ekologi

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pernah memiliki tiga dari delapan sub spesies harimau yang ada di dunia, namun dua di antaranya, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (P. t. balica) telah dinyatakan punah, masing- masing pada tahun 1940-an dan 1980-an (Seidensticker dkk. 1999). Saat ini hanya sub spesies harimau sumatera (P. t. sumatrae) yang tersisa dan hidup pada habitat yang terfragmentasi dan terisolasi satu dengan lainnya. Harimau sumatera hanya terdapat di Sumatera dan merupakan sub spesies dengan ukuran tubuh rata-rata terkecil di antara sub spesies harimau yang ada saat ini (Kitchener 1999). Harimau sumatera jantan memiliki rata-rata panjang dari kepala hingga ekor 240 cm dan berat 120 kg. Sedangkan betina memiliki rata-rata panjang dari kepala hingga ekor 220 cm dan berat 90 kg. Keberadaan Harimau Sumatera di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal ini terjadi karena adanya perburuan liar sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar. Selain itu, penurunan kualitas habitat sebagai akibat dari aktivitas manusia, lemahnya pengamanan, pengawasan, penerapan sanksi hukum, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang konservasi, juga

Upload: arrddiannssyyah-rrezza

Post on 11-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ekologi Hewan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia pernah memiliki tiga dari delapan sub spesies harimau yang ada di dunia, namun dua di antaranya, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (P. t. balica) telah dinyatakan punah, masing-masing pada tahun 1940-an dan 1980-an (Seidensticker dkk. 1999). Saat ini hanya sub spesies harimau sumatera (P. t. sumatrae) yang tersisa dan hidup pada habitat yang terfragmentasi dan terisolasi satu dengan lainnya. Harimau sumatera hanya terdapat di Sumatera dan merupakan sub spesies dengan ukuran tubuh rata-rata terkecil di antara sub spesies harimau yang ada saat ini (Kitchener 1999). Harimau sumatera jantan memiliki rata-rata panjang dari kepala hingga ekor 240 cm dan berat 120 kg. Sedangkan betina memiliki rata-rata panjang dari kepala hingga ekor 220 cm dan berat 90 kg.Keberadaan Harimau Sumatera di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal ini terjadi karena adanya perburuan liar sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar. Selain itu, penurunan kualitas habitat sebagai akibat dari aktivitas manusia, lemahnya pengamanan, pengawasan, penerapan sanksi hukum, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang konservasi, juga turut mengakibatkan penurunan populasi Harimau Sumatera di alam. Sebagian besar hutan di wilayah Sumatera kini telah berubah menjadi lahan tanaman akasia dan perkebunan sawit. Telah disadari secara meluas bahwa kawasan lindung yang ada saat ini di Sumatera tidak cukup memadai untuk dapat mendukung kehidupan jangka-panjang satwa yang berdaerah jelajah luas seperti harimau sumatera. Oleh sebab itu, selain membutuhkan pengelolaan hutan yang baik, upaya konservasi harimau sumatera juga memerlukan peningkatan peran-aktif pengelola kawasan non-hutan. Selain itu, guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi Harimau Sumatera di Indonesia, perlu dilakukan kegiatan konservasi lain yaitu secara ex-situ (di luar habitat alaminya), salah satu diantaranya melalui taman safari. Taman Safari Indonesia 2 yang terletak di Prigen Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu taman safari yang melakukan kegiatan konservasi Harimau Sumatera. Berbagai riset mendalam tentang penangkaran berbagai macam satwa langka seperti banteng Jawa, Burung Jalak Bali, Girrafe, Gajah Sumatera, Harimau Sumatera dan ratusan spesies satwa langka lainnya telah berhasil ditangkarkan di Taman Safari Prigen.Oleh karena itu, penting mempelajari bagaimana konservasi Harimau Sumatera di Taman Safari Prigen agar bisa diterapkan di tempat lain sehingga populasi Harimau Sumatera dapat terus meningkat dan terhindar dari kepunahan.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:1. Bagaimanakah populasi Harimau Sumatera yang ada di dunia?2. Bagaimanakah kondisi habitat asli Harimau Sumatera?3. Bagaimanakah teknik konservasi Harimau Sumatera di Taman Safari Prigen?

C. TujuanPenelitian ini bertujuan untuk: 1. Memahami populasi Harimau Sumatera yang ada di dunia.2. Memahami kondisi habitat asli Harimau Sumatera.3. Memahami teknik konservasi Harimau Sumatera di Taman Safari Prigen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Harimau SumateraSejak tahun 1996 harimau sumatera dikategorikan sebagai sangat terancam kepunahan (critically endangered) oleh IUCN (Cat Specialist Group 2002). Pada tahun 1992, populasi harimau sumatera diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di lima taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan) dan dua suaka margasatwa (Kerumutan dan Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut (PHPA 1994). Jumlah tersebut diduga terus menurun. Perkiraan terkini baru dilakukan pada tingkat kawasan yang berlaku untuk kawasan itu saja. Jumlah minimal berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga adalah sekitar 250 individu dewasa, di 8 dari setidaknya 18 kawasan yang disinyalir memiliki harimau sumatera, sedangkan terhadap 10 kawasan lain sisanya belum dilakukan estimasi populasi. Walaupun estimasi tersebut dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja yang umumnya sama, namun pendekatan yang digunakan berbeda-beda. Oleh karena itu perlu diinterpretasikan secara hati-hati. Nilai tersebut juga tidak dapat dibandingkan begitu saja dengan estimasi yang dilakukan pada tahun 1992 tersebut di atas, karena pendekatan yang digunakan sangat berbeda.Ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau sumatera adalah aktivitas manusia, terutama konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan, pertambangan, perluasan pemukiman, transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan fragmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik antara manusia dan harimau, sehingga menyebabkan korban di kedua belah pihak, bahkan sering berakhir dengan tersingkirnya harimau dari habitatnya. Bentuk lain aktivitas manusia yang secara langsung mengakibatkan tersingkirnya satwa kharismatik ini dari habitat alaminya adalah perburuan serta perdagangan ilegal harimau sumatera dan produk turunannya. Kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dan tingginya permintaan komersial dari produk-produk ilegal harimau mulai dari kulit, tulang, taring, serta daging mendorong meningkatnya perburuan satwa tersebut.

Gambar 1. Harimau Sumatera

Seperti halnya sub spesies harimau lainnya, harimau sumatera adalah jenis satwa yang mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya di alam bebas, sepanjang tersedia cukup mangsa dan sumber air (Schaller 1967; Sunquist 1981; Seidensticker dkk. 1999), serta terhindar dari berbagai ancaman potensial. Di Sumatera, harimau sumatera terdapat di hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan, dengan ketinggian antara 0 3.000 meter di atas permukaan laut dan menghuni berbagai jenis habitat, seperti hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai, hutan rawa gambut, hutan tebangan, perkebunan, hingga belukar terbuka. Pakan utama harimau sumatera adalah dari keluarga Cervidae berukuran besar dan Suidae (Seidensticker 1986), seperti rusa sambar (Cervus unicolor) dan babi hutan (Sus scrofa) (Wibisono 2006). Dalam keadaan tertentu harimau sumatera juga memangsa berbagai jenis mangsa alternatif lain, seperti kijang (Muntiacus muntjac), kancil (Tragulus sp), beruk (Macaca nemestrina), landak (Hystrix brachyura), trenggiling (Manis javanica), beruang madu (Helarctos malayanus) dan kuau raja (Argusianus argus). Harimau bengal (P. t. bengalensis) di Nepal berburu mangsa rata-rata setiap 5 6 hari sekali. Setelah memperoleh buruan, mereka tetap berada di sekitar hasil buruannya selama 1 4 hari dan menghabiskan waktu rata-rata tiga hari setelah meninggalkan hasil buruannya untuk kembali berburu mangsa (Seidensticker 1976). Di India, harimau bengal memangsa rata-rata 50 ekor ungulata pertahunnya (Karanth dkk. 2004). Seekor harimau betina membutuhkan sekitar 5 6 kg daging per hari (Sunquist 1981) dan dapat membunuh kijang seberat 20 kg setiap 3 hari hingga satu ekor rusa seberat 200 kg setiap beberapa minggu (Sunquist dkk. 1999).

B. Taman Safari Indonesia 2 PrigenTaman Safari Indonesia II Prigen dikenal sebagai salah satu Safari Park terbesar di Asia, berlokasi di Taman Nasional Gunung Arjuna, Prigen Pasuruan Jawa Timur. Taman Safari Prigen ini, memiliki luas area sebesar 350 hektar saja dan merupakan Taman Safari terluas di Asia Tenggara. Taman Safari ini juga dikenal dengan paket wisata Safari Adventure yang sangat luar biasa, menembus lebatnya belantara Taman Nasional Gunung Arjuna yang penuh dengan harimau benggala, singa africa, beruang coklat raksasa dan aneka macam satwa langka lainnya. Dengan koleksi satwa exotic dari 5 benua, Taman Safari Indonesia II Prigeni merupakan taman safari yang terlengkap di Indonesia. Taman ini juga memiliki 7 Animal Education Show terbaik di Asia Tenggara.

Gambar 2. Harimau di Taman Safari PrigenTaman ini merupakan pusat konservasi paling sukses dalam penyelamatan Banteng Jawa dan Gajah Sumatera di dunia. Taman Safari yang menempati kawasan dengan pemandangan paling indah di salah satu sudut Taman Nasional Gunung Arjuna Prigen Jawa Timur ini, ditunjuk oleh pemerintah sebagai Stud Book Keeper (penjaga silsilah) bagi Gajah-gajah Sumatera dan Banteng Jawa yang sangat di lindungi diluar habitatnya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari keberhasilan Taman Safari Prigen dalam program penyelamatan Gajah liar di Waykambas Lampung serta Banteng Jawa di Taman Nasional Meru Betiri.Dalam waktu kurang dari 5 tahun, 7 banteng Jawa yang berhasil dievakuasi setelah mengamuk di pemukiman warga di sekitar Taman Nasional Meru Betiri Jember. Berhasil dibiakkan menjadi 23 ekor. Tidak hanya itu, Taman ini telah menjadikan mahluk yang paling beringas di hutan Meru Betiri dan Alas Purwo ini bisa juga sangat ramah terhadap para pengunjung. Mereka bahkan tidak segan-segan mendekati mobil pengunjung hanya sekedar untuk menanyakan jatah wortel yang barangkali ada buat mereka. Populasi mereka terus meningkat di Taman Safari Prigen sehingga diharapkan taman ini selanjutnya menjadi pusat penangkaran Banteng Jawa. Bersama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Taman Safari Prigen juga sedang mengembangkan program pemuliaan genetis sapi Bali dengan sperma banteng Jawa yang super kuat tersebut. Melalui program ini diharapkan bisa didapatkan keturunan sapi bali berbadan dan daya tahan super yang tentu akan menjadi angin segar bagi dunia peternakan di Indonesia.Berbagai riset mendalam tentang penangkaran berbagai macam satwa langka seperti banteng Jawa, Burung Jalak Bali, Girrafe, Gajah Sumatera, Harimau Sumatera dan ratusan species satwa langka lainnya telah berhasil ditangkarkan di Taman Safari Prigen. Tentu saja, untuk mendukung kegiatan konservasi tersebut, Taman Safari Prigen membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai contoh adalah satu suntikan yang harus diberikan ketika seekor harimau sakit bisa menghabiskan dana mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 12 juta. Sementara total dari satwa yang harus diawasi oleh Taman Safari Indonesia sudah lebih dari 2 ribuan ekor. Jadi membutuhkan banyak dana untuk memelihara satwa dari 5 benua tersebut dan membuat mereka terus berkembang biak. Demi mendapatkan dana yang sangat besar tersebut, Taman Safari Indonesia menggelar banyak sekali pertunjukan edukasi tentang satwa, bahkan 5 diantaranya merupakan pertunjukan edukasi satwa terbaik di Asia Tenggara. Seperti Sumatran Elephant Education Show, Bird Of Prey Show, Dolphin Education Show, dan banyak show lainnya.