di daerah ini sementara APP terus meningkat. Demikian pula daerah III juga termasuk daerah irrasional karena menambah input menyebabkan output menurun. Daerah II merupakan daerah yang rasional karena di daerah ini produsen akan memperoleh keuntungan terbesar. Tingkat penggunaan input yang paling menguntungkan ditentukan oleh rasio harga input dan harga output.
c. Penggunaan Input Optimal
Penentuan tingkat penggunaan input yang menghasilkan keuntungan terbesar adalah sebagai berikut.
= keuntungan PQ = harga output PX = harga input
EKONOMI PERTANIAN 20
FC = fixed cost atau biaya tetap
Dengan demikian keuntungan tertinggi tercapai pada waktu MPP sama dengan rasio harga input dan harga output.
Contoh
Bila hubungan antara input dan output seperti pada table 3 dan harga input (PX) 1 dan harga output (PQ) juga 1 maka tingkat penggunaan input yang paling menguntungkan sebagai berikut.
PX/PQ = 1/1 = 1, maka MPP harus sama dengan 1 Hal ini terjadi pada tingkat penggunaan input X antara 7-8 unit atau output antara 35-36 unit PX/PQ = 2/1 = 2, maka MPP harus sama dengan 2 Hal ini terjadi pada tingkat penggunaan input X antara 6-7 unit atau output antara 33-35 unit
Secara grafis MPP adalah slope atau tangen dari garis singgung pada kurva produksi. Dengan demikian penentuan tingkat penggunaan input yang paling menguntungkan atau optimum adalah mencari slope pada kurva produksi yang besarnya sama dengan rasio harga input dan harga output (PX/PQ). Gambar 4 menunjukkan bahwa bila rasio harga input-output adalah (PX/PQ)1 maka tingkat penggunaan input optimum adalah X*1 dengan produksi sebesar Q*1. Pada tingkat penggunaan input ini keuntungan yang diperoleh produsen terbesar.
Bila (PX/PQ) turun karena harga input relatif menjadi lebih murah dari harga output atau karena harga output relatif menjadi lebih mahal dari harga input maka tingkat penggunaan input akan naik dan produksi meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 2. 4. dimana (PX/PQ) bergeser dari (PX/PQ)1 menjadi (PX/PQ)2 sehingga input naik dari X*1 menjadi X*2 dan output naik dari Q*1 ke Q*2. Kebijakan pemberian subsidi pada harga input (pupuk urea, BBM, irigasi, bunga KUR, dsb) dan support pada harga output (Harga Pembelian Pemerintah/HPP untuk beras, dsb) merupakan aplikasi dari teori ini.
EKONOMI PERTANIAN 21
Q (PX/PQ)1 (PX/PQ)2
Q*2
B
Q*1
A
X
X*1 X*2
Gambar 2.4. Penentuan tingkat penggunaan input optimum
Contoh
Diketahui fungsi produksi Q = 65,54 +1,084X-0,003X2, harga input (PX) 0,25 dan harga output (PQ) 2,50. Tentukan tingkat penggunaan input yang optimal.
1,084 – 0,006X
Syarat optimal: MPP = PX/PQ
1,084 – 0,006X = X* =
Dari penggunaan input optimal dapat diperoleh kurva atau fungsi permintaan input sebagai berikut.
PX=1 X=7 - 8 PQ=1
PX=2 X=6 - 7
PQ=1
Harga Input (PX)
EKONOMI PERTANIAN 22
Kurva Permintaan Input Untuk PQ=12
1
● ● ● Input (X) 6 7 8 Gambar 2.5. Kurva permintaan input
Contoh
Fungsi produksi: Q = 65,54 + 1,084X – 0,003X2
2,5(1,084 – 0,006X) = PX
Permintaan input untuk PQ=2,5
d. Soal-soal Latihan
1. Fungsi produksi: Q = 70 + 2X – 0,02X2
a. Carilah X pada saat Q maksimumb. Carilah elastisitas produksi bila X=10; 20; 30; 40; dan 50c. Carilah X yang memberikan keuntungan terbesar bila
c.1. PX = 1 dan PQ = 1 c.2. PX = 1 dan PQ = 2 c.3. PX = 1 dan PQ = 4 c.4. PX = 1 dan PQ = 10
2. Fungsi produksi: Q=X1/2
EKONOMI PERTANIAN 23
a. Carilah persamaan APP dan MPPb. Carilah X yang memberikan keuntungan terbesar bila PX=1 dan PQ=4c. Carilah persamaan permintaan input untuk PQ = 4
3. Tabel berikut menyatakan produktivitas padi, luas panen dan jumlah penggunaan bibit, pestisida, dan pupuk per hektar di Indonesia tahun 1984-2003. Gambarkan grafik perkembangan produktivitas, luas panen, bibit, pestisida, dan pupuk dari data di atas dan interpretasikan grafik tersebut.
4. Carilah fungsi produksi berikut dan interpretasikan hasilnya..
Tahun Produktivitas(ton/ha)
LuasPanen
(000ha)
Bibit(kg/ha)
Pestisida(kg/ha)
Pupuk(kg/ha)
1984 3,906 9764 38,79 2,37 244,451985 3,942 9902 39,24 2,35 241,761986 3,977 9988 39,97 3,7 262,081987 4,039 9923 40,3 3,84 261,311988 4,354 8251 40,65 2,57 301,361989 4,247 10531 40,76 2,72 311,581990 4,302 10502 40,33 2,42 302,891991 4,346 10904 38,71 4,72 312,821992 4,345 11103 39,67 2,52 303,21993 4,447 8926 36,71 2,99 296,661994 4,345 10734 38,73 2,79 284,231995 4,349 11439 39,06 2,67 290,981996 4,417 11570 39,01 2,65 271,281997 4,432 11141 39,44 3,13 3031998 4,174 11613 45,8 2,75 300,221999 4,252 11963 42,68 3,19 319
`2000 4,401 11793 41,74 3,36 328`2001 4,388 11500 41,58 3,44 3342002 4,469 11521 41,65 3,5 3382003 4,538 11477 41,8 3,54 343
Pertumbuhan per tahun (%) 0,55 -9,18 0,36 0.98 2,06
Tahun
PRO LUS BNH PES PPK t
EKONOMI PERTANIAN 24
1984 3,906 9764 38.79 2.37 244.45 11985 3,942 9902 39.24 2.35 241.76 21986 3,977 9988 39.97 3.7 262.08 31987 4,039 9923 40.3 3.84 261.31 41988 4,354 8251 40.65 2.57 301.36 51989 4,247 10531 40.76 2.72 311.58 61990 4,302 10502 40.33 2.42 302.89 71991 4,346 10904 38.71 4.72 312.82 81992 4,345 11103 39.67 2.52 303.2 91993 4,447 8926 36.71 2.99 296.66 101994 4,345 10734 38.73 2.79 284.23 111995 4,349 11439 39.06 2.67 290.98 121996 4,417 11570 39.01 2.65 271.28 131997 4,432 11141 39.44 3.13 303 141998 4,174 11613 45.8 2.75 300.22 151999 4,252 11963 42.68 3.19 319 16
`2000 4,401 11793 41.74 3.36 328 17`2001 4,388 11500 41.58 3.44 334 182002 4,469 11521 41.65 3.5 338 192003 4,538 11477 41.8 3.54 343 20
Dependent Variable: LOG(PRO)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 15:48Sample: 2001 2020Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.303007 0.013637 608.8637 0.0000T 0.005583 0.001138 4.904578 0.0001
R-squared 0.571988 Mean dependent var 8.361632Adjusted R-squared 0.548209 S.D. dependent var 0.043675S.E. of regression 0.029356 Akaike info criterion -4.123985Sum squared resid 0.015512 Schwarz criterion -4.024412Log likelihood 43.23985 F-statistic 24.05488Durbin-Watson stat 0.830403 Prob(F-statistic) 0.000114
Produktivitas padi dari waktu ke waktu:
Total diferential:
Perubahan produktivitas relatif: =β
Perubahan prodiktivitas dalam persen: x100%
ln PRO=8.303007+0.005583t
EKONOMI PERTANIAN 25
Pertumbuhan produktivitas padi per tahun = 0.00558x100%=0.558%
Dependent Variable: LOG(LUS)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 15:50Sample: 2001 2020Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.550070 0.969057 9.855012 0.0000T -0.091880 0.080895 -1.135788 0.2709
R-squared 0.066875 Mean dependent var 8.585331Adjusted R-squared 0.015034 S.D. dependent var 2.101957S.E. of regression 2.086096 Akaike info criterion 4.403105Sum squared resid 78.33233 Schwarz criterion 4.502678Log likelihood -42.03105 F-statistic 1.290013Durbin-Watson stat 2.437541 Prob(F-statistic) 0.270943
Dependent Variable: LOG(BBT)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 16:16Sample: 2001 2020Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.657508 0.019629 186.3337 0.0000T 0.003686 0.001639 2.249767 0.0372
R-squared 0.219477 Mean dependent var 3.696216Adjusted R-squared 0.176114 S.D. dependent var 0.046553S.E. of regression 0.042255 Akaike info criterion -3.395546Sum squared resid 0.032139 Schwarz criterion -3.295972Log likelihood 35.95546 F-statistic 5.061452Durbin-Watson stat 1.232737 Prob(F-statistic) 0.037213
Dependent Variable: LOG(PES)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 16:24Sample: 2001 2020Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.998403 0.084911 11.75819 0.0000
EKONOMI PERTANIAN 26
T 0.009821 0.007088 1.385475 0.1828R-squared 0.096365 Mean dependent var 1.101520Adjusted R-squared 0.046163 S.D. dependent var 0.187160S.E. of regression 0.182789 Akaike info criterion -0.466328Sum squared resid 0.601414 Schwarz criterion -0.366754Log likelihood 6.663276 F-statistic 1.919541Durbin-Watson stat 2.204594 Prob(F-statistic) 0.182837
Dependent Variable: LOG(PES)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 16:24Sample: 2001 2020Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.998403 0.084911 11.75819 0.0000T 0.009821 0.007088 1.385475 0.1828
R-squared 0.096365 Mean dependent var 1.101520Adjusted R-squared 0.046163 S.D. dependent var 0.187160S.E. of regression 0.182789 Akaike info criterion -0.466328Sum squared resid 0.601414 Schwarz criterion -0.366754Log likelihood 6.663276 F-statistic 1.919541Durbin-Watson stat 2.204594 Prob(F-statistic) 0.182837
Dependent Variable: LOG(PPK)Method: Least SquaresDate: 04/14/13 Time: 15:52Sample(adjusted): 2014 2020Included observations: 6Excluded observations: 1 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.432028 0.029572 183.6856 0.0000T 0.020689 0.001695 12.20487 0.0003
R-squared 0.973849 Mean dependent var 5.790642Adjusted R-squared 0.967311 S.D. dependent var 0.045290S.E. of regression 0.008188 Akaike info criterion -6.510988Sum squared resid 0.000268 Schwarz criterion -6.580401Log likelihood 21.53296 F-statistic 148.9587Durbin-Watson stat 0.763611 Prob(F-statistic) 0.000259
Fungsi Produksi:
Total Differential
Partial Derivative
EKONOMI PERTANIAN 27
, elastisitas luas lahan
, elastisitas benih
, elastisitas pestisida
, elastisitas pupuk
Dependent Variable: LOG(PRO)Method: Least SquaresDate: 03/20/14 Time: 08:41Sample: 1984 2003Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.001084 0.488155 14.34191 0.0000
LOG(LUS) 0.056369 0.057537 0.979705 0.3428LOG(BNH) -0.439290 0.119591 -3.673262 0.0023LOG(PES) -0.039049 0.027439 -1.423120 0.1752LOG(PPK) 0.440082 0.057802 7.613620 0.0000
R-squared 0.826658 Mean dependent var 8.361632Adjusted R-squared 0.780434 S.D. dependent var 0.043675S.E. of regression 0.020465 Akaike info criterion -4.727873Sum squared resid 0.006282 Schwarz criterion -4.478940Log likelihood 52.27873 F-statistic 17.88360Durbin-Watson stat 1.447923 Prob(F-statistic) 0.000014
C=7.001084: produktivitas awal
=elastisitas lahan=0.056369, bila lahan ditambah 1% maka produktivitas akan naik sebesar 0.056369%
=elastisitas benih=-0.439290, bila benih ditambah 1% maka produktivitas akan turun 0,43290
2.3. Hubungan Input-input
Dalam proses produksi pertanian hubungan input satu dengan lainnya dapat bersifat substitusi, komplementer, atau independent. Misalnya, traktor dapat menggantikan tenaga kerja dalam pengolahan lahan atau dikatakan bahwa hubungan antara traktor dan tenaga kerja saling menggantikan. Untuk mencapai produksi yang tinggi penggunaan pupuk harus disertai dengan penyediaan air irigasi yang cukup. Dalam hal ini hubungan antara pupuk dan air irigasi bersifat komplementer atau saling melengkapi. Adakalanya dua macam input tidak terkait satu dengan lainnya. Bila hal ini terjadi hubungan kedua macam input tersebut bersifat independent.
EKONOMI PERTANIAN 28
a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dengan dua macam input variabel dapat dituliskan sebagai berikut.
atau
Tabel 2.3. berikut menunjukkan produksi (Q) yang dapat dicapai dengan berbagai kombinasi input-1 (X1) dan input-2 (X2) yang diturunkan dari fungsi produksi
.
Tabel 2.3.
X1
10 80 93 104 113 120 125 128 129 128 125 1209 81 94 105 114 121 126 129 130 129 126 1218 80 93 104 113 120 125 128 129 128 125 1207 77 90 101 110 117 122 125 126 125 122 1176 72 85 96 105 112 117 120 121 120 117 1125 65 78 89 98 105 110 113 114 113 110 1054 56 69 80 89 96 101 104 105 104 101 963 45 58 69 78 85 90 93 94 93 90 852 32 45 56 65 72 77 80 81 80 77 721 17 30 41 50 57 62 65 66 65 62 570 0 13 24 33 40 45 48 49 48 45 40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10X2
Dari fungsi produksi di atas dapat ditentukan penggunaan input untuk mencapai produksi tertinggi sebagai berikut.
}
a. Isoquant
EKONOMI PERTANIAN 29
Dari tabel 2.3. dapat dicari kombinasi input yang menghasilkan output sama. Misalnya output sebesar 105 dapat dicapai dengan kombinasi input seperti pada tabel 2.4. Kurva yang menggambarkan kombinasi input yang menghasilkan output sama disebut sebagai isoquant. Bila kombinasi input pada tabel 2.3. diplotkan dalam gambar akan diperoleh kurva isoquant seperti pada gambar 2.7.
Tabel 2.4. Kombinasi input X1 dan X2 untuk output sebesar 105Input X1 Input X2 Output
9 2 1056 3 1055 4 1054 7 1055 10 105
2- 9
3- 64- 5
7- 410- 5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 2 4 6 8 10 12
Input-2
Inpu
t-1
Series1
Gambar 2.6. Kurva isoquant untuk ouput sebesar 105
Gambar 2.7. di bawah menunjukkan isoquant pada berbagai tingkat output yaitu Q=130, Q=104, Q=78, Q=52, dan Q=0. Isoquant untuk output tertinngi yaitu Q=130 dan output terendah yaitu Q=0 digambarkan dengan suatu titik. Isoquant yang letaknya semakin jauh dari titik origin menunjukkan tingkat produksi yang lebih tinggi.
X1 10 - ● Q=130
EKONOMI PERTANIAN 30
9 - 8 - 7 - 6 - 5 - 4 - 3 - Q = 104 2 - 1 - Q=20 Q = 78 0=Q Q = 52 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
Gambar 2.7. Kurva isoquant untuk ouput sebesar 130, 104, 78, 52 dan 0
b. Marginal Rate of Input Substitution (MRS)
Jumlah X1 yang dapat digantikan oleh setiap unit X2 agar output tetap disebut sebagai MRS X2 untuk X1. Secara matematis MRS X2 untuk X1 dapat dirumuskan sebagai berikut.
X1 10 - 9 - A 8 - 7 - 6 - B 5 - C
EKONOMI PERTANIAN 31
4 - 3 - 2 - 1 - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
Gambar 2.8. Penentuan marginal rate of input substitution
Diantara titik A dan B, , artinya agar
output tetap, 3 unit input X1 dapat digantikan oleh 1 unit input X2.
Diantara titik B dan C, , artinya agar
ouput tetap 1 unit input X1 dapat digantikan oleh 1 unit input X2.
Tabel 2.5. MRS input X2 untuk X1 untuk Q=105
2 9 - - -3 6 1 -3 -3/1=-34 5 1 -1 -1/1=-15 4,4 1 -0,6 -0,6/1=-0,66 4,1 1 -0,3 -0,3/1=-0,37 4 1 -0,1 -0,1/1=-0,18 4,1 1 0,1 0,1/1
Contoh
EKONOMI PERTANIAN 32
Untuk X1=6 dan X2=3 maka,
c. Isocost Line
Isocost line adalah garis yang menggambarkan kombinasi input yang dapat dibeli dengan biaya yang sama. Isocost line dapat dirumuskan dari Total Variable Cost (TVC) sebagai berikut.
Slope isocost line =
Tabel 2.6. dan gambar 2.6. di bawah menunjukkan kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=2 dan PX2=3. Bila masing-masing kombinasi input tersebut digambarkan akan diperoleh 2 isocost line yang sejajar atau sama slopenya tetapi berbeda intersepnya. Isocost line yang letaknya lebih jauh dari titik origin menunjukkan TVC yang lebih besar. Tabel 2.7 dan gambar 2.10 menunjukkan isocost line bila PX1 naik menjadi 3.
Tabel 2.6. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=2 dan PX2=3TVC = 18; PX1 = 2; PX2=3 TVC = 12; PX1 = 2; PX2 = 3
X1 X2 X1 X2
0 6 0 4.... .... .... ........ …. …. ….9 0 6 0
X1
10 - X1 = TVC/PX1 = 18/2 =9 9 - X1 = TVC/PX1 = 12/2 = 6 8 - 7 -
EKONOMI PERTANIAN 33
6 - 5 - Isocost line, slope = -3/2 4 - 3 - 2 - X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4 1 - X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
Gambar 2.9. Kurva isocost line
Tabel 2.7. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=3 dan PX2=3TVC = 18; PX1 = 3; PX2=3 TVC = 12; PX1 = 3; PX2 = 3
X1 X2 X1 X2
0 6 0 4.... .... .... ........ …. …. …..... …. …. ….....6 0 4 0
X1
10 - X1 = TVC/PX1 = 18/3 = 6 9 - X1 = TVC/PX1 = 12/3 = 4 8 - 7 - 6 - 5 - Isocost line, slope = -3/3 = -1 4 - 3 - 2 - X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4 1 - X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
EKONOMI PERTANIAN 34
Gambar 2.10. Kurva isocost line
d. Biaya Input Terkecil
Dalam hubungan input-input yang dicari adalah kombinasi input yang biayanya terkecil atau kombinasi input yang keuntungannya terbesar atau disebut juga sebagai kombinasi input yang optimal. Untuk menentukan kombinasi input yang optimal perlu dipahami pengertian isoquant dan isocost.
Untuk menentukan kombinasi input yang optimal perlu dipahami gambar 2.11 dan gambar 2.12. Gambar 2.11. menunjukkan bahwa MRS dapat digambarkan oleh slope pada kurva isoquant. Slope di titik A lebih tajam dari pada di titik B menunjukkan bahwa MRS di titik A lebih tinggi dari pada di titik B. Atau selanjutnya dapat diartikan bahwa daya substitusi suatu input terhadap input lain semakin lama semakin menurun.
X1 A B
EKONOMI PERTANIAN 35
X2
Gambar 2.11. Slope dari isoquant
Gambar 2.12. menunjukkan bahwa output sebesar Qo dapat dicapai dengan kombinasi input di titik A (X2A,X1A) atau C (X2C,X1C). Bila hal ini dilakukakn maka biaya yang harus dikeluarkan akan sebesar TVC2. Output sebesar Qo dapat dihasilkan dengan kombinasi input di titik B (X2B,X1B). Biaya terkecil untuk menghasilkan output sebesar Qo di titik B dengan biaya sebesar TVC1. Bila biaya yang tersedia kurang dari TVC1 misal TVCo maka output sebesar Qo tidak dapat tercapai. Secara grafis dapat dilihat bahwa penggunaan input optimal tercapai bila terpenuhi syarat sebagai berikut
slope isoquant = slope isocost
X1 A X1A ● BX1B ● CX1C ● Q = Qo
TVCo TVC1 TVC2
EKONOMI PERTANIAN 36
X2
X2A X2B X2C
Gambar 2.12. Kombinasi input dengan biaya terkecil
Contoh
Syarat optimal:
a=-3,25; b=58,5; c=-238,25
EKONOMI PERTANIAN 37
Untuk menghasilkan output sebanyak 105 unit kombinasi input yang biayanya termurah atau kombinasi input yang keuntungannya terbesar adalah X1 = 6,2 dan X2
= 2,8.
e. Soal-soal Latihan
1. Berikut adalah kombinasi input yang menghasilkan sejumlah output tertentu.
X1 X2 =MPP2/MPP1
30 028 1 -2 1 -220 3 -8 2 -414 5 -6 2 -39 8 -5 3 -5/35 12 -4 4 -11 17 -4 5 -4/50 25 -1 8 -1/8
Carilah kombinasi input yang biayanya termurah bila harga input sebagai berikut.
PX1 PX2
8 6,40,25 0,750,4 1
2. Carilah kombinasi input yang biayanya termurah dari fungsi produksi dan harga-
harga berikut.
2.4. Hubungan Output-Output
Bila sumberdaya pertanian (lahan, tenaga kerja, dan modal) terbatas maka persoalannya adalah menentukan berbagai macam output yang memberikan keuntungan terbesar. Untuk memecahkan masalah ini perlu dipahami bagaimana hubungan antara output satu dengan output lainnya.
a. Macam Hubungan Output-output
EKONOMI PERTANIAN 38
Hubungan antara output satu dengan output lainnya dapat bersifat (i) competitive, (ii) complementary, (iii) supplementary, dan (iv) joint. Uraian dari masing-masing hubungan tersebut sebagai berikut.
(i) Competitive Hubungan antar ouput yang bersifat competitive ditandai dengan menurunnya jumlah suatu output bila output lainnya meningkat. Misalnya, meningkatkan produksi padi berakibat menurunnya produksi jagung. Secara grafis hubungan antar output yang bersifat competitive dapat dilihat pada gambar 2.13a dan b. Q2 Q2
A● A ●
B B ● Q1 ● Q1
(a) (b) Gambar 2.13. Hubungan output-output competitive
(ii) ComplementaryHubungan antar output yang bersifat complementary ditandai dengan meningkatnya jumlah suatu output bila output lainnya meningkat. Misalnya, meningkatnya jumlah produksi legum berakibat meningkatnya jumlah produksi jagung. Secara grafis hubungan antar output yang bersifat complementary ditunjukkan oleh kurva AB pada gambar 2.14a dan kurva AB dan DC pada gambar 2.14b.
(iii) SupplementaryPada hubungan antar output yang bersifat supplementary kenaikan suatu output diikuti dengan output lain yang jumlahnya tetap. Misalnya, usaha meningkatkan produksi jagung tanpa mempengaruhi jumlah pemeliharaan sapi. Secara grafis hubungan antar output yang bersifat supplementary ditunjukkan oleh kurva AB pada gambar 2.15a. dan kurva AB dan CD pada gambar 2.15b.
EKONOMI PERTANIAN 39
Q2 Q2
B ●
A ● B ● A● ● C Q1 ● D Q1
(a) (b) Gambar 2.14. Hubungan output-output complementary
Q2 Q2
A ● ● B A● ● B
● D Q1 ●C Q1
(a) (b) Gambar 2.15. Hubungan output-output supplementary
(iv) JointHubungan antar output yang bersifat joint ditandai dengan adanya dua macam produk atau lebih dihasilkan secara simultan pada perbandingan tertentu. Misalnya, gula dan tetes dihasilkan secara simultan. Secara grafis hubungan antar output yang bersifat joint ditunjukkan oleh 2.16a. dan 2.16b.
Q2 Q2
EKONOMI PERTANIAN 40
● ● ● ● ● Q1 Q1
(a) (b)
Gambar 2.16. Hubungan output-output joint
b. Kurva Kemungkinan Produksi
Kurva kemungkinan produksi atau production possibility curve (PPC) adalah kurva yang menggambarkan kombinasi output yang dapat dihasilkan oleh sejumlah sumberdaya tertentu. Misal, gambar 2.17. menunjukkan kurva kemungkinan produksi bila sumberdaya yang tersedia X=Xo.
Q2
Q2A A
Q2B B
Q1A Q1B Q1
Gambar 2.17. Kurva kemungkinan produksi (PPC)
Bila diketahui hubungan antara input X dan output Q1 dan Q2 seperti pada tabel 2.8. maka dapat diturunkan PPC pada X = 4 seperti pada tabel 2.9. dan gambar 2.18. Bila ditetapkan X = 7 maka PPCnya dapat dilihat di tabel 2.10 dan gambar 2.19.
Tabel 2.8. Produksi Q1 dan Q2
X Q1 MPPXQ1 X Q2 MPPXQ2
0 0 - 0 0 -1 7 7 1 12 122 13 6 2 22 10
EKONOMI PERTANIAN 41
3 18 5 3 30 84 22 4 4 36 65 25 3 5 40 46 27 2 6 42 27 28 1 7 43 18 27 -1 8 42 -19 25 -2 9 40 -1
Tabel 2.9. PPC pada X = 4PPC untuk X=4
Q2 X untuk Q2
X untuk Q1 Q1
36 4 4 -4 = 0 030 3 4 -3 = 1 722 2 4 -2 = 2 1312 1 4 -1 = 3 180 0 4 – 0= 4 22
36- 0
30- 7
22- 13
12- 18
0- 22
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Q1
Q2
Series1
Gambar 2.18. Kurva PPC pada X = 4
Tabel 2.10. PPC pada X = 7 PPC untuk X=7
Q2
X untuk Q2
X untuk Q1 Q1
43 7 7 – 7 = 0 042 6 7 – 6 = 1 7
EKONOMI PERTANIAN 42
40 5 7 – 5 = 2 1336 4 7 – 4 = 3 1830 3 7 – 3 = 4 2222 2 7 – 2 = 5 2512 1 7 – 1 = 6 270 0 7 – 0 = 7 28
43- 0
42- 7
40- 13
36- 18
30- 22
22- 2512- 270- 28
0
5
10
15
20
25
30
0 10 20 30 40 50
Q2
Q1
Series1
Gambar 2.19. Kurva PPC pada X = 7
c. Marginal Rate of Product Substitution (MRPS)
didifiniskan sebagai jumlah output Q2 yang dapat digantikan oleh setiap unit output Q1 bila sumberdaya tetap. Dari difinisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 2.11. berikut menyatakan PPC pada X=7 dan . Secara grafis MRPS adalah slope dari PPC (gambar 2.20).
Tabel 2.11. PPC pada X = 7 dan MRPS
43 0 - - -42 7 -1 7 -1/740 13 -2 6 -1/3
EKONOMI PERTANIAN 43
36 18 -4 5 -4/530 22 -6 4 -3/222 25 -8 3 -8/312 27 -10 2 -50 28 -12 1 -12
Q2
A
B
Q1
Gambar 2.20. Kurva PPC dan MRPS
d. Isorevenue
Isorevenue adalah garis atau kurva yang menggambarkan kombinasi output yang menghasilkan total penerimaan (TR) yang sama. TR dapat dirumuskan sebagai berikut.
TR = PQ1Q1 +PQ2Q2
Q2=TR/PQ2-(PQ1/PQ2) Q1
dimana PQ1 adalah harga Q1 dan PQ2 harga Q2
Kombinasi output pada berbagai TR dapat dilihat pada tabel 2.12. sedangkan kurva isorevenuenya dapat dilihat pada gambar 2.21. TR yang semakin besar digambarkan dengan garis isorevenue yang semakin jauh dari titik origin. Pengaruh
EKONOMI PERTANIAN 44
perubahan harga output terhadap isorevenue dapat dilihat pada tabel 2.13. dan gambar 2.22. dan gambar 2.23.
Tabel 2.12. Kombinasi output pada TR=80, TR=100 dan TR=120
=1;
1Q 2Q 1Q
0 80 80 0 100 100 0 120 12010 60 80 10 80 100 10 100 12020 40 80 20 60 100 20 80 12030 20 80 30 40 100 30 60 12040 0 80 40 20 100 40 40 120
50 0 100 50 20 12060 0 120
Q2
120 -
100 - TR1=80 80 - TR2=100 TR3=120
0 40 50 60 Q1
Gambar 2.21. Isorevenue pada TR=80, TR=100 dan TR=120 TR = PQ1Q1 +PQ2Q2
Q2=TR/PQ2-(PQ1/PQ2) Q1
Tabel 2.13. Pengaruh perubahan harga Q1 dan harga Q2
Harga Semula Harga Q2 Naik Harga Q1 Naik=1;
EKONOMI PERTANIAN 45
1Q 2Q 1Q
0 80 80 0 40 80 0 80 8010 60 80 10 30 80 10 55 8020 40 80 20 20 80 20 30 8030 20 80 30 10 80 30 5 8040 0 80 40 0 80 32 0 80
Q2
80 -
40-
. 40 Q1 Gambar 2.22. Pengaruh kenaikan harga Q2 terhadap isorevenue Q2
80 -
32 40 Q1 Gambar 2.23. Pengaruh kenaikan harga Q1 terhadap isorevenue
Slope isorevenue dapat dirumuskan sebagai berikut.
EKONOMI PERTANIAN 46
Slope isorevenue =
e. Total Revenue Terbesar
Bila sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi tetap jumlahnya maka keuntungan terbesar dapat dicapai dengan jalan memaksimumkan total revenue. Q2
TR2
TR1
● A
● B
●C
Q1
Gambar 2.24. Kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar
Kombinasi output di titik A dan C menghasilkan revenue sebesar TR1. Kombinasi ouput di titik B menghasilkan revenue sebesar TR2. Kombinasi output di titik B menghasilkan revenue terbesar.Titik B dicirikan dengan kondisi sebagai berikut.
Slope PPC = Slope Isorevenue
Tabel 2.14. MRPS untuk PPC pada X=7 PPC pada X = 7
Q2 Q1
43 0 - - -42 7 -1 7 1/740 13 -2 6 -2/6
EKONOMI PERTANIAN 47
36 18 -4 5 -4/330 22 -6 4 -6/422 25 -8 3 -8/312 27 -10 2 -10/20 28 -12 1 -12/1
Bila PQ1=2 dan PQ2=1 maka PQ1/PQ2= 2/1 = 2. Q1 dan Q2 yang menghasilkan TR terbesar dapat dicari dari yang besarnya sama dengan 2. Dari tabel 2.14. dapat dilihat bahwa sebesar 2 terletak antara -6/4 dan -8/3 atau output Q2 antara 22s/d30 dan output Q1 antara 22s/d25.
Contoh
PPC
PQ1=5 dan PQ2=6
=
-0,013Q2 = -6/5 Q2 = 92,3
Q1=44,6 dan Q2=92,3 menghasilkan TR terbesar atau keuntungan terbesar.
f. Soal-soal Latihan
1. Berikut adalah kombinasi output yang dapat dihasilkan oleh sejumlah sumberdaya tertentu.
Q1 Q2
53 052 1750 2346 28
EKONOMI PERTANIAN 48
40 3232 3522 370 38
Carilah kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar bila harga Q1 dan harga Q2 sebagai berikut.
(i) PQ1 = 6 PQ2 = 2(ii) PQ1 = 4 PQ2 = 6(iii) PQ1 = 2 PQ2 = 10
2. Deketahui fungsi produksi jagung dan sorgum sebagai berikut.
C = jagungS = sorgumN = nitrogen
Carilah kombinasi jagung dan sorgum yang menghasilkan revenue terbesar bila harga jagung dan sorgum sebagai berikut.
(i) PC = 3 dan PS = 2,5(ii) PC = 4 dan PS = 2
2.5. Kondisi Optimal Dari Sisi Output
Dilihat dari sisi output keuntungan dapat didifinisikan sebagai berikut.
TR = penerimaan totalTC = biaya total
a. Cara 1
; perubahan input per unit perubahan output
perubahan biaya per unit perubahan output
EKONOMI PERTANIAN 49
= Marginal Cost (MC)
MPP=Px/PQ
Sisi ouput Sisi inputb. Cara 2
,MR=marginal revenue, perubahan penerimaan per unit perubahan
output
, MC=marginal cost, perubahan biaya per unit perubahan output
Bila akan diperoleh tabel 2.15.
Tabel 2.15.X Q TR=PQQ TVC=PXX FC TC=TR-TVC-FC MR MC
0 0 0 0 1000 1000 -1000
2 3,7 111 200 1000 1200 -1089 30 54,05
4 13,9 417 400 1000 1400 -983 30 19,1
6 28,8 864 600 1000 1600 -736 30 13,42
8 46,9 1407 800 1000 1800 -393 30 11,04
10 66,7 2001 1000 1000 2000 -1 30 10,1
12 86,4 2592 1200 1000 2200 392 30 10,15
14 104,5 3135 1400 1000 2400 735 30 11,04
16 119,5 3585 1600 1000 2600 985 30 13,33
18 129,6 3888 1800 1000 2800 1088 30 19,8
20 133,3 3999 2000 1000 3000 999 30 54,05
22 129,6 3888 2200 1000 3200 688 30
EKONOMI PERTANIAN 50
Dari tabel 2.15. selanjutnya dapat digambarkan kurva TR dan TC (gambar 2.25.), kurva keuntungan (gambar 2.26), dan kurva MC (gambar 2.27).
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
0 20 40 60 80 100 120 140
Output
TR
,TC
TR TC
Gambar 2.25. Kurva TR dan TC
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
0 20 40 60 80 100 120 140
Output
Keu
ntu
ng
an
π
Gambar 2.26. Kurva keuntungan
EKONOMI PERTANIAN 51
0
10
20
30
40
50
60
0 20 40 60 80 100 120 140
Output
MC
MC
Gambar 2.27. Kurva MC Contoh
Marginal Rate of Input Substitution=ratio harga input
penggunaan input optimal
EKONOMI PERTANIAN 52
Average Variable Cost (AVC) = TVC/Q
Average Cost (AC) = TC/Q
Bila harga Q sebesar P2 maka Q optimal sebesar Q2. Bila harga Q turun menjadi P1(masih di atas AVC) maka Q optimal sebesar Q1. Bila harag Q turun di bawah AVC misal Po maka Q tidak diproduksi. Oleh karena itu kurva MC di atas minimum AVC misal AB menggambarkan penawaran. AVC, AC
MC AVC P2 B P1 A
Po
Q1 Q2 Q Gambar 2.28. Kurva penawaran
c. Soal-soal Latihan
1. Dari fungsi produksi dan PX1=3, PX2=1, PQ=10 carilah TVC,
AVC, dan MC
2. Dari fungsi produksi dan PX1=6, PX2=3, PQ=15 carilah TVC,
AVC, dan MC.
III. ANALISIS EKONOMI USAHA PERTANIAN
EKONOMI PERTANIAN 53
3.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani
a. Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani
Faktor produksi dalam proses produksi pertanian meliputi lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen. Imbalan atau balas jasa atas faktor produksi tersebut berupa (i) sewa untuk faktor produksi lahan, (ii) bunga untuk faktor produksi modal, (iii) upah untuk faktor produksi tenaga kerja, dan (iv) keuntungan untuk faktor produksi manajemen.
Tujuan suatu usahatani umumnya adalah untuk mencapai pendapatan yang tertinggi. Dalam menghitung pendapatan usahatani perlu memperhatikan dari mana faktor produksi tersebut berasal. Bila faktor produksi berasal dari dalam usahatani maka balas jasa atas faktor produksi tersebut tidak diperhitungkan sebagai biaya. Sebaliknya bila faktor produksi berasal dari luar usahatani maka balas jasa atas faktor produksi tersebut diperhitungkan sebagai biaya. a. Sewa lahan diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila lahan yang digunakan
dalam usahatani diperoleh dengan cara menyewa atau menyakap. Bila lahan yang digunakan dalam usahatani lahan milik sendiri maka sewa lahan tidak diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan pendapatan usahatani.
b. Bunga modal diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila modal yang digunakan dalam usahatani diperoleh dengan cara meminjam dari bank atau sumber pinjaman lainnya. Bila modal yang digunakan dalam usahatani modal sendiri maka bunga modal tidak diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan pendapatan usahatani.
c. Upah tenaga kerja diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani adalah tenaga kerja luar keluarga. Bila tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani adalah tenaga kerja keluarga maka upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan pendapatan usahatani.
d. Keuntungan usahatani sebagai imbalan atas faktor produksi manajemen sepenuhnya merupakan pendapatan usahatani.
Pendapatan Usahatani=Penerimaan Total - Biaya yang benar-benar dikeluarkan Total (Biaya Eksplisit)
Keuntungan= Penerimaan Total – Biaya Total
Gross Margin = Penerimaan Total – Biaya Variable
Biaya variable: biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produksi (pupuk, tenaga kerja, dsb)
EKONOMI PERTANIAN 54
Biaya Tetap: biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi (PBB, penyusutan, dsb)
Tabel 3.1. Biaya dan Pendapatana Usahatani
No. Uraian Perhitungan1 Nilai Produksi
a. Padi QPD x PPD = Rp ………………….b. Jagung QJG x PJG = Rp ………………….c. Ayam QAY x PAY = Rp ………………….d. Ikan QIK x PIK = Rp ………………….
Jumlah-1 Rp .…………………
2 Biaya Produksia. Benih Padi XPD x PXPD = Rp ………………… Jagung XJG x PXJG = Rp ………………… Ayam XAY x PXAY = Rp ………………… Ikan XIK x PXIK = Rp …………………b. Pupuk Urea XUR x PXUR = Rp ………………… SP36 XSP x PXSP = Rp ………………… KCl XKC x PXKC = Rp …………………c. Pakan ayam XPAY x PXPAY = Rp …………………d. Pakan ikan XPIK x PXPIK = Rp …………………e. Pestisida XPES x PXPES = Rp …………………f. Tenaga kerja luar XTK x PXTK = Rp …………………g. Bunga kredit Rp …………………h. Sewa lahan/Bagi Hasil Rp.…………………i. Iuran irigasi Rp ………………… j. PBB Rp ………………… k. Penyusutan Rp …………………
Jumlah-2 Rp …………………
3 Pendapatan Usahatani (on farm)= Jml-1-Jml-2= Jumlah-3
Rp …………………
4 Pendapatan Luar Usahatania. Off-farm Rp.. ………………..b. Non-farm Rp.. ………………..
Jumlah-4 Rp.. ………………..
5 Pendapatan Rumah Tangga Tani =Jumlah-3 + Jumlah-4 = Jumlah-5 Rp …………………
b. Kasus Usahatani 1
Seorang petani memiliki lahan sawah seluas 0,5 ha dan lahan kering seluas 0,25 ha. Lahan sawah dalam setahunnya dapat ditanami padi dua kali (padi musim hujan dan padi musim kemarau) dan jagung sekali. Lahan kering seluruhnya ditanami kelapa sebanyak 40 pohon. Petani juga memiliki lahan pekarangan yang
EKONOMI PERTANIAN 55
dimanfaatkan untuk menggemukkan sapi, membesarkan ayam buras, menjemur gabah dan untuk tempat tinggal dan keperluan rumah tangga lainnya.
Hasil padi 3,5 ton gabah kering panen (GKP) pada musim hujan dan 3 ton pada musim kemarau sedangkan hasil jagung 3 ton pipilan kering. Semua tanaman kelapa telah berbuah dengan perkiraan produksi sebanyak 30 butir per pohon per tahun. Tingkat produksi kelapa ini diperkirakan berlangsung selama 15 tahun. Dalam waktu satu tahun petani mampu menggemukkan sapi siap jual sebanyak 4 ekor dan membesarkan ayam buras sebanyak 3 kali dengan jumlah pemeliharaan 40 ekor per periode.
Sebagian pekerjaan usahatani dikerjakan petani dibantu istri dan anaknya sedangkan selebihnya dikerjakan tenaga kerja luar keluarga dengan upah Rp 10 000,- per orang per hari. Ketersediaan tenaga kerja keluarga dan kebutuhan tenaga kerja dari bulan ke bulan untuk seluruh kegiatan usahatani dalam Hari Orang Kerja (HOK) sebagai berikut.
Tabel 3.2.Uraian Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9Ketersediaan (HOK)
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Kebutuhan (HOK)
60 45 45 60 60 45 45 60 60 45 45 60
Biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman kelapa sampai dengan tanaman
kelapa menghasilkan sebesar Rp 15 000,- per pohon. Nilai awal kandang sapi dan kandang ayam masing-masing diperkirakan Rp 2000 000,- dengan umur ekonomis 5 tahun untuk kandang sapi dan 4 tahun untuk kandang ayam. Nilai penyusutan alat pertanian yang dimiliki petani diperhitungkan sebesar Rp 50 000,- per tahun.
Untuk seluruh kegiatan usahataninya petani mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit, pupuk, pakan, pestisida, vaksin dan biaya lain-lain sebagai berikut.
Tabel 3.3.No Macam Jumlah Harga (Rp/Unit)
1 Bibita. Padi (kg) 30 2 000b. Jagung (kg) 20 1 250c. Ayam (ekor) 120 1 000d. Sapi (ekor) 4 2 000 000
2 Pupuka. Urea (kg) 300 1 000b. SP36 (kg) 150 1 250c. KCl (kg) 100 1 500
3 Pakan
EKONOMI PERTANIAN 56
a. Konsentrat (kg) 1000 750b. Pakan ayam (kg) 1000 1 200
4 Pestisida (l) 2 10 0005 Vaksin (unit) 3 15 0006 Iuran irigasi (kali/tahun) 1 20 0007 PBB (kali/tahun) 1 50 000
PenerimaanNo Komoditas Jumlah Harga Penerimaan1 Padi MH (ton GKP) 3,5 Rp
1500/kg2 Padi MK (ton GKP) 3 Rp
1500/kg3 Jagung (ton pipilan) 3 Rp
1000/kg4 Sapi (ekor) 4 Rp 3 jt/ek5 Ayam (ekor) 3x40 =120 Rp
10000/ek6 Kelapa (butir) 40x30=1200 Rp 500/bt
Jumlah
Biaya PenyusutanNo Uraian Biaya
InvestasiUmur Ekonomis
Biaya Penyusutan
1 Tanaman kelapa 40xRp 15000=Rp 600000
15 Rp 600000/15 = Rp 40000
2 Kandang sapi Rp 2000000 5 Rp 2000000/5=Rp 400000
3 Kandang ayam Rp 2000000 4 Rp 2000000/4= Rp 500000
4 Peralatan Rp 50000Jumlah Rp 990000
c. Kasus Usahatani-2
Tabel 3.4. s/d tabel 3.6. adalah hasil penelitian usahatani di dusun Planggok, Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman selama tiga tahun tanam yaitu tahun tanam 97/98, 98/99, dan 99/00. Dari tabel-tabel ini dapat diketahui karakteristik rumah tangga tani, komposisi pendapatan rumah tangga tani, dan biaya usahatani padi.
EKONOMI PERTANIAN 57
Table 3.4.
General characteristics of farm household in Planggok
Items Unit Crop Year97/98 98/99 99/00
Sample Person 24 24 24Age of head of household Year 52,85 53,85 54,85Family member living together Person 3,95 4,2 4,1Labor force Person 2,25 2,1 3Family member living apart Person 1,65 1,65 1,85 Agricultural landOwned land: paddy field m2 1776 1860 1828 Other m2 239 63 206Leased in m2 1955 2430 2249Leased out m2 845 998 664Cultivated m2 3230 3354 3619Compound and home garden m2 682 699 785,6 Total cash income Rp 2348012 7464228 7474480Total cash expenditure Rp Na 2296000 6674894Surplus Rp Na 5168228 799586Cash income per capita Rp Na 1735867 1818466In rice equivalent Kg Na 948 994
Sumber: Slamet Hartono, Noriaki Iwamoto, and Seiichi Fukui (2004)
Table 3.5.Income composition and self sufficiency rate of farm household in Planggok
Items UnitCrop Year
97/98 98/99 99/00Income composition Agriculture Rp -259196 4635301 3881905 Off-farm Rp 1958675 2280665 3149075
EKONOMI PERTANIAN 58
Remittance Rp 173250 399250 168500 Land rent Rp 338760 149012 275000 Total Rp 2211489 7464228 7474480 Composition of agricultural sales value Crops Rp 582025 1700641 1918016 Home garden Rp 52250 154000 99580 Livestock Rp 0 86450 135175 Catfish Rp 2645480 11000407 14701125 Total Rp 3279755 12941498 16853896 Total sale's value of ag. product/ag. Rp/m2 835 3858 4657land cultivated Self sufficiency rate Rice % Na 93,65 90 Vegetable % Na 14,66 20,25 Fruits % Na na 45,5 Egg % Na 37,25 33 Chicken % Na 17,75 18 Fish % Na na 34
Sumber: Slamet Hartono, Noriaki Iwamoto, and Seiichi Fukui (2004)
Table 3.6. Area, yield and fertilizers and pesticides cost of rice in Planggok
Crop YearHarvested/Planted
Area (%)Yield of Rice
(kg/ha)Fertilizer&Pesticides Cost/Crop Sale (%)
EKONOMI PERTANIAN 59
Dry Season 1997 50,53 727Rainy Season I 1998 68,27 2036Rainy Season II 1998 63,46 1918 Total 64,04 1845 23,61 Dry Season 1998 74,09 2924Rainy Season I 1999 95,47 3869Rainy Season II 1999 93,36 3116 Total 88,86 3333 24,31 Dry Season 1999 98,63 4425Rainy Season I 2000 93,82 4093Rainy Season II 2000 96,35 4406 Total 96,01 4306 26,48
Sumber: Slamet Hartono, Noriaki Iwamoto, and Seiichi Fukui (2004)
3.2. Analisis Keuangan Perusahaan Pertanian
Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan mengalokasikan sumberdaya yang dikuasai secara optimal.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pencatatan semua aktivitas perusahaan guna membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Kegiatan pencatatan disebut juga sebagai pembukuan atau proses akuntansi. Dari kegiatan pencatatan ini akan dihasilkan laporan keuangan. Kegiatan pencatatan meliputi (i) pencatatan kegiatan bisnis di buku jurnal dan (ii) pemindahan dari buku jurnal ke buku besar.
a. Kegiatan Pencatatan
a.1. Buku JurnalBuku jurnal merupakan catatan awal dalam bisnis (book of original entry).
Dalam buku jurnal yang dicatat adalah kegiatan bisnis/transaksi berdasarkan dokumen resmi misal bukti penjualan, tanda penerimaan, cek, faktur, kartu jam kerja karyawan dan sebagainya.
a.2. Buku BesarCatatan kegiatan bisnis dikelompokkan menjadi aktiva dan pasiva.
Pemindahan catatan bisnis dari buku jurnal ke buku besar disebut posting. Kegunaan pencatatan kegiatan bisnis adalah (i) keberhasilan bisnis, (ii) keadaan keuangan perusahaan, (iii) kemampuan perusahaan memenuhi tuntutan perubahan dan perluasan, (iv) prestasi perusahaan, dan (v) pemilihan cara penggunaan sumberdaya.
EKONOMI PERTANIAN 60
a.3. Proses Pencatatan
Neraca (Balanced Sheet)
Dokumen Asli Buku Jurnal Buku Besar Rugi/Laba (Income Statement)
Perubahan Modal (equity)
b. Neraca Perusahaan
Neraca menggambarkan keadaan keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca terdiri atas Aktiva (Assets) dan Pasiva (Liabilities). Aktiva adalah kekayaan perusahaan dan pasiva adalah hutang ditambah modal sendiri.
Tabel 3.7. No. Macam Aktiva (Assets) Contoh
1 Aktiva Lancar a. Uang tunaib. Piutangc. Persediaand. Pembayaran di muka
2 Aktiva Tidak Lancar a. Tanahb. Bangunanc. Pabrik
3 Aktiva Lain Tidak termasuk 1 dan 2 misal mesin tidak terpakai, biaya pra operasi
Tabel 3.8. No Macam Pasiva (Liabilities) Contoh
1 Hutang Jangka Pendek (pelunasan kurang dari setahun)
a. Hutang usahab. Beban yang harus dibayar
perusahaanc. Pendapatan yang diterima
EKONOMI PERTANIAN 61
dimukad. Hutang pajake. Hutang bungaf. Hutang gaji
2 Hutang jangka panjang a. Hutang obligasib. Hutang hipotik
3 Modal (equity) a. Saham yang ditanamb. Laba yang ditahan
(retained earning)
Tabel 3.9. Neraca
No Aktiva No Pasiva1 Aktiva Lancar Nilai (Rp) 1 Hutang Jangka
PendekNilai (Rp)
KasPersediaanPiutang
Hutang UsahaHutang Gaji
2 Aktiva Tidak Lancar
2 Hutang Jangka Panjang
TanahBangunanPabrik
ObligasiHipotik
3 Aktiva Lain-lain 3 ModalSahamLaba ditahan
c. Laporan Rugi/Laba
Laporan rugi/laba menggambarkan hasil usaha dalam periode waktu tertentu. Biasanya diantara 2 tanggal neraca. Rugi/Laba negatif belum tentu tidak layak. Misalnya usaha perkebunan selama tanaman belum menghasilkan (TBM) maka Rugi/Laba akan negatif. Unsur-unsur Rugi/Laba meliputi (i) pendapatan, terdiri atas pendapatan dari operasi dan pendapatan non-operasi, (ii) biaya (harga pokok penjualan), (iii) laba kotor, (iv) beban operasi (biaya penjualan dan biaya administrasi/umum).
ContohPerhatikan transaksi bisnis berikut ini.
1. Pada tanggal 1-1-2001 petani menanamkan modalnya sebesar Rp 5 000 000,- untuk usaha jagung manis.
EKONOMI PERTANIAN 62
2. Pada tanggal 3-1-2001 petani membeli tanah untuk memulai usaha senilai Rp 3 000 000,-
3. Pada tanggal 10-1-2001 petani membeli peralatan seharga Rp 1 250 000,- secara kredit.
4. Pada tanggal 10-2-2001 petani membeli saprodi senilai Rp 250 000,- secara tunai.
5. Pada tanggal 28-2-2001 jagung dijual senilai Rp 2 000 000,- secara tunai.6. Pada tanggal 1-3-2001 petani mengambil uang Rp 300 000,- untuk keperluan
pribadi.
Tabel 3.10. Jurnal
Tanggal Uraian Debet Kredit1/1 Kas
Modal5 000 000
5 000 000 3/1 Kas
Tanah 3 000 0003 000 000
10/1 PeralatanUtang
1 250 0001 250 000
10/2 SaprodiKas
250 000 250 000
28/2 KasJagung
2 000 0002 000 000
1/3 PriveKas
300 000 300 000
Jumlah 11 800 000 11 800 000Debet: penambahan aktiva, pengurangan modal/utangKredit: pengurangan aktiva, penambahan modal/utang
Tabel 3.11. Neraca
Transaksi Aktiva Hutang+ModalKas Peralatan Lahan Hutang Modal
01/1 5 000 000 5 000 00003/1 -3 000 000 3 000 000
EKONOMI PERTANIAN 63
2 000 000 3 000 000 5 000 00010/1 1 250 000 1 250 000
2 000 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 5 000 00010/2 - 250 000 - 250 000
1 750 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 4 750 00028/2 2 000 000 2 000 000
3 750 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 6 750 00001/3 - 300 000 - 300 000
3 450 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 6 450 000
Tabel 3.12. Rugi Laba
No Uraian Nilai (Rp)1 Penerimaan 2 000 0002 Biaya 250 0003 Laba Bersih 1 750 000
Tabel 3.13. Perubahan Modal
No Uraian Nilai (Rp)1 Modal Awal 5 000 0002 Laba Bersih 1 750 0003 Prive -300 0004 Modal Sekarang 6 450 000
d. Analisis Keuangan
d.1. Analisis Liquiditas
Menganalisis kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek
d.2. Analisis SolvensiMenganalisis kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang
(i) Rasio hutang dibagi modal sendiri (ii) Rasio kekayaan bersih (modal sendiri) dengan total assets(iii) Rasio hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih (modal sendiri)
EKONOMI PERTANIAN 64
d.3. Analisis Profitabilitas
Menganalisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
(i) Rasio pendapatan dengan penjualan(ii) Rasio laba setelah pajak dengan penjualan(iii) Rasio laba setelah pajak dengan kekayaan bersih(iv) Rasio gross margin dengan penjualan
e. Kasus Perusahaan Perkebunan
Tabel 3.14.
KONDISI KEUANGAN PTPN IX
URAIAN 2001 2002 2003 2004AKTIVAAktiva Lancar 341.256 318.092 319.527 276.049Penyertaan 1.765 994 379 379Aktiva Tetap Neto 178.478 207.062 241.163 274.381Aktiva dalam penyelesaian 1.500 1.540 1.794 3.093Aktiva Tak Berujud 2.898 3.767 4.534 5.525Aktiva Lain-lain 30.462 25.342 15.543 14.653JUMLAH AKTIVA 556.359 556.797 582.940 574.080
PASSIVAPassiva Lancar 367.336 462.294 568.188 480.822Hutang Jangka Panjang 721 57.289 41.457 96.543Modal 165.000 165.000 165.000 165.000Cadangan 104.565 74.021 70.329 70.329Laba/rugi tahun lalu (70.749) (49.939) (201.808) (262.035)Laba/rugi tahun berjalan (10.514) (151.868) (60.226) 23.421JUMLAH PASSIVA 556.359 556.797 582.940 574.080
PER 31 DESEMBER
NERACA ( Rp juta )
Sumber: H. Soehardjo, 2004
Tabel 3.15.
EKONOMI PERTANIAN 65
Sumber: H. Soehardjo, 2004 Free on board =fob
Tabel 3.16.
DIVISI TANAMAN SEMUSIM
URAIAN 2001 2002 2003 2004AREAL GILING ( HA ) 26.990 32.264 27.999 29.256PRODUKSI SHS ( TON )
PRODUKSI TOTAL 104.363 133.817 122.783 136.009PRODUKSI/HA 3,867 4,148 4,385 4,649
PRODUKSI MILIK PG 65.163 89.609 87.970 78.738
BIAYA PRODUKSI AF PABRIK ( Rp juta ) 198.953 276.438 282.184 217.384HARGA POKOK ( Rp/kg ) 3,053 3,085 3,208 2,761
BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 253.381 356.584 361.284 298.223HARGA POKOK ( Rp/kg ) 3,888 3,979 4,107 3,788
HARGA JUAL ( Rp/kg ) 3.004 2.605 3.278 3.233
PENDAPATAN PENJUALAN ( Rp juta ) 241.744 242.396 489.545 332.576
LABA/RUGI GULA (25.585) (146.199) (67.347) (37.413) TETES (6.309)
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004)
EKONOMI PERTANIAN 66
Tabel 3.17.
DIVISI TANAMAN TAHUNAN
URAIAN 2001 2002 2003 2004KARETLUAS AREAL TM ( HA ) 16.762 17.748 18.438 18.788PRODUKSI ( TON ) 18.019 18.875 19.971 20.689PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 1,075 1,064 1,083 1,101BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 58.148 70.210 101.988 117.529HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 3,227 3,720 5,107 5,681BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 75.535 94.079 142.252 154.707HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 4,192 4,984 7,123 7,478
HARGA JUAL RATA-RATA ( Rp/kg ) 5.583 5.938 8.023 10.827
PENDAPATAN PENJUALAN 100.543 114.400 154.180 221.127
LABA/RUGI 24.998 20.318 45.552 75.400
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004) Tabel 3.18.
DIVISI TANAMAN TAHUNAN
URAIAN 2001 2002 2003 2004TEHLUAS AREAL TM ( HA ) 1.431 1.471 1.511 1.403PRODUKSI ( TON ) 2.451 2.292 2.325 2.476PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 1,713 1,558 1,539 1,764BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 15.230 17.005 18.907 21.154HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 6,214 7,419 8,133 8,545BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 17.821 19.449 22.724 24.709HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 7,271 8,486 9,775 9,981
HARGA JUAL RATA-RATA ( Rp/kg ) 7.293 7.470 6.464 7.408
PENDAPATAN PENJUALAN 18.649 17.944 14.299 17.838
LABA/RUGI 2.389 (794) (4.594) (5.775)
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004)
Tabel 3.19.
EKONOMI PERTANIAN 67
DIVISI TANAMAN TAHUNAN
URAIAN 2001 2002 2003 2004KOPILUAS AREAL TM ( HA ) 2.726 2.796 2.860 2.869PRODUKSI ( TON ) 2.566 2.129 1.438 1.858PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 0,941 0,761 0,503 0,647BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 19.014 15.165 14.857 17.332HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 7,410 7,123 10,332 9,330BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 21.716 17.325 17.991 20.575HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 8,463 8,138 12,511 11,076
HARGA JUAL RATA-RATA ( Rp/kg ) 6.021 6.812 7.678 7.872
PENDAPATAN PENJUALAN 19.107 14.533 14.920 14.447
LABA/RUGI (4.310) (5.220) (5.561) (5.460)
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004)
Tabel 3.19.
DIVISI TANAMAN TAHUNAN
URAIAN 2001 2002 2003 2004KAKAOLUAS AREAL TM ( HA ) 1.505 1.505 2.242 2.201PRODUKSI ( TON ) 482 428 618 628PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 0,320 0,284 0,276 0,285BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 3.930 3.836 6.372 7.035HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 8,154 8,963 10,311 11,196BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 4.748 4.601 7.490 8.321HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 9,851 10,750 12,120 13,243
HARGA JUAL RATA-RATA ( Rp/kg ) 9.208 13.270 11.974 11.119
PENDAPATAN PENJUALAN 4.645 4.848 6.478 6.887
LABA/RUGI 330 1.520 552 (1.148)
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004)
Tabel 3.20.
EKONOMI PERTANIAN 68
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWI T
PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI
URAIAN 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002LUAS AREAL TM 100.776 97.772 95.532 96.101 96.591 100.315 925.887Prod M + I ( ton ) 511.504 544.899 460.513 587.123 643.639 604.690 685.605Produktivitas ( ton ) 4,900 5,400 4,600 5,000 4,900 4,600 5,000Bi prod af kb (Rp jt ) 224.017 259.083 392.931 690.349 784.316 826.527 925.887Harga pokok (Rp/kg) 438 475 853 1.176 1.219 1.367 1.350
Bi prod fob ( Rp juta) 317.378 368.668 487.953 991.425 1.037.356 1.074.986 1.179.857
Harga pokok (Rp/kg) 620 677 1.060 1.689 1.612 1.778 1.721
TAHUN
Sumber: H. Soehardjo (2004)
Tabel 3. 21.
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWI T
HARGA POKOK VS HARGA JUAL
1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2.002Harga pokok (Rp/kg) 620 677 1.060 1.689 1.612 1.778 1.721Harga jual ( Rp/kg ) 995 1.147 2.642 2.205 1.986 2.022 2.110
HARGA POKOK VS HARGA JUAL
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2.002
Harga pokok (Rp/kg)Harga jual ( Rp/kg )
Sumber: H. Soehardjo (2004)
EKONOMI PERTANIAN 69
3.3. Soal-soal Latihan
1. Dari kasus usahatani 1 di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.a. Berapa penerimaan petani bila harga hasil di tingkat petani sebagai berikut.
No Macam Hasil Harga 1 Padi Rp 100 000,-/kuintal2 Jagung Rp 60 000,-/kuintal3 Kelapa Rp 1000,-/butir4 Sapi Rp 2 500 000,-/ekor5 Ayam Rp 15 000,-/ekor
b. Berapa biaya usahatani yang harus dikeluarkan petani setiap tahunnya.c. Berapa pendapatan petani dari seluruh kegiatan usahataninya.d. Bila 10% hasil padi dan kelapa dikonsumsi, berapa pendapatan petani yang berupa uang.
2. Berikut adalah transaksi usaha dari suatu perusahaan angkutan (PO Ali)
Transaksi-1Pak Ali menyetor modalnya untuk memulai usaha sebesar Rp 4 000 000,-Transaksi-2PO Ali meminjam uang kepada bank sebesar Rp 5 000 000,-
Transaksi-3PO Ali membeli mobil dan peralatan senilai Rp 7 400 000,-
Transaksi-4PO Ali membeli oli dan minyak rem dari liveransir secara kredit sebesarRp 65 000,-
Transaksi-5PO Ali membayar hutang sebesar Rp 30 000,-
Transaksi-6PO Ali memperoleh pendapatan jasa angkutan sebesar Rp 800 000,-
Transaksi-7 PO Ali membayar gaji sopir dan kernet Rp 175 000,- , bensin Rp 50 000,-, minuman Rp 25 000,-, dan alin-lain Rp 50 000,-
Transaksi-8Pada akhir bulan perlengkapan yang masih tersisa Rp 25 000,-Transaksi-9
EKONOMI PERTANIAN 70
PO Ali mengangsur pinjaman pada bank sebesar Rp 150 000,-Transaksi-10Pak Ali mengambil uang Rp 100 000,- dari perusahaan untuk keperluan pribadi
a. Susunlah jurnalb. Susunlah neracac. Susunlah Rugi/Labad. Susunlah perubahan modal
EKONOMI PERTANIAN 71
IV. PEMASARAN HASIL PERTANIAN
4.1. Permintaan dan Penawaran Pasar
a. PermintaanPermintaan adalah jumlah barang diminta pada berbagai tingkat harga.
Hubungan antara jumlah barang diminta pada berbagai tingkat harga adalah bila h arga naik maka jumlah barang diminta akan turun sebaliknya bila harga turun maka jumlah barang diminta akan naik. Hubungan ini dikenal sebagai hukum permintaan.
Tabel 4.1. Hubungan antara harga dan jumlah barang diminta
Harga (P) Jumlah (Q)1000 1000900 1200800 1400700 1600600 1800500 2000400 2200300 2400200 2600100 2800
P
1000
100
Q
1000 2800
Gambar 4.1. Permintaan
EKONOMI PERTANIAN 72
Permintaan suatu barang dapat dibedakan menjadi permintaan individu dan permintaan pasar. Permintaan individu adalah permintaan dari seorang konsumen sedangkan permintaan pasar adalah permintaan semua konsumen yang ada di pasar. Secara matematis permintaan pasar adalah penjumlahan horisontal dari permintaan individual.
Tabel 4.2. Permintaan individu dan permintaan pasarHarga
(Rp/kg)Permintaan Konsumen (kg/minggu) Permintaan
Pasar (kg/minggu)
A B C
100 50 100 55 205110 40 80 50 170120 30 60 45 135130 20 40 40 100140 10 20 35 65
P
150- 10 20 35 65140- ● ● ● ●
130- A B C Pasar120-
110- 50 55 100 205100- ● ● ● ●
Q 10 20 30 40 50 ….. 100 ….. 200
Gambar 4.2. Permintaan individu dan permintaan pasar
Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain (i) harga barang itu sendiri, (ii) harga barang lain (substitusi, komplementer), (iii) pendapatan
EKONOMI PERTANIAN 73
konsumen, dan (iv) selera konsumen. Secara matematis permintaan barang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = f(PS, PL, Y, S)
Q = jumlah barang dimintaPS = harga barang itu sendiriPL= harga barang lainY = pendapatan konsumenS = selera
Pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap permintaan dapat diukur dengan elastisitas permintaan.
Elastisitas Pendapatan
Untuk barang normal EY>0. Barang normal dapat dibedakan menjadi barang kebutuhan pokok dan barang mewah. Barang kebutuhan pokok EY<1 dan barang mewah EY>1. Untuk barang inferior EY<0.
ContohQ Y25 100050 1100
Bila pendapatan konsumen naik 1% maka jumlah barang diminta akan naik 10%. Dapat diperkirakan bahwa barang ini adalah barang mewah.
Elastisitas Harga Barang Sendiri
Bila maka permintaan barang bersifat inelastis, bila maka permintaan barang bersifat unit elastis, dan bila maka permintaan barang bersifat elastis.
EKONOMI PERTANIAN 74
ContohQ PS
1000 10001200 900
Elastisitas Harga Barang Lain
=
Bila maka hubungan QL dan QS adalah substitusi sedangkan bila maka hubungan antara QL dan QS adalah komplementer.
ContohQS PL
25 1550 10
QS dan QL komplementer
QS PL
25 1050 15
QS dan QL substitusi
b. PenawaranPenawaran adalah jumlah barang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Hubungan antara jumlah barang ditawarkan dengan harga adalah bila harga naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami kenaikan sebaliknya bila harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami penurunan. Hubungan ini dikenal sebagai hukum penawaran.
Penawaran dapat dibedakan menjadi penawaran individual dan penawaran pasar. Penawaran individual adalah penawaran dari seorang produsen dan penawaran pasar adalah penawaran dari semua produsen yang ada di pasar. Secara matematis penawaran pasar adalah penjumlahan horisontal dari penawaran individual.
EKONOMI PERTANIAN 75
Tabel 4.3. Penawaran individual dan penawaran pasarHarga Jumlah yang ditawarkan produsen Pasar
ParsialPasarTotal1 2 3 4 5
1 5 0 5 10 30 50 500002 15 0 5 25 45 90 900003 20 20 10 30 50 130 1300004 25 35 20 35 55 170 1700005 30 55 25 40 60 210 2100006 35 75 30 45 65 250 2500007 40 95 35 50 70 290 2900008 45 115 40 55 75 330 3300009 50 130 45 65 80 370 37000010 55 145 50 75 85 410 410000
c. Keseimbangan PasarKeseimbangan pasar terjadi bila permintaan sama dengan penawaran. Pada
keseimbangan pasar tidak ada kecenderungan bahwa harga dan jumlah barang akan berubah. Bila permintaan melebihi penawaran atau terjadi excess demand maka harga cenderung naik sebaliknya bila penawaran melebihi permintaan atau terjadi excess supply maka harga cenderung turun.
P
P1 A B
E
Po C D
Q
Gambar 4.1. Kesimbangan pasar
4.2. Struktur Pasar
EKONOMI PERTANIAN 76
a. Unsur-unsur Struktur Pasar
a.1. Persaingan dalam pasarJumlah dan distribusi kekuatan penjual dan pembeli dalam pasar. Semakin banyak pembeli dalam pasar maka pasar akan semakin kompetitif dalam harga dam kualitas barang. Demikian pula, semakin imbang kekuatan pembeli dan penjual maka pasar akan semakin kompetitif dalam harga dan kualitas barang.
a.2. Firm dan individu dalam pasarPasar terdiri atas firm dan individu yang bersedia dan mampu menjual dan membeli produk tertentu. Struktur pasar berpengaruh terhadap harga yang dibayar konsumen, tersedianya produk yang berkualitas, kesempatan kerja dan karir, inovasi produk dan sebagainya.
a.3. Entrant yang potensialEntrant yang potensial dapat mempengaruhi harga pasar. Oleh karena itu bila membahas struktur pasar perlu mempertimbangkan efek dari adanya entrant potensial.
b. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna dicirikan oleh (i) jumlah pembeli dan penjual banyak sehingga secara individual pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi harga atau dikatakan pembeli dan penjual secara individual adalah price taker, (ii) informasi permintaan dan penawaran lengkap dan dapat diperoleh secara cuma-cuma oleh pembeli dan penjual, dan (iii) tidak ada hambatan untuk keluar atau masuk pasar. Dengan ciri-ciri ini maka harga bersaing, excess profit hanya diperoleh dalam jangka pendek selama belum ada pelaku ekonomi baru yang masuk ke pasar. Dalam jangka panjang penjual hanya akan memperoleh normal profit.
c. Pasar Monopoli
Pasar monopoli dicirikan oleh (i) hanya ada satu penjual dalam pasar sehingga penjual dapat menentukan harga atau penjual adalah price maker, (ii) tidak mudah bagi entrant baru untuk masuk ke pasar sehingga monopolist yang efisien atau tidak efisien dapat menikmati excess profit dalam jangka panjang.
d. Faktor Penentu Tingkat Persaingan
Bila suatu barang banyak barang substitusi/penggantinya maka dapat meningkatkan tingkat persaingan. Sifat fisik produk misalnya mudah rusak atau tidak, mempengaruhi biaya distribusi, mempengaruhi tingkat kompetisi di tingkat nasional, regional, dan lokal.
EKONOMI PERTANIAN 77
4.3. Fungsi Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Oleh karena itu pemasaran mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi PertukaranPemasaran memperlancar pemindahan hak milik atas barang dan jasa dari
penjual ke pembeli. Fungsi yang dilakukan adalah penjualan dan pembelian.
b. Fungsi FisikFungsi ini berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa yang menimbulkan
kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi fisik meliputi (i) fungsi pengangkutan dan transportasi, (ii) fungsi pengolahan, (iii) fungsi pengepakan dan pemberiaan label, dan (iv) fungsi penyimpanan. a) Fungsi pengangkutan dan transportasi, memindahkan barang atau mengangkut
barang untuk memenuhi permintaan konsumen di tempat lain.
b) Fungsi pengolahan, kegiatan untuk mengubah bentuk dari barang yang dipasarkan. Misalnya, gabah kering panen (GKP) dikeringkan menjadi gabah kering giling (GKG) kemudian digiling menjadi beras. Jadi ada perubahan bentuk barang karena pengolahan.
c) Fungsi pengepakan/pemberian label, barang disiapkan dalam berbagai ukuran sesuai permintaan konsumen.
d) Fungsi penyimpanan, perlakuan terhadap barang agar dapat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen pada waktu yang lain.
c. Fungsi Fasilitasi
Kegiatan untuk memperlancar pertukaran barang antara produsen dan konsumen atau penjual dan pembeli. Fungsi ini meliputi (i) standardisasi, (ii) penanggungan resiko, (iii) pembiayaan, dan (iv) informasi pasar. Manfaat standardisasi dan grading adalah (i) memudahkan penetapan harga/nilai barang atau jasa, (ii) mempermudah pertukaran karena barang tidak harus dibawa, (iii) mengurangi biaya pemasaran, berkaitan dengan pengangkutan dan resiko pemasaran, (iv) memperluas pasar.
4.4. Rantai Pemasaran
EKONOMI PERTANIAN 78
Rantai pemasaran menunjukkan aliran barang dari produsen melalui lembaga pemasaran yang ada sampai ke konsumen akhir. Contoh berikut adalah rantai pemasaran salak di Menado dan Magelang.
Gambar 4.2. Rantai pemasaran salak di Menado, 1995.
EKONOMI PERTANIAN 79
Petani
Pedagang Pengumpul
Tingkat Desa
Pedagang Pengecer Tingkat
Desa
Pedagang Pengecer Moderen (Super
Market)
Pedagang Antar Pulau
Pedagang Pengecer
Konsumen
Petani
Gambar 4.3. Pemasaran salak di Kabupaten Magelang, 1995.
4.5. Biaya dan Margin Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan fungsi pemasaran seperti sortasi, grading, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan sebagainya. Besarnya biaya pemasaran tergantung pada (i) macam komoditas, (ii) lokasi pemasaran, (iii) efektivitas lembaga pemasaran, (iv) pungutan-pungutan.
Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani. Jadi dalam margin pemasaran terdapat biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh pelaku pemasaran.
EKONOMI PERTANIAN 80
Pedagang Pengumpul
Pedagang Antar
Daerah
Pedagang Grosir
Pedagang Pengecer
Konsumen
Tabel 4.4. Biaya pemasaran salak dari petani di Kecamatan Ratahan sampai konsumen di Menado, Februari 1995.
No Unsur Biaya Biaya (Rp/Kg)
Harga(Rp/kg)
% Dari Harga Eceran
1 PetaniBiaya pemasarana. Panen 25,00b. Pengemasan di kebun 90,00c. Ongkos angkut 45,00Harga Jual 750,00 33,33
2 Pedagang Pengumpul DesaHarga beli 750,00Biaya pemasarana. Ongkos pengemasan 10,00b. Biaya angkut 15,00Keuntungan 225,00Marjin pemasaran 250,00Harga jual 1000,00 44,44
3 Pedagang antar pulauHarga beli 1000,00Biaya pemasarana. Ongkos pengepakan 70,00b. Ongkos angkut ke Biak 285,00c. Ongkos angkut ke Jayapura 357,00Keuntungan di Biak 1145,00Keuntungan di Jayapura 2273,00Margin pemasaran di Biak 1500,00Margin pemasaran di Jayapura 2700,00Harga jual di Biak 2500,00Harga jual di Jayapura 3700,00
4 Pedagang PengecerHarga beli 1000,00Biaya pemasarana. Ongkos pengemasan 10,00b. Susut 175,00Keuntungan 1065,00Marjin pemasaran 1250,00Harga jual 2250,00 100,00
5 Harga beli konsumen 2250,00
EKONOMI PERTANIAN 81
4.6. Sistem Pemasaran Komoditas Pangan
a. Isu Global Pangan
Globalisasi perekonomian mengakibatkan perubahan tatalaku, institusi, dan kerjasama perdagangan antar negara. Hal ini dapat diamati dari keterikatan suatu negara sebagai anggota organisasi perdagangan internasional seperti tercantum pada tabel 4.5. di bawah..
Tabel 4.5. Keanggotaan beberapa negara dalam WTO, APEC, dan AFTA. No. Negara WTO APEC AFTA1 Jepang Anggota Anggota Bukan2 Korea Selatan Anggota Anggota Bukan3 Malaysia Anggota Anggota Anggota4 Indonesia Anggota Anggota Anggota5 Filipina Anggota Anggota Anggota6 Thailand Anggota Anggota Anggota7 India Anggota Bukan Bukan8 Pakistan Anggota Bukan Bukan9 Cina Bukan Anggota Bukan10 Vietnam Bukan Anggota Anggota
Globalisasi juga merupakan peluang pasar yang diikuti dengan semakin
banyaknya pemain baru dalam bisnis. Dengan kata lain meningkatnya peluang pasar dibarengi dengan meningkatnya persaingan yang semakin kuat di antara pelaku bisnis.
Dalam era globalisasi produsen dituntut untuk meningkatkan daya saing dalam pasar dunia melalui peningkatan efisiensi di segala bidang, peningkatan produktivitas, peningkatan mutu produk, dan peningkatan pemasaran secara proaktif dengan dukungan promosi yang kuat. Isu global komoditas pangan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Meningkatnya peranan WTO dalam menegakkan sistem perdagangan produk pertanian multilateral. Perubahan ini akan (i) memberikan peluang bagi usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan usaha-usaha di bidang pertanian, (ii) persaingan produk pertanian di pasar dunia semakin ketat, dan (iii) penyelesaian sengketa perdagangan melalui forum bilateral dan regional yang dapat merugikan kepentingan negara berkembang.
b) Penurunan hambatan perdagangan internasional yang berupa tarif. Keadaan ini menyebabkan pasar semakin global sehingga tidak jelas pembagian pasar domestik dan luar negeri sehingga negara asal dari suatu produk semakin kabur. Sistem produksi global ini adalah peluang yang besar tetapi sekaligus persaingan
EKONOMI PERTANIAN 82
yang semakin ketat dan hanya produsen atau petani yang efisien yang dapat memenangkan persaingan.
c) Tuntutan terhadap pelaku ekonomi untuk memperhatikan aspek lingkungan hidup (Ecolabel, Tropical Timber Campaign, ISO 9000-14000 series, Deaner Production). Dengan demikian maka barang-barang yang akan diterima pasar adalah barang-barang yang diproduksi dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup.
d) Tuntutan konsumen akan keamanan pangan, kehalalan pangan, dan kesehatan pangan. Tuntutan ini mengharuskan produsen menghasilkan produk pangan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak bertentangan dengan norma budaya serta agama.
e) Diberlakukannya UU HAKI tahun 2003 yang terdiri dari UU Merek Dagang, UU Hak Cipta, dan UU Hak Paten dan diratifikasinya beberapa konvensi internasional di bidang HAKI.
f) Masuknya perusahaan multinasional dalam industri pertanian. Di samping membawa dampak positif seperti penciptaan lapangan kerja juga membawa dampak negatif karena menjadi pesaing berat bagi perusahaan dalam negeri.
g) Perkembangan teknologi informasi melahirkan sistem/pola perdagangan moderen yang berbasis jaringan elektronis (internet). Hal ini memungkinkan agroindustri dapat melakukan aktivitas usahanya secara efisien tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
b. Kondisi Pasar Komoditas Pangan
a) Pertumbuhan pasar global komoditas pertanian didominasi oleh komoditas non-tradisional seperti buah-buahan dan sayuran, ikan olahan, makanan olahan yang rata-rata tumbuh 10% per tahun.
b) Permintaan makanan olahan adalah yang paling tinggi sejalan dengan meningkatnya aktivitas di luar rumah sehingga waktu yang tersedia bagi keluarga untuk memasak terbatas.
c) Negara-negara ASEAN umumnya belum intensif mengekspor produk-produk bernilai tambah tinggi kecuali Thailand yang sukses mengekspor buah-buahan olahan, sayuran dan produk ikan olahan.
d) Permintaan USA terhadap produksi hasil laut juga cenderung meningkat. Nilai impor udang USA selama lima tahun terakhir meningkat 4,38% per tahun dan pemasok utama adalah Thailand dengan pangsa pasar 34%.
e) Perdagangan hasil pertanian ke Uni Eropa cukup tinggi dan sering diwarnai dengan perjuangan yang cukup rumit karena Uni Eropa umumnya penghasil produk pertanian yang menerapkan subsidi cukup besar.
f) Permintaan dalam negeri mulai mengarah pada produk-produk olahan serta makanan siap saji khususnya di kota besar.
g) Berikut adalah kondisi pasar beberapa komoditas pangan dan hortikultura Indonesia.
EKONOMI PERTANIAN 83
Tabel 4.6. Kondisi pasar beberapa komoditas panganNo. Komoditas Uraian1 Beras a. Pertumbuhan produksi beras tahun 1995- 2000
sebesar 0,9% per tahun. b. Pertumbuhan impor beras 1995-2000 sebesar 138, 8% pertahun.c. Produksi dalam negeri hanya memenuhi 90% dari
total konsumsi dalam negeri.. d.Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) meningkat
dari 0,31-0,45 tahun 1986, menjadi 0,79 tahun 1998, dan 0,90 tahun 2001. Artinya keunggulan komparatif beras menurun.
e. Tarif beras pada tahun 2001 sebesar 30%2 Kedele a. Pertumbuhan produksi kedele tahun 1995 -2000
menurun dengan laju 8,9% per tahun.b. Pertumbuhan impor kedele 1995-2000 sebesar
47,8% per tahun.c. Produksi dalam negeri hanya memenuhi 50% dari
total konsumsi dalam negeri.d. DRCR tahun 1986-2001 mendekati satu artinya,
kedele kurang memiliki keunggulan komparatif.e. Tarif pada tahun 1998 sebesar 25%.
3 Jagung a. Pertumbuhan produksi jagung tahun 1995-2002 sebesar 1,8% per tahun.
b. Pertumbuhan impor jagung tahun 1997-2002 sebesar 22,0% per tahun.
c. Pertumbuhan ekspor jagung tahun 1997-2002 sebesar 652,89% per tahun.
d. DRCR tahun 1986-2001 meningkat dari 0,7 menjadi 0,8, menunjukkan keunggulan komparatif jagung menurun.
4 Bawang merah
a. Pertumbuhan produksi bawang merah tahun 1997-2001 mengalami penurunan 0,39% per tahun.
b. Impor bawang merah meningkat dari 43.082 ton pada tahun 1997 menjadi 47.945 ton tahun 2001
dengan trend menurun.c. Ekspor bawang merah meningkat dari 3.189 ton
tahun 1997 menjadi 5.982 ton pada tahun 2001 dengan trend eningkat.
5 Jeruk a. Pertumbuhan produksi jeruk tahun 1997-2001 sebesar 3,17% per tahun.
b. Pertumbuhan impor jeruk tahun 1995-2000 sebesar 27,4% per tahun.
c. Tingkat ketergantungan impor tahun 1995 sebesar
EKONOMI PERTANIAN 84
5% meningkat menjadi 10% tahun 1999.7 Manggis a. Pertumbuhan produksi tahun 1997-2001 sebesar
47,7% per tahun.b. Kenaikan ekspor tahun 1997-2001 sebesar
335,2%.c. Tingkat ketergantungan impor tahun 1977-2001
tidak lebih dari 2%.
c. Tantangan Pasar Komoditas Pangan
a) Memenuhi persyaratan mutu yang sangat ketat yang diberlakukan oleh negara-negara maju.
Jepang menerapkan 3 peraturan berkaitan dengan impor pangan (i) Food Safety Law, (ii) Plant Protection Law, (iii) Quarantine Law.
USA memberlakukan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) sejak 18 Desember 1997.
Uni Eropa melalui Komisi Eropa pada tanggal 7 Mei 2002 telah mensahkan suatu strategi baru mengenai kebijakan konsumen untuk periode waktu lima tahun 2002-2006.
b) Lambatnya mengantisipasi perubahan pasar. Perwakilan RI di luar negeri harusnya dapat melakukan market intelegence. Atase-atase di luar negeri mestinya harus ditugasi untuk lebih banyak mengamati dan menganalisis peluang pasar agribisnis.
c) Lemahnya pengetahuan tentang sistem distribusi di pasar tujuan ekspor dan kurangnya network pemasaran di luar negeri. Hal ini akibat sikap para eksportir yang merasa puas hanya dengan ekspor sistem f.o.b. Sering kali eksportir cukup puas melakukan ekspor melalui pihak ketiga tanpa berusaha mencari atau menemukan pembeli akhir.
d) Lemahnya pengembangan produk (product development). Pengembangan industri hilir seperti oleokimia dan industri pengalengan seharusnya sudah dilakukakn lima tahun yang lalu. Industri pengolahan skala kecil pedesaan juga perlu dikembangkan untuk mengantisipasi melimpahnya panen dan memperpanjang usia produk.
e) Lemahnya promosi sehingga produk-produk Indonesia yang sesungguhnya disukai oleh masyarakat negara lain kurang dikenal. Mengingat promosi memerlukan biaya yang jumlanya besar maka perlu dirumuskan cara yang terpadu, efisien dan efektif.
f) Pasokan produk tidak kontinyu karena faktor skala usaha agribisnis yang tidak optimal. Di samping itu juga kondisi industri penunjang seperti pengemasan, cooling storage, gudang, dsb. yang belum memadai.
g) Tantangan lainnya adalah adanya perubahan paradigma trade barier seperti tercantum dalam tabel 3 di bawah.
EKONOMI PERTANIAN 85
Tabel 4.7. Perubahan pradigma trade barier 1992 1996 1999 2001 2002
Sehat Sehat Aman Bayar BayarAman Aman Sehat Aman Aman
Halal Utuh Sehat SehatHalal Utuh Utuh
Halal HalalLingkungan hidupGiziIPR/HAKI
d. Menyikapi Pasar Komoditas Pangan
a. Industri pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu industri primer, sekunder dan tertier yang terkait satu dengan lainnya (gambar 4.4.).
Gambar 4.4. Industri pangan primer, sekunder dan tertier
b. Mengembangkan sistem pembinaan mutu keamanan pangan terpadu seperti
EKONOMI PERTANIAN 86
PRIMER SEKUNDER TERTIER
K O S U M E N
Tanam/Breeding
TradisionalModeren
TradisionalModeren
Bibit/BenihBahan Baku
PengolahanPangan
Olah MixBahan Pangan
PanenPasca Panen
tercantum pada gambar 2 .untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin kompleks.
Pra-panen Panen Pasca Panen
Mutual Recognition Arrangement
GFP = Good Farming PracticesGHP = Good Handling PracticesGMP = Good Manufacturing PracticesGDP = Good Distribution PracticesGRP = Good Retailing PracticesGCP = Good Catering Practices
Gambar 4.5. Sistem pembinaan mutu keamanan pangan
c. Melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter yang berkesinambungan dan adil serta regulasi/penegakan hukum yang adil.d. Mengikuti dan mewasdai perubahan sistem pemasaran dan distribusi pangan global serta meningkatkan kemampuan manajemen dan efisiensi.e. Menyiapkan strategi yang baik dalam menghadapi tuduhan damping dan menuduh damping.f. Memanfaatkan IPTEK dalam produksi, distribusi, dan marketing untuk menekan biaya operasi.g. Pembuatan/revisi standar wajib produk dan jasa (SNI)h. Memanfaatkan safeguard measures pada barang impor agar tidak menjadi masalah di WTO.
EKONOMI PERTANIAN 87
HACCP
Sarana Produksi
Handling PengolahanProduksiPertanian
Distribusi Pasar Konsumen
GFP GHP GMP GDP GRP GCP
V. PEMBANGUNAN PERTANIAN
5.1. Peranan Sektor Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana. Sebelum tahun 1969, dikenal beberapa rencana pembangunan ekonomi yaitu (1) Plan Kasimo, (2) Rencana Kesejahteraan Istimewa, (3) Rencana Pembangunan Lima Tahun, dan (4) Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun. Semenjak tahun 1969, pembangunan ekonomi di Indonesia dilaksanakan melalui Repelita mulai Repelita I sampai dengan Repelita V yang dikenal dengan Pembangunan Jangka Panjang Tahap I. Setelah itu, dilanjutkan dengan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II yang terdiri dari 5 Repelita, yaitu Repelita VI sampai dengan Repelita X. Memasuki awal Repelita VII terjadi reformasi yang berakibat pada terjadinya rencana pembangunan ekonomi selanjutnya.
Menurut Soedarsono Hadisapoetro (1970), pertanian dapat diartikan sebagai turut campurtangannya manusia dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan supaya lebih baik memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campurtangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dalam difinisi di atas terdapat istilah selalu, karena di dalam pembangunan pertanian orang mudah memperoleh kenaikan produksi tetapi mengabaikan norma-norma pengawetan tanah, pencegahan erosi dan sifat-sifat perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan itu sendiri. Dengan demikian kenaikan produksi hanya akan berlangsung beberapa tahun saja dan sesudah itu bukan kenaikan produksi yang diperoleh tetapi justru kemerosotan. Jadi penambahan modal dan skill di dalam pembangunan pertanian harus dipergunakan tidak sekedar untuk mempertinggi produksi di dalam beberapa tahun saja tetapi dipergunakan pula untuk menjalankan usaha-usaha yang konkrit seperti pengawetan tanah, pencegahan erosi, dan sebagainya yang dapat menjamin bahwa penambahan produksi dapat berlangsung untuk waktu yang tidak terbatas.
Produksi yang dimaksud dalam difinisi di atas adalah produksi pertanian yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat bukan produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu penambahan modal dan skill harus ditujukan pula untuk menjaga agar kehilangan dan kerusakan dalam pemasaran dan pengolahan dapat ditiadakan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.
EKONOMI PERTANIAN 88
Pada dasarnya peningkatan produksi pertanian dapat dilaksanakan melalui dua cara yaitu (1) intensifikasi dan (2) perluasan lahan pertanian. Intensifikasi adalah usaha peningkatan produksi pertanian dengan menambah modal dan tenaga kerja (skill) per kesatuan luas tanah yang sama. Sebagai contoh, pemupukan, perbaikan pengairan, cara bercocok tanam, pemberantasan hama dan penyakit tumbuhan, dan sebagainya. Peningkatan produksi pertanian melalui perluasan tanah pertanian adalah usaha menambah modal dan tenaga kerja (skill) untuk merubah bukan tanah pertanian menjadi tanah pertanian. Misalnya, membuka tanah hutan, tanah rawa, tanah padang rumput dan sebagainya menjadi tanah pertanian. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembangunan pertanian meliputi lima hal sebagai berikut.
1. Perubahan perbandingan kekuatan dan perubahan hubungan kekuasaan. Dalam kaitannya dengan lahan dan modal, pembangunan pertanian akan mendorong kearah penguasaan lahan dan modal yang lebih merata, tidak hanya terkonsentrasi pada segelintir orang. Dalam kaitannya dengan pemasaran, pembangunan pertanian mendorong ke arah terciptanya posisi tawar petani yang lebih kuat.
2. Perubahan dalam produksi, produktivitas dan pendapatan petani. Pembangunan pertanian akan membawa produksi, produktivitas dan pendapatan petani menjadi lebih tinggi.
3. Penggunaan alat & mesin pertanian serta sarana produksi pertanian. Pembangunan pertanian akan mendorong penggunaan alat & mesin pertanian yang lebih intensif agar tercapai produktivitas usaha pertanian yang lebih tinggi.
4. Secara ekonomis akan terjadi perubahan sifat-sifat perusahaan dari subsistance farming ke arah commercial farming. Subsistance farming adalah usaha pertanian yang tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan petani sendiri sedangkan commercial farming adalah usaha pertanian yang berorientasi pasar.
5. Di bidang sosial akan terjadi perubahan dalam corak masyarakat dari masyarakat yang tertutup ke arah masyarakat yang terbuka. Masyarakat tertutup adalah masyarakat yang tidak berhubungan dengan masyarakat lainnya sedangkan masyarakat terbuka adalah masyarakat yang berhubungan dengan masyarakat lainnya.
Perubahan-perubahan tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil pembangunan pertanian tidak hanya berupa pertumbuhan ekonomi (kenaikan produksi, produktivitas dan pendapatan) tetapi harus diikuti pula dengan menurunnya jumlah penduduk miskin, lebih terdistribusinya pendapatan, dan berkurangnya pengangguran di sektor pertanian. Bila hasil pembangunan pertanian hanya berupa pertumbuhan tanpa diikuti tiga perubahan yang terakhir tersebut maka yang terjadi baru pertumbuhan belum pembangunan.
Sektor pertanian peranannya sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Menurut Hayami dan Ruttan (1977), setidak-tidaknya terdapat 5 peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sebagai berikut.
EKONOMI PERTANIAN 89
1. Sebagai penghasil pangan (nabati, hewani, ikan) yang permintaannya terus meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Peran ini tidak tergantikan sektor lain karena selama ini dan untuk waktu yang akan datang hanya sektor pertanianlah yang dapat menghasilkan pangan.
2. Memberikan lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat baik sebagai petani, buruh tani, penyedian sarana produksi dan alat & mesin pertanian, pemasar dan pemroses hasil pertanian, dan sebagainya.
3. Sebagai penyedia bahan baku bagi agroindustri yang cukup banyak macam dan ragamnya serta cukup besar efek panggandanya bagi perekonomian secara nasional.
4. Sebagai penghasil devisa yang sangat dibutuhkan untuk mengimpor barang-barang konsumsi, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang modal yang belum dapat dipenuhi dalam negeri.
5. Sebagai pasar yang cukup potensi bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri dalam negeri. Peran ini sangat penting bagi pengembangan industri di dalam negeri mengingat ketatnya persaingan di pasar dunia sehingga pasar utama bagi industri dalam negeri yang baru berkembang adalah masyarakat di sektor pertanian.
5.2. Syarat Mutlak dan Pelancar
Seperti telah disebutkan di atas, syarat mutlak dan syarat pelancar harus terpenuhi agar proses pembangunan pertanian berjalan lancar. Secara berturut-turut akan dibahas pentingnya syarat-syarat tersebut dalam pembangunan pertanian. Sumber bacaan untuk topik ini sepenuhnya diambilkan dari Mosher (1965).
5.2.1. Syarat Mutlak Pembangunan Pertanian
a. Pasar Hasil Pertanian
Pembangunan pertanian meningkatkan produksi pertanian sehingga harus ada pasar hasil pertanian yang terus berkembang dan memberikan harga yang cukup memadai bagi petani agar petani mampu membiayai usahataninya dan memperoleh penghasilan yang layak dari usahataninya. Terdapat tiga unsur penting bagi terwujudnya pasar hasil pertanian tersebut, yairu (a) permintaan akan hasil pertanian, (b) sistem pemasaran bagi hasil pertanian, dan (c) kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran.
Permintan pasar hasil pertanian dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Terdapat tiga penyebab berkembangnya permintaan pasar hasil pertanian dalam negeri. Pertama karena adanya keterkaitan antara pembangunan pertanian dengan pembangunan industri. Industrialisasi bergantung kepada pembangunan pertanian karena sektor pertanian merupakan pasar dalam negeri yang potensial bagi industri. Demikian pula pembangunan pertanian bergantung pada pembangunan
EKONOMI PERTANIAN 90
industri karena sektor industri merupakan pasar bagi sektor pertanian. Kedua, karena industrialisasi dan urbanisasi namun sektor pertanian tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. Kasus ini kemungkinan karena (1) ekspor hasil pertanian dan impor pangan masih lebih menguntungkan dan (2) belum adanya peluang ekonomi yang menarik untuk menggantikan impor pangan. Ketiga, permintaan pasar dalam negeri meningkat karena kenaikan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan masyarakat di daerah perkotaan menyebabkan permintaan hasil pertanian meningkat dalam jumlah dan mutu.
Permintaan pasar luar negeri menjadi sangat penting artinya pada waktu pembangunan pertanian memasuki tahap komersialisasi. Pada tahap ini sektor pertanian memerlukan barang-barang modal yang harus diimpor dari luar negeri. Sektor pertanian harus menghasilkan devisa untuk mengimpor barang-barang modal tersebut. Pada tahap ini permintaan pangan untuk konsumsi dalam negeri akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya perlu adanya keseimbangan antara produksi pangan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan produksi hasil pertanian untuk memenuhi permintaan ekspor.
Agar petani memperoleh harga yang layak bagi hasil-hasil pertaniannya diperlukan sistem pemasaran yang efisien. Sistem pemasaran hasil-hasil pertanian meliputi transportasi, penyimpanan, prosesing, pendanaan, dan pengelolaan. Transportasi yang memadai diperlukan untuk mengangkut hasil pertanian dari lokasi pertanian ke lokasi konsumen. Panen hasil pertanian yang sifatnya musiman memerlukan sistem penyimpanan yang memadai agar hasil pertanian dapat didistribusikan sepanjang tahun. Untuk hasil pertanian yang mudah rusak misalnya daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan memerlukan prosesing. Untuk melaksanakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran diperlukan pendanaan dan pengelolaan agar sistem pemasaran dapat bekerja secara efisien.
Kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran menentukan keputusan petani dalam memilih komoditas yang akan diusahakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran antara lain (1) pelayanan oleh pihak pemasar (swasta, koperasi, pemerintah), (2) kinerja sistem pemasaran pada waktu yang lalu, (3) fluktuasi dan prediktabilitas harga berbagai hasil pertanian, dan (4) tersedianya fasilitas prosesing. Kepercayaan terhadap sistem pemasaran oleh semua pihak yang terlibat merupakan dasar yang harus dibangun untuk menuju ke pertanian modern.
b. Teknologi Yang Senantiasa Berubah
Dengan teknologi yang sama produksi pertanian tidak dapat ditingkatkan secara terus menerus karena adanya faktor pembatas. Oleh karenanya, harus selalu dicari teknologi baru untuk mengatasi masalah ini. Sebagai contoh, perlu dicari varietas baru karena varietas lama tidak lagi responsif terhadap pemupukan, varietas
EKONOMI PERTANIAN 91
lama tidak lagi resisten terhadap serangan hama dan sebagainya. Teknologi baru biasanya diperkenalkan kepada petani dalam bentuk paket misalnya varietas baru disertai dosis pemupukan, cara penanaman, cara pengendalian hama dan sebagainya. Demikian pula, teknologi baru akan diterima oleh petani bila teknologi tersebut dapat menaikkan produksi atau menurunkan biaya dalam jumlah yang cukup besar.
Teknologi baru dapat berasal dari berbagai sumber antara lain (1) praktek petani, (2) daerah lain, dan (3) hasil percobaan. Budidaya yang diterapkan petani dalam satu lokasi seringkali berbeda antara petani satu dengan petani lainnya. Diantara petani-petani tersebut terdapat petani yang berhasil mencapai produksi yang tinggi. Budidaya yang diterapkan oleh petani lainnya. Teknologi yang berhasill diterapkan di suatu daerah di dalam negeri atau di luar negeri mungkin dapat diterapkan di daerah yang mempunyai karakteristik pertanian yang sama. Teknologi baru dapat dihasilkan oleh lembaga penelitian melalui percobaan pengujian.
Tidak ada negara yang berhasil mencapai pembangunan pertanian yang memadai tanpa mendirikan lembaga penelitian dan pengembangan pertanian yang mampu menghasilkan teknologi baru. Program penelitian dan pengembangan yang perlu dilaksanakan oleh lembaga ini adalah pengembangan stasiun percobaan yang komprehensif di satu atau lebih agar dapat mewakili daerah pertanian yang luas dan potensial. Di samping itu, mengembangkan stasiun pengujian yang tersebar di berbagai lokasi usahatani. Hal ini perlu dilakukan karena kondisi fisik lokasi usahatani bervariasi sehingga teknologi baru yang dihasilkan oleh stasiun percobaan dapat diuji lebih lanjut oleh stasiun pengujian agar diperoleh teknologi yang spesifik untuk suatu lokasi atau dikenal sebagai teknologi spesifik lokasi.
c. Tersedianya Saprodi dan Alsintan Secara Lokal
Sarana produksi pertanian yang berupa bahan kimia seperti pupuk dan pestisida dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Demikian pula alat dan mesin pertanian tertentu seperti traktor, alat pemanen, alat perontok, sprayer juga dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Hanya peralatan pertanian sederhana seperti cangkul, sabit yang dapat diproduksi secara lokal. Benih dihasilkan oleh lembaga penelitian dan pengembangan selanjutnya diperbanyak oleh balai benih, penangkar benih atau petani tertentu untuk memenuhi permintaan petani.
Petani akan membeli dan menggunakan sarana produksi dan alat & mesin pertanian bila masing-masing input tersebut memenuhi syarat-syarat berikut. Pertama secara teknis efektif misalnya produktivitasnya lebih tinggi, masaknya lebih serempak, rasanya lebih enak, dan sebagainya. Kedua, kualitasnya terjamin misalnya kebenaran komposisi bahan, keaslian barang , dan sebagainya. Ketiga, harganya rasional, dalam arti rasio harga input dan output menguntungkan petani. Keempat, tersedia di lokasi pada waktu dibutuhkan. Kelima, dijual dalam ukuran dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan petani.
EKONOMI PERTANIAN 92
Petani sangat berhati-hati dalam menggunakan input baru. Petani akan menggunakan setelah input baru tersebut teruji efektifitasnya di beberapa lokasi yang kondisinya sama dengan kondisi lahan petani. Setiap perubahan dalam cara berushatani umumnya diikuti dengan perubahan-perubahan lainnya, termasuk perubahan dalam penggunaan berbagai macam input. Input baru biasanya disediakan dalam bentuk paket yang terdiri atas berbagai macam input agar cara berusahatani baru dapat diterapkan oleh petani. Oleh karena itu, perlu pengaturan distribusi berbagai sarana produksi dan alat & mesin pertanian agar tersedia di pasar lokal. Karena kehati-hatiannya, waktu yang diperlukan oleh petani dari mulai mengenal input baru sampai dengan menerapkan input tersebut di lahan usahanya memerlukan waktu yang cukup lama. Keadaan ini menyebabkan permintaan input baru oleh petani tidak mudah diterapkan. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian ini, penyediaan input baru ditingkatkan dari waktu ke waktu sejalan dengan permintaan petani.
d. Insentif Produksi Bagi Petani
Akses terhadap pasar hasil pertanian, cara-cara usahatani yang lebih baik, dan tersedianya input pertanian merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan produksinya. Peluang ini akan dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan produksinya. Peluang ini akan dimanfaatkan oleh petani bergantung pada (1) harga input dan harga output, (2) bagian hasil yang diterima petani, dan (3) tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan rumah tangga tani.
Kesediaan petani meningkatkan produksi untuk pasar tergantung pada harga dan kondisi pasar. Pertama, bila harga hasil pertanian yang diterima petani cukup menarik. Kedua, dalam berproduksi petani memilih komoditas yang harganya paling tinggi dengan catatan pilihan ini tidak mengganggu pasokan pangan untuk krumah tangga. Ketiga, petani akan menggunakan cara-cara usahatani baru bila input yang dibutuhkan tersedia secara lokal, petani mengetahui cara penggunaan input. Keempat, memperbiki efisiensi pemasaran (menurunkan pemasaran hasil pertanian) dapat meningkatkan harga yang diterima petani, menurunkan harga yang dibayar konsumen atau keduanya.
Dalam sistem bagi hasil, petani penyakap harus membayar sewa dalam bentuk hasil panen kepada pemilik tanah. Hasil panen yang dibayarkan kepada pemilik tanah akan meningkat bila hasil yang diperoleh petani penggarap meningkat. Hal ini kurang memberikan insentif bagi petani penggarap untuk meningkatkan produksinya. Sistem sewa (petani membayar sewa atas tanah yang digarap kepada pemilik tanah) lebih memberikan insentif kepada petani penggarap karena besarnya sewa tanah tidak ditentukan oleh produksi secara langsung. Sistem bagi hasil akan memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan produksi bila biaya produksi ditanggung bersama oleh petani penggarap dan pemilik tanah.
EKONOMI PERTANIAN 93
Tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah tangga tani merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Semakin banyak kebutuhan rumah tangga tani akan barang dan jasa, peani akan sakin terdorong untuk meningkatkan produksi pertaniannya agar memperoleh uang yang lebih banyak. Dengan demikian distribusi barang dan jasa di daerah pedesaan yang efisien merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat pembangunan pertanian.
e. Transportasi
Biaya transportasi yang murah diperlukan agar harga yang diterima petani dari hasil penjualan produknya relatif tinggi sebaliknya harga yang harus dibayar petani atas pembelian input relatif rendah. Besarnya biaya transportasi bergantung pada (1) berat atau volume barang yang diangkut, (2) jarak dari asal ke tujuan, (3) jumlah setiap kali mengangkut, dan (4) macam alat angkut. Di samping itu, untuk angkutan darat masih bergantung pada kondisi jalan, untuk angkutan laut dan udara bergantung pada frekuensi pelayaran atau penerbangan. Berbagai kasus menunjukkan bahwa biaya transportasi yang murah dan memadai menentukan keberhasilan pembangunan pertanian.
Jalan yang menghubungkan lokasi petani sampai dengan jalan raya atau sering disebut sebagai jalan lokal, besar pengaruhnya terhadap jumlah hasil pertanian yang dapat dipasarkan. Jalan semacam ini juga besar pengaruhnya terhadap harga yang diterima dan harga yang dibayar petani. Kunjungan petugas yang melayani kepentingan seperti penyuluh, petugas pertanian lainnya meningkat dengan adanya jalan ini. Jalan raya dibangun untuk berbagai kepentingan termasuk pertanian. Jalan raya dan jalan lokal harus terhubung dan terintegrasi satu dengan lainnya agar hasil pertanian dengan mudah mengalir dari lokasi petani ke pusat-pusat pasar. Demikian pula input pertanian baik sarana produksi dan alat & mesin pertanian dapat sampai ke lokasi petani.
5.2.2. Syarat Pelancar Pembangunan Pertanian
a. Pendidikan Untuk Pembangunan
Pendidikan untuk pembangunan adalah pendidikan yang tepat untuk suatu masyarakat yang ingin berkembang. Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan ini adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan melalui belajar dari pengalaman masyarakat tersebut pada masa yang lalu dan dari masyarakat kainnya. Pendidikan untuk pembangunan meliputi (1) pendidikan dasar dan lanjutan, (2) pendidikan pembangunan untuk petani, (3) pelatihan untuk teknisi pertanian, dan (4) pendidikan pertanian bagi masyarakat perkotaan.
EKONOMI PERTANIAN 94
Pendidikan untuk pembangunan diperlukan untuk menyiapkan setiap anak hidup dalam suatu masyarakat yang sedang berkembang. Pendidikan semacam ini perlu diberikan kepada murid di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan agar setiap anak terdorong untuk selalu berpikir secara scientific terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan, pengetahuan yang telah diperoleh, pengembangan ketrampilan baru, dan penyelesaian masalah. Materi pendidikan untuk pembangunan tidak perlu diberikan dalam satu mata pelajaran tertentu tetapi dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang telah ada.
Pendidikan pembangunan untuk petani harus disesuaikan dengan kondisi dan tugasnya sebagai seorang petani. Prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam menyelenggarakan pendidikan bagi petani adalah (1) pendidikan diselenggarakan ditempat petani, (2) petani adalah orang dewasa, (3) sesuai dengan waktu yang tersedia pada petani, (4) berkaitan dengan cara-cara baru dalam usahatani, (5) harus segera diikuti dengan kesempatan untuk mencoba, (6) sesuati yang secara teknis dapat dilakukan oleh petani dan menguntungkan bagi petani, dan (7) petani didorong untuk mencoba. Pendidikan yang diselenggarakan dengan prinsip-prinsip tersebut dikenal sebagai pendidikan penyuluhan.
Pelatihan untuk teknisi pertanian dilakukan untuk menyiapkan teknisi pertanian yang profesiaonal. Profesionalisme bagi teknisi pertanian dapat diperoleh selama belajar di universitas, pelatihan setelah mereka bekerja, pengalaman selama mereka bekerja. Unsur-unsur profesionalisme teknisis pertanian meliputi (1) spesialis dalam pengetahuan dan ketrampilan teknis, (2) memahami pertanian, (3) memahami sifat dan pentingya pembangunan pertanian, (4) memahami petani dan organisasi atau komunitasnya, (5) memahami bahwa petani umumnya adalah rasional, (6) menghargai dan memahami spesialisasi di bidang lain, (7) memahami pentingnya hubungan individu dalam suatu organisasi, dan (8) terus menerus belajar dan mencoba.
Pendidikan pertanian bagi orang kota diperlukan karena banyak diantara orang kota yang menjadi politisi yang dapat mempengaruhi proses pembangunan pertanian. Orang kota umumnya lebih peduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan orang kota sendiri yang sering kali tidak sejalan dengan kepentingan petani. (harga pangan yang murah, prasarana (jalan, listrik, telpon, air bersih) untuk kepentingan industri merupakan contoh kepentingan orang kota. Agar orang kota memahami masalah pedesaan dan pertanian maka mass-media harus proporsional dalam menyampaikan berita kepada masyarakat.
b. Kredit Produksi
Pada umumnya petani tidak memisahkan secara tegas dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan produksi. Perilaku petani ini
EKONOMI PERTANIAN 95
menimbulkan kekhawatiran bahwa kredit produksi tidak digunakan secara benar, kenaikan produksi dan pendapatan tidak tercapai dan selanjutnya petani tidak mampu mengembalikan kredit. Sesuai dengan perilaku petani ini, ada lima macam kredit produksi untuk petani yaitu (1) kredit dikembalikan dalam bentuk hasil pertanian, (2) kredit dengan pengawasan, (3) kredit Bank, (4) kredit koperasi, dan (5) kredit perorangan.
Kredit yang diberikan dalam bentuk peralatan dan sarana produksi dan kemudian dikembalikan dalam bentuk hasil pertanian sekarang jarang ditemukan atau bahkan sudah tidak ada. Kredit semacam ini sebenarnya dapat menghindarkan petani dari masalah ketidakpastian harga hasil pertanian yang menyebabkan petani tidak bisa mengembalikan kredit. Dengan semakin berkembangnya pasar hasil pertanian dan pasar peralatan dan sarana produksi pertanian kredit semacam ini di pandang tidak praktis bagi pemberi pinjaman dan peminjam.
Kredit dengan pengawasan adalah kredit yang pemberiannya disertai bimbingan teknis oleh pihak penyedia kredit. Untuk mendapatkan kredit petaqni diminta menyusun rencana usahatani yang meliputi komoditas yang akan diusahakan, kebutuhan input, dan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan usahatani tersebut. Kredit diberikan sesuai dengan kebutuhan petani dalam bentuk barang (bibit, pupuk, pestisida, dan sebagainya) dan uang untuk membayar tenaga kerja dan sebagian dari biaya hidup petani.
Kredit bank adalah kredit komersial yang disediakan oleh nak untuk membiayai usaha pertanian. Kredit bank umumnya ditujukan kepada petani yang telah mampu menggunakan kredit produksi dengan baik. Produser dan skema kredit yang ditawarkan kepada petani bervariasi dari satu bank ke bank lainnya.
Kredit koperasi adalah kredit yang disediakan oleh koperasi untuk petani anggotanya. Banyak koperasi yang berhasil menyelenggarakan kredit produksi bagi anggotanya tetapi banyak pula yang gagal. Banyak faktor yang mempenagruhi keberhasilan dan kegagalan koperasi dalam menyelenggarakan kredit produksi bagi anggotanya, dua diantaranya yang penting adalah kemampuan petani menggunakan kredit produksi dan kemampuan pengurus koperasi dalam mengelola usaha koperasi.
Kerdit perorangan yaitu kredit yang disediakan bukan oleh lembaga resmi misalnya pedagang, pemilik tanah, pelepas uang dan sebagainya. Meskipun bunganya tinggi kredit semacam ini lebih disukai petani karena mudah memperolehnya, tersedia pada waktu petani membutuhkan, bentuk kredit (uang atau barang) sesuai dengan kebutuhan petani.
Beberapa pertimbangan yang diperhatikan oleh petani dalam pengambilan kredit antara lain (1) kenaikan hasil pertanian yang akan diperoleh, (2) harga yang akan diterima pada waktu panen, (3) biaya kredit yang berupa bunga dan biaya
EKONOMI PERTANIAN 96
pengurusan, (4) denda bila pengembalian tertunda, (5) kemudahan dalam memperoleh kredit, dan (6) kredit diperoleh pada saat dibutuhkan. Beberapa masalah yang dihadapi oleh pemberi kredit antara lain (1) biaya administrasi kredit biasanya tinggi, dan (2) periode pengembalian kredit bervariasi tergantung macam usahatani yang dibiayai dengan dana kredit.
c. Kegiatan Kelompok Tani
Beberapa kegiatan usahatani harus dikerjakan secara serempak atau diatur oleh petani secara bersama-sama. Untuk itu diperlukan adanya organisasi petani yang mengelola kegiatan bersama tersebut. Organisasi semacam ini dikenal sebagai kelompok tani. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara berkelompok antara lain (1) pembangunan, pemeliharaan, dan pengoperasian prasarana pertanian (irigasi, jalan desa dan sebagainya), (2) pengendalian hama dan penyakit, (3) kegiatan koperasi pertanian, (4) pengaturan-pengaturan di kalangan petani, dan (5) kegiatan politik petani.
Banyak prasarana yang dibutuhkan oleh petani tetapi tidak dapat diselenggarakan oleh petani secara individual misalnya jaringan irigasi, jalan desa dan sebagainya. Prasarana semacam ini harus dibangun, diperlihara, dan dioperasikan oleh petani secara bersama-sama melalui organisasi kelompok tani. Tanpa adanya organisasi kelompok tani yang mengelola prasarana semacam ini kebutuhan petani tidak terpenuhi.
d. Perbaikan dan Perluasan Areal Pertanian
Untuk mempercepat proses pembangunan pertanian dapat dilakukan (1) perbaikan kualitas lahan dan (2) perluasan areal pertanian. Perbaikan kualitas lahan meliputi koservasi, drainase, dan irigasi sedangkan perluasan lahan pertanian dapat dilakukan dengan merubah rawa, hutan menjadi lahan pertanian.
e. Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional
Perencanaan pembangunan pertanian nasional meliputi perencanaan kebijakan dan program pemerintah. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan pemilikan dan penguasaan lahan, pajak, nilai tukar, tarif, harga-harga domestik, investasi publik sedangkan program pemerintah berkaitan dengan pendidikan , penelitian, kredit, peraturan perdangan, pengembangan lahan, fasilitas transportasi dan sebagainya. Perencanaan pembangunan pertanian tingkat nasional di Indonesia dituangkan dalam bentuk Repelita yang kemudian dijabarkan dalam bentuk Repelita daerah di tingkat propinsi dan kabupaten.
EKONOMI PERTANIAN 97
Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industrial Origin,2000-2002 (Billion Rupiahs)
Industrial Origin 2000 2001 2002Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery
217.897,9 246.298,2 281.325,0
a. Farm Food Crops 112.661,2 126.065,2 141.137,4 b. Non-food Crops 33.744,7 37.491,2 41.919,5 c. Livestock and Products 27.034,6 30.438,2 34.808,9 d. Forestry 14.947,8 15.648,7 16.848,9 e. Fishery 29.509,7 36.654,8 46.610,3 Mining and Quarrying 175.262,5 191.762,4 191.827,2a. Crude Petroleum and Natural Gas 129.220,9 131.877,8 131.656,7 b. Non-Oil and Gas Mining 34.495,7 45.691,9 43.480,4 c. Quarrying 11.545,9 14.192,7 16.690,0 Manufacturing Industry 314.918,4 362.031,2 402.601,1a. Oil and Gas Manufacturing 54.279,9 56.137,0 56.678,5
EKONOMI PERTANIAN 98
b. Non Oil-Gas Manufacturing 260.638,5 305.894,2 345.922,6Electricity, Gas and Water Supply 16.519,3 21.183,9 29.100,5a. Electricity 13.797,1 17.772,9 25.033,8 b. Gas 462,1 621,0 827,0 c. Water Supply 2.260,1 2.790,0 3.239,7 Construction 76.573,4 85.263,2 92.366,3Trade, Hotel and Restaurant 199.110,4 234.262,6 258.869,2a. Wholesale and Retail Trade 159.384,7 187.996,0 205.791,7 b. Hotel 6.761,7 7.687,1 8.634,0 c. Restaurant 32.964,0 38.579,5 44.443,5 Transport and Communication 62.305,6 75.795,9 97.343,5a. Transport 47.911,3 59.462,8 72.234,5b. Communication 14.394,3 16.333,1 25.109,0Financial, Ownership and Business Services
80.459,9 91.438,4 105.621,7
a. Bank 28.554,9 33.061,4 39.832,8 b. Non Bank Financial Institutions 7.143,2 8.436,8 9.319,2 c. Services Allied to Financial 619,2 733,9 797,0 d. Building Rental 26.938,6 29.584,9 33.173,8 e. Business Services 17.204,0 19.621,5 22.498,9 Services 121.871,4 141.362,2 150.957,2a. General Government 69.460,2 81.850,9 83.293,5b. Private 52.411,3 59.511,3 67.663,7Gross Domestic Product 1.264.918,7 1.449.398,1 1.610.011,6 GDP Non-Oil Gas 1.081.417,9 1.261.383,3 1.421.676,4
Gross Domestic Product at Constant 1993 Market Prices,2000-2002 (billion Rupiahs)
Industrial Origin 2000 2001 2002Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery
66.208,9 66.858,2 68.018,4
a. Farm Food Crops 34.533,8 34.260,2 34.442,1 b. Non-food Crops 10.722,0 10.979,5 11.327,9 c. Livestock and Products 7.061,3 7.312,7 7.537,0 d. Forestry 6.388,9 6.522,5 6.651,3 e. Fishery 7.502,9 7.783,3 8.060,0 Mining and Quarrying 38.896,4 38.894,8 39.768,1a. Crude Petroleum and Natural Gas 22.658,3 21.537,3 21.574,4 b. Non-Oil and Gas Mining 11.619,2 12.502,5 13.082,2 c. Quarrying 4.618,9 4.855,0 5.111,5 Manufacturing Industry 104.986,9 109.290,2 113.671,7a. Oil and Gas Manufacturing 11.599,9 11.196,5 11.434,0b. Non Oil-Gas Manufacturing 93.387,0 98.093,7 102.237,7Electricity, Gas and Water Supply 6.574,8 7.078,0 7.514,6
EKONOMI PERTANIAN 99
a. Electricity 5.394,7 5.818,2 6.163,5 b. Gas 268,0 297,3 342,8 c. Water Supply 912,1 962,6 1.008,3 Construction 23.278,7 24.259,1 25.255,3 Trade, Hotel and Restaurant 63.498,3 66.888,1 69.303,2a. Wholesale and Retail Trade 50.333,8 53.055,3 54.827,3 b. Hotel 2.669,2 2.760,2 2.796,4 c. Restaurant 10.495,3 11.072,5 11.679,4 Transport and Communication 29.072,1 31.207,1 33.649,5a. Transport 21.176,3 22.319,8 23.364,1b. Communication 7.895,8 8.887,3 10.285,4 Financial, Ownership and Business Services
27.449,4 28.388,6 29.963,2
a. Bank 9.167,9 9.655,9 10.296,6 b. Non Bank Financial Institutions 3.064,6 3.172,8 3.284,0 c. Services Allied to Financial 235,1 242,7 251,2 d. Building Rental 9.214,8 9.417,6 9.947,0 e. Business Services 5.767,0 5.899,7 6.184,4 Services 38.051,5 38.826,9 39.596,6a. General Government 22.555,1 22.795,4 22.887,0b. Private 15.496,4 16.031,5 16.709,6Gross Domestic Product 398.016,9 411.691,0 426.740,5Gross Domestic Product Non-Oil Gas 363.758,7 378.957,2 393.732,1
Growth Rate of Gross Domestic Product at Constant 1993 Market Prices by Industrial Origin, 1996-2002 (Percent)
Industrial Origin 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery
3.14 1.00 (1.33) 2,16 1,88 0,98 1,74
a. Farm Food Crops 2.11 (2.85) 2.03 1,99 1,53 (0,79) 0,53 b. Non-food Crops 4.47 1.37 0.05 1,91 0,19 2,40 3,17 c. Livestock and Products 5.06 4.90 (13.94) 6,17 3,28 3,56 3,07 d. Forestry 2.23 11.57 (8.47) (4,45) 1,60 2,09 1,97 e. Fishery 5.40 5.79 1.92 6,07 5,00 3,74 3,56 Mining and Quarrying 6.30 2.12 (2.76) (1,62) 5,51 (0,00) 2,25 a. Crude Petroleum and Natural Gas 1.45 (0.59) (2.42) (5,16) 2,36 (4,95) 0,17 b. Non-Oil and Gas Mining 19.19 5.20 26.58 7,02 12,18 7,60 4,64 c. Quarrying 12.74 8.80 (36.10) (1,90) 5,66 5,11 5,28 Manufacturing Industry 11.59 5.25 (11.44) 3,92 5,98 4,10 4,01 a. Oil and Gas Manufacturing 11.06 (1.97) 3.68 6,84 (1,67) (3,48) 2,12 b. Non Oil-Gas Manufacturing 11.66 6.11 (13.10) 3,54 7,02 5,04 4,22 Electricity, Gas and Water Supply 13.63 12.37 3.03 8,27 7,56 7,65 6,17 a. Electricity .13.16 12.06 3.25 8,81 7,62 7,86 5,95
EKONOMI PERTANIAN 100
b. Gas 21.63 22.54 (16.52) 0,62 18,28 10,96 15,30 c. Water Supply 13.95 10.86 8.88 7,38 4,45 5,53 4,75 Construction 12.76 7.36 (36.44) (1,91) 5,64 4,21 4,11 Trade, Hotel and Restaurant 8.16 5.83 (18.22) (0,06) 5,67 5,34 3,61 a. Wholesale and Retail Trade 8.01 6.00 (18.69) (0,57) 5,80 5,41 3,34 b. Hotel 6.07 3.01 (8.91) 4,30 2,95 3,41 1,31 c. Restaurant 9.44 5.66 (18.02) 1,30 5,73 5,50 5,48 Transport and Communication 8.68 7.01 (15.13) (0,75) 8,59 7,34 7,83 a. Transport 6.60 4.76 (19.94) (3,74) 7,29 5,40 4,68 b. Communication 19.55 17.44 4.83 8,70 12,24 12,56 15,73 Financial, Ownership and Business Services
6.04 5.93 (26.63) (7,19) 4,59 3,42 5,55
a. Bank 2.99 5.06 (37.90) (13,64) 5,55 5,32 6,63 b. Non Bank Financial Institutions 10.40 8.48 (17.21) 1,81 3,91 3,53 3,51 c. Services Allied to Financial 12.14 6.12 (16.65) 3,70 3,88 3,23 3,52 d. Building Rental 5.85 4.97 (19.87) (6,01) 3,47 2,20 5,62 e. Business Services 12.05 8.50 (16.73) (2,72) 5,30 2,30 4,83 Services 3.40 3.62 (3.85) 1,94 2,33 2,04 1,98 a. General Government 1.27 1.19 (7.32) 1,66 1,37 1,07 0,40 b. Private 7.38 7.88 1.88 2,37 3,77 3,45 4,23 Gross Domestic Product 7.82 4.70 (13.13) 0,79 4,92 3,44 3,66 Gross Domestic Product Non-Oil Gas 8.16 5.23 (14.22) 1,00 5,31 4,18 3,90
Population and Type of Activity 1997-2001
No Type of Activity 1997 1998 1999 2000*) 20011. Population 15 + 135,070,350 138,556,198 141,096,417 141,170,805 144,033,8732. Labor Force 89,602,835 92,734,932 94,847,178 95,650,961 98,812,448
Labor Force Participation Rate
(66.34) (66.63) (67.22) (67.76) (68.60)
Working 85,405,529 87,672,449 88,816,859 89,837,730 90,807,417Looking for Work 4,197,306 5,062,483 6,030,319 5,813,231 8,005,031**)Unemployment Rate
(4.68) (5.46) (6.36) (6.08) (8.10)
3. Not in Labor Force
45,467,515 45,821,266 46,249,239 45,519,844 45,221,425
Schooling 10,814,356 11,273,682 10,934,731 10,763,473 10,899,236House Keeping 25,896,013 25,266,906 25,857,621 25,275,187 26,461,653Others 8,757,146 9,280,678 9,456,887 9,481,184 7,860,536
Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
EKONOMI PERTANIAN 101
Population 15 Years of Age and Over Who Worked by Main Industry 1997-2001
No Main Industry 1997 1998 1999 2000 20011. Agriculture, Forestry,
Hunting and Fishery34,789,927 39,414,765 38,378,133 40,676,713 39,743,908
2. Mining and Quarrying 875,280 674,597 725,739 - -3. Manufacturing Industry 11,008,951 9,933,622 11,515,955 11,641,756 12,086,1224. Electricity, Gas, and
Water233,237 147,849 188,321 - -
5. Construction 4,184,970 3,521,682 3,415,147 3,497,232 3,837,5546. Wholesale Trade, Retail
Trade, Restaurants and Hotels
16,953,006 16,814,233 17,529,099 18,489,005 17,469,129
7. Transportation, Storage, and Communications
4,125,429 4,153,707 4,206,067 4,553,855 4,448,279
8. Financing, Insurance, Real Estate and Business Services
656,724 617,722 633,744 882,600 1,127,823
9. Community, Social, and Personal Services
12,574,844 12,394,272 12,224,654 9,574,009 11,003,482
10. Others 3,161 - - 522,560 1,091,120Total 85,405,529 87,672,449 88,816,859 89,837,730 90,807,417
Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
Population 15 Years of Age and Over By Main Employment Status 1997-2001No Main Employment Status 1997 1998 1999 2000 20011. Self Employed 19,864,774 20,523,338 21,707,778 19,501,330 17,451,7042. Self Employed Assisted by
Family Member/Temp. Help17,982,745 19,690,059 18,914,502 20,720,366 20,329,073
3. Employer with Permanent Workers
1,466,471 1,525,625 2,552,803 2,032,527 2,788,878
4. Employee 30,277,787 28,805,421 29,383,548 29,498,039 26,579,0005. Casual employee in agriculture - - - - 3,633,1266. Casual employee not in
agriculture- - - - 2,439,035
7. Unpaid Worker 15,813,752 17,128,006 16,258,228 18,085,468 17,586,601Total 85,405,529 87,672,449 88,816,859 89,837,730 90,807,417
Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
Unemployment by Educational Ataintment 1997-2001No Educational Ataintment 1997 1998 1999 2000 20011. Under Primary School 216,495 257,330 278,500 221,242 851,4262. Primary School 760,172 911,782 1,151,252 1,216,976 1,893,5653. Junior High School 736,375 984,104 1,159,478 1,367,892 1,786,3174. Senior High School 2,106,182 2,479,739 2,886,216 2,546,355 2,933,4905. Diploma I/II 37,676 47,380 90,230 - -
EKONOMI PERTANIAN 102
6. Academy/Diploma III 104,054 128,037 153,696 184,690 251,1347. University 236,352 254,111 310,947 276,076 289,099
Total 4,197,306 5,062,783 6,030,319 5,813,231 5,813,231 Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
Export of Non Oil and Gas by Sector and Commodities, 2001- 2002
No Sector/Goods FOB Value (Million USD) Growth2001 2002 Absolute Percent
I. Agricultural Products 2 438,5 2 568,3 129,8 5,3 1. Coffee 182,6 218,8 36,2 19,8 2. Shrimp 940,1 840,4 -99,7 -10,6 3. Spices 174,4 186,2 11,8 6,8 4. Tea 94,7 98,0 3,3 3,5 5. Fish and Other Related 359,1 377,5 18,4 5,1 6. Cocoa 276,6 521,3 244,7 88,5 7. Tobacco 80,8 66,5 -14,3 -17,7 8. Others 330,2 259,6 -70,6 -12,4
II. Industrial Products 37 671,1 38 729,6 1 058,5 2,8 1. Plywood 1 837,9 1 748,3 -89,6 -4,9 2. Garments 4 476,5 3 887,2 -589,3 -13,2 3. Processed Rubber 1 207,5 1 560,6 353,1 22,6 4. Furniture & Parts 1 414,3 1 501,9 87,6 6,2 5. Tulle and Lace 1 527,6 1 258,4 -242,2 -15,8 6. Base Metal Goods 2 042,8 1 902,5 -140,3 -6,9 7. Electrical Appliance 2 605,1 2 700,0 94,9 3,6 8. Audio Visual 3 259,2 3 291,3 32,1 1,0 9. Fertilizer 130,2 134,6 4,4 3,4
10. Palm Oil 1 080,9 2 092,4 1 011,5 93,6
EKONOMI PERTANIAN 103
11. Footwear 1 505,6 1 148,1 -357,5 -23,712. Processed Food 1 042,5 1 184,1 141,6 13,6 13. Others 15 541,0 16 293,2 752,2 4,8
III. Mining Products 3 569,6 3 743,7 174,1 4,9 1. Copper Ore 1 704,3 1 755,5 51,2 3,0 2. Coal 1 617,6 1 762,4 144,8 9,01 3. Nickel Ore 55,5 50,8 -4,7 -8,5 4. Natural Sands 60,6 27,0 -33,6 -55,45. Bauxite 12,5 20,8 8,3 66,46. Others 119,1 127,2 8,1 6,8
IV. Other Sectors 5,4 4.5 -0,9 -16,7
EKONOMI PERTANIAN 104