effect kinds of tea plant cutting and rate of plant growth regulator (pgr) on early growth of tea...

Upload: aji-prasetio

Post on 08-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    1/22

    1

    Intisari

    PENGARUH MACAM SETEK DAN KADAR ZAT PERANGSANG AKARTERHADAP PERTUMBUHAN AWAL BIBIT TEH

    (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) var. Assamica

    Aji Prasetio1, Dody Kastono2, S.P., M.P., dan Ir. Rohmanti Rabaniyah2, M.P.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh macam setek dan

    kadar zat perangsang akar terhadap pertumbuhan awal bibit teh yang dilaksanakan

    di kebun blok pembibitan Binorong PT. Pagilaran Unit Produksi Pagilaran,

    kecamatan Blado, kabupaten Batang, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2010

    sampai bulan Januari 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui macamsetek terbaik dan kadar zat perangsang akar yang optimal. Perlakuan disusun

    dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor, yaitu

    macam setek sebagai faktor I, meliputi; setek satu daun, setek dua daun, dan setek

    cabang cakar ayam. Faktor II adalah kadar zat perangsang akar (Root-Up),

    meliputi; kadar 0 ppm (kontrol/tanpa zat perangsang akar, hanya direndam dengan

    fungisida Dithane M-45 1 %), 600, 800, dan 1.200 ppm, sehingga terdapat 12

    kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan. Variabel yang diamati antara lain

    persentase tumbuh tunas, persentase tumbuh akar, panjang tunas, jumlah daun,

    panjang akar, jumlah akar, bobot kering tunas, bobot kering akar, rasio bobotkering tunas/akar, dan laju pertumbuhan nisbi (LPN). Data yang didapat dianalisis

    varian menggunakan F hitung dan dilanjutkan dengan uji beda Duncan (DMRT)

    pada taraf 5 %.

    Tidak terdapat interaksi dari perlakuan macam setek dengan berbagai zat

    perangsang akar yang diberikan. Pada perlakuan berbagai macam setek, setek dua

    daun memperlihatkan hasil yang terbaik pada semua variabel yang diamati kecuali

    pada variabel LPN. Mendasarkan hasil pada variabel panjang akar dan bobot

    kering akar yang dapat tumbuh dengan baik setelah 120 hst, serta dengan nilai

    LPN terbaik didapatkan dari setek cabang cakar ayam, sehingga cabang cakar

    ayam yang semula hanya menjadi limbah pangkasan, sekarang diketahui dapat

    berpotensi sebagai bahan setek untuk pengadaan bibit teh. Hasil memperlihatkan

    bahwa penggunaan zat perangsang akar pada berbagai kadar dalam penelitian

    tidak memberikan pengaruh nyata pada semua variabel yang diamati.

    Kata kunci: teh (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) var. Assamica, setek daun teh,

    setek dua daun, cabang cakar ayam, zat perangsang akarRoot-Up.

    1

    Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian UGM

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    2/22

    2

    Abstract

    EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANTGROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH

    OF TEA (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) var. Assamica SEEDLING

    AJI PRASETIO

    06/194492/PN/10676

    This experiment to study the effect kinds of tea plant cutting and rate of

    plant growth regulator (PGR) on early growth of tea seedling had been conducted

    in the seedling field of blok Binorong, PT. Pagilaran Unit Produksi Pagilaran,

    kecamatan Blado, kabupaten Batang, Jawa Tengah since of October 2010 toJanuary 2011. The objective of the experiment was to obtain the best kind of tea

    plant cutting and optimal rate of PGR. Treatments were arranged in Randomized

    Complete Block Design with two factors. The factor I was kinds of tea plant

    cutting, there were; cutting with one leaf of tea, cutting with two leaves of tea, and

    cabang cakar ayams cutting of tea. The factor II was rate of plant growth

    regulator (PGR) that used Root-Up trademark, treatments were; control (without

    PGR, just soaked in 1 % of fungicide Dithane M-45), PGR 600, 800, and

    1.200 ppm, so there were twelve combination of treatments and three replications.

    Variable observed were percentage of shoot and root formation, length of shoot,

    number of leaf, length of root, number of root, dried weight of shoot, dried weight

    of root, shoot/root dry weight ratio, and relative growt rate (RGR) of successful

    tea plant cutting. Data were analyzed of varian using F-test and the Duncans New

    Multiple Range Test (DMRT) at 5 % level.

    There was no significant interaction between kinds of tea plant cuttings

    with rate of plant growth regulator. Result indicated that cutting with two leaves

    of tea was the best result on all of variable observed except RGR. Based on the

    best result of length of root and dried weight of root ofcabang cakar ayams

    cutting of tea was no significant difference with two leaves cutting of tea, and also

    on RGR indicated to cabang cakar ayams cutting of tea was the best result, so beside just a prunning waste, cabang cakar ayam can be potentially used to

    cutting material of tea seedling. There was no significant difference on all of

    variable observed on rate of PGR treatments.

    Keywords: tea (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) var. Assamica, cutting with one

    leaf of tea, cutting with two leaves of tea, cabang cakar ayams

    cutting of tea, plant growth regulatorRoot-Up.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    3/22

    3

    Pengantar (Introduction)

    Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

    mempunyai arti penting bagi perekonomian Indonesia sebagai penghasil devisa

    negara. Di samping itu, perkebunan teh dapat menyerap tenaga kerja dalam

    jumlah yang cukup banyak serta berfungsi untuk mempertahankan kelestarian

    lingkungan (Astika dkk., 2001). Mengingat banyak tanaman yang sudah berumur

    cukup tua dan populasi tanaman teh di kebun yang semakin berkurang, untuk

    mendukung produsi pucuk tetap tinggi maka dibutuhkan bibit teh untuk

    mengganti tanaman (replanting) dan pemenuhan populasi optimal (infilling).Tanaman teh dapat diperbanyak secara generatif maupun secara vegetatif.

    Pada perbanyakan secara generatif digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan

    pada perbanyakan secara vegetatif digunakan bahan tanam asal setek berupa klon

    (Setyamidjaja, 2004). Penyediaan bahan tanam dengan cara setek dapat mengatasi

    kebutuhan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.

    Ada beberapa bagian dari tanaman teh yang dapat digunakan sebagai bahan tanam

    secara vegetatif, antara lain setek daun (baik satu daun maupun dua daun), dan

    setek yang berasal dari limbah pemangkasan cabang cakar ayam. Cabang cakar

    ayam memiliki keistimewaan apabila dipakai sebagai bahan setek karena sudah

    mempunyai potensi bentuk frame, sehingga dimungkinkan akan mempermudah

    dan mempercepat dalam pengadaan dan pembentukan tanaman baru, khususnya

    untuk keperluan pemenuhan populasi optimal (infilling).

    Kendala umum yang sering dihadapi dalam penyetekan teh adalah waktu

    pembentukan akar lambat, sehingga daya tumbuh setek rendah. Maka dari itulah

    dipakai zat perangsang akar. Umumnya, zat perangsang akar yang dipakai adalah

    zat perangsang akar sintetis karena praktis, mudah digunakan, dan kandungannya

    yang sudah diketahui. Salah satu zat perangsang akar yang dapat dipakai untuk

    mempercepat munculnya akar adalah zat perangsang akar dengan merek dagang

    Root-Up. Maka dari itu perlu diketahui macam setek terbaik dan kadar zat

    perangsang akar optimal untuk mendukung petumbuhan awal bibit teh.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    4/22

    4

    Bahan Dan Metode (Materials And Methods)

    Penelitian ini dilaksanakan di kebun pembibitan teh blok Binorong,

    PT. Pagilaran Unit Produksi Pagilaran, kabupaten Batang, Jawa Tengah yang

    dimulai pada bulan Oktober 2010 hingga bulan Januari 2011. Bahan-bahan yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah setek daun (untuk setek 1 daun dan 2 daun)

    dan setek cabang cakar ayam dari klon Gambung VII, zat perangsang akar

    Root-Up, polibag dengan ukuran 10 cm x 20 cm, tanah top soil dan subsoil,

    fungisida Dithane M-45, pupuk TSP, pupuk daun Bevolan, Pestisida

    Comfidor5 WP, danLannate 40 SP, tawas, bambu, plastik sungkup, dan amplop.

    Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gunting

    pangkas, penggaris, termohigrometer, timbangan elektrik, gelas ukur, oven,

    cangkul, sekop, ayakan kasa 1 cm2, cetok, gunting pangkas, pisau setek, ember,

    bak plastik, hand sprayer, hand counter, dan alat tulis.

    Penelitian menggunakan rancangan faktorial 4 x 3 yang disusun secara

    acak lengkap dilaksanakan dalam polibag dengan rancangan acak lengkap

    (RAKL) faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Faktor I yaitu macam setek yang

    terdiri atas setek 1 daun, setek 2 daun, dan setek cakar ayam. Sedangkan faktor II

    yaitu kadar zat perangsang akar masing-masing 0 ppm (hanya direndam dengan

    1% fungisida), 600 ppm, 800 ppm, dan 1200 ppm. Dari kedua faktor tersebut,

    diperoleh 12 unit kombinasi perlakuan, di mana setiap unit kombinasi perlakuan

    diulang 3 kali dan setiap perlakuan pada masing-masing ulangan terdiri dari 6

    tanaman sampel, 4 tanaman korban, dan 2 tanaman cadangan. Sehingga total akan

    terdapat 432 pucuk setek.

    Variabel pengamatan berupa:

    1. Presentase tumbuh tunas

    Persentase tumbuh tunas dihitung dari jumlah setek yang tumbuh tunasnya

    dari semua setek yang ditanam pada masing-masing perlakuan dan ulangan.

    Kegiatan ini diamati pada tanaman umur 30 hst.

    2. Panjang tunas

    Panjang tunas diukur dari permulaan awal tumbuhnya tunas sampai titik

    tumbuh tunas dengan menggunakan mistar penggaris. Tunas yang diukur

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    5/22

    5

    adalah tunas terpanjang dari 6 sampel tanaman yang dipilih pada tiap

    perlakuan dan masing-masing ulangan. Pengukuran panjang tunas ini

    dilakukan pada tanaman umur 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 hst.

    3. Jumlah daun

    Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang tumbuh pada tunas

    terpanjang dari 6 sampel tanaman yang dipilih pada tiap perlakuan dan

    masing-masing ulangan. Penghitungan jumlah daun ini dilakukan pada

    tanaman umur 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 hst.

    4. Panjang akar

    Panjang akar diukur dari leher akar sampai ujung akar dari 2 sampel

    tanaman yang dipilih pada masing-masing perlakuan dan ulangan setiap

    pengambilan tanaman korban. Pengukuran panjang akar dilakukan pada

    tanaman umur 60 hst (korban I), dan 120 hst (korban II).

    5. Jumlah akar

    Jumlah akar dihitung dari semua akar utama yang terbentuk dari 2 sampel

    tanaman yang dipilih pada masing-masing perlakuan dan ulangan setiap

    pengambilan tanaman korban. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada

    tanaman umur 60 hst (korban I), dan 120 hst (korban II). Jumlah akar dihitung

    dengan menggunakan alat hand counter.

    6. Persentase tumbuh akar

    Persentase tumbuh akar dihitung dari jumlah setek yang tumbuh akarnya

    dari semua setek yang ditanam. Kegiatan ini diamati pada tanaman umur

    120 hst.

    7. Bobot kering bibit (tunas dan akar)

    Bobot kering tunas dan akar pada tiap pengamatan tanaman korban

    didapat setelah dioven 65-85 C selama 48 jam (hingga mencapai bobot

    konstan), kemudian ditimbang.

    8. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar

    Rasio bobot kering tajuk/akar didapat dari bobot kering tunas dibagi

    dengan bobot kering akar. Penghitungan rasio bobot kering tajuk/akar

    dilakukan pada tanaman umur 60 hst (korban I), dan 120 hst (korban II).

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    6/22

    6

    Analisis pertumbuhan yang dilakukan adalah dengan menggunakan variabel

    Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN) ( Relative Growth Rate/RGR), yaitu kemampuan

    tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan bobot kering awal

    tiap satuan waktu (g/g/minggu) pada 60, dan 120 hst. Rumus dari perhitungan

    LPN atau RGR adalah sebagai berikut: RGR =12

    12 lnln

    TT

    WW

    g/g/minggu

    Keterangan: W = Berat Kering Total, T= Waktu.

    Data yang diperoleh dilakukan analisis sidik ragam ( = 0,05) menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial AxB dengan 3 ulangan.

    Apabila terdapat perbedaan nyata, analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji

    jarak berganda Duncan (Duncans Multiple Range Test) dengan nilai = 5%.

    Hasil Dan Pembahasan (Result and Discussion)

    Penelitian pengaruh macam setek dan kadar zat perangsang akar terhadap

    keberhasilan dan pertumbuhan bibit teh ini dilaksanakan di blok Binorong (khusus

    pembibitan teh), PT. Pagilaran Unit Produksi Pagilaran. Lokasi pembibitan ini

    memiliki ketinggian 750 mdpl yang cukup sesuai dengan kebutuhan pembibitan

    maupun sebagai syarat tumbuh tanaman teh. Rata-rata suhu dan kelembaban udara

    didalam sungkup pada saat penelitian tercatat berkisar antara 22,76-26 C untuk

    suhu, dan 72,24-79,24 % untuk kelembaban udara dalam sungkup. Suhu

    mempunyai pengaruh dalam berbagai reaksi biokimia dan fisiologi tanaman serta

    sejumlah proses-proses pertumbuhan juga mempunyai hubungan kuantitatif

    dengan suhu. Proses-proses tersebut antara lain adalah proses respirasi dan

    fotosintesis (Harjadi, 1980). Suhu maksimum dan minimum yang mendukung

    pertumbuhan teh biasanya berkisar antara 13-28 C. Selain suhu, kelembaban

    udara juga menentukan pertumbuhan setek sebelum setek tersebut dapat berakar.

    Rochiman dan Harjadi (1973) menyebutkan bahwa apabila kelembaban udara

    rendah, setek akan mati. Hal tersebut disebabkan karena umumnya kandungan air

    dalam batang setek terbatas, sehingga apabila kelembaban kurang dari 60 %, setek

    akan kering dan mati. Hal tersebut didukung oleh Yasman dan Smits (1989)

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    7/22

    7

    cit. Huik (2004) yang menyatakan bahwa kelembaban udara diusahakan

    mendekati 100 % selama berlangsungnya proses pembentukan akar.

    Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan macam

    setek dan kadar zat perangsang akar pada seluruh variabel yang diamati, yaitu

    pada persentase tumbuh tunas, persentase tumbuh akar, panjang tunas, jumlah

    daun, panjang akar, jumlah akar, bobot kering tunas, bobot kering akar, rasio

    bobot kering tunas/akar, dan laju pertumbuhan nisbi setek teh.

    Macam setek memberikan pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan

    setek teh dan pertumbuhan bibit teh selanjutnya. Hal ini disebabkan karena

    adanya hubungan yang erat antara pertumbuhan tanaman dengan ketersediaan

    asimilat yang terdapat dalam batang setek serta pengaruh auksin endogen (yang

    dihasilkan oleh organ tanaman). Menurut Harjadi (1980), auksin diproduksi di

    daun muda yang kemudian didistribusikan untuk membentuk akar. Dalam

    hubungannya dengan pertumbuhan tunas dan akar, selain auksin, sitokinin

    (disintesis di akar) juga berpengaruh karena interaksinya dapat mempengaruhi

    diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan sitokinin yang rendah menimbulkan

    perkembangan akar. Sedangkan konsentrasi auksin rendah dan sitokinin tinggi

    menimbulkan perkembangan tunas. Apabila jumlah yang sama antara auksin dan

    sitokinin maka menghasilkan pertumbuhan yang tidak berdiferensiasi (Harjadi,

    1980).

    Macam setek yang dipakai sebagai perlakuan antara lain setek satu daun,

    yaitu bahan setek teh (cutting) yang dipotong sepanjang satu ruas dengan

    mengikutkan satu daun sebagai daun bawaan untuk mendukung ketersediaan

    asimilat dan ketersediaan auksin endogen. Macam setek selanjutnya yang dipakai

    adalah setek dua daun. Setek ini hampir mirip dengan setek satu daun, hanya saja

    bahan setek teh yang dipotong sepanjang dua ruas dan mempunyai dua daun

    bawaan sebagai pendukung ketersediaan asimilat dan auksin endogen yang lebih

    banyak mengingat ruas bahan setek yang lebih panjang dan ketersediaan daun

    pendukung yang lebih banyak pula. Kedua macam setek ini diambil dari kebun

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    8/22

    8

    induk dengan klon Gambung VII serta memiliki umur cabang sebagai bahan setek

    yang relatif muda ( 5 bulan). Sedangkan macam setek terakhir sebagai perlakuan

    yang dipakai adalah setek cabang cakar ayam. Setek ini dikumpulkan dari kebun

    produksi yang menggunakan klon Gambung VII (blok Sanderan). Umur cabang

    yang dipakai relatif tua ( 4 tahun) karena menyesuaikan dengan periode pangkas

    yang dilakukan. Cabang cakar ayam yang diambil adalah cabang yang memiliki

    3-4 percabangan namun beruas pendek tiap cabangnya. Cakar ayam yang diambil

    sebagai bahan setek umumnya sudah memiliki beberapa daun dan tunas-tunas

    muda dengan jumlah 1-6 buah calon tunas.

    Manurung (1987) cit. Huik (2004), menjelaskan bahwa kemampuan

    bagian vegetatif tanaman mengasilkan akar diakibatkan oleh interaksi faktor-

    faktor yang melekat (inheret) pada tanaman dengan faktor lain seperti zat-zat yang

    dapat diangkut oleh tanaman dan diproduksi dalam kuncup, yakni: auksin, dan

    karbohidrat. Hal tersebut didukung pula oleh Dwijoseputro (1989) yang

    menyatakan bahwa kehadiran tunas pada setek akan membantu proses

    pembentukan zat pengatur tumbuh yang kemudian diedarkan ke bagian bawah

    (basal) untuk membentuk akar.

    Untuk lebih jelas mengetahui pengaruh macam setek dan kadar zat

    perangsang akar terhadap pertumbuhan awal bibit teh, selanjutnya akan akan

    dibahas secara terpisah pada pengaruh mandiri tiap variabel yang diamati.

    A. Pengaruh Mandiri Macam Setek

    1. Persentase Tumbuh Tunas Setek Teh (30 hst) (%)

    Pada Tabel 4.1 di bawah terlihat bahwa persentase tumbuh tunas

    pada berbagai perlakuan macam setek memperlihatkan bahwa persentase

    tumbuh tunas pada perlakuan setek dua daun dan cabang cakar ayam tidak

    berbeda nyata, akan tetapi kedua setek tersebut memberikan hasil

    persentase tumbuh tunas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

    setek satu daun, yaitu dengan peningkatan sebesar 11,2 % pada setek dua

    daun dan 11,99 % pada setek cabang cakar ayam.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    9/22

    9

    Tabel 4.1. Persentase tumbuh tunas setek teh pada berbagai perlakuan

    (30 hst) (%)

    KadarMacam Setek

    RerataSatu Daun Dua Daun

    Cabang Cakar

    Ayam

    0 ppm 88,89 100,00 97,22 95,37 p

    600 ppm 83,33 97,22 100,00 93,52 p

    800 ppm 80,56 100,00 97,22 92,59 p

    1200 ppm 94,44 88,89 94,44 92,59 p

    Rerata 86,81 b 96,53 a 97,22 a (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyatamenurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Hal ini dikarenakan dengan adanya daun, tunas yang lebih banyak,

    dan batang yang lebih panjang (dibanding setek satu daun), maka asimilat

    pada batang itulah yang digunakan setek. Untuk hasil persentase tumbuh

    tunas terbaik diperoleh dari setek dua daun dan cabang cakar ayam

    mengingat jumlah daun, tunas, dan batang yang lebih panjang, maka

    asimilat yang dimilikipun cukup digunakan setek untuk menumbuhkan

    tunas dengan baik.

    Yusrizal dkk. (1999) menyebutkan bahwa untuk mendorong

    tumbuhnya tunas, setek tersebut memerlukan energi. Energi diperoleh dari

    asimilat yang terdapat pada bahan setek. Sesuai dengan pendapat

    Rochiman dan Harjadi (1973) bahwa munculnya tunas pada setek

    dipengaruhi oleh asimilat yang terdapat pada bahan setek terutama

    karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang cukup pada bahan setek akan

    meningkatkan kemampuan setek untuk menyediakan energi yang

    dibutuhkan bagi pertumbuhan tunas.

    2. Persentase Tumbuh Akar Setek Teh (120 hst) (%)

    Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentase tumbuh akar

    tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada seluruh perlakuan macam

    setek baik setek satu daun, dua daun maupun cabang cakar ayam.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    10/22

    10

    Tabel 4.2.Persentase tumbuh akar setek teh pada berbagai perlakuan

    (120 hst) (%)

    KadarMacam Setek

    RerataSatu Daun Dua Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    0 ppm 88,89 100,00 88,89 92,59 p

    600 ppm 80,56 94,44 97,22 90,74 p

    800 ppm 77,78 100,00 77,78 85,19 p

    1200 ppm 91,67 83,33 83,33 86,11 p

    Rerata 84,72 a 94,44 a 86,81 a (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyatamenurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Hal tersebut juga dikarenakan setek satu daun dan dua daun adalah

    setek yang diambil dari cabang yang berumur relatif muda ( 5 bulan),

    sehingga persentase terbentuknya akar tinggi. Walaupun setek cabang

    cakar ayam didapat dari cabang yang berumur relatif tua, namun

    banyaknya daun bawaan dan calon tunas memberikan pasokan auksin

    endogen untuk didistribusikan ke pangkal setek sebagai pemacu

    tumbuhnya akar. Pada dua bulan pertama, setek cabang cakar ayam

    cenderung memiliki sedikit akar yang tumbuh, namun pada dua bulan

    selanjutnya, setek cakar ayam menunjukkan pertumbuhan akar yang baik

    (selengkapnya dapat dilihat pada pembahasan jumlah akar/Tabel 4.6).

    Sesuai dengan pendapat Hartmann dan Kester (1983) yang menyebutkan

    bahwa setek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar

    daripada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan karena semakin

    tua umur tanaman maka akan terjadi peningkatan produksi zat-zat

    penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan

    sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada setek. Secara

    singkat, hal tersebut juga dijelaskan Harjadi (1980) bahwa auksin

    disintesis pada pucuk tunas (daun).

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    11/22

    11

    3. Panjang Tunas Setek Teh (cm)

    Panjang tunas setek teh pada saat pengamatan terakhir (120 hst)

    memperlihatkan bahwa panjang tunas setek teh pada perlakuan setek satu

    dan dua daun tidak memperlihatkan hasil yang berbeda nyata. Setek satu

    daun dan dua daun memiliki panjang tunas yang lebih tinggi masing-

    masing 9,01 cm dan 9,36 cm dibandingkan dengan setek cabang

    cakar ayam.

    Tabel 4.3. Panjang tunas setek teh pada berbagai perlakuan (120 hst) (cm)

    Kadar

    Macam Setek

    RerataSatu Daun Dua Daun

    Cabang Cakar

    Ayam

    0 ppm 13,29 14,13 3,44 10,29 p

    600 ppm 8,96 13,79 2,99 8,58 p

    800 ppm 12,12 10,77 2,21 8,36 p

    1200 ppm 13,93 11,13 3,63 9,57 p

    Rerata 12,08 a 12,46 a 3,07 b (-)Keterangan:Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa hasil terbaik dari variabel

    panjang tunas didapatkan dari setek satu dan dua daun. Berdasarkan

    pembahasan sebelumnya, setek satu daun dan dua daun mendapatkan hasil

    panjang tunas tertinggi dikarenakan memiliki asimilat (terutama

    karbohidrat) yang cukup sebagai energi untuk mendorong tumbuhnya

    tunas.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    12/22

    12

    4. Jumlah Daun Setek Teh

    Dari Tabel 4.4, diketahui bahwa didapatkan hasil yang tidak berbeda

    nyata untuk jumlah daun pada setek satu dan dua daun. Sedangkan apabila

    dibandingkan dengan setek cabang cakar ayam, jumlah daun pada setek

    satu dan dua daun memiliki jumlah daun lebih banyak dengan selisih

    masing-masing 1,47 dan 1,44 buah.

    Tabel 4.4. Jumlah daun setek teh pada berbagai perlakuan (120 hst)

    Kadar

    Macam Setek

    Rerata

    Satu Daun Dua Daun

    Cabang Cakar

    Ayam0 ppm 3,67 3,72 1,89 3,09 p

    600 ppm 2,44 3,33 1,83 2,54 p

    800 ppm 3,00 3,00 1,50 2,50 p

    1200 ppm 3,78 2,72 1,78 2,76 p

    Rerata 3,22 a 3,19 a 1,75 b (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Pertumbuhan daun berkaitan erat dengan pertumbuhan tunas. Karena

    itu apabila tumbuh tunas panjang lebih cepat, maka jumlah daun akan ikut

    bertambah pula. Edmond et al. (1983) mengemukakan bahwa jika tanaman

    memiliki sumber karbohidrat dan nitrogen dalam jumlah yang besar dan

    didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung, maka tanaman

    akan memperlihatkan pertumbuhan daun.

    Pada penelitian setek teh yang dilakukan Nazir (1984), dilaporkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh beberapa macam zat pengaturtumbuh yang diberikan terhadap panjang tunas dan jumlah daun tiap setek

    daun teh. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa secara normal

    daun mengandung tiap-tiap hormon tumbuh yang diperlukan untuk

    pertumbuhannya hampir dalam jumlah yang tepat sehingga penambahan

    zat pengatur tumbuh selanjutnya tidak memberikan pengaruh.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    13/22

    13

    5. Panjang Akar Setek Teh (cm)

    Dari Tabel 4.5, diketahui bahwa panjang akar setek teh pada

    berbagai perlakuan macam setek menunjukkan hasil yang berbeda nyata

    pada saat pengamatan korban I (60 hst), yaitu setek dua daun memiliki

    panjang akar terpanjang dibandingkan dengan setek cabang cakar ayam,

    namun setek satu daun tidak berbeda nyata dengan setek dua daun maupun

    dengan setek cabang cakar ayam. Sedangkan pada pengamatan korban II

    (120 hst), tidak terdapat beda nyata pada semua perlakuan macam setek.

    Tabel 4.5. Panjang akar setek teh pada berbagai perlakuan (cm)

    Umur Kadar

    Macam Setek

    RerataSatu

    Daun

    Dua

    Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    60 hst

    0 ppm 4,43 6,48 2,50 4,47 p

    600 ppm 4,77 6,28 2,83 4,63 p

    800 ppm 3,10 4,55 1,75 3,13 p

    1200 ppm 4,22 4,15 3,78 4,05 p

    Rerata 4,13 ab 5,37 a 2,72 b (-)

    120 hst

    0 ppm 12,82 18,68 18,70 16,73 p

    600 ppm 15,33 16,73 18,00 16,69 p800 ppm 15,68 17,38 15,88 16,32 p

    1200 ppm 17,65 15,93 18,67 17,42 p

    Rerata 15,37 a 17,18 a 17,81 a (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Pada awal pengamatan (60 hst), setek cabang cakar ayam

    memperlihatkan pertumbuhan yang lebih lambat dari setek satu dan dua

    daun. Namun, pada akhir pengamatan (120 hst), setek cabang cakar ayam

    telah dapat membagi asimilat untuk pertumbuhan akar, sehingga akar

    dapat tumbuh dengan baik. Adanya auksin yang cukup dari tunas dan daun

    muda, serta didukung adanya asimilat yang cukup pada batang setek dan

    daun bawaannya, sehingga pada akhir pengamatan, ketiga macam setek

    tersebut dapat memperlihatkan panjang akar yang tidak berbeda nyata.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    14/22

    14

    6. Jumlah Akar Setek Teh

    Pada pengamatan bibit korban I maupun korban II, jumlah akar setek

    teh yang didapat tidak berbeda nyata pada perlakuan setek satu daun dan

    setek cabang cakar ayam. Setek dua daun memiliki jumlah akar terbanyak

    dibandingkan setek satu daun dan cakar ayam.

    Tabel 4.6. Jumlah akar setek teh pada berbagai perlakuan

    Umur Kadar

    Macam Setek

    RerataSatu

    Daun

    Dua

    Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    60 hst

    0 ppm 11,17 19,17 7,17 12,50 p600 ppm 12,33 20,83 6,17 13,11 p

    800 ppm 11,83 16,50 7,33 11,89 p

    1200 ppm 11,17 21,17 7,83 13,39 p

    Rerata 11,63 b 19,42 a 7,13 b (-)

    120 hst

    0 ppm 23,33 29,17 20,67 24,39 p

    600 ppm 19,83 28,00 20,50 22,78 p

    800 ppm 17,67 20,83 22,67 20,39 p

    1200 ppm 22,67 34,17 20,83 25,89 p

    Rerata 20,88 b 28,04 a 21,17 b (-)

    Keterangan:Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Keadaan jumlah daun bawaan dan jumlah tunas yang optimal (dua

    buah) pada setek dua daun, mengindikasikan bahwa auksin yang dimiliki

    cukup untuk inisiasi akar memperlihatkan bahwa hal itulah yang

    menjadikan jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan macam setek

    yang lain. Jumlah akar yang banyak ini pula yang memberikan dampak

    positif bagi pertumbuhan tunas karena bila pertumbuhan akar berlangsung

    baik, maka zat pengatur tumbuh akan memperlihatkan pengaruhnya pada

    pertumbuhan tunas dan akhirnya akan berpengaruh terhadap persentase

    setek jadi (Yusrizal dkk., 1999). Hal tersebut sesuai dengan pendapat

    Wahid (1982) cit. Ferita (1986) yang menyatakan bahwa pada awal

    periode tumbuh, pertumbuhan terjadi pada bagian akar dan setelah akar

    cukup berkembang barulah terjadi pertumbuhan pada bagian atas tanaman.

    Hartmann et al. (1990) juga menegaskan bahwa tunas akan berkembang

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    15/22

    15

    dengan baik bila akar telah berkembang dengan baik. Bila perakaran setek

    telah berkembang dengan baik maka akan menguntungkan bagi

    pertumbuhan setek selanjutnya, yaitu mendorong pertumbuhan tunas

    (Yusrizal dkk., 1999). Menurut Prawiranata dkk. (1992), akar berperan

    sebagai penyerap unsur hara dan air dalam tanah. Di samping itu, pada

    ujung akar juga dihasilkan sitokinin (Harjadi, 1980; Prawiranata dkk.,

    1992). Sitokinin didistribusikan secara akropetal ke bagian atas dapat

    mendorong pembentukan tunas pada setek. Sitokinin berfungsi dalam

    penyempurnaan hubungan pembuluh antara tunas lateral dengan bagian

    organ tumbuhan lainnya dan mendorong pembelahan sel dalam bagian

    ujung dari tunas lateral dan merubahnya menjadi meristem yang aktif

    (Wattimena, 1988).

    Dengan banyaknya jumlah akar, maka tanaman akan dapat menyerap

    air, hara, dan mineral dengan baik. Selain itu, pada ujung-ujung akar juga

    menghasilkan sitokinin sehingga pertumbuhan tunas juga akan

    memperlihatkan hasil yang optimal. Pada ujung tunas (daun muda) juga

    menjadi tempat disintesisnya auksin, yang mana auksin berperan dalam

    pembentukan akar. Dengan demikian terjadi hubungan timbal-balik yang

    saling menguntungkan antara akar dan tunas pada pertumbuhan setek.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    16/22

    16

    7. Bobot Kering Tunas Setek Teh (g)

    Hasil bobot kering tunas pada pengamatan bibit korban I, perlakuan

    setek satu daun tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata dengan setek

    dua daun, namun kedua macam setek tersebut memiliki hasil bobot kering

    tunas yang lebih tinggi daripada setek cabang cakar ayam. Sedangkan pada

    pengamatan bibit korban II, hasil bobot kering tunas pada perlakuan

    macam setek didapatkan hasil yang berbeda nyata. Apabila dibandingkan

    dengan setek satu daun dan cabang cakar ayam, hasil bobot kering tunas

    tertinggi didapatkan dari setek dua daun (Tabel 4.7).

    Tabel 4.7. Bobot kering tunas setek teh pada berbagai perlakuan (g)

    Umur Kadar

    Macam Setek

    RerataSatu

    Daun

    Dua

    Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    60 hst

    0 ppm 0,17 0,16 0,01 0,11 p

    600 ppm 0,12 0,18 0,03 0,11 p

    800 ppm 0,13 0,17 0,01 0,10 p

    1200 ppm 0,11 0,11 0,04 0,09 p

    Rerata 0,13 a 0,16 a 0,03 b (-)

    120 hst

    0 ppm 0,40 0,50 0,11 0,33 p

    600 ppm 0,24 0,86 0,09 0,40 p

    800 ppm 0,41 0,61 0,17 0,39 p

    1200 ppm 0,51 0,33 0,10 0,32 p

    Rerata 0,39 b 0,57 a 0,12 c (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Tersedianya jumlah daun yang cukup banyak pada setek dua daun

    menjadi faktor pendukung tingginya bobot kering tunas yang dihasilkan.

    Bobot kering tunas ini mengindikasikan banyaknya asimilat (karbohidrat)

    yang terbentuk dan disimpan pada tunas dari hasil fotosintesis.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    17/22

    17

    8. Bobot Kering Akar Setek Teh (g)

    Pada Tabel 4.8, terlihat bahwa hasil bobot kering akar setek teh pada

    pengamatan bibit korban I berbeda nyata. Setek dua daun memperlihatkan

    hasil bobot kering akar tertinggi dibandingkan pada perlakuan macam

    setek yang lain. Pada pengamatan bibit korban II pada perlakuan macam

    setek didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata antara setek dua daun dan

    cabang cakar ayam. Setek satu daun memberikan hasil bobot kering akar

    terendah apabila dibandingkan dengan setek dua daun dan cabang cakar

    ayam.

    Tabel 4.8. Bobot kering akar setek teh pada berbagai perlakuan (g)

    Umur Kadar

    Macam Setek

    RerataSatu

    Daun

    Dua

    Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    60 hst

    0 ppm 0,06 0,10 0,01 0,05 p

    600 ppm 0,07 0,14 0,01 0,07 p

    800 ppm 0,04 0,07 0,01 0,04 p

    1200 ppm 0,04 0,09 0,02 0,05 p

    Rerata0,05 b 0,10 a 0,01 c (-)

    120 hst

    0 ppm 0,19 0,61 0,42 0,40 p

    600 ppm 0,36 0,44 0,37 0,39 p

    800 ppm 0,29 0,58 0,51 0,46 p

    1200 ppm 0,34 0,46 0,58 0,46 p

    Rerata 0,29 b 0,52 a 0,47 a (-)

    Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Pertumbuhan tunas yang optimal akan berpengaruh padapertumbuhan akar yang optimal juga. Akar yang panjang dan banyak akan

    memberikan hubungan timbal-balik yang menguntungkan karena

    jangkauan untuk menyerap unsur hara, mineral, dan air menjadi lebih luas,

    sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin baik. Apabila akar semakin

    banyak dan panjang, maka akan menambah bobot kering dari akar

    tersebut. Bobot kering akar ini mengindikasikan banyaknya asimilat

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    18/22

    18

    (karbohidrat) yang terbentuk dan disimpan pada akar dari hasil

    fotosintesis.

    9. Rasio Bobot Kering Tunas/Akar Setek Teh

    Pada Tabel 4.9, perlakuan macam setek pada pengamatan bibit

    korban I (60 hst) tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata. Pada

    pengamatan bibit korban II (120 hst), rasio bobot kering tunas/akar

    tertinggi didapat dari setek satu dan dua daun.

    Tabel 4.9. Rasio bobot kering tunas/akar setek teh pada berbagai perlakuan

    Umur Kadar Macam Setek

    RerataSatu

    Daun

    Dua

    Daun

    Cabang

    Cakar Ayam

    60 hst

    0 ppm 11,21 1,73 4,40 5,78 p

    600 ppm 84,04 1,26 29,75 38,35 p

    800 ppm 5,28 2,56 1,98 3,27 p

    1200 ppm 31,61 26,03 4,06 20,57 p

    Rerata 33,04 a 7,90 a 10,05 a (-)

    120 hst

    0 ppm 2,42 0,84 0,26 1,17 p

    600 ppm 0,67 2,05 0,30 1,01 p

    800 ppm 1,75 1,07 0,33 1,05 p

    1200 ppm 2,05 0,76 0,19 1,00 p

    Rerata 1,72 a 1,18 a 0,27 b (-)Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

    menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Rasio bobot kering tunas/akar memperlihatkan keseimbangan

    translokasi asimilat. Rasio bobot kering tunas/akar pada pengamatan bibit

    korban I (60 hst) yang relatif tinggi memperlihatkan bahwa pembagian

    asimilat banyak ditranslokasikan pada tunas. Hal tersebut dikarenakan

    sebelum akar tumbuh, asimilat (karbohidrat) dipakai sebagai energi untuk

    mendorong munculnya tunas (Rochiman dan Harjadi, 1973). Dari hal

    tersebut, selaras dengan Wright (1989) cit. Hidayat (2004), pada awal

    pertumbuhan setek, daun dan tunas masih menjadi lubuk (sink) yang kuat.

    Selanjutnya, setelah tanaman memiliki akar dan daun telah menjadi

    sumber (source), translokasi asimilat dibagi untuk tunas dan akar.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    19/22

    19

    Pada setek satu dan dua daun, jumlah tunas yang dimiliki masing-

    masing adalah satu dan dua tunas. Melihat rasio dari bobot kering

    tunas/akar pada pengamatan bibit korban II (120 hst), mengindikasikan

    bahwa jumlah tunas pada setek satu dan daun sangat optimal, dan cepat

    siap menjadi sumber. Sedangkan pada setek cakar ayam, jumlah tunas

    potensial yang dimiliki antara 1-6 buah dengan rata-rata dua tunas pada

    setiap cabang cakar ayam (data jumlah tunas potensial selengkapnya dapat

    dilihat pada Lampiran 1) dan berukuran relatif lebih kecil dibandingkan

    dengan ukuran tunas pada macam setek lainnya. Dikarenakan jumlahnya

    yang cukup banyak, asimilat yang didapatkan tiap tunas pada cabang cakar

    ayam sedikit, sehingga pertumbuhannya menjadi lambat jika dibandingkan

    dengan macam setek lainnya.

    10. Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN) Setek Teh

    Pada berbagai macam setek teh, laju pertumbuhan nisbi antara

    perlakuan setek satu dan dua daun tidak berbeda nyata. Setek cabang cakar

    ayam menghasilkan nilai LPN yang lebih tinggi dari setek satu daunmaupun dua daun (Tabel 4.10).

    Tabel 4.10. Laju pertumbuhan nisbi setek teh pada berbagai perlakuan

    (120 hst)

    KadarMacam Setek

    RerataSatu Daun Dua Daun Cabang Cakar Ayam

    0 ppm 0,10 0,18 0,41 0,23 p

    600 ppm 0,15 0,17 0,32 0,21 p

    800 ppm 0,17 0,19 0,45 0,27 p

    1200 ppm 0,22 0,18 0,32 0,24 pRerata 0,16 b 0,18 b 0,38 a (-)

    Keterangan:

    Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyatamenurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda negatif (-) menunjukkan tidak ada interaksi

    yang nyata antar perlakuan macam setek dan kadar zat perangsang akar.

    Nilai laju pertumbuhan nisbi memperlihatkan banyaknya asimilat

    yang dihasilkan dalam selang waktu tertentu. Nilai LPN tertinggi dalam

    selang waktu 8 minggu didapatkan dari perlakuan setek cabang cakar

    ayam. Pada 4 minggu pertama (bibit korban I), bobot kering dari tunas dan

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    20/22

    20

    akar setek cabang cakar ayam sangat rendah, namun pada umur 16 minggu

    saat dilakukan pengamatan bibit korban II, bobot keringnya meningkat

    tajam hingga lebih dari dua kali lipat nilai LPN yang didapatkan dari setek

    satu daun maupun dua daun. Mengingat setek cabang cakar ayam adalah

    setek dengan batang yang berumur cukup tua sehingga akan memerlukan

    waktu yang lebih lama dalam inisiasi terjadinya perakaran sebagaimana

    disebutkan oleh Hartmann dan Kester (1983). Namun, setelah stabil dan

    akar telah tumbuh, proses-proses fisiologis pada setek cakar ayam

    berlangsung dengan baik karena didukung oleh jumlah tunas dan daun

    yang lebih banyak sebagai sumber (source).

    Laju pertumbuhan nisbi yang tinggi ini terkait dengan pertambahan

    panjang akar (Tabel 4.5) dan bobot kering akar (Tabel 4.8) yang cukup

    signifikan dan dapat mengejar dari pertambahan panjang kedua macam

    setek lainnya pada pengamatan bibit korban II (120 hst). Mendasarkan dari

    hasil tersebut, cabang cakar ayam yang semula hanya limbah pangkasan

    dapat berpotensi sebagai bahan setek untuk pengadaan bibit teh.

    B. Pengaruh Mandiri Zat Perangsang Akar

    Pada penelitian ini, perlakuan kadar zat perangsang akar yang diberikan

    baik pada 0, 600, 800, maupun 1.200 ppm tidak memberikan pengaruh yang

    nyata terhadap variabel yang diamati meliputi: persentase tumbuh tunas,

    persentase tumbuh akar, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar, jumlah

    akar, bobot kering tunas, bobot kering akar, rasio bobot kering tunas/akar, dan

    laju pertumbuhan nisbi setek teh.

    Hal tersebut disebabkan oleh karena kadar zat perangsang akar 0, 600,

    800, maupun 1.200 ppm masih terlalu rendah untuk diaplikasikan dengan cara

    perendaman pangkal setek selama 30 detik pada perlakuan zat perangsang

    akar. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Yusrizal dkk. (1999),

    penggunaan zat perangsang akar dengan kadar tinggi yaitu 50.000 ppm

    (dengan metode quick dip/celup cepat selama 5 detik) dapat memberikan

    persentase tumbuh akar terbaik dari setek daun teh (setek satu daun) sebesar

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    21/22

    21

    95 %. Mendasarkan hasil penelitian tersebut, diduga pencelupan selama 30

    detik belum mengakibatkan terjadinya penyerapan zat perangsang akar pada

    pangkal setek secara optimal. Adanya auksin endogen yang cukup tersedia

    serta kandungan asimilat yang memadai untuk proses inisiasi pembentukan

    akar juga diduga menjadi faktor penyebab mengapa perlakuan kadar zat

    perangsang akar tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel

    yang diamati.

    Kesimpulan (Conclusion)

    1. Pengaruh macam setek dan kadar zat perangsang akar tidak menunjukkan

    adanya interaksi terhadap pertumbuhan awal bibit teh.

    2. Pertumbuhan awal bibit teh terbaik didapatkan dari setek dua daun.

    3. Mendasarkan dari hasil panjang akar dan bobot kering akar setek cabang

    cakar ayam yang tidak berbeda nyata dengan hasil yang diperoleh setek

    dua daun, serta nilai LPN yang tertinggi dibandingkan setek satu daun dan

    dua daun pada 120 hst, sehingga cabang cakar ayam yang semula hanya

    menjadi limbah pangkasan sekarang diketahui dapat berpotensi sebagai

    bahan setek untuk pengadaan bibit teh.

    4. Pertumbuhan awal bibit teh tidak dipengaruhi oleh kadar zat perangsang akar

    yang diberikan sampai 1.200 ppm.

    Ucapan Terima kasih (Acknowledgment)

    Terima kasih untuk bapak Dody Kastono, S.P., M.P. dan ibu Rohmanti

    Rabaniyah, M.P. yang telah membimbing dalam penulisan skripsi dan bapak

    Ir. Sriyanto Waluyo, M.Sc. yang telah memberikan masukan dalam penulisan

    skripsi. Terima kasih untuk PT. Pagilaran Unit Produksi Pagilaran dan staf

    karyawannya yang telah membantu dan memberikan fasilitas di lapangan.

    Adikku, Dhiga Ansarajati yang telah membantu pengamatan di lapangan.

    Mas Dani, M. Hafidh Annur dan Warsa Aulia Yanpareri yang telah memberikan

    dukungan dan bantuannya serta Retno Maryam Khodijah yang banyak

    memberikan semangat dan doa dalam penulisan skripsi ini.

  • 8/6/2019 EFFECT KINDS OF TEA PLANT CUTTING AND RATE OF PLANT GROWTH REGULATOR (PGR) ON EARLY GROWTH OF T

    22/22

    22

    Daftar Pustaka (Literature Cited)

    Astika, W., Z. S. Wibowo, P. Rahardjo, W. Widayat, dan N. Subarna. 2001.Dampak dan Penanggulangan Kekeringan pada Usaha Perkebunan Teh.

    Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung.

    Dwijoseputro, D. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta.

    Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrews, and R.G. Halfacre. 1983. Fundamentals

    of Horticulture. McGraw-Hill Book Co. Inc., New York.

    Ferita, I. 1986. Pengaruh beberapa macam setek terhadap pembentukan akar dan

    pertumbuhan tanaman lada (Piper nigrum L.) dalam kantong plastik.

    Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. Skripsi.Harjadi, S.S. 1980. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia, Jakarta.

    Hartmann, H.T. and D.E. Kester. 1983. Plant Propagations, Principles, and

    Practices. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

    Hartmann, H.T., D.E. Kester and F.T. Davies, Jr. 1990. Plant Propagations,

    Principles, and Practices. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs,

    New Jersey.

    Hidayat, Ramdan. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimilat pada Beberapa Umur

    Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.) Muda. Agrosains 6 (1):20-25.

    Nazir, N. 1984. Pengaruh Hormon Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Setek Daun

    Teh dalam Kantong Plastik. Fakultas Pertanian Universitas Andalas,

    Padang. Skripsi.

    Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1992. Dasar-dasar Fisiologi

    Tumbuhan. Departemen Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen

    Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

    Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Plant Physiology. Third Edition.

    Wadsworth Publ. Co. Belmont, California.

    Setyamidjaja, D. 2004. Teh: Budidaya dan Pengolahan Pascapanen.

    Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas

    IPB bekerja sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor.

    Yusrizal, M. Zen., Istino Ferita, dan Veri Verdinal. 1999. Pengaruh beberapa jenis

    zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek daun teh

    (Camellia sinensis [L]. O.K.). Stigma VII (1): 109-114.