efek ekstrak pomegranat terhadap kadar...
TRANSCRIPT
EFEK EKSTRAK POMEGRANAT TERHADAP KADAR
MALONDILADEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN
MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY
YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Samsul Komar
NIM : 107103000535
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Oktober 2010
Samsul Komar
iii
EFEK EKSTRAK POMEGRANATE TERHADAP KADAR
MALONDILADEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN MIKROSKOPIK HATI
TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG DIPAPARKAN ASAP
ROKOK
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.ked)
Oleh :
Samsul Komar
NIM : 107103000535
Pembimbing
dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, SpGK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul EFEK EKSTRAK POMEGRANAT TERHADAP
KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN
MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG
DIPAPARKAN ASAP ROKOK yang diajukan oleh Samsul Komar
(NIM:107103000535), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan pada 7 November 2010. Laporan penelitian ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada
Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 7 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing Penguji
dr. Francisca A. Tjakradidjaja,MS,SpGK Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr. (hc) dr. MK. Tadjudin, SpAnd DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Samsul Komar
Tempat, Tgl Lahir : Tanjung Tiram, 10 Februari 1989
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Merdeka Simpang 4 No.67
Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
Asahan
Telpon/Hp : 0813-7646-7616
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
- SD : SD Negri 010146 Labuhan Ruku, Asahan
- SMP : SMP Swasta Al-Azhar, Medan
- SMA : SMA Plus swasta Al-Azhar, Medan
- Universitas : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah,
Jakarta Selatan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan riset berjudul Efek Ekstrak Pomegranate
terhadap Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Mikroskopik Hati
Tikus strain Sprague dawley yang Dipaparkan Asap Rokok dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan riset ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Dokter pada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Francisca
A. Tjakradidjaja,MS,SpGK selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga, pikiran, untuk mengarahkan dan membimbing sejak proposal, pelaksanaan
penelitian, hingga penyusunan laporan ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada kedua orang tua
tercinta yaitu Ayahanda H.Rafa’i dan Ibunda Hj.Syafridah, semua saudara
kandung yang saya sayangi, seluruh staf pengajar atas bekal ilmu pengetahuan,
bimbingan selama masa kuliah, dan teman-teman riset pomegranate serta seluruh
teman-teman pendidikan dokter angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan
selama ini, semoga segala bantuan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.
Tak dapat dipungkiri bahwa penulis hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT
yang tidak sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan hasil laporan penelitian ini.
Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, 7 Oktober 2010
Penulis
vii
ABSTRAK
Samsul Komar. Pendidikan Dokter. EFEK EKSTRAK POMEGRANATE
TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN
MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG
DIPAPARKAN ASAP ROKOK. 2010
Pomegranat (Punica Granatum L.) merupakan salah satu buah yang mengandung
antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak pomegranate terhadap kadar MDA dan gambaran mikroskopik hati tikus.
Tikus strain Sprague Dawley dipaparkan asap rokok selama 2-3 jam perhari
selama 2 minggu. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai
kontrol positif, kelompok kedua diberi ekstrak pomegranat sebanyak 5% dan
kelompok ke 3 diberi ekstrak pomegranat sebanyak 10%. Ekstrak pomegranate
diberikan selama 2 minggu. Pengambilan sampel dilakukan pada awal penelitian,
hari ke 8 dan hari ke 15. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok tikus kontrol dengan kelompok tikus dengan
intervensi pomegranate 5% dan 10% (P< 0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kelompok tikus dengan intervensi pomeganat 5% dan kelompok
tikus dengan intervensi pomegranate 10% (p>0,05). Gambaran mikroskopik hati
tidak menunjukkan adanya peningkatan proses inflamasi sel hepatosit pada ketiga
kelompok.
Kata kunci : asap rokok, pomegranat, malondialdehida, hati, sprague dawley
viii
ABSTRACT
Samsul Komar. Medical Education. EFFECT OF POMEGRANATE EXTRACT
ON MALONDIALDEHYDE LEVEL AND HISTOPATHOLOGICAL
EXAMINATION IN SPRAGUE DAWLEY RAT’S LEVER THAT EXPOSED
TO CIGARETTE SMOKE
Pomegranate (Punica Granatum L.) is one of fruits which contain high level
antioxidant. The aims of this study were to evaluate the effect of pomegranate
extract on malondialdehyde level and histopatological examination in rat’s lever
that exposed to cigarette smoking. Sprague dawley rats were exposed to cigarette
smoke 2-3 hours a day for 2 weeks. The rats divided into 3 groups. First group as
a control group, second group was given 5% pomegranate extract, and the third
group was given 10% pomegranate extract. Measurement of malondialdehyde
level was done in the beginning of research, the 8th
day, and 15th
day. The level of
MDA was significantly higher in control group compared with group that given
pomegranate extract 5% and 10% (P<0,05). The examination of histopatological
didn’t show the increase of hepatocyt cells’ inflammation for the three groups.
Keywords : cigarette smoke, pomegranate, malondialdehyde, lever, Sprague
Dawley.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK/ABSTRACT ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Hipotesis ………………………………………………………….. 2
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1. Sprague dawley .............................................................................. 4
2.2. pomegranat ..................................................................................... 5
2.3. radikal bebas .................................................................................... 6
2.4. rokok ............................................................................................... 7
2.5. Hepar .............................................................................................. 8
2.6. Kerangka Konsep ............................................................................ 12
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 13
x
3.1. Rancangan Penelitian ...................................................................... 13
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 13
3.3. Alat dan Bahan ................................................................................ 13
3.4. Cara Kerja ....................................................................................... 13
3.5. Indikator Matriks ............................................................................. 14
3.6. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………... 14
3.6.1. Pengukuran Kadar MDA ..................................................... 14
3.6.2. Pembuatan Preparat Mikroskopik ....................................... 14
3.7. Variabel ..............…………………………………………………. 16
3.8. Manajemen data ………………………………………………... 16
3.9. Batasan Operasional ……………………………………………… 17
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 18
4.1. Hasil Perhitungan Kadar Asupan Ransum ..................................... 18
4.2. Kandungan Zat Makanan ................................................................ 19
4.3. Energi Bruto dan Kadar Pomegranat .............................................. 20
4.2. Hasil Pengukuran Kadar MDA Serum ........................................... 22
4.3. Gambaran Mikroskopik Hati Tikus ................................................ 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 27
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 28
5.2. Saran ............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram sel hati dan organel-organelnya ............................... 16
Gambar 4.1. Gambaran mikroskopik hati tikus kontrol dan perlakuan ....... 23
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Rata-rata asupan ransum tikus pada minggu pertama dan
kedua ........................................................................................
18
18
Tabel 4.2. Kandungan zat makanan pada ransum perlakuan ..................... 19
Tabel 4.3. Energi bruto dan kadar pomegranate yang diberikan ............... 20
Tabel 4.4. Kadar MDA .............................................................................. 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Polusi udara di Indonesia sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan
dari kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di kota besar. Berbagai
macam polusi udara salah satunya yang disebabkan oleh asap rokok dan
tingginya mobilitas serta gaya hidup yang tidak sehat merupakan beberapa
penyebab tingginya radikal bebas di lingkungan kehidupan. Radikal bebas
adalah substansi kimia yang tidak memiliki pasangan elektron. Radikal bebas
tidak hanya diproduksi dari luar, tetapi dari dalam tubuh. Radikal bebas ini
memiliki efek yang buruk bagi tubuh karena dapat merusak berbagai jaringan
terutama hati yaitu dapat menyebabkan kerusakan sel hepatosit hati yang
fungsinya membantu kerja hati (Supriyanto,2003)
Berbagai efek patologis diatas tidak terlepas dari radikal bebas yang
terdapat dalam asap rokok. Radikal bebas yang terhirup akan menjadi zat
prooksidan yang beracun yang akan menyebabkan stress oksidatif dan
peroksidasi lipid Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA) membran sel sehingga
akan dihasilkan zat hasil akhir peroksidasi lipid yang bersifat toksik yaitu
malondialdehid (MDA). Kadar MDA darah bisa dijadikan sebagai indikator
kerusakan oksidatif dan sekaligus sebagai indikator keberadaan radikal bebas
didalam tubuh (Syaputro,2009; Wiryowidagdo,2009)
Efek dari radikal bebas dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung antioksidan. Masyarakat sekarang sudah
mulai menyadari bahwa pentingnya asupan antioksidan sebagai bentuk
perlindungan terhadap kesehatan terutama antioksidan yang berasal dari
tanaman (Zafar R, 2009)
Salah satu antioksidan yang sedang marak digunakan di masyarakat
adalah sari buah pomegranate atau yang dalam bahasa Indonesia disebut buah
2
delima. Buah ini dipercaya mengandug antioksidan lebih tinggi dibandingkan
dengan vitamin C,E ataupun teh hijau (Zafar R,2009)
Pomegranate (Punica granatum L) adalah tanaman yang sering
digunakan sebagai obat tradisional di masyarakat karena dipercaya memiliki
khasiat untuk mencegah atau menyembuhkan berbagai penyakit seperti diare
dan obstipasi. Baik dalam pengobatan herbal tradisonal ataupun modern
khasiat pomegranat terdapat pada berbagai kandungan senyawa polifenol
yang aktivitas antioksidannya sangat tinggi (Zafar R,2009)
Penelitian ekstrak delima dan minyak biji delima dalam menghambat
pertumbuhan jaringan kanker pada tikus sudah dilakukan terhadap tumor kulit
(Hora,2003), kanker prostat dan payudara (Metha,2004). Sementara itu pada
organ tubuh yang berfungsi sebagai metabolisme seperti hati belum diketahui
efek dari ekstrak pomegranate terhadap perubahan yang terjadi pada sel
hepatosit hati terhadap fungsinya membantu kerja hati yang terjadi akibat
paparan dari asap rokok. Berdasarkan hal di atas penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar efek dari ekstrak pomegranate terhadap kadar
MDA dan hubungannya gambaran mikroskopik sel hepatosit hati yang
diberikan pada tikus dan diberi paparan asap rokok.
I.2. Rumusan masalah
Bagaimana efek dari pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar
MDA dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus yang diberi paparan
asap rokok?
I.3. Hipotesis
Pemberian ekstrak promegranat 5% dan 10% dapat mencegah
peningkatan kadar MDA dan mencegah terjadinya proses inflamasi pada sel
hepatosit hati tikus strain Sprague dawley yang diberi paparan asap rokok
selama 15 hari .
3
I.4. Tujuan penelitian
4.1. TujuanUmum
Mengetahui efek pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar MDA
dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus yang telah diberikan
paparan asap rokok.
4.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kadar asupan ransum masing-masing kelompok tikus percobaan
pada hari ke-0, 8 dan 15.
b. Diketahuinya rata-rata energi bruto masing-masing kelompok tikus percobaan
pada hari ke-0, 8 dan 15.
c. Diketahuinya kadar MDA masing-masing kelompok tikus percobaan pada
hari ke-0, 8 dan 15.
d. Diketahuinya gambaran inflamasi sel hepatosit pada masing-masing
kelompok tikus percobaan.
I.5 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
Untuk masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi bagi masyarakat tentang kegunaan dari ekstrak pomegranate
terhadap efek negatif dari radikal bebas.
Untuk institusi : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar
untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak pomegranate terhadap
kadar MDA dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati.
Untuk peneliti : sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan
klinik program studi pendidikan dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Uraian Teori
1. Rattus Norvegiccus
Rattus norvegiccus atau tikus coklat aslinya berasal dari Cina Utara. Di Asia
habitat Rattus norvegiccus banyak terdapat di hutan dan daerah bersemak,
sekarang habitat mereka mudah ditemukan di daerah berpopulasi penduduk,
hampir disetiap sudut kota tikus jenis ini bisa ditemukan (Soewoto,2001).
Pada familinya Rattus norvegiccus memiliki ukuran cukup besar
dibandingkan yang lainnya dengan panjang badan mencapai 400 mm dan berat
badan 140-500 g, tikus jantan biasanya berukuran lebih besar dari yang betina.
Pada populasi alami tikus ini ditutupi oleh rambut kasar berwarna coklat diseluruh
permukaan tubuhnya kadang terdapat bercak hitam atau putih pada permukaan
dorsal, bagian telinga dan hidungnya botak. Panjang ekornya lebih pendek dari
tubuhnya, panjang telinganya secara khas lebih pendek dari pada jenis spesies
lainnya dan tidak menutupi matanya pada saat menunduk kebawah
(Soewoto,2001)
Sistem perkawinan Rattus norvegiccus disebut sebagai polygynandrous.
Sebagai binatang social Rattus norvegiccus cenderung berkembang biak dalam
kelompok besar. Tikus betina rata-rata bisa melahirkan sebanyak 7 kali pertahun,
fungsi reproduksi seperti ini memungkinkan R. noervegiccus memiliki angka
kelahiran cukup besar dengan kemampuan setiap ekor betina bisa melahirkan anak
tikus sekitar 60 ekor (Soewoto,2001) .
Rattus novegiccus dapat bertahan hidup maksimum sekitar 4 tahun dan di
alam liar diasumsikan memiliki kemampuan hidup rata-rata sekitar 2 tahun.
Rattus norvegiccus adalah binatang yang aktif pada malam hari untuk menggali
liang ataupun mencari makanan selain itu mereka lebih senang tinggal di area
dekat air, tikus ini adalah tikus pencari makan yang menggunakan penciuman dan
5
rabaan mereka. Mampu bertahan hidup dengan mengkonsumsi berbagai macam
makanan, biasanya tikus ini makan sampai 1/3 berat badannya dan makan setiap
24 jam (Soewoto,2001).
Rattus norvegiccus secara luas telah digunakan didalam riset dalam hal
keturunan dan medis. Riset ini telah mendorong kemajuan yang penting dalam
ilmu faal, genetika, imunologi, ilmu penyakit dan epidemiologi. Tikus jenis ini
juga adalah binatang yang populer digunakan dalam penelitian karena kemampuan
mereka untuk belajar dengan cepat dan mudah untuk menyimpan atau memelihara
mereka didalam laboratorium (Soewoto,2001).
2. Pomegranat (Punica granatum L.)
Pomegranat (Punica granatum L.) terkenal di Indonesia dengan nama delima
termasuk pada suku Punicaceae. Tanaman ini berasal dari Timur Tengah dengan
daerah penyebaran tempat tumbuh yang luas dari daerah-daerah subtropik sampai
tropik selain itu juga bisa tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian tempat
tumbuh kurang dari 1.000 m di atas permukaan laut (Hargono,1989)
Pomegranat terbagi menjadi beberapa bagian anatomis, yaitu biji, sari buah
(juice), kulit, daun, bunga, kulit kayu, dan akar. Phytochemistry dan efek
farmakologis dari Punica granatum memiliki jangkauan yang luas dalam
penggunaan klinis untuk pengobatan dan pencegahan kanker dan berbagai
penyakit lain yang etiologinya berasal dari inflamasi kronik (Louba,2007)
Bagian dari Punica granatum yang dapat dikonsumsi (80% dari berat total)
terdiri atas 80% sari buah dan 20% biji. Sari buah segar mengandung 85% air,
10% gula, dan 1,5% pektin, asam askorbat, flavonoid. Di dalam sari buah Punica
granatum, terdapat fruktosa dan glukosa dalam jumlah yang sama. Di dalam
pengobatan herbal modern yang telah dikembangkan sebagai obat dari
pomegranate adalah ekstrak buah, ekstrak kulit buah, jus buah, jam buah, jelli
buah, konsentrat jus buah, anggur buah dan minyak biji delima (Louba,2007)
6
Pomegranat merupakan buah yang kaya akan dua jenis polifenol; antosianin
dan tannin. Bagian terlarut polifenol dalam sari buah pomegranat bervariasi antara
0,2% sampai 1% (Louba,2007)
Sari buah pomegranat yang telah difermentasi dan kulitnya memiliki
antioksidan kuat yang secara signifikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan
anggur merah dan teh hijau. Di samping memiliki kadar antioksidan tannin dan
flavonoid yang tinggi dalam sari buah dan kulitnya, minyak yang berasal dari biji
pomegranat yang dihancukan dan dikeringkan mengandung kira-kira 80% 18-
karbon asam lemak, atau disebut juga asam punicic. Biji pomegranate
mengandung sejumlah serat, pektin, gula, dan fitoestrogen coumestrol.
Pomegranate merupakan satu dari sedikit buah yang mengandung estrone (Louba,
2007)
3. Antioksidan dan Radikal Bebas
Berbagai reaksi oksidatif di dalam tubuh memproduksi zat-zat yang disebut
radikal bebas (Hassan,2007,Williams,2005). Radikal bebas adalah zat kimia yang
berisi elektron yang sendiri dan tidak mempunyai pasangan. Radikal superoksida
(O2-) dan radikal hidroksida (OH
+) adalah radikal bebas yang sebenarnya. Dua zat
lainnya yang berhubungan, menunjuk pada spesies oksigen non-radikal, adalah
hydrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (1O2). Zat-zat ini dikenal sebagai
spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species, ROS) (Williams,2005).
Radikal bebas adalah senyawa tidak stabil yang memiliki medan magnet yang
tidak seimbang yang mempengaruhi struktur moleculer dan reaksi-reaksi kimia di
dalam tubuh (Vander,2001). Radikal bebas mungkin sangat reaktif dengan
jaringan di dalam tubuh. Walaupun reaksi oksidatif penting untuk kehidupan,
beberapa oksidasi dapat menyebabkan kerusakan seluler dengan mengoksidasi
lemak unsaturated di membrane seluler dan subseluler. Radikal bebas mungkin
menyebabkan oksidasi yang tidak diinginkan (Williams,2005).
Radikal bebas dapat menyebabkan jejas pada sel melalui tiga reaksi yaitu, (1)
peroksidasi lipid membrane. Ikatan ganda pada lemak tak jenuh (polyunsaturated
7
lipid) membrane mudah terkena serangan radikal bebas berasal dari oksigen.
Interaksi radikal lemak menghasilkan peroksida, yang tidak stabil dan reaktif, dan
terjadi reaksi rantai autokatalitik; (2) fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas
dengan timin pada DNA mitokondria dan nuclear menimbulkan rusaknya untai
tunggal. Kerusakan DNA tersebut telah memberikan implikasi pada pembunuhan
sel dan perubahan sel menjadi ganas; (3) ikatan silang protein. Radikal bebas
mencetuskan ikatan silang protein yang diperantarai sulfhidril, menyebabkan
peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktivitas enzimatik. Reaksi
radikal bebas juga bisa secara langsung menyebabkan fragmentasi polipeptida
(Kumar,2005).
Walaupun radikal bebas dapat dibentuk di dalam tubuh, sel-sel tubuh dapat
menghasilkan sejumlah enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, glutation
peroksidase dan katalase, yang membantu menetralisir radikal bebas dan
mencegah kerusakan seluler (Williams,2005). Untuk dapat berfungsi dengan baik,
harus berisi nutrisi-nutrisi yang penting seperti copper, zink, selenium. Selain itu
antioksidan ini juga terdapat di dalam vitamin E , C dan beta karoten
(Vander,2001).
4. Rokok
Rokok mempunyai efek yang kurang baik terhadap hampir setiap bagian
dari tubuh, termasuk otak, lambung, mulut dan organ reproduksi. Sebatang rokok
berisi ratusan zat kimia perusak, termasuk aseton ( pembersih pengkilat kuku),
ammonia (pencuci lantai), dan toluene (pelarut industry) (Insel,2004)
Merokok dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru dan juga pada organ
metabolism seperti hati (Insel,2004; Hahn,2003)
Salah satu penyakit kardiovaskular akibat merokok yaitu penyakit jantung
koroner (PJK). PJK biasanya merupakan akibat dari atherosklerosis yaitu suatu
keadaan dimana terbentuknya deposit lemak yang disebut plak pada dinding dalam
arteri yang menyebabkan arteri tersebut menyempit dan kaku (Lange,2006).
8
Merokok dan paparan rokok dari lingkungan secara permanen mempercepat
akumulasi plak pada arteri koronaria (50% untuk perokok, 25% untuk mantan
perokok, dan 20% untuk orang yang sering terpapar asap rokok). Jika plak tersebut
benar-benar memblok aliran darah ke bagian jantung dapat terjadi serangan
jantung (Insel,2004).
Paru-paru perokok terus menerus terpapar oleh zat kimia berbahaya dan
iritan sehingga mereka harus bekerja lebih keras agar berfungsi dengan adekuat.
Stress pada paru-paru akibat rokok dapat merusak fungsi paru dan menyebabkan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Lange,2006).
Merokok dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh tak
terkecuali hati. Efek dari asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pada sel
hepatosit hati sehingga dapat menyebabkan gangguan pada kerja hati atau hepar
(Supriyanto,2003)
5. HEPAR
Hati merupakan kelenjar terberat dalam tubuh, beratnya 1,5 kg atau lebih,
konsistensi lunak dan terletak di bawah diafragma dalam rongga abdomen atas.
Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau merah coklat, disebabkan oleh
adanya darah yang banyak. Sebagian besar darah berasal dari arteria hepatica yang
merupakan cabang arteri seliaka. Selain itu hati juga menerima pendarahn dari
saluran cerna melalui vena porta. Hati menerima semua bahan yang diserap dari
usus. Di samping itu darah portal juga membawa berbagai bahan toksik kedalam
hati yang kemudian didetoksifikasi dan selanjutnya diekskresikani. Empedu dari
hati mengalir keluar melalui saluran ke dalam duodenum, sebagian merupakan
sekresi karena mengandung garam empedu yang penting untuk pencernaan, dan
sebagian merupakan ekskresi karena mengandung bahan tak berguna dan
berbahaya yang dikeluarkan ke dalam feses (Leeson,1990; Macsween,1994).
Vena porta dan arteri hepatica masuk ke dalam dan saluran empedu keluar
dari hati didaerah yang disebut porta hepatis, suatu celah yang melintang pada
permukaan bawah hati. Hati diliputi oleh simpai jaringan ikat fibrosa dan dari sini
9
membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati di daerah porta
hepatis dan membagi hati dalam lobus dan lobulus (Leeson,1990; Macsween,1994;
Harlan,2000)
A. Lobulus dan asinus hati
Unsur utama struktur hati adalah sel-sel hati atau hepaosit. Sel-sel ini
berkelompok dalam susunan yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga
membentuk suatu unit struktural yang terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Unit
struktural ini dinamakan lobulus hati. Lobulus hati berbentuk bangunan prisma
polygonal dengan ukuran sekitar 0,7 µm x 2 µm. Lobulus-lobulus berhubungan
erat satu dengan lainnya pada hampir seluruh permukaannya, sehingga sulit untuk
menentukan batas antara lobulus yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pada
beberapa daerah (biasanya di sudut sudut lobulus), lobulus-lobulus dipisahkan oleh
jaringan penyambung dan pembuluh darah. Daerah ini dinamakan segitiga portal
(juga dinamakan saluran portal, celah portal atau trigonum portal). Lobulus hati
mempunyai makna fungsional yaitu merupakan suatu unit structural dengan
pendarahan yang mengalirkan darah ke vena lobular (vena sentralis) (Leeson,1990;
Macsween,1994).
Ada patokan lain untuk menentukan satuan (unit) fungsional dalam hati, yaitu
lobulus portal mempunyai kanal portal sebagai pusatnya, dan terdiri dari jaringan
yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris didaerah portal tersebut. Unit
ini pada potongan melintang berbentik segitiga, mengandung bagian-bagian dari
tiga lobulus hati yang berdekatan dan vena sentralis terletak didaerah perifer pada
masing-masing sudutnya (Leeson,1990; Harlan,2000).
Dalam keadaan patologis, kerusakan hati biasanya berhubungan dengan
pendarannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil yang sekarang dikenal atas
dasar itu disebut asinus hati.
10
B. Sel-sel hati (hepatosit)
Sel-sel hati (hepatosit) tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng atau
lembaran-lembaran bercabangdan beranastomosis membentuk labirin atau mirip
karet busa, dengan diantaranya terdapat ruangan sinusoid. Lempeng ini secara
radial bermula dari tepi lobulus hati menuju ke vena sentralis sebagai pusatnya
(Leeson,1990).
Sel hati berbentuk polygonal dengan enam atau lebih sisi, berukuran sekitar
20-35 µm, dengan membrane sel yang jelas. Permukaannya sel disampingnya atau
terpisah sebagian dari sel di sampingnya membentuk kanalikuli biliaris. Inti bulat
atau lonjong dengan permukaan teratur dan besarnya bervariasi dari satu sel
dengan lainnya. Kadang-kadang ada sel dengan dua inti. Masing-masing inti
bentuknya vesicular dengan granula kromatin tanpak jelas dan tersebar, dengan
satu atau lebih anak inti (Leeson,1990; Macsween,1994).
Sitoplasma sel hati mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas
fungsionalnya terutama sebagai tempat penyimpanan glikogen dan lemak. Kedua
senyawa tersebut biasanya hilang sewaktu dibuat sediaan rutin, dan sebagai
gantinya tampak ruangan-ruangan berbentuk jala yang tak teratur dan vakuol-
vakuol bulat. Sitoplasma tampak berwarna basofil, dengan mitokondria kecil
berwarna dan berjumlah banyak. Aparat Golgi biasanya tampak terletak dekat inti
atau ditepi sel dan dekat kanalikuli biliaris. Retikulum endoplasma yang granular
maupun yang agranular (licin) tampak jelas dalam sitoplasma, dengan bagian yang
tidak terputus-terputus menghubungkan keduanya. Ribosom menempel pada
membrannya, sedangkan polisom ada yang bebas dan adapula yang berhubungan
dengan membrane tersebut. Peroksisom terdapat pada daerah dekat kanalikuli
biliaris, berbentuk bulat dengan garis tengah 0,2-0,8 µm, dan dibatasi oleh
membran. Lisosom juga terdapat, bentuknya berbeda-beda dan dapat mengandung
lipofuksin (Leeson,1990; Macsween,1994; Harlan,2000).
Membran plasma sel hatiyang tebalnya kurang lebih 7,5 nm memperlihatkan
cirri-ciri khas pada daerah tertentu. Berhadapan dengan permukaan sinusoid darah,
sel hati terpisah dari dinding pembuluh darah oleh suatu celah sempit yaitu ruang
11
perisinusoid. Di tempat ini membran plasma sel hati memperlihatkan banyak
mikrovili panjang, banyak vakuola dan gelombang pada sitoplasma dibawahnya
(Leeson,1990).
Kanalikuli biliaris tampak dengan pewarnaan H.E (hematoksilin-eosin)
sebagai rongga kecil di antara sel hati yang bersebelahan. Dengan pewarnaan
khusus, misalnya reaksi gomori untuk fosfatase alkali atau dengan impregnasi
perak, kanalikuli biliaris tampak berbentuk jala-jala tiga dimensi di antara sel-sel
hati. Dinding kanalikuli terdiri atas sel-sel parenkim yang berdampingan. Peralihan
kanalikuli dan duktus biliaris tidak mudah diperlihatkan. Peralihan tersebut melalui
bangunan peralihan yang disebut duktulus atau kanal Hering. Lumen duktulus ini
akhirnya bersatu dengan duktus biliaris di daerah portal (Leeson,1990;
Macsween,1994).
Gambar 1.1 Diagram sel hati dan organel-organelnya (Junquiera,2005;
Carneiro,2005)
12
II.2 Kerangka Konseptual
Kerusakan hati/ fungsi
hati
Inflamasi sel
hepatosit hati
MDA
Stress Oksidatif
Ekstrak Pomegranate
Antioksidan Radikal Bebas
Asap Rokok
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan di Animal House Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Patologi Anatomi FKUI,
dan Laboratorium FKIK UIN.
III.3 Alat dan Bahan
Alat :
Spektrofotometer, spuit, kapas, mikrotom, oven, waterbath, sentrifuge,
glassware, sonde, dissecting set, timbangan
Bahan :
- Ekstrak pomegranate
- Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa dengan strain Sprague
Dawley berumur sekitar 120 hari dengan rata-rata bobot badan 80 g/ekor
- Kandang
- Ransum standar dan ransum perlakuan
- Pereaksi MDA
III.4 Cara Kerja
Penentuan jumlah tikus tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus
Federer : (n-1)(t-1)>15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n
menunjukkan jumlah ulangan dari tiap perlakuan. Tikus dibagi menjadi 3
kelompok yang masing-masing kelompok teridiri dari 10 tikus. Penelitian
menggunakan tikus sebanyak 30 ekor terdiri dari:
1. R0 : tikus sebagai kontrol
14
2. R1 : tikus (pemberian ekstrak 5%)
3. R2 : tikus (pemberian ekstrak 10%)
Pemberian ekstrak melalui oral dicampur dengan ransum dan
berlangsung tiap hari, selama 2 minggu (14 hari). Pengambilan sampel darah
terjadi pada hari ke 0, 8, dan 15.
Tikus dipaparkan dengan polusi udara yang berasal dari asap rokok
setiap harinya selama kurang lebih 2-3 jam.
III.5 Indikator Matriks
Variable Indikator Skala Metode
Kadar MDA KadarMDA Rasio HPLC
Mikroskopik
sel hati
Keadaan sel hepatosit
Nominal Mikroskop
cahaya
III.6 Prosedur Pengumpulan Data
Kadar MDA (Malondialdehid)
Pemeriksaan kadar MDA dilakukan untuk menetapkan kadar
peroksidasi lipid dalam cairan biologis (misalnya darah). Untuk melakukan
tes ini diperlukan hmolisat darah sebanyak 0,25 mL kemudian dicampur
dengan larutan asam trikloroasetat (TCA) 10 % sebanyak 0,50 mL. Kemudian
di kocok, pusing dan ambil supernatannya. Setelah itu tambahkan larutan
TBA 0,67 % sebanyak 0,75 mL. Masukkan ke penangas mendidih selama 10
menit. Kemudian dinginkan dan baca serapan pada panjang gelombang 532
nm. Lalu untuk menghitung kadar MDA digunakan rumus sebagai berikut:
Kadar MDA = A/ε
ε= 153.000 M-1
cm-1
15
Pengumpulan Sampel Darah
Sampel darah diambil pada hari ke 0, 8 dan 15. Pada hari ke 0 dan ke
8, sampel darah diambil dari bagian ekornya. Sedangkan pada hari ke 15
sampel darah di ambil dari bagian jantung.
Pembuatan preparat mikroskopik sel hati tikus
Setelah 2 minggu diberi perlakuan, ketiga kelompok dianastesi dengan
kloroform dan kemudian dibunuh. Jaringan hati dikeluarkan dan disimpan
dalam cairan formalin 10%.
Untuk membuat preparat mikroskopik, langkah pertama yang
dilakukan adalah organ (Rattus norvegicus) difiksasi oleh larutan Bouin
selama 12-24 jam. Lalu direndam dalam alkohol 70% selama 3 kali @ 10
menit sambil dikocok. Direndam alkohol 70% overnight. Dilanjutkan
perendaman alkohol 80% 3 kali @ 10 menit sambil dikocok. Dilanjutkan pada
konsentrasi 90% dan 96% dengan perlakuan yang sama. Dilanjutkan pada
perendaman dengan alkohol absolut selama 10 menit dan dikocok. Berikutnya
direndam dengan xilol overnight. Dilakukan proses infiltrasi dengan
perbandingan xilol: parafin = 1:1 selama 30 menit pada suhu 52° C.
Dilanjutkan pemberian parafin murni pada suhu 56° C selama 12 menit.
Berikutnya dilakukan proses blocking dan sectioning dengan ukuran 5
mikron. Pita hasil potongan diletakkan pada gelas objek yang telah diberi
mayer albumin lalu diletakkan pada hot plate.
Proses berikutnya adalah pewarnaan preparat. Langkah pertama
dilakukan perendaman pada xilol selama 10 menit. Lalu xilol pada slide
diserap dengan tisu sampai kering. Berikutnya perendaman pada alkohol
absolut dengan konsentrasi 96,90,80,70,60,50,40,30(%). Lalu direndam pada
aquadest, pada hematoxylin selama 30 detik, pada aquadest kembali lalu
dicuci dengan air yang mengalir. Lalu direndam alkohol 30,40,50,60,70(%).
Selanjutnya direndam pada Eosin selama 1-2 menit. Dilanjutkan perendaman
pada alkohol 70, 80, 90, 96(%), absolut. Alkohol pada slide diserap dengan
16
tisu sampai kering. Selanjutnya direndam xilol 10 menit. Lalu diberi entelan
dan selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
Observasi Histopatologi
Observasi mikroskopik jaringan menggunakan mikroskop cahaya.
Observasi dilakukan untuk melihat gambaran sel hepatosit hati dalam satu
lapang pandang besar.
III.7 Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Variabel bebas
Ekstrak pomegranate
b) Variable terikat
MDA
Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus.
Asupan ransum
Energi bruto
III.8 Manajemen Data
Data yang diperoleh diedit dan dikoding untuk kemudian dimasukkan
dan diolah menggunakan perangakatan lunak Statistical Program for Sosial
Sceiene (SPSS) versi 16. Analisa univariat dilakukan dengan dilakukan
dengan uji normalitas Kolmogrof-Smirnov untuk menentukan data
terdistribusi normal atau tidak. Jika data normal, diolah secara statistik
ANOVA Satu Arah untuk melihat perbedaan antar kelompok. Jika ada
perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan maka di lanjutkan
dengan uji Bonferroni untuk menentukan kelompok mana yang memberikan
nilai yang berbeda secara signifikan.
17
Batas kemaknaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 5%
dengan ketentuan : P<0,05 menunjukan kemaknaan positif dan P>0,05
menunjukan kemaknaan negatif
III.9 Batasan Operasional
9.1 Tikus
Tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
novergicus) jantan dewasa dengan strain Sprague Dawley berumur sekitar
120 hari dengan bobot rata-rata 80g/ekor
9.2 Paparan asap rokok
Tikus diberi paparan asap rokok setiap hari selama kurang lebih 2-3
jam.
9.3 Ekstrak pomegranate
Ekstral pomegranate 5% dan 10% dicampurkan kedalam ransum.
9.4 Hati tikus
Bagian hati tikus yang akan diteliti yaitu gambaran sel hepatosit pada
jaringan hati.
9.5 Kadar MDA
Kadar MDA diketahui berdasarkan hasil percobaan dari uji
peroksidasi lipid.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Asupan Ransum Yang Diberikan
Asupan ransum yang diberikan pada masing-masing kelompok tikus
pada minggu pertama dan kedua berbeda. Rata-rata asupan ransum yang
diberikan selama 2 minggu pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1 Rata-Rata Asupan Ransum Tikus Pada Minggu Pertama Dan Kedua
Kelompok
Tikus
Rata-Rata Asupan Ransum
Asupan Minggu 1 Asupan Minggu 2
RO 10,4 ± 0,97^ 10,5 ± 0,58*
R1 10,5 ± 0,53^ 11,3 ± 1,70*
R2 10,3 ± 0,48^ 10,7 ± 0,48*
Keterangan : R0= ransum kontrol, R1= R0+ 5% bubuk pomegranat, R2= R0+ 10%
bubuk pomegranat, ^nilai P asupan minggu 1 = 0,814 dibandingkan R0, *nilai P
asupan minggu 2 = 0,236 dibandingkan R0. Data disajikan dengan standar deviasi.
Dari tabel dapat terlihat bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada
asupan ransum baik minggu pertama maupun minggu kedua pada ketiga
kelompok tikus. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak pomegranat
pada kelompok R1 dan R2 yang dicampur dalam ransum tidak mempengaruhi
asupan ransum pada ketiga kelompok tikus karena tidak ada perubahan yang
bermakna baik pada tikus yang diberi pomegranat maupun tikus yang tidak
diberi pomegranate.
19
4. 2. Kandungan Zat Makanan Pada Ransum
Pada asupan ransum yang diberikan pada masing-masing kelompok tikus
mengandung zat makanan yang berbeda jumlahnya. Kandungan zat makanan
pada ransum dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kandungan Zat Makanan Pada Ransum Perlakuan
Kandungan zat makanan Ransum perlakuan
R0 R1 R2
Bahan kering (%) 89,35 91,50* 91,46*
Abu (%BK) 8,66 8,81^ 8,28^
Protein kasar (%BK) 18,18 17,41^ 18,47^
Serat kasar (%BK) 10,44 11,47^ 15,22^
Lemak kasar (%BK) 3,67 4,14^ 4,20^
Beta N (%BK) 48,60 56,67^ 45,29^
Energi bruto (kkal/gram) 3,88 4,04^ 4,07^
Keterangan : R0 = ransum control, R1 = R0+5% bubuk pomegranate, R2 = R0+10%
bubuk pomegranate, BK = bahan kering, *=p=0,01 dibandingkan R0,
^=p=0,00 dibandingkan dengan R0.
Dari tabel 4.2 didapatkan perbedaan yang bermakna dalam kandungan zat
makanan pada ransum perlakuan antara kelompok tikus R1 dan R2 dengan R0
baik pada asupan bahan kering (p=0,01) maupun kandungan zat makanan ransum
seperti abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, beta N dan energi
bruto(p=0,00). Perbedaan asupan ini didapatkan dari kandungan ekstrak
pomegranate yang memberikan tambahan jumlah kandungan zat makanan yang
terdapat pada tabel 4.3, sehingga kelompok yang diberi tambahan ekstrak
20
pomegranate R1 dan R2 akan mendapat kan tambahan zat makanan selain dari
ransum standar yang diberikan pada ketiga kelompok tikus.
Pada penelitian diberikan ekstrak pomegranat yang kemudian dicampur
dalam ransum makanan kelompok tikus yang diberikan pomegranat 5% (R1) dan
kelompok tikus yang diberikan pomegranat 10% (R2). Kandungan zat makanan
pada bubuk pomegranat dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kandungan Zat Makanan Pada Bubuk Pomegranate
Kandungan zat makanan Jumlah
Bahan kering (%) 81,50
Abu (%BK) 4,21
Protein kasar (%BK) 3,96
Serat kasar (%BK) 13,71
Lemak kasar (%BK) 1,07
Beta N (%BK) 58,64
Energi bruto (kkal/gram) 3,86
Keterangan : BK = Bahan kering
Pada tabel diatas menjelaskan tentang persentase zat makanan yang terdapat
dalam ekstrak pomegranate. Sehingga pada kelompok tikus yang mendapat asupan
ekstrak pomegranate R1 dan R2 akan mendapatkan tambahan asupan zat makanan
yang terdapat pada ekstrak pomegranate selain dari asupan ransum yang diberikan
pada ketiga kelompok tikus.
21
4. 3. Energi Bruto dan Kadar Pomegranat yang Diberikan
Pada asupan ransum yang diberikan meghasilkan energi bruto yang
berbeda pada masing-masing kelompok. Selain energi bruto, pada ransum juga
diberikan bubuk pomegranate pada kelompok tikus R1 sebesar 5% dan
kelompok tikus R2 sebesar 10% dari jumlah asupan ransum yang diberikan.
Tabel 4.4 Rata-Rata Energi Bruto dan Kadar Pomegranat Dari Asupan Ransum
Selama 2 Minggu
Kelompok
Tikus
Energi bruto dari Asupan Ransum Kadar Pomegranate
Asupan Minggu
1
Asupan Minggu
2
Asupan
Minggu 1
Asupan
Minggu 2
R0 0,40 ± 0,037^ 0,40 ± 0,020* 0 ± 0⁰ 0 ± 0”
R1 0,42 ± 0,021^ 0,46 ± 0,068* 0,53 ± 0,03⁰ 0,56 ± 0,08”
R2 0,42 ± 0,019^ 0,43 ± 0,019* 1,03 ± 0,05⁰ 1,06 ± 0,05”
Keterangan : R0= ransum kontrol, R1= R0+ 5% bubuk pomegranat, R2= R0+ 10%
bubuk pomegranat, ^nilai P energi bruto asupan minggu 1 = 0,233 dibandingkan R0,
*nilai P energi bruto asupan minggu 2 = 0,054 dibandingkan R0.
⁰nilai P kadar pomegranate asupan minggu 1 = 0,000 dibandingkan R0, “nilai P
kadar pomegranate asupan minggu 2 = 0,000 dibandingkan R0. Data disajikan
dengan standar deviasi.
Dari tabel 4.4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara asupan
energi bruto minggu pertama dengan asupan energi bruto pada minggu kedua
pada ketiga kelompok. Hal ini berbanding lurus dengan asupan ransum di
minggu pertama dan minggu kedua pada ketiga kelompok.
Selain itu, dari tabel diatas terdapat pula perbedaan yang bermakna
antara kadar asupan pomegranat minggu pertama dengan kadar pomegranate
minggu kedua pada ketiga kelompok.. Hal ini karenakan pada R0 tidak
22
diberikan ekstrak pomegranat, kelompok R1 diberikan pomegranat 5% dan
kelompok R2 diberikan pomegranat 10% sehingga terdapat perbedaan yang
bermakna pada kadar pomegranat pada ketiga kelompok tikus.
4. 4. Hasil Pengukuran malondialdehid (MDA)
Hasil pengukuran kadar MDA hewan uji sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Kelompok Tikus H0 H8 H15 Nilai P
R0 354 ± 57.63 697,2 ± 92.23 1017,7
± 106.78
0.000^
R1 375,3 ± 56.03*
568,7
± 108.74* 886,4 ± 106.75*
R2 375,3 ± 62.07 ˟ 556,3 ± 74.07˟ 800,2 ± 80.58˟
Keterangan : R0 = kelompok tikus yang tidak diberi pomegranate, R1 = kelompok
tikus yang diberi pomegranate 5 %, R2 = kelompok tikus yang diberi pomegranate 10
%, H0 = pengukuran MDA awal, H8 = pengukuran MDA hari ke-8, H15 =
pengukuran MDA hari ke-1, ^Nilai P dari Uji Anova, *P = 0.022 R1 dibandingkan
dengan R0 dengan uji Bonferoni, ˟P = 0.000 R2 dibandingkan dengan R0 dengan uji
Bonferoni. Data disajikan dengan standar deviasi.
Dari diagram rata-rata hasil pengukuran kadar MDA pada hari ke-0, ke-8 dan
hari ke-15 didapatkan peningkatan pada ketiga kelompok tikus. Tetapi peningkatan
paling tinggi terjadi pada kelompok tikus kontrol, diikuti oleh kelompok tikus dengan
pomegranate 5% dan kelompok tikus dengan pemberian pomegranate 10%..
Peningkatan kadar MDA pada darah disebabkan oleh peningkatan kadar
peroksidasi lipid akibat radikal bebas. Oleh karena itu peningkatan kadar MDA
menunjukkan banyaknya radikal bebas. Paparan asap rokok merupakan salah satu
sumber radikal bebas bagi tubuh. Oleh karena itu jika tubuh sering terpapar oleh asap
rokok maka radikal bebas dalam tubuh akan bertambah banyak yang kemudian
menyebabkan peningkatan kadar MDA dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan hasil
23
percobaan yang telah dilakukan. Pada kelompok tikus R0 yang dipaparkan asap
rokok tanpa pemberian ekstrak pomegaranat, terdapat peningkatan kadar MDA yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tikus R1 dan R2 yang diberikan ekstrak
pomegranat.
Peningkatan kadar MDA akibat radikal bebas dapat dicegah dengan
pemberian antioksidan. Antioksidan akan membantu menetralisir radikal bebas dan
mencegah kerusakan seluler sehingga tidak terjadi proses peroksiadi lipid yang
kemudian mencegah kadar MDA meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan
yang menunjukkan adanya perbedaan perubahan kadar MDA yang bermakna antara
kelompok tikus yang tidak diberi intervensi pomegranat dengan kelompok tikus yang
diberi intervensi pomegranat 5% dan 10%.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Turk tahun 2008 selama 7 minggu
tentang pengaruh pemberian jus pomegranat terhadap aktivitas antioksidan juga
didapatkan penurunan dari kadar MDA. Selain itu juga didapatkan peningkatan
aktivitas enzim antioksidan seperti glutation, glutation peroksidase dan katalase.
4.5 Gambaran mikroskopik tikus
Setelah 2 minggu ketiga kelompok tikus diberikan perlakuan yang berbeda,
kemudian diambil jaringan hati tikus untuk mengamati perubahan yang terjadi pada
sel hepatosit secara mikroskopik dengan mikroskop cahaya.
24
Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati kelompok tikus kontrol (R0) dapat dilihat
pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus kelompok
kontrol (R0) dengan perbesaran 40x10
Dari gambaran mikroskopik hati tikus tanpa perlakuan (R0) tidak didapatkan
adanya reaksi inflamasi pada sel hepatosit hati tikus pada kelompok R0.
25
Gambaran mikroskopik dari jaringan hati pada kelompok tikus yang diberikan
ekstrak pomegranat 5% (R1) dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus dengan
pomegranate 5 % dengan perbesaran410x10
Dari gambaran mikroskopik hati tikus dengan pemberian ekstrak pomegranat
5% (R1) tidak didapatkan adanya reaksi inflamasi pada sel hepatosit hati tikus pada
kelompok R1.
26
Gambaran mikroskopik dari jaringan hati pada kelompok tikus yang diberi
ekstrak pomegranat 10% (R2) dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus dengan
pomegranate 10% dengan perbesaran 40x10
Dari gambaran mikroskopik hati tikus dengan pemberian ekstrak pomegranat
10% (R2) tidak didapatkan adanya reaksi inflamasi pada sel hepatosit pada kelompok
R2.
27
Pada pemeriksaan mikroskopik hati tikus dengan mikroskopik cahaya tidak
ditemukan adanya reaksi inflamasi sel hepatosit hati tikus baik pada kelompok
kontrol maupun kelompok yang diberikan ekstrak pomegranat 5% dan 10%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Czekaj (2007) tentang Perubahan pada
paru, plasenta, hati dan ginjal tikus yang sedang hamil yang diberi paparan asap
rokok kretek didapatkan peningkatan inflamasi pada sel hepatosit serta peningkatan
jumlah apoptosis pada sel hepatosit tikus. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan
waktu dalam melakukan penelitian. Penelitian oleh Czekaj dilakukan selama 3
minggu dan diberi paparan asap rokok kretek sekitar 5-6 jam perhari sedangkan
penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dan diberi paparan asap rokok sekitar 1-2
jam perhari. Sehingga belum memperlihatkan adanya perubahan pada jaringan hati
tikus secara mikroskopik.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan melihat kadar MDA dan gambaran
mikroskopik dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak pomegranat berpengaruh terhadap pencegahan peningkatan kadar
MDA secara signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok dengan
intervensi pomegranat (P<0,05). Rata-rata kadar MDA terendah pada hari
awal adalah kelompok R0 (354±57,63), hari ke 8 adalah kelompok R2
(556±74,07), hari ke 15 adalah R2 (800±80,58).
2. Pada pemeriksaan mikroskopik hati tidak didapatkan adanya proses inflamasi
pada sel hepatosit hati tikus.
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
pengaruh pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar MDA dan gambaran
hati tikus, antara lain:
1. Meneliti tentang dosis minimal pomegranat yang diberikan untuk mencegah
peningkatan kadar MDA dan perubahan gambaran mikroskopik hati.
2. Menambah masa perlakuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
pomegranat dan paparan asap rokok terhadap perubahan gambaran
mikroskopik hati tikus.
29
DAFTAR PUSTAKA
Gartner, Hiatt. (2007) Color Textbook of Histology. 3rd ed. Philadephia :
Saunders/Elsevier. 1-3
Guyton, Arthur.C, John E.Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11.Jakarta : EGC, 1049-1054
Hahn DB, Payne WA. (2003) Focus on Health. Ed 6. New York: McGraw-Hill, 213
Hargono D. (1989) Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 66-68.
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4452 diakses pada hari
kamis, 9 juli 2009
Insel PM, Roth WT. (2004) Core Concepts in Health. Ed 9. New York: McGraw-Hill,
169-175.
Junquiera LC, Carneiro J. (2005) Basic Histology text & atlas. Ed 11 .New York:
McGraw-Hill.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. (2005) Pathologic Basis Of Disease. ed 7.
Philadelphia : Elsevier Saunders.
Louba, Ben Nun. (2007) What Are the Medical Properties of pomegranate?. J of
Chinese clinical med. 2:9.
P. Czekaj, A. Palasz, T. Lebda-WybornyG, Nowaczyk-Dura, W. Karczewska, E.
Florek, M.Kamin ski.(2002) Morphological changes in lungs, placenta, liver
and kidneysof pregnant rats exposed to cigarette smoke. Diakses 6 july 2002.
30
Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit
www. Cermin Dunia Kedokteran.com diakses : Sabtu, 18 juli 2009
Santoso, Singgih. (2009) Panduan lengkap menguasai statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: Kompas Gramedia, 184-6, 277-88.
Sherwood, Lauralee. (2001) Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta: EGC,
412-15.
Soewoto H . (2001) Biokimia Eksperiman Laboratorium. Jakarta: Widya medika,
153.
Syaputro, R Agung. Survey tentang Kadar Malondialdehid (MDA) Darah sebagai
Indikator Terjadinya Stres Oksidatif.
(http://dalilskripsi.com/content/ view/10/ ). Diakses 27 Juli 2009. Abstract.
Turk G, Sonmez M, Aydin M, Yuce A, Gur S, Yuksel M, Aksu E, Aksoy H.(2008)
Effect of pomegranate juice consumption on sperm quality, spermatogenic cell
density, antioxidant activity and testosterone level in male rats. Clinical
Nutrition. 27(2), 289-296. abstract
Williams MH. (2005) Nutrition for Health, Fitness, and Sport. Ed 7. New York:
McGraw-Hill, 251.
Wiryowidagdo, Sumali. Delima (Punica granatum L.) Obat Tradisional Indonesia.
Online (http://www.isfinational.or.id/pt-isfi-penerbitan/126/474 delima-
punica granatum-l-obat-tradisional-indonesia.html). diakses 06 Juli 2009.
www.pomegreat.com/The_Health_Benefits_of_Pomegranate_Juice.pdf
diakses Minggu, 26 Juli 2009
31
Zafar R, Nahid A, Arivarasu NA, Sangeetha R, Meenakshi S, Tariq MH. (2009)
Polyphenolrich pomegranate fruit extract (POMx) suppresses PMACI
induced expression of pro-inflammatory cytokines by inhibiting the activation
of MAP Kinases and NF-κB in human KU812 cells. Journal of Inflammation.
6:1.abstract