efektivitas lks berbasis pendekatan saintifik pada materi ...digilib.unila.ac.id/27405/4/skripsi...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIKPADA MATERI KONSEP LAJU REAKSI DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSESSAINS DITINJAU DARI GENDER
Skripsi
Oleh
RIDO YUSUF ABADI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERIKONSEP LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINSDITINJAU DARI GENDER
Oleh
RIDO YUSUF ABADI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan dari LKS berbasis pen-
dekatan saintifik pada materi konsep laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan
proses sains (KPS) ditinjau dari gender siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada semester
ganjil tahun 2016/2017. Sampel yang didapat adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
yang diperoleh dengan teknik purposive sampling melalui undian. Metode peneliti-
an yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan The Matching Only Pretest and
Posttest Control Group Design. Efektivitas penerapan LKS berbasis pendekatan
saintifik ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain KPS antara siswa kelas kontrol dan
eksperimen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji ANOVA dua jalur dan uji
Mann Whitney U. Kesimpulan yang didapatkan adalah LKS berbasis pendekatan
saintifik pada materi konsep laju reaksi efektif dalam meningkatkan KPS ditinjau
dari gender siswa; tidak ada interaksi antara pemberian LKS berbasis pendekatan
Rido Yusuf Abadi
saintifik dengan KPS siswa laki-laki dan perempuan (gender) dalam mempelajari
konsep laju reaksi; KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik lebih tinggi daripada pembelajaran menggunakan LKS kon-
vensional; KPS siswa laki-laki dan perempuan pada pembelajaran menggunakan
LKS berbasis pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa laki-laki dan
perempuan pada pembelajaran menggunakan LKS konvensional; KPS siswa laki-
laki lebih tinggi daripada siswa perempuan pada pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik.
Kata kunci: LKS berbasis pendekatan saintifik, KPS, konsep laju reaksi, gender
EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIKPADA MATERI KONSEP LAJU REAKSI DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSESSAINS DITINJAU DARI GENDER
Oleh
RIDO YUSUF ABADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Pada tanggal 29 Oktober 1995 penulis dilahirkan di Kabupaten Lampung Tengah
dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Duduy Syarifudin dan
Ibu Nani Maemunah.
Pendidikan formal diawali di SD Proklamasi 45 Kec. Terbanggi Besar Kab. Lam-
pung Tengah tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2007, kemudian melanjutkan
ke SMP Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010, dan
meneruskan ke SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2010 dan lulus pada
tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Jurusan Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila sebagai anggota divisi
Jaringan dan Usaha Himasakta Periode 2015/2016. Tahun 2016 mengikuti Prog-
ram Pengalaman Lapangan (PPL) SMA Bangun Cipta Rumbia yang terintergrasi
dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Rekso Binangun, Kec.
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.
MOTTO
Sibuklah memperbaiki diri sendiri sesuai tuntunan Al-Qur’an danSunnah Rasulullah karena amalan kita masih berantakan, hisab
menegangkan, dan surga juga belum jelas.
PERSEMBAHAN
Keluarga besar saya, teman-teman angkatan 2013 dan Almamater tercinta.
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Efektivitas LKS Berbasis Pendekat-
an Saintifik pada Materi Konsep Laju Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Ditinjau dari Gender” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasallam atas suri tauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat manusia.
Ucapan terima kasih tak lupa dihaturkan kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia;
4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan skripsi ini;
5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaannya
memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran, serta motivasi;
6. Ibu Dr. Noor Fadiawati M.Si., selaku Pembahas atas masukan, kritik, dan
saran yang membangun.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah
memfasititasi penulis dalam menuntut ilmu selama menjadi mahasiswa FKIP
Unila;
8. Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan guru mitra penelitian Ibu Dra.
Umiyati Murni.;
9. Bapak, Ibu dan Kakak atas segala pengorbanan, cinta, semangat dukungan,
serta bimbingannya;
10. Teman seperjuangan, Indra Muntari, Nadia Yolanda dan Galuh Oktriana atas
kerja sama, dukungan, dan kekompakannya selama penyusunan skripsi ini.
Sahabat-sahabat terbaikku selama perkuliahan, teman-teman Pendidikan
Kimia 2013, adik-adik Pendidikan Kimia 2014, 2015, dan 2016 serta semua
pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, 18 Juli 2017Penulis,
Rido Yusuf Abadi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme............................................................... 10
B. Pendekatan saintifik................................................................................ 11
C. Keterampilan Proses Sains ..................................................................... 18
D. Lembar Kerja Siswa ............................................................................... 20
E. Pengaruh Gender .................................................................................... 22
F. Hasil Penelitian yang Revelan ................................................................ 25
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28
H. Anggapan Dasar ..................................................................................... 31
I. Hipotesis Penelitian................................................................................ 31
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 33
B. Data Penelitian ..................................................................................... 33
C. Metode dan Desain Penelitian.............................................................. 34
D. Variabel Penelitian .............................................................................. 34
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ..................................... 35
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 36
G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis............................................... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data....................................................... 45
1. Nilai Rata-Rata Pretes dan Postes .................................................. 452. Nilai Rata-Rata N-gain Siswa ........................................................ 463. Data Nilai Sikap ............................................................................. 494. Pengujian Hipotesis........................................................................ 50
B. Pembahasan.......................................................................................... 57
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 67
B. Saran..................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis SKL-KI-KD ........................................................................... 762. Analisis Konsep ................................................................................... 873. Silabus .................................................................................................. 904. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 1015. Data Sikap Siswa ................................................................................... 1186. Perhitungan Nilai Pretes, Nilai postes, dan N-Gain ............................. 130
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator KPS dasar ................................................................................ 20
2. Desain Faktorial Penelitian ..................................................................... 34
3. Klasifikasi criteria n-gain........................................................................ 39
4. Nilai x2hitung, x2
tabel dan pengambilan keputusan uji normalitas............... 51
5. Hasil uji normalitas data n-gain siswa pada kelas kontrol dan kelaseksperimen .............................................................................................. 52
6. Nilai x2hitung, x2
tabel dan pengambilan keputusan uji homogenitas ........... 53
7. Hasil uji homogenitas data n-gain siswa pada kelas kontrol dan kelaseksperimen .............................................................................................. 53
8. Hasil uji ANOVA dua jalur untuk hipotesis 1 dan 2 ................................ 55
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ............................................................. 37
2. Nilai rata-rata pretes dan postes KPS siswa di kelas eksperimen dan kelaskontrol ..................................................................................................... 45
3. Nilai rata-rata n-gain KPS dikelas kontrol dan kelas eksperimen .......... 46
4. Nilai rata-rata n-gain KPS siswa laki-laki dikelas kontrol dan kelaseksperimen .............................................................................................. 47
5. Nilai rata-rata n-gain KPS siswa perempuan dikelas kontrol dan kelaseksperimen .............................................................................................. 48
6. Nilai rata-rata n-gain KPS siswa perempuan dan laki-laki dikelaseksperimen .............................................................................................. 48
7. Nilai rata-rata sikap siswa aspek pada setiap pertemuan di kelaseksperimen .............................................................................................. 49
8. Nilai rata-rata sikap siswa kelas kontrol dan kelas ekperimen ............... 50
9. Interaksi antara pemberian perlakuan LKS BPS dengan KPS siswa laki-laki dan perempuan(gender) ................................................................................................... 55
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia yang memiliki rasa
ingin tahu. Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi kehidupan
adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan suatu kumpulan pengetahu-
an yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto, 2010). Perkembangan IPA terlihat
melalui kumpulan fakta yang dikaji sehingga menghasilkan suatu teori, konsep,
atau hukum, juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah (Trianto, 2007;
Holbrook, 2007). Hal ini menjadi pokok yang mendasar dari pentingnya pembela-
jaran IPA yang mengembangkan proses ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir
siswa (Susilowati, 2013; Rutten, dkk., 2012).
Salah satu cabang dari IPA adalah ilmu kimia, dimana ilmu kimia secara khusus
mempelajari mengenai komposisi, struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi,
serta energi yang menyertai perubahan materi tersebut (Irwan, 2008). Ilmu kimia
itu sendiri didasarkan pada eksperimen dengan proses ilmiah atau lebih dikenal
dengan proses sains. Proses tersebut meliputi kriteria pengamatan (observasi),
menyimpulkan (inferensi), mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (inter-
pretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan (Khaerudin, 2005;
2
Trinurhayati, 2014; Afolaby, 2010). Oleh sebab itu, dalam mempelajari ilmu kimia
tidak hanya mempelajari isi atau kontennya saja, tetapi juga prosesnya yang jauh
lebih penting (Rahman, 2014). Hal ini sesuai dengan tujuan penting mata pelajaran
kimia di SMA yakni agar peserta didik menguasai konsep, prinsip, hukum dan teori
kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Proses sains ini menjadi keterampilan
yang harus dimiliki oleh siswa dalam mempelajari ilmu kimia dan keterampilan ini
lebih di kenal dengan KPS (Tim Penyusun, 2006).
KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Penting bagi seorang
guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu
keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah
serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari,
untuk itu KPS perlu ditingkatkan (Ergin, 2008; Rahman, 2014).
Tentunya untuk meningkatkan KPS memerlukan berbagai upaya yang dapat di-
mulai dengan menentukan materi kimia yang tepat. Salah satu materi kimia yang
dapat meningkatkan KPS siswa adalah materi laju reaksi. Hal ini karena terdapat
kesesuaian indikator dengan kriteria yang ada pada KPS. Materi laju reaksi merupa-
kan materi pembelajaran kima untuk kelas XI semester ganjil. Kompetensi dasar
yang digunakan yaitu KD 3.7, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. Selanjutnya
untuk menunjang KD tersebut diperlukan media pembelajaran berupa LKS yang
akan digunakan saat pembelajaran berlangsung.
3
LKS sendiri merupakan media bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa
yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. LKS ini akan memudahkan
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta
akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran
(Senam, dkk., 2008). LKS yang akan digunakan untuk dapat meningkatkan KPS
siswa tentu harus sesuai dengan indikator pada materi laju reaksi dan memiliki
kriteria yang sesuai dengan KPS (Karsli, 2009). Salah satu LKS yang memenuhi
kriteria tersebut adalah LKS berbasis pendekatan saintifik. LKS ini dipilih karena
memiliki langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan (Machin, 2014).
LKS berbasis pendekatan saintifik ini merupakan hasil pengembangan yang dilaku-
kan oleh mahasiswa pendidikan kimia Universitas Lampung pada tahun 2015
dengan judul “Konsep Laju Reaksi” dan sudah sesuai kriteria untuk meningkatkan
KPS siswa. LKS berbasis pendekatan saintifik menuntut siswa untuk dapat mema-
hami konsep laju reaksi dengan cara diskusi yang akan menuntun siswa untuk me-
nemukan konsep tersebut.
Pada tahap pertama yaitu mengamati, siswa dilatih untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau peristiwa sehingga
dapat menggali pengetahuan awal siswa. Pada tahap kedua yaitu bertanya, siswa
dilatih untuk mengajukan pertanyaan sehingga rasa ingin tahu siswa berkembang.
Kemudian untuk menjawab pertanyaan tersebut maka pada tahap ketiga yaitu me-
ngumpulkan informasi/mencoba, siswa menggali dan mengumpulkan informasi
4
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Pada tahap keempat yaitu menalar,
siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu infor-
masi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan
bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Tahap terakhir
yaitu mengkomunikasikan, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati,
dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing (Ariyanti, 2015).
Secara menyeluruh langkah-langkah tersebut akan mendorong dan menginspirasi
siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat. Serta mendorong dan menginspirasi
siswa agar mampu berpikir hipotetik dan mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran (Ayas, dkk., 2011).
Sayangnya di SMA, LKS berbasis pendekatan saintifik ini masih jarang diterapkan.
Padahal penerapan LKS ini dalam pembelajaran sangat penting untuk meningkat-
kan KPS siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang dilakukan di SMA
Negeri 13 Bandar Lampung yang menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kimia
cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Kegiatan pembel-
ajaran yang berpusat pada guru hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan pen-
catat sehingga KPS yang dimiliki siswa tidak dapat berkembang dan cenderung tidak
diperhatikan. Seperti kita ketahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan belajar
yang berbeda-beda khususnya antara siswa laki-laki dan perempuan (Michael, 2012).
Perbedaan tersebut membuat jenis kelamin (gender) siswa mem-pengaruhi capaian
siswa dalam peningkatan KPS (Cheung, 2009). Dalam mempelajari ilmu sains,
pengaruh perbedaan gender terlihat dimana prestasi belajar sains siswa perempuan
5
mengalami kemunduran, sementara prestasi laki-laki meningkat, perempuan lebih
menguasai segala sesuatu yang menyangkut masalah kesehatan dan lingkungan,
sedangkan siswa laki-laki dengan kecakapan spasialnya lebih unggul dalam
matematika, fisika dan kimia (Rachmawati, 2008; Jangsi, dkk., 2011; Woodzicka,
dkk., 2010).
Kecakapan spasial adalah kemampuan untuk melakukan perubahan dengan peng-
lihatan atau membayangkan dan berkaitan dengan warna, garis, bangun, bentuk,
ruang, serta hubungannya (Armstrong, 2009). Kecakapan spasial dapat dikembang-
kan dengan cara mengintegrasikan kecakapan spasial dengan kurikulum disekolah
yang berlaku dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga selama anak bersekolah
kemampuan ini dapat dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan (Hoerr, dkk.,
2010). Kecakapan spasial siswa akan meningkat karena pada indikator konsep laju
reaksi dan langkah-langkah pada LKS berbasis pendekatan saintifik mendukung hal
tersebut dengan menyajikan gambar-gambar dua dimensi dan submikroskopis saat
pembelajaran. Penyajian tersebut merupakan cara untuk mengetahui makna kata
untuk membangun proses belajar kimia (Mustofa, dkk., 2013).
Berdasarkan penjabaran diatas maka perlu untuk mencari tahu pengaruh pengguna-
an LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju reaksi dalam mening-
katkan KPS ditinjau dari Gender siswa. Cara yang dapat yaitu dengan langsung
menerapkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada siswa di sekolah dan meneliti
bagaimana pengaruhnya terhadap KPS siswa. Untuk itu penulis tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “Efektivitas LKS Berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi
Konsep Laju Reaksi dalam Meningkatkan KPS Ditinjau dari Gender.”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah umum
pada penelitian ini adalah bagaimanakah keefektivan LKS berbasis pendekatan
saintifik pada materi konsep laju reaksi dalam meningkatkan KPS ditinjau dari
Gender. Selanjutnya dirumuskan rumusan masalah secara khusus sebagai berikut:
1. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik dengan gender terhadap KPS siswa pada materi konsep laju
reaksi?
2. Bagaimanakah efektivitas LKS berbasis pendekatan saintifik untuk meningkat-
kan KPS siswa pada materi konsep laju reaksi?
3. Bagaimanakah KPS siswa laki-laki dalam pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik dan pembelajaran menggunakan LKS konven-
sional pada materi konsep laju reaksi?
4. Bagaimanakah KPS siswa perempuan dalam pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik dan pembelajaran menggunakan LKS konven-
sional pada materi konsep laju reaksi?
5. Bagaimanakah KPS siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam pembelajaran
yang menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju
reaksi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum
adalah mendeskripsikan keefektivan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi
7
konsep laju reaksi dalam meningkatkan KPS ditinjau dari Gender, yang selanjutnya
memiliki tujuan yang lebih khusus yaitu :
1. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pemberian LKS berbasis pendekatan
saintifik dengan KPS pada siswa laki-laki dan perempuan pada materi konsep
laju reaksi.
2. Mendeskripsikan efektivitas LKS berbasis pendekatan saintifik untuk mening-
katkan KPS siswa pada materi konsep laju reaksi.
3. Mendiskripsikan KPS siswa laki-laki dalam pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik dan pembelajaran menggunakan LKS konven-
sional pada materi konsep laju reaksi.
4. Mendeskripsikan KPS siswa perempuan dalam pembelajaran menggunakan
LKS berbasis pendekatan saintifik dan pembelajaran menggunakan LKS kon-
vensional pada materi konsep laju reaksi.
5. Mendeskripsikan KPS siswa laki-laki dan perempuan dalam pembelajaran yang
menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju reaksi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi:
1. Siswa
Melalui LKS berbasis pendekatan saintifik siswa diharapkan dapat memberikan
pengalaman baru bagi siswa dalam menyikapi masalah kimia, dan lebih mudah
untuk memahami materi kimia, khususnya materi laju reaksi.
2. Guru
Memberikan alternatif bagi guru dalam membuat LKS berbasis pendekatan
8
saintifik yang dapat meningkatkan KPS siswa.
3. Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan pengetahuan tambahan serta sebagai gagasan baru bagi
kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah,
khususnya ilmu kimia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas pembelajaran dapat diketahui melalui perhitungan n-gain. Gain di
normalisasi (n-gain) telah banyak digunakan dalam menilai kinerja siswa dalam
pretes dan postes yaitu dengan menggunakan skor individu siswa (Bao, 2006).
2. Penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik yang merupakan hasil pengem-
bangan oleh mahasiswa pendidikan kimia angkatan 2011 yaitu Murni Ariyanti
pada tahun 2015 yang memiliki beberapa langkah ilmiah diantaranya mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.
3. Materi laju reaksi yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengertian laju
reaksi, pengertian laju rata-rata, menghitung laju rata-rata, pengertian laju sesaat,
menghitung laju sesaat, persamaan umum laju reaksi, orde reaksi, dan meng-
hitung orde reaksi.
4. KPS adalah pendekatan yang memberi kesempatan kepada peserta didik agar
dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep melalui kegiatan dan atau
pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan. KPS yang diamati dalam penelitian
ini ada 5 yaitu keterampilan mengamati, memprediksi, menginterpretasi, meng-
komunikasikan, dan menerapkan konsep (Dimyati, 2002).
9
5. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan per-
bedaan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan secara social (Narwoko,
2004).
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-
kan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld (Pannen, 2001) :
“Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita perolehadalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transferpengetahuan dari seseorang kepada yang lain.”
Pembelajaran konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara memberi makna pada
pengetahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin, 2008). Menurut Slavin (Trianto,
2010) teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif
yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus mene-
mukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
yang baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu
untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Secara sederhana
konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu.
Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan melainkan suatu
11
perumusan yang di ciptakan orang yang sedang mempelajarinya (Trianto, 2010).
Bettencourt (Suparno, 2006) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan
untuk mengerti realitasnya, tetapi lebih melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu.
B. Pendekatan Saintifik
Pendekatan pembelajaran merupakan cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membantu dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendekatan saintifik merupa-
kan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah.
Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran bukan hal yang
aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses
pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses
ilmiah (keilmuan). Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan
saintifik, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengeta-
huan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penye-
lidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kekejadian. Artinya,
dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan
kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena
(Sudrajat, 2013).
Menurut Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendi-
dikan Dasar dan Pendidikan Menengah, ada lima pengalaman belajar dengan pen-
dekatan saintifk yaitumengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).
12
1. Mengamati (Observing)
Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa
dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermakna-
an proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan tertan-
tang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, men-
dengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek (Permendikbud, 2014). Kegiatan mengamati
dalam pembelajaran di-lakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:
a. Menentukan objek yang akan diobservasi.b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan di
observasi.c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder.d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
(Permendikbud, 2014)
Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara
pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur
dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh
13
siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada obser-
vasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek, atau
situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku oleh guru.
Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam
memori secara spontan atas subjek, objek, atau situasi yang di observasi
(Permendikbud, 2014).
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi
pembelajaran disajikan berikut:
a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untukkepentingan pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atausituasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogensubjek, objek, atausituasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan.Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan danmenyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dansejenis nya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
(Permendikbud, 2014)
2. Menanya (Questioning)
Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk ber-
tanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan
mengamati. Guru perlu membimbing siswauntuk dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang konkret sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada per-
tanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih mengajukan per-
tanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengaju-
14
kan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan
secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa.
Siswa yang semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan
siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Menanya memiliki
banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran (Permendikbud, 2014). Fungsi
bertanya adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatutema atau topik pembelajaran.
b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancanganuntuk mencari solusinya.
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswauntuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substan-si pembelajaran yang diberikan.
e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan perta-nyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakanbahasa yang baik dan benar.
f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembang-kan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pen-dapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleran-si sosial dalam hidup berkelompok.
h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul.
i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan ber-empati satu sama lain.
(Permendikbud, 2014)
3. Mencoba (Experimenting)
Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau
15
objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu
menalar. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Pada mata pelajaran IPA, peserta siswa memahami konsep-konsep IPA dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa-pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
meng-gunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari (Permendikbud, 2014).
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivi-
tas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik
sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-
cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempela-
jari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melaku-
kan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Permendikbud, 2014).
4. Menalar (Associating)
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru
dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh sim-
16
pulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Permendikbud, 2014).
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan ter-
jemanan dari reasonsing. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran
pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk
pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dalam kegiatan ini,
siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu infor-
masi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan
bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan (Permendikbud,
2014).
5. Mengkomunikasikan (Communicating)
Mengkomunikasikan merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik
pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat
interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama
sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian
rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka
17
menyentuh tentang identitas siswa terutama jika mereka berhubungan atau ber-
interaksi dengan yang lain atau guru (Permendikbud, 2014).
Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghor-
mati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara se-
macam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin siswa menghadapi ber-
bagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan ini,
siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut
(Permendikbud, 2014).
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Permendikbud, 2014).
Berikut beberapa kriteria dalam pendekatan ilmiah:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelas-kan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayal-an, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebasdari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yangmenyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dantepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, danmengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam me-lihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembe-lajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, danmengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
18
materi pembelajaran.6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat di pertanggung-
jawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.(Permendikbud, 2014)
Proses pembelajaran pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengeta-
huan, dan keterampilan.Integrasi dari ketiga ranah. Ranah sikap menggamit trans-
formasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa
“tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemam-
puan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud,
2014).
C. Keterampilan Proses Sains
Menurut Semiawan (1992) KPS adalah keterampilan-keterampilan fisik dan men-
tal untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains serta me-
numbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. KPS adalah ke-
mampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengem-
bangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang telah dimiliki. KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemam-
puan siswa, tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
19
yang dimiliki siswa (Semiawan, 1992).
Untuk dapat memahami hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara utuh, yakni
IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS
(KPS). Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu di tekankan bukan hanya
pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban
yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-
nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain ber-
kaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada
penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidik-an (Fitriani, 2009).
Penerapan KPS merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh
keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan
dihayati oleh siswa bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut.
Menurut Usman (2001) proses ini adalah :
a) Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilanproses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalambelajar.
b) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarisiswa karena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemu-kan konsep tersebut
c) Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup di mas-yarakat sehingga antara teori dengan kenyataan hidup akan serasi.
d) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalammasyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecah-kan masalah
e) Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetia-kawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.
Menurut Funk (Dimyati, 2002) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: KPS dasar (basic skill) dan KPS terpadu
(integarted skill) antara lain:
1. KPS dasar terdiri atas enam keterampilan yakni mengamati, mengklasifikasikan,
20
memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Tabel 1. Indikator KPS dasar
Keterampilan Dasar IndikatorMengamati Mampu menggunakan semua indera (penglihatan,
pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk meng-amati, mengidentifikasi suatu hasil dari pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukandasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Memprediksi Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yangbelum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkansuatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau polayang sudah ada menggunakan grafik untukmenginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.
Mengukur Mampu memilih dan menggunakan peralatan untukmenentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatubenda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas,volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampumendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran kesatuan pengukuran lain.
Mengkomunikasikan Memberikan/menggambarkan data empiris hasilpercobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram,menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis,menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membacagrafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil kegiatan suatumasalah atau suatu peristiwa.
Menyimpulkan Mampu menjelaskan hasil pengamatan, menyimpulkandari fakta yang terbatas.
(Dimyati, 2002)
D. Lembar Kerja Siswa
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru
sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang
dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran yang
akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran karena dapat digunakan
secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS
menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pem-
21
belajaran yang dirancang (Rohaeti, 2009). Menurut Abdul (2012) “LKS(student
work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik”. LKS ini berisi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mengerjakan suatu tugas, dan berperan membantu siswa dalam mema-
dukan aktivitas fisik dan mental mereka selama proses pembelajaran. Selain itu,
LKS juga berperan membantu guru dalam mengarahkan siswa menemukan konsep-
konsep melalui aktivitas nya sendiri. Dengan adanya LKS diharapkan siswa dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menuangkan ide-ide kreatifnya baik secara
perorangan maupun kelompok, mampu berpikir kritis dan menjalin kerjasama yang
baik dengan anggota kelompok. Sementara menurut Trianto (2009) :
“LKS adalah panduan yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan ataupemecahan masalah”.
Menurut Djamarah (2000), fungsi LKS adalah sebagai berikut:
a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya men-
dengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang di-
capai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Menurut tim instruktur PKG (Sudiati, 2003), tujuan dari LKS yaitu:
Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. Memper-
baiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, ber-
warna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.
Menurut tim instruktur PKG (Sudiati 2003), tujuan penggunaan LKS dalam proses
belajar mengajar adalah:
22
1. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki olehpeserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telahdisajikan.
3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikansecara lisan.
Penggunaan media LKS ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses
pembelajaran, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2005) antara lain
yaitu : 1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar
semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar. 2) Meningkatkan motivasi siswa
dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar
sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. 3) Penggunaan media dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) Siswa akan mendapatkan
pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa dan memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Tidak hanya itu melalui LKS,
diharapkan siswa dapat termotivasi dalam mempelajari konsep-konsep kimia.
Pada proses pembelajaran, LKS yang digunakan berperan sebagai sarana pem-
belajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau
sub materi pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dipelajari.
E. Pengaruh Gender
Perbedaan gender merupakan salah satu topik yang banyak menarik perhatian
dewasa ini (Sugihartono, 2007). Sekolah adalah salah satu wadah di mana guru
sebagai fasilitator sering secara sadar maupun tidak sadar telah memberikan
perlakuan yang berbeda antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa laki-
laki sering mendapatkan perhatian yang lebih besar dari siswa perempuan. Hal ini
terlihat dari sikap guru yang lebih banyak memberikan pujian maupun nasihat
23
kepada siswa laki-laki dari pada pujian maupun nasihat kepada siswa perempuan.
Jenis kelamin dan gender adalah dua hal yang berbeda. Namun masih saling ber-
kaitan. Pada umumnya jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan individual
berdasarkan faktor biologis yang dibawa sejak lahir, yaitu perbedaan antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, Sedangkan gender merupakan aspek psikososial
dari laki-laki dan perempuan (Sugihartono, 2007). Gender menurut Narwoko
(2004) adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat
dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender
adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada laki-laki dan
perempuan. Tumbuhnya perbedaan individu berdasarkan gender berkembang
secara pesat sebagai akibat perbedaan perlakuan yang dilakukan secara terus-
menerus antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini nampak dalam hal peran,
tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi
laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Hal ini menumbuhkan
sebuah idiologi bagaimana laki-laki dan perempuan harus bertingkah laku. Oleh
karena itu, dapat diartikan gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran
manusia atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga bersifat dina-
mis dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, system nilai dari
bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu (Narwoko, 2004).
Menurut Heymans (Kartono, 1989), perbedaan antara laki-laki dan perempuan
terletak pada sifat-sifat sekunderitas, emosional dan aktivitas dari fungsi-fungsi
kejiwaan. Pada wanita fungsi sekunderitas tidak terletak di bidang intelektual,
tetapi pada perasaan, sehingga nilai perasaan dan pengalarnan-pengalaman jauh
24
lebih lama mempengaruhi struktur kepribadiannya, jika dibandingkan dengan nilai
perasaan laki-laki. Perempuan merealisasi dengan respon-respon yang lebih kuat
dan lebih emosional dari pada laki-laki. Perempuan pada umumnya lebih akurat
dan lebih mendetail. Umpamanya saja pada masalah ilmiah perempuan lebih kon-
sekuen dan lebih akurat (persis) daripada laki-laki. Pada perempuan akan membuat
catatan dan diktat-diktat pelajaran lebih lengkap dan teliti daripada laki-laki, tetapi
biasa-nya catatan-catatan tadi kurang kritis. Adanya perbedaan-perbedaan antara
laki-laki dan perempuan antara lain: perempuan pada umumnya perhatiannya ter-
tuju pada hal-hal yang bersifat konkrit, praktis, emosional dan personal, sedangkan
kaum laki-laki tertuju pada hal-hal yang yang bersifat intelektual, abstrak dan
objektif (Kartono, 1989).
Perbedaan gender ini juga menjadikan orang berpikir apakah cara belajar, cara
berpikir, atau proses konseptualisasi juga berbeda menurut jenis kelamin. Dengan
demikian perbedaan gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Pengaruh perbedaan gender dalam
mempelajari matematika dan sains memperoleh perhatian dalam riset pendidikan
sejak awal 1980-an ketika dominasi laki-laki dalam matematika dan sains ditemu-
kan dalam beberapa penelitian. Adanya perbedaan hasil belajar siswa laki-laki dan
siswa perempuan, khususnya dalam mempelajari sains. Siswa yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda baik secara
fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, perbedaan itu terkait perbedaan
fisik, pancaindra dan sebagainya. Sedangkan secara psikologis, perbedaan itu
terkait dengan minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif dan
25
sebagainya. Dimana semua ini akan mempengaruhi proses dan hasil belajarnya
(Kartono, 1989).
Hasil penelitian Nuryami (2014), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keyakin-
an diri antara siswa laki-laki dengan perempuan dalam mempelajari IPA.
Menurut Sugiharto (Nuryami, 2014), memaparkan bahwa anak perempuan lebih
cakap dalam mengerjakan tugas-tugas verbal, sedangkan anak laki-laki menunjuk-
kan masalah-masalah bahasa yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Namun,
anak laki-laki lebih superior dalam kemampuan spasial. Dalam mempelajari ilmu
sains, perbedaaan gender terlihat dimana prestasi belajar sains anak perempuan me-
ngalami kemunduran, sementara prestasi laki-laki meningkat. Berdasarkan peneli-
tian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menyimpulkan bahwa perempuan
lebih menguasai segala sesuatu yang menyangkut masalah kesehatan dan lingkung-
an, sedangkan siswa laki-laki dengan kecakapan spasialnya lebih unggul dalam
matematika, fisika dan kimia.
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Luky, dkk. (2015) yang bertujuan mendeskrip-
sikan kelayakan LKS yang dikembangkan, mendeskripsikan hasil belajar siswa,
melatihkan KPS, dan mendeskripsikan respon siswa. Lembar kegiatan siswa
termasuk dalam bahan ajar cetak (printed) yang berupa lembaran-lembaran yang
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS berorientasi Guided Inquiry
merupakan LKS yang disusun berdasarkan fase-fase model pembelajaran Guided
Inquiry untuk melatihkan KPS (KPS) siswa. KPS yang dilatihkan dalam peneliti-
26
an ini yaitu merancang penelitian ilmiah, melakukan penelitian, melakukan pe-
ngumpulan data, menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Kriteria kelayakan
terdiri atas isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Jenis penelitian adalah
pengembangan dengan metode Research and Development (R&D). Subjek
penelitian adalah LKS yang dikembangkan. Instrumen penelitian terdiri atas
lembar telaah, lembar validasi, lembar tes pemahaman konsep, lembar tes KPS,
dan lembar angket respon siswa. Sumber data diperoleh dari dosen kimia, guru
kimia, dan 12 orang siswa Kelas XI SMA Gedangan Sidoarjo. Data dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS layak digunakan
sebagai media pembelajaran dengan persentase kelayakan 66,7%-100%. LKS
dapat melatihkan KPS merancang penelitian, melakukan penelitian, melakukan
pengumpulan data, membuat kesimpulan dengan sangat baik, dan keterampilan
menganalisis data dengan baik. Rata-rata nilai post-test siswa pada materi laju
reaksi telah melampaui nilai KKM yaitu 77,4 sehingga siswa dikatakan tuntas.
Hasil respon siswa menunjukkan bahwa LKS mendapatkan respon yang positif
karena memperoleh persentase 75%-100%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanti, dkk. (2011) dengan tujuan untuk me-
ngetahui peningkatan pemahaman konsep, KPS dan berpikir kreatif siswa pada
materi IPA setelah pembelajaran dengan menggunakan LKS. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode quasi eksperiment dengan desain static group
pretes-postes design. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain
tes pemahaman konsep, KPS dan berpikir kreatif, angket dan lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan LKS dapat meningkatkan pe-
mahaman konsep dan KPS siswa pada pembelajaran IPA, guru dan siswa juga
27
memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan LKS dalam proses
pembelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti, (2015) yang bertujuan untuk: (1) Me-
ngembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik pada
materi laju reaksi; (2) Mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan;
(3) Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap LKS yang dikembangkan; dan (4)
Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap LKS yang dikembangkan. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono
(2013) dengan subyek penelitian adalah LKS berbasis pendekatan saintifik.
LKS dirancang berasis pendekatan saintifik, sehingga dalam LKS memiliki lima
pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, me-
nalar, dan mengkomunikasikan. Berdasarkan hasil validasi ahli diperoleh pre-
sentase penilaian validator pada aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruk-
si sebesar 94,54%; 96%; dan 96%. Hasil tanggapan guru terhadap aspek kese-
suaian isi, keterbacaan, dan kemenarikan sebesar 90,90%; 92%; dan 96%. Hasil
tanggapan siswa terhadap keterbacaan dan kemenarikan sangat tinggi yaitu
dengan persentase 84,27% dan 80,20%. Dengan demikian disimpulkan bahwa
LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi laju reaksi telah berhasil dikem-
bangkan dan secara keseluruhan LKS sudah menarik dan layak untuk pembel-
ajaran SMA di kabupaten Lampung Utara.
4. Penelitian yangdilakukan oleh Veloo, dkk. (2015) dengan tujuan untuk menge-
tahui perbedaan gender dan etnis yang diwujudkan dalam prestasi belajar kimia
dan pengaturan diri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pe-
nelitian kuantitatif dengan menggunakan hasil ujian tengah semester kimia
28
sebagai ukuran pencapaian prestasi belajar kimia dan survei kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kimia yang diperoleh siswa laki-
laki secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan.
G. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan anak agar dapat berkem-
bang secara optimal. Pengembangan yang diorientasikan dalam pembelajaran
tidak hanya menekankan penguasaan konsep, tetapi juga diorientasikan pada ke-
mampuan berproses, bernalar, dan termasuk juga bagaimana anak tersebut dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembe-
lajaran pada masa sekarang ini lebih berorientasi kepada siswa aktif terlibat dalam
proses pembelajaran sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman yang dapat
mengembangkan KPS melalui diskusi.
KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan yang meliputi kriteria yaitu
mengamati, menyimpulkan, memprediksi, menginterpretasi, dan mengkomunikasi-
kan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan
metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh penge-
tahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki khususnya
dalam ilmu kimia.
Tidak semua materi kimia dapat membantu menigkatkan KPS. Salah satu materi
kimia yang dapat membantu meningkatkan KPS siswa adalah K.D 3.7 yaitu me-
nganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde
29
reaksi berdasarkan data hasil percobaan. Materi ini dapat mendukung meningkat-
kan KPS siswa karena memiliki kesesuaian indikator dengan kriteria yang ada pada
KPS. Selanjutnya diperlukan media untuk menunjang peningkatan KPS yaitu
berupa LKS. LKS yang digunakan tentunya harus sesuai materi yang mendukung
dan meliki kriteria yang ada pada KPS. LKS yang dimaksud salah satunya adalah
LKS berbasis pendekatan saintifik karena sesuai dengan kriteria KPS. LKS ber-
basis pendekatan saintifik ini merupakan hasil pengembangan dari mahasiswa
pendidikan kimia Universitas Lampung angkatan 2011. LKS ini mengkhususkan
pada materi konsep laju reaksi. LKS berbasis pendekatan saintifik diharapkan
dapat meningkatkan KPS siswa karena memiliki langkah-langkah yaitu meng-
amati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan.
LKS berbasis pendekatan saintifik ini akan diterapkan pada kelas eksperimen di
SMAN 13 Bandar Lampung sesuai langkah yang ada pada LKS ini. Sebelum
menerapkan terhadap kelas-kelas tersebut, terlebih dahulu diberikan soal pretes
untuk mengetahui ke-mampuan awal siswa. Setelah perlakuan, akan dilakukan
tes akhir (postes) untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar dan
peningkatan KPS siswa. Peningkatan tersebut diharapkan terjadi karena langkah-
langkah yang ada pada LKS berbasis pendekatan saintifik.
Pada langkah pertama yaitu mengamati, siswa akan diminta untuk mengamati dan
memahami fenomena yang disajikan pada LKS berbasis pendekatan saintifik
beserta wacananya. Melalui langkah ini diharapkan dapat memotivasi siswa,
menimbulkan rasa ingin tahu, dan meningkatkan kemampuan mengamati. Kedua
yaitu langkah menanya, siswa di-harapkan akan mengungkapkan pertanyaan yang
30
sesuai dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan itu berdasarkan fenomena
dan wacana yang diberi-kan pada langkah mengamati. Melalui langkah ini di-
harapkan dapat merangsang aspek rasa ingin tahu dan komunikatif siswa juga
meningkatkan salah satu KPS yaitu mengkomunikasikan. Ketiga yaitu langkah
mengumpulkan informasi, siswa diharapkan akan lebih banyak menggali informasi
berkaitan dengan materi yang sedang dibahas. Melalui langkah ini diharapkan dapat
merangsang aspek ketelitian siswa dan meningkatkan KPS yaitu memprediksi dan
menginterpretasi data. Keempat yaitu langkah menalar, siswa diharapkan lebih
banyak berpikir dan berlatih, melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keter-
kaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang di-
temukan. Melalui langkah ini diharapkan dapat merangsang aspek ketelitian siswa
dan meningkatkan KPS yaitu memprediksi, menginterpretasi data dan menerapkan
konsep. Langkah terakhir yaitu mengkomunikasikan, siswa diharapkan dapat me-
nuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mengumpulkan
informasi dan menalar, juga mempresentasikan kesimpulan yang didapatkan dalam
pembelajaran. Melalui langkah ini diharapkan dapat merangsang aspek komunikatif
siswa dan meningkatkan KPS yaitu mengkomunikasikan.
Melalui langkah-langkah yang ada pada LKS berbasis pendekatan saintifik diharap-
kan dapat membuat KPS siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi daripada KPS
siswa pada kelas kontrol yang menggunakan LKS konvensional baik secara kese-
luruhan maupun ditinjau dari gender siswa yang akan terlihat dari n-gain yang
diperoleh. Keterlibatan gender dalam hal ini, karena diperkirakan gender dapat
31
mempengaruhi perbedaan pencapaian KPS antara siswa laki-laki dan siswa perem-
puan yang disebabkan oleh perbedaan kecakapan spasial. Kecakapan spasial siswa
secara otomatis akan meningkat karena langkah pada LKS berbasis pendekatan
saintifik mendukung hal tersebut dengan menyajikan gambar-gambar dua dimensi
yang merupakan cara untuk mengetahui makna kata untuk membangun proses
belajar kimia. Diperkirakan diantara siswa laki-laki dan siswa perempuan yang
memiliki kecakapan spasial lebih tinggi akan memiliki KPS yang lebih tinggi pula
dan hal ini juga akan terlihat dari n-gain KPS yang diperoleh.
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan n-Gain KPS siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan
dalam proses belajar yang diberikan di kelas yang menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik dengan kelas yang menggunakan LKS konvensional.
2. Gender mempengaruhi peningkatan KPS siswa pada kedua kelas.
3. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian secara umum adalah LKS berbasis pendekatan saintifik pada
materi konsep laju reaksi efektif dalam meningkatkan KPS ditinjau dari Gender,
selanjutnya dapat dijabarkan menjadi hipotesis khusus sebagai berikut :
1. Tidak ada interaksi antara pemberian LKS berbasis pendekatan saintifik dengan
KPS siswa laki-laki dan perempuan (gender) pada materi konsep laju reaksi.
2. LKS berbasis pendekatan saintifik efektif untuk meningkatkan KPS siswa pada
32
materi konsep laju reaksi.
3. KPS siswa laki-laki dalam pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa laki-laki dalam pembelajaran
menggunakan LKS konvensional pada materi konsep laju reaksi.
4. KPS siswa perempuan dalam pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa perempuan pada pembelajar-
an menggunakan LKS konvensional pada materi konsep laju reaksi.
5. KPS siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan di kelas yang pem-
belajarannya menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik.
33
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13
Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari empat kelas, yaitu
kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Dari populasi tersebut di-
ambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru bidang studi
kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan pertimbangan ting-
kat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 sebagai
sampel penelitian. Selanjutnya dilakukan undian untuk menentukan kelas eks-
perimen dan kelas kontol, lalu didapatkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eks-
perimen yang menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik, sedangkan kelas XI
IPA 2 sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran LKS konvensional.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama yaitu data hasil tes
sebelum model pembelajaran diterapkan (pretes) dan data hasil tes setelah model
pembelajaran diterapkan (postes), serta data pendukung yaitu data sikap siswa
34
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini merupakan kuasi eksperimen desain The Matching only
pretest and posttest control group design, dengan tipe faktorial 2 x 2 karena diguna-
kan varibel tambahan (Fraenkel,dkk.,2012). Selanjutnya dilakukan pencocokan
statistik (Statistic Matching) berdasarkan nilai pretes dikelas eksperimen dan kelas
kontrol. Nilai pretes yang diperoleh diuji normalitas, uji homogenitas, dan uji
kesamaan dua rata-rata. Pencocokan bertujuan agar sampel penelitian memiliki
kemampuan awal yang sama. Desain faktorial penelitian seperti pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Desain Faktorial Penelitian
Jenis PembelajaranPembelajaran LKSberbasis pendekatansaintifik (A1)
PembelajaranmenggunakanLKSkonvensional(A2)
Gender Laki-Laki (B1) A1B1 A2B1Perempuan (B2) A1B2 A2B2
(Fraenkel, dkk., 2012)
Tabel 2 merupakan desain faktorial penelitian untuk melihat pengaruh dan interaksi
pembelajaran LKS berbasis pendekatan saintifik dan perbedaan gender siswa
terhadap hasil belajar dan KPS siswa. Yang dibandingkan yakni pembelajaran
LKS berbasis pendekatan saintifik (A1) dan menggunakan LKS konvensional (A2).
Perbedaan gender siswa dikategorikan menjadi laki-laki (B1) dan perempuan (B2).
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki variabel bebas, variabel kontrol, variabel terikat dan
Bebas (A)Moderat (B)
Variabel
35
variabel moderat. Sebagai variabel bebas adalah perlakuan yang diberikan di kelas
kontrol (LKS konvensional) dan kelas eksperimen (LKS berbasis pendekatan saintifik).
Variabel kontrol adalah soal pretest dan postest serta guru. Sebagai variabel
terikat adalah KPS siswa pada materi laju reaksi dari siswa SMA Negeri 13
Bandar Lampung. Selain itu ada variabel moderat yang merupakan variabel
independen sekunder untuk meneliti hal yang mempengaruhi antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini yang berperan sebagai variabel
moderator adalah Gender siswa di kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 di SMA Negeri
13 Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
standar kurikulum 2013.
2. LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju reaksi.
3. Soal pretes dan postes KPS yang masing-masing berisi 7 soal uraian.
4. Lembar observasi penilaian sikap siswa.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam kon-
teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu
cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik. Pada penelitian ini peng-
36
ujian kevalidan instrument dilakukan dengan cara judgment atau keputusan ahli.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Tahap pra penelitian
1) Meminta izin kepada Waka Kurikulum SMA Negeri 13 Bandar Lampung
untuk melaksanakan penelitian.
2) Melakukan wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas XI IPA untuk
mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di
sekolah.
2. Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2) Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretes dan
postes.
3) Melaksanakan penelitian di sekolah yang diteliti.
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:
a) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi konsep laju reaksi sesuai
dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembe-
lajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang diterapkan pada kelas
eksperimen serta pembelajaran dengan cara menggunakan LKS konvensional
diterapkan pada kelas kontrol.
b) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian
37
4.
Pra
pene
liti
an
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh
suatu kesimpulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
1. Menentukan sekolah yang akan dipilih.2. Melakukan wawancara dan observasi dengan guru kimia
di sekolah.
1. Menentukan populasi dan sampelpenelitian.
2. Menyusun instrumen penelitian.
Kelas kontrol(Pembelajaranmenggunakan
LKSkonvensional)
Pretes&
Postes
Kelas eksperimen(PembelajaranmenggunakanLKS berbasis pendekatansaintifik)
Analisis data
Pembahasan dan simpulan
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Analisis Data KPS
Analisis data dilakukan untuk memberikan makna atau arti pada data yang telah
dikumpulkan, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan rumusan
Data nilai pretes dan posteskelas kontrol dan eksperimen
38
masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang telah dibuat.
1) Perhitungan Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes hasil penelitian dikelas eksperimen dan kelas kontrol di-
operasikan dengan rumus sebagai berikut:
Nilai akhir = x 100
Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain yang se-
lanjutnya digunakan pengujian hipotesis.
2) Perhitungan n-Gain
Peningkatan KPS siswa ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes
(pretes dan postes). Peningkatan KPS ditunjukkan melalui nilai n-Gain, yaitu
selisih antara nilai postes dan nilai pretes, dan dihitung berdasarkan rumus berikut
perhitungan nilai n-Gain dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemuka-
kan oleh Hake (2002).
<g> =%% x 100 =
% %%Setelah menghitung nilai n-Gain masing-masing siswa, dilakukan perhitungan rata-
rata nilai n-Gain masing-masing kelas baik kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Berikut ini adalah rumus rata-rata nilai n-Gain kelas.
rata − rata n − Gain (x) = (Jumlah n − Gain siswa dalam satu kelas)(Jumlah siswa dalam satu kelas)Klasifikasi peningkatan n-Gain nya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
39
Tabel 3. Klasifikasi kriteria n-Gain
Nilai Gain (g) Keterangan>0,7 Tinggi
0,3-0,7 Sedang
<0,3 Rendah
(Hake, 2002)
2. Uji Hipotesis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel penelitian berasal dari popula-
si berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya menggu-
nakan statistik parametrik (berdistribusi normal) atau non parametrik (berdistribu-
si tidak normal).
Hipotesis untuk uji normalitas:
Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut := ∑ ( )Keterangan : = uji Chi-kuadrat
fo = frekuensi observasife = frekuensi harapan
Data akan berdistribusi normal terima H0 jika χ2hitung≤ χ2
tabel dengan taraf signifi-
kan 5% dan derajat kebebasan dk = k – 1(Sudjana, 2005).
2) Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui sampel yang dibandingkan memiliki varians
40
homogen atau tidak.
Hipotesis untuk uji homogenitas :
H0 : 22
21 = sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 : 22
21 = sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak
homogen
Uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians,
dengan rumusan statistik := dengan = ∑( ̅)Keterangan: s = simpangan baku
x = siswa= rata-rata
n = jumlah siswa
Dengan kriteria uji adalah terima jika < pada taraf signifikan 5%
(Sudjana, 2005).
3) Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah KPS awal siswa
dikelas kontrol tidak berbeda secara signifikan dengan KPS awal siswa dikelas
eksperimen. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan Mann Whitney U (Sudjana, 2005).
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : µ 1x = µ 2x : Rata-rata nilai KPS awal siswa di kelas eksperimen sama dengan
rata-rata nilai KPS awal siswa di kelas kontrol pada materi konsep
laju reaksi.
H1 : µ 1x ≠ µ 2x : Rata-rata nilai KPS awal siswa di kelas eksperimen tidak sama
dengan rata-rata nilai KPS awal siswa di kelas kontrol pada materi
konsep laju reaksi.
41
Keterangan:
µ 1 = Rata-rata nilai pretes (x) pada materi konsep laju reaksi kelas eksperimen.µ 2 = Rata-rata nilai pretes (y) pada materi konsep laju reaksi kelas kontrol .
X = KPS.
Salah satu sampel tidak berdistribusi normal tetapi homogen, maka pengujian
kesamaan dua rata-rata tidak menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji-t,
melainkan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.
Hipotesis uji statistik non parametrik sama dengan hipotesis uji statistik parametrik.
Rumus perhitungannya:
(9)
Keterangan : U =
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika Z > Zα. (Siddiq, 2012).
4) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
ANOVA dua jalur dan uji Mann Whitney U. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan
setelah melaku-kan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogeni-
tas data. Maka disusunlah hipotesis statistik berdasarkan hipotesis penelitian yang
telah dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis 1
H0 : Tidak ada interaksi antara pemberian perlakuan LKS berbasis pendekatan
saintifik dengan KPS siswa laki-laki dan perempuan (gender) pada materi
konsep laju reaksi.
H0 : A * B = 0
42
H1 : Ada interaksi antara pemberian perlakun LKS berbasis pendekatan saintifik
dengan KPS siswa laki-laki dan perempuan (gender) pada materi konsep laju
reaksi.
H1 : A * B ≠ 0Keterangan
A = LKS berbasis pendekatan saintifikB = gender siswa .
Hipotesis 2
H0 : Rata-rata n-Gain KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik lebih rendah daripada pembelajaran menggunakan LKS
konvensional.
H0 : A1≤ A2
H1 : Rata-rata n-Gain KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik lebih tinggi daripada pembelajaran menggunakan LKS
konvensional.
H1 : A1> A2
Keterangan :
A1 = Rata-rata n-Gain KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKSberbasis pendekatan saintifik.
A2 = Rata-rata n-Gain KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKSkonvensional.
Pengujian hipotesis 1 dan 2 menggunakan analisis varians dua jalur (two way
ANOVA) dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows (Subana dalam
Hasyim, dkk., 2014) karena penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2.
Kriteria Uji: Hipotesis 1 terima H0 jika nilai sig pada “gender*lks” > 0.05 dan
hipotesis 2 terima H0 jika nilai sig pada” lks” > 0.05.
43
Hipotesis 3
H0 : Rata-rata n-Gain KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik lebih rendah daripada siswa laki-laki dalam
pembelajaran menggunakan LKS konvensional.
H0 : µA1B1 ≤ µA2B1
H1 : Rata-rata n-Gain KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakan LKS
berbasis pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa laki-laki dalam pem-
belajaran menggunakan LKS konvensional.
H1 : µA1B1 ˃µA2B1
Keterangan
µA1B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakanLKS berbasis pendekatan saintifik.
µA2B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakanLKS konvensional.
Hipotesis 4
H0 : Rata-rata n-Gain KPS siswa perempuan pada pembelajaran menggunakan
LKS berbasis pendekatan saintifik lebih rendah daripada siswa perempuan
dalam pembelajaran menggunakan LKS konvensional.
H0 : µA1B1 ≤ µA2B1
H1 : Rata-rata n-Gain KPS siswa perempuan pada pembelajaran menggunakan
LKS berbasis pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa perempuan
dalam pembelajaran menggunakan LKS konvensional.
H1 : µA1B1 ˃µA2B1
Keterangan
µA1B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa perempuan pada pembelajaran menggunakanLKS berbasis pendekatan saintifik.
µA2B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa perempuan pada pembelajaran menggunakanLKS konvensional.
44
Hipotesis 5
H0 : Rata-rata n-Gain KPS siswa laki-laki lebih rendah daripada siswa perempuan
pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik.
H0 : µA1B1 ≤ µA2B1
H1 : Rata- rata n-Gain KPS siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan
pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik.
H1 : µA1B1 ˃µA2B1
Keterangan
µA1B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakanLKS berbasis pendekatan saintifik.
µA2B1 = Rata- rata n-Gain KPS siswa perempuan pada pembelajaran mengguna-kan LKS berbasis pendekatan saintifik.
Pada pengujian hipotesis ke-3, 4, dan 5 dilakukan dengan Mann Whitney U karena
salah satu sampel tidak berdistribusi normal tetapi homogen. Hipotesis uji statistik
non parametrik sama dengan hipotesis uji statistik parametrik. Rumus
perhitungannya:
(9)
Keterangan : U =
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika Z > Zα. (Siddiq, 2012).
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan
dari penelitian ini yaitu LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju
reaksi efektif dalam meningkatkan KPS ditinjau dari Gender, kesimpulan lainnya
adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada interaksi antara pemberian perlakuan LKS berbasis pendekatan
saintifik dengan KPS siswa laki-laki dan perempuan (gender) dalam mem-
pelajari konsep laju reaksi.
2. KPS siswa dengan pembelajaran menggunakan LKS berbasis pendekatan
saintifik lebih tinggi daripada pembelajaran menggunakan LKS konvensional.
3. KPS siswa laki-laki pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis pendekat-
an saintifik lebih tinggi daripada siswa laki-laki dalam pembelajaran menggu-
nakan LKS konvensional.
4. KPS siswa perempuan pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis pen-
dekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa perempuan dalam pembelajaran
menggunakan LKS konvensional.
5. KPS siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan pada pembelajaran
menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik.
68
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa :
1. Penerapan LKS berbasis pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, khususnya pada materi konsep laju reaksi. Oleh karena itu peneliti me-
rekomendasikan kepada guru kimia untuk mengembangkan dan menggunakan
LKS yang berbasis pendekatan saintifik pada pembelajaran kimia.
2. Guru harus mencoba menerapkan LKS berbasis pendekatan saintifik dalam
pembelajaran di kelas untuk meningkatkan KPS siswa karena pada umumnya
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan LKS tersebut.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan LKS berbasis pendekatan sain-
tifik memerlukan media tambahan seperti LCD projector, agar pembelajaran
berjalan dengan baik dan lebih menarik.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosda karya. Bandung.
Afolaby, F., & Akinbolala, A., O. 2010. Analysis of Science Process Skills in WestAfrican Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinationsin Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research, 5 (4): 234-240.
Ardiyanti, Y. Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka Untuk Meningkat-kan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) dan BerpikirKreatif Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan. (Tesis).Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.Bandung.
Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan (Edisi Ketiga). Bina Aksara.Jakarta.
Ariyanti, M. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis PendekatanSaintifik pada Materi Laju Reaksi. (Skripsi). Universitas Lampung. BandarLampung.
Armstrong, T. 2008. Multiple Intelligences in the Classroom. ASCD. Alexandria.
Arsyad, A. 2005. Media pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta.
Ayas, A., Yildirim, N., & Kurt, S. 2011. The Effect Of The Worksheets OnStudents’ Achievement In Chemical Equilibrium. Journal of Turkish ScienceEducation, 8 (3): 44-58.
Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.
Bao, L. 2006. Theoretical Comparisons of Average Normalized Gain Calculations.American Journal of Physics. 74(10), 917-922.
Bintaria, H., Musa, W. J., & Laliyo, L. A. 2014. Pengaruh Strategi PembelajaranBerbasis Masalah dan Kemampuan Berpikir Kombinasi Visual-Spasialterhadap Penguasaan Konsep Laju Reaksi Siswa SMA Negeri 2 Limboto.Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
70
Cheung, D. 2009. Students’ Attitudes Toward Chemistry Lessons: The InteractionEffect between Grade Level and Gender. Res Sci Educ, 39: 75–91.
Craswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.
Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta . Jakarta.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif. Rineka Cipta.Jakarta.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.Jakarta.
Ergin, O., & Aktamis, H. 2008. The Effect of Scientific Process Skills Education onStudent’s Scientific Creativity, Science Attitudes and Science Achievements.Asia-Pasific Learming Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 9,Issue 1, Article 4, P. 1.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang StrukturAtom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.
Fraenkel, R. Jack, E. W. Norman & H. H. Helen. 2012. How to Design andEvaluate Research in Education. The McGraw-Hill Companies, Inc. NewYork.
Franstya, Y. 2014. Pembelajaran Problem Solving untuk MeningkatkanKemampuan Berfikir Lancar Siwa pada Reaksi Redoks. (Skripsi). Unila.Bandar Lampung.
Hake, R. Richard. 2002. Relationship of Individual Student Normalized LearningGains in Mathematics with Gender, High School, Physics, and Pre TestScores in Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia:http/www.physics.indiana.edu/~hake>.[5 Januari 2011].
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program PendidikanJarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya.Palembang.
Hoerr, T.R., S. Boggeman, & C. Wallach. 2010. Celebrating Every Learner,Activities and Strategies for Cereating a Multiple Intellegences Classroom.Jossey-Bass. San Francisco.
Holbrook, J., & Rannikmae, M. 2007. The Nature of Science Education forenhancing Scientific Literacy. Inter-national Journal of Science Education,Taylor & Francis (Routledge), 29 (11): 1347-1362.
71
Irwan N., & Saputro A. N. C. 2008. Berpetualang Di Dunia Kimia. Pustaka InsanMadani. Yogyakarta.
Iswahyudi, G. 2012. Aktivitas Metakognisi dalam Memecahkan MasalahPembuktian Langsung Ditinjau dari Gender dan Kemampuan Matematika.Disampaikan pada Seminar Nasional Program Studi Pendidikan MatematikaUNS. Surakarta.
Kartono, K. 1989. Psikologi Wanita (Jilid I); Mengenal Gadis Remaja dan WanitaDewasa. CV Mandar Maju. Bandung.
Karsli, F., & Sahin, C. 2009. Developing Worksheet Based on Science ProcessSkills: Factors Affecting Solubility. Asia-Pasific Learming Forum on ScienceLearning and Teaching. Vol. 10, Issue 1, Article 15, P. 1.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajar-an Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah . Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Khaeruddin dan Sujiono H. E. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) BerdasarkanKurikulum Berbasis Kompetensi. Badan Penerbit Universitas NegeriMakassar. Makassar.
Jagsi, R., DeCastro, R., Griffith, K. A., Rangarajan, S., Churchill, C., Stewart, A.,& Ubel, P. 2011. Similarities and differences in the career trajectories of maleand female career development award recipients. Academic Medicine, 86:1415-1421.
Marjan, J., A. Putu, & S. Nyoman. 2014. Pengaruh Pembelajaran PendekatanSaintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses SainsSiswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur NusaTenggara Barat. E-Journal Program Pascasarjana Universitas PendidikanGanesha Program Studi IPA, Volume 4 Tahun 2014.
Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter DanKonservasi Pada Pembelajaran Materi Pertum-buhan. Jurnal Pendidikan IPAIndonesia, 3 (1): 28-35.
Michael, G. L., & Todd, A. M. 2012. Sex, Personality, and Sustainable ConsumerBehaviour: Elucidating the Gender Effect. J Consum Policy. 35: 127–144.
Munandar, S.C.U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. RinekaCipta. Jakarta.
Mustofa, P. Masrid, & S. Nita. 2013. Hubungan Antara Kemampuan BerpikirFormal dan Kecerdasan Visual-Spasial dengan Kemampuan Menggambar-kan Bentuk Molekul Siswa Kelas XI MAN Model Gorontalo Tahun Ajaran
72
2010/2011. EJournal Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas NegeriGorontalo, Vol.8, No.1, hal.551-561.
Narwoko D., & Y. Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. KencanaPrenada Media Group. Jakarta.
Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatifuntuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran TeknologiInformasi dan Komunikasi. (Skripsi). UPI-Bandung. Bandung.
Nuryami, N.M.S., I.W. Suastra & I.W. Sadia. 2014. Pengaruh Model PembelajaranKooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Self-Efficacy Siswa SMPDitinjau Dari Gender. EJournal Program Pascasarjana UniversitasPendidikan Ganesha Prodi IPA, Vol.4, No.1, hal.1-11.
Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalamPembelajaran. Dikti. Jakarta.
Rachmawati, S.A. 2008. Analisis Kemampuan Siswa dalam MerencanakanPercobaan berdasarkan Gender pada Subkonsep Prosista Mirip Hewan.(online). (Tersedia di www.a-research.upi.edu, tanggal 20 November 2014).
Rahman, E. 2014. Efektivitas Model PLGI pada Materi Larutan Elektrolit Non-Elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan danMenyimpulkan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rohaeti, E.,LFX,E.W., & R.T. Padmaningrum. 2009. Pengembangan Lembar KerjaSiswa (LKS) mata pelajaran sains kimia untuk SMP. Inovasi Pendidikan, Vol10, No.1 hlm 1-11.
Rutten, N., Van Joolingen, W. R., & Van Der Ven J. T. 2012. The learning effectsof computer simulations in science education. Journal of Computers &Education, 58: 136–153.
Sari, E., M. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada MateriReaksi Redoks dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan danMenyimpulkan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Gramedia. Jakarta.
Senam, Arianingrum, R. Permanasari, R.L. dan Suharto.2008. Efektivitas Pem-belajaran Kimia Untuk Siswa SMA Kelas XI dengan Menggunakan LKSKimia Berbasis Life Skill. Diakses 10 Februari 2014 dari http ://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/93082802890.pdf
Sudiati, 2003. Tujuan Penggunaan LKPD.aadesanjaya.blogspot.com diaksestanggal 10 Oktober 2014 jam 21.00 WIB.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
73
Sudrajat, A.2013. Pendekatan Scientific dalam proses Pembelajaran.Dipetik 03Mei 2014 dari tentang pendidikan : akhmadsudrajat.wordpress.com /2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran.
Sund R. B., & L. Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry In The SecondarySchool. Charles E. Merril Publishing Co. Ohio.
Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.
____ . 2014a. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi dalamMembangun Model Mental Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia Dasar.Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. Program Pascasarjana UniversitasNegeri Surabaya: tidak dipublikasikan.
. 2014b. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia SMA Berbasis MultipelRepresentasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan MeningkatkanPenguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X (Tahun I). Laporan PenelitianHibah Bersaing Tahun I – Dikti. Jakarta.
Suparno, P. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Susanti, L., B., & P. Sri. 2015. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)Berorientasi Guided Inquiry untuk Melatihkan Keterampilan Proses SainsSiswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA. UNESA Journal of ChemicalEducation, Vol. 4, No. 2, pp. 248-25.
Susilowati. 2013. Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP.Disampaikan dalam PPM Diklat Pengembangan. Sleman.
Syafriany, S. 2013. Upaya Meningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar SiswaMenggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi PokokHimpunan Di Kelas VII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. (Skripsi). UniversitasSumatera Utara. Medan.
Tawil, M., & Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasi-nya dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makassar.
Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanJenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar NasionalPendidikan. Jakarta.
Tim Penyusun. 2013. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemendikbud. Jakarta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Prestasi Pustaka. Jakarta.
74
_____. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif. Progresif. KencanaPrenada Group. Jakarta.
_____. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatnif-Progresif: Konsep,Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.
_____. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Trinurhayati. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Benda danSifatnya Pada Mata Pelajaran Sains Melalui Model Pembelajaran InquiryTerbimbing Kelas IV SD Inpres Igio Kecamatan Moutong. Jurnal KreatifTadulako Online, Vol. 1, No. 2, Hal 9-23.
Usman, M.U dan L. Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Proses Belajar Meng-ajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Veloo, A., L. H. Hongdan, S. C. Lee, dkk. 2015. Gender and Ethnicity DifferencesManifested in ChemistryAchievement and Self-Regulated Learning.International EducationStudies.8(8), 1-12.
Woodzicka, J. A., Wingfield L. C., & Good, J. J. 2010. The Effects of GenderStereotypic and Counter-Stereotypic Textbook Images on Science Perfor-mance. The Journal of Social Psychology, 150(2): 132–14.
Yuniarti, R., D. 2014. Pengaruh Sikap dan Gender terhadap Prestasi BelajarBahasa Indonesia pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di Kecamatan SlemanYogyakarta. (Skripsi). UNY. Yogyakarta.