efektivitas ekstrak etanol kulit buah manggis …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334351-t32616-toni...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L) MEREDAM STRES OKSIDATIF
PENDERITA JERAWAT (acne vulgaris) DERAJAT RINGAN DAN
SEDANG PADA SISWA DI ASRAMA AKADEMI PERAWATAN
DI JAKARTA
T E S I S
TONI SUTONO
NPM:1006733165
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER HERBAL
DEPOK
JANUARI 2013
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh: Nama : Toni Sutono NPM : 1006733165 Program Studi : Program Magister Herbal Judul Tcsis : Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L) Meredam Stres Oksidatif Penderita Jerawat (acne vulgaris) Derajat Ringan dan Sedang pada Siswa di Asrama Akademi Perawatan di jakarta
'lelah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai ball-ian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Magister Herbal Fakultas Farrnasi Universitas Indonesia.
DEWI\N PENGUJI
Pcmbirnbmg I : Dr dr. Sri Widia 1\. Jusman, MS )( p~j) 1":lllbllllbillg II: IJI.dr. Wrcsti lndriatmi, Sp.KK(K), M,Epid ~) K\.'tlla Sidang : Dr. Joshita Djajadisastra, MS. (~
(;:~- )S\.'f'rctmis Sidang: Dr. Katrin, Jv1S
Pcnguj i J : Prof. Dr. drg, Budiharto, SKtvl (~) )Pcnguji II : Prof. Dr. Yahdiana Harapap, MS (
Ditetapkan di
Tangga1
, ~ .
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
iii
KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains pada
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Magister Herbal.
2) Dr. Abdul Mun'im M.Si. Apt., Ketua Program Pendidikan Magister Herbal
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Herbal.
3) Prof. Dr. Endang Hanani Apt., MS., Ketua Program Pendidikan Magister
Herbal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang terdahulu, yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
Program Magister Herbal.
4) Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, M.S., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
5) Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), M.Epid., selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
6) Prof. dr. Mohammad Sadikin, D.Sc., staf Departemen Biokimia dan Biologi
Molekuler FKUI, yang telah mengkoordinasikan penelitian uji klinis ini,
bersamaan dengan uji praklinik dan uji invitro di Laboratorium Stres Oksidatif.
7) Dr. Dra. Berna Elya Apt., M.Si, dosen Fakultas Farmasi UI Depok yang telah
memberikan pustaka penelitian mengenai ekstrak kulit buah manggis.
8) PT Sido Muncul, industri jamu di Jawa Tengah, yang telah menghibahkan kapsul
ekstrak kulit manggis dan kapsul plasebo untuk keperluan penelitian ini.
9) dr. Aria Kekalih, MTI., yang telah membantu menganalisis data hasil penelitian
dengan SPSS.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
iv
10) Lin Gustina, SKM., yang telah membantu menganalisis data hasil penelitian
dengan SPSS.
11) dr. Marulam M. Panggabean, Sp.PD-KKV, Sp.JP, sebagai Ketua Komite
Medik RS PGI Cikini yang telah memfasilitasi penelitian ini di Akademi
Perawatan.
12) Ns. Sri Hunun Widiastuti, M.Kep, S.Kep.J, Direktur Utama Akademi
Perawatan RS PGI Cikini yang telah memfasilitasi penelitian ini di Akademi
Perawatan.
13) Evi Tambunan, S.Kep., Kepala bidang Keperatawan RS PGI Cikini yang telah
memfasilitasi penelitian ini di RS PGI Cikini.
14) Istri dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral.
15) Para sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu kesehatan.
Penulis
2013
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
" PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKIDR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
./}
'(;,.
..:;)
,'~ .y
" .1):
. ;~~
.;::
/ '·:"'.;3
:?f \.
~~;;
.i". " /
,~~
:Y
)lJ
J!
<it
"
Sebagai sivitas akadernik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nall1<l •Toni Sutono NPM : 1006733 165 Program Studi : Magister Hcrgal Fakultas : Farmasi Jcnis karx il 'T'csis
dellII pcngcmbangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif(Non-exclusive Royalty Free RighI) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Ef'cktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Mcrcdarn Stres Oksidatif Penderita Jerawat (acne vulgaris) Derajat Ringan dan
Scdang pada Siswa di Asrama Akademi Perawatan di Jakarta
bescrta pcrangkat yang ada (jika diperlukan).
Derigan Ilak Bcbas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggaJ : 21 Januari2013
Yangmenyatakan,
~ ~
<it
v
I
I
I 'It
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
------------------------------
PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Toni Sutono
NPM : 1006733165
Tanda Tangan
Tanggal : 21 Januari 2013
vi Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Toni Sutono
Program Studi : Magister Herbal
Judul : Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L) Meredam Stres Oksidatif Penderita Jerawat (acne
vulgaris) Derajat Ringan dan Sedang pada Siswa di Asrama Akademi
Perawatan di Jakarta
Prevalensi kasus jerawat (acne vulgaris) 75-85% pada orang dewasa, terutama pada
usia remaja, dan sering menjadi kronis. Etiopatologis jerawat multi-faktorial, antara
lain disebabkan oleh stres oksidatif dan pengaruh hormon serta pola makan. Tujuan
dari penelitian adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L) yang mengandung senyawa aktif xanthones dengan
aktivitas anti-oksidan, anti-bakteria dan anti-inflamasi, dapat menunjang terapi medis
untuk jerawat. Uji klinis dilakukan secara acak, berpembanding dan tersamar ganda
selama 3 minggu pada 94 subyek berjerawat ringan dan sedang, berumur 18-30 tahun
yang tinggal di asrama agar relatif homogen. Parameter penelitian adalah derajat
keparahan jerawat menurut kriteria Lehman dan kadar malondialdehid (MDA) di
dalam darah subyek. Perlakuan dengan pemberian 400 mg ekstrak 3 kali sehari,
bersamaan terapi standar dengan krim topikal asam retinoat 0,025% pada lesi jerawat
di wajah pada malam hari. Keparahan jerawat berkurang tidak bermakna (p > 0.2) dan
penurunan kadar MDA dalam plasma darah tidak bermakna (p = 0.49).
Kata kunci: ekstrak kulit buah manggis, jerawat, malondialdehid
xvi+101 halaman : 15 gambar; 13 tabel
Daftar Pustaka : 60 (1979-2012)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
ABSTRACT
Nama : Toni Sutono
Program Studi : Magister Herbal
Judul : Effectiveness of Ethanol Extract of Mangosteen Rind (Garcinia
mangostana L) to Reduce Acne (acne vulgaris) Severity in Mild
and Moderate Cases in Nursing Students at the Nursing
Academy Dorm.
The prevalence of acne (acne vulgaris) is 75-85% in adults, especially in adolescence,
and often becomes chronic. Etiopatology of acne is multi-factorial, partly due to the
oxidative stress and the influence of hormones and diet. The purpose of this study is
to prove that the ethanol extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana L)
containing xanthones with properties of anti-oxidant, anti-bacterial and anti-
inflammatory, can support medical therapy for acne. A randomized, double-blind and
controlled clinical trial done for 3 weeks in 94 subjects with mild and moderate acne,
aged 18-30 years living in a dorm which is relatively homogeneous. Parameters of the
study are the degree of severity of acne according to Lehman criteria and the levels of
malondialdehyde (MDA) in the blood of the subjects. Intervention by administering
400 mg extract 3 times a day, along with standard therapy with topical cream of
0.025% retinoic acid applied in acne lesions on the face at night. Improvement of acne
severity was not significant (p > 0.2) and decreased levels of MDA in blood plasma
was not significant (p = 0.49).
Keywords: mangosteen rind extract, acne, malondialdehyde.
xvi+101 pages ; 15 pictures; 17 tables
Bibliography : 60 (1979-2012)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
PERNYATAAN ORISINILITAS……………………………………………….. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………….….. vi
ABSTRAK………………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ix
1. PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
Latar belakang enelitian…...………………………………………….
Pembatasan dan perumusan asalah………………………………..…..
1
3
1.2.1.
1.2.2.
Pembatasan masalah……………………………….............…
Perumusan masalah…………………………………………..
3
3
1.3. Hipotesis penelitian…………………………………………………… 3
1.4. Tujuan penelitian……………………………………………………... 3
1.4.1. Tujuan umum………………………………………………... 3
1.4.2. Tujuan khusus……………………………………………….. 4
1.5. Manfaat penelitian……………………………………………………. 4
1.5.1. Manfaat bagi pelayanan masyarakat………………………… 4
1.5.2. Manfaat bagi bidang akademik……………………………… 4
1.5.3. Manfaat bagi bidang penelitian……………………………… 4
1.6. Pemecahan masalah…………………………………………………... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………. 6
2.1. Jerawat (acne vulgaris)……………………………………………….. 6
2.1.1. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jerawat … 6
2.1.2. Prevalensi jerawat…………………………………………… 7
2.1.3. Parameter penilaian klinis jerawat………………………...… 7
2.1.4. Parameter penilaian stres oksidasi…………………………… 8
2.1.4.1. Proses inflamasi & kerusakan oksidatif pd jerawat 8
2.1.4.2. Kerusakan akibat stres oksidatif………………..… 8
2.2. Tanaman manggis (Garcinia mangostana)…………………………… 9
2.2.1. Taxonomi……………………………………………………. 9
2.2.2. Manfaat secara tradisional………………………………….. 9
2.2.3. Kandungan zat-aktif (metabolit sekunder)………………….. 10
2.2.4. Bioaktivitas xanthones dari ekstrak kulit buah manggis…….. 10
2.2.4.1. Anti-oksidan, anti-inflamasi dan anti-alergi……… 10
2.2.4.2. Anti-mikroba , anti jamur dan anti virus…………. 11
2.2.4.3. Anti-kanker………………………………………. 11
2.2.5. Uji toksisitas…………………………………………………. 11
2.2.6. Bioavaiabilitas zat aktif ekstrak kulit buah manggis………… 11
2.2.7. Farmakokinetik zat aktif ekstrak kulit buah manggis……….. 12
2.2.8. Dosis pada manusia…………………………………………. 13
2.3. Radikal bebas dan antioksidan……………………………………….. 14
2.3.1. Pengertian dasar……………………………………………... 14
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
x
2.3.2. Pembentukan malondialdehid akibat peroksidasi lipid……… 15
2.3.3. Stres oksidatif dalam patogenesis jerawat…………………… 18
2.3.4. Manfaat antioksidan untuk terapi jerawat…………………… 18
2.4. Kerangka teori………………………………………………………… 20
2.5. Kerangka konsep……………………………………………………… 21
3 METODE PENELITIAN……………….………………………………… 22
3.1. Rancangan penelitian…………………………………………………
Populasi dan randomisasi subyek penelitian……………………. …...
22
3.2. 22
3.2.1. Populasi penelitian………………………………………….. 22
3.2.2. Subyek penelitian…………………………………………… 22
3.3. Bahan dan alat……………………………………………………….. 23
3.2.1. Kapsul ekstrak……………………………………………….. 23
3.2.2. Obat standar…………………………………………………. 23
3.4. Kriteria penerimaan, penolakan dan pengeluaran……………………. 23
3.4.1. Kriteria penerimaan…………………………………………. 23
3.4.2. Kriterian penolakan…………………………………………. 23
3.4.3. Kriteria pengeluaran (drop out)………………..………......... 24
3.5. Tempat dan waktu penelitian………………………………………… 24
3.6. Cara penelitian……………………………………………………….. 24
3.6.1. Persetujuan tindakan medis…………………………………. 24
3.6.2. Cara pengumpulan data…………………………………….. 24
3.6.3. Perlakuan terhadap subyek penelitian……………….………. 25
3.6.3.1. Randomisasi subyek penelitian…………………… 25
3.6.3.2. Pengambilan foto…….……………………...……. 25
3.6.3.3. Perhitungan lesi jerawat………………….……….. 27
3.6.3.4. Pemberian obat-obatan dan dosisnya……………... 29
3.6.3.5. Jadwal minum kapsul…………………………...... 29
3.6.3.6. Kepatuhan minum kapsul…………………...……. 29
3.6.3.7. Pengambilan spesimen darah……………….…….. 29
3.7. Sampel penelitian…………………………………………………….. 30
3.7.1. Penentuan besar sampel……………………………………... 30
3.7.1.1. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan……... 30
3.7.1.2. Besar sampel untuk analisis nilai MDA………..… 30
3.8. Parameter penelitian…………………………………………………. 31
3.8.1. Derajat keparahan jerawat………………………………….. 31
3.8.2. Kerusakan akibat stres oksidatif……………………………. 31
3.9. Definisi operasional………………………………………………….. 32
3.9.1. Umur………………………………………………..……… 32
3.9.2. Jenis Kelamin………………………………………………. 32
3.9.3. Status pendidikan dan alamat tinggal……………………… 32
3.9.4. Derajat keparahan jerawat…………………………………. 32
3.9.5. Perbaikan keparahan jerawat………………………………. 33
3.9.5.1. Total lesi jerawat di semua tempat predileksi…… 33
3.9.5.2. Total lesi jerawat di wajah saja………………….. 33
3.9.5.3. Total lesi jerawat di dada & punggung saja……... 33
3.9.6. Kerusakan oksidatif……………………..………………… 33
3.10. Perubahan (amandemen) protokol penelitian………………. ……… 33
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xi
3.11. Analisis data………………………………………………………… 34
3.12. Kerangka operasional……………………………….……………… 36
4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….. 37
4.1. Hasil penelitian……………………………………………………….. 37
4.1.1. Keterbatasan penelitian……………………………………… 37
4.1.2. Karakteristik subyek penelitian (SP)…………………..…..… 37
4.1.3. SP yang dropout……………………………………………... 38
4.1.4. Derajat keparahan jerawat…………………………………… 40
4.1.4.1. Menurut kriteria Lehman…………………………. 40
4.1.4.2. Menurut jumlah lesi jerawat……………………… 40
a. Statistik jumlah lesi jerawat…………………. 40
b. Perubahan jumlah lesi jerawat > 20%............ 42
b.1. Berdasarkan tempat predileksi………. 42
b.2. Berdasarkan peradangan lesi jerawat... 42
b.3. Berdasarkan pengaruh obat standar….. 43
4.1.5. Nilai MDA dalam plasma darah…………………………...… 44
4.1.5.1. Perubahan nilai MDA sebelum dan sesudah plkn 44
4.1.5.2. Perbedaan nilai MDA, diantara klp kontrol & plkn 45
4.2. Pembahasan…………………………………………………………... 46
4.2.1. Analisis statistik…………………..…………………………. 46
4.2.1.1. Subyek penelitian (SP)…………………………… 46
4.2.1.2. Derajat keparahan jerawat SP…..………………… 46
4.2.1.3. Nilai MDA dalam plasma darah SP………….…… 47
4.2.2. Analisis klinis……………………………………………….. 47
4.2.2.1. Derajat keparahan jerawat SP…………………….. 47
4.2.2.2. Nilai MDA dalam plasma darah SP………………. 48
4.2.3. Efektivitas EKBM…………………………………………… 48
4.2.3.1. Penelitian in vitro dan in vivo……………………. 48
4.2.3.2. Kadar MDA pada penderita jerawat……………… 49
4.2.3.3. Efek antioksidan terhadap jerawat………………... 49
5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….. 50
5.1. Kesimpulan………………………………………………………….. 50
5.2. Saran………………………………………………………................ 50
DAFTAR PUSTAKA…...………………………………………………………… 51
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xii
DAFTAR SINGKATAN
AKPER Akademi Perawatan
BB berat badan
Cmax kadar maksimum plasma
EKBM Ekstrak kulit buah manggis
GSH glutathione (reduced form)
GSH-Px glutathione peroxidase
H2O2 hydrogen peroxide
kbM kulit buah manggis (Garcinia mangostana)
KO komedo
MDA malondialdehyde
O2- superoxide anion radical
PA papula
PrA Propionibacterium acnes
PU pustula
ROS reactive oxigen species
RS PGI Rumah Sakit Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia
sK senyawa karbonil (protein carbonyl compound)
SOD superoxide dismutase
SP subyek penelitian
TB tinggi badan
TBARS “thiobarbituric acid reactive substances” assay method
Tmax kadar dalam plasma satu jam pertama
UP unit pilosebaseus (pilosebacceous unit)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Prevalensi jerawat menurut jenis kelamin dan usia……………… 7
Tabel 2.2. Gradasi keparahan jerawat (menurut kriteria Lehman)………….. 8
Tabel 2.3. Parameter farmakokinetik mangostin pada tikus…………….….. 12
Tabel 2.4. Nilai konversi Lawrence dan Bacharach………………………… 13
Tabel 3.1. Kriteria Lehman untuk keparahan jerawat………………………. 32
Tabel 3.2. Uji Chi square atas variabel kategorik…………………………... 35
Tabel 3.3. Analisis statistik atas variabel numerik….………………………. 35
Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian dan kesetaraannya……………... 38
Tabel 4.2. Jumlah SP dengan keparahan jerawat ringan dan sedang……….. 40
Tabel 4.3. Uji statistik atas jumlah lesi jerawat di antara kelompok……..… 41
Tabel 4.4. Proporsi jumlah SP yang sembuh berdasarkan jumlah lesi……... 42
Tabel 4.5. Proporsi jumlah SP dengan komedo…………………………….. 43
Tabel 4.6. Proporsi jumlah SP dengan papula dan pustula………………… 43
Tabel 4.7. Proporsi jumlah SP di wajah…………………………………..... 43
Tabel 4.8. Proporsi jumlah SP di dada dan punggung……………………... 44
Tabel 4.9. Nilai kadar MDA (nmol/mL) dan uji statistik………………….. 44
Tabel 4.10. Perbedaann nilai MDA di antara kelompok……………………. 45
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 2.1. Gut-brain-skin-axis……………………………………………… 6
Gambar 2.2. Struktur kimia mangostin………………………………………... 10
Gambar 2.3. Ketersediaan hayati α-mangostin pada manusia…….…………… 12
Gambar 2.4. Profil konsentrasi mangostin dalam plasma tikus….. ………….… 13
Gambar 2.5. Pembentukan MDA dari asam lemak tak jenuh……………..…… 15
Gambar 2.6. Pembentukan radikal bebas pada sel mamalia..……………..…… 16
Gambar 2.7. Peredaman radikal bebas………………………………………… 17
Gambar 2.8. Faktor-faktor pencetus jerawat…………………………………… 18
Gambar 2.9. Terapi jerawat dan targetnya masing-masing …………………… 19
Gambar 3.1. Teknik pengambilan foto lesi jerawat…….………………….….. 26
Gambar 3.2. Foto jerawat seluruhnya SP……………………………………… 26
Gambar 3.3. Kriteria Hayashi untuk keparahan jerawat……………………… 27
Gambar 3.4. Hitungan lesi jerawat……………………………….…………… 28
Gambar 4.1. Perubahan jumlah lesi jerawat sebelum & sesudah perlakuan…... 41
Gambar 4.2. Penurunan nilai MDA sebelum dan sesudah perlakuan………… 45
Bagan 2.1. Kerangka teori ……………..……………………..……………… 20
Bagan 2.2. Kerangka konsep…………… …………………………………… 21
Bagan 3.1. Alur penelitian……….………..………………………………… 36
Bagan 4.1. Rincian keikutsertaan SP dalam kelompok……………..……….. 39
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xv
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1. Besar sampel subyek penelitian…………………………………….. 30
Rumus 3.2. Besar sampel spesimen darah subyek penelitian…………………… 30
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1. Kapsul Sari Kulit manggis (produksi PT Sido Muncul, Semarang):
a. Certificate of Analysis
b. Product specification
c. Material safety data sheet
2. Statistik karakteristik subyek penelitian (2 lembar)
3. Keterangan Lolos Kaji Etik
4. Surat Permohonan keikutsertaan Perawat dalam penelitian
5. Kriteria Syarif untuk keparahan jerawat
6. Persetujuan Komite Etik tentang perubahan kriteria inklusi
7. Contoh foto hasil perhitungan lesi jerawat (2 lembar)
8. Keterangan parameter MDA
9. Proses analisis nilai MDA di Laboratorium (3 lembar)
10. Nilai MDA kelompok kontrol dan perlakuan (4 lembar)
11. Uji normalitas nilai MDA
12. Database subyek penelitian (2 lembar)
DAFTAR LAMPIRAN ANALISIS SPSS
Lampiran SPSS 1. Karakteristik 94 SP
Lampiran SPSS 1.a. Kesetaraan karakteristik 94 SP
Lampiran SPSS 2. Jenis kelamin 86 SP
Lampiran SPSS 3. Uji Chi-square kriteria Lehman
Lampiran SPSS 4. Kemaknaan perubahan keparahan jerawat
Lampiran SPSS 5. Jumlah SP menurut kriteria Lehman
Lampiran SPSS 6. Uji Mann-Whitney jumlah lesi jerawat
Lampiran SPSS 7. Uji normalitas jumlah lesi jerawat
Lampiran SPSS 8. Uji Wilcoxon perubahan jumlah lesi jerawat
Lampiran SPSS 9. Frekuesi dan histogram nilai MDA (4 lembar)
Lampiran SPSS 10. Statistik nilai MDA
Lampiran SPSS 11. Uji normalitas nilai MDA
Lampiran SPSS 12. Statistik nilai MDA pada grafik perubahan
Lampiran SPSS 13. Uji t-berpasangan nilai MDA pada klp kontrol
Lampiran SPSS 14. Uji Wilcoxon nilai MDA pada klp perlakuan
Lampiran SPSS 15. Uji Mann-Whitney dan t-test nilai MDA
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang penelitian
Sekitar 75-80% orang dewasa pernah menderita jerawat (acne vulgaris), 1
terutama pada usia remaja, lesi jerawat 2 sering menjadi kronis dan meninggalkan
bekas jaringan parut di wajah sehingga menimbulkan gangguan estetika dan
psikologis. Masalah psikologis ini cukup serius karena menyangkut penampilan
seseorang didepan publik, dimana penderita jerawat dapat merasa diejek sehingga
mengakibatkan depresi dan kegelisahan. 3
Prevalensi jerawat bervariasi tergantung
pada umur dan jenis kelamin. Pada umur 18 tahun jerawat lebih banyak ditemukan
pada pria, sedangkan mulai umur 23 tahun ke atas lebih banyak pada perempuan 4
dan prevalensi ini tidak menurun secara nyata sampai umur 44 tahun. 5 Pada umur 20
sampai 30 tahun, prevalensi jerawat sebesar 50.9% pada perempuan dan 42.5% pada
pria 6 , kemudian menurun sesuai dengan bertambahnya umur.
7, 8
Etiopatologi jerawat bersifat multifaktorial, namun karakteristik jerawat
ditandai dengan produksi sebum yang berlebihan 9 , hiperkeratinisasi folikular, serta
meningkatnya pelepasan bahan biokimiawi inflamasi. Stres oksidatif (oxidative
stress) turut berperan dalam patogenesis jerawat, karena stres oksidatif mengubah
kondisi unit pilosebaseus (UP) (pilosebacceous unit) yang semula tidak cocok bagi
pertumbuhan bakteri anaerob menjadi tempat kolonisasi bakteri anaerob tersebut,
khususnya Propionibacterium acnes (PA).
Sel-sel keratinosit UP yang terpajan surface protein PA membentuk
superoksida O2• (reactive oxygen species, ROS) sehingga terjadi peroksidasi lipid dari
sebum. Sel-sel neutrofil pembasmi PA mengeluarkan hidrogen peroksida (H2O2)
mengakibatkan proses inflamasi dan kerusakan jaringan lebih lanjut. 10
PA yang
memasuki lapisan dermis menstimulasi sistem imun, dan menimbulkan reaksi
terhadap sebum, rambut dan sel-sel epitel, dengan ekspresi peradangan. 11
Kerusakan oleh ROS akibat stres oksidatif, dapat dinilai dari peningkatan
kadar malondialdehyde (MDA) 12
dan senyawa karbonil (sK) (protein carbonyl
compound), 13
serta menurunnya kadar glutation (GSH). 14
Penurunan kadar glutation
dapat menjadi patogenesis terjadinya jerawat. 15
Dalam hal stres oksidatif inilah
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
2
Universitas Indonesia
antioksidan endogen maupun eksogen dapat berperan dalam mempengaruhi
keparahan jerawat.
Patogenesis jerawat juga berkaitan dengan faktor hormonal 16
dan keparahan
jerawat dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal tersebut, 17
serta dipengaruhi juga
oleh asupan jenis makanan tertentu yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroorganisme komensal di dalam saluran pencernaan. 18, 19
Asupan makanan yang
rendah indeks glikemiknya dapat meredakan gejala jerawat. 20
Keberhasilan terapi jerawat dapat dinilai antara lain dari perubahan tingkat
keparahannya, yang terdiri atas jerawat ringan, sedang atau berat. 1 Telah
dikembangkan suatu scoring system untuk mengukur keparahan jerawat, diantara
beberapa teknik lain untuk menilai keberhasilan terapi jerawat. 21, 22 Teknik
photographic scores, yaitu cara menilai keparahan jerawat dengan menghitung jumlah
lesi jerawat pada foto pasien berjerawat
23 dapat dipakai dan sekaligus bermanfaat
sebagai dokumen yang faktual dan reproducible.
Medikamentosa yang digunakan untuk mengobati jerawat dapat berupa obat
topikal (asam retinoid, antibiotika, benzoil peroxida), dan atau obat sistemik
(isotretinoin, antibiotika, hormon, isotretinoin). 24, 25
Vitamin A, E dan C sebagai
antioksidan eksogen dapat pula diberikan. 26
Bedah kulit dapat dilakukan untuk
memperbaiki jaringan parut akibat peradangan berat jerawat. Tindakan bedah kulit
dilakukan setelah jerawat sembuh.
Sumber antioksidan eksogen yang berasal dari bahan baku alam, khususnya
tanaman buah manggis (Garcinia mangostana L) telah diteliti secara in vivo dan in
vitro. Ektraks kulit buah manggis ternyata bermanfaat sebagai anti-piretik, 27
anti
proliferasi, 28
anti-mikroba dan anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh
Propionibacterium acne, bakteri penyebab utama timbulnya jerawat.29
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antioksidan eksogen, yaitu
yang berasal dari ekstrak kulit buah manggis terhadap keparahan jerawat dan
kerusakan akibat stres oksidatif, karena kandungan zat aktif xanthone adalah polifenol
yang bersifat sebagai reduktor sehingga dapat meredam oksidasi. 43
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
3
Universitas Indonesia
1.2. Pembatasan dan perumusan masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Mengingat sifat multifaktorial dari etiopatogenesis jerawat, maka pada uji
klinis ini, subyek penelitian ditentukan yang relatif homogen, yaitu siswa yang tinggal
di asrama. Sepanjang pengetahuan peneliti belum ada data tentang manfaat
antioksidan berbahan baku alam (herbal) yang digunakan untuk mengatasi stres
oksidatif dalam menunjang pengobatan jerawat. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana) yang
mengandung zat aktif xanthone yang bersifat sebagai antioksidan yang sangat kuat.
1.2.2. Perumusan masalah (pertanyaan penelitian)
Telah diuraikan di atas bahwa salah satu faktor yang berperan pada
patogenesis jerawat adalah stres oksidatif. Kapsul ekstrak kulit buah manggis
(EKMB) mengandung antioksidan yang diharapkan dapat meredam stres oksidatif.
Oleh karena itu, pertanyaan penelitian adalah:
Apakah ekstrak kulit buah manggis dapat menjadi ajuvan dalam :
a. membantu kesembuhan jerawat derajat ringan dan sedang yang diobati dengan
obat standar ?
b. menurunkan kadar MDA pada pasien dengan jerawat ringan dan sedang yang
diobati dengan obat standar?
1.3. Hipotesis penelitian
Pada pasien berjerawat derajat ringan dan sedang:
a. Proporsi yang mengalami perbaikan derajat keparahannya lebih tinggi pada
pemberian EKBM selain obat standar, dibandingkan dengan yang diberi obat
standar saja.
b. Kadar MDA dalam darahnya lebih rendah setelah pemberian EKBM.
1.4. Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan umum: Mengetahui pengaruh pemberian kapsul ekstrak kulit buah
manggis untuk membantu perbaikan keparahan jerawat derajat ringan dan
sedang yang diobati dengan obat standar.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
4
Universitas Indonesia
1.4.2. Tujuan khusus:
a. Mengevaluasi efikasi pemberian kapsul EKBM sebagai ajuvan pada pengobatan
jerawat derajat ringan dan sedang yang diobati dengan obat standar.
b. Mengevaluasi perubahan kadar MDA dalam plasma darah akibat pemberian
kapsul EKBM sebagai ajuvan pada pengobatan jerawat derajat ringan dan sedang
yang diobati dengan obat standar.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat bagi pelayanan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah modalitas terapi ajuvan bagi pasien
jerawat ringan dan sedang.
1.5.2. Manfaat bagi bidang akademik
Menambah wawasan manfaat antioksidan dari ekstrak kulit buah manggis untuk
membantu penyembuhan jerawat (acne vulgaris) derajat ringan dan sedang, yang
salah satu faktor etiopatogenesisnya adalah akibat stres oksidatif.
1.5.3. Manfaat bagi bidang penelitian
Menambah wawasan penelitian di bidang ilmu kedokteran, terutama dalam upaya
menunjang terapi kedokteran dengan memanfaatkan tanaman obat (herbal),
khususnya EKBM untuk mengatasi jerawat ringan dan sedang.
1.6. Pemecahan masalah
Dalam usaha memecahkan masalah dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
1.6.1. Mempelajari dasar teori dari kepustakaan.
1.6.2. Membuat rancangan penelitian dan tempat penelitian.
1.6.3. Meminta persetujuan dari Komite Etik Penelitian atas protocol penelitian dan
dokumen informed concern yang akan dimintakan dari subyek penelitian.
1.6.4. Melaksanakan penelitian di tempat penelitian sesuai dengan rancangan
penelitian:
a. Menjelaskan kepada pihak RS Cikini (tempat penelitian) tentang penelitian yang
akan dilakukan dan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
b. Menjelaskan kepada subyek penelitian tentang penelitian dan untuk mendapatkan
tandatangan informed consent.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
5
Universitas Indonesia
c. Anamnesis dan pemeriksaan klinis untuk menentukan kelompok inklusi dan
kelompok eksklusi, serta alokasi subyek penelitian kedalam kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol.
d. Pengambilan foto jerawat di tempat predileksinya (wajah, punggung dan dada
bagian atas) dan spesimen darah vena dari subyek penelitian.
e. Analisis statistik terhadap parameter keparahan klinik jerawat dan parameter
kerusakan oksidatif (kadar malondialdehid dalam darah).
f. Membuat kesimpulan dan saran.
g. Menulis hasil penelitian dalam bentuk laporan.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jerawat (acne vulgaris)
2.1.1. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jerawat
Kasus jerawat lebih banyak ditemukan pada perempuan, dan diantara berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi berat-ringannya jerawat adalah faktor hormonal. Pada
perempuan, keseimbangan hormonal berhubungan dengan daur haid dan saat haid
pertama (menarche). 16, 17
Tekanan emosional (mental distress) 31
dan stres oksidatif terbukti mempengaruhi
keparahan jerawat. 32
Dalam reaksi oksidatif, zat biokimiawi tertentu terlibat dalam
proses peradangan pada jerawat, 33
dan akumulasi kerusakan lipid peroksidasi pada
komedo juga menjadi penyebab timbulnya peradangan pada jerawat. 34
Gangguan ketidakseimbangan mikroorganisme komensal (Bacillus acidophilus,
Lactobacillus acidophilus) dan patogen (Escheresia coli) dalam saluran pencernaan
berkaitan dengan jerawat. Sekitar 37% pasien jerawat berhubungan dengan keluhan
saluran pencernaan, misalnya konstipasi, halitosis, refluks gaster dan rasa sebah
(abdominal bloating). Fenomena ini disebut sebagai gut-brain-skin axis. Gambar 2.1.
menjelaskan poros (axis) yang menghubungkan sistem susunan syaraf pusat, saluran
pencernaan, pola diet dan kulit dengan terjadinya jerawat. 19
Gambar 2.1. Gut-brain-skin-axis. Hubungan antara faktor-faktor stres emosional,
jenis diet, gangguan saluran pencernaan dan jerawat.
[Sumber: Bowe WP, 2011. 19
]
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Pola diet khususnya makanan dengan indeks glikemik (glycemic index) yang tinggi
dan perilaku higienis juga dapat memperberat keparahan jerawat. 20
2.1.2. Prevalensi jerawat
Prevalensi jerawat tergantung pada jenis kelamin dan usia, serta penggunaan
kontrasepsi oral. 16
Pada usia di bawah 18 tahun, lebih banyak pria daripada wanita.
Diatas usia 23 tahun, wanita lebih banyak, karena pada pria diatas usia 23 tahun
prevalensinya makin berkurang. 7, 8
Menurut Collier et al (2008) (6)
perubahan prevalensi jerawat berhubungan dengan
usia dan jenis kelamin, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Prevalensi jerawat menurut jenis kelamin dan usia.
[Sumber: Collier, J Am Ac Derm, 2008 6 ]
Usia (tahun) Wanita (%) Pria (%)
20 - 29 50.9 42.5
30 - 39 35.2 20.1
40 - 49 26.3 12
50 - 15.3 7.3
2.1.3. Parameter penilaian klinis jerawat
Ada beberapa metode atau scoring untuk menilai keparahan jerawat. 21
Untuk
mengukur perubahan klinis selama penelitian dilaksanakan, diperlukan parameter
objektif, yaitu tingkat keparahan (severity grading) dan menghitung jumlah lesi (lesion
counting). Penggunaan rekaman fotografi pada lesi jerawat, dimaksudkan untuk
memperoleh parameter yang lebih objektif (evidenced-based grading criteria) dan dapat
dibakukan. 22
Gradasi yang dianut oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia adalah sesuai dengan kriteria Lehman seperti pada Tabel 2.2. Jumlah lesi 2
yang dihitung mencakup semua lesi yang terdapat di daerah predileksi jerawat, yaitu di
wajah (face) dan tubuh bagian atas (trunk), termasuk punggung (back) dan dada (chest).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Gradasi Keparahan jerawat
Gradasi Jumlah
Komedo atau
Jumlah
Lesi Inflamasi
Total
Lesi
Ringan < 20 < 15 < 30
Sedang 20 –
100 15 - 50 30- 125
Berat > 100 Kista > 5 > 100 > 125
Dari banyak cara untuk menilai keparahan jerawat, belum ada satu jenis sistem
yang dapat diterima secara universal, namun disarankan agar memenuhi kriteria sebagai
berikut: 21
a. Akurat dan dapat dilakukan pengulangan (reproducible)
b. Dapat didokumentasikan untuk tujuan verifikasi dimasa mendatang
c. Sederhana dan dapat dipakai oleh dokter praktisi
d. Tidak memakan waktu untuk melaksanakannya
e. Relatif mudah dan murah
f. Dapat merefleksikan kriteria subyektif, seperti misalnya faktor psikososial
2.1.4. Parameter penilaian stres oksidasi
2.1.4.1. Proses inflamasi dan kerusakan oksidatif pada jerawat
Bakteri Propionibacterium acnes merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada jerawat, dan dapat menimbulkan respons inflamasi pada sel-sel
keratinosit (keratinocytes) dan sebosit (sebocytes) dengan memproduksi sitokin (pro-
inlammatory cytokines). Netrofil (neutrophil) yang berada di sekitar lesi jerawat
mengeluarkan inflammatory mediators seperti reactive oxygen species (ROS), yang akan
menambah proses inflamasi pada jerawat. 34
2.1.4.2. Kerusakan akibat stres oksidatif
Kerusakannya dapat dinilai dari kadar malondialdehyde (MDA) yang merupakan
produk peroksidasi lipid pada membran sel, dan kadar senyawa karbonil (sK) yang
merupakan produk kerusakan protein akibat ROS. 11
MDA dapat diukur dengan
spektrometri melalui TBARS assay, 12
demikian pula dengan sK sebagai produk oksidasi
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
9
Universitas Indonesia
protein (13)
diukur dengan DNPH assay. 14 Dalam penelitian ini hanya kadar MDA yang
diukur dari spesimen darah vena yang diambil dari subyek penelitian.. Pengambilan
spesimen darah dilakukan dua kali, yaitu pada hari pertama penelitian sebelum dilakukan
perlakuan, dan pada akhir minggu ketiga di hari akhir penelitian.
2.2. Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.)
Menurut monograf yang disusun oleh Osman (2006) 35
, informasi mengenai
tanaman manggis secara ringkas adalah sbb.:
2.2.1. Taksonomi
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Bangsa: Malpighiales
Suku: Clusiaceae (syn. Guttiferae)
Marga: Garcinia
Jenis: G. mangostana
Nama lain di Indonesia dan Malaysia adalah manggis. Dalam bahasa Inggris
disebut mangosteen. Garcinia L. memiliki sekitar 35 Marga dan 800 Jenis. Di Indonesia
dibudi-dayakan terutama di Pulau Jawa. Di Jawa Barat adalah di daerah Tasikmalaya,
Jasinga, Ciamis dan Wanayasa. Di Jawa Timur terutama di Renggalek, Ponorogo, Blitar,
Lumajang dan Banyuwangi. Pohon manggis berbuah musiman, terutama pada bulan Juni
sampai Agustus dan Nopember sampai Januari.
2.2.2. Manfaat secara tradisional
Secara tradisional pohon manggis telah dimanfaatkan, dari bagian:
a. Kulit batang pohon sebagai astringent untuk sariawan
b. Daun sebagai astringent untuk sariawan dan luka
c. Kulit buah (rind, pericarp) untuk disentri
d. Buah (peel) untuk diare dan disentri
e. Akar (root) untuk gangguan haid
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
10
Universitas Indonesia
2.2.3. Kandungan zat aktif (metabolit sekunder)
Kandungan zat aktif kulit buah manggis adalah xanthones (9H-xanthen-9-one
dibenzo-γ-pirone 1) dan derivatnya dengan aktivitas biologis sebagai antioksidan,
peredam radikal bebas dan penghambat perosidasi lipid. Derivatnya antara lain adalah
senyawa α, β dan γ-mangostin, nor-mangostin dan gartanin. 36
yang diekstrak dengan
berbagai larutan yang berbeda dan kemampuannya sebagai antioksidan dapat diukur
dengan beberapa assay yang berbeda, antara lain Ferric Reducing Ability of Plasma
(FRAP) assay 37
Senyawa α-mangostin dan γ-mangostin merupakan komponen utama
dalam ekstrak kulit buah manggis, tergantung dari jenis (species)nya 38
dengan struktur
kimia yang berbeda-beda. 39
Gambar 2.2. Struktur kimia mangostin.
[Sumber: Pothitirat 39
]
Alpha-mangostin : R1 = CH3, R2 = R3 = H
Beta-mangostin : R1 = R3 = CH3, R2 = H
Gamma-mangostin : R1 = R2 = R3 = H
2.2.4. Bioaktivitas xanthones dari ekstrak kulit buah manggis:
Pedraza-Chaverri et al (2008) 40
menelaah manfaat medis (medicinal properties)
atas ekstrak kulit buah manggis dan menyimpulkan beberapa manfaat, antara lain
sebagai:
2.2.4.1. Anti-oksidan, anti-inflamasi dan anti-alergi
Kandungan zat aktif ekstrak kulit buah manggis adalah xanthones, yang bersifat
sebagai anti-oksidan yang kuat 41
setelah diuji dengan metode Kromatografi Lempeng
Tipis memakai senyawa 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH 42
Xanthones juga dapat
menghambat produksi pro-inflammatory cytokines, sehingga meredakan proses inflamasi.
43, 44 Dengan demikian xanthones dapat menghambat produksi ROS.
45
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
11
Universitas Indonesia
2.2.4.2. Anti-mikroba (termasuk plasmodium 55
), anti jamur dan anti virus
Ekstrak kulit buah manggis memiliki sifat anti-mikroba terhadap bakteri
Propionibacterium acnes dan Staphilococcus epidemidis 29
yang umumnya menginfeksi
kelenjar sebasea di permukaan kulit, termasuk infeksi pada kasus jerawat. 30
2.2.4.3. Anti-kanker
Beberapa uji pra-klinik pada hewan coba tikus menunjukkan manfaat zat-aktif α-
mangostin (derivat xanthone) sebagai chemopreventive pada lesi praneoplastik kolon. 28
2.2.5. Uji Toksisitas
Uji toksisitas akut 47
dengan dosis 2, 3 dan 5 g/kg berat badan (BB) per oral pada
hewan coba Swiss albino mice, dan diobservasi gejala toksisitasnya pada jam ke-1, 2, 4
dan 6. Uji toksisitas subakut juga dilakukan dengan pemberian per oral selama 28 hari
dengan dosis 0, 50, 500 dan 1000 mg/kg BB. Hasilnya tidak menunjukkan tanda-tanda
patologis pada organ hewan coba.
Uji toksisitas akut dengan dosis 2 dan 5 kg/BB dan subkronik 48
dengan dosis
400, 600 dan 1200 mg/kg BB per oral selama 12 minggu pada hewan coba Wistar rats,
tidak menimbulkan kelainan pada parameter pemeriksaan darah dan tidak menunjukkan
adanya kelainan histopatologis pada organ-organ vital.
Uji toksisitas kronis 49 50
dengan dosis 10, 100, 500, dan 1000 mg/kg BB per oral
selama 6 bulan pada Wistar rats, tidak menunjukkan kelainan farmakotoksik maupun
parameter hematologis. Namun pada dosis lebih besar dari 500mg/kg BB, terjadi
peningkatan ALT, AST, BUN dan creatinine.
Median lethal dose (LD50) ekstrak air Garcinia mangostana adalah sebesar 9.37
g/kg pada mencit, dan pemberian suspensi α-mangostin per oral sampai 10 g/kg BB
mencit, tidak menyebabkan kematian dalam waktu 24 jam. 51
2.2.6. Bioavailabilitas zat aktif ekstrak kulit buah manggis
Penelitian bioavailabilitas α-mangostin pada manusia 53
menunjukkan bahwa
setelah mengkonsumsi per oral 59 ml suplemen likuid yang mengandung mangostin, aloe
vera, green tea dan multivitamin menunjukkan, kadar maksimum plasma (Cmax) adalah
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
12
Universitas Indonesia
3.12 ± 1.47 ng/mL pada satu jam pertama (tmax) kemudian menurun sampai 1/3 dari Cmax
pada jam ke-4 dan kadar ini bertahan selama 6 jam (Gambar 2.3.)
Gambar 2.3. Ketersediaan hayati (bioavailability) α-mangostin pada manusia. [Sumber: Kondo, 2009.
53 tanpa diolah]
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pada penelitian ini, kapsul ekstrak
kulit buah manggis diberikan kepada subyek penelitian dengan dosis 3 kali 1 kapsul per
hari.
2.2.7. Farmakokinetik zat aktif ekstrak kulit buah manggis
Penelitian farmakokinetik α-mangostin pada tikus (male Spraque-Dawley rats, 6-7
weeks, 250 12 g) 54
yang diberi α-mangostin per oral dengan dosis 40 mg/kg BB tikus
(setara dengan 8 mg/200 g BB tikus) menunjukkan parameter farmakokinetik seperti
yang terlihat pada Tabel 2.3., dan konsentrasi mangostin dalam plasma tikus seperti
terlihat pada Gambar 2.4.
Tabel 2.3. Parameter farmakokinetik pada tikus
yang diberi mangostin 40 mg/kg BB per oral [Sumber: Syamsudin. 2009.
54 ]
Parameter
Farmakokinetik
Kadar dalam plasma setelah pemberian
mangostin 40 mg/kg BB per oral
T max (min)
Cmax (μg mL-1)
AUC (μg min mL-1)
Half-life (h)
62.99
4.79
702.45
7.24
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Profil konsentrasi mangostin dalam plasma tikus
setelah pemberian dosis 40 mg/kg BB per oral [Sumber: Syamsudin. 2009.
54 tanpa diolah]
2.2.8. Dosis pada manusia
Dengan menggunakan tabel konversi Lawrence dan Bacharach 47
, dan
ekstrapolasi menggunakan luas permukaan tubuh, maka dosis pada manusia (dengan
berat badan 70 kg) adalah 14.0
56 kali dosis tikus (dengan berat badan 200 g), sama dengan
3200 mg per hari. Pada manusia dengan BB 50 Kg, maka dosis per hari adalah 70
50 x
3200 mg = 2286 mg.
Penelitian ini memakai sediaan kapsul ekstrak etanol kulit buah manggis yang
sudah beredar dipasaran (Lampiran Sertifikat), dan dosis tersebut hampir setara dengan 3
kali sehari 2 kapsul @ 400mg (= 6 x 400 mg = 2400 mg per hari).
Tabel 2.4. Nilai konversi Lawrence dan Bacharach [Sumber: Akhila JS, 2007.
47 tanpa diolah]
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Subyek penelitian diberi dosis minimum (sesuai dengan uji klinis fase II), yakni 3
kali sehari 1 kapsul @ 400mg, dengan jadwal yang disesuaikan dengan ketersediaan
hayatinya (bioavailability), 51, 52
sebagai berikut:
a. ½ jam sebelum makan pagi (sekitar jam 6:30)
b. ½ jam sebelum makan siang (sekitar jam 12:30)
c. ½ jam sebelum makan malam (sekitar jam 18:30)
2.3. Radikal bebas dan antioksidan
2.3.1. Pengertian dasar
Radikal bebas (free radicals) adalah molekul yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan di bagian terluar orbitnya, sehingga tidak satbil dan sangat reaktif. Contoh
radikal bebas oksigen (reaktive oxygen species, ROS) adalah superoksida, hidroksil,
peroksil (RO2•), alkosil (alkoxyl RO
•) dan hidroperoksil (hydroperoxyl HO2
•). Nitrat
oksida (nitric oxide) dan nitrogen dioksida (nitrogen dioxide •NO2 ) adalah radikal bebas
nitrogen (reaktive nitrogen species RNS).
Radikal bebas oksigen dan radikal bebas nitrogen dapat berubah menjadi non-
radikal (non-radical reactive species), yaitu hidrogen peroksida, asam hipoklorida
(hypochlorous acid HOCl), asam hipobromus (hypobromous acid, HOBr) dan
peroksinitrit (peroxynitrite PNOO-).
ROS dan RNS diproduksi oleh hewan maupun manusia secara fisiologis maupun
patologis. 43
Dalam keadaan patologis ROS dapat mengoksidasi dan menghambat
aktivitas enzim yang mengandung elemen sulfur dan ferum, sehingga terjadi oksidasi
biomolekular misalnya protein, lipid dan DNA, berakibat kerusakan sel atau gen. 44
Pembentukan radikal bebas secara fisiologis berjalan dalam keseimbangan dengan
peredamannya (scavenging). Gambar 2.5. mengambarkan tentang pembentukan radikal
bebas, sedangkan Gambar 2.6. menggambarkan peredamannya. 43
Peredaman radikal
bebas dilakukan melalui reaksi enzimatik dan non-enzimatik. Antioksidan enzimatik
adalah SOD, GSH peroksidase, glutatione reduktase, dan katalase. Antioksidan dari
asupan nutrien seperti Vitamin A, E dan C serta metabolit sekunder dari herbal seperti
senyawa fenol, polifenol, flavonoid dan katecin serta karotenoid. 46
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
15
Universitas Indonesia
2.3.2. Pembentukan malondialdehid (MDA) akibat peroksidasi lipid 12
Radikal bebas dapat merusak molekul lipid, protein, dan DNA. Peroksidasi pada
molekul lipid (yang merupakan bagian dari membran sel), terutama terjadi pada asam
lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA).
Awal kerusakan terjadi pada ikatan tak jenuh pada rantai karbon ( C = C )
(Gambar 2.5.) (tahap I), sehingga mudah terjadi pemisahan atom hidrogen oleh radikal
bebas, dan terbentuklah radikal bebas lipid (tahap II). Selanjutnya terjadi oksidasi dan
terbentuk radikal peroksil (tahap III). Radikal peroksil ini bereaksi dengan PUFA lain,
memisahkan elektron dan terbentuklah lipid hidroperoksida (tahap IV). Lipid
hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak stabil dan fragmentasinya membentuk
MDA (tahap V).
Gambar 2.5. Pembentukan MDA dari Asam lemak tak jenuh ganda.
[Sumber: Grotto, 2009, 12
tanpa diolah]
MDA dapat dipakai sebagai petanda (marker) dari kerusakan membran sel yang
diakibatkan oleh radikal bebas. Pengukuran kadar MDA dalam plasma darah dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri atau dengan kromatografi. Pada metode
spektrofotometri, MDA direaksikan dengan thiobarbituric acid reactive substances
(TBARS) sehingga terbentuk pigmen MDA-TBA yang dapat terdeteksi dengan
spektrofotometri pada gelombang 532 nm.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
16
Universitas Indonesia
Gambar 2.6. Pembentukan radikal bebas pada sel mamalia
[Sumber: Fang Y-Z. Free Radicals, Antioxidants, and Nutrition. 2002. 43
]
Keterangan singkatan:
AA, amino acid; Arg, L-arginine; BH4, (6R)-5,6,7,8,-tetrahydro-L-biopterin;
CH2O, formaldehyde; Cit, L-citrulline; DQ, diquat; ETS, electron transport system;
FAD, flavin adenine dinucleotide (oxidized); FADH2, flavin adenine dinucleotide (reduced); Gly, glycine;
H2O2, hydrogen peroxide; HOCl, hypochlorous acid;
H•LOH, hydroxy lipid radical;
IR, ionizing radiation; L•, lipid radical; LH, lipid (unsaturated fatty acid);
LO•, lipid alkoxyl radical; LOO
•, lipid peroxyl radical; LOOH, lipid hydroperoxide;
MPO, myeloperoxidase; NAD+, nicotinamide adenine dinucleotide (oxidized);
NADH, nicotinamide adenine dinucleotide (reduced);
NADP+, nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (oxidized);
NADPH, nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (reduced); •NO, nitric oxide;
O2- , superoxide anion radical;
•OH, hydroxyl radical; ONOO
-, peroxynitrite;
P-450, cytochrome P-450; PDG, phosphate-dependent glutaminase; Sar, Sarcosine;
SOD, superoxide dismutase; Vit C, vitamin C; Vit E, vitamin E (α-tocopherol).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
17
Universitas Indonesia
Gambar 2.7. Peredaman radikal bebas
[Sumber: Fang Y-Z. Free Radicals, Antioxidants, and Nutrition. 2002. 43
]
Keterangan singkatan:
ADP, adenosine diphosphate; Arg, arginine; BH4, (6R)-5,6,7,8,-tetrahydro-L-biopterin; Carn,
carnosine; Cat, catalase; Cit, citrulline; Cyt C, cytochrome C;
ETS, electron transport system; Glu, L-glutamate; Gly, glycine;
γ-Glu-CySH, γ-glutamyl-cysteine; GS-SG, oxidized glutathione (glutathione disulfide); GSH,
glutathione (reduced form); GSH-Px, glutathione peroxidases;
GSH-R, glutathione reductase; GSH-T, glutathione S-transferase;
GSNO, nitrosylated glutathione; HbO2, oxyhemoglobin; Heme-NO, heme-nitric oxide; His, histidine;
LOH, lipid alcohol; LOO•, lipid peroxyl radical;
LOOH, lipid hydroperoxide; •NO, nitric oxide; NO3
-, nitrate;
O2-, superoxide anion radical; ONOO
-, peroxynitrite; PC, pentose cycle; R
•, radicals;
R, non-radicals; R5P, ribulose 5-phosphate; SOD, superoxide dismutase;
Tau, taurine; Vit C, vitamin C (ascorbic acid); Vit C•, vitamin C radical;
Vit E, vitamin E (α-tocopherol); Vit E•, vitamin E radical.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
18
Universitas Indonesia
2.3.3. Stres oksidatif dalam patogenesis jerawat
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis jerawat 25
, dapat dilihat pada
Gambar 2.7., antara lain:
a. produksi sebum yang dipengaruhi faktor hormonal
b. hiperkeratinisasi folikular di daerah infundibulum
c. kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, yang menstimukasi sitokin sehingga
menimbulkan proses inflamasi
d. keterlibatan sel-sel neutrofil untuk membunuh P. acnes dengan cara mengeluarkan
radikal bebas oksigen (reactive oxigen species, ROS) misalnya superoksida O2•
Gambar 2.8. Faktor-faktor pencetus jerawat.
[Sumber: Kurokawa, 2009., tanpa diolah 25
]
2.3.4. Manfaat antioksidan untuk terapi jerawat
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa jerawat berhubungan dengan stres
oksidatif 10
dan zat biokimiawi neuropeptida 33
. Kerusakan akibat stress oksidatif
contohnya terjadi peroksidasi lipid 34
dan menurunnya kadar antioksidan glutation 15
telah terbukti dalam hasil beberapa penelitian tersebut.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Antioksidan diharapkan dapat meredam radikal bebas pada jerawat, seperti halnya
vitamin A, vitamin E dan vitamin C, yang sebagai antioksidan, telah terbukti dapat
meredam keparahan inflamasi jerawat. 43
Antioksidan berbahan baku alam yaitu ekstrak
etanol kulit buah manggis, secara in vitro terbukti dapat membunuh bakteri P. acnes 29
dan dapat meredam radikal bebas. 30
Dalam penelitian ini, akan diuji manfaat ekstrak etanol kulit buah manggis
sebagai alternatif atas standar terapi yang telah diketahui. Pada Gambar 2.8. dapat dilihat
peran medikamentosa pada target-terapinya masing-masing.
Gambar 2.9. Terapi jerawat dan targetnya masing-masing. [Sumber: Kurokawa, 2009., tanpa diolah
25 ]
Dengan merujuk pada penelitian in vitro 29, 30
, uji toksisitas 48, 49, 50
, LD50 51, 52
dan ketersediaan hayati serta farmakokinetiknya 53, 54
, maka dalam penelitian ini,
ekstrak etanol kulit buah manggis diberikan per oral pada subyek penelitian, dengan
hipotesis dapat bermanfaat mengurangi keparahan jerawat dengan cara meredam stres
oksidatif. 37, 38, 42, 43
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
20
Universitas Indonesia
2.4. Kerangka teori
Hipotesis penelitian
Bagan 2.1. Kerangka Teori
Hiperseborea: sebum ↑
Hormon androgen
Hiperkeratinisasi ( proliferasi epitel ↑ )
Regulasi neuropeptida
Inflamasi ↑
Propionibacterium acnes ( kolonisasi ↑ )
Keparahan jerawat ↑
Stres oksidatif
Ekstrak etanol kulit buah manggis
Keparahan jerawat ↓
Kerusakan oksidatif ↓ ( MDA ↓ )
Parameter penelitian
Unit pilosebasea
Lingkup penelitian
Antioksidan
Xanthone
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
21
Universitas Indonesia
2.5. Kerangka konsep
Bagan 2.2. Kerangka konsep
Keterangan:
Etiopatologi jerawat bersifat multifaktorial, antara lain dipengaruhi oleh faktor
stres oksidatif yang menimbulkan kerusakan berupa lesi jerawat dan meningkatnya
kadar malondialdehid (MDA) dalam darah.
Ekstrak kulit buah manggis diketahui memiliki fungsi sebagai antioksidan yang
dapat meredam stres oksidatif.
Dalam penelitian ini diuji pengaruh antioksidan dalam meredam stres oksidatif,
yang dapat diukur dari variabel (parameter) derajat keparahan jerawat dan produk
kerusakan oksidatif (malondialdehid, MDA).
ETIOPATOLOGI JERAWAT (multi-faktorial)
STRES OKSIDATIF & KERUSAKAN OKSIDATIF
JERAWAT
EKSTRAK KULIT BUAH
MANGGIS
MDA
PERBAIKAN JERAWAT PENURUNAN MDA
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinik, menggunakan pembanding, acak dan
tersamar ganda pada populasi yang mempunyai karakteristik homogen dalam aktivitas
keseharian, pola diet dan perilaku higienisnya.
Kapsul EKBM diberikan kepada subyek penelitian per oral dengan dosis yang
sesuai dengan data ketersediaan hayati (bioavailability), serta dengan memperhatikan
hasil penelitian tentang toksisitas akut, subkronis maupun kronis pada hewan coba.
Disamping itu kepada semua subyek penelitian (SP) diberikan obat standar
(krim topikal asam retinoat 0,025%), sesuai dengan persyaratan dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan.
3.2. Populasi dan randomisasi subyek penelitian
3.2.1. Populasi penelitian.
Sesuai dengan rancangan penelitian, maka populasi penelitian adalah subyek
berjerawat yang tinggal bersama dalam asrama sekolah. Pemilihan populasi ini
bertujuan agar terdapat homogenitas dalam aktivitas keseharian, pola diet dan
perilaku higienisnya, karena jerawat diketahui dipengaruhi oleh multi faktor, antara
lain faktor hormon, pola diet, dan perilaku higienis seseorang.
3.2.2. Subyek penelitian (SP) dan randomisasi
Subyek penelitian adalah bagian dari populasi penelitian sesuai kriteria
penerimaan. Untuk tujuan metode penelitian tersamar ganda, maka SP diacak terlebih
dahulu dengan 2 tahap randomisasi, yaitu:
1) yang pertama, patient allocation untuk parameter klinis jerawat (jumlah lesi
jerawat)
2) yang kedua, random sampling untuk parameter kerusakan oksidatif (MDA
plasma darah)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
23
Universitas Indonesia
3.3. Bahan dan Alat
3.3.1. Kapsul ekstrak
Ektrak kulit buah manggis (EKBM) (Garcinia mangostana L) diperoleh dari
PT Sido Muncul, yang melakukan ekstraksi dengan metoda perkolasi menggunakan
pelarut etanol 40%, dikemas dalam kapsul.
Kepada SP kelompok perlakuan diberikan peroral kapsul EKBM
(mengandung 400 mg ekstrak kulit buah dengan dosis 3 x 1 kapsul setiap hari selama
3 minggu masa penelitian.
Kepada SP kelompok kontrol diberikan kapsul plasebo dengan dosis yang
sama, 3 x 1 kapsul setiap hari selama 3 minggu masa penelitian.
3.3.2. Obat standar: krim topikal dan sabun pencuci wajah.
Obat standar adalah sediaan krim yang mengandung asam retinoat 0,025%
yang diberikan secara topikal pada wajah berjerawat derajat ringan dan sedang, setiap
malam, sselama 3 minggu masa penelitian..
Setiap pagi sesudah bangun tidur dan sore hari, semua SP diminta untuk
mencuci wajahnya dengan sabun ‘bayi’, setiap hari selama 3 minggu masa penelitian.
Obat standar diberikan kepada semua SP, baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok perlakuan, karena Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM
mensyaratkannya, disamping pemberian kapsul EKBM yang menjadi bahan uji klinis.
3.4. Kriteria penerimaan, penolakan dan pengeluaran
3.4.1. Kriterian penerimaan
a. Laki-laki dan perempuan, berumur antara 18-30 tahun.
b. Secara klinis didiagnosis jerawat (acne vulgaris) dengan derajat ringan dan sedang
pada tempat predileksinya.
c. Bersedia menjadi subyek penelitian, setelah diberi penjelasan (informed consent)
3.4.2. Kriteria penolakan
a. Menderita penyakit kulit lain, selain jerawat.
b. Menderita jerawat dengan keparahan berat dan sangat berat.
c. Mengkonsumsi obat oral yang mengandung vitamin A, E dan C dalam se minggu
terakhir sebelum penelitian dilaksanakan.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
24
Universitas Indonesia
d. Menggunakan obat-obatan topikal dalam seminggu terakhir sebelum penelitian
dilaksanakan.
e. Diketahui sebelumnya pernah alergi terhadap kapsul EKBM atau obat tretinoin
topikal.
f. Sedang hamil.
3.4.3. Kriteria pengeluaran (drop out):
Pengeluaran subyek dari penelitian dilakukan apabila tidak berpartisipasi lebih
dari 20% dalam kegiatan:
a. mengkonsumsi kasul ekstrak dan kapsul plasebo yang diberikan
b. mengundurkan diri secara sukarela dengan menandatangani pernyataan tertulis
3.5. Tempat dan waktu penelitian
Setelah mendapat Surat Lolos Kaji Etik pada tanggal 28 Mei 2012 (Lampiran
1), dan memberikan penjelasan (informed consent) kepada calon subyek penelitian
[siswa Akademi Perawat (AKPER)], maka penelitian dilaksanakan di AKPER RS
PGI Cikini dari tanggal 9 Juli 2012 sampai dengan 3 Agustus 2012.
Analisis biokimiawi atas nilai MDA dalam plasma darah SP dilaksanakan di
Laboratorium Stres Oksidatif Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI pada
tanggal 10 Agustus 2012 (untuk plasma darah sebelum perlakuan) dan 29 September
2012 (untuk plasma darah sesudah perlakuan).
3.6. Cara penelitian
3.6.1. Persetujuan tindakan medis
Setelah diberi penjelasan mengenai hal yang akan dilakukan subyek
penelitian, dengan sukarela subyek penelitian menanda-tangani surat persetujuan
untuk mengikuti penelitian.
3.6.2. Cara pengumpulan data
Pada status pemeriksaan, dicatat hal-hal sebagai berikut:
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Anamnesis meliputi: data umum, riwayat jerawat (bila ada), dan riwayat penyakit
lainnya.
Pemeriksaan fisis meliputi: status generalis dan menghitung lesi jerawat di tempat
predileksinya (wajah, punggung dan dada bagian atas).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
25
Universitas Indonesia
b. Pengambilan foto wajah, punggung dan dada bagian atas.
c. Pada SP yang terpilih secara acak, diambil spesimen darah vena di daerah ante
cubitus sebanyak 5 mL, dengan menggunakan vacutainer dengan antikoagulan
heparin, untuk pemeriksaan kadar MDA.
d. Butir (b) dan (c) dilakukan 2 (dua) kali, yaitu diawal (hari pertama minggu
pertama dan diakhir (hari terakhir minggu ketiga) penelitian.
3.6.3. Perlakukan terhadap subyek penelitian (SP)
3.6.3.1. Randomisasi SP.
Subyek penelitian (pasien berjerawat dengan derajat ringan sampai sedang)
dibagi menjadi 2 (dua) kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakukan. Randomisasi dilakukan dengan metode block randomization, berdasarkan
tabel angka random, (59)
yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk, dan kunci lemari
penyimpanan data randomisasi disimpan oleh petugas lain yang akan ditunjuk.
Randomisasi dilakukan 2 tahap untuk keperluan :
a. Patient allocation dengan block rabdomization
Besar sampel ini dibagi dua sama rata untuk mendapat 2 kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri dari 47
SP.
b. Pengambilan spesiman darah SP dengan random sampling
Masing-masing kelompok diacak sekali lagi, sehingga pada kelompok kontrol ada
20 SP dan pada kelompok perlakuan ada 20 SP yang akan diambil spesimen
darahnya.
Setelah seluruh database hasil penelitian diperoleh, maka untuk tujuan analisis
statistik, data radomisasi yang disimpan di Departemen IKKK FKUI dibuka pada
tanggal 12 Nopember 2012. Selanjutnya database yang sudah dikelompokkan
kedalam kelompok kontrol dan perlakuan, dianalisis dengan menggunakan SPSS.
3.6.3.2. Pengambilan foto
Di dalam ruang tertutup SP diminta untuk mengganti bajunya dengan handuk
kemben yang disediakan, sedemikian agar dada bagian atas dan punggungnya tampak
jelas. Rambut disingkap agar tidak menutupi dahi dan bahu serta punggung. Lesi
jerawat difoto dengan kamera digital dengan ketajaman 8.1 pixel, dengan
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
26
Universitas Indonesia
pencahayaan dan sudut pengambilan foto yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah
itu, foto di-edit untuk menghasilkan brightness dan contrast yang optimal untuk
menilai lesi jerawat dan menghitung jumlahnya.
Gambar 3.1. Teknik pengambilan foto lesi jerawat,
menggunakan fiksasi tripod dan auto-shot,
untuk menghindari getaran.
Setiap SP diambil fotonya sebanyak 3 kali (wajah sisi kiri, wajah sisi kanan
dan punggung) pada tahap sebelum perlakuan dan diulangi pada tahap sesudah
perlakuan, sehingga seluruhnya ada 6 foto.
Pada tahap awal penelitian (sebelum perlakuan) ada 94 x 3 foto = 282 foto.
Pada tahap akhir penelitian (sesudah perlakuan) ada 86 x 3 foto = 258 foto.
Gambar 3.2. Foto jerawat seluruh SP ada 2 x 258 = 516 foto.
SP yang dropout tidak diikutsertakan.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
27
Universitas Indonesia
3.6.3.3. Perhitungan lesi jerawat
Foto rekaman jerawat merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Hayashi
(2008) 23
, dengan contoh foto seperti pada Gambar 3.3. (Hayashi hanya foto wajah
saja).
Gambar 3.3. Kriteria Hayashi untuk keparahan jerawat
[Sumber: Hayashi, 2008; tanpa diolah. 23
]
Peneliti melakukan modifikasi, yaitu kriteria keparahan jerawat didasarkan
pada jumlah lesi jerawat di seluruh tempat predileksi jerawat (wajah, leher, dada
bagian atas dan punggung). Dengan software paint, foto digital lesi jerawat ditandai
lingkaran dan ditulis jumlahnya, dengan warna hitam untuk komedo, merah untuk
papula dan kuning untuk pustula. (Gambar 3.4).
Keterbatasan teknik fotografi adalah tidak dimungkinkannya pemeriksaan
palpasi pada lesi dan kemungkinan terdapat lesi yang tidak terdeteksi akibat faktor
pencahayaan dan sudut pengambilan foto, namun bermanfaat sebagai dokumen yang
obyektif dan reproducible.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
28
Universitas Indonesia
Gambar 3.4. Hitungan lesi jerawat
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Sisi kiri wajah: 5 komedo, 6 papula.
Dada (dd): tak ada lesi jerawat.
Sisi kiri wajah: 3 komedo, 3 papula.
Dada (dd): tidak ada lesi jerawat.
Sisi kanan wajah: 8 komedo, 5
papula, 0 pustula
Sisi kanan wajah: 3 komedo, 1 papula,
0 pustula
Punggung: 10 komedo, 3 papula, 0
pustula
Punggung: 8 komedo, 0 papula, 0
pustula
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
29
Universitas Indonesia
3.6.3.4. Pemberian obat-obatan dan dosisnya
a. Kapsul ekstrak kulit manggis diminum per oral dengan dosis 3 x 1 kapsul per hari,
diminum sebelum makan pada waktu perut kosong, bersama segelas air putih,
selama periode 3 minggu berturut-turut.
b. Obat topikal krim retinoic acid 0.025 % diberikan kepada semua subyek
penelitian, untuk dipakai setiap hari pada waktu malam saja.
c. Sabun non-iritatif (“sabun bayi”) dipakai untuk mencuci wajah setiap hari.
3.6.3.5. Jadwal minum kapsul adalah sebagai berikut:
a. ½ jam sebelum makan pagi (sekitar jam 6:30)
b. ½ jam sebelum makan siang (sekitar jam 12:30)
c. ½ jam sebelum makan malam (sekitar jam 18:30)
3.6.3.6. Kepatuhan minum kapsul
Kapsul ekstrak maupun plasebo diberikan kepada SP seminggu sekali dalam
wadah berisi 21 kapsul, pada awal minggu pertama, kedua dan ketiga. SP diminta
untuk mencatat setiap kali minum kapsul pada lembar catatan yang telah disediakan.
Kepatuhan SP minum kapsul dimonitor dari sisa kapsul di dalam wadah yang semula
berisi 21 kapsul, di setiap akhir minggu minggu pertama, kedua dan ketiga. Lembar
catatan minum kapsul minggu sebelumnya, dikembalikan, dan diberi lembar catatan
yang baru.
3.6.3.7. Pengambilan spesimen darah
Pada SP yang terpilih secara acak, diambil spesimen darah vena di daerah ante
cubitus sebanyak 5 mL, dalam vacutainer dengan antikoagulan heparin, untuk tujuan
pemeriksaan kadar MDA. Pengambilan spesimen darah dilakukan 2 (dua) kali, yaitu
diawal (hari pertama minggu pertama dan diakhir (hari terakhir minggu ketiga)
penelitian. MDA yang merupakan produk akhir proses peroksidasi lipid, bila
direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) pada suhu 100oC akan membentuk
senyawa berwarna merah muda, yang memberikan serapan pada panjang gelombang
320 nm. Serapan tersebut diukur dengan spektrofotometer. Tahap-tahap analisis kadar
MDA dapat dilihat pada Lampiran 9.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
30
Universitas Indonesia
3.7. Sampel penelitian
3.7.1. Penentuan besar sampel 58
3.7.1.1. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Berdasarkan rancangan penelitian, penentuan besar sample kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan dihitung dengan rumus :
n1 = n2 = {
}2 (3.1)
Keterangan:
n1 = n2 = besar sampel.
α = tingkat kemaknaan pada penelitian ini, ditetapkan sebesar 5% = 1.96
P1 = proporsi kesembuhan jerawat yang mendapat terapi standar dan ekstrak kulit
manggis = 70% = 0.7
P2 = proporsi kesembuhan jerawat yang mendapat terapi standar = 40% = 0.4
P = ½ x (P1 + P2) = ½ X 110% = 55% = 0.55
Q = (1 - P) = 1 – 0.55 = 0.45
1-β = power penelitian ini, ditetapkan sebesar 80% = 0.842
Besar sampel dari perhitungan rumus = 41,98 dibulatkan 42 orang. Ditambah
antisipasi 10% dropout sehingga besar sampel adalah n1 = n2 =
= 46.7
dibulatkan 47 orang. Dengan demikian diperlukan seluruhnya 2 x 47 = 94 orang.
3.7.1.2. Besar sampel untuk analisis nilai MDA
Penentuan besar sampel pemeriksaan spesimen darah vena subyek penelitian,
merujuk penelitian Surlinia N (2010) 55
mengenai kadar MDA pada pasien berjerawat
dan orang normal, sebagai berikut :
a. Kadar MDA pada orang berjerawat = 3.9 ± 0.60 nmol/mL.
b. Kadar MDA pada populasi umum = 2.1 ± 0.29 nmol/mL.
Rumus untuk menghitung besar sampel adalah:
n1 = n2 = 2 x{
}2 (3.2)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
31
Universitas Indonesia
Keterangan:
n1 = n2 = besar sampel
α = tingkat kemaknaan pada penelitian ini, ditetapkan sebesar 5% = 1.96
X1 = proporsi parameter MDA, sebelum perlakuan 3.9 nmol/mL.
X2 = proporsi parameter MDA, pada penelitian ini sesudah perlakuan diasumsikan
menurun sebanyak 15% menjadi 3.32 nmol/mL.
1-β = power penelitian ini, ditetapkan sebesar 20% = 0.842
SB = 0.60
Besar sampel dari perhitungan didapatkan n = 16.52 orang, dibulatkan menjadi
17 orang. Ditambah antisipasi 10% dropout, menjadi total
= 18.8 dibulatkan 19
orang. Dalam pelaksanaannya dibulatkan menjadi 20 orang.
3.8. Parameter penelitian
3.8.1. Derajat dan kriteria keparahan jerawat
Derajat keparahan jerawat ditentukan dengan menghitung jumlah lesi jerawat
(komedo, papula dan pustula), yang terdapat di tempat predileksinya, yaitu wajah,
dada dan punggung SP. Jumlah lesi jerawat tersebut (variabel numerik) kemudian
dikonversikan menjadi kriteria yang berlaku (variabel kategorik ordinal).
Kriteria keparahan jerawat (ringan, sedang, berat) yang semula menggunakan
kriteria menurut Syarif (1982) 1 telah diubah menjadi kriteria menurut Lehman
(2011), karena apabila menggunakan kriteria Syarif, terdapat SP yang berjerawat
derajat berat yang termasuk kriteria eksklusi. Dengan kriteria Lehman, semua SP
termasuk kriteria inklusi (Lampiran 5. Kriteria Syarif).
3.8.2. Kerusakan akibat stres oksidatif (MDA, malondialdehid)
Petanda (marker) terjadinya kerusakan oksidatif adalah senyawa
malondialdehid (MDA), yang merupakan produk kerusakan asam lemak tidak jenuh
ganda (poly unsaturated faty acid, PUFA), yang terdapat pada membran sel. 12
Senyawa MDA yang diperoleh dari darah (whole blood) SP, di sentrifus 5000 rpm
selama 10 menit di fasilitas laboratorium RS PGI Cikini, untuk memisahkan plasma
darah. Plasma darah disimpan dalam test tube pada suhu -20oC di Laboratorium Stres
Oxidatif Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, sampai siap untuk
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
32
Universitas Indonesia
dianalisis dengan metode “thiobarbituric acid reactive substances” assay (TBARS).
12 Tahap-tahap analisisnya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
3.9. Definisi operasional
Dalam penelitian ini dibuat definisi operasional sebagai berikut:
3.9.1. Umur
Umur dihitung dalam satuan tahun. Pada lembar catatan medik, SP diminta
mencantumkan tanggal-bulan-tahun kelahirannya. Dengan software microsoft excel,
umur SP dihitung melalui selisih antara waktu kelahirannya dengan tanggal 31 Juli
2012.
3.9.2. Jenis Kelamin
Subyek penelitian adalah laki-laki dan perempuan. Pada lembar catatan medik,
SP diminta mencantumkan jenis kelaminnya.
3.9.3. Status pendidikan dan alamat tinggal
Subyek penelitian adalah siswa Akademi Perawatan (AKPER) di RS PGI
Cikini, dari tingkat I sampai tingkat III, yang tinggal di asrama AKPER. Perawat yang
telah lulus AKPER RS PGI Cikini, namun masih tinggal di asrama, dapat menjadi
subyek penelitian.
3.9.4. Derajat keparahan jerawat
Kriteria derajat keparahan jerawat sesuai dengan yang dianut oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), yaitu
kriteria Lehman dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Lehman untuk keparahan jerawat
Derajat Jumlah
Komedo atau
Jumlah
Lesi Inflamasi
Total
Lesi
Ringan < 20 < 15 < 30
Sedang 20 – 100 15 - 50 30- 125
Berat > 100 Kista > 5 > 50 > 125
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
33
Universitas Indonesia
3.9.5. Perbaikan keparahan jerawat
Penilaian atas perbaikan keparahan jerawat dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu secara keseluruhan untuk menilai perubahan jumlah lesi jerawat di semua
tempat predilaksinya, dan aspek efektifitas EKBM terhadap lesi jerawat beradang
(papula & pustula), serta aspek efektifitas obat standar krim topikal asam retinoat
0.025% yang hanya dioleskan pada wajah (tidak di dada dan punggung).
Dengan demikian, definisi operasional berkurangnya keparahan jerawat,
didasarkan pada berkurangnya jumlah lesi jerawat sebanyak 20% dari:
3.9.5.1. Total lesi jerawat beradang dan tidak beradang, di semua tempat
predileksinya (wajah, dada dan punggung).
3.9.5.2. Total lesi jerawat beradang dan tidak beradang, di wajah saja.
3.9.5.3. Total lesi jerawat beradang dan tidak beradang, di dada dan punggung saja.
3.9.6. Kerusakan oksidatif
Petanda (marker) untuk kerusakan oksidatif adalah malondialdehid (MDA),
yang terdapat dalam darah SP. Untuk menilai kadarnya, dipakai metode TBARS
assay. (12)
, dimana MDA direaksikan dengan TBA (thiobarbituric acid) sehingga
terbentuk senyawa MDA-TBA berwarna merah muda yang dapat terdeteksi dengan
spektrofotometri pada gelombang 532 nm.
3.10. Perubahan (amandemen) protokol penelitian
Selama penelitian berjalan, peneliti memohon kepada Direktur RS PGI Cikini
untuk mengikut-sertakan perawat (yang juga tinggal di asrama) sebagai SP, karena
jumlah siswa AKPER tidak mencukupi. (Lampiran 4). Keikutsertaan perawat sebagai
SP tidak seluruhnya sesuai dengan kriteria inklusi dalam hal umur (18-30 tahun). Ada
6 orang perawat yang umurnya lebih dari 30 tahun, dengan kisaran 31-47 tahun.
(Lampiran SPSS 1)
Selain itu, kriteria keparahan jerawat yang semula menggunakan kriteria yang
dipakai oleh Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) FKUI (Butir
3.9.4. kriteria Syarif), diubah dengan kriteria Lehman yang dipakai oleh Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski). Perubahan ini dilakukan
karena apabila menggunakan kriteria Syarif, akan didapat keparahan jerawat derajat
berat, yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi (derajat ringan dan sedang). Perubahan
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
34
Universitas Indonesia
kriteria tersebut tidak mengubah perlakuan terhadap SP. Perubahan kriteria mendapat
persetujuan oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI – RSCM (Lampiran 7).
3.11. Analisis data 60
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan atas data bivariat, karena
berasal dari data yang diperoleh sebelum dan sesudah perlakuan, baik dari kelompok
kontrol (plasebo) maupun kelompok perlakuan. Uji statistik menggunakan SPSS,
yang output analisisnya dilampirkan di Lampiran SPSS.
Parameter yang diukur adalah derajat keparahan jerawat (dengan menghitung
jumlah lesi jerawat) dan produk kerusakan oksidatif (nilai MDA dalam plasma darah)
yang terjadi pada SP.
Analisis atas perubahan sebelum dan sesudah perlakuan, terdiri dari:
a. Data derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman adalah variabel kategorik
ordinal, maka analisis statistik menggunakan uji Chi-Square (χ2), dengan
membandingkan proporsi jumlah SP yang lesi jerawatnya berkurang sebanyak
20% (lihat Butir 3.9.5. Definisi operasional perbaikan keparahan jerawat dan
Tabel 3.2.).
b. Data derajat keparahan jerawat yang didasarkan pada jumlah lesi jerawat yang
dihitung pada tempat predileksinya adalah variabel numerik, yang apabila
distribusinya normal di analisis dengan uji-t berpasangan. Apabila distribusinya
tidak normal, di analisis menurut uji-t Wilcoxon.
c. Data kerusakan oksidatif termasuk data numerik, di analisis dengan
menggunakan uji-t berpasangan (bila data terdistribusi normal atau uji-t Wilcoxon
(bila data terdistribusi tidak normal).
Analisis atas kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan dengan uji
Mann-Whitney karena keduanya tidak berpasangan dan variabelnya terdistribusi tidak
normal.
Secara ringkas, analisis statistik dilakukan seperti pada Tabel 3.1. untuk
variabel kategorik dan Tabel 3.2. untuk variabel numerik.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Tabel 3.2. Uji Chi square (χ2) atas variabel kategorik
Jumlah
lesi jerawat
Sesudah perlakuan
Total Kelompok
kontrol
Kelompok
perlakuan
Berkurang >20% a b a + b
Berkurang <20% c d c + d
Total a + c b + d a+b+c+d
Keterangan: a, b, c dan d = jumlah SP (orang)
χ2 =
Tabel 3.3. Analisis statistik atas variabel numerik
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sebelum
perlakuan
Rerata
Simpang baku
Median
Min - Max
Rerata
Simpang baku
Median
Min - Max Uji t-tidak
berpasangan
Mann-Whitney Sesudah
perlakuan
Rerata
Simpang baku
Median
Min - Max
Rerata
Simpang baku
Median
Min - Max
Uji t-berpasangan
atau
uji Wilcoxon
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
36
Universitas Indonesia
3.12. Kerangka operasional:
Alur penelitian adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1. Alur penelitian
__________________________________________
Periode penelitian selama 3 minggu berturut-turut
Derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman
MDA = malondialdehid = malondialdehyde (marker of oxidative stess)
Pemilihan subyek inklusi
Pemeriksaan kondisi kesehatan subyek
AWAL 1) derajat keparah jerawat
2) nilai MDA
Selama 3 minggu :
1) Krim topikal
asam retinoat 0,025%
dioleskan pada jerawat di
wajah (malam hari)
2) Minum kapsul ekstrak
atau kapsul plasebo
3 x 1 kapsul @ 550 mg
Laporan Hasil Penelitian
Uji statistik
AKHIR 1) derajat keparah jerawat
2) nilai MDA
Dalam periode 3 minggu,
ada 2 x pemeriksaan:
1) derajat keparahan jerawat
2) nilai MDA.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
37
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
4.1.1. Keterbatasan penelitian
Pada rancangan penelitian, besar sampel untuk penelitian diharapkan
dapat dipenuhi dari seluruh siswa AKPER. Namun jumlah siswa yang berjerawat
ringan dan sedang tidak seluruhnya bersedia berpartisipasi dalam penelitian,
sehingga diperlukan tambahan subyek dari Perawat yang bertugas di RS PGI
Cikini. Tambahan tersebut menyebabkan kriteria inklusi untuk umur 18-30 tahun
tidak dapat dipenuhi, karena ada 6 orang perawat (6,4% dari 94 SP) yang berumur
diantara 31-47 tahun.
Derajat keparahan jerawat menurut kriteria Syarif (Lampiran 5)
menyebabkan kriteria inklusi untuk keparahan jerawat ringan dan sedang tidak
terpenuhi, karena terdapat SP dengan derajat keparahan berat. Oleh karena itu,
kriteria Syarif diganti dengan kriteria Lehman, sehingga semua SP berada pada
derajat ringan sampai sedang, sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini.
Perubahan ini tidak mengubah perlakuan terhadap SP dan telah disetujui oleh
Komite Etik.
Periode 3 minggu penelitian untuk menilai efektivitas ekstrak herbal
berbahan alam dipandang terlalu pendek, namun dilaksanakan dengan
pertimbangan kepatuhan SP pada protokol penelitian dan biaya penelitian. Selama
periode 3 minggu tersebut, tidak ada keluhan dari SP yang dapat diduga sebagai
gejala efek samping dan intoksikasi akibat pemberian ekstrak kulit buah manggis
(EKBM), walaupun tidak dilakukan pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal
pada SP.
4.1.2. Karakteristik subyek penelitian (SP)
Dari 94 SP sebagian besar adalah wanita dan ada 8 SP tidak mengikuti
seluruh tahap penelitian (dropout), sehingga ada 86 SP yang mengikuti penelitian
ini. Jumlah tersebut tetap memenuhi persyaratan besar sampel (84 orang), karena
telah diantisipasi 10% dropout. Karena jumlah siswa AKPER yang tinggal di
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
38
Universitas Indonesia
asrama tidak mencukupi, maka perawat juga diikutsertakan sehingga ada 6 orang
perawat (6.4% dari total SP) yang tidak memenuhi kriteria inklusi umur 18-30
tahun.
Setelah diacak menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan karakteristik SP pada dilihat pada Tabel 4.1. Walaupun ada 8
SP dropout, namun kedua kelompok tersebut setara (equal) untuk
diperbandingkan secara statistik. (Lampiran SPSS 1, Lampiran SPSS 1.a. dan
Lampiran SPSS 2)
Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian dan kesetaraannya
Karakteristik
Kelompok
kontrol
n = 41
Kelompok
perlakuan
n = 45
nilai
p
Pria 5 (12.2%) 6 (13.3%)
Wanita 36 (87.8%) 39 (86.7%)
Umur (tahun) (rerata ± SB) 22.19 ± 5.046 22.74 ± 5.322 0.606
Tinggi badan (cm) (rerata ± SB) 155.64 ± 5.929 156.74 ± 6.989 0.410
Berat badan (kg) (rerata ± SB) 56.15 ± 11.288 56.71 ± 11.366 0.811
4.1.3. SP yang dropout
Dari 94 SP, terdapat 8 SP (8,51%) yang tidak mengikuti seluruh tahapan
penelitian, sehingga SP yang mengikuti seluruh proses penelitian ada 86 orang.
Besar sampel 86 SP tersebut masih memenuhi rumusan sample size (84 orang).
Dari 8 SP dropout tersebut, 6 SP ada di kelompok kontrol dan 2 SP ada di
kelompok perlakuan, yang ternyata termasuk yang diambil specimen darahnya.
Alasan dropout adalah karena:
a. Satu (1) SP karena sakit dan harus dirawat
b. Dua (2) SP karena keluhan ‘alergi’ gatal-gatal terhadap kapsul EKBM
c. Lima (5) SP karena tidak patuh minum kapsul ekstrak kulit manggis, melebihi
20% jadwal minum kapsul yang telah ditentukan sebelumnya (3 x 1 kapsul
setiap hari selama 3 minggu berturut-turut).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
39
Universitas Indonesia
Dengan demikian keikutsertaan SP dalam penelitian, menurut
parameternya masing-masing (derajat keparahan jerawat dan nilai MDA plasma
darah) adalah sbb:
a. 45 SP dalam kelompok perlakuan, termasuk di antaranya ada 20 SP yang
diambil sampel darahnya
b. 41 SP dalam kelompok kontrol, termasuk di antaranya ada 18 SP yang diambil
sampel darahnya
Rincian keikutsertaan SP dalam masing-masing kelompok dapat dilihat
pada Bagan 4.1.
94 SP
47 SP
kelompok perlakuan
47 SP
kelompok kontrol
20 SP
nilai
MDA
20 SP
nilai
MDA
Drop-out : 8 SP
2 SP 6 SP
45 SP
klinis
jerawat
41 SP
klinis
jerawat
20 SP
nilai
MDA
18 SP
nilai
MDA
Bagan 4.1. Rincian keikutsertaan SP dalam kelompok
perlakuan dan kontrol
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
40
Universitas Indonesia
4.1.4. Derajat keparahan jerawat
4.1.4.1. Menurut kriteria Lehman
Dengan menggunakan kriteria Lehman untuk menilai keparahan jerawat
pada SP, diperoleh hasil penelitian seperti pada Tabel 4.2. (Lampiran SPSS 3).
Tabel 4.2. Jumlah SP (orang) dengan keparahan jerawat
derajat ringan dan sedang
sebelum dan sesudah perlakuan
Kelompok perlakuan Kelompok kontrol
Jerawat
ringan
Jerawat
sedang
Jerawat
ringan
Jerawat
sedang
Sebelum perlakuan 33 12 32 9
Sesudah perlakuan 42 3 35 6
Kemaknaan statistik
perubahan jumlah SP p = 0.016 p = 0.375
Uji statistik menunjukkan bahwa ditinjau dari kriteria Lehman, perbaikan
derajat keparahan tersebut secara statistik tidak bermakna pada kelompok kontrol
(p = 0.375), dan bermakna pada kelompok perlakuan (p = 0.016). (Lampiran
SPSS 4 dan Lampiran SPSS 5)
Secara klinis telah terjadi perbaikan keparahan jerawat, dengan :
a. bertambahnya jumlah SP yang berjerawat derajat ringan, yaitu:
1) semula 33 SP menjadi 42 SP pada kelompok perlakuan
2) semula 32 SP menjadi 35 SP pada kelompok kontrol
b. berkurangnya jumlah SP yang berjerawat derajat sedang, yaitu:
1) semula 12 SP menjadi 3 SP pada kelompok perlakuan
2) semula 9 SP menjadi 6 SP pada kelompok kontrol
4.1.4.2. Menurut jumlah lesi jerawat
a. Statistik jumlah lesi jerawat
Jumlah seluruh lesi jerawat (komedo, papula dan pustula) di semua tempat
predileksinya (wajah, dada dan punggung) adalah seperti pada Tabel 4.3.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
41
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Uji statistik atas jumlah lesi jerawat di antara kelompok
Kelompok Uji t-tak-
berpasangan
Mann-Whitney Kontrol
n = 41 Perlakuan
n = 45
Sebelum
perlakuan
Median 17.0 16.0 p = 0.92
Min - Max 1 - 53 1 - 76
Sesudah
perlakuan
Median 12.0 9.0 p = 0.55
Min - Max 0 - 49 0 - 71
Uji t-berpasangan
Wilcoxon p < 0.001 p < 0.001
Pada tahap sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, analisis uji t-tak-
berpasangan menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p = 0.92 dan p = 0.55)
(Lampiran SPSS 6).
Perubahan jumlah lesi jerawat di antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan, analisis uji t-berpasangan menunjukkan perbedaan bermakna (p <
0.001) (Lampiran SPSS 7). Secara grafis perubahan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perubahan jumlah lesi jerawat sebelum dan sesudah perlakuan
JUMLAH LESI JERAWAT di semua tempat predileksi
KONTROL PERLAKUAN
SEBELUM SESUDAH
10
15
20
25
JU
ML
AH
LE
SI
JE
RA
WA
T
20
15
21
13
SEBELUM SESUDAH
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Pada tahap sebelum perlakuan, perbedaan jumlah lesi jerawat tidak
bermakna, karena memang belum dilakukan intervensi apapun, dan analog dengan
uji kesetaraan diantara kedua kelompok.
Pada tahap sesudah perlakuan, perbedaan jumlah lesi jerawat juga tidak
bermakna, yang dapat ditafsirkan bahwa efektifitas pemberian obat standar krim
topikal asam retinoat 0.025% dan EKBM, secara statistik tidak bermakna.
b. Perubahan (berkurangnya) jumlah lesi jerawat lebih dari 20%
Sesuai dengan definisi operasional berkurangnya keparahan jerawat (butir
3.9.5.), dilakukan analisis statistik dengan Uji-Chi-square atas perbedaan
proporsi jumlah SP (orang) yang jumlah lesi jerawatnya berkurang sebanyak
lebih dari 20% (“sembuh”).
b.1. Analisis berdasarkan tempat predileksi jerawat
Berkurangnya jumlah total lesi jerawat di semua tempat predileksinya
(wajah, dada, punggung), proporsi jumlah SP yang mengalami “kesembuhan”
dapat dilihat pada Tabel 4.4. Uji-Chi-square menunjukkan bahwa “kesembuhan”
yang terjadi sesudah perlakuan, secara statistik tidak bermakna (p > 0.2).
Tabel 4.4. Proporsi jumlah SP (orang) yang sembuh berdasarkan
jumlah seluruh lesi jerawat
Tahap Sesudah Perlakuan
Total
p Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sembuh 27 (66%) 33 (73%) 60 > 0.2
Tak sembuh 14 12 26
Total 41 45 86
Keterangan: χ2 = 0.569 dengan p > 0.2
b.2. Analisis berdasarkan peradangan lesi jerawat
Untuk menilai pengaruh EKBM atas peradangan (sebagai anti-inflamasi),
dilakukan analisis atas komedo (lesi tak beradang) dibandingkan dengan papula &
pustula (lesi beradang), seperti terlihat pada Tabel 4.5. dan Tabel 4.6. Hasilnya
menunjukkan bahwa efek EKBM terhadap inflamasi secara statistik tidak
bermakna (p > 0.2).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Proporsi jumlah SP dengan jerawat
tak beradang (komedo)
Tahap Sesudah Perlakuan
Total
p Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sembuh 21 (66%) 28 (62%) 49 > 0.2
Tak sembuh 20 17 37
Total 41 45 86
Keterangan: χ2 = 1.059 dengan p > 0.2
Tabel 4.6. Proporsi jumlah SP dengan jerawat
beradang (papula dan pustula)
Tahap Sesudah Perlakuan
Total
p Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sembuh 29 (71%) 31 (69%) 60 > 0.5
Tak sembuh 12 14 26
Total 41 45 86
Keterangan: χ2 = 0.035 dengan p > 0.5
b.3. Analisis atas pengaruh obat standar krim topikal asam retinoat 0.025%
Untuk menilai pengaruh terapi standar, analisis dilakukan berdasarkan
lokasi (tempat predileksi) lesi jerawat di wajah (mendapat krim topikal asam
retinoat 0.025%) dibandingkan dengan lokasi di dada & punggung (tidak
mendapat krim topikal asam retinoat 0.025%), seperti terlihat pada Tabel 4.7. dan
Tabel 4.8.
Tabel 4.7. Proporsi jumlah SP dengan jerawat
di wajah
Tahap Sesudah Perlakuan
Total
p Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sembuh 27 (66%) 34 (76%) 61 > 0.2
Tak sembuh 14 11 25
Total 41 45 86
Keterangan: χ2 = 0.979 dengan p > 0.2
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Tabel 4.8. Proporsi jumlah SP dengan jerawat
di dada dan punggung
Tahap Sesudah Perlakuan
Total
p Kelompok
Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Sembuh 20 (49%) 25 (56%) 45 > 0.5
Tak sembuh 21 20 41
Total 41 45 86
Keterangan: χ2 = 0.395 dengan p > 0.5
Hasilnya menunjukkan bahwa efek pemberian krim topikal asam retinoat
0.025% dan EKBM terhadap keparahan jerawat, secara statistik tidak bermakna (p
> 0.2).
4.1.5. Nilai MDA (malondialdehyde) dalam plasma darah
4.1.5.1. Perubahan nilai MDA sebelum dan sesudah perlakuan
Uji statistik nilai MDA (nmol/mL) dalam plasma darah pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan, sebelum dan sesudah perlakuan, dapat dilihat
pada Tabel 4.5. (Lampiran SPSS 9 dan Lampiran SPSS 10)
Tabel 4.9. Nilai kadar malondialdehid (MDA) (nmol/mL)
dan uji statistik perubahan nilai MDA
Kelompok
kontrol
n = 18
Kelompok
perlakuan
n = 20
Sebelum perlakuan 1.736 ± 1.241 1.310 ± 0.928
Sesudah perlakuan 1.070 ± 0.477 1.007 ± 0.304
Uji t berpasangan t 2.249 -1.157
p 0.038 .247
Perubahan nilai
MDA
menurun
bermakna
menurun
tidak
bermakna
Sebelum dilakukan uji statistik atas perubahan nilai MDA, dilakukan
terlebih dahulu uji normalitas atas data nilai MDA. Ternyata pada kelompok
kontrol, data nilai MDA terdistribusi normal, sedangkan pada kelompok
perlakuan distribusinya tidak normal. (Lampiran SPSS 11). Oleh karena itu, uji
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
45
Universitas Indonesia
statistik untuk kelompok kontrol adalah dengan uji t-berpasangan dan untuk
kelompok perlakuan dengan uji Wilcoxon.
Hasil uji statististik menunjukkan bahwa penurunannya nilai MDA pada
kelompok kontrol secara statistik bermakna (p = 0.038) (Lampiran SPSS 13),
sedangkan penurunan pada kelompok perlakuan tidak bermakna (p = 0.247)
(Lampiran SPSS 14).
4.1.5.2. Perbedaan nilai MDA, diantara kelompok perlakuan dan kontrol
Pada tahap sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, perbedaan nilai
MDA antara kelompok kontrol dan perlakuan, tidak bermakna. (Lampiran SPSS
15)
Tabel 4.10. Perbedaan nilai MDA di antara kelompok
Kelompok Uji statistik
Mann-Whitney /
Uji t - tak
berpasangan
Perlakuan
n = 20 Kontrol
n = 18
Sebelum
perlakuan
Rerata 1.310 1.659
Median 1.385 1.260 Z = 1.015
p = 0.314 Min - Max 0.34-4.24 0.28-5.15
Sesudah
perlakuan
Rerata 1.007 1.070 t = 0.489
p = 0.628 SB 0.304 0.477
Secara grafis perubahan (penurunan) nilai MDA plasma darah dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Penurunan nilai MDA sebelum dan sesudah perlakuan.
MDA pre MDA postkelompok
0.500
1.000
1.500
2.000
nila
i MD
A (n
mol
/mL)
1.310
1.007
perlakuan kontrol
MDA pre MDA postkelompok
1.659
1.070
Nilai MDA (nmol/mL)
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
46
Universitas Indonesia
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis statistik
4.2.1.1. Subyek penelitian (SP)
Jumlah SP yang ikut serta dalam penelitian dari awal sampai akhir ada 86
orang. Jumlah ini masih memenuhi syarat besar sampel (rumus 3.1.) sebesar 84
orang. Setelah diacak menjadi 2 (dua) kelompok, karakteristik keduanya setara
(equal) secara statistik dalam hal umur, tinggi badan dan berat badan SP.
Pengacakan SP untuk memperoleh 20 orang ditiap kelompok untuk diambil
spesimen darahnya, juga setara secara statistik.
4.2.1.2. Derajat keparahan jerawat SP
a. Perbandingan sebelum dan sesudah perlakuan, pada kelompok yang
sama.
Derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman menunjukkan
berkurangnya jumlah SP berjerawat derajat sedang dan bertambahnya jumlah SP
berjerawat derajat ringan, secara statistik bermakna pada kelompok perlakuan (p =
0.004), tetapi tidak bermakna pada kelompok kontrol (p = 0.375).
Kriteria Lehman disusun menurut kategori ordinal dengan strata jumlah
lesi jerawat yang lebar, yaitu derajat ringan berjumlah 1-30 lesi dan derajat sedang
berjumlah 30-125 lesi, sehingga tidak peka atas terjadi perubahan jumlah lesi di
dalam strata yang sama. Misalnya perubahan jumlah lesi jerawat dari 25 menjadi
20, atau perubahan dari 100 menjadi 75 akan tetap berada pada strata yang sama.
Oleh karena itu analisis juga dilakukan berdasarkan jumlah lesi jerawat
(variabel numerik) tanpa membuat strata ringan dan sedang. Hasilnya
menunjukkan bahwa berkurangnya jumlah lesi jerawat tersebut secara statistik
bermakna (p < 0.001).
b. Perbandingan di antara kelompok yang berbeda, pada tahap sesudah
perlakuan.
Untuk menganalisis perubahan jumlah lesi jerawat, dilakukan
perbandingan antar kelompok (kontrol dan perlakuan) pada tahap yang sama
(sebelum atau sesudah perlakuan). Hasilnya menunjukkan bahwa efektifitas
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
47
Universitas Indonesia
pemberian EKBM untuk menurunkan jumlah lesi jerawat, secara statistik tidak
bermakna (p > 0.5).
Analisis perubahan proporsi jumlah SP yang berkurang jumlah lesi
jerawatnya > 20% (dianggap “sembuh, sesuai definisi operasional) pada tahap
sesudah perlakuan, juga menunjukkan bahwa efektifitas EKBM untuk mengurangi
keparahan jerawat, secara statistik tidak bermakna (p > 0.2).
4.2.1.3. Nilai MDA dalam plasma darah SP
Sebelum perlakuan, rerata nilai MDA pada kelompok kontrol (1,659
nmol/mL) lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan (1.310 nmol/mL). Hal
ini disebabkan karena pada kelompok kontrol ada 2 SP dengan nilai MDA
ekstrim (masing-masing 4,210 nmol/mL dan 5,147 nmol/mL) (Lampiran SPSS 9).
Sesudah perlakuan, pada kelompok kontrol maupun perlakuan, nilai MDA
menurun yang secara statistik bermakna (kelompok perlakuan, p = 0.247; dan
kelompok kontrol, p = 0.038).
Untuk menilai apakah perubahan yang terjadi adalah akibat EKBM,
dilakukan analisis antar kelompok (kontrol dan perlakuan) pada tahap yang
berbeda (sebelum dan sesudah perlakuan). Hasil analisis menunjukkan bahwa
perubahan nilai MDA secara statistik tidak bermakna (kelompok kontrol, p =
0.314 dan kelompok perlakuan, p = 0.628).
4.2.2. Analisis klinis
4.2.2.1. Derajat keparahan jerawat SP
Ditinjau dari kriteria Lehman, terjadi pertambahan jumlah SP (orang)
yang berjerawat derajat ringan dan pengurangan jumlah SP yang berjerawat
derajat sedang, yang berarti berkurangnya keparahan jerawat.
Ditinjau dari berkurangnya jumlah lesi jerawat sebanyak 20%, ternyata
bahwa proporsi “kesembuhan” lebih besar terjadi pada kelompok perlakuan
(73%) daripada kelompok kontrol (66%), baik pada lesi beradang (papula dan
pustula) (69%) dibanding lesi tak-beradang (komedo) (62%); maupun pada lokasi
(predileksi) jerawat di wajah (76%) dan di dada & punggung (56%).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Hal ini menunjukkan bahwa EKBM mempunyai peranan sebagai anti-
inflamasi pada jerawat. Pemberian krim topikal asam retinoat 0.025% pada wajah
menunjukkan bahwa terapi standar tersebut mempunyai efektifitas, yaitu
ditunjukkan dengan lebih besarnya proporsi “kesembuhan” di lokasi wajah (76%)
dibandingkan dengan lokasi dada & punggung (56%).
4.2.2.2. Nilai MDA dalam plasma darah SP
Pada tahap sesudah perlakuan, pada kedua kelompok rerata nilai MDA
lebih rendah dan dengan kisaran yang lebih sempit, serta dengan simpang-baku
yang lebih kecil, yang secara klinis berarti telah terjadi perbaikan tingkat
keparahan jerawat. (Lampiran SPSS 10).
4.2.3. Efektivitas EKBM
4.2.3.1. Penelitian in vitro dan in vivo
Menurut Bowe (2010) 11
kelenjar sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar
pilosebaseus dapat mengalami oksidasi (lipid peroksidasi) oleh radikal bebas, dan
hal ini mengawali proses selanjutnya terbentuknya jerawat, yaitu berkembangnya
Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri penyebab timbulnya inflamasi
pada jerawat. Produk akhir dari lipid peroksidasi adalah senyawa malondialdehide
(MDA) yang dapat dijadikan petanda (biomarker) yang mudah dideteksi dalam
darah penderita. (Groto, 2009 12
)
Penelitian Chomnawang (2005 dan 2007) 29, 30
menunjukkan bahwa in
vitro EKBM memiliki efek sebagai anti-bakteria terhadap Propionibacterium
acnes yang menyebabkan jerawat. Penelitian in vitro lainnya (Nabandith, 2004.
28), menunjukkan bahwa xanthone juga mempunyai efektifitas terhadap kasus pre-
kanker kolon, dan antiplasmodium (anti malaria) (Syamsudin, 2006. 55
).
Pada penelitian uji klinis ini, EKBM diberikan per oral kepada manusia,
dimana EKBM mengalami proses metabolisme di dalam tubuh dan antioksidan
yang berasal dari EKBM bekerja secara sistemik. Ada kemungkinan bahwa
efektifitas antioksidan (xanthone) tersebut tidak spesifik untuk jerawat.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
49
Universitas Indonesia
4.2.3.2. Kadar MDA (nmol/mL) pada penderita jerawat
Penelitian Surlinia (2002) menunjukkan bahwa kadar MDA dalam darah
penderita jerawat (2.003 ± 0.968), lebih tinggi daripada orang normal (0.736 ±
0.339). Kadar MDA pada penelitian Surlina didapat dari pasien berjerawat
sedang dan berat.
Sedangkan hasil penelitian ini, pada SP berjerawat ringan dan sedang, nilai
MDA pada kelompok kontrol 1.736 ± 1.241 dan pada kelompok perlakuan 1.310
± 0.928. Setelah 3 minggu perlakuan, kadarnya turun, yaitu kelompok kontrol
1.070 ± 0.477 dan pada kelompok perlakuan 1.007 ± 0.304.
Penurunan kadar MDA tersebut belum mencapai kadar MDA pada orang
sehat, karena pada akhir periode penelitian SP masih berjerawat. Apabila periode
penelitian diperpanjang (lebih dari 3 minggu), kemungkinan kadar MDA akan
mendekati kadar pada orang sehat.
4.2.3.3. Efek antioksidan terhadap jerawat
Pada kasus jerawat beradang (papula dan pustula) terjadi inflamasi yang
diakibatkan oleh stres oksidatif dan pengaruh ROS. EKBM mengandung zat aktif
xanthone yang berefek sebagai antioksidan yang kuat untuk meredam stres
oksidatif. Peredaman stres oksidatif tersebut terjadi oleh xanthone (golongan
polifenol) dengan cara mendonasikan atom H yang berasal dari hidroksil aromatik
(OH), sehingga dapat meredakan aktivitas unpaired electron pada radikal bebas.
(Fang, 2002. 43
)
Dengan demikian, kasus jerawat yang diawali oleh peroksidasi lipid, dapat
diredam oleh antioksidan. Secara klinis, peredaman tersebut dapat diukur dengan
parameter nilai MDA dalam darah penderita jerawat, dan berkurangnya tingkat
keparahan jerawat.
Dalam penelitian ini, secara klinis telah terjadi penurunan kadar MDA dan
pengurangan keparahan jerawat beradang (papula dan pustula), yang ditunjukkan
dengan menurunnya proporsi SP yang jumlah lesi jerawatnya berkurang >20%,
walaupun secara statistik tidak bermakna.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
50
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
kapsul EKBM pada penderita jerawat ringan dan sedang selama periode 3
minggu, bersamaan dengan terapi standar dengan krim topikal asam retinoat
0,025% ternyata :
a. Proporsi perbaikan derajat keparahannya lebih tinggi pada pemberian EKBM
selain obat standar, dibandingkan dengan yang diberi obat standar saja.
b. Kadar MDA dalam darahnya lebih rendah setelah pemberian EKBM.
Hipotesis penelitian dapat diterima, bahwa pemberian per oral kapsul
EKBM dapat membantu mengurangi keparahan jerawat (derajat ringan dan
sedang) dan dapat menurunkan kadar MDA dalam plasma darah subyek
penelitian, namun secara statistik tidak bermakna.
5.2. Saran
a. Meskipun sebagian besar subyek penelitian berasal dari komunitas yang relatif
homogen (tinggal di asrama, sebagian besar wanita), namun mengingat
penyebab kasus jerawat (dan timbulnya inflamasi) adalah multi-faktorial,
maka penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meneliti faktor-faktor
etiopatologi lain seperti misalnya faktor hormonal, dan tekanan emosional.
b. Pemberian sediaan EKBM secara topikal dapat meningkatkan spesifisitas
antioksidan terhadap lesi jerawat beradang, karena pemberian per oral
efektifitasnya bekerja secara sistemik. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
c. Penurunan kadar MDA yang secara statistik tidak bermakna, mungkin karena
periode penelitian terlalu pendek (3 minggu). Secara empiris efektivitas
antioksidan bersumber alam, bekerja relatif lebih lambat daripada antioksidan
berbahan kimiawi. Disarankan untuk memperpanjang masa penelitian sampai
6-8 minggu.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
1. Djuanda A, ketua editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
2. Boediardja, SA. Panduan praktis morfologi dan termenologi penyakit kulit.
Jakarta: Badan Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
3. Magin P, Adams J, Heading G, Pond D, Smith W. Psychological sequelae of acne
vulgaris, results of a qualitative study. Can Fam Physician. 2006; 52:978-9.
4. Cunliffe W J, Gould DJ. Prevalence of facial acne vulgaris in late adolescence and
in adults. BMJ. 1979; 1:1109-10.
5. Goulden V, StablesGI, Cunliffe WJ. Prevalence of facial acne in adults. J Am
Acad Dermatol. 1999; 41:577-80.
6. Collier CN, Harper JC, Cantrell WC, Wang W, Foster W, Elewski BE. Prevalence
of acne in adults 20 years and older. J Am Acad Dermatol. 2008; 58:56-9.
7. Shen Y, Wang T, Zhou C, Wang X, Ding X, Tian S, et al. Prevalence of acne
vulgaris in chinese adolescents and adults. A community-based study of 17,345
subjects in six cities. Acta Derm Venereo. 2012; 92: 40-4.
8. Perkins AC, Maglione J, Hillebrand GG, Miyamoto K, Kimball AB. Acne
vulgaris in women: prevalence across the life span. J Womens Health. 2002;
21:223-30.
9. Pappas A, Johnsen S, Liu JC, Eisinger M. Sebum analysis of individuals with and
without acne. Dermato-Endocrinology. 2009; 1:157-61.
10. Sarici G, Cinar S, Armutcu F, Altnayaza C, Koca R, Tekin NS. Oxidative stress in
acne vulgaris. J Euro Acad Dermatol Venereol. 2010; 24:763-67.
11. Bowe WP, Logan AC. Clinical implications of lipid peroxidation in acne vulgaris:
old wine in new bottles. BioMed Central (BMC). Lipid in health and disease.
2010; 9:141.
12. Grotto D, Maria LS, Valentini J, Paniz C, Schmitt G, Garcia C. Importance of the
lipid peroxidation biomarkers and methodological aspects for malondialdehyde
quantification. Quimica Nova (Sociedade Brasileira de Química). 2009; 32:169-
74.
13. Muravlyova LE, Malotov-Luchanskiy VB, Kluyev D, Tankibayeva NU,
Kolesnikova EA. Protein carbonyl products in the blood cells at chronic kidney
disease. Eur J Nat Hist. 2011; 5: 3-5.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
52
Universitas Indonesia
14. Dalle-Donne I, Rossi R, Giustarini D, Milzani A, Colombo R. Protein carbonyl
groups as biomarkers of oxidative stress. Clin Chim Acta. 2003; 329: 23-38.
15. Ikeno H, Tochio T, Tanaka H, Nakata S. Decrease in glutathione may be involved
in pathogenesis of acne vulgaris. J Cosm Dermatol. 2011; 10:240-4.
16. Lucky AW, McGuire J, Rosenfield RL, Lucky PA, Rich BH. Plasma androgens in
women with acne vulgaris. J Invest Dermatol. 1983; 81:70-4.
17. Lucky AW, Biro FM, Simbartl LA, Morrison JA, Sorg NW. Predictors of severity
of acne vulgaris in young adolescent girls: results of five-year longitudinal study.
52th Annual meeting of the American Academy of Dermatology. Washington,
DC, 1993.
18. Halvorsen JA, Dalgard F, Thoresen, Bjertness E Lien L. Is the association
between acne and mental distress influenced by diet? Results from a cross-
sectional population study among 3775 late adolescents in Oslo, Norway. BioMed
Central (BMC) Public Health. 2009; 9:340.
19. Bowe WP, Logan AC. Acne vulgaris, probiotic and the gut-brain-skin axis – back
to the future? BioMed Central (BMC) Gut Pathogen. 2011; 3:1.
20. Smith RN, Mann NL, Makelainen H, Varigos GA. A low-glycemic-load diet
improves symptoms in acne vulgaris patients: a randomized controlled trial. Amer
J Clin Nutr. 2007; 86:107–15.
21. Adityan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring system in acne vulgaris. Indian J
Dermatol Venereol Leprol. 2009; 75: 323-6.
22. (22) Doshi A. A comparison of current acne grading systems and proposai of a
novel system. Intl J Dermatol. 1997; 36:416-18.
23. Hayashi N, Akamatsu H, Kawashima M. Establisment of grading criteria for acne
severity. Japanese Dermatological Association. J Dermatol. 2008; 35: 225-60.
24. Keri J, Shiman M. An update on the management of acne vulgaris. Clin Cos
Invest Dermatol. 2009; 2:105-10.
25. Kurokawa I, Danby FW, Ju Q, Wang X, Xiang LF, Xia L et al. New
developments in our understanding of acne pathogenesis and treatment. Exp
Dermatol. 2009; 18: 821–32.
26. Whitney KM, Ditre CM. Management strategies for acne vulgaris. Clin Cos Invest
Dermatol. 2011; 4:41-53.
27. Reanmongkol W, Watanapiromsakul C. Evaluation of the analgesic, antipyretic
and anti-inflammatory activities of the extracts from the pricarp of Garcinia
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
53
Universitas Indonesia
mangostana Linn. in the experimental animals. Songklanakarin J Scien Tech.
2008; 30:739-45.
28. Nabandith V, Suzuli M, Morioka T, Kaneshiro T, Kinjo T, Matsumoto K, et al.
Inhibitory effect of crude α-mangostin, a xanthone derivative, on two different
categories of colon preneoplastic lesions induced by 1, 2-dimethylhydralazine in
the rat. Asian Pac J Cancer Prev. 2004; 5:433-8.
29. Chomnawang MT, Surassmo S, Nukoolkarn VS, Gritsanapan W. Antimicrobial
effect of Thai medicinal plants against acne-inducing bacteria. J Ethnopharmacol.
2005; 101:330-3.
30. Chomnawang MT. Effect of Garcinia mangostana on inflammation caused by
Propionibacterium acnes. Fitoterapia. 2007; 78:401-8.
31. Chiu A, BS; Chon S Y,. Kimball A B. The Response of Skin Disease to Stress,
Changes in the Severity of Acne Vulgaris as Affected by Examination Stress. Am
Med Ass. Arch Dermatol. 2003; 139: 897-900.
32. Uhlenhake E, Yentzer BA, Feldman SR. Acne vulgaris and depression: a
retrospective examnination. Wiley Periodicals, Inc. J Cosm Dermatol. 2010; 9:
59-63.
33. Ganceviciene R, Bohm M, Fimmel S, Zouboulis CC. The role of neuropeptides in
the multifactorial pathogenesis of acne vulgaris. Landes Bioscience. Dermato-
Endocrinology. 2009; 1:170-6.
34. Tochio T, Tanaka H, Nakata S, Ikeno H. Accumulation of lipid peroxide in the
content of comedones may be involved in the progression of comedogenesis and
inflammatory changes in comedones. J Cosm Dermatol. Wiley Periodicals, Inc..
2009; 8:52-8.
35. Osman M, Milan AR. Mangosteen – Garcinia mangostana L. Southampton
Centre for Underutilised Crops, University of Southampton. Southampton, UK,
2006.
36. Pinto, Sausa ME, Nascimento MSJ. Xanthone derivatives: new insight in
biological activities. Curr Med Chem. 2005, 12:2517-38.
37. Zarena AS, Sankah KU. A study of antioxidant properties from Garcinia
mangostana L. pericarp extract. Acta Scientiarum Polonorum, Technol Aliment.
2009; 8:23-34.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
54
Universitas Indonesia
38. Jung HA, Su BN, Keller W, Mehta RG, Kinghorn D. Antioxidant xanthones from
pericarb of Garcinia mangostana (Mangosteen). J Agric Food Chem. 2006;
54:2077-82.
39. Pothitirat W, Gritsanapan W. Quantitative analysis of total mangostins in
Garcinia mangostana fruit rind. J Health Res. 2008; 22:161-6.
40. Pedraza-Chaverri J, Cardenas-Rodriguez N, Orozzco-Ibarra M, Perez-Rojas JM.
Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical
Toxicology. 2008; 46:3227–39.
41. Paur I, Carlsen MH, Halvorsen BL, Blomhoff R. Antioxidants in herbs and spices.
Role in oxidative stress and redox signaling. Dalam: Iris F. F. Benzie IFF,
Wachtel-Galor S, editors. Herbal Medicines, biomolecular and clinical aspect, 2nd
ed. Boca Raton: CRC Press. Taylor & Francis Group LLC. 2011.
42. Supiyanti W, Wulansari ED, Kusmita L. Uji aktivitas antioksidan dan penentuan
kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia mangostana L). Majalah
Obat Tradisional. 2010; 15(2). Diunduh dari http://mot.farmasi.ugm.ac.id/artikel-
96
43. Fang YZ, Yang S, Wu GY. Free radicals, Antioxidants, and Nutrition. Nutrition.
2002; 18:872-9.
44. Droge, W. Free radicals in the psychological control of cell function.
Physiological Review. 2002; 82:47-95.
45. Kumar S. Free radicals and antioxidants: human and food system. Adv Appl Sci
Res. 2011; 2:129-35.
46. Lee J, Koo N, Min DB. Reaxtive oxygen species, Aging, and antioxidative
nutraceuticals. Institute of Food Technologists. Compr Rev food safety. 2004;
3:21-33.
47. Akhila JS, Shyamjith, Deepa, Alwar MC. Acute toxicity studies and determination
of median lethal dose. Curr Sci. 2007; 93:917-20.
48. Jujun P, Poothakam K, Pongpaibul Y, Duangrat C, Tharavichitkul P. Acute and
repeated dose 28-day oral toxicity study of Garcinia mangostana Linn rind
extract. J Nat Sci. 2008; 7:199-206.
49. Towatana NH, Reanmongkol W, Wattanapiromsakul C, Bunkrongcheap R. Acute
and subchronic toxicity on the hydroethanolic extract of mangosteen pericarp. J
Med Plants Res. 2010; 4:969-74.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
55
Universitas Indonesia
50. Chivapat S, Chavalittumrong P, Wongsinkongman P, Phisapong C, Rungsingpipat
A. Chronic Toxicity Study of Garcinia mangostana Linn. pericarp Extraxt. Thai J
Vet Med. 2011; 41:45-53.
51. Pongphasuk N, Khunkitti W, Chitcharoenthum M. Anti-inflammatory and
Analgesic Activities of the Extract from Garcinia mangostana Linn. Traditional
Medicine & Nutraceuticals, Proc. WOCMAP III. 2005; 6.
52. Dachriyanus et al. Uji efek α-mangostin terhadap kadar kolesterol total,
trigleserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah mencit putih jantan serta
penentuan lethal dosis 50. J Sains Tek Far. 2007; 12:64-72.
53. Kondo M, Zhang L, Hongping, Kou Y, Ou B. Bioavailability and antioxidant
effect of a xanthone-rich mangosteen (Garcinia mangostana) product in human.
American Chemical Society. J Agric Food Chem. 2009; 57:8788-92.
54. Syamsudin, Faizatun, Rahayu L. HPLC analysis and pharmakcokinetic study of
mangostin after orally administration in rats. The Pharma Res. 2009; 2:43-9.
55. Syamsudin, Soesanto Tjokrosonto, Subagus Wahyuono, Mustofa. Efek
antiplasmodium dari ekstrak kulit buah manggis (G. mangostana L) secara in vitro
dan in vivo. Majalah Obat Tradisional. 2006; 11(35):21-5.
56. Pothitirat W, Chomnawang MT, Sdupabphol R, Gritsanapan W. Free radical
scavenging and anti-acne activities of mangosteen fruit rind axtract prepared by
different methods. Pharmaceut Biol. 2010; 48:182-6.
57. Surlinia N. Perbandingan nilai aktivitas glutation peroksidase eritrosit dan kadar
malondialdehid darah pasien akne inflammasi dengan individu sehat. Tesis.
Program pendidikan dokter spesialis, Dep IKKK, FKUI, Jakarta. 2002.
58. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-4,
2011. Jakarta: Sagung Seto.
59. Pocock SJ. Clinical trial. A practical approach. A Wiley Medical Publication,
1983.
60. Dahlan, MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 5. Seri Evidence
Based Medicine I. Penerbit Salemba Medika, 2011.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 1.a. Komposisi produk EKBM 58
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 1.b. Data spesifikasi produk EKBM 59
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 1.c. Data keamanan dan stabilitas produk EKBM 60
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 2. Statistik karakteristik subyek penelitian 61
20 30 40 50
UMUR
0
10
20
30
40
50
Fre
qu
en
cy
Mean = 22.47Std. Dev. = 5.165N = 94
Histogram
Statistik Umur, Tinggi Badan dan Berat Badan,
menurut kelompok Kontrol dan Perlakuan
KELOMPOK UMUR (tahun)
Tinggi Badan (cm)
Berat Badan (kg)
Perlakuan
Mean 22.74 156.74 56.71 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Deviation 5.322 6.989 11.366 Variance 28.325 48.846 129.196 N 47 47 47
Kontrol
Mean 22.19 155.64 56.15 Median 21.00 155.00 55.00 Std. Deviation 5.046 5.929 11.288 Variance 25.463 35.149 127.423 N 47 47 47
Total
Mean 22.47 156.19 56.43 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Deviation 5.165 6.470 11.270 Variance 26.682 41.855 127.010 N 94 94 94
1) Umur
Karena ada 6 perawat yang berumur lebih dari 30 tahun (dengan rentang 31-47
tahun), maka histogram distribusi umur menjadi asimetrik.
Distribusi dan histogram umur SP.
Jumlah Subyek Penelitian N 94 Mean 22.47
Median 21.00 Std. Deviation 5.165
Minimum 18 Maximum 47
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 2. Statistik karakteristik subyek penelitian 62
140 150 160 170 180
Tinggi Badan (cm)
0
5
10
15
20
25
Fre
qu
en
cy
Mean = 156.19Std. Dev. = 6.47N = 94
Histogram
30 40 50 60 70 80 90 100
Berat Badan (kg)
0
5
10
15
20
Fre
qu
en
cy
Mean = 56.43Std. Dev. = 11.27N = 94
Histogram
(lanjutan)
2) Tinggi badan
Distribusi dan histogram tinggi badan SP
3) Berat badan
Beberapa SP mempunyai berat badan jauh melebihi rerata.
Distribusi dan histogram berat badan SP
Jumlah Subyek Penelitian N 94 Mean 156.19
Median 156.00 Std. Deviation 6.470
Minimum 140 Maximum 175
Jumlah Subyek Penelitian N 94 Mean 56.43
Median 55.00 Std. Deviation 11.270
Minimum 38 Maximum 100
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 5 Kriteria Syarif untuk keparahan jerawat 65
Kriteria Syarif (1982) untuk keparahan jerawat
Kriteria derajat keparahan jerawat, yang dianut di Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSCM / FKUI (1)
, ditentukan berdasarkan hitungan jumlah lesi
jerawat, yaitu derajat ringan, sedang, dan berat, dengan rincian sbb.:
Jerawat derajat ringan, bila:
o beberapa (5-10) lesi tak beradang pada 1 tempat predileksi
o sedikit (<5) lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
o sedikit (<5) lesi beradang pada 1 tempat predileksi
Jerawat derajat sedang, bila:
o banyak (>10) lesi tak beradang pada 1 tempat predileksi
o beberapa (5-10) lesi tak beradang pada lebih dari 1 tempat predileksi
o beberapa (5-10) lesi beradang pada 1 tempat predileksi
o sedikit (<5) lesi beradang pada lebih dari 1 tempat predileksi
Jerawat derajat berat, bila:
o banyak (>10) lesi tak beradang pada lebih dari 1 tempat predileksi
o banyak (>10) lesi beradang pada 1 atau lebih tempat predileksi
Tempat predileksi jerawat adalah wajah, punggung dan dada bagian atas.
Lesi tak beradang adalah komedo.
Lesi beradang adalah papula, pustula, kista.
______________
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 7. Contoh foto hasil perhitungan jerawat 67
Contoh foto jerawat dan perhitungan jumlah lesi.
Salah seorang SP dari seluruhnya 86 subyek penelitian.
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan Keterangan
Wajah sisi kiri,
dan dada (dd) bagian
atas
Wajah sisi kanan
Punggung
Keterangan:
Angka hitam untuk komedo
Angka merah untuk papula
Angka kuning untuk pustula
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 7. Contoh foto hasil perhitungan jerawat 68
(lanjutan)
Contoh
menandai dan menghitung lesi jerawat
Cropping foto khusus dahi:
Komedo
lingkaran hitam.
Ada 7 komedo.
Papula
lingkaran merah.
Ada 2 papula.
Tidak ada pustula.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 8. Keterangan tentang parameter MDA 69
Universitas Indonesia
Analisis nilai MDA dalam plasma darah
Penelitian ini menggunakan spesimen darah (whole blood) dari SP, yang
kemudian disentrifus 5000 rpm selama 10 menit, untuk memisahkan dan
mendapatkan plasma darah. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu
-20oC agar tetap stabil, sampai siap di analisis di Laboratorium Stres Oksidatif
Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI Jakarta.
Proses analisis nilai MDA adalah sebagai berikut: (dilakukan dalam duplo)
Plasma darah 200 uL + aquabidest 200 uL
Disentrifus 5000 rpm selama 10 menit
untuk mendapatkan supernatan
Ditambah 200 uL TCA 20%
untuk memisahkan protein
Supernatan ditambah 400 uL TBA 0.67 %
(membentuk senyawa MDA-TBA)
Diinkubasi dalam water bath
90-100oC selama 10 menit
Senyawa MDA-TBA:
dengan spektrofotometer
diukur serapannya pada gelombang 530 nm
Nilai serapan dikonversikan
dengan kurva standar
untuk mendapat nilai MDA
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 9. Proses analisis nilai MDA dalam plasma darah 70
Proses analisis nilai MDA dalam plasma darah,
dilakukan 2 tahap, sebelum dan sesudah perlakuan (masing-masing 20 SP)
No. Alat dan cara Keterangan
1
Persiapan dan penyimpanan:
Spesimen darah dari SP di sentrifus 5000
rpm selama 10 menit, untuk mendapatkan
plasma darah, lalu dimasukkan dalam test-
tube ukuran 4 mL, disimpan dalam freezer
bersuhu minus 20oC, sampai diperlukan
untuk analisis.
Mulai proses analisis:
Test-tube berisi plasma darah dikeluarkan
dari freezer di’hangat’kan dalam suhu
kamar. Setelah diambil seperlunya,
dikembalikan kedalam freezer.
2
Pengenceran:
Plasma darah (200 uL) ditambah dengan
aquabidest (200 uL) (pengenceran dua kali),
untuk menghemat sediaan plasma darah.
Sisa plasma darah masih akan dianalisis
juga untuk parameter nilai GSHpx dan rasio
GSH/GSSG.
3
Ditambahkan TCA (asam triklorasetat,
trichloracetic acid) 20% sebanyak 200 uL,
untuk memisah protein.
4
Campuran plasma darah & TCA, dikocok
dengan alat penggetar (vortex) selama 15
detik.
5
Kemudian di sentrifus dengan kecepatan
5000 rpm selama 10 menit untuk
mengendapkan protein (presipitat) dan
mendapatkan supernatan.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 9. Proses analisis nilai MDA dalam plasma darah 71
No. Alat dan cara Keterangan
6
Sentrifug:
Indikator pada alat sentrifug :
- kecepatan putaran 5000 rpm.
- countdown selama 10 menit.
Alat sentrifus
7
Memisahkan supernatan dari presipitat,
setelah di sentrifus.
8
Sampah presipitat.
9
Supernatan ditambahkan TBA (asam
tiobarbiturat, thiobarbituric acid) 0.67 %
sebanyak 400 uL untuk mendapatkan
senyawa berwarna merah muda.
10
Persiapan untuk pemanasan dengan water
bath, test tube dikemas dengan lapisan
aluminium foil.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 9. Proses analisis nilai MDA dalam plasma darah 72
No. Alat dan cara Keterangan
11
Alat pemanas water bath, dengan indikator
95-100 oC selama 10 menit.
Inkubasi larutan (complex) MDA + TBA
pada suhu 100oC akan membentuk senyawa
berwarna merah muda, yang memberikan
serapan pada panjang gelombang 530 nm.
Kurva standar
12
Enam buah test tube berisi larutan standar
(tetra-etoksipropane) dengan pengenceran
berturut-turut 2 kali, untuk menghasilkan
acuan kurva standar:
y = ax + b
Dimana:
y = rata-rata nilai absorpsi pada
spektrofotometer (didapat)
x = nilai MDA (nmol/mL)yang dicari
a = slope 0.064 (didapat)
b = intercept 0.111 (didapat)
dengan korelasi R2 = 0.999 (didapat)
Pencatatan akhir
13
Spektrofotometer:
Semua sampel (dalam kuvet) dibaca
serapannya pada panjang gelombang 530
nm.
14
Catatan manual.
Olah data dengan excel dan dianalisis
dengan SPSS.
y = 0,0641x + 0,0111 R² = 0,999
0 0,1 0,2 0,3 0,4
0 2 4 6
Ab
so
rban
Konsentrasi (nmol/mL)
Kurva Standa MDA plasma
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 10. Nilai MDA pada SP kelompok kontrol dan perlakuan 73
Randomisasi SP dari kelompok kontrol (47 SP) dan perlakuan (47 SP) dilakukan
untuk memperoleh masing-masing kelompok sebanyak 20 SP.
Nilai MDA (nmol/mL) plasma darah SP
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
kelompok
kontrol
kelompok
perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 1,806 0,482 1,619 0,716
2 0,776 0,934 0,714 0,482
3 0,277 0,825 0,558 1,028
4 2,056 1,434 0,589 0,81
5 2,056 0,934 0,495 0,622
6 1,507 0,404 2,40 0,981
7 0,932 0,763 1,276 0,966
8 1,806 1,028 1,588 1,512
9 0,963 1,028 1,494 1,215
10 1,213 2,293 1,525 1,122
11 4,210 1,559 4,242 0,747
12 2,306 0,981 1,962 0,997
13 0,995 0,794 1,838 1,028
14 5,147 DO 1,806 1,278
15 0,433 DO 0,339 0,669
16 2,368 1,403 0,558 1,262
17 1,088 1,809 0,526 1,746
18 1,307 0,591 0,401 0,95
19 1,806 1,122 0,776 1,106
20 0,776 0,872 1,494 0,903
Pada kelompok kontrol terdapat 2 SP yang dropout, sehingga kedua SP tersebut nilai
MDA untuk tahap sesudah perlakuan tidak diperoleh.
Sebelum data randomisasi dibuka, perhitungan nilai MDA yang didasarkan pada
kurva standar, dapat dilihat pada halaman berikut.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 10. Nilai MDA pada SP kelompok kontrol dan perlakuan 74
(lanjutan) Kurva Standar MDA
Kons. Abs 1 Abs 2 Rata2 nmol/mL 0 0.008 0.006 0.007 a= 0.06405899
0.3125 0.029 0.032 0.0305 b= 0.01107143 0.625 0.051 0.054 0.0525 r= 0.99951894
1.25 0.091 0.092 0.0915 2.5 0.179 0.176 0.1775 5 0.335 0.321 0.328
y = 0,0641x + 0,0111 R² = 0,999
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0 1 2 3 4 5 6
Ab
so
rban
Nilai MDA (nmol/mL)
Kurva Standar MDA plasma
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 10. Nilai MDA pada SP kelompok kontrol dan perlakuan 75
(lanjutan)
Nilai MDA sebelum perlakuan
No Kode Sampel
Abs I Abs II
Rata2 Abs
Kons (nmol/mL)
1 4 0,038 0,042 0,04 1,806 2 5 0,041 0,033 0,037 1,619 3 7 0,024 0,023 0,0235 0,776 4 8 0,028 0,017 0,0225 0,714 5 9 0,021 0,019 0,02 0,558 6 10 0,021 0,02 0,0205 0,589 7 11 0,018 0,02 0,019 0,495 8 12 0,016 0,015 0,0155 0,277 9 14 0,041 0,058 0,0495 2,400
10 15 0,04 0,048 0,044 2,056 11 23 0,038 0,05 0,044 2,056 12 24 0,036 0,027 0,0315 1,276 13 25 0,037 0,036 0,0365 1,588 14 27 0,036 0,034 0,035 1,494 15 28 0,025 0,031 0,028 1,057 16 30 0,024 0,028 0,026 0,932 17 32 0,035 0,036 0,0355 1,525 18 34 0,069 0,089 0,079 4,242 19 40 0,042 0,038 0,04 1,806 20 42 0,025 0,028 0,0265 0,963 21 45 0,035 0,05 0,0425 1,962 22 49 0,047 0,034 0,0405 1,838 23 50 0,035 0,026 0,0305 1,213 24 53 0,078 0,079 0,0785 4,210 25 57 0,036 0,044 0,04 1,806 26 61 0,052 0,044 0,048 2,306 27 63 0,031 0,023 0,027 0,995 28 65 0,03 0,025 0,0275 1,026 29 66 0,016 0,017 0,0165 0,339 30 70 0,026 0,025 0,0255 0,901 31 71 0,02 0,02 0,02 0,558 32 79 0,17 0,017 0,0935 5,147 33 81 0,016 0,02 0,018 0,433 34 84 0,018 0,021 0,0195 0,526 35 85 0,019 0,016 0,0175 0,401 36 86 0,018 0,029 0,0235 0,776 37 87 0,054 0,044 0,049 2,368 38 88 0,026 0,031 0,0285 1,088 39 91 0,036 0,028 0,032 1,307 40 93 0,028 0,042 0,035 1,494
Keterangan: Abs = absorban
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 10. Nilai MDA pada SP kelompok kontrol dan perlakuan 76
(lanjutan)
Nilai MDA sesudah perlakuan
No Kode Sampel Abs I Abs II Rata2
Abs Kons
(nmol/mL) 1 4 0,025 0,028 0,0265 0,482 2 5 0,027 0,041 0,034 0,716 3 7 0,035 0,047 0,041 0,934 4 8 0,023 0,03 0,0265 0,482 5 9 0,053 0,035 0,044 1,028 6 10 0,039 0,035 0,037 0,810 7 11 0,029 0,033 0,031 0,622 8 12 0,03 0,045 0,0375 0,825 9 14 0,037 0,048 0,0425 0,981
10 15 0,057 0,057 0,057 1,434 11 23 0,042 0,04 0,041 0,934 12 24 0,046 0,038 0,042 0,966 13 25 0,063 0,056 0,0595 1,512 14 27 0,045 0,055 0,05 1,215 15 28 0,028 0,02 0,024 0,404 16 30 0,039 0,032 0,0355 0,763 17 32 0,054 0,04 0,047 1,122 18 34 0,03 0,04 0,035 0,747 19 40 0,045 0,043 0,044 1,028 20 42 0,047 0,041 0,044 1,028 21 45 0,042 0,044 0,043 0,997 22 49 0,042 0,046 0,044 1,028 23 50 0,081 0,088 0,0845 2,293 24 53 0,06 0,062 0,061 1,559 25 57 0,043 0,061 0,052 1,278 26 61 0,043 0,042 0,0425 0,981 27 63 0,036 0,037 0,0365 0,794 28 65 dropout 29 66 0,031 0,034 0,0325 0,669 30 70 dropout 31 71 0,052 0,051 0,0515 1,262 32 79 0,059 0,053 0,056 1,403 33 81 0,07 0,068 0,069 1,809 34 84 0,066 0,068 0,067 1,746 35 85 0,04 0,043 0,0415 0,950 36 86 0,046 0,047 0,0465 1,106 37 87 0,03 0,03 0,03 0,591 38 88 0,044 0,05 0,047 1,122 39 91 0,039 0,039 0,039 0,872 40 93 0,038 0,042 0,04 0,903
Keterangan: Abs = absorban
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran 11. Uji normalitas nilai MDA 77
Uji Normalitas nilai MDA pada kedua kelompok.
nilai MDA Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelompok
kontrol
sebelum perlakuan .840 18 .006
sesudah perlakuan .923 18 .145
Kelompok
perlakuan
sebelum perlakuan .831 18 .004
sesudah perlakuan .968 18 .757
Nilai MDA sebelum perlakuan, baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, tidak
terdistribusi normal (Shapiro-Wilk, p < 0.05).
Nilai MDA sesudah perlakuan, baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan,
terdistribusi normal (Shapiro-Wilk, p > 0.05).
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Nama Umur
PRE POST
1 AY P 21 157 46 R R 1 1
2 AI P 23 152 45 R R 7 1
3 BKF P 27 147 94 R R 26 15
4 BIP P 20 158 58 R R 2 0
5 CS P 20 150 61 R R 14 12
6 CA P 26 158 100 R R 27 28
7 CW P 20 155 66 S S 52 35
8 DT P 20 157 61 S S 53 43
9 DW P 23 156 58 S S 34 49
10 DD P 20 157 40 S R 31 12
11 DR P 20 150 51 R R 24 15
12 Dv P 23 151 69 R R 28 18
13 DN P 19 145 40 R R 3 2
14 DT P 40 158 65 R R 29 12
15 EP P 19 163 64 R R 29 19
16 ED P 21 149 52 R R 15 13
17 GP L 18 169 55 S R 32 22
18 GM P 31 153 63 R R 23 12
19 HA P 23 155 56 S S 41 38
20 HF P 19 155 60 R R 21 14
21 HP P 40 158 73 S S 51 45
22 IR P 20 153 55 R R 5 0
23 JD P 24 148 48 R R 15 6
24 Lmh P 41 160 60 R R 28 16
25 Ld P 19 146 47 R R 17 8
26 MT P 19 162 38 R R 5 6
27 MA P 22 161 58 R R 12 7
28 ML P 20 156 60 R R 3 2
29 Mz P 24 149 50 R R 7 3
30 NN L 21 161 70 R R 15 7
31 NT P 21 149 46 R R 5 1
32 ON P 24 163 56 R R 12 9
33 PC P 21 154 42 R R 6 6
34 PA L 26 168 70 R R 17 15
35 RI P 19 155 48 S R 40 22
36 RE P 20 150 46 R R 21 8
37 RD P 21 155 44 R R 3 3
38 SU P 21 150 49 R R 12 9
39 SY L 21 171 52 R R 4 4
40 SM P 20 155 49 S R 50 28
41 Wrs L 23 162 55 R S 12 42
42 AP P 22 156 65 R R 3 0
43 AF P 18 150 48 S S 72 71
44 AL P 19 170 54 R R 10 2
45 CJ L 20 165 48 R R 11 7
46 DE P 21 156 55 S S 41 43
47 DH P 20 150 50 R R 7 3
48 DY P 19 164 50 R R 16 11
JERAWATLEHMA
N PRE
KRITERIA TOTALTinggi
(cm)
Berat
(kg)∑ L/P LEHMA
N POST
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
49 DR P 23 157 45 R R 16 13
50 DA L 19 175 70 S R 36 16
51 EB P 22 156 68 R R 27 25
52 EI P 20 146 44 R R 28 27
53 Frn P 22 148 49 R R 13 9
54 FA P 20 154 53 R R 11 4
55 GR P 20 152 72 R R 32 27
56 HCN P 20 152 50 S R 35 24
57 Hld P 22 157 48 S R 31 14
58 IL P 47 155 55 R R 22 9
59 JT P 20 163 70 R R 15 20
60 Jnt P 26 157 49 S R 41 23
61 KP L 18 166 57 R R 22 11
62 KN P 27 152 50 R R 17 6
63 Krs P 27 156 60 R R 32 12
64 KE P 20 151 70 R R 7 5
65 KN P 21 156 56 R R 17 5
66 LS P 36 154 62 R R 3 0
67 LY P 20 149 44 S R 46 7
68 Lmh P 21 151 64 R R 10 14
69 LR L 18 157 43 R R 2 1
70 MT P 20 153 47 R R 13 7
71 NS P 19 162 47 R R 12 15
72 OS P 20 152 54 R R 1 0
73 PV P 26 160 54 R R 8 7
74 PT P 27 165 67 R R 16 9
75 PE P 21 157 54 R R 9 2
76 RS P 24 140 50 S R 32 16
77 RC P 20 158 55 R R 17 10
78 RD P 19 164 52 R R 4 4
79 RDS P 21 152 56 R R 22 8
80 Str L 19 165 53 R R 11 13
81 SS P 22 160 60 S S 76 40
82 Snt P 20 158 45 R R 18 4
83 Tfr L 24 168 53 R R 19 9
84 WF P 25 154 95 R R 11 3
85 YM P 24 153 58 R R 9 7
86 YES P 21 167 60 S R 33 21
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 1. Karakteristik 94 SP 81
Statistik 94 SP menurut kelompok kontrol & perlakuan
Kontrol vs Perlakuan Umur (thn) Tinggi Badan (cm)
Berat Badan (kg)
kontrol
Mean 22.19 155.64 56.15 Median 21.00 155.00 55.00 Std. Error of Mean .736 .865 1.647 Minimum 18 145 38
Maximum 40 171 94
Variance 25.463 35.149 127.423 Std. Deviation 5.046 5.929 11.288 N 47 47 47
perlakuan
Mean 22.74 156.74 56.71 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Error of Mean .776 1.019 1.658 Minimum 18 140 40
Maximum 47 175 100
Variance 28.325 48.846 129.196 Std. Deviation 5.322 6.989 11.366 N 47 47 47
Total
Mean 22.47 156.19 56.43 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Error of Mean .533 .667 1.162 Minimum 18 140 38 Maximum 47 175 100 Variance 26.682 41.855 127.010 Std. Deviation 5.165 6.470 11.270 N 94 94 94
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 1. Karakteristik 94 SP 82
140 150 160 170 180
Tinggi Badan (cm)
0
5
10
15
20
25
Fre
qu
en
cy
Mean = 156.19Std. Dev. = 6.47N = 94
Histogram
20 30 40 50
UMUR
0
10
20
30
40
50
Fre
qu
en
cy
Mean = 22.47Std. Dev. = 5.165N = 94
Histogram
30 40 50 60 70 80 90 100
Berat Badan (kg)
0
5
10
15
20
Fre
qu
en
cy
Mean = 56.43Std. Dev. = 11.27N = 94
Histogram
(lanjutan) Histogram Umur, Tinggi badan dan Berat badan.
Statistik umur (tahun):
Umur subyek dihitung berdasarkan
selisih (tahun) antara tanggal lahir
dan 31 Juli 2012.
Terdapat 6 SP dengan umur ekstrim
(31-47 tahun) yaitu perawat yang
diikutsertakan dalam penelitian.
(umur perawat tidak memenuhi
kriteria inklusi 18-30 tahun).
Rerata = 22.47
SB = 5.17
Histogram miring kekiri.
Distribusi tidak normal.
Statistik tinggi badan (cm): Subyek berdiri pada dinding dan
diukur dengan meteran dalam cm
(tanpa angka desimal).
Rerata 156.19
SB = 6.47
Histogram simetris.
Distribusi normal.
Statistik berat badan (kg): Berat badan diukur dengan
timbangan digital, dalam kg, dengan
1 angka desimal.
Terdapat 8 SP dengan berat badan
yang ekstrim, antara 70-100 kg.
Rerata = 56.34
SB = 11.27
Histogram miring kekiri.
Distribusi tidak normal.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 1.a. Kesetaraan karakteristik 94 SP 83
Kesetaraan karakteristik 94 subyek penelitian Case Processing Summary
Cases Included Excluded Total N Percent N Percent N Percent Umur * KELOMPOK PL / MG 94 100.0% 0 .0% 94 100.0% Tinggi Badan * KELOMPOK PL / MG 94 100.0% 0 .0% 94 100.0% Berat Badan * KELOMPOK PL / MG 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%
PL = plasebo = kontrol; MG = manggis = perlakuan
Report
Kontrol vs Perlakuan Umur Tinggi Badan
Berat Badan
kontrol n = 47
Mean 22.19 155.64 56.15 Median 21.00 155.00 55.00 Std. Error of Mean .736 .865 1.647 Minimum 18 145 38 Maximum 40 171 94 Variance 25.463 35.149 127.423 Std. Deviation 5.046 5.929 11.288 N 47 47 47
perlakuan n = 47
Mean 22.74 156.74 56.71 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Error of Mean .776 1.019 1.658 Minimum 18 140 40 Maximum 47 175 100 Variance 28.325 48.846 129.196 Std. Deviation 5.322 6.989 11.366 N 47 47 47
Total n = 94
Mean 22.47 156.19 56.43 Median 21.00 156.00 55.00 Std. Error of Mean .533 .667 1.162 Minimum 18 140 38 Maximum 47 175 100 Variance 26.682 41.855 127.010 Std. Deviation 5.165 6.470 11.270 N 94 94 94
Analyze Compare means ANOVA Table
Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
Umur (thn) * Kontrol vs Perlakuan
Between Groups (Combined) 7.191 1 7.191 .267 .606 Within Groups 2474.213 92 26.894
Total 2481.404 93
Tinggi Badan (cm) * Kontrol vs Perlakuan
Between Groups (Combined) 28.766 1 28.766 .685 .410 Within Groups 3863.787 92 41.998
Total 3892.553 93
Berat Badan (kg) * Kontrol vs Perlakuan
Between Groups (Combined) 7.414 1 7.414 .058 .811 Within Groups 11804.502 92 128.310
Total 11811.917 93
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 2. Karakteristik 86 SP (kelamin) menurut kelompok 84
Karakteristik 86 SP (kelamin) menurut kelompok.
Jenis Kelamin pada kelompok kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Wanita 36 41.9 87.8 87.8
Pria 5 5.8 12.2 100.0 Total 41 47.7 100.0
Missing System 45 52.3 Total 86 100.0
Jenis Kelamin pada kelompok perlakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Wanita 39 45.3 86.7 86.7
Pria 6 7.0 13.3 100.0 Total 45 52.3 100.0
Missing System 41 47.7 Total 86 100.0
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 3. Uji Chi square keparahan jerawat kriteria Lehman 85
Derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman
A. Perbandingan keparahan jerawat pada seluruh 86 SP
Perbandingan kategori keparahan jerawat (ringan & sedang)
sebelum dan sesudah perlakuan, pada 86 SP.
Kategori Jerawat sesudah perlakuan Total
ringan sedang
Kategori Jerawat sesudah perlakuan
ringan 64 1 65 sedang 13 8 21
Total 77 9 86
Chi-Square Tests Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .002 N of Valid Cases 86
B. Perbandingan keparahan jerawat pada kelompok kontrol (41 SP )
Perbandingan kategori keparahan jerawat (ringan & sedang)
sebelum dan sesudah perlakuan,
pada kelompok kontrol (41 SP)
Kategori Jerawat sesudah perlakuan Total ringan sedang
Kategori Jerawat sesudah perlakuan
ringan 31 1 32 sedang 4 5 9
Total 35 6 41
Chi-Square Tests Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .375 N of Valid Cases 41
C. Perbandingan keparahan jerawat pada kelompok perlakuan (45 SP )
Perbandingan kategori keparahan jerawat (ringan & sedang)
sebelum dan sesudah perlakuan,
pada kelompok kontrol (45 SP)
Kategori Jerawat sesudah perlakuan Total ringan sedang
Kategori Jerawat sesudah perlakuan
ringan 33 0 35 sedang 9 3 10
Total 42 3 45
Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .016 N of Valid Cases 45
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 4. Kemaknaan perubahan keparahan jerawat 86
Uji statistik untuk variabel kategorik ordinal berpasangan
A. Uji McNemar perubahan keparahan jerawat klp kontrol Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Sebelum * Sesudah 41 100.0% 0 .0% 41 100.0%
Crosstabulation
Sesudah perlakuan
Total derajat RINGAN
derajat SEDANG
Sebelum perlakuan
derajat RINGAN 31 1 32
derajat SEDANG 4 5 9
Total 35 6 41 Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .375(a) N of Valid Cases 41
a Binomial distribution used.
B. Uji McNemar perubahan keparahan jerawat klp perlakuan Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sebelum * Sesudah 45 100.0% 0 .0% 45 100.0% Crosstabulation
Sesudah perlakuan
total derajat RINGAN
derajat RINGAN
Sebelum perlakuan
derajat RINGAN 35 0 33
derajat SEDANG 7 3 12
Total 42 3 45 Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .016(a) N of Valid Cases 45
a Binomial distribution used.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 5. Jumlah SP menurut kriteria Lehman 87
Kriteria LEHMAN untuk derajat keparahan jerawat
pada kelompok kontrol dan perlakuan
sebelum dan sesudah perlakuan
A. Kelompok Kontrol
Frequency Table
Kategori Jerawat Klp Kontrol sebelum perlakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid ringan 32 78.0 78.0 78.0
sedang 9 22.0 22.0 100.0 Total 41 100.0 100.0
Kategori Jerawat Klp Kontrol sesudah perlakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid ringan 35 85.4 85.4 85.4
sedang 6 14.6 14.6 100.0 Total 41 100.0 100.0
Crosstabs Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Kontrol
Sesudah Perlakuan
Total
ringan sedang
Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan
ringan 31 1 32 sedang 4 5 9
Total 35 6 41 Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .375 N of Valid Cases 41
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 5. Jumlah SP menurut kriteria Lehman 88
B. Kelompok Perlakuan
Frequency Table
Kategori Jerawat Klp Perlakuan sebelum perlakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid ringan 33 73.3 73.3 73.3 sedang 12 26.7 26.7 100.0 Total 45 100.0 100.0
Kategori Jerawat Klp Perlakuan sesudah perlakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid ringan 42 93.3 93.3 93.3
sedang 3 6.7 6.7 100.0 Total 45 100.0 100.0
Crosstabs Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Perlakuan Sesudah
Perlakuan
Total
ringan sedang
Kelompok Perlakuan Sebelum Perlakuan
ringan 33 0 33 sedang 9 3 12
Total 42 3 45 Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .0016 N of Valid Cases 45
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 6. Uji Mann-Whitney atas jumlah lesi jerawat 89
Uji Non Pararametrik variabel numerik tidak berpasangan
A. Uji Mann-Whitney jumlah lesi jerawat sebelum perlakuan Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks WA+DD+PG before
PLASEBO 41 43.23 1772.50 MANGGIS 45 43.74 1968.50 Total 86
Test Statistics
WA+DD+PG
before Mann-Whitney U 911.500 Wilcoxon W 1772.500 Z -.095 Asymp. Sig. (2-tailed) .924
B. Uji Mann-Whitney jumlah lesi jerawat sesudah perlakuan
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks WA+DD+PG after
PLASEBO 41 45.17 1852.00 MANGGIS 45 41.98 1889.00 Total 86
Test Statistics
WA+DD+PG
after Mann-Whitney U 854.000 Wilcoxon W 1889.000 Z -.593 Asymp. Sig. (2-tailed) .553
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 7. Uji normalitas jumlah lesi jerawat 90
Uji normalitas jumlah lesi jerawat di tempat predileksinya (wajah, dada, dan
punggung).
Case Processing Summary
Perlakuan Kelompok Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
sebelum kontrol 41 100.0% 0 .0% 41 100.0%
perlakuan 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
sesudah kontrol 41 100.0% 0 .0% 41 100.0%
perlakuan 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
Tests of Normality
Perlakuan Kelompok Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
sebelum
kontrol .918 41 .006 perlakuan .852 45 .000
sesudah
kontrol .863 41 .000 perlakuan .772 45 .000
Pada uji normalitas untuk semua kelompok memiliki nilai p < 0.05, yang
berarti bahwa data jumlah lesi jerawat terdistribusi tidak normal.
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 8. Uji Wilcoxon jumlah lesi jerawat 91
Uji statistik perubahan jumlah lesi jerawat (variabel numerik)
antara sebelum dan sesudah perlakuan (berpasangan).
Wilcoxon Signed Ranks Test
Kelompok N Mean Rank
Sum of
Ranks
Kontrol Perbandingan
jumlah seluruh lesi jerawat sesudah dan sebelum perlakuan
Negative Ranks 33 19.09 630.00 Positive Ranks 4 18.25 73.00
Ties 4 Total 41
Perlakuan Perbandingan
jumlah seluruh lesi jerawat sesudah dan sebelum perlakuan
Negative Ranks 39 23.72 925.00 Positive Ranks 5 13.00 65.00
Ties 1 Total 45
Test Statistics
Kelompok Perbandingan
jumlah seluruh lesi jerawat sesudah dan sebelum perlakuan
Kontrol Z -4.204
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Perlakuan Z -5.022
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 9. Frequency & histogram Nilai MDA 92
Frequencies dan histogram nilai MDA (nmol/mL) Statistics
MDA pre
PLASEBO MDA post PLASEBO
MDA pre MANGGIS
MDA post MANGGIS
N Valid 18 18 20 20 Missing 6 6 4 4
Mean 1.73589 1.070 1.310 1.007 Median 1.40700 .95750 1.38500 .98900
Std. Deviation 1.240625 .476747 .927978 .303704 Variance 1.539 .227 .861 .092
Skewness 1.637 1.069 1.671 .603 Std. Error of Skewness .536 .536 .512 .512
Kurtosis 2.855 1.277 4.172 .701 Std. Error of Kurtosis 1.038 1.038 .992 .992
Minimum .277 .404 .339 .482 Maximum 5.147 2.293 4.242 1.746
Keterangan: pre=sebelum perlakuan; post=sesudah perlakuan
PLASEBO = kelompok kontrol
MANGGIS = kelompok perlakuan
Frequency Table
Nilai MDA sebelum (pre) perlakuan pada klp kontrol (PLASEBO)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid .277 1 4.2 5.6 5.6 .433 1 4.2 5.6 11.1 .776 1 4.2 5.6 16.7 .932 1 4.2 5.6 22.2 .963 1 4.2 5.6 27.8 .995 1 4.2 5.6 33.3 1.088 1 4.2 5.6 38.9 1.213 1 4.2 5.6 44.4 1.307 1 4.2 5.6 50.0 1.507 1 4.2 5.6 55.6 1.806 2 8.3 11.1 66.7 2.056 2 8.3 11.1 77.8 2.306 1 4.2 5.6 83.3 2.368 1 4.2 5.6 88.9 4.210 1 4.2 5.6 94.4
5.147 1 4.2 5.6 100.0
Total 18 75.0 100.0 Missing System 6 25.0 Total 24 100.0
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 9. Frequency & histogram Nilai MDA 93
Nilai MDA sesudah (post) perlakuan pada klp kontrol (PLASEBO)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid .404 1 4.2 5.6 5.6 .482 1 4.2 5.6 11.1 .591 1 4.2 5.6 16.7 .763 1 4.2 5.6 22.2 .794 1 4.2 5.6 27.8 .825 1 4.2 5.6 33.3 .872 1 4.2 5.6 38.9 .934 2 8.3 11.1 50.0 .981 1 4.2 5.6 55.6 1.028 2 8.3 11.1 66.7 1.122 1 4.2 5.6 72.2 1.403 1 4.2 5.6 77.8 1.434 1 4.2 5.6 83.3 1.559 1 4.2 5.6 88.9 1.809 1 4.2 5.6 94.4 2.293 1 4.2 5.6 100.0 Total 18 75.0 100.0 Missing System 6 25.0 Total 24 100.0
Nilai MDA sebelum (pre) perlakuan pada klp perlakuan (MANGGIS)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid .339 1 4.2 5.0 5.0 .401 1 4.2 5.0 10.0 .495 1 4.2 5.0 15.0 .526 1 4.2 5.0 20.0 .558 2 8.3 10.0 30.0 .589 1 4.2 5.0 35.0 .714 1 4.2 5.0 40.0 .776 1 4.2 5.0 45.0 1.276 1 4.2 5.0 50.0 1.494 2 8.3 10.0 60.0 1.525 1 4.2 5.0 65.0 1.588 1 4.2 5.0 70.0 1.619 1 4.2 5.0 75.0 1.806 1 4.2 5.0 80.0 1.838 1 4.2 5.0 85.0 1.962 1 4.2 5.0 90.0 2.400 1 4.2 5.0 95.0 4.242 1 4.2 5.0 100.0 Total 20 83.3 100.0 Missing System 4 16.7 Total 24 100.0
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 9. Frequency & histogram Nilai MDA 94
Nilai MDA sesudah (post) perlakuan pada klp perlakuan (MANGGIS)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid .482 1 4.2 5.0 5.0 .622 1 4.2 5.0 10.0 .669 1 4.2 5.0 15.0 .716 1 4.2 5.0 20.0 .747 1 4.2 5.0 25.0 .810 1 4.2 5.0 30.0 .903 1 4.2 5.0 35.0 .950 1 4.2 5.0 40.0 .966 1 4.2 5.0 45.0 .981 1 4.2 5.0 50.0 .997 1 4.2 5.0 55.0 1.028 2 8.3 10.0 65.0 1.106 1 4.2 5.0 70.0 1.122 1 4.2 5.0 75.0 1.215 1 4.2 5.0 80.0 1.262 1 4.2 5.0 85.0 1.278 1 4.2 5.0 90.0 1.512 1 4.2 5.0 95.0 1.746 1 4.2 5.0 100.0 Total 20 83.3 100.0 Missing System 4 16.7 Total 24 100.0
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 9. Frequency & histogram Nilai MDA 95
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
MDA pre PLASEBO
0
1
2
3
4
5
6
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.73589Std. Dev. = 1.240625N = 18
MDA pre PLASEBO
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000
MDA pre MANGGIS
0
1
2
3
4
5
6
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.310Std. Dev. = 0.927978N = 20
MDA pre MANGGIS
Histogram nilai MDA (nmol/mL)
Keterangan: pre=sebelum perlakuan; post=sesudah perlakuan
PLASEBO = kelompok kontrol
MANGGIS = kelompok perlakuan
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
MDA post PLASEBO
0
1
2
3
4
5
6
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.06978Std. Dev. = 0.476747N = 18
MDA post PLASEBO
0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800
MDA post MANGGIS
0
1
2
3
4
5
6
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.007Std. Dev. = 0.303704N = 20
MDA post MANGGIS
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 10. Statistik nilai MDA 96
Statistik nilai MDA (nmol/mL)
Statistics
kelompok
nilai
MDA
sebelum
nilai
MDA
sesudah
selisih
nilai
MDA
perlakuan
N Valid 20 20 20
Missing 0 0 0
Mean 1.310 1.007 -.3030
Median 1.385 .989 -.256
Std. Deviation .928 .304 .989
Minimum .339 .482 -3.50
Maximum 4.242 1.746 1.22
kontrol
N Valid 20 18 18
Missing 0 2 2
Mean 1.659 1.070 -.666
Median 1.260 .958 -.528
Std. Deviation 1.198 .477 1.257
Minimum .277 .404 -3.74
Maximum 5.147 2.293 1.38
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 11. Uji normalitas nilai MDA 97
Uji normalitas nilai MDA
Case Processing Summary
kelompok Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
selisih nilai MDA
perlakuan 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% kontrol 18 90.0% 2 10.0% 20 100.0%
nilai MDA sebelum
perlakuan 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% kontrol 18 90.0% 2 10.0% 20 100.0%
nilai MDA sesudah
perlakuan 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% kontrol 18 90.0% 2 10.0% 20 100.0%
Tests of Normality
kelompok Shapiro-Wilk
Distribution Statistic df Sig.
selisih nilai MDA
perlakuan .872 20 .013 Tidak Normal kontrol .961 18 .617 Normal
nilai MDA sebelum
perlakuan .829 20 .002 Tidak Normal kontrol .840 18 .006 Tidak Normal
nilai MDA sesudah
perlakuan .970 20 .752 Normal kontrol .923 18 .145 Normal
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 12. Statistik nilai MDA pada grafik perubahannya 98
Statistik nilai MDA sebelum & sesudah perlakuan,
pada kelompok kontrol & perlakuan
Kelompok kontrol
Kelompok Kontrol N Range Min Max Mean Std. Error Mean
Std. Dev Variance
nilai MDA (nmol/mL) sebelum perlakuan 18 4.87 .28 5.15 1.659 .292 1.240 1.539
nilai MDA (nmol/mL) sesudah perlakuan 18 1.89 .40 2.29 1.069 .112 .47675 .227
Valid N (listwise) 18
Kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan N Range Min Max Mean Std. Error Mean
Std. Dev Variance
nilai MDA (nmol/mL) sebelum perlakuan 20 3.90 .34 4.24 1.310 .208 .928 .861
nilai MDA (nmol/mL) sesudah perlakuan 20 1.26 .48 1.75 1.007 .0679 .304 .092
Valid N (listwise) 20
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 13. Uji t berpasangan nilai MDA pada klp kontrol 99
Pair T-Test MDA kelompok KONTROL
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviati
on
Std. Error Mean
Kelompok kontrol nilai MDA sebelum perlakuan 1.6591 18 1.241 .292 nilai MDA sesudah perlakuan 1.0698 18 .477 .112
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Kelompok kontrol nilai MDA sebelum
perlakuan & nilai MDA sesudah perlakuan
18 .159 .530
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
(2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Kelompok kontrol
nilai MDA sebelum perlakuan & nilai MDA sesudah perlakuan
.666 1.257 .296 .041 1.291 2.249 17 .038
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 14. Uji Wilcoxon nilai MDA pada klp perlakuan 100
Uji Non Parametric (Wilcoxon) nilai MDA (nmol/mL)
variabel numerik berpasangan
kelompok perlakuan
Ranks
N Mean Rank
Sum of Ranks
MDA post MG - MDA pre MG
Negative Ranks 12 11.33 136.00
Positive Ranks 8 9.25 74.00
Ties 0 Total 20
Keterangan: pre=sebelum perlakuan; post=sesudah perlakuan MG = manggis = kelompok perlakuan
Test Statistics
nilai MDA sebelum –
sesudah kelompok perlakuan
Z -1.157 Asymp. Sig.
(2-tailed) .247
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013
Lampiran SPSS 15. Uji Mann-Whitney dan t-test nilai MDA 101
Uji statistik nilai MDA (nmol/mL):
A. Uji Non Parametrik variabel numerik tidak berpasangan, dan
B. Uji t-test variabel numerik independen tidak berpasangan, sebelum dan
sesudah perlakuan
A. Uji Mann-Whitney nilai MDA (nmol/mL) Test Statistics
MDA pre MDA post Mann-Whitney U 162.500 179.500 Wilcoxon W 372.500 389.500 Z -1.015 -.015
Asymp. Sig. (2-tailed) .310 .988 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .314 .988
B. Independence T-Test nilai MDA (nmol/mL)
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean MDA pre perlakuan 20 1.31000 .927978 .207502
kontrol 20 1.65865 1.197524 .267775 MDA post perlakuan 20 1.00700 .303704 .067910
kontrol 18 1.06978 .476747 .112370
Independent Samples Test
Levene’s Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean Diff
Std. Error Diff
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
MDA pre
Equal variances assumed
.503 .483 -1.029 38 .310 -.347 .339 -1.034 .337
Equal
variances not assumed
-1.029 35.77 .310 -.349 .339 -1.036 .339
MDA post
Equal variances assumed
2.55 .119 -.489 36 .628 -.0628 .128 -.323 .197
Equal
variances not assumed
-.478 28.31 .636 -.0628 .131 -.331 .206
Keterangan: pre=sebelum perlakuan; post=sesudah perlakuanUji
Efektivitas ekstrak..., Toni Sutono, F Farmasi UI, 2013