e06ase

Upload: daniel-hutchinson

Post on 10-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 E06ase

    1/51

    0

    TINGKAT SERANGAN HAMA

    PADA SISTEM AGROFORESTRY BERBASIS KOPI

    (Studi Kasus di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat,

    Propinsi Lampung)

    ANANG SETIAWAN

    E14201075

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006

  • 7/22/2019 E06ase

    2/51

    0

    Kagem

    Bapak, Ibu, Kakakku

  • 7/22/2019 E06ase

    3/51

    1

    Anang Setiawan (E14201075). TINGKAT SERANGAN HAMA PADA

    SISTEM AGROFORESTRY BERBASIS KOPI (Studi Kasus di Kecamatan

    Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung), di bawah

    bimbingan Ir. Endang Ahmad Husaeni, dan Ir. Subekti Rahayu.

    RINGKASAN

    Sebagian besar petani kopi di Sumberjaya telah menerapkan sistem

    agroforestry baik sistem agroforestry kopi sederhana maupun multistrata. Mereka

    menanam beberapa tanaman kehutanan dan beberapa tanaman lainnya di sela-sela

    tanaman kopi. Sistem agroforestry kopi multistrata umumnya menghasilkan

    penutupan tajuk yang cukup rapat dibandingkan dengan sistem agroforestry

    sederhana. Menurut pendapat petani penutupan tajuk yang rapat dapat mengurangi

    produksi kopi. Selain itu penurunan produksi kopi juga terjadi karena serangan

    beberapa jenis hama terutama penggerek buah kopi (Hypoyhenemus hampeii) dan

    penggerek cabang kopi (Xylosandrus sp.). Penelitian ini difokuskan pada serangan

    penggerek cabang kopi karena dapat mengakibatkan kematian cabang dan tidakmampu berproduksi. Hanya saja, pada penelitian ini tidak dapat dihitung kerugian

    akibat serangan penggerek cabang kopi karena dilakukan setelah musim panen.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama tanaman kopi

    dan tanaman penaung pada sistem agroforestry kopi di daerah Sumberjaya,

    mengetahui persen serangan setiap jenis hama tanaman kopi pada sistem

    agroforestry kopi, mengetahui intensitas serangan penggerek cabang kopi

    Xylosandrus sp. pada sistem agroforestry kopi serta membandingkan tingkat

    serangan hama pada sistem agroforestry kopi sederhana dan sistem agroforestrykopi multistrata. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh

    para petani sebagai salah satu bahan masukan dalam pelaksanaan pengelolaan

    lahan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    maupun penyediaan jasa lingkungan.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : data primer yaitu data

    yang langsung diperoleh dilapangan serta data penunjang lainnya seperti keadaan

    umum lokasi penelitian, keadaan kawasan agroforestry dan data yang

    berhubungan dengan penelitian.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua,

    yaitu : penarikan contoh dan analisis data. Penarikan contoh dilakukan dari survey

    awal sebanyak 88 titik pengamatan kebun kopi yang kemudian dikumpulkan dan

    diklasifikasikan menjadi 2 sistem agroforestri kopi yaitu sistem agroforestri kopi

    sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata. Kriteria yang digunakan untuk

    membedakan antara sistem agroforestri kopi sederhana dan sistem agroforestri

    kopi multistrata adalah jumlah spesies pohon penaung yang ada pada tiap-tiapsistem pengelolaan. Sistem agroforestri kopi sederhana adalah kopi yang ditanam

    bersama dengan satu atau dua jenis tanaman penaung dari famili Fabaceae seperti

    gamal (Gliricidia sepium), dadap (Erythrina sp.), sengon (Paraserianthes

    falcataria) atau lamtoro (Leucaena leucocephala), sedangkan sistem agroforestri

    kopi multistrata adalah kopi yang ditanam bersama dengan sedikitnya empat-lima

    jenis tanaman penaung baik dari famili Fabaceae, tanaman buah-buahan maupun

    tanaman kayu-kayuan. Dari hasil klasifikasi sistem agroforestri kopi diperoleh 43

  • 7/22/2019 E06ase

    4/51

    2

    titik pengamatan berupa sistem agroforestri kopi sederhana dan 45 titik

    pengamatan berupa sistem agroforestri kopi multistrata. Dari masing-masing

    sistem agroforestri kopi tersebut diambil 16 titik contoh secara acak, sehingga

    didapatkan 32 titik pengamatan. Pada tiap titik pengamatan dibuat satu plot

    contoh berukuran 40 m x 5 m dan dilakukan pengamatan pada pohon kopi dan

    tanaman penaungnya. Kemudian dilakukan wawancara kepada pemilik kebuntersebut. Analisis data dilakukan untuk menghitung persen serangan, intensitas

    serangan, uji nilai t hitung, indeks keragaman dan identifikasi terhadap serangga

    tersebut.

    Pada pengamatan dilapangan ditemukan beberapa jenis hama yang

    menyerang tanaman kopi, yaitu : (1) Penggerek cabang kopi (Xylosandrus sp.);

    (2) Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei); (3) Kutu hijau (Coccus viridis);

    (4) Kutu putih (Ferrisia virgata) dan (4) Penggerek batang (Zeuzera coffeae).

    Serangan penggerek cabang kopi dicirikan oleh adanya lubang gerek pada cabang

    tanaman kopi yang berdiameter sekitar 1-2 mm. Lubang gerek ini menuju ke

    bagian dalam cabang hingga mencapai panjang 20-50 mm. Dari hasil pengamatan

    didapatkan bahwa persen serangan pada sistem agroforestry kopi sederhana

    mencapai 75% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem agroforestry kopimultistrata yang hanya mencapai 65%. Meskipun dari hasil pengamatan

    penyebaran serangan penggerek cabang kopi di Kecamatan Sumberjaya sudah

    cukup merata, tetapi intensitas serangannya masih tergolong ringan dan sedang.

    Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan intensitas serangan antara

    sistem agroforestry kopi sederhana dan multistrata. Pada sistem agroforestry kopi

    sederhana intensitas serangannya mencapai 25% dan tergolong dalam klasifikasi

    sedang dengan rata-rata cabang yang terserang pada tiap pohon adalah 12.

    Sedangkan pada sisem agroforestry kopi multistrata intensitas serangannya 18%dan tergolong dalam klasifikasi ringan dengan rata-rata jumlah cabang yang

    terserang per pohon 9. Petani mengendalikan penggerek ini dengan melakukan

    pemangkasan cabang tanaman kopi tersebut. Pada buah ditemukan penggerek

    buah kopi yang membuat lubang dengan ukuran 1 mm 2 mm sehingga buah

    mendaji kering. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa persen serangan pada

    sistem agroforestry kopi sederhana mencapai 8% lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan sistem agroforestry kopi multistrata yang hanya mencapai 7%. Petani

    tidak melakukan pencegahan pada penggerek buah kopi karena pada saat musim

    panen mereka memetik buah kopi kemudian menjemurnya. Dengan menjemur

    sebenarnya sudah melakukan pengendalian secara mekanis, karena dapat

    mematikan telur, larva, pupa yang ada dalam buah kopi tersebut. Pada daun

    ditemukan serangan yang dilakukan oleh kutu hijau yang mengakibatkan

    hitamnya daun sehingga tidak dapat berfotosintesis. Dari hasil pengamatan

    didapatkan bahwa persen serangan pada sistem agroforestry kopi sederhana

    mencapai 10% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem agroforestry kopimultistrata yang hanya mencapai 9%. Petani tidak melakukan pengendalian

    terhadap hama kutu hijau ini karena menurut mereka kutu hijau tidak terlalu

    merusak tanaman kopi. Hama lain yang menyerang daun adalah kutu putih.

    Serangan kutu ini mengakibatkan daun menjadi layu dan rusak. Dari hasil

    pengamatan didapatkan bahwa persen serangan pada sistem agroforestry kopi

    sederhana mencapai 0.47% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem

    agroforestry kopi multistrata yang hanya mencapai 0.40%. Petani tidak melakukan

  • 7/22/2019 E06ase

    5/51

    3

    pengendalian pada kutu putih ini. Mereka menduga bahwa kutu putih tidak terlalu

    merugikan tanaman kopi. Pada batang kopi muda ditemukan penggerek batang

    kopi. Serangannya menyebabkan tanaman mengalami die-backatau bahkan mati.

    Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa persen serangan pada sistem

    agroforestry kopi sederhana hanya mencapai 0.1% lebih rendah bila dibandingkan

    dengan sistem agroforestry kopi multistrata yang mencapai 2%. Petani melakukanpengendalian dengan memangkas tanaman kopi yang terserang penggerek batang

    ini. Pada tanaman penaung tidak terlalu banyak ditemukan adanya hama yang

    menyerang tanaman tersebut. Hama yang berhasil diidentifikasi adalah dari Famili

    Scolytidae, Ordo Coleoptera. Famili ini ditemukan menyerang cabang pada kayu

    hujan. Pada dadap juga ditemukan larva tetapi tidak dapat diidentifikasi karena

    tidak ditemukan kumbang dewasanya. Dari hasil ini diperoleh bahwa sistem

    agroforestry kopi sederhana lebih rawan terserang hama dibandingkan dengan

    sistem agroforestry kopi multistrata.

  • 7/22/2019 E06ase

    6/51

    4

    TINGKAT SERANGAN HAMA

    PADA SISTEM AGROFORESTRY BERBASIS KOPI

    (Studi Kasus di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat,

    Propinsi Lampung)

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

    pada Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor

    ANANG SETIAWAN

    E14201075

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006

  • 7/22/2019 E06ase

    7/51

    5

    Judul Penelitian : TINGKAT SERANGAN HAMA PADA SISTEM

    AGROFORESTRY BERBASIS KOPI (Studi Kasus di

    Kec. Sumberjaya, Kab. Lampung Barat, Propinsi

    Lampung)

    Nama Mahasiswa : Anang Setiawan

    NRP : E14201075

    Program Studi : Budidaya Hutan

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

    Ir. Endang A. Husaeni Ir. Subekti Rahayu

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kehutanan

    Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.

    Tanggal lulus :

  • 7/22/2019 E06ase

    8/51

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 10 April 1982 dari pasangan

    Simun dan Sri Suparni sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 1988

    penulis memulai pendidikan dasar di SDN 3 Mandiraja Kulon dan

    menyelesaikannya pada tahun 1994. Pendidikan lanjutan tingkat pertama penulis

    tempuh di SLTP N 1 Banjarnegara dari tahun 1994 sampai tahun 1997.

    Pendidikan lanjutan tingkat menengah atas diselesaikan di SMUN 1 Banjarnegara

    dari tahun 1997 sampai tahun 2000.

    Tahun 2001 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen

    Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

    UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Bidang minat yang dipilih pada

    saat perkuliahan adalah bidang Hama Hutan.

    Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kepecintaalaman

    dan menjadi anggota oraganisasi RIMPALA (Rimbawan Pecinta Alam) Fakultas

    Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

    Tahun 2003 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Hutan (PUK) di

    jalur Baturraden (KPH Banyumas Timur) Cilacap (KPH Banyumas Barat) dan

    Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama dengan mahasiswa dari

    Universitas Gadjah Mada di Getas (KPH Ngawi). Tahun 2004 penulis

    melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan (PKL) di PT. INHUTANI II Unit

    Kalimantan Selatan.

    Tahun 2004 penulis memperoleh kesempatan untuk menjadi salah satu

    mahasiswa yang melakukan penelitian atas biaya dari World Agroforestry Centre

    (ICRAF) Penulis melakukan penelitian dengan judul Tingkat Serangan Hama

    pada Sistem Agroforestry Berbasis Kopi (Studi Kasus di Kecamatan Sumberjaya,

    Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung) di bawah bimbingan Ir. EndangA. Husaeni dari Fakultas Kehutanan dan Ir. Subekti Rahayu dari ICRAF.

  • 7/22/2019 E06ase

    9/51

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian dan penulisan skripsi ini. Penelitian yang dilakukan penulis mengambil

    judul Tingkat Serangan Hama pada Sistem Agroforestry Berbasis Kopi (Studi

    Kasus di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi

    Lampung). Penelitian ini dilakukan atas biaya dari World Agroforestry Center

    (ICRAF).

    Penelitian dan penulisan karya ilmiah yang penulis lakukan tidak akan

    selesai tanpa bantuan dari banyak pihak oleh karena itu penulis menyampaikan

    rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Simun dan Ibu Sri Suparni serta kakakku Anung Kurniawan yang telahmemberikan dorongan moral dan material serta kasih sayangnya.

    2. Ir. Endang A. Husaeni dan Ir. Subekti Rahayu yang telah memberikanbimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan

    penulisan karya ilmiah ini.

    3. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS. selaku penguji dari Departemen Hasil Hutandan Ir. Endes N Dahlan, MS. selaku penguji dari Departemen Konservasi

    Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

    4. World Agroforestry center (ICRAF) yang telah memberikan bantuan dana dankesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan

    karya ilmiah ini.

    5. Dr. Ir. S. Suyanto, Phd. atas bimbingan dan diskusinya selama pengolahandata di kantor ICRAF SEA Bogor.

    6. Mbak Novi, Mbak Saida, Mas Desi dan Mas Rudi atas saran dan diskusinyaselama pengolahan data di kantor ICRAF SEA Bogor.

    7. Mas Santo, Mas Indra dan Mbak Iik yang telah membantu penulis selamapengambilan data di Sumberjaya.

    8. Selurut staff ICRAF SEA Bogor atas kekeluargaannya.9. Nanda Dwanasuci yang telah memberikan semangat dan kasih sayangnya

    pada penulis.

  • 7/22/2019 E06ase

    10/51

    ii

    10.Keluarga besar Budidaya Hutan 38 atas kekeluargaannya.11.YYZers (keluarga besar kost YYZ) dan Kuburan Crews yang telah

    memberikan rasa nyaman ketika tinggal di Bogor.

    12.Teman-teman di organisasi RIMPALA yang telah memberikan sesuatu yanglain pada penulis.

    Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

    itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan

    terbuka. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pengelolaan hutan

    di masa yang akan datang.

    Bogor, Januari 2006

    Penulis

  • 7/22/2019 E06ase

    11/51

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iiiDAFTAR ISI .................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

    I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1A. Latar Belakang..................................................................................... 1B. Rumusan Permasalahan........................ ................................................ 2C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3A. Agroforestri ......................................................................................... 3B. Tanaman Kopi (Coffeasp.) .................................................................. 3

    1. Biologi............................................................................................ 32. Syarat Tumbuh ............................................................................... 4

    a. Ketinggian Tempat...................................................... ............. 4b. Curah Hujan............................................................................. 4c. Matahari................................................................................... 5d. Angin....................................................................................... 5e. Tanah....................................................................................... 6

    C. Hama pada Tanaman Kopi ................................................................... 61. Penggerek Cabang Kopi (Xylosandrus compactusEichhoff),

    Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera ................................................ 6

    a. Deskripsi.................................................................................. 6b. Biologi..................................................................................... 7c. Pohon inang............................................................................. 7d. Siklus hidup............................................................................. 8e. Cara pengendalian.................................................................. .. 8

    2. Penggerek Buah Kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei),Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera ................................................ 9

    a. Deskripsi.................................................................................. 9b. Biologi ..................................................................................... 10c. Siklus hidup ............................................................................. 10d. Cara pengendalian.................................................................. .. 11

    3. Kutu Putih (Ferrisia virgata),Famili Coccidae, Ordo Homoptera... 11a. Deskripsi.................................................................................. 11b. Cara pengendalian.................................................................. .. 12

    4. Kutu Hijau, (Coccus viridis), Famili Coccidae, Ordo Hemiptera ..... 12a. Deskripsi.................................................................................. 12b. Biologi ..................................................................................... 13c. Siklus hidup ............................................................................. 13d. Cara pengendalian.................................................................. .. 13

  • 7/22/2019 E06ase

    12/51

    iv

    5. Penggerek Batang, (Zeuzera coffeae), Famili Cossidae,OrdoLepidoptera............................................................................ 14

    a. Deskripsi.................................................................................. 14b. Siklus hidup ............................................................................. 14c. Cara pengendalian.................................................................. .. 15

    D. Pohon Penaung ........................................................... ......................... 151. Jenis Pohon Penaung....................................................................... 16a. Dadap (Erythrinasp.)............................................................... 16b. Lamtoro (kemlandingan, petai cina,Leucaenasp.)................... 17c. Sengon (Paraserianthes falcataria).......................................... 17

    2. Jenis Pohon Lainnya ....................................................................... 18a. Sonokeling (Dalbergia latifolia)............................................... 18b. Mahoni (Swietenia mahagoni).................................................. 18c. Kayu Afrika (Maesopsis eminii)............................................... 18d. Durian (Durio zibethinus)......................................................... 18e. Nangka (Arthocarpus heteropylus).......................................... 19

    III.METODOLOGI....................................................................................... 20

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 20B. Bahan dan Alat..................................................................................... 20

    1. Bahan ............................................................................................. 202. Alat................................................................................................. 20

    C. Jenis Data............................................................................................. 20D. Metode Penelitian ................................................................................ 20

    1. Penarikan Contoh.................................. .......................................... 202. Wawancara..................................................................................... 223. Studi Literatur................................................................................. 22

    E. Analisis Data........................................................................................ 221. Persen serangan (S)......................................................................... 222. Intensitas serangan (Sb) .................................................................. 233. Uji nilai t hitung.............................................................................. 234. Indek keragaman.................................................... ......................... 235. Identifikasi serangga....................................................................... 24

    IV.KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 25A. Letak dan Posisi Geografis.. ................................................................. 25B. Iklim.................................................................................................... 25C. Tanah................................................................................................... 25D. Fisiografis ............................................................................................ 26E. Hidrologi.............................................................................................. 26F. Keadaan Sosial Ekonomi...................... ................................................ 26G. Keadaan Umum Agroforestri kopi Di Sumberjaya-Lampung Barat ..... 28

    1. Sistem Agroforestry Kopi Sederhana (Simple Shade)...................... 282. Sistem Agroforestry Kopi Multistrata .................... ......................... 29

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 32A. Hama Tanaman Kopi pada Sistem Agroforestri kopi............................ 32

    1. Penggerek Cabang Kopi (Xylosandrus sp.), Famili Scolytidae,Ordo Coleoptera ............................................................................. 32

    a. Deskripsi.................................................................................. 32

  • 7/22/2019 E06ase

    13/51

    v

    b. Gejala serangan........................................................................ 32c. Persen serangan (S).................................................................. 33d. Intensitas serangan (Sb)............................................................ 35

    a) Keragaman spesies tanaman penaung.................... ............. 35b) Intensitas cahaya................................................................ 38c) Suhu................................................................................... 38d) Predator ............................................................................. 39e) Kesuburan tanah........... ...................................................... 40

    e. Posisi lubang gerek .................................................................. 40a) Fase pertumbuhan kopi ...................................................... 41b) Mudah ditemukan .................... .......................................... 42

    f. Cara Pengendalian.................................................................... 422. Penggerek Buah (Hypothenemus hampei), Famili Scolytidae,

    Ordo Coleoptera ............................................................................. 42

    a. Deskripsi.................................................................................. 42b. Gejala serangan........................................................................ 42c. Persen serangan (S).................................................................. 43d. Cara pengendalian.................................................................. .. 43

    3. Kutu Hijau (Coccus viridis), Famili Coccidae, Ordo Hemiptera ...... 44a. Deskripsi.................................................................................. 44b. Gejala serangan........................................................................ 44c. Persen serangan (S).................................................................. 44d. Cara pengendalian.................................................................. .. 45

    4. Kutu Putih (Ferrisia virgata), Famili Coccidae, Ordo Homoptera... 45a. Deskripsi.................................................................................. 45b. Gejala serangan........................................................................ 45c. Persen serangan (S).................................................................. 46d. Cara pengendalian.................................................................. .. 46

    5. Pengerek Batang (Zeuzera coffeae), Famili Cossidae,Ordo Lepidoptera ........................................................................... 46

    a. Deskripsi.................................................................................. 46b. Gejala serangan........................................................................ 46c. Persen serangan (S).................................................................. 47d. Cara pengendalian.................................................................. .. 47

    B. Hama Tanaman Penaung pada Sistem Agroforestri Kopi...................... 471. Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera ................................................ 47

    a. Deskripsi .................................................................... ............. 47b. Gejala serangan........................................................................ 48

    2. Hama Pohon Dadap ........................................................................ 48a. Deskripsi.................................................................................. 48b.

    Gejala serangan........................................................................ 49

    VI.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 50A. Kesimpulan.......................................................................................... 50B. Saran.................................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

    LAMPIRAN ................................................................................................... 53

  • 7/22/2019 E06ase

    14/51

    vi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Persen serangan penggerek cabang kopi pada sistem agroforestrikopi sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata........... ................... 34

    2. Intensitas serangan penggerek cabang kopi, jumlah cabang terserangper pohon, klasifikasi intensitas serangan pada sistem agroforestri

    kopi sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata dan nilai t hitung... 35

    3. Indek keragaman pohon penaung dan intensitas serangan penggerekcabang kopi di berbagai plot pengamatan pada sistem agroforestri

    kopi sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata........... ................... 37

    4. Rata-rata jumlah lubang gerek pada tiap cabang dari cabang bagianatas, tengah dan bawah pada sistem agroforestri kopi sederhana dan

    sistem agroforestri kopi multistrata............. ................................................ 40

    5. Persen serangan penggerek buah kopi pada sistem agroforestri kopisederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata.................................... .. 43

    6. Persen serangan kutu hijau pada sistem agroforestri kopi sederhana dansistem agroforestri kopi multistrata............. ................................................ 45

    7. Persen serangan kutu putih pada sistem agroforestri kopi sederhana dansistem agroforestri kopi multistrata............. ................................................ 46

    8. Persen serangan penggerek batang kopi pada sistem agroforestrikopi sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata........... ................... 47

  • 7/22/2019 E06ase

    15/51

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Kumbang BetinaXylosandrussp. (Dixon et al., 2003) ............................... 82. Penggerek buah kopi dewasa (Hindayana et. al.,2002) .............................. 103. Kutu putih dewasa jantan (Hindayana et. al., 2002).................................... 124. Kutu hijau menyerang cabang tanaman kopi (Hindayana et. al., 2002) ....... 135. Ulat penggerek di dalam cabang kopi (Hindayana et. al., 2002).................. 156. Bentuk plot pengamatan............................................................................. 217. Sistem agroforestri kopi sederhana............................................................. 298. Denah sistem agroforestri kopi ederhana .................................................... 299. Sistem agroforestri kopi multistrata............................................................ 3010.Denah sistem agroforestri kopi multistrata.................................................. 3011.Lubang gerek dengan perbesaran 30x......................................................... 3312.Lubang pada cabang................................................................................... 3313.Panjang lubang gerek................................................................................. 3314.Siklus hidup penggerek cabang kopi (Xylosandrussp.) .............................. 3315.Hubungan antara kerapatan pohon kopi dengan persen serangan

    penggerek cabang kopi .............................................................................. 34

    16.Hubungan antara jumlah jenis pohon penaung dengan intensitas seranganpenggerek cabang kopi............................................................................... 36

    17.Hubungan antara nilai indek keragaman tanaman penaung denganintensitas serangan penggerek cabang kopi.................................... ............. 37

    18.Hubungan antara suhu udara dengan intensitas seranganpenggerek cabang kopi............................................................................... 39

    19.Jumlah lubang gerek pada tiap cabang kopi pada cabang bagian atas,tengah dan bawah dari sistem agroforestri kopi sederhana dan multistrata .. 41

    20.Hypothenemus hampeidewasa................................................................... 4321.Kutu Hijau (30x)........................................................................................ 4422.Kutu Hijau menyerang cabang kopi muda.................................................. 4423.Kutu putih.................................................................................................. 4524.Kumbang dewasa....................................................................................... 4825.Antena pada kumbang dewasa.................................................................... 48

  • 7/22/2019 E06ase

    16/51

    viii

    26.Lubang gerek ............................................................................................. 4827.Pohon dadap yang terserang ....................................................................... 49

  • 7/22/2019 E06ase

    17/51

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1. Jumlah dan jenis pohon penaung pada plot pengamatan (200 m2)............... 532. Daftar pemilik kebun kopi tempat pembuatan plot pengamatan hama......... 553. Kuisioner wawancara ................................................................................. 564. Data suhu udara ......................................................................................... 575. Persebaran 88 titik pengamatan hasil survey awal ...................................... 586. Persebaran 32 titik pengamatan untuk penelitian ........................................ 58

  • 7/22/2019 E06ase

    18/51

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPerubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian

    merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.

    Di daerah Sumberjaya, masyarakat telah banyak mengkonversi lahan hutan

    menjadi areal perkebunan kopi sebagai mata pencahariannya. Pada tahun 1970-an

    sekitar 60% daerah ini masih dalam keadaan hutan alam, tetapi pada akhir tahun

    1990-an hanya sekitar 15% hutan yang masih tertinggal (Agus et al., 2002).

    Pada umumnya, perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal

    pertanian, termasuk perkebunan kopi akan menyebabkan perubahan kondisi

    lingkungan di sekitarnya terutama fungsi hidrologi, kesuburan tanah, cadangan

    karbon dan keragaman hayati. Oleh karena itu pengelolaan perkebunan kopi

    dengan sistem agroforestry yaitu mengkombinasikan tanaman kehutanan sebagai

    tanaman penaung, baik berupa sistem agroforestry kopi sederhana maupun

    multistrata perlu dilakukan untuk membantu mempertahankan kondisi

    lingkungan.

    Pada sistem agroforestry kopi sederhana ditanam tanaman penaung dari

    jenis dadap (Erythrina sububrams) atau gamal (Gliricidia sepium). Sedangkan

    sistem agroforestry kopi multistrata tanaman penaung yang digunakan yaitu dadap

    (Erythrina sububrams), gamal (Gliricidia sepium), tanaman kayu seperti kayu

    afrika (Maesopsis eminii), Mahoni (Swietenia sp), tanaman buah seperti nangka

    (Arthocarpus heteropylus), durian (Durio zibethinus) dan tanaman lainnya seperti

    pisang, bambu. Menurut Najiyanti (2004), tanaman penaung ini digunakan untuk

    mengatur intensitas sinar matahari agar penyinaran menjadi teratur, menghasilkan

    serasah yang dapat melindungi tanah dari terpaan air hujan dan memberikan

    masukan N ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan.Kondisi lingkungan pada sistem agroforestry kopi multistrata mirip

    dengan hutan alam heterogen, sedangkan sistem agroforestry kopi sederhana lebih

    mirip dengan hutan homogen atau monokultur. Sehingga stabilitas ekosistem pada

    sistem agroforestry kopi sederhana lebih sederhana dibandingkan dengan sistem

    agroforestry multistrata. Hal ini menyebabkan tingkat kerawanan terhadap

  • 7/22/2019 E06ase

    19/51

    2

    serangan hama pada sistem agroforestry kopi sederhana lebih besar dibandingkan

    dengan sistem agroforestry kopi multistrata.

    B. Rumusan PermasalahanSebagian besar petani kopi di Sumberjaya telah menerapkan sistem

    agroforestry baik sistem agroforestry kopi sederhana maupun multistrata. Mereka

    menanam beberapa tanaman kehutanan dan tanaman lainnya di sela-sela tanaman

    kopi. Sistem agroforestry kopi multistrata umumnya menghasilkan penutupan

    tajuk yang cukup rapat dibandingkan dengan sistem agroforestry sederhana.

    Menurut pendapat petani penutupan tajuk yang rapat dapat mengurangi produksi

    kopi. Selain itu penurunan produksi kopi juga terjadi karena serangan beberapa

    jenis hama terutama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeii) dan

    penggerek cabang kopi (Xylosandrus sp.). Penelitian ini difokuskan pada serangan

    penggerek cabang kopi karena dapat mengakibatkan kematian cabang dan tidak

    mampu berproduksi. Hanya saja, pada penelitian ini tidak dapat dihitung kerugian

    akibat serangan penggerek cabang kopi karena dilakukan setelah musim panen.

    C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui jenis-jenis hama tanaman kopi dan tanaman penaung padasistem agroforestry kopi di daerah Sumberjaya.

    2. Mengetahui persen serangan setiap jenis hama tanaman kopi pada sistemagroforestry kopi.

    3. Mengetahui intensitas serangan penggerek cabang kopi Xylosandrus sp.pada sistem agroforestry kopi.

    4. Membandingkan tingkat serangan hama pada sistem agroforestry kopisederhana dan sistem agroforestry kopi multistrata.

    D.

    Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para petani

    sebagai salah satu bahan masukan dalam pelaksanaan pengelolaan lahan

    berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun

    penyediaan jasa lingkungan.

  • 7/22/2019 E06ase

    20/51

    3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. AgroforestryNair (1989) menyebutkan bahwa agroforestry adalah suatu nama kolektif

    untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras

    berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan sebagainya)

    ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan

    suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal,

    dan didalamya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi diantara komponen yang

    bersangkutan.

    Sistem agroforestry kopi sederhana adalah sistem penggunaan lahan,

    dimana kopi sebagai tanaman pokok dan pohon Fabaceae sebagai penaung dan

    sebagai penambah unsur N dalam tanah. Pohon penaung biasanya dadap

    (Erythrina sububrams), atau gamal (Gliricidia sepium) (Hairiah et. al., 2004).

    Sistem agroforestry kopi multistrata adalah sistem penggunaan lahan

    dengan kopi sebagai tanaman pokok dan sebagai pohon penaung digunakan pohon

    jenis Fabaceae serta pohon buah-buahan seperti nangka, durian, alpukat,

    cempedak atau pohon penghasil kayu seperti jati, akasia (Hairiah et. al., 2004).

    B. Tanaman Kopi (Coffea sp.)1. Biologi

    Kopi adalah spesies tanaman yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan

    genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan tingginya dapat

    mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh

    berhadapan pada batang dan cabang.

    Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai

    perakaran dangkal. Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga

    tidak mudah rebah. Namum, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman

    kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang

    bawahnya berasal dari semai. Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit

    setek, cangkok, atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak

    memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.

  • 7/22/2019 E06ase

    21/51

    4

    Tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bunga kopi

    berukuran kecil. Mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga

    berwarna hijau. Pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal

    biji. Benang sari terdiri dari 5 7 tangkai berukuran pendek. Bila bunga sudah

    dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka, kemudian segera terjadi

    penyerbukan. Setelah itu, bunga akan berkembang menjadi buah. Waktu yang

    diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang sekitar 6 11

    bulan, tergantung jenis kopi dan faktor lingkungan. Bunga kopi biasanya akan

    mekar pada awal musim kemarau. Dengan demikian, di akhir musim kemarau

    telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik.

    Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian

    yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan lapisankulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras. Buah kopi mengandung dua butir

    biji, tetapi terkadang hanya mengandung satu butir atau bahkan tidak berbiji

    (hampa) karena bakal biji tidak berkembang secara sempurna. Biji terdiri dari

    kulit biji dan lembaga. Lembaga (endosperm) merupakan bagian yang

    dimanfaatkan untuk membuat minuman kopi (Najiyati, 2004).

    2. Syarat TumbuhTanaman kopi mempunyai sifat yang khusus karena masing-masing jenis

    menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor lingkungan yang sangat

    mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi antara lain ketinggian tempat, curah

    hujan, sinar matahari, angin, dan tanah (Najiyati, 2004).

    a. Ketinggian TempatKetinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap

    pertumbuhan tanaman kopi. Faktor suhu udara berpengaruh langsung terhadap

    pertumbuhan tanaman kopi, terutama pembentukan bunga dan buah serta

    kepekaan terhadap serangan penyakit. Pada umumnya, tinggi rendahnya suhu

    udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan air laut.

    b. Curah HujanHujan merupakan faktor iklim terpenting setelah ketinggian tempat. Faktor

    ini bisa dilihat dari curah hujan dan waktu turunnya hujan. Curah hujan akan

    berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan tanaman.

  • 7/22/2019 E06ase

    22/51

    5

    Waktu turunnya hujan berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan

    buah, seperti pada kopi robusta dan arabika. Tanaman kopi umumnya tumbuh

    optimum di daerah dengan curah hujan 2.000 3.000 mm/tahun.

    c. MatahariPada umumnya, kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam

    jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari baur/difus. Sengatan sinar

    matahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari

    tanah dan daun sehingga menganggu keseimbangan proses fotosintesis,

    terutama pada musim kemarau.

    Selain berpengaruh terhadap fotosintesis, sinar matahari juga berpengaruh

    terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang cukup

    banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Dengan demikian, bilasepanjang tahun tanaman kopi mendapatkan sinar matahari langsung secara

    terus menerus maka tanaman akan membentuk bunga sepanjang tahun.

    Akibatnya pembungaan menjadi tidak teratur dan tanaman menghasilkan

    bunga melebihi kemampuannya sehingga jumlah bunga yang berhasil menjadi

    buah sedikit.

    Untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya di antara tanaman

    kopi ditanam tanaman penaung. Tanaman penaung ini diatur sehingga

    tanaman kopi bisa tumbuh di tempat yang teduh dan mendapatkan sinar

    matahari cukup.

    d. AnginPeranan angin adalah membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari

    tanaman satu ke putik bunga lain yang berbeda klon. Dengan demikian, terjadi

    penyerbukan yang dapat menghasilkan buah.

    Selain berpengaruh positif terhadap tanaman kopi, terkadang angin juga

    berpengaruh negatif, terutama bila angin kencang. Angin kencang secara

    langsung akan merusak tajuk tanaman atau menggugurkan bunga. Angin

    kencang yang datang pada musim kemarau juga akan mempercepat terjadinya

    evapotranspirasi (penguapan air dari tanaman dan tanah) sehingga

    mengakibatkan kekeringan.

  • 7/22/2019 E06ase

    23/51

    6

    e. TanahSecara umum, tanaman kopi menghendaki tanah gembur, subur, dan kaya

    bahan organik. Oleh karena itu, tanah di sekitar tanaman harus sering diberi

    pupuk organik agar subur dan gembur sehingga sistem perakaran tumbuh

    baik.

    Selain tanah gembur dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki

    tanah yang agak masam, yaitu antara pH 4,5 6,5 untuk kopi robusta dan pH

    5 6,5 untuk kopi arabika. Bila pH tanah kurang dari angka tersebut tanaman

    kopi juga masih dapat tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur

    hara sehingga tanahnya perlu diberi kapur. Sebaliknya, tanaman kopi tidak

    menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari 6,5) sehingga pemberian

    kapur tidak boleh berlebihan.

    C. Hama pada Tanaman Kopi1. Penggerek Cabang Kopi (Xylosandrus compactus Eichhoff), (Xyleborus

    morstatti), Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera

    a. DeskripsiHama ini disebut juga sebagai penggerek cabang kopi, termasuk salah satu

    jenis kumbang ambrosia (ambrosia beetle). Penggerek ini telah ditemukan

    tidak hanya menyerang kopi, tetapi juga menyerang 100 spesies pohon yang

    lain dan tanaman buah termasuk alpukat, jeruk, jambu biji, makadamia,

    pasang, dan beberapa jenis anggrek (Drizd, 2005).

    Penggerek cabang kopi, Xylosandrus compactus, secara tidak sengaja

    terbawa dari Singapura ke Oahu, Hawai pada tahun 1961. Meskipun

    pemerintah Hawaii memberlakukan peraturan pengiriman tanaman berkayu

    dari pulau lain, namun penggerek ini masih lolos dan berkembang di beberapa

    pulau di Hawaii. Penggerek ini berasal dari Asia, tetapi sudah menyebar di

    beberapa daerah seperti Guinea, Afrika Timur dan Barat, Madagaskar,Mauritius, Seychelles, India, Malaysia, Jawa, Sumatra, dan Fiji. Penggerek ini

    juga telah ditemukan di beberapa tempat di Amerika Serikat yaitu Florida,

    Georgia, Alabama, dan Louisiana (Drizd, 2005).

    Xylosandrus compactus ini dianggap sebagai hama yang sangat penting

    karena mereka sangat mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Meskipun

  • 7/22/2019 E06ase

    24/51

    7

    keberadaan mereka terbatas di daerah panas dan tropis, mereka diketahui

    mampu memakan dan berkembang di berbagai pohon dan semak, baik yang

    komersial maupun pohon asli pada suatu daerah (Drizd, 2005).

    b. BiologiKumbang betina berukuran panjang 1,4 1,9 mm dan lebar 0,7 0,8 mm.

    Badan kuat, silindris, panjang, coklat kehitaman, memiliki rambut pada bagian

    kepala depan, dan ekor yang panjang. Kumbang jantan berukuran panjang 0,8

    1,1 mm dan lebar 0,4 0,5 mm, bulat, lebih kecil, merah kecoklatan. Telur

    kecil (0,3 mm lebar x 0,5 mm panjang), putih dan berbentuk oval. Kepala

    larva berbentuk kapsul coklat. Tubuh putih krem dan bulat telur. Larva

    mempunyai panjang sama dengan dewasanya (Dixon, 2005).

    Hanya kumbang betina yang menyerang tanaman inang. Kumbang betina

    tinggal hanya dalam lubang gerek, dan dapat berkembang secara

    partenogenesis (produksi telur tanpa fertilisasi). Dalam lubang gerek kumbang

    betina membangun lorong sepanjang 1 3 cm dalam ukuran yang kecil dan

    menetaskan telurnya. Satu atau lebih kumbang betina dapat berada dalam

    lubang gerek cabang tersebut. Secara umum, hanya ada satu kumbang betina

    jika diameter cabang berukuran kurang dari 7 mm, tetapi dalam cabang yang

    berukuran 8 22 mm dapat ditemukan lebih dari 20 kumbang betina. Larva

    memakan jamur ambrosia (Fusarium solani (Mart.) Sacc.) yang berkembang

    dalam lubang dan merusak tanaman inang. Perkawinan dari serangga dewasa

    terjadi dalam lubang gerek. Serangga dewasa keluar dari lubang yang dibuat

    oleh induknya, yang terletak pada bagian bawah cabang. Dalam waktu 28 hari

    pada suhu 25oC, telur berkembang menjadi dewasa (Dixon, 2005).

    c. Pohon inangLebih dari 224 species tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang

    penggerek cabang ini. Tanaman inang di Florida yaitu :Acer barbatum Michx,

    A. negundo L, A. rubrum L, Callicarpa americana L, Carya illinoensis

    (Wang.) K. Koch, C. glabra(Mill.) Sweet, Cassia fistula L, Cattleya skinneri

    Lindl. Celtis laevigata Willd, Cercis canadensis L, Cinnamomum camphora

    (L.) Nees dan Eberm, Cornus florida L, Dendrobium pulchellum Roxb,

    Khaya nyasica Stapbf, Koelreuteria elegans (Seem.) A.C. Sm, Liquidambar

  • 7/22/2019 E06ase

    25/51

    8

    styraciflua L., Macadamia ternifolia F.V. Muell, Magnolia grandiflora L.

    Malus pumila Mill.,Mangifera indicaL., Ostrya virginiana (Mill.) K. Koch,

    Persea americana Mill., P. borbonia (L.) Spreng., Platanus occidentalis L.,

    Quercus laurifolia Michx., Q. Nigra L., Salix sp., Sambucus simpsonii

    Rehder, dan Symplocos tinctoria (L.) LHer (Dixon, 2005).

    Gambar 1. Kumbang betinaXylosandrus compactus (Dixon, 2005).

    d. Siklus hidupKumbang betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggerek

    lubang selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu

    perkembangan jamur Ambrosia yang dibawa masuk ke lubang. Sesudah

    dinding dalam lubang diselubungi jamur, kumbang betina kawin dengan

    kumbang jantan yang sudah ada di dalam lubang. Kemudian kumbang betina

    meletakkan telur yang jumlahnya sekitar 30 50 butir. Telurnya diletakkan

    dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8 15 butir/kelompok. Sesudah lima

    hari, telurmenetas menjadi larva. Larva berumur 10 hari kemudian menjadi

    pupa. Stadia pupanya 7 hari, dan setelah itu keluar sebagai kumbang dewasa.

    Pada stadia larva ada tawon parasitoid yang menyerang larva yaitu

    Tetrastichus. Penggerek cabang dewasa dapat terbang dari pohon tempat

    berkembangbiaknya ke pohon lain (Hindayana et.al., 2002).

    e. Cara pengendalianKondisi tanaman yang lemah merupakan faktor utama terjadinya serangan

    penggerek cabang kopi. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya serangan

    dan penyebarannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

    1) Secara teknis.Pengendalian secara teknis dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan

    tanaman yaitu dengan memberikan kondisi lingkungan yang optimal bagi

    pertumbuhan tanaman kopi, antara lain dengan: (a) memberikan

    penaungan sekitar 30% agar aktivitas fotosintesis tanaman kopi tetap

  • 7/22/2019 E06ase

    26/51

    9

    teratur; (b) menjaga kesuburan tanah, menjaga pH tanah tetap seimbang

    dan menjaga kelembaban tanah tetap sesuai bagi pertumbuhan tanaman

    kopi.

    2) Secara mekanis.Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan menjaga

    kebersihan lingkungan dari sumber serangan yaitu dengan memotong dan

    memusnahkan material tumbuhan yang telah terserang. Pemusnahan dapat

    dilakukan dengan membakar cabang-cabang yang terserang agar telur,

    larva dan serangga dewasa yang masih ada di dalamnya mati.

    3) Secara biologi.Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan mempertahankan

    keberadaan musuh alami. Literatur menyebutkan bahwa setidaknya adasatu jenis parasit yang menyerang penggerek cabang yaitu jenis tabuhan

    eulophid dari genus Tetrastichus.

    4) Secara kimia dengan pestisida.Pengendalian secara kimia dengan pestisida ini tidak

    direkomendasikan dan merupakan pilihan terakhir apabila pengendalian

    cara lain sudah tidak memungkinan, karena dapat membunuh musuh alami

    yang berguna. Mengingat bahwa penggerek cabang kopi merupakan hama

    yang menyerang di dalam bagian tanaman, maka pestisida yang efektif

    digunakan adalah jenis-jenis sistemik yang perlu diperhitungkan dampak

    residunya.

    2. Penggerek Buah Kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei), Famili Scolytidae,Ordo Coleoptera

    a. DeskripsiPenggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak

    biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Umumnya, hanya

    serangga betina yang sudah kawin akan menggerek buah kopi; biasanya

    masuk ke dalam buah dengan membuat lubang kecil pada ujung buah.

    Kumbang betina menyerang buah kopi dari mulai buah sedang terbentuk (8

    minggu setelah berbunga) sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling

  • 7/22/2019 E06ase

    27/51

    10

    disukai. Kumbang betina terbang dari pagi hingga sore (Hindayana et. al.,

    2002).

    Kumbang dan larva PBKo menyerang buah kopi yang sudah cukup keras

    dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga

    menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang

    buah kopi di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan. Selain hidup

    dalam buah kopi, hama ini juga menyerang tanaman Tephrosia, Crotalaria,

    Caesalpinia, dan Leucaena glauca yang sering digunakan sebagai tanaman

    penaung/penutup tanah (Najiyati, 2004).

    b. BiologiPenggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7 1,7 mm,

    berbadan bulat dengan kepala berbentuk segi tiga yang ditutupi oleh rambut-

    rambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan

    Telurnya menetas dalam waktu sekitar 4 hari, lalu berubah menjadi larva

    berwarna putih dan bermulut cokelat (Najiyati, 2004).

    Gambar 2. Penggerek buah kopi dewasa (Hindayana et. al.,2002).

    c. Siklus hidupKumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 31 50

    butir. Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4

    hari telur menetas menjadilarvayang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian

    larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari

    kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan

    kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup

    dalam waktu 20 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam

    waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah

    yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang

    hidupnya tetap berada di dalam buah (Hindayana et. al., 2002).

  • 7/22/2019 E06ase

    28/51

    11

    d. Cara pengendalian :Kondisi tanaman yang lemah merupakan faktor utama terjadinya serangan

    penggerek buah. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya serangan dan

    penyebarannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

    1) MekanikDilakukan dengan memetik buah sehat yang tertinggal di pohon kopi

    maupun pengumpulan buah yang jatuh. Cara ini dilakukan untuk

    menghilangkan sumber makanan sehingga penggerek buah ini tidak dapat

    berkembangbiak dan siklus hidupnya terputus. Selain itu juga dilakukan

    dengan memetik buah yang terserang kemudian dijemur agar penggerek

    buah yang ada di biji dalam bentuk telur, larva, pupa maupun dewasanya

    mati. Cara ini diharapkan dapat mengurangi populasi yang ada di lapangan(Hindayana et.al., 2002).

    2) BiologiDapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang

    penggerek buah. Salah satu musuh alami yang digunakan adalah

    Beauveria bassiana (Bb) yaitu dengan; (1) memetik buah masak pertama

    yang terserang, dikumpulkan, dicampur dengan Bb, dan dibiarkan selama

    satu malam, kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga dapat

    menularkan Bb kepada pasangannya di kebun; (2) Pemakaian Bb

    dilakukan pada saat kulit tanduk buah sudah mengeras (Hindayana et. al.,

    2002).

    3. Kutu Putih (Ferrisia virgata), Famili Coccidae, Ordo Homopteraa. Deskripsi

    Kutu putih mempunyai cara hidup dan menyerang yang hampir sama

    dengan kutu dompolan, yaitu mengisap cairan kuncup bunga, buah muda,

    daun muda, dan bagian cabang yang masih muda.

    Kutu putih juga berwarna putih seperti kutu dompolan. Pada tubuhnya

    terdapat benang-benang panjang berwarna putih. Kutu putih jantan bersayap

    dan berwarna cokelat. Pada ujung abdomen (perut) terdapat dua helai benang

    panjang.

  • 7/22/2019 E06ase

    29/51

    12

    Kotoran kutu putih mengandung gula dari tanaman; jika kotoran dibuang

    pada daun kopi, jamur dapat tumbuh pada kotoran tersebut dan merusak daun

    kopi. Jamur tersebut juga dapat mengurangi sinar matahari yang diserap oleh

    daun, sehingga mengganggu fotosintesis. Jamur ini biasanya berwarna hitam,

    yang dikenal dengan embun jelaga (Hindayana et.al., 2002).

    Selain menyerang tanaman kopi, hama ini juga menyerang tanaman

    lamtoro. Oleh sebab itu, sering disebut juga sebagai kutu lamtoro. Tanaman

    lain yang sering diserang antara lain dadap dan Tephrosia (Najiyati, 2004).

    Gambar 3. Kutu putih dewasa jantan (Hindayana et. al.,2002)

    b. Cara pengendalian :1) Secara mekanik

    Dilakukan dengan mengatur kondisi tanaman agar tetap sehat,

    termasuk pasokan air dan tanaman harus selalu dijaga selama periode

    panennya.

    2)

    Secara biologiPengendalian ini dilakukan dengan mempertahankan musuh alami.

    Musuh alami kutu putih adalah semut, yang sering memakan kutu putih.

    Selain itu semut mendapat embun madu yang menambah proteinnya.

    4. Kutu Hijau (Coccus viridis), Famili Coccidae, Ordo Homopteraa. Deskripsi

    Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun

    dan cabang yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning danmengering. Kutu ini biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan bawah

    daun, terutama pada tulang daun (Najiyati, 2004).

    Kutu hijau adalah serangga yang tidak berpindah tempat pada fase

    hidupnya sehingga tetap tinggal di satu tempat untuk menghisap cairan

    tanaman. Kutu hijau menyerang cabang dan daun kopi arabika dan robusta.

  • 7/22/2019 E06ase

    30/51

    13

    Kutu hijau berkembangbiak dengan baik pada musim kemarau dan lebih

    banyak ditemukan di dataran rendah dari pada di dataran tinggi (Hindayana et.

    al., 2002).

    Kutu hijau gerakannya tidak terlihat biasanya dicirikan dengan adanya

    bercak hitam sepanjang garis yang dilewatinya. Pada bagian kepala paling

    ujung terdapat ada bercak hitam (Pineseet. al., 2005).

    b. BiologiKutu hijau yang sudah dewasa berbentuk bulat telur dengan panjang 2,5

    5 mm, tubuhnya dilindungi oleh perisai yang agak keras, dan berwarna hijau

    muda hingga hijau tua. Kutu ini juga mengeluarkan cairan madu sehingga

    disukai oleh semut (Najiyati, 2004).

    Gambar 4. Kutu hijau menyerang cabang tanaman kopi (Hindayana et. al.,

    2002).

    c. Siklus hidupTelur diletakkan di bawah badan kutu betina sampai menetas. Kutu betina

    dapat bertelur beberapa ratus butir. Waktu bertelur sampai menetas adalah 45-

    65 hari. Nimfa tetap berada di bawah badan induknya sampai cukup

    ditemukan waktu untuk pindah tempat dan hidup terpisah. Kutu jantan dewasa

    jarang sekali ditemukan, kebanyakan koloni kutu berkelamin betina. Kematian

    kutu hijau mencapai 75 80% karena pemangsa, parasitoid, dan jamur

    (Hindayana et. al., 2002).

    d. Cara pengendalian :Pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian biologi yaitu dengan

    mempertahankan musuh alami. Musuh alami kutu hijau antara lain, predator,

    yaitu hewan yang memangsa kutu hijau. Contohnya kumbang helm dan

    larvanya, lebah kenyan (Diversinervus) yang telah diujicobakan di perkebunan

    kopi di Queensland dengan hasil yang sangat efektif, predator kutu putih

  • 7/22/2019 E06ase

    31/51

    14

    (Cryptolaemus montrouzieri) (Boone, 2005). Semut merupakan salah satu

    predator kutu hijau. Semut memerlukan makanan tambahan berupa gula.

    Untuk mendapatkan gula, semut mencari cadangan gula seperti embun madu

    (yang dikeluarkan oleh serangga penghisap cairan). Kutu hijau merupakan

    salah satu serangga yang menghasilkan embun madu. Semut memang

    memerlukan gula dari serangga penghasil embun madu tetapi jika jumlah gula

    yang dihasilkan oleh serangga ini lebih besar dari kebutuhan koloninya, maka

    semut akan membunuh serangga tersebut.

    Beberapa parasitoid kecil seperti Coccophagus rusti dan Encarsia sp.

    secara periodik menyebabkan kematian kutu hijau. Selain itu jamur

    (Verticillium lecanii) dapat menyebabkan kematian kutu hijau sampai 90 %

    selama musim penghujan dan akhir musim kemarau (Hindayana et. al., 2005).

    5. Penggerek Batang Kopi (Zeuzera coffeae), Famili Cossidae, OrdoLepidoptera

    a. DeskripsiZeuzera coffeaemerupakan serangga nokturnal. Ngengat keluar dari pupa

    pada jam 5 7 sore hari. Pada malam hari pertama ngengat mulai aktif sekitar

    jam 21.00 23.00 dan hari berikutnya mulai aktif segera setelah hari gelap

    (Husaeni, 2001).

    Ulat ini merusak bagian batang dengan cara menggerek empulur (xylem)

    batang, selanjutnya gerekan membelok ke arah atas. Menyerang tanaman

    muda. Pada permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran

    kotoran dengan serpihan jaringan. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas

    lubang gerekan akan merana, layu, kering dan mati.

    Gambar 5. Ulat penggerek di dalam cabang kopi (Hindayana et. al, 2002)

    b. Siklus hidupTelurZeuzera coffeae berwarna kuning kemerahan/kuning ungu dan akan

    berubah menjadi kuning kehitaman, menjelang menetas. Telur diletakkan

  • 7/22/2019 E06ase

    32/51

    15

    dicelah kulit kayu. Ulat berwarna merah cerah sampai ungu,sawo matang,

    panjangnya 3-5 cm. Kepompong dibuat dalam liang gerekan. Sayap depan

    ngengat berbintik hitam dengan dasar putih tembus pandang. Seekor betina

    dapat meletakkan telur 340-970 butir (Hindayana ). Siklus hidupnya 1 tahun

    (Kalshoven, 1981).

    c. Cara pengendalianUntuk mencegah serangan dan penyebaran penggerek batang dilakukan

    upaya pengendalian. Pengendalian yang dilakukan antara lain :

    1) Secara mekanisDilakukan dengan memangkas batang yang diserang dan membunuh

    larvanya.

    2) Secara biologiDilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung pelatuk.

    Burung ini memakan larva penggerek batang.

    D. Pohon PenaungTanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari tidak penuh dengan

    penyinaran teratur. Penyinaran yang tidak teratur mengakibatkan pertumbuhan

    tanaman dan pola pembungaan menjadi tidak teratur pula serta tanaman terlalu

    cepat berbuah, tetapi produksinya sedikit dan cepat menurun. Oleh sebab itu,tanaman kopi memerlukan pohon penaung yang dapat mengatur intensitas sinar

    matahari sesuai yang dikehendaki.

    Menurut Najiyati (2004), selain bermanfaat sebagai pengatur sinar

    matahari, pohon penaung juga bermanfaat lain yaitu :

    1) Pohon penaung menghasilkan bahan organik berupa daun-daun yang dapatmenyuburkan tanah.

    2) Akar pohon penaung yang mengandung bintil akar dapat menyerap unsur Ndari udara sehingga bisa menyuburkan tanah.

    3) Pohon penaung mempunyai akar yang dalam sehingga mampu menyerapunsur hara dari tanah bagian dalam. Unsur hara tersebut akan menyuburkan

    tanah bagian atas sehingga dapat diserap oleh tanaman kopi bila daun-daun

    pohon penaung gugur dan terurai dalam tanah.

  • 7/22/2019 E06ase

    33/51

    16

    4) Pohon penaung dapat menahan erosi karena tajuk dan daun yang jatuh dapatmenahan terpaan air hujan, sedangkan akarnya dapat menahan butiran-butiran

    tanah yang hanyut.

    5) Tajuk pohon penaung dapat menahan terpaan angin sehingga tanaman kopiterhindar dari kerusakan.

    6) Tajuk pohon penaung yang rindang bisa membuat udara di bawah pohonmenjadi sejuk sehingga pada musim kemarau dapat mengurangi kekeringan.

    7) Daunnya bisa dipakai sebagai makanan ternak dan kayunya bisa dipakaisebagai bahan bakar atau keperluan lain.

    Agar bermanfaat maka tanaman penaung harus mempunyai syarat-syarat

    sebagai berikut :

    1)

    Tanaman mudah tumbuh sehingga tidak banyak memerlukan perawatan.2) Pohonnya tinggi dan bertajuk rindang.3) Pertumbuhannya cepat, banyak menghasilkan daun, dan tahan pemangkasan.4) Daunnya cepat membusuk.5) Perakaran dalam6) Batang dan cabang kuat sehingga tidak mudah patah.7) Tidak mudah terserang hama dan penyakit, khususnya yang menyerang

    tanaman kopi.

    8) Tajuk dan akar tidak mengganggu tanaman kopi9) Bijinya tidak banyak dan tidak tersebar sehingga tidak mudah tumbuh menjadi

    gulma.

    10)Daunnya bisa dijadikan pakan ternak dan kayunya untuk bahan bakar ataukeperluan lain.

    11)Tidak bersifat menggugurkan daun, terutama pada musim kemarau.1. Jenis Pohon Penaung :a. Dadap (Erythrina sp)

    Saat ini dadap sudah tidak banyak digunakan sebagai penaung tanaman

    kopi karena pohon ini menggugurkan daun pada musim kemarau. Padahal

    pada musim kemarau tanaman kopi memerlukan banyak naungan. Disamping

    menggugurkan daun pada musim kemarau, kayunya tidak begitu kuat serta

  • 7/22/2019 E06ase

    34/51

    17

    mudah terserang penggerek batang dan jamur upas yang juga bisa menyerang

    kopi (Najiyati, 2004).

    b. Lamtoro (kemlandingan, petai cina,Leucaena sp.)Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit (Fabaceae, Mimosoidae) adalah

    spesies pohon serbaguna yang berasal dari Mexico dan Amerika Selatan.

    Tanaman ini digunakan untuk makanan ternak, kayu bakar, pengendalian

    erosi, penambah nitrogen dan merupakan salah satu tanaman yang

    pertumbuhannya cepat dan perkembangbiakannya mudah. Tanaman ini sudah

    ditanam sangat luas di berbagai daerah (Nair, 2001).

    Ketenaran lamtoro sebagai penaung tanaman kopi menjadi pudar setelah

    pada awal tahun 1986 muncul serangan kutu loncat (Heteropsylla sp.) secara

    besar-besaran. Kutu ini menyerang semua jenis lamtoro hampir di seluruhIndonesia. Serangan kutu loncat banyak menimbulkan kerugian, bukan saja

    bagi petani kopi, tetapi juga peternak yang banyak mengandalkan daun

    lamtoro sebagai pakan ternak.

    Apabila menganggap lamtoro sebagai pilihan terbaik untuk tanaman

    penaung, dianjurkan mencampurnya dengan tanaman penaung jenis lain.

    Dengan demikian, bila terjadi serangan kutu loncat tidak akan menimbulkan

    kerugian besar (Najiyati, 2004).

    c. Sengon (Paraserianthes falcataria)Pohon yang tingginya mencapai 40 m. Batang utama lurus, berbentuk

    silinder, bebas cabang hingga 20 m dan diameternya mencapai 100 cm atau

    lebih, tidak berbanir atau dengan banir kecil. Buah berupa polong pipih, tidak

    bersekat, merekah disepanjang kedua kampuhnya, berbiji banyak.

    Kayu ini termasuk ringan dan cocok misalnya untuk konstruksi ringan,

    mebel, bahan pengepak seperti kotak cerutu, kotak rokok, bahan korek api

    juga untuk bahan sepatu, papan partikel, papan wol kayu, untuk pembuatan

    kertas dan rayon. Kayu ini tidak tahan lama dan mudah terserang serangga dan

    jamur. Pohon sengon ditanam dalam rangka reboisasi atau penghijauan lahan

    gersang, juga untuk kayu bakar dan pembuatan arang (Sutisna et.al.,1998).

  • 7/22/2019 E06ase

    35/51

    18

    2. Jenis Pohon Lainnyaa. Sonokeling (Dalbergialatifolia)

    Sonokeling pohonnya kecil hingga besar dengan tinggi mencapai 43 m.

    Batang utama lurus atau bengkok dengan diameter hingga 150 (-180) cm,

    bebas cabang hingga 3 -10 (-12) m, banir tidak ada atau tampak jelas, berakar

    tunggang. Daun berselang-seling, bunganya berupa payung berkelamin dua,

    buah polong yang tidak merekah dan biji berbentuk ginjal, memipih.

    Kayu sonokeling banyak digunakan untuk bahan perabot rumah tangga

    kelas tinggi, vinir yang indah, bingkai pintu dan jendela, alat musik, barang

    ukiran, dan kayu patung. Sonokeling banyak digunakan dalam sistem

    agroforestry di daerah Jawa dan India (Sutisna et.al.,1998).

    b.

    Mahoni (Swietenia mahagoni)Pohonnya kecil sampai besar, berumah satu, tetapi sering berfungsi seperti

    berumah dua, tingginya sampai 40 (-60) m. Batang utama lurus, silindris,

    bebas cabang sampai 18 (-25) m, diameter 150 (-200) cm, dengan banir yang

    lebar. Sekarang mahoni ditanam di seluruh daerah tropika termasuk Malaysia,

    Indonesia dan Pilipina.

    Mahoni merupakan kayu paling bagus untuk perabot rumah berkelas

    tinggi. Kepopulerannya terutama karena penampilannya menarik, mudah

    dikerjakan, dapat menerima sentuhan akhir yang bagus dan stabil. Pohon

    mahoni sering digunakan dalam program penghijauan dan sebagai peneduh di

    Hutan Tanaman Dipterocarpaceae (Sutisna et.al.,1998).

    c. Kayu Afrika (Maesopsis eminii)Kayu Afrika ditemukan di Tropis Afrika, diintroduksi ke Jawa dan tumbuh

    di pekarangan rumah. Membutuhkan banyak cahaya dan menjadi tujuan

    umum perkayuan. Perkebunan saat ini dikebangkan di Sumatra (Nair, 2001).

    d. Durian (Durio zibethinus)Pohon kecil sampai besar, mencapai tinggi hingga 50 (-60) m. Batang

    utama lurus dan berbentuk silinder, bebas cabang sampai 35 m, diameter

    hingga 120 (-140) cm, banir biasanya ada, kecil dan membulat, kadangkala

    besar, akar nafas kadang-kadang timbul bila tumbuh di rawa.

  • 7/22/2019 E06ase

    36/51

    19

    Pohon ini mempunyai kegunaan yaitu kayunya untuk konstruksi dalam,

    cukup tahan lama asalkan tidak di tempat terbuka. Setelah diawetkan dapat

    digunakan untuk kusen, banyak juga dipakai untuk perabot sederhana. Buah

    sangat digemari di Asia Tenggara. Bijinya setelah direbus dapat dimakan

    sebagai nyamikan. Tunas dan buah mudanya untuk sayur. Kulit buahnya

    untuk kayu bakar (Sutisna et.al.,1998).

    e. Nangka (Arthocarpus heteropylus)Pohon kecil hingga besar, tingginya mencapai 40 (-60) m, selau hijau atau

    luruh daun, menghasilkan getah putih dari seluruh bagian pohon. Batang

    utama lurus atau berbentuk silinder, kadang-kadang tidak teratur, bebas

    cabang hingga 20 m, berdiameter hingga 15 (-300) cm, kadang-kadang

    berbanir.Jenis ini digunakan untuk konstruksi ringan, kemasan dan kayu lapis,

    kadang-kadang juga untuk perabot rumah. Banyak jenis Arthocarpus

    merupakan penghasil buah. Pepagan, daun, akar dan getahnya digunakan

    untuk obat-obatan (Sutisna et.al.,1998).

  • 7/22/2019 E06ase

    37/51

    20

    III. METODOLOGI

    A. Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten

    Lampung Barat, Propinsi Lampung dari Bulan Juni sampai dengan Bulan

    Agustus 2005.

    B. Bahan dan Alat1. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Etanol 70 %

    2. AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,

    pengukur waktu, meteran (pengukur jarak), kompas, tabung film, gunting

    pangkas, pinset, mikroskop dan preparat.

    C. Jenis DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

    data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

    pengamatan di lapangan dan data sekunder diperoleh dari informasi mengenai:

    1.

    Keadaan umum lokasi penelitian, yang meliputi letak dan keadaan fisiklingkungan dan data sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

    2. Keadaan kawasan agroforestry, meliputi luas lahan, topografi, kelerengan,kondisi penutupan lahan.

    3. Data lain yang diperlukan untuk melengkapi data yang sudah ada darisumber pustaka yang sesuai.

    D. Metode1. Penarikan Contoh

    Penarikan contoh dilakukan dari survey awal sebanyak 88 titik

    pengamatan kebun kopi yang kemudian dikumpulkan dan diklasifikasikan

    menjadi 2 sistem agroforestri kopi yaitu sistem agroforestri kopi

    sederhana dan sistem agroforestri kopi multistrata. Kriteria yang

    digunakan untuk membedakan antara sistem agroforestri kopi sederhana

  • 7/22/2019 E06ase

    38/51

    21

    dan sistem agroforestri kopi multistrata adalah jumlah spesies pohon

    penaung yang ada pada tiap-tiap sistem pengelolaan. Sistem agroforestri

    kopi sederhana adalah kopi yang ditanam bersama dengan satu atau dua

    jenis tanaman penaung dari famili Fabaceae seperti gamal (Gliricidia

    sepium), dadap (Erythrina sp.), sengon (Paraserianthes falcataria) atau

    lamtoro (Leucaena leucocephala), sedangkan sistem agroforestri kopi

    multistrata adalah kopi yang ditanam bersama dengan sedikitnya tiga

    jenis tanaman penaung baik dari famili Fabaceae, tanaman buah-buahan

    maupun tanaman kayu-kayuan (Hairiah et al., 2004). Dari hasil klasifikasi

    sistem agroforestri kopi diperoleh 43 titik pengamatan berupa sistem

    agroforestri kopi sederhana dan 45 titik pengamatan berupa sistem

    agroforestri kopi multistrata.Dari masing-masing sistem agroforestri kopi tersebut diambil 16

    titik contoh secara acak, sehingga didapatkan 32 titik pengamatan. Pada

    tiap titik pengamatan dibuat satu plot contoh berukuran 40 m x 5 m.

    Penempatan plot disesuaikan dengan kondisi lahan seperti terlihat pada

    Gambar 6.

    Gambar 6. Bentuk plot pengamatan

    Pada setiap plot dilakukan pengamatan dengan:

    a. Menghitung jumlah pohon kopi.b. Mengamati hama-hama yang ada pada setiap pohon kopi.c. Menghitung jumlah batang kopi yang diserang oleh masing-masing

    hama dan persen serangannya pada masing-masing pohon.

    d. Menghitung jumlah cabang pada masing-masing pohon kopi.

    100 m

    100 m

    5 m

    40 m

  • 7/22/2019 E06ase

    39/51

    22

    e. Mengamati cabang pada pohon kopi dimana dari tiap pohon diambil 3cabang bagian bawah, tengah dan atas sebagai contoh.

    f. Mengambil sampel cabang dari tiap pohon kopi untuk diamati lebihlanjut

    g. Mengamati dan mengambil contoh serangga pada setiap pohonpenaung dan pencampur

    h. Mengukur dan mencatat jenis tanaman yang ada dan kondisilingkungannya.

    2. WawancaraWawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan kuisioner

    dengan narasumber petani pengelola sistem agroforestry kopi. Isi

    kuisioner mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitutahun tanam, luasan, jenis kopi yang ditanam, jenis tanaman penaungnya,

    jenis hama yang pernah menyerang tanaman kopi dan tanaman penaung,

    dan pengendalian yang pernah dilakukan.

    3. Studi LiteraturDilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi-

    instansi terkait serta hasil-hasil penelitian sebelumnya.

    E. Analisis DataData yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut:

    1. Persen serangan (S)Persen serangan menyatakan perbedaan banyaknya pohon yang

    terserang terhadap jumlah pohon total dalam luasan lahan tersebut. Rumus

    yang digunakan untuk menghitung persen serangan sebagai berikut :

    S (%) = %100xN

    n

    n = Jumlah pohon yang terserang suatu jenis hama pada plot

    N = Jumlah pohon kopi dalam plot

    Intensitas serangan dan persen serangan diklasifikasikan :

    < 25 % = Ringan

    > 25 % - < 50 % = Sedang

    > 50 % - < 90 % = Berat

  • 7/22/2019 E06ase

    40/51

    23

    > 90 % = Puso

    2. Intensitas serangan (Sb)Intensitas serangan adalah banyaknya bagian pohon yang terserang

    terhadap jumlah total bagian pohon tersebut. Pada tanaman kopi yang agak

    mudah untuk menghitung intensitas serangannya adalah serangan pada

    cabang oleh penggerek cabang. Rumus yang digunakan untuk menghitung

    intensitas serangan sebagai berikut:

    Sb(%) = %100xN

    n

    b

    n = Jumlah cabang yang terserang pada pohon

    Nb = Jumlah total cabang pada pohon

    3.

    Uji Nilai t hitungUji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara intensitas

    serangan dan persen serangan pada sistem agroforestri kopi sederhana dan

    sistem agroforestri kopi multistrata. Rumus untuk menghitung nilai t

    hitung sebagai berikut :

    t =

    21

    21

    YYS

    YY

    Keterangan :

    t = Nilai t hitung

    1Y = Rata rata variabel 1

    2Y = Rata rata variabel 2

    21 YYS

    = Simpangan baku

    Perbedaan banyaknya lubang gerek pada berbagai posisi pada tiap-

    tiap sistem pengelolaan kebun diuji dengan nilai beda nyata terkecil (BNT)

    dari analisa keragaman dengan menggunakan perangkat lunak Genstat 8.

    4. Indeks KeragamanBerdasarkan pada dugaan bahwa keragaman species tanaman

    penaung berpengaruh terhadap serangan hama penggerek cabang, maka

    dilakukan penghitungan indeks keragaman tanaman penaung pada tiap-

    tiap plot contoh. Indeks keragaman tersebut dihitung berdasarkan rumus

  • 7/22/2019 E06ase

    41/51

    24

    yang dikembangkan oleh Shanon and Winner sebagai berikut (Krebs,

    1989):

    H = pi ln pi

    dimana:

    H = Indeks Keragaman

    pi = ni/N

    ni = Jumlah individu spesies i

    N = Jumlah seluruh individu

    Indek keragaman diklasifikasikan sebagai berikut:

    H < 1 = Rendah

    H > 1 - 3 = Sedang

    H > 3 = Tinggi5. Identifikasi Serangga

    Jenis serangga yang diperoleh di lapangan dikumpulkan

    menggunakan botol preparat untuk diawetkan. Untuk mengetahui jenis-

    jenis serangga lain yang ditemukan pada tiap-tiap plot dilakukan

    identifikasi sampai tingkat famili di laboratorium Hama Hutan, Fakultas

    Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan laboratorium World Agroforestry

    Centre (ICRAF).

  • 7/22/2019 E06ase

    42/51

    25

    IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Letak dan Posisi GeografisKecamatan Sumberjaya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten

    Lampung Barat, Propinsi Lampung. Pada tahun 2000, Kecamatan Sumberjaya

    dimekarkan menjadi dua yaitu Kecamatan Sumberjaya di wilayah timur dan

    Kecamatan Way Tenong di wilayah barat. Secara geografis terletak antara 4o45

    5o15 LS dan 104

    o15 104

    oBT. Batas administratif Kecamatan Sumberjaya lama,

    yaitu:

    Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bukit Bangit Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Kemuning Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pulau Punggung Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sekincau

    Batas-batas Kecamatan Sumberjaya lama berimpitan dengan batas sub

    DAS Way Besai yang terletak di bagian hulu DAS Tulang Bawang (Agus et. al.,

    2002).

    B. IklimKecamatan Sumberjaya termasuk dalam tipe iklim Af menurut klasifikasi

    iklim Koppen atau tipe A berdasarkan Schmidt-Ferguson, yaitu tidak memiliki

    bulan kering. Menurut klasifikasi Oldeman, Kecamatan Sumberjaya termasuk

    dalam zona B1 dengan jumlah bulan basah (CH > 200 mm) = 7 bulan dan jumlah

    bulan kering (CH < 100 mm) = 1 bulan. Curah hujan rata-rata tahunan 2.614 mm.

    Suhu udara rata-rata harian 21,2oC, dengan suhu udara terendah 20,3

    oC dan

    tertinggi 21,7oC. Kelembaban relatif berkisar antara 80 89 %. Musim hujan

    terjadi antara bulan November Mei, sedangkan musim kemarau terjadi antara

    bulan Juni September (Agus et. al., 2002).

    C. TanahJenis tanah di Kecamatan Sumberjaya umumnya Inceptisol, dengan ciri

    tingkat perkembangannya yang relatif muda, berkembang dari bahan induk vulkan

    muda. Pada tingkat great group tanah tersebut terdiri dari Humitropepts,

  • 7/22/2019 E06ase

    43/51

    26

    Dystropepets, Dystrandepts dan Tropaquepts. Humitropepts dan Dystropepts

    mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi, Dystrandepts didominasi abu

    vulkanik vitrik dan Tropaquepts bercirikan regim kelembaban aguik dan

    perbedaan temperatur tahunan < 5oC pada musim panas dan dingin (Agus et. al.,

    2002).

    D. FisiografiBentang alam di Kecamatan Sumberjaya bervariasi dari wilayah yang

    cukup datar hingga berbukit dan bergunung-gunung. Ketinggian tempat di

    Kecamatan Sumberjaya berkisar antara 700 1700 m dpl. Puncak-puncak gunung

    di sekeliling Sumberjaya antara lain : Gunung Subhanallah (1.623 m dpl), Gunung

    Tangkit Tebak (2.115 m dpl) di timur, Gunung Tangkit Begelung (1.213 m dpl)

    di tenggara dan Gunung Sekincau (1.718 m dpl) di barat. Di tengah wilayah

    Kecamatan Sumberjaya terdapat Bukit Rigis dengan ketinggian 1.395 m dpl. Jenis

    bentang alam bukit-bukit berpola wilayah bergelombang terdapat di sebagian

    kecil wilayah Sumberjaya bagian tengah, tepatnya di sebelah utara Bukit Rigis.

    E. HidrologiSungai utama di Kecamatan Sumberjaya adalah Sungai Way Besai. Sungai

    ini memiliki beberapa anak sungai diantaranya Way Petai dan Way Ringki. Aliran

    anak-anak sungai di wilayah sub Das Way Besai secara umum berbentuk

    dendritik sedangkan untuk anak-anak sungai di sekitar Gunung Sekincau, pola

    alirannya berbentuk radial. Hulu sungai yang ada di sub DAS Way Besai berasal

    dari Gunung Tangkit Tebak, dengan anak sungai utama Way Tenong, menuju ke

    barat dan kemudian ke utara menuju sungai utamanya, Way Besai. Rata-rata debit

    bulanan Way Besai yang luas Sub DASnya sekitar 43.985 ha, berkisar antara 11

    33 m3/detik. Debit terkecil terjadi di Bulan Agustus sedangkan debit terbesar di

    Bulan Januari (Agus et. al., 2002).

    F. Keadaan Sosial EkonomiNama Kecamatan Sumberjaya diresmikan oleh Presiden Sukarno pada

    tanggal 14 November 1952 bersamaan dengan kunjungannya untuk peresmian

    Sumberjaya sebagai daerah tujuan Program Transmigrasi di bawah Biro

    Rekonsiliasi Nasional (BRN) dari Jawa Barat dan merupakan pusat pemukiman

  • 7/22/2019 E06ase

    44/51

    27

    baru di Kabupaten Lampung Barat (pada saat itu masih merupakan bagian dari

    wilayah Kabupaten Lampung Utara).

    Secara administratif, Kecamatan Sumberjaya lama terdiri atas 28 desa

    dengan total luas wilayah 54.194 ha atau 10,9% dari luas total Kabupaten

    Lampung Barat. Pada tahun 2000, Kecamatan Sumberjaya dimekarkan menjadi

    dua kecamatan yaitu Kecamatan Sumberjaya di wilayah Timur dan Kecamatan

    Way Tenong di wilayah barat. Masing-masing kecamatan dibagi atas 14 desa.

    Hingga saat ini, data statistik yang tersedia masih belum dipisahkan sesuai dengan

    pemekaran tersebut. Sumberjaya merupakan salah satu kecamatan yang memiliki

    laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, khususnya antara tahun 1978

    1988. Tingkat pertumbuhan pada dekade tersebut tercatat 7,51% per tahun, atau

    terjadi pertumbuhan dari 37.557 jiwa pada 1978 menjadi 79.567 jiwa pada tahun1988. Migrasi spontan dari daerah sekitar Sumberjaya memberikan sumbangan

    terbesar dalam pertambahan penduduk tersebut. Hal ini terkait dengan

    meningkatnya budidaya kopi di wilayah Sumberjaya pada dekade 1970-an dan

    1980-an. Pada dekade berikutnya (1989 1999) pertumbuhan penduduk relatif

    lebih rendah, yaitu 1,04% per tahun atau terjadi pertambahan penduduk dari

    78.759 jiwa pada tahun 1989 menjadi 87.390 pada tahun 1999. Penduduk

    Sumberjaya terdiri dari berbagai etnis; Sunda, Jawa, Bali, Semendo dan etnis

    Lampung asli.

    Di samping tanahnya yang subur untuk kegiatan pertanian, lokasinya yang

    berada di lintasan jalan utama yang menghubungkan Kotabumi (ibukota

    kabupaten Lampung Utara) dan Liwa (ibukota Kabupaten Lampung Barat) serta

    merupakan jalan alternatif menuju Propinsi Bengkulu, secara geografis membuat

    daerah Sumberjaya menjadi strategis dan diduga menjadi faktor penarik pesatnya

    laju pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut.

    Sumber pendapatan utama sebagian besar penduduk Sumberjaya berasal

    dari sektor pertanian, terutama dari budidaya kopi dan kebun campuran.

    Sumbangan budidaya kopi terhadap kegiatan ekonomi penduduk tidak terbatas

    pada hasil produksi kopi semata, akan tetapi juga terbukanya lapangan pekerjaan

    di sektor perdagangan dan jasa (pengangkutan).

  • 7/22/2019 E06ase

    45/51

    28

    Sebagian besar penduduk berpendidikan Sekolah Dasar. Ketersediaan

    fasilitas pendidikan masih relatif sedikit, sebagian besar berupa fasilitas

    pendidikan dasar (54 SD dengan 583 guru), sedangkan fasilitas pendidikan

    menengah (SLTP dan SLTA) jumlahnya relatif terbatas; 4 buah SLTP dengan 96

    guru dan 4 buah SLTA dengan 60 guru.

    G. Keadaan Umum Agroforestry di Kecamatan Sumberjaya

    Status penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya sangat beragam.

    Berdasarkan data monografi Kecamatan Sumberjaya, kawasan yang berstatus

    sebagai hutan negara seluas 31.571 ha (58.3%), perkebunan seluas 12.449 ha

    (23%), dan persawahan seluas 2.447 ha (4.5%). Namun pada kenyataannya

    menurut data terakhir tahun 2000 lahan pertanaman kopi yang terdiri dari

    pertanaman kopi muda, kopi monokultur dan kopi multistrata berjumlah 69% dari

    total luas kecamatan (37.394 ha).

    Dalam pengelolaan kebun kopi yang ada di Sumberjaya diterapkan 2

    sistem agroforestry, yaitu:

    1. Sistem Agroforestry Kopi Sederhana (Simple Shade)Sistem agroforestry kopi sederhana pada dasarnya adalah penanaman kopi

    dengan satu jenis pohon penaung yang membentuk suatu sistem agroforestry

    kopi sederhana, atau kombinasi antara kopi dengan satu jenis pohon penaung.

    Jenis pohon penaung yang ditanam oleh petani umumnya gamal (Gliricidia

    sepium), dadap (Erythrina subumbrans), lamtoro (Leucaena leucocephala)

    atau kayu manis (Cinnamomum burmanii).

    Jarak tanam kopi yaitu 2 m x 2 m untuk setiap penanaman, dan jarak

    tanam pohon penaungnya adalah 4 m x 4 m untuk tanaman jenis gamal

    (Gliricidia sepium) sedangkan untuk penaung lainnya, jarak tanam bisa

    disesuaikan dengan pengelolaan petani. Rata-rata luas lahan petani kopi

    adalah 1,1 ha (Agus et. al., 2002).

  • 7/22/2019 E06ase

    46/51

    29

    Gambar 7. Sistem Agroforestry Kopi Sederhana

    Gambar 8. Denah Sistem Agroforestry Kopi Sederhana

    2. Sistem Agroforestry Kopi MultistrataSistem Agroforestry Kopi Multistrata adalah penanaman kopi dengan

    tanaman penaung yang beraneka ragam sehingga membentuk suatu sistem

    agroforestry kompleks, misalnya tanaman kopi yang ditanam dengan dua jenis

    atau lebih tanaman penaung seperti : kemiri (Aleurites moluccana), jengkol

    (Pithecellobium jiringa), petai (Parkia speciosa), kayu manis, dadap, lamtoro,

    gamal, durian (Durio zibethinus), alpukat (Persea americana), nangka

    (Artocarpus heterophyllus) dan cempedak (Artocarpus integer). Sistem ini

    biasanya dibangun secara bertahap.

    Pada awalnya petani memulai penanaman kopi dengan sistem agroforestry

    kopi sederhana, dan seiring dengan waktu mereka menambah keanekaragaman

    tanaman di kebun kopinya. Sistem ini dipilih untuk mempercepat

    pertumbuhan tanaman penutup tanah dan tanaman penaung pada tanah yang

    4 m

    4 m

    2 m

    2 m

    Kayu

    Hujan

    Kopi

  • 7/22/2019 E06ase

    47/51

    30

    sangat miring untuk mencegah degradasi tanah. Jika tanaman kopi sudah tua

    (lebih dari 7 tahun), sistem yang dipakai adalah sistem multistrata. Sistem ini

    sudah mampu memberikan perlindungan terhadap tanah dan menjaga

    kesuburan tanah sehingga merupakan teknik konservasi yang sangat baik.

    Penetapan jarak tanam kopi untuk sistem agroforestry kopi multistrata

    sama dengan penetapan sistem agroforestry kopi sederhana. Perbedaanya

    adalah tanaman naungan lebih dari 2 jenis tanaman dan jarak tanam

    disesuaikan dengan pengelolaan petani untuk tanaman selain gamal (Agus et.

    al.,2002) .

    Gambar 9. Sistem Agroforestry Kopi Multistrata

    Gambar 10. Denah Sistem Agroforestry Kopi Multistrata

    Menurut Agus et al (2002) keuntungan/peluang penerapan sistem

    agroforestry kopi multistrata, yaitu:

    1) Mengurangi biaya untuk penyiangan karena naungan pada lantai kebundapat menekan gulma.

    Pohon jenis 1

    Pohon jenis 2

    Kayu Hujan

    Pohon jenis 3

    Kopi

  • 7/22/2019 E06ase

    48/51

    31

    2) Penanaman pohon penaung sudah sangat biasa dilakukan petani danmudah dikembangkan.

    3) Apabila jarak tanam pohon penaung dapat diatur (sehingga memberikannaungan sekitar 30%) maka sistem ini akan dapat meningkatkan produksi

    kopi.

    4) Efektif dalam menurunkan erosi.5) Pohon penaung dari pohon legum dapat meningkatkan kesuburan tanah

    karena sumbangan unsur hara nirogen dari pangkasan pohon legum

    maupun pengikatan N dari sistem perakarannya.

    6) Pangkasan pohon legum dapat menjadi mulsa pada kebun kopi sehinggalebih efektif dalam menurunkan erosi.

    7)

    Tanaman tertentu seperti kemiri, alpukat, cempedak dalam suatu sistemmultistrata merupakan pendapatan tambahan, apalagi pada saat harga kopi

    rendah.

    Selain keuntungan, sistem multistrata juga mempunyai kerugian yaitu:

    1) Memerlukan tambahan biaya dan tenaga untuk pengadaan bibit pohonpenaung dan untuk penanamannya.

    2) Apabila naungan terlalu rapat dapat menurunkan produksi kopi karenakompetisi antara tanaman kopi dengan pohon penaung dalam

    mendapatkan cahaya, hara, dan air.

  • 7/22/2019 E06ase

    49/51

    32

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hama Tanaman Kopi pada Sistem AgroforestryPada pengamatan di lapangan ditemukan hama yang menyerang tanaman

    kopi. Hama yang ditemukan menyerang tanaman kopi di Sumberjaya adalah:

    1. Penggerek Cabang Kopi (Xylosandrus sp.), Famili Scolytidae, OrdoColeoptera

    a. DeskripsiPenggerek cabang kopi merupakan salah satu spesies kumbang ambrosia

    yang menyerang tanaman se