efektivitas media karikatur dan video stand up comedy · efektivitas media karikatur dan video...
TRANSCRIPT
i
EFEKTIVITAS MEDIA KARIKATUR DAN VIDEO STAND UP COMEDY
DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT
SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 SEWON
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Aji Aprilius Z.
NIM: 141224046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru
dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
(2 Korintus 12:9)
Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata
kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.”
(Yesaya 41:13)
Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya,
lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah
cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-
Mulah yang terjadi.”
(Lukas 22:41-42)
“Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen, tetapi mereka tidak melihat
99% kegagalan saya.”
(Soichiro Honda)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
-Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh kudus, Amin.-
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan nyawa-Nya dengan rela mati di kayu salib untuk menebus
segala dosa dan kesalahan yang saya perbuat, sehingga saya layak untuk
menerima kasih karunia-Nya dalam menjalani setiap perkara dalam hidup ini.
Bunda Maria
yang selalu mengasihi dan mendoakan saya setiap saat.
Ayahanda dan Almarhumah Ibunda
yang selalu mencintai, mengasihi, dan menerima setiap langkah yang saya ambil
dalam hidup ini, serta selalu medoakan saya.
Kakak dan Adikku
yang selalu mencintai, mengasihi, dan mendukungku dalam setiap perkara hidup
ini, serta selalu sabar menghadapiku.
Empat Sahabat Terbaikku
Karna Terjaga, Parta Wijaya, Pebrian, dan Fran Setiyo Herdianto yang selalu
menjadi penyemangat dan pengingat akan kasih setia Tuhan dalam hidup ini.
Almematerku yang Tercinta
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Aprilius Z., Aji. 2018. Efektivitas Media Karikatur dan Video Stand Up
Comedy dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Anekdot Siswa
Kelas X di SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan media
karikatur dan media video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2017/2018.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menguji sebarapa tinggi tingkat
keterampilan menulis anekdot siswa dengan menggunakan media karikatur dan
media video stand up comedy.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain
kelompok kontrol prates-pascates tidak ekuivalen (pretest-postest nonequivalent
control group design). Variabel penelitiannya yaitu (1) variabel bebas berupa
penggunaan media karikatur dan media video stand up comedy; dan (2) variabel
terikat berupa tingkat keterampilan menulis anekdot. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sewon. Sampel pada penelitian ini adalah
kelas X IPS 1 sebagai kelompok media karikatur dan kelas X MIPA 4 sebagai
kelompok media video stand up comedy yang telah ditentukan dengan teknik
simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis.
Validitas instrumen penelitian menggunakan validitas isi (expert judgement). Data
pada penelitian ini adalah skor prates dan pascates keterampilan menulis anekdot.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji homogenitas,
uji t, dan uji gain ternormalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan menulis anekdot
dengan menggunakan media karikatur memiliki nilai rata-rata sebesar 85,26
dengan peningkatan skor prates dan pascates sebesar 0,541; (2) keterampilan
menulis anekdot dengan menggunakan media video stand up comedy memiliki
nilai rata-rata sebesar 84,25 dengan peningkatan skor prates dan pascates sebesar
0,534; dan (3) media karikatur dan media video stand up comedy memiliki
efektivitas yang sama untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot karena nilai sig.(2-tailed) sebesar 0.529 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05 (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat keterampilan menulis anekdot antara siswa yang menggunakan
media karikatur dan siswa yang menggunakan media video stand up comedy.
Dengan demikian, media karikatur dan media video stand up comedy dapat
digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot pada siswa kelas X
karena dapat meningkatkan keterampilan menulis anekdot dengan signifikan.
Kata kunci : efektivitas, media karikatur, media video stand up comedy,
keterampilan menulis anekdot.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Aprilius Z., Aji. 2018. The Effectiveness of Caricature and Stand Up Comedy
Video as Media in Learning Anecdotes’ Writing Skills for Class X
Students in SMA Negeri 1 Sewon Academic Year 2017/2018. Thesis.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
This research aims to measure the effectiveness of using caricature and
stand up comedy videos as media in learning anecdotes’ writing skills for class X
students in SMA Negeri 1 Sewon academic year 2017/2018. Besides that, the
researcher also measures how high the level of students anecdotes’ writing skills
by using caricature and stand up comedy video as the media.
This research uses experimental research method with pretest-posttest
non-equivalent control group design. The variables of the research are (1) free
variable in form of using caricature and stand up comedy video as the medias;
and (2) dependent variable in the form of anecdotes’ writing skill level. The
population for this research is class X students of SMA Negeri 1 Sewon. The
samples for this research are students from class X Social 1 as the caricature
media group and students from class X Science 4 as the stand up comedy video
media group which have been selected using simple random sampling. The data
gathering technique used is writing test. The validation instrument used for this
research is expert judgment. The data for this research is the pre-test and post-
test score of anecdotes’ writing skill. The data analysis technique for this research
uses normality test, homogeneity test, t-test, normalized gain test.
The research result shows that (1) students anecdote writing skills using
caricature as the media has an average score about 85.26% with an increase in
pre-test and post-test score of 0.541; (2) students anecdote writing skills using
stand up comedy video as the media has an average score about 84.25% with an
increase in pre-test and post-test score of 0.534; and (3) caricature and stand up
comedy video medias have the same effectiveness to be used in learning
anecdotes’ writing skills because the sig.(2-tailed) value of 0.529 is greater than
the significant level 0.05 (5%). The result indicates no significant differences in
the level of anecdotes’ writing skills among the students who use caricatures and
students who use stand-up comedy videos as media. As a result, medias like
caricature and stand-up comedy videos can be used in learning writing
anecdotes’ for class X students as it improves their writing skills significantly.
Keywords: effectiveness, caricature media, stand up comedy video media,
anecdotes’ writing skill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tujuan
pembuatan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, saya menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi
ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah menyumbangkan
waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan doa kepada saya secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih secara khusus
kepada:
1. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku validator instrumen
penelitian saya berupa Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), media, dan
bahan ajar.
2. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada saya
dari awal pembuatan skripsi hingga selesai.
3. Bapak Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku validator instrumen penelitian saya
berupa Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), media, dan bahan ajar.
4. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing saya selama perkuliahan
maupun di luar jam perkuliahan, sehingga saya dapat menjadi pribadi yang
terus bertumbuh dan berkembang.
5. Bapak Drs. Marsudiyana selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sewon yang
telah berkenan menerima saya untuk melaksanakan penelitian ini.
6. Ibu Purwanti, S.Pd. selaku Guru Bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 1
Sewon yang telah banyak membantu saya dalam melakasanakan penelitian
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1.5 Batasan Istilah .................................................................................... 9
1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 11
2.1 Studi Penelitian yang Relevan ........................................................... 11
2.2 Landasan Teori................................................................................... 19
2.2.1 Media Pembelajaran ............................................................... 20
2.2.1.1 Pengertian ................................................................ 20
2.2.1.2 Fungsi ....................................................................... 22
2.2.1.3 Manfaat .................................................................... 25
2.2.1.4 Jenis-jenis media pembelajaran ............................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.2 Karikatur sebagai Media Pembelajaran keterampilan menulis
anekdot ................................................................................... 30
2.2.3 Video Stand Up Comedy sebagai Media Pembelajaran
Menulis Anekdot .................................................................... 39
2.2.4 Keterampilan Menulis ............................................................ 48
2.2.5 Teks Anekdot ......................................................................... 50
2.2.5.1 Pengertian ................................................................ 50
2.2.5.2 Ciri-ciri ..................................................................... 51
2.2.5.3 Struktur .................................................................... 53
2.2.5.4 Kaidah Kebahasaan .................................................. 54
2.2.6 Pembelajaran Keterampilan Menulis Anekdot
dalam Kurikulum 2013 ......................................................... 55
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 59
2.4 Pengajuan Hipotesis ........................................................................... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 64
3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 64
3.2 Setting Penelitian ............................................................................... 67
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................. 67
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 68
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 68
3.4 Populasi dan Sampel .......................................................................... 69
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 70
3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 74
3.6.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 74
3.6.2 Media Pembelajaran............................................................... 74
3.6.3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Anekdot ............. 75
3.7 Validitas Instrumen ............................................................................ 77
3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 79
3.8.1 Uji Normalitas Sebaran Data ................................................. 80
3.8.2 Uji Homogenitas Varian ........................................................ 80
3.8.3 Uji t-test ................................................................................. 81
3.8.4 Uji Gain Ternormalisasi ......................................................... 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 84
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................................... 84
4.1.1 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Siswa Kelompok
Media Karikatur .................................................................... 84
4.1.1.1 Uji Normalitas Sebaran Data ................................... 85
4.1.1.2 Uji Homegenitas Varian Data Prates-Pascates ........ 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.1.1.3 Uji t Prates-Pascates ................................................. 87
4.1.1.4 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates dan
Pascates .................................................................... 88
4.1.2 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Siswa Kelompok
Media Video Stand Up Comedy ........................................... 90
4.1.2.1 Uji Normalitas Sebaran Data ................................... 91
4.1.2.2 Uji Homogenitas Varian Data Prates-Pascates ........ 92
4.1.2.3 Uji t Prates-Pascates ................................................. 93
4.1.2.4 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates
dan Pascates ............................................................. 94
4.1.3 Efektivitas antara Media Karikatur
dan Video Stand Up Comedy ................................................. 95
4.1.3.1 Uji Homogenitas Varian Data .................................. 95
4.1.3.2 Hasil Uji t Data Prates .............................................. 97
4.1.3.3 Hasil Uji t Data Pascates .......................................... 98
4.1.3.4 Uji Gain Ternormalisasi ........................................... 99
4.1.4 Uji Hipotesis .......................................................................... 101
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 103
4.2.1 Prates Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok Media
Karikatur dan Kelompok Media Video Stand Up Comedy ... 103
4.2.2 Pascates Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok Media
Karikatur dan Kelompok Media Video Stand Up Comedy ... 113
4.2.3 Efektivitas Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy dalam Pembelajaran
Keterampilan Menulis Anekdot ............................................. 121
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 123
5.1 Simpulan ............................................................................................ 123
5.2 Saran .................................................................................................. 124
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 127
LAMPIRAN .................................................................................................... 132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan
Penelitian Peneliti ....................................................................... 18
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Menulis Anekdot .......................................... 56
Tabel 3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 65
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ........................................................................ 68
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Anekdot .................. 75
Tabel 3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi ................................................ 83
Tabel 4.1 Data Statistik Kelompok Media Karikatur ................................. 85
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Prates Kelompok Media Karikatur ............ 86
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pascates Kelompok Media Karikatur ........ 86
Tabel 4.4 Homogenitas Varian Data Kelompok Media Karikatur ............. 87
Tabel 4.5 Uji t Prates-Pascates Kelompok Media Karikatur ...................... 88
Tabel 4.6 Data Statistik Kelompok Media Video Stand Up Comedy ......... 90
Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Prates Kelompok Media Video
Stand Up Comedy ....................................................................... 91
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pascates Kelompok Media
Video Stand Up Comedy ............................................................. 91
Tabel 4.9 Homogenitas Varian Data Kelompok Media Video
Stand Up Comedy ....................................................................... 92
Tabel 4.10 Uji t Prates-Pascates Kelompok Video Stand Up Comedy ......... 93
Tabel 4.11 Homogenitas Varian Data Prates antara Dua Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.12 Homogenitas Varian Data Pascates antara Dua Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 96
Tabel 4.13 Hasil Uji t Data Prates ................................................................ 97
Tabel 4.14 Hasil Uji t Data Pascates ............................................................. 98
Tabel 4.15 Uji t Pascates Kelompok Media Karikatur
dan Kelompok Media Video Stand Up Comedy ......................... 102
Tabel 4.16 Data Statistik Prates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy ........................................... 104
Tabel 4.17 Hasil Uji t Data Prates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy ........................................... 105
Tabel 4.18 Data Statistik Pascates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy ........................................... 114
Tabel 4.19 Hasil Uji t Data Pascates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy ........................................... 115
Tabel 4.20 Hasil Uji t Prates-Pascates Kelompok Media Karikatur
dan Kelompok Media Video Stand Up Comedy ......................... 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Karikatur Orang-Pribadi ............................................ 32
Gambar 2.2 Contoh Karikatur Sosial ......................................................... 32
Gambar 2.3 Contoh Karikatur Politik ........................................................ 33
Gambar 4.1 Hasil Teks Anekdot Prates Kelompok Media Karikatur........ 108
Gambar 4.2 Hasil Teks Anekdot Prates Kelompok Media Video
Stand Up Comedy ................................................................... 111
Gambar 4.3 Hasil Teks Anekdot Pascates Kelompok Media Karikatur .... 118
Gambar 4.4 Hasil Teks Anekdot Pascates Kelompok Media Video
Stand Up Comedy .................................................................. 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot
Kelompok Media Karikatur ................................................... 89
Diagram 4.2 Persentase Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot
Kelompok Media Video Stand Up Comedy .......................... 94
Diagram 4.3 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates
dan Pascates ........................................................................... 100
Diagram 4.4 Skor Rata-Rata Prates Setiap Aspek Penilian
Teks Anekdot Kelompok Media Karikatur ............................ 106
Diagram 4.5 Skor Rata-Rata Prates Setiap Aspek Penilian Teks Anekdot
Kelompok Media Video Stand Up Comedy ........................... 107
Diagram 4.6 Skor Rata-Rata Prates dan Pascates Setiap Aspek Penilaian
Teks Anekdot Kelompok Media Karikatur ........................... 116
Diagram 4.7 Skor Rata-Rata Prates dan Pascates Setiap Aspek Penilaian
Teks Anekdot Kelompok Media Video Stand Up Comedy .. 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Awal Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas ............. 133
Lampiran 2 Data Awal Hasil Wawancara dengan Siswa .......................... 136
Lampiran 3 Data Awal Hasil Wawancara dengan Guru ........................... 144
Lampiran 4 Hasil Uji Validasi Instrumen .................................................. 146
Lampiran 5 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok Media
Karikatur ............................................................................... 155
Lampiran 6 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot
Kelompok Media Video Stand Up Comedy .......................... 157
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok
Media Karikatur .................................................................... 159
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Media
Video Stand Up Comedy ........................................................ 202
Lampiran 9 Media Karikatur ..................................................................... 246
Lampiran 10 Tampilan Media Video Stand Up Comedy ............................ 248
Lampiran 11 Contoh Teks Anekdot Kelompok Media Karikatur
pada Prates dan Pascates ........................................................ 249
Lampiran 12 Contoh Teks Anekdot Kelompok Media Video
Stand Up Comedy pada Prates dan Pascates .......................... 255
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 261
Lampiran 14 Surat Pengantar Validasi ....................................................... 263
Lampiran 15 Surat Telah Melaksanakan Penelitian .................................... 265
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ............................................................... 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: (1) latar belakang, (2)
rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah,
dan (6) sistematika penyejian. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah. Keterampilan menulis sudah diajarkan
dan dilatih sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar. Namum, banyak siswa
yang masih memiliki pandangan bahwa keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai, jika dibandingkan dengan tiga
keterampilan berbahasa lainnya, yaitu mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Nurgiyantoro (2013:422) berikut.
Dibanding tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi
menulis secara umum boleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh
penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan
kompetansi menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi
karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin
sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangangan yang runtut,
padu, dan berisi.
Pandangan di atas mangakibatkan banyak para siswa enggan menggeluti
kegiatan menulis secara serius. Hal tersebut berdampak pada kompetansi menulis
siswa yang masih tergolong rendah dan jauh dari kata memuaskan. Para siswa
lupa bahwa keterampilan menulis tidak dapat dikuasai oleh seseorang secara
praktis, tidak semudah membalikan telapak tangan, karena butuh proses belajar
dan latihan secara intensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang dalam
menyampaikan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui
bahasa tulis (Abbas,2006:125). Kemampuan tersebut menjadi hal yang penting
untuk dimiliki dan dikuasai oleh para siswa di era modern sekarang ini. Di era
modern, keterampilan menulis menjadi hal penting karena selain dapat menunjang
aktivitas sehari-hari, keterampilan menulis juga dapat menunjang kesuksesan
hidup seseorang, seperti yang diungkapkan oleh Kusmana (2014:15) bahwa:
Dalam aktivitas sehari-hari masyarakat modern memerlukan
kegiatan berkomunikasi tertulis. kegiatan ini sering dilakukan untuk
mendukung keperluan hidup, mulai dari menulis hal-hal sederhana,
misalnya menulis pesan pendek dalam telepon genggam hingga
menulis gagasan-gagasan yang pajang untuk disampaikan kepada
pihak lain. Seseorang perlu menuliskan hasil pekerjaan agar menjadi
pengingat atau menjadikan orang lain mengetahuinya.
Dengan memiliki keterampilan menulis tersebut, para siswa mampu
menyampaikan gagasan, pandangan, dan perasaannya terhadap sesuatu melalui
bahasa tulis. Tulisan yang dihasilkan siswa tersebut kemudian dapat dibaca oleh
banyak orang dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini, seperti
media cetak maupun media dalam jaringan (daring). Hal tersebut dapat
memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa, seperti yang kemudian
diungkapakan lagi oleh Kusmana (2014:16) sebagai berikut:
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang literat.
Artinya suatu masyarakat dikatakan maju apabila melek menulis,
yang dapat mencerminkan masyarakat cerdas dan memiliki
pandangan ke depan dalam memajukan bangsa. Kegiatan tulis-
menulis dapat menunjukkan masyarakat yang punya angan-angan dan
pemikiran untuk memberikan kontribusi kepada pihak lain, baik pada
masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Secara khusus, keterampilan menulis diajarkan kepada siswa melalui
pembelajaran bahasa di sekolah. Mengacu pada Kurikulum 2013 mata pelajaran
bahasa Indonesia, prinsip pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran
berbasis teks. Artinya bahwa, dalam pembelajaran, siswa tidak hanya diajarkan
berbagai jenis teks secara teori (ranah pengetahuan), tetapi juga mampu
memproduksinya (ranah keterampilan). Untuk dapat memproduksi sebuah teks
tersebut, siswa membutuhkan keterampilan menulis yang baik.
Salah satu keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa adalah
keterampilan menulis anekdot. Anekdot merupakan salah satu jenis teks, bergenre
sastra, yang baru muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia sejak
diterapkannya Kurikulum 2013 (K.13) sebagai kurikulum pendidikan nasional.
Dalam artikelnya, Fatimah (2013:217) menuliskan bahwa:
Dalam dunia pembelajaran bahasa, istilah anekdot telah muncul
dalam pembelajaran bahasa Inggris kurikulum 2004. Sementara itu,
munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam
Kurikulum 2013. Sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa
Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks, maka teks
anekdot menjadi salah satu teks yang wajib dipelajari siswa. Hanya
saja teks anekdot tidak diperkenalkan sejak SMP, tetapi baru
diperkenalkan mulai SMA/MA.
Sebagai jenis teks yang tergolong baru, peneliti tertarik untuk
mengujicobakan sebuah media dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot, karena menurut Sudjana dan Ahmad (2011:1) “Dalam metodologi
pengajaran, selain motede mengajar, media pengajaran pun memiliki peran yang
penting sebagai alat bantu mengajar.” Hal tersebut dilakukan agar guru dapat
memanfaatkan/menggunakan media pembelajaran yang terbukti efektif, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keterampialan menulis anekdot siswa dapat mencapaian kompetensi menulis yang
diharapkan, dalam hal ini kompentasi menulis anekdot.
Penelitian ini diperkuat dengan bukti di lapangan. Hasil observasi terhadap
aktivitas pembelajaran keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMAN 1
Sewon menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan guru hanya dua,
yaitu buku teks dan power point. Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh
siswa kelas X di SMAN 1 Sewon, media pembelajaran yang digunakan guru
tersebut membuat siswa bosan karena hampir semua materi pembelajaran
menggunakan media serupa. Selain itu, menurut rangkuman hasil wawancara
dengan siswa, media yang digunakan guru dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot kurang efektif dalam merangsang ide, gagasan, dan imajinasi
siswa ketika harus menulis anekdot. Dampak dari penggunaan media yang tidak
efektif tersebut, menurut hasil wawancara dengan Ibu Purwanti, S.Pd.,
“Keterampilan menulis anekdot siswa belum mendapat hasil yang memuaskan
karena sekitar 65% nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 75.” Berdasarkan bukti lapangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa, dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot, peran media
pembelajaran sangat penting untuk menunjang keterampilan menulis anekdot
siswa.
Penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran di kelas dapat
mempertinggi proses belajar siswa, dan pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang ingin dicapai (Sudjana dan Ahmad,2012:2).
Selain itu, media pembelajaran dewasa ini merupakan bagian yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
terpisahkan dari proses belajar mengajar di kelas, dan tidak heran tuntutan para
guru tidak hanya dapat menguasai metode dan teknik pengajaran, tetapi juga dapat
secara kreatif menghadirkan media dalam aktivitas pembelajaran secara kreatif
dan inovatif. Hal tersebut demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Arsyad,2014:2-3). Oleh karena
itu, pada penelitian ini, media pembelajaran diujicobakan dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot untuk melihat apakah dengan menggunakan media
yang tepat dapat meningkatkan keterampilan menulis anekdot.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua media pembelajaran yaitu
media karikatur dan media video stand up comedy untuk diuji efektivitasnya
dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Media karikatur merupakan
media grafis berbentuk gambar yang sifatnya klise, sindiran, dan lucu untuk
mengungkapkan ide atau sikap serta pandangan terhadap seseorang, kondisi,
kejadian atau situasi tertentu (Sanjaya,2012:163), sedangkan media video stand up
comedy merupakan media proyeksi (audio-visual), berupa rekaman video, yang
menampilkan seorang komedian (komikal) sedang bermonolog membawakan
cerita lucu di depan khalayak pemirsa dengan mengangkat berbagai topik seperti
sosial, politik, budaya, agama, ras, hingga jenis kelamin (gender). Oleh karena itu,
cerita lucu yang disampaikan sering kali mengandung unsur sindiran, kritikan,
atau pelajaran terhadap sesuatu atau seseorang (Papana,2016:5).
Dua media di atas memiliki kesamaan dengan anekdot. Menurut Suherli,
dkk. (2017:110) “Anekdot merupakan sebuah cerita pendek yang berisi sebuah
sindiran terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor.” Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pengertian tersebut, terlihat bahwa baik media karikatur maupun media video
stand up comedy memiliki kesamaan dengan anekdot dalam segi isi, yaitu sama-
sama mengandung unsur humor dan unsur sindiran, kritikan atau pelajaran di
dalamnya. Hanya saja disajikan dalam bentuk yang berbeda karena karikatur
disajikan dalam bentuk gambar, video stand up comedy disajikan dalam bentuk
rekaman video, dan anekdot disajikan dalam bentuk teks. Dengan kesamaan
tersebut, dua media pembelajaran ini cocok diujicobakan dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian eksperimen untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis anekdot
antara siswa yang menggunakan media karikatur dan siswa yang menggunakan
media video stand up comedy, serta menguji efektivitas dua media tersebut dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Oleh kerena itu, penelitian ini diberi
judul “Efektivitas Media Karikatur dan Video Stand Up Comedy dalam
Pembelajaran Keterampilan Menulis Anekdot Siswa Kelas X di SMA Negeri 1
Sewon Tahun Ajaran 2017/2018.”
1.2 Rumusan Masalah
Permasalah dalam penelitian ini mengenai tingkat keterampilan menulis
anekdot dan efektivitas media karikatur dan video stand up comedy dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMAN 1 Sewon.
Oleh kerena itu, peneliti merumuskan tiga rumusan masalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. Seberapa tinggi tingkat keterampilan menulis anekdot dalam aspek isi dan
kebahasaan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon dengan
menggunakan media karikatur?
b. Seberapa tinggi tingkat keterampilan menulis anekdot dalam aspek isi dan
kebahasaan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon dengan
menggunakan media video stand up comedy?
c. Bagaimana efektivitas penggunaan media karikatur dan media video stand
up comedy dalam aspek isi dan kebahasaan dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarakan tiga rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti. Berikut
adalah tujuan dari penelitian ini, yang sesuai dengan tiga rumusan masalah di atas,
yaitu mengenai tingkat keterampilan menulis anekdot dan efektivitas media
karikatur dan video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot siswa kelas X di SMAN 1 Sewon.
a. Mengetahui tingkat keterampilan menulis anekdot dalam aspek isi dan
kebahasaan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 dengan menggunakan
media karikatur.
b. Mengetahui tingkat keterampilan menulis anekdot dalam aspek isi dan
kebahasaan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon dengan
menggunakan media video stand up comedy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
c. Mengetahui efektivitas penggunaan media karikatur dan media video stand
up comedy dalam aspek isi dan kebahasaan dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis kepada
guru bahasa Indonesia, siswa, dan peneliti yang lain. Penjabaran manfaat praktis
untuk ketiga pihak tersebut adalah sebagai berikut.
a. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap keterampilan para guru
dalam memanfaatkan media pembelajaran yang efektif, efesien, dan inovatif
dalam proses mencipta teks anekdot yang memiliki kualitas tinggi. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh guru dapat
berjalan sesuai dengan harapan.
b. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya media pembelajaran yang terbukti efektif, para siswa
mendapat pengalaman dan suasana belajar yang baru dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot. Hal tersebut berimbas pada meningkatnya
motivasi, minat, dan keterampilan menulis anekdot sehingga terciptalah teks
anekdot yang memiliki kualitas tinggi.
c. Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti lainnya untuk melakukan
penelitian yang sejenis. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
memperkuat hasil penelitian lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5 Batasan Istilah
Pembaca seringkali memiliki pemahaman yang berbeda mengenai istilah-
istilah yang dipakai oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti membatasi istilah-
istilah yang ada di dalam penelitian ini agar pembaca memiliki pemahaman yang
sama tentang istilah-istilah tersebut. Berikut adalah definisi istilah yang dipakai
oleh peneliti.
a. Efektivitas adalah peningkatan skor rerata keterampilan menulis anekdot
sebelum dan sesudah dikenai perlakuan menggunakan media karikatur dan
media video stand up comedy (Prihastuti,2011:7).
b. Karikatur adalah media grafis berbentuk gambar yang sifatnya klise,
sindiran, dan lucu untuk mengungkapkan ide atau sikap serta pandangan
terhadap seseorang, kondisi, kejadian atau situasi tertentu
(Sanjaya,2012:163).
c. Video stand up comedy adalah media proyeksi (audio-visual), berupa
rekaman video, yang menampilkan seorang komedian (komikal) sedang
bermonolog membawakan cerita lucu di depan khalayak pemirsa
(Papana,2016:5).
d. Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis
(Abbas,2006:125).
e. Teks anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah
sindiran/kritikan/pelajaran tertentu terhadap sesuatu atau seseorang yang
dilengkapai dengan humor (Suherli, dkk.,2017:110).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6 Sistematika Penyajian
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (1) pendahuluan, 2) kajian teori, (3)
metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) penutup.
Penjelasan dari masing-masing bab, yaitu bab I berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika
penelitian. Bab II berisi studi penelitian yang relevan, landasan teori, kerangka
berpikir, dan hipotesis. Bab III berkaitan dengan metodologi penelitian yang
berisikan jenis dan desain penelitian, setting penelitian, variabel penelitian,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian
data, validitas instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian
dan pembahasan mengenai data yang sudah didapat dan pengujian hipotesis. Bab
V berisikan simpulan hasil penelitian dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab dua dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: (1) studi penelitian yang
relevan, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian.
Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
2.1 Studi Penelitian yang Relevan
Studi penelitian yang relevan terkait dengan penggunaan media karikatur
dan media video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot dapat ditemukan di berbagai jurnal penelitian yang dipublikasikan di situs
web. Peneliti pun menemukan tujuh studi penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini. Adapun empat studi penelitian tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, skripsi milik Amalina (2014) dari Universitas Pendidikan
Indonesia yang berjudul “Keefektifan Media Tayang Stand Up Comedy dalam
Pembelajaran Mengonversi Teks Anekdot.” Penelitian ini didasari dari
permasalahan yang dialami peneliti ketika melangsungkan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 13 Bandung. Menurut Amalina, pada
pembelajaran mengonversi teks anekdot, media yang digunakan guru belum dapat
memudahkan siswa mengerjakan tugasnya. Hal tersebut menjadikan siswa belum
familiar dengan unsur-unsur, struktur, dan ciri-ciri kebahasaan teks anekdot, siswa
merasa jenuh dan kurang bersemangat dalam pembelajaran menulis, kurang
terampil menuangkan ide, dan siswa terkadang bingung untuk memulai
mengonversi teks anekdot yang mengadung nilai pelajaran. Untuk memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
permasalahan tersebut, Amalina telah menguji keefektifan media tayang stand up
comedy dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot ke pola drama (dialog)
menggunakan penelitian eksperimen kuasi. Berdasarkan hasil penelitian, Amalina
membuktikan bahwa media tayang stand up comedy efektif digunakan untuk
kegiatan mengonversi teks anekdot ke dalam bentuk teks drama (dialog). Hal
tersebut dilihat dari hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang menggunakan
media tayang stand up comedy memiliki nilai lebih tinggi dibanding siswa yang
tanpa menggunakan media serupa.
Kedua, artikel penelitian yang dilakukan Ariantini, dkk. (2015) yang
berjudul “Penerapan Metode Pelatihan Terbimbing dengan Penggunaan Narasi
Stand Up Comedy Show di Metro TV untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Teks Anekdot Siswa Kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini
berawal dari masalah rendahnya persentase siswa yang memiliki nilai di atas
KKM pada kemampuan menulis teks anekdot. Pada latar belakang penelitian ini
dijelaskan bahwa hanya 39,39% siswa yang mendapat nilai di atas KKM 70.
Sedangkan 60,61% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Maka, dari 33
siswa hanya 13 siswa yang mencapai nilai tuntas. Selain itu, siswa mengalami
kesulitan ketika mencari topik permasalahan, menentukan sub-topik,
mengembangkan teks hingga kesulitan ketika menentukan struktur teks pada
kegiatan pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Ariantini, dkk. kemudian
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan metode pelatihan
terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
skor rata-rata pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa
kurang memuaskan, yaitu 69,58 dengan 18 orang siswa sudah tuntas atau 54,55%
dan 15 orang siswa atau 45,45% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.
Sedangkan pada siklus II, nilai siswa mengalami peningkatan sebesar 3,23, yaitu
dari rata-rata nilai kelas sebesar 69,58 pada siklus I menjadi 72,81 pada siklus II.
Jadi, penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up
comedy mampu meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X-
IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja.
Ketiga, skripsi milik Utami (2017) dari Universitas Negeri Medan yang
berjudul “Pengaruh Media Karikatur terhadap Kemampuan Menulis Teks
Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017.”
Dalam latar belakang masalah, peneliti mengungkapkan bahwa hasil pembelajaran
keterampilan menulis anekdot dirasa masih jauh dari kata memuaskan. Hal
tersebut terjadi pada siswa kelas X di SMA Negeri 11 Medan. Hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kompetensi
mengenai teks anekdot belum sepenuhnya dikuasai oleh peserta didik, sehingga
kemampuan menulis anekdot siswa masih banyak yang di bawah Kriterian
Ketuntasan Minimal (KKM) 71. Ada lima hal yang mengakibatkan rendahnya
kemampuan menulis anekdot tersebut, yaitu 1) kebanyakan siswa malas dalam
menulis anekdot, 2) jenuh terhadap pelajaran 3) model pembelajaran yang
digunakan kurang tepat dan tidak bervariasi, 4) guru hanya menugaskan siswa
untuk menulis teks anekdot dengan memenuhi struktur teks tersebut tanpa
menunjukkan bagaimana teks anekdot yang baik dan benar, 5) guru hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menggunakan buku pegangan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
permasalah tersebut, Utami kemudian melakukan sebuah penelitian eksperimen
menggunakan media karikatur dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media karikatur
terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 11 Medan.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks anekdot siswa
tanpa menggunakan media karikatur tergolong dalam kategori cukup dengan nilai
rata-rata (mean) yang diporeleh siswa sebesar 66,04, sedangkan kamampuan
menulis teks anekdot siswa dengan menggunakan media karikatur tergolong baik
dengan rata-rata (mean)sebesar 76,6. Dengan demikian, hasil penelitian
membuktikan bahwa hasil pembelajaran menulis teks anekdot menggunakan
media karikatur berpengaruh positif terhadap kemampuan siswa dalam menulis
anekdot.
Keempat, artikel penelitian milik Warni, dkk. (2017) yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Memproduksi Teks Anekdot Menggunakan Media
Karikatur dan Pendekatan Saintifik pada Siswa.” Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas X Akuntansi 1 SMKN I Mampawah Hilir tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam latar belakang masalah, Warni, dkk. menuliskan lima permasalahan yang
dialami oleh siswa terkait keterampilan siswa dalam menulis/memproduksi
anekdot, yaitu 1) hasil memproduksi/menulis tulisan teks anekdot sebagian besar
siswa kelas X Akuntansi 1 masih rendah. Nilai ketuntasan 73 hanya mampu
dicapai 8 orang siswa dari 38 siswa, jadi hanya 21% siswa yang tuntas, 2) siswa
kurang memiliki ide atau bahan untuk menulis teks anekdot, 3) siswa mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kesulitan menulis/memproduksi tulisan sesuai dengan struktur isi teks anekdot, 4)
belum ditemukannya media pembelajaran yang tepat, 5) guru belum
menggunakan pendekatan saintifik cecara sistematis dalam pembelajaran
memproduksi tulisan teks anekdot. Berdasarkan permasalahan tersebut, Warni
dkk. kemudian melakukan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan
media karikatur dan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kualitas proses
(khususnya sikap) dan hasil keterampilan menulis anekdot. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa media karikatur dan pendekatan saintifik dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan menulis teks anekdot pada
siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap siswa pada aspek jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, dan responsif di siklus I, II, dan III. Kualitas
keterampilan memproduksi tulisan siswa pun meningkat, siklus I rata-rata nilai
62,76 dengan tingkat ketuntasan 42%. Siklus II rata-rata nilai 74,11 dengan
tingkat ketuntasan 61%. Siklus III rata-rata nilai 86,78 dengan tingkat ketuntasan
89%.
Kelima, skripsi milik Padmala (2016) dari Universitas Maritim Raja Ali
Haji yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Karikatur dan Video Stand Up
Comedy terhadap Kemahiran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2015/2016.”
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh media
karikatur dan video stand up comedy terhadap kemahiran menulis teks anekdot
siswa kelas X. Untuk mencapai tujuan tersebut, Padmala menggunakan metode
pra-eksperimen dengan desain penelitian one-group pretest-postest design. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan menggunakan media karikatur
terlihat berpengaruh baik terhadap nilai siswa dengan rata-rata nilai sebesar 79,7.
Sedangkan pada hasil tes menulis teks anekdot dengan menggunakan media video
stand up comedy juga terlihat berpengaruh baik terhadap nilai siswa dengan rata-
rata nilai sebesar 86. Dengan demikian, media karikatur dan video stand up
comedy memiliki pengaruh terhadap kemahiran menulis teks anekdot siswa kelas
X.
Keenam, jurnal penelitian milik Hasriandi (2016) yang berjudul “Pengaruh
Media Pembelajaran Visual dan Audio Visual terhadap Hasil belajar Servis
Pendek Backhand Murid Kelas X Madrasah Aliyah Madani Paopao Kabupaten
Gowa.” Penelitian ini menguji dua media pembelajaran untuk diuji efektivitasnya
terhadap hasil belajar siswa kelas X. Untuk melakukan pengujian, Hasriadi
menggunakan penelitian eksperimen dengan desain prates dan pascates kelompok
kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) media
pembelajaran visual memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X
secara signifikan, (2) media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas X secara signifikan, (3) media pembelajaran
audio visual lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X. Dengan
hasil tersebut, media visual dan audio visual dapat memiliki pengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
Ketujuh, skripsi milik Karisa (2018) dari Universitas Sanata Dharma yang
berjudul “Keefektifan Media Komik Strip dan Mind Map dengan Strategi 3 M
(Meniru-Mengolah-Mengembangkan) untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Cerpen Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2017/2018”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan dua media
pembelajaran, yaitu komik strip dan mind map dalam meningkatkan kreativitas
menulis cerpen siswa kelas XII. Dalam melakukan penelitiannya, Karisa
menggunakan penelitian eksperimen dengan desain noneququivalent control
group design dengan prates dan pascates. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu uji t dan uji gain ternormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
kreativitas menulis cerpen siswa dengan menggunakan media komik strip
memiliki rata-rata 76,15 dengan peningkatan sebesar 0,439; (2) kreativitas
menulis cerpen dengan menggunakan media mind map memiliki rata-rata sebesar
0,309; dan (3) penggunaan media komik strip lebih efektif dibandingkan
penggunaan media mind map dalam meningkatkan kreativitas menulis cerpen.
Berdasarkan hasil penelitian dari ketujuh penelitian terdahulu di atas,
pemanfaatan media pembelajaran terbukti memiliki pengaruh yang besar terhadap
kualitas hasil belajar siswa. Lima penelitian terdahulu meneliti tentang efektivitas
media karikatur dan video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot. Berdasarkan hasil penelitian dari lima penelitian tersebut, media
karikatur dan video stand up comedy terbukti memiliki pengaruh terhadap hasil
menulis anekdot secara signifikan. Dua penelitian berikutnya memperkuat hasil
temuan mengenai penggunaan dua media pembelajaran terhadap hasil belajar
siswa serta mendukung penelitian ini dalam menguji efektivitas dua media
pembelajaran. Dua hasil temuan ini membuktikan pula bahwa penggunaan media
pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
demikian, ketujuh studi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijadikan acuan dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Ketujuh studi penelitian terdahulu yang relevan di atas dapat menjadi acuan
dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena memiliki
persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan dan perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Peneliti
Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan
Amalina (2014) 1. Mengujicobakan
media tayangan stand
up comedy.
2. Sampel penelitian
kelas X MIA 1 (media
tayang stand up
comedy), Kelas X IIS
2 (metode guru/ media
teks).
3. Menggunakan metode
eksperimen kuasi.
Variabel terikat:
kemampuan
mengonversi teks
anekdot ke pola drama
(dialog).
Ariantini, dkk. (2015) Objek penelitian
bersumber dari tayangan
stand up comedy untuk
pembelajaran
keterampilan menulis
anekdot.
1. Mengujicobakan
satu media
pembelajaran.
2. Menggunakan
media teks narasi
stand up comedy.
3. Menggunakan
penelitian tindakan
kelas (PTK).
Utami (2017) 1. Mengujicobakan
media karikatur dalam
pembelajaran
keterampilan menulis
anekdot.
2. Menggunakan metode
eksperimen.
1. Mengujicobakan
satu media
pembelajaran.
2. Menggunakan
penelitian tindakan
kelas (PTK).
Warni, dkk. (2017) 1. Mengujicobakan
media karikatur dalam
pembelajaran
1. Mengujicobakan
satu media
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
keterampilan menulis
anekdot.
2. Menggunakan
penelitian tindakan
kelas (PTK).
Padmala (2016) 1. Mengujicobakan
media karikatur dan
video stand up comedy
dalam pembelajaran
keterampilan menulis
anekdot.
2. Menggunakan metode
penelitian eksperimen.
Menggunakan metode
penelitian pra-
eksperimen dengan
desain one-group
pretest-postest design.
Hasriandi (2016) 1. Mengujicobakan dua
media pembelajaran
yaitu media visual dan
audio visual.
2. Menggunakan metode
penelitian eksperimen.
Variabel terikat:
kemampuan servis
pendek dalam
permainan bulutangkis.
Karisa (2018) 1. Mengujicobakan dua
media pembelajaran.
2. Menggunakan metode
penelitian eksperimen
kuasi.
3. Menggunakan desain
kelompok kontrol
prates-pascates tidak
ekuivalen.
Varibel terikat:
kreativitas menulis
cerpen.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar pijakan dari peneliti untuk melakukan
penelitian. Landasan teori memuat teori-teori yang dikemukakan para ahli dalam
bidangnya. Landasan teori dalam penelitian ini yaitu, (1) media pembelajaran, (2)
karikatur sebagai media pembelajaran keterampilan menulis anekdot, (3) video
stand up comedy sebagai media pembelajaran keterampilan menulis anekdot, (4)
keterampilan menulis, (5) teks anekdot, dan (6) pembelajaran keterampilan
menulis anekdot dalam kurikulum 2013. Paparan dari landasan teori tesebut
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.1 Media Pembelajaran
Pada landasan teori tentang media pembelajaran, ada empat hal yang
dibahas, yaitu (1) pengertian, (2) fungsi, (3) manfaat, dan (4) jenis-jenis media
pembelajaran. Penjelasan dari empat hal tersebut sebagai berikut.
2.2.1.1 Pengertian
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam konteks pembahasan ini, media
diartikan sebagai alat bantu mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran kerena peran dan istilah media tidak akan lepas dari konteks
pemakaian oleh guru di kelas. Perbedaan yang mendasar antara media dan media
pembelajaran terletak pada pesan atau isi yang ingin disampaikan. Artinya alat
apa pun itu asal berisi tentang pesan-pesan pendidikan termasuk ke dalam media
pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya,2012:58). Oleh kerena itu,
Association of Education and Communication Techology (AECT) sebuah
organisasi yang bergerak dalam teknologi pendidikan dan komunikasi memberi
batasan tentang media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi.
Media pembelajaran dapat diartikan secara garis besar maupun secara lebih
khusus. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2014:3) menuliskan bahwa apabila
dipahami secara garis besar maka media adalah manusia, materi atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal (Arsyad,2014:3).
Menurut Munadi (2010:7), media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Pendapat
serupa dikemukakan oleh Sukiman (2012:29) yang mengartikan media
pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Selaras dengan pendapat para ahli di atas, Heinich, dkk. (dalam
Pribadi,2017:15) mengartikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang
memuat informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mendukung
aktivitas pempelajaran. Media pembelajaran, yang memuat informasi dan
pengetahuan, pada umumnya digunkan untuk membuat proses belajar menjadi
lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam proses
belajar dan pembelajaran, media pembelajaran berperan dalam menjebatani proses
penyampaian pesan antara guru dan siswa dapat berlangsung dengan efektif dan
efesien (Pribadi,2017:15). Selain itu, Sanaky (2013:3-4), menambahkan bahwa
dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi antara pembelajar, pengajar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bahan ajar. Oleh kerena itu, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan
media untuk menyampaikan pesan.
Bentuk-bentuk stimulus dapat digunakan sebagai media pembelajaran, di
antaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau
tidak, tulisan dan suara yang direkam. Dengan kelima bentuk stimulus ini, akan
membantu pembelajar mempelajari bahan ajar, atau dapat disimpulkan bahwa
bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan
gerakan (Sanaky, 2013: 3-4).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
murupakan alat bantu mengajar yang digunakan oleh guru di kelas. Media
pembelajaran dapat berupa apa pun selama isi atau pesan yang terkandung dalam
media itu berisi pesan-pesan pendidikan. Media pembelajaran digunakan oleh
guru dalam menyalurkan isi materi pembelajaran ke penerimanya yaitu siswa
secara terencana. Oleh karena itu, media pembelajaran dipercaya dapat membantu
siswa dalam proses pembelajaran secara lebih menarik, efektif dan efesien,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.2.1.2 Fungsi
Ada berbagai pandangan mengenai fungsi media dalam pembelajaran.
Sanjaya (2012: 73-74) mengemukakan lima fungsi media pembelajaran, yaitu (1)
fungsi komunikatif, motivasi, kebermaknaan, penyamaan persepsi, dan
individualitas. Berikut penjelasan lima fungsi tersebut.
a. Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan
komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
penyampai pesan mengalami kesulitan manakala harus menyampaikan
pesan dengan hanya mengandalkan bahasa verbal saja. Demikian juga
penerima pesan, sering mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang
disampaikan, khususnya materi yang bersifat abstrak. Oleh karena itu
pemanfaatan media pembelajaran dapat membantu guru dalam
menyampaikan pesan kepada siswa dengan lebih efektif dan efesien
(Sanjaya, 2012: 73-74).
b. Fungsi motivasi. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas pada
umum hanya sebatas penyampaian materi dengan mengandalakan suara
melalui metode ceramah tanpa melibatkan siswa secara optimal. Hal
tersebut bukan hanya dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa sebagai
penerima pesan, akan tetapi juga dapat mengganggu suasana belajar.
Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapakan siswa akan lebih
termotivasi dalam belajar. Dengan demikian pengembangan media
pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga
memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih
meningkatkan gairah siswa untuk belajar (Sanjaya, 2012: 74).
c. Fungsi kebermaknaan. Melalui penggunaan media, pembelajaran dapat
lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan
penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek
kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan
(Sanjaya, 2012: 74).
d. Fungsi penyamaan persepsi. Walaupun pembelajaran di-setting secara
klasikal, namun pada kenyataannya proses belajar terjadi secara individual.
Kalau satu kelas memiliki 40 siswa yang belajar, mungkin ada 40 macam
pemikiran atau ada 40 jenis persepsi yang datang dari masing-masing
pemikiran siswa. Artinya, bisa terjadi setiap siswa akan menginterpertasi
materi pelajaran secara berbeda. Melalui pemanfaatan media pembelajaran,
diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa
memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan
(Sanjaya, 2012: 75).
e. Fungsi individualitas. Siswa datang dari latar belakang yang berbeda baik
dilihat dari status sosial, ekonomi maupun dari latar belakang
pengalamannya, sehingga memungkinkan gaya dan kemampuan belajarnya
pun tidak sama. Demikian juga halnya mengenai bakat dan minat siswa
tidak mungkin sama, walaupun secara fisik sama. Pemanfaatan media
pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani minat dan gaya belajar yang
berbeda (Sanjaya, 2012: 75).
Selain lima fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Sanjaya di
atas, Sanaky (2013:7) mengemukakan bahwa media pembelajaran berfungsi untuk
merangsang pembelajaran dengan: (a) menghadirkan objek sebenarnya dan objek
yang langka, b) membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya, c) membuat
konsep abstrak ke konsep kongkret, d) memberikan kesamaan persepsi, e)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, f) menyajikan ulang
informasi secara konsisten, dan g) memberikan suasana belajar yang
menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan lebih baik.
Berdasarkan fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh dua ahli di
atas dapat simpulkan bahwa media pembelajaran dapat membantu proses
pembelajaran secara lebih menarik, efektif dan efesien kerena memiliki fungsi
komunikatif, motivasi, kebermaknaan, penyamaan persepsi, dan dapat digunakan
oleh siswa dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan pengalamannya.
Selain itu, media pembelajaran dapat menghadirkan atau menduplikasikan objek
yang sebenarnya atau yang tidak memungkinkan untuk dihadirkan dalam proses
pembelajaran karena keterbatasan waktu, ruang, jumlah, dan jarak. Media
pembelajaran juga sangat efektif untuk membuat konsep abstrak ke konsep
konkret dan dapat menyajikan ulang informasi secara lebih konsisten. Oleh karena
itu, media pembelajaran dapat memberikan suasana belajar yang lebih
menyenangkan.
2.2.1.3 Manfaat
Berbagai manfaat penggunaan media pembelajaran sudah banyak
dirasakan oleh para pendidik/pengajar yaitu sebagai alat bantu dalam mencapai
tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efesien. Sudjana dan Rivai (2013:3)
bahkan menuliskan secara eksplisit bahwa media pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran siswa. Alasan yang paling
mendasar adalah terkait dengan manfaatnya sebagai media dalam proses
pembelajajaran, oleh karena itu Sudjana dan Rivai (2013:3) mengungkapkan
empat manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa sebagai berikut.
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
lebih baik;
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap
mata pelajaran;
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lainnya seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Berdasarkan manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Adapun hal tersebut dapat terjadi karena media pembelajaran
memiliki manfaat seperti dapat menarik perhatian siswa, bahan pengajaran dapat
dipahami dengan lebih jelas, suasana kelas akan lebih bervariasi, dan siswa dapat
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.2.1.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Rudy Bertz dalam Munadi (2010: 52) melihat media berdasarkan indra yang
terlibat. Klasifikasi media berdasarkan indra ini lebih disebabkan pada
pemahaman bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five
sense are the golden gate of knowledge). Dalam usahanya ini, ia mencoba
membagi media berdasarkan indra yang terlibat sehingga ia memilih dua unsur
pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara dan visual. Unsur suara adalah
unsur yang melibatkan indra pendengaran dan visual adalah unsur yang
melibatkan indra penglihatan. Bentuk visual dibaginya menjadi gambar, garis, dan
simbol verbal yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan. Berdasarkan
pemahaman tersebutlah kemudian menghasilkan pengelompokan media
pembelajaran menjadi empat kelompok besar, yakni media audio, media visual,
media audio-visual, dan multimedia (Munadi, 2010:53-54). Adapun penjelasan
dari empat kelompok besar media pembelajaran tersebut sebagai berikut.
a. Media audio
Media yang hanya melibatkan indra pendengaran dan hanya mampu
memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang
diterimnya media audio ini menerima pesan verbal dan nonverbal. Pesan
verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio
adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumaman,
musik, dan lain-lain. Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah
program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan
melalui hardwere seperti radio dan alat-alat perekam seperti phonograph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
record (disc recording), audio tape (tape recorder) yang menggunakan pita
magnetis (cassette), dan compact disk. Program radio sangat sesuai untuk
sasaran dalam jangkauan yang luas; dan dalam dunia pendidikan ia telah
digunakan untuk pendidikan jarak jauh. Sedangkan program media rekam
sangat mungkin untuk sasaran dalam jangkuan terbatas, seperti dalam
proses pembelajaran di kelas kecil maupun di kelas besar (Munadi,
2010:55).
b. Media visual
Media yang hanya melibatkan indra penglihatan. Termasuk dalam
jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media
visual non-cetak. Pertama, media visual-verbal adalah media visual yang
memuat pesan-pesan verbal (pesan linguistic berbentuk tulisan). Kedua,
media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan
nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsure-unsur grafis,
seperti gambar (sketasa, lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta.
Ketiga, media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang
memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen,
dan diorama (Munadi, 2010:56).
Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk
media cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster, dan atlas;
bisa juga dibuat di atas papan visual seperti tulis dan papan pamer (display
board); dan bisa dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui projectable
aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
opaque projector, OHP (overhead projector), digital projector (bisa disebut
sebagai LCD atau infocus) (Munadi, 2010:56).
c. Media audio-visual
Media yang melibatkan indra pendengaran dan penglihatan sekaligus
dalam satu proses. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat
berupa pesan verbal dan nonverbal yang terdengar layaknya media audio di
atas. Pesan visual yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui
program audio-visual seperti film documenter, film drama, dan lain-lain.
Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film,
video, dan juga televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi
(projectable aids) (Munadi, 2010:56-57).
d. Multimedia
Media yang melibatkan berbagai indra dalam sebuah proses
pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang
memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer dan
internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.
Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah lingkungan nyata dan
karyawisata; sedangkan termasuk dalam pengalaman terlibat adalah
permainan dan simulasi, bermain peran dan forum teater (Munadi, 2010:57).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengklasifikasian
jenis-jenis media pembelajaran didasakan pada indra yang terlibat. Ada dua unsur
pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu unsur suara dan visual. Unsur suara
melibatkan indra pendengaran, sedangkan visual melibatkan indra penglihatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Oleh karena itu, pengelompokan media pembelajaran menjadi empat kelompok
besar, yakni media audio, media visual, media audio-visual, dan multimedia.
2.2.2 Karikatur sebagai Media Pembelajaran Keterampilan Menulis
Anekdot
Menurut Wijana (dalam Suyitno, 2010:15) karikatur (caricature) berasal
dari bahasa Italia caricare yang artinya memberi muatan atau beban tambahan.
Yang direka adalah tokoh-tokoh politik atau orang-orang yang kerena peristiwa
menjadi pusat perhatian. Distorsi jasmani tokoh-tokohnya itu tidak selamanya
dimaksudkan sebagai sindiran, melainkan dapat juga hanya untuk
menampilkannya secara humoris. Poeradarminta (dalam Suyinto,2010:15)
mengartikan secara singkat pengertian karikatur sebagai gambar yang bersifat
lelucon yang mengandung sindirian. Pendapat serupa dikemukakan oleh Rohani
(dalam Munadi, 2010: 87-88) yang mengartikan karikatur sebagai bentuk gambar
yang sifatnya klise, sindiran, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan seseorang
yang biasanya diekspresikan berdasarkan masalah-masalah politik dan sosial.
Kariaktur sebagai media komunikasi mengandung pesan kritik atau sindiran
dengan tanpa banyak komentar, tetapi cukup dengan rekaan gambar yang sifatnya
lucu sekaligus mengandung makna yang dalam (Munadi, 2010:87-88).
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Anitah (2010:11-12) yang
mengartikan karikatur sebagai gambar yang disederhanakan bentuknya dan
biasanya berisi sindiran. Gambar Karikatur dapat digunakan sebagai media
komunikasi untuk semua tingkatan sosial, mulai dari orang-orang yang tidak
bersekolah sampai pada orang yang berpendidikan tinggi. Karikatur juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berbicara dalam bahasa yang universal tanpa memerlukan penjelasan. Bentuknya
selain menarik, juga dapat mengikat perhatian orang dan memperjelas ide serta
informasi yang dikemukakan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulakan
bahwa karikatur adalah gambar yeng memiliki sifat klise, lucu dan mengandung
unsur sindiran di dalamnya. Masalah yang sering dimunculkan dalam karikatur
adalah masalah politik dan sosial yang menyangkut tokoh-tokoh politik atau
orang-orang yang kerena peristiwa menjadi pusat perhatian.
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni
karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual
gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, dan kalimat, di
samping gambar tokoh yang didistorsikan itu, sedangkan karikatur nonverbal
cenderung memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca (Suyitno,2010:16).
Selain itu, Parendra, dkk. (2013:4-5) dalam penelitannya menambahkan tiga
macam karikatur berdasarkan topik/isinya, yaitu karikatur orang-pribadi, karikatur
sosial, dan karikatur politik.
a. Katikatur Orang-Pribadi
Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh
yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun
kebiasaanya secara karikatural. Berikut adalah contoh karikatur orang-
pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambar 2.1 Contoh Karikatur Orang-Pribadi
(Sumber: kompasiana.com)
b. Karikatur Sosial
Karikatur sosial mengemukakan dan menggambarkan persoalan-
persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Berikut adalah
contoh karikatur sosial.
Gambar 2.2 Contoh Karikatur Sosial
(Sumber: kokang.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Karikatur Politik
Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian
rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para
tokoh politik di atas panggung dan mementaskannya dengan lucu. Berikut
adalah contoh karikatur politik.
Gambar 2.3 Contoh Karikatur Politik
(Sumber: beritagar.id)
Karikatur dilihat dari jenis media pembejarannya termasuk dalam jenis
media visual/grafis. Menurut Arsyad (2014:89) media berbasis visual memegang
peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingakatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat
siswa dan memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari media visual/grafis, karikatur digunakan
untuk mengungkapkan ide, dan menyatakan sikap, serta pandangan terhadap
seseorang, kondisi, kejadian atau situasi tertentu. Gambar yang disajikan biasanya
berbentuk sederhana dan terkesan lucu. Sebuah karikatur yang baik bukan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dapat menyampaikan pesan tertentu melainkan juga dapat mempengaruhi sikap
dan tingkah laku orang yang melihatnya (Sanjaya, 2012:163).
Media karikatur dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot karena sama-sama memiliki sifat lucu dan mengandung unsur
sindiran/kritikan. Hanya saja karikatur disajikan dalam bentuk gambar dan
anekdot disajikan dalam bentuk teks. Menurut Warni, dkk. (2017:3) persamaan
lucu, mengandung pesan, dan kritikan inilah yang dapat menjadikan teks anekdot
dan media karikatur adalah pasangan yang saling mendukung. Dengan
memanfaatkan media karikatur, siswa dapat dilatih untuk berpikir kritis dan
memiliki kepekaan atau kepedulian sosial, serta dapat lebih mempertajam daya
tarik dan imajinasi siswa (Rohani, dalam Munandi, 2010:87-88).
Karikatur sebagai media pembelajaran berbentuk gambar (visual/grafis)
tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Parendra, dkk. (2013:4-5) dalam
penelitiannya mengemukakan keunggulan media karikatur dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot, yaitu:
a. Memudahkan siswa dalam membuat kerangka karangan, karena adanya
rangsangan dari karikatur,
b. Pembelajaran keterampilan menulis anekdot akan menjadi lebih menarik dan
tidak membosankan,
c. Media karikatur dapat merangsang ide dan imajinasi siswa dalam membuat
anekdot,
d. Media karikatur memberikan contoh lelucon dan kritikan secara lebih konkret
dalam bentuk gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Selain itu, sebagai media gambar, Sanaky (2013:83) mengemukakan tiga
kelemahan media gambar dalam pembelajaran. Tiga kelamahan tersebut, yaitu:
a. Lebih menekankan persepsi indra mata,
b. Diinterpretasikan secara personal dan subjektif,
c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Pemilihan media karikatur untuk pembelajaran keterampilan menulis
anekdot ini didasarkan pada kriteria pemilihan media menurut Sudjaja dan Rivai
(2011:4). Adapun enam kriteria tersebut, yaitu:
a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. Sudjaja dan Rivai (2011:4)
menyatakan bahwa, “Media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang
berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan
digunakan media pengajaran.” Berdasarkan pernyataan tersebut, media
karikatur dapat dimanfaatkan dalam aktivitas pembelajaran keterampilan
menulis anekdot sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan instruksional
karena selain memiliki kesamaan sifat, media karikatur juga dapat
merangsang kemampuan berpikir kritis, kepekaan/kepedulian sosial, serta
dapat lebih mempertajam daya tarik dan imajinasi siswa. Hal tersebut
diperlukan guru dan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran menulis
anekdot.
b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran. Sudjaja dan Rivai (2011:5)
menyatakan bahwa, “Bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan
generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
siswa.” Berdasarkan pernyataan tersebut, media karikatur dapat digunakan
untuk mendukung isi bahan pembelajaran keterampilan menulis anekdot
karena materi pembelajaran anekdot yang bersifat fakta, konsep, prinsip, dan
generalisasi memiliki kesamaan dengan karikatur. Kesamaan tersebut
terbentuk karena baik anekdot maupun karikatur sama-sama dijadikan
sebagai sarana oleh seseorang untuk mengungkapkan pendapat/perasaan
terhadap masalah-masalah politik dan sosial yang sedang berkembang di
masyarakat. Masalah-masalah tersebut dijadikan sebagai dasar pembuatan
anekdot dan karikatur yang bersifat lucu dan mengandung unsur sindiran
serta menyangkut tokoh-tokoh politik atau tokoh yang karena peristiwa
tersebut menjadi pusat perhatian. Hanya saja anekdot disajikan dalam bentuk
teks narasi atau percakapan dan karikatur disajikan dalam bentuk gambar.
c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh (Sudjaja dan Rivai, 2011:5). Media karikatur dapat diperoleh
dengan mudah oleh guru karena karikatur dapat ditemui di berbagai sumber,
seperti majalah, koran, atau di media dalam jaringan (online). Karikatur sudah
bukan barang asing lagi bagi guru dan siswa. Dengan banyaknya media yang
menyajikan berbagai karikatur, guru dengan mudah dapat memperolehnya
untuk dijadikan sebagai media pembelajaran keterampilan menulis anekdot.
d. Keterampilan guru dalam menggunakanya; apa pun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi
dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
siswa dengan lingkungannya (Sudjaja dan Rivai, 2011:5). Media karikatur
sangat mudah digunakan oleh guru dalam pembelajaran, tidak ada
keterampilan khusus untuk menggunakanya, karena guru dapat menggunakan
media karikatur dengan mencetaknya atau dengan menampilkannya di depan
layar LCD proyektor yang telah tersedia di kelas. Guru hanya membutuhkan
keterampilan untuk mengefektifkan media tersebut dalam pembelajaran agar
terjadi interkasi antara siswa dan media yang digunakan.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung (Sudjaja dan Rivai,
2011:5). Media karikatur sangat efektif digunakan, tidak membutuhkan
banyak waktu untuk menyiapkan media karikatur, karena guru cukup
mencetaknya atau menampilkannya di depan layar LCD proyektor, kemudian
siswa sudah dapat menggunakannya sebagai media pembelajaran.
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa (Sudjaja dan Rivai,
2011:5). Menurut Anitah (2010:11-12) gambar karikatur dapat digunakan
sebagai media komunikasi untuk semua tingkatan sosial, mulai dari orang-
orang yang tidak bersekolah sampai pada orang yang berpendidikan tinggi.
Karikatur juga dapat berbicara dalam bahasa yang universal tanpa
memerlukan penjelasan. Dengan demikian, media karikatur sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot siswa kelas X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
karena dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kepekaan siswa terhadap
permasalahan-permasalah yang terjadi di masyarakat.
Karikatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah karikatur tentang
politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosisal (Medsos).
Karikatur diambil dari berbagai media dalam jaringan (daring). Langkah-langkah
penerapan media karikatur dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot
sebagai berikut.
a. Persiapan
Sebelum memulai pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Guru mengecek media yang akan digunakan.
2) Guru menampilkan media karikatur di depan kelas dengan menggunakan
LCD proyektor. Jika di kelas tidak terdapat LCD proyektor, maka guru
dapat mencetak karikatur yang digunakan dan membagikannya kepada
siswa dalam kelompok.
b. Pelaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyajian media karikatur sebagai
berikut.
1) Siswa mengamati media karikatur yang ditampilkan atau dibagikan oleh
guru.
2) Siswa harus mengkritisi dan menemukan inti-inti yang terkandung di
dalam media karikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3) Siswa kemudian membuat kerangka karangan anekdot berdasarkan inti-
inti yang sudah diperoleh dari media karikatur sebagai dasar untuk
menulis anekdot.
4) Siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi teks anekdot yang
utuh. Siswa boleh mengembangkan isi anekdot sesuai dengan kejadian
yang lebih aktual, tetapi tidak keluar dari topik dalam karikatur.
c. Langkah akhir
Setelah selesai mempelajari media karikatur yang ditampilkan dan siswa
sudah selesai membuat anekdot, dilanjutkan dengan menyunting hasil
karangan anekdot siswa.
2.2.3 Video Stand Up Comedy sebagai Media Pembelajaran Keterampilan
Menulis Anekdot
Stand up comedy adalah sebuah genre komedi yang menampilkan pelawak
tunggal di atas panggung dengan cara bermonolog. Hal tersebut selaras dengan
pendapat Papana (2016:5) yang mengartikan “Stand up comedy sebagai bentuk
pertunjukan seni komedi yang dibawakan secara monolog oleh seorang comic.”
Comic adalah sebutan untuk pelaku stand up comedy. Seni komedi jenis ini sudah
ada sekitar tahun 1800-an di Amerika, dan baru masuk ke Indonesia sejak tahun
1997 yang diperkenalkan oleh Ramon Papana (Papana,2016:1). Pada awal masuk
ke Indonesia, stand up comedy belum mendapatkan perhatian khusus dari
masyarakat Indonesia. Namun, pada September 2011, saat stasiun televisi swasta
Mentro TV mengangkat stand up comedy sebagai salah satu program acara
hiburan yang berisi kritikan terhadap isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
oleh masyarakat, jenis komedi ini kemudian menjadi perhatian banyak masyarakat
Indonesia (Melik,2016:483).
Stand up comedy dapat dikatakan sebagai jenis komedi yang mampu
mempertunjukkan sebuah lelucon yang cerdas, karena menyajikan humor dengan
mengamati fenomena-fenomena sosial yang sedang berkembang di masyarakat.
Humor yang disampaikan cenderung berisi tentang kritikan terhadap masalah
yang terjadi saat itu (Melik,2016:483). Pada saat mempertunjukan sebuah lelucon,
beberapa comic ada yang menggunakan properti (alat bantu), musik, suara perut
dan boneka atau trik sulap untuk melancarkan aksi pertunjukan mereka, tetapi itu
merupakan “perkembangan” dari stand up comedy, karena pada umumnya tanpa
peralatan, bahkan penampilan kostum/make up biasa atau normal
(Papana,2016:5). Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
stand up comedy adalah seni komedi yang dibawakan oleh seorang comic secara
monolog dan langsung menampilkannya di depan khalayak umum/pemirsa. Stand
up comedy menjadi jenis komedi yang cerdas karena humor yang disampaikan
mengandung kritikan terhadap fenomena-fenomena sosial yang sedang
berkembang di masyarakat.
Stand up comedy dilihat dari jenis media pembelajaran termasuk dalam
jenis media audio-visual/video. Penampilan para comic direkam menggunakan
format video yang kemudian dirilis dalam bentuk video/DVD, via internet
ataupun televisi, tapi suasana utamanya ditemukan di live show (penampilan
hidup/langsung) (Papana,2016:5). Media video menjadi alat komunikasi yang
sangat membantu dalam proses pembelajaran karena apa yang terpandang oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada apa
yang hanya dapat dibaca saja atau hanya didengar saja. hal tersebut membuat
pembelajaran lebih efektif dan efesien (Munadi:2013:116).
Media video stand up comedy dapat digunakan sebagai media dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot karena sama-sama menyajikan cerita
lucu yang sarat dengan kritikan/sindirian atau pelajaran tertentu pada suatu hal
atau pada seseorang yang terkenal, penting atau seseorang yang kerena peristiwa
itu menjadi bahan perbincangan. Aspek humor menjadi jembatan antara keduanya
karena baik anekdot maupun stand up comedy dihidupkan oleh roh yang sama
yaitu humor. Oleh karena itu, tidak ada kesulitan yang berarti dalam menjadikan
video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Para
siswa sudah tidak asing dengan komedi jenis ini. Namun, tidak banyak guru yang
menggunakan media ini dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot
(Cahyawati,2015:48).
Media video stand up comedy sebagai sarana pembelajaran dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Aspek kognitif terkait dengan aspek wawasan dan pengetahuan
siswa terhadap masalah-masalah sosial yang sedang terjadi di masyarakat melalui
humor-humor cerdas dalam stand up comedy yang mengandung pelajaran,
kritikan/sindiran atau refleksi. Aspek afektif terkait dengan nilai dan norma yang
terdapat dalam suatu masyarakat. Video stand up comedy dapat mempengaruhi
sikap/perilaku dan kepekaan sosial siswa dalam menanggapi isu-isu yang sedang
berkembang di masyakat dalam bentuk humor. Aspek psikomotorik, dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ini, terkait dengan keterampilan menulis anekdot. Program video stand up comedy
dapat memberikan rangsangan humor, imajinasi, dan kepekaan sosial siswa,
sehingga keterampilan menulis siswa dapat diasah dan dikembangkan
(Pribadi,2017:146).
Stand up comedy sebagai media pembelajaran berjenis audio-visual/video
tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan penggunaan media video
dalam pembelajaran menurut Munadi (2013:116) yaitu:
a. Mengatasi keterbatasan ruang, jarak, dan waktu,
b. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan,
c. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat,
d. Mengembangkan pikiran dan pendapat siswa,
e. Mengembangkan imajinasi siswa,
f. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih
realistik,
g. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang,
h. Semua siswa dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang
pandai,
i. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Di samping memiliki kelebihan, media video juga memiliki beberapa
keterbatasan. Menurut Heinich, dkk. (dalam Pribadi,2017:147) keterbatasan
tersebut, meliputi:
a. Kecepatan penayangan informasi dan pengetahuan secara konstan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b. Kadang-kadang menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap informasi dan
pengetahuan yang ditayangkan,
c. Pengeluaran untuk biaya produksi program video sangat mahal.
Pemilihan media video stand up comedy untuk pembelajaran keterampilan
menulis anekdot ini didasarkan pada kriteria pemilihan media menurut Sudjaja
dan Rivai (2011:4). Adapun enam kriteria tersebut, yaitu:
a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. Sudjaja dan Rivai (2011:4)
menyatakan bahwa, “Media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang
berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan
digunakan media pengajaran.” Berdasarkan pernyataan tersebut, media video
stand up comedy dapat dimanfaatkan dalam aktivitas pembelajaran
keterampilan menulis anekdot sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan
instruksional, karena media video stand up comedy dapat memberikan
rangsangan humor, imajinasi, dan kepekaan sosial siswa, sehingga
keterampilan menulis siswa dapat diasah dan dikembangkan. Hal tersebut
diperlukan guru dan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran menulis
anekdot.
b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran. Sudjaja dan Rivai (2011:5)
menyatakan bahwa, “Bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan
generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami
siswa.” Berdasarkan pernyataan tersebut, media video stand up comedy dapat
digunakan untuk mendukung isi bahan pembelajaran keterampilan menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
anekdot karena materi pembelajaran anekdot yang bersifat fakta, konsep,
prinsip, dan generalisasi memiliki kesamaan dengan isi materi lawakan para
comic dalam stand up comedy. Kesamaan tersebut terbentuk karena baik
anekdot maupun stand up comedy sama-sama dijadikan sebagai sarana oleh
seseorang untuk mengungkapkan pendapat/perasaan terhadap masalah-
masalah politik dan sosial yang sedang berkembang di masyarakat. Masalah-
masalah tersebut dijadikan sebagai dasar pembuatan anekdot dan materi
lawakan para comic yang bersifat lucu dan mengandung unsur sindiran serta
menyangkut tokoh-tokoh politik atau tokoh yang karena peristiwa tersebut
menjadi pusat perhatian. Hanya saja anekdot disajikan dalam bentuk teks
narasi atau percakapan dan stand up comedy disajikan dalam bentuk seni
lawak.
c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh (Sudjaja dan Rivai, 2011:5). Media video stand up comedy dapat
diperoleh dengan mudah oleh guru melalui situs web berbagi video, yaitu
YouTube. Ada banyak video stand up comedy yang dapat diunduh oleh guru
melalui YouTube. Tugas guru tinggal mencari, memilih dan menganalisis
video stand up comedy yang cocok digunakan dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot.
d. Keterampilan guru dalam menggunakanya; apa pun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi
dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
siswa dengan lingkungannya (Sudjaja dan Rivai, 2011:5). Untuk
mengoprasikan media video stand up comedy, guru hanya perlu
menggunakan laptop, pengeras suara, dan LCD Proyektor di depan kelas,
tidak ada keterampilan khusus untuk mengoprasikan media video stand up
comedy. Guru tinggal menayangkan video stand up comedy dalam
pembelajaran. Guru hanya membutuhkan keterampialan untuk
mengefektifkan media tersebut dalam pembelajaran agar terjadi interkasi
antara siswa dan media yang digunakan.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung (Sudjaja dan Rivai,
2011:5). Media video stand up comedy sangat efektif digunakan, tidak
membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan media terebut, karena guru
cukup menayangkan di depan layar LCD proyektor atau membagi video ke
beberapa laptop siswa untuk didiskusikan, kemudian siswa sudah dapat
menggunakannya sebagai media pembelajaran.
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa (Sudjaja dan Rivai,
2011:5). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Melik (2016:494)
tentang dampak tayangan stand up comedy terhadap usia muda, penonton usia
muda mendapatkan wawasan baru setelah menonton stand up comedy, karena
tidak hanya menonton sebuah tayangan yang sifatnya menghibur, tetapi juga
mendapatkan manfaat edukasi bagi penonton. Hasil penelitian tersebut, secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
implisit menyatakan bahwa video stand up comedy dapat dipahami dan
dimaknai oleh para siswa (kaum muda) sesuai dengan taraf berpikirnya,
karena dengan menyampaikan bahan ajar melalui humor, maka dapat lebih
efektif untuk dipahami dan dicerna oleh siswa. Selain itu, menurut Cahyati
(2015:48) “Pada dasarnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam menjadikan
video stand up comedy sebagai sarana dalam pembelajaran. masyarakat telah
familiar dengan komedi jenis ini…” Dengan demikian, media video stand up
comedy sangat cocok digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot siswa kelas X, karena dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan
kepekaan siswa terhadap permasalahan-permasalah yang terjadi di
masyarakat melalui humor yang disampaikan oleh para comic dalam stand up
comedy.
Video stand up comedy yang digunakan dalam penelitian ini adalah video
stand up comedy yang diambil dari YouTube. Ada lima video yang digunakan
dalam penelitian, yaitu “Kesehatan Kampung Sikor” oleh Yewen, “Si Anak
Papua” oleh Mamat, “Ibu-Ibu Zaman Sekarang” oleh Karyn, “Pidato Politik” oleh
Cak Lontong, dan “Nama di Facebook” oleh Mamat. Kelima video tersebut
berisikan permasalahan-permasalah sosial, diantaranya tentang politik, hukum,
korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosisal (Medsos). Langkah-langkah
penerapan media video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a. Persiapan
Sebelum memulai pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan alat bantu untuk menayangkan media video stand up
comedy, seperti laptop, alat pengeras suara (speaker), dan LCD Proyektor.
2) Guru menayangkan media video stand up comedy di depan kelas dengan
menggunakan LCD proyektor. Jika di kelas tidak terdapat LCD proyektor,
maka guru dapat meminta beberapa siswa membawa laptop dan membagikan
soft file video stand up comedy kepada siswa dalam kelompok.
b. Pelaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyajian media video stand up
comedy sebagai berikut.
1) Siswa mengamati isi materi lelucon yang dibawakan oleh para comic dalam
video stand up comedy.
2) Siswa mecatat isi materi lelucon yang dibawakan oleh para comic, seperti
masalah sosial yang dibawakan, tokoh yang terlibat, unsur lelucon dan
sindiran, kritikan atau pelajaran yang terkandung dalam materi lawakan oleh
comic.
3) Siswa kemudian membuat kerangka karangan anekdot berdasarkan catatan isi
materi yang terkandung dalam video stand up comedy sebagai dasar untuk
menulis anekdot.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4) Siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi teks anekdot yang utuh.
Siswa boleh mengembangkan isi anekdot sesuai dengan kejadian yang lebih
aktual, tetapi tidak keluar dari topik dalam video stand up comedy.
c. Langkah akhir
Setelah selesai mempelajari media video stand up comedy yang
ditampilkan dan siswa sudah selesai membuat anekdot, dilanjutkan dengan
menyunting hasil karangan anekdot siswa.
2.2.4 Keterampilan Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai oleh
pembelajar bahasa setelah keterampilan mendengarkan, berbicara dan membaca
(Nurgiyantoro,2013:422). Empat keterampilan berbahasa tersebut seperti sebuah
siklus, artinya setiap keterampilan sangat erat hubungannya antara satu dengan
yang lain. Hal yang membedakan terletak pada ranah keterampilan berbahasa
pada masing-masing keterampilan. Keterampilan mendengarakan dan membaca
masuk dalam ranah reseptif, sedangkan berbicara dan menulis masuk dalam ranah
produktif.
Ada berbagai pandangan dari para ahli mengenai definisi keterampilan
menulis. Menurut Abbas (2006:125) keterampilan menulis adalah kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan
melalui bahasa tulis. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Rofi’uddin dan
Darmiyati (1999:159) yang menyatakan keterampilan menulis merupakan proses
menuangkan pikiran, ide, gagasan tentang suatu pernyataan keinginan, atau
pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Menurut Tarigan (2008:3) “Menulis sebagai suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif.” Ada dua kata kunci yang dikemukakan oleh Tarigan dalam
pendapatnya tersebut yaitu produktif dan ekspresif. Produktif dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh penulis dalam mengasilkan sebuah
bahasa tulis secara teratur dan terus menerus. Ekspresif dapat diartikan sebagai
kemampuan seorang penulis dalam mamanfaatkan grafeologi, struktur bahasa,
dan kosakata dengan terampil untuk menyampaikan perasaan, gagasan dan
pendapatnya secara efektif dan efesien.
Keterampilan menulis juga diartikan sebagai sebuah proses kreatif dalam
menghasilkan bahasa tulis. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Dalman
(2016:3) yang menyatakan “Menulis sebagai sebuah proses kreatif untuk
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya
memberitahu, meyakinkan, atau menghibur.” Seorang penulis juga harus memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang tidak sedikit untuk dapat menghasilkan sebuah
tulisan yang baik. Banyak orang yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk
menulis. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengalaman dalam menulis dan
rendahnya budaya baca sehingga pengetahuan yang dimiliki untuk menulis tidak
cukup. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam Marwoto (dalam Dalman,2008:4)
yang menjelaskan bahwa:
Menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasannya
dalam bentuk tulisan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis itu
membutuhkan skemata yang luas sehingga si penulis mampu
menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar.
Skemata itu sendiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki. Jadi semakin luas skemata seseorang, semakin mudahlah ia
menulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis
adalah kemampuan seseorang menuangkan gagasan, pendapat dan perasaan
melalui bahasa tulis kepada pihak lain. Selain itu, keterampilan menulis
merupakan aktivitas produktif, ekspresif, dan kreatif dalam menghasilkan bahasa
tulis.
2.2.5 Teks Anekdot
Pada landasan teori tentang teks anekdot, ada empat hal yang dibahas,
yaitu (1) pengertian, (2) ciri-ciri, (3) struktur, dan (4) kaidah kebahasaan.
Penjelasan dari empat hal tersebut sebagai berikut.
2.2.5.1 Pengertian
Teks anekdot merupakan jenis teks yang tergolong baru dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas X SMA/SMK/MA, karena baru muncul sejak
kurikulum 2013 diberlakukan sebagai kurikulum pendidikan nasional. Ada
berbagai pandangan mengenai teks anekdot, dan dari berbagai pandangan
tersebut, ada kesamaan asumsi dalam mengartikan anekdot, yaitu sebagai sebuah
cerita singkat dalam bentuk narasi atau percakapan yang bersifat lucu dan
mengandung unsur sindirian, kritikan atau pelajaran tertentu di dalamnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi kelima, mengartikan anekdot
sebagai cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya
mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Graham (dalam Fatimah,2013:218) menyatakan bahwa “Kata anekdot digunakan
untuk memaknai kata joke dari bahasa Inggris yang bermakna suatu narasi atau
percakapan yang lucu.” Dalam narasi atau percakapan lucu tersebut, terkandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
unsur sindiran dan kritikan secara tidak langsung terhadap segala macam
kepincangan atau ketidakberesan yang tengah terjadi di masyarakat penciptanya
(Wijana, dalam Fatimah,2013:218-119).
Suherli, dkk. (2017:110) memberi batasan anekdot sebagai cerita pendek
yang berisi sebuah sindirian terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi
dengan humor. Selaras dengan pendapat Suherli, dkk., Kosasih (2016:84-85)
menambahkan bahwa:
Teks anekdot sebagai sebuah cerita lucu atau menggelitik yang
bertujuan memberikan suatu pelajaran tertentu. Kisahnya biasanya
melibatkan tokoh tertentu yang bersifat faktual ataupun terkenal.
Dengan demikian, anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal
yang lucu, guyonan, dan humor. Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain
di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkan bisa
memberikan kritik pada pihak tertentu atau pelajaran kepada khalayak.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Pujawan, dkk. (2014) yang menuliskan
teks anekdot sebagai cerita singkat yang menarik, lucu, dan mengesankan karena
isinya berupa kritik atau sindirian terhadap kebijakan, layanan publik, perilaku
penguasaan, atau suatu fenomena sehingga pelaku di dalam cerita bisa orang
penting atau terkenal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks
anekdot merupakan sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan. Dalam cerita lucu tersebut terkandung unsur sindiran, kritikan
ataupun pelajaran tertentu terhadap segala sesuatu atau seseorang.
2.2.5.2 Ciri-ciri
Sebagai sebuah teks, anekdot memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan teks
lain. Kita dapat mengenali dan membedakan jenis teks berdasakan ciri-ciri yang
dimiliki teks tersebut. Kosasih (2016:85-86) menyebutkan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Secara umum teks anekdot memiliki dua ciri yaitu (1) Anekdot
merupakan cerita narasi/percakapan secara singkat. Di dalamnya
mengandung unsur tokoh, alur, dan latar, (2) berbentuk lelucon dan
mengandung kritik yang bisa menjadi bahan pelajaran bagi khalayak.
Dari pendapat Kosasih tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa unsur
tokoh yang dimaksud adalah tokoh yang bersifat faktual dan biasanya orang-orang
terkenal atau penting seperti artis maupun pemerintah yang berkuasa. Alur dalam
cerita anekdot berupa rangkaian peristiwa baik yang benar-benar terjadi, maupun
sudah mendapat polesan dan tambahan-tambahan dari pembuat anekdot itu
sendiri. Latar dalam anekdot berupa waktu, tempat, dan suasana. Latar cerita
dalam anekdot menggunakan latar yang bersifat faktual, artinya benar-benar ada
di dalam kenyataan yang sesungguhnya (Kosasih,2016:86).
Teks anekdot memiliki dua pola penyajian, yaitu pola narasi dan dialog.
Pada pola narasi, teks anekdot disajikan dalam bentuk paragraf yang menjelaskan
atau menguraikan peristiwa ataupun kejadian dalam anekdot berdasarkan urutan
waktu. Pada pola dialog, teks anekdot disajikan dalam bentuk percakapan, seperti
pada teks drama. Salah satu ciri pola dialog adalah menggunakan kalimat
langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan
langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang
dikatakannya (Suherli, dkk.,2017:121).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anekdot dapat dikenali
berdasarkan ciri-cirinya, yaitu sebagai cerita berbentuk narasi/dialog secara
singkat. Cerita dalam anekdot bersifat lelucon, dan mengandung unsur sindiran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kritikan ataupun pelajaran bagi khalayak, serta di dalamnya terkandung unsur
tokoh, alur, dan latar.
2.2.5.3 Struktur
Selain unsur lelucon dan sindirian yang menjadi daya pembeda antara teks
anekdot dan teks lainnya, struktur teks pun menjadi ikhtiar untuk membedakan
anekdot dengan teks cerita lain. Menurut Gerot dan Wignell (dalam
Fatimah,2013:218) “Teks anekdot pada umumnya terdiri atas lima bagian atau
struktur generik. Lima bagian tersebut adalah abstract, orientation, crisis,
reaction, dan coda.” Hal tersebut selaras dengan pendapat Suherli (2017:119-120)
yang menyatakan bahwa “Anekdot memiliki struktur yang membedakannya
dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis,
reaksi, dan koda.”
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Kosasih (2016:95-96) yang
menyatakan bahwa:
Anekdot merupakan teks yang berupa cerita, kisah, atau
percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar dan
rangkaian peristiwa. Adapun rangkaian atau alurnya itu sendiri adalah
dibentuk oleh bagian-bagian seperti abstraksi, orientasi, krisis, reaksi
dan koda.
Julianto (2016:81) dalam penelitiannya menuliskan hal yang sama tentang
struktur teks anekdot. Ia menuliskan bahwa struktur teks anekdot kerangka
utamanya dibagi menjadi tiga komponen, yaitu tokoh, latar, dan alur. Selanjutnya
alur atau cerita teks anekdot ini dikembangkan menjadi lima komponen penting,
yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur teks ankedot
mencakup lima komponen yaitu 1) Abstarksi yang berperan sebagai pendahuluan
untuk menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks, 2)
orientasi yang diartikan sebagai bagian cerita yang mengarah pada terjadinya
suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab
timbulnya krisis, 3) krisis atau komplikasi yaitu bagian dari inti peristiwa suatu
anekdot. Pada bagian ini terkandung unsur humor dan kritikan ataupun sindirian,
4) Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan
sebelumnya, dan 5) koda bagian dari penutup atau kesimpulan.
2.2.5.4 Kaidah Kebahasaan
Seperti halnya dengan teks lain, anekdot memiliki kaidah-kaidah
kebahasaan tersendiri. Namun, sebagai teks bergenre cerita, teks tersebut memiliki
persamaan dengan teks sejenisnya, seperti cerita pendek, novel, dan cerita ulang.
Suherli, dkk. (2017:124) menyatakan bahwa:
Kaidah kebahasaan anekdot secara umum mencakup enam fitur
kebahasaan, yaitu 1) Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa
masa lalu, 2) menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang
tidak membutuhkan jawaban, 3) menggunakan konjungsi (kata
penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, dan
lalu, 4) menggunakan kata kerja aksi diantaranya seperti menulis,
membaca, dan berjalan, 5) menggunakan imperative sentence (kalimat
perintah), dan 6) menggunakan kalimat seru.
Pendapat lain mengenai kaidah kebahasaan anekdot dikemukakan oleh
Kosasih (2016:99-100) yang menyatakan secara spesifik enam fitur kebahasaan
dalam teks anekdot, yaitu 1) banyak menggunakan kalimat langsung yang
bervariasi dengan kalimat-kalimat tidak langsung, 2) menggunakan nama tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
utama orang ketiga tunggal, baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh
faktual maupun yang disamarkan, 3) banyak menggunakan keterangan waktu, 4)
banyak menggunakan konjungsi penjelas, seperti bahwa, 5) banyak menggunakan
kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Banyak
menggunakan kata kerja mental, yakni kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirakan atau dirasakan seorang tokoh. 6) banyak menggunakan kata
penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis (temporal).
Berdasarkan pernyataan dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah
kebahasaan yang terkandung dalam teks anekdot sama halnya dengan kaidah
kebahasaan pada genre cerita umumnya. Kaidah kebahasaan tersebut pada intinya
digunakan sebagai cara menceritakan dan menghidupkan kisah si tokoh dalam
cerita.
2.2.6 Pembelajaran Keterampilan Menulis Anekdot dalam Kurikulum 2013
Kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia sekarang ini, dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, adalah kurikulum 2013 (K.13).
Dalam silabus bahasa Indonesia untuk SMA/MA (Kemendikbud,2017) dituliskan
bahwa “Pendekatan pengembangan kurikulum bahasa di berbagai negara maju
saat ini menjadi dasar pengembangan Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa
Indonesia.” Secara singkat, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
berbasis genre. Pendakatan berbasis genre sering disebut berbasis teks.
Pengembangan kompetensi lulusan bahasa Indoensia ditekankan pada
kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pengembangan
kemampuan tersebut dilakukan melalui media teks. Dalam hal ini, teks merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
perwujudan kegiatan sosial dan memiliki tujuan sosial. Ada tujuh jenis teks yang
memiliki tujuan sosial, yaitu: laporan (report), rekon (recount), eksplanasi
(explanation), eksposisi (exposition: discussion, response or review), deskripsi
(description), prosedur (procedure), dan narasi (narrative).
Teks anekdot merupakan satu dari sepuluh jenis teks yang diajarkan di kelas
X. Berdasarkan jenis teks sebagai aktivitas sosial, teks anekdot termasuk dalam
jenis teks cerita. Pada jenis teks ini, unsur utamanya berupa peristiwa yang di
dalamnya menyangkut siapa, mengalami apa, dan terjadi pada waktu lampau.
Pembelajaran keterampilan menulis anekdot memang tergolong baru, karena
pada KTSP meteri teks anekdot masih belum ada. Keterampilan menulis anekdot
diajarkan pada siswa kelas X dengan alokasi waktu 2 x 45 menit untuk satu kali
pertemuan. Berikut adalah kompetensi dasar untuk pembelajaran keterampilan
menulis anekdot yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Menulis Anekdot
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 menganalisis struktur dan
kebahsaan teks anekdot.
4.6 mencipta kembali teks anekdot
dengan memperhatikan struktur, dan
kebahasaan baik lisan maupun tulisan.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran keterampilan
menulis anekdot disesuaikan dengan salah satu pendekatan yang diterapkan pada
K.13 yaitu pendekatan ilmiah (saintifik). Pendekatan ilmiah mencakup lima
tahapan dalam proses pembelajaran, mulai dari proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi, hingga proses
mengkomunikasikan. Oleh karena itu, sebelum pada tahap pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pembelajaran, guru telebih dahulu merancang proses pembelajaran ke dalam
rencana pelaksanaan pembelajaan (RPP) dengan mempertimbangkan seluruh
aspek yang terdapat dalam K.13.
K.13 mengalami revisi pada tahun 2017. Pada K.13 revisi 2017, khususnya
tentang penyusunan RPP, ada empat hal yang harus dimuat dalam penyusunan
RPP, yaitu diintegrasikannya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), literasi, 4C
(creative, critical thinking, Communicative, dan Collaborative) dan HOTS
(Higher Order Tinking Skill) dalam kegiatan pembelajaran. Empat hal tersebut
sudah termuat dalam penyusunan RPP K.13 revisi 2016, namun pada RPP revisi
2017, empat hal tersebut lebih ditegaskan. Berikut dipaparkan empat hal tersebut
(diakses melalui www.infokemendikbud.com pada 27 Februari 2018 pukul 09.08
WIB).
a. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Para pendidik dituntut untuk memasukan aspek PPK dalam kegiatan
pembelajaran. Ada empat karakter yang diperkuat dalam pembelajaran, yaitu
religius, nasionalis, gotong royong, dan integritas. Aspek PPK juga harus
diselaraskan dengan program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah
dilaksanakan oleh sekolah tersebut.
b. Literasi
Kegiatan literasi mencakup kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Kegiatan literasi telah
diprogramkan di setiap sekolah dengan nama Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
GLS dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan zaman abad 21 yang menuntut para
siswa menjadi pribadi yang memiliki kemampuan literasi tinggi agar mampu
bertahan dan mengikuti arus perkembangan zaman yang begitu cepat dan dinamis,
serta menjadikan pribadi siswa yang literat sepanjang hayat melalui pelibatan
publik.
Kegiatan literasi tidak sebatas membaca dan menulis, tetapi juga mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk
cetak, visual, digital, dan auditori, sehingga literasi dapat dijabarkan menjadi
literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi
visual.
c. Keterampilan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan
Collaborative)
4C adalah istilah untuk keterampilan abad 21. 4C adalah jenis softskill yang
pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar
penguasaan hardskill. Keterampilan ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna,
karena melibatkan sepenuhnya peran aktif siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga tidak terjadi lagi pembelajaran yang hanya sebatas
transfer ilmu dari guru ke siswa.
d. Higher Order of Thinking Skill (HOTS)
HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Ada tiga
ranah dalam HOTS, yaitu 1) analisisi yang merupakan kemampuan berpikir dalam
menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu, 2) evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan
fakta/informasi, 3) mengkreasi merupakan kemampuan berikir dalam membangun
gagasan/ide-ide.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
penting untuk dimiliki oleh para siswa yang hidup di era modern sekarang ini. Di
era modern sekarang ini, keterampilan menulis dapat menunjang aktivitas sehari-
hari dan dapat menunjang kesuksesan hidup para siswa. menurut Abbas
(2006:125) “Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis.” Dengan
memiliki kemampuan tersebut, para siswa dapat bersikap kritis dengan
menyampaikan gagasan, pandangan, dan perasaannya terhadap sesuatu melalui
bahasa tulis. Tulisan yang dihasilkan kemudian dapat dibaca oleh orang lain. Hal
tersebut dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa ini dan membuat
siswa mampu bersaing di era globalisasi saat ini.
Keterampilan menulis sudah diajarkan sejak siswa duduk di sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas, bahkan pada tingkat perguruan tinggi pun
keterampilan menulis terus dipelajari dan diasah. Namun, fakta menunjukkan
bahwa keterampilan menulis masih dipandang sebagai keterampilan berbahasa
yang paling sulit dikuasai. Hal tersebut terjadi karena keterampilan menulis
membutuhkan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi pesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut,
padu, dan berisi (Nurgiyantoro,2013:422).
Keterampilan menulis secara khusus diajarkan kepada para siswa melalui
mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat
keterampilan menulis siswa adalah melalui keterampilan menulis anekdot.
Keterampilan menulis anekdot adalah jenis keterampilan menulis yang baru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan jenis ini dipelajari oleh siswa kelas
X di SMA/SMK/MA sebagai salah satu jenis teks bergenre sastra. Keterampilan
menulis anekdot bukanlah perkara yang mudah untuk dikuasai karena siswa
dituntut mampu merefleksikan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat dan menuangkan gagasan, pendapat dan perasaannya tersebut melalui
anekdot yang memiliki sifat lelucon dan mengandung unsur sindiran, kritikan
maupun pelajaran tertentu kepada khalayak.
Sebagai salah satu jenis keterampilan menulis yang tergolong baru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dan sebagai keterampilan menulis yang tidak
mudah untuk dikuasai, peneliti kemudian tertarik untuk mengujicobakan sebuah
media dalam pemebelajaran menulis anekdot, karena menurut Sudjana dan
Ahmad (2011:1) “Dalam metodologi pengajaran, selain motede mengajar, media
pengajaran pun memiliki peran yang penting sebagai alat bantu mengajar.” Hal
tersebut dilakukan agar dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot
terdapat media pembelajaran yang terbukti efektif sehingga guru dapat
memanfaatkannya dengan baik. Hal ini pun diperkuat dengan bukti di
lapangangan, kelas X SMA Negeri 1 Sewon, yang membuktikan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
keterampilan menulis anekdot siswa masih belum memuaskan. Salah satu faktor
yang menyebabkannya adalah dari media pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Menurut siswa media pembelajaran yang digunakan guru membuat bosan
dan tidak efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Oleh karena
itu, peneliti mengujicobakan dua media pembelajaran, yaitu media karikatur dan
media video stand up comedy.
Media karikatur merupakan media grafis berbentuk gambar yang sifatnya
klise, sindiran, dan lucu untuk mengungkapkan ide atau sikap serta pandangan
terhadap seseorang, kondisi, kejadian atau situasi tertentu (Sanjaya,2012:163),
sedangkan media video stand up comedy merupakan media proyeksi (audio-
visual), berupa rekaman video, yang menampilkan seorang komedian (komikal)
sedang bermonolog membawakan cerita lucu di depan khalayak pemirsa dengan
mengangkat berbagai topik seperti sosial, politik, budaya, agama, ras, hingga jenis
kelamin (gender). Oleh karena itu, cerita lucu yang disampaikan sering kali
mengandung unsur sindiran, kritikan, atau pelajaran terhadap sesuatu atau
seseorang (Papana,2016:5).
Dua media di atas diyakini dapat mengefektikan pembelajaran keterampilan
menulis anekdot karena baik media karikatur maupun media video stand up
comedy memiliki kesamaan dengan teks anekdot dalam segi isi, yaitu sama-sama
mengandung unsur humor dan unsur sindiran, kritikan atau pelajaran kepada
khalayak di dalamnya. Hanya saja disajikan dalam bentuk berbeda. Karikatur
disajikan dalam bentuk gambar, stand up comedy disajikan dalam bentuk rekaman
video yang memperlihatkan para pelawak tunggal sedang melawak, dan anekdot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
disajikan dalam bentuk teks narasi maupun percakapan. Oleh karena itu, dua
media ini diyakini dapat memberi rangsangan humor, imajinasi, dan kepekaan
sosial siswa, sehingga keterampilan menulis siswa dapat diasah dan
dikembangkan (Pribadi,2017:146). Tujuan penelitian ini adalah menguji media
karikatur dan media video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot dan mengetahui tingkat keterampilan menulis anekdot siswa
sebelum dan sesudah dikenai media pembelajaran tersebut. Adapun kerangka
berpikir penelitian ini sebagai berikut.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Keterampilan Menulis Anekdot
oleh Setiap Siswa
Pembelajaran Menulis
Anekdot
Hasil
Penggunaan Media
Pembelajaran
Media Video
Stand Up
Comedy
Media
Karikatur
Keterampilan Menulis
Anekdot Kelompok
Video Stand Up
Comedy
Keterampilan Menulis
Anekdot Kelompok
Karikatur
Perbedaan Tingkat
Keterampilan Menulis
Anekdot antara Kedua
Kelompok Media
Diuji efektivitasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2.4 Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2012:96). Jawaban/dugaan yang berifat sementara tersebut
akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti mengajukan dua hipotesis yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif/kerja (Ha). Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan
ketidakadanya hubungan antar variabel, sedangkan hipotesis alternatif/kerja (Ha)
adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel (Arikunto,
2009:47). Rumus yang digunakan untuk kedua hipotesisi tersebut adalah H0 = µ1
µ2 dan Ha = µ1 µ2. Berikut adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis anekdot yang signifikan
antara kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media karikatur
dan kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media video stand
up comedy.
Ha = Terdapat perbedaan keterampilan menulis anekdot yang signifikan antara
kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media karikatur dan
kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media video stand up
comedy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab tiga dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: (1) jenis penelitian, (2)
setting penelitian, (3) variabel penelitian, (4) populasi dan sampel, (5) teknik
pengumpulan data, (6) instrumen penelitian, (7) validitas instrumen, dan (8)
teknik analisis data. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat
dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain, peneliti
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab dan akibat
(Arikunto,2009:207). Dalam penelitian ini, hubungan sebab dan akibat adalah
antara penggunaan media karikatur dan media video stand up comedy dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot pada dua kelempok eksperimen.
Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-
esperimental) dengan desain kelompok kontrol prates-pascates tidak ekuivalen
(pretest-postest nonequivalent control group design). Desain ini digunakan karena
menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya. Kelas-kelas yang
dipilih merupakan kelas yang diperkiran sama kondisinya. Jadi, desain penelitian
ini tidak menggunakan randomisasi karena untuk memperoleh izin menggunakan
murid sekolah pada suatu penyelidik peneliti sering harus menerima apa adanya
kelompok/kelas yang sudah ada. Adapun desain penelitian digambarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tabel berikut yang telah diadaptasi ulang oleh peneliti menurut Prastowo
(2014:158).
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Prates Perlakuan Pascates
Karikatur O1 X O2
Video Stand up Comedy O3 X O4
Keterangan:
O1 : Tes menulis anekdot berdasarkan pengetahuan/pengalaman siswa
O2 : Tes menulis anekdot dengan menggunakan media karikatur
O3 : Tes menulis anekdot berdasarkan pengetahuan/pengalaman siswa
O4 : Tes menulis anekdot dengan menggunakan media video stand up comedy
Tabel desain penelitian di atas menjelaskan bahwa ada dua kelompok
eksperimen dalam penelitian ini. Kedua kelompok eksperimen dikenai tes awal
(prates) (O1 dan O3) yang sama, yaitu menulis anekdot berdasarkan
pengetahuan/pengalaman siswa. Setelah mendapatkan tes awal (prates), kelompok
eksperimen pertama dikenai perlakuan dengan media karikatur dan kelompok
eksperimen kedua dikenai perlakuan dengan media video stand up comedy. Di
akhir pembelajaran, kedua kelompok eksperimen dikenai tes akhir (O2 dan O4)
untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis anekdot antara kelompok media
karikatur dan kelompok media video stand up comedy.
Adapun prosedur penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-
eksperimen, tahap eksperimen, dan tahap pasca-eksperimen. Tiga prosedur
penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
a. Tahap Pra-Eksperimen
Pada tahap ini, peneliti memberikan tes awal (prates) kepada siswa. Siswa
diberikan lembar prates yang berisikan tiga soal, yaitu (1) menganalisis struktur
teks anekdot, (2) menganalisis kaidah kebahasaan teks anekdot, dan (3) menulis
teks anekdot. Namun, pada penelitian ini, fokus penelitian adalah pada
keterampilan menulis anekdot. Siswa diminta menulis anekdot berdasarkan lima
topik yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu topik politik, hukum, korupsi,
kemiskinan, dan pengaruh media sosial (Medsos). Setelah menentukan topik,
siswa diminta menulis sebuah anekdot dengan memilih salah satu pola penyajian
teks anekdot, yaitu pola narasi atau dialog. Prates diberikan kepada kedua
kelompok eksperimen dengan soal yang sama. Hasil prates ini berupa skor
keterampilan menulis anekdot setiap siswa berdasarkan pedoman penskoran
keterampilan menulis anekdot. Setelah mendapatkan skor prates kedua kelompok
eksperimen, peneliti membandingkannya dengan skor menulis anekdot pada tahap
pascates.
b. Tahap Eksperimen
Pada tahap ini, kedua kelompok eksperimen diberi perlakuan
menggunakan media pembelajaran. Kelompok eksperimen pertama diberikan
perlakuan menggunakan media karikatur sebanyak dua pertemuan, dan kelompok
eksperimen kedua juga diberi perlakuan menggunakan media video stand up
comedy sebanyak dua pertemuan. Proses pemberian perlakuan diantaranya diisi
dengan materi tantang isi sebuah anekdot, pola-pola penyajian anekdot, dan
langkah-langkah membuat anekdot. Dalam proses pemberian perlakuan, para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
siswa belajar menulis anekdot melalui media pembelajaran yang diterapkan. Oleh
karena itu, peneliti membuat contoh teks anekdot hasil pengembangan dari kedua
media yang dieksperimen untuk didiskusikan dan dikritisi oleh para siswa,
sehingga siswa benar-benar memahami cara menulis anekdot yang baik
berdasarkan rangsangan media pembelajaran yang diterapkan. Kegiatan
eksperimen dapat dilihat secara lengkap dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) kedua kelompok eksperimen di bagian lampiran.
c. Tahap Pasca-Eksperimen
Pada tahap ini, para siswa diberi tes akhir (pascates) untuk mengetahui
tingkat keterampilan menulis anekdot setelah diberi perlakuan menggunakan
media yang dieksperimenkan pada masing-masing kelompok. Kelompok
eksperimen pertama menulis anekdot dengan rangsangan media karikatur, dan
kelompok eksperimen kedua menulis anekdot dengan rangsangan media video
stand up comedy.
3.2 Setting Penelitian
Setting peneilitan dalam penelitian ini mencakup tempat penelitian ini
dilakukan dan waktu penelitian ini dilaksanakan. Adapun penjabaran dari setting
dalam penelitian ini sebagai berikut.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Sewon dengan alamat Jl.
Parangtritis KM.5, Tarudan, Bangunharjo, Sewon, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, 55188.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada jam pelajaran bahasa Indonesia kelas X
semester dua di SMAN 1 Sewon. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Hari/Tanggal Waktu Kelas Keterangan
Rabu, 18 April
2018 08.45-10.30 X IPS 1
Prates kelompok media
karikatur
Kamis, 19 April
2018 09.45-11.45 X IPS 1
Perlakuan dengan media
karikatur
Kamis, 19 April
2018 12.45-14.15 X MIPA 4
Prates kelompok media video
stand up comedy
Jumat, 20 April
2018 08.45-10.30 X MIPA 4
Perlakuan dengan media video
stand up comedy
Rabu, 25 April
2018 08.45-10.30 X IPS 1
Perlakuan dengan media
karikatur
Kamis, 26 April
2018 19.45-11.45 X IPS 1
Pascates kelompok media
karikatur
Kamis, 26 April
2018 12.45-14.15 X MIPA 4
Perlakuan dengan media video
stand up comedy
Jumat, 27 April
2018 08.45-10.30 X MIPA 4
Pascates kelompok media
video stand up comedy
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kerlinger dalam
Sugiyono,2013:62). Ada dua macam variabel menurut hubungan antara satu
variebel dengan variabel yang lain. Dua variabel tersebut adalah variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen sering disebut sebagai
variabel stimulus, predicator, antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya varibel bebas (Sugiyono,2012:61). Berikut ini variabel penelitian
yang ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian ini.
a) Variabel bebeas (X) : penggunaan media karikatur dan video stand up
comedy.
b) Variabel terikat (Y) : tingkat keterampilan menulis anekdot siswa.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterstik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sejalan dengan pendapat tesebut, Nurgiyantoro, dkk. (2015: 18) menjelaskan
populasi sebagai keseluruhan subjek penelitian yang menjadi perhatian
pengamatan dan penyedia data. Dari pengertian populasi tersebut, populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon yang berjumlah 327
dengan sepuluh kelas. Alasan populasi diambil hanya dari kelas X adalah karena
pembelajaran keterampilan menulis anekdot hanya tercantum dalam materi kelas
X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian ini,
peneliti membutuhkan dua kelas sebagai sampel penelitian. Untuk menentukan
sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik simple random sampling.
Menurut Sugiyono (2013:120) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu.
Peneliti melakukan pengundian untuk mendapatkan sampel. Berdasarkan
hasil pengundian tersebut, peneliti mendapatkan kelas X MIPA 4 dan X IPS 1
sebagai sampel penelitian. Setelah memperoleh dua sampel penelitian, peneliti
mengundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dengan dua media yang
berbeda. Hasil pengundian menunjukkan kelas X MIPA 4 sebagai kelompok
media video stand up comedy dan kelas X IPS 1 sebagai kelompok karikatur.
Pemilihan kedua kelas tersebut didasari oleh karakterisitik subjek yang berasal
dari tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas X.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,2012). Dalam penelitian
ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis. Jenis tes tertulis
yang digunakan yaitu tes uraian.
Tes tertulis yang digunakan adalah tes menulis anekdot. Para siswa diberi
tes sebanyak dua kali, yaitu di awal (prates) sebelum dikenai perlakuan, dan di
akhir (pascates) setelah dikenai perlakuan dengan media yang dieksperimenkan.
Pada prates, siswa kedua kelompok eksperimen mendapat soal tes yang sama,
yaitu menulis anekdot berdasarkan pengetahuan/pengalamannya. Ada lima topik
yang harus dipilih salah satunya oleh siswa dalam membuat anekdot, yaitu topik
politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosial (Medsos).
Berikut adalah lembar soal pada kegiatan prates.
LEMBAR SOAL
1. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut. a. Pilihlah salah satu topik di bawah ini!
1) Politik
2) Hukum
3) Korupsi
4) Kemiskinan
5) Pengaruh media sosial (Medsos)
b. Isi cerita mengadung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
c. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstaksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
d. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat
e. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan
dengan PUEBI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada pascates, kedua kelompok eksperimen mendapat tes menulis anekdot
menggunakan media yang berbeda. Kelompok eksperimen satu mendapat tes
menulis anekdot menggunakan media karikatur. Ada lima karikatur yang harus
dipilih salah satunya oleh siswa dalam menulis anekdot, yaitu karikatur politik,
hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosial. Adapun kegiatan
pascates kelompok eksperimen satu dapat dilihat dari lembar soal di bawah ini.
LEMBAR SOAL
1. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Pilihlah salah satu topik berdasarkan karikatur di bawah ini!
1) Politik 2) Hukum 3) Korupsi
4) Kemiskinan 5) Pengaruh Media Sosial (Medsos)
b. Isi cerita mengandung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
c. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini
1) Abstaksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
d. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat
e. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PEUBI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pada kelompok eksperimen dua mendapat tes menulis anekdot
menggunakan media video stand up comedy. Ada dua video stand up comedy
yang ditayangkan oleh peneliti, yaitu “Pidato Politik” oleh Cak Lontong dan
“Nama di Facebook” oleh Mamat. Dari dua video tersebut, terkandung lima topik
yang harus dipilih salah satunya oleh siswa dalam menulis anekdot, yaitu topik
politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosial. Adapun kegiatan
pascates kelompok eksperimen dua dapat dilihat dari lembar soal di bawah ini.
LEMBAR SOAL
1. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kembangkanlah topik yang terkandung dalam video stand up
comedy yang berjudul “Pidato Politik” oleh Cak Lontong dan
“Nama di Facebook” oleh Mamat!
b. Pilihlah salah satu topik di bawah ini!
1) Politik
2) Hukum
3) Korupsi
4) Kemiskinan
5) Pengaruh media sosial (Medsos)
c. Isi cerita mengadung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
d. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstaksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
e. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat.
f. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PUEBI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:101) “Instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.” Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen penelitian, yaitu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, media pembelajaran, dan pedoman penilaian
keterampilan menulis anekdot. Adapun penjelasan mengenai ketiga instrumen
tersebut sebagai berkut.
3.6.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksaanan pembelajaran digunakan sebagai pedoman peneliti
dalam melakukan penelitian di kelas. RPP mencakup komponen-komponen yang
diterapkan dalam kurikulum 2013, yaitu identitas sekolah, kompetensi inti (KI),
kompetansi dasar (KD, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, pendekatan
(saintifik), metode (diskusi, tanya jawab, dan penugasan), model pembelajaran
(discovery learning), media dan alat pembelajaran, sumber belajar, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, lembar refleksi, penilaian hasil belajar, dan
lembar instrumen/lembar kerja siswa.
3.6.2 Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media
karikatur dan media video stand up comedy. Media karikatur yang digunakan ada
lima yaitu, katikatur politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media
sosial, sedangkan media video stand up comedy yang digunakan ada lima yaitu
“Kesehatan Kampung Sikor” oleh Yahwen, “Si Anak Papua” oleh Mamat, “Ibu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Ibu Zaman Sekarang” oleh Karyn, “Pidato Politik” oleh Cak Lontong, dan “Nama
di Facebook” oleh Mamat. Kelima video tersebut berisikan permasalahan-
permasalah sosial, diantaranya tentang politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan
pengaruh media sosisal (Medsos).
3.6.3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Anekdot
Pedoman penilaian keterampilan menulis anekdot digunakan untuk
mengumpulkan data utama dalam penelitian ini yaitu skor keterampilan menulis
anekdot. Pedoman penilaian diadaptasi oleh peneliti menurut Nurgiyantoro
(2010:439-442) dan Kosasih (2016:94-104). Ada delapan aspek penilaian dalam
pedoman penilaian keterampilan menulis anekdot, yaitu (1) kesesuain isi dengan
topik, (2) tokoh dalam anekdot, (3) unsur lelucon dan sindiran, (4) struktur teks
anekdot, (5) kaidah kebahasaan, (6) ketepatan diksi, (7) ketepatan kalimat, dan (8)
ejaan bahasa Indonesia. Skala penilaian yang digunakan peneliti adalah skala 1-4.
Adapun penjelasan setiap aspek penilaian dapat dilihat pada tabel pedoman
penilaian keterampilan menulis anekdot di bawah ini.
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Anekdot
No Aspek yang dinilai Indikator Skor
1 Kesesuaian isi dengan
topik
Isi teks anekdot sangat sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 4
Isi teks anekdot sesuai/relevan dengan topik
yang dipilih/dibahas. 3
Isi teks anekdot cukup sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 2
Isi teks anekdot tidak sesuai/relevan dengan
topik yang dipilih/dibahas. 1
2 Tokoh dalam anekdot
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal serta menyebutkan
nama tokoh secara langsung. 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal, tetapi menyebutkan
nama tokoh dengan disamarkan. 3
Tokoh dalam anekdot kurang menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual. 2
Tokoh dalam anekdot tidak menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual
(buatan dari penulis belaka). 1
3 Unsur lelucon dan
sindiran
Teks anekdot lucu/menarik dan terdapat
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak. 4
Teks anekdot cukup lucu/menarik dan
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
3
Teks anekdot kurang lucu/menarik, tetapi
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
2
Teks anekdot tidak lucu/menarik dan tidak
mengandung unsur
sindiran/kritikan/pelajaran terhadap pihak
tertentu atau kepada khalayak.
1
4 Struktur teks anekdot
Struktur teks anekdot lengkap (abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi, koda), diurutkan
secara logis, dan gagasan diungkapkan
dengan jelas.
4
Struktur teks anekdot cukup lengkap (satu
komponen yang tidak ada) 3
Struktur teks anekdot kurang lengkap (dua
komponen tidak ada) 2
Struktur teks anekdot tidak lengkap (tiga
komponen tidak ada) 1
5 Kaidah kebahasaan
Kaidah kebahasaan anekdot dimanfaatkan
dengan baik dan benar, menarik, dan dapat
dipahami.
4
Kaidah kebahasaan anekdot cukup
dimanfaatkan dengan baik dan cukup
menarik. 3
Kaidah kebahasaan anekdot kurang
dimanfaatkan dengan baik, kurang menarik
tapi masih dapat dipahami. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kaidah kebahasaan anekdot tidak
dimanfaatkan dengan baik, tidak manarik,
dan sulit dipahami. 1
6
Ketepatan diksi
Pilihan kata sangat tepat dan sudah
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, serta
kreatif.
4
Pilihan kata tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, dan
cukup kreatif.
3
Pilihan kata cukup tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
2
Pilihan kata banyak tidak tepat dan kurang
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
1
7 Ketepatan kalimat
Penyusunan kalimat sudah efektif 4
Penyusunan kalimat cukup efektif 3
Penyusunan kalimat yang efektif dan tidak
efektif sebanding 2
Penyusunan kalimat banyak yang tidak
efektif 1
8 Ejaan bahasa Indonesia
Penggunakan tanda baca, konjungsi, dan
Imbuhan dengan benar dan sesuai dengan
PUEBI.
4
Beberapa penggunaan tanda baca,
konjungsi, dan imbuhan benar dan sesuai
dengan PUEBI.
3
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan
imbuhan sebanding antara yang salah dan
benar.
2
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan
imbuhan banyak yang salah. 1
Total 32
3.7 Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2013:173) “Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
diukur.” Sugiyono mengemukakan ada tiga cara pengujian valitidas instrumen
yaitu validitas konstruksi (construck validity), validitas isi (content validity) dan
pengujian validitas eksternal.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi untuk menentukan
valid tidaknya instrumen yang digunakan dalam penelitian. Validitas isi adalah
validitas yang dilihat dari segi isi instrumen sebagai alat pengukur hasil belajar
yaitu sejauh mana instrumen sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik,
isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau
bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (Sudaryono dan Wardani,2013:105).
Validitas instrumen penelitian ini melibatkan pendapat dari para ahli (expert
judgment). Ada dua dosen ahli yang berperan sebagai expert judgment dalam
peneleitian ini, yaitu Bapak Dr. B. Widharyonto, M.Pd. selaku dosen ahli media
dan perencanaan pembelajaran pada kelompok media karikatur, dan Ibu Rishe
Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku dosen ahli media dan perencanaan
pembelajaran pada kelompok media video stand up comedy.
Hasil validasi isi media dan perencanaan pembelajaran pada kelompok
karikatur menunjukkan bahwa instrumen penelitian telah memenuhi kriteria layak
uji untuk digunakan dalam penelitian dengan revisi sesuai saran, sedangkan hasil
validasi isi media dan perencanaan pembelajaran pada kelompok video stand up
comedy menunjukkan bahwa instrumen penelitian telah memenuhi kriteria layak
uji tanpa revisi. Pada kelompok media karikatur, terdapat 47 indikator penilaian
validasi isi yang mencakup penilaian RPP, bahan ajar, dan media pembelajaran,
sedangkan pada kelompok media video stand up comedy ada 40 indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
penilaian validasi isi yang mencakup hal serupa. Penilian validitas pada kelompok
karikatur memuat 38 indikator valid dan sembilan butir indikator yang cukup
valid. Rata-rata hasil penilaian instrumen kelompok media karikatur yaitu 4,2.
Pada kelompok media video stand up comedy, indikator yang valid sebanyak 37,
dan indikator yang cukup valid sebanyak tiga butir. Rata-rata hasil peniliain
instrumen kelompok media video stand up comedy yaitu 3,87. Berdasarkan hasil
validasi expert judgment terhadap instrumen penelitian dapat disimpulkan bahwa
instrumen dinyatakan valid dan layak diujicobakan dengan revisi sesuai saran.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah peneliti memiliki data dari sumber
penelitian, yaitu data skor keterampilan menulis anekdot kedua kelompok
eksperimen pada kegitan prates dan pascates. Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data pada penelitian deskriptif kuantitatif ini yaitu uji t dan uji gain
ternormalisasi. Uji t digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung
keterampilan menulis anekdot, prates dan pascates, kedua kelompok eksperimen,
dan uji gain ternormalisisi digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan
keterampilan menulis anekdot sebelum dan sesudah dikenai media pembelajaran
pada kedua kelompok eksperimen. Oleh karena itu, sebelum data dapat diuji
menggunakan uji t dan gain ternomalisasi, data terlebih dahulu harus memenuhi
syarat uji normalitas sebaran data dan uji homegenitas varian data. Berikut ini
dijelaskan mengenai uji normalitas sebaran data, uji homeginitas varian data, uji t
dan uji gain ternormalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3.8.1 Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas sebaran data digunakan untuk mengetahui apakah data
prates dan pascates kedua kelompok eksperimen memiliki distribusi yang normal
atau tidak. Data yang berdistribusi normal merupakan sebuah persyaratan yang
harus terpenuhi apabila peneliti menggunakan teknik statistik dalam penelitiannya
(Nurgiyantoto, dkk,2015:115). Uji normalitas dalam penelitian ini dibantu dengan
Program SPSS versi 22.0 dengan teknik analisis yang digunakan yaitu teknik
Kolmogrov-Smirnov (Uji K-S). Dalam uji K-S, interpretasi hasil uji normalitas
dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig.(2-tailed) yang terdapat dalam hasil hitung
program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut.
a) Jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%),
maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b) Jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 (5%),
maka data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
3.8.2 Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui dan memastikan bahwa
data penelitian memiliki varians yang tidak berbeda (homogen). Untuk itu, data-
data yang akan diuji terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan homogenitas
(Nurgiyantoro, 2015:199). Uji homogenitas dalam penelitian ini dibantu dengan
Program SPSS versi 22.0 dengan teknik uji homogenitas dua varian terhadap hasil
prates dan pascates kedua kelompok eksperimen. Dalam uji homogenitas dua
varian, interpretasi hasil uji homogenitas dapat dilihat dari nilai Sig. yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dalam hasil hitung program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut.
a) Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (Sig. > α), maka distribusi data
adalah homogen.
b) Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (Sig. < α), maka distribusi data
adalah tidak homogen.
3.8.3 Uji t-test
Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hitung yang ingin
diuji, berbeda secara signifikan atau tidak (Nurgiyantoro, 2015:192). Syarat untuk
dapat melakukan uji t yaitu data harus berdistribusi normal dan memiliki varian
yang homogen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis uji t yaitu
uji t-tes sampel berhubungan (paired-samples t-test) dan uji t-tes sampel yang
tidak berhubungan (independent-sample t-test). Uji paired-samples t-test
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang
berpasangan. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun
mempunyai dua data. Dalam hal ini, uji t digunakan untuk menguji data antara
prates dan pascates dalam satu kelompok eksperimen untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan menulis anekdot siswa
sebelum dan sesudah dikenai media pembelajaran. Uji paired-samples t-test
dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS versi 22.0. Dasar pengambilan
keputusannya adalah sebagi berikut.
a) Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara keterampilan menulis anekdot siswa pada data prates dan pascates.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
b) Jika nilai Sig.(2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara keterampilan menulis anekdot siswa pada data prates dan
pascates.
Uji independent-sample t-test digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan, yaitu antara data
pascates kelompok media karikatur dan data pasctes kelompok media video stand
up comedy. Uji ini digunakan untuk menguji efektivitas antara media karikatur
dan media video stand up comedy. Uji independent-sample t-test dalam penelitian
ini dibantu dengan program SPSS versi 22.0. Dasar pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut.
a) Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara keterampilan menulis anekdot antara siswa yang menggunakan media
pembelajaran karikatur dan siswa yang menggunakan media video stand up
comedy.
b) Jika nilai Sig.(2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara keterampilan menulis anekdot antara siswa yang
menggunakan media pembelajaran karikatur dan siswa yang menggunakan
media video stand up comedy.
3.8.4 Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain ternormalisasi adalah sebuah uji yang bisa memberikan gambaran
umum peningkatan hasil belajar antara sebelum dan sesudah diterapkannya media
pembelajaran. Besarnya peningkatan skor sebelum dan sesudah pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (g) yang dikembangkan oleh Hake
(1999, dalam Sundayana,2015:152) sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (g) =
Skor ideal untuk penilaian keterampilan menulis anekdot pada penelitian
ini adalah 100. Nilai gain ternormalisasi yang diperoleh selanjutnya
diinterpretasikan untuk mengetahui kategori peningkatan hasil belajar siswa
apakah tergolong rendah, sedang, atau tinggi. Hake (1999, dalam
Sundayana,2015:152) memberikan kategori interpretasi nilai gain ternormalisasi
(g) melalui tabel di bawah ini.
Tabel 3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi
Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi
-1.00 < g < 0.00 terjadi penurunan
g = 0.00 tetap
0.00 < g < 0.30 rendah
0.30 < g < 0.0.70 sedang
0.070 < g < 1.00 tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: (1) deskripsi data hasil
penelitian, dan (2) pembahasan hasil penelitian. Penjelasan selengkapnya sebagai
berikut.
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian berupa skor keterampilan menulis anekdot, prates dan
pascates, dari dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok media karikatur dan
video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot siswa
kelas X di SMA Negeri 1 Sewon diuji dengan uji normalitas sebaran data, uji
homogenitas varian, uji t prates-pascates, uji t prates kedua kelompok eksperimen,
dan uji t pascates kedua kelompok eksperimen. Berikut dijabarkan deskripsi data
hasil penelitian mengenai keterampilan menulis anekdot kedua kelompok
eksperimen tersebut.
4.1.1 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Siswa Kelompok Media
Karikatur
Pembelajaran keterampilan menulis anekdot menggunakan media karikatur
diterapkan di kelas X IPS 1. Subjek penelitian dalam kelas ini berjumlah 34 siswa.
Tingkat keterampilan menulis anekdot siswa dilihat dari nilai prates dan pascates.
Prates dilaksanakan pada Rabu, 18 April 2018, dan pascates dilaksanakan pada
Kamis, 26 April 2018. Hasil analisis data prates dan pascates kelompok media
karikatur dengan dibantu program SPSS versi 22.0 adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.1 Data Statistik Kelompok Media Karikatur
Statistics
Prates Pascates
N Valid 34 34
Missing 0 0
Mean 67.8235 85.2647
Median 69.0000 84.0000
Mode 63.00 94.00
Std. Deviation 7.39562 6.55193
Variance 54.695 42.928
Range 28.00 19.00
Minimum 53.00 75.00
Maximum 81.00 94.00
Data statistik di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan prates dan
pascates subjek penelitian berjumlah 34 siswa. Nilai rata-rata (mean) pada prates
sebesar 67,82 dan pascates sebesar 85,26. Nilai median pada prates yaitu 69,
sedangkan pada pascates yaitu 84. Nilai yang sering muncul (mode/modus) pada
prates yaitu 63, sedangkan pada pascates yaitu 94. Nilai terendah pada prates yaitu
53, dan tertinggi yaitu 81, sedangkan pada pascates nilai terendah yaitu 75 dan
tertinggi yaitu 94.
4.1.1.1 Uji Normalitas Sebaran Data
Syarat data penelitian layak diuji dengan teknik statistik adalah apabila
data tersebut memenuhi uji normalitas data. Dengan kata lain, keadaan data
berdistribusi normal merupakan sebuah persyaratan yang harus terpenuhi
(Nurgiyantoto, dkk,2015:115). Uji normalitas sebaran data dilakukan pada nilai
prates dan pascates. Uji normalitas data dibantu dengan program SPSS versi 22.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dengan teknik Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Adapun hasil uji normalitas pada
data prates sebagai berikut.
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Prates Kelompok Media Karikatur
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kelompok Karikatur .139 34 .092
Hasil uji normalitas data prates pada tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai Asymp.Sig.(2 tailed) dengan uji K-S sebesar 0,092. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena memiliki taraf nilai
Signifinaksi > 0,05 (5%). Adapun uji normalitas pada data pascates sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pascates Kelompok Media Karikatur
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kelompok Karikatur .133 34 .136
Hasil analisis data pascates pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Asymp.Sig.(2 tailed) dengan uji K-S sebesar 0,136. Hal tersebut menunjukkan
bahwa data berdistribusi noramal karena memiliki taraf signifikansi > 0,05 (5%).
Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data di atas, data prates dan pascates
kelompok media karikatur dinyatakan berdistribusi normal, dan layak diuji
dengan teknik statistik berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4.1.1.2 Uji Homegenitas Varian Data Prates-Pascates
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui dan memastikan bahwa
data penelitian memiliki varians yang tidak berbeda. Untuk itu, data-data yang
akan diuji terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan homogenitas
(Nurgiyantoro, 2015:199). Uji homogenitas data penelitian antara prates dengan
pascates menggunakan program SPSS versi 22.0. Berikut hasil uji homogenitas
data prates-pascates.
Tabel 4.4 Homogenitas Varian Data Kelompok Media Karikatur
Test of Homogeneity of Variances
Prates-Pascates
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.029 1 66 .866
Hasil uji homogenitas data prates-pascates pada tabel di atas menunjukkan
bahwa taraf signifikansi sebesar 0,866. Hal tersebut memperlihatkan bahwa data
memiliki varians data yang tidak berbeda (homogen), karena taraf signifikannya
lebih besar dari signifikansi >0,05 (5%). Oleh karena itu, data prates-pascates
memenuhi syarat uji t.
4.1.1.3 Uji t Prates-Pascates
Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hitung yang ingin
diuji, berbeda secara signifikan atau tidak (Nurgiyantoro, 2015:192). Untuk
menguji rata-rata hitung data prates-pascates, uji t yang digunakan adalah T-Tes
Sampel Berhubungan (Paired-Samples T-Test) karena sampel/subjek penelitian
sama tetapi memiliki dua data (prates-pascates). Hasil analisis data di atas
menunjukkan bahwa data prates dan pascates berdistribusi normal serta memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
varian yang homogen. Hal tersebut menyatakan bahwa data memenuhi syarat uji t.
Uji t dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22.0. Berikut hasil uji t data
prates-pascates.
Tabel 4.5 Uji t Prates-Pascates Kelompok Media Karikatur
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Prates -
Pascates -17.44118 7.99315 1.37081 -20.23012 -14.65224 -12.723 33 .000
Dasar pengambilan keputusan untuk menyatakan data memiliki perbedaan
yang signifikan atau tidak adalah jika nilai Sig.(2-tailed) <0,05, maka dapat
dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika nilai Sig.(2-tailed) >0,05,
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata prates dan
pascates. Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, nilai rata-rata prates-pascates
pada kelompok media karikatur dinyatakan memiliki perbedaan yang signifikan,
karena nilai Sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05 (5%). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa
terjadi peningkatan yang signifikan antara tingkat keterampilan menulis anekdot
pada data prates dan pascates.
4.1.1.4 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates dan Pascates
Hasil analisis terhadap data prates dan pascates, antara sebelum dan
sesudah dikenai pembelajaran menulis anakdot menggunakan media pembelajaran
karikatur, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dari rata-rata skor menulis anekdot prates sebesar 67,82 dan pada pascates 85,26.
Berikut persentase nilai keterampilan menulis anekdot prates dan pascates yang
disajikan dalam diagram pie.
Diaram 4.1 Persentase Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok
Media Karikatur
Diagram pie prates dan pascates di atas menunjukkan persentase nilai
keterampilan menulis anekdot siswa kelompok media karikatur. Pada data prates,
nilai terendah terletak di rentang 53-57 dengan persentase 12%, dan nilai tertinggi
terletak di rentang 78-82 dengan persentase 9%, sedangkan pada pascates, nilai
terendah terletak di rentang 75-78 dengan persentase 26%, dan nilai tertinggi
terletak di rentang 91-94 dengan persentase 32%. Pada data prates, nilai menulis
anekdot yang paling banyak diperoleh siswa terletak di rentang 63-67, dan 68-72
dengan persentase masing-masing sebesar 32%, sedangkan pada data pascates,
nilai menulis anekdot yang paling banyak diperoleh siswa terletak di rentang 91-
94 dengan persentase 32%. Berdasarkan hasil analisis data nilai menulis anekdot
prates dan pascates di atas, keterampilan menulis anekdot siswa menggunakan
media pembelajaran karikatur mengalami peningkatan yang signifikan.
9% 15%
32%
32%
12%
Prates
78-82
73-77
68-72
63-67
53-57
32%
15% 15%
12%
26%
Pascates
91-94
87-90
83-86
79-82
75-78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4.1.2 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Siswa Kelompok Media Video
Stand Up Comedy
Pembelajaran keterampilan menulis anekdot menggunakan media video
stand up comedy diterapkan di kelas X MIPA 4. Subjek penelitian dalam kelas ini
berjumlah 35 siswa. Tingkat keterampilan menulis anekdot siswa dilihat dari nilai
prates dan pascates. Prates dilaksanakan pada Kamis, 19 April 2018, dan pascates
dilaksanakan pada Jumat, 27 April 2018. Hasil analisis data prates dan pascates
kelompok media video stand up comedy dengan dibantu program SPSS versi 22.0
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Data Statistik Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Statistics
Parates Pascates
N Valid 35 35
Missing 0 0
Mean 66.1429 84.2571
Median 66.0000 84.0000
Mode 66.00 81.00a
Std. Deviation 7.84835 6.68335
Variance 61.597 44.667
Range 25.00 22.00
Minimum 53.00 72.00
Maximum 78.00 94.00
Sum 2315.00 2949.00
Data statistik di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan prates dan
pascates subjek penelitian berjumlah 35 siswa. Nilai rata-rata (mean) pada prates
sebesar 66,14 dan pascates sebesar 84,25. Nilai median pada prates yaitu 66,
sedangkan pada pascates yaitu 84. Nilai yang sering muncul (mode/modus) pada
prates yaitu 66, sedangkan pada pascates yaitu 81. Nilai terendah pada prates yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
53, dan tertinggi yaitu 78, sedangkan pada pascates nilai terendah yaitu 72 dan
tertinggi yaitu 94.
4.1.2.1 Uji Normalitas Sebaran Data
Data penelitian kelompok media video stand up comedy harus memenuhui
normalitas data agar layak diuji dengan teknik statistik. Uji normalitas sebaran
data dilakukan pada nilai prates dan pascates. Uji normalitas data dibantu dengan
program SPSS versi 22.0 dengan teknik Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Adapun
hasil uji normalitas pada data prates sebagai berikut.
Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Prates Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Media Video Stand Up
Comedy .144 35 .065
Hasil uji normalitas data prates pada tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai Asymp.Sig.(2 tailed) dengan uji K-S sebesar 0,065. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena memiliki taraf nilai
Signifinaksi > 0,05 (5%). Adapun uji normalitas pada data pascates sebagai
berikut.
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pascates Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kelompok Video Stand Up
Comedy .141 35 .076
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Hasil analisis data pascates pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Asymp.Sig.(2 tailed) dengan uji K-S sebesar 0,076. Hal tersebut menunjukkan
bahwa data berdistribusi noramal karena memiliki taraf signifikansi > 0,05 (5%).
Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data di atas, maka data prates dan
pascates kelompok media video stand up comedy dinyatakan memiliki distribusi
data yang normal, dan layak diuji dengan teknik statistik berikutnya.
4.1.2.2 Uji Homogenitas Varian Data Prates-Pascates
Uji homogenitas varian data prates-pascates dilakukan untuk mengetahui
dan memastikan bahwa data penelitian memiliki varians yang tidak berbeda
(homegen) agar data layak di uji dengan uji t. Uji homogenitas data prates-
pascates dibantu dengan program SPSS versi 22.0. Berikut hasil uji homogenitas
data prates-pascates.
Tabel 4.9 Homogenitas Varian Data Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Test of Homogeneity of Variances
Prates-Pascates
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.709 1 68 .403
Hasil uji homogenitas data prates-pascates pada tabel di atas menunjukkan
bahwa taraf signifikansi sebesar 0,403. Hal tersebut memperlihatkan bahwa data
memiliki varians data yang tidak berbeda (homogen), karena taraf signifikannya
lebih besar dari signifikansi >0,05 (5%). Oleh karena itu, data prates-pascates
memenuhi syarat uji t.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4.1.2.3 Uji t Prates-Pascates
Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hitung yang ingin
diuji, berbeda secara signifikan atau tidak (Nurgiyantoro, 2015:192). Untuk
menguji rata-rata hitung data prates-pascates, uji t yang digunakan adalah T-Tes
Sampel Berhubungan (Paired-Samples T-Test) karena sampel/subjek penelitian
sama tetapi memiliki dua data (prates-pascates). Hasil analisis data di atas
menunjukkan bahwa data prates dan pascates berdistribusi normal serta memiliki
varian yang homogen. Hal tersebut menyatakan bahwa data memenuhi syarat uji t.
Uji t dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22.0. Berikut hasil uji t data
prates-pascates.
Tabel 4.10 Uji t Prates-Pascates Kelompok Video Stand Up Comedy
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Prates -
Pascates -18.11429 7.49420 1.26675 -20.68863 -15.53994 -14.300 34 .000
Dasar pengambilan keputusan untuk menyatakan data memiliki perbedaan
yang signifikan atau tidak adalah jika nilai Sig.(2-tailed) <0,05, maka dapat
dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika nilai Sig.(2-tailed) >0,05,
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata prates dan
pascates. Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, nilai rata-rata prates-pascates
pada kelompok video stand up comedy dinyatakan memiliki perbedaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
signifikan, karena nilai Sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05 (5%). Hasil tersebut dapat
diartikan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan antara tingkat keterampilan
menulis anekdot pada data prates dan pascates.
4.1.2.4 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates dan Pascates
Hasil analisis terhadap data prates dan pascates, antara sebelum dan
sesudah dikenai pembelajaran menulis anakdot menggunakan media pembelajaran
video stand up comedy, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal tersebut
dapat dilihat dari rata-rata skor menulis anekdot prates sebesar 66,14 dan pada
pascates 84,25. Berikut persentase nilai keterampilan menulis anekdot prates dan
pascates yang disajikan dalam diagram pie.
Diaram 4.2 Persentase Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot
Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Diagram pie prates dan pascates di atas menunjukkan persentase nilai
keterampilan menulis anekdot siswa kelompok media video stand up comedy.
Pada data prates, nilai terendah terletak di rentang 53-57 dengan persentase 17%,
dan nilai tertinggi terletak di rentang 78-82 dengan persentase 12%, sedangkan
12%
12%
14%
34%
17%
11% 78-82
73-77
68-72
63-67
58-62
53-57
Prates
14%
29%
14%
17%
12%
14%
Pascates
92-95
88-91
84-87
80-83
76-79
72-75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pada pascates, nilai terendah terletak di rentang 72-75 dengan persentase 14%,
dan nilai tertinggi terletak di rentang 92-95 dengan persentase 14%. Pada data
prates, nilai menulis anekdot yang paling banyak diperoleh siswa terletak di
rentang 63-67 dengan persentase 34%, sedangkan pada data pascates, nilai
menulis anekdot yang paling banyak diperoleh siswa terletak di rentang 88-91
dengan persentase 29%. Berdasarkan hasil analisis data nilai menulis anekdot
prates dan pascates di atas, keterampilan menulis anekdot siswa menggunakan
media pembelajaran video stand up comedy mengalami peningkatan yang
signifikan.
4.1.3 Efektivitas antara Media Karikatur dan Video Stand Up Comedy
Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas antara media karikatur
dan video stand up comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot.
Untuk menguji efektivitas antara dua media tersebut, teknik statistik yang
digunakan adalah uji t. Uji t yang digunakan adalah uji t untuk sampel bebas
(independent samples test). Uji t tersebut digunakan untuk menguji perbedaan
rata-rata hitung dari dua kelompok sampel/ dari dua kelompok sampel yang
berbeda (Nurgiyantoro, dkk.2015:193).
4.1.3.1 Uji Homogenitas Varian Data
Uji homogenitas dilakukan pada data prates antara dua kelompok
eksperimen, dan data pascates antara dua kelompok eksperimen. Hal tersebut
untuk memastikan bahwa data memiliki varians yang tidak berbeda (homogen)
agar layak di uji t. Pada data prates kelompok karikatur, subjek penelitian yang
terlibat sebanyak 34 siswa, sedangkan pada kelompok video stand up comedy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
sebanyak 35 siswa. Berikut hasil uji homogenitas data prates antara dua kelompok
eksperimen yang dibantu dengan program SPSS versi 22.0.
Tabel 4.11 Homogenitas Varian Data Prates antara Dua Kelompok
Eksperimen
Test of Homogeneity of Variances
Prates
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.231 1 67 .633
Hasil uji homogenitas data prates antara dua kelompok eksperimen pada
tabel di atas menunjukkan bahwa data memiliki varians yang homogen karena
nilai sig. sebesar 0,633 (>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa data prates
memenuhui syarat uji t. Uji homegenitas selanjutnya adalah data pascates antara
dua kelompok eksperimen. Pada data pascates kelompok karikatur, subjek
penelitian yang telibat sebanyak 34 siswa, sedangkan pada kelompok video stand
up comedy sebanyak 35 siswa. Berikut hasil uji homegenitas varian data pascates
antara dua kelompok eksperimen yang dibantu dengan program SPSS versi 22.0.
Tabel 4.12 Homogenitas Varian Data Pascates antara Dua Kelompok
Eksperimen
Test of Homogeneity of Variances
Pascates
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.033 1 67 .856
Hasil uji homogenitas data pascates antara dua kelompok eksperimen pada
tabel di atas menunjukkan bahwa data memiliki varians yang homogen karena
nilai sig. sebesar 0,856 (>0,05). Berdasarkan hasil uji homogenitas data prates dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
pascates antara dua kelompok eksperimen di atas, data dinyatakan memenuhi
syarat untuk uji t.
4.1.3.2 Hasil Uji t Data Prates
Sebelum data dapat diuji t, ada persyaratan analisis yang harus terpenuhi
terhadap data hasil pengukuran yang diperoleh. Uji persyaratan yang dimaksud
adalah uji normalitas dan uji homogenitas (Nurgiyantoro, dkk.,2015: 198-199).
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas data prates antara kedua kelompok
eksperimen menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homegen serta
layak diuji t. Uji t data prates dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
hitung keterampilan menulis anekdot, sebelum dikenai media pembelajaran,
antara kelompok karikatur dan kelompok video stand up comedy. Berikut adalah
hasil uji t data prates kedua kelompok eksperimen yang dibantu dengan program
SPSS versi 22.0.
Tabel 4.13 Hasil Uji t Data Prates
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances
assumed .231 .633 .915 67 .364 1.68067 1.83697 -1.98594 5.34729
Equal variances not
assumed .916 66.940 .363 1.68067 1.83537 -1.98280 5.34415
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar
0.364. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hitung prates antara kedua
kelompok eksperimen tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai
Sig.(2-tailed) 0.364 > 0,05 (5%). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa tingkat
keterampilan menulis anekdot kedua kelompok eksperimen pada data prates
memiliki tingkat keterampilan yang sama.
4.1.3.3 Hasil Uji t Data Pascates
Uji t data pascates dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan
rata-rata hitung keterampilan menulis anekdot antara kelompok yang dikenai
media pembelajaran karikatur dan kelompok yang dikenai media video stand up
comedy. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas data pascates antara kedua
kelompok eksperimen menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan
homegen serta layak diuji t. Berikut adalah hasil uji t data pascates kedua
kelompok eksperimen yang dibantu dengan program SPSS versi 22.0.
Tabel 4.14 Hasil Uji t Data Pascates
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances assumed .033 .856 .632 67 .529 1.00756 1.59382 -2.17372 4.18885
Equal variances not
assumed .632 66.994 .529 1.00756 1.59336 -2.17280 4.18792
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar
0.529. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hitung pascates antara
kedua kelompok eksperimen tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena
nilai Sig.(2-tailed) 0.529 > 0,05 (5%). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa tingkat
keterampilan menulis anekdot kedua kelompok eksperimen pada data pascates
memiliki tingkat keterampilan yang sama. Jadi, media karikatur dan media video
stand up comedy memiliki efektivitas yang sama untuk digunakan dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot.
4.1.3.4 Uji Gain Ternormalisasi
Menurut Sundayana (2015:151) “Uji gain ternormalisasi digunakan untuk
mengetahui bagaimana peningkatan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.”
Dalam penelitian ini, data antara prates dan pascates diuji dengan teknik gain
ternormalisasi untuk melihat besarnya peningkatan keterampilan menulis anekdot
sebelum dan sesudah dikenai media pembelajaran. Pada kelompok media
karikatur, subjek penelitian berjumlah 34 siswa dengan nilai rata-rata prates
sebesar 67,82 dan pascates sebesar 85,26. Pada kelompok media video stand up
comedy, subjek penelitian berjumlah 35 siswa dengan nilai rata-rata prates sebesar
66,14 dan pascates 84,25. Berikut tingkat keterampilan menulis prates dan
pascates antara kedua kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Digram 4.3 Tingkat Keterampilan Menulis Anekdot Prates dan Pascates
a. Uji Gain Ternormalisasi Kelompok Media Kerikatur
Skor rata-rata prates kelompok media karikatur sebesar 67,82 dan rata-rata
pascates sebasar 85,26. Skor ideal dalam peniliaian keterampilan menulis anekdot
yaitu 100. Berikut adalah rumus uji gain ternormalisasi beserta penghitungannya
(Sundayana, 2015:151).
Gain ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) = 0,541
Hasil uji gain ternormalisasi di atas menunjukkan bahwa besarnya
peningkatan keterampilan menulis anekdot siswa sebelum dan sesudah dikenai
media pembelajaran karikatur sebesar 0,541. Jika nilai (g) yang diperoleh
diinterpretasikan dengan indeks gain ternormalisasi menurut Hake (1999 dalam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Karikatur Video Stand Up Comedy
Prates
Pascates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Sundayana,2015:152), maka peningkatan keterampilan menulis anekdot
kelompok karikatur berada di kategori sedang (0.30 < g <0.70).
b. Uji Gein Ternormalisasi Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Skor rata-rata prates kelompok media video stand up comedy sebesar
66,14 dan rata-rata pascates sebasar 84,25. Skor ideal dalam peniliaian
keterampilan menulis anekdot yaitu 100. Berikut adalah rumus uji gain
ternormalisasi beserta penghitungannya (Sundayana, 2015:152).
Gain ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) =
Gein ternormalisasi (g) = 0,534
Hasil uji gain ternormalisasi di atas menunjukkan bahwa besarnya
peningkatan keterampilan menulis anekdot siswa sebelum dan sesudah dikenai
media pembelajaran video stand up comedy sebesar 0,534. Jika nilai (g) yang
diperoleh diinterpretasikan dengan indeks gain ternormalisasi menurut Hake
(1999 dalam Sundayana,2015:152), maka peningkatan keterampilan menulis
anekdot kelompok video stand up comedy berada di kategori sedang (0.30 < g
<0.70).
4.1.4 Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan keterampilan
menulis anekdot yang signifikan antara kelompok yang diberikan perlakuan
menggunakan media karikatur dan kelompok yang diberikan perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menggunakan media video stand up comedy.” Hipotesis alternatif (Ha) tersebut
akan diterima apabila rumus Ha = µ1 µ2 terbukti benar. Jika tidak terdapat
perbedaan keterampilan menulis anekdot yang signifikan antara kedua kelompok
eksperimen, maka hipotesis nol (H0) yang berubunyi “Tidak terdapat perbedaan
keterampilan menulis anekdot yang signifikan antara kelompok yang diberikan
perlakuan menggunakan media karikatur dan kelompok yang diberikan perlakuan
menggunakan media video stand up comedy” dengan rumus H0 = µ1 µ2
diterima.
Dasar pengambilan keputusan adalah Ha diterima apabila nilai Sig < 0,05
(5%), dan H0 diterima apabila Sig > 0,05 (5%). Berikut hasil uji t terhadap data
pascates kedua kelompok eksperimen yang dibantu program SPSS versi 22.0.
Tabel 4.15 Uji t Pascates Kelompok Media Karikatur dan Kelompok Media
Video Stand Up Comedy
Kelompok Mean Th Tt (5%) Df Sig.(2-tailed)
Media Karikatur 85,26
0,632 2.000 67 0,529 Media Video Stand
Up Comedy 84,25
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, keterampilan menulis anekdot
antara kedua kelompok eksperimen tidak memiliki perbedaan yang signifikan
karena nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,529 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05
(P>0,05). Jadi, kesimpulan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis anekdot yang signifikan
antara kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media karikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dan kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media video stand
up comedy. H0 diterima (µ1 µ2).
Ha = Terdapat perbedaan keterampilan menulis anekdot yang signifikan antara
kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media karikatur dan
kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan media video stand up
comedy. Ha ditolak (µ1 µ2).
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa data prates dan pascates kedua kelompok
eksperimen. Hasil tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan keterampilan
menulis anekdot antara kelompok media karikatur dan kelompok media video
stand up comedy, serta efektivitas media tersebut dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMAN Negeri 1 Sewon.
4.2.1 Prates Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok Media Karikatur dan
Media Video Stand Up Comedy
Kegiatan prates dilakukan untuk mengetahui keterampilan menulis
anekdot para siswa kedua kelompok eksperimen sebelum dikenai perlakuan
dengan media pembelajaran. Pada kegiatan prates, para siswa, kelompok karikatur
dan kelompok video stand up comedy, menerima tes yang sama yaitu menulis
anekdot berdasarkan kemampuan atau pengetahuan awalnya. Peneliti
menyediakan lima topik yaitu politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh
media sosial (Medsos). Para siswa diberi kebebasan memilih salah satu topik
tersebut untuk dijadikan sebuah teks anekdot. Berikut adalah data statistik prates
kedua kelompok eksperimen yang dibantu dengan program SPSS versi 22.0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel 4.16 Data Statistik Prates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy
Statistics
Prates
(Karikatur)
Prates (Video
SUC)
N Valid 34 35
Missing 1 0
Mean 67.8235 66.1429
Median 69.0000 66.0000
Mode 63.00 66.00
Std. Deviation 7.39562 7.84835
Variance 54.695 61.597
Range 28.00 25.00
Minimum 53.00 53.00
Maximum 81.00 78.00
Sum 2306.00 2315.00
Hasil analisis data prates di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean)
pada kelompok media karikatur sebesar 67,82 dengan subjek penelitian sebanyak
34 siswa dan pada kelompok media video stand up comedy sebesar 66,14 dengan
subjek penelitian sebanyak 35 siswa. Nilai yang sering muncul (mode) pada
kelompok media karikatur yaitu 63 dan pada kelompok media stand up comedy
yaitu 66. Nilai terendah pada kelompok media karikatur yaitu 53 dan nilai
tertinggi yaitu 81, sedangkan nilai terendah pada kelompok media video stand up
comedy yaitu 53 dan nilai tertinggi yaitu 78. Data prates kedua kelompok
eksperimen kemudian di uji dengan uji t untuk melihat apakah terdapat perbedaan
rata-rata keterampilan menulis anekdot. Berikut adalah hasil uji t data prates
kedua kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel 4.17 Hasil Uji t Data Prates Kelompok Media Karikatur dan Media
Video Stand Up Comedy
Kelompok N Mean Th Tt
(5%)
Df Sig. (2-
tailed)
Karikatur 34 67,82
0.915 2.000 67 0, 364 Video
stand up
comedy
35 66,14
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keterampilan menulis anekdot kelompok media karikatur
dan kelompok media video stand up comedy karena nilai Sig. (2-Tailed) sebesar
0,364 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Oleh karena itu, pada tahap
prates, para siswa dari kedua kelompok eksperimen memiliki tingkat keterampilan
menulis anekdot yang sama.
Teks anekdot siswa dinilai berdasarkan pedoman penilaian keterampilan
menulis anekdot yang dikembangkan oleh peneliti menurut Nurgiyantoro
(2010:439-442) dan Kosasih (2016:94-104). Ada delapan aspek penilaian yang
digunakan peneliti untuk menilai teks anekdot siswa, yaitu (1) kesesuain isi
dengan topik, (2) tokoh dalam anekdot, (3) unsur lelucon dan sindiran, (4) struktur
teks anekdot, (5) kaidah kebahasaan, (6) ketepatan diksi, (7) ketepatan kalimat,
dan (8) ejaan bahasa Indonesia. Skala penilaian yang digunakan peneliti adalah
skala 1-4. Hasil prates kelompok media karikatur pada setiap aspek penilaian teks
anekdot di atas dapat dilihat pada diagram column di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Diagram 4.4 Skor Rata-Rata Prates Setiap Aspek Penilaian Teks Anekdot
Kelompok Media Karikatur
Diagram di atas menunjukkan skor rata-rata prates kelompok media
karikatur pada setiap aspek penilaian anekdot. Tingkat keterampilan menulis
anekdot siswa pada setiap aspek penilaian di atas memiliki rata-rata 2,44 (aspek
isi), 2,70 (aspek tokoh), 2,38 (aspek lelucon dan sindiran), 3,02 (aspek struktur),
2,79 (aspek kaidah kebahasaan), 2,88 (aspek diksi), 3.00 (aspek kalimat), dan 2,41
(aspek EYD). Pada kelompok media video stand up comedy, hasil prates pada
setiap aspek penilaian dapat dilihat pada diagram column di bawah ini.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
PRATES KELOMPOK MEDIA KARIKATUR
Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Diagram 4.5 Skor Rata-Rata Prates Setiap Aspek Penilaian Teks Anekdot
Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Diagram di atas menunjukkan skor rata-rata prates kelompok media video
stand up comedy pada setiap aspek penilaian anekdot. Tingkat keterampilan
menulis anekdot siswa pada setiap aspek penilaian di atas memiliki rata-rata 2,37
(aspek isi), 2,45 (aspek tokoh), 2,37 (aspek lelucon dan sindiran), 3,14 (aspek
struktur), 2,71 (aspek kaidah kebahasaan), 2,74 (aspek diksi), 3.00 (aspek
kalimat), dan 2,34 (aspek EYD). Nilai keterampilan menulis anekdot siswa
diperoleh dari hasil penjumlahan setiap aspek penilaian di atas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan menulis anekdot kedua kelompok eksperimen
pada kegiatan prates masih tergolong rendah. Pada kelompok media karikatur,
nilai keterampilan menulis anekdot siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) 75 hanya didapat oleh delapan siswa dengan persentase 24%,
sedangkan 26 siswa lainnya mendapat nilai dibawah KKM dengan persentase
76%. Sama halnya dengan kelompok media video stand up comedy, siswa yang
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
PRATES KELOMPOK MEDIA VIDEO STAND UP COMEDY
Prates Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
mendapat nilai keterampilan menulis anekdot yang mencapai KKM hanya
sebanyak delapan siswa dengan persentase 23%, sedangkan 27 siswa lainnya
mendapat nilai di bawah KKM dengan persentase 77%. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata prates kedua kelompok eksperimen
pada setiap aspek penilaian anekdot masih tergolong rendah karena nilai
keterampilan menulis anekdot siswa masih banyak yang di bawah KKM 75.
Kendala utama yang dialami siswa pada kegiatan prates adalah
mengembangkan topik yang dipilih menjadi sebuah teks anekdot. Kendala
tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas
siswa dalam membuat sebuah cerita yang mengandung unsur lelucon dan sindiran
pada suatu hal atau pada seseorang. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh anekdot
berikut (nomor presensi 1).
Gambar 4.1 Hasil Teks Anekdot Prates Kelompok Media Karikatur
Dalam teks anekdot tersebut, penulis mengembangkan topik “korupsi”
menjadi sebuah anekdot yang diberi judul “Semboyan Kartini Dan Perjuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Korupsi”. Penulis bercerita tentang semboyan Ibu Kartini yang berbunyi “Habis
Gelap Terbitlah Terang”, dan mengaitkannya dengan kasus korupsi di Indonesia
yang dianggap tidak dilakukan secara diam-diam lagi, tetapi sudah dilakukan
secara terang-terangan.
Penulis tampak kesulitan dalam mengembangkan topik “korupsi” menjadi
sebuah teks anekdot. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek isi dan kebahasaan
anekdot. Isi teks anekdot tersebut kurang lucu/menarik karena hanya menonjolkan
unsur sindiran. Cerita yang disajikan pun tidak tuntas karena struktur dan kaidah
kebahasaan anekdot kurang lengkap dan kurang dimanfaatkan dengan baik. Selain
itu, terdapat cukup banyak kesalahan dalam penulisan kalimat, ejaan, dan tanda
baca.
Kalimat pada paragraf pertama, yang berfungsi sebagai abstraksi, berbunyi,
“Suatu hari Ibu Dewi mengatakan bahwa semboyan Kartini “Habis Gelap
terbitlah terang” maling diperjuangkan hingga sekarang. Ibu” lain bingun &
berbikir.” Struktur kalimat tersebut tidak benar dan tidak efektif karena terdapat
frasa keterangan waktu di awal kalimat, tanpa memberikan tanda baca (,) untuk
memisahkan subjek kalimat yaitu Ibu Dewi. Selain itu, pada kalimat pertama dan
kedua perlu kata/frasa tambahan agar kalimat tersebut dapat dipahami lebih
jelas/efektif. Perbaikan kalimat tersebut adalah, “Pada suatu hari, Ibu Dewi
mengatakan bahwa semboyan kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” memiliki
arti ‘Maling diperjuangkan hingga sekarang.’ Ibu-ibu yang mendengar
pernyataan tersebut menjadi bingung dan berpikir. Ketidakefektifan penggunaan
kalimat juga terjadi pada kalimat dialog Bu Dewi dan Bu Wiwik. “Begini ibu-ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Pada masa kartini korupsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau dalam
keadaan gelap sedangkan zaman sekarang dilakukan secara terang terangan
Sama persis seperti semboyan ibu kita Kartini Habis gelap terbitlah terang.”, dan,
“Oh jadi, jika masa lalu Kartini berjuang untuk wanita. Masa sekarang
perjuangan utk terang-terangan korupsi.” Hal utama, selain struktur kalimat,
yang menjadikan kalimat tersebut tidak efektif adalah penggunaan ejaan bahasa
Indonesia yang masih banyak terdapat kesalahan. Perbaikan kaliamat dialog
tersebut adalah, “Begini ibu-ibu, pada masa Ibu Kartini, korupsi dilakukan secara
sembunyi-sembunyi atau dalam keadaan gelap, sedangkan zaman sekarang
dilakukan secara terang-terangan. Hal tersebut menjadi sama persis dengan
semboyan Ibu Kartini yang berbunyi “Habis Gelap Terbitlah Terang.”, dan, “Oh!
Jadi, pada masa lalu, Ibu Kartini berjuang untuk para wanita, sedangkan sekarang
banyak orang yang berjuang untuk terang-terangan korupsi.”
Contoh teks anekdot pada kegiatan prates di atas juga banyak yang tidak
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kesalahan
banyak terjadi pada penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata.
Contoh kesalahan penggunaan huruf kapital, seperti pada kata “Dan”, “Habis
Gelap terbitlah terang”, “bu”, “kartini”, “ibu”. Contoh kesalahan penggunaan
tanda baca seperti pada kalimat, “Apa contohnya bu kalau semboyan Kartini maah
diperjuangkan”. Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya, tetapi pada akhir
kalimat tidak diberikan tanda baca tanya (?). Contoh kesalahan penulisan kata
seperti pada kata “bingun”, “berbikir”, “maah”, “berjuan”, “utk”. Kendala siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dalam mengembangkan topik menjadi sebuah teks anekdot juga dialami oleh
siswa lain, seperti pada contoh teks anekdot berikut (nomor presensi 13).
Gambar 4.2 Hasil Teks Anekdot Prates Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Teks anekdot tanpa judul di atas membuktikan bahwa keterampilan
menulis anekdot pada kegiatan prates masih tergolong rendah. Dalam teks
anekdot tersebut, penulis mengembangkan topik “Pengaruh Media Sosial”
menjadi sebuah anekdot. Namun, isi cerita tersebut tidak sesuai dengan topik yang
dipilih karena isi cerita tidak mengandung unsur lelucon dan sindiran terkait
pengaruh media sosial. Seharusnya, isi cerita mengandung unsur lelucon dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
sindiran atau pelajaran tertentu mengenai pengaruh media sosial. Isi cerita anekdot
tersebut juga tidak melibatkan tokoh yang berpengaruh atau terkenal. Hal tersebut
menyebabakan kualitas isi anekdot tergolong rendah.
Selain terjadi kesalahan dalam aspek isi, pada aspek kebahasaan pun
banyak terjadi kesalahan, seperti pada penggunaan diksi yang tidak tepat, kalimat
yang tidak efektif, dan kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia. Contoh
kesalahan dapat dilihat pada kalimat yang terdapat dalam paragraf pertama teks
anekdot berikut.
“Pada suatu hari ada seorang yg berjalan di taman, dan orang
tersebut berjalan sambil menyanyi-nyanyi dengan suaranya yang
seadanya. Orang tersebut mampir ke rumah nakan yng terkenal di
kota tersebut. Orang tersebut mencari tempat duduk dengan tengok
kanan, tengok kiri. Setelah menemukan tempat duduk ia pun duduk.
Orang tersebut membaca tulisan “Bebas Asap Rokok”. lalu orang
tersebut merokok dengan santai. Ada seorang pegawai yang
menghampirinya dan bertanya.”
Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut banyak terjadi kesalahan seperti
pada penggunaan diksi yang tidak tepat, kalimat yang tidak efektif, dan kesalahan
penggunaan ejaan bahasa Indonesia. Agar kalimat dalam paragraf tersebut efektif
dan padu serta menarik, kalimat tersebut harus diperbaiki. Berikut adalah
perbaikan kalimat dalam paragraf terebut.
“Pada suatu hari, seseorang yang tidak dikenal terlihat sedang
berjalan-jalan di sebuah taman. Orang tersebut berjalan sambil
bernyanyi dengan suara yang seadanya. Setalah puas berada di taman,
orang tersebut singgah di sebuah rumah makan yang terkenal di kota
tersebut. Orang tersebut lantas mencari tempat duduk. Saat sedang
duduk, ia membaca sebuah tulisan “Bebas Asap Rokok”. Tulisan
tersebut membuat ia berani mengeluarkan sebatang rokok dan
menikmatinya. Tidak selang berapa lama, seorang pegawai rumah
makan tersebut menghampiri dan bertanya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pada kalimat dialog antar tokoh pun masih banyak terjadi kesalahan,
seperti kesalahan penggunaan kalimat efektif, pemilihan diksi, ejaan bahasa
Indonesia, dan penggunaan kata baku, seperti yang terlihat dalam coretan-coretan
berwarna merah. Deskripsi kondisi awal dan hasil prates kedua kelompok
eksperimen di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis anekdot siswa
masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari kualitas isi dan kebahasaan
teks anekdot yang dibuat oleh siswa masih banyak kekurangan.
4.2.2 Pascates Keterampilan Menulis Anekdot Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy
Kegiatan pascates dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir keterampilan
menulis anekdot antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan media
pembelajaran karikatur dan kelompok yang dikenai perlakuan dengan media
pembelajaran video stand up comedy. Pada kegiatan pascates, kedua kelompok
eksperimen diberikan tes yang sama, tetapi dengan media yang berbeda.
Kelompok media karikatur diberikan tes menulis anekdot berdasarkan media
karikatur. Ada lima karikatur yang harus dipilih salah satunya oleh para siswa,
yaitu karikatur politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosial
(Medsos). Kelompok media video stand up comedy diberikan tes menulis anekdot
berdasarkan video stand up comedy yang ditayangkan oleh peneliti. Ada dua
video stand up comedy yang ditayangkan, yaitu “Pidato Politik” oleh Cak
Lontong dan “Nama di Facebook” oleh Mamat. Dua video tersebut memuat lima
topik yaitu politik, hukum, korupsi, kemiskinan, dan pengaruh media sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
(Medsos). Berikut adalah data statistik pascates kedua kelompok eksperimen yang
dibantu dengan program SPSS versi 22.0.
Tabel 4.18 Data Statistik Pascates Kelompok Media Karikatur
dan Media Video Stand Up Comedy
Statistics
Pascates
(Karikatur)
Pascates (Video
SUC)
N Valid 34 35
Missing 1 0
Mean 85.2647 84.2571
Median 84.0000 84.0000
Mode 94.00 81.00a
Std. Deviation 6.55193 6.68335
Variance 42.928 44.667
Range 19.00 22.00
Minimum 75.00 72.00
Maximum 94.00 94.00
Sum 2899.00 2949.00
Hasil analisis data pascates di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) pada kelompok media karikatur sebesar 85,26 dengan subjek penelitian
sebanyak 34 siswa dan pada kelompok media video stand up comedy sebesar
84,25 dengan subjek penelitian sebanyak 35 siswa. Nilai yang sering muncul
(mode) pada kelompok media karikatur yaitu 94 dan pada kelompok media stand
up comedy yaitu 81. Nilai terendah pada kelompok media karikatur yaitu 75 dan
nilai tertinggi yaitu 94, sedangkan nilai terendah pada kelompok media video
stand up comedy yaitu 72 dan nilai tertinggi yaitu 94. Data pascates kedua
kelompok eksperimen kemudian di uji dengan uji t untuk melihat apakah terdapat
perbedaan rata-rata keterampilan menulis anekdot setelah diberikan perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dengan media pembelajaran. Berikut adalah hasil uji t data pascates kedua
kelompok eksperimen.
Tabel 4.19 Hasil Uji t Data Pascates Kelompok Media Karikatur dan Media
Video Stand Up Comedy
Kelompok N Mean Th Tt (5%) Df Sig. (2-
tailed)
Karikatur 34 85,26
0.632 2.000 67 0.529 Video stand
up comedy
35 84,25
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rata-rata yang signifikan antara keterampilan menulis anekdot kelompok yang
dikenai media pembelajaran karikatur dan kelompok yang dikenai media
pembelajaran media video stand up comedy. Hal tersebut dibuktikan dari nilai Sig.
(2-Tailed) sebesar 0,529 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Oleh karena
itu, pada tahap pascates, para siswa dari kedua kelompok eksperimen memiliki
tingkat keterampilan menulis anekdot yang sama.
Hasil uji t data prates-pascates kedua kelompok eksperimen membuktikan
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan menulis anekdot secara
signifikan (hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.10). Pada kelompok media
karikatur terjadi peningkatan sebesar 0,541, sedangkan pada kelompok media
video stand up comedy terjadi peningkatan sebesar 0,534. Hasil peningkatan juga
dapat dilihat dari skor rata-rata pascates kedua kelompok eskperimen pada setiap
aspek penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram column di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Diagram 4.6 Skor Rata-Rata Prates dan Pascates Setiap Aspek Penilaian
Teks Anekdot Kelompok Media Karikatur
Diagram di atas menunjukkan peningkatan skor rata-rata antara prates dan
pascates kelompok media kariaktur pada setiap aspek penilian teks anekdot. Dari
diagram tersebut, terlihat bahwa peningkatan terjadi pada setiap aspek penilaian.
Tingkat keterampilan menulis anekdot siswa pada setiap aspek penilaian di atas
memiliki rata-rata 3,67 (aspek isi), 3,02 (aspek tokoh), 3,32 (aspek lelucon dan
sindiran), 3,73 (aspek struktur), 3,52 (aspek kaidah kebahasaan), 3,52 (aspek
diksi), 3.47 (aspek kalimat), dan 2,97 (aspek EYD). Selain itu, pada kelompok
media video stand up comedy juga megalami peningkatan skor rata-rata pada
setiap aspek penilaian teks anekdot. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram
column di bawah ini.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Prates
Pascates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Diagram 4.7 Skor Rata-Rata Prates dan Pascates Setiap Aspek Penilaian
Teks Anekdot Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Diagram di atas menunjukkan peningkatan skor rata-rata antara prates dan
pascates kelompok media video stand up comedy pada setiap aspek penilaian teks
anekdot. Sama halnya dengan kelompok media karikatur, pada kelompok media
video stand up comedy juga mengalami peningkatan pada setiap aspek penilaian.
Tingkat keterampilan menulis anekdot siswa pada setiap aspek penilaian di atas
memiliki rata-rata 3,57 (aspek isi), 3,08 (aspek tokoh), 3,37 (aspek lelucon dan
sindiran), 3,68 (aspek struktur), 3,42 (aspek kaidah kebahasaan), 3,54 (aspek
diksi), 3.28 (aspek kalimat), dan 3 (aspek EYD). Hasil peningkatan skor rata-rata
antara parates dan pascates kedua kelompok eksperimen pada setiap aspek
penilaian di atas membuat nilai keterampilan menulis anekdot siswa kedua
kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Pada kelompok media karikatur,
siswa yang mendapat nilai keterampilan menulis anekdot yang mencapai KKM
meningkat dari hanya delapan siswa menjadi 34 siswa dengan persentase 100%,
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Prates
Pascates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
sedangkan pada kelompok media video stand up comedy siswa yang mendapat
nilai mencapai KKM meningkat dari delapan siswa menjadi 33 siswa dengan
persentase 94%. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
media karikatur dan media video stand up comedy dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot dapat meningkatkan skor setiap aspek penilaian
teks anekdot siswa, sehingga tingkat keterampilan menulis anekdot siswa dapat
dikatakan memuaskan. Adapun peningkatan keterampilan menulis anekdot dapat
dilihat dari contoh teks anekdot di bawah ini (nomor presensi 5).
Gambar 4.3 Hasil Teks Anekdot Pascates Kelompok Media Karikatur
Dalam teks anekdot di atas, terdapat peningkatan aspek isi dan kebahasaan
pada kelompok media karikatur. Penulis mampu mengolah informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
termuat dalam karikatur “korupsi” menjadi sebuah anekdot secara kreatif. Hal
tersebut dapat dilihat dari isi cerita anekdot. Penulis bercerita tentang prilaku
tokoh politk di Indonesia yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang diucapkan
tokoh tersebut. Tokoh yang disindir dalam anekdot tersebut menyangkut orang
penting, yaitu mantan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia, Setya
Novanto, yang terjerat kasus korupsi E-KTP, tetapi penulis tidak menyubutkan
secara langsung nama tokoh terebut dan menggantinya dengan inisial SN. Cerita
tersebut juga mengandung unsur lelucon dan sindirian. Hal tersebut dapat dilihat
ketika singkatan DPR diartikan menjadi ‘Diam-diam Punya Rencana’, dan dalam
lelucon tersebut terkandung sindiran terhadap tokoh SN. Aspek struktur
(abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda) dan kaidah kebahasaan dalam
anekdot pun disajikan secara lengkap dan terorganisir serta dimanfaatkan dengan
baik oleh penulis.
Selain terjadi peningkatan pada aspek isi, pada aspek kebahasaan pun
terjadi peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan kalimat dalam
cerita tersebut sudah efektif dan padu. Pemilihan diksi pun sudah sangat tepat dan
sudah menggambarkan suatu hal/keadaan yang berkaitan dengan karikatur
“korupsi”, serta terdapat diksi yang kreatif seperti pada frasa “buah bibir” yang
memiliki arti ‘bahan perbincangan banyak orang’. Pada aspek ejaan bahasa
Indonesia hanya terdapat sedikit kesalahan, seperti kesalahan penggunaan huruf
kapital dan tanda baca.
Selain terjadi peningkatan hasil menulis anekdot pada kelompok media
karikatur, hasil menulis anekdot pada kelompok media video stand up comedy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
pun terjadi peningkatan yang signifikan. Berikut adalah contoh hasil pascates
kelompok media video stand up comedy (nomor presensi 4).
Gambar 4.4 Hasil Teks Anekdot Pascates Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Dalam teks anekdot berjudul “Koruptor dan Korupsi” di atas, penulis
mampu membuat anekdot berdasarkan topik yang terdapat dalam video stand up
comedy berjudul “Pidato Politik” oleh Cak Lontong. Teks anekdot tersebut juga
mengalami peningkatan pada aspek isi dan kebahasaan. Isi cerita dalam anekdot
sudah sangat sesuai/relevan dengan topik politik yang terkandung dalam video
stand up comedy. Tokoh yang disindir dalam anekdot pun sudah menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
orang yang penting, tetapi tidak disebutkan secara langsung oleh penulis. Penulis
menuliskan suatu cerita tentang para koruptor yang banyak merugikan rakyat dan
stabilitas ekonomi di Indonesia. Unsur lelucon dan sindiran dalam teks tersebut
muncul ketika tokoh Rani mengatakan, “Iya, karena koruptor itu adalah orang
yang tertangkap korupsi. Selama belum tertangkap, mungkin orang tersebut masih
pejabat.” Pada aspek struktur dan kaidah pun sudah disajikan secara lengkap dan
terorganisir serta dimanfaatkan dengan baik oleh penulis.
Pada aspek kebahasaan, teks anekdot sudah hampir tidak mengalami
kesalahan yang berarti. Penggunaan kalimat dalam cerita sudah efektif dan padu.
Pemilihan diksi pun sudah sangat tepat dan sudah menggambarkan suatu
hal/keadaan yang berkaitan dengan topik dalam video stand up comedy, serta
terdapat diksi yang kreatif seperti pada frasa “sampah masyarakat” yang memiliki
arti ‘orang-orang yang dipinggirkan’. Namun, pada aspek ejaan bahasa Indonesia
terdapat sedikit kesalahan pada tanda baca dan penulisan huruf kapital seperti
pada kata “lia”.
4.2.3 Efektivitas Media Karikatur dan Media Video Stand Up Comedy dalam
Pembelajaran Keterampilan Menulis Anekdot
Data prates dan pascates kedua kelompok eksperimen telah diuji dengan
teknik statistik t-tes sampel berhubungan (paired-samples t-test). Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui efektivitas media karikatur dan media video stand up
comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Beikut adalah hasil
uji t data prates-pascates kedua kelompok eksperimen dengan dibantu program
SPSS versi 22.0 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Tabel 4.20 Hasil Uji t Prates-Pascates Kelompok Media Karikatur dan
Kelompok Media Video Stand Up Comedy
Kelompok N
Mean
t df Sig. (2-tailed)
Prates Pascates
Karikatur 34 67,82 86,26 -12,723 33 0,000
Video stand up
comedy
35 66,14 84,25 -14,300 34 0,000
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, skor rerata prates dan pascates
kelompok media karikatur dan kelompok media video stand up comedy masing-
masing terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai Sig.(2-tailed) kedua
kelompok sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (5%). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kedua media pembelajaran memiliki efektivitas yang sama
dalam meningkatkan keterampilan menulis anekdot.
Peneliti menggunakan uji gain ternormalisasi untuk mengetahui besarnya
peningkatan skor keterampilan menulis anekdot sebelum dan sesudah diterapkan
media pembelajaran karikatur dan media video stand up comedy pada masing-
masing kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil uji gain ternormalisasi, pada
kelompok media karikatur terjadi peningkatan keterampilan menulis anekdot
sebesar 0,541, sedangkan pada kelompok media video stand up comedy terjadi
peningkatan sebesar 0,534. Jika dua hasil tersebut dibandingkan, maka
peningkatan lebih besar terjadi pada kelompok media karikatur dengan selisih
0,007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
BAB V
PENUTUP
Bab V dalam skripsi ini berisi dua hal, yaitu: (1) simpulan, dan (2) saran.
Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
A. Simpulan
Pada bab IV, peneliti telah membahas secara detail tentang data hasil
penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, berikut adalah
kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas Media
Karikatur dan Video Stand Up Comedy dalam Pembelajaran Keterampilan
Menulis Anekdot Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran
2017/2018”.
1. Tingkat keterampilan menulis anekdot, setelah diberikan perlakuan dengan
media pembelajaran karikatur, memiliki nilai rata-rata sebesar 85,26 dengan
peningkatan skor sebesar 0,541. Hasil uji t (paired-samples t-test), yang
dibantu dengan program SPSS versi 22.0, terhadap nilai rata-rata prates
sebesar 67,82 dan rata-rata pascates sebesar 85,26 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000
lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian, media
karikatur efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot siswa kelas X di SMAN 1 Sewon.
2. Tingkat keterampilan menulis anekdot, setelah diberikan perlakuan dengan
media pembelajaran video stand up comedy, memiliki nilai rata-rata sebesar
84,25 dengan peningkatan skor sebesar 0,534. Hasil uji t (paired-samples t-
test), yang dibantu dengan program SPSS versi 22.0, terhadap nilai rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
prates sebesar 66,14 dan rata-rata pascates sebesar 84,25 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai Sig.(2-tailed) sebesar
0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian, media
video stand up comedy efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot siswa kelas X di SMAN 1 Sewon.
3. Hasil uji t (independent samples test), yang dibantu dengan program SPSS
versi 22.0, terhadap data pascates antara kelompok media karikatur dan
kelompok media video stand up comedy menunjukkan nilai Sig.(2-tailed)
sebesar 0.529. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata pascates
antara kedua kelompok eksperimen tidak memiliki perbedaan yang
signifikan karena nilai Sig.(2-tailed) 0.364 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05 (5%). Dengan demikian, media karikatur dan media video stand up
comedy memiliki efektivitas yang sama dan dapat digunakan dalam
pembelajaran keterampilan menulis anekdot siswa kelas X di SMAN 1
Sewon.
B. Saran
Berdasakan hasil temuan dalam penelitian ini tentang efektivitas media
karikatur dan media video stand comedy dalam pembelajaran keterampilan
menulis anekdot pada siswa kelas X di SMAN 1 Sewon, peneliti memberikan
saran kepada empat pihak, yaitu pihak sekolah, guru bahasa Indonesia, siswa, dan
peneliti lain. Berikut adalah saran dari peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
1. Bagi Pihak Sekolah
Penerapan media karikatur dan media video stand up comedy di kelas
membutuhkan perlengkapan media pembelajaran yang memadai, agar penerapan
media tersebut dapat lebih efektif digunakan oleh guru dan siswa. Oleh karena itu,
pihak sekolah harus dapat memperbaiki/menyediakan fasilitas seperti LCD
proyektor dan alat pengeras audio yang memiliki kualitas tinggi agar
pembelajaran keterampilan menulis anekdot dapat mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Media karikatur dan media video stand up comedy telah terbukti efektif
digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Oleh karena itu,
guru bahasa Indonesia dapat menggunakan atau mengembangkan kedua media
tersebut, sesuai kebutuhan, dalam proses pembelajaran keterampilan menulis
anekdot agar tujuan pembelajaran sesuai dengan target yang ingin dicapai. Saran
tambahan dari peneliti yaitu agar pedoman penskoran teks anekdot menggunakan
pembobotan pada setiap aspek yang dianggap paling diutamakan/ dianggap paling
substansial.
3. Bagi siswa
Dengan diterapkannya media karikatur dan media video stand up comedy,
suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih bervariasi dan menyenangkan. Media
tersebut sangat kreatif, efektif dan efesien dalam merangsang gagasan, pendapat,
perasaan, humor, dan kekritisan siswa dalam menyikapi fenomena-fenomena
sosial yang sedang terjadi. Oleh karena itu, siswa harus mampu mencipta sebuah
teks anekdot dengan kualitas tinggi dengan bantuan media tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4. Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti lainnya untuk melakukan
penelitian terhadap penggunaan media karikatur dan media video stand up
comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Peneliti menyarankan
agar sampel diambil dari kelas yang memiliki karakterisik siswa yang sama atau
dari kelas yang sama. Saran tambahan dari peneliti lainnya yaitu agar pedoman
penskoran teks anekdot menggunakan pembobotan pada setiap aspek yang
dianggap paling diutamakan/ dianggap paling substansial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Daftar Pustaka
Abbas, Saleh. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Direktorat ketenagaan.
Abidin, Yunus, dkk. (2017). Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi: Buku Pegangan Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Bahasa
Indonesia Kurikulum 2013 di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Akhadiah, Sabarti dkk. (1996). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alam, Syamsul. (2016). Stand Up Comedy Indonesia Sebagai Media Kritik Sosial
(AnalisisWacana Stand Up Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV).
Skripsi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar:
tidak diterbitkan.
Amalina, Nur Riska. (2014). Keefektifan Media Tayang Stand Up Comedy dalam
Pembelajaran Mengonversi teks Anekdot: Kuasi Eksperimen Pada Siswa
kelas X SMA Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015). Skripsi pada
FKIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Angkowo, Robertus, dan A. Kosasih. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran:
Mempengaruhi Motivasi, Hasil Belajar, dan Kepribadian. Jakarta: PT
Grasindo.
Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Ariantini, Susi, dkk. (2015). Penerapan Metode Pelatihan Terbimbing dengan
Penggunaan Narasi Stand Up Comedy Show di Metro TV untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X-Ibb2
SMA Negeri 3 Singaraja [Online], Vol. 3 No. 1,
(http://download.portalgaruda.org/article.php, diakses pada 5 Februari
2018).
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azhar, Arsyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahyawati, Rina Susi. 2015. Stand Up Comedy Sebagai Sarana Pengembangan
Ide dalam Produksi Teks Anekdot Pada Siswa SMA; Sebuah Desain
Pembelajaran. Dalam Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Bahasa
Indonesia [Online].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tersedia: https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/6364 [12 Maret
2017].
Dalman. (2016). Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Fatimah, Nuraini. (2013). Teks Anekdot Sebagai Sarana Pengembangan
Kompetensi Bahasa dan Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta: tidak diterbitkan.
Hasriandi, Andi. (2016). Pengaruh Media Pembelajaran Visual dan Audio Visual
terhadap Hasil Belajar Kemampuan Servis Pendek dalam Permainan
Bulutangkis Murid Kelas X Madrasah Aliyah Madani Alauddin Paopao
Kabupaten Gowa. Jurnal penelitian pada Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar: tidak diterbitkan.
Julianto. (2016). Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Melalui Metode NLP
(Pemograman Neurolinguistik) Dengan Teknik Vakot (Visual, Audio,
Kinestetik, Olfaktori, Dan Rasa) Pada Peserta Didik SMA Negeri 6
Bandung. Dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar [Online], vol II
(2) halaman 6.
Tersedia:http://jurnalstkipsubang.ac.id/index.php/jurnal/article/download/4
9/pdf. [19 Okteber 2017).
Julinus, Nizwardi, & Ambiyar. (2016). Media dan Sumber Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.5. (2016). Jakarta: Kemendikbud.
Karisa, Rosalina Ninda. (2018). Keefektifan Media Komik Strip dan Mind Map
dengan Strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) untuk
Meningkatkan Kreativitas Menulis Cerpen Siswa Kelas XII SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma: tidak
diterbitkan.
Kemendikbud. (2014a). Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik.
Jakarta: Kemdikbud.
Kemendikbud. (2017). Buku Guru: Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Kosasih, Engkos. (2016). Cerdas Berbahasa Indonesia: untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kusma, Suherli. (2014). Kreativitas Menulis. Yogyakrta: Penerbit Ombak.
Kustandi, Cecep, & Bambang Sutjipto. (2013). Media Pembelajaran: Manual dan
Digital, Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Mahsun. (2014). Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia: Kurikulum 2013.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Melik, Sayuti. (2016). Efek Tayangan Stand Up Comedy Metro TV Terhadap
Prilaku Penonton Usia Muda di Loa Janan Kutai Kartanegara. Dalam
eJurnal Ilmu Komunikasi. [Online], Vol 4 (3), 482-495. Tersedia:
ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id [15 Juli 2018].
Mulyadi,Y. & Danaira, F. (2013). Bahasa Indonesia untuk SMA-MA/SMK kelas
X. Bandung: YramaWidya.
Munadi, Yudhi. (2010). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru.
Jakarta: Referensi.
Nurgiyantoro, Burhan. (2004). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Peniliaian Pembelajaran Bahasa: Bebasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, Burhan, dkk. (2015). Statistik Terapan: untuk Penelitian Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Padmala, Lasmi Atisara. (2016). Pengaruh Media Karikatur dan Video Stand Up
Comedy terhadap Kemahiran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran
2015/2016. Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji: tidak diterbitkan.
Papana, Ramon. (2016). Buku Besar: Stand-Up Comedy Indonesia. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Parendra, I Md. Dendy Dwi, dkk. (2013). Pemanfaatan Media Karikatur untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD. [Online]. Tersedia:
ejounal.undiksha.ac.id [13 Juli 2018].
Prastowo, Andi. (2016). Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Pribadi, Benny A. (2017). Media dan Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Prihastuti, Erlin Noviyanti. (2011). Keefektifan Penggunaan Media Wall Chart
(bagan dinding) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seyegan Sleman. Skripsi pada
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta: tidak
diterbitkan.
Pujawan, S.P.M. dkk. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta didik Kelas X SMA
Negeri 2 Semarapura. [Online] Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_bahasa/article/download/1413/1087. [19 Oktober
2017].
Rofi’uddin, Ahmad & Darmiyati Zuhdi. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Saadie, Ma’mur. (2007). Strategi Pambelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sadiman, S, Arif, dkk. (1984). Media Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada.
Sanaky, Hujair AH. (2013). Media Pembelajaran Interaktif-Inofatif. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara.
Sanjaya, Wina. (2012). Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.
Jakarta: Kencana.
Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT. Intan Pariwara.
Sholekah, L.A.N, Agus Nuryanti. (2016). Peningkatan Keterampilan Menulis
Teks Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) Pada
Siswa Kelas X Mia-4 SMA Negeri 1 Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. [Online],
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi, diakses 6 Oktober 2017).
Sudaryanto. (2000). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Bahasa
Jilid I. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sudaryono, Gaguk Margono dan Wardani Rahayu. (2013). Pengembangan
Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk,
& Kode Etik. Bandung: Nuansa.
Suharto, G. (1988). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Bahasa: Suatu
Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suherli, dkk. (2017). Buku Guru: Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka
Insan Madani.
Sundayana, Rostina. (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sutama, I Made. (2016). Pembelajaran Menulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyitno. (2010). Apresiasi Puisi dan Prosa. Surakarta: UNS Press.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Utami, Alvina Rizky. (2017). Pengaruh Media Karikatur Terhadap Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun
Pembelajaran 2016/2017. Skripsi pada FBS Universitas Negeri Medan:
tidak diterbitkan.
Yani, Ahmad. (2014). Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Warni, Setia, dkk. (2017). Peningkatan Keterampilan Memproduksi Teks Anekdot
Menggunakan Media Kariaktur dan Pendekatan Saintifik Pada Siswa.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Untan [Online]. Tersedia:
jurnal.untan.ac.id [13 Juli 2018].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Lampiran 1 ─ Data Awal Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 2 ─ Data Awal Hasil Wawancara dengan Siswa
DATA AWAL HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA
A. Identitas Siswa Pertama:
1. Nama : Kailifah Nurul A.
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab : “Belum, Kak, biasanya ngambil di internet.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab : “Menurutku sih susah, Kak.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab : “Ya susahnya itu waktu nyari (mencari) topik yang cocok untuk
ditulis, Kak.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab : “Biasanya pake (menggunakan) Ppt (PowerPoint), Kak.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab “Enggak, Kak, biasa aja.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab : “Gak juga, Kak, biasa aja.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Aduh Kak kurang tahu tentang media, tapi kalau disuruh milih, ya
pasti milih media video.”
B. Identitas Siswa Kedua:
1. Nama : Hashifa Umi P.
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot hasil karya sendiri?
Jawab : “Belum pernah, Mas, biasanya cuma copy-paste dari internet.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Cukup sulit, Mas, ne (ya) kalo (kalau) menurut aku loh.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Kesulitannya itu waktu nulis anekdot harus sesuai dengan alur
ceritanya, terus nyari (mencari) topik, humor, sama (dan) sindiriannya itu,
Mas, susahnya.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab : “Ya seringnya cuma (hanya) menjelaskan aja di depan kelas, sama
ngasih teks materi kadang-kadang, ehh pake (memakai) Ppt (PowerPoint)
juga deng.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Ya tetap aja sih Mas susah gak (tidak) ngaruh.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab : “Gak Mas, bosen kadang di kelas tuh.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Ya kaya nonton video gitu Mas bagus.”
C. Identitas Siswa Ketiga:
1. Nama : Berline Nevia R.
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab : “Belum pernah kalau benar-benar karya sendiri.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab : “Wah susah peka banget ee, Mas.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Jawab : “Menentukan isi cerita yang mau ditulis tu lumayan susah.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “Biasanya ya Ppt aja, sambil dijelaskan.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Enggak (tidak), buktinya aku masih susah buat nulis.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Gak minat dan gak termotivasi.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Nonton film, Mas.”
D. Identitas Siswa Keempat:
1. Nama : Dyah Rahma W.
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab : “Sudah, Kak.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab : “Gak (tidak), susah, Kak.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab : “Sulit mikir cerita yang lucu-lucu.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “Biasanya disuruh ambil buku paket diperpustakanan untuk dibaca.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Cukup mudah.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Kurang dapat, soalnya kami sering dikasih tugas, terus cara
ngajarnya juga belum cocok sama aku.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Media apa aja (saja) yang penting cara ngajarnya bisa menarik
perhatian siswa.”
E. Identitas Siswa Kelima:
1. Nama : Abdul Ghani
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab: “Sudah, tapi bukan murni hasil karya sendiri.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Menurut saya cukup susah ya.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Kesulitannya di unsur lucunya, terus harus ada kritikannya, susah,
Mas.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “PowerPoint, pakai hendphone juga dibolehin.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Lumayan, karena bisa browsing internet buat cari ide.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Lumayanlah.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Mungkin media video”
F. Identitas Siswa Keenam:
1. Nama : M. Kafal Faaid
2. Kelas : X IPS 1
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Jawab: “Alhhamudilah sudah meskipun hasilnya jelek.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Awal-awalnya susah, tapi kalau terbiasa ya mungkin mudah.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Sulitnya itu ketika menulis anekdot sesuai dengan strukturnya dan
harus lucu.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “Pake Ppt (PowerPoint) aja biasanya.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Kurang, Mas. Soalnya medianya itu-itu aja, guru lain juga setiap hari
pake (pakai) Ppt ngajarnya.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab : “Belum Mas, kalau di kelas, guru sering kami dicuekin, gara-gara
kami bosan.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Media video belum pernah, Mas.”
G. Identitas Siswa Ketujuh:
1. Nama : Firhad F. A.
2. Kelas : X IPS 1
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab: “Sudah, Kak, tapi sedikit nyontek di internet.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Susah, Kak, sebelumnya waktu SMP belum pernah nulis anekdot,
pas di SMA disuruh nulis jadi bingung.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Menentukan unsur humor dan topik, menurut saya susah.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Jawab: “Media yang digunakan biasanya PowerPoint, fotokopian materi
juga.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Masih sulit, Kak..”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Semua materi pelajaran pake Ppt, jadi bikin boring (bosan) di kelas.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Bingung, Kak, gambar aja deh.”
H. Identitas Siswa Kedelapan:
1. Nama : Chicin Haryanti
2. Kelas : X IPS 1
3. Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab: “Belum, kemarin cuman (hanya) nyari (mencari) contoh di google.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Ya ada gampangnya, ada susahnya, tergantung Kak, tapi lebih
banyak susahnya.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Semuanya sulit, Kak.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “Ppt, fotokopian materi, buku paket, terus apa lagi ya, itu aja kayanya
(sepertinya).”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Kurang, Kak, medianya monoton dan kurang inovatif.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Bikin ngantuk di kelas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Media yang ada musiknya, biar rileks.”
I. Identitas Siswa Kesembilan:
1. Nama : Hafizh Arkan J.
2. Kelas : X IPS 1
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab: “Pernah, tapi ya masih ada jiblak-jiblaknya sedikit.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Mudah, kalau mau diseriusin.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Kesulitannya yang dialami itu waktu mengembangkan topik menjadi
tulisan anekdot, langkah-langkah menulisnya juga masih bingung, kaidah
kebahasaannya juga gak tau (tahu).”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “ Media yang digunakan biasanya laptop, LCD proyektor, buku paket
dari perpustakaan.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Kurang mudah, aku masih susah kalau disuruh nulis anekdot.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Kalau aku tergantung mood belajar, kalau lagi mood semangat, tapi
kalau gak (tidak) jadi malas.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Media yang bisa digunakan buat praktek (praktik) nulis langsung.”
J. Identitas Siswa Kesepuluh:
1. Nama : Khairul Rizal Heryanto
2. Kelas : X MIPA 4
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Hasil wawancara:
1. Apakah sudah pernah menulis anekdot dengan hasil karya sendiri?
Jawab: “Hasil karya sendiri belum, biasanya ambil contoh dari internet.”
2. Apakah menulis anekdot mudah?
Jawab: “Kalau disuruh nulis pasti susah.”
3. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menulis anekdot?
Jawab: “Sulit buat cerita lucu yang ada unsur kritiknya, kalau sudah nulis
sering kehabisan ide, saya juga belum terlalu menguasai struktur dan kaidah
kebahasaannya, jadinya ya susah.”
4. Media pembelajaran apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
Jawab: “Media papan tulis, buku paket, tapi seringnya nampilin
(menamampilkan) materi lewat layar di depan.”
5. Apakah media tersebut dapat memudahkan Anda ketika menulis anekdot,
seperti dalam merangsang ide, gagasanan, dan imajinasi?
Jawab: “Kalau aku sih belum, gak tau (tidak tahu) yang lainnya, Kak.”
6. Apakah media tersebut dapat menarik minat dan motivasi Anda dalam
pembelajaran?
Jawab: “Kalau dapat menarik minat dan motivasi masih belum, Kak.”
7. Media seperti apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar di dalam kelas?
Jawab : “Mungkin media video, Kak, karena belum pernah, jadi kayaknya
(sepertinya) media video bisa tuh biar gak (tidak) bosan di kelas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 3 ─ Data Awal Hasil Wawancara dengan Guru
DATA AWAL HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
Nama Guru : Ibu Purwanti, S.Pd.
1. Media pembelajaran apa yang diterapkan oleh Ibu dalam pembelajaran
keterampilan menulis anekdot selama ini?
Jawab: “Untuk pembelajaran keterampilan menulis anekdot, saya selama ini
menggunakan media Ms. PowerPoint untuk menampilkan materi-materi
anekdot dan contoh anekdot, saya juga memanfaatkan buku teks pelajaran
yang difasilitasi sekolah, kemudian siswa juga saya perbolehkan untuk
membuka telepon pintarnya untuk membaca materi, mecari ide untuk menulis
anekdot, dan informasi lainnya yang dapat menunjang mereka agar bisa
menulis anekdot.”
2. Bagaimana kondisi siswa dengan diterapkannya media tersebut?
Jawab: “Ya ada siswa yang antusias, tetapi tidak sedikit juga siswa yang
terlihat loyo, tidak bersemangat.”
3. Bagaimana tingkat keterampilan menulis anekdot siswa dengan
diterapkannya media tersebut?
Jawab: “Untuk tingkat keterampilan menulis anekdot, saya ambil contoh di
kelas X IPS 1 hasil akhirnya ya belum terlalu memuaskan, karena siswa untuk
mencapai KKM 75 itu sepertinya cukup kesulitan, apa lagi sekarang sekolah
mau menerapkan KKM untuk setiap mata pelajaran jadi 78, dan saya tidak
menutupi fakta bahwa hasil teks anekdot yang dibuat siswa masih banyak
yang menjiplak dari internet, karena diberikan kebebasan menggunakan
internet tadi.”
4. Berapa persentase untuk tingkat keterampilan menulis anekdot siswa yang
tidak mencapai KKM?
Jawab: “Ya kira-kira masih sekitar 65%-an lah.”
5. Apakah media yang diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis
anekdot sudah tepat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Jawab: “Ya, sebenarnya cukup susah ya Mas untuk menetapkan media yang
tepat, karena kan materi ini tergolong baru, jadi untuk media pembelajaran
yang digunakan ya sama halnya dengan materi lainnya, hanya saja siswa
diajak menggunakan telepon pintarnya untuk membantu kegiatan
pembelajaran. Kalau menggunakan video juga terbatas ya, karena untuk video
yang sesuai dengan materi menulis anekdot kan masih sangat jarang.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 4 ─ Hasil Uji Validasi Instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 5 ─ Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekot Kelompok Media Karikatur
Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot Siswa
Prates Kelompok Media Karikatur (X IPS 1)
No Nama Siswa Nilai Item
Jumlah Nilai
akhir 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Annas Sholihul Huda 2 4 2 2 2 2 2 1 17 53
2 Chicin Hatyanti 2 3 2 4 3 3 4 3 24 75
3 Dasielfa Asda Titan Mikola 2 2 2 3 3 2 3 3 20 63
4 Deans Noverina Tahta A. 2 3 2 4 3 3 3 3 23 72
5 Deya Reni Aprilla 2 2 2 4 3 3 3 3 22 69
6 Diah Sriwahyuni Putri 2 3 2 4 3 3 3 3 23 72
7 Dini Fajarwati 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
8 Diyah Islamiyati 3 3 3 3 3 3 3 2 23 72
9 Febbyana Ary Rahmawati 3 3 2 3 3 3 3 2 22 69
10 Firhad F. R. Jaya 2 3 2 3 3 3 3 2 21 66
11 Fitria Dwi Astuti 2 3 1 3 3 3 3 2 20 63
12 Faud Ali Khafidh 1 1 2 3 2 3 4 4 20 63
13 Hafizh Arkan Juliandi 3 2 3 2 2 3 3 3 21 66
14 Hanif Mahdi Razan 2 3 3 1 2 2 3 1 17 53
15 Ilham Galih Surya Aji 3 3 2 3 3 3 3 2 22 69
16 Irmawati 2 3 2 4 3 3 3 3 23 72
17 Khairul Rizal Heryanto 4 4 3 4 3 3 2 2 25 78
18 Listiana Aisyah Damayanti 4 3 4 2 3 4 4 2 26 81
19 Marlina Roro Sae 2 3 2 3 3 3 3 3 22 69
20 M. Kafal Faaid 4 2 2 4 3 3 3 2 23 72
21 M. Naufal Fikriansyah 3 3 2 3 2 3 2 2 20 63
22 M. Oriza Antasena 2 3 3 2 2 2 2 1 17 53
23 Nafiisah Mahfuuzhoh 2 3 3 2 3 2 3 2 20 63
24 Najla Aprilia Di Jogjana 1 1 1 4 3 2 3 2 17 53
25 Oktavia Dwi Kusrini 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
26 Pinta Maulana 3 3 2 3 2 3 3 3 22 69
27 Rafiqa Choirotunissa 3 2 3 3 4 3 3 3 24 75
28 Rahajeng Maulaya A. S.P. 3 3 4 3 3 4 3 2 25 78
29 Rika Nur Afifah 2 3 2 3 3 3 3 2 21 66
30 Riris Aulia Putri 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
31 Sarismia Dwi Qurniawati 2 3 3 2 2 3 3 2 20 63
32 Susi Indah Ratnasari 1 1 1 4 3 3 4 3 20 63
33 Tika Herawati 2 3 2 4 3 3 3 3 23 72
34 Vica Auzi Nurellia 3 2 3 2 3 3 3 2 21 66
Jumlah 83 92 81 103 95 98 102 82 736 2306
Rata-rata 2,44 2,70 2,38 3,02 2,79 2,88 3 2,41
67.82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot Siswa
Pascates Kelompok Media Karikatur (X IPS 1)
No Nama Nilai Item
Jumlah Nilai
akhir 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Annas Sholihul Huda 4 3 4 4 3 4 3 3 28 88
2 Chicin Hatyanti 4 4 4 3 3 4 4 3 29 91
3 Dasielfa Asda Titan Mikola 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
4 Deans Noverina Tahta A. 3 3 3 4 3 3 4 3 26 81
5 Deya Reni Aprilla 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
6 Diah Sriwahyuni Putri 4 2 2 4 3 4 4 4 27 84
7 Dini Fajarwati 4 3 4 4 4 4 4 2 29 91
8 Diyah Islamiyati 4 3 3 3 3 3 3 3 25 78
9 Febbyana Ary Rahmawati 4 3 2 4 3 3 3 3 25 78
10 Firhad F. R. J. 4 4 3 4 4 4 4 3 30 94
11 Fitria Dwi Astuti 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
12 Faud Ali Khafidh 4 3 3 4 4 4 3 3 28 88
13 Hafizh Arkan Juliandi 3 3 4 3 3 3 3 3 25 78
14 Hanif Mahdi Razan 3 3 4 3 3 3 3 3 25 78
15 Ilham Galih Surya Aji 4 2 3 4 3 3 3 3 25 78
16 Irmawati 4 3 3 4 4 3 4 3 28 88
17 Khairul Rizal Heryanto 4 4 4 4 3 4 3 2 28 88
18 Listiana Aisyah Damayanti 3 3 3 4 4 3 3 4 27 84
19 Marlina Roro Sae 4 3 3 4 3 4 3 3 27 84
20 M. Kafal Faaid 3 3 4 4 4 3 2 2 25 78
21 M. Naufal Fikriansyah 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
22 M. Oriza Antasena 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
23 Nafiisah Mahfuuzhoh 3 3 3 4 4 3 3 3 26 81
24 Najla Aprilia Di Jogjana 4 2 3 3 4 4 4 3 27 84
25 Oktavia Dwi Kusrini 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
26 Pinta Maulana 4 4 3 4 4 4 4 2 29 91
27 Rafiqa Choirotunissa 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
28 Rahajeng Maulaya A. S.P. 4 3 3 4 4 4 4 3 29 91
29 Rika Nur Afifah 3 2 3 4 4 3 4 3 26 81
30 Riris Aulia Putri 4 3 3 4 4 4 4 4 30 94
31 Sarismia Dwi Qurniawati 3 3 3 4 3 4 4 3 27 84
32 Susi Indah Ratnasari 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
33 Tika Herawati 4 4 3 4 4 3 3 3 28 88
34 Vica Auzi Nurellia 4 3 4 3 3 3 3 3 26 81
Jumlah 125 103 113 127 120 120 118 101 927 2899
Rata-rata 3,67 3,02 3,32 3,73 3,52 3,52 3,47 2,97
85,26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 6 ─ Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekot Kelompok Media Video Stand Up
Comedy
Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot Siswa
Prates Kelompok Media Video Stand Up Comedy (X MIPA 4)
No Nama Nilai Item
Jumlah Nilai
akhir 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Abdul Ghani 3 1 2 3 3 3 3 1 19 59
2 Ahmad Kholid Fahmi 1 1 4 3 3 3 3 2 20 63
3 Alfiyan Hidayat 2 2 2 3 2 2 2 2 17 53
4 Andha Firly Saputri 3 3 2 4 4 3 4 2 25 78
5 Annisa Syaifaul H. 4 3 3 3 3 2 4 2 24 75
6 Berline Nevia R. 3 3 3 3 3 3 3 2 23 72
7 Davina Queenta C. 3 3 3 3 3 3 3 2 23 72
8 Dhimas Ardi Purnama 2 3 2 3 3 3 3 2 21 66
9 Dhiyah Syafitri Setyarini 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
10 Dhony Ikhwanudin Kahti 2 2 2 1 2 3 3 2 17 53
11 Dyah Rahma W. 2 2 2 4 3 2 3 2 20 63
12 Endinsya Nauval Y. 3 3 2 3 3 2 2 2 20 63
13 Fariz Firmansyah 1 1 3 3 3 2 2 2 17 53
14 Fathan Hidayatullah 3 3 2 3 2 2 3 2 20 63
15 Febrina H. 3 3 3 3 3 4 3 2 24 75
16 Firzana Malwa Hanun 2 3 2 3 3 3 3 2 21 66
17 Fortuna Adwitiya V. 4 3 3 2 3 3 2 3 23 72
18 Hashifa Umi P 3 4 3 2 2 3 3 1 21 66
19 Jasmine Amelia P. 3 3 3 4 3 3 3 3 25 78
20 Kailifah Nurul A 3 3 3 4 3 3 3 2 24 75
21 Marcellino Pratama 2 2 2 4 2 2 3 2 19 59
22 M. Pandu Saputra 1 2 2 3 2 3 3 3 19 59
23 M. Ali Darmawan 2 3 3 4 3 3 3 2 23 72
24 M. Ilham Ramadhan 1 1 1 4 3 2 4 3 19 59
25 M. Nurudin 3 3 3 4 2 3 2 3 23 72
26 Musyarrof 1 2 2 4 3 3 3 3 21 66
27 Mutia Aulia Cahyani 2 1 1 4 3 3 3 4 21 66
28 Prima Mutiara Aprilia 3 3 3 3 3 3 4 3 25 78
29 Putri Nawang Wulan 2 1 2 3 2 2 4 3 19 59
30 Ratri Nur Mutiah 2 3 2 3 3 3 3 2 21 66
31 Rehan Saputra 2 3 2 3 2 3 3 2 20 63
32 Rifka Farras Nadhifa 2 2 2 2 2 3 3 3 19 59
33 Rizky Octavya 2 2 2 2 2 2 3 2 17 53
34 Yona P 3 3 2 3 2 3 2 3 21 66
35 Yurika Fadilla R. 2 3 2 4 4 3 4 3 25 78
Jumlah 83 86 83 110 95 96 105 82 2315
Rata-rata 2,37 2,45 2,37 3,14 2,71 2,74 3 2,34 66,14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Daftar Nilai Keterampilan Menulis Anekdot Siswa
Pascates Kelompok Media Video Stand Up Comedy (X MIPA 4)
No Nama Nilai Item
Jumlah Nilai
akhir 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Abdul Ghani 4 3 3 3 3 4 3 3 26 81
2 Ahmad Kholid Fahmi 4 4 4 3 4 4 3 4 30 94
3 Alfiyan Hidayat 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
4 Andha Firly Saputri 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
5 Annisa Syaifaul H. 3 3 4 4 3 4 4 3 28 88
6 Berline Nevia R. 3 3 3 3 3 3 3 4 25 78
7 Davina Queenta C. 4 3 3 4 3 4 3 3 27 84
8 Dhimas Ardi Purnama 4 4 4 4 4 3 3 3 29 91
9 Dhiyah Syafitri Setyarini 4 3 4 4 4 4 3 4 30 94
10 Dhony Ikhwanudin Kahti 4 3 4 4 4 4 3 3 29 91
11 Dyah Rahma W. 3 3 3 4 3 3 3 3 25 78
12 Endinsya Nauval Y. 3 3 3 3 3 3 3 3 24 75
13 Fariz Firmansyah 3 4 3 4 3 4 3 2 26 81
14 Fathan Hidayatullah 3 3 4 4 3 3 4 3 27 84
15 Febrina H. 4 3 4 4 4 4 4 3 30 94
16 Firzana Malwa Hanun 4 4 3 4 3 3 4 4 29 91
17 Fortuna Adwitiya V. 3 3 3 4 3 3 4 3 26 81
18 Hashifa Umi P 3 3 2 4 4 4 3 3 26 81
19 Jasmine Amelia P. 4 3 3 4 4 4 3 3 28 88
20 Kailifah Nurul A 4 3 4 4 3 3 3 2 26 81
21 Marcellino Pratama 3 2 3 3 3 3 3 3 23 72
22 M. Pandu Saputra 3 3 4 3 2 3 4 3 25 78
23 M. Ali Darmawan 3 2 3 4 3 3 4 3 25 78
24 M. Ilham Ramadhan 3 3 3 4 4 3 3 3 26 81
25 M. Nurudin 4 3 4 4 4 4 3 3 29 91
26 Musyarrof 3 3 3 2 3 3 4 4 25 75
27 Mutia Aulia Cahyani 4 3 3 4 4 4 3 3 28 88
28 Prima Mutiara Aprilia 4 4 3 4 4 4 4 3 30 94
29 Putri Nawang Wulan 4 3 3 3 4 4 3 3 27 84
30 Ratri Nur Mutiah 4 3 3 4 4 4 3 3 28 88
31 Rehan Saputra 4 3 4 4 3 4 3 2 27 84
32 Rifka Farras Nadhifa 4 3 4 4 4 3 3 3 28 88
33 Rizky Octavya 3 3 3 3 3 3 3 2 23 72
34 Yona P 4 3 3 4 3 4 3 3 27 84
35 Yurika Fadilla R 4 3 4 4 4 4 3 2 28 88
Jumlah 125 108 118 129 120 124 115 105 944 2949
Rata-rata 3,57 3,08 3,37 3,68 3,42 3,54 3,28 3 84,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 7 ─ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Media
Karikatur
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS MEDIA KARIKATUR
Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X IPS 1/ 2
Materi Pokok : Menganalisis dan mencipta teks anekdot
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)
Tahun Ajaran : 2017/2018
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
No. Kompetensi Dasar IPK
1 3.6 Menganalisis struktur dan
kebahasaan teks anekdot.
3.6.1 Mengidentifikasi struktur dan
kaidah kebahasaan teks anekdot
3.6.2 Menjelaskan struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot
3.6.3 Menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot
2 4.6 Mencipta kembali teks
anekdot dengan memperhatikan
struktur, dan kaidah
kebahasaan.
4.6.1 Membuat kerangka teks anekdot
4.6.2 Mencipta teks anekdot
C. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan pertama (2x45 menit)
1) Setelah mengamati karikatur dan membaca teks anekdot hasil
pengembangannya serta melalui diskusi kelompok, siswa mampu
mengidentifikasi struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot dengan
tepat.
2) Setelah membaca teks anekdot hasil pengembangan dari karikatur dan
melalui diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan struktur dan
kaidah kebahasaan teks anekdot dengan benar.
2. Pertemuan kedua (2x45 menit)
3) Setelah mengamati karikatur dan membaca teks anekdot hasil
pengembangannya serta melalui diskusi kelompok, siswa mampu
menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot dengan
tepat.
4) Setelah mengamati karikatur, siswa mampu menafsirkan, mengkritisi
dan menemukan inti-inti yang terkandung dalam karikatur untuk
dikembangkan menjadi sebuah teks anekdot melalui kerangka
karangan teks anekdot dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
5) Setelah membuat kerangka teks anekdot, siswa mampu membuat
(mencipta) teks anekdot dengan memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot dengan tepat.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta : Isi anekdot dan katrikatur (terlmampir).
2. Konsep : Definisi teks anekdot dan karikatur (terlampir), struktur
teks anekdot (terlampir), kaidah kebahasaan teks anekdot
(terlampir).
3. Prinsip : Pola-pola penyajian teks anekdot (narasi dan dialog)
(terlampir), langkah-langkah menyusun teks anekdot/
kerangka karangan (terlampir).
4. Generalisasi : Teks anekdot (isi, struktur, dan kaidah kebahasaan) dan isi
karikatur (terlampir).
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan.
Model Pembelajaran : Discovery Learning
F. Media dan Alat Pembelajaran
1. Karikatur (terlampir)
2. Teks anekdot hasil pengembangan dari media karikatur (terlampir)
3. Internet
4. Laptop
5. LCD/infocus
6. Power point
G. Sumber Belajar
1. Gambar Karikatur:
a. Karikatur Aksi Suap di Pengadilan (Sumber: forumviral.com)
b. Karikatur Setya Novanto (Sumber: dunia.inilah.com)
c. Karikatur BBM Naik (Sumber: wartanerws.com)
d. Karikatur SBY VS Jokowi (Sumber: inilah.com)
e. Karikatur Full Day School (Sumber: rakyatjakarta.id)
f. Karikatur politik (Sumber: beritagar.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
g. Karikatur Hukum (Sumber: beritagar.id)
h. Karikatur Korupsi (Sumber: matanews.com
i. Karikatur Kemiskinan (Sumber: kemiskinanwebqomar.com)
j. Karikatur pengaruh media sosial (Sumber: makkanewspaper.com)
2. Kosasih, Engkos. 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia: Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
3. Munandi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan
Baru. Jakarta: Referensi.
4. Pujawan, S.P.M, dkk. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks
Anekdot dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta
Didik Kelas X SMA Negeri 2 Samarapura. [Online] Tersedia:
http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_bahasa/article/download/1413/1087.
5. Rahardi, Kunjana. (2009). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
6. (E-Book) Suherli, Maman Suryaman, dkk. (2017). Buku Guru: Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7. Suyitno. (2010). Apresiasi Puisi dan Prosa. Surakarta: UNS Press.
8. Warni, Setia, dkk. (2017). Peningkatan Keterampilan Memproduksi
Teks Anekdot Menggunakan Media Kariaktur dan Pendekatan
Saintifik Pada Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Untan
[Online]. Tersedia: jurnal.untan.ac.id [13 Juli 2018].
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan pertaman (2x45 menit)
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan Orientasi
1. Siswa merespon salam dari peneliti dengan penuh
semangat.
2. Siswa bersama peneliti mengawali pembelajaran
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
dengan berdoa (PPK [religius]).
3. Siswa menyampaikan kondisi dan kesiapannya
untuk memulai pembelajaran.
4. Siswa dipresensi oleh peneliti.
Apersepsi
5. Siswa ditanyai tentang teks anekdot untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuannya tentang
teks anekdot.
Motivasi
6. Siswa menerima informasi mengenai fungsi dan
manfaat mempelajari teks anekdot serta
mengaitkannya dengan konteks kehidupan.
Pemberian acuan
7. Siswa menerima informasi kompetensi, tujuan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Inti Stimulus
1. Siswa mengamati lima gambar karikatur: (1) “Aksi
Suap di Pengadilan”, (2) “Setya Novanto”, (3)
“BBM Naik”, (4) “SBY VS Jokowi” dan (5) “Full
Day School” (mengamati, PPK [rasa ingin tahu],
literasi).
2. Siswa diminta memahami maksud dari karikatur
yang diamatinya (mengamati, PPK [rasa ingin
tahu], literasi).
3. Siswa membaca teks anekdot berjudul “Kisah
Pengadilan Tindak Korupsi” hasil pengembangan
dari karikatur “Aksi Suap di Pengadilan”.
(mengamati, PPK [rasa ingin tahu dan gemar
membaca], literasi).
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Mengidentifikasi masalah
4. Secara berkelompok, siswa, didampingi peneliti,
melakukan diskusi tentang lima karikatur yang
telah diamati untuk dapat menafsirkan, mengkritisi
dan menemukan inti-inti yang terkandung dalam
karikatur serta mengaitkannya dengan konteks
kehidupan yang terjadi sekarang ini (menanya,
PPK [rasa ingin tahu, kerja sama dan tanggung
jawab], literasi, critical thinking, collaboration,
communication, HOTS).
5. Secara berkelompok, siswa, didampingi peneliti,
melakukan diskusi terhadap isi teks anekdot
berjudul “Kisah Pengadilan Tindak Korupsi” hasil
pengembangan dari karikatur “Aksi Suap di
Pengadilan” untuk mendata kata-kata yang
menunjukkan struktur dan kaidah kebahasaan teks
anekdot serta mengaitkannya dengan karikatur
yang dikembangkan (menanya, PPK [rasa ingin
tahu, kerja sama dan tanggung jawab], literasi,
collaboration, communication, HOTS).
Mengumpulkan data
6. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi
peneliti untuk membaca materi tentang isi anekdot
dan karikatur, dan mendiskusikannya, serta
mengaitkannya dengan pengetahuan, pengalaman
maupun dengan sumber referensi lainnya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin
tahu, kerja sama, gemar membaca, dan tanggung
jawab], literasi, collaboration, communication).
7. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
peneliti untuk membaca materi tentang struktur
dan kaidah kebahasaan taks anekdot dan
mendiskusikannya serta dapat menggunakan
sumber referensi lainnya (mengumpulkan
informasi, PPK [rasa ingin tahu, kerjas sama,
gemar membaca, dan tanggung jawab], literasi,
collaboration, communication).
8. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi
peneliti untuk membaca materi tentang hubungan
teks anekdot dengan karikatur dan
mendiskuikannya, serta mengaitkannya dengan
pengetahuan, pengalaman maupun dengan sumber
referensi lainnya. (mengumpulkan informasi,
PPK [rasa ingin tahu, kerjas sama, gemar
membaca dan tanggung jawab], literasi,
collaboration, communication).
9. Setelah bekerja dalam kelompok, setiap perwakilan
kelompok diminta melaporkan/menjelaskan hasil
diskusinya tentang: (1) isi anekdot dan karikatur,
(2) struktur dan kaidah kebahasaan anekdot, dan
(3) hubungan teks anekdot dengan karikatur
(mengkomunikasikani, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, collaboration,
communication).
10. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi
peneliti untuk membaca materi tentang pola-pola
penyajian teks anekdot (dialog/narasi) dan
mendiskusikannya (mengumpulkan informasi,
PPK [rasa ingin tahu, kerjas sama, dan gemar
membaca], literasi, collaboration,
communication).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
11. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi
peneliti untuk membaca materi tentang cara
membuat kerangka karangan teks anekdot
berdasarkan karikatur dan mendiskusikannya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin
tahu, kerjas sama, dan gemar membaca], literasi,
collaboration, communication).
Penutup 1. Siswa bersama peneliti menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Siswa menjawab pertanyaan dari peneliti terkait
materi yang sudah dipelajari untuk mengukur
ketercapain indikator.
3. Siswa bersama peneliti melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran untuk menemukan
kebermaknaan dan hambatan-hambatan yang
dialami selama pembelajaran.
4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana
tindak lanjut pembelajaran.
5. Peneliti menutup pelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucapkan salam penutup.
10 menit
2. Pertemuan kedua (2x45 menit)
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan Orientasi
1. Siswa merespon salam dari peneliti dengan penuh
semangat.
2. Siswa bersama peneliti mengawali pembelajaran
dengan berdoa (PPK [religius]).
3. Siswa menyampaikan kondisi dan kesiapannya
untuk memulai pembelajaran.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
4. Siswa dipresensi oleh peneliti.
Apersepsi
5. Siswa ditanyai tentang materi pembelajaran teks
anekdot yang dipelajari terakhir kali.
Motivasi
6. Siswa menerima informasi mengenai fungsi dan
manfaat menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot serta membuat teks
anekdot.
Pemberian acuan
7. Siswa menerima informasi kompetensi, tujuan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Inti Mengolah data
1. Dalam kelompok diskusi, siswa menganalisis
struktur dan kaidah kebahasaan anekdot yang
terkandung dalam teks anekdot berjudul “Aksi
Suap di Pengadilan” berdasarkan pemahamannnya
pada pertemuan pertama (mengolah informasi,
PPK [kerja sama dan tanggung jawab], literasi,
communication, collaboration, HOTS).
2. Dalam kelompok diskusi, siswa memilih salah satu
karikatur yang telah diamati dan diskusikan pada
pertemuan pertama untuk dijadikan sebuah anekdot
(mengolah informasi, PPK [kerja sama dan
tanggung jawab], communication, collaboration).
3. Secara berkelompok, siswa menggembangkan
karikatur yang dipilih untuk dijadikan teks anekdot
ke dalam kerangka karangan (mengolah informasi,
PPK [kerja sama dan tanggung jawab], literasi,
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
creative, critical thingking, communication,
collaboration, HOTS).
4. Secara berkelompok, siswa membuat sebuah
anekdot berdasarkan kerangka karangan yang telah
dibuat (mengolah informasi, PPK [kerja sama
dan tanggung jawab], literasi, creative, critical
thingking, communication, collaboration,
HOTS).
Memverifikasi
5. Masing-masing kelompok mengecek ulang
ketepatan isi, struktur, dan kaidah kebahasaan
anekdot yang dibuat berdasarkan teori yang telah
dipelajari dan didiskusikkan pada pertemuan
pertama (mengolah informasi, PPK [kerja sama
dan tanggung jawab], literasi, collaboration,
HOTS).
6. Perwakilan setiap kelompok membacakan teks
anekdot yang telah dibuat berdasarkan hasil
pengembangan dari media karikatur
(mengkomunikasikan, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
7. Setiap kelompok memberikan tanggapan baik
berupa pertanyaan, sanggahan, atau dukungan
secara santun terhadap anekdot teman-temannya
(mengkomunikasikan, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, critical thinking,
communication, HOTS).
8. Peneliti memberikan penguatan, dan meminta
setiap kelompok untuk merevisi anekdot yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
dibuatnya berdasarkan tanggapan dan penguatan
dari siswa lain maupun dari peneliti (mengolah
informasi, PPK [kerja sama dan tanggung
jawab], collaboration).
Generalisasi
9. Para siswa didampingi peneliti untuk menarik
kesimpulan mengenai isi teks anekdot dan
karikatur agar terjadi persamaan persepsi dan
konsepsi antara peneliti dan para sisiwa
(mengkomunikasikan, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
10. Para siswa didampingi peneliti untuk manarik
kesimpulan mengenai struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot agar terjadi persamaan
persepsi dan konsepsi antara peneliti dan para
siswa (mengkomunikasikan, PPK [percaya diri
dan tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
11. Para siswa didampingi peneliti untuk menarik
kesimpulan mengenai hubungan antara teks
anekdot dan karikatur agar terjadi persamaan
persepsi dan konsepsi antara peneliti dan para
siswa (mengkomunikasikan, PPK [percaya diri
dan tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
Penutup 1. Siswa memberikan tanggapan dan masukan
terhadap proses pembelajaran (critical thinking,
communication).
2. Siswa mengisi lembar refleksi (terlampir) (PPK
[integritas]).
3. Siswa bersama peneliti mengakhiri pembelajaran
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
dengan berdoa (PPK [religius]).
I. Lembar Refleksi
1. Setelah mengikuti proses pembelajaran, kutuliskan tiga manfaat menulis
anekdot untuk kehidupan dan masa depanku.
a. …………..
b. …………..
c. …………..
2. Ada tiga hal yang membuatku senang ketika menulis anekdot dengan
karyaku sendiri. Berikut kutuliskan tiga hal tersebut.
a. …………...
b. ……………
c. ……………
3. Selama proses pembelajaran berlangsung, aku pun tidak luput dari berbagai
kendala yang dapat menghambatku untuk belajar. Berikut kutuliskan tiga
kendala yang kualami tersebut.
a. …………….
b. …………….
c. …………….
4. Berikut kutuliskan caraku mengatasi kendala tersebut.
5. Kutuliskan kata-kata mutiara yang selama ini dapat membangkitkan
semangatku untuk terus belajar.
“…………………….…………………………….…..”
J. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian:
a. Aspek sikap : Lembar observasi
b. Aspek pengetahuan : Tes awal (prates) & tes akhir (pascates)
c. Aspek keterampilan : Tes awal (prates) & tes akhir (pascates)
2. Bentuk instrumen : Soal uraian
3. Pedoman penilaian :
a. Sikap
Lembar observasi:
No. Aspek yang dinilai 1 2 3 4
1 Siswa mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
berdoa secara serius.
2 Siswa saling menghargai dan menghormati temannya yang
memiliki latar belakang, pandangan, dan keyakinan yang
berbeda.
v
3 Siswa mampu saling bekerja sama dengan temannya yang
memiliki latar belakang, pandangan, dan keyakinan yang
berbeda.
v
4 Siswa menghargai dan menghormati keberadaan peneliti di
kelas.
v
5 Siswa bersikap jujur dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan.
v
6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib. v
7 Siswa mengikuti pembelajaran dengan serius. v
8 Siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias. v
9 Siswa dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
v
10 Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. v
11 Siswa memiliki kepekaan terhadap temannya yang sedang
mengalami kesulitan.
v
12 Siswa berani berpendapat, bertanya, dan menjawab
pertanyaan dengan penuh percaya diri.
v
13 Siswa tidak mudah mengeluh, menyerah, dan putus asa
dalam menghadapi setiap tantangan.
v
14 Siswa menggunakan bahasa yang santun di kelas. v
15 Siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
v
Catatan:
Situasi kelas menyenangkan, ramai, efektif dan kondusif. Siswa mudah
diarahkan dan antusias, tetapi ada beberapa siswa yang masih kurang aktif (malu).
Pembelajaran diawali dan diakhiri dengan berdoa, tetapi siswa tidak serius dalam
melaksanakannya. Beberapa langkah pembelarajaran tidak dapat terpenuhi karena
keterbatasan waktu. Secara keseluruahan pembelajaran berjalan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Keterangan:
1 kurang
2 cukup
3 baik
4 sangat baik
Petunjuk Penskoran:
Pedoman skor dan kriteria aspek sikap:
Skor Kriteria
3,33 < skor < 4,00 A (Sangat baik)
2,33 < skor < 3,33 B (Baik
1,33 < skor < 2,33 C (cukup)
< 1,33 D (kurang)
Sumber: Permendikbud No 81A Tahun 2013
b. Pengetahuan
No Aspek yang dinilai Indikator Skor
1
Analisis struktur teks anekdot
Analisis terhadap struktur teks
anekdot (abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda) sudah
tepat dan lengkap serta tidak
terjadi kesalahan.
4
Analisis terhadap struktur teks
anekdot masih terdapat satu atau
dua kesalahan.
3
Analisis terhadap struktur teks
anekdot terdapat tiga kesalahan. 2
Analisis terhadap struktur teks
anekdot terjadi kesalahan lebih
dari tiga struktur.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
2
Analisis kaidah kebahasaan
Analisis terhadap kaidah
kebahasaan anekdot sudah tepat,
lengkap dan tidak terjadi
kesalahan (benar sembilan).
4
Terjadi kesalahan analisis
kaidah kebahasaan anekdot
sebanyak dua kaidah.
3
Terjadi kesalahan analisis
kaidah kebahasaan sebanyak
tiga kaidah.
2
Terjadi kesalahan analisis
kaidah kebahasaan lebih dari
tiga kaidah.
1
Total 8
Petunjuk penskoran:
Nilai =
X 100 = ……….(hasil akhir)
c. Keterampilan
No Aspek yang dinilai Indikator Skor
1 Kesesuaian isi dengan
topik
Isi teks anekdot sangat sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 4
Isi teks anekdot sesuai/relevan dengan topik
yang dipilih/dibahas. 3
Isi teks anekdot cukup sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 2
Isi teks anekdot tidak sesuai/relevan dengan
topik yang dipilih/dibahas. 1
2 Tokoh dalam anekdot
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal serta menyebutkan
nama tokoh secara langsung. 4
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal, tetapi menyebutkan
nama tokoh dengan disamarkan. 3
Tokoh dalam anekdot kurang menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual. 2
Tokoh dalam anekdot tidak menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual
(buatan dari penulis belaka). 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
3 Unsur lelucon dan
sindiran
Teks anekdot lucu/menarik dan terdapat
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak. 4
Teks anekdot cukup lucu/menarik dan
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
3
Teks anekdot kurang lucu/menarik, tetapi
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
2
Teks anekdot tidak lucu/menarik dan tidak
mengandung unsur
sindiran/kritikan/pelajaran terhadap pihak
tertentu atau kepada khalayak.
1
4 Struktur teks anekdot
Struktur teks anekdot lengkap (abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi, koda), diurutkan
secara logis, dan gagasan diungkapkan
dengan jelas.
4
Struktur teks anekdot cukup lengkap (satu
komponen yang tidak ada) 3
Struktur teks anekdot kurang lengkap (dua
komponen tidak ada) 2
Struktur teks anekdot tidak lengkap (tiga
komponen tidak ada) 1
5 Kaidah kebahasaan
Kaidah kebahasaan anekdot dimanfaatkan
dengan baik dan benar, menarik, dan dapat
dipahami.
4
Kaidah kebahasaan anekdot cukup
dimanfaatkan dengan baik dan cukup
menarik. 3
Kaidah kebahasaan anekdot kurang
dimanfaatkan dengan baik, kurang menarik
tapi masih dapat dipahami. 2
Kaidah kebahasaan anekdot tidak
dimanfaatkan dengan baik, tidak manarik,
dan sulit dipahami. 1
6
Ketepatan diksi
Pilihan kata sangat tepat dan sudah
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, serta
kreatif.
4
Pilihan kata tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, dan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
cukup kreatif.
Pilihan kata cukup tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
2
Pilihan kata banyak tidak tepat dan kurang
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
1
7 Ketepatan kalimat
Penyusunan kalimat sudah efektif 4
Penyusunan kalimat cukup efektif 3
Penyusunan kalimat yang efektif dan tidak
efektif sebanding 2
Penyusunan kalimat banyak yang tidak
efektif 1
8 Ejaan bahasa Indonesia
Penggunakan tanda baca, konjungsi, dan
Imbuhan dengan benar dan sesuai dengan
PUEBI.
4
Beberapa penggunaan tanda baca,
konjungsi, dan imbuhan benar dan sesuai
dengan PUEBI.
3
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan
imbuhan sebanding antara yang salah dan
benar.
2
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan
imbuhan banyak yang salah. 1
Total 32
Petunjuk penskoran:
Nilai =
……. (nilai akhir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
K. Lembar Instrumen
1. Tes awal (prates)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Anekdot
Kelas/Semester : X/2
1. Bacalah teks anekdot berpola dialog di bawah ini!
Kaya dan Miskin
Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
Firhad : “Fal, tuh berita tewasnya Joghyun (Shinee) artis Korea lagi heboh
banget.”
Kafal : “Lah iya, kalau gak heboh, Chicin dan Vica gak perlu ikut-ikutan nangis
tuh di kelas.”
Firhad : “Hemmm, gue bingung! Padahal saudara kita di Asmat juga lagi kena
musibah gizi buruk, ya?”
Kafal : (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya kalah viral tuh, Fir.”
Firhad : “Seharusnya, yang lebih perlu ditangisi itu saudara-saudara kita yang
miskin di Asmat, kalau Joghyun mah orang berduit.”
Kafal : “Lahh, kenapa, Fir?”
Firhad : “Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di rumah sakit! Orang kaya dan
orang miskin kalau nangis aja beda tempat.”
Kafal : “Beda gimana?” (mulai penasaran)
Firhad : “Ya, beda. Orang kaya menangis di kamar mayat, kalau yang miskin baru
di loket pembayaran aja udah nangis.”
Kafal : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
Akhirnya, Firhad dan Kafal segera beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin dengan mata lebam seperti habis
menangis.
Nama :
No. Abs :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
2. Tentukanlah struktur teks anekdot di atas menggunakan tabel di bawah ini!
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi
2 Orientasi
3 Krisis
4 Reaksi
5 Koda
3. Kategorikanlah kaidah kebahasaan anekdot yang digunakan pada teks
anekdot di atas menggunakan tebel di bawah ini!
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung:
Kalimat tidak langsung:
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
4 Kata kerja aksi (material)
5 Kata kerja mental
6 Konjungsi temporal
7 Kata/kalimat seru
8 Kalimat retoris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
9 Kalimat perintah
4. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Pilihlah salah satu topik di bawah ini!
1) Politik
2) Hukum
3) Korupsi
4) Kemiskinan
5) Pengaruh media sosisal (Medsos)
b. Isi cerita mengandung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
c. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstraksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
d. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat.
e. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PUEBI).
2. Tes akhir (pascates)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Anekdot
Kelas/Semester : X/2
1. Bacalah teks anekdot berpola dialog di bawah ini!
“Hukum Newton”
Suatu ketika di siang bolong, ada dua pemuda bernama Hanif dan Arkan
sedang berbincang-bincang mengenai negara asing yang selalu ikut campur
permasalahan dalam negeri Indonesia.
Hanif : (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia nampaknya harus lebih
bersikap tegas lagi deh dalam menjaga kedaulatannya!”
Arkan : (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
Nama :
No. Abs :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Hanif : “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa lepas juga dari Indonesia, macam
kasus Timor Timur dulu.”
Arkan : (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena Indonesia selalu mendapat
tekanan demi tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya hampir sama
kayak hukum Newton, Han.”
Hanif : “Hukum Newton?”
Arkan : (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum Newton mengatakan, ‘Tekanan,
dapat menimbulkan gaya,’ Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
Hanif : “Kenapa?”
Arkan : “Karena negara asing terlalu banyak gaya.”
Hanif : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
Akhirnya, tak lama setelah perbincangan tersebut, mereka pun beranjak
pergi membeli es kelapa untuk menyegarkan tenggoran meraka yang kering di
siang bolong.
2. Tentukanlah struktur teks anekdot di atas menggunakan tabel di bawah ini!
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi
2 Orientasi
3 Krisis
4 Reaksi
5 Koda
3. Kategorikanlah kaidah kebahasaan anekdot yang digunakan pada teks
anekdot di atas menggunakan tebel di bawah ini!
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Kalimat tidak langsung:
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
4 Kata kerja aksi (material)
5 Kata kerja mental
6 Konjungsi temporal
7 Kata/kalimat seru
8 Kalimat retoris
9 Kalimat perintah
4. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Pilihlah salah satu topik berdasarkan karikatur di bawah ini!
1) Politik
(Sumber: beritagar.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
2) Hukum
(Sumber: inilah.com)
3) Korupsi
(Sumber: matanews.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
4) Kemiskinan
(Sumber: kemiskinanwebqomar.com)
5) Pengaruh media sosial (Medsos)
(Sumber: makkanewspaper.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
b. Isi cerita mengandung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
c. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstraksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
d. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat.
e. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PEUBI).
Kunci jawaban:
A. Soal prates
1. Mengidentifikasi struktur teks anekdot
Kaya dan Miskin
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan Kafal,
sedang berbicang-bincang di kantin sekolah.
2 Orientasi Firhad : “Fal, tuh berita tewasnya Joghyun
(Shinee) artis Korea lagi heboh banget.”
Kafal : “Lah iya, kalau gak heboh, Chicin dan
Vica gak perlu ikut-ikutan nangis tuh di
kelas.”
Firhad : “Hemmm, gue bingung! Padahal saudara
kita di Asmat juga lagi kena musibah gizi
buruk, ya?”
Kafal : (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
3 Krisis Firhad : “Seharusnya, yang lebih perlu ditangisi
itu saudara-saudara kita yang miskin di
Asmat, kalau Joghyun mah orang
berduit.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Kafal : “Lahh, kenapa, Fir?”
Firhad : “Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di
rumah sakit! Orang kaya dan orang miskin
kalau nangis aja beda tempat.”
Kafal : “Beda gimana?” (mulai penasaran)
Firhad : “Ya, beda. Orang kaya menangis di
kamar mayat, kalau yang miskin baru di
loket pembayaran aja udah nangis.”
4 Reaksi Kafal : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin
pingsan)
5 Koda Akhirnya, Firhad dan Kafal segera beranjak dari
kantin karena melihat Chicin dan Vica sedang
menuju kantin dengan mata lebam seperti habis
menangis.
2. Mengidentifikasi kaidah kebahasaan teks anekdot
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan
Kafal, sedang berbicang-bincang di kantin
sekolah.
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung: Semua percakapan
dalam dialog adalah kalimat langsung.
Kalimat tidak langsung:
1. Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad
dan Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
2. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
menangis.
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
Joghyun (Shinee), orang Asmat, orang
miskin, orang kaya.
4 Kata kerja aksi (material) 1. Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan
Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
2. (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
3. “Ya, beda. Orang kaya menangis di
kamar mayat, kalau yang miskin baru di
loket pembayaran aja udah nangis.”
4. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
menangis.
5 Kata kerja mental 1. “Hemmm, gue bingung! Padahal saudara
kita di Asmat juga lagi kena musibah
gizi buruk, ya?”
2. “Beda gimana?” (mulai penasaran)
6 Konjungsi temporal 1. Kafal : “???” (bingung dan tiba-
tiba ingin pingsan)
2. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
menangis.
7 Kata/kalimat seru
1. “Hemmm, gue bingung!
2. (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
3. “???” (tiba-tiba ingin pingsan)
8 Kalimat retoris Padahal saudara kita di Asmat juga lagi
kena musibah gizi buruk, ya?”
9 Kalimat perintah
“Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di
rumah sakit! Orang kaya dan orang miskin
kalau nangis aja beda tempat.”
B. Soal pascates
1. Analisis struktur teks anekdot
Hukum Newton
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi Suatu ketika di siang bolong, ada dua pemuda
bernama Hanif dan Arkan sedang berbincang-bincang
mengenai negara asing yang selalu ikut campur
permasalahan dalam negeri Indonesia.
2 Orientasi Hanif : (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia
nampaknya harus lebih bersikap tegas lagi deh
dalam menjaga kedaulatannya!”
Arkan : (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
Hanif : “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa lepas juga
dari Indonesia, macam kasus Timor Timur dulu.”
3 Krisis Arkan : (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi tekanan
dari negara asing. Ya, prinsipnya hampir sama
kayak hukum Newton, Han.”
Hanif : “Hukum Newton?”
Arkan : (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum Newton
mengatakan, ‘Tekanan, dapat menimbulkan
gaya,’ Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
Hanif : “Kenapa?”
Arkan : “Karena negara asing terlalu banyak gaya.”
4 Reaksi Hanif : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
5 Koda Akhirnya, tak lama setelah perbincangan tersebut,
mereka pun beranjak pergi membeli es kelapa untuk
menyegarkan tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
2. Analisis kaidah kebahasaan anekdot
No. Kaidah Kebahasaan
Teks Anekdot
Kutipan Kalimat/Dialog
1 Keterangan waktu 1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung:
Semua kutipan dialog adalah kalimat langsung
(apabila menuliskan salah satu dari kalimat
percakapan dianggap benar).
Kalimat tidak langsung:
1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
Newton, negara asing.
4 Kata kerja aksi (material) 1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia
nampaknya harus lebih bersikap tegas lagi
deh dalam menjaga kedaulatannya!”
3. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.
4. (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum
Newton mengatakan, ‘Tekanan, dapat
menimbulkan gaya,’ Kenapa negara kita
banyak mendapat tekanan?”
5. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
5 Kata kerja mental 1. (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
2. “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa
lepas juga dari Indonesia, macam kasus
Timor Timur dulu.”
3. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.”
4. “Yups! Hukum Newton mengatakan,
‘Tekanan, dapat menimbulkan gaya,’
Kenapa negara kita banyak mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
tekanan?”
5. “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
6 Konjungsi temporal Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi membeli es
kelapa untuk menyegarkan tenggoran meraka
yang kering di siang bolong.
7 Kata/kalimat seru
1. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.”
2. “Yups! Hukum Newton mengatakan,
‘Tekanan, dapat menimbulkan gaya,’
Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
3. “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
8 Kalimat retoris -
9 Kalimat perintah -
Yogyakarta, 18 April 2018
Peneliti,
Aji Aprilius Z.
NIM. 141224046
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran, Dosen Pembimbing,
Purwanti, S.Pd. Dr. Yuliana Setyaningsih, M. Pd.
NPP.P.1410
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
MATERI
1. Pengertian Teks Anekdot
a. Teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan
berdasarkan kejadian yang sebenarnya (KBBI, Ed. 5: 2016).
b. Teks anekdot adalah sebuah cerita lucu atau menggelitik yang bertujuan
memberikan suatu pelajaran tertentu. Kisahnya biasanya melibatkan tokoh
tertentu yang bersifat faktual ataupun terkenal. Dengan demikian, anekdot
tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, guyonan, dan humor.
Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni
berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan kritik pada pihak tertentu
atau pelajaran kepada khalayak (Kosasih, 2016:84-85).
c. Teks anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindiran
terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor (Suherli,
dkk. 2017:110).
d. Teks anekdot merupakan cerita singkat yang menarik, lucu, dan
mengesankan karena isinya berupa kritik atau sindiran terhadap kebujakan,
layanan publik, perilaku penguasa, atau suatu fenomena sehingga pelaku
di dalam cerita bisa orang penting atau terkenal (Pujawan, dkk.,2014:11-
12).
2. Pengertian Karikatur
a. Karikatur merupakan gambar olok-olok yang mengandung pesan, sindiran,
dan sebagainya (KBBI, Ed. 5:2016).
b. Karikatur adalah kata yang berasal dari bahasa Italia Caricature (caricare)
yang artinya memberi muatan atau beban tambahan. Para pembuat
karikatur disebut dengan istilah karikaturis. Para karikaturis memberi
muatan berlebih-lebihanan pada perawakan tokoh-tokoh politik atau
orang-orang yang karena peristiwa tersebut menjadi pusat perhatian
(Wijana dalam Suyitno,2010:15).
c. Karikatur adalah gambar yang bersifat lelucon yang mengandung sindiran
(Poeradarminta dalam Suyitno,2010:15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
d. Karikatur merupakan gambar yang sifatnya klise, sindirian, dan lucu.
Karikatur digunakan sebagai media seseorang dalam mengeksperisekan
pendapat dan persaannya mengenai masalah-masalah sosial (Rohani dalam
Munadi,2010:87-88).
3. Jenis-jenis Karikatur
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni
karikatur verbal dan nonverbal. Adapun penjelasan dari dua jenis tersebut
sebagai berikut.
a. Karikatur verbal
Karikatur verbal adalah karikatur yang dalam visual gambarnya
memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata frasa, dan kalimat, di
samping gambar yang didistorsikan itu Jadi, unsur-unsur tersebut dimuat
agar dapat mudah dipahami oleh pembaca dan menambah keunikan dari
karikatur (Suyitno,2010:16).
b. Karikatur nonverbal
Karikatur verbal adalah karikatur yang dalam visualnya tidak memuat
unsur-unsur verbal. Jadi karikatur verbal cenderung memanfaatkan gambar
sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termasud dalam gambar
tersampaikan kepada pembaca (Suyitno,2010:16).
4. Persamaan antara Teks Anekdot dan Karikatur
Teks anekdot memiliki persamaan dengan karikatur. Persamaan tersebut
dapat dilihat dari sifat yang ada pada taks anekdot dan karikatur, yaitu bersifat
lucu dan mengandung unsur sindiran di dalamnya. Isi anakdot dan karikatur
sama-sama menyajikan hal yang lucu tetapi juga mengandung unsur sindiran,
kritikan atau pelajaran terhadap sesuatu atau seseorang di dalamnya. Teks
anekdot dan karikatur berisikan cerita tentang tokoh-tokoh yang terkenal atau
memiliki pengaruh besar pada masyarakat, tetapi juga tidak jarang, tokoh-
tokoh yang tidak terkenal dan berpengaruh pun menjadi isi anekdot dan
karikatur, karena tokoh tersebut, pada suatu peristiwa, menjadi pusat
perhatian. Topik yang diangkat dalam teks anekdot dan karikatur pun sama-
sama mengangkat topik tetang permasalahan yang sedang berkembang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
masyarakat, seperti masalah sosial, politik, hukum, kemiskinan, layanan
publik, korupsi, agama dan ras. Perbedaan antara anekdot dan karikatur
terletak pada bentuk penyajiannya, yaitu anekdot disajikan dalam bentuk teks
cerita/percakapan, dan karikatur disajikan dalam bentuk gambar (Warni,
dkk.,2017:3).
5. Media Karikur
(Sumber: forumviral.com) (Sumber: dunia.inilah.com)
(Sumber: wartanerws.com) (Sumber: inilah.com)
Aksi Suap di Pengadilan Setya Novanto
BBM Naik SBY VS Jokowi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
(Sumber: rakyatjakarta.id)
6. Teks Anekdot Hasil Pengembangan dari Media Karikatur
Kisah Pengadilan Tindak Korupsi
Pada suatu ketika, seorang hakim sedang memimpin sidang kasus dugaan
korupsi. Sidang itu dihadiri oleh seorang jaksa dan saksi. Suasana sidang begitu
menegangkan dan hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Saat itu, sidang
dilanjutkan dengan sesi pernyataan dari saksi yang dihadirkan. Singkat cerita,
Jaksa pun mulai meminta pernyataan dari saksi.
“Apakah benar, bahwa Anda menerima lima ratus juta rupiah untuk
berkompromi dalam kasus ini?” Ujar jaksa kepada saksi dengan raut wajah yang
sangat serius.
Medengar hal tersebut, saksi tidak bergeming dan hanya menatap keluar
jendela. Jaksa sempat tersinggug karena tingkah dari saksi tersebut, tetapi
kemudian bertanya lagi, “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar
untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Untuk kedua kalinya, saksi tidak bergeming dan hanya duduk diam di
kursinya. Hakim yang melihat kejadian tersebut pun menjadi bingung dan sedikit
Full Day School
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
terganggu kesabarannya. Akhrinya, Hakim membuka suara dengan berkata, “Pak,
tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
Mendengar perkataan Hakim, Saksi sontak terkejut dan berkata,“Oh,
maaf! Saya pikir dia tadi bertanya pada Anda.”
Jaksa dan Hakim saling beradu pandang dan hanya diam seribu bahasa.
Akhirnya, pengadilan pun dilanjutkan dengan suasana penuh kecurigaan terhadap
Jaksa dan Hakim.
7. Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks
lainnya. Menurut Suherli, dkk (2017:119-120) teks anekdot memiliki lima
struktur yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Adapun lima struktur
teks anekdot dijabarakan sebagai berikut.
a. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau
gambaran umum tentang isi suatu teks.
b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu
krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab
timbulnya krisis.
c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot.
Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan
mengundang tawa.
d. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan
sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau
menertawakan.
e. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita.
Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas
maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai
oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat
opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Gambar 2.1 Struktur (alur) teks anekdot
8. Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti halnya teks yang lain, anekdot memiliki kaidah-kaidah kebahasaan
tersendiri. Namun, sebagai teks bergenre cerita, teks tersebut memiliki kesamaan
dengan teks sejenisnya seperti cerpen, novel, dan cerita ulang. Secara spesifik,
kaidah kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan kalimat/frasa yang menyatakan peristiwa masa lalu
(keterangan waktu) (Suherli, dkk. 2017: 119-120)
Contoh:
1) Siang itu, Firhad dan Kafal sedang berbicang-bincang di kantin sekolah.
2) Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum
menyerang saksi.
b. Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-
kalimat tidak langsung, khususnya pada teks berpola narasi. Kalimat-
kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya, sedangkan
kalimat tidak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog seorang
tokoh (Kosasih, 2016: 98-100).
Contoh:
1) “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar
untuk berkompromi dalam kasus ini?”
2) Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
Abstraksi
Orientasi
Krisis
Reaksi Koda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
c. Pada umumnya menggunakan nama tokoh utama orang ketiga tunggal,
baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual maupun yang
disamarkan (Kosasih, 2016:98-100).
Contoh: Joghyun, Orang Asmat, Chicin, Vica, Saksi, Jaksa, Pak Jokowi, Ibu
penjual kue.
d. Menggunakan kata kerja aksi, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas,
diantaranya seperti menulis, membaca, berjalan, dan berbicara. Hal ini terkait
dengan tindakan tokohnya (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) Siang itu, Firhad dan Kafal sedang berbicang-bincang di kantin sekolah.
2) Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum
menyerang saksi.
e. Menggunakan kata kerja mental. Kata kerja mental adalah kata yang
menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh (Kosasih,
2016:98-100).
Contoh:
1) “Fal, kenapa ya status Chicin dan Vica di whatsapp dari kemarin galau
terus?”
2) “Oh, maaf. Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”
f. Menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang menyatakan hubungan
waktu diantaranya seperti kemudian, lalu, dan akhirnya yang bermakna
kronologis/temporal (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) Akhirnya, Firhad dan Kafal mendadak diam, karena melihat Chicin dan
Vica sedang menuju kantin dengan mata lebam seperti habis menangis.
2) Akhirnya, pengadilan pun dilanjutkan dengan suasana penuh kecurigaan
terhadap Jaksa dan Hakim.
g. Pada umumnya banyak mengandung kata/frasa/kalimat seru. Hal tersebut
juga sering disebut interjeksi. Kata ini bertugas untuk mengungkapkan rasa
hati seseorang, seperti senang, sedih, gembira, marah, terkejut, kesal, bingung
dan sebagainya (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Contoh:
1) “Betul! Padahal yang lebih perlu ditangisi itu saudara-saudara kita yang
miskin di Asmat, kalau Joghyun mah orang berduit.”
2) “Oh, maaf. Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”
h. Menggunanakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan
jawaban karena antara si penanya dan yang ditanya sesungguhnya sudah
mengetahui jawabannya (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) “Hemmm, padahal Indonesia juga lagi kena musibah gizi buruk di Asmat,
ya?”
2) “Terus anak Ibu mana? Kenapa tidak ada yang bantu?”
i. Menggunakan kalimat perintah, kalimat perintah digunakan untuk membuat
tokoh lain melakukan suatu tindakan (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
2) “Coba tunjukan SIM Anda, Pak!”
Gambar 3.1 Kaidah kebahasaan teks anekdot
Ket.waktu
Kal. langsung
Tokoh orang ketiga
tunggal
Kata kerja aksi
Kata kerja
mental
Konjungsi temporal
Kata seru
/interjeksi
Kalimat retoris
Kalimat Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
9. Pola Penyajian Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Dialog bisa
terjadi antara dua orang atau lebih. Bentuk narasi dapat kita temukan pada cerita
pendek dan novel, sedangkan bentuk dialog bisa ditemukan pada teks drama, dan
teks negosiasi. Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung.
Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung
dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya
(Suherli, dkk, 2017: 121).
Contoh:
Kisah Pengadilan Tindak Korupsi
Dialog Narasi
Pada suatu ketika, seorang hakim
sedang memimpin sidang kasus dugaan
korupsi. Sidang itu dihadiri oleh
seorang jaksa dan saksi. Suasana sidang
begitu menegangkan dan hanya dihadiri
oleh beberapa orang saja. Saat itu,
sidang dilanjutkan dengan sesi
pernyataan dari saksi yang dihadirkan.
Singkat cerita, Jaksa pun mulai
meminta pernyataan dari saksi.
Jaksa : “Apakah benar, bahwa Anda
menerima lima ribu dolar untuk
berkompromi dalam kasus
ini?” (Ujar jaksa kepada
saksi dengan raut wajah
yang sangat serius).
Saksi : (tidak bergeming dan hanya
menatap keluar jendela)
Jaksa : “Bukankah benar bahwa
Anda menerima lima ratus
juta rupiah untuk
berkompromi dalam kasus
ini?” (Jaksa mulai geram
karena tersinggung dengan
tingkah Saksi)
Saksi : (tidak bergeming dan hanya
Pada suatu ketika, seorang hakim
sedang memimpin sidang kasus
dugaan korupsi. Sidang itu dihadiri
oleh seorang jaksa dan saksi. Suasana
sidang begitu menegangkan dan
hanya dihadiri oleh beberapa orang
saja. Saat itu, sidang dilanjutkan
dengan sesi pernyataan dari saksi
yang dihadirkan. Singkat cerita, Jaksa
pun mulai meminta pernyataan dari
saksi.
“Apakah benar, bahwa Anda
menerima lima ratus juta rupiah untuk
berkompromi dalam kasus ini?” Ujar
jaksa kepada saksi dengan raut wajah
yang sangat serius.
Medengar hal tersebut, saksi
tidak bergeming dan hanya menatap
keluar jendela. Jaksa sempat
tersinggug karena tingkah dari saksi
tersebut, tetapi kemudian bertanya
lagi, “Bukankah benar bahwa Anda
menerima lima ribu dolar untuk
berkompromi dalam kasus ini?”
Untuk kedua kalinya, saksi
tidak bergeming dan hanya duduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
duduk diam di kursinya)
Hakim : “Pak, tolong jawab
pertanyaan Jaksa!” (Hakim
ikut membatu agar saksi
mau berbicara)
Saksi : (terkejut) “Oh, maaf! Saya
pikir dia tadi bertanya pada
Anda.”
Hakim : “???” (bunging)
Jaksa dan Hakim saling beradu
pandang dan hanya diam seribu bahasa.
Akhirnya, pengadilan pun dilanjutkan
dengan suasana penuh kecurigaan
terhadap Jaksa dan Hakim.
diam di kursinya. Hakim yang melihat
kejadian tersebut pun menjadi
bingung dan sedikit terganggu
kesabarannya. Akhrinya, Hakim
membuka suara dengan berkata, “Pak,
tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
Mendengar perkataan Hakim,
Saksi sontak terkejut dan berkata,“Oh,
maaf! Saya pikir dia tadi bertanya
pada Anda.”
Jaksa dan Hakim saling beradu
pandang dan hanya diam seribu
bahasa. Akhirnya, pengadilan pun
dilanjutkan dengan suasana penuh
kecurigaan terhadap Jaksa dan Hakim.
10. Langkah-langkah Menulis Teks Anekdot
Sebelum dapat menyusun teks anekdot, ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan agar dapat memudahkan saat menulis anekdot. Kosasih (2016: 102)
memberikan enam langkah penyusunan teks anekdot sebagai berikut.
a. Menentukan topik yang dianggap sebagai suatu masalah yang hendak disorot:
dikritik, disindir, digugat.
b. Menentukan tokoh yang terkait, sesuai dengan masalahnya. Tokoh yang
dimaksud pada umumnya bersifat faktual.
c. Menentukan peristiwa yang menjadi latar utama cerita.
d. Memerinci peristiwa ke dalam alur atau struktur anekdot yang meliputi
abstraksi, orientasi, krisis, rekasi, dan koda.
e. Mengembangkan kerangka anekdot menjadi sebuah cerita utuh dengan
memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaannya.
f. Melakukan penyuntingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Gambar 5.1 Alur penyusunan teks anekdot
Berikut contoh penyusunan teks anekdot:
No Aspek Isi
1 Tema/topik Hukum/korupsi
2 Kritik Hakim yang tidak jujur dalam mengambil keputusan
kerena kerap kali menerima uang suap.
3 Humor/lelucon Hakim pengedalian disindir karena sering kali menerima
uang suap.
4 Tokoh Hakim, Jaksa, dan Saksi.
5 Latar Ruang pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor)
6 Struktur Abstraksi Seorang hakim, jaksa dan saksi sedang
berada di ruang sidang kasus dugaan
korupsi.
Orientasi
Seorang Jaksa memberikan pertanyaan
kepada Saksi tentang uang kompromi yang
diduga diterima oleh Saksi.
Krisis
Saksi tidak menjawab pertanyaan dari
Hakim, hingga pada akhirnya Hakim mulai
bersuara untuk meminta Saksi menjawab
pertanyaan dari Jaksa. Saksi terkejut
karena ia pikir pertanyaan dari Jaksa
ditujukan kepada Hakim.
Penentuan topik
Penentuan tokoh
penentuan latar
peristiwa
Penyusunan kerangka Pengembang
an kisah
penyuntingan
Kerangka karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Reaksi Jaksa dan Hakim hanya bisa dia seribu
bahasa
Koda
Pengadilan kasus dugaan korupsi
dilanjutkan dengan suasana penuh
kecurigaan.
8 Pola Narasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Lampiran 8 ─ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Media Video
Stand Up Comedy
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS MEDIA VIDEO STAND UP COMEDY
Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X MIPA 4/2
Materi Pokok : Menganalisis dan mencipta teks anekdot
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)
Tahun Ajaran : 2018/2019
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
No. Kompetensi Dasar IPK
1 3.6 Menganalisis struktur dan
kebahasaan teks anekdot.
3.6.4 Mengidentifikasi struktur dan
kaidah kebahasaan teks anekdot
3.6.5 Menjelaskan struktur dan kaidah
kebahasaan teks anedot
3.6.6 Menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot
2 4.6 Mencipta kembali teks
anekdot dengan memperhatikan
struktur, dan kaidah kebahasaan.
4.6.3 Membuat kerangka teks anekdot
4.6.4 Mencipta teks anekdot
C. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan pertama (2x45 menit)
1) Setelah menyaksikan video stand up comedy dan membaca teks
anekdot hasil pengembangan dari materi lelucon dalam video stand
up comedy serta melalui diskusi kelompok, siswa mampu
mengidentifikasi struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot
dengan tepat.
2) Setelah membaca teks anekdot hasil pengembangan dari materi
lelucon dalam video stand up comedy dan melalui diskusi kelompok,
siswa mampu menjelaskan struktur dan kaidah kebahasaan teks
anekdot dengan benar.
2. Pertemuan kedua (2x45 menit)
3) Setelah menyaksikan video stand up comedy dan membaca teks
anekdot hasil pengembangan dari materi lelucon dalam video stand
up comedy, serta melalui diskusi kelompok, siswa mampu
menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks anekdot dengan
tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
4) Setelah menyaksikan video stand up comedy, siswa mampu
mengembangkan topik yang terkandung dalam materi lelucon stand
up comedy ke dalam kerangka karangan teks anekdot dengan baik.
5) Setelah membuat kerangka teks anekdot, siswa mampu membuat
(mencipta) teks anekdot dengan memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot dengan tepat.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta : Isi teks anekdot dan video stand up comedy (terlampir)
2. Konsep : Definisi teks anekdot dan stand up comedy (terlampir),
struktur teks anekdot dan wacana materi stand up comedy
(terlampir), kaidah kebahasaan teks anekdot (terlampir).
3. Prinsip : Pola-pola penyajian teks anekdot (narasi dan dialog)
(terlampir), langkah-langkah menyusun tesk
anekdot/kerangka karangan (terlampir).
4. Generalisasi`: Teks anekdot (isi, struktur, dan kaidah kebahasaan) dan
isi video stand up comedy (terlampir).
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
Model pembelajaran : Discovery learning
F. Media dan Alat Pembelajaran
1. Tayangan video stand up comedy
2. Teks anekdot hasil pengembangan dari materi lelucon dalam video stand
up comedy (terlampir)
3. Internet
4. Laptop
5. Pengeras suara (speaker)
6. LCD/Infocus
7. Power point
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
G. Sumber Belajar
1. Cahyawati, Rina Susi. 2015. Stand Up Comedy Sebagai Sarana
Pengembangan Ide dalam Produksi Teks Anekdot Pada Siswa
SMA; Sebuah Desain Pembelajaran. Dalam Jurnal Seminar
Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia [Online] Tersedia:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/6364 [12 Maret
2017].
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.5. (2016). Jakarta: Kemendikbud.
3. Kosasih, Engkos. 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia: Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Melik, Sayuti. (2016). Efek Tayangan Stand Up Comedy Metro TV
Terhadap Prilaku Penonton Usia Muda di Loa Janan Kutai
Kartanegara. Dalam eJurnal Ilmu Komunikasi. [Online], Vol
4(3), 482-495. Tersedia: ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id [15 Juli
2018].
5. Papana, Ramon. (2016). Buku Besar: Stand-Up Comedy Indonesia.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
6. Pujawan, S.P.M, dkk. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks
Anekdot dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta
Didik Kelas X SMA Negeri 2 Samarapura. [Online] Tersedia:
https://www.neliti.com/id/publications/206792/pengembangan-
bahan-ajar-berbasis-teks-anekdot dalam-pembelajaran-bahasa-
indonesi [19 Oktober 2017].
7. (E-Book) Suherli, dkk. 2017. Buku Peneliti: Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Video stand up comedy:
a. “Kesehatan Kampung Sikor” oleh Yewen:
(https://www.youtube.com/watch?v=n9JUKr1agPY)
b. “Si Anak Papua” oleh Mamat
(https://www.youtube.com/watch?v=K5TEigHDbJk)
c. “Ibu-Ibu Zaman Sekarang” oleh Karyn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
(https://www.youtube.com/watch?v=i9I3XsVk-SM)
d. “Si Anak Papua” oleh Mamat
(https://www.youtube.com/watch?v=K5TEigHDbJk)
e. “Pidato Politik” oleh Cak Lontong
(https://www.youtube.com/watch?v=Fy_7KpjZ8UM)
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan pertama (2x45 menit)
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
1. Siswa merespon salam dari peneliti dengan penuh
semangat.
2. Siswa bersama peneliti mengawali pembelajaran
dengan berdoa (PPK [religius]).
3. Siswa menyampaikan kondisi dan kesiapannya untuk
memulai pelajaran.
4. Siswa dipresensi oleh peneliti.
Apersepsi
5. Siswa ditanyai tentang teks anekdot untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuannya tentang
teks anekdot.
Motivasi
6. Siswa menerima informasi mengenai fungsi dan
manfaat mempelajari teks anekdot serta
mengaitkannya dengan konteks kehidupan.
Pemberian acuan
7. Siswa menerima informasi kompetensi, tujuan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
10 menit
Inti Stimulus 70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
1. Siswa menyaksikan tiga video stand up comedy: (1)
“Kesehatan Kampung Sikor” oleh Yewen (2) “Si
Anak Papua” oleh Mamat, dan (3) “Ibu-Ibu Zaman
Sekarang” oleh Karyn (mengamati, PPK [rasa ingin
tahu/integritas], literasi).
2. Selama menyaksikan video, siswa mencatat isi materi
lelucon yang dibawakan oleh comic, seperti masalah
sosial yang dibawakan, tokoh yang terlibat, unsur
lelucon dan sindirian, kritikan atau pelajaran yang
terkandung dalam materi lawakan pada tiga video
stand up comedy (mengamati, PPK [rasa ingin tahu
dan tanggung jawab], literasi).
3. Siswa membaca teks anekdot berjudul “Tunggu Pak
Jokowi Jadi Hokage ke-8” hasil pengembangan dari
materi lelucon dalam video stand up comedy berjudul
“Si Anak Papua Oleh Mamat” (mengamati, PPK
[gemar membaca/rasa ingin tahu], literasi).
Mengidentifikasi masalah
4. Secara berkelompok, siswa didampingi peneliti,
melakukan diskusi tantang isi tiga video stand up
comedy dan hasil catatannya tentang isi materi
lelucon yang terkandung dalam video, serta
mengaitkannya dengan konteks kehidupan yang
terjadi sekarang ini (menanya, PPK [rasa ingin tahu,
kerja sama dan tanggung jawab], literasi, critical
thinking, collaboration, communication, HOTS).
5. Secara berkelompok, siswa didampingi peneliti
melakukan diskusi terhadap isi teks anekdot berjudul
“Tunggu Pak Jokowi Jadi Hokage ke-8” untuk
mendata kata-kata yang menunjukkan struktur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
kaidah kebahasaan teks anekdot serta mengaitkannya
dengan materi lelucon dalam video stand up comedy
yang dikembangkan (menanya, PPK [rasa ingin
tahu, kerja sama dan tanggung jawab], literasi,
collaboration, communication, HOTS).
Mengumpulkan data
6. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi peneliti
untuk membaca materi tentang isi anekdot dan isi
materi lelucon dalam video stand up comedy, dan
mendiskusikannya, serta mengaitkannya dengan
pengetahuan, pengalaman, maupun sumber referensi
lainnya (mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin
tahu, kerja sama, gemar membaca, dan tanggung
jawab], literasi, collaboration, communication).
7. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi peneliti
untuk membaca materi tentang struktur dan kaidah
kebahasaan teks anekdot dan mendiskusikannya serta
dapat menggunakan sumber referensi lainnya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin tahu,
kerjas sama, gemar membaca, dan tanggung
jawab], literasi, collaboration, communication).
8. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi peneliti
untuk membaca materi tentang hubungan teks
anekdot dengan isi materi lelucon dalam video stand
up comedy dan mendiskusikannya, serta
mengaitkannya dengan pengetahuan, pengalaman
maupun dengan sumber referensi lainnya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin tahu,
kerjas sama, gemar membaca dan tanggung jawab],
literasi, collaboration, communication).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
9. Setelah bekerja dalam kelompok, setiap perwakilan
kelompok diminta melaporkan/menjelaskan hasil
diskusinya tentang: (1) isi anekdot dan materi lelucon
dalam video stand up comedy, (2) struktur dan kaidah
kebahasaan anekdot, dan (3) hubungan teks anekdot
dengan isi materi lelucon dalam video stand up
comedy (mengkomunikasikani, PPK [percaya diri
dan tanggung jawab], literasi, collaboration,
communication).
10. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi peneliti
untuk membaca materi tentang pola-pola penyajian
teks anekdot (dialog/narasi) dan mendiskusikannya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin tahu,
kerjas sama, dan gemar membaca], literasi,
collaboration, communication).
11. Dalam kelompok diskusi, siswa didampingi peneliti
untuk membaca materi tentang cara membuat
kerangka karangan teks anekdot berdasarkan topik
dalam video stand up comedy dan mendiskusikannya
(mengumpulkan informasi, PPK [rasa ingin tahu,
kerjas sama, dan gemar membaca], literasi,
collaboration, communication).
Penutup 1. Siswa bersama peneliti menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Siswa menjawab pertanyaan dari peneliti terkait
materi yang sudah dipelajari untuk mengukur
ketercapain indikator.
3. Siswa bersama peneliti melakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran untuk menemukan
kebermaknaan dan hambatan-hambatan yang dialami
selama pembelajaran.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak
lanjut pembelajaran.
5. Peneliti menutup pelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucapkan salam penutup.
2. Pertemuan kedua (2x45 menit)
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
1. Siswa merespon salam dari peneliti dengan penuh
semangat.
2. Siswa bersama peneliti mengawali pembelajaran
dengan berdoa (PPK [religius]).
3. Siswa menyampaikan kondisi dan kesiapannya untuk
memulai pelajaran.
4. Siswa dipresensi oleh peneliti.
Apersepsi
5. Siswa ditanyai tentang materi pembelajaran teks
anekdot yang dipelajari terakhir kali.
Motivasi
6. Siswa menerima informasi mengenai fungsi dan
manfaat menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan
teks anekdot serta membuat teks anekdot.
Pemberian acuan
7. Siswa menerima informasi kompetensi, tujuan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
10 menit
Inti Mengolah data
1. Dalam kelompok diskusi, siswa menganalisis struktur
dan kaidah kebahasaan anekdot yang terkandung
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
dalam teks anekdot berjudul “Tunggu Pak Jokowi
Jadi Hokage ke-8” berdasarkan pemahamannya pada
pertemuan pertama (mengolah informasi, PPK [kerja
sama dan tanggung jawab], literasi, communication,
collaboration, HOTS).
2. Dalam kelompok diskusi, siswa memilih salah satu
topik lelucon yang terkandung dalam tiga video stand
up comedy untuk dijadikan sebuah anekdot
(mengolah informasi, PPK [kerja sama dan
tanggung jawab], communication, collaboration).
3. Secara berkelompok, siswa mengembangkan topik
lelucon yang dipilih untuk dijadikan teks anekdot ke
dalam kerangka karangan (mengolah informasi, PPK
[kerja sama dan tanggung jawab], literasi, creative,
critical thingking, communication, collaboration,
HOTS).
4. Secara berkelompok, siswa membuat sebuah anekdot
berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat
(mengolah informasi, PPK [kerja sama dan
tanggung jawab], literasi, creative, critical
thingking, communication, collaboration, HOTS).
Memverifikasi
5. Masing-masing kelompok mengecek ulang ketepatan
isi, struktur, dan kaidah kebahasaan anekdot yang
dibuat berdasarkan teori yang telah dipelajari dan
didiskusikan pada pertemuan pertama (mengolah
informasi, PPK [kerja sama dan tanggung jawab],
literasi, collaboration, HOTS).
6. Perwakilan setiap kelompok membacakan teks
anekdot yang telah dibuat berdasarkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
pengembangan dari topik lelucon dalam video stand
up comedy (mengkomunikasikan, PPK [percaya diri
dan tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
7. Setiap kelompok memberikan tanggapan baik berupa
pertanyaan, sanggahan, atau dukungan secara santun
terhadap anakdot teman-temannya
(mengkomunikasikan, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, critical thinking,
communication, HOTS).
8. Peneliti memberikan penguatan, dan meminta setiap
kelompok untuk merevisi anekdot yang dibuatnya
berdasarkan tanggapan dan penguatan dari siswa lain
maupun dari peneliti Peneliti memberikan penguatan,
dan meminta setiap kelompok untuk merevisi anekdot
yang dibuatnya berdasarkan tanggapan dan penguatan
dari siswa lain maupun dari peneliti (mengolah
informasi, PPK [kerja sama dan tanggung jawab],
collaboration).
Generalisasi
9. Para siswa didampingi peneliti untuk menarik
kesimpulan mengenai isi teks anekdot dan isi materi
lelucoan dalam video stand up comedy agar terjadi
persamaan persepsi dan konsepsi antara peneliti dan
para siswa (mengkomunikasikan, PPK [percaya diri
dan tanggung jawab], literasi, communication,
HOTS).
10. Para siswa didampingi peneliti untuk menarik
kesimpulan menganai struktur dan kaidah kebahasaan
teks anekdot agar terjadi persamaan persepsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
konsepsi antara peneliti dan para siswa
(mengkomunikasikan, PPK [percaya diri dan
tanggung jawab], literasi, communication, HOTS).
11. Para siswa didampingi peneliti untuk menarik
kesimpulan mengenai hubungan antara teks anekdot
dan dan isi materi lelucon dalam video stand up
comedy agar terjadi persamaan persepsi dan konsepsi
antara peneliti dan para siswa (mengkomunikasikan,
PPK [percaya diri dan tanggung jawab], literasi,
communication, HOTS).
Penutup 1. Siswa memberikan tanggapan dan masukan terhadap
proses pembelajaran (communication, critical
thinking).
2. Siswa mengisi lembar refleksi (terlampir) (PPK
[integritas]) .
3. Siswa bersama peneliti mengakhiri pembelajaran
dengan berdoa (PPK [religius]).
10 menit
I. Lembar Refleksi
1. Setelah mengikuti proses pembelajaran, kutuliskan tiga manfaat menulis
anekdot untuk kehidupan dan masa depanku.
a. …………..
b. …………..
c. …………..
2. Ada tiga hal yang membuatku senang ketika menulis anekdot dengan
karyaku sendiri. Berikut kutuliskan tiga hal tersebut.
a. …………...
b. ……………
c. ……………
3. Selama proses pembelajaran berlangsung, aku pun tidak luput dari
berbagai kendala yang dapat menghambatku untuk belajar. Berikut
kutuliskan tiga kendala yang kualami tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
a. …………….
b. …………….
c. …………….
4. Berikut kutuliskan caraku mengatasi kendala tersebut.
5. Kutuliskan kata-kata mutiara yang selama ini kupercaya dapat
membangkitkan semangatku untuk terus belajar.
“…………………….…………………………….…..”
J. Penilian Hasil Belajar
1. Teknik Peniliain:
a. Aspek sikap : Lembar observasi
b. Aspek pengetahuan : Tes awal (prates) & tes akhir (pascates)
c. Aspek keterampilan : Tes awal (prates) & tes akhir (pascates)
2. Bentuk instrumen : Soal uraian
3. Pedoman Penilaian :
a. Sikap
Lembar observasi:
No. Aspek yang dinilai 1 2 3 4
1 Siswa mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa secara serius.
v
2 Siswa saling menghargai dan menghormati temannya yang
memiliki latar belakang, pandangan, dan keyakinan yang
berbeda.
v
3 Siswa mampu saling bekerja sama dengan temannya yang
memiliki latar belakang, pandangan, dan keyakinan yang
berbeda.
v
4 Siswa menghargai dan menghormati keberadaan peneliti di
kelas.
v
5 Siswa bersikap jujur dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan.
v
6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib. v
7 Siswa mengikuti pembelajaran dengan serius. v
8 Siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias. v
9 Siswa dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
10 Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. v
11 Siswa memiliki kepekaan terhadap temannya yang sedang
mengalami kesulitan.
v
12 Siswa berani berpendapat, bertanya, dan menjawab
pertanyaan dengan penuh percaya diri.
v
13 Siswa tidak mudah mengeluh, menyerah, dan putus asa
dalam menghadapi setiap tantangan.
v
14 Siswa menggunakan bahasa yang santun di kelas. v
15 Siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
v
Catatan:
Situasi kelas menyenangkan dan efektif, tetapi sedikit tidak kondusif. Siswa
mudah diarahkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ada beberapa
siswa yang kurang aktif (malu). Beberapa langkah pembelajaran tidak terpenuhi
karena keterabatasan waktu. Secara keseluruhan pembelajaran berjalan dengan
baik.
Keterangan:
1 kurang
2 cukup
3 baik
4 sangat baik
Petunjuk penskoran:
Pedoman skor dan kriteria aspek sikap:
Skor Kriteria
3,33 < skor < 4,00 A (Sangat baik)
2,33 < skor < 3,33 B (Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
1,33 < skor < 2,33 C (cukup)
< 1,33 D (kurang)
Sumber: Permendikbud No 81 A Tahun 2013
b. Pengetahuan
No Aspek yang dinilai Indikator Skor
1
Analisis struktur teks anekdot
Analisis terhadap struktur teks
anekdot (abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda) sudah
tepat dan lengkap serta tidak
terjadi kesalahan.
4
Analisis terhadap struktur teks
anekdot masih terdapat satu atau
dua kesalahan.
3
Analisis terhadap struktur teks
anekdot terdapat tiga kesalahan. 2
Analisis terhadap struktur teks
anekdot terjadi kesalahan lebih
dari tiga struktur.
1
2
Analisis kaidah kebahasaan
Analisis terhadap kaidah
kebahasaan anekdot sudah tepat,
lengkap dan tidak terjadi
kesalahan (benar sembilan).
4
Terjadi kesalahan analisis kaidah
kebahasaan anekdot sebanyak
dua kaidah.
3
Terjadi kesalahan analisis kaidah
kebahasaan sebanyak tiga kaidah. 2
Terjadi kesalahan analisis kaidah
kebahasaan lebih dari tiga kaidah. 1
Total 8
Petunjuk penskoran:
Nilai =
X 100 = ……….(hasil akhir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
c. Keterampilan
No Aspek yang dinilai Indikator Skor
1 Kesesuaian isi dengan
topik
Isi teks anekdot sangat sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 4
Isi teks anekdot sesuai/relevan dengan topik
yang dipilih/dibahas. 3
Isi teks anekdot cukup sesuai/relevan
dengan topik yang dipilih/dibahas. 2
Isi teks anekdot tidak sesuai/relevan dengan
topik yang dipilih/dibahas. 1
2 Tokoh dalam anekdot
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal serta menyebutkan
nama tokoh secara langsung. 4
Tokoh dalam anekdot menyangkut orang
yang penting/terkenal, tetapi menyebutkan
nama tokoh dengan disamarkan. 3
Tokoh dalam anekdot kurang menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual. 2
Tokoh dalam anekdot tidak menyangkut
orang yang penting/terkenal tapi faktual
(buatan dari penulis belaka). 1
3 Unsur lelucon dan
sindiran
Teks anekdot lucu/menarik dan terdapat
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak. 4
Teks anekdot cukup lucu/menarik dan
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
3
Teks anekdot kurang lucu/menarik, tetapi
unsur sindiran/kritikan/pelajaran terhadap
pihak tertentu atau kepada khalayak masih
termuat.
2
Teks anekdot tidak lucu/menarik dan tidak
mengandung unsur
sindiran/kritikan/pelajaran terhadap pihak
tertentu atau kepada khalayak.
1
4 Struktur teks anekdot
Struktur teks anekdot lengkap (abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi, koda), diurutkan
secara logis, dan gagasan diungkapkan
dengan jelas.
4
Struktur teks anekdot cukup lengkap (satu
komponen yang tidak ada) 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Struktur teks anekdot kurang lengkap (dua
komponen tidak ada) 2
Struktur teks anekdot tidak lengkap (tiga
komponen tidak ada) 1
5 Kaidah kebahasaan
Kaidah kebahasaan anekdot dimanfaatkan
dengan baik dan benar, menarik, dan dapat
dipahami.
4
Kaidah kebahasaan anekdot cukup
dimanfaatkan dengan baik dan cukup
menarik. 3
Kaidah kebahasaan anekdot kurang
dimanfaatkan dengan baik, kurang menarik
tapi masih dapat dipahami. 2
Kaidah kebahasaan anekdot tidak
dimanfaatkan dengan baik, tidak manarik,
dan sulit dipahami. 1
6
Ketepatan diksi
Pilihan kata sangat tepat dan sudah
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, serta
kreatif.
4
Pilihan kata tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih, dan
cukup kreatif.
3
Pilihan kata cukup tepat dan cukup
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
2
Pilihan kata banyak tidak tepat dan kurang
menggambarkan suatu hal/keadaan yang
berkaitan dengan topik yang dipilih.
1
7 Ketepatan kalimat
Penyusunan kalimat sudah efektif 4
Penyusunan kalimat cukup efektif 3
Penyusunan kalimat yang efektif dan tidak
efektif sebanding 2
Penyusunan kalimat banyak yang tidak
efektif 1
8 Ejaan bahasa Indonesia
Penggunakan tanda baca, konjungsi, dan
Imbuhan dengan benar dan sesuai dengan
PUEBI.
4
Beberapa penggunaan tanda baca,
konjungsi, dan imbuhan benar dan sesuai
dengan PUEBI.
3
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
imbuhan sebanding antara yang salah dan
benar.
Penggunaan tanda baca, konjungsi, dan
imbuhan banyak yang salah. 1
Total 32
Petunjuk penskoran:
Nilai =
……. (nilai akhir)
K. Lembar Instrumen
1. Tes awal/prates
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Anekdot
Kelas/Semester : X/2
1. Bacalah teks anekdot berpola dialog di bawah ini!
Kaya dan Miskin
Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
Firhad : “Fal, tuh berita tewasnya Joghyun (Shinee) artis Korea lagi heboh
banget.”
Kafal : “Lah iya, kalau gak heboh, Chicin dan Vica gak perlu ikut-ikutan nangis
tuh di kelas.”
Firhad : “Hemmm, gue bingung! Padahal saudara kita di Asmat juga lagi kena
musibah gizi buruk, ya?”
Kafal : (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya kalah viral tuh, Fir.”
Firhad : “Seharusnya, yang lebih perlu ditangisi itu saudara-saudara kita yang
miskin di Asmat, kalau Joghyun mah orang berduit.”
Kafal : “Lahh, kenapa, Fir?”
Nama :
No. Abs :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Firhad : “Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di rumah sakit! Orang kaya dan
orang miskin kalau nangis aja beda tempat.”
Kafal : “Beda gimana?” (mulai penasaran)
Firhad : “Ya, beda. Orang kaya menangis di kamar mayat, kalau yang miskin baru
di loket pembayaran aja udah nangis.”
Kafal : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
Akhirnya, Firhad dan Kafal segera beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin dengan mata lebam seperti habis
menangis.
2. Tentukanlah struktur teks anekdot di atas menggunakan tabel di bawah ini!
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi
2 Orientasi
3 Krisis
4 Reaksi
5 Koda
3. Kategorikanlah kaidah kebahasaan anekdot yang digunakan pada teks
anekdot di atas menggunakan tebel di bawah ini!
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu
2 Variasi kalimat
langsung dan tidak
langsung
Kalimat langsung:
Kalimat tidak lagsung:
3 Nama tokoh orang
ketiga tunggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
4 Kata kerja aksi
(material)
5 Kata kerja mental
6 Konjungsi temporal
7 Kata/kalimat seru
8 Kalimat retoris
9 Kalimat perintah
4. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Pilihlah salah satu topik di bawah ini!
1) Politik
2) Hukum
3) Korupsi
4) Kemiskinan
5) Pengaruh media sosial (Medsos)
b. Isi cerita mengandung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
c. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstraksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
d. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat.
e. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PUEBI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
2. Tes akhir/pascates
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Anekdot
Kelas/Semester : X MIPA 4/2
1. Simaklah video stand up comedy yang berjudul “Pidato Politik” oleh Cak
Lontong dan “Nama di Facebook” oleh Mamat!
2. Bacalah teks anekdot di bawah ini!
“Hukum Newton”
Suatu ketika di siang bolong, ada dua pemuda bernama Hanif dan Arkan
sedang berbincang-bincang mengenai negara asing yang selalu ikut campur
permasalahan dalam negeri Indonesia.
Hanif : (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia nampaknya harus lebih
bersikap tegas lagi deh dalam menjaga kedaulatannya!”
Arkan : (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
Hanif : “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa lepas juga dari Indonesia, macam
kasus Timor Timur dulu.”
Arkan : (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena Indonesia selalu mendapat
tekanan demi tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya hampir sama
kayak hukum Newton, Han.”
Hanif : “Hukum Newton?”
Arkan : (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum Newton mengatakan, ‘Tekanan,
dapat menimbulkan gaya,’ Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
Hanif : “Kenapa?”
Arkan : “Karena negara asing terlalu banyak gaya.”
Nama :
No. Abs :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Hanif : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
Akhirnya, tak lama setelah perbincangan tersebut, mereka pun beranjak
pergi membeli es kelapa untuk menyegarkan tenggoran meraka yang kering di
siang bolong.
3. Tentukanlah stuktur teks anekdot di atas menggunakan tabel di bawah ini!
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi
2 Orientasi
3 Krisis
4 Reaksi
5 Koda
4. Kategorikanlah kaidah kebahasaan anekdot yang digunakan pada teks
anekdot di atas menggunakan tebel di bawah ini!
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung:
Kalimat tidak langsung:
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
4 Kata kerja aksi (material)
5 Kata kerja mental
6 Konjungsi temporal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
7 Kata/kalimat seru
8 Kalimat retoris
9 Kalimat perintah
5. Buatlah sebuah teks anekdot dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kembangkanlah topik yang terkandung dalam video stand up comedy
yang berjudul “Pidato Politik” oleh Cak Lontong dan “Nama di Facebook”
oleh Mamat!
b. Pilihlah salah satu topik di bawah ini!
1) Politik
2) Hukum
3) Korupsi
4) Kemiskinan
5) Pengaruh media sosial (Medsos)
c. Isi cerita mengandung lelucon dan kritikan/sindiran/pelajaran hidup.
d. Gunakanlah struktur teks anekdot di bawah ini!
1) Abstraksi
2) Orientasi
3) Krisis
4) Reaksi
5) Koda
e. Menggunakan pola dialog atau narasi dengan tepat.
f. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat (sesuaikan dengan
PUEBI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
Kunci jawaban:
A. Soal prates
1. Analisis struktur teks anekdot
Kaya dan Miskin
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan Kafal,
sedang berbicang-bincang di kantin sekolah.
2 Orientasi Firhad : “Fal, tuh berita tewasnya Joghyun
(Shinee) artis Korea lagi heboh banget.”
Kafal : “Lah iya, kalau gak heboh, Chicin dan
Vica gak perlu ikut-ikutan nangis tuh di
kelas.”
Firhad : “Hemmm, gue bingung! Padahal saudara
kita di Asmat juga lagi kena musibah gizi
buruk, ya?”
Kafal : (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
3 Krisis Firhad : “Seharusnya, yang lebih perlu ditangisi
itu saudara-saudara kita yang miskin di
Asmat, kalau Joghyun mah orang
berduit.”
Kafal : “Lahh, kenapa, Fir?”
Firhad : “Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di
rumah sakit! Orang kaya dan orang miskin
kalau nangis aja beda tempat.”
Kafal : “Beda gimana?” (mulai penasaran)
Firhad : “Ya, beda. Orang kaya menangis di
kamar mayat, kalau yang miskin baru di
loket pembayaran aja udah nangis.”
4 Reaksi Kafal : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin
pingsan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
5 Koda Akhirnya, Firhad dan Kafal segera beranjak dari
kantin karena melihat Chicin dan Vica sedang
menuju kantin dengan mata lebam seperti habis
menangis.
2. Analisis kaidah kebahasaan anekdot
No. Kaidah kebahasaan teks
anekdot
Kutipan kalimat/dialog
1 Keterangan waktu Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan
Kafal, sedang berbicang-bincang di kantin
sekolah.
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung: Semua percakapan
dalam dialog adalah kalimat langsung.
Kalimat tidak langsung:
1. Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan
Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
2. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
menangis.
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
Joghyun (Shinee), orang Asmat, orang
miskin, orang kaya.
4 Kata kerja aksi (material) 1. Siang itu, dua pelajar Smase, Firhad dan
Kafal, sedang berbicang-bincang di
kantin sekolah.
2. (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
3. “Ya, beda. Orang kaya menangis di
kamar mayat, kalau yang miskin baru di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
loket pembayaran aja udah nangis.”
4. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
menangis.
5 Kata kerja mental 1. “Hemmm, gue bingung! Padahal
saudara kita di Asmat juga lagi kena
musibah gizi buruk, ya?”
2. “Beda gimana?” (mulai penasaran)
6 Konjungsi temporal 1. Kafal : “???” (bingung dan tiba-
tiba ingin pingsan)
2. Akhirnya, Firhad dan Kafal segera
beranjak dari kantin karena melihat
Chicin dan Vica sedang menuju kantin
dengan mata lebam seperti habis
menangis.
7 Kata/kalimat seru
1. “Hemmm, gue bingung!
2. (langsung berseru) “Iya, tapi beritanya
kalah viral tuh, Fir.”
3. “???” (tiba-tiba ingin pingsan)
8 Kalimat retoris Padahal saudara kita di Asmat juga lagi
kena musibah gizi buruk, ya?”
9 Kalimat perintah
“Lahh, iya. Coba kamu lihat aja waktu di
rumah sakit! Orang kaya dan orang miskin
kalau nangis aja beda tempat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
B. Soal pascates
1. Analisis struktur teks anekdot
“Hukum Newton”
No. Struktur Kutipan kalimat/dialog
1 Abstraksi Suatu ketika di siang bolong, ada dua pemuda
bernama Hanif dan Arkan sedang berbincang-bincang
mengenai negara asing yang selalu ikut campur
permasalahan dalam negeri Indonesia.
2 Orientasi Hanif : (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia
nampaknya harus lebih bersikap tegas lagi deh
dalam menjaga kedaulatannya!”
Arkan : (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
Hanif : “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa lepas juga
dari Indonesia, macam kasus Timor Timur dulu.”
3 Krisis Arkan : (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.”
Hanif : “Hukum Newton?”
Arkan : (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum Newton
mengatakan, ‘Tekanan, dapat menimbulkan
gaya,’ Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
Hanif : “Kenapa?”
Arkan : “Karena negara asing terlalu banyak gaya.”
4 Reaksi Hanif : “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
5 Koda Akhirnya, tak lama setelah perbincangan tersebut,
mereka pun beranjak pergi membeli es kelapa untuk
menyegarkan tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
2. Analisis kaidah kebahasaan anekdot
No. Kaidah Kebahasaan
Teks Anekdot
Kutipan Kalimat/Dialog
1 Keterangan waktu 1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
2 Variasi kalimat langsung
dan tidak langsung
Kalimat langsung:
Semua kutipan dialog adalah kalimat langsung
(apabila menuliskan salah satu dari kalimat
percakapan dianggap benar).
Kalimat tidak langsung:
1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
3 Nama tokoh orang ketiga
tunggal
Newton, negara asing.
4 Kata kerja aksi (material) 1. Suatu ketika di siang bolong, ada dua
pemuda bernama Hanif dan Arkan sedang
berbincang-bincang mengenai negara asing
yang selalu ikut campur permasalahan
dalam negeri Indonesia.
2. (memulai perbincangan) “Kan, Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
nampaknya harus lebih bersikap tegas lagi
deh dalam menjaga kedaulatannya!”
3. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.
4. (berusaha menjelaskan) “Yups! Hukum
Newton mengatakan, ‘Tekanan, dapat
menimbulkan gaya,’ Kenapa negara kita
banyak mendapat tekanan?”
5. Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi
membeli es kelapa untuk menyegarkan
tenggoran meraka yang kering di siang
bolong.
5 Kata kerja mental 1. (kaget dan bingung) “Lah kenapa?”
2. “Kalau gak tegas, takutnya Papua bisa
lepas juga dari Indonesia, macam kasus
Timor Timur dulu.”
3. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.”
4. “Yups! Hukum Newton mengatakan,
‘Tekanan, dapat menimbulkan gaya,’
Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
5. “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
6 Konjungsi temporal Akhirnya, tak lama setelah perbincangan
tersebut, mereka pun beranjak pergi membeli es
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
kelapa untuk menyegarkan tenggoran meraka
yang kering di siang bolong.
7 Kata/kalimat seru
1. (langsung berseru) “Ahh, itu mah karena
Indonesia selalu mendapat tekanan demi
tekanan dari negara asing. Ya, prinsipnya
hampir sama kayak hukum Newton, Han.”
2. “Yups! Hukum Newton mengatakan,
‘Tekanan, dapat menimbulkan gaya,’
Kenapa negara kita banyak mendapat
tekanan?”
3. “???” (bingung dan tiba-tiba ingin pingsan)
8 Kalimat retoris -
9 Kalimat perintah -
Yogyakarta, 18 April 2018
Peneliti,
Aji Aprilius Z.
NIM. 141224046
Menyetujui,
Peneliti Mata Pelajaran, Dosen Pembimbing,
Purwanti, S.Pd. Dr. Yuliana Setyaningsih, M. Pd.
NPP.P. 1410
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
MATERI
1. Pengertian Teks Anekdot
a. Teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan
berdasarkan kejadian yang sebenarnya (KBBI, Ed. 5: 2016).
b. Teks anekdot adalah sebuah cerita lucu atau menggelitik yang bertujuan
memberikan suatu pelajaran tertentu. Kisahnya biasanya melibatkan tokoh
tertentu yang bersifat faktual ataupun terkenal. Dengan demikian, anekdot
tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, guyonan, dan humor.
Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni
berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan kritik pada pihak tertentu
atau pelajaran kepada khalayak (Kosasih, 2016:84-85).
c. Teks anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindiran
terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor (Suherli,
dkk. 2017:110).
d. Teks anekdot merupakan cerita singkat yang menarik, lucu, dan
mengesankan karena isinya berupa kritik atau sindiran terhadap kebujakan,
layanan public, perilaku penguasa, atau suatu fenomena sehingga pelaku di
dalam cerita bisa orang penting atau terkenal (Pujawan, dkk.,2014:11-12).
2. Pengertian Stand Up Comedy
a. Stand up comedy merupakan frasa dari bahasa Inggris yang jika diartikan
secara harfiah berarti ‘komedi berdiri’. Ada beberapa sebutan untuk pelaku
komedian ini, seperti stand up comedy-an, pelawak tunggal, komikal, dan
comic. Namun, sebutan yang paling populer digunakan adalah comic.
Meskipun disebut stand up comedy, para comic tidak selalu berdiri dalam
menyampaikan materi lawakananya. Ada beberapa comic yang
melakukannya dengan duduk di kursi, persis seperti orang yang sedang
bercerita (https://id.wikipedia.org/wiki/Pelawak_tunggal).
b. Stand up comedy adalah sebuah genre komedi yang menampilkan pelawak
tunggal di atas panggung dengan cara bermonolog (Papana,2016:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
c. Stand up comedy dapat dikatakan sebagai jenis komedi yang cerdas karena
menyajikan humor dengan mengamati fenomena-fenomena sosial yang
sedang berkembang di masyarakat. Humor yang disajikan cenderung berisi
tentang kritikan terhadap masalah yang terjadi saat itu (Melik, 2016:483).
d. Pada saat mempertunjukan sebuah lelucon, beberapa comic ada yang
menggunakan properti (alat bantu), musik, suara perut, dan boneka atau trik
sulap untuk memmelancarkan aksi pertunjukan mereka, tetapi itu
merupakan “perkembangan” dari stand up comedy, karena pada umumnya
tanpa peralatan, bahkan penampilan kostum/make up biasa atau normal
(Papana,2016:5).
3. Persamaan antara Teks anekdot dan Isi Materi Lelucon dalam Video
Stand Up Comedy
Teks anekdot memiliki persamaan dengan isi materi lelucon dalam video
stand up comedy. Persamaan tersebut dapat dilihat dari isi anekdot dan isi
materi lelucon yang sama-sama menyajikan cerita lucu tetapi sarat akan
kritikan dan sindiran. Unsur kritikan dan sindiran ditujukan kepada tokoh
yang dianggap terkenal dan berpengaruh besar pada masyarakat, atau
seseorang yang karena peristiwa itu menjadi bahan perbincangan. Selain itu,
topik yang diangkat dalam anekdot dan stand up comedy adalah topik tetang
permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat, seperti masalah sosial,
politik, hukum, kemiskinan, layanan publik, korupsi, agama dan ras
(Melik,2016:483). Aspek humor menjadi jembatan antara keduanya karena
baik anekdot maupun stand up comedy dihidupkan oleh roh yang sama yaitu
humor. Namun, perbedaan antara anekdot dan stand up comedy terletak pada
bentuk penyajiannya, yaitu anekdot disajikan dalam bentuk teks
cerita/percakapan, dan stand up comedy dalam bentuk penampilan verbal oleh
seorang comic dalam menyampaikan materi leluconnya (Cahyati,2015:48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
4. Tampilan Media Video Stand Up Comedy
“Kesehatan Kampung Sikor”
oleh Yewen
“Si Anak Papua” oleh
Yewen
“Ibu-Ibu Zaman
Sekarang” oleh Karyn
“Pidato Politik” oleh Cak
Lontong
“Nama di Facebook” oleh Mamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
5. Teks Anekdot Hasil Pengembangan dari Materi/Topik Lelucon dalam
Video stand Up comedy
Tunggu Pak Jokowi Jadi Hokage Ke-8
Pada suatu sore, dua pelajar Smase bernama Musyarrof dan Alfiyan
sedang berada di pinggiran Pantai Parangtritis. Mereka sedang duduk santai
menikmati suasana senja sambil memeninum dua buah es kelapa. Saat itu,
Musyarrof tampak sedang bersedih karena sedang mengalami patah hati. Hal
tersebut dapat dilihat dari raut muka dan tingkah lakunya yang akhir-akhir ini
berbeda dari hari-hari biasanya. Melihat hal tersebut, Alfiyan pun mencoba
bertanya kepada Musyarrof.
“Rof, aku dengar cintamu ditolak Milea, ya?” Ujar Alfiyan memulai
percakapan dengan sebuah pertanyaan, yang sebenarnya sudah ia ketahui
jawabannya.
Dengan memasang raut wajah sedih, Musyarrof menjawab, “Iya, Milea
lebih memilih Dilan ketimbang aku.”
“Inalillah Wainailahi Rojiun.” Sontak terucap dari mulut Alfiyan.
Sambil mengeluh, Musyarrof kembali berujar, “Hemmm, wajarlah! Dilan
lebih populer dan lebih tajir daripada aku!”
Mendengar hal tersebut, Alfiyan pun ikut mengeluh dan berseru, “Huhhh!
Sekarang, asalkan punya banyak uang, populer, dan punya penampilan yang
meyakinkan saja, bisa mendapatkan apa pun, Rof.”
…(hening beberapa saat)…
Perkataan Alfiyan, membuat Musyarrof teringat dengan kondisi yang
terjadi di Indonesia belakangan ini. Dalam pikirannya, iya membenarkan
perkataan temannya tersebut, bahwa memang benar kalau uang dan ketenaran
dapat mengalahkan segalanya, termasuk orang yang baik dan jujur sekalipun.
Lantas, ia pun berkata kepada Alfiyan, “Iya, lihat aja sekarang! Banyak selebritas
dan artis yang berhasil jadi pejabat kalau menilainya seperti itu.”
“Hemmm, tapi mau sampai kapan masyarakat Indonesia menilai
seseorang hanya berdasarkan uang, popularitas dan dari penampilannya saja?
Hanya tampak meyakinkan dari luarnya saja.” Ujar Alfiyan menanggapi
pernyataan Musyarrof.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
Mendengar pertanyaan tersebut, Musyarof langsung berseru, “Sampai Pak
Jokowi jadi Hokage ke-8 menggantikan Naruto di Konoha!”
Sontak Alfiyan membalas dengan berkata, “Cukup! Itu berat. Pak Jokowi
tak akan sanggup, biar Naruto saja.”
“???” Medengar balasan dari temannya tersebut, Musyarrof langsung
merasa bingung dan terlihat ingin pura-pura pingsan di hadapan temannya.
Setelah perbincangan tersebut, mereka pun bergegas pulang karena
suasana Pantai Parangtritis semakin gelap. Keesokan harinya mereka bertemu
kembali di sekolah sambil mengingat percakapan yang terjadi kemarin sore di
pinggiran Pantai Parangtritis yang mengagumkan.
6. Struktur teks anekdot Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks
lainnya. Menurut Suherli, dkk. 2017: 119-120) teks anekdot memiliki lima
struktur yaitu abstraksi,orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Adapun lima
struktur teks anekdot dijabarakan sebagai berikut.
a. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau
gambaran umum tentang isi suatu teks.
b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu
krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab
timbulnya krisis.
c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot.
Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan
mengundang tawa.
d. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan
sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau
menertawakan.
e. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya
cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun
penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian
ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah.
Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
Gambar 2.1 Struktur (alur) teks anekdot
7. Struktur Wacana Stand Up Comedy
Dalam wacana stand up comedy, terdapat dua bagian/struktur yang
membangunnya, yaitu set up dan punchline. Set up hadir di bagian pertama
sebuah beat. Fungsi dari set up adalah menyiapakan orang untuk tertawa. Bagian
ini berisi cerita dengan target seorang penonton mengharapkan sesuatu
(berekspektasi). Pada bagian ini belum ada unsur lelucon yang diungkapakan.
Punchline adalah bagian kedua dari sebuah beat. Pada bagian inilah sesuatu
yang janggal diungkapkan oleh komika sebagai cara komika membelokkan
ekspektasi dari penonton. Tawa tercipta dari pembelokkan ini. Berikut contoh
beat yang dibawakan oleh Komikal bernama Raditya Dika.
“Waktu itu gua bikin video tutorial stand up comedy,
tapi gak banyak yang nonton. Yang menjadi tranding
nomor satu, tau gak apa? Cewe-cewe Bigo live lagi
joget-joget tiga orang. Pertanyaan gua, kok bisa?
Orang Indonesia lebih senang dibuat nafsu daripada
dibikin pintar. Terus gua nonton dan emang nafsuin.
Akhirnya gua download-kan Bigo live.
Set up dari kutipan beat di atas adalah “Waktu itu gua bikin video tutorial
stand up comedy, tapi gak banyak yang nonton. Yang menjadi tranding nomor
satu, tau gak apa? Cewe-cewe Bigo live lagi joget-joget tiga orang. Pertanyaan
gua, kok bisa? Orang Indonesia lebih senang dibuat nafsu daripada dibikin
pintar?” Punchline-nya adalah bagian selanjutnya, “Terus gua nonton dan emang
nafsuin. Akhirnya gua download-kan Bigo live.”
Abstraksi
Orientasi
Krisis
Reaksi Koda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
8. Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti halnya teks yang lain, anekdot memiliki kaidah-kaidah kebahasaan
tersendiri. Namun, sebagai teks bergenre cerita, teks tersebut memiliki
kesamaan dengan teks sejenisnya seperti cerpen, novel, dan cerita ulang.
Secara spesifik, kaidah kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan kalimat/frasa yang menyatakan peristiwa masa lalu
(keterangan waktu) (Suherli, dkk. 2017: 119-120)
Contoh:
1) Siang itu, Ghani dan Kholid sedang berbicang-bincang di kantin
sekolah.
2) Suatu ketika, Musyarof dan Alfiyan sedang menikmati senja di
pinggiran Pantai Parangtritis.
b. Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-
kalimat tidak langsung, khususnya pada teks berpola narasi. Kalimat-
kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya, sedangkan
kalimat tidak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog
seorang tokoh (Kosasih, 2016: 98-100).
Contoh:
1) “Rof, aku dengar cintamu ditolak Milea, ya?” tanya Alfiyan dengan
penasaran.
2) Mendengar hal tersebut, Alfiyan sontak berseru, “Cukup! Itu berat.
Pak Jokowi tak akan sanggup. Biar Naruto saja.” katanya sambil
menirukan ungkapan andalan Dilan yang mampu meracuni pikiran
Milea.
c. Pada umumnya menggunakan nama tokoh utama orang ketiga tunggal,
baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual maupun yang
disamarkan (Kosasih, 2016:98-100).
Contoh: Joghyun, orang Asmat, Dilan, Milea, Pak Jokowi, si Kaya. Si
Botak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
d. Menggunakan kata kerja aksi, yakni kata yang menunjukkan suatu
aktivitas, diantaranya seperti menulis, membaca, berjalan, dan berbicara.
Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) Siang itu, Ghani dan Kholid sedang berbicang-bincang di kantin
sekolah.
2) Saat sedang bersantai sambil menikmati es kelapa segar, Alfiyan
mengajukan pertanyaan kepada Musyarof.
e. Menggunakan kata kerja mental, khususnya pada teks berpola narasi.
Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan
atau dirasakan seorang tokoh (Kosasih, 2016:98-100).
Contoh:
1) “Iya, bagaimanapun menderitanya orang kaya, tetap saja lebih
menderita orang miskin, dan itu salah satunya dapat kita lihat waktu di
rumah sakit, Khol.”
2) Masih dibalut rasa penasaran, Alfiyan kembali bertanya, “Tapi kenapa
Rof? Padahal kamukan salah satu anak yang disegani di kelas karena
sikap jujurmu.”
f. Menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang menyatakan hubungan
waktu diantaranya seperti kemudian, lalu, dan akhirnya yang bermakna
kronologis/temporal (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
1) Akhirnya, Musyarof dan Alfiyan pun bergegas pulang karena suasana
Pantai Parangtritis mulai semakin gelap.
2) Akhirnya, Musyarof dan Alfiyan pun bergegas pulang karena suasana
Pantai Parangtritis mulai semakin gelap.
g. Pada umumnya banyak mengandung kata/frasa/kalimat seru. Hal tersebut
juga sering disebut interjeksi. Kata ini bertugas untuk mengungkapkan rasa
hati seseorang, seperti senang, sedih, gembira, marah, terkejut, kesal,
bingung dan sebagainya (Suherli, dkk. 2017: 119-120).
Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
1) “Betul! Padahal yang lebih perlu ditangisi itu saudara-saudara kita
yang miskin di Asmat, kalau Joghyun mah orang berduit.”
2) “Inalillah Wainailahi Rojiun. Tapi kenapa Rof? Padahal kamukan
salah satu anak yang disegani di kelas karena sikap jujurmu.”
h. Menggunanakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak
membutuhkan jawaban karena antara si penanya dan yang ditanya
sesungguhnya sudah mengetahui jawabannya (Suherli, dkk. 2017: 119-
120).
Contoh:
1) “Hemmm, padahal Indonesia juga lagi kena musibah gizi buruk di
Asmat, ya?”
2) “Wahh! Pantas saja sekarang banyak berita tentang selebritas dan artis
yang berhasil jadi pejabat, ya?”
i. Menggunakan kalimat perintah, kalimat perintah digunakan untuk
membuat tokoh lain melakukan suatu tindakan (Suherli, dkk. 2017: 119-
120).
Contoh:
1) “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
2) “Cepat tunjukan SIM Anda, Pak!”
9. Pola Penyajian Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Dialog
bisa terjadi antara dua orang atau lebih. Bentuk narasi dapat kita temukan
pada cerita pendek dan novel, sedangkan bentuk dialog bisa ditemukan pada
teks drama, dan teks negosiasi. Salah satu ciri dialog adalah menggunakan
kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan
hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti
apa yang dikatakannya (Suherli, dkk, 2017: 121).
Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Tunggu Pak Jokowi Jadi Hokage Ke-8
Pada suatu sore, dua pelajar Smase bernama Musyarrof dan Alfiyan
sedang berada di pinggiran Pantai Parangtritis. Mereka sedang duduk santai
menikmati suasana senja sambil memeninum dua buah es kelapa. Saat itu,
Musyarrof tampak sedang bersedih karena sedang mengalami patah hati. Hal
tersebut dapat dilihat dari raut muka dan tingkah lakunya yang akhir-akhir ini
berbeda dari hari-hari biasanya. Melihat hal tersebut, Alfiyan pun mencoba
bertanya kepada Musyarrof.
Alfiyan : “Rof, aku dengar cintamu ditolak Milea, ya?” (Alfiyan memulai
percakapan dengan sebuah pertanyaan, yang sebenarnya sudah ia
ketahui jawabannya)
Musyarrof : (memasang raut wajah sedih) “Iya, Milea lebih memilih Dilan
ketimbang aku.”
Alfiyan : (pura-pura terkejut) “Inalillah Wainailahi Rojiun.”
Musyarrof : “Hemmm, wajarlah! Dilan lebih populer dan lebih tajir daripada
aku!” (Musyarof mengatakan dengan nada mengeluh)
Alfiyan : (Ikut mengeluh dan berseru) “Huhhh! Sekarang, asalkan punya
banyak uang, populer, dan punya penampilan yang meyakinkan
saja, bisa mendapatkan apa pun, Rof.”
…(hening beberapa saat)…
Musyarrof : “Iya, lihat aja sekarang! Banyak selebritas dan artis yang berhasil
jadi pejabat kalau menilainya seperti itu.”
Alfiyan : “Hemmm, tapi mau sampai kapan masyarakat Indonesia menilai
seseorang hanya berdasarkan uang, popularitas dan dari
penampilannya saja? Hanya tampak meyakinkan dari luarnya
saja.”
Musyarrof : (langsung berseru) “Sampai Pak Jokowi jadi Hokage ke-8
menggantikan Naruto di Konoha!”
Alfiyan : “Cukup! Itu berat. Pak Jokowi tak akan sanggup, biar Naruto
saja.” (Ujar Alfiyan menirukan gaya bahasa dari film yang sedang
tenar saat itu)
Pola dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
Musyarrof : “???” (bingung dan terlihat ingin pura-pura pingsan)
Setelah perbincangan tersebut, mereka pun bergegas pulang karena
suasana Pantai Parangtritis semakin gelap. Keesokan harinya mereka bertemu
kembali di sekolah sambil mengingat percakapan yang terjadi kemarin sore di
pinggiran Pantai Parangtritis yang mengagumkan.
Tunggu Pak Jokowi Jadi Hokage Ke-8
Pada suatu sore, dua pelajar Smase bernama Musyarrof dan Alfiyan
sedang berada di pinggiran Pantai Parangtritis. Mereka sedang duduk santai
menikmati suasana senja sambil memeninum dua buah es kelapa. Saat itu,
Musyarrof tampak sedang bersedih karena sedang mengalami patah hati. Hal
tersebut dapat dilihat dari raut muka dan tingkah lakunya yang akhir-akhir ini
berbeda dari hari-hari biasanya. Melihat hal tersebut, Alfiyan pun mencoba
bertanya kepada Musyarrof.
“Rof, aku dengar cintamu ditolak Milea, ya?” Ujar Alfiyan memulai
percakapan dengan sebuah pertanyaan, yang sebenarnya sudah ia ketahui
jawabannya.
Dengan memasang raut wajah sedih, Musyarrof menjawab, “Iya, Milea
lebih memilih Dilan ketimbang aku.”
“Inalillah Wainailahi Rojiun.” Sontak terucap dari mulut Alfiyan.
Sambil mengeluh, Musyarrof kembali berujar, “Hemmm, wajarlah Dilan
lebih populer dan lebih tajir daripada aku!”
Mendengar hal tersebut, Alfiyan pun ikut mengeluh dan berseru, “Huhhh!
Sekarang, asalkan punya banyak uang, populer, dan punya penampilan yang
meyakinkan saja, bisa dapetin apa pun, Rof.”
…(hening beberapa saat)…
Perkataan Alfiyan, membuat Musyarrof teringat dengan kondisi yang
terjadi di Indonesia belakangan ini. Dalam pikirannya, iya membenarkan
perkataan temannya tersebut, bahwa memang benar kalau uang dan ketenaran
dapat mengalahkan segalanya, termasuk orang yang baik dan jujur sekalipun.
Lantas, ia pun berkata kepada Alfiyan, “Iya, lihat aja sekarang! Banyak selebritas
dan artis yang berhasil jadi pejabat kalau menilainya seperti itu.”
Pola narasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
“Hemmm, tapi mau sampai kapan masyarakat Indonesia menilai
seseorang hanya berdasarkan uang, popularitas dan dari penampilannya saja?
Hanya tampak meyakinkan dari luarnya saja.” Ujar Alfiyan menanggapi
pernyataan Musyarrof.
Mendengar pertanyaan tersebut, Musyarof langsung berseru, “Sampai Pak
Jokowi jadi Hokage ke-8 menggantikan Naruto di Konoha!”
Sontak Alfiyan membalas dengan berkata, “Cukup! Itu berat. Pak Jokowi
tak akan sanggup, biar Naruto saja.”
“???” Medengar balasan dari temannya tersebut, Musyarrof langsung
merasa bingung dan terlihat ingin pura-pura pingsan di hadapan temannya.
Setelah perbincangan tersebut, mereka pun bergegas pulang karena
suasana Pantai Parangtritis semakin gelap. Keesokan harinya mereka bertemu
kembali di sekolah sambil mengingat percakapan yang terjadi kemarin sore di
pinggiran Pantai Parangtritis yang mengagumkan.
10. Langkah-langkah Penulisan Teks Anekdot
Sebelum dapat menyusun teks anekdot, ada beberapa langkah yang
harus diperhatikan agar dapat memudahkan saat menulis anekdot. Kosasih
(2016: 102) memberikan enam langkah penyusunan teks anekdot sebagai
berikut.
a. Menentukan topik yang dianggap sebagai suatu masalah yang hendak
disorot: dikritik, disindir, digugat.
b. Menentukan tokoh yang terkait, sesuai dengan masalahnya. Tokoh yang
dimaksud pada umumnya bersifat faktual.
c. Menentukan peristiwa yang menjadi latar utama cerita.
d. Memerinci peristiwa ke dalam alur atau struktur anekdot yang meliputi
abstraksi, orientasi, krisis, rekasi, dan koda.
e. Mengembangkan kerangka anekdot menjadi sebuah cerita utuh dengan
memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaannya.
f. Melakukan penyuntingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Gambar 5.1 Alur penyusunan teks anekdot
Berikut contoh penyusunan teks anekdot:
No Aspek Isi
1 Tema/topik Permasalahan sosial
2 Kritik Banyak orang Indonesia yang masih menilai
seseorang hanya berdasarkan uang, popularitas, dan
dari penampilannya saja.
3 Humor Sampai Pak Jokowi jadi Hokage ke-8 pun, orang
Indonesia akan tetap memadang seseorang
berdasarkan uang, popularitas, dan dari
penampilannya saja.
4 Tokoh Musyarrof, Alfiyan, Dilan, Milea, Selebritas, Artis,
Pak Jokowi, Naruto.
5 Latar Sore hari di pinggiran Pantai Parangtritis
6 Struktur Abstraksi Musyarrof dan Alfiyan sedang
berbincang-bincang di pinggiran Pantai
Parangtritis di waktu senja.
Orientasi
Alfiyan menanyakan tentang cinta
Musyarrof yang ditolok oleh Milea,
karena Milea lebih memilih Dilan yang
lebih Populer dan Tajir.
Penentuan topik
Penentuan tokoh
penentuan latar
peristiwa
Penyusunan kerangka Pengemban
gan kisah
penyuntingan
Kerangka karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Krisis
Musyarrof dan Alfiyan mengaitkan
masalah tersebut dengan realitas yang
ada sekarang ini bahwa asalkan memiliki
uang, populer dan bermodalkan
penampilan saja bisa
mendapatkan apa pun. Sehingga, sampai
Pak Jokowi jadi Hokage ke-8 pun
pandangan tersebut akan selalu ada.
Reaksi
Alfiyan menanggapinya dengan
menirukan gaya bahasa Film Dilan yang
sekarang lagi populer di kalangan anak
remaja.
Koda
Musyarrof dan Alfiyan mengakhiri
percakapan dengan beranjak pergi dari
Pantai Parangtritis.
8 Pola Narasi/Dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
Lampiran 9 – Media Karikatur
Aksi Suap di Pengadilan Setya Novanto
BBM Naik SBY VS Jokowi
Full Day School
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Karikatur Kemiskinan
Karikatur Politik Karikatur Hukum
Karikatur Pengaruh Medsos Karikatur Korupsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
Lampiran 10 – Tampilan Media Video Stand Up Comedy
“Kesehatan Kampung Sikor”
oleh Yewen
“Si Anak Papua” oleh Yewen
“Ibu-Ibu Zaman Sekarang”
oleh Karyn
“Pidato Politik” oleh Cak
Lontong
“Nama di Facebook” oleh Mamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
Lampiran 11 ─ Contoh Teks Anekdot Kelompok Media Kariaktur pada Prates dan
Pascates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Lampiran 12 ─Contoh Teks Anekdot Kelompok Media Video Stand Up Comedy
pada Prates dan Pascates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
Lampiran 13 –Dokumentasi Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
Lampiran 14 ─ Surat Pengantar Validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
Lampiran 15 –Surat Telah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
Lampiran 16 – Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Aji Aprilius Z. lahir di Tanta pada 27 April 1996. Pendidikan
dasar ditempuh di SDN 1 Tanta dan lulus pada 2008.
Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMPN 1 Tanta,
namun saat kelas VIII pindah ke SMPN 2 Tanta dan lulus pada
tahun 2011. Sekolah menengah atas ditempuh di SMAN 2
Tanjung dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 terdaftar sebagai mahasiswa
Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan lulus pada tahun 2018.
Penyelesaian tugas akhir ditempuh dengan skripsi berjudul “Efektivitas Media
Karikatur dan Video Stand Up Comedy dalam Pembelajaran Keterampilan
Menulis Anekdot Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran
2017/2018. Skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus ditempuh untuk
mendapat gelar sarjana pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI