efektivitas bantuan sosial bagi masyarakat...
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS BANTUAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT KAMPUNG
IDIOT DI DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG
KABUPATEN PONOROGO
Oleh:
Ambiro Puji Asmaroini
Pembimbing:
(1) Dra. Arbaiyah Prantiasih, M. Si. (2) Drs. Petir Pudjantoro, M. Si
Abstrak: Bantuan sosial merupakan barang yang digunakan untuk
membantu untuk kehidupan masyarakat yang membutuhkan.
Bantuan sosial untuk masyarakat idiot dikarenakan masyarakat
Idiot merupakan masyarakat penyandang cacat mental yang tidak
bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan normal.
Masyarakat idiot tersebut memiliki permasalahan, diantaranya:
sebagian besar dari mereka tidak mampu bekerja, hidup di bawah
garis kemiskinan dan tidak mampu berbicara. Karena keterbatasan
masyarakat penderita idiot maka dibutuhkannya bantuan untuk
mengurangi bebannya. Kajian efektivitas bantuan sosial diperlukan
karena kelompok miskin idiot memiliki karakteristik dan
kebutuhan khusus sesuai dengan apa yang dibutuhkan penderita
idiot.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kondisi
sosial ekonomi masyarakat kampung idiot di Desa Karangpatihan
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, (2) Macam-macam
bantuan yang diberikan kepada masyarakat Kampung Idiot di
Desa Karangpatihan, (3) Efektivitas pemberian bantuan bagi
masyarakat Kampung Idiot di Desa Karangpatihan, Kecamatan
Balong, Kabupaten Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data dengan menggunakan reduksi data,
display data/penyajian data, dan verifikasi data/penarikan
kesimpulan.
2
Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
(1). Kondisi sosial ekonomi masyarakat kampung idiot di Desa
Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo sangat
minim, terlihat dari kondisi rumah dan prasarananya, mata
pencaharian, dan menu makanan. (2) Bantuan sosial kepada
masyarakat kampung idiot di Desa Karangpatihan, yaitu: konsumsi
(beras, air bersih, sarden, garam beryodium, minyak makan, ikan
asin, paket sembako, sarimi, dan lauk pauk), kesehatan (pengobatan
gratis), sarana rumah tinggal (pembangunan rumah tidak layak
huni, alat-alat rumah tangga, tikar mendong), dan produktif (ternak
kambing dan kandang ayam), (3) Efektivitas pemberian bantuan
bagi masyarakat Kampung Idiot di Desa Karangpatihan,
Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, yaitu (a) Efektivitas
ditinjau dari segi jenis bantuan yang diberikan dan pihak pemberi
bantuan, ada beberapa bantuan efektif diantaranya bantuan yang
efektif menurut keluarga idiot adalah sembako, uang, pembenahan
rumah, ternak kambing, tikar/kasur, tanaman, dan bak/timba.
Bantuan tersebut efektif karena bisa digunakan oleh keluarga dan
mampu meringankan beban kebutuhan keluarga idiot. Efektivitas
dari segi pihak pemberi bantuan, bantuan yang efektif didominasi
oleh bantuan dari pihak pemerintah. Hal ini dikarenakan bantuan
dari pemerintah terdiri dari berbagai instansi yang memberikan
bantuan. Namun, konsistensinya bantuan yang efektif adalah dari
perorangan yang hampir setiap bulan memberikan bantuan tersebut
dari tahun 2010 akhir hingga tahun 2012 sekarang. (b) Efektivitas
dari segi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan, dari bantuan yang
diterima sesuai dengan kebutuhannya adalah sembako/beras sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari dimasak untuk makan; uang sesuai
dengan kebutuhan untuk membeli keperluan makan; pembenahan
rumah sesuai dengan kebutuhan karena tidak mampu membenahi
rumahnya sendiri; kasur/tikar sesuai dengan kebutuhannya karena
bisa membantu untuk tidur; ternak kambing sesuai dengan
3
kebutuhan karena bisa menambah penghasilan dengan menjual
anak kambingnya; bak/timba sesuai dengan kebutuhan karena
setiap hari untuk menyimpan air, meminumi kambing dan mencuci;
bantuan pakaian sesuai dengan kebutuhan keluarga idiot karena
setiap hari yang dipakai adalah pakaian dari pemberi bantuan, dan
pipa/saluran air juga sesuai dengan kebutuhan keluarga idiot karena
pipa tersebut menyalurkan air dari sumber air gunung ke sumur-
sumur idiot untuk dimasak, meminumi kambing, mandi dan
mencuci. Ada pula bantuan yang kurang sesuai dengan kebutuhan.
Bantuan tersebut berupa bibit tanaman. Bantuan ini kurang sesuai
karena misalnya belimbing yang ditanam sudah berbuah maka yang
memakan bukan dari keluarga idiot sendiri namun anak-anak kecil
dan siapa saja yang ingin makan boleh memakannya dan bibit yang
ditanam masih kecil belum membuahkan hasil, ada pula bibit yang
ditanam mati karena kekurangan air. (c) Efektivitas dari segi pola
pengelolaan bantuan, dari berbagai donatur dari pemerintah dan
non pemerintah, dalam memberikan bantuan dengan mengadakan
observasi dan cara ini efektif untuk mengetahui bantuan yang
dibutuhkan keluarga idiot. Pemberian bantuan langsung diberikan
kepada keluarga idiot bersamaan dengan pengelola bantuan di desa
atau perangkat desa. Pengelolaan bantuan di desa dengan
membentuk panitia bakti sosial merupakan cara yang efektif.
Karena dari pengelolaannya, panitia bakti sosial memiliki tugas
untuk mengurusi bantuan, mengantarkan donatur yang akan
memberikan bantuan dan mengecek kebutuhan keluarga idiot. Dan
bantuan dari donatur lansung dibagikan kepada keluarga idiot.
Berdasarkan pola pengelolaan bantuan yang diberikan, ada bantuan
yang pola pengelolaannya dari pemerintah yang tidak efektif. Hal
ini disebabkan bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Bantuan tersebut diberikan oleh Dinas
Sosial Kabupaten Ponorogo yang telah mengungkapkan bahwa
bantuan yang diberikan berupa sembako, air bersih, roti, super mie,
4
aspal jalan, pelayanan kesehatan gratis, dan biaya pendidikan wajib
belajar 9 Tahun. Bakti sosial sejak tahun 2000an. Bantuan yang
lainnya berupa pemberdayaan dengan pemberian benih bibit
mangga, dan pemberian kambing. Namun ada beberapa bantuan
yang tidak ada di lapangan, bantuan tersebut berupa air bersih,
aspal jalan, dan pelayanan kesehatan gratis. (d) Efektivitas dari segi
jumlah bantuan yang dialokasikan, bantuan yang efektif
berdasarkan jumlah bantuan yang dialokasikan diantaranya:
sembako/beras, bak/timba, pipa/saluran air dan pakaian. Bantuan
ini efektif karena bisa terus digunakan oleh keluarga idiot dan bisa
merasakan bantuan tersebut dengan jumlah yang cukup banyak.
Bantuan yang jumlahnya banyak merupakan bantuan yang efektif
(sembako, bak/timba, pakaian). Hal ini dikarenakan sesuai apa
yang dibutuhkan oleh keluarga idiot. Bantuan yang diberikan
banyak namun tidak efektif karena mati, bantuan ini berupa ternak
kambing dan bibit tanaman. Ada pula bantuan yang kurang efektif
karena jumlahnya sedikit diantaranya pembenahan rumah yang
hanya satu kali sehingga bila ada kerusakan mereka tidak mampu
memperbaiki. (e) Efektivitas dari segi komitmen penerima untuk
mengelola bantuan, Berdasarkan deskripsi pandangan yang digali
dari masyarakat kampung idiot penerima bantuan yang telah
dipaparkan maka bisa ditegaskan bahwa, komitmen penerima untuk
mengelola bantuan, bantuan yang paling disenangi dan digunakan
adalah sembako atau beras karena bantuan ini bisa langsung
digunakan untuk dimasak. Bantuan lain yang disenangi adalah
bantuan dalam bentuk uang karena uang ini bisa langsung
digunakan untuk membeli keprluan yang dibutuhkan. Bantuan
pembenahan rumah juga disenangi oleh keluarga idiot karena
dengan adanya pembenahan rumah maka rumahnya lebih baik dari
sebelum dibantu. Ternak kambing juga merupakan bantuan yang
disenangi oleh keluarga idiot karena dengan adanya ternak
kambing bila beranak maka anaknya dijual untuk menambah
5
pendapatan. Bantuan berupa bak/timba juga disenangi oleh
keluarga idiot karena bantuan ini bisa digunakan setiap hari untuk
tempat penampungan air, mencuci dan meminumi kambing. Dari
berbagai bantuan yang efektif atau disenagi berdasarkan komitmen
penerima untuk pengelola bantuan, ada pula bantuan yang kurang
efektif atau kurang disenangi adalah bibit tanaman. Bantuan
tersebut kurang disenagi karena tanamannya ada yang mati, bila
berbuah maka buahnya tidak dimakan sendiri dan dari tanaman
tersebut ada yang belum membuahkan hasil.
Dari hasil penelitian ini saran-saran yang diajukan yaitu: (1) Bagi
Pemerintah hendaknya lebih mengoptimalkan bantuan yang
diberikan kepada masyarakat penderita idiot. Selain itu pemerintah
lebih memperhatikan masyarakat yang memiliki keterbelakangan
mental. (2) Bagi Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo hendaknya
memberikan bantuan lebih tepat pada sasaran dan lebih
memperhatikan masyarakat idiot dan tidak memberikan
keterangan palsu dan tidak ada buktinya di lapangan. (3) Bagi
Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Ponorogo hendaknya
memberikan bantuan secara bertahap, dan tidak hanya satu kali
saja. (4) Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo hendaknya
memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan penderita idiot. (5)
Bagi Desa Karangpatihan hendaknya membantu masyarakat idiot
untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih agar mendapat
penghasilandan pemberdayaan penderita idiot. (6) Berdasarkan
karakteristik penderita idiot, alangkah baiknya bila memberikan
bantuan dalam bentuk perawatan, penempatan di lembaga dan
optimalisasi pemberdayaan idiot. Karena sampai saat ini belum ada
bantuan perawatan dan penempatan di lembaga bagi penderita
idiot. Pemberdayaan bagi penderita idiot juga belum maksimal
sehingga perlu dimaksimalkan
Kata Kunci : Bantuan Sosial, Masalah, Kampung Idiot
6
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan suatu
keadaan di mana seseorang karena memiliki suatu keterbatasan sehingga tidak
mampu mensejahterakan dirinya. Ilmawan (2010,
http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/, diakses 26 Oktober 2011), menyatakan
bahwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai
dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterpencilan dan
perubahan lingkungan yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ilmawan, beberapa jenis PMKS antara
lain meliputi: anak balita terlantar, anak terlantar, anak yang menjadi korban
tindakan kekerasan atau diperlakukan salah, anak nakal, anak jalanan, anak cacat,
wanita rawan sosial ekonomi, wanita yang menjadi korban tindakan kekerasan
atau diperlakukan salah, lanjut usia terlantar, lanjut usia yang menjadi korban
tindak kekerasan atau diperlakukan salah, penyandang cacat, penyandang cacat
bekas penyakit kronis, tuna sosial, pengemis, gelandangan, gelandangan psykotik,
bekas nara pidana, korban penyalahgunaan napza, keluarga fakir-miskin, keluarga
berumah tak layak huni, keluarga bermasalah sosial psikologis, komunitas adat
terpencil, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, korban bencana
alam, korban bencana sosial/pengungsi, pekerja migran terlantar, pengidap
HIV/AIDS dan keluarga rentan.
Idiot sebagai bagian dari penyandang cacat, sedangkan penyandang cacat
dikategorikan sebagai penyandang cacat tubuh, penyandang cacat buta,
penyandang cacat tuli bisu, dan penyandang cacat mental. Salah satu penyandang
cacat mental yaitu cacat mental retardasi. Cacat mental retardasi dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu: idiot, embisil, dan debil. Dari sini dapat diketahui bahwa idiot
merupakan bagian dari PMKS.
7
Salah satu fenomena menonjol mengenai penderita cacat idiot ini berada di
Kabupaten Ponorogo. Di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten
Ponorogo terdapat komunitas penderita idiot dengan jumlah yang cukup besar,
kurang lebih 70 orang. Kampung Idiot telah menyita perhatian dari berbagai
pihak.
Sampai saat ini Kampung Idiot memperoleh berbagai bantuan dari
pemerintah maupun non pemerintah. Bantuan tersebut diantaranya dari Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Timur, PDAM Ponorogo, Dinas Ketahanan Pangan
Ponorogo, Dompet Duafa , Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, BNPB, BI
Kediri, Dana Hibah Provinsi Jawa Timur, Muhammadiyah Ponorogo, Persatuan
Janda Muslim Ponorogo, dan Rumah Sakit Aisyiyah Ponorogo. Bantuan yang
paling banyak diterima Kampung Idiot adalah kebutuhan dasar meliputi
makanan pokok dalam bentuk sembako, air untuk MCK, pakaian pria/wanita,
fasilitas kesehatan dan pembenahan rumah.
Terhadap bantuan-bantuan yang sudah diberikan, secara umum bermaksud
untuk membantu penderita idiot agar bisa keluar dari masalahnya. Dengan
demikian, menarik untuk ditelaah apakah bantuan yang diberikan dari berbagai
pihak selama ini cukup efektif untuk menolong penderita idiot agar keluar dari
masalah yang dideritanya. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk
mengkaji “Efektivitas Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Masalah Masyarakat
Kampung Idiot di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo”.
Penelitian ini penting dilakukan untuk menformulasikan strategi yang efektif
untuk memberdayakan masyarakat miskin terutama yang berkebutuhan khusus
seperti masyarakat Kampung Idiot.
2. Landasan Teori
1) Kelompok Masyarakat Kampung Idiot sebagai Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
a. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dapat dikatakan seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
8
terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai
dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,
keterasingan/keterpencilan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang
kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.
Ada beberapa jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial antara lain
menurut Ilmawan (2010: http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/, diakses 26
Oktober 2011): anak balita terlantar, anak terlantar, anak yang menjadi korban
tindakan kekerasan atau diperlakukan salah, anak nakal, anak jalanan, anak cacat,
wanita rawan sosial ekonomi, wanita yang menjadi korban tindakan kekerasan
atau diperlakukan salah, lanjut usia terlantar, lanjut usia yang menjadi korban
tindak kekerasan atau diperlakukan salah, penyandang cacat, penyandang cacat
bekas penyakit kronis, tuna sosial, pengemis, gelandangan, gelandangan psykotik,
bekas nara pidana, korban penyalahgunaan napza, keluarga fakir-miskin, keluarga
berumah tak layak huni, keluarga bermasalah sosial psikologis, komunitas adat
terpencil, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, korban bencana
alam, korban bencana sosial/pengungsi, pekerja migran terlantar, pengidap
HIV/AIDS dan keluarga rentan.
b. Penderita Gangguan Idiot
Berdasarkan kamus kedokteran lengkap (Diana, 345) idiot adalah
seseorang yang terkena retardasi mental berat. Retardasi mental merupakan
gangguan dalam perkembangan di mana terjadi gangguan dalam fungsi intelektual
yang sub normal adanya perilaku adaptif sosial dan timbul pada masa
perkembangan yaitu di bawah umur 18 tahun (Hidayat, 2005: 44-45).
Terjadi gangguan dalam fungsi intelektual sub normal yaitu dilakukan tes
Intelligence Quotient (IQ) dengan angka 70. Sedangkan perilaku adaptif perilaku
sosial dengan retardasi mental dapat dilihat dengan kemampuan dalam melakukan
tugas kemandirian atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tugas
perkembangan pada usianya belum optimal.
Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan beberapaf faktor,
diantaranya faktor genetik atau juga kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama
hamil di mana terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada ibu seperti rubella,
9
adanya gangguan-gangguan tertentu diperoleh sebelum kelahiran sebagai akibat
dari zat-zat kimia yang mamasuki janin melalui placenta dan juga disebabkan oleh
penyakit atau luka pada waktu kelahiran atau sesudah kelahiran, atau adanya virus
lain atau juga faktor setelah lahir di mana dapat terjadi kerusakan otak apabila
terjadi infeksi seperti meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.
Masyarakat kampung idiot sebagai masyarakat Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial. Masyarakat kampung idiot tersebut memiliki hambatan,
kesulitan atau gangguan sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara
memadai dan wajar.
c. Faktor-Faktor Penyebab Idiot
a) Faktor-Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi atau
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Rubella (cacar Jerman) pada ibu,
misalnya dapat ditularkan pada bayi yang belum lahir, mengakibatkan kerusakan
otak sehingga menyebabkan retardasi, dan ini dapat berperan juga pada autisme
(Nevid, dkk, 2005: 152). Obat-obatan yang digunakan digunakan ibu selama
kehamilan dapat mempengaruhi bayi. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik
dan retardasi mental yang parah. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan
oksigen atau cedera kepala, menempatkan anak pada resiko yang lebih besar
terhadap gangguan neurologis, termasuk juga retardasi mental.
Kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi dan emosi ikut mempengaruhi
keadaan bayi sebelum lahir. Faktor prenatal lain yang dapat menyebabkan
terjadinya retardasi mental ialah : penyakit menahun pada ibu hamil seperti
tuberculosis paru, hipertensi, diabetes mellitus, anemia, penggunaan narkotik,
alcohol, serta rokok yang berlebihan (Budhiman, 1991: 67).
b) Penyebab-Penyebab Budaya Keluarga
Kasus retardasi mental dalam rentang tingkat keparahan yang ringan tidak
hanya terdapat pada penyebab biologis atau perbedaan ciri-ciri fisik yang
membedakan seorang anak dengan anak-anak lain. Faktor-faktor psikososial,
seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan
stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua, dapat menjadi
10
penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental pada
anak-anak ini (Nevid, dkk, 2005: 152).
c) Faktor Genetik
Kasus retardasi mental/idiot yang termasuk dalam golongan ini adalah
kelainan kromosom maupun gen yang secara klinis menyebabkan berbagai
macam gangguan metabolisme. Kelainan pada kromosom seks seperti pada
sindrom Klinefelter atau Turner tidak selalu disertai dengan retardasi mental,
namun gangguan pada kromosom autosomal biasanya disertai dengan gejala
retardasi mental (Budhiman, 1991: 66).
2) Strategi Penanggulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:
1340).
Berdasarkan Badan Perencanaan Nasional, peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan sosial memiliki beberapa program pembangunan, program
pembanguna tersebut diantaranya:
a. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Tujuan program ini untuk memulihkan fungsi sosial, memberikan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi para PMKS, termasuk bagi lanjut usia terlantar,
penyandang cacat, dan anak terlantar, untuk kelangsungan hidup dan tumbuh
kembangnya. (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/, diakses 22
November 2011).
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS;
2. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi
kesejahteraan sosial bagi PMKS;
3. Peningkatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi
anak terlantar, lanjut usia, penyandang cacat, dan tuna sosial;
4. Penyelenggaraan pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi
PMKS;
11
5. Peningkatan pelayanan psikososial dan pembangunan pusat pelayanan krisis
(trauma center) bagi PMKS, termasuk korban bencana alam dan sosial; dan
6. Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai anti eksploitasi,
kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, reintegrasi eks-PMKS, dan
pencegahan HIV/AIDS serta penyalahgunaan NAPZA.
b. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya
Tujuan program ini untuk meningkatkan kemampuan, keberdayaan sosial dan
kualitas hidup keluarga, fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya
(www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/, diakses 22 November 2011).
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
PMKS lainnya, melalui peningkatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan
Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) serta Kelompok Usaha Bersama (KUBE);
2. Peningkatan kerjasama kemitraan antara pengusaha dengan KUBE dan LKM;
3. Pengembangan Geographic Information System (GIS) bagi pemetaan dan
pemberdayaan KAT dan PMKS; dan
4. Peningkatan kemampuan bagi petugas dan pendamping pemberdayaan sosial
keluarga, fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya.
c. Program Pengembangan Sistem Perlindungan Sosial
Tujuan program ini untuk penataan sistem dan mekanisme kelembagaan, serta
pengembangan kebijakan perlindungan sosial di tingkat nasional dan daerah,
termasuk pengkajian strategi pendanaan perlindungan sosial, terutama bagi
penduduk miskin dan rentan (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/,
diakses 22 November 2011).
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Penyerasian dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang berkaitan dengan sistem perlindungan sosial;
2. Pengembangan kebijakan dan strategi pelayanan perlindungan sosial,
termasuk sistem pendanaan;
12
3. Penyempurnaan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan sosial bagi
penduduk miskin dan rentan; dan
4. Pengembangan model kelembagaan bentuk-bentuk kearifan lokal
perlindungan sosial.
d. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Tujuan program ini untuk meningkatkan kemampuan, kepedulian, pelestarian dan
pendayagunaan nilai dasar kesejahteraan sosial, dan ketahanan sosial masyarakat,
khususnya Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM)/relawan sosial, dan
dunia usaha (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/, diakses 22
November 2011).
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial dan masyarakat
(TKSM/relawan sosial, Karang Taruna, organisasi sosial, termasuk
kelembagaan sosial di tingkat lokal);
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung
upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS;
3. Pembentukan jejaring kerjasama pelaku-pelaku Usaha Kesejahteraan Sosial
(UKS), masyarakat dan dunia usaha, termasuk organisasi sosial tingkat lokal;
dan
4. Peningkatan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan.
e. Program Bantuan Dan Jaminan Kesejahteraan Sosial
Tujuan program ini untuk memberikan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi
korban bencana alam dan sosial, serta memberikan jaminan kesejahteraan sosial
bagi PMKS (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/, diakses 22
November 2011).
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi :
1. Penyusunan berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan bantuan
dan jaminan kesejahteraan sosial;
2. Penyediaan bantuan dasar pangan, sandang, papan dan fasilitas bantuan
tanggap darurat dan bantuan pemulangan/terminasi, serta stimulan bahan
bangunan rumah bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS
lainnya;
13
3. Pemberian bantuan bagi daerah penerima eks-korban kerusuhan dan pekerja
migran bermasalah;
4. Pemberian bantuan bagi korban tindak kekerasan melalui perlindungan dan
advokasi sosial; dan
5. Penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial bagi fakir miskin, penduduk
daerah kumuh, dan PMKS lainnya.
Ada tiga macam intervensi yang dapat dilakukan terhadap orang yang
mengalami retardasi mental, yakni penempatan di lembaga, perawatan, dan
pendidikan.
a. Di tempatkan di Lembaga
Tidak semua anak cacat mental di tempatkan di lembaga. Sebagian besar
bagi mereka yang mentalnya sedikit cacat dapat menyesuaikan diri secara adekuat
dalam lingkungan keluarga mereka jika mereka diterima oleh orang tua dan
saudara-saudaranya. Biasanya anak yang mentalnya sangat cacat lebih baik
ditempatkan di lembaga.
Banyak hal yang bisa dilakukan di dalam lembaga untuk orang-orang yang
cacat mental. Di lembaga itu dilakukan usaha-usaha untuk menggunakan
kemampuan motorik dan intelektual yang mungkin dimiliki penderita sebagai
modal untuk mendidiknya agar mencapai kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan maksimal. Dalam mencapai sasaran yang diinginkan, maka lembaga itu
harus memiliki dana yang cukup dan staf yang terlatih dalam program rehabilitasi.
Program ini dirancang untuk mengembalikan orang-orang yang cacat ini ke dalam
masyarakat dengan bekal pendidikan dan kestabilan emosi yang cukup sehingga
mereka bisa mandiri dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
b. Perawatan
Perawatan terhadap orang-orang yang menderita retardasi mental secara
khusus menggunakan intervensi-intervensi yang bertujuan untuk mengobati
masalah-masalah yang menyangkut emosi dan tingkah laku. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa sejumlah orang yang mengalami retardasi mental juga
menderita juga menderita gangguan-gangguan psikologis (Matson & Barrett,
Jacobson dalam Kanisius, 2006: 294)
Di antara masalah-masalah yang mereka hadapi adalah
gangguan-gangguan kognitif (halusinasi-halusinasi), gangguan-
14
gangguan emosional (depresi), dan gangguan-gangguan tingkah
laku (agresi dan melukai diri sendiri). Dari bermacam-macam
tingkat fungsi intelektual, rata-rata setengah dari jumlah pasien
mengalami masalah-masalah tingkah laku (Kanisius, 2006: 294).
Perawatan terhadap masalah-masalah emosi dan tingkah laku untuk orang-
orang yang mengalami retardasi mental adalah sama dengan perawatan yang
digunakan untuk orang-orang lain yang tidak mengalami retardasi mental tetapi
hanya perawatannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan konseptual dari
pasien. Perawatan ini akan mengikuti orientasi tingkah laku (Baer, Wolf & Risley,
Birnbauer dalam Kanisius, 2006: 294).
c. Pendidikan
Pendidikan untuk orang-orang yang mengalami retardasi mental
diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak ini. Meskipun strategi-
strategi pengajarannya sama dengan yang digunakan pada kelas-kelas regular,
tetapi tetap diadakan penyesuaian-penyesuaian sejalan dengan langkah dan tingkat
masing-masing anak yang bejajar (Kanisius, 2006: 296). Pendidikan khusus ini
mengisolasi anak-anak yang mengalami retardasi mental dari anak-anak yang
normal.
3) Efektivitas Pemberian Bantuan bagi Penyandang Idiot
Efektivitas berasal dari kata efektif. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa (2008: 352) efektif merupakan ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya). Efektivitas merupakan keefektifan. Keefektifan
merupakan 1 keadaan berpengaruh; hal berkesan; 2 kemanjuran; kemujaraban; 3
keberhasilan (tentang usaha, tindakan).
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat dalam Dahfar (2009,
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/, diakses 20
Oktober 2011) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai.
Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
15
Dari pengertian-pengertian efektifitas di atas dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan keberhasilan dan seberapa jauh
target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Bantuan berasal dari kata bantu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa (2008: 137) bantu merupakan 1 Tolong; 2 Penolong.
Sedangkan bantuan merupakan barang yang dipakai untuk membantu,
pertolongan, sokongan.
Dari pengertian efektivitas dan bantuan maka dapat disimpulkan bagi
peneliti bahwa efektivitas bantuan merupakan suatu ukuran pertolongan barang
yang dipakai untuk membantu yang menyatakan keberhasilan dan seberapa jauh
target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Bantuan kepada penderita idiot dapat berupa terapi okupasi. Seperti yang
diungkap oleh Soeharso dalam Sujarwanto (2005: 10) mengemukakan
Occupational Therapy (terapi okupasi) adalah suatu terapi yang berdasarkan atas
occupation atau gerak di dalam suatu pekerjaan. Pada kegiatan terapi okupasi
berusaha atau mencapai perbaikan dari kelainan dengan jalan memberikan
pekerjaan kepada penderita.
a. Prasyarat
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008: 1099)
prasyarat merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan, mengikuti,
atau memasuki pendidikan atau suatu kegiatan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi para donatur menurut peneliti
adalah di sesuaikan dengan kondisi masyarakat kampung idiot tersebut. Dengan
melihat kondisi masyarakat yang menyandandang idiot tersebut maka akan
diketahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat kampung idiot tersebut.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Desa Karangpatihan adalah
susunan kepanitiaan yang akan mengelola bantuan dari para donatur untuk
diberikan kepada masyarakat Kampung Idiot.
16
b. Pola pemberian bantuan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008: 1088)
pola merupakan sistem; cara kerja.
Cara kerja dalam pemberian bantuan kepada masyarakat kampung idiot
menurut peneliti, para donatur menghubungi aparat Desa Karangpatihan dan
pihak-pihak yang ditunjuk menjadi panitia yang mengelola bantuan kepada
masyarakat Kampung Idiot.
c. Jenis bantuan
Jenis bantuan yang diberikandisesuaikan dengan kondisi masyarakat
Kampung Idiot. Bagaimana tidak, hampir seluruh masyarakat di sini memiliki
keterbelakangan mental (idiot) dan yang menyedihkan lagi mereka ini semua
hidup di dalam kemiskinan. Makanya kampung ini disebut sebagai Kampung
Idiot. (Abud, 2011, http://clubbing.kapanlagi.com/threads/109871-Kampung-Idiot
Ponorogo?s=993a3c76527ed519be7cae3ecb7966a9, diakses 20 November 2011).
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh peneliti dari wawancara dan
pengamatan langsung, maka jenis bantuan yang sesuai dapat berupa sarana
kesehatan, alat-alat rumah tangga, uang, sembako, beras, kebutuhan sandang,
pembenahan rumah, kamar mandi dan jamban. Selain itu diberikan pekerjaan
bagi Masyarakat Kampung Idiot yang mampu di bina agar memiliki penghasilan.
Terkait jenis bantuan kepada penderita idiot atau berkebutuhan khusus,
Abdurrachman dan Sudjadi (1994: 224) dalam masyarakat modern, keluarga yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik berupa makana, pakaian, dan perumahan
akan memperoleh bantuan dari pemerintah.
Bantuan berupa kandang ayam dari Kodam V Brawijaya bertujuan untuk
kesejahteraan berkelanjutan. Menurut Dandim 0802 Ponorogo Luthfie Beta, pola
bantuan yang diberikan kali ini bukan berupa paket sembako seperti sebelumnya.
Atau sesuatu yang hanya bisa dinikmati sesaat. Akan tetapi sebisa mungkin,
wujud bantuan itu diharapkan mampu bermanfaat dan digunakan dalam kurun
waktu yang lama dan berkelanjutan (Penrem081, 2011,
http://korem081madiun.com/index.php/kodim-0802-ponorogo/246-kodim-0802-
peduli-karang-patihan-beri-bantuan-kandang-ayam, diakses 22 November 2011 ).
17
Secara umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial meliputi penyelenggaraan
rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan jaminan sosial, serta
berbagai pelayanan sosial dasar (seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, pangan,
perumahan) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan sosial, termasuk penyandang cacat (Muis,
http://ichwanmuis.com/?cat=58, diakses 20 November 2011).
d. Follow Up (Pelaksanaan)
Pelaksanaan pemberian bantuan kepada masyarakat kampung idiot
menurut peneliti, para donatur menghubungi pihak panitia pengelola bantuan
terhadap masyarakat kampung idiot. Setelah menghubungi maka akan di rancang
dalam memberikan bantuan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan bapak
kepala desa, maka bila bantuan tersebut banyak maka masyarakat kampung idiot
tersebut dikumpulkan lalu di bagikan bantuan tersebut oleh donaturnya. Bila
bantuan yang diberikan sedikit maka akan dibagikan langsung kepada Masyarakat
Kampung Idiot.
B. METODE
Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:
5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan deskriptif kualitatif ini
adalah suatu pendekatan dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kampung Idiot di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,
memahami macam-macam bantuan yang diberikan kepada masyarakat tersebut
dan memahami efektivitas dari bantuan tersebut bagi masyarakat Kampung Idiot.
Untuk memahami hasil penelitian tersebut diperlukan data-data yang valid untuk
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal. Pendekatan kualitatif berusaha
mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan ke dalam bentuk laporan
yang diperoleh dari catatan lapangan, dokumen, hasil observasi, dan wawancara.
18
C. TEMUAN PENELITIAN
1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
Kondisi sosial ekonomi penderita idiot umumnya sangat minim. Hal ini
tercermin dari kondisi rumah dan prasarananya, mata pencaharian, dan menu
makanan. Rumah penderita idiot sangat sederhana. Sebelum ada bantuan dari
hibah dana Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009, dindingnya terbuat dari
anyaman bambu dan berlantaikan tanah. Setiap malam hanya menggunakan 1
lampu untuk menerangi rumahnya. Listriknya menggunakan milik tetangganya.
Prasarana rumahnya juga masih kurang. Hal ini dikarenakan keluarga idiot tidak
memiliki tempat mandi dan WC sendiri sehingga mereka menumpang dengan
tetangganya 1 jamban dan 1 WC untuk 3 keluarga. Masyarakat idiot dapat
dikatakan sebagai masyarakat yang tidak mampu menjalani hidupnya dengan
normal. Hal ini dikarenakan masyarakat idiot tersebut sebagian besar dari mereka
tidak mampu bekerja. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan bagi keluarga idiot
yang normal maupun yang tingkatannya belum parah idiotnya/debil adalah
sebagai buruh tani. Selain sebagai buruh tani, karena masyarakat idiot tersebut
diberikan bantuan sebagai ternak kambing, maka menciptakan lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat idiot, terutama bagi keluarga idiot yang normal. Karena
keluarga idiot memiliki keterbatasan ekonomi, bila ada kebutuhan tidak membeli
namun mencari untuk mengurangi pengeluaran, dengan cara mencari kayu di
gunung Desa Karangpatihan. Masyarakat penderita idiot juga berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, penyandang idiot
tersebut menggunakan bahasa isyarat.
2. Bantuan Sosial kepada Masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
• Jenis bantuan yang diberikan dan pihak pemberi bantuan
Jenis bantuan yang diberikan kepada masyarakat kampung idiot dapat
dikategorikan menjadi beberapa, yaitu Kebutuhan dasar (makanan pokok,
sembako, air dan sumur, pakaian pria/wanita, fasilitas kesehatan, perlengkapan
tidur, dana, lampu penerangan, dan pembenahan rumah), bantuan lain berupa
19
ternak kambing, dan bibit tanaman. Jenis bantuan yang diberikan masyarakat
Kampung Idiot yang paling banyak dalam bentuk kebutuhan pokok. Kebutuhan
pokok tersebut diantaranya sembako, ikan asin, dan kopi. Sedangkan bantuan
dalam bentuk ternak(ternak kambing) hanya sebagian kecil saja.
Bantuan yang seharusnya dibutuhkan oleh penderita idiot antara lain
perawatan, pendidikan dan pemberdayaan. Hal ini dikarenakan pemberdayaan
idiot masih minim atau terbatas karena sebagian besar memiliki tingkat idiot yang
parah dan tidak mendapatkan penyuluhan sejak awal.
3. Efektivitas pemberian bantuan bagi masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
a) Efektivitas dari segi jenis bantuan yang diberikan dan pihak pemberi
bantuan
Bantuan yang efektif menurut keluarga idiot adalah sembako, uang,
pembenahan rumah, ternak kambing, tikar/kasur, tanaman, dan bak/timba.
Sedangkan bantuan yang kurang efektif adalah pakaian. Bantuan yang diberikan
dalam bentuk makanan sangat membantu kondisi ekonomi keluarga idiot.
Sebelum adanya bantuan, keluarga idiot memakan nasi tiwul yang diperoleh dari
pekarangan rumahnya. Uang merupakan bantuan yang efektif. Hal ini dikarenakan
uang tersebut bisa digunakan untuk membeli keperluan yang dibutuhkan, membeli
beras, dan membayar hutang. Bantuan dalam bentuk tikar efektif bagi masyarakat
idiot. Tikar tersebut digunakan oleh keluarga idiot untuk duduk bersama peneliti
saat peneliti mendatangi rumahnya. Selain tikar, bantuan dalam bentuk kasur juga
efektif dan bisa membantu keluarga idiot. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan
kasur lantai dan tikar oleh keluarga idiot untuk tidur di malam hari. Bantuan
dalam bentuk bak/timba juga efektif. Karena timba ini digunakan keluarga idiot
untuk mengambil air di sumur, untuk memberi minum kambing, dan untuk tempat
mencuci piring. Selain kebutuhan dasar, bantuan lain berupa ternak kambing juga
efektif. Ternak kambing ini diberikan kepada keluarga idiot yang mampu
mengurusnya. Bantuan ternak ini cukup efektif karena bisa menambah
perekonomian keluarga idiot. Bantuan berupa pembenahan Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) menjadi rumah layak huni sangat efektif bagi keluarga idiot.
20
Karena keterbatasan biaya yang dimiliki keluarga idiot sehingga tidak mampu
membenahi rumah. Selain itu, bantuan bibit tanaman efektif bagi keluarga idiot.
Hal ini dikarenakan, setiap keluarga idiot mendapatkan bibit tanaman yang di
tanam di sekitar rumahnya. Sedangkan bantuan yang kurang efektif adalah
pakaian. Pakaian ini kurang efektif karena sudah terlalu banyak pakaian yang
dimiliki keluarga idiot.
Efektivitas dari segi pihak pemberi bantuan
Efektivitas dari pihak pemberi bantuan diantaranya dari Kantor Ketahanan
Pangan, Ibu Duma, Dompet Duafa Jakarta, Muhammadiyah Ponorogo, Pak De
Karwo, Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, H. Rifa’i, Ikatan Istri pegawai BI
Kediri, Bapak Hari Sasono, BI Kediri, Himpunan Janda Muslim Ponorogo, dan
Bapak Damar. Efektif karena pihak-pihak tersebut memberikan bantuan dalam
bentuk sembako/beras yang mampu meringankan beban keluarga idiot.
Pihak yang memberikan bantuan yang dinilai efektif berdasarkan
dokumen desa tahun 2009 sampai 2011 adalah Ibu Duma dari Yogyakarta,
dan Bapak Yorhan dari Bali. Bantuan yang diberikan adalah uang.
Pihak lain yang dinilai efektif adalah dari Provinsi Jawa Timur.
Bantuan yang diberikan adalah pembenahan rumah sebanyak 43 KK pada
tahun 2009. Sebelum adanya bantuan pembenahan rumah, rumah keluarga
idiot terbuat dari anyaman bambu.
Berdasarkan pihak pemberi bantuan yang efektif adalah dari Dinas
Pertanian Provinsi, BI Kediri, Bapak Yorhan dari Bali, dan Kodim 0802
Kabupaten Ponorogo. Bantuan yang diberikan dalam bentuk ternak kambing.
Ternak kambing tersebut menambah perekonomian keluarga idiot. Namun ada
beberapa kepala keluarga yang belum mendapatkan ternak kambing sekitar 10
KK. Karena dalam pemberian bantuan tersebut pihak desa merangking mana
keluarga yang lebih berhak mendapatkan kambing terlebih dahulu. Dan ada pula
kambing bergilir. Kambing bergilir tersebut bila sudah beranak maka induknya
digilir kepada warga miskin yang lainnya
Pihak lain yang dinilai efektif dari Muhammadiyah Ponorogo. Bantuan
yang diberikan dalam bentuk tikar/kasur . Kasur ini digunakan untuk tidur setiap
malam, sedangkan tikar digunakan pada saat ada tamu ke rumah keluarga idiot.
21
Pihak KIMPRASWIL Provinsi Jawa Timur dan BNPB juga efektif.
Bantuan yang diberikan dalam bentuk bak/timba yang merupakan bantuan efektif.
Karena bak/timba tersebut bisa digunakan penderita idiot dalam sehari-harinya.
Pihak yang efektif selanjutnya adalah dari Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Ponorogo. Bantuan yang diberikan berupa bibit tanaman yang di
tanam di pekarangan rumah keluarga idiot yang memiliki pekarangan.
Selain pihak yang memberikan bantuan efektif, ada pula pihak yang
memberikan bantuan dinilai kurang efektif. Pihak yang memberikan bantuan
dalam bentuk pakaian diantaranya berdasarkan dokumen desa tahun 2009 sampai
tahun 2012 dari Bapak Upik Bandung dan BPBD Jawa Timur. Bantuan dalam
bentuk pakaian kurang efektif karena pakaian sudah banyak dimiliki oleh keluarga
idiot. Walaupun seperti itu, karena mereka hidup sederhana maka bantuan dalam
bentuk apapun diterima dengan senang hati.
Bantuan yang efektif didominasi oleh bantuan dari pihak pemerintah. Hal
ini dikarenakan bantuan dari pemerintah terdiri dari berbagai instansi yang
memberikan bantuan. Namun, konsistensinya bantuan yang efektif adalah dari
perorangan atau individu yaitu Bapak Damar yang memberikan bantuan sembako
hampir setiap bulan.
b) Efektivitas dari segi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan
Berdasarkan deskripsi pandangan yang digali dari masyarakat kampung
idiot penerima bantuan yang telah dipaparkan maka bisa ditegaskan bahwa, dari
bantuan yang diterima sesuai dengan kebutuhannya adalah sembako/beras sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari dimasak untuk makan; uang sesuai dengan
kebutuhan untuk membeli keperluan makan; pembenahan rumah sesuai dengan
kebutuhan karena tidak mampu membenahi rumahnya sendiri; kasur/tikar sesuai
dengan kebutuhannya karena bisa membantu untuk tidur; ternak kambing sesuai
dengan kebutuhan karena bisa menambah penghasilan dengan menjual anak
kambingnya; bak/timba sesuai dengan kebutuhan karena setiap hari untuk
menyimpan air, meminumi kambing dan mencuci; bantuan pakaian sesuai dengan
kebutuhan keluarga idiot karena setiap hari yang dipakai adalah pakaian dari
pemberi bantuan, dan pipa/saluran air juga sesuai dengan kebutuhan keluarga idiot
22
karena pipa tersebut menyalurkan air dari sumber air gunung ke sumur-sumur
idiot untuk dimasak, meminumi kambing, mandi dan mencuci.
Selain bantuan yang sesuai dengan kebutuhan, ada pula bantuan yang
kurang sesuai dengan kebutuhan. Bantuan tersebut berupa bibit tanaman. Bantuan
ini kurang sesuai karena misalnya belimbing yang ditanam sudah berbuah maka
yang memakan bukan dari keluarga idiot sendiri namun anak-anak kecil dan siapa
saja yang ingin makan boleh memakannya dan bibit yang ditanam masih kecil
belum membuahkan hasil, ada pula bibit yang ditanam mati karena kekurangan
air.
Ada beberapa kebutuhan khusus yang belum diterima oleh penderita idiot.
Bantuan khusus ini antara lain minimnya pemberdayaan bagi penderita idiot dan
pemberdayaan idiot hanya bagi yang mampu dibina karena tingkat idiot yang
belum terlalu parah.
c) Efektivitas dari segi pola pengelolaan bantuan
Berdasarkan deskripsi dari berbagai donatur dari pemerintah, dalam
memberikan bantuan dengan mengadakan observasi dan cara ini efektif untuk
mengetahui bantuan yang dibutuhkan keluarga idiot. Pemberian bantuan langsung
diberikan kepada keluarga idiot bersamaan dengan pengelola bantuan di desa atau
perangkat desa.
Berdasarkan deskripsi dari berbagai donatur dari non pemerintah/swasta,
dalam memberikan bantuan dengan mengadakan observasi dan cara ini efektif
untuk mengetahui bantuan yang dibutuhkan keluarga idiot. Pemberian bantuan
langsung diberikan kepada keluarga idiot bersamaan dengan pengelola bantuan di
desa atau perangkat desa. Pola pengelolaan bantuan dari non pemerintah/swasta
efektif karena bantuan yang diberikan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pengelolaan bantuan di desa dengan membentuk panitia bakti sosial
merupakan cara yang efektif. Karena dari pengelolaannya, panitia bakti sosial
memiliki tugas untuk mengurusi bantuan, mengantarkan donatur yang akan
memberikan bantuan dan mengecek kebutuhan keluarga idiot. Dan bantuan dari
donatur lansung dibagikan kepada keluarga idiot.
Berdasarkan pola pengelolaan bantuan yang diberikan, ada bantuan yang
pola pengelolaannya dari pemerintah yang tidak efektif. Hal ini disebabkan
23
bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Bantuan
tersebut diberikan oleh Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo yang telah
mengungkapkan bahwa bantuan yang diberikan berupa sembako, air bersih, roti,
super mie, aspal jalan, pelayanan kesehatan gratis, dan biaya pendidikan wajib
belajar 9 Tahun. Bakti sosial sejak tahun 2000an. Bantuan yang lainnya berupa
pemberdayaan dengan pemberian benih bibit mangga, dan pemberian kambing.
Namun ada beberapa bantuan yang tidak ada di lapangan, bantuan tersebut berupa
air bersih, aspal jalan, dan pelayanan kesehatan gratis.
Bantuan dari perseorangan rata-rata memberikan bantuan dengan langsung
membawa bantuan dan merupakan pola pengelolaan bantuan yang kurang efektif.
Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan
keluarga idiot. Ada pihak individu/perseorangan yang memberikan bantuan
membawa sembako dan teh. Teh tersebut tidak sesuai dengan minuman sehari-
hari keluarga idiot karena kebiasaan dari mereka meminum kopi.
Berdasarkan pengelolaan di desa, ada bantuan yang kurang efektif.
Bantuan ini kurang efektif dalam pengelolaannya karena dari beberapa bantuan
dalam bentuk ternak kambing tidak dibagikan rata kepada keluarga idiot. Ada
beberapa keluarga idiot yang tidak mendapatkan bantuan dalam bentuk ternak
kambing. Keluarga idiot yang tidak mendapatkan kambing didasarkan pada
kemampuan keluarga idiot untuk mengurusi ternak kambing tersebut. Selain itu
adanya rangking kemiskinan, bagi keluarga yang lebih miskin yang mendapatkan
ternak kambing terlebih dahulu.
Berdasarkan deskripsi pandangan yang digali dari masyarakat kampung
idiot penerima bantuan yang telah dipaparkan maka bisa ditegaskan bahwa
Sembako/beras ini mudah dikelola karena setiap hari yang dimasak adalah beras.
Bantuan berupa uang juga efektif karena bisa dibelikan keperluan dapur dan
membayar hutang. Bantuan berupa tikar/kasur juga efektif karena setiap hari
digunakan untuk tidur. Misalnya bantuan dalam bentuk uang bisa digunakan
untuk membeli beras, kebutuhan-kebutuhan dan membayar hutang. Hal ini
diungkapkan oleh Mitun pada tanggal 7 April 2012.
Bantuan pembenahan rumah kurang efektif dalam mengelola karena
rumahnya sempit dan abu sisa kayu bakar untuk memasak diletakkan di dekat
24
tungku memasak dan kayu bakar. Bantuan ternak kambing juga kurang efektif
karena tidak mampu mencari pakan kambing saat sakit sedangkan anaknya idiot
tidak bisa membantu mencari pakan kambing.
d) Efektivitas dari segi jumlah bantuan yang dialokasikan
Bantuan yang efektif berdasarkan jumlah bantuan yang dialokasikan
diantaranya: sembako/beras, bak/timba, pipa/saluran air dan pakaian. Bantuan ini
efektif karena bisa terus digunakan oleh keluarga idiot dan bisa merasakan
bantuan tersebut dengan jumlah yang cukup banyak.
Sedangkan bantuan yang kurang efektif adalah uang, pembenahan rumah,
kasur/tikar, ternak kambing dan bibit tanaman. Hal ini dikarenakan bantuan dalam
bentuk uang, pembenahan rumah dan kasur jumlahnya kurang dan bantuan dalam
bentuk ternak kambing dan bibit tanaman kurang mampu dikelola oleh keluarga
idiot.
Bantuan yang jumlahnya banyak merupakan bantuan yang efektif
(sembako, bak/timba, pakaian). Hal ini dikarenakan sesuai apa yang dibutuhkan
oleh keluarga idiot. Bantuan yang diberikan banyak namun tidak efektif karena
mati, bantuan ini berupa ternak kambing dan bibit tanaman. Ada pula bantuan
yang kurang efektif karena jumlahnya sedikit diantaranya pembenahan rumah
yang hanya satu kali sehingga bila ada kerusakan mereka tidak mampu
memperbaiki. Bantuan kasur yang kurang lebar, dan bantuan uang yang jarang
diberikan.
Bantuan yang diberikan terus menerus merupakan bantuan yang efektif
terutama untuk sembako dan pakaian. Namun ada satu jenis bantuan apabila
diberikan terus menerus tidak efektif, bantuan tersebut berwujud bibit tanaman.
e) Efektivitas dari segi komitmen penerima untuk mengelola bantuan
Berdasarkan deskripsi pandangan yang digali dari masyarakat kampung
idiot penerima bantuan yang telah dipaparkan maka bisa ditegaskan bahwa,
komitmen penerima untuk mengelola bantuan, bantuan yang paling disenangi dan
digunakan adalah sembako atau beras karena bantuan ini bisa langsung digunakan
untuk dimasak. Bantuan lain yang disenangi adalah bantuan dalam bentuk uang
karena uang ini bisa langsung digunakan untuk membeli keprluan yang
dibutuhkan. Bantuan pembenahan rumah juga disenangi oleh keluarga idiot
25
karena dengan adanya pembenahan rumah maka rumahnya lebih baik dari
sebelum dibantu. Ternak kambing juga merupakan bantuan yang disenangi oleh
keluarga idiot karena dengan adanya ternak kambing bila beranak maka anaknya
dijual untuk menambah pendapatan. Bantuan berupa bak/timba juga disenangi
oleh keluarga idiot karena bantuan ini bisa digunakan setiap hari untuk tempat
penampungan air, mencuci dan meminumi kambing.
Dari berbagai bantuan yang efektif atau disenagi berdasarkan komitmen
penerima untuk pengelola bantuan, ada pula bantuan yang kurang efektif atau
kurang disenangi adalah bibit tanaman. Bantuan tersebut kurang disenagi karena
tanamannya ada yang mati, bila berbuah maka buahnya tidak dimakan sendiri dan
dari tanaman tersebut ada yang belum membuahkan hasil.
D. PEMBAHASAN
1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dikatakan kondisi sosial ekonomi
penderita idiot umumnya sangat minim. Hal ini tercermin dari kondisi rumah dan
prasarananya, mata pencaharian, dan menu makanan. Rumah penderita idiot
sangat sederhana. Sebelum ada bantuan dari hibah dana Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2009, dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan berlantaikan tanah.
Setiap malam hanya menggunakan 1 lampu untuk menerangi rumahnya.
Listriknya menggunakan milik tetangganya. Prasarana rumahnya juga masih
kurang. Hal ini dikarenakan keluarga idiot tidak memiliki tempat mandi dan WC
sendiri sehingga mereka menumpang dengan tetangganya 1 jamban dan 1 WC
untuk 3 keluarga. Masyarakat idiot dapat dikatakan sebagai masyarakat yang tidak
mampu menjalani hidupnya dengan normal. Hal ini dikarenakan masyarakat idiot
tersebut sebagian besar dari mereka tidak mampu bekerja. Pekerjaan yang paling
banyak dilakukan bagi keluarga idiot yang normal maupun yang tingkatannya
belum parah idiotnya/debil adalah sebagai buruh tani. Selain sebagai buruh tani,
karena masyarakat idiot tersebut diberikan bantuan ternak kambing, maka
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat idiot, terutama bagi
keluarga idiot yang normal. Karena keluarga idiot memiliki keterbatasan ekonomi,
26
bila ada kebutuhan tidak membeli namun mencari untuk mengurangi pengeluaran,
dengan cara mencari kayu di gunung Desa Karangpatihan.
Temuan tersebut apabila dirujukkan dengan teorinya Ilmawan (2010,
http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/ diakses 26 Oktober 2011), menyatakan
bahwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai
dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterpencilan dan
perubahan lingkungan yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.
Berdasarkan temuan penelitian dapat dikatakan masyarakat penderita idiot
juga berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, penyandang idiot tersebut menggunakan bahasa isyarat. Mereka
menggunakan bahasa isyarat dikarenakan menyandang bisu dan tidak bisa
berbicara normal. Temuan tersebut apabila dirujukkan dengan teorinya Ilmawan
(2010, http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/, diakses 26 Oktober 2011)
tentang penyandang cacat. Ciri-cirinya antara lain:
1. Penyandang cacat tubuh: tidak lengkap, putus tangan atau kaki ;cacat tulang,
sendi tangan atau kaki; cacat tulang punggung, paraplegia/lumpuh; dan
lumpuh total.
2. Penyandang cacat buta (tuna netra): buta kedua matanya dan seseorang yang
mengalami kebutaan, yang tidak dapat melihat atau menghitung jari tangan
orang lain dalam jarak 1 meter, karena bawaan atau kecelakaan.
3. Penyandang cacat tuli bisu (tuna rungu wicara): tidak dapat mendengar dan
berbicara serta berbicara tidak jelas.
4. Penyandang cacat mental:
1) Cacat Mental Psikotik: orang bekas menderita penyakit gila dan masih
bertingkah laku aneh-aneh.
2) Cacat Mental Retardasi:
a. Idiot yaitu seseorang yang tingkat kemampuan dan tingkah lakunya
setingkat dengan anak normal berusia 2 tahun, yang pada umumnya
27
kehidupannya dihabiskan di tempat tidur dengan terlentang atau miring
serta buang kotoran (kencing dan buang air besar) di tempat tidur.
b. Embisil yaitu seseorang yang kemampuan mental dan tingkah lakunya
setingkat dengan anak normal berusia 3 – 7 tahun dengan ciri-ciri kepala
besar tidak seimbang dengan besar tubuhnya.
c. Debil yaitu seseorang yang kemampuan mental dan tingkah lakunya
setingkat dengan anak normal berusia 8 – 12 tahun dengan ciri-ciri antara
lain tingkah lakunya masih ke kanak-kanakan dan sangat bodoh.
Penyandang idiot disebabkan oleh faktor kekurangan gizi ibu selama
sebelum hamil dan sebelum melahirkan (prenatal). Temuan penelitian ini sesuai
dengan pendapat Budhiman (1991: 67) Kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi
dan emosi ikut mempengaruhi keadaan bayi sebelum lahir. Faktor prenatal lain
yang dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental ialah : penyakit menahun
pada ibu hamil seperti tuberculosis paru, hipertensi, diabetes mellitus, anemia,
penggunaan narkotik, alcohol, serta rokok yang berlebihan.
2. Bantuan Sosial kepada masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dikatakan jenis bantuan yang
diberikan kepada masyarakat kampung idiot dapat dikategorikan menjadi
beberapa, yaitu Konsumsi (beras, air bersih, sarden, garam beryodium, minyak
makan, ikan asin, paket sembako, sarimi, dan lauk pauk), kesehatan (pengobatan
gratis), sarana rumah tinggal (pembangunan rumah tidak layak huni, alat-alat
rumah tangga, tikar mendong), dan produktif (ternak kambing dan kandang ayam)
Temuan tersebut apabila dirujukkan dengan teorinya Badan Perencanaan
Nasional (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/, diakses 22 November
2011), pemberian bantuan dalam bentuk kebutuhan pokok sesuai dengan
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan social melalui Program Bantuan Dan
Jaminan Kesejahteraan Sosial. Tujuan program ini untuk memberikan bantuan
dasar kesejahteraan sosial bagi korban bencana alam dan sosial, serta memberikan
jaminan kesejahteraan sosial bagi PMKS.
28
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi :
1) Penyusunan berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan bantuan
dan jaminan kesejahteraan sosial;
2) Penyediaan bantuan dasar pangan, sandang, papan dan fasilitas bantuan
tanggap darurat dan bantuan pemulangan/terminasi, serta stimulan bahan
bangunan rumah bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS
lainnya;
3) Pemberian bantuan bagi daerah penerima eks-korban kerusuhan dan pekerja
migran bermasalah;
4) Pemberian bantuan bagi korban tindak kekerasan melalui perlindungan dan
advokasi sosial; dan
5) Penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial bagi fakir miskin, penduduk
daerah kumuh, dan PMKS lainnya.
Temuan penelitian dalam kategori bantuan produktif (ternak kambing)
bagi keluarga idiot bila dirujukkan dengan teorinya Soeharso dalam Sujarwanto
(2005: 10) mengemukakan Occupational Therapy (terapi okupasi) adalah suatu
terapi yang berdasarkan atas occupation atau gerak di dalam suatu pekerjaan.
Pada kegiatan terapi okupasi berusaha atau mencapai perbaikan dari kelainan
dengan jalan memberikan pekerjaan kepada penderita. Karena pemberian bantuan
dalam bentuk produktif ini menjadikan keluarga idiot dan panderita idiot yang
mampu bekerja mencari makan kambing sebagai pekerjaan dan pemberdayaann
keluarga idiot.
3. Efektivitas pemberian bantuan bagi masyarakat Kampung Idiot di Desa
Karangpatihan
a) Efektivitas dari segi jenis bantuan yang diberikan dan pihak pemberi
bantuan
Berdasarkan temuan penelitian bantuan yang efektif menurut keluarga
idiot adalah sembako/beras, uang, pembenahan rumah, ternak kambing,
tikar/kasur, tanaman, dan bak/timba. Sedangkan bantuan yang kurang efektif
adalah pakaian. Bantuan yang diberikan dalam bentuk makanan sangat membantu
kondisi ekonomi keluarga idiot. Sebelum adanya bantuan, keluarga idiot
29
memakan nasi tiwul yang diperoleh dari pekarangan rumahnya. Uang merupakan
bantuan yang efektif. Hal ini dikarenakan uang tersebut bisa digunakan untuk
membeli keperluan yang dibutuhkan, membeli beras, dan membayar hutang.
Bantuan dalam bentuk tikar efektif bagi masyarakat idiot. Tikar tersebut
digunakan oleh keluarga idiot untuk duduk bersama peneliti saat peneliti
mendatangi rumahnya. Selain tikar, bantuan dalam bentuk kasur juga efektif dan
bisa membantu keluarga idiot. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kasur lantai
dan tikar oleh keluarga idiot untuk tidur di malam hari. Bantuan dalam bentuk
bak/timba juga efektif. Karena timba ini digunakan keluarga idiot untuk
mengambil air di sumur, untuk memberi minum kambing, dan untuk tempat
mencuci piring. Selain kebutuhan dasar, bantuan lain berupa ternak kambing juga
efektif. Ternak kambing ini diberikan kepada keluarga idiot yang mampu
mengurusnya. Bantuan ternak ini cukup efektif karena bisa menambah
perekonomian keluarga idiot. Bantuan berupa pembenahan Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) menjadi rumah layak huni sangat efektif bagi keluarga idiot.
Karena keterbatasan biaya yang dimiliki keluarga idiot sehingga tidak mampu
membenahi rumah. Selain itu, bantuan bibit tanaman efektif bagi keluarga idiot.
Hal ini dikarenakan, setiap keluarga idiot mendapatkan bibit tanaman yang di
tanam di sekitar rumahnya. Sedangkan bantuan yang kurang efektif adalah
pakaian. pakaian ini kurang efektif karena sudah terlalu banyak pakaian yang
dimiliki keluarga idiot.
Temuan penelitian ini bagi penyandang cacat mental/retardasi mental ,
tidak semua anak cacat mental di tempatkan di lembaga. Sebagian besar bagi
mereka yang mentalnya sedikit cacat dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan
keluarga mereka jika mereka diterima oleh orang tua dan saudara-saudaranya.
Biasanya anak yang mentalnya sangat cacat lebih baik ditempatkan di lembaga.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Kanisius (2006: 293).
Jika lingkungan tempat tinggalnya tidak memiliki fasilitas-
fasilitas untuk mendidiknya, maka lebih baik anak itu
ditempatkan di lembaga di mana diberikan pelajaran khusus.
Pendidikan seperti itu dapat memberikan kemungkinan bagi anak
yang mentalnya sedikit cacat untuk menyesuaikan diri secara baik
dengan masyarakat. Beberapa anak cacat mental entah karena
inteligensinya sangat rendah atau karena gangguan tingkah
30
lakunya sangat berat, bisa ditempatkan di lembaga supaya mereka
sendiri dan orang lain terlindungi.
Saat ini, penderita idiot di Desa Karangpatihan masih belum ada yang di
tempatkan di lembaga untuk di bina. Pembinaan dilaksanakan di rumah masing-
masing karena keluarga telah menerima keadaan anaknya yang mengalami idiot.
Selain kebutuhan di tempatkan di lembaga, ada pula kebutuhan dalam
bentuk perawatan. Perawatan terhadap emosi dan tingkah lakuuntuk orang-orang
yang mengalami retardasi mental adalah sama dengan perawatan yang digunakan
untuk orang-orang lain yang tidak mengalami retardasi mental tetapi hanya
perawatannya disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Sampai saat ini
penderita idiot telah mendapatkan perawatan dari keluarganya salah satunya
berupa cara buang air besar dan kecil. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Giles
& Wolf dalam Kanisius (2006: 294) perawatannya dengan memperbaiki perilaku
buang air besar dan kecil. Pendapat ini juga sesuai dengan pendapat Baker,
Landen & Khasima, Crnic, Friedrich & Greenberg, Crnic & Reid dalam Kanisius,
(2006: 294) para anggota keluarga juga harus dilibatkan dalam perawatan anak-
anak yang mengalami retardasi mental.
Kebutuhan lain yang diperlukan penderita retardasi mental/idiot adalah
pendidikan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kanisius (2006: 296) Pendidikan
untuk orang-orang yang mengalami retardasi mental diprogramkan untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak ini. Meskipun strategi-strategi pengajarannya
sama dengan yang digunakan pada kelas-kelas regular, tetapi tetap diadakan
penyesuaian-penyesuaian sejalan dengan langkah dan tingkat masing-masing anak
yang bejajar. Pada penerapannya, penderita retardasi mental ini belum
mendapatkan layanan pendidikan. Adanya penderita idiot sejak 40 tahunan yang
lalu, namun baru terungkap sekitar 4 tahun ini terhitung dari tahun 2009 hingga
2012. Bantuan yang masuk di Desa Karangpatihan terhitung dari tahun 2009.
Sampai saat ini, bantuan yang paling menonjol berupa permakanan dan pemberian
ternak kambing.
Temuan penelitian ini terkait dengan kebutuhan orang berkebutuhan
khusus/idiot untuk aktualisasi bila dirujukkan dengan teorinya Abdurrachman dan
Sudjadi (1994: 224) dalam masyarakat modern, keluarga yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik berupa makanan, pakaian, dan perumahan akan
31
memperoleh bantuan dari pemerintah. Temuan ini sesuai karena keluarga idiot
merupakan keluarga yang tergolong sangat miskin dan mendapatkan bantuan
berupa makanan (sembako/beras), pakaian, dan pembenahan rumah. Tidak hanya
itu saja, bantuan yang diberikan ada yang berupa uang, ternak kambing, tikar dan
kasur, bak/timba dan bibit tanaman. Tidak hanya dari pemerintah saja yang
memberikan bantuan, namun pihak swasta dan perorangan juga ikut memberikan
bantuan yang dibutuhkan keluarga idiot.
Temuan penelitian ini juga sesuai dengan analisa peneliti bahwa
berdasarkan permasalahan yang diperoleh peneliti dari wawancara dan
pengamatan langsung, maka jenis bantuan yang sesuai dapat berupa sarana
kesehatan, alat-alat rumah tangga, uang, sembako, beras, kebutuhan sandang,
pembenahan rumah, kamar mandi dan jamban. Selain itu diberikan pekerjaan
bagi Masyarakat Kampung Idiot yang mampu di bina agar memiliki penghasilan.
Efektivitas dari segi pihak pemberi bantuan
Berdasarkan temuan penelitian, berbagai pihak telah memberikan bantuan
kepada masyarakat kampung idiot. Efektivitas dari pihak pemberi bantuan
diantaranya dari Kantor Ketahanan Pangan, Ibu Duma, Dompet Duafa Jakarta,
Muhammadiyah Ponorogo, Pak De Karwo, Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, H.
Rifa’i, Ikatan Istri pegawai BI Kediri, Bapak Hari Sasono, BI Kediri, Himpunan
Janda Muslim Ponorogo, dan Bapak Damar. Efektif karena pihak-pihak tersebut
memberikan bantuan dalam bentuk sembako/beras yang mampu meringankan
beban keluarga idiot.
Pihak yang memberikan bantuan yang dinilai efektif berdasarkan
dokumen desa tahun 2009 sampai 2011 adalah Ibu Duma dari Yogyakarta,
dan Bapak Yorhan dari Bali. Bantuan yang diberikan adalah uang.
Pihak lain yang dinilai efektif adalah dari Provinsi Jawa Timur.
Bantuan yang diberikan adalah pembenahan rumah sebanyak 43 KK pada
tahun 2009. Sebelum adanya bantuan pembenahan rumah, rumah keluarga
idiot terbuat dari anyaman bambu.
Berdasarkan pihak pemberi bantuan yang efektif adalah dari Dinas
Pertanian Provinsi, BI Kediri, Bapak Yorhan dari Bali, dan Kodim 0802
Kabupaten Ponorogo. Bantuan yang diberikan dalam bentuk ternak kambing.
32
Ternak kambing tersebut menambah perekonomian keluarga idiot. Namun ada
beberapa kepala keluarga yang belum mendapatkan ternak kambing sekitar 10
KK. Karena dalam pemberian bantuan tersebut pihak desa merangking mana
keluarga yang lebih berhak mendapatkan kambing terlebih dahulu. Dan ada pula
kambing bergilir. Kambing bergilir tersebut bila sudah beranak maka induknya
digilir kepada warga miskin yang lainnya
Pihak lain yang dinilai efektif dari Muhammadiyah Ponorogo. Bantuan
yang diberikan dalam bentuk tikar/kasur . Kasur ini digunakan untuk tidur setiap
malam, sedangkan tikar digunakan pada saat ada tamu ke rumah keluarga idiot.
Pihak KIMPRASWIL Provinsi Jawa Timur dan BNPB juga efektif.
Bantuan yang diberikan dalam bentuk bak/timba yang merupakan bantuan efektif.
Karena bak/timba tersebut bisa digunakan penderita idiot dalam sehari-harinya.
Pihak yang efektif selanjutnya adalah dari Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Ponorogo. Bantuan yang diberikan berupa bibit tanaman yang di
tanam di pekarangan rumah keluarga idiot yang memiliki pekarangan.
Temuan penelitian dari segi pihak pemberi bantuan berupa sembako/beras
dan pembenahan rumah, sesuai dengan pendapat Muis
(http://ichwanmuis.com/?cat=58, diakses 20 November 2011), bahwa secara
umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial meliputi penyelenggaraan rehabilitasi
sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan jaminan sosial, serta berbagai pelayanan
sosial dasar (seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, pangan, perumahan) yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial,
termasuk penyandang cacat.
Berdasarkan temuan penelitian, bantuan yang efektif didominasi oleh
bantuan dari pihak pemerintah. Hal ini dikarenakan bantuan dari pemerintah
terdiri dari berbagai instansi yang memberikan bantuan. Namun, konsistensinya
bantuan yang efektif adalah dari perorangan yaitu Bapak Damar yang
memberikan bantuan sembako hampir setiap bulan.
Temuan penelitian terkait bantuan yang efektif merupakan bantuan yang
diberikan dari pemerintah sesuai dengan UUD 1945 amandemen keempat dalam
pasal 34 yang berbunyi:
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.****
)
33
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.****
)
(3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.****
)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.****
)
Meskipun pihak dari pemerintah merupakan pihak yang efektif dalam
memberikan bantuan, namun dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal. Hal
ini dikarenakan ada beberapa bantuan yang dibutuhkan penderita idiot namun
belum diberikan. Ada pula keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan bahwa Dinas Sosial telah memberikan bantuan terutama layanan
kesehatan gratis, air bersih, dan ternak kambing.
b) Efektivitas dari segi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan
Berdasarkan temuan penelitian, dari bantuan yang diterima sesuai dengan
kebutuhannya adalah sembako/beras sesuai dengan kebutuhan sehari-hari dimasak
untuk makan; uang sesuai dengan kebutuhan untuk membeli keperluan makan;
pembenahan rumah sesuai dengan kebutuhan karena tidak mampu membenahi
rumahnya sendiri; kasur/tikar sesuai dengan kebutuhannya karena bisa membantu
untuk tidur; ternak kambing sesuai dengan kebutuhan karena bisa menambah
penghasilan dengan menjual anak kambingnya; bak/timba sesuai dengan
kebutuhan karena setiap hari untuk menyimpan air, meminumi kambing dan
mencuci; bantuan pakaian sesuai dengan kebutuhan keluarga idiot karena setiap
hari yang dipakai adalah pakaian dari pemberi bantuan, dan pipa/saluran air juga
sesuai dengan kebutuhan keluarga idiot karena pipa tersebut menyalurkan air dari
sumber air gunung ke sumur-sumur idiot untuk dimasak, meminumi kambing,
mandi dan mencuci.
Temuan penelitian ini terkait dengan kebutuhan orang berkebutuhan
khusus/idiot untuk aktualisasi dirujukkan dengan teorinya Abdurrachman dan
Sudjadi (1994: 224) dalam masyarakat modern, keluarga yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik berupa makanan, pakaian, dan perumahan akan
memperoleh bantuan dari pemerintah. Temuan ini sesuai karena bantuan yang
sesuai dengan kebutuhan menurut keluarga idiot berupa makanan
(sembako/beras), pakaian dan pembenahan rumah. Ditambah pula bantuan lain
34
berupa uang, kasur/tikar, dan bak/timba sebagai bantuan yang efektif menurut
mereka.
Bantuan kesehatan juga diberikan dari Desa Karangpatihan berupa satu
unit Polindes. Polindes ini kurang efektif bagi keluarga idiot. Hal ini disebabkan
karena keluarga idiot tidak mau berobat ke Polindes, namun di bawa ke Dukun
Suwok yang dianggap mampu menyembuhkan penyakit.
Ada beberapa kebutuhan khusus yang belum diterima oleh penderita idiot.
Bantuan khusus ini antara lain minimnya pemberdayaan bagi penderita idiot dan
pemberdayaan idiot hanya bagi yang mampu dibina karena tingkat idiot yang
belum terlalu parah.
c) Efektivitas dari segi pola pengelolaan bantuan
Berdasarkan temuan penelitian, dari berbagai donatur dari pemerintah dan non
pemerintah/swasta, dalam memberikan bantuan dengan mengadakan observasi dan
cara ini efektif untuk mengetahui bantuan yang dibutuhkan keluarga idiot.
Pemberian bantuan langsung diberikan kepada keluarga idiot bersamaan dengan
pengelola bantuan di desa atau perangkat desa.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan analisa peneliti bahwa syarat-
syarat yang harus dipenuhi bagi para donatur menurut peneliti adalah di sesuaikan
dengan kondisi masyarakat kampung idiot tersebut. Dengan melihat kondisi
masyarakat yang menyandandang idiot tersebut maka akan diketahui apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat kampung idiot tersebut.
Berdasarkan temuan penelitian, pengelolaan bantuan di desa dengan
membentuk panitia bakti sosial merupakan cara yang efektif. Karena dari
pengelolaannya, panitia bakti sosial memiliki tugas untuk mengurusi bantuan,
mengantarkan donatur yang akan memberikan bantuan dan mengecek kebutuhan
keluarga idiot. Dan bantuan dari donatur lansung dibagikan kepada keluarga idiot.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan analisa peneliti bahwa syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh Desa Karangpatihan adalah susunan kepanitiaan
yang akan mengelola bantuan dari para donatur untuk diberikan kepada
masyarakat Kampung Idiot.
Berdasarkan temuan penelitian, sembako/beras ini mudah dikelola karena
setiap hari yang dimasak adalah beras. Bantuan berupa uang juga efektif karena
35
bisa dibelikan keperluan dapur dan membayar hutang. Bantuan berupa tikar/kasur
juga efektif karena setiap hari digunakan untuk tidur. Misalnya bantuan dalam
bentuk uang bisa digunakan untuk membeli beras, kebutuhan-kebutuhan dan
membayar hutang.
Temuan penelitian ini sesuai dengan analisa peneliti bahwa syarat-syarat
yang harus dipenuhi bagi para donatur menurut peneliti adalah di sesuaikan
dengan kondisi masyarakat kampung idiot tersebut. Dengan melihat kondisi
masyarakat yang menyandandang idiot tersebut maka akan diketahui apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat kampung idiot tersebut.
d) Efektivitas dari segi jumlah bantuan yang dialokasikan
Bantuan yang jumlahnya banyak merupakan bantuan yang efektif
(sembako, bak/timba, pakaian). Hal ini dikarenakan sesuai apa yang dibutuhkan
oleh keluarga idiot. Bantuan yang diberikan banyak namun tidak efektif karena
mati, bantuan ini berupa ternak kambing dan bibit tanaman. Ada pula bantuan
yang kurang efektif karena jumlahnya sedikit diantaranya pembenahan rumah
yang hanya satu kali sehingga bila ada kerusakan mereka tidak mampu
memperbaiki. Bantuan kasur yang kurang lebar, dan bantuan uang yang jarang
diberikan.
Bantuan yang diberikan terus menerus merupakan bantuan yang efektif
terutama untuk sembako dan pakaian. Namun ada satu jenis bantuan apabila
diberikan terus menerus tidak efektif, bantuan tersebut berwujud bibit tanaman.
Temuan penelitian berupa bantuan dalam bentuk sembako/beras juga
sesuai dengan pendapat Muis ( http://ichwanmuis.com/?cat=58, diakses 20
November 2011), bahwa secara umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial meliputi
penyelenggaraan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan jaminan
sosial, serta berbagai pelayanan sosial dasar (seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, pangan, perumahan) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan kesejahteraan sosial, termasuk penyandang cacat. Namun
pelayanan pendidikan, dan perumahan masih kurang efektif bagi keluarga dan
penderita idiot, dan bantuan pelayanan pendidikan belum ada di bagi penderita
idiot di Desa Karangpatihan.
36
e) Efektivitas dari segi komitmen penerima untuk mengelola bantuan
Berdasarkan temuan penelitian, komitmen penerima untuk mengelola
bantuan, bantuan yang paling disenangi dan digunakan adalah sembako atau beras
karena bantuan ini bisa langsung digunakan untuk dimasak. Bantuan lain yang
disenangi adalah bantuan dalam bentuk uang karena uang ini bisa langsung
digunakan untuk membeli keprluan yang dibutuhkan. Bantuan pembenahan rumah
juga disenangi oleh keluarga idiot karena dengan adanya pembenahan rumah
maka rumahnya lebih baik dari sebelum dibantu. Ternak kambing juga merupakan
bantuan yang disenangi oleh keluarga idiot karena dengan adanya ternak kambing
bila beranak maka anaknya dijual untuk menambah pendapatan. Bantuan berupa
bak/timba juga disenangi oleh keluarga idiot karena bantuan ini bisa digunakan
setiap hari untuk tempat penampungan air, mencuci dan meminumi kambing.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan analisa peneliti bahwa syarat-
syarat yang harus dipenuhi bagi para donatur menurut peneliti adalah di sesuaikan
dengan kondisi masyarakat kampung idiot tersebut. Dengan melihat kondisi
masyarakat yang menyandandang idiot tersebut maka akan diketahui apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat kampung idiot tersebut. Dengan adanya bantuan
yang masuk di Desa Karangpatihan berdasarkan hasil survey atau kunjungan
terlebih dahulu untuk mengetahui kebtuhan keluarga idiot dan kemampuan dalam
mengelola bantuan yang diberikan.
E. SARAN
Sesuai dengan paparan data, pembahasan, dan kesimpulan yang telah
diuraikan dalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran, sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah hendaknya lebih mengoptimalkan bantuan yang diberikan
kepada masyarakat penderita idiot. Selain itu pemerintah lebih
memperhatikan masyarakat yang memiliki keterbelakangan mental.
2. Bagi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ponorogo
hendaknya memberikan bantuan lebih tepat pada sasaran dan lebih
memperhatikan masyarakat idiot dan tidak memberikan keterangan palsu dan
37
tidak ada buktinya di lapangan. Dan pemerataan bantuan, tidak hanya
terfokus pada desa idiot tertentu yang dibantu.
3. Bagi Kantor Ketahanan pangan Kabupaten Ponorogo hendaknya memberikan
bantuan secara bertahap, dan tidak hanya satu kali saja
4. Bagi Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo hendaknya memberikan bantuan
sesuai dengan kebutuhan penderita idiot.
5. Bagi Desa Karangpatihan hendaknya membantu masyarakat idiot untuk
memberikan kesempatan kerja yang lebih agar mendapat penghasilandan
pemberdayaan penderita idiot.
6. Berdasarkan karakteristik penderita idiot, alangkah baiknya bila memberikan
bantuan dalam bentuk perawatan, penempatan di lembaga dan optimalisasi
pemberdayaan idiot. Karena sampai saat ini belum ada bantuan perawatan
dan penempatan di lembaga bagi penderita idiot. Pemberdayaan bagi
penderita idiot juga belum maksimal sehingga perlu dimaksimalkan.
F. DAFTAR RUJUKAN
Abdurrachman, Muljono. & Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Abud, Wan. 2011. Kampung Idiot Ponorogo. (Online),
(http://clubbing.kapanlagi.com/threads/109871-Kampung-Idiot
Ponorogo?s=993a3c76527ed519be7cae3ecb7966a9), diakses 20
November 2011
Aminah, Andi, Nur (2011). Kadar air dan tanah mengandung logam berat yang
bisa mengikat yodium dalam air tanah. (Online),
(http://bataviase.co.id/category/media/republika), diakses 22 November
2011
Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Budhiman, Melly. (1991). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. (A.H Markum
dkk, Eds) Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
38
Dahfar. Definisi/Pengertian Eefektifitas. (Online),
(http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/), diakses
20 Oktober 2011
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Diana. Kamus Kedokteran Lengkap dengan Gambar-Gambar yang Berhubungan
dengan Istilah Kedokteran. Surabaya : Serba Jaya
Hidayat, Azis, Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. (Dripa Sjabana, Ed).
Jakarta : Salemba Medika
Ilmawan, Khoirul. 2010. Pekerja Sosial Tuban Masalah Sosial-Pekerjaan Sosial-
Ilmu Sosial. (Online), (http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/), diakses
26 Oktober 2011
Kanisius. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius
Moleong, Lexy, J. 2007.Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Muis, Ichwan. 2011. Penyandang Tuna Grahita. (Online),
(http://ichwanmuis.com/?cat=58), diakses 20 November 2011
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Nevid, Jeffrey, S., Rathus, Spencer, A. & Greene, Beverly. 2005. Psikologi
Abnormal. (Ratri Medya, Wisnu C. Kristiaji, Eds). Jakarta: Erlangga
PeningkatanPerlindungan dan Kesejahteraan Sosial. Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum Badan Perencanaan Nasional (Online),
(www.bappenas.go.id/get-file-server/node/174/), (Pdf) , diakses 22
November 2011
39
Penrem081. 2011. Kodim 0802 Peduli Karang Patihan Beri Bantuan Kandang
Ayam. (Online), (http://korem081madiun.com/index.php/kodim-0802-
ponorogo/246-kodim-0802-peduli-karang-patihan-beri-bantuan-kandang-
ayam), diakses 22 November 2011
Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Press.
Undang-Undang Dasar 1945.
Wiyono, Bambang, Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan Action Research) Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang