efektivitas strategi pembelajaran think-talk-write (ttw)...

25
EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA ANIMASI FLASH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti: David Febriant C. (702011005) Elzabeth Sri Lestari. S.Pd., M.Lis. Angela Atik Setiyanti. S.Pd., M.Cs. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Upload: truongphuc

Post on 09-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE

(TTW) BERBANTUAN MEDIA ANIMASI FLASH TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

MATA PELAJARAN PKN DI SD

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:

David Febriant C. (702011005)

Elzabeth Sri Lestari. S.Pd., M.Lis.

Angela Atik Setiyanti. S.Pd., M.Cs.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2016

Page 2: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-

TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA ANIMASI FLASH

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD

1David Febriant C. 2Elizabeth Sri Lestari 3Angela Atik S.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : [email protected]@staff.uksw.edu

[email protected]

Abstract

Implementing less varied and less suitable learning strategies will affect the

students response toward the learning process, such as the critical thinking skills..

This study aims to determine whether the learning strategies Think-Talk-Write

aided by Flash Media Animation effective in improving students' critical thinking

skills on the subjects of PKN. This study was conducted in SD N Tingkir Lor 01

Salatiga with 28 students in grade 5. Research method which is used in this

research is One-Shot Case Study type experiment. The results showed an increase

in critical thinking skills of students by 32.54%, beginning from the pre-treatment

till the treatment ended. The result shows, Think-Talk-Write aided by Flash Media

Animation effective in improving students' critical thinking skills on the subjects of

PKN.

Keyword : Think-Talk-Write Learning strategies, Flash Media Animation, Critical

Thinking Ability

Abstrak

Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang divariasikan dan kurang tepat, akan

membuat siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran. Hal itu akan

berdampak pada kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah strategi pembelajaran Think-Talk-Write berbantuan Media

Animasi Flash efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

mata pelajaran PKN. Penelitian ini dilakukan di SD N Tingkir Lor 01 Salatiga

dengan 28 siswa kelas 5. Metode yang digunakan adalah experiment tipe one shot

case study. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa sebesar 32,54%, dari sebelum dilakukannya treatment sampai treatment

terakhir dilakukan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa strategi pembelajaran

Think-Talk-Write berbantuan Media Animasi Flash efektif dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran PKN.

Kata Kunci : Strategi pembelajaran Think-Talk-Write, Media Animasi Flash,

Kemampuan Berpikir Kritis

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Page 3: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 4: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 5: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 6: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 7: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 8: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant
Page 9: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

1

1. Pendahuluan

Di dalam dunia pendidikan Indonesia, mulai dicanangkan

pembelajaran berbasis TIK, dengan dibuatnya Kurikulum 2013. Tapi sayang

kebanyakan sekolah masih merasa kesulitan dalam menerapkannya. Dalam

praktek pembelajarannya masih ditemukan sifat pembelajaran yang hanya

terfokus pada guru saja atau biasa disebut Teacher Centered. Dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 3, dapat dilihat bahwa tujuan pembelajaran adalah

membuat siswa dapat berpikir secara kreatif dan mandiri [1]. Secara tidak

langsung, pernyataan tersebut menuntut siswa untuk dapat lebih aktif dalam

proses pembelajaran.

Untuk dapat membentuk siswa yang mampu berpikir secara kreatif

dan mandiri, guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang baik dan nyaman agar siswa dapat lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Dibutuhkan interaksi yang baik antara guru dan siswa agar

hal tersebut dapat terwujud. Selain itu media pembelajaran yang digunakan

oleh guru juga harus lebih menarik untuk membuat siswa lebih tertarik

dalam mengikuti pelajaran.

PKN adalah salah satu mata pelajaran wajib yang ada di setiap

sekolah dasar. Model pembelajaran PKN menurut BSNP (2006), memiliki

karakteristik sebagai berikut: (1) melatih siswa berpikir kritis; (2) melatih

siswa mengenal, memilih dan memecahkan masalah sendiri; (3) melatih

siswa untuk berpikir sesuai dengan kenyataan; (4) melatih siswa untuk

berpikir dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar [2]. Oleh karena itu,

PKN perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta

didik dengan keterampilan berpikir logis, kritis, memiliki keterampilan

berkomunikasi, bekerja sama.

Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau

masalah apa saja di mana kualitas pemikiran dari si pemikir ditingkatkan

dengan cara menangani struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran

secara terampil dan menerapkan standar-standar intelektual padanya[3].

Dapat dilihat bahwa Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa atau

berpikir rutin. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana

pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya sendiri.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, perlu

untuk mengubah paradigma pembelajaran yang bersifat Teacher Centered

menjadi Student Centered. Guru perlu mempertimbangkan metode, model

atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang

disampaikan. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan dan sesuai dengan karakteristik siswa, akan meningkatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut pengamatan dan observasi didapat bahwa, guru masih

menggunakan metode pembelajaran dengan ceramah atau tanya jawab,

tanpa ada variasi yang lain. Ini menyebabkan siswa merasa bosan dengan

pelajaran PKN karena pembelajaran bersifat Teacher Centered. Dengan

keadaan seperti ini maka model pembelajaran PKN menurut BNSP tidak

bisa diwujudkan, karena siswa sulit mengembangkan keterampilan berpikir

kritis mereka. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut salah satunya

Page 10: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

2

adalah diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat membuat

siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga keterampilan berpikir

kritis siswa dapat meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Salah satu strategi pembelajaran yang berpotensi untuk menumbuh

kembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik secara efektif yaitu

strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW). Pembelajaran Think-Talk-

Write (TTW) adalah suatu model pembelajaran kooperatif di mana siswa

dibagi dalam beberapa kelompok yang nantinya siswa ini akan bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajarnya dan siswa ini diharapkan

mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota yang lain dalam

kelompoknya. Alur strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam

berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,

selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum

menulis. Hal ini akan lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok

heterogen dengan beranggotakan 3-5 siswa [4].

Dalam strategi pembelajaran TTW terdapat tiga fase, yaitu fase

berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dalam fase berpikir

(think), peserta didik menunjukkan aktivitasnya dengan membaca suatu

teks, soal atau permasalahan, kemudian membuat catatan kecil mengenai ide

dalam menyelesaikan soal atau permasalahan tersebut. Dalam fase

berikutnya yaitu berbicara (talk), peserta didik mengkomunikasikan ide-ide

mereka melalui diskusi. Selanjutnya fase write, peserta didik menuliskan

hasil diskusi/dialog pada lembar kerja yang disediakan. Bisa dilihat bahwa

dengan strategi pembelajaran ini siswa akan terbiasa menemukan jawaban

dari pertanyaan yang diajukan, memahami konsep serta melatih siswa untuk

bisa belajar secara mandiri, maupun kelompok, dan berbagi dengan teman

sekelas. Berdasarkan hal tersebut, strategi pembelajaran tipe Think Talk

Write dapat membantu para siswa dalam mengembangkan pemahaman

konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi

informasi dan menarik kesimpulan serta mengembangkan kemampuan

mempertimbangkan nilai–nilai dari suatu materi pelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka, rumusan masalah dari penelitian ini

adalah “Apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis pada mata

pelajaran PKN dapat diupayakan melalui penggunaan model TTW

berbantuan media animasi Flash siswa SD Negeri Tingkir Lor 01 semester 1

tahun ajaran 2015/2016”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis pada mata

pelajaran PKN dapat diupayakan melalui penggunaan model TTW

berbantuan Adobe Flash siswa SD Negeri Tingkir Lor 01 semester 1 tahun

ajaran 2015/2016.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Mengenalkan

strategi pembelajaran TTW; (2) Memberikan pilihan kepada guru mengenai

model pembelajaran lain yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran;

(3) Melatih peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran; (4) Memperluas wawasan dan pengalaman bagi peneliti

dalam tahap proses pembinaan sebagai calon pendidik; (5) Bahan acuan

bagi peniliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

Page 11: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

3

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini pada tahun 2011, ingin

mengetahui dampak positif bagi siswa selama pembelajaran menulis

karangan deskripsi dan berpikir kritis pada mata pelajaran bahasa Indonesia

dengan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) [4], memberikan ide

untuk menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian tersebut

membuahkan hasil yang positif, dimana Model Pembelajaran TTW (Think

Talk Write) mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi

dan berpikir kritis siswa. Penelitian Rully Khusna Hikmawati mahasiswi

Universitas Negeri Semarang pada tahun 2013, yang meneliti apakah

strategi pembelajaran TTW (Think Talk Write) berbantuan LKPD efektif

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran

Matematika [5], memberikan informasi tentang penggunaan media belajar

pendukung, seperti pada penelitian tersebut yang menggunakan LKPD,

sehingga muncul gagasan untuk menggunakan media pendukung dalam

penelitian ini, yaitu media animasi Flash. Penelitian dari Nurul Ma’rifah

tentang Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model

Cooperative Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran PKN Siswa Kelas

V SD Negeri 3 Puluhan Trucuk Klaten [6], membantu dalam kaitannya

merancang materi pembelajaran dan permasalahan mata pelajaran PKn,

yang akan digunakan dalam media animasi Flash yang dibuat.

Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) diperkenalkan

oleh Huinker & Laughlin. Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah

suatu model pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagi dalam beberapa

kelompok yang nantinya siswa ini akan bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajarnya dan siswa ini diharapkan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota yang lain dalam kelompoknya [4]. Model

pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

dan komunikasi siswa. Model ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir,

berbicara, dan menulis [8]. Strategi pembelajaran ini diawali dengan peserta

didik membaca materi yang sudah dikemas dengan pendekatan

konstruktivis untuk memahami kontennya (think), kemudian peserta didik

mengkomunikasikan apa yang telah didapat untuk mendapatkan kesamaan

pemahaman (talk), dan akhirnya setelah diskusi serta negosiasi, peserta

didik menuliskan hasil pemikirannya dalam bentuk rangkuman (write).

Pendapat lain menyatakan bahwa, alur strategi TTW dimulai dari

keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri

setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing)

dengan temannya sebelum menulis. Hal ini akan lebih efektif bila dilakukan

dalam kelompok heterogen dengan beranggotakan 3-5 siswa [4].

Menurut Yamin, langkah-langkah pembelajaran dengan strategi

TTW adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi teks bacaan berupa

lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta

prosedur pelaksanaannya; (2) Siswa membaca teks dan membuat catatan

dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think);

(3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi

Page 12: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

4

catatan (talk); Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar; (4) Siswa

mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write) [8].

Berpikir Kritis adalah adalah mode berpikir mengenai hal,

substansi atau masalah apa saja di mana kualitas pemikiran dari si pemikir

ditingkatkan dengan cara menangani struktur-struktur yang melekat dalam

pemikiran secara terampil dan menerapkan standar-standar intelektual

padanya[3]. Makna yang lain, berpikir kritis adalah aktivitas kognitif, terkait

dengan penggunaan pikiran. Belajar berpikir dengan cara kritis analitis dan

evaluatif berarti menggunakan proses mental seperti perhatian, kategorisasi,

seleksi, dan penilaian[7]. Berpikir kritis singkatnya adalah sebuah,

pemikiran mandiri, disiplin diri, pengawasan mandiri, dan pemikiran

koreksi sendiri. Ini menandakan bahwa berpikir kritis mengharuskan

seseorang untuk memiliki standar yang ketat serta unggul dan penuh

perintah sadar penggunaannya. Ini memerlukan komunikasi yang efektif dan

kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi

egosentrisme dan sociocentrisme asli kita.

Indikator yang diukur untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis

siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Indikator Berpikir Kritis [10] No Kelompok Indikator Sub indikator

1. Elementary

Clarification

(Memberikan

penjelasan

sederhana)

Memfokuskan

pertanyaan Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis argumen

Membuat ringkasan

Bertanya dan menjawab pertanyaan

Memberikan penjelasan

sederhana

2 Inference

(Menyimpulkan)

Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

Menarik kesimpulan dari hasil

menyelidiki

3 Advance

Clarification

(Memberikan

penjelasan

lanjut)

Mengidentifikasi asumsi-asumsi

Mengonstruksi argumen

4 Strategi and

tactics

(Mengatur

strategi dan

taktik)

Menentukan suatu

tindakan Merumuskan solusi alternatif

Berinteraksi dengan

orang lain Menunjukkan suatu posisi, orasi,

atau tulisan

Indikator kemampuan berpikir kritis ini telah dimodifikasi dari

indikator-indikator yang telah dijabarkan R.H. Ennis [10]. Beberapa

indikator tersebut diambil karena dalam pembelajaran menggunakan metode

TTW ini, indikator-indikator tersebut sesuai dengan pembelajaran yang

akan dilakukan dan sesuai dengan apa yang ingin diteliti, sehingga bisa

digunakan dalam proses pengamatan peneliti.

Page 13: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

5

Media Animasi Flash, peneliti dalam membuat media tersebut

menggunakan software pembuat animasi flash dari Adobe yaitu Adobe

Flash. Adobe Flash adalah salah satu perangkat lunak komputer yang

merupakan produk unggulan Adobe Systems digunakan untuk membuat

gambar vektor maupun animasi. Berkas yang dihasilkan dari perangkat

lunak ini dapat dibuat menjadi semacam aplikasi desktop. Flash

menggunakan bahasa pemrograman bernama Action Script yang muncul

pertama kalinya pada Flash 5. Flash didesain dengan kemampuan untuk

membuat animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak

digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website,

CD Interaktif dan yang lainnya.

Adobe Flash yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adobe

Flash Professional CS3. Adobe Flash Creative Suite 3 (CS3) merupakan

sebuah software yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi

standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi

dan bitmap yang sangat menarik. Adobe Flash CS3 menyediakan berbagai

macam fitur yang akan sangat membantu para animator untuk membuat

animasi menjadi semakin mudah dan menarik. Adobe Flash cocok

digunakan dalam kaitannya membangun model pembelajaran dengan

bantuan media yang menarik bagi anak kalangan usia sekolah dasar. Media

animasi Flash dalam penelitian ini digunakan untuk menarik perhatian siswa

pada saat guru sedang menjelaskan suatu materi.

Efektivitas atau keefektifan adalah derajat dimana organisasi

mencapai tujuannya. Keefektifan menekankan perhatian pada kesesuaian

hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai[15].

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

efektivitas adalah tercapainya suatu usaha dengan tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya melalui tindakan atau perbuatan yang maksimal.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen (experimental

research). Metode penelitian eksperimen adalah suatu prosedur yang diatur

dengan teliti dimana faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi perilaku,

dipelajari dengan cara dimanipulasi dan semua faktor yang lain tetap

sama[11]. Desain dari penelitian ini menggunakan eksperimen One-Shot

Case Study. Penelitian One-Shot Case Study merupakan desain

pembelajaran yang melibatkan satu kelompok dan hanya satu kali observasi

atau pengukuran [12].

Tabel 2 Desain One Shot Case Study Treatment Observasi

X O

Keterangan :

X = Penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write berbantuan

media animasi Flash

O = Skor hasil pengukuran akhir kemampuan berpikir kritis siswa

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tingkir Lor 01 Salatiga pada

semester 1 Tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian yang dalam

Page 14: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

6

penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Tingkir Lor 01 Salatiga

sebagai kelas eksperimen. Jumlah siswa di kelas ini berjumlah 28 siswa.

Sumber data diperoleh dari siswa kelas 5 SD Negeri Tingkir Lor 01

Salatiga, siswa sebagai subjek penelitian dan sumber data lain dari guru

kolaborasi. Ada pun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu 1) Tahap

persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, 3) Tahap pengolahan dan analisis data.

Tabel tahap penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Tahap Penelitian

No Tahap Penelitian Keterangan

1 Tahap persiapan - Observasi

- Wawancara kepada guru

tentang masalah yang

sedang terjadi

- Studi Literatur

- Menentukan populasi dan

sample

- Mendesain Strategi metode

pembelajaran

- Konsultasi materi dan RPP

- Mendesain media animasi

Flash

2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan

(treatment)

- Mengamati prilaku siswa

dengan check list

- Wawancara tanggapan siswa

- Dokumentasi kegiatan

3 Pengolahan dan analisis

data

- Mengolah hasil check list

- Mengolah hasil wawancara

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah peneliti

melakukan perizinan tempat penelitian. Selanjutnya melakukan observasi

awal ke tempat penelitian untuk mengetahui keadaan dan bagaimana situasi

yang ada pada tempat penelitian. Selanjutnya peneliti mewawancarai guru

serta berdiskusi dengan guru tentang masalah yang terjadi dan peneliti

bersama guru mencari solusi untuk pemecahan masalah yang terjadi.

Peneliti bersama guru kemudian merancang pelaksanaan pemecahan

masalah dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menentukan

populasi dan sampel untuk menentukan kelas eksperimen. Menyiapkan

materi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran serta menyusun

lembar observasi. Pada tahap ini peneliti juga membuat dan mendesain

media animasi flash yang akan digunakan.

Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan

ini kegiatan awal peneliti adalah mengobservasi proses pembelajaran

sebelum dilakukannya treatment. Setelah melakukan hal tersebut, kemudian

peneliti beserta guru berkolaborasi untuk memberikan perlakuan (treatment)

Page 15: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

7

yaitu penerapan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media

animasi Flash kepada kelas eksperimen. Selama proses treatment

berlangsung, dilakukan juga proses observasi. Observasi yang dilakukan

berupa monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa di kelas.

Tahap observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)

pengamatan terhadap proses belajar mengajar di kelas menggunakan model

pembelajaran Think Talk Write; (2) pengamatan terhadap penerapan pola

pembelajaran Think Talk Write terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Setelah semua treatment dijalankan, dilakukan wawancara kepada siswa

mengenai tanggapan mereka terhadap pembelajaran dan media yang

digunakan.

Di akhir pertemuan peneliti melakukan proses wawancara kepada

guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan siswa tentang model

pembelajaran ini. Berikut desain pembelajarannya :

Tabel 4 Desain Pembelajaran No Tahap Kegiatan Kegiatan Kegiatan Pembelajaran

Siswa Guru

1 Pendahuluan a. Menunjukkan

kebutuhan

masalah dan

meminta

informasi

a. Menjelaskan

tujuan

pembelajaran

a. Guru membuka

pelajaran dengan

menjelaskan tujuan

pembelajaran

b. Guru menyiapkan

materi pembelajaran

mengenai menjaga

keutuhan Negara

Kesatuan Republik

Indonesia

2 Eksplorasi a. Mendengarkan

penjelasan guru.

a. Memberi

penjelasan

singkat tentang

materi yang

sedang dipelajari

a. Guru melanjutkan

materi tentang

pentingnya menjaga

keutuhan NKRI

b. Guru memberikan

sedikit materi tentang

menjaga keutuhan

NKRI dengan

menggunakan media

animasi Flash

c. Siswa mendengarkan

penjelasan guru dan

mengumpulkan

informasi dari

penjelasan guru.

3 Elaborasi

(Tahap Think)

a. Merumuskan

tugas,

b. Mengerjakan

tugas

c. Membaca,

mengamati,

membuat catatan,

mengorganisasi

data

a. Mengamati,

membantu,

mengarahkan

b. Menganjurkan

dan membimbing

a. Guru menampilkan

soal atau permasalahan

yang ada di dalam

media animasi Flash

untuk diselesaikan

siswa

b. Siswa diberi waktu

untuk berpikir guna

menjawab

permasalahan tersebut

c. Siswa menjawab

permasalahan tersebut

Page 16: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

8

dengan

pemahamannya sendiri

d. Siswa menuliskan

jawabannya sendiri di

lembar kertas yang

sudah disediakan

e. Guru mengamati,

membantu,

memberikan arahan

dan bimbingan kepada

siswa yang kesulitan

4 Elaborasi

(Tahap Talk)

a. Membentuk

Kelompok

b. Berdiskusi

dengan kelompok

c. Sharing

penemuan

a. Mengorganisasi

Kelompok

c. Mengamati,

membantu,

mengarahkan

b. Menganjurkan

dan membimbing

a. Siswa membentuk

kelompok yang

beranggotakan 4 orang

setiap kelompoknya

b. Siswa berdiskusi

permasalahan yang

tadi dengan anggota

kelompoknya

c. Guru menentukan

batas waktu untuk

berdiskusi secara

berkelompok

5 Elaborasi

(Tahap Write)

a. Mengonstruksi

argumen

b. Menarik

kesimpulan

c. Menuliskan hasil

kesimpulan

terakhirnya

a. Menganjurkan

dan membimbing

b. Memberi bantuan

a. Siswa mengonstruksi

argumen-argumen dari

temannya satu

kelompok

b. Siswa menuliskan

kesimpulan

terakhirnya setelah

berdiskusi dengan

temannya di kelompok

c. Guru mengumpulkan

hasil tulisan siswa

6 Konfirmasi dan

Penutup

a. Memberikan

pertanyaan

a. Memberikan

kesempatan

bertanya

b. Memberikan

evaluasi

c. Menyimpulkan

a. Siswa bertanya apabila

ada yang kurang jelas

b. Guru memberikan

jawaban kepada siswa

yang bertanya

c. Guru memberikan

evaluasi terhadap

pembelajaran pada hari

tersebut

d. Guru memberikan

kesimpulan akhir

tentang materi yang

diajarkan

Tahap terakhir adalah pengolahan dan analisis data. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi

berbentuk check list. Observasi digunakan untuk mengetahui tingkat

kemampuan berpikir kritis siswa saat penerapan strategi pembelajaran Think

Talk Write yang dilakukan selama tiga kali. Instrumen penelitian yang

digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi berbentuk checklist.

Dalam membuat lembar observasi diperlukan kisi-kisi sebagai acuan. Kisi-

Page 17: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

9

kisi dalam pembuatan lembar observasi ini diambil dari indikator yang akan

dinilai, yang sudah dipaparkan sebelumnya. Berikut Kisi-kisi tersebut :

Tabel 5 Kisi-kisi lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa

No Aspek yang diamati Soal

1 Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 1

2 Menjaga kondisi berpikir 2

3 Membuat ringkasan 3

4 Menunjukkan suatu posisi, orasi, atau tulisan 4

5 Memberikan penjelasan sederhana 5

6 Mengonstruksi argumen 6

7 Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki 7

8 Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis 8

9 Merumuskan solusi alternatif 9

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui kemampuan

berpikir kritis siswa yang berpedoman pada lembar observasi kemampuan

berpikir kritis siswa.

Selain menggunakan metode observasi berbentuk check list, Peneliti

juga menggunakan metode lain yaitu wawancara. Pada wawancara ini

peneliti ingin mengetahui tanggapan dan respons siswa dan guru terhadap

pembelajaran menggunakan metode Think Talk Write berbantuan media

animasi Flash ini, dalam mata pelajaran PKn. Ada pun pertanyaan yang

ditanyakan kepada siswa dan guru adalah : (1) bagaimana pendapat siswa

dan guru mengenai metode pembelajaran Think Talk Write ?; (2) bagaimana

pendapat siswa dan guru mengenai media animasi Flash yang digunakan ?

Dalam penelitian ini pembelajaran akan dikatakan efektif apabila

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran

strategi Think Talk Write berbantuan media animasi Flash, lebih baik atau

meningkat dibandingkan sebelum pembelajaran ini dilakukan. Hal ini nanti

dapat dilihat dari hasil lembar observasi dan hasil wawancara kepada guru

dan siswa.

4. Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan materi

menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, dimana pada

pertemuan pertama belum dilakukan treatment, pembelajaran berlangsung

seperti biasa. Pertemuan kedua guru sudah menerapkan penggunaan model

pembelajaran Think Talk Write berbantuan media animasi flash, dan

dilakukan juga pengambilan data. Dalam pertemuan ketiga guru beserta

peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan seperti yang dilakukan

pada pertemuan kedua.

Kegiatan pembelajaran yang terjadi selama proses penelitian

berlangsung adalah sebagai berikut; pada pertemuan pertama guru

Page 18: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

10

melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara yang biasa guru gunakan.

Siswa sudah siap dengan buku pegangan yang biasa digunakan dalam

pelajaran PKn, sehingga guru kemudian menjelaskan materi yang terdapat

di dalamnya. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa hanya mendengarkan

penjelasan guru. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi yang sedang dipelajari. Pada pertemuan kedua

dan ketiga dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 8. Tabel proses pembelajaran pertemuan 2 dan 3 Tahapan Pembelajaran Think

Talk Write

Proses Media

• Guru menjelaskan materi • Guru menjelaskan materi

secara singkat menggunakan

media adobe flash

• Adobe Flash

(Tahap Think)

• Siswa diberikan

permasalahan untuk

dipecahkan secara individu

terlebih dahulu

• Siswa memikirkan jawaban

permasalahan

• Siswa menulis jawaban di

lembar yang sudah disediakan

• Guru mengamatai dan

menjadi fasilitator

• Adobe Flash

• Lembar Jawaban

Individu

(Tahap Talk)

• Siswa dibagi menjadi 7

kelompok beranggotakan 4

siswa

• Siswa mendiskusikan

jawaban yang didapat dengan

temannya yang lain

• Guru menampilkan

permasalahan baru untuk

dipecahkan secara bersama-

sama

• Guru membagi kelompok

• Siswa berkelompok

• Siswa Berdiskusi

• Adobe Flash

(Tahap Write)

• Siswa mengonstruksi

argumen-argumen dari

temannya satu kelompok

• Siswa menuliskan kesimpulan

terakhirnya setelah berdiskusi

dengan temannya di

kelompok

• Guru menganjurkan,

membimbing dan memberi

bantuan

• Siswa mengonstruksi

argumen, menarik

kesimpulan, dan menuliskan

hasil kesimpulan terakhirnya

• Lembar Jawaban

Kelompok

Pada pertemuan kedua dan ketiga ini siswa dibentuk dalam

kelompok pada saat proses Talk. Siswa di bentuk ke dalam kelompok

heterogen sehingga di masing-masing kelompok terdapat siswa yang

prestasinya dikategorikan tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian siswa

tersebut didapat dari nilai siswa dan hasil diskusi dengan guru mata

pelajaran tersebut.

Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari observasi

menggunakan checklist untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa

selama pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write.

Tabel 9. Hasil rangkuman lembar observasi atau check list

No Indikator Pra-

Tindakan

Pertemuan

2

Pertemuan

3

1 Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

15 18 19

Page 19: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

11

2 Menjaga kondisi berpikir 10 13 20

3 Membuat ringkasan 22 28 28

4 Menunjukkan suatu posisi, orasi,

atau tulisan

10 11 24

5 Memberikan penjelasan

sederhana

3 4 15

6 Mengonstruksi argumen 7 9 15

7 Menarik kesimpulan dari hasil

menyelidiki

7 10 16

8 Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

7 10 15

9 Merumuskan solusi alternatif 6 8 17

Total 87 111 169

Persentase yang diperoleh dari skor pada lembar observasi diolah

untuk dihitung seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

dalam proses pembelajaran. Analisis dihitung menggunakan rumus [13] :

P = x 100%

Keterangan:

P : angka persentase

f : frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Skor persentase kemampuan berpikir kritis yang diperoleh kemudian

dikelompokkan sesuai penilaian berikut:

Tabel 7 Kriteria persentase kemampuan berpikir kritis siswa

Interval nilai Makna

81% - 100%

61% - 80%

41% - 60%

21% - 40%

0% - 20%

Sangat Baik

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Jelek / Sangat Tidak Baik

Kriteria tersebut berpedoman dari Tampubolon, 2014 [14]. Setelah

data diolah menggunakan rumus di atas hasil persentase yang didapat adalah

sebagai berikut :

Tabel 10. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan

treatment (pra-tindakan), pertemuan 2, dan pertemuan 3

No Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis

Pra-

Tindakan

(Pertemuan

1)

Pertemuan

2

Pertemuan

3

1 Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

53,58 % 64,29 % 67,86 %

2 Menjaga kondisi berpikir 35,72 % 46,43 % 71,43 %

3 Membuat ringkasan 78,58 % 100 % 100 %

Page 20: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

12

Rata-rata tahap Think 55,95 % 70,24 % 79,76 %

4 Menunjukkan suatu posisi,

orasi, atau tulisan

35,72 % 39,29 % 85,72 %

5 Memberikan penjelasan

sederhana

10,72 % 14,29 % 53,58 %

6 Mengonstruksi argumen 25 % 32,15 % 53,58 %

7 Menarik kesimpulan dari

hasil menyelidiki

25 % 35,72 % 57,15 %

Rata-rata tahap Talk 24,11 % 30,36 % 62,50 %

8 Mengemukakan kesimpulan

dan hipotesis

25 % 35,72 % 53,58 %

9 Merumuskan solusi alternatif 21,43 % 28,58 % 60,72 %

Rata-rata tahap Write 23,21 % 32,14 % 57,14 %

Total rata-rata 34,53 % 44,05 % 67,07 %

Pada tabel 10, Indikator 1 sampai 3 masuk ke tahap Think, Indikator

4 sampai 7 masuk ke tahap Talk dan Indikator 8 sampai 9 masuk ke tahap

Write. Dapat dilihat bahwa memang kemampuan berpikir kritis siswa masih

rendah dilihat dari hasil persentase pada pertemuan 1 (pra-tindakan). Pada

pertemuan pertama siswa cenderung lebih pasif karena siswa hanya

mendengarkan guru berceramah di depan kelas dan hanya membaca buku

yang telah mereka miliki.

Walaupun begitu terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa secara bertahap dari pra-tindakan ke pertemuan 1 dan ke pertemuan 2.

Pada indikator pertama yaitu Mengidentifikasi atau merumuskan

pertanyaan, kondisi awalnya adalah 53,58% yang termasuk ke dalam

kategori cukup baik, meningkat pada pertemuan 1 menjadi 64,29%

dikategorikan ke dalam kategori baik. Pada pertemuan kedua indikator ini

juga meningkat menjadi 67,86% tetapi masih termasuk ke dalam kategori

yang sama yaitu kategori baik. Sebagian dari siswa sudah memiliki

kemampuan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan yang cukup baik

pada kondisi awal dan kemudian setelah diterapkannya metode

pembelajaran ini, jumlah dari siswa yang memenuhi indikator ini meningkat

10,71% pada pertemuan pertama dan 14,28% pada pertemuan kedua. Ini

membuktikan bahwa metode pembelajaran ini memiliki dampak pada

peningkatan indikator berpikir kritis yang pertama.

Pada indikator kedua menjaga kondisi berpikir kondisi awal siswa

memiliki persentase 35,72% yang termasuk ke dalam kategori kurang baik.

Kebanyakan siswa masih tidak fokus dalam menjawab pertanyaan atau

permasalahan. Setelah dilakukannya treatment pada pertemuan pertama

memang tidak terjadi peningkatan yang besar hanya 10,71 % saja

peningkatan yang terjadi. Ini terjadi karena siswa masih kurang terbiasa

dengan metode pembelajaran ini, tapi pada pertemuan kedua siswa mulai

terbiasa dengan model pembelajaran ini. Bila dilihat dari hasil persentase

pada pertemuan kedua yang sebesar 71,43% terjadi peningkatan sebesar

35,71 %. Ini menandakan bahwa banyak siswa yang mulai fokus untuk

dapat memecahkan masalah yang diberikan.

Page 21: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

13

Pada indikator ketiga membuat ringkasan pada proses pembelajaran

biasa siswa sudah banyak yang terbiasa membuat ringkasan. Ini terlihat dari

persentase data awal yaitu sebesar 78,58% yang dikategorikan Baik. Setelah

pemberian treatment hasil persentase yang didapat sama atau tetap pada

pertemuan 1 dan 2 yaitu sebesar 100%. Hal tersebut dikarenakan guru

melalui metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk membuat ringkasan

atau catatan kecil atas jawaban atau informasi yang diperoleh dalam proses

pemecahan masalah sebelumnya. Dengan membiasakan siswa membuat

ringkasan akan merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah

membaca.

Indikator selanjutnya adalah indikator 4 yaitu menunjukkan suatu

posisi, orasi, atau tulisan. Pada indikator ini kondisi awalnya adalah 35,72 %

termasuk ke dalam kategori yang kurang baik. Ini menunjukkan banyak

siswa yang masih malu-malu dalam menunjukkan hasil tulisannya kepada

teman yang lain. Begitu juga pada pertemuan pertama dilihat dari

peningkatan yang hanya sebesar 3,57% , siswa masih malu-malu sehingga

membuat proses diskusi menjadi sedikit terhambat karena siswa yang aktif

hanya sedikit. Namun pada pertemuan kedua, setelah melihat kondisi pada

pertemuan pertama peniliti dan guru berdiskusi untuk memperbaiki hal ini

dengan cara memberikan sedikit pengarahan dan motivasi kepada siswa.

Pemberian motivasi ini tidak sia-sia karena hasil persentase yang didapat

menjadi 85,72 % yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Siswa tidak

malu-malu lagi dalam menunjukkan hal tulisan atau ringkasan yang telah

mereka buat.

Indikator kelima masih berhubungan dengan indikator keempat,

dimana setelah menunjukkan ringkasan kecilnya siswa diminta untuk

memberikan juga penjelasan sederhana kepada teman-temannya yang lain.

Sayangnya dalam proses ini banyak siswa yang hanya memberikan catatan

kecilnya kepada temannya yang lain dan kemudian setelah itu mereka tidak

mau menjelaskan apa yang ditulisnya tadi. Ini mengakibatkan hasil

persentase pada kondisi awal yang masuk dalam kategori sangat tidak baik

yaitu sebesar 10,72% masih sama terjadi pada pertemuan pertama yang

hanya meningkat sebesar 3,57%. Pada pertemuan kedua siswa setelah

diarahkan, sebagian akhirnya mau menjelaskan ringkasan yang telah mereka

buat dan persentase yang didapatpun meningkat menjadi 53,58%.

Pada indikator ke enam, setelah siswa mendengarkan dan membaca

pendapat dari teman sekelompoknya, siswa diharapkan mampu

mengonstruksi argumen dari teman-temannya tersebut. Pada kondisi awal

siswa yang mampu melakukan indikator tersebut hanya sebesar 25 % yang

kemudian meningkat menjadi 32,15% pada pertemuan pertama, tetapi

sayangnya kedua persentase tersebut masih digolongkan ke dalam kategori

yang kurang baik. Ini disebabkan karena masih kurang terbiasanya siswa

melakukan indikator hal ini. Setelah mulai terbiasa akhirnya indikator ini

meningkat menjadi 53,58% pada pertemuan kedua.

Indikator ketujuh, setelah siswa mengonstruksi argumen, diharapkan

siswa mampu menarik satu kesimpulan yang tepat dari argumen-argumen

yang sudah diutarakan oleh temannya. Kondisi awal yang hanya 25% pada

pertemuan pertama mulai meningkat menjadi 35,72% walaupun masih

Page 22: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

14

dalam kategori yang sama yaitu kurang baik. Pada pertemuan kedua melihat

hal tersebut akhirnya guru berinisiatif untuk memberikan pancingan-

pancingan kepada siswa agar siswa mampu menarik kesimpulan dengan

baik. Pancingan-pancingan tersebut berupa pengungkapan kata-kata kunci

atau kata-kata pokok agar gagasan atau ide kreatif siswa dapat muncul.

Terbukti dengan melakukan hal tersebut persentase pun meningkat menjadi

57,15% yang digolongkan ke dalam kategori cukup baik.

Setelah mampu menarik kesimpulan, Pada indikator 8 ini siswa

diminta untuk menuliskan kesimpulannya tersebut ke dalam kertas yang

kemudian dikumpulkan untuk mengetahui apakah siswa mampu menarik

kesimpulan dengan tepat. Dari hasil yang diperoleh pada pertemuan kedua

sebagian siswa sudah mampu menarik kesimpulan dengan tepat. Hasil yang

diperoleh sebesar 53,58% termasuk ke dalam kategori cukup baik dari

sebelumnya yang hanya 25% yang termasuk ke dalam kategori kurang baik.

Pada indikator terakhir siswa diharapkan mampu memberikan solusi

alternatif dari permasalahan yang sudah diberikan. Di sini kondisi awal

memiliki kategori yang kurang baik sebesar 21,43%, dikarenakan dalam

pembelajaran biasa siswa jarang diberi kesempatan untuk mencari solusi

alternatif sendiri terhadap suatu pertanyaan atau permasalahan yang

diberikan. Sehingga pada pertemuan pertama siswa masih sulit melakukan

hal ini dan didapat hasil sebesar 28,58% yang juga dikategorikan kurang

baik. Pada pertemuan kedua hasil yang didapat sebesar 60,72% yang

menandakan siswa mulai mampu membiasakan diri dalam mencari solusi

alternatif sendiri.

Situasi pembelajaran pada pertemuan kedua siswa masih sedikit

bingung dalam penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Situasi ini terlihat dari masih ditemukannya siswa yang kurang paham

dengan kegiatan yang harus dilakukan. Selain itu masih banyak terdapat

siswa yang belum terbiasa dengan proses pemecahan masalah yang

kemudian harus dituliskan dalam catatan kecil. Kemudian dari yang peneliti

amati siswa belum terbiasa dalam melakukan proses diskusi. Ini terlihat dari

masih banyak siswa yang malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya

kepada teman yang lain. Siswa yang antusias dalam mengungkapkan dan

menjelaskan pendapatnya masih sangat sedikit.

Situasi pembelajaran pada pertemuan ketiga siswa mulai terbiasa

dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan Adobe

Flash ini. Ini terlihat dari siswa tidak lagi banyak bertanya soal kegiatan

yang harus dilakukan. Siswa juga mulai terbiasa dengan proses pemecahan

masalah yang kemudian harus dituliskannya ke dalam catatan kecil. Dari

yang peneliti amati pada pertemuan ketiga ini siswa sudah dapat berdiskusi

dengan baik antar sesama siswa. Siswa tidak malu-malu lagi dalam

mengungkapkan pendapatnya kepada teman yang lain, sehingga pada proses

pembelajaran tahap Talk dapat berjalan dengan baik. Bila diamati dan

dibandingkan antara pertemuan kedua dan pertemuan ketiga, pada

pertemuan ketiga ini pembelajaran menjadi lebih efektif, lebih baik, lebih

hidup, dan lebih terkontrol dibandingkan pada pertemuan sebelumnya.

Bila dirata-rata hasil yang didapat dari pra-tindakan sampai

pertemuan kedua, menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa secara

Page 23: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

15

keseluruhan meningkat pada setiap pertemuan dari kondisi awal sebesar

34,53% yang digolongkan ke dalam kategori kurang baik meningkat

menjadi 44,05% yang termasuk ke dalam kategori cukup baik dan

meningkat lagi pada pertemuan kedua menjadi 67,07% yang termasuk ke

dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think

Talk Write (TTW) berbantuan media interaktif, efektif dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) di kelas 5 SD Negeri Tingkir Lor 01 Salatiga. Hal

terebut dapat dilihat dalam grafik berikut :

Grafik 1. Grafik kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan

treatment (pra-tindakan), pertemuan 2, dan pertemuan 3

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada guru dan siswa,

menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Talk Write ini mampu

membantu siswa dalam proses pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa,

model pembelajaran seperti ini membantu mereka dalam mengemukakan

pendapat mereka dan membantu mereka dalam memecahkan masalah.

Guru juga berpendapat bahwa dengan metode pembelajaran seperti

ini suasana kelas menjadi lebih hidup ketimbang menggunakan metode

ceramah tanpa adanya variasi seperti yang biasa beliau lakukan. Siswa yang

biasanya kurang aktif dalam menyuarakan pendapatnya menjadi lebih aktif

menyuarakan pendapatnya kepada teman-temannya. Masih menurut guru,

siswa sekarang menjadi lebih kritis bila diberikan permasalahan baru, dari

evaluasi yang sudah dilakukan.

Media yang digunakan yaitu media animasi Flash juga menjadi

pertanyaan wawancara kepada guru dan siswa. Siswa mengatakan bahwa

media animasi Flash ini sangat menarik dan membuat siswa lebih tertarik

dalam mengikuti proses pembelajaran. Menjadi menarik di mata siswa

karena, mereka mengatakan bahwa media tersebut memiliki background

warna yang cerah dan di dalamnya tidak banyak terdapat tulisan tetapi

banyak memuat gambar dan animasi yang menarik bila dilihat.

Menurut Guru sendiri media animasi Flash yang telah dibuat peneliti

sudah sangat baik, karena mengandung unsur-unsur yang membuat siswa

tertarik untuk melihatnya. Siswa tidak perlu lagi terpaku pada buku teks

yang isinya kebanyakan tulisan dan biasanya tidak dibaca juga oleh siswa

Page 24: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

16

karena tidak menarik bagi mereka. Kesimpulan akhir dari hasil wawancara

tersebut intinya adalah model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

memberikan manfaat yang baik bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Media yang digunakan pun juga sudah dapat menunjang pembelajaran

dengan baik karena dengan media pembelajaran tersebut siswa lebih tertarik

atau antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dilihat dari hasil olah data dan wawancara yang didapat, dengan

menerapkan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan

media animasi Flash, kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dari

sebelum dilakukannya strategi pembelajaran ini. Siswa menjadi lebih kritis

dalam menjawab permasalahan yang disajikan. Siswa juga menjadi lebih

aktif dalam berdiskusi dengan teman kelompoknya, dan tidak malu-malu

lagi dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa

strategi pembelajaran Think-Talk-Write telah memenuhi tujuan dalam

pembelajaran ini yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,

sehingga bisa dikatakan pembelajaran tersebut efektif dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

5. Simpulan dan Saran

Dengan langkah-langkah pembelajaran : (1) siswa menganalisis

permasalahan (Think); (2) siswa membentuk kelompok diskusi dan

mendiskusikan apa yang telah mereka dapat dengan temannya yang lain

(Talk); (3) siswa menuliskan hasil yang didapat saat diskusi (Write), Siswa

mampu berpikir lebih kritis. Hal ini terlihat dengan adanya keterlibatan

siswa secara aktif dan kreatif yang semakin lama semakin baik selama

pembelajaran. Hal tersebut juga didukung dengan hasil olah data yang

menunjukkan, rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

sebelum pemberian treatment (pertemuan 1) sebesar 34,35 %, meningkat

menjadi 44,05 % pada pertemuan kedua dan meningkat lagi pada pertemuan

ketiga menjadi 67,07 %, sehingga strategi pembelajaran ini dapat dikatakan

efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Saran yang diusulkan bagi guru, Strategi pembelajaran Think Talk

Write ini bisa menjadi variasi guru dalam mengajar, agar pembelajaran tidak

monoton menggunakan pembelajaran konvensional seperti biasa tanpa dana

variasi lain. Bila guru ingin menggunakan strategi pembelajaran ini ke

depannya, hendaknya lebih memaksimalkan lagi penggunaan media

pembelajaran, pada saat menerapkan model pembelajaran Think Talk Write,

agar ketertarikan dan keterlibatan siswa pada saat pembelajaran lebih baik

lagi. Pengaturan waktu juga harus diperhatikan, agar dapat membantu

kelancaran pembelajaran yang telah direncanakan sehingga dapat

memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.

Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan

jika akan melakukan penelitian pada bidang dan metode yang sama. Hasil

penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan

peneliti lain dan implikasi terhadap penelitian yang akan dilakukan. Untuk

penelitian selanjutnya lebih dikembangkan konsep pembelajaran strategi

Think-Talk-Write ini, kemudian lebih banyak libatkan indikator kemampuan

berpikir kritis siswa yang diukur dalam proses pembelajaran.

Page 25: Efektivitas Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10701/2/T1_702011005_Full... · SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD . 1David Febriant

17

Daftar Pustaka

[1] Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta:Sekretariat Negara.

[2] Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta.

[3] Fisher, Alec. (2007). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Diterjemahkan

oleh Benyamin Hadinata.(2009). Jakarta:R.Erlangga.

[4] Zulkarnaini. (2011). Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

dan Berpikir Kritis. Edisi Khusus No.2, 144-153. Tersedia di

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&c

d=1&cad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.upi.e

du%2Ffile%2F15-Zulkarnaini-

EDIT.pdf&ei=Lnb4UcrlLsWErgf6ooHIBw&usg=AFQjCNH4X__O

J_SCasjEbL5FTTVcRAvWXA&sig2=9FWrKESaKeAwey5T48GF

PA&bvm=bv.49967636,d.bmk [diakses pada September 2015].

[5] Hikmawati, Rully Khusna. (2013). Keefektifan Strategi Pembelajaran

TTW (Think Talk Write) Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

[6] Ma’rifah, Nurul. (2014). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Melalui Model Cooperative Tipe Think Pair Share Dalam

Pembelajaran PKN Siswa Kelas V SD Negeri 3 Puluhan Trucuk

Klaten. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

[7] Cottrell, Stella. (2005). Critical Thinking Skills : Developing Effective

Analysis and Argument. New York: Palcrave Macmillan.

[8] Saputra, Hery. (2013). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-

Write. Sains Riset Volume 3 - No.

[9] Wiyanata L. dkk. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

Dengan Strategi Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Menulis

Rangkuman Dan Pemahaman Matematis Materi Integral.

[10] Ennis, Robert H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline

of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Tesedia di

http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureo

fCriticalThinking_51711_000.pdf [diakses pada September 2015].

[11] Santrock, J. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

[12] Anggoro, M. Toha.(2011). Metode Penelitian.Jakarta : Universitas

Terbuka.

[13] Sodijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT

Grafindo.

[14] Tampubolon, Saur. (2014). Penelitian tindakan kelas : sebagai

pengembangan profesi pendidik dan keilmuan. Jakarta : Erlangga.

[15] Komariah, Aan. dkk. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara