ejakulasi pertama pada remaja

4
a. Ejakulasi Pertama pada Remaja Ejakulasi pertama pada remaja umumnya berupa mimpi basah, tetapi pada beberapa kasus ejakulasi bisa juga disebabkan oleh perilaku seksual seperti masturbasi. Pada masa remaja, peristiwa ejakulasi pertama biasanya tidak bersamaan dengan munculnya tanda-tanda awal pubertas. Mimpi basah biasanya terjadi setelah setahun atau lebih mengalami onset pubertas (Santrock, 2003). Kadar testosteron meningkat pada anak laki – laki selama pubertas ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki – laki tidak mengalami ejakulasi sebelum organ seks matur yaitu sekitar usia 12 – 14 tahun. Ejakulasi terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal) yang dapat diinterpretasikan sebagai suatu episode mimpi basah. Meski tidak menghasilkan sperma saat pertama ejakulasi tetapi dapat menyebabkan anak laki – laki menjadi subur dan terjadi perkembanan sekunder (Zulkifli, 2005). Mimpi basah cenderung dikaitkan dengan mimpi yang mengandung kenikmatan seksual, mimpi erotisme yang menyebabkan pengeluaran cairan semen. Mimpi Basah yang dikenal juga sebagai nocturnal emission, merujuk pada ejakulasi hingga sperma keluar dari penis selama seorang laki-laki sedang tidur. Mimpi basah terjadi setelah tubuh dapat memproduksi sperma. Karena sperma didalam tubuh hanya dapat

Upload: riris-arizka-wahyu-kumala

Post on 01-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ejakulasi Pertama Pada Remaja

a. Ejakulasi Pertama pada Remaja

Ejakulasi pertama pada remaja umumnya berupa mimpi basah, tetapi pada

beberapa kasus ejakulasi bisa juga disebabkan oleh perilaku seksual seperti masturbasi.

Pada masa remaja, peristiwa ejakulasi pertama biasanya tidak bersamaan dengan

munculnya tanda-tanda awal pubertas. Mimpi basah biasanya terjadi setelah setahun atau

lebih mengalami onset pubertas (Santrock, 2003).

Kadar testosteron meningkat pada anak laki – laki selama pubertas ditandai

dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki – laki

tidak mengalami ejakulasi sebelum organ seks matur yaitu sekitar usia 12 – 14 tahun.

Ejakulasi terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal) yang dapat diinterpretasikan

sebagai suatu episode mimpi basah. Meski tidak menghasilkan sperma saat pertama

ejakulasi tetapi dapat menyebabkan anak laki – laki menjadi subur dan terjadi

perkembanan sekunder (Zulkifli, 2005).

Mimpi basah cenderung dikaitkan dengan mimpi yang mengandung kenikmatan

seksual, mimpi erotisme yang menyebabkan pengeluaran cairan semen. Mimpi Basah

yang dikenal juga sebagai nocturnal emission, merujuk pada ejakulasi hingga sperma

keluar dari penis selama seorang laki-laki sedang tidur. Mimpi basah terjadi setelah tubuh

dapat memproduksi sperma. Karena sperma didalam tubuh hanya dapat disimpan dalam

jumlah terbatas, maka salah satu cara tubuh untuk mengeluarkannya adalah melalui

mimpi basah. Mimpi basah merupakan kejadian yang normal bagi semua remaja laki-

laki. Mimpi basah adalah tanda seorang anak laki-laki telah memiliki kemampuan

bereproduksi yang telah siap digunakan. Dr. Alfred Kinsey menemukan bahwa 83% laki-

laki mengalami mimpi basah di suatu saat di dalam hidup mereka dengan presentase

tertinggi terjadi pada usia belasan tahun (Wuryani D, 2008).

Siklus seksual pada pria biasanya selalu diawali oleh fase ereksi dan dilanjutkan

dengan beberapa tahap hingga mencapai ejakulasi. Stimulasi saraf parasimpatis diketahui

dapat menyebabkan terjadinya ereksi melalui dua macam tipe rangsangan, yaitu

psychogenic erection dan reflexogenic erection. Psychogenic erection diinduksi oleh

rangsangan erotis melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rabaan, dan khayalan,

Page 2: Ejakulasi Pertama Pada Remaja

sedangkan reflexogenic erection diinduksi oleh rangsangan langsung pada organ genital.

Proses psychogenic erection melibatkan beberapa neurotransmitter di otak seperti

dopamine, oksitosin, dan nitrit oksida. Sinyal parasimpatis ini diteruskan melalui Sacral

Erectile Center dan pleksus pelvikus untuk merangsang relaksasi otot polos sinus

interkavernosus, meningkatkan aliran darah yang masuk arteri dan menekan aliran darah

yang keluar lewat vena di daerah penis untuk mempertahankan ereksi. Sebaliknya,

system saraf simpatis berperan dalam menghambat proses ereksi ini melalui peran

noradrenalin. Noradrenalin akan berikatan dengan reseptor α-1 untuk menginduksi

terjadinya kontraksi serabut otot polos pada arteri dan sinus kavernosus. Apabila pada

akhir siklus seksual pada pria terjadi dominasi dari saraf simpatis maka bisa terjadi proses

ejakulasi (Griffiths and Maniouloux, 2004).

Ejakulasi merupakan puncak dari aksi seksual pria ketika rangsangan seksual

menjadi sangat kuat. Pada kondisi tersebut pusat refleks pada medulla spinalis mulai

melepas impuls simpatis yang meninggalkan medulla pada segmen T-12 sampai L-2 dan

berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan pleksus pelvikus untuk

mengawali emisi, awal terjadinya ejakulasi. Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferent

dan ampula yang menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Pada tahap ini

terjadi penambahan cairan prostat, cairan vesikula seminalis dan mucus dari kelenjar

bulbouretralis untuk membentuk semen. Pengisian uretra interna mengeluarkan sinyal

sensoris yang membangkitkan kontraksi otot-otot isiokavernosus dan bulbokavernosus

sehingga menekan jaringan erektil penis. Pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan

ritmik berupa gelombang di dalam duktus genital dan uretra yang mendorong ejakulasi

semen ke luar (Guyton and Hall, 2008).

Daftar Pustaka Tambahan.

Guyton, Artur C and John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Santrock, John W. 2003. Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Wuryani D, Sri Esti. 2008. Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta : Indeks

Page 3: Ejakulasi Pertama Pada Remaja

Zulkifli, L. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.