efisiensi bank syariah (perbandingan hak pihak ketiga dan pendapatan operasional
DESCRIPTION
EFISIENSI BANK SYARIAH dilihat melalui Perbandingan Hak pihak ketiga Dan Pendapatan operasonal. Pendapatan operasional bank syariah diperoleh dari keuntungan usaha-usaha yang dijalankan oleh mudharib, dana yang dikelola mudharib (sisi financing atau penyaluran) akan menimbulkan tingkat resiko yang tinggi karena kemungkinan kerugian usaha yang dijalankan. Pendapatan operasional bank pada akhirnya akan didistribusikan kepada pihak ketiga sesuai akad bagi hasil atau biasa disebut hak pihak ketiga. Hak pihak ketiga menunjukkan besaran dana yang disalurkan kepada pihak ketiga dari pendapatan operasional bank syariah (bagian pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama bank syariah).TRANSCRIPT
EFISIENSI BANK SYARIAH (PERBANDINGAN PENDAPATAN OPERASIONAL
DAN HAK PIHAK KETIGA)
Ririn Wijayanti1, Driya Primasthi2, Novitasari3
1Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Brawijaya2Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Brawijaya3Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Efisiensi merupakan hal penting dan perlu diperhatikan agar perbankan syariah dapat berdaya saing, berkembang dan mampu berperan secara lebih optimal bagi pembangunan nasional. Sebagai entitas bisnis, perbankan syariah dituntut untuk senantiasa bekerja secara efisien.Penilaian efisiensi bank syariah menjadi sangat penting, karena efisiensi merupakan gambaran kinerja suatu perusahaan sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan bank syariah untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi. Tingkat efisiensi bank syariah dapat dilihat dari laporan keuangan bank yang sudah dipublikasikan. Pendapatan operasional bank syariah diperoleh dari keuntungan usaha-usaha yang dijalankan oleh mudharib, dana yang dikelola mudharib (sisi financing atau penyaluran) akan menimbulkan tingkat resiko yang tinggi karena kemungkinan kerugian usaha yang dijalankan. Pendapatan operasional bank pada akhirnya akan didistribusikan kepada pihak ketiga sesuai akad bagi hasil atau biasa disebut hak pihak ketiga. Hak pihak ketiga menunjukkan besaran dana yang disalurkan kepada pihak ketiga dari pendapatan operasional bank syariah (bagian pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama bank syariah). Jurnal ini akan mengkaji efisiensi Bank Syariah Mandiri dari perbandingan antara biaya operasional dan hak pihak ketiga atas bagi hasil yang terdapat dalam laporan keuangan. Semakin tinggi hak pihak ketiga atas bagi hasil maka makin tinggi tingkat keefisienan suatu bank syariah dan semakin tinggi kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank syariah sebagai pengelola dana masyarakat, artinya tingkat efisiensi bank syariah tidak semata dilihat berdasarkan besarnya pendapatan operasional yang diperoleh namun keefisienan bank syariah juga dilihat dari hak yang mampu disalurkan bank syariah kepada pihak ketiga.
Kata kunci : efisiensi, bank syariah, laporan keuangan, pendapatan operasional, hak pihak
ketiga
1
LATAR BELAKANG
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin pesat dengan
bertambahnya jumlah unit-unit lembaga keuangan syariah di Indonesia, baik itu yang
beroperasi secara single-system (syariah saja atau konvensional saja), maupun secara dual-
system (konvensional-syariah). Hingga saat ini, lembaga keuangan syariah yang beroperasi di
Indonesia mencakup: Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah 10 unit, Unit Usaha Syariah
(UUS) berjumlah 23 unit, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebanyak 149 unit. (sumber:
Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010)
Dengan perkembangan tersebut, maka tantangan perbankan syariah dalam
menjalankan aktivitasnya juga semakin besar. Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur
perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional
lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi
nasional yang berkesinambungan. Oleh kerenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik
lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang
kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi
resiko.Hal tersebut menuntut perbankan syariah untuk meningkatkan kinerja dalam
menjalankan usahanya. Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh perbankan syariah dalam
menghadapi kondisi tersebut adalah berusaha meningkatkan efisiensi.
BI bahkan menekankan perbankan syariah meningkatkan efisiensi agar mampu
bersaing dengan bank syariah ari negara lain di ASEAN. Ini untuk mengantisipasi
pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai tahun 2015 mendatang. Jumlah penduduk
muslim banyak dan kontribusi ke perekonomian masih sangat kecil. Artinya peluang
bertumbuh masih lebar, peningkatan kapasitas itu akan cepat tercapai jika bank syariah
mampu menaikkan daya saing. Di Indonesia bank syariah tumbuh karena permintaan
masyarakat. Di Malaysia dan Timur Tengah perkembangannya dipaksakan negara.
2
Menurut Mulyono, Teguh P. (1999), bahwa ketika dalam situasi dan kondisi dimana
terdapat persaingan yang sangat tajam, maka sangat diperlukan berbagai upaya dalam
mengelola aktivitas perbankan yang bisa menekan biaya seefisien mungkin agar dapat
mengembangkan usaha, guna mencapai target yang diharapkan untuk dapat mempertahankan
kelangsungan usaha bank yang dikelola. Dengan tingkat efisiensi yang didapatkan
merupakan kinerja yang sangat diharapkan.
Hadad, Muliaman D. (2003), menuturkan bahwa pengukuran efisiensi di dalam dunia
perbankan merupakan salah satu indikator penting di dalam mengukur kinerja perbankan.
Pengukuran efisiensi di dalam dunia perbankan telah cukup populer digunakan dalam menilai
kinerja perbankan. Sebagaimana halnya dengan jenis perusahaan yang lain, prinsip efisiensi
ini penting untuk diperhatikan di dalam dunia perbankan.
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar
bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini bank syariah akan
berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga dengan pengusaha yang
meminjam dana. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola)
sementara penabung sebagai shahibul maal (penyandang dana). Antara keduanya diadakan
akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Di sisi
lain, dengan pengusaha/peminjam dana, bank Islam akan bertindak sebagai shahibul maal
baik yang berasal dari tabungan/ deposito/giro maupun dana bank sendiri berupa modal
pemegang saham). Sementara itu, pengusaha/peminjam akan berfungsi sebagai mudharib
(pengelola) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank.
Meskipun demikian dalam perkembangannya para pengguna dana bank Islam tidak saja
membatasi dirinya pada satu akad yaitu mudharabah saja. Sesuai dengan jenis dan nature
usahanya, mereka ada yang memperoleh dana dengan perkongsian, sistem jual-beli, sewa
menyewa dan lain-lain. Oleh karena itu, hubungan bank syariah dengan nasabahnya menjadi
3
sangat komplek karena tidak saja hanya berurusan dengan satu akad namun dengan berbagi
jenis akad. Jadi Bank berfungsi bisa berfungsi sebagai mudharib dan shahibul maal.
Tingkat efisiensi bank syariah dapat diukur dari kinerja bank yang dapat dilihat dari
laporan keuangan bank yang sudah dipublikasikan. Pada laporan keuangan syariah tingkat
keefisienan bank syariah penulis identifikasi dari perbandingan antara pendapatan
operasional utama yang dibandingkan dengan hak bagi hasil pihak ketiga.
4
KAJIAN LITERATUR
Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya
sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Pengertian efisiensi
menurut Mulyamah (1987:3) yaitu Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan
rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain
penggunaan yang sebenarnya.Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan
(1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah Efisiensi adalah perbandingan
yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-
sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan
penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah
diselesaikan.
Konsep efisiensi merupakan konsep yang mendasar dan lahir dari konsep ekonomi.
Meskipun demikian, konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan dari berbagai sudut
pandang dan latar belakang. Pada umumnya, efisiensi dapat diarahkan kepada sebuah konsep
tentang pencapaian suatu hasil dengan penggunaan sumber daya secara optimal. Di dalam
Adiwarman A. Karim (2006), dibahasakan bahwa ”Efficient is doing the things right”, yang
berarti bahwa melakukan segala hal dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Efisiensi Perbankan
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu indikatornya adalah efisiensi. Tingkat
efisiensi yang dicapai merupakan cerminan dari kualitas kinerja yang baik. Kemampuan
5
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran
kinerja yang diharapkan.
Menurut Hadad, Muliaman D. (2003), pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank
dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output
tertentu.
Aspek penting lainnya dalam pencapaian efisiensi perbankan adalah melalui
penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi. Menurut Mulyono, Teguh P. (1999)
efisiensi dalam dunia perbankan mencakup penilaian efisiensi usaha dan efisiensi biaya.
Efisiensi usaha menilai bagaimana aktivitas yang dilaksanakan oleh sebuah bank mampu
menghasilkan target yang ingin dicapai, sedangkan efisiensi biaya menilai seberapa besar
pengeluaran biaya yang digunakan oleh sebuah bank untuk melaksanakan aktivitas usahanya.
(Dalam Maisyaroh Sulistyoningsih, 2006; 21)
Berger dan Mester (2006) dalam Suseno, Priyonggo (2008; 35), memandang efisiensi
perbankan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan dari sisi
keuntungan (profit efficiency). Dilihat dari sisi biaya (cost efficiency), sebuah bank dinilai
dengan dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya beroperasi terbaik (best practice
bank’s cost) yang menghasilkan output yang sama dan teknologi yang sama. Sementara dari
sisi keuntungan (profit efficiency), mengukur tingkat efisiensi dari kemampuan sebuah bank
dalam menghasilkan laba/keuntungan pada setiap unit input yang digunakan.
Bank Syariah
Pengertian bank sebagaimana tercantum dalam undang-undang republik Indonesia
No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat kedua bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
6
hidup rakyat. Sedangkan pengertian bank syariah (pasal 1 ayat 7) adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya brdasaarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
bank umum syariah dan bank pembiayaan syariah.
Menurut Muhammad, bank Syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah riba atau bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Berbeda
dengan bank Islam, bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau
lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro
maupun mikro.
Pertaatmaja dan Antonio menjelaskan bahwa, bank Syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadis. Hal ini dapat juga diartikan sebagai
bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Bank yang beroperasi pada prinsip-prinsip
syariah islam adalah tata cara itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan. Sedangkan bank yang tata cara operasinya mengacu pada al-Quran
dan hadis adalah bank yang tata cara operasinya mengikuti suruhan dan larangan yang
tercantum dalam al-Quran dan hadis.Susilo, Triandaru dan Totok mendefinsikan bank
7
Syariah sebagai bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam
rangka penyaluran dananya memberikan dan menggunakan imbalan atas dasar prinsip syariah
yaitu jual beli dan bagi hasil.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan maka disimpulkan bahwa bank Syariah
adalah bank yang dalam menjalankan operasinya berdasarkan atas prinsip-prinsip syariah
yang bebas dari riba dan menggunakan prinsip jual beli serta sesuai dengan ajaran Rasulullah
saw.
Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangansebagai
berikut:“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.”
Selanjutnya menurut Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa:“Laporan keuangan
adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan
informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.”
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04)
mengemukakan bahwa:Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu,
sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
Laporan keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
8
ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan.
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi dan
pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Seperti yang
kita tahu bahwa informasi adalah data yang sudah diolah sehingga berguna untuk mengambil
keputusan. Informasi yang tepat akan sangat berguna dalam mengambil berbagai keputusan.
Bagi Hasil
Menurut Karim (2004:191) mengenai penjelasannya tentang bagi hasil adalah bentuk
return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan
tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-
benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah
satu praktik perbankan syariah.
Sistem bagi hasil terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah
dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan
untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah;
b. Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan
pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan
distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah (2003:264) menyatakan bahwa, aplikasi
perbankan syariah pada umumnya, bank dapat menggunakan sistem profit sharing maupun
revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu
dari sistem yang ada. Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya
menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi
9
hasil kepada para pemilik dana/pihak ketiga (deposan). Menurut Wiroso (2005:118)
mengatakan bahwa, prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'I
yang mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai
biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah
mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari
harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha berdasarkan prinsip
bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut:
a) Pendapatan Operasional Utama
Menurut Wiroso (2005:120) mengatakan bahwa, pendapatan operasi utama bank syariah
adalah pendapatan dari penyaluran dana pada investasi yang dibenarkan syariah yaitu
pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip ujroh. Besarnya
pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) ini adalah pendapatan (revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran)
sebesar porsi dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya
pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah.
b) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat.
Menurut Wiroso (2005:121) mengatakan bahwa, hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi
tidak terikat merupakan porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh
bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat).
Penentuannya dilakukan dalam perhitungan distribusi hasil usaha yang sering disebut dengan
profit distribution.
c) Pendapatan operasi lainnya
Menurut Wiroso (2005:121) dalam bukunya mengatakan bahwa praktik dalam penyaluran
dana bank syariah mengenakan fee administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya
10
disepakati antara bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana. Pendapatan
operasi lain yang diperoleh bank syariah adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah
dalam memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis imbalan.
d) Beban Operasi
Menurut Wiroso (2005:122) mengatakan bahwa, pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi
hasil (revenue sharing) semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib,
baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk kepentingan pengelolaan
dana mudharabah, seperti beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi, beban operasi
lainnya ditanggung oleh bank syariah sebagai mudharib.
Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No. 10 tahun
1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (2002:64), dana pihak ketiga
adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasionalnya dari sumber dana ini.
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank
dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari
sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
11
a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil
Menurut Wiroso hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian
hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah
dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa
dikelompokkan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi), namun hak
pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana
atas investasi yang dilakukan bersama entitas syariah.
12
METODOLOGI PENELITIAN
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan
dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi
kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang
relevan dengan penelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang
tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca
dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau
tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan,
peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya
kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-
laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedia, dan lainnya. Dengan demikian
peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
Dalam jurnal ini penulis penulis mengumpulkan sumber data dengan membaca dan
mempelajari teori-teori dan literatur–literatur yang berkaitan dengan pembahasan penulis
yaitu tentang teori efisiensi bank syariah dengan menggunakan perbandingan antara
pendapatan operasional dan hak pihak ketiga atas bagi hasil. Data yang digunakan adalah
data sekunder, data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara dan penulis tidak secara langsung ke lapangan untuk melakukan
13
penelitian melainkan mengolah data melalui berbagai sumber informasi kedua, seperti buku,
jurnal yang terkait. Objek penelitian adalah laporan keuangan (Laporan laba/rugi) Bank
Syariah Mandiri pada tahun 2012.
14
PEMBAHASAN
1. Alur Operasional Bank Syariah
Secara konsep oprasional lembaga keungan syariah, baik bank umum syariah (BUS),
kantor cabang syariah bank konvensional/unit usaha syariah (UUS), bank perkreditan rakyat
syariah (BPRS), baitul maal wat tanwil (BMT) dari alur oprasional dan konsep syariahnya
tidaklah berbeda. Yang membedakan bank umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah
(BPRS), dan baitul mal wat tamwil (BMT) adalah pada skalanya saja, misalnya bank umum
syariah dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dalam jumlah yang besar-besar,
BPRS pada jumlah yang sedang-sedang saja, serta BMT pada jumlah yang kecil dan mikro,
dimana jumlah-jumlah tersebut sangat tergantung pada besaran risiko yang ditanggung oleh
lembaga keungan syariah tersebut.
Dalam penghimpunan dana bank syariah mempergunakan dua prinsip, yaitu:
a. Prinsip wadiah yad dhamanah yang diaplikasikan pada giro wadiah dan tabungan wadiah,
b. Prinsip mudharabah mutlaqah yang diaplikasikan pada produk deposito mudharabah dan
tabungan mudharabah.
Bank syariah juga mempunyai sumber dana lain yang berasal dari modal sendiri,
semua penghimpunan dana atau sumber dana tersebut dicampur menjadi satu yang biasa
disebut dengan pooling funds.
Dana bank syariah yang dihimpun disalurkan dengan pola-pola penyaluran dana yang
dibenarkan syariah. Secara garis besar penyaluran bank syariah dilakukan dengan tiga pola
penyaluran,yaitu:
a. Prinsip jual beli yang meliputi murabahah, salam dan istishna,
b. Perinsip bagi hasil yang meliputi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah,
c. Prinsip ujroh yaitu ijarah,
15
Oleh karena dana bank syariah dicampur menjadi satu dalam bentuk pooling funds
maka dalam penyaluran tersebut tidak diketahui dengan jelas sumber dana nya dari prinsip
penghimpunan dana yang mana prinsip wadiah atau dari prinsip mudharabah atau sumber
dana modal sendiri.
Atas penyaluran dana tersebut akan di peroleh pendapatan yaitu dalam prinsip jual
beli lazim disebut dengan margin atau keuntungan dan prinsip bagi hasil akan menghasilkan
bagi hasil usaha serta dalam prinsip ujroh akan memperoleh upah (sewa). Pendapatan dari
penyaluran dana ini disebut dengan pendapatan operasional utama yang merupakan
pendapatan yang akan dibagi hasilkan, pendapatan yang merupakan unsur perhitungan
distribusi hasil usaha.
Pendapatan yang akan dibagi-hasilkan antara pemilik dana dengan pengelola dana
adalah pendapatan dari penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari mudharabah
mutaqlah (investasi tidak terikat). Pada dasarnya perhitungan distribusi hasil usaha hanya
dilakukan oleh mudharib karena sesuai dengan prinsip mudharabah bahwa mudharib diberi
kekuasaan penuh dalam mengelolah dana tanpa adanya campuran tangan shahibul maal
(pemilik dana) sehingga yang mengetahui besaran hasil usaha tersebut adalah mudharib.
16
Singkatnya pengumpulan atau penghimpunan dana (pooling funds) yang dilakukan
oleh bank syariah terdiri dari sistem bagi hasil yang merupakan kerjasama antara bank
dengan pemodal yang biasa disebut dengan akad mudharabah dan musyarakah dimana bank
bertindak sebagai mudharib dan pemodal sebagai shahibul maal. Selain itu terdapat
pengumpulan dana oleh bank syariah dilakukan dengan prinsip syariah lainnya seperti ijaroh
dan bai’ (jual beli). Dalam penghimpunan dana inilah bank syariah sangat berperan sebagai
manager investasi dari pemilik dana yang dihimpun untuk memperoleh pendapatan atau
untuk memdapatkan bagian bagi hasil usaha. Dengan akad – akad tersebut akan didapatkan
dana yang akan disalurkan pada nasabah bank, dengan begitu bank bertindak sebagai
shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib. Kerjasama bank dengan nasabah tersebut akan
menghasilkan pendapatan atas usaha yang dijalankan mudharib, pendapatan akan dibagi
berdasarkan kesepakatan revenue sharing.
Pendapatan operasional utama yang diperoleh dari berbagai jenis keuntungan tersebut
akan dibagikan kepada pihak ketiga yaitu si pemodal (dengan asumsi bahwa bank bertindak
sebagai pihak pertama/shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib/pihak kedua). Setelah
dibagi keuntungan sesuai dengan kesepakatan, maka keutungan yang diperoleh bank
(pendapatan hak lembaga keuangan syariah/LKS) kemudian akan ditambah oleh pendapatan
operasi lainnya dan dikurangi dengan beban–beban LKS (LKS disini adalah bank syariah).
Maka akan dapat diketahui keuntungan akhir yang diterima bank syariah atau disebut dengan
pendapatan operasional bank.
17
2. Laporan Keuangan Bank Syariah
Gambaran tentang baik buruknya suatu perbankan syariah dapat di kenali melalui
kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada sektor
perbankan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi perbankan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan.
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menyajikan kinerja perusahaan
yang meliputi pendapatan dan beban pada suatu rentang waktu tertentu. Pendapatan dan
beban yang timbul pada operasi utama dan operasi lain bank. Beban yang disajikan adalah
yang berkaitan dengan kegiatan untuk mendapatkan pendapatan.
18
Perbandingan Pendapatan Operasional Utama dan Hak Pihak Ketiga
Pendapatan operasional bank syariah diperoleh dari keuntungan usaha-usaha yang
dijalankan oleh mudharib, dana yang dikelola mudharib (sisi financing atau penyaluran) akan
menimbulkan tingkat resiko yang tinggi karena kemungkinan kerugian usaha yang
dijalankan. Oleh karena itu apabila pendapatan operasional bank syariah lebih besar dari
pooling funds maka dapat dikatakan Bank Syariah Mandiri mampu menimalkan resiko terkait
dengan pembiayaan yang disalurka kepada mudharib. Jika pendapatan operasional bank
besar maka dapat dipastikan mudharib juga mendapatkan pendapatan bagi hasil yang besar.
Jika dibandingkan maka pendapatan operasional utama Bank Syariah Mandiri
(pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil) adalah sebesar 4.684.793.297.347, bagi hasil
yang menjadi hak pemilik dana adalah 1.913.566.492.744 dan hak bagi hasil milik bank
adalah 2.771.226.804.603, memang pendapatan operasional utama lebih besar daripada hak
pihak ketiga atas bagi hasil namun hal itu mengindikasikan kemampuan bank untuk
mengelola dana yang di himpun. Dana yang disalurkan bank syariah kepada mudharib
mempunyai tingkat resiko yang tinggi, karena kemungkinan akan kerugian. Jadi apabila
pendapatan operasional bank syariah besar hal itu menunjukkan bahwa bank syariah mampu
meminimalkan resiko yang ada pada tahap financing (penyaluran).
Jika dana yang diperoleh oleh pemodal atas bagi hasil itu besar, maka mereka
(pemodal) akan menganggap bahwa bank syariah tersebut efisien, karena bisa mengolah dana
yang di investasikan oleh pemodal dengan baik. Hak pihak ketiga itu bisa langsung dirasakan
oleh pemodal dan oleh bank. Karena hak pihak ketiga berguna bagi pemodal selaku
konsumen. Jika efisiensi bank syariah hanya dilihat dari sisi pendapatan operasional maka
efisiensi tersebut hanya bisa dirasakan oleh pihak bank syariah, sedangkan hak pihak ketiga
mampu menunjukkan pembagian keuntungan antara bank syariah dengan nasabahnya atau
19
bisa mencerminkan keefisienan tidak hanya dari bank syariah namun juga dari sisi nasabah
yang mempercayakan dananya pada bank.
Hak pihak ketiga tersebut bisa dibandingkan dengan dana pihak ketiga, jika hak pihak
ketiga yang merupakan return dari dana pihak ketiga itu lebih besar maka bisa diartikan
bahwa bank syariah tersebut efisien karena bisa mengolah dana dari pemodal dengan baik
dan kemampuan bank syariah dalam menghimpun dana dari masyarakat. Semakin banyak
dana yang mampu dihimpun dari masyarakat maka menunjukkan kepercayaan masyarakat
yang tinggi terhadap perbankan syariah dalam mengelola dananya.
20
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai pendapatan operasional bank syariah dari hasil
kerjasama antara bank sebagai shahibul maal dan nasabah, maka dapat diketahui tingkat
keefisienan Bank Syariah Mandiri, hal tersebut dapat dilihat dari semakin besar pendapatan
opersional, maka akan semakin besar perolehan hak pihak ketiga. Pendapatan operasional
yang besar akan Laporan keuangan bank syariah mampu menunjukkan keefisienan bank
tersebut. Keefisienan dilihat dari laporan laba rugi jika pendapatan operasional utama lebih
besar daripada hak pihak ketiga atas bagi hasil hal itu mengindikasikan kemampuan bank
untuk mengelola dana yang di himpun. Dana yang disalurkan bank syariah kepada mudharib
mempunyai tingkat resiko yang tinggi, karena kemungkinan akan kerugian. Jadi apabila
pendapatan operasional bank syariah besar hal itu menunjukkan bahwa bank syariah mampu
meminimalkan resiko yang ada pada tahap financing (penyaluran).
Dari penjelasan tersebut, perbandingan antara pendapatan operasional dengan hak
pihak ketiga adalah berbanding lurus. Yang itu berarti bahwa semakin besar pendapatan
operasional, semakin besar hak pihak ketiga.
Hak pihak ketiga bisa dibandingkan dengan dana pihak ketiga, jika hak pihak ketiga
yang merupakan return dari dana pihak ketiga itu lebih besar maka bisa diartikan bahwa bank
syariah tersebut efisien karena bisa mengolah dana dari pemodal dengan baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Perbankan Syariah, www.legalitas.org diakses pada hari Rabu, 2014-03-13 pukul 19.21 WIB
http://www.syariahmandiri.co.id/en/category/investor-relation/laporan-tahunan/ diakses pada hari Selasa, 2014-03-12
Muhammad, Manajemen Bank Syariah. 2002. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada Antonio, Muh. Syafi’i (2001). Islamic Banking: Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik.
Gema Insani & Tazkia Cendekia, Jakarta. Arifin, Zainul (2009). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Divisi Penerbit
Kelompok Pustaka Alvaber, Azkia Publisher, Tangerang. Skripsi ANALISIS PENENTUAN PROFIT SHARING PADA BMT UMI
MAKASSAR oleh Nadia Lana Rizaly tahun 2013 Universitas Hasanuddin Skripsi Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2010 oleh Arfan
Suryadi tahun 2011 Universitas Hasanuddin Makassar Direktorat Perbankan Syariah (2011). Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking
Statistics). http//[email protected]. Di akses Rabu, 2014-03-13 pukul 19.21 WIB
Mulyono, Teguh P. (1995). Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan.Edisi Revisi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
Wiroso (2005). Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Seri Perbankan Syariah, PT Grasindo, Jakarta.
22