efektivitas pendekatan saintifik dengan media …

12
Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 1 EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA BOOKLET HIGHER ORDER THINKING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA DI KABUPATEN WAJO Ahmad Yani 1 , Muhsyanur 2 , Sahriah 3 , Haerunnisa 4 , Sri Salmawati 5 1,2,3,4 STKIP Puangrimaggalatung Sengkang Jl. Sultan Hasanuddin No. 27 Sengkang Sulawesi Selatan 5. Program Studi Pendidikan Biologi IAIN Ambon E-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pendekatan saintifik dengan menggunakan media booklet Higher Order Thinking (HOT) terhadap hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 di Kabupaten Wajo tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengambilan menggunakan metode cluster random sampling, dengan rancangan penelitian true experimental design dengan pola posttest only control design. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil post-test, data aktivitas siswa diperoleh berdasarkan hasil penilaian observer dan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran diperoleh melalui angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki hasil belajar lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Ketuntasan klasikal yang dicapai kelas eksperimen sebesar 82,40% sedangkan kelas kontrol sebesar 54,80%. Presentase aktivitas siswa kelas eksperimen sebesar 78,50% sedangkan kelas kontrol sebesar 67,30%. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pendekatan saintifik dengan media booklet HOT dan penilaian positif terhadap booklet HOT. Pengujian signifikansi perbedaan dengan uji t menunjukkan bahwa berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbantuan booklet HOT efektif terhadap pencapaian hasil belajar. Kata Kunci: Pendekatan Saintifik, Higher Order Thinking, Hasil Belajar Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu rendahnya mutu pendidikan. Walaupun berbagai upaya yang telah dilakukan, namun hingga kini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang pendidikan dasar dan menengahm maupun pada jenjang perguruan tinggi (Wenno, 2010). Hasil PISA pertama pada tahun 2003 kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada urutan 38 dari 40 peserta, tahun 2006 peringkat Indonesia berada pada urutan 50 dari 57 negara, tahun 2009 Indonesia berada pada peringkat 66 dari 67 negara peserta, pada tahun 2012 berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta terakhir pada tahun 2015 menempati peringkat 69 dari 76 negara peserta (OECD, 2005; OECD, 2007; OECD,

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 1

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA BOOKLET

HIGHER ORDER THINKING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA SMA DI KABUPATEN WAJO

Ahmad Yani1, Muhsyanur2, Sahriah3, Haerunnisa4, Sri Salmawati5 1,2,3,4 STKIP Puangrimaggalatung Sengkang Jl. Sultan Hasanuddin No. 27 Sengkang

Sulawesi Selatan 5.Program Studi Pendidikan Biologi IAIN Ambon

E-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pendekatan saintifik

dengan menggunakan media booklet Higher Order Thinking (HOT) terhadap hasil

belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 di Kabupaten Wajo tahun ajaran

2016/2017. Teknik pengambilan menggunakan metode cluster random sampling,

dengan rancangan penelitian true experimental design dengan pola posttest only control

design. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil post-test, data aktivitas siswa

diperoleh berdasarkan hasil penilaian observer dan data tanggapan siswa terhadap

pembelajaran diperoleh melalui angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas

eksperimen memiliki hasil belajar lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Ketuntasan

klasikal yang dicapai kelas eksperimen sebesar 82,40% sedangkan kelas kontrol sebesar

54,80%. Presentase aktivitas siswa kelas eksperimen sebesar 78,50% sedangkan kelas

kontrol sebesar 67,30%. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan

pendekatan saintifik dengan media booklet HOT dan penilaian positif terhadap booklet

HOT. Pengujian signifikansi perbedaan dengan uji t menunjukkan bahwa

berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbantuan booklet HOT efektif

terhadap pencapaian hasil belajar.

Kata Kunci: Pendekatan Saintifik, Higher Order Thinking, Hasil Belajar

Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu rendahnya mutu

pendidikan. Walaupun berbagai upaya yang telah dilakukan, namun hingga kini mutu

pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang pendidikan

dasar dan menengahm maupun pada jenjang perguruan tinggi (Wenno, 2010). Hasil

PISA pertama pada tahun 2003 kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada

urutan 38 dari 40 peserta, tahun 2006 peringkat Indonesia berada pada urutan 50 dari 57

negara, tahun 2009 Indonesia berada pada peringkat 66 dari 67 negara peserta, pada

tahun 2012 berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta terakhir pada tahun 2015

menempati peringkat 69 dari 76 negara peserta (OECD, 2005; OECD, 2007; OECD,

Page 2: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 2

2010; OECD, 2012; BBC, 2015). Selain itu, menurut The Political and Economic Risk

Consultancy (PERC) yang merupakan lembaga konsultan dari Hongkong menyatakan

kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, Indonesia berada di peringkat ke12 dari

negara-negara di Asia (Noviar & Hastuti, 2015).

Tantangan masa depan menuntut pembelajaran, khususnya pembelajaran sains

lebih mengembangkan higher order of thinking (HOT). Ironisnya, pembelajaran pada

kenyataannya masih banyak yang semata berorientasi pada upaya mengembangkan dan

menguji daya ingat peserta didik sehingga kemampuan berfikir peserta didik direduksi

dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Tan & Halili, 2015).

Selain itu, hal tersebut juga berakibat peserta didik terhambat dan tidak berdaya

menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara

kreatif (Bahr, 2010). Pembelajaran biologi tidak hanya sekedar menghafal materi,

memahami konsep, dan transfer ilmu dari guru kepada siswa. Namun pembelajaran

biologi harus memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir siswa seperti

kemampuan menalar, karena ilmu biologi sangat terkait dengan kehidupan nyata. Hal

tersebut sejalan dengan assessment framework dalam TIMSS 2011 bahwa

pengembangan dimensi kognitif mencakup tiga ranah kemampuan yaitu pengetahuan

(knowing), penerapan (applying), dan penalaran (reasoning).

Kemampuan penalaran merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher

Order Thinking Skill/HOTS) yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh siswa. Dengan

demikian pembelajaran harus mampu melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

sehingga menumbuhkan daya nalar yang baik. Menurut Paul (1990) pentingnya

kehidupan anak dilatih untuk berpikir tingkat tinggi, yaitu anak bisa memahami

informasi, berpikir yang berkualitas, mencapai hasil akhir berkualitas sehingga menjadi

mandiri. Semakin baik kemampuan berpikir siswa akan berdampak baik tehadap hasil

belajar siswa.

Perubahan kurikulum merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu melalui perubahan kurikulum dari kurikulum

KTSP menjadi kurikulum 2013. Penerapan kurikulum ditandai dengan perubahan

pendekatan pembelajaran saintifik, guru memiliki kebebasan berinovasi dan memilih

model pembelajaran yang diterapkan di kelas untuk menciptakan pembelajaran yang

berpusat pada siswa serta, menggunakan sumber dan media pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran Biologi. Tuntutan

kurikulum saat ini mengharapkan siswa memiliki kecakapan kognitif, kemampuan

dalam dunia nyata, dan berakhlak mulia serta lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran nantinya guru sebagai sumber informasi utama akan berubah

menjadi pembelajar yang lebih ideal dengan permasalahan yang real dan berorientasi

pada siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terlibat

aktif dalam mencari informasi (Insyasiska, Zubaidah, & Susilo, 2015). Guru dalam

Page 3: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 3

konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar sehingga menuntut guru

mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar. Tuntutan dari

kurikulum adalah siswa dan guru harus lebih aktif (Pratiwi, Suwono, & Handayani,

2013). Siswa harus aktif dalam kegiatan belajar sedangkan guru harus aktif dalam

menyiapkan perangkat pembelajaran dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar agar

pembelajaran lebih efektif.

Pembelajaran biologi yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan siswa

untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan

kemampuan berfikir dan kreativitas serta kompetensi siswa. Pembelajaran biologi yang

berpusat pada siswa dimaksudkan untuk melibatkan siswa dalam mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya sehingga siswa lebih dominan dalam pembelajaran. Hal tersebut

dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri siswa. Selain

itu, proses pembelajaran biologi harus berdasarkan data dan fakta ilmiah agar diperoleh

suatu pembelajaran yang bermakna. Permasalahan pembelajaran sains (termasuk fisika,

biologi, dan kimia) antara yaitu kreativitas, bahan ajar/bahan kajian. Hal tersebut sesuai

dengan teori bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah

pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik

menggunakan observasi, eksperimen, maupun cara lainnya sehingga realitas yang akan

berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat

dipertanggungjawabkan (Agus Sujarwanta, 2012:75).

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Sengkang Kabupaten Wajo,

pembelajaran biologi masih bergantung pada penjelasan guru. Pola pembelajaran di

kelas selama ini sering menggunakan metode ceramah, presentasi dan guru lebih

berperan aktif dalam pembelajaran. Karena keterlibatan siswa kurang, sehingga

pembelajaran menjadi pasif dan siswa kurang kritis dalam menerima pembelajaran.

Wawancara dengan guru menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam

mengerjakan soal C4-C6 masih taraf sedang, karena siswa kurang dilatih untuk berfikir

tingkat tinggi. Belum adanya sumber belajar yang melatih kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa, menjadi salah satu faktor penyebab pembelajaran kurang mandiri.

Berdasarakan hasil observasi, faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi persentase

ketuntasan belajar pada materi plantae yang dicapai pada tahun ajaran 2014/2015 hanya

mencapai 60%. Tingkat hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh potensi siswa tetapi

juga pendekatan dan sumber pembelajaran yang mendukung serta relevan. Tingkat

berpikir siswa tidak dapat lepas dari pengaruh pendekatan, strategi, model dan sumber

belajar yang digunakan oleh guru. Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan

berpikir dan berbuat yang diawali dengan mengamati (Observing) dan menanya

(Questioning) sampai kemudian mereka berupaya untuk mengumpulkan data, mencoba

(Experimen-ting), menalar/mengolah informasi (Associating), dan akhirnya dapat

mengkomunikasikan (Communicating) hasil. Melalui salah satu kegiatan tersebut,

Page 4: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 4

seperti kegiatan mengamati gambar siswa dapat secara langsung menceritakan kondisi

sebagaimana yang dituntut dalam Kompetensi Dasar (KD) dan indikator, serta mata

pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia (Pemendikbud,

2013). Kegiatan-kegiatan tersebut menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pendekatan saintifik berpusat pada

student center dan menekankan partisipasi aktif siswa terhadap sumber belajar melalui 5

langkah belajar. Langkah menanya pada pendekatan saintifik sangat diperlukan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui pemberian beberapa pertanyaan

yang bervariasi berdasarkan pada taksonomi kognitif Bloom. Merujuk teori

konstruktivis, siswa dalam belajar dipandang sebagai subyek yang harus membangun

pengetahuannya sendiri secara aktif salah satunya melalui bertanya. Menurut Piaget,

pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila siswa tidak

mengolah dan membentuknya sendiri (Suparno, 2001). Oleh karena itu, perlu

memadukan pendekatan yang tepat dan sumber belajar yang relevan guna menunjang

kemampuan berfikir sehingga siswa dapat mengasosiasi dan mengakomodasi skema

yang telah dimilikinya.

Booklet merupakan salah satu jenis sumber belajar by design. Booklet atau

brosur dapat digunakan sebagai media pembelajaran selama sajiannya diturunkan dari

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, agar tidak terlalu banyak kontent

didesain hanya memuat satu kompetensi dasar saja. Gambar, grafik organizer seperti

diagram v, diagram fish bone, tabel, variasi soal-soal, dan materi yang terdapat dalam

Booklet Plantae HOTS mampu mendukung pengembangan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian Hapsari (2012), ada pengaruh

secara signifikan penggunaan diagram V (Vee) dalam pembelajaran biologi terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan penelitian Lewy (2009), pemberian

variasi soal berpikir tingkat tinggi memiliki potensial efek terhadap kemampuan

berpikir siswa serta dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat berpikir

siswa. Materi plantae merupakan materi yang diajarkan pada kelas X Semester 2 sesuai

kurikulum 2013. Ruang lingkup materi plantae sangatlah berkaitan dengan lingkungan

kehidupan siswa sehingga penting untuk diberikan kepada siswa. Seringkali materi ini

dianggap tidak terlalu penting karena mudah dipelajari. Namun, berdasarkan hasil

survey Howell et al. (2012) masih banyak siswa tidak paham tentang konsep-konsep

yang dianggap penting oleh pengajar, salah satunya yaitu terhadap materi ekologi. Hal

tersebut diperkuat melalui hasil observasi di SMA Negeri 2 Sengkang terhadap hasil

belajar pada materi plantae tahun 2015/2016 belum memuaskan, hanya mencapai 50%.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

menganalisis efektivitas pendekatan saintifik dengan Media Booklet Higher Order

Thinking Skill terhadap Hasil Belajar, mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap

Page 5: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 5

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan renspon siswa terhadap

media pembelajaran booklet HOT.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan menggunakan desing “true

esprimental design” yaitu posttest only control design dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Penelitian Non Equivalent Pretest-posttest Control Group Design

Kelas Perlakuan Post-tes

Ekspriment Diterapkan pendekatan saintifik dengan media

booklet

Tes evaluasi

Kontrol Diterapkan pembelajaran konvensional Tes evaluasi

Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMA

Negeri 2 Sengkang Kab. Wajo tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel

dilakukan denggan teknik simple random sampling, terdiri atas satu kelas kontrol dan

satu kelas eksprimen masing-masing terdiri atas 33 siswa. Kelas eksprimen diberikan

treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik

menggunakan media booklet HOT, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran

tanpa menggunakan media dan konvensional. Penelitian ini terdiri atas satu variabel

bebas yaitu pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan media

booklet HOT dan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa. Teknik pengambilan data

dilakukan dengan metode tes dan penyebaran angket. Nilai tes yang diperoleh melalui

post-test. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas perangkat

pembelajaran (silabus, RPP, dan booklet), tes hasil belajar kognitif, angket tanggapan

siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan media booklet HOT

dan tanggapan siswa terhadap booklet HOT. Analisis data yang digunakan yaitu uji

normalitas, homogenitas, uji kesamaan dua rata-rata, uji ketuntasan pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian meliputi hasil belajar siswa, tanggapan siswa terhadap

penerapan pendekatan saintifik dengan media booklet dan tanggapan siswa terhadap

booklet HOT. Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian yang telah dilakukan pada

kelas sampel yaitu kelas MIA-2 sebagai kelas eksprimen dan kelas X MIA-1 sebagai

kelas kontrol. Data hasil belajar (post-test) kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel. 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Ekprimen dan Kelas Kontrol

Deskripsi Kelas Eksprimen Kelas Kontrol

Banyaknya siswa 33 32

Rata-rata 73 61

Nilai tertinggi 87 73

Nilai terendah 57 40

Ketuntasan 82,4% 54,8%

Page 6: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 6

Pada Tabel 2. Terlihat bahwa rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksprimen

lebih tinggi dari kelas kontrol. Untuk membuktifikan apakah tes hasil belajar kognitif

kedua kelas sampel berbeda secara saignifikan atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis.

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas. Hasil uji normalitas dan homogenitas tes akhir kelas sampel dapat dilihat

pada Tabel 3 dan Tabel 4. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas kedua sampel

terdistibusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Oleh karena itu, untuk

menguji hipotesis digunakan uji t dan data hasil uji hipotesis disajikan pada Gambar 1.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Post-tes Kelas Sampel

Kelas N α

Analisis Distribusi

Eksprimen 33 0.05 8.376 11.07

Normal

Kontrol 32 0.05 3.761 11.07

Normal

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Post-tes Kelas Sampel

Kelas S2 Fh Ft Analisis Distribusi

Eksprimen 50.946 3.287 3.841 Fh<Ftabel Homogen

Kontrol 97.65

Gambar 1. Uji Hipotesis Pihak Kanan

Berdasarkan pada Gambar 1. diperoleh dengan dk = dan

peluang ; α 5% sehingga Ho ditolak, artinya rata-rata nilai evaluasi kelompok

eksprimen lebih baik dari kelompok kontrol. Sedangkan hipotesis ketuntasan hasil

belajar secara individual dengan menggunakan statistik z diperoleh hasil perhitungan

didapat dari daftar normal baku dengan

diperoleh , sehingga Ho diterima. Artinya presentase siswa yang tuntas

individual dengan nilai KKM 75 lebih dari atau sama dengan 75%. Hasil analisis

aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 7: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 7

Tabel 4. Presentase Aktifitas Siswa pada Saat Pembelajaran Berlangsung

No

. Aspek Yang Diamati

Eksprimen Kontrol

Presentase Rata-

rata Presentase

Rata-

rata

A Aktivitas umum

1. Keaktifan siswa dalam berdiskusi

2. Siswa dalam mengerjakan tugas atau lembar

diskusi

91,60

75

83,33

75

50

62,5

B Aktivitas berpikir kritis

1. Keaktifan siswa bertanya dalam memperoleh

informasi dan pemahaman saat berdiskusi

2. Keaktifan siswa menjawab pertanyaan dan

mengungkapkan ide

3. Keaktifan siswa mencari tahu tentang

pembelajaran melalui kegiatan pengamatan,

membaca, dll.

4. Keaktifan siswa mempresentasikan hasil

pekerjaan

5. Keaktifan siswa melakukan evaluasi dengan

cara memberikan tanggapan dan sanggahan

kepada temannya

58,30

50

100

50

50

61,6

41,60

25

25

-

-

31,1

C Aktivitas berpikir kreatif

1. siswa menghubungkan konsep materi dalam

bentuk skema, gambar, diagram atau tabel

2. Keaktifan siswa mendesain percobaan melalui

kegiatan merumuskan masalah, tujuan,

hipotesis dan langkah kerja

41,60

75

58,3

-

-

D Aktivitas berpikir pemecahan masalah

1. Keaktifan siswa menghubungkan sebab akibat

dari suatu permasalahan.

2. Keaktifan siswa dalam memberikan solusi

dari suatu permasalahan

25

37.50

31,25

-

-

Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa siswa menanggapi secara positif

terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan media booklet,

presentase yang diperoleh sebesar 92%, sedangkan tanggapan siswa terhadap booklet

HOT yaitu 94% menaggapi positif dari segi kemudahan dalam memahami isi, ilustrasi

dan kejelasan materi serta penggunaan bahasa. Berdasarkan data hasil penelitian yang

tertera pada Tabel 1 tentang penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan

booklet HOT efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA di

SMA Negeri 2 Sengkang Kabupaten Wajo. Pada Tabel 1, terlihat bahwa rata-rata hasil

belajar siswa pada kelas eksprimen lebih tinggi dari kelas pada kelas kontrol. Selain itu,

penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan media booklet HOT pada materi

Plantae dikatakan efektif karena ketuntasan belajar siswa kelas eksprimen tergolong

Page 8: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 8

tinggi (82,4%). Hal ini disebabkan karena pendekatan saintifik menekankan pada proses

ilmiah yang dilakukaan dalam pada saat pembelajaran yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosikan (mengolah informasi) dan mengomunikasikan

(5M). Pencapain hasil belajar biologi siswa tidak terlepas dari hakekat pembelajaran

pendekatan santifik, bahwa dalam saintifik siswa menemukan sendiri konsep-konsep,

yang dipelajari. Menurut Marjan, Arnyana, & Setiawan (2014) secara teoritis,

pembelajaran pendekatan saintifik sangat memposisikan siswa sebagai pusat dalam

pembelajaran (student centered), sehingga memberikan peluang pada peningkatan hasil

belajar, pandangan paham konstruktivisme tentang pembelajaran bahwa, keterlibatan

aktif siswa dalam pembelajaran memiliki peran yang penting dalam mengkonstruksi

pemahaman dalam pikirannya.

Hasil uji hipotesis diperoleh th > tt, data ini menunjukkan bahwa hasil belajar

kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan dari kelas kontrol, artinya

penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan media booklet HOT efektif

terhadap hasil belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 2 Sengkang Kabupaten Wajo.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian melalui penerapan pendekatan saintifik

berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif dan dapat meningkatkan ketuntasan

klasikal berdasarkan standar yang ditetapkan (Machin, 2013).

Hasil analisis aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung berada

pada kategori tinggi, hal ini terlihat hasil observasi aktivitas siswa melalui aktifitas

umum dalam pembelajaran dan proses berfikir tingkat tinggi (HOT) yaitu berfikir kritis,

berfikir kreatif, dan befikir dalam pemecahan masalah. Terlihat perbedaan yang

saignifikan aktifitas siswa kelas eksprimen dan kelas kontrol pada aspek HOT. Hal ini

disebabkan karena media yang digunakan pada kelas eksprimen dirancang untuk

melatih kemampuan berfikir siswa yaitu berfikir kritis, berfikir kreatif dan pemecahan

masalah yang disajikan pada booklet materi Plantae. Booklet dikembangkan

berdasarkan indikator kemampuan berfikir tingkat tinggi dan disusun berdasarkan

prosedur pendekatan saintifik. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa (Anwar & Lestari, 2016) dan meningkatkan

keterampilan proses sains (Paulo & Cruz, 2015). Menurut Jensen & Lawson (2011)

dampak positif yang dapat diperoleh oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar

yang mengimplementasikan pendekatan saintifik adalah terciptanya sistem

pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan serta kreatifitas tinggi

yang mutlak diperlukan untuk meningkatkan motivasi belajar yang besar pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa (Yerimadesi, Putra, & Ririanti, 2017).

Proses pembelajaran yang dilakukan mendapat respon positif dari mahasiswa

dan begitu juga dengan media yang digunakan. Media booklet yang dikembangkan telah

melalui proses penelitian pengembangan (R&D) dalam bidang pendidikan. Booklet

Page 9: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 9

yang dikembangkan dirancangan berbasis HOT dan dikembangkan berdasarkan alur

pembelajaran saintifik.

Adapun tahapan tersebut yaitu: tahap stimulation, siswa diminta untuk

mengamati gambar atau tabel yang disajikan pada pada booklet, sehingga siswa menjadi

terangsang dan termotivasi untuk mempelajari materi yang akan dipelajari. Tahap ini

merupa kan tahap yang berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang

dapat me nyumbangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan (Hosnan,

2014).

Tahap problem statemen (identifikasi masalah), melalui modul dan bimbingan

guru siswa mengidentikasi permasalahan-permasalahan yang didapatkan pada tahap

stimulation, kemudian merumuskan dan menuliskan hipotesis awal pada lembaran yang

disediakan pada booklet. Pada kelas eksperimen umumnya siswa dapat menuliskan

beberapa masalah yang ditemuinya dengan mempelajari modul bagian stimulation dan

menuliskan hipotesis awal pada kolom yang telah disediakan pada modul. Tahap ini

berlangsung lebih terarah, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mengisi

dengan benar.

Tahap data collection (pengumpulan data), siswa menggali dan mengumpulkan

informasi dengan berbagai cara yaitu, melakukan pecobaan/praktikum, mengamati

objek/kejadian dan membaca sumber lain untuk membuktikan hipotesis yang sudah

dituliskannya pada tahap problem statement. Berdasarkan pengamatan siswa melakukan

percobaan dengan baik dan teliti serta menuliskan data yang diperoleh pada lembar

pengamatan yang disediakan. Kegiatan ini membuat siswa aktif dan bersemangat,

karena siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung, sehingga membuat

pembelajaran menjadi bermakna dan bertahan lama dipikiran siswa. Pada tahap ini

siswa bereksplorasi dengan cara berseksperimen (praktikum) dan mencermati literatur

yang terdapat pada modul untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah

dibuat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Hosnan, 2014), bahwa tahap data

collection merupakan tahap eksplorasi, guru memberikan kesempatan kepada para siswa

untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan

benar atau tidaknya hipotesis awal.

Tahap data processing (pengolahan data), merupakan tahap pengkodean

(coding/kategorisasi) yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi

(Hosnan, 2014). Pada tahap ini siswa pada kelas eksperimen mengerjakan soal-soal.

Pada tahap ini hanya sedikit siswa yang kesulitan dalam menjawab soal. Hal ini

berbanding terbalik dengan kelas kontrol, siswa masih kesulitan dalam menjawab soal,

sehingga sering meminta penjelasan lebih lanjut dari guru. Hal ini terjadi kemungkinan

karena pada kelas kontrol belum tersedia soal seperti pada modul, sehingga siswa tidak

dapat dituntun dengan baik untuk menemukan konsep atau informasi baru.

Page 10: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 10

Tahap verification (pembuktian), siswa memeriksa secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah (Permendikbud no 59 tahun 2014).

Pada kelas eksperimen siswa menuliskan kembali hipotesis awal dan membuktikan

kebenarannya berdasarkan informasi yang sudah diperoleh pada tahap data collection

dan data processing. Pada tahap ini guru mengkonfirmasi jawaban siswa. Berdasarkan

pengamatan pada tahap verification ini, siswa kelas eksperimen dapat membuktikan

hipotesis awal yang telah ditulisnya pada tahap problem statement dibandingkan dengan

kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa berpastisipasi secara aktif dalam

menyampaikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelas kontrol siswa kurang aktif. Hal

ini terjadi karena tahapan-tahapan sebelumnya (stimulation, problem statement, data

collection, data processing) pada kelas kontrol belum menuntun siswa untuk aktif

dalam pembelajaran. Tahap terakhir yaitu tahap generalization (menarik kesimpulan),

merupakan tahap merumuskan prinsip-prinsip dan menarik kesimpulan dari hasil

verification. Pada tahap ini siswa kelas eksperimen menuliskan kesimpulan yang telah

diperoleh pada lembaran yang disediakan di modul. Siswa juga diminta untuk

menyampaika kesimpulan yang diperoleh secara lisan di kelas. Melalui tahap

generalization guru memberikan penguatan dari konsep yang telah didapat oleh siswa.

Tahapan-tahapan inilah seharusnya dilalui oleh siswa untuk membangun pemahaman

konsep dan kemampuan berfikir siswa. Hal ini sejalan yang dikemukan oleh Harmsen

(2007) bahwa belajar yang sesungguhnya tidak menerima begitu saja konsep yang

sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep

tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Karena belajar

berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh

kondisiemosional, maka sepantasnya suasana pembelajaran yang kondusif dalam

keadaan nyaman dan menyenangkan (Yerimadesi, Putra, & Ririanti, 2017).

Selain menerapkan pendekatan, metode dan model pembelajaran hal lain yang

dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu media pembelajaran. Sebagaimanan yang telah

digunakan dalam penelitian ini yaitu booklet yang dapat merangsang siswa untuk

berfikir tingkat tinggi (HOT) dan disusun berdasarkan langkah-langkah saintifik dengan

menyajikan permasalahan. Setelah dilakukan validasi ahli materi dan pengembangan

media booklet digunakan dalam pembelajaran. Siswa memberikan tanggapan positif

terhadap booklet yang digunakan dalam pembelajaran karena disusun secara sistematis,

mudah dipahami, dan merangsang untuk melakukan proses berfikir sehingga baik

digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian media

pembelajaran booklet efektif sebagai media penyampaian informasi dapat disesuaikan

dengan karakteristik pembacanya dan didesain dengan ilustasi yang menarik serta lebih

spesifik.

Page 11: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 11

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwan penerapan

pendekatan saintifik dengan menggunakan media booklet HOT efektif terhadap

pencapaian hasil belajar berdasarkan nilai ketuntasan minimal 75 dan meningkatkan

aktifitas siswa serta melatih kemampuan HOT. Hasil belajar siswa yang diajar melalui

penerapan pendekatan saintifik menggunakan media booklet HOT lebih tinggi secara

saignifikan dari pada hasil belajar kognitif siswa menggunakan pembelajaran

konvensional.

SARAN

Penggunaan booklet HOT dengan memadukannya dengan pendekatan saintifik sangat

baik dalam meningkatkan hasil belajar cognitif dan aktifitas siswa, sehingga layak untuk

digunakan oleh guru dalam mengajar, khususnya pada matapelajaran biologi

REFERENSI

Anwar, & Lestari, H. P. (2016). Effectiveness Of The Application Of Think Pairs Share

(TPS) and Spontaneous Group Discussion ( SGD ) Learning Models Combined

With Scientific Approach In Terms Of Problem Solving And Self-Confidence In

Class X MIA Student At Man 1 Yogyakarta, (2), 1–12.

Bahr, N. (2010). Thinking Critically about Critical Thinking in Higher Education.

International Journal for the Scholarship of Teaching & Learning, 4(2), 1–16.

https://doi.org/10.20429/ijsotl.2010.040209

Harmsen, J. (2007). Measuring Bioavailability: From a Scientific Approach to Standard

Methods. Journal of Environment Quality, 36(5), 1420.

https://doi.org/10.2134/jeq2006.0492

Insyasiska, Zubaidah, D. S., & Susilo, H. (2015). Pengaruh project based learning

terhadap motivasi belajar , kreativitas , kemampuan berpikir kritis. Jurnal

Pendidikan Biologi Volume, 7(1), 9–21.

Jensen, J. L., & Lawson, A. (2011). Effects of Collaborative Group Composition and

Inquiry Instruction on Reasoning Gains and Achievement in Undergraduate

Biology. Cell Biology Education, 10(1), 64–73. https://doi.org/10.1187/cbe.10-

07-0089

Machin, A. (2013). Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan

Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA

Indonesia, 2(2), 203–208. https://doi.org/journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii

Marjan, J., Arnyana, I. B. P., & Setiawan, I. G. a N. (2014). Pengaruh Pembelajaran

Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses

Sains Siswa MA Mu ’ allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur

Nusa Tenggara Barat. Jurnal Pendidikan IPA, 4(1), 1–12. Retrieved from

Page 12: EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA …

Jurnal Biology Science & Education 2018 AHMAD YANI dkk

BIOLOGI SEL (vol 7 no 1 edisi jan-jul 2018 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 12

http://pasca.undiksha.ac.id/e-ournal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1316/1017

Noviar, D., & Hastuti, D. W. I. R. (2015). Pengaruh Model Problem Based Learning

(PBL) Berbasis Scientific Approach terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas

X di SMA N 2 Banguntapan T . A . 2014 / 2015, 8, 42–47.

Paulo, J., & Cruz, C. (2015). Development of an Experimental Science Module to

Improve Middle School Students ’ Integrated Science Process Skills. DLSU

Research Congress 2015, 3, 1–6.

Pratiwi, H. E., Suwono, H., & Handayani, N. (2013). Pengembangan Modul

Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI, 1–12.

Tan, S. Y., & Halili, S. H. (2015). Effective Teaching of Higher-Order Thinking (HOT)

in Education. The Online Journal of Distance Education and E-Learning, 3(2),

41–47.

Wenno, I. H. (2010). Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving

Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran di SMP/Mts.

Cakrawala Pendidikan2, 29(2), 176–188.

Yerimadesi, Putra, A., & Ririanti. (2017). Efektivitas Penggunaan Modul Larutan

Penyangga Berbasis Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

MIA SMAN 7 Padang. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 1(1).