ekologi hewan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok: 9Asisten:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling
ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut
artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik
maupun abiotik. Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah
organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-
faktor dan proses-proses penyebabnya.
Ekologi hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari
interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara
langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat
kelimpahan hewan tersebut. Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman
mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu,
populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola
proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun
ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam
mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan
informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan
penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan
kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain (Pankhurst, 1997).
Tanah adalah salah satu benda alam yang terdapat di permukan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan-
bahan organik, pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan medium
atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tersebut yang terjadi akibat dari
pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah
dan lamanya waktu pembentukan. Tanah mempunyai fungsi yang bermacam-
macam.Tanah adalah tempat tinggal dan hidup berbagai organisme baik manusia,
hewan, tumbuhan maupun mikroorganisme.
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme, mikroorganisme tanah
seperti bakteri dan jamur sangat mempengaruhi kesuburan tanah, oleh karena itu
mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan dalam
pembentukan suatu ekosistem.Mikroorganisme tanah juga bertanggungjawab atas
pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara, dengan demikian
mikroorganisme mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah.
Selain bakteri, di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis hewan dan
mikroorganisme, dari yang berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan
protozoa/invisibee mikro-biota) hingga biota yang berukuran sangat besar seperti
cacing tanah, kutu, tikus, kaki seribu dan megafauna yang membentuk ekosistem
tanah bersama tumbuhan yang ada. Aktivitas biologi organismetanah terkonsentrasi
di topsoil. Komponen biologi menempati tempat yang tipisatau halus (<0.5%) dari
total volume tanah dan membuat kurang dari 10% totalbahan organik tanah.
Komponen hidup ini terdiri dari akar tumbuhan dan organisme tanah.
Cacing tanah sering membentuk bagian utama biomassa hewan tanah dandapat
mempresentasikan hampir 50% biomassa hewan tanah di tanah padangrumput, dan
hingga 60% tanah hutan. Cacing tanah dapat memperbaiki penyatuan bahan organik
di bawah permukaan tanah, meningkatkan jumlah air tersimpandalam agregat tanah,
memperbaiki infiltrasi air, aerasi dan penetrasi akar danmeningkatkan aktivitas
mikroorganisme. Partikel tanah yang digerakkan ke berbagai posis oleh akar, cacing
tanah, baik melalui siklus kering atau basah danmelalui kekuatan lain sehingga
membentuk struktur tanah. Produksi kotoranmesofauna juga menyumbang
pembentukan struktur tanah partikel dan ruang-ruangyang terbentuk di antara
partikel.
Metode praktikum cuplikan kuadrat adalah dengan mengamati kerapatan
populasi dari cacing tanah dan pengukuran terhadap faktor lingkungan yaitu suhu
udara dan pH tanah.Sebelumnya, dibuat terlebih dahulu catatan singkat mengenai
area studi seperti jenis habitat dari lapangan rumput yang dikenal dampak pijakan
jenis rumput, jenis tanaman dan lain-lain.Setelah itu, kuadrat (30x30 cm) diletakkan
pada cuplikan atau kuadran sebelum menggali tanah lalu taksiran kasar dibuat
mengenai vegetasi penutupnya.Dari masing-masing cuplikan atau kuadran dilakukan
3 kali ulangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan caramenusukkan silinder
sampling ke dalam tanah sedalam 20 cm dari permukaan tanah. Cacing tanah yang
terdapat dalam silinder sampling dikumpulkan dalam kantung plastik lalu dihitung
jumlahnya.Apabila dalam cuplikan terdapat telur-telur cacing tanah (yang berwarna
keputih-putihan, lunak dan bentuknya agak membulat dengan kedua ujungnya agak
lancip) kumpulkan dan dihitung jumlahnya.Hewan-hwan tanah yang dijumpai dalam
cuplikan dikumpulkan dan dihitung kepadatannya. Pengukuran pH tanah dilakukan
dengan cara melarutkan tanah yang diabil dengan silinder sampling dalam akuadst
pada cawan petri, kemudia diatur mnggunakan kertas pH dan juga dengan
menggunakan alat soil tester. Selanjutnya pengukuran temperature udara dilakuka
dengan menggunakan thermometer celcius.Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu
sebelum dan sesudah praktikum. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan
(menggantungkan thermometer selama 5 menit agar stabil, kemudia dibaca angka
yang ditunjukkan dalam thermometer tersebut).
Ekologi merupakan kajian ilmiah tentang hubungan antara organisme dengan
lingkungan hidupnya.Ekosistem adalah semua organism pada suatu tempat tertentu
yang berinteraksi dengan lingkungan abiotiknya.Tanah merupakan “thriving
ecosystem” dari tumbuhan dan binatang yang memegang peranan penting dalam
tanah. Tumbuhan dan binatang tersebut mampu mengubah komposisi dan struktur
ekosistem tanah dengan berbagai cara (Gershuny, 1986).
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kerapatan populasi cacing tanah.
II. DESKRIPSI LOKASI
Lokasi praktikum dan pengambilan sampel dilakukan di dua lokasi. Lokasi
pertama di daerah belakang kampus Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
untuk Acara I.Menghitung Populasi dengan Metode Menangkap–Menandai–
Menangkap Ulang (Capture–Recapture), Acara II. Menaksir Kerapatan Populasi
Hewan dengan Metode Cuplikan Kuadrat dan Acara III. Keragaman Hewan Tanah.
Lokasi ini terletak di ketinggian 101 dpl dengan vegetasi yang beragam. Habitat
berupa lapangan rumput dengan jenis rumput teki (Ciperus rotundus) dan ditumbuhi
oleh pohon jati serta pohon lainnya. Sekitar lokasi pengambilan sampel terdapat pula
beragam tumbuhan perdu dan bebatuan besar maupun kecil. Selain itu, organisme
seperti nyamuk, lalat, serangga dan semut juga ditemui di lokasi. Tanah di lokasi
mempunyai pH 6,2 sehingga tanah di termasuk asamdan suhu 25°C.
Lokasi kedua berada di sungai kecil belakang Lab Riset. Sungai memiliki arus
yang cukup deras dan banyak ditumbuhi oleh beragam tumbuhan herba maupun
pohon. Air di dalam sungai mempunyaikecepatan arus sebesar (diisi nih de, datanya
ga ada di aku)..... Tanah di tempat lokasi memiliki kelembaban yang tinggi karena
lokasinya yang dekat dengan sungai. Berbagai organisme seperti moluska, ikan,
katak, kecebong, anggang-anggang juga ditemukan pada lokasi sungai. Menurut
Odum (1988) bahwa sungai terdapat zona air deras yang merupakan daerah yang
dangkal dengan kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih
dari endapan dan materi lain yang lepas sehingga dasarnya padat.Zona ini dihuni
oleh bentos yang beradaptasi khusus atau organisme ferifitik yang dapat melekat atau
berpegang dengan kuat pada dasar yang padatdan oleh ikan yang kuat berenang.
Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai.
Gambar 1. Lokasi Acara I, II dan III
Gambar 2. Lokasi Acara IV
III. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sistem terestrial, biota tanah yang mungkin yang paling sulit untuk
diperkirakan karena tanah adalah media keruh di mana mengindentifikasi kation dari
sebagian besar organisme yang tidak mudah, jumlah organisme besar - bisa ada
ratusan sampai ribuan bahkan jutaan invertebrata, organisme kecil dan morfologi
yang beubah dalam siklus hidup suatu takson, sehingga mereka sering dikategorisasi
oleh ukuran tubuh, metode sampling dan kation mengindentifikasi menghabiskan
waktu dan energi (Sylvain, 2011).
Mikroorganisme yang hidup didalam tanah berperan penting dalam
perubahan-perubahan yang terjadi didalam tanah, salah satunya adalah perubahan
bahan organik menjadi substansi yang akan mnyediakan nutrien bagi pohon-pohon
dan tumbuhan yag berada didalam hutan. Tanpa aktivitas mikroorganisme maka
segala kehidupan dibumi inilambat laut akan terhambat. Ikroorganisme yang
berperan dalam merubah bahan organik menjadi substansi itu adalah baktri,
cendawan, alage, protozoa dan virus (Ardi, 2009).
Organisme Tanah membusukkan banyak senyawa organik, seperti pupuk
kandang, sisa-sisa tanaman, pupuk dan pestisida, mencegah mereka dari memasuki
air dan menjadi polutan.Aktivitas manusia menambah berbagai zat ke lingkungan,
beberapa di antaranya berbahaya atau beracun.Selama konsentrasi tidak lebih besar
dari kemampuan ekosistem untuk menanganinya, mikroorganisme di Tanah dapat
menurunkan atau detoksifikasi banyak zat ini, membuat mereka tidak berbahaya bagi
manusia, hewan, dan lingkungan(Pankhurst, 1997).
Cacing tanah merupakan binatang yang sangat menarik untuk dikaji secara
lebih mendalam. Jumlah cacing tanah ini diperkirakan dapat mencapai 200 - 1000
pounds per acre. Mereka memakan bahan organik dan aprtikel tanah pada saat ia
membuat liang di dalam tanah. Cacing ini mencerna bahan organik dan
mengeluiarkan kotorannya yang kaya hara ke luar tubuhnya.Daur ulang hara seperti
ini dapat membuat tanah menjadi lebih kaya hara tersedia.Selain itu lubang-lubang
cacing tanah ini juga memungkinkan udara dan air menembus tanah dengan lebih
cepat(Pankhurst, 1997).
Sumberdaya air dan nitrogen, keduanya sangat esensial bagi semua
kehidupan, bertahan secara konstan di dalam daurnya; berarti bahwa perubahannya
hanyalah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Siklus air ternyata sangat dinamis,
karena air dapat berubah dari bentuk uap (gas) menjadi cairan menjadi salju dan
menjadi es. Peranan tanah dalam proses ini adalah melalui infiltrasi, simpanan air,
dan transpirasi. Nitrogen, yang menyusun lebih dari tiga-perempat atmosfer bumi,
harus dirombak menjadi bentuk-bentuk lainnya untuk dapat dimanfaatkan oleh
organisme hidup. Dalam siklus nitrogen, bakteri tanah mampu mengubah nitrogen
menjadi bentuk hara yang tersedia bagi tumbuhan, binatang dan manusia (disebut
proses fiksasi nitrogen secara biologis), sebelum akhirnya N dikembalikan ke
atmosfir (Pankhurst, 1997).
Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki
kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu
pengendalian hama penyakit.
• Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan habitat yang layak
untuk tumbuh.
• Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup
tanah organik yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara
drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan tanah yang berlebihan.
• Di bawah permukaan tanah terdapat satu dunia lain yang penuh dengan jasad
hidup atau organisme tanah. Organisme tanah ini berfungsi sebegai tenaga kerja
bagi para petani karena mereka membantu menyediakan ketersediaan hara yang
dibutuhkan tanaman dan memperbaiki struktur tanah (Pankhurst, 1997).
Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah (Pankhurst, 1997):
1. Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites),
kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar
menjadi bagian-bagian kecil.
2. Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-
bahan cellular.
3. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman dan membantu
tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah.
4. Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk
mendapatkan hara posfor, sedangkan rhizobium membantu tanaman untuk
mendapatkan nitrogen.
5. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di
dalam tanah.
6. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur
semuanya membantu mengikat partikel- partikel tanah sehingga struktur tanah
menjadi stabil dan tahan terhadap erosi.
7. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang
jaringan tanaman.
8. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur
tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai sumber
makanan mereka.
9. Occupant/penghuni adalah jenis organisme tanah yang menggunakan tanah
sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat
(larvae) dan telur cacing.
IV. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lainkuas, silinder sampling
dengan diameter 4 cm dari bahan plastik (paralon), thermometer, soil tester, kantong
plastik, kertas label, kaca pembesar, penggaris, alat tulis, dan kamera.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu cacing tanah dan akuades.
B. Metode
Cara kerja yang dilakukan pada tiap praktikum antara lain:
1. Kuadrat (30x30 cm) pada cuplikan/kuadran sebelum menggali tanah dibuat
taksiran kasar mengenai vegetasi penutupnya. Masing-masing
cuplikan/kuadran diambil 3 kali ulangan.
2. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menusukan silinder sampling ke
dalam tanah sedalam 20 cm dari permukaan tanah sebanyak 3 kali pada
tempat berbeda di dalam satu cuplikan kuadrat.
3. Cacing tanah yang terdapat dalam silinder sampling dikumpulkan dalam
kantung plastik lalu dihitung jumlahnya.
4. Hewan-hewan tanah yang dijumpai dikumpulkan dalam cuplikan dan hitung
kepadatannya.
5. Pengukuran pH tanah dilakukan menggunakan soil tester dan lakukan
pengukuran temperatur udara menggunakan thermometer.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 3. Cuplikan Tanah dengan Metode Kuadrat
Tabel 1. Hasil Cuplikan Cacing Tanah dengan Metode kuadrat
Cuplikan pH Suhu Tanah (oC) Kelembaban Tanah %
Jumlah
TelurJumlah Individu
Cacing Tanah
1 6,2 25 78% - -
2 6,2 25 78% - -
3 6,2 25 78% - -
Keterangan :
(-)= tidak ditemukan cacing tanah
B. Pembahasan
Ekosistem tanah adalah ekosistem yang merupakan suatu bentangan alam,
tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-
batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan lainnya. Keadaan lingkungan tanah dapat dipandang sebagai
permukaan lahan di atas bumi yang menyediakan substrat bagi kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan
iklimnya. Tanah juga memiliki kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan
asal yang berbeda-beda. Ada lima kategori utama unsur tanah, yaitu: partikel,
mineral, bahan organik, air,gas dan jasad hidup. Bakteri, cendawan, algae, protozoa
dan virus secara bersama-sama membentuk kumpulan mikroorganisme yang dapat
mencapai jumlah total sampai bermilyar-milyar organisme per gram tanah. Hewan
tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang hidup di dalam tanah. Kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh
faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor
fisika-kimia tanah selalu diukur. Hewan tanah diklasifikasikan menurut ukuran
tubuhnya, yaitu dibagi dalam dua golongan besar hewan makro tanah dan mikro
tanah. Pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan dalam studi ekologi
hewan tanah karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan dan
kepadatan populasi kelompok hewan ini. Pengukuran faktor lingkungan abiotik yang
dilakukan akan bermanfaat untuk mengetahui faktor yang berpengaruh besar
terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan yang di teliti. Abiotik atau
komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang merupakan medium
atau subtrat tempat berlangsungnya kehidupan.
Berdasarkan hasil praktikum cuplikan kuadrat kelompok kami tidak
mendapatkan cacing tanah dalam ketiga kali ulangan (9 paralon). Hal ini dapat
disebabkan karena pada saat praktikum pralon yang dimasukkan kedalam tanah
kurang dalam. Faktor lain yang mempengaruhi tidak terdapatnya cacing pada
cuplikan kuadrat yang dibuat yaitu faktor abiotik seperti struktur dan komposisi
tanah, pH tanah, iklim, cahaya matahari, dan suhu. Cacing tanah adalah organisme
tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada tanah yang lembab dengan
sirkulasi udara yang bagus. Tanah berpasir dan kering, populasi cacing tanah sangat
sedikit. Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi
lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur,
sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap
akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air
permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi
udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan
melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan
cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap
gembur. Kelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah
akan berkembang dengan baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan
kebutuhannya tetapi sistem pertanian manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh
pada penggunaan bahan kimia telah mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangan
lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah sampai mengalami
kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah manusia.
Potensi cacing tanah yang cukup penting lainnya adalh sebagai penghasil
pupuk organik yaitu material halus seperti humus dengan kapasitas tukar kation.
Cacing tanah juga dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanamah.
Besarnya peranan cacing tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah sangat sesuai
diaplikasikan pada pertanian organik (Darmi et al, 2012).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada cuplikan kuadrat bahwa
tidak ditemukan organisme tanah setelah diadakan pengamatan terhadap tanah yang
diperoleh. Metode cuplikan kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang
menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya.Ukuran yang
digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti
meter.Metode ini umum digunakan untuk membuat taksiran kerapatan populasi
berbagai hewan Invertebrata.Satuan pencuplikan di area yang diselidiki populasi
hewannya, yaitu kuadrat, bentuknya tidak selalu bujur sangkar.Bagian penting dari
metode ini adalah menentukan besar ukuran tiap satuan cuplikan (ukuran kuadrat),
jumlah cuplikan serta pola penempatan cuplikan-cuplikan tersebut. Prosedur metode
ini meliputi pencacahan individu-individu dari semua cuplikan kuadrat itu,dan dari
angka-angka yang didapat ditentukan purata kerapatan populasi hewannya untuk
mewakili seluruh area yang diselidiki (Arnita, 1990).
Tingkat keberhasilan metode tersebut tergantung pada luas area kuadrat harus
diketahui dengan pasti.Kuadrat-kuadrat itu harus dapat mewakili keseluruhan dari
area yang diselidiki populasinyaJumlah individu dari setiap kuadrat harus dicacah
dengan tepat.Dalam menentukan kerapat populasi, aspek ketepatan (presisi) bukan
prioritas utama.Aspek yang paling penting adalah daya ramalnya (predictability)
harus tinggi dan nirbias (unbiased) (Ewusie, 1990).
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme
dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan
untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya
terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi (Riberu, 2002).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah atau biomassa perunit atau persatuan luas atau persatuan vokume atau
persatuan penangkapan.Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung
produktifitas dan untuk membandingkan kepadartan suatu jenis dengan kepadatan
semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Rakhmanda, 2011).Kerapatan
populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang (area),
yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan biomasa
persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang
ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300 individu keratela sp
(zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas permukaan tambak,
atau 50 individu afik( kutu daun) per daun.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya
atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn kerapatan kasar
dari kerapatan ekologi (kerapatanspesifik).Kerapatan kasar adalah kerapatan yang
didasarkan atas kesatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan
yang didasarkan atas ruang yang benar- benar (sesungguhnya) ditempati
(mikrohabitat). Contoh nya adalah kerapatan afik (kutu daun) per pohon
dibandingkan dengan kerapatan afik per daun.
Kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk kerapatan
mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi(relatif). Pada penafsiran kerapatan mutlak
diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan nisbi
nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks
kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang
berlimpah). Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus
atau metode menggunakan sample (sampling).
A. Kerapatan mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
1. Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)
Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah
nyata dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya
diterapkan kepada daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya
menetap,misalnya porifera dan binatang karang. Metode ini juga dapat
digunakan untuk menentukan populasi hewan yang berjalan lambat, misalnya
jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain.
2. Metode Sampling (cuplikan)
Metode ini dilakukan dengan pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan
(sample), yaitu suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil
cuplikan tersebut untuk membuat taksiran kerapatan (kelimpahan)
populasi.Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan
ukurann dan jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan
metode-metode statistik. Beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara
lain:
a. Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur
sangkar, persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum
dipakai disini adalah menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang
diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk
seluruh area yang diselidiki.
b. Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil
tiga asumsi pokok, yaitu: 1. individu- individu yang tidak bertanda maupun
yang bertanda ditangkap secara acak.2. individu- individu yang diberi tanda
mengalami laju mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda 3. tanda-
tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
c. Metode removal (pengambilan)
Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil.
Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah
sebagai berikut: 1. populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.2.
peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda
panangkapan adalah sama.3. probabilitas penangkapan individu dari waktu
selama perioda penangkapan adalah sama.
C. Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
· Menggunakan perangkap
· Menggunakan jala
· Menghitung jumlah felet faeses
· Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi
bunyi persatuan waktu
· Tangkaan persatuan usaha
· Jumlah artifakta
· Daya makan
· Kuesioner
· Sensus tepi jalan
· Umpan manusia
Parameter populasi merupakan besaran/ukuran yang dapat dijadikan bahan
untuk ditindak lanjuti pada aktivitas management terhadap populasi. Parameter
populasi (parameter demografi) adalah jumlah dan kepadatan, kelahiran dan
kematian, survival, pertumbuhan, struktur umur dan nisbah kelamin (Margian, 1988).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kerapatan populasi cacing tanah dapat diketahui dengan menggunakan metode
cuplikan kuadrat. Keanekaragaman hewan tanah dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembapan, intensitas cahaya, kondisi tanah
dan ketinggian tempat.
2. Kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban mempengaruhi keragaman
hewan tanah.
B. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, dipilih tanah yang gembur agar
mendapatkan hasil praktikum yaitu telur cacing yang diinginkan.
DAFTAR REFERENSI
Ardi, Rio. 2009. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Kelerengan dan Kedalaman Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Gita Media Press, Jakarta.
Darmi, Rochmah Supriati & Melati Purnama Sari. 2012. Peran Poplasi Cacing Tanah (Pontoscolex corenthrurus Fr. Mull) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir) Organik. Konservasi Hayati (08): 18-26). Biologi FMIPA Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Ewusie J.Y. 1990. Ekologi Tropika.ITB, Bandung.
Margian, Wolf. 1988. General Ecology. Saunders College Pub, New York.
Pankhurst,C.E. 1997. Biodiversity of tanah organisms as an indicator of tanah health. In: Biological Indicators of Tanah Health. CAB International.
Rakhmanda, Andhika. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM. (1): 1-71.
Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur (01).
Sylvain, Zachary A. and Diana H. Wall. 2011. Linking soil biodiversity and vegetation: implications for a changing planet. American Journal of Botany 98(3): 517–527.