e---journal ee peternakan tropikaerepo.unud.ac.id/id/eprint/23251/1/1c212bce596dfa... · susunan...
TRANSCRIPT
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VI 2 2018
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Vol. 6 No. 2 (2018): Mei - Agustus 2018
KECERNAAN NUTRIEN DARI AYAM KAMPUNG YANG DIBERI RANSUM ISO ENERGI DENGAN TINGKAT PROTEIN
BERBEDA
Sugiarta I M. P., A. W. Puger, I M. Nuriyasa 198-207
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Putri S. H., I M. Suasta, I G. N. G. Bidura 208-221
RESPON RUMPUT LOKAL PADA PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA
Rifais A., A. A. A. S. Trisnadewi, I W. Wirawan 222-236
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
KUALITAS FISIK TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22 – 30 MINGGU
Vicky A. R., N. W. Siti, I G. N. G. Bidura 237-252
PENGARUH SUPLEMENTASI CAMPURAN LISIN, METIONIN DAN KOLIN DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN
BABI BALI JANTAN
Sulastri N. N., I K. Sumadi, I P. A. Astawa 253-263
ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN BABI DI PETERNAKAN BAPAK I MADE SUKARATA, DESA PADANGSAMBIAN
KAJA, DENPASAR
Gunawa I D. P. W., I M. Mudita, I W. Sukanata 264-270
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR(Moringa oleifera) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR
AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Luki Ananta I M. D., I M. Suasta, A. A. P. P. Wibawa 271-282
SUBSTITUSI PUPUK UREA DENGAN PUPUK BIO-SLURRY SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT
Stenotaphrum secundatum
Sri Wahyuni S. S., I K. M. Budiasa, I W. Suarna 283-297
DIMENSI TUBUH BABI BALI JANTAN YANG DIBERIKAN RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI LISIN, METIONIN, DAN
KOLIN
Yuliyanti N. N., I K. Sumadi, I M. Suasta 298-308
EXTERNAL OFFAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG DIBERI RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG
DAUN PEPAYA FERMENTASI
Prasetia D. M. R., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati 309-317
KECERNAAN NUTRIEN PADA SAPI BALI YANG DIBERI RANSUM TERFERMENTASI INOKULAN BAKTERI
LIGNOSELULOLITIK KOLON SAPI DAN SAMPAH ORGANIK
Sobari M., I M. Mudita, I G. L. O. Cakra 318-334
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Widoretno H. H., I. A. P. Utami, I G. N. G. Bidura 335-349
EDIBLE OFFAL AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL DENGAN TAMBAHAN PROBIOTIK STARBIO
Novandy S. S. I G., I N. T. Ariana, I W. Wijana 350-359
PENGARUH DAUN PEPAYA TERFERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING ITIK BALI BETINA
UMUR 10 MINGG
Pangestu A. T., N. W. Siti, N. M. Sukmawati 360-371
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN EKSTRAK AIR BAWANG PUTIH (Allium sativum) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
KANDUNGAN PROTEIN, LEMAK DAN KOLESTEROL KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN
Astiari N. M. R., I G. N. G. Bidura, D. A. Warmadewi 372-386
PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM
LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU
Wedana I G. R., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati 387-399
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KELOR (Moringa Oleifera) MELALUI AIR MINUM TERHADAP KUALITAS
FISIK TELUR AYAM LOHMAN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Atmaja I G. A. R., I G. N. G. Bidura, D. A. Warmadewi 400-411
POTONGAN KARKAS KOMERSIAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG
TEPUNG DAUN PEPAYA FERMENTASI
Astika I P. E., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati 412-424
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Paspalum notatum cv. Competidor PADA BERBAGAI KOMBINASI LEVEL
PUPUK N, P, DAN Ca
Stephanie B. M. M, I. B. G. Partama, I W. Wirawan 425-439
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK SACCHAROMYCES Spp. Gb-7 DAN Gb-9 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI
TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU
Sujana I K., D. P. M. A. Candrawati, I G. N. G. Bidura 440-449
Managemen Pakan Pada Peternakan Babi Pembibitan milik Bapak I Made Sukarata di Br. Batu Paras, Desa
Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar
Sulastri N.N, I M. Mudita, I W. Sukanata 450-457
MANAJEMEN PAKAN AYAM ARAB PETELUR DI UD. DARMA PURI FARM DESA TANGKAS, KECAMATAN KLUNGKUNG
KABUPATEN KLUNGKUNG
Manubawa I K. V., I M. Mudita, N. G. K. Roni 458-461
KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN SELAMA 14 HARI PADA BERBAGAI BAHAN TEMPAT PENYIMPANAN
TELUR
Ulfa M., I K. A. Wiyana, M. Wirapartha 462-476
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI
TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Hasanah N., I G. N. G. Bidura, E. Puspani 477-488
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR MINUM TERHADAP KADAR PROTEIN,
LEMAK, KOLESTEROL DAN WARNA KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU
Dananjaya I. B. P. O., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati 489-500
PENGARUH LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BABI DI UPT BIBD PROVINSI BALI
Simarmata Y. N. S., N. L. G. Sumardani, N. M. ArtiningsihRasna 501-508
KOMPARASI PEJANTAN MELALUI KUALITAS SEMEN BEKU YANG DIHASILKAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS BALAI
INSEMINASI BUATAN DAERAH BATURITI
Ashari ., I N. Ardika, N. P. Sarini 509-518
KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN PADA KOTAK KAYU, KOTAK KAWAT DAN EGG TRAY KARTON SELAMA 7
HARI
Fransiska N. R., M. Wirapartha, G. A. M. K. Dewi 519-528
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science
email: eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
PENGARUH PEMBERIAN EK
MELALUI AIR MINUM
LOHMANN BROWN
Luki Ananta, I M. D., I M. Suasta, A. A. P. P. Wibawa
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Telepon:+628123810178,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor
oleifera) melalui air minum
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama tiga bulan, berlangsung pada
bulan Januari hingga Maret 2018. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perla
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
(K1), dan 6% (K2). Ayam
homogen. Variabel yang diamati yaitu kons
(FCR), jumlah telur, hen day production
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor
minum sebanyak 3% dan 6%
konsumsi air minum, jumlah telur,
rata-rata dan secara statistik
Lohmann Brown umur 22-30 minggu dibandingkan kontrol (K0).Kesimpulan dari hasil penelitian
ini adalah pemberian ekstrak daun kelor (
minum dapat meningkatkan produksi telur ayam
Kata Kunci : Ayam Lohman Brown, Daun kelor (Moringa oleifera), Produksi telur
THE EFFECT OF MORINGA (
INTO DRINKING WATER ON EGG PRODUCTION OF
BROWN
This research was conducted to determine the effect of moringa (
extract given into drinking water to egg production of
weeks. The research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan for three months, has
begun in January to March. The design used was Completely Randomized Design (CRD) with
three treatments and six replications. The treatments are
leaves extract given into drinking water as control (K0), 3% (K1), and 6% (K2). The research
used 36 Lohmann Brown chicken with homogeneous conditioned. Variables obserbed were feed
consumption, water consumption, feed co
Submitted Date: Juny 7 2018
Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita
JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
271
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR(
ELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR
LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU
Luki Ananta, I M. D., I M. Suasta, A. A. P. P. Wibawa
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jln. P. B. Sudirman, Denpasar
Telepon:+628123810178, Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor
inum terhadap produksi telur ayam Lohmann Brown
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama tiga bulan, berlangsung pada
bulan Januari hingga Maret 2018. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu
(Moringa oleifera) melalui air minum sebanyak 0% sebagai kontrol (K0), 3%
(K1), dan 6% (K2). Ayam Lohmann Brown yang digunakan sebanyak 36 ekor dengan kondisi
homogen. Variabel yang diamati yaitu konsumsi ransum dan air minum,
hen day production (HDP), berat telur total, dan rata
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
n 6% secara statistik nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum,
konsumsi air minum, jumlah telur, hen day production (HDP), berat telur total dan berat telur
secara statistik nyata (P<0,05) menurunkan Feed Convertion Ratio
30 minggu dibandingkan kontrol (K0).Kesimpulan dari hasil penelitian
ini adalah pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) sebanyak 3% dan 6% melalui air
minum dapat meningkatkan produksi telur ayam Lohmann Brown umur 22
Lohman Brown, Daun kelor (Moringa oleifera), Produksi telur
THE EFFECT OF MORINGA (Moringa oleifera) LEAF EXTRACT GIVEN
INTO DRINKING WATER ON EGG PRODUCTION OF
BROWN CHICKEN AGED 22-30 WEEKS
ABSTRACT
conducted to determine the effect of moringa (
extract given into drinking water to egg production of Lohmann Brown
weeks. The research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan for three months, has
begun in January to March. The design used was Completely Randomized Design (CRD) with
three treatments and six replications. The treatments are 0% of Moringa (
leaves extract given into drinking water as control (K0), 3% (K1), and 6% (K2). The research
chicken with homogeneous conditioned. Variables obserbed were feed
consumption, water consumption, feed coversion ratio (FCR), hen day production (HDP), egg
Accepted Date: : I M. Mudita
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
TRAK DAUN KELOR(Moringa oleifera)
PRODUKSI TELUR AYAM
30 MINGGU
Luki Ananta, I M. D., I M. Suasta, A. A. P. P. Wibawa
B. Sudirman, Denpasar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa
Lohmann Brown umur 22-30 minggu.
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama tiga bulan, berlangsung pada
bulan Januari hingga Maret 2018. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
yang diberikan yaitu pemberian
melalui air minum sebanyak 0% sebagai kontrol (K0), 3%
yang digunakan sebanyak 36 ekor dengan kondisi
umsi ransum dan air minum, Feed Convertion Ratio
(HDP), berat telur total, dan rata-rata berat telur.Hasil
Moringa oleifera) melalui air
nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum,
berat telur total dan berat telur
Feed Convertion Ratio (FCR) ayam
30 minggu dibandingkan kontrol (K0).Kesimpulan dari hasil penelitian
) sebanyak 3% dan 6% melalui air
umur 22-30 minggu.
Lohman Brown, Daun kelor (Moringa oleifera), Produksi telur
) LEAF EXTRACT GIVEN
INTO DRINKING WATER ON EGG PRODUCTION OF LOHMANN
30 WEEKS
conducted to determine the effect of moringa (Moringa oleifera) leaves
Lohmann Brown chicken aged 22-30
weeks. The research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan for three months, has
begun in January to March. The design used was Completely Randomized Design (CRD) with
0% of Moringa (Moringa oleifera)
leaves extract given into drinking water as control (K0), 3% (K1), and 6% (K2). The research
chicken with homogeneous conditioned. Variables obserbed were feed
version ratio (FCR), hen day production (HDP), egg
Accepted Date: Juny 25, 2018
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 272
production, total egg weight, and average egg weight. The results showed that the addition
Moringa (Moringa oleifera) leaves extract into drinking water at level 3% and 6% was significant
(P<0,05) increase feed and drinking water consumption, egg total, hen day production (HDP),
total egg weight and average egg weight but lowering feed conversion ratio (FCR) of Lohmann
Brown chicken aged 22-30 weeks. The conclusion of this research is giving moringa (Moringa
oleifera) leaves extract at level 3% and 6% into drinking water can increase egg productions of
Lohmann Brown chicken aged 22-30 weeks.
Keywords : Lohman Brown chicken, Moringa (Moringa oleifera) leaves, Egg productions
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di era globalisasi tidak lepas dari
peningkatan gizi masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi
masyrakat adalah dengan meningkatkan produksi sumber protein hewani seperti daging dan telur.
Telur merupakan salah satu produk peternakan yang memberikan kontribusi terbesar bagi
tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Sudaryani (2003) menyatakan bahwa satu butir telur
mengandung gizi yang cukup sempurna karena di dalam telur mengandung zat gizi yang baik dan
mudah dicerna.
Antibiotik sintetik merupakan salah satu jenis feed additive yang digunakan dalam
campuran pakan atau air minum yang penggunaannya bertujuan untuk mencegah penyakit
sehingga produksi ternak meningkat khususnya produksi telur. Peternak di masyarakat
menggunakan antibiotik sintetik karena praktis digunakan dan menunjukkan hasil yang instan.
Iyo (2015) menyatakan bahwa peternak cenderung mengutamakan keselamatan ayam dari
serangan penyakit dibandingkan pertimbangan residu antibiotik pada ayam petelur. Penggunaan
antibiotik sintetik pada ayam dapat menyebabkan resistensi bakteri-bakteri berbahaya yang
terdapat dalam tubuh ayam dan residu bahan kimia berbahaya dari produk yang dihasilkan
(Dewi, 2014).
Konsumsi pangan asal hewan seperti daging dan telur ayam yang mengandung residu
antibiotik sintetik akan menimbulkan gangguan kesehatan. Bahaya residu antibiotik dapat berupa
bahaya langsung dalam jangka pendek seperti alergi, gangguan pencernaan, gangguan kulit,
anafilaksis dan hipersensitifitas, serta bahaya tidak langsung yang bersifat jangka panjang seperti
resistensi mikrobiologi, karsinogenik, mutagenik, teratogenik dan gangguan reproduksi (Ruegg,
2013; Seri, 2013; Singh et al., 2014) dalam Nina et al. (2015). Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan upaya alternatif yang dapat meningkatkan produksi telur, namun bebas dari
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 273
antibiotiksintetik, bebas mikroba merugikan, dan bebas dari zat-zat kimia berbahaya lainnya
sehingga upaya meningkatkan gizi masyarakat dapat terpenuhi.
Tanaman obat merupakan tanaman yang memilikipotensi untuk dikembangkan karena
banyak jenisnya dan belum banyak dimanfaatkan untuk konsumsi ternak. Menurut Soekarman
dan Ridwan (1992), studi tentang pemanfaatan khasiat tanaman untuk meningkatkan kualitas
produksi ternak sangat penting artinya, karena akan menambah keanekaragaman sumberdaya
nabati dan merupakan dasar botani ekonomi maupun botani terapan lainnya. Penggunaan
tanaman obat untuk konsumsi ternak merupakan upaya alternatif yang dapat digunakan sebagai
pengganti antibiotik sintetik. Salah satu tanaman obat yang dirasa dapat digunakan sebagai
alternatif pengganti antibiotik sintetik adalah daun kelor (Moringa oleifera).
Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai zat gizi
tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat aktif warna telur.Bukar et
al. (2010) menyatakan bahwasenyawa fitokimia yang terkandung di dalam daun kelor (Moringa
oleifera) terdiri dari flavonoid, saponin, tanin, dan beberapa senyawa fenolik lainnya yang
memiliki aktivitas antimikroba. Simbolan et al. (2007) menyatakan bahwa pada daun kelor
(Moringa oleifera), mengandung berbagai asam amino, antara lain asam aspartat, asam glutamat,
alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan metionin.
Fuglie (2001) menyatakan bahwa daun kelor (Moringa oleifera) mengandung zat besi, kalsium,
potasium, fosfor, zinc, provitamin A dalam bentuk beta karoten, vitamin B dan vitamin C. Daun
kelor (Moringa oleifera) di Indonesia ketersediaannya cukup melimpah, mudah didapat sehingga
menjadi pertimbangan dalam memanfaatkan daun kelor (Moringa oleifera)sebagai nutrisi yang
baik untuk dijadikan bahan konsumsi ternak yang relatif murah dan terjangkau terutama untuk
konsumsiternak.
Siti et al. (2017) menyatakan bahwa penambahan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
pada level 2, 4, dan 6% dari 100 cc air minum dapat meningkatkan berat telur, jumlah produksi
telur, efisiensi pakan, dan warna kuning telur tetapi dapat menurunkan lemak dan kolestrol
kuning telur pada ayam petelur Lohmann Brown umur30-40 minggu.Kurniawan et al.(2017)
menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) dan ekstrak daun kelor
(Moringa aloifera) sebanyak 5% melalui air minum dapat meningkatkan berat potong dan berat
karkas ayam pedaging.Bedasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang pemberian
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 274
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) melalui air minum terhadap produksi telur ayam
LohmannBrown umur 22-30 minggu.
MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Desa Dajan Peken, Tabanan, selama 3 bulanberlangsung
pada bulan Januari hingga Maret 2018.
Kandang dan Ayam
Kandang yang digunkan pada penelitian adalah kandang batteryberukuran panjang, lebar,
dan tinggi masing-masing yaitu 40 cm. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Materi
yang digunakan yaitu Ayam Lohmann Browndengan kondisi homogen (bobot badan 1781,5 ±
89,08 g) umur 22-30 minggu sebanyak 36 ekor yang diperoleh dari peternakan daerah Tabanan.
Daun kelor (Moringa oleifera)
Daun kelor (Moringa oleifera) yang gunakan adalah daun kelor (Moringa oleifera) yang tua
(hijau tua hingga agak kekuningan). Daun kelor (Moringa oleifera) tersebut dibuat ekstrak dan
diberikan dengan persentase 3% dan 6% dalam 1000 cc air minum.
Peralatan penelitian
Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini yaitu tempat pakan dan tempat air minum
yang dibuat dari pipa paralon; ember untuk menampung pakan yang diberikan selama satu
minggu, baskom untuk menampung ekstrak daun kelor (Moringa oleifera); tray telur untuk
menampung telur; label untuk menandai perlakuan yang diberikan pada tempat pakan dan minum
ayam; timbangan digital untuk menimbang berat telur, berat pakan dan sisa pakan; alas plastik
untuk menampung kotoran ayam yang dipasang di bawah kandang; dan alat tulis untuk mencatat
hasil yang diperoleh selama penelitian.
Air Minum dan Ransum
Air minum yang diberikan pada penelitian ini diperoleh dari perusahaan air minum (PAM)
daerah Tabanan. Sedangkan ransum yang diberikan pada penelitian disusun dengan
menggunakan bahan yaitu konsentrat komersial untuk ayam petelur, jagung, dan dedak padi.
Komposisi ransum yang diberikan pada setiap perlakuan adalah sama. Pembedanya adalah
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 275
perlakuan air minum yang diberikan. Perhitungan zat pakan menggunakan standar perhitungan
Scott et al. (1982).
Tabel 1 Komposisi bahan ransum ayam Lohmann Brown umur 22-30 minggu
Bahan Pakan Persentase (%)
Jagung Kuning 50
Konsentrat1)
35
Dedak Padi 15
Total 100
Keterangan:
1) Konsentrat yang digunakan merupakan (Konsentrat Layer Super 36 (KLS 36)) konsentrat komersial
ayam petelur yang diperoduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk
Tabel 2Kandungan nutrisi ransum ayam Lohmann Brown umur 22–30 minggu
Kandungan Nutrisi Perlakuan
1)
Standar2)
K0 K1 K2
Energi Metabolisme (kkal/kg) 2979,5 2979,5 2979,5 2900
Protein Kasar (PK) (%) 18 18 18 18,0
Lemak Kasar (LK) (%) 5,3 5,3 5,3 5-103)
Serat Kasar (SK) (%) 4,9 4,9 4,9 5-103)
Kalsium (Ca) (%) 3,53 3,53 3,53 3,4
Posfor (P) (%) 0,76 0,76 0,76 0,35
Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
(%) dalam air minum 0 3 6 -
Keterangan:
1) K0: Air minum tanpa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) sebagai kontrol
K1: Air minum yang diberi 3% ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
K2: Air minum yang diberi 6% ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
2) Standar NRC (1994)
3) Standar Marrison (1961)
4) Perhitungan ransum berdasarkan Tabel zat makanan Scott et al. (1982)
Rancanganpenelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari K0: air minum tanpa ekstrak
daun kelor(Moringa oleifera) sebagai kontrol, K1: air minum yang diberi 3% ekstrak daun
kelor(Moringa oleifera), dan K2: air minum yang diberi 6% ekstrak daun kelor(Moringa
oleifera).
Pemberian ransum dan air minum
Pemberian ransum pada ayam dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan
sore hari sedangkan air minum diberikan secara ad libitum.
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 276
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati meliputi:
1. Konsumsi ransum: diperoleh dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan
sisa ransum. Konsumsi ransum dihitung seminggu sekali.
2. Konsumsi air minum: diperoleh dengan cara mengurangi jumlah air minum yang diberikan
dengan sisa air minum. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali dengan cara
mengurangi jumlah air minum yang diberikan dengan sisa.
3. Feed Convertion Ratio (FCR): diperoleh dari perbandingan antara jumlah ransum yang di
konsumsi dengan berat telur yang dihasilkan.
4. Jumlah telur: diperoleh dari jumlah telur yang dihasilkan pada setiap perlakuan di hitung 1
minggu sekali.
5. Hen Day Production (HDP): diperoleh dari jumlah telur yang dihasilkan dibagi (jumlah ayam
kali jumlah hari selama penelitian) kemudian dikali 100.
6. Berat telur total: diperoleh dari menimbang jumlah telur yang di hasilkan secara keseluruhan
diukur 1 minggu sekali.
7. Rata-rata berat telur: diperoleh dari total berat telur tiap perlakuan dibagi jumlah telur.
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat perbedaan yang nyata
(P<0,05) diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel and
Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi ransum pada perlakuan K0 (air minum tanpa
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) sebagai kontrol) sebanyak 7134,66 g/ekor (Tabel 3).
Konsumsi ransum pada perlakuan K1 (air minum yang diberi 3% ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera)) dan K2 (air minum yang diberi 6% ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)) masing-
masing 3,81% dan 4,67% nyata (P<0,05) lebih lebih tinggi dibanding perlakuan K0.Peningkatan
tersebut disebabkan oleh pemberian ekstrak daun kelor yang diberikan melaui air minum dan
adanya kandungan flavonoid, tanin dan alkaloid yang memiliki aktivitas antimikroba sehingga
menyebabkan nutrisi dalam ransum memiliki peluang untuk diserap lebih optimal akibat
berkurangnya persaingan dalam menyerap nutrisi antara usus dan bakteri. Meitzer dan Martin
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 277
(2000) menyatakan bahwa daun kelor yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk
antibiotik. Fauziah (2016) menambahkan bahwa antibiotik dapat membersihkan saluran
pencernaan, sehingga untuk mendapatkan nutrien, ayam tidak harus bersaing dengan mikroba
usus.
Tabel 3 Pengaruh permberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap produksi telur
ayam Lohmann Brown umur 22-30 minggu
Variabel Perlakuan
1)
SEM2)
K0 K1 K2
Konsumsi ransum (g/ekor/8 minggu) 7134,66a) 7406,66
b) 7468,33
b) 43,15
Konsumsi air minum (liter/ekor/8 minggu) 21,70a) 23,50
b) 23,68
b) 0,38
Feed Conversion Ratio (FCR) (8 minggu) 3,86a) 3,59
b) 3,58
b) 0,02
Produksi:
1. Jumlah telur (butir/ekor/8 minggu) 35,77a) 37,35
b) 37,560
b) 0,23
2. Hen day production (HDP) (%/8 minggu) 63,99a) 66,37
b) 66,97
b) 0,43
3. Berat telur total (g/8 minggu) 1848,73a) 2059,81
b) 2083
b) 18,72
4. Berat telur rata-rata (g/butir/8 minggu) 51,65a) 55,13
b) 55,45
b) 0.31
Keterangan:
1) K0 : Air minum tanpa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) sebagai kontrol
K1 : Air minum yang diberi 3% ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
K2 : Air minum yang diberi 6% ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
2) SEM : Standart error of the treatment means
3) Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Goel (2013) menyatakan bahwa aktivitas antimikroba tanaman disebabkan oleh adanya
metabolit sekunder. Siti et al. (2017) menambahkan bahwa tanaman kaya akan berbagai
metabolit sekunder, seperti tanin, terpenoid, alkaloid, dan flavonoid yang telah ditemukan secara
in vitro memiliki khasiat antimikroba. Senyawa aktif alkaloid, flavonoid, tanin, dan fenolat dalam
saluran pencernaan unggas akan dapat membantu penyerapan zat makanan. Naiborhu (2002) juga
menambahkan bahwa tanin pada daun kelor berperan pencegah proses pencernaan bakteri,
sedangkan flavonoid yaitu senyawa yang mudah larut dalam air untuk kerja antimikroba dan
antivirus. Senyawa alkaloid dalam bidang kesehatan memiliki efek berupa pemicu sistem syaraf,
menaikan tekanan darah mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit
jantung dan lainnya (Robinson, 1995)
Konsumsi air minum yang dihasilkan pada perlakuan K1 dan K2 masing-masing 8,32% dan
9,13% nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan K0. Konsumsi air minum perlakuan
K0 yaitu sebanyak 27,70 liter/ekor (Tabel 3). Hal ini disebabkan peningkatan konsumsi ransum.
Meningkatnya konsumsi ransum menyebabkan peningkatan air minum sebagai kebutuhan bagi
ayam untuk dapat melarutkan dan melancarkan perjalanan zat-zat makanan dalam saluran
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 278
pencernaan sehingga mempermudah ayam petelur untuk mencerna dan menyerap nutrisi dari
konsumsi ransum. Dewi (2014) menyatakan bahwa meningkatnya konsumsi air minum
merupakan konsekuensi logis meningkatnya konsumsi ransum untuk melarutkan ransum didalam
saluran pencernaan ayam. Ensminger (1990) dalam Kurniawan et al. (2017) juga menyatakan
bahwa ayam mengkonsumsi air minum dua kali lebih besar dari jumlah pakan yang dikonsumsi,
karena air minum berfungsi sebagai pelarut dan sebagai alat transportasi zat-zat makanan untuk
disebarkan keseluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih banyak air daripada makanannya.
Feed Conversion Ratio (FCR) yang dihasilkan selama delapan minggu pengamatan pada
perlakuan K0 sebanyak 3,86 (Tabel 3). FCR yang dihasilkan pada perlakuan K1 dan K2 masing-
masing 6,8% dan 7,09% lebih rendah dibandingkan perlakuan K0 dan secara statistik berbeda
nyata (P<0,05). Hal ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi ransum, konsumsi air minum dan
adanya senyawa fitokimia yang bersifat antimikroba dalam ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera). Meningkatnya konsumsi ransum dan air minum menyebabkan banyaknya nutrisi yang
dikonsumsi. Tingginya konsumsi air minum juga menyebabkan ransum yang di konsumsi
menjadi mudah larut dan mudah untuk di serap usus. Menurut Ariyanti et al. (2013), beberapa
faktor yang mempengaruhi FCR yaitu bentuk fisik pakan, kandungan nutrisi pakan, lingkungan
tempat pemeliharaan, strain, bobot badan dan jenis kelamin.
Adanya senyawa fitokimia dalam ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) menyebabkan
penurunan jumlah mikroba patogen pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan turunnya
berat usus. Hal ini meningkatkan efisiensi penggunaan zat gizi dan penyerapan sari-sari
makanan. Daun kelor yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk antibiotika (Meitzer dan
Martin, 2000). Jayne-Williams dan Fuller (1971) menyatakan bahwa pemberian antibiotik (dan
juga antibakteri) menyebabkan menipisnya dinding usus, dan meningkatnya jumlah mikroba baik
sehingga dapat meningkatkan penyerapan zat-zat gizi, sehingga efisiensi penggunaan zat gizi
dapat lebih baik.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa jumlah telur pada perlakuan Jumlah telur pada
perlakuan K0 sebanyak 35,773 butir (Tabel 3) sedangkan pada perlakuan K1 dan K2 adalah
4,42% dan 4,99% nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan K0.Hen day production
(HDP) yang dihasilkan pada perlakuan K1 dan K2 secara statistik berbeda nyata (P<0,05) yaitu
masing-masing sebanyak 3,72% dan 4,65% lebih tinggi dibandingkan perlakuan K0. Hen day
production (HDP) yang dihasilkan pada perlakuan K0 yaitu sebanyak 63,99% (Tabel 3).
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 279
Menurut Setiawatiet al. (2016) HDP yang tinggi diiringi dengan pemberian pakan yang
mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Hal ini menunjukan semakin tinggi jumlah
telur yang di hasilkan maka HDP yang dihasilkan juga semakin tinggi. Peningkatan jumlah telur
disebabkan karena meningkatnya konsumsi ransum dan air minum. Menurut Ketaren (2010),
asam amino didalam protein dibutuhkan ternak unggas untuk pembentukan sel, mengganti sel
mati, membentuk jaringan tubuh seperti daging, kulit, telur, embrio dan bulu.
Adanya kandungan protein dalam ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) menyebabkan
adanya tambahan protein selain dari ransum yang dikonsumsi sehingga kebutuhan protein untuk
menghasilkan telur dapat terpenuhi. Simbolan et al. (2007) juga menyatakan bahwa pada daun
kelor (Moringa oleifera), mengandung berbagai asam amino, antara lain asam aspartat, asam
glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan
metionin. Tinggi rendahnya konsumsi protein dan energi akan berpengaruh pada jumlah telur
yang dihasilkan (Suthama, 2005).
Selama delapan minggu pengamatan, berat telur total yang dihasilkan pada perlakuan K0
yaitu 1848,73 g (Tabel 3). Berat telur total pada perlakuan K1 dan K2 masing-masing sebanyak
11,41% dan 12,67% nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan K0. Perlakuan K0
menghasilkan rata-rata berat telur yaitu sebesar 51,65 g/butir (Tabel 3) sedangkan pada perlakuan
K1 dan K2 menghasilkan rata-rata berat telur sebesar 6,75% dan 7,37% lebih tinggi dibandingkan
perlakuan K0 dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05).peningkatan berat telur tersebut
disebabkan oleh meningkatnya konsumsi ransum dan air minum. Peningkatan konsumsi ransum
dan air minum menyebabkan peningkatan konsumsi protein yang diperoleh dari rasum dan
kandungan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dalam air minum, sehingga meningkatkan berat
telur telur. Menurut Scott et al. (1969), faktor ransum yang mempengaruhi besarnya telur adalah
protein (asam amino).Summer (2001), juga menyatakan bahwa protein dan asam amino
merupakan zat makanan yang paling berperan dalam mengkontrol ukuran telur di samping
genetik dan ukuran tubuh unggas.Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap berat telur ayam adalah umur ayam, suhu lingkungan, strain dan breed
ayam, kandungan nutrisi dalam ransum, berat tubuh ayam, dan waktu telur dihasilkan.
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 280
SIMPULAN
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
sebanyak 3% dan 6% melalui air minum dapat meningkatkan produksi telur ayam Lohmann
Brown umur 22-30 minggu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr.
A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K); Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida
BagusGaga Partama, MS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan pada
penulisdi Fakultas Peternakan, Universitas Udayana dan Bapak Prof. Dr. Ir. I Gst. Nym. Gde
Bidura, MS., IPM selaku dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan
bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta dalam melaksanakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, F., M. B. Aji, dan N. Budiono. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah terhadap
performans ayam kampung pedaging. JSV 31(2): 156-165.
Bell, D. dan Weaver, G. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. Kluwer Academic
Publishers, United States of America.
Bukar, A., Uba A., dan Oyeyi T.I. 2010. Antimicrobial Profil of Moringa oleifera Lam. Extracts
Against Some Food-Borne Microorganism. Bajero Journalof Pure and Applied Sciences.
Vol. 3(1) : 43-48.
Dewi, K. T., I. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Bawang
Putih (Allium Sativum) Melalui Air Minum terhadap Penampilan Ayam Broiler umur 2-6
Minggu. Skripsi Sarjana Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
Fauziah, N. 2016. Performa dan Kualitas Telur Ayam Petelur Strain Isa Brown yang
Mengandung Jus Silase. Skripsi Sarjana Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Institut
Oertanian Bogor.
Fuglie, L. 2001. The Miracle of Tree (The Atribute of Moringa). Senegal: CWS Dakar.
Goel, A. 2013. Anticancerous Potential of Plant Extracts and Phytochemicals. J. Biol. Chem.
Research. Vol. 30, No. 2: 537-558.
Iyo. 2015. Peternak, penyakit bakteri dan antibiotika. Majalah Infovet Online. pada URL:
http://www.majalahinfovet.com/2015/10/peternak-penyakit-bakteri-dan.html. Diakses pada
tanggal 19 Desember 2017.
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 281
Jayne–Williams, D. J. dan R. Fuller. 1971. The Influence of the Intestinal Microflora on
Nutrition. In: Physiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. D. J. Bell, and B. M.
Freeman (Eds.). Vol. 1. Academic Press, London and New York. p. 73-92.
Ketaren, P. P. 2010. Pengaruh Jumlah Ayam Per Induk Buatan Terhadap Performan Ayam
Petelur Strain Isa Brown Periode Starter. Sains Peternakan 12(1): 10-14.
Marrison, F. B. 1961. Feed and Feeding. Abridge 9th
Ed. The Marrison Publs. Co. Arrangeville,
Ontario, Canda.
Meitzer L. S. dan Martin L. P. 2000. Effectivenes of a Moringa Seed Ekstract in Treating a Skin
Infection. Amaranth to Zai Holes. ECHO. USA
Naiborhu P. E. 2002. Ekstraksi dan Manfaat Ekstrak Mangrove (Sonneratia alba dan Sonneratia
caseolaris) Sebagai Bahan Alami Antibakterial pada Patogen Udang Windu, Vibrio harveyi.
[Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy
Press, Washington, D.C.
Nina, Marlina A., E. Zubaidah, dan A. Sutrisno. 2015. Pengaruh pemberian antibiotka saat
budidaya terhadap keberadaan residu pada daging dan hati ayam pedaging dari peternakan
rakyat. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 25(2): 10–19.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan: Koensoemardiyah. IKIP
Semarang Press, Semarang.
Scott, M. L., M. C. Nesheim dan R. J. Young. 1969. Nutrition of the Chicken. 2nd Ed. M. L.
Scott and Associstes. New York.
Scott, M. L, Nesheim, M, C. and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chickens.3rd Ed. M. L.
Scott and Associstes. New York.
Setiawati, T., R. Afnan, N. Ulupi. 2016. Performa produksi dan kualitas telurAyam petelur pada
sistem litter dan cage dengan suhu kandang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan 4(1): 197-203.
Simbolan J. M., M Simbolan, dan N. Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.
Yogyakarta: Kanisius.
Siti, N. W., I. G. N. G. Bidura, dan I. A. P. Utami. 2017. The effect of water extract of leaves
Moringa oleifera on egg production and yolk cholesterol levels in egg laying hens. J. Biol.
Chem. Research. 34(2): 657-665.
Soekarman dan Ridwan, S. 1992. Status pengetahuan etnobotani di Indonesia, in prosiding
seminar dan lokakarya nasional etnobotani. Bogor: LIPI dan Lembaga Perpustakaan
Nasional RI, pp. 1–7.
Luki Ananta et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 271–282 Page 282
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Principle and Procedure of Statistics. New York. McGraw
Hill Book Co. Inc.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Summers, J. D. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Ed. University Books. Guelph, Ontario,
Canada.
Suthama, N. 2005. Respon Produksi Ayam Kampung Petelur Terhadap Ransum Memakai Dedak
Padi Fermentasi dengan Suplementasi Sumber Mineral. Jurnal Indonesia Tropica Animal
Agriculture. Hal: 116 -121.
Tumuova, E. dan Z. Ledvinka. 2009. The effect of time of oviposotion and age on egg weight,
egg components weight and egg shell quality. Journal Arch. Geflugelk.73 (2):110-115.