dukungan sosial orang tua terhadap anak tunaganda...

164
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA DI YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) Oleh: Siti Nur Rachimatun Sa’diyah NIM: 11140541000030 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK

TUNAGANDA-NETRA DI YAYASAN MITRA NETRA

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial

(S.Sos)

Oleh:

Siti Nur Rachimatun Sa’diyah

NIM: 11140541000030

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 3: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 4: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 5: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

i

ABSTRAK

Siti Nur Rachimatun, NIM: 11140541000030, Dukungan Sosial Orang Tua

terhadap Anak Tunaganda-Netra di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan,

di bawah bimbingan Drs. Helmi Rustandi, M.Ag.

Tunaganda-netra atau dikenal dengan Mutiple Disabilities and Visual

Impairment (MDVI) adalah salah satu kombinasi ketunaan berupa gangguan

penglihatan (tunanetra), singkatnya yaitu tunanetra yang memiliki ketunaan lain,

baik berupa fisik, kognitif, emosi, mental dll. Kompleksnya permasalahan yang

dimiliki oleh anak tunaganda-netra dalam menjalani kehidupan sehari-harinya

membutuhkan dukungan sosial terutama dari keluarga khususnya orang tua.

Karena orang tua merupakan lingkungan terdekat anak, dukungan orang tua dapat

membuat anak merasa senang, nyaman sehingga tercipta hubungan yang saling

percaya antara orang tua dan anak, selain itu dukungan orang tua dapat membantu

anak dalam mengatasi kedisabilitasannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan sosial orang tua

terhadap anak tunaganda-netra. Metode yang digunakan peneliti dalam skripsi ini

adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dimana

wawancara dan studi dokumentasi menjadi teknik pengumpulan data yang penulis

gunakan. Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan adalah purposive

sampling dimana penulis menunjuk Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat untuk

dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan, lalu Kabag. Rehabilitasi dan

Diklat akan mengarahkan kepada terapis pada layanan tunaganda-netra lalu

terapis akan memilih orang tua sebagai informan sesuai dengan kriteria yang telah

penulis tetapkan.

Adapun hasil penelitian yang penulis dapatkan mengenai dukungan sosial

orang tua terhadap anak tunaganda-netra sesuai dengan teori House, yaitu

dukungan emosional dengan adanya dengan memberikan perhatian dan kasih

sayang; dukungan instrumental dari adanya waktu dan usaha yang diberikan orang

tua untuk membantu dan mendampingi kegiatan sehari-hari anak; dukungan

informasional dengan memberikan nasihat, saran, serta informasi kepada anak;

serta dukungan penilaian dan penghargaan dengan adanya ungkapan positif jika

anak dapat melakukan suatu hal dengan baik.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Orang Tua, Tunaganda-Netra

Page 6: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji serta syukur penulis haturkan

kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga

pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana strata 1. Shalawat dan

salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat dan para umatnya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat

guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena ini, dengan segala kerendahan hati penulis

ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti

Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik.

Dr. Sihabuddin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

2. Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hj. Nunung Khairiyah, MA sebagai

Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Drs. Helmi Rustandi, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah

membantu mengarahkan, membina dan selalu bersedia meluangkan

waktunya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Budi Rahman Hakim, MSW sebagai dosen pembimbing akademik.

Page 7: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

iii

5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalamannya kepada penulis.

6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh

Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan dan

keilmuan dan membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih telah

membantu saya dalam memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.

8. Kepada seluruh pihak Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan yang telah

mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian disana.

9. Untuk Bapak Muiz selaku Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat Yayasan

Mitra Netra yang telah membantu peneliti dengan memberikan informasi

yang dibutuhkan.

10. Kepada Bu Lilis, dan Mas Galuh selaku terapis Yayasan Mitra Netra yang

telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dengan memberikan

informasi yang dibutuhkan.

11. Kepada Mba Endah, dan Ka Evi selaku asisten terapis Yayasan Mitra

Netra yang telah meluangkan waktunya dengan memberikan informasi

tambahan yang dibutuhkan peneliti, terima kasih juga bisa menjadi teman

baru selama disana.

12. Kepada seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi dan

waktunya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik dan

terima kasih juga untuk pengalaman yang diberikan yang membuat penulis

paham secara mendalam mengenai penelitian ini.

13. Kedua orang tua saya tercinta Abdurrohim Kholil dan Maryatun yang tak

henti memanjatkan doa dan memberikan dukungan apapun kepada penulis,

sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang amat

besar. Juga untuk satu-satunya kakakku Ryan Rachimatun Zain yang

Page 8: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

iv

selalu menghibur dikala penulis sedang mengalami kesulitasn serta selalu

memberikan motivasi kepada penulis.

14. Sahabat saya Marsya Tarinawadani dan Sinta Saraswati yang telah

memberikan semangat, memberikan pemikiran positif, motivasi, waktu,

dukungan moral kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

15. Teman-teman ku dari “Koplak Squad” Diah Farhana, Siti Sarah Agusti,

Mayanty Regita, Devi Marita, Novita Sari yang memberikan semangat,

motivasi selama mengerjakan skripsi ini, terima kasih sudah menemani

selama kurang lebih empat tahun ini.

16. Teman-teman Kesejahteraan Sosial 2014 yang telah mengisi hari-hari

penulis semasa duduk dibangku kuliah, terima kasih atas kisah klasik yang

kelak akan selalu dikenang hingga suatu hari nanti.

17. Teman-teman SMP saya seperti Diana Maria Tanod, Dini Haniastuti,

Tatyana Najmi Vivani, Astiya, Hegar, dll. Terima kasih kalian selalu

memberikan semangat serta selalu menghibur dikalah penulis sedang

gundah. Tak lupa terima kasih untuk teman SMA saya Sarah Angelia

Ibrohim.

18. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang

telah memberikan masukan, do’a, dan semangat disetiap perbincangan.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa

meridhoi setiap langkah kita. Aamiin yaa Rabb al-alamin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik dari

segi isi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, kritik saran yang bertujuan

untuk membangun dari berbagai pihak akan peneliti terima dengan terbuka.

Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, peneliti berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya maupun bagi semua pembaca.

Jakarta, November 2019

Siti Nur Rachimatun Sa’diyah

Page 9: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

v

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7

D. Metode Penelitian .................................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tunaganda-Netra ..................................................................................... 13

1. Tunanetra.......................................................................................... 13

a. Definisi Tunanetra..................................................................... 13

b. Klasifikasi Tunenetra ................................................................ 14

c. Sebab terjadinya Ketunanetraan ................................................ 16

d. Karakteristik Tunanetra ............................................................. 16

e. Dampak ketunanetraan .............................................................. 18

2. Tunaganda ........................................................................................ 19

a. Definisi Tunaganda ................................................................... 19

b. Ciri-ciri Anak Tunaganda ......................................................... 20

3. Tunaganda-Netra .............................................................................. 21

a. Definisi Tunaganda-Netra ......................................................... 21

b. Perkembangan Anak Tunaganda-Netra .................................... 22

B. Dukungan Sosial ..................................................................................... 30

1. Pengertian Dukungan Sosial ............................................................ 30

Page 10: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

vi

2. Bentuk Dukungan Sosial .................................................................. 32

3. Sebab-sebab Terbentuknya Dukungan Sosial .................................. 32

4. Aspek-aspek Dukungan Sosial ......................................................... 33

5. Dukungan Sosial Orang Tua ............................................................ 34

6. Dampak atau Efek Dukungan Sosial bagi Kesehatan Mental .......... 35

C. Kajian Pustaka ............................................................................................. 36

D. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 37

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Latar Belakang berdirinya Yayasan Mira Netra ..................................... 41

B. Sejarah Singkat Yayasan Mitra Netra ..................................................... 42

C. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra......................................................... 43

D. Aspek Hukum dan Legalitas ................................................................... 44

E. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra ............................................... 44

F. Program Layanan .................................................................................... 45

G. Prestasi .................................................................................................... 52

H. Jaringan Kerjasama ................................................................................. 52

I. Program Layanan bagi Tunaganda-Netra ............................................... 54

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Dukungan Sosial Orang Tua pada Anak Tunaganda-Netra di Yayasan

Mitra ........................................................................................................ 57

1. Dukungan Emosional ....................................................................... 60

a. Empati ....................................................................................... 60

b. Perhatian.................................................................................... 61

c. Cinta dan Kasih Sayang ............................................................ 63

2. Dukungan Instrumental .................................................................... 65

a. Peluang Waktu .......................................................................... 66

b. Bantuan Langsung..................................................................... 71

c. Bantuan Materi/Biaya ............................................................... 72

3. Dukungan Penilaian/Penghargaan ................................................... 73

a. Penghargaan Diri....................................................................... 73

b. Umpan Balik ............................................................................. 74

Page 11: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

vii

4. Dukungan Informasional .................................................................. 75

a. Pemberian Nasihat, Arahan dan Informasi ............................... 75

BAB V PEMBAHASAN

A. Dukungan Emosional .............................................................................. 79

B. Dukungan Instrumental ........................................................................... 83

C. Dukungan Infomasional .......................................................................... 87

D. Dukungan Penilaian/Penghargaan........................................................... 88

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................................. 91

B. Implikasi .................................................................................................. 92

C. Saran ........................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 97

Page 12: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara ............................................................................................ 10

Tabel 4.1 Data Informan ....................................................................................................... 63

Page 13: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Fisioterapi .......................................................................................................... 59

Gambar 3.2 Fisioterapi .......................................................................................................... 60

Page 14: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................................... 45

Page 15: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Inform Consent

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Terapis

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Terapis

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Orang Tua

Lampiran 9 Transkrip Wawancara Orang Tua

Lampiran 10 Basic Concept Terapi Kognitif dan Perilaku

Lampiran 11 Hasil Dokumentasi

Page 16: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam panduan penanganan anak berkebutuhan khusus yang

dikeluarkan (Kemenppa) atau Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual,

sosial maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses

pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain

yang seusia dengannya (Kemenppa, 2013, bab 2, dok.). Menurut Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang

Disabilitas yang diakses melalui (https://www.balitbangham.go.id)

mendefinisikan penyandang disabilitas adalah individu yang memiliki

keterbatasan baik secara fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam

jangka waktu lama yang dimana dalam berinteraksi dengan lingkungan

dan sikap masyarakatnya menemui hambatan sehingga menyulitkan untuk

berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Para anak berkebutuhan khusus mungkin saja mengalami

gangguan atau ketunaan, seperti gangguan fisik (tunadaksa), emosional

atau perilaku, penglihatan (tunanetra), komunikasi, pendengaran

(tunarungu), kesulitan belajar (tunalaras), atau mengalami retardasi mental

(tunagrahita). Adapun beberapa anak mengalami lebih dari satu gangguan

atau ketunaan, dikenal sebagai anak tunaganda atau majemuk. Menurut

Mangunsong, dkk. (1998), anak tunaganda atau majemuk adalah anak

yang menderita kombinasi atau gabungan dari dua atau lebih kelainan atau

kecacatan dalam segi fisik, mental, emosi, dan sosial, sehingga

memerlukan pelayanan pendidikan, psikologi, medis, sosial vokasional

melebihi pelayanan yang sudah tersedia bagi anak yang berkelainan

tunggal, agar masih dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal

Page 17: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

2

mungkin untuk berpartisipasi dalam masyarakat (Mangunsong, dkk.,

1998).

Disabilitas atau anak berkebutuhan khusus ada beberapa jenis,

salah satunya adalah disabilitas penglihatan atau tunanetra. Menurut

Somantri (2007) mengatakan bahwa tunanetra adalah individu yang

kehilangan penglihatan karena kedua inderanya penglihatannya tidak

berfungsi seperti orang awas. Tunanetra sendiri dibagi menjadi dua, yaitu

buta (total blind) dan low vision. Pada umumnya individu tunanetra juga

memiliki hambatan dalam menerima informasi. Individu dengan tunanetra

tidak memiliki kendali yang sama terhadap lingkungan dan diri sendiri,

seperti halnya yang dilakukan oleh individu awas. Keterbatasan tersebut

memungkinkan menghambat tugas-tugas perkembangannya (Delphie,

2006 dalam Desy Santika Dewi, 2016, h. 567).

Menurut Graham (dalam Haring, 1974) mengatakan bahwa 40%

anak tunanetra mempunyai kecenderungan untuk memiliki ketunaan lain

yang menyertainya. Sejalan dengan Graham, Lowenfeld (dalam Hatlen,

1973) menemukan bahwa dalam beberapa kasus, jumlah anak penyandang

tunanetra dengan ketunaan lain dapat melebihi jumlah anak yang hanya

menyandang tunanetra. Tunanetra yang memiliki ketunaan lain dikenal

dengan tunaganda-netra atau Multiple Disabilities and Visual Impairment

(MDVI), yaitu anak tunaganda dengan salah satu kombinasi ketunaan

berupa gangguan penglihatan (tunanetra).

Penelitian tentang tunaganda-netra ini masih jarang ditemukan atau

dilakukan. Oleh sebab itu, literatur mengenai anak tunaganda-netra sangat

terbatas. Padahal ini penting untuk dilakukan mengingat jumlah anak yang

mengalami ketunaan, termasuk tunaganda-netra makin lama makin

bertambah. Belum ada data yang menunjukkan perkiraan mengenai jumlah

anak tunaganda-netra di Indonesia. Namun jumlah tersebut terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Sari Rudiyati, 2015, h. 69)

Kombinasi ketunaan yang dialami anak tunganda-netra

menyebabkan masalah berat, yakni mereka tidak dapat menerima

pelayanan yang memadai dalam program pendidikan yang diterima

Page 18: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

3

tunanetra atau orang yang hanya memiliki satu hambatan saja (Thawani,

2000:461 dalam Jurnal Pendidikan Khusus, 2018). Selain itu kondisi anak

dengan hambatan tunaganda-netra tentu saja akan berdampak pada

perkembangan anak (perkembangan motorik, perkembangan kognitif,

perkembangan komunikasi, dll) yang akan berkembang lebih lambat

dibandingkan dengan anak-anak dengan satu hambatan, bahkan beberapa

anak tunaganda-netra biasanya menunjukkan perilaku yang berbeda seperti

kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi, sulit

dalam keterampilan menolong diri sendiri, sulit berperilaku dan

berinteraksi yang sifatnya konstruktif (Yudha Eko Suseno, 2018, h. 2).

Berbagai hambatan dalam perkembangan yang dialami anak

tunaganda-netra dapat teratasi, apabila mereka mendapatkan bantuan dari

orang dewasa di sekitarnya (Hallahan & Kauffman, 2006). Oleh karena

itu, butuh peran aktif orang-orang di sekitar anak untuk membantu mereka

melewati berbagai kesulitan tersebut agar anak dapat mengembangkan sisa

potensi yang dimiliki. Bagi anak, tidak ada sumber kekuatan (resource)

yang lebih penting selain orang tua. Orang tua merupakan figur utama dan

tetap bagi kehidupan anak. Orang tua harus memberikan dukungan yang

dibutuhkan anak secara konsisten, terus menerus dan sistematis (Smith,

2001 dalam Dwi Ajeng, 2009, h. 3).

Sebagian besar orang tua dengan anak yang memiliki ketunaan

berat, dalam hal ini tunaganda-netra atau MDVI, menghadapi dua krisis

utama (Kirk & Gallagher, 1989). Pertama, orang tua tentu memiliki

harapan-harapan mengenai masa depan dari anak yang akan lahir, seperti

harapan mengenai kesuksesan, pendidikan, hingga kondisi finansial anak

tersebut. Tidak dapat dielakkan lagi orang tua yang mengetahui bahwa

anak mereka menderita ketunaan akan kehilangan mimpi dan harapan

mereka. Beberapa dari orang tua mengalami depresi berat ketika

mengetahui kenyataan tersebut (Farber dalam Kirk & Gallagher, 1989).

Kedua, yaitu krisis yang dialami orang tua berhubungan dengan masalah

untuk memberikan pelayanan sehari-hari. Selain itu, memikirkan bahwa

Page 19: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

4

anak tidak akan mengalami proses perkembangan normal menjadi individu

dewasa yang mandiri juga akan memberatkan orang tua.

Keluarga yang menerima keberadaan anak dengan kondisi

disabilitasnya, beberapa kajian dan kertas kerja dalam jurnal ilmiah

menunjukkan, bahwa anak dengan disabilitas yang mendapat dukungan

dari persekitarannya, tidak mengalami banyak masalah perilaku maupun

masalah dalam penyesuaian sosialnya. Dukungan dari pesekitaran

merupakan sistem dukungan yang dapat mengurangi resiko depresi dan

tekanan pada penyandang disabilitas fisik (Turner dan Noh, 1988).

Keadaan tersebut dapat dipahami karena persekitaran sosial yang memberi

dukungan kepada anak dengan disabilitas memberikan suasana kondusif,

bahwa anak merasa diterima dan dibantu, sehingga keadaan ini dapat

memotivasi anak untuk beraktivitas dan berkarya (Rini Hartini, 2018)

Memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan tantangan yang

cukup berat. Orangtua banyak yang mengeluhkan bahwa merawat dan

mengasuh anak berkebutuhan khusus membutuhkan tenaga dan perhatian

yang ekstra dibandingkan dengan merawat anak yang normal (Wiwin,

2011). Orangtua merupakan caregiver bagi anak berkebutuhan khusus,

yaitu seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami

ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena keterbatasannya.

Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam siklus

kehidupannya.

Oleh karena itu, pemeliharaan anak dan pengasuhan yang baik akan

mengantarkan anak untuk tumbuh dengan baik. Dalam Islam pun

mengajarkan bagi orang tua untuk menyayangi anaknya dalam Al Qur‟an

surah Al Kahfi ayat 46:

ن يا المال والب نون زينة الي وة الد رعند ربك ث وابا لحت خي والبقيت الص

ر أمل ﴾٦٤﴿الكهف:وخي

Page 20: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

5

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia

tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di

sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

Dalam ayat tersebut mengatakan bahwa harta dan anak-anak

adalah perhiasan kehidupan dunia bagi orang tua. Dimana setiap orang tua

harus memelihara dan mengasuh anak dengan baik sesuai dengan amanah

yang diberikan Allah dalam kondisi apapun agar anaknya dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik.

Yayasan Mitra Netra adalah salah satu lembaga pelayanan sosial

yang sudah berdiri sejak lama, dimana Yayasan Mitra Netra ini peduli

akan isu disabilitas khususnya disabilitas netra. Dimana Yayasan ini

didirikan oleh beberapa orang tunanetra. Yayasan ini memusatkan

programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra di

bidang pendidikan dan lapangan kerja.

Lembaga Yayasan Mitra Netra membantu orang tua yang memiliki

anak dengan disabilitas netra agar anak tersebut dapat hidup mandiri,

cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat sesuai dengan

visi Yayasan Mitra Netra ini sendiri. Yayasan Mitra Netra juga melayani

bagi anak disabilitas netra yang memiliki hambatan lain atau disebut

dengan Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI). Dimana

MDVI ini sendiri merupakan program baru yang dijalankan oleh Yayasan

Mitra Netra, meski tergolong baru namun pelayanan yang diberikan tetap

memberikan yang terbaik. Di lembaga tersebut juga terdapat program bagi

keluarga yang memiliki anak disabilitas akan tetapi ada beberapa orang tua

yang kurang aktif mengikuti program tersebut. Padahal anak-anak dengan

disabilitas tersebut membutuhkan dukungan dari keluarga terutama orang

tua.

Dari uraian di atas jelas bahwa anak tunaganda-netra atau Multiple

Disabilities and Visual Impairment (MDVI) ini mengalami berbagai faktor

yang berpengaruh besar pada kondisi psikologi dan sosialnya. Orang tua

Page 21: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

6

yang memiliki anak dengan disabilitas netra ini perlu memberikan

dukungan bagi anaknya agar dapat mengurangi resiko depresi dan tekanan

pada penyandang disabilitas, serta agar anak merasa aman, nyaman dan

merasa dihargai.

Salah satu faktor pendukung yang membuat anak tunaganda-netra

atau MDVI dapat berkembang dengan baik adalah keluarganya terutama

orang tua. Orang tua memiliki peran utama dalam mengasuh anaknya

dirumah, karena lembaga hanya memfasilitasi pelayanan yang dibutuhkan,

sisanya kembali pada keluarganya masing-masing.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

membuat penulis terdorong untuk melakukan pembahasan dan penelitian

secara lebih mendalam mengenai “Dukungan Sosial Orang Tua

terhadap anak Tunaganda-Netra di Yayasan Mitra Netra Jakarta

Selatan.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dijabarkan diatas, untuk tidak

terjadi kesalahpahaman dan pelebaran pembahasan, maka penulis

mencoba memfokuskan permasalahan yang akan terfokus pada

Dukungan Sosial Orang Tua terhadap Anak Tunaganda-Netra di

Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas

selanjutnya.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana dukungan sosial yang diberikan orang tua terhadap anak

Tunaganda-Netra di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan?

Page 22: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maksud dan tujuan

dari penelitian ini, sebagai berikut, yaitu untuk mengetahui bagaimana

dukungan sosial orang tua terhadap anak Tunaganda-Netra di Yayasan

Mitra Netra Jakarta Selatan

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai infomasi dan

dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi

kesejahteraan sosial, khususnya yang berkaitan dengan

dukungan sosial orang tua terhadap anak Tunaganda-Netra

2) Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan gambaran

untuk penelitian selanjutnya tentang masalah yang terkait.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi keluarga dapat dijadikan sebagai masukan dalam

memberikan dukungan sosial bagi anak yang mengalami

tunaganda-netra.

2) Bagi masyarakat luas dapat dijadikan sebagai masukan untuk

memberikan dukungan sosial kepada anak yang mengalami

anak tunaganda-netra di lingkungan sekitarnya.

3) Bagi penulis dapat menambah wawasan yang luas terutama

dalam disabilitas ganda.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

dimana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-

faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti, data yang

Page 23: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

8

dikumpulkan dari metode deskriptif ini berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka-angka (Moleong, 2007, h 9-10).

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin

mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali

informasi yang jelas mengenai bagaimana

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo

dan dokumen resmi lainnya (Djunaedi, 2012)

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

yang ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang

menggambarkan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau

memeriksa kondisi atau praktik-praktik yang berlaku, juga menentukan

apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama

hingga belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana serta

keputusan pada masa yang akan datang (Jalaludin R., 2006)

Metode deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan yang sekarang

(sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis penelitian

deskriptif ini untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Cunsuelo, 2006). Tujuan dari

penelitian deskriptif ini untuk mendeskripsikan, mencatat dan

menganalisis mengenai bagaimana dukungan sosial orang tua terhadap

anak tunaganda-netra di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan.

3. Sumber Data

Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data dalam sebuah

penelitian kualitatif. Sedangkam dokumen dan lain-lain merupakan data

Page 24: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

9

tambahan. Data primer dan sekunder merupakan sumber data yang

diperoleh dalam penelitian kualitatif deskriptif.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung yang diperoleh melalui

wawancara dengan orang tua yang salah satu anggota keluarganya

mengalami tunganda-netra.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan melalui sumber-

sumber informasi tidak langsung seperti dokumen-dokumen yang

ada di perpustakaan, departemen dan lain-lain. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

studi kepustakaan.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Teknik

wawancara ini merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan

berbagai data dan informasi (Suharsimi, 1979). Dalam proses ini

peneliti akan melakukan wawancara terhadap staff lembaga,

maupun kepada klien yaitu orang tua dari anak tunaganda-netra.

b. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah

tersedia dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi

data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai

data pendukung dan pelengkap data. Dokumentasi yang tersaji bisa

berupa foto-foto, brosur dan buku-buku yang ada kaitannya dengan

penelitian.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Yayasan Mitra Netra di Jl. Gunung

Balong II No. 58, Lebak Bulus III Jakarta Selatan 12440.

Page 25: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

10

b. Waktu Penelitian

Penelian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan dari bulan

Oktober 2018 sampai Januari 2019.

6. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Peneliti melakukan observasi awal untuk menentukan siapa saja

yang dipilih sebagai sumber informasi. Sesuai dengan karakteristik

penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling yaitu dengan memilih

informan yang dipilih peneliti karena ada pertimbangan untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu (Sugiyono, 2010). Adapun informan yang dipilih

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara

No Informan Informasi yang dicari

1 Kepala bagian

rehabilitasi dan diklat

Yayasan Mitra Netra

Wawancara ke bagian rehabilitasi untuk

mengetahui pelayanan sosial apa saja

yang diberikan kepada anak tunaganda-

netra.

2 Terapis Wawancara ke terapis, untuk mengetahui

bagaimana terapi yang dilakukan pada

anak tunaganda-netra.

3 4 orang tua dari anak

dengan Tunaganda-

netra

Wawancara ke orang tua, untuk

mengetahui bagaimana pemberian

dukungan sosial kepada anak yang

mengalami tunaganda-netra.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang paling penting

untuk memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-

Page 26: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

11

unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan

yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat dengan

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011).

Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan

analisis terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data

tersebut penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu

mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual dan

akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara.

Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut

dapat diberi data dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian (Nasir, 1993). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis

secara kualitatif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam

yang berupa kalimat-kalimat atau pernyataan pendapat atau sikap

tersebut dianalisa dan diinterpretasikan untuk mengetahui makna yang

terkandung di dalamnya, untuk memahami keterikatan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

Data kualitatif dari hasil wawancara, observasi langsung dan

dokumentasi selanjutnya disusun dalam catatan lapangan, kemudian

diringkas dan dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan

disusun secara sistematis dengan mengacu pada perumusan masalah

dan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Page 27: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

12

BAB II KAJIAN TEORI

Landasan Teori, Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, Tunaganda-Netra,

Pengertian Tunanetra, Klasifikasi Tunanetra, Sebab Terjadinya

Ketunanetraan, Dampak Ketunanetraan, Tunaganda, Definisi Tunaganda,

Ciri-ciri Anak Tunaganda, Pengertian Tunaganda-Netra, Perkembangan

Anak Tunaganda-Netra, Pengertian Dukungan Sosial, Bentuk Dukungan

Sosial, Sebab-sebab Terbentuknya Dukungan Sosial, Aspek-aspek

Dukungan Sosial, Sumber-sumber Dukungan Sosial, Dukungan Sosial

Orang Tua.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai deskripsi umum Yayasan Mitra Netra

yang di dalamnya menggambarkan dari sejarah singkat tentang berdirinya

yayasan ini, visi, misi motto, tujuannya, identitas lembaga, sarana dan

prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasional, dan kerja samanya

dengan pihak lain terkait pemberian dukungan sosial.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan bagaimana dukungan sosial yang diberikan,

dengan menjelaskan hasil observasi, wawancara, dokumentasi lapangan

terkait dengan dukungan sosial.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori, dan rumusan

teori baru dari penelitian.

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan, implikasi dan saran dari hasil penelitian.

Page 28: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tunaganda-Netra

Tunaganda-netra atau Multiple Disabilities and Visual Impairment

(MDVI) merupakan salah satu bentuk kombinasi dari tunanetra dengan

ketunaan yang lain. Literatur mengenai tunaganda-netra masih terbatas, oleh

karena itu pada penelitian ini menggunakan literatur mengenai tunanetra dan

tunaganda.

1. Tunanetra

a. Definisi Tunanetra

Menurut Hatfield (dalam Mangunsong dkk, 1998), seseorang dinyatakan

tunanetra apabila setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap

kemampuan visualnya, ternyata ketajaman visualnya tidak melebihi 20/200

atau setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan kemampuan visualnya,

ternyata pandangannya tidak melebihi 20 derajat. Pengukuran ketajaman

visual dapat dilakukan dengan menggunakan Snellen Chart. Bila didapatkan

hasil 20/200, maka dapat disimpulkan bahwa individu hanya dapat melihat

pada jarak 20 kaki. Sementara itu, mata dengan penglihatan normal dapat

melihat dengan jarak 200 kaki (Hallahan & Kauffman, 2006).

Dilihat dari sudut pandang pendidikan, gangguan penglihatan dibedakan

menjadi dua (Mangunsong dkk, 1998), yaitu:

1) Siswa yang tergolong buta (dipandang dari segi akademis), mencakup

siswa yang tidak dapat lagi menggunakan penglihatannya untuk tujuan

belajar huruf awas/cetak.

2) Siswa yang melihat sebagian atau kurang awas, yang meliputi siswa

dengan penglihatan masih berfungsi secara cukup antara (20/70 –

20/200) atau mereka yang memiliki ketajaman penglihatan normal

tetapi memiliki sudut pandang kurang dari 20 derajat.

Page 29: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

14

Sedangkan pendapat lain mengatakan tunanetra adalah salah satu jenis

hambatan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk

melihat, baik secara menyeluruh (total blind) ataupun sebagian (low vision).

Dengan kata lain tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan fungsi

penglihatan sedemikian rupa sehingga individu tersebut tidak dapat

menggunakan indera penglihatannya secara fungsional (Agustyawati &

Solicha, 2009, h. 5).

b. Klasifikasi Tunanetra

Secara garis besar menurut Agustyawati dan Solicha tunanetra

dikelompokkan menjadi dua macam, yakni buta (total blind) dan low vision

(Agustyawati & Solicha, 2009, h. 10-12).

1) Buta (total blind)

Dikatakan buta apabila sama sekali tidak mampu menerima rangsangan

cahaya dari luar

2) Low Vision

Seseorang yang memiliki keterbatasan dalam jarak pandang, tetapi

masih dapat melihat objek ketika mereka berada dalam jarak beberapa

inci atau maksimum dalam jarak dua kaki. Dengan kacamata, mereka

masih mampu membaca tulisan yang huruf-hurufnya berukuran besar.

Selain dua macam tersebut, tunanetra juga dapat dibagi menjadi empat,

yaitu:

1) Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan terbagi menjadi lima,

yaitu;

a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sebelum atau

sejak lahir sudah menjadi tunanetra, biasanya diakibatkan oleh virus

atau faktor lain saat persalinan, sehingga mereka tidak memiliki

pengalaman penglihatan sama sekali.

b) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; yakni individu yang

mengalami gangguan penglihatan sejak masih kecil, individu ini

telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual namun belum

kuat sehingga mudah terlupakan.

Page 30: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

15

c) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; pada masa ini,

individu telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan

pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

d) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya individu yang dengan

segala kesadaran sudah mampu melakukan latihan-latihan

penyesuaian diri.

e) Tunanetra pada usia lanjut; sebagian besar pada masa ini individu

sudah sulit untuk mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

2) Berdasarkan kemampuan daya penglihatan terbagi menjadi tiga, yaitu;

a) Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yaitu mereka yang

memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih

dapat mengikuti program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b) Tunanetra setengah berat (partially sighted); yaitu mereka yang

kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan

kaca pembesar mampu mengiktui pendidikan biasa atau membaca

tulisan yang bercetak tebal.

c) Tunanetra berat (totally blind); atau biasa dikenal buta, yaitu mereka

yang tidak dapat melihat sama sekali.

3) Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata terbagi menjadi tiga;

a) Myopia atau rabun jauh adalah penglihatan jarak dekat, dimana

individu sulit untuk melihat obyek jauh dengan jelas, namun

penglihatan akan menjadi jelas kalau obyek didekatkan.

b) Hyperopia atau rabun dekat adalah penglihatan jarak jauh, dimana

individu sulit untuk melihat obyek dekat dengan jelas, namun

penglihatan akan menjadi jelas jika obyek dijauhkan.

c) Astigmatisme atau mata silinder adalah penglihatan kabur yang

disebabkan karena adanya ketidaksempurnaan pada kornea mata atau

pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik

pada jarak jauh maupun dekat tidak terfokus jatuh pada retina.

Page 31: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

16

c. Sebab Terjadinya Ketunanetraan

Dalam Garrison dan Force (1980) disebutkan beberapa penyebab utama dari

kebutaan antara lain karena infeksi penyakit, kecelakaan, keracunan, tumor,

penyakin umum, pengaruh masa kehamilan dan faktor etiologi lainnya.

Disebutkan pula berdasarkan hasil penelitian bahwa kebanyakan penderita

kebutaan bersumber dari masa prenatal, walaupun tidak selalu jelas faktor

spesifik apa yang mengakibatkan kondisi tersebut. Selain itu, disebutkan pula

ada dua faktor yang menyebabkan individu menderita tunanetra (Widjajatin

& Hitipeuw, 1995), yakni:

1) Faktor Endogen

Faktor endogen yaitu faktor yang erat hubungannya dengan masalah

keturunan atau pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.

Ketunetraan pada faktor ini bisa dialami jika perkawinan antar keluarga

keluarga tunanetra atau terdapat gangguan pada masa kehamilan karena

unsur-unsur penyakit yang bersifat menahun seperti TBC, sehingga

dapat merusak sel-sel darah tertenu selama pertumbuhan janin.

2) Faktor Eksogen

Faktor eksogen yaitu faktor luar terjadi setelah dilahirkan. Faktor ini

berkairan dengan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan

ketunanetraan, seperti xeropthalmia, yaitu penyakit yang disebabkan

karena kekurangan vitamin A; trachoma, yaitu gejala bintil-bintil pada

selaput putih dengan perubahan pada selaput bening, pada stadium

akhir selaput putih menjadi keras, sakit dan menjadi luka; katarak, yaitu

kekeruhan dan keburaman lensa yang menghalangi cahaya masuk ke

dalam mata; dan penyakit lainnya yang dapat menyebaabkan

ketunanetraan.

d. Karakteristik Tunanetra

1) Karakteristik Fisiologis

a) Buta (Totally Blind)

Seseorang dikatakan buta bila dilihat secara fisik yaitu apabila tidak

mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak enam

Page 32: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

17

meter, terdapat kerusakan nyata pada kedua bola mata, sering

meraba-raba hingga tersandung saat jalan, mengalami kesulitan saat

mengambil benda kecil di sekitarnya, bagian bola mata yang hitam

berwarna keruh, peradangan hebat pada kedua bola mata.

b) Low vision

Low vision berbeda dengan buta, penderita low vision hanya

kehilangan sebagian penglihatannya dan masih memiliki penglihatan

sebagian yang dapat ditingkatkan apabila difungsikan dengan baik.

Seseorang yang mengalami low vision masih dapat menulis dan

membaca dengan jarak yang sangat dekat, dengan bantuan alat,

namun hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar, mata

tampak lain (terlihat putih di tengah mata/katarak atau kornea terlihat

berkabut, terlihat tidak menatap lurus kedepan, memicingkan mata

atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang saat mencoba

melihat sesuatu.

2) Karaktertistik kognitif

Kecenderungan tunanetra mengganti indera penglihatan dengan indera

pendengaran sebagai saluran utama penerimaan informasi dari luar

mengakibatkan pembentukan pengertian atau konsep hanya berdasarkan

pada suara atau bahasa lisan. Beberapa konsep yang sangat sulit

dikenalnya seperti konsep warna, jarak, dan waktu. Namun demikian

secara psikologis mereka sering dicirikan dengan pemilikan indera

superior yaitu dalam hal perabaan, pendengaran dan daya ingat.

3) Karakteristik sosial

Perkembangan sosial tunanetra sangat bergantung pada bagaimana

perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga itu

sendiri. Penerimaan secara realistik dengan segala keterbatasannya

adalah yang paling utama dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Page 33: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

18

e. Dampak Ketunanetraan

Menurut Lowenfeld (dalam Mangunsong dkk, 1998),

mengemukakan ada tiga hal yang dapat berpengaruh sebagai akibat dari

kerusakan dalam penglihatan, yaitu:

1) Perkembangan Kognitif dan Kemampuan Konseptual

Input visual memiliki peranan yang besar dalam suatu konsep,

dalam merangsang dan mengarahkan tingkah laku, dan secara umum

dalam ketepatan informasi yang diterima seseorang dari lingkungannya

yang dihubungkan dengan apa yang ada dalam pikirannya. Bila

dibandingkan dengan individu yang dapat melihat, mereka yang

mengalami tunanetra lebih bergantung pada informasi taktil dan auditif

untuk belajar mengenai dunia. Menurut Hallahan dan Kauffman (2006)

anak tunanetra akan mengalami kesulitan dalam hal kemampuan

konseptual. Biasanya anak tunanetra akan mengalami mengandalkan

sentuhan untuk mendapatkan konseptualisasi dari objek, sedangkan

sentuhan kurang efektif dibandingkan penglihatan. Menurut Kirk dan

Gallagher (1979 dalam Mangunsong dkk, 1998), anak-anak dengan

tunanetra memiliki tingkat kecerdasan yang berada pada taraf di bawah

rata-rata, bila diukur dengan test inteligensi. Tetapi, karena sulit

menemukan tes yang dapat membandingkan inteligensi antara individu

yang dapat melihat dengan individu tunanetra, penggunaan tes verbal

saja kurang memuaskan, dan mengingat bagian “performance” yang

juga penting menjadi diabaikan sehingga respon yang diberikan oleh

individu tunanetra menjadi terbatas. Oleh karena itu, tidak berarti

kebutaan mengakibatkan intelegensi seseorang menjadi lebih rendah.

2) Perkembangan Motorik

Untuk perkembangan motorik anak tunanetra cenderung lambat

karena kemampuan orientasi yang buruk, “body awareness” yang tidak

tepat serta tidak tepat dalam mengkoordinasikannya, dan kurang dapat

memperkirakan bagaimana bergerak secara aman/tepat pada situasi

yang baru. Hal tersebut terjadi pada anak tunanetra karena sebelum

melakukan gerakan yang sesuai dengan lingkungannya, maka seorang

Page 34: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

19

anak harus mengetahui lebih dahulu bagian-bagian tubuhnya, arah,

posisi dalam ruang, serta keterampilan seperti duduk, berdiri, atau

berjalan.

3) Perkembangan Sosial

Masalah dalam bergerak, sikap orangtua yang terlalu melindungi

serta hubungannya dengan kelompok teman sebaya dan anak-anak yang

memiliki penglihatan normal menunjukkan bahwa anak tunanetra

memiliki masalah dalam penyesuaian dirinya ke dalam lingkungan

sosial, sehingga anak tunanetra tidak berdaya dan bergantung kepada

orang lain. Hal tersebut senada dengan pendapat Cutsforrth (dalam

Supena, 1999) mengatakan bahwa kekurangmampuan penyesuaian diri

pada anak tunanetra mungkin lebih disebabkan karena perlakukan-

perlakuan yang diberikan oleh masyarakat terhadap anak tunanetra.

Oleh karena itu, sikap orang tua dan lingkungan sosial memiliki peran

penting dalam menentukan gambaran penyandang tunenetra.

2. Tunaganda

a. Definisi Tunaganda

Tunaganda dan majemuk adalah anak yang menyandang kombinasi

atau gangguan dari dua atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi, fisik,

emosi, mental dan sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan,

psikologis, medis, sosial hingga vokasional melebihi pelyananan yang sudah

tersedia bagi anak berkelainan tunggal, agar dapat mengembangkan

kemampuannya seoptimal mungkin untuk mengembalikan fungsi sosialnya

dalam masyarakat (Mangunsong, dkk. 1998).

Lebih jauh lagi dikatakan bahwa anak-anak tunaganda apabila

dibandingkan dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang menyandang

ketunaan tunggal memiliki kelainan yang lebih kompleks, baik dalam hal

fisik, dalam hal kemampuan sosialnya dan juga dalam hal mental ataupun

intelektualnya (Mangunsong, dkk., 1998).

Kombinasi ketunaan yang termasuk dalam tunaganda adalah,

tunanetra-tunadaksa, tunanetra-tunarungu, tunanetra-tunagrahita didik,

Page 35: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

20

tunarungu-tunadaksa, tunadaksa-tunagrahita, dan masih banyak lagi.

Terlepas dari kombinasi tersebut, mereka memiliki karakteristik yang sama,

yaitu kesulitan dalam berkomunikasi, terhambat dalam aktivitas fisik dasar,

keterampulan generalisasi yang minim, dan membutuhkan ukungan dalam

menjalankan aktivitas kehidupan utama.

b. Ciri-Ciri Anak Tunaganda

Guess dan Muligan (Meyen 1982 dalam Rizki Farabi, 2008)

menjelaskan bahwa keberagaman antar anak tunaganda jauh lebih besar

diantara kesamaannya. Tidak ada satupun anak yang memiliki ciri yang

sama dengan anak tunaganda lainnya. Lebih jauh dijelaskan, pada umumnya

yang dialami oleh anak tunaganda adalah keterlambatan perkembangan

yang parah, dan juga perkembangan yang menyimpang, berikut adalah yang

dimaksud perkembangan tidak sama dengan anak normal pada umumnya:

Ciri-ciri anak tunganda, menurut Mangunsong, dkk. (1998) dan Guess

dan Mulligan (Meyen 1982 dalam Rizki Farabi 2008) adalah:

1) Ciri-ciri fisik. Memiliki kelainan lebih dari satu macam; bahkan ada

yang memiliki kelainan hingga 3-4 macam. Gangguan-gangguan yang

kerap dialami adalah gangguan refleks dan motorik, fungsi sensoris,

fungsi metabolisme, fungsi pernafasan, gangguan perasaan kulit, dan

gangguan ekskresi urine (Mangunsong, dkk., 1998). Kemampuan

motoriknya dapat dilatih, namun perkembangannya tidak bisa secepat

anak normal.

2) Ciri-ciri kognitif. Tingkat kecerdasasan sangat bervariasi, tergantung

pada kelainan-kelainan yang disandangnya. Gangguan yang dialami

dalam kemampuan intelektual, emosional dan sosial seperti hiperaktif,

gangguan pemusatan perhatian, mudah depresi, cemas, dan sangat

berpusat pada diri sendiri atau self-centered (Mangunsong, dkk., 1998).

Sulit mengenali bentuk, warna dan objek-objek lain. Walaupun ada

beberapa dari mereka yang cukup mampu melakukan hal-hal tersebut,

namun perkembangannya tidak bisa disamakan dengan anak yang

normal (Guess dan Mulligan, dalam Meyen 1982).

Page 36: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

21

3) Ciri-ciri sosial. Pada umumnya tunaganda mengalami kesulitan dalam

melakukan keseharian, merasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri,

self-help yang rendah, dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial.

Sebagian dari mereka dapat bergaul dengan lingkungan sosialnya

(Mangunsong, dkk., 1998). Mereka memiliki hambatan dalam tingkah

laku adaptif. Terkadang tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan

keadaan. Mereka juga sering melakukan stereotyped behaviour atau

mengulang-ulang tindakan yang tidak memiliki arti khusus. Salah satu

ciri anak tunaganda lainnya adalah tindakan yang melukai diri sendiri

(Guess dan Muliggan; Meyen 1982, dalam Rizki Farabi 2008).

4) Ciri kemampuan berbahasa. Perkembangan kemampuan berbicara dan

berbahasa anak tunaganda sangat lambat. Pada umumnya tunaganda

hanya mampu berbicara beberapa kata ataupun frase. Selain itu, mereka

juga sulit berbicara dengan jelas, bahkan seperti meracau dan berbicara

hal-hal yang tidak berhubungan dengan konteks. Oleh karena itu, sering

kali mereka kurang bisa mengungkapkan apa yang diinginkan, hingga

akhirnya menangis bertindak agresif, bahkan tantrum atau perpaduan

dari beberapa tindakan destruktif (Guess dan Mulligan; Meyen 1982,

dalam Rizki Farabi 2008).

3. Tunaganda-Netra

a. Definisi Tunaganda-Netra

Menurut Moor (1965 dalam Lowenfeld 1973) menggambarkan anak-

anak penyandang tunaganda-netra sebagai individu yang membutuhkan

bantuan khusus agar dapat berfungsi di dalam program pendidikan.

Sedangkan menurut Philip H. Hatlen (Lowenfeld, 1973), mengatakan bahwa

tingkat keparahan anak-anak tunanetra dengan ketunaan tambahan sangat

berat sehingga mereka tidak dapat dilayani secara memadai dengan

pelayanan yang diberikan untuk anak tunanetra. Dengan kata lain, anak-

anak tunaganda-netra membutuhkan pelayanan khusus yang berbeda dari

pelayanan untuk anak tunanetra. Selain itu, Elonen, Polzien dan

Zwarensteyn (1976; Lowenfeld, 1973), beranggapan bahwa anak

Page 37: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

22

tunanganda-netra dapat digambarkan dengan akurat sebagai “deviant blind

children” (Dewi Rahmawati, 2009).

b. Perkembangan Anak Tunaganda-Netra

Perkembangan anak dengan ketunaanganda-netra dapat dilihat dari

beberapa aspek perkembangan kemampuan, antara lain aspek kognitif,

bahasa, sosial, motorik halus, motorik kasar, visual dan sensorimotor,

orientasi dan mobilitas, dan bina bantu-diri (Meyen, 1982; Snell 1983;

Heward & Orlansky, 1992; Hallahan & Kauffman, 2006 dalam Dewi

Rahmawati, 2009).

1) Aspek Kemampuan Kognitif

Ciri-ciri rohaniah/mental/intelektual anak-anak tunaganda dan

majemuk antara lain; mereka sering mengalami gangguan kemampuan

intelektual, kehidupan emosi dan sosialnya, seperti emotional disorder,

hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, toleransi terhadap

kekecewaan yang rendah, berpusat pada diri sendiri, depresi, cemas,

dan lain-lain. Kelainan yang dialami oleh anak tunaganda dan majemuk

sangatlah kompleks, hal tersebut akan membawa beban psikologis yang

berat bagi mereka (Mangunsong dkk., 1998).

Anak tunaganda-netra memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-

beda atau beragam. Meskipun begitu, anak tunaganda-netra memiliki

potensi untuk menguasai tugas praakademis. Salah satu tugas

praakademis yang diajarkan pada anak tunaganda-netra adalah

mengikuti instruksi yang diberikan secara verbal oleh guru (Meyen,

1982). Dalam perkembangan selanjutnya, anak dapat diajarkan berbagai

kemampuan akademis yang berkaitan dengan kognitif, bahkan sampai

pada kemampuan untuk menulis, dan membaca, baik dengan huruf

awas maupun Braile (Meyen, 1982). Selain itu, anak juga dapat

diajarkan mengenai struktur keruangan, yang berkaitan dengan

kemampuan untuk menempatkan dan memindahkan benda di suatu

ruangan, membandingkan dua buah benda, serta mengelompokkan

benda-benda di suatu ruangan, membandingkan dua buah benda, serta

Page 38: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

23

mengelompokkan benda-benda dengan fungsi yang sama (Robinson &

Robinson, 1983). Selain itu, anak juga diajarkan pengetahuan secara

khusus mempelajari seksualitas manusia melalui penglihatan mereka

(Heward & Orlansky, 1992).

2) Aspek Kemampuan Bahasa

Semua anak dengan ketunaanganda menunjukkan kekurangan

dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Kekurangan ini dapat berupa

keterlambatan dalam berbicara, ketidakjelasan dalam berbicara dan

pembentukan pola bicara yang aneh (Meyen, 1982). Perkembangan

kemampuan berbahasa mereka sangat lambat. Pada umumnya mereka

hanya mampu berbicara beberapa kata ataupun frase. Selain itu mereka

juga sulit berbicara dengan jelas, bahkan mereka seperti meracau dan

berbicara tentang hal-hal yang tidak berhubungan konteks. Oleh karena

kemampuan berbicara dan berbahasa mereka sangat terbatas, seringkali

mereka kurang bisa mengungkapkan apa yang diinginkan, hingga

akhirnya mereka menangis, bertindak agresif, bahkan tantrum atau

perpaduan dari beberapa tindakan destruktif (Guess dan Mulligan

dalam Meyen 1982).

Meskipun begitu, anak tunaganda-netra masih memiliki potensi

untuk menguasai kemampuan bahasa. Anak dengan ketunaanganda-

netra dapat diajarkan untuk menguasai fungsi-fungsi semantik (arti

suku kata). Setelah menguasai fungsi semantik, anak dapat diajarkan

untuk berbicara dengan struktur kalimat yang benar (Subyek + Predikat

+ Obyek) (Miller & Yoder, 1974 dalam Meyen, 1982). Anak juga dapat

diajarkan untuk berbicara menggunakan kata kerja dan kata benda

secara bersamaan. Salah satu fungsinya adalah agar anak dapat

menyatakan keinginannya secara verbal, misalnya “ingin kue”. Selain

itu, anak diajarkan untuk menggunakan kata tanya, seperti „siapa‟,

„apa‟, dan „di mana‟. Anak juga diajarkan untuk menyatakan penolakan

bila tidak menginginkan sesuatu serta kepemilikan akan suatu benda

(Stremes & Waryas, 1974 dalam Meyen, 1982). Semua kemampuan itu

bertujuan agar anak dapat menggunakan bahasa yang telah ia miliki

Page 39: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

24

untuk mengekspresikan dirinya secara verbal, misalnya siswa dapat

menceritakan perasaannya saat itu (Kent, 1974 dalam Meyen, 1982).

3) Aspek Kemampuan Sosial

Menurut Mangunson, dkk (1998), ciri-ciri sosial anak-anak

tunaganda dan majemuk: yaitu mereka memiliki hambatan fisik dalam

menjalankan kegiatan sehari-harinya, rasa rendah diri, hambatan dalam

keterampilan kerja dan dalam melaksanakan kegiatan sosial, isolatif,

kurang percaya diri, dan lain-lain. Walaupun demikian, sebagian dari

anak-anak tunaganda dan majemuk ini masih mampu bergaul dengan

teman guru mereka, bahkan dengan orang lain yang berkunjung ke

lembaga pendidikan yang menangani mereka. Akan tetapi, sebagian ada

yang tidak dapat bergaul maupun berkomunikasi dengan teman, guru,

atau orang lain.

Kemampuan anak tunaganda-netra untuk berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya merupakan persyaratan yang penting agar anak

dapat meniru tingkah laku yang pantas dari lingkungan sekitarnya

(Meyen, 1982). Dalam interaksinya dengan orang lain, mereka sangat

jarang memulai suatu interaksi, juga untuk beraksi terhadap interaksi

yang dilakukan orang lain. Terkadang tindakan yang dilakukannya pun

tidak sesuai dengan keadaan. Mereka juga sering melakukan self-

simulation yang juga bisa disebut stereotyped behavior yaitu tingkah

laku yang berulang kali dilakukan yang sepertinya tidak memiliki arti

khusus, dimana tingkah laku itu akan menjadi masalah apabila dapat

melukai diri sendiri, juga dapat mengganggu proses pembelajaran

apabila sering dilakukan (Hallahan & Kauffman 2006). Tindakan

melukai diri sendiri menjadi salah satu ciri anak tunganda atau disebut

self-injury (Guess & Mulligan dalam Meyen, 1982). Self-injury

terkadang merupakan tindakan self-stimulation yang terlalu intens. Oleh

sebab itu, penting untuk mengajarkan interaksi dengan lingkungan

sosial pada anak. Kemampuan sosial dapat dikelompokkan menjadi

empat bagian, yaitu social decoding, komunikasi sosial, tingkah laku

non-verbal, dan kemandirian (Renzaglia & Bates, 1983).

Page 40: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

25

Kemampuan sosial yang pertama adalah social decoding, yaitu

kemampuan anak untuk membedakan isyarat sosial dan memberikan

interpretasi yang tepat dari isyarat tersebut. Misalnya, ketika anak

disapa “Halo” oleh temannya, ia dapat membalas sapaan tersebut

dengan tepat.

Kemampuan sosial yang kedua adalah komunikasi sosial. Dengan

menguasai kemampuan ini, maka siswa dapat dikatakan telah memiliki

kemampuan verbal tingkat tinggi. Komunikasi sosial meliputi

penyampaian dan respon terhadap salam, pujian, informasi positif,

informasi netral, informasi negatif (kritik), permintaan dan pertanyaan.

Kemampuan sosial yang ketiga berkaitan dengan tingkah laku non-

verbal. Kemampuan sosial sering tampak dalam tingkah lalu non-verbal

anak. Hal ini dapat terlihat dari kontak mata, ekpresi wajah, postur

tubuh, gerakan tangan, jarak antar individu, dan penampilan fisik.

Untuk kontak mata, pada anak yang memiliki gangguan pada

penglihatan akan sulit atau bahkan mustahil untuk dilakukan. Tingkah

laku non-verbal yang juga penting adalah kontak fisik yang merupakan

bagian dari hubungan sosial antar individu. Kontak fisik dapat dilihat

dari bentuk respon yang terentang dari memegang tangan sampai

keterlibatan yang lebih dalam, seperti hubungan emosional.

Kemampuan sosial yang keempat adalah kemampuan sosial

mandiri. Kemampuan ini penting untuk dilatih agar anak dapat

berfungsi secara mandiri dalam berbagai konteks sosial tanpa menarik

perhatian yang tidak semestinya, misalnya anak dapat mendengarkan

radio tanpa menimbulkan respon negatif dari orang lain yang juga ikut

mendengarkan bersamanya.

Selain kemampuan-kemampuan tersebut, Heward dan Orlansky

(1992) juga menambahkan beberapa kemampuan sosial lain yang perlu

dikembangkan pada anak dengan gangguan penglihatan, yaitu

kemampuan untuk berurusan dengan orang asing, kemampuan untuk

menginterpretasikan dan menjelaskan keterbatasan penglihatan mereka

kepada orang lain, dan kemampuan untuk mengontrol gerak mereka

Page 41: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

26

dalam percakapan sesuai dengan gerak yang dapat diterima di

masyarakat (gesture). Selain itu, anak dengan gangguan penglihatan

juga sebaiknya diajarkan untuk mengurangi dan menghentikan

perilaku-perilaku stereotipik, yaitu gerakan-gerakan yang sama dan

diulang-ulang seperti berayun-ayun, mencongkel atau menggaruk mata,

menggerak-gerakkan tangan, dan memutar-mutar kepala. Sampai saat

ini belum diketahui mengapa anak dengan gangguan penglihatan

melakukan perilaku-perilaku itu. Menurut Tooze (1981 dalam Heward

& Orlansky, 1992), perilaku-perilaku itu terjadi saat anak dengan

gangguan penglihatan berada dalam kondisi tertekan atau ketakutan.

Untuk mengurangi perilaku-perilaku tersebut, yang perlu dilakukan

adalah berusaha membuat anak tetap sibuk dan aktif.

Pengembangan kemampuan-kemampuan sosial ini menurut

Huebner (1986 dalam Heward & Orlansky, 1992), penting untuk

memfasilitasi kemandirian dan kepercayaan diri anak agar anak dapat

diterima oleh orang lain di sekolah, komunitas dan lingkungan kerja.

4) Aspek Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus memiliki hubungan yang erat dengan

penguasaan kemampuan bina-bantu diri, komunikasi dan akademis

anak-anak tunaganda-netra. Kemampuan untuk memegang,

menggenggam, melepaskan benda dari genggaman, menelan,

menggerakkan lidah, dan kemampuan dasar lainnya hanya akan

berguna apabila diterapkan pada saat anak makan, berpakaian,

berbicara, bekerja, bermain dan ketika berada di kamar mandi (Meyen,

1982). Oleh karena itu, kemampuan ini sangat penting untuk diajarkan

pada anak tunaganda-netra.

Untuk menguasai kemampuan ini, setiap individu membutuhkan

pengalaman-pengalaman menangani obyek yang berbeda-beda untuk

belajar bagaimana mengidentifikasi dan membedakan ukuran, bentuk,

tekstur, berat dan kekuatan dari obyek-obyek itu. Kemampuan motorik

halus ini berkembang secara bertahap dan tergantung dari bagaimana

kombinasi pengalaman-pengalaman, usia kronologis dan fisiologis,

Page 42: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

27

kondisi ketunaan yang dimiliki, dan kecenderungan penggunaan tangan

kiri/kanan yang dikembangkan anak.

5) Aspek Kemampuan Motorik Kasar

Pengembangan kemampuan motorik bagi anak tunaganda-netra

penting dilakukan mengingat semua domain kemampuan melibatkan

penguasaan kemampuan motorik, baik motorik kasar maupun halus.

Kemampuan-kemampuan motorik kasar, menurut Bunker dan Moon

(1983), tergolong dalam dua jenis kemampuan yaitu locomotor skill dan

manipulative motor skill. Locomotor skill mencakup kemampuan-

kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan perseptual, sedangkan

manipulative locomotor skill mencakup kemampuan-kemampuan untuk

memanipulasi benda. Perbedaan utama locomotor skill dan

manipulative skill adalah kemampuan-kemampuan yang tergolong

locomotor skill memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan

lingkungan, sedangkan kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam

manipulative skill memunhkinkan kita untuk merespon terhadap

lingkungan.

Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam locomotor skill

antara lain, berjalan, berguling dan merangkak. Kemampuan-

kemampuan tersebut merupakan locomotor skills yang mendasar dan

menjadi dasar berkembangnya locomotor skills tingkat lanjut seperti

berlari, memanjat, melompat, naik dan turun tangga, berlari kencang,

mendorong benda, dan melompat tali. Sedangkan kemampuan-

kemampuan yang tergolong dalam manipulative motor skill antara lain,

melempar, memukul, menangkap melambungkan obyek, menendang,

mengendarai sepeda dan kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan

manipulasi benda.

6) Aspek Perkembangan Kemampuan Visual dan Sensorimotor

Anak-anak yang memiliki ketunaan ganda juga mengalami

keterbatasan dalam kemampuan perseptual dan sensoris. Keterbatasan

kemampuan sensoris adalah seperti kebutaan dan ketulian ataupun

hanya menyisakan sedikit kemampuan penglihatan dan pendengaran.

Page 43: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

28

Kalaupun kemampuan sensoris mereka normal, mereka juga dapat

mengalami keterbatasan dalam hal perseptual, yaitu kesulitan dalam

mempersepsi dan menginterpretasikan lingkungannya (Guess &

Mulligan dalam Meyen, 1982). Kemampuan visual dan sensorimotor

ini berhubungan erat dengan kemampuan orientasi mobilitas pada anak

dengan ketunaannetra (Suterko dalam Lowenfeld, 1973). Kemampuan-

kemampuan yang dapat dilatih pada anak dengan ketunaannetra untuk

dapat mengoptimalkan fungsi penglihatannya antara lain kemampuan

untuk mengontrol gerakan-gerakan mata, beradaptasi secara visual

dengan lingkungan, memberikan perhatian pada stimulus visual, dan

memproses informasi visual secara cepat (Heward & Orlansky, 1992).

Alasan mendasar bagi pengembangan efisiensi penglihatan ini adalah

agar anak dapat „belajar melihat‟ dan secara aktif terlibat dalam

penggunaan penglihatan mereka sendiri.

Anak dengan ketunaannetra memperoleh sebagian besar informasi

dari lingkungan melalui indera pendengaran. Kemampuan mendengar

yang dapat diajarkan pada anak antara lain kemampuan untuk

memperhatikan dan menyadari adanya suara, membedakan suara, dan

menentukan makna dari suara. Kemampuan mendengar yang baik

cenderung dapat memperluas penggunaan kosakata dan mendukung

perkembangan kemampuan berbicara, membaca dan menulis anak.

Indera lain yang harus dioptimalkan dari anak dengan ketunaannetra

adalah perabaan. Dengan indera perabaannya, anak dengan

ketunaannetra dapat mengidentifikasi obyek-obyek di sekitarnya dan

mengeksplorasi lingkungan (Hallahan & Kauffman, 2006).

7) Aspek Kemampuan Orientasi dan Mobilitas

Orientasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menentukan

posisi seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan dengan

menggunakan indera-indera yang ada (Heward & Orlansky, 1992).

Mobilitas merupakan kemampuan untuk bergerak secara aman dan

efisien dari satu titik ke titik lain. Sangat penting untuk mengajarkan

sejak awal anak dengan gangguan penglihatan mengenai tubuh mereka

Page 44: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

29

dan lingkungan sekitar mereka. Kemampuan orientasi dan mobilitas

yang bagus memiliki beberapa dampak positif. Anak dengan gangguan

penglihatan yang dapat bergerak secara mandiri cenderung dapat

mengembangkan kemampuan fisik dan sosial, serta lebih percaya diri

daripada anak yang secara terus menerus bergantung pada orang lain

untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, kemampuan

orientasi dan mobilitas yang bagus juga memperluas kesempatan anak

untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup mandiri.

8) Aspek Kemampuan Bina-Bantu Diri

Kemampuan bina-bantu diri, menurut Hatlen (1976 dalam Heward

& Orlansky, 1992), merupakan kemampuan yang „paling penting untuk

diperhatikan‟ pada anak tunanetra, karena dapat memfasilitasi anak

untuk hidup mandiri ketika ia dewasa. Menurut Snell (1983),

kemampuan bina-bantu diri mencakup kemampuan makan dan minum,

berpakaian, dan menggunakan toilet. Pada umumnya kemampuan bina-

bantu mereka rendah, sehingga kurang bisa mandiri dalam menjalani

kehidupannya, seperti untuk menyikat gigi sendiri, menyuapi diri

sendiri dan sebagainya (Guess & Mulligan dalam Meyen, 1982).

Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam kemampuan

makan dan minum antara lain kemampuan menelan makanan,

kemampuan menggunakan jari untuk memegang makanan, kemampuan

menggunakan sendok untuk makan, kemampuan menggunakan garpu

untuk makan, dan kemampuan menggunakan gelas/cangkir untuk

minum.

Kemampuan berpakaian melibatkan koordinasi tangan-mata dan

ketangkasan jari yang tepat dengan mengontrol jari-jari dan ibu jari

(Snell, 1983). Baik pada anak normal maupun yang memiliki ketunaan

netra-ganda, kemampuan menggunakan pakaian dinilai lebih sulit

daripada kemampuan melepaskan pakaian. Kemampuan-kemampuan

yang tergolong dalam kemampuan berpakaian antara lain kemampuan

melepaskan celana panjang atau rok, menggunakan celana panjang atau

Page 45: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

30

rok, melepaskan kaos kaki, menggunakan kaos kaki, melepaskan

sepatu, dan menggunakan sepatu, dan lain-lain.

Kemampuan menggunakan toilet sendiri dari kemampuan

mengidentifikasi keinginan untuk buang air kecil atau buang air besar,

mengontrol keinginan untuk buang air kecil atau buang besar, pergi ke

kamar mandi, melepaskan celana/rok, duduk di toilet, menyiram toilet,

mengenakan kembali celana/rok, dan meninggalkan kamar mandi.

Selain tiga kemampuan tersebut, (Hatlen 1973 dalam Heward &

Orlansky, 1992) menambahkan kemampuan-kemampuan lain seperti

kemampuan memasak, menyapu, berbelanja, mengatur keuangan,

mengambil keputusan dan kegiatan berekreasi.

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Cohen dan Smet (Harnilawati, 2013) menjelaskan bahwa

dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari individu lain yang dapat dipercaya, sehingga individu

tersebut akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai,

dan mencintainya.

Pendapat lain mengatakan bahwa dukungan sosial itu adalah suatu peran

yang dimainkan oleh seseorang dan peran tersebut bisa dalam bentuk

memberikan nasihat, bantuan, menceritakan masalah-masalah yang

dialaminya (Lahey, 2007). Dikutip dari Smet (1994) menurut House

menjelaskan bahwa dukungan sosial sebagai kadar keberfungsian dari

hubungan yang dapat dikelompokkan dalam empat hal yaitu, dukungan

instrumental, dukungan penilaian, dukungan emosional, dan dukungan

informasi.

Sedangkan menurut Corsini (Jurnal Psikologi, 2010), dukungan sosial ini

berkenaan dengan keuntungan yang didapat oleh seorang individu dalam

hubungan dengan orang lain dia akan mampu mengelola dan meningkatkan

Page 46: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

31

kemampuannya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang

dihadapi.

Menurut Cobb (Gottlieb, 1983; dalam Jurnal Psikologi, 2011),

menyatakan setiap informasi apapun dari lingkungan sosial yang

menimbulkan persepsi individu bahwa individu menerima efek positif

penegasan atau bantuan yang menandakan suatu ungkapan dari adanya

dukungan sosial. Cobb juga mengatakan bahwa secara teoritis adanya

dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang

dapat mengakibatkan stress dan pemberian dukungan ini diperoleh dari

hubungan sosial yang akrab, yang membuat individu merasa diperhatikan,

bernilai dan dicintai. Sehingga dengan adanya dukungan tersebut, dapat

menguntungkan individu yang menerimanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Gottlieb (Smet, 1994), yang

menyebutkan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat baik

secara verbal maupun non verbal. Dimana bantuan atau tindakan nyata yang

diberikan kepada individu oleh orang lain didapat karena hubungan individu

tersebut dengan lingkungan yang mempunyai manfaat bagi emosional atau

efek perilaku bagi diri individu itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dukungan

sosial adalah sumber-sumber inspiratif dalam pemberian dukungan serta

mampu memberikan rasa nyaman, ketenangan maupun suatu perubahan pada

diri seseorang tersebut adalah tak lain orang-orang terdekat, seperti orang tua,

keluarga, guru, sahabat, kekasih dan kelompok masyarakat. Karena setiap

individu memerlukan sebuah dukungan, baik secara moril, material, maupun

sosial untuk bisa memotivasi diri individu, menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Terutama bagi anak berkebutuhan khusus seperti Tunaganda-

Netra ini. Meskipun dalam keterbatasan, mereka juga butuh dihargai, diterima

serta dicintai oleh lingkungannya.

Page 47: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

32

2. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut House, jenis Dukungan Sosial dibedakan menjadi empat macam

(Nursalam & Kurniawati, 2007), yaitu:

a. Dukungan Emosional, dukungan ini meliputi aspek empati, kepedulian,

perhatian dan cinta terhadap orang yang bersangkutan, serta dapat

membuat seseorang merasa dihargai, dicintai, dan diperhatikan.

b. Dukungan Instrumental, meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), seperti pemberian uang, peluang

waktu, termasuk di dalamnya bantuan langsung.

c. Dukungan informasional, meliputi pemberian informasi, nasehat,

petunjuk, termasuk di dalamnya memberikan solusi yang diperoleh dari

orang lain, sehingga individu dapat mencoba mencari jalan keluar untuk

memecahkan masalahnya.

d. Dukungan Penilaian, meliputi pengahargaan diri, dan umpan balik.

dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk

orang tersebut, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau

perasaan individu, dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang

lain. Pemberian dukungan ini dapat membantu individu untuk melihat sisi

positif yang ada dalam dirinya, yang dapat membentuk kepercayaan diri

dan kemampuannya.

3. Sebab – Sebab Terbentuknya Dukungan Sosial

Myers (dalam Hobfoll, 1986), mengemukakan terdapat tiga faktor yang

paling utama penyebab yang mendorong seseorang untuk memberikan

dukungan sosial kepada orang lain, yaitu:

a. Empati

Seseorang individu yang memiliki kemampuan berempati dengan orang

lain, akan sangat mudah untuk merasakan perasaan orang disekelilingnya

dan mengalami sendiri beban emosional yang dirasakan orang lain.

Page 48: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

33

Selain itu jiwa berempati dengan orang lain merupakan bentuk motivasi

yang utama dalam bersikap maupun berperilaku dalam hal menolong.

b. Norma – norma

Selama dalam fase pertumbuhan dan perkembangannya, seorang individu

sudah diterapkan dan ditanamkan suatu norma, nilai-nilai dalam proses

perkembangan kepribadiannya. Semua hal itu didapat dari keluarga,

lingkungan dan masyarakat. Karena dengan adanya norma ini bisa lebih

mengarahkan individu menjadi pribadi-pribadi yang mampu berinteraksi

dengan lingkungannya serta dapat mengembangkan kehidupan sosial.

c. Pertukaran sosial

Hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, informasi.

Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi hubungan

interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara

timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan

menyediakan.

4. Aspek – aspek Dukungan Sosial

Menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994), mengemukakan adanya enam

aspek dukungan sosial yang disebut dengan “The Social Provision Scale”,

yaitu:

a. Aspek kerekatan emosional (emotional attachment)

Kerekatan emosional ini biasanya ditimbulkan dengan adanya perasaan

nyaman/aman terhadap orang lain atau sumber yang mendapatkan

dukungan sosial. Dan hal semacam ini sering dialami dan diperoleh dari

pasangan hidup, keluarga, teman maupun guru yang memiliki hubungan

yang harmonis.

b. Aspek integrasi sosial (Social Integration)

Didalam aspek ini, individu dapat memperoleh perasaan bahwa dia

memiliki suatu kelompok dimana kelompok tersebut tempatnya untuk

berbagi minat, perhatian serta melakukan yang sifatnya rekreatif secara

bersama-sama. Dan aspek dukungan semacam ini memungkinkan

Page 49: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

34

individu tersebut bisa mendapatkan rasa aman, dimiliki serta memiliki

dalam kelompok.

c. Adanya pengakuan

Individu yang memilki prestasi dan berhasil karena keahlian maupun

kemampuannya sendiri akan mendapatkan apresiasi atau penghargaan

dari orang lain. Biasanya dukungan semacam ini berasal dari keluarga

dan lingkungan tempat individu tersebut tinggal.

d. Ketergantungan yang dapat diandalkan

Dukungan sosial ini ada sebuah jaminan untuk seseorang yang sedang

bermasalah dan dia menganggap ada orang lain yang dapat diandalkan

untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dukungan seperti ini biasanya berasal dari keluarga.

e. Bimbingan (Guidance)

Aspek dukungan sosial jenis ini adalah suatu hubungan sosial yang

terjalin antara murid dengan guru. Dan memberikan dampak positif serta

memungkinkan individu itu mendapatkan informasi, saran atau nasihat

yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan mengatasi permasalahan

yang dihadapinya.

f. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity of nurturance)

Pengertian dari aspek ini adalah suatu aspek yang penting dalam

hubungan interpersonal individu dengan orang lain dan individu tersebut

memiliki perasaan dibutuhkan.

5. Dukungan Sosial Orang Tua

Menurut Rodin dan Sayless (dalam Jovita Anastasia, 2010), menjelaskan

bahwa dukungan keluarga merupakan elemen penting dalam dukungan sosial

karena keluarga merupakan tempat pertama dalam pertumbuhan dan

perkembangan seseorang, yang akan memenuhi kebutuhan awal fisik dan

psikologis individu.

Orang tua merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak,

sehingga peran dan dukungan keluarga khususnya orang tua sangat

diperlukan oleh anak. Dukungan sosial orang tua akan berfungsi sebagai

Page 50: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

35

faktor protektif bagi anak yaitu sebagai faktor yang melindungi, menyangga

dan meringankan anak. Anak yang mendapatkan dukungan sosial dari orang

tua cenderung akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Dalton,

dalam Jovita Anastasia, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

orang tua adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang

terdiri dari informasi baik verbal maupun nonverbal yang mencakup satu atau

lebih aspek informasi, intrumental, emosional dan penghargaan yang diterima

oleh anak, yang membuat anak merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan

menjadi bagian dari keluarga.

6. Dampak atau Efek Dukungan Sosial bagi Kesehatan Mental

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis

terhadap diri individu, serta mampu mengurangi tingkat stres pada diri

seseorang karena suatu permasalahan yang dihadapi dan belum teratasi.

Menurut Liebermen (1992), mengatakan bahwa secara teoritis dukungan

sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat

mengakibatkan stres. Dan apabila kejadian tersebut munculm interaksi

dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu. Oleh

karena itu perlu adanya dukungan sosial dari keluarga, sekolah, guru, teman,

masyarakat serta lingkungan sosialnya. Dengan tujuan untuk me-management

keadaan atau situasi yang terjadi pada diri individu.

Pemberian dukungan sosial ini juga dapat mempengaruhi kesehatan

mental seseorang (Dorman, Zaff, Orford, dan Gottlieb dalam Kartika, 1986,

24) antara lain:

a. The Dirrect Effect

Hipotesis ini mengatakan bahwa dukungan sosial bisa memberikan

pengaruh positif terhadap kesehatan dan kondisi individu tanpa

dipengaruhi oleh tingkat stres atau depresi yang dialaminya. Dan dari

dukungan sosial ini juga seorang individu bisa merasakan self esteem

Page 51: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

36

yang lebih tinggi untuk dirinya dibandingkan individu yang tidak

mendapatkan dukungan atau kurang.

b. The Buffering Effect

Hipotesa ini menyebutkan, kalau dukungan sosial ini mampu melindungi

individu dari efek negatif yang disebabkan oleh stres. Dukungan sosial

ini juga bisa bekerja sebagai buffer atau penghalang bagi tubuh untuk

pengaruh buruk lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri.

Karena tanpa adanya dukungan sosial yang kuat akan memberikan

dampak bagi kesehatan mental atau jiwa.

C. Kajian Pustaka

Dalam menjalani penelitian ini penulis menggunakan berbagai kajian

pustaka yaitu:

Yang pertama adalah Jurnal Internasional yang ditulis oleh Anna C.

Friend, Jean Ann Summers and Ann P. Turnbull (2009) dalam Education and

Training in Developmental Disabilities yang berjudul “Impact of Family

Support in Early Childhood Intervention Research” penelitian ini

menjelaskan bahwa dalam memberikan intervensi pada anak usia dini juga

harus melibatkan keluarga dengan memberikan dukungan pada keluarga,

dimana untuk memberikan dukungan kepada keluarga, layanan harus bisa

membangun kemitraan dengan keluarga, layanan yang diberikan bisa berupa

pelatihan keluarga, konseling dan kunjungan rumah. Ada persamaan dengan

penelitian ini yaitu berfokus pada dukungan keluarga. Penelitian tersebut

melihat dampak dari pemberian dukungan keluarga dalam intervensi anak

usia dini dan penelitian peneliti ini melihat bagaimana orang tua memberikan

dukungan sosial kepada anaknya yang mengalami tunaganda-netra

Yang kedua adalah skripsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas

Indonesia dengan judul “Dukungan Sosial oleh Perawat terhadap Anak

Penyandang Cacat Ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung”. Dalam

skripsinya ia membahas bagaimana peran perawat serta bentuk dukungan

sosial yang dilakukan perawat kepada anak penyandang cacat ganda untuk

Page 52: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

37

memenuhi kebutuhan dasar anak.. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

peneliti memfokuskan pada bentuk dukungan sosial yang diberikan orang tua

kepada anaknya yang mengalami tunaganda-netra. Dalam skripsi tersebut

memilih objek yang luas yaitu Penyandang Cacat Ganda sedangkan penulis

hanya fokus pada anak yang mengalami tunaganda-netra.

Yang ketiga adalah skripsi mahasiswa Psikologi Universitas Indonesia

oleh Dewi Rahmawati dengan judul “Gambaran Peran Guru dan

Perkembangan Anak Tunaganda-netra”. Dalam skripsinya ia membahas

bahwa anak tunaganda-netra membutuhkan perhatian, pengasuhan dan

perawatan individual, termasuk didalamnya adalah pelayanan pendidikan

untuk anak berkebutuhan khusus, dimana guru harus berperan dalam

memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Anak

tunaganda-netra terkadang hanya sedikit bahkan tidak memberikan respons

yang nyata, sehingga guru harus sensitif terhadap perubahan kecil yang

terjadi pada tingkah laku siswanya. Sama halnya dengan penelitian ini bahwa

orang tua juga harus berperan aktif dalam memberikan dukungan sosial bagi

anaknya, sehingga saling bersinergi baik dirumah maupun di lembaga

pendidikan, hal ini diperlukan untuk tumbuh kembang anak menjadi lebih

baik.

D. Kerangka Berpikir

Individu penyandang hambatan majemuk adalah individu yang memiliki

hambatan lebih dari satu, seperti kombinasi hambatan penglihatan dan

hambatan pendengaran, hambatan penglihatan dan hambatan intelektual,

hambatan penglihatan dan motorik, dan lainnya. Pembagian dikategorikan

berdasarkan kelainan fisik, sensoris, intelektual, emosi dan sosialnya, yang

meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras.

Seorang anak tunanetra mempunyai kecenderungan untuk memiliki

ketunaan lain yang menyertainya. Tunanetra yang memiliki ketunaan lain

dikenal dengan tunaganda-netra atau Multiple Disabilities and Visual

Page 53: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

38

Impairment (MDVI), yaitu anak tunaganda dengan salah satu kombinasi

ketunaan berupa gangguan penglihatan (tunanetra).

Kondisi anak dengan hambatan tunanetra akan berdampak pada

perkembangan anak seperti perkembangan motorik, koginitif, komunikasi

dan lain-lainnya akan berkembang lebih lambat dibandingan dengan anak-

anak dengan satu hambatan, beberapa anak tuanganda-netra biasanya

menunjukkan perilaku yang berbeda seperti sulit berkomunikasi, sulit dalam

keterampilan menolong diri sendiri, sulit berperilaku dan berinteraksi yang

sifatnya konstruktif.

Orang tua merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak,

sehingga peran dan dukungan keluarga khususnya orang tua sangat

diperlukan oleh anak. Dukungan sosial orang tua akan berfungsi sebagai

faktor protektif bagi anak yaitu sebagai faktor yang melindungi, menyangga

dan meringankan anak. Anak yang mendapatkan dukungan sosial dari orang

tua cenderung akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Dalton,

dalam Jovita Anastasia, 2010).

Orang tua bertanggung jawab membantu anak dalam menyelesaikan tugas-

tugas perkembangan pada setiap tahap perkembangan yang dilalui. Setiap

orang tua memikul bermacam-macam peran dan tanggung jawab dalam

berhubungan dengan anak, seperti pemeliharaan, pengasuhan, pengajaran,

pembela, pendisiplin dan pemberi nasihat (Martin & Colbert, 1997). Brooks

(1991), juga mengungkapkan bahwa dalam mengasuh anak, orang tua

berkewajiban memberikan kehangatan, membangun hubungan emosional

dengan anak, dan menyediakan kesempatan untuk perkembangan kompetensi

dan jati diri anak. Selain itu, anak-anak tidak hanya memerlukan pemenuhan

kebutuhan material saja, tetapi juga perlunya kasih sayang, perhatian,

dukungan serta kehadiran orang tua di sisinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

orang tua adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak seperti

dukungan informasi baik verbal maupun nonverbal yang mencakup satu atau

lebih aspek informasi, instrumental, emosional dan penghargaan yang

Page 54: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

39

diterima oleh anak, yang dimana akan membuat anak merasa dicintai,

dihargai, diperhatikan dan menjadi bagian dari keluarga. Anak dengan

hambatan Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) atau

tunaganda-netra membutuhkan penanganan khusus baik medis dan terapi

untuk memulihkan kondisi baik secara fisik, psikis, kognitif, sosial dan yang

lainnya. Sehingga perkembangannya bisa sama seperti anak-anak yang

lainnya. Anak juga membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya,

khususnya orang tua. Tanpa adanya dukungan dari orang tua, pelayanan bagi

anak tersebut tidak akan berdampak banyak.

Page 55: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

40

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum melalui gambar dibawah ini:

Dalam menangani anak dengan tunaganda-netra, orang tua tidak hanya

mengandalkan lembaga saja, selain anak mendapatkan pelayanan dilembaga,

orang tua juga harus membimbing anaknya dirumah maupun dilingkungan sosial

lainnya, sehingga anaknya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal

ini berguna menunjang perkembangan anak tunaganda-netra menjadi lebih baik.

Bagan 2.1

Yayasan Mitra Netra

Dukungan Sosial Orang

Tua

- Dukungan Emosional

- Dukungan

Penghargaan

- Dukungan

Instrumental

- Dukungan Informasi

Dukungan Sosial Orang

Tua

- Dukungan Emosional

- Dukungan

Penghargaan

- Dukungan

Instrumental

- Dukungan Informasi

Multiple Disabilities and Visual

Impairment (MDVI)

- Memiliki hambatan lain

selain tunanetra (Fisik,

kognitif, sosial, dll)

- Perkembangannya

cenderung lambat

- Sulit berkomunikasi

- Sulit berperilaku dan

berinteraksi yang sifatnya

konstruktif.

Multiple Disabilities and

Visual Impairment (MDVI)

- Memiliki hambatan lain

selain tunanetra (Fisik,

kognitif, sosial, dll)

- Perkembangannya

cenderung lambat

- Sulit berkomunikasi

- Sulit berperilaku dan

berinteraksi yang sifatnya

konstruktif.

Program Yayasan Mitra

Netra

- Terapi Anak

- Parent Support Group

Program Yayasan Mitra

Netra

- Terapi Anak

- Parent Support Group

Yayasan Mitra Netra

Hasil yang diharapkan:

Anak bisa lebih fokus pada

keterampilan dasar dalam

bidang sosial, bina bantu diri

dan komunikasi

Hasil yang diharapkan:

Anak bisa lebih fokus pada

keterampilan dasar dalam

bidang sosial, bina bantu diri

dan komunikasi

Page 56: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

41

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Latar Belakang berdirinya Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang bergerak di dalam

bidang pendidikan, pengembangan, dan peningkatan kesejahteraan sosial para

tunanetra. Dikutip dari laman Yasayan Mitra Netra (http://mitranetra.or.id),

yayasan yang berdiri pada tanggal 14 Mei 1991 ini dilatarbelakangi keadaan

pada saat itu belum tersedianya layanan dan sarana yang khusus bagi tunanetra,

terutama dalam bidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Hal ini menyebabkan

tidak adanya kesamaan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan bagi

tunanetra di bidang tersebut. Yayasan ini didirikan oleh beberapa orang

tunanetra yaitu Lukman Nazir, Bambang Basuki, Nicoline N. Sulaiman,

Mariani Lusli yang berhasil menyelesaikan studinya di perguruan tinggi

bersama-sama dengan teman-teman mereka yang bukan tunanetra. Sedangkan

Sidarta Ilyas merupakan dokter spesialis ahli mata yang memiliki kepedulian

terhadap para pasien yang mengalami gangguan penglihatan permanen, Pak

Bambang dan Bu Mimi adalah pasiennya. Bu Mimi dan Bu Nicoline mengajak

Prof Sidarta Ilyas untuk mendirikan Mitra Netra. Mitra Netra sendiri diartikan

sebagai kerja sama antara tunanetra dengan mereka yang bukan tunanetra. Hal

ini juga terlihat dalam struktur organisasi yayasan ini yaitu hampir di setiap

organ organisasi senantiasa terdiri dari unsur tunanetra dan mereka yang bukan

tunanetra. Mitra Netra memiliki prinsip bahwa yang paling memahami masalah

dan kebutuhan para tunanetra adalah tunanetra itu sendiri. Akan tetapi untuk

mengatasi masalah serta memenuhi kebutuhan tersebut, tunanetra tidak dapat

melakukannya sendirian, tunanetra harus bermitra atau bekerja sama dengan

mereka yang bukan tunanetra.

Semangat kemitraan ini tidak hanya di dalam institusi Mitra Netra saja,

tetapi juga diaktualisasikan pada kiprah Yayasan ini di masyarakat. Dalam

menyelenggarakan dan mengembangkan untuk tunanetra, Mitra Netra

Page 57: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

42

senantiasa bekerja sama dengan lembaga atau organisasi lain baik pemerintah

maupun swasta dengan maksud membangun sinergi.

B. Sejarah Singkat Yayasan Mitra Netra

Dalam laman web Mitra Netra (http://mitranetra.or.id) menjelaskan bahwa

Mitra Netra beroperasi di Jl. Gunung Balong pada 2002 yaitu setelah Yayasan

ini berumur 11 tahun. Sebelumnya, lembaga yang secara konsisten melayani

para tunanetra di negeri ini masih harus berpindah-pindah dari satu tempat ke

tempat lain. Saat awal didirikan, Mitra Netra berada di sebuah perusahaan

penerbit buku (Jambatan) yang terletak di jalan Keramat. Hanya kurang lebih

2 tahun berada disana, Mitra Netra harus pindah. Dari Keramat, Mitra Netra

kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya ke Lenteng Agung.

Hanya kurang lebih satu tahun bertempat di Lenteng Agung, Yayasan ini

mendapatkan pinjaman tempat di salah satu ruangan milik Yayasan Pamentas

di kawasan Lebak Bulus Jakarta Selatan. Hal ini disebabkan karena prestasi

Mitra Netra dalam memproduksi bahan-bahan konferensi Disable People

International (DPI) dalam huruf Braille untuk peserta tunanetra, yang kala itu

diselenggarakan di Jakarta. Atas prestasi ini, ketua panitia konferensi yang

juga ketua Yayasan Pamentas mengijinkan Mitra Netra menempati salah satu

ruangan di lingkungan Yayasan ini.

Melalui pertemanan dengan DR. Sujudi yang kala itu menjabat sebagai

Menteri Kesehatan RI, Mitra Netra kemudian mendapakan pinjaman ruangan

di Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan yang berada di

jalan Percetakan Negara Jakarta Pusat. Ruangan tersebut dimanfaatkan untuk

kantor sekretariat dan layanan pendidikan bagi siswa tunanetra untuk wilayah

Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara.

Dari sisi manajemen, organisasi sudah memiliki dua kantor secara terpisah

yang mana di saat kondisi organisasi masih relatif muda dan belum mapan ini

bukanlah hal yang mudah. Kondisi ini akan memperpanjang waktu koordinasi,

dan dari sisi biaya ini tentu tidak efisien. Akan tetapi, dari sisi pelaksanaan

layanan, keberadaan kantor Mitra Netra di Jakarta Pusat sangat memudahkan

tunanetra yang berada di sekitarnya untuk mengakses layanan Mitra Netra

Page 58: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

43

meski tidak semuanya, sehingga tidak perlu datang ke pusat layanan yang ada

di Jakarta Selatan. Kala itu Mitra Netra dapat dikatakan tidak punya pilihan.

Dalam kondisi terus tumbuh di satu sisi dan keterbatasan fasilitas yang

dimiliki di sisi lain, kabar gembira datang dari Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan yang pada waktu itu dijabat oleh Wardiman. Setelah bertemu

dengan para pengurus dan mengetahui peran Mitra Netra dalam melayani

tunanetra, Pak Menteri memutuskan untuk memberikan pinjaman kantor

kepada Yayasan ini, dan tenpat yang dipilih adalah di lingkungan sekolah luar

biasa (SLB) untuk tunanetra di jalan Pertanian Raya Lebak Bulus Jakarta

Selatan. Keputusan itu adalah bahwa Mitra Netra diperbolehkan menggunakan

kantor tersebut selama Yayasan ini membutuhkannya.

Itulah yang Mitra Netra alami. Selalu dihadapkan dalam kondisi terdesak

yang mana harus berpindah-pindah dari kantor-kantor yang sifatnya hanya

pinjaman itu telah membuat Mitra Netra sejak tahun 2002 dapat terus bertahan

dan terus mengembangkan eksistensinya hingga kini sampai di tempat yang

sudah menjadi hak milik Mitra Netra sendiri yaitu tepatnya di jalan Gunung

Balong II nomor 58, Lebak Bulus III Jakarta Selatan.

C. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang

inklusif masyarakan yang dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan,

bebas hambatan dan berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini,

tunanetra akan dapat hidup mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta

berfungsi di masyarakat. Mitra Netra adalah lembaga yang terus tumbuh, dan

dalam perannya sebagai organisasi lokomotif yang mendorong kemajuan bagi

tunanetra di Indonesia, Yayasan ini juga melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan kapasitas lembaga lain, sehingga llembaga-lembaga tersebut

makin meningkat kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan

tunanetra. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra, sebagai berikut:

Page 59: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

44

1. Visi Yayasan Mitra Netra, adalah:

“Berfungsi Sebagai Pengembang dan Penyedia Layanan Guna

Terwujudnya Kehidupan Tunanetra yang Mandiri, Cerdas dan Bermakna

dalam Masyarakat yang Inklusif.”

2. Yayasan Mitra Netra hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi

untuk:

a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi.

b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan.

c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversifikasi dan

penempatan kerja.

d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang dibutuhkan melalui

penelitian.

e. Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi tunanetra

yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta mendistribusikan

produk yang dihasilkan.

f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusi

yang mengakomodir berbagai perbedaan.

D. Aspek Hukum dan Legalitas

1. Akte Notaris, No. 31/Notaris Agus Majid, Tgl 14 Mei 1991

2. Surat izin Dinas Sosial DKI Jakarta No. 387/ ORSOS/ 1992

3. Surat izin BKKKS DKI Jakarta No. 054/BKKKS/KU/SK/DU/IX/1996

4. Surat izin Kanwil Depsos DKI Jakarta No. 387/ ORSOS/ 1992

5. Telah terdaftar Dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 100

pada tanggal 14 Desember 2001 sebagai Yayasan yang berbadan

hukum.

E. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra

Untuk mempermudah dalam mencapai tujuan, visi dan misi lembaga,

Yayasan Mitra Netra memiliki struktur organisasi. Berikut ini adalah

gambaran struktur organisasi Yayasan Mitra Netra.

Page 60: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

45

1. Pembina

Ketua : drg. Anita Ratnasari Tanjung, MARS

Wakil Ketua Pembina : Imas Fatimah, SH., MKn

Anggota : 1) Lusie Indrawati, SH., MBA

2) Ir. Ratna Iswayuhni

2. Pengurus

Ketua : Drs. Bambang Basuki

Sekretaris : Drs. Mohammad Ahyar

Bendahara : M. Nurizal, SE., Msi.

3. Kepala Bagian

Kabag. Personalia & Umum : Tri Winarsih

Kabag. Keuangan : Abdul Wahid, SEI

Kabag. Humas : Aria Indrawati, SH.

Kabag. Rehabilitasi & Diklat : Muizzudin Hilmi.

Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan : Indah Lutfiah, SPd.

Kabag. Penelitian & Pengembangan : Nur Ichsan

F. Program Layanan

1. Layanan Perpustakaan

a. Tujuan

Sebagai lembaga yang berupaya meningkatkan kualitas dan

partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, adanya

layanan perpustakaan merupakan salah satu pilar utama layanan Mitra

Netra. Tujuan layanan perpustakaan Mitra Netra adalah:

1) Menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibaca secara

mandiri oleh tunanetra, baik dalam bentuk buku Braille, buku

bicara digital (buku dalam bentuk CD audio), serta buku elektronik

(e-book).

2) Menjadi pusat layanan informasi bagi tunanetra.

Page 61: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

46

3) Menjadi tempat belajar bersama (mini learning center) bagi

tunanetra.

4) Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan

belajar.

5) Memberikan hak pada tunanetra untuk mendapatkan akses ke

informasi melalui literasi.

b. Jenis Layanan

1) Peminjaman buku dalam bentuk buku Braille maupun buku bicara

digital kepada anggota perpustakaan.

2) Mendistribusikan buku bicara kepada perpustakaan untuk tunanetra

lain yang telah berafiliasi dengan Mitra Netra.

3) Memberikan informasi yang dibutuhkan tunanetra.

4) Menyelenggarakan kegiatan belajar bersama dengan nama Mini

Learning Center (MLC), meliputi:

a) English Lesson : 2 kali dalam seminggu masing-masing 2 jam

b) English Conversation Club : 1 kali dalam seminggu dengan

durasi 2 jam

c) Diskusi rutin dengan tema-tema menarik untuk memperluas

wawasan serta mendukung kemandirian tunanetra : kurang

lebih 2 kali sebulan, dengan durasi minimal 2 jam

d) Menulis kreatif : sekali seminggu, dengan durasi 2 jam

5) Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku Braille maupun

buku bicara digital.

6) Layanan membaca buku diperpustakaan.

c. Fasilitas Layanan

1) Ruang perpustakaan

2) Alat untuk membaca (mendengarkan) buku bicara digital

3) Tempat untuk membaca/mendengarkan buku

4) Komputer dekstop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar.

5) Buku braille koleksi perpustakaan Mitra Netra

Page 62: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

47

6) Buku bicara digital

7) Loker penyimpanan barang

8) Gazebo untuk belajar bersama (MLC)

2. Layanan Rehabilitasi

a. Latar belakang

Gangguan penglihatan baik buta (totally blind) maupun lemah

penglihatan (low vision) yang dialami seseorang pada umumnya

memberikan dampak, baik secara fisik maupun secara psikolgis.

Dampak ketunanetraan ini harus dikurangi seminimal mungkin. Dan

layanan rehabilitasi yang disediakan Mitra Netra pada dasarnya

bertujuan untuk mengurangi dampak ketunanetraan yang dialami,

khususnya baik oleh tunanetra sendiri maupun keluarga mereka.

b. Jenis Layanan

1) Layanan konseling yang diberikan oleh konselor sesama tunanetra

2) Kelompok dukungan untuk orang tua yang memiliki anak tunanetra

(parent supporting group)

Parent Support Group (PSG) atau kelompok dukungan orang tua

adalah cara yang bagus untuk bertemu orang tua lain untuk

mendapatkan dukungan praktis dan emosional. Dengan adanya

kegiatan kelompok dukungan orang tua ini diharapkan orang tua

dapat lebih aktif dalam memberikan stimulasi serta dukungan

terrhadap anak pada saat dirumah maupun ditempat lain.

Parent Support Group (PSG) ini juga dapat memberikan

informasi mengenai hal-hal penting yang dimana dapat membantu

orang tua yang baru mengikuti layanan disini untuk mengetahui

apa yang harus dilakukan ketika memiliki anak disabilitas.

Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi orang tua bertemu orang tua

lain yang juga memiliki anak disabilitas, para orang tua bisa saling

mengenal, bisa saling diskusi bertukar pikiran, sehingga bisa

mendapat informasi baru serta bisa saling mendukung satu sama

lain.

Page 63: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

48

Pada dasarnya Yayasan Mitra Netra ini memang berharap

layanan yang diberikan baik kepada tunanetra maupun tunaganda-

netra harus melibatkan orang tua, dimana orang tua sendiri

memegang peranan penting dalam mengasuh dan mendidik anak.

Parent Support Group ini diadakan situasional dengan

mengundang pembicara seperti dari Universitas luar baik dari

Psikologi atau apapun, kemudian orang tua diundang untuk hadir.

Kegiatan ini seperti seminar, maupun diskusi dimana ada

brainstorming dalam kegiatan tersebut. Untuk itulah setiap orang

tua yang yang mengikuti layanan di Mitra Netra harus

berkomitmen untuk aktif terlibat dalam pelayanan yang diberikan.

Karena dengan melibatkan orang tua, pelayanan tidak hanya

diberikan di lembaga tetapi melanjutkan kembali dirumah,

sehingga hasil yang diharapkan akan maksimal.

3) Supporting group untuk tunanetra sesuai kategori usia mereka;

remaja, dewasa

4) Kunjungan rumah (home visit)

5) Bimbingan karir studi

6) Bimbingan karir pekerjaan tahap awal

c. Fasilitas Layanan

1) Ruang konseling pribadi

2) Gazebo untuk supporting group

3. Layanan Pendampingan Pendidikan

a. Latar Belakang

Tempat belajar yang terbaik bagi tunanetra adalah di sekolah umum

dan perguruan tinggi bersama teman-teman mereka yang tidak

tunanetra, yang dikenal dengan pendidikan inklusif. Oleh karenanya,

jika tidak memiliki disabilitas lainnya, Mitra Netra senantiasa

mendorong siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan di sekolah

umum hingga ke perguruan tinggi, tunanetra memerlukan layanan

Page 64: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

49

pendampingan, yang berupa penyediaan layanan dan fasilitas khusus

yang mereka butuhkan.

b. Jenis Layanan

1) Persiapan pendaftaran sekolah dan perguruan tinggi

2) Pendampingan pendaftaran sekolah dan perguruan tinggi

3) Advokasi jika terjadi penolakan dari sekolah maupun perguruan

tinggi

4) Pendampingan ujian memasuki perguruan tinggi

5) Orientasi lokasi sekolah dan perguruan tinggi

6) Pendampingan belajar dan tutorial

7) Pendampingan ujian

8) Pendampingan saat menyusun skripsi

9) Sosialisasi pendidikan inklusi untuk tunanetra di sekolah dan

perguruan tinggi, baik kepada guru, dosen, siswa dan mahasiswa

10) Supporting group (kelompok dukungan) untuk siswa dan

mahasiswa

c. Fasilitas Layanan

1) Ruang pendampingan belajar

2) Komputer dekstop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layer

untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah

3) Peminjaman komputer laptop untuk mahasiswa yang belum

memiliki saranan sendiri guna memperlancar studi mereka

4) Peminjaman alat tulis (riglet/slade dan stylus) serta alat bantu

mobilitas (tongkat) bagi yang belum memiliki sendiri

5) Peminjaman tape recorder untuk merekam proses belajar di kelas

bagi yang belum memiliki dan memerlukan

4. Layanan Kursus Komputer Bicara

a. Latar Belakang

Sebagai sumber daya manusia, tunanetra juga harus memiliki

keterampilan-keterampilan, baik keterampilan dasar maupun

Page 65: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

50

keterampilan tambahan, yang diperlukan untuk kemandirian hidup

mereka, baik menjalani hidup sehari-hari, dalam menempuh pendidikan

maupun dalam bekerja. Untuk itu, Mitra Netra menyelenggarakan

pelatihan komputer bagi tunanetra.

b. Fasilitas Layanan

1) Materi kursus yang aksesibel untuk tunanetra

2) Ruang kursus ber-AC berikut sarana yang diperlukan

3) Komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca

layer

4) Scanner

5) Akses internet

6) Tempat kursus yang mudah dijangkau dan memiliki fasilitas

pendukung yang lengkap bagi tunanetra

5. Layanan Ketenagakerjaan

a. Latar Belakang

Sebagaimana manusia lainnya, setelah menyelesaikan pendidikan

tunanetra juga seharusnya bekerja, agar mereka dapat mandiri secara

ekonomi, menjadi manusia yang bermakna di masyarakat, dan tidak

lagi menjadi beban keluarga serta masyarakat. Melalui program

“diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra”. Mitra Netra

menyediakan serangkaian layanan yang bertujuan:

1) Secara berkesinambungan mencari peluang kerja yang dapat atau

bahkan lebih produktif jika dilakukan tunanetra.

2) Mempersiapkan tunanetra baik dari sisi keterampilan fisik (hard

skill) maupun keterampilan halus (soft kill) untuk memasuki

peluang tersebut.

3) Membangun komunikasi dengan perusahaan maupun lembaga

pemerintah untuk membuka peluang bagi tunanetra.

4) Mengupayakan magang kerja bagi tunanetra agar memiliki

pengalaman kerja

Page 66: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

51

5) Mempromosikan tunanetra ke masyarakat yang telah siap untuk

ditempatkan sebagai karyawan

6) Mempersiapkan tunanetra yang berminat untuk berwirausaha

agar dapar mulai merintis usaha sendiri.

b. Jenis Layanan

1) Memberikan bimbingan kepada generasi muda tunanetra yang

sedang menempuh pendidikan, untuk membantu menggali

potensi yang mereka miliki serta wawasan tentang

kemungkinan pilihan bagi masa.

2) Mengembangkan model peluang kerja alternatif bagi tunanetra,

yang berbasiskan keterampilan memanfaatkan teknologi

informasi

3) Bimbingan karir pekerjaan lanjutan

4) Pelatihan keterampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft

skill pre employment training)

5) Magang kerja

6) Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat

7) Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun

di instansi pemerintah

8) Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama

setelah penempatan kerja

9) Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika

tunanetra memerlukan untuk magang kerja.

c. Fasilitas Layanan

1) Tempat pelatihan

2) Komputer laptop

3) Scanner

4) Bahan pelatihan kerja (job training) yang dapat dibaca secara

mandiri oleh tunanetra.

Page 67: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

52

G. Prestasi

Berikut ini adalah beberapa penghargaan yang telah Mitra Netra raih

terakhir dalam beberapa tahun terakhir:

1. Index Award 2000

2. Penghargaan Menteri Sosial RI Tahun 2003

3. Samsung Digital Hope 2004

4. Asia Pasific Ngo Awards 2005

5. Samsung Digital Hope 2005

6. Penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) tahun 2006

7. Penghargaan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jakarta tahun

2008.

H. Jaringan Kerjasama

1. Lembaga Internasional

a. AusAid ( The Australian Agency for International Development)

b. Abilis Foundation, Finlandia

c. APCD (Asia Pacific Development Center on Disability)

d. DAISY Consortium, Swiss

e. Force Foundation, Belanda

f. Foundation Dark & Light Blind Care (sekarang Light for The

World), Belanda

g. Helen Keller International (HKI) Indonesia

h. Inverso Baglivo Foundation, Amerika Serikat

i. ICEVI (International Council of Education for People Visual

Impairment)

j. Lilian Foundation, Belanda

k. ONNET (Overbrook Nippon Network on Educational Technology)

l. The Nippon Foundation, Jepang

m. VSO (Volunteer Service Overseas)

2. Lembaga Lokal dan Korporasi

a. Bank BCA

Page 68: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

53

b. Bank Panin

c. Bank Permata

d. Citibank

e. Coca Cola Foundation

f. Diageo Foundation

g. Djarum Foundation

h. ExxonMobil Oil Indonesia

i. Federal International Finance

j. Hewlett-Packard (HP) Indonesia

k. IBM Indonesia

l. Kick Andy Foundation

m. Maverick Communication Counsultant

n. Medco Group

o. Microsoft Indonesia

p. Penebar Swadaya

q. Perusahaan Gas Negara (PT PGN)

r. Standard Chartered Bank

s. TIFA Foundation, Indonesia

t. Trubus Media Swadaya

u. UPS Cardig International

v. Yayasan Citra Mandiri

w. Zentha Hitawasana

3. Pemerintah

a. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

b. Bank Indonesia

c. Dinas Pendidikan DKI Jakarta

d. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI

e. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

f. Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI

g. Kementerian Sosial RI

h. Mahkamah Konstitusi RI

Page 69: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

54

4. Perguruan Tinggi

a. Universitas Bina Nusantara, Jakarta

b. Universitas Dian Nuswantoro, Semarang

c. Universitas Indonesia

d. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

e. Universitas Negeri Jakarta

f. Universitas Negeri Surabaya

g. Universitas Tarumanegara, Jakarta

I. Program Layanan bagi Tunaganda-Netra

1. Fisioterapi

Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu maupun kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan

memulihkan gerak-fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,

peralatan (physic, electrotherapeutic, mekanik, pelatihan fungsi, dan

komunikasi). Pelayanan fisioterapi di Yayasan Mitra Netra ini

mencakup bagaimana fisioterapi digunakan untuk melakukan aktivitas

fisik dan kemampuan fungsional anak setiap hari, dengan melatih

kemampuan motorik dan sensorik anak tersebut.

Gambar 3.1

Fisioterapi

Sumber: Hasil dokumentasi peneliti

Page 70: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

55

Gambar 3.2

Fisioterapi

Sumber : Hasil dokumentasi peneliti

Kegiatan fisioterapi ini dilakukan setiap hari Sabtu, mulai pukul

07.00 pagi. Namun tidak semua dilakukan dalam satu hari, jadi dibagi

dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh anak. Fisioterapi

dilakukan selama kurang lebih 1 jam, dimana fisioterapi dilakukan

selama 45 menit, dan 15 menit digunakan untuk konseling dengan

keluarga.

2. Terapi Kognitif dan Perilaku

Selain fisioterapi, layanan bagi tunaganda-netra atau MDVI yaitu

terapi kognitif dan perilaku. Kognisi adalah persepsi individu tentang

orang lain dan obyek-obyek yang diorganisasikannya secara selektif.

Setiap orang memiliki citra dunianya masing-masing karena citra

tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

(1) lingkungan fisik dan sosialnya, (2) struktur fisiologisnya, (3)

keinginan dan tujuannya, dan (4) pengalaman-pengalaman masa

lalunya. Hambatan pada anak tunanetra dari keempat hal-hal tersebut

adalah kelainan pada struktur fisiologisnya, dan mereka harus

menggantikan fungsi indera penglihatan dengan indera-indera lainnya

untuk mempersepsi lingkungannya. Banyak diantara mereka tidak

pernah mempunyai pengalaman visual, sehingga konsepsi mereka

tentang dunia ini mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada

Page 71: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

56

umumnya. Namun bukan berarti semua anak tunanetra memiliki

hambatan kognitif, karena kemampuan kognitif yang dimiliki setiap

anak akan berbeda. Sama halnya dengan perilaku, tidak semua anak

tunanetra berperilaku unacceptable. Terapi kognitif dan perilaku di

Yayasan Mitra Netra ini diberikan kepada anak-anak tunanetra yang

juga memiliki hambatan pada kognitif maupun perilakunya.

Pelayanan terapi kognitif yang dijalankan di Yayasan Mitra Netra

adalah bagaimana membantu anak untuk berpikir, untuk terapi

perilaku bagaimana membantu anak tersebut untuk berperilaku wajar

dan acceptable. Terapi kognitif dan perilaku sendiri melihat apa yang

“kurang” dari sisi kognitif dan sisi perilaku, maka terapi itu bisa

dilakukan.

Terapi kognitif dan perilaku atau Cognitive Behavior Therapy

(CBT) merupakan suatu treatment yang dapat membantu cara berfikir

individu agar menjadi lebih rasional dengan menggunakan prinsip dan

hukum perilaku. Hal ini bertujuan agar individu mempunyai

kemampuan untuk mengenali dan kemudian mengevaluasi atau

mengubah cara berfikir, keyakinan dan perasaannya (mengenai diri

sendiri dan lingkungan) yang salah sehingga inividu dapat mengubah

perilaku yang maladaptif menjadi adaptif dengan cara mempelajari

keterampilan pengendalian diri dan strategi pemecahan yang efektif.

Terapi kognitif dan perilaku ini dilakukan pada hari Senin dan

Selasa, dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah dan dimulai pukul

11.00. Sama halnya dengan fisioterapi, terapi kognitif dan perilaku

setiap sesi terapi dilakukan selama kurang lebih 1 jam, dimana terapi

dilakukan selama 45 menit dan 15 menit digunakan untuk konsultasi

keluarga. Dalam layanan terapi kognitif dan perilaku di Yayasan Mitra

Netra, ada Basic Concept atau konsep dasar yang diberikan terapis

kepada anak tunaganda-netra (lihat lampiran 10). Konsep dasar ini

seperti kurikulum dalam sekolah, dalam konsep dasar yang diberikan

setidaknya terdapat sembilan hal yang dipelajari dalam terapi kognitif

dan perilaku.

Page 72: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

57

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dukungan sosial orang tua terhadap

anak tunaganda-netra di Yayasan Mitra Netra dari November 2018 s.d Maret

2019, dapat diperoleh suatu informasi dukungan sosial orang tua terhadap

tunaganda-netra di Yayasan Mitra Netra.

A. Dukungan Sosial Orang Tua terhadap Anak Tunaganda-Netra di Yayasan

Mitra Netra.

Anak tunaganda seringkali disertai dengan keterbatasan yang sangat berat

ataupun memiliki kombinasi yang sangat kompleks dari berbagai keterbatasan

tersebut, beberapa kelemahan yang sangat berat diantaranya dalam hal fungsi

otak, perkembangan motorik, bicara dan bahasa, tingkah laku, penyesuaian diri,

fungsi penglihatan dan juga pendengaran. Saat ini tercatat jumlah anak yang

mengikuti layanan di lembaga ini ada 17 klien yang mengikuti layanan

fisioterapi, terapi kognitif & perilaku, dan terapi wicara. Dukungan sosial orang

tua diperoleh dari empat orang tua yang memiliki anak tunaganda-netra dengan

kondisi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Informan

No Nama

Anak

(Inisal)

dan

Umur

Nama

Orang Tua

(Inisial)

dan

Pekerjaan

Hambatan

Fisik (Motorik

dan Sensorik)

Hambatan

Kognitif

1. S ( 10 Tahun) Ibu J (Ibu

Rumah

Tangga)

Protective

reaction

inadequate,

orientasi arah

inkonsisten,

Mental

retardation,

belum

menguasai

basic

Page 73: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

58

koordinasi

gerakan kurang

baik

concept,

adanya

indikasi

kearah autis

ringan, self

stimulation

masih sering

muncul,

echolalia

(mengulang

kata) atau

“beo” masih

sering

muncul

2. N (15 tahun)

Bapak M

(Karyawan)

Berdiri

bertumpuan

pada medial

foot, vestibular

masih

inadequate,

ketegangan

pada otot paha

belakang

-

3. D (11 tahun) Gangguan

ambulasi

duduk-berdiri,

otot panggul

lemah, respon

taktil

inadequate,

pola jalan dan

berdiri medial

-

Page 74: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

59

support (belum

ajeg), protective

reaction

inadequate,

kontrol postural

belum kuat.

4. AF (14 tahun) Ibu O.H

(Ibu Rumah

Tangga)

Sensori

integrasi

disorder, respon

taktil

inadequate,

koordinasi

inadequate,

festibular masih

inadequate

Mental

retardation, fokus

dan atensi harus

diarahkan, mudah

terdistract,

komunikasi

inkonsisten,

belum menguasai

basic concept,

artikulasi kurang

jelas, belum

mampu menyusun

kata dalam

kalimat.

5. F (11 tahun) Ibu N. B

(Ibu Rumah

Tangga)

Respon taktil

inadequate,

kontrol postural

inadiquate,

protective

reaction

inadequate,

propioceptive

inadequate,

sensori integrasi

disorder

Komunikasi dua

arah inadequate,

mental

retardation, basic

concept belum

menguasai, fokus

dan atensi harus

diarahkan, mudah

terdistract.

Sumber: Hasil olah data wawancara

Page 75: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

60

1. Dukungan Emosional

Dukungan Emosional yang diberikan terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya;

a. Empati

Dukungan emosional, dalam aspek empati, misalnya seperti

mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa

yang dikeluhkan dan mau memahami apa yang dirasakan. Empati sendiri

merupakan suatu kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang

lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan permasalahan dari

perspektif orang lain. Adanya empati membuat orang lain ikut merasakan

apa yang dirasakan orang lain, baik itu suka, duka, sedih maupun susah.

Dalam memberikan dukungan emosional berupa empati Ibunda F yaitu Ibu

NB, ketika F sedih atau gelisah biasanya Ibu NB menanyakan terlebih

dahulu penyebab bersedih atau gelisahnya itu apa.

“Kita cari tahu dahulu bersedihnya karena apa, karena

komunikasinya kurang lancar jadi ketika menginginkan sesuatu

tetapi anak itu tidak bisa menyampaikan atau tidak diberikan apa

yang dia mau jadi dia mungkin sedih, kita penuhi apa mau dia”.

(Ibu NB, 2019)

Peneliti menemukan ketika sedang berbincang dengan asisten terapis saat

sesi terapi kognitif, bahwa F sulit untuk berbicara, dan hanya merengek

ketika menginginkan sesuatu, F akan berbicara hanya ketika dipaksa,

karena terbiasa dengan merengek dan menangis F mendapatkan apa yang

diinginkan, maka sulit membuat F untuk berbicara. Asisten terapi pun

merekomendasikan kepada orang tua untuk melatih F untuk berbicara

apabila F menginginkan sesuatu, sehingga menstimulus anaknya untuk

berusaha.

Mendengarkan, dan bersikap terbuka serta memahami apa yang dirasakan

merupakan bagian dari empati, dimana orang tua bisa menstimulus anak

untuk berekspresi menceritakan semua yang dirasakan anak tersebut.

Dengan begitu, anak akan merasa bahwa dirinya dicintai dan disayangi

Page 76: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

61

oleh keluarga, seperti yang dilakukan Ibu S dan suami ketika anaknya

bersedih atau ketika emosinya sedang meledak.

“Kita dengarkan anak ini sedihnya kenapa, coba pahami mau dia

apa, lalu kami hibur, disayang-sayang lagi, dikasih sesuatu yang

anak ini mau supaya tenang. S ini kalau emosinya lagi meledak

bisa sampai kejang, jadi sebisa mungkin kita menjaga anaknya

supaya emosinya tidak sampai meledak” (Ibu J, 2019)

Sejalan dengan pernyataan yang disampaikan Ibu NB dan Ibu J bahwa

mendengarkan dan bersifat terbuka terhadap apa yang dirasakan anak

adalah suatu hal yang penting dalam memberikan dukungan sosial kepada

anak. Memiliki anak berkebutuhan khusus, seperti tunaganda-netra ini,

bukanlah perkara mudah dalam mengasuhnya, anak yang normal saja

terkadang memiliki emosi yang naik turun begitu pula dengan anak

berkebutuhan khusus, beberapa diantaranya terkadang emosinya meledak,

diperlukan cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Seperti Ny. OH

yang memiliki anak MDVI mengatakan apabila anak nya mengalami

tantrum.

“Iya ditenangin aja, dia ini kan ada sedikit autisnya tapi autisnya itu

ringan. Terkadang emosinya saja yang suka meledak. Kalo yang

AF ini moodnya suka naik turun, kita lebih sabar untuk memahami

anaknya, kadang AF ini suka tantrum, pernah saat naik motor tiba-

tiba dia tantrum, ya kita coba tenangin aja itu sih”. (Ibu OH, 2019)

Keluarga terutama orang tua bisa menjadi tempat yang memberikan

ketenangan ketika seseorang berada dalam suasana yang tidak nyaman,

atau sedang merasakan hal-hal yang rumit. Dari pemaparan diatas, dapat

dikatakan bahwa dengan memiliki jiwa berempati dengan orang lain

merupakan bentuk motivasi yang utama dalam bersikap maupun

berperilaku dalam hal menolong.

b. Perhatian

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, keluarga

terutama orang tua memiliki tugas untuk memberikan perlindungan serta

perhatian terhadap anak. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam

Page 77: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

62

pengasuhan kepada anak dengan disabilitas dengan tujuan anak dengan

disabilitas dapat memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri. Orang tua

wajib mendampingi, mengasuh dan memberikan hak-hak yang seharusnya

anak miliki. Seperti memberikan perhatian kepada anak, perhatian kepada

anak tidak hanya berlaku pada anak yang normal saja, pada anak

disabilitas pun orang tua harus memberikan perhatian. Perhatian yang

diberikan orang tua kepada anak ini bisa memberikan dampak positif pada

anak. Perhatian orang tua pada anak disabilitas seperti tunaganda-netra,

keterbatasan visual membuat Ibu J beserta suami selalu mempermudah

mobilitas anaknya ketika berjalan dengan memindahkan benda-benda

supaya tidak tertendang atau tertabrak. Selain itu dengan keterbatasan

visual, Ibu J dan suami tetap mengajarkan mengaji, serta hafalan-hafalan

kecil.

“Kami memberikan perhatian khusus, karena S memang istimewa,

mobilitasnya terbatas jangan sampai ketika berjalan ada benda-

benda yang menghalangi didepan seperti gelas dipindahkan supaya

tidak tertendang. Perhatian lainnya seperti tetap mengajarkan S

mengaji, hafalan-hafalan kecil”. (Ibu J, 2019)

Keterbatasan visual juga mempersulit individu untuk bergerak bebas,

sehingga sulit untuk beradaptasi dengan lingungan sekitar untuk menuju

suatu tempat. Melatih anak untuk mengenal lingkungan sekitar bisa

menjadikan anak tersebut untuk mengetahui arah serta tempat yang ingin

mereka tuju. Seperti perhatian yang dilakukan oleh Bapak M kepada dua

anaknya yang memiliki hambatan visual untuk beradaptasi dengan

lingkungan dengan mengajarkan koordinasi arah, selain itu Bapak M tidak

melupakan bahwa setiap anak berhak akan pendidikan sehingga tetap

memberikan hak untuk sekolah, hingga mengikuti les tambahan, selain itu

juga tetap mengajarkan mengaji menggunakan Al-Qur‟an digital atau Al

Qur‟an braile.

“Kalau di rumah itu pokoknya jangan sampai ada barang ditempat

yang biasa anak-anak lewatin karena pasti ditabrak sama dia,

karena penglihatannya terbatas kita biasanya mengambarkan situasi

rumah, melatih koordinasi supaya anaknya bisa adaptasi dengan

Page 78: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

63

lingkungan, selain itu tetap kita didik kita sekolahin, ikut les tetap

diajarkan mengaji pakai Al-Qur‟an digital atau Al-Qur‟an braile

terus hafalan setor ke saya”. (Bapak M, 2019)

Anak tunaganda-netra menunjukkan kekurangan dalam kemampuan

bahasa dan berbicara. Kekurangan ini dapat berupa keterlambatan dalam

berbicara, ketidakjelasan dalam berbicara dan pembentukan pola bicara

yang aneh. Bukan berarti anak tunaganda-netra tidak memiliki potensi

untuk menguasai kemampuan bahasa untuk berkomunikasi.

Berkomunikasi dengan anak merupakan bentuk perhatian yang diberikan

orang tua pada anak. Dengan seringnya berkomunikasi antara orang tua

dan anak akan melatih kemampuan bahasa dan berbicara anak tunganda-

netra yang memiliki kekurangan dalam berbicara. Seperti yang dilakukan

oleh Ibu OH pada anaknya bahwa beliau selalu mengajak anaknya untuk

berkomunikasi. Selain berkomunikasi, hal penting yang dilakukan adalah

memahami kondisi anaknya seperti apa juga merupakan salah satu bentuk

perhatian orang tua kepada anak.

“Saya selalu berkomunikasi kepada anak saya, ajak ngobrol, A ini

memang anaknya sedikit pendiam tapi kalau diajak berbicara dia

akan bicara, kalau dia berbuat salah ya kita kasih nasihat pelan-

pelan, karena anaknya juga moodnya suka naik turun kita lebih

sabar aja untuk memahami anaknya”. (Ibu OH, 2019)

Pentingnya perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anak akan

memberikan dampak positif pada psikologis anak. Sebaliknya, jika anak

kurang mendapatkan perhatian, anak akan merasa bahwa dirinya tidak

penting sehingga perlahan akan timbul kekecewaan pada dirinya.

Kedekatan secara psikolgis antara anak dan orang tua akan membuat anak

merasa nyaman, merasa dirinya berharga, psikisnya juga stabil dan

emosinya terkendali. Sekecil apapun perhatian yang diberikan orang tua

terhadap anak, menjadi penting bagi tumbuh kembang anak.

c. Cinta dan Kasih Sayang

Selain rasa empati dan rasa diperhatikan, aspek lain yang tak kalah penting

didalam dukungan emosional bagi anak tunaganda-netra yaitu cinta dan

Page 79: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

64

kasih sayang yang diberikan oleh orang tua, maupun orang-orang

disekitarnya. Hal ini akan membuat anak semakin merasa percaya diri,

menumbuhkan rasa aman didalam dirinya. Sebagai orang tua, tentu

seharusnya memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya

tanpa membeda-bedakan, termasuk ketika orang tua memiliki anak

disabilitas seperti tunganda-netra. Karena setiap anak berhak mendapatkan

cinta dan kasih sayang dari orang tua maupun dari orang sekitarnya. Salah

satu bentuk cinta dan kasih sayang orang tua seperti menerima keadaan

anaknya dalam kondisi apapun, tetap optimis anaknya bisa seperti anak-

anak lainnya. Seperti halnya yang dilakukan Ibu J kepada anaknya S.

“Kita didik, disekolahkan seperti anak seusianya, mengikutkan S

untuk terapi, kami ingin anak kami (S) bisa seperti anak-anak

lainnya, meskipun dalam kondisi seperti ini. Karena kami yakin

suatu saat anak ini bisa, meskipun harus melalu proses yang tidak

cepat”. (Ibu J, 2019)

Sebagai orang tua yang memiliki anak, tentu orang tua harus menerima

dan menyayangi bagaimanapun kondisi anak tersebut, sama halnya dengan

Bapak M, yang memiliki anak berkebutuhan khusus bahwa beliau

menerima dan menyayangi anak-anaknya dalam kondisi bagaimanapun

dan selalu memberikan dukungan kepada anak-anaknya.

“Saya menyayangi anak-anak saya dalam kondisi bagaimanapun,

karena anak merupakan titipan Tuhan, yang bisa kita lakukan

hanya sabar serahin semua sama Tuhan. Menerima apa adanya

tetap kasih support ke anak-anak”. (Bapak M, 2019)

Orang tua memiliki banyak cara untuk menyampaikan rasa cinta dan kasih

sayang, tidak hanya menggunakan lisan tapi bisa dengan perlakuan serta

perhatian yang baik kepada anak. Seperti yang dilakukan ibu O.H kepada

anaknya AF, beliau memiliki anak kembar yang dimana keduanya

memiliki keterbatasan pada visualnya, namun salah satu anaknya AF ini

selain memiliki keterbatasan pada visualnya, juga memiliki keterbatasan

lain pada motorik serta kognitifnya. Ibu OH juga memiliki anak yang

Page 80: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

65

kondisinya normal, dimana beliau memperlakukannya sama tidak berbeda,

yaitu tetap menyayangi semua anaknya.

“Menyampaikan rasa sayang kan tidak hanya dengan lisan tapi bisa

juga dengan perlakuan, perlakuan yang baik kepada anak setiap

hari, sering berkomunikasi sama anak. Cara memperlakukannya

pun tidak berbeda jauh dengan anak yang normal, kalau untuk anak

saya yang berkebutuhan khusus ya kita lebih sabar aja untuk

mendidik dan mengajarkannya, lebih memahami anaknya saja”.

(Ibu O.H, 2019)

Dari penjelasan di atas dapat penulis ketahui bahwa rasa cinta dan kasih

sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya memang tidak

membeda-bedakan satu sama lain, hanya saja untuk anak yang memiliki

keterbatasan, orang tua lebih sabar untuk mendidik dan mengajarkannya

serta orang tua harus lebih memahami kondisi anaknya.

Cinta dan kasih sayang merupakan kebutuhan psikis yang paling mendasar

dalam hidup dan kehidupan manusia. Kebutuhan akan kasih sayang

sangatlah penting bagi perkembangan mental seseorang terutama seorang

anak yang masih sangat membutuhkannya untuk perkembangan dan

pertumbuhan selanjutnya. Cinta dan kasih sayang mampu membuat anak

bersifat optimis, merasa nyaman dan tentu dengan adanya kasih sayang

akan terciptanya hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak,

yang akan menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.

2. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental, meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental

support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan

membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan

langsung. Dukungan instrumental terbagi menjadi 3 aspek, yaitu peluang

waktu, bantuan langsung, bantuan materi

Page 81: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

66

a. Peluang Waktu

Peluang waktu bisa dikatakan sebagai cara mengalokasikan usaha dan

waktu dalam melaksanakan terapi tersebut. Dimana orang tua

mengalokasikan usaha dan waktu untuk melaksanakan terapi anaknya, bisa

dalam mengantar anaknya untuk melakukan terapi, tidak hanya mengantar

tetapi ikut mendampingi anaknya terapi hingga melanjutkan kembali terapi

tersebut dirumah. Itulah yang dikatakan peluang waktu, atau waktu luang

yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Seperti Bapak M

yang sering mengantar kedua anaknya untuk terapi, ditengah

kesibukkannya, beliau tetap meluangkan waktunya untuk mengantar

terapi. Tidak hanya Bapak M, Ibu N.B, dan Ibu O.H juga selalu mengantar

anaknya untuk terapi.

“Iya sering, terkadang saya sendiri yang antar kadang bareng

mamanya, sekarang saya yang antar, karena mamanya hari ini

masuk kerja. Kalau N sm D lagi mau sama neneknya ya sama

neneknya dianterin” (Bapak M, 2019)

“Iya sering saya mengantar sama bapaknya, bapak kan kerja jadi

terkadang saya sendiri yang antar, biasanya bapak yang menjemput

yang mengantar kakanya yang nomor 2”. (Ibu NB, 2019)

“Iya sering saya sama bapak yang mengantar anak ke lembaga”.

(Ibu O.H, 2019)

Peneliti menemukan ketika sedang berbincang dengan asisten terapis,

bahwa orang tua dari AF yakni Ibu O.H ini sering absen untuk mengikuti

terapi, namun tidak diketahui alasan mengapa absen. Didapati bahwa

dalam kurun waktu sekitar 6 bulan saja, hanya mengikuti sekitar 1-2 kali

terapi. Tentu ini menjadi perhatian bagi pihak Mitra Netra, karena

ketidakkonsistenan orang tua untuk mengikuti kegiatan di Mitra Netra.

Selain itu perkembangan dari AF pun turut menjadi perhatian. Terapis

fisioterapi juga mengatakan bahwa AF ini dikategorikan memiliki kondisi

yang berat sehingga penanganannya harus intensif, sejauh ini

perkembangannya belum terlalu banyak.

Page 82: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

67

“AF ini dikategorikan berat, karena dari segi atensi, kognitif,

sensorik, motoriknya bermasalah semua, untuk perkembangannya

belum terlalu banyak. Dibandingkan dengan sebelumnya untuk

tantrum sudah mulai berkurang” (Galuh, 2019)

Tidak hanya mengantar, mendampingi ketika anak sedang melakukan

terapi juga merupakan salah satu peluang waktu yang diberikan orang tua

pada anak. Pentingnya mendampingi anak ketika melakukan terapi adalah

orang tua melihat dan mengetahui apa saja yang dilakukan anak ketika

terapi, dan menjadi modal orang tua untuk melanjutkan terapi dirumah.

Seperti yang dilakukan Ibu N.B, bapak M serta Ibu J yang mendampingi

anaknya ketika sedang melakukan terapi.

“Iya kita dampingi sambil melihat bagaimana terapi yang

dilakukan, sudah sejauh mana anak tersebut bisa melakukannya”.

(Ibu NB, 2019)

“Iya didampingi jadi kita tau ya terapinya gimana aja, terapinya

untuk apa ke anaknya”. (Bapak M, 2019)

“Iya kami dampingi sekaligus melihat bagaimana terapi yang

dilakukan syifa, karena setelah terapi ada konsultasi dengan terapis

mengenai terapi yang dilakukan, serta bagaimana perkembangan S

setelah terapi. Waktu awal masuk, S ini belum bisa berbicara,

sekarang sudah mulai bisa sedikit-sedikit tapi kadang masih suka

diulang kata-katanya, itu “beo” disebutnya”. (Ibu J, 2019)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, syarat untuk melakukan terapi

di Mitra Netra adalah integrasi antara orang tua dan pengajar (terapis).

Seperti yang dikatakan Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat Yayasan

Mitra Netra yaitu Bapak Muiz, dimana orang tua diharapkan untuk

berpartisipasi secara aktif, dengan melakukan terapi lanjutan dirumah pada

anak. Buku penghubung menjadi alat integrasi antara pengajar (terapis)

dengan orang tua.

“Kita berharap layanan terhadap tunaganda-netra ini melibatkan

orang tua. Ketika si anak melakukan terapi, kan ada buku

penghubung, diterapi oleh terapisnya nanti akan ditulis di buku

penghubung mengenai terapi yang dilakukan. Ada beberapa hal

yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya dirumah, kalau

Page 83: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

68

hanya mengandalkan mitra netra saja, tidak akan maksimal

perkembangan anak tersebut. Pada pertemuan berikutnya akan di

tes kembali apakah anak tersebut melanjutkan terapi dirumah oleh

orang tuanya atau tidak, akan keliatan mana yang melanjutkan

mana yang tidak.” (Muiz, 2019)

Dengan keterlibatan orang tua akan memberikan peluang untuk

keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua yang

kurang terlibat dalam proses pelayanan terapi, seperti yang dikatakan oleh

Bu Lilis selaku terapis terapi kognitif dan perilaku.

“Pasti ada dampak positifnya, sebagai orang tua yang memiliki

anak berkebutuhan khusus akan mencari cara untuk membantu

anaknya. Dengan adanya konsultasi bagi orang tua, maka orang tua

akan mendapatkan informasi bagaimana cara untuk membantu

anaknya, tentu ini memberikan dampak positif bagi orang tua anak

tersebut, sehingga orang tua apa yang harus dilakukan, karena

kontinuitas terapi memberikan peluang untuk keberhasilan yang

lebih tinggi, dibandingkan dengan yang tidak terintegrasi”. (Lilis,

2019)

Senada dengan Bu Lilis, terapis dari fisioterapis juga mengatakan bahwa

pentingnya konseling keluarga dilakukan bahwa ada beberapa latihan yang

harus dilakukan dirumah oleh orang tua, agar anak dapat terstimulus, serta

dapat meningkatkan respon mengingat pada anak.

“Untuk membuat suatu kebiasaan atau habbit itu harus dilakukan

secara berulang. Tidak cukup hanya 45 menit anak tersebut hanya

fisio disini saja, ketika dia hanya fisio disini dan dirumah tidak

dilakukan percuma saja, karena nanti respon untuk mengingatnya

akan berkurang juga. Pentingnya konseling ke orang tua itu

bahwa ada beberapa latihan yang harus dilakukan dirumah juga,

agar anak itu terstimulasi, lalu akan menciptakan habbit yang

seharusnya atau aktivitas sehari-harinya. Karena disini

fisioterapinya 2 minggu sekali, bisa dibilang itu kurang efektif,

jadi yang kita dorong orang tuanya, dimana orang tua harus

mengulang kembali latihan-latihan yang ada disini dengan ada

buku penghubung, jadi kita terintegrasi antara fisioterapi, dan

orang tua. Sehingga anaknya juga bisa kembali ke lingkungan

sosialnya” (Galuh, 2019)

Page 84: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

69

Melanjutkan terapi dirumah bukan semata-mata semua yang dilakukan

pada terapi harus dilakukan juga dirumah, hanya beberapa hal yang

dilanjutkan dirumah yang sifatnya mudah dilakukan oleh orang tua, tidak

harus dengan alat yang sama, bisa menggunakan alat-alat yang lain yang

ada dirumah dengan fungsi yang sama. Seperti halnya Ibu J, Bapak M

serta Ibu O.H, ketiga orang tua ini menerapkan kembali terapi dirumah

dengan alat-alat yang ada.

“Iya kami lanjutkan kembali dirumah, karena di rumah alatnya

tidak lengkap, kami menggunakan alat-alat yang lain yang ada di

rumah seperti balok, gelas mapun manik-manik”. (Ibu J, 2019)

“Iya diterapkan kembali dirumah, iya menggunakan alat seadanya

aja dirumah yang bisa digunakan, lalu saya sampai beli alatnya

yang bola itu untuk terapi dirumah, tapi kalau kakaknya (N) agak

susah dia tidak mau, maunya dilembaga, tapi kalau adeknya mau

bahkan inistaif sendiri”. (Bapak M, 2019)

“Iya diterapkan kembali dirumah kalau ada alatnya, biasanya sih

yang ringan-ringan seperti penentuan arah kanan kiri depan

belakang. Juga tergantung dari mood anaknya aja, kalau moodnya

lagi enak ya diterapkan, kalau moodnya sedang tidak enak ya tidak

bisa dipaksakan juga. Semampunya saya, apa yang diajarkan disini

saya terapkan dirumah”. (Ibu O.H, 2019)

Dari pemaparan diatas, bahwa peluang waktu yang diberikan orang

tua pada anak sangatlah penting. Dengan mengalokasikan waktu seperti

mengantar anak terapi, mendampingi anak terapi, hingga menerapkan

kembali terapi dirumah, bisa menjadikan peluang keberhasilan proses terapi

pada anak akan semakin besar. Dapat dilihat pada anak dari Bapak M yaitu

DF bahkan memiliki inisiatif untuk melakukan terapi dirumah. DF yang

sebelumnya belum bisa berdiri, namun saat ini sudah bisa berdiri secara

mandiri. Terapis Fisioterapi mengatakan bahwa DF ini perkembangannya

cepat dibanding dengan anak-anak lain. Kakak dari DF yaitu N, juga

menunjukkan kemajuan perkembangannya, dilihat dari kemampuan

keseimbangan kini mulai seimbang.

Page 85: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

70

“DF ini kemampuan motorik nya yang tadinya belum bisa berdiri

sekarang sudah bisa berdiri secara mandiri. Kalo untuk sekarang

DF lebih ke meningkatkan kemampuan baca tulis braile. DF ini

perkembangannya cepat dibanding anak-anak lainnya”. (Galuh,

2019)

“N ini kemampuan baca tulisnya sudah bagus, tapi keluhan N

adalah ada gangguan pada betisnya itu terkait pada pola jalannya

saat menapak itu lebih condong ke arah sisi bagian dalam.

Kemampuan keseimbangannya juga sebelumnya takut atau belum

seimbang ketika berdiri diatas balance board, sekarang sudah

mulai seimbang”. (Galuh, 2019)

Bagi orang tua yang tidak melanjutkan terapi dirumah, tentu akan

memberikan dampak bagi perkembangan anaknya menjadi tidak optimal.

Lain hal nya dengan orang tua yang melanjutkan terapi dirumah, akan

terlihat perbedaannya dengan yang tidak melanjutkan dirumah. Seperti yang

dikatakan terapis fisio bahwa setiap pertemuan akan ada evaluasi sejauh

mana anak tersebut bisa melakukan hal yang diajarkan pada pertemuan

selanjutnya.

“Sangat jelas terlihat perbedaannya, disetiap pertemuan biasanya

akan dievaluasi sejauh mana anak tersebut sudah bisa melakukan

suatu hal yang diajarkan sebelumnya. Kalau sudah bisa berarti

orang tua anak tersebut melanjutkan latihan-latihan fisio dirumah.

Tapi ketika anak dites kembali belum bisa dalam beberapa waktu,

kita control ke orang tua nya apakah latihan tersebut dilakukan

dirumah atau tidak? Kalau tidak ataupun jarang dilakukan, kita

coba beritahu kembali kepada orang tua” (Galuh, 2019).

Senada dengan yang dikatakan terapis fisio, Bu Lilis selaku terapis juga

mengatakan demikian, bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak berkebutuhan khusus, yang salah satunya adalah faktor

lingkungan, terutama lingkungan terdekat yaitu orang tua. Maka tentu

perbedaannya akan jelas terlihat

“Anak berkebutuhan khusus perkembangannya dipengaruhi oleh

4 faktor, yang pertama yaitu kondisi anak itu sendiri, seberapa

ringan atau beratnya kebutuhan khususnya, yang kedua adalah

lingkungannya, lingkungannya itu adalah bisa orang tuanya,

Page 86: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

71

keluarganya, sampai dengan lingkungan sekitar rumah maupun

sekolah, yang ketiga adalah program terapinya yang membantu

anak tersebut untuk belajar, dan yang keempat adalah

pelaksanannya, pelaksanaan adalah seberapa banyak usaha dan

waktu yang dialokasikan dalam melaksanakan terapi tersebut.

Sehingga apakah anak tersebut bisa berkembang cepat atau

lambat tergantung dari 4 hal ini ini. Saya disini sedikit bagian dari

pelaksanaan, karena pelaksaan utama ada pada keluarga, karena

saya disini hanya 45 menit dan available time anak tersebut

dirumah lebih banyak. Kalau tidak diulangi dirumah, bandingkan

dengan anak yang kondisinya sama tapi mengulangi dirumah,

tentu ada perbedaannya” (Lilis, 2019).

b. Bantuan Langsung

Didalam dukungan instrumental mencakup aspek lainnya yaitu bantuan

langsung yang diberikan ataupun bantuan langsung yang bertujuan

meringankan beban anak tunaganda-netra. Dengan keterbatasan visual,

anak tunaganda-netra terkadang kesulitan untuk melakukan hal-hal dalam

kesehariannya baik dirumah maupun diluar rumah, kegiatan-kegiatan

didalam rumah seperti makan, minum, berpakaian dan menggunakan

toilet. Tidak sedikit anak-anak tunaganda-netra harus dibantu orang

tuanya, untuk bisa melakukan hal-hal tersebut. Untuk kegiatan-kegiatan

diluar seperti pergi ke sekolah, atau main diluar bersama teman-temannya.

Seperti Bapak M, yang selalu mendampingi kegiatan anak-anaknya

dirumah maupun diluar rumah.

“Iya pasti didampingi misalnya jalan-jalan keluar ke mall atau

kemana atau saya ajak kondangan atau ngumpul bareng temen saya

ajak, mereka seneng. Sekolahpun dianter, ditungguin sama

neneknya. Kalau dirumah mandi masih dimandiin karena belum

bisa sendiri”. (Bapak M, 2019)

Memberikan bantuan langsung bukan hanya membantu tetapi didalamnya

ada suatu pengajaran yang terselip, seperti membantu untuk mandi, tetapi

anak juga dilatih untuk bisa melakukan secara mandiri dengan

memperkenalkan anak dengan hal-hal yang berkaitan dengan mandi.

Seperti yang dilakukan Ibu J, saat ini anaknya S sudah mulai bisa mandi

Page 87: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

72

sendiri, sebelumnya S masih harus dibantu untuk menggunakan kamar

mandi. Meskipun dalam hal berpakaian masih dibantu, tetapi ada hal lain

yang sudah bisa dilakukan sendiri. Berbeda dengan Ibu NB, anaknya F

untuk mandi dan makan masih dibantu, tetapi untuk orientasi mobilitasnya

sudah mandiri.

“Kami dampingi misal syifa main diluar ataupun pergi ke sekolah.

Untuk kegiatan dirumah misalnya mandi, syifa sudah mulai bisa

mandi sendiri tapi untuk berpakaian masih dibantu”. (Ibu J, 2019)

“Iya, untuk mandi dan makan masih dibantu, tapi untuk orientasi

mobilitasnya sudah mengenal lingkungan sendiri jadi hafal dan

sudah mandiri, begitu pula kalau saya pergi saya ajak anaknya

karena memang tidak bisa di tinggal. Kalau untuk main keluar

rumah tidak sih, mainnya hanya dirumah. Kalau sekolah tetap

diantar dan ditungguin”. (Ibu NB, 2019)

Dengan memberikan bantuan yang bertujuan meringankan beban anak

tunaganda-netra, bukan tidak mungkin anak tersebut menjadi

ketergantungan akan bantuan orang lain. Dalam memberikan bantuan

langsung, harus diselipkan ajaran bagaimana dalam melakukan hal-hal

yang berkaitan dengan bantuan yang diberikan, seperti makan dan minum,

anak harus diajarkan terlebih dahulu hal-hal apa saja yang berkaitan

dengan makan dan minum. Sehingga bantuan yang diberikan bukan

sekedar membantu tetapi ada ajaran yang dimana anak tersebut nantinya

akan mampu melakukan secara mandiri.

c. Bantuan Materi/Biaya

Orang tua memiliki peran utama yang dimana orang tua memfasilitasi

perkembangan anak sehingga dapat memenuhi kebutuhan emosional,

biologis, sosial, ekonomi dan psikologis. Orang tua yang memiliki anak

berkebutuhan khusus juga memiliki peran yang sama, dimana

perkembangan anak menjadi hal yang utama. Meskipun memiliki

berkebutuhan khusus, orang tua tetap memberikan dukungan, dimana anak

tunaganda-netra memerlukan pelayanan untuk mengatasi

kedisabilitasannya, baik layanan kesehatan maupun layanan pendidikan

Page 88: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

73

serta layanan-layanan lain seperti layanan pengembangan diri. Mayoritas

orang tua di Yayasan Mitra Netra tetap memberikan layanan pendidikan

kepada anak-anaknya untuk bersekolah seperti anak-anak lainnya, tidak

hanya di Sekolah Luar Biasa (SLB) ada juga di sekolah reguler lainnya.

Selain tetap memberikan layanan pendidikan, orang tua juga

mengikutsertakan anaknya untuk menjalani layanan kesehatan seperti

terapi untuk mengatasi kedisabilitasannya. Ada pula yang

mengikutsertakan anaknya untuk les, ataupun kegiatan lainnya seperti

pesantren tunanetra untuk belajar tahfidz Qur‟an.

3. Dukungan Penilaian/Penghargaan

Dukungan penilaian/penghargaan yang diberikan terbagi beberapa aspek,

yaitu:

a. Penghargaan Diri

Aspek penghargaan diri ialah bentuk dukungan yang diberikan dalam

bentuk ungkapan positif terhadap anak tunaganda-netra. Dalam aspek ini

ketika anak tunaganda-netra dapat melakukan suatu hal dengan baik dan

benar akan mendapat penghargaan bisa melalui ucapan yang positif

ataupun hal lainnya. Terkadang anak tunaganda-netra memiliki hambatan

dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya, kurang percaya diri, dan lain-

lain. Perlunya sedikit motivasi agar anak mampu mengatasi hambatannya,

melalui hadiah atau ucapan positif kepada anak akan membuat anak

merasa senang sehingga terbangun kepercayaan dalam dirinya. Seperti

yang dilakukan terapis mengajarkan ketika anak masuk kedalam ruang

terapi mengucapkan salam dan ketika anak bisa mengucapkan salam ada

penghargaan positif yang diberikan terapis kepada anak. Sama halnya yang

dilakukan oleh Ibu J memberikan pujian ketika anaknya tidak membuang

air kecil di celana (ngompol). Ucapan positif juga diberikan oleh Ibu NB

kepada anaknya ketika anaknya dapat melakukan hal dengan benar, dan

terciptanya rasa senang pada anaknya ketika mendapatkan pujian tersebut.

Page 89: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

74

“Iya, kami berikan pujian “syifa pinter nih” seperti contoh saat bisa

melakukan dengan benar seperti tidak membuang air kecil

dicelana, lalu memindahkan gelas ke tempat yang seharusnya.

Kadang juga kami berkata “horree” sambil tepuk tangan”. (Ibu J,

2019)

“Ada, misalnya ketika saya meminta anak tersebut mengambil

botol, ketika dia bisa melakukan hal tersebut saya kasih pujian

“Hebatt, pinter”, anaknya pun senang ketika mendapat pujian

seperti itu”. (Ibu NB, 2019)

Penghargaan atau reward bisa dijadikan alat untuk mendidik anak-anak,

agar anak-anak dapat merasa senang karena hal-hal yang dilakukannya

mendapatkan penghargaan. Dengan memberikan penghargaan anak akan

merasa dihargai, selain itu penghargaan juga dapat digunakan untuk

menumbuhkan, membangkitkan, dan meningkatkan motivasi anak agar

mereka terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut.

b. Umpan Balik

Dalam hal ini bentuk dukungan penilaian berupa umpan balik yaitu

pemberian sanksi/hukuman atau disebut punishment. Sanksi/hukuman

diberikan terhadap anak tunaganda-netra yang belum dapat menjalankan

suatu hal dengan baik. Dengan adanya sanksi/hukuman, diharapkan anak

bisa memperbaiki kesalahannya, agar suatu saat tidak mengulangi

kesahalannya. Tujuan dari punishment adalah menghentikan anak untuk

melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang

berlaku. Tidak dibenarkan sanksi/hukuman yang diberikan sifatnya keras

seperti memukul dan sebagainya. Salah satu orang tua yaitu Ibu J

memberikan respon ketika anaknya belum dapat melakukan hal-hal

dengan benar dengan memberikan arahan.

“Kami arahin, misal saat syifa mengompol kami bilang lain kali

kalau mau pipis, bilang ya syifa supaya tidak mengulangi

dikemudian hari. Kalau misal sudah keterlaluan agak sedikit kami

marahi tapi tidak terlalu keras”. (Informan J)

Page 90: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

75

Memberikan sanksi/hukuman tidak harus selalu dengan memarahi anak,

bisa dengan sedikit arahan bahwa yang dilakukan salah dan memberikan

arahan yang benar seperti apa, sehingg anak tahu bahwa yang dilakukan

salah dan akan melakukan hal yang benar nantinya. Seperti Bapak M, dan

Ibu NB ketika anak melakukan kesalahan, mereka memberitahu bahwa

yang dilakukan anak salah dan bagaimana yang benar.

“Dimarahin sih tidak ya, paling di kasih tau kalau itu salah dikasih

tahu juga yang benar itu bagaimana, diarahinnya pelan-pelan dan

berulang-ulang pengucapannya biar anaknya paham”. (Bapak M,

2019)

“Iya pasti diberi tahu bahwa itu salah dan menjelaskan yang benar

itu seperti apa, supaya dia paham apa yang dilakukan”. (Ibu NB,

2019)

Punishment juga diperlukan dalam proses pendidikan, karena berfungsi

menekan, mengurangi, bahkan menghilangkan perilaku-perilaku yang

menyimpang. Hukuman lebih efektif juga dikombinasikan dengan

penguatan positif. Anak akan belajar berperilaku lebih sesuai jika ia

menerima penguat positif baik dari teman-temannya maupun dari guru.

4. Dukungan Informasional

Orang tua berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) dan diseminator

(penyebar) informasi tentang berbagai hal. Menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat untuk digunakan mengungkapkan dan

menyelesaikan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat

menekan munculnya suatu pemahaman karena informasi yang diberikan dan

dapat menyumbangkan sugesti pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

a. Pemberian Nasihat, Arahan dan Pemberian Informasi

Bentuk dukungan sosial lain dalam aspek informatif yaitu dengan

pemberian nasihat, arahan dan pemberian informasi kepada anak

tunaganda-netra yang dilakukan oleh orang tua. Anak tunganda-netra

terkadang bertindak agresif ataupun tindakan desktruktif cenderung sulit

Page 91: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

76

beperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif, dimana orang tua

memberikan nasihat maupun arahan agar perilaku maupun dalam

berinteraksi bisa disesuaikan pada lingkungan sosialnya. Seperti yang

dilakukan Ibu J, dan Bapak M ketika anaknya melakukan kesalahan

diberikan teguran bahwa yang dilakukan salah dan memberitahu

bagaimana yang benar.

“Kami jelaskan bahwa yang dilakukan salah, dan memberikan

bagaimana yang benar”. (Ibu J, 2019)

“Iya biasa sih dikasih nasihat, misal dia belum bisa buang sampah

ditempatnya diarahin kalau buang sampah ditempatnya jangan

sembarangan”. (Bapak M, 2019)

“Iya sama seperti anak lainnya, kalau dia melakukan kesalahan ya

ditegur tapi pelan-pelan, dikasih tau bahwa yang dilakukan itu

salah”. (Ibu OH, 2019)

“Iya pasti diberi tahu bahwa itu salah dan menjelaskan yang benar

itu seperti apa, supaya dia paham apa yang dilakukan”. (Ibu NB,

2019)

Pemberian nasihat, arahan maupun pemberian informasi diberikan oleh

orang tua dengan kata-kata yang mudah dipahami anak, serta dengan

intonasi yang lembut tidak keras supaya anak mudah mengerti. Dengan

begitu, nasihat, arahan maupun pemberian informasi dapat diterima

dengan baik oleh anak. Dari hasil wawancara yang dilakukan, Ibu J dan

suami memberi nasihat dan arahan secara pelan-pelan agar anaknya mudah

mengerti dan tidak menggunakan emosi, karena mereka tahu apabila

menggunakan emosi akan mengganggu psikis anak.

“Kami nasihati, memberi arahan pelan-pelan agar anak mudah

mengerti, tidak dengan emosi, karena apabila dengan emosi akan

mengganggu psikis anak. Kami sebagai orang tua harus sabar,

harus telaten. Misal kasih tau ke syifa kalau lagi terapi itu fokus

jangan suka ketawa-ketawa. Kalau masuk ataupun pamit selalu

mengucapkan salam”. (Ibu J, 2019)

Pemberian nasihat, arahahan maupun informasi dengan intonasi yang

lembut tentu memberikan hal positif pada psikis anak sehingga tidak

Page 92: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

77

mempengaruhi emosi anaknya. Seperti yang dikatakan terapis fisio, S ini

mulai menunjukkan kearah yang lebih tenang.

“S ini masih belum banyak perkembangan, kalau dari segi atensi

dan fokus sudah menunjukkan kearah lebih tenang”. (Galuh, 2019)

Senada dengan Ibu J, Bapak M dan Ibu NB juga enggan menggunakan

intonasi yang keras ketika sedang menasihati anak-anaknya, Bapak M dan

Ibu NB lebih memilih untuk menggunakan intonasi yang pelan serta

dimengerti anaknya.

“Iya dikasih tau pelan-pelan, tidak marah-marah biar anaknya juga

ngerti. Iya misal, kasih tau buat rajin belajar, rajin ngaji biar pinter.

Terus kalo buang sampah ditempat sampah jangan sembarangan,

gitu aja sih”. (Bapak M, 2019)

“Iya sama seperti anak-anak lainnya, hanya caranya pelan-pelan

ketika diberikan nasihat maupun arahan kepada anaknya, agar

anaknya juga ngerti sama apa yang kita kasih tahu. Misalnya F ini

kan susah ngomong ya, jadi misal kalau dia mau apa-apa itu bilang

atau ngomong harus dibiasain berbicara, dia kan biasanya

ngerengek doang jadi saya latih dia buat bicara kalau dia mau

sesuatu. Terus saya kasih tau untuk fokus selama terapi, soalnya

kalo terapi itu anaknya suka ga fokus, kepalanya tidak bisa diam”.

(Ibu NB, 2019)

Dalam pemberian nasihat maupun arahan tidak membeda-bedakan anak

yang satu dengan anak lainnya, ketika melakukan kesalahan akan

mendapatkan teguran yang sama. Dengan memiliki anak berkebutuhan

khusus nasihat yang diberikan juga diarahkan pelan-pelan harus

memahami karakter anaknya seperti yang dilakukan Ibu OH yang

memiliki 4 anak, 2 anak normal dan 2 anak lainnya yaitu kembar dan

memiliki hambatan secara visual, 1 diantaranya memiliki hambatan

lainnya selain visual atau MDVI.

“Sama aja sih kaya anak-anak lainnya, saya punya anak 4, dua

normal, dua lagi kan kembar ini yg ada gangguan visual. Kalau

memberikan nasihat arahan ya sama saja, karena ada yang

berkebutuhan khusus ya dikasih tau diarahkan pelan-pelan, kalau

salah ya ditegur diberi tahu bahwa yang yang dilakukan itu salah

Page 93: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

78

seharusnya itu seperti ini, memberi tahunya pun harus sabar harus

memahami anaknya juga gimana, harus paham karakter anak. AF

ini kadang tantrum saat terapi, iya saya bilangin kalau terapi itu

fokus ikutin kata Mas Galuh, Bu Lilis gitu-gitu”. (Ibu OH, 2019)

Dari pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa dukungan informasional

sangat diperlukan, dimana orang-orang yang berada di sekitar individu

akan memberikan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan

tindakan yang dapat dilakukan individu untuk mengatasi masalah.

Sehingga individu dapat mengerti apa yang harus dilakukan.

Berdasarkan temuan lapangan, setiap anak memiliki kondisi yang

berbeda-beda, ada yang kondisinya ringan ada pula yang kondisinya

berat, sehingga cepat atau lambatnya perkembangan tiap anak akan

berbeda. Dan hal itu ditentukan oleh empat faktor yang dijelaskan

sebelumnya. Menurut terapis terapi kognitif Bu Lilis, bahwa grafik

perkembangan anak tunaganda-netra belum stabil, ada beberapa anak

yang grafiknya masih naik turun.

“Secara grafik ada yang maju, ada juga yang naik lalu turun, ada

juga yang naik perlahan lalu sempat turun, ada juga yang

berulang-ulang disitu terus tetapi bukan stuck ditempat, ada naik

sedikit slopnya tidak tinggi, tapi ada yang slopnya besar/tinggi

hanya karena mungkin kurang maintenance sehingga grafiknya

turun lagi”. (Lilis, 2019)

Namun dengan intensitas terapi yang dilakukan secara makimal

serta dukungan orang tua yang positif tentu akan mendapatkan hasil

yang diharapkan.

Page 94: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

79

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab 5 ini akan diuraikan hasil temuan yang dikaitkan dengan latar

belakang dan teori-teori yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Dalam

menganalisa hasil temuan peneliti menggunakan teori Dukungan Sosial House.

Dukungan sosial orang tua terhadap anak tunaganda-netra di Yayasan

Mitra Netra merupakan bantuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang

memiliki hambatan tunaganda-netra, dimana dukungan itu terdiri dari informasi

baik verbal maupun nonverbal, dukungan emosional, instrumental dan dukungan

penghargaan seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h. 41). Pada dasarnya Yayasan

Mitra Netra ini memang menginginkan layanan yang diberikan kepada tunanetra

maupun tunaganda-netra ini harus melibatkan orang tua, dimana orang tua

memegang peranan penting dalam mengasuh dan mendidik anak. Sehingga, setiap

orang tua yang mengikuti layanan di Mitra Netra harus berkomitmen untuk aktif

terlibat dalam pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini yaitu pemberian dukungan

sosial kepada anak. Hal ini dilakukan agar si penerima dukungan sosial (anak)

tidak mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak dihargai dan kesepian.

Selain itu, dengan melibatkan orang tua, pelayanan tidak hanya diberikan di

lembaga saja, tetapi secara kontinu bisa dilanjutkan dirumah sehingga hasil yang

diharapkan akan maksimal. Maka dalam hal ini, penulis menggunakan teori

menurut House seperti yang dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah kadar

keberfungsian dari hubungan yang dapat dikategorikan dalam empat bentuk yaitu,

dukungan emosional, dukungan intrumental, dukungan penghargaan dan

dukungan informasional seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h. 36). Dari beberapa

dukungan sosial orang tua terhadap anak tunaganda-netra dapat dianalisa bahwa:

A. Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil temuan, dukungan emosional yang diberikan terbagi

menjadi 3 aspek, yaitu empati, perhatian, cinta dan kasih sayang.

Page 95: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

80

1. Empati

Mendengarkan, bersikap terbuka serta memahami apa yang dirasakan

merupakan bagian dari aspek empati. Anak tunaganda-netra sering

mengalami gangguan pada emosi dan sosialnya seperti sedih, hiperaktif,

cemas dan lain-lain. Kelainan yang dialami anak tunaganda sangat kompleks,

sehingga akan membawa beban psikologis bagi anak, dalam hal ini

diperlukan dukungan emosional dari lingkungan sekitarnya.

Pada temuan penelitian yang telah dijabarkan pada bab 4. Ketika anak

tunaganda-netra merasakan sedih atau hal lainnya, orang tua bersikap terbuka

dengan menanyakan terlebih dahulu apa penyebab anak bersedih, biasanya

anak bersedih karena tidak mendapatkan apa yang anak mau. Seperti yang

dilakukan Ibu NB kepada anaknya F, Ibu NB bersikap terbuka dengan

menanyakan mengapa F bersedih, mendengarkan apa yang anak mau. Namun

diketahui bahwa F memang kesulitan berbicara, F hanya merengek dan

menangis ketika menginginkan sesuatu, F akan bicara hanya ketika dipaksa

bicara, karena terbiasa dengan perilaku tersebut, F jarang mengatakan

sesuatu. Sehingga hingga usia nya yang sudah menginjak 11 tahun, F masih

kesulitan untuk berbicara. Dengan bersikap terbuka dengan mendengarkan,

orang tua bisa menstimulus anak untuk bisa berbicara menceritakan apa yang

dirasakan anak tersebut. Dengan begitu anak akan merasa dirinya dihargai

oleh keluarganya.

Selain mendengarkan dan bersikap terbuka, memahami apa yang dirasakan

anak juga merupakan bagian dari aspek empati, terkadang anak tunaganda-

netra bisa meluapkan emosinya, emosinya sendiri bisa bermula dari

kesedihan yang dialami, orang tua juga harus mengontrol perlakuan kepada

anak dengan menjaga anaknya agar tidak emosi, karena ada beberapa anak

tunaganda-netra yang terkadang emosinya bisa meledak hingga kejang,

bahkan hingga tantrum. Seperti yang dilakukan Ibu J kepada anaknya S,

ketika anaknya bersedih, S ini terkadang emosinya bisa meledak hingga

kejang, sehingga Ibu J dan suami sebisa mungkin menjaga anaknya agar

emosinya tidak sampai meledak (dapat dilihat pada bab 4 h. 66).

Page 96: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

81

2. Perhatian

Perhatian juga merupakan bagian dari dukungan emosional, keluarga

terutama orang tua merupakan lingkungan terdekat anak, orang tua memiliki

tugas untuk memberikan perlindungan dan perhatian pada anak. Sebagai

orang tua wajib memberikan hak-hak yang seharusnya anak dapatkan. Seperti

memberikan perhatian kepada anak, memberikan perhatian pada anak tidak

hanya berlaku pada anak yang normal saja, namun pada anak berkebutuhan

khusus seperti tunaganda-netra pun orang tua harus memberikan perhatian

yang sama. Keterbatasan visual dapat mempersulit anak tunaganda-netra

untuk bergerak sehingga sulit dalam melakukan orientasi dan mobilitas,

sehingga untuk beradaptasi dengan lingkungan maupun menuju suatu tempat

akan sulit. Dari hasil wawancara pada bab 4, dapat dilihat untuk

mempermudah mobilitas anak tunaganda-netra, beberapa orang tua seperti

Ibu J yang memberikan perhatian kepada anaknya S untuk mempermudah

mobilitasnya dengan menyingkirkan benda-benda yang menghalangi ketika S

berjalan. Begitu pula dengan yang dilakukan Bapak M pada anaknya DF dan

N dengan melatih anaknya untuk mengenal lingkungan rumah, dengan

catatan jangan sampai ada barang yang menghalangi mobilitas anaknya untuk

berjalan, dengan begitu anak akan mudah untuk beradaptasi dengan

lingkungan (dapat dilihat pada bab 4 h. 67).

Meskipun anak tunaganda-netra memiliki keterbatasan visual, bukan

berarti, anak tidak mampu untuk mempelajari ilmu agama. Seperti pada

temuan bab 4, beberapa orang tua juga mengajarkan ilmu agama, seperti Ibu J

dan Bapak M tetap mengajarkan anaknya untuk mengaji meskipun secara

visual anak tidak dapat melihat, namun bukan menjadi penghalang untuk

mempelajari Al Qur‟ran, Al Qur‟an kini tidak hanya diperuntukan untuk

orang-orang yang memiliki mata awas, tetapi Al Qur‟an kini ada versi digital

maupun braile, dimana dapat digunakan bagi anak-anak yang mengalami

keterbatasan visual.

Page 97: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

82

3. Cinta dan kasih sayang.

Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, bukanlah hal yang

mudah untuk mengasuh dan mendidiknya, memang sulit tapi bukan berarti

tidak mampu, cinta dan kasih sayang orang tua merupakan hal yang amat

penting bagi tumbuh kembang anak, tidak hanya pada anak yang normal saja,

anak berkebutuhan khusus juga memerlukan cinta dan kasih sayang dari

orang tuanya. Seperti temuan pada bab 4, menerima kenyataan bukanlah hal

yang mudah bagi orang tua yang memiliki anak disabilitas, pada awalnya

mungkin sulit, namun dengan keyakinan yang kuat bahwa dengan ikhlas

menerima dan tetap mendukung serta memberikan support pada anak, orang

tua yakin anaknya bisa seperti anak-anak yang lain meskipun harus melalui

proses yang panjang. Seperti yang dilakukan oleh Ibu J dan suami yang tetap

mendidik, menyekolahkan, serta mengikutksertakan anaknya (S) untuk terapi,

karena Ibu J dan suami yakin bahwa nantinya anaknya (S) akan bisa seperti

yang lainnya meskipun prosesnya tidak cepat. Begitu pula yang dilakukan

oleh Bapak M kepada kedua anaknya N dan DF, menyayangi kedua anaknya

dalam kondisi bagaimanapun, dan tetap memberikan support kepada anak-

anaknya.

Bentuk cinta dan kasih sayang orang tua itu beragam, menyampaikan rasa

cinta dan kasih sayang tidak hanya melalui lisan, tapi bisa dilakukan dengan

tindakan. Perilaku baik kepada anak juga merupakan bentuk kasih sayang

orang tua pada anak, memang sudah seharusnya sebagai orang tua untuk

berperilaku baik kepada anak dalam kondisi apapun baik itu kepada anak

yang normal maupun anak yang berkebutuhan khusus, karena bagi anak

berkebutuhan khusus yang dibutuhkan adalah cinta dan kasih sayang dari

orang tuanya. Seperti temuan pada bab 4, berperilaku baik adalah salah satu

cara menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang kepada orang tua, mendidik

serta mengajarkannya dengan penuh kesabaran serta lebih memahami anak

mereka, seperti yang dilakukan Ibu OH kepada anaknya AF yang

memperlakukan anaknya dengan baik, dengan sering berkomunikasi,

mendidik dan mengajarkannya dengan baik, serta lebih memahami anaknya.

Page 98: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

83

Dari penjelasan tersebut, dapat penulis ketahui bahwa rasa empati,

perhatian serta cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada

anak tunaganda-netra sangat berpengaruh pada emosional anak dalam

mengatasi kedisabilitasannya. Dengan adanya dukungan emosional, akan ada

keterbukaan antara anak dan orang tua sehingga akan menciptakan suasana

yang hangat, akrab dan menyenangkan.

B. Dukungan Instrumental

Hasil temuan lapangan yang diperoleh penulis, dukungan instrumental terbagi

menjadi 3 aspek, yaitu peluang waktu, bantuan langsung dan bantuan materi.

1. Peluang Waktu

Mengalokasikan usaha dan waktu merupakan bagian dari dukungan

instrumental, anak tunaganda-netra memerlukan berbagai pelayanan untuk

mengatasi kedisabilitasannya dengan salah satunya mengikuti terapi. dengan

keterbatasan yang dimiliki. Tidak memungkinkan bagi anak tunaganda-netra

pergi sendiri untuk melakukan terapi, sudah tentu harus didampingi orang tua,

baik mengantar maupun mendampingi ketika melakukan terapi.

Dari hasil wawancara pada bab 4, para orang tua mengantarkan anaknya

untuk melakukan terapi, meskipun ditengah kesibukan pekerjaan, orang tua

tetap mengantarkan anaknya untuk melakukan terapi, bahkan terkadang

bergantian untuk mengantar terapi. Seperti Bapak M yang selalu bergantian

mengantar anaknya, karena Bapak M dan istri sama-sama bekerja, apabila DF

dan N sedang ingin diantar neneknya, maka yang mengantar adalah

neneknya. Tidak hanya Bapak M, Ibu OH dan Ibu NB juga selalu mengantar

anaknya untuk terapi bersama suami, kalaupun suami sedang bekerja, Ibu OH

dan Ibu NB sendiri yang mengantar anaknya untuk terapi (dapat dilihat pada

bab 4 h. 71). Namun diketahui bahwa Ibu OH orang tua dari AF ini sering

absen mengikuti terapi. Pelaksanaan terapi yang kurang intensif, dapat

mempengaruhi perkembangan AF.

Tidak hanya mengantar, mendampingi anak ketika sedang melakukan

terapi juga merupakan peluang waktu. Dengan mendampingi, orang tua akan

Page 99: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

84

melihat dan mengetahui terapi apa saja yang dilakukan serta fungsi dari terapi

yang dilakukan. Seperti temuan pada bab 4, para orang tua juga mendampingi

anaknya ketika melakukan terapi, beberapa orang tua juga bergantian untuk

mendampingi anaknya, seperti Ibu NB yang mendampingi F dan Bapak M

yang mendampingi anaknya DF dan N ketika terapi, melihat bagaimana

terapinya, serta fungsi terapi pada anak seperti apa, selain itu karena para

orang tua tahu bahwa setelah terapi akan ada sesi konsultasi orang tua dengan

terapis, Ibu J dan suami selalu mendampingi dengan melihat bagaimana

terapi yang dilakukan anaknya S, setelah itu Ibu J menanyakan bagaimana

perkembangan anaknya, konsultasi ini penting untuk mengevaluasi

perkembangan anak.

Dengan keaktifan orang tua untuk melanjutkan terapi dirumah secara

kontinu tentu akan memberikan peluang keberhasilan yang tinggi. Tidak

semua terapi yang dilakukan di Yayasan Mitra Netra harus dilanjutkan

dirumah, hanya beberapa hal saja yang dilakukan dirumah yang sifatnya

mudah dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Karena

pada dasarnya tidak bisa hanya mengandalkan lembaga atau yayasan guna

mengatasi kedisabilitasan individu, untuk menciptakan kebiasaan itu maka

harus dilakukan secara berulang dirumah oleh orang tua.

Dari temuan pada bab 4, mayoritas orang tua melanjutkan dirumah dengan

menggunakan alat seadanya yang ada di rumah, meskipun ada beberapa anak

yang sulit atau bahkan tidak mau melanjutkan terapi dirumah, diperlukan

ketegasan orang tua untuk anak agar bisa disiplin. Seperti yang dilakukan

Bapak M, dengan melanjutkan terapi dirumah sampai membeli bola

gymnastic yang sama, anaknya DF ini memiliki inisiatif sendiri dengan

meminta ayahnya untuk melanjutkan terapi dirumah. DF kini kemampuan

motoriknya cukup berkembang yang semula belum bisa berdiri, kini bisa

berdiri secara mandiri. Ibu J juga menerapkan kembali dirumah dengan

menggunakan alat sederhana yang ada dirumahnya seperti balok, gelas dan

lain-lain. Tidak hanya pada anak normal, pada anak tunaganda-netra pun

terkadang mood nya naik turun, sehingga tidak bisa dipaksakan, Ibu OH juga

Page 100: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

85

demikian tidak memaksakan anaknya jika mood anaknya sedang tidak enak,

Ibu OH melakukan dengan semampunya apa yang diajarkan di lembaga

diterapkan kembali dirumah.

Orang tua yang melanjutkan terapinya dirumah, akan terlihat

perbedaannya dengan yang tidak melanjutkan dirumah, setiap pertemuan

akan dievaluasi sejauh mana anak tersebut melakukan yang sudah diajarkan

sebelumnya. Akan terlihat anak mana yang melanjutkan terapi dirumah.

Setiap sesi terapi memakan waktu 45 menit, sedangkan available time anak

lebih banyak di rumah, kalau tidak diulangi bandingan dengan anak yang

kondisinya sama tapi mengulang terapinya dirumah, tentu akan terlihat

perbedaannya.

2. Bantuan Langsung

Pada anak tunaganda-netra ini terkadang kesulitan untuk melakukan aktivitas-

aktivitas kesehariannya baik di rumah maupun di luar rumah, aktivitas seperti

makan, minum, berpakaian, menggunakan toilet hingga main diluar maupun

pergi sekolah. Beberapa anak harus dibantu orang tuanya untuk bisa

melakukan hal tersebut. Dapat dikatakan bahwa kemampuan bina-bantu diri

mereka rendah, sehingga belum bisa mandiri dalam menjalani kehidupannya.

Dari hasil wawancara pada bab 4, peneliti melihat beberapa anak masih harus

dibantu dan orang tua pun membantu baik kegiatan dirumah seperti makan,

minum, mandi, berpakaian, menggunakan toilet, hingga aktivitas diluar

seperti main di luar hingga pergi ke sekolah. Seperti yang dilakukan Ibu J

yang selalu mendampingi kegiatan anaknya S baik di rumah seperti makan,

berpakaian, maupun di luar rumah seperti sekolah tetap diantar, dan

ditungguin. Ibu NB dan Bapak M juga mendampingi anaknya seperti makan,

mandi karena memang anak-anaknya belum bisa melakukan hal itu secara

mandiri dan juga mengajak anaknya untuk pergi keluar, baik itu ke mall,

maupun kondangan hingga kumpul dengan teman-teman. Dengan

memberikan bantuan guna meringankan beban anak tunaganda-netra, bukan

tidak mungkin anak tunaganda-netra menjadi ketergantungan akan bantuan

dari orang lain.

Page 101: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

86

Pada bab 2 (h. 29) dijelaskan bahwa kemampuan motorik halus memiliki

hubungan erat dengan penguasaan kemampuan bina bantu diri. Bagi anak

tunaganda-netra penting untuk memiliki kemampuan tersebut, dengan begitu

anak tunaganda-netra bisa melakukan bina bantu diri secara mandiri, namun

anak tunaganda-netra membutuhkan untuk mengenal, dan mengani obyek-

obyek di sekitar mereka yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas

kesehariannya, seperti belajar mengidentifikasi perbedaan ukuran, bentuk,

tekstur, berat dan kekuatan dari obyek-obyek tersebut, serta melatih

memegang, menggenggam, melepaskan benda dari genggaman, menelan dan

kemampuan dasar lainnya. Dengan demikian, orang tua lah yang beperan

untuk mengenalkan obyek-obyek pada anak serta melatihnya. Pada temuan

bab 4, orang tua juga mengajarkan anak untuk mengenal obyek-obyek

tersebut, dan terlihat sudah ada anak yang mulai bisa mandi secara mandiri

yaitu anak dari Ibu J meskipun tetap dalam pengawasan orang tuanya (dapat

dilihat pada bab 4 h. 76). Dengan mengajarkan anak untuk mengenal obyek-

obyek tersebut, dimana nantinya anak akan mampu melakukannya secara

mandiri sehingga tidak bergantung dengan bantuan orang lain.

3. Bantuan Materi/biaya

Anak tunaganda-netra juga membutuhkan bantuan materi untuk mengatasi

kedisabilitasannya, seperti layanan kesehatan maupun layanan pendidikan

serta pelayanan lain seperti layanan pengembangan diri. Layanan kesehatan

sendiri berupa dokter, terapis, psikolog, layanan pendidikan seperti tetap

menyekolahkan anaknya baik di Sekolah Luar Biasa, maupun sekolah

reguler, layanan pengembangan diri lainnya dengan mengikutsertakan

les/kursus ataupun kegiatan lainnya.

Dari hasil wawancara, peneliti melihat bahwa orang tua mulai dari Ibu J,

Bapak M, Ibu O.H dan Ibu N.B memberikan bantuan materi dengan

mengalokasikannya memberikan anaknya untuk mendapat akses layanan

kesehatan seperti mengikutsertakan anak-anaknya terapi baik itu fisioterapi

maupun terapi kognitif dan perilaku untuk mengatasi kedisabilitasannya,

selain mengikutsertakan terapi, orang tua memasukkan anak-anak mereka ke

Page 102: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

87

sekolah guna menunjang kemampuan akademis anak, serta mengikutsertakan

les tambahan untuk anaknya. Dengan bantuan materi diharapkan dapat

mengatasi permasalahan kedisabilitasan pada anak.

C. Dukungan Informasional

Orang tua berfungsi sebagai kolektor (pengumpul) dan diseminator

(penyebar). Pelayanan bagi anak tunaganda-netra tidak hanya berfokus pada

anaknya saja tetapi orang tua juga diberikan pelayanan seperti Parent Support

Group, dimana orang tua mengikuti kegiatan seperti seminar atau diskusi,

pada kegiatan tersebut orang tua mengumpulkan informasi yang berkaitan

dengan tentang anak berkebutuhan khusus, lalu bisa memberikan informasi

kepada anak. Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi orang tua bertemu orang

tua lain yang juga memiliki anak disabilitas, para orang tua bisa saling

mengenal, bisa saling diskusi bertukar pikiran, sehingga bisa mendapat

informasi baru serta bisa saling mendukung satu sama lain.

Disamping itu, dalam kegiatan terapi terdapat sesi konsultasi antara orang

tua dengan terapis, orang tua pun dapat mengumpulkan informasi tentang

bagaimana perkembangan anaknya dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Setelah pemberian informasi oleh pihak lembaga, selanjutnya adalah

pemberian informasi oleh orang tua kepada anak. Aspek lain dalam dukungan

informasional adalah pemberian nasihat dan arahan. Anak tunaganda-netra

terkadang bertindak agresif, cenderung sulit berperilaku dan berinteraksi yang

sifatnya konstruktif. Pada temuan bab 4, peneliti melihat bahwa orang tua

memberikan nasihat bagaimana seharusnya berperilaku maupun berinteraksi,

misal ketika melakukan terapi anak harus fokus mengikuti terapi yang

dilakukan, tidak bercanda maupun melakukan hal-hal yang lain yang dapat

mengganggu proses terapi. Seperti Ibu J yang selalu memberikan arahan

kepada anaknya S untuk fokus dalam melakukan terapi dan menasehati untuk

tidak melakukan tingkah laku yang berulang-ulang. Sehingga sejauh ini atensi

dan fokus S sudah mulai tenang. Tidak hanya itu ketika melakukan kesalahan

anak diberikan informasi bagaimana seharusnya sehingga anaknya mengerti.

Seperti yang dilakukan Bapak J kepada anaknya DF maupun N, dan Ibu NB.

Page 103: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

88

Pemberian nasihat, arahan maupun pemberian informasi yang diberikan oleh

orang tua pun menggunakan kata-kata yang mudah dipahami anak dan

dengan intonasi yang lembut, supaya nasihat, arahan maupun pemberian

informasi dapat diserap dengan baik oleh anak. Seperti Ibu OH yang

memberikan nasihat, arahan maupun informasi dengan nada yang lembut.

Begitu pula Bapak M, yang memberikan arahan nasihat dengan lembut tidak

dengan emosi kepada anaknya DF dan N.

Anak tunaganda-netra juga terkadang sulit untuk berkomunikasi untuk

mengungkapkan apa yang diinginkan, anak tersebut hanya merengek dan

menangis, peneliti melihat bahwa orang tua juga memberikan nasihat kepada

anaknya bahwa ketika ingin sesuatu itu untuk membiasakan dengan berbicara

apa yang diinginkan. Dilatih untuk berbicara upaya anak tersebut terbiasa

untuk mengungkapkan apa yang diinginkan seperti Ibu NB yang dimana

anaknya F ini masih kesulitan berbicara dan hanya merengek jika

menginginkan sesuatu, Ibu NB membiasakan F untuk bicara ketika ingin

sesuatu sehingga anak terlatih untuk mengatakan sesuatu (dapat dilihat pada

bab 4 h. 82).

Dari pemaparan diatas, dapat peneliti lihat bahwa dukungan informasional

ini sangat diperlukan khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, dimana

orang-orang yang berada disekitar anak tersebut terutama orang tua akan

memberikan informasi dengan memberikan beberapa pilihan tindakan yang

dapat dilakukan anak untuk mengatasi masalah, sehingga anak pun dapat

mengerti apa yang harus dilakukan.

D. Dukungan Penghargaan/Penilaian

Dukungan terakhir yang dikemukakan oleh House sebagaimana yang

dijelaskan dalam teori dukungan sosial pada bab 2 (h. 36) yaitu dukungan

penghargaan atau dukungan penilaian. Dukungan penghargaan/penilaian

merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang

lain. Berkaitan dengan dukungan sosial orang tua, maka penghargaan atau

penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. Dukungan

penghargaan terbagi menjadi 2 aspek, yaitu afirmasi dan umpan balik.

Page 104: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

89

1. Penghargaan Diri

Bagi anak tunaganda-netra dengan keterbatasannya, terkadang memiliki

hambatan dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya seperti kurang percaya

diri, dan lain-lain. Diperlukan sedikit motivasi agar anak mampu mengatasi

hambatannya, melalui hadiah atau ucapan positif kepada anak, dimana hal itu

akan membuat anak merasa senang atas apa yang dilakukan hingga terbangun

kepercayaan pada dirinya. Dalam hal ini, dukungan yang berbentuk

penghargaan atau reward yang diberikan orang tua kepada anak.

Berdasarkan hasil wawancara pada bab 4, orang tua memberikan ungkapan

positif kepada anaknya ketika anaknya bisa melakukan sesuatu dengan baik

dan benar, seperti perlakuan Ibu J dan suami kepada anaknya S ketika S dapat

melakukan sesuatu dengan benar tidak hanya ungkapan positif melalui lisan

tapi dibarengi dengan gerakan ekspresif seperti tepuk tangan. Tentu dengan

memberikan ungkapan positif, anak pun akan merasa senang, merasa

dihargai, seperti F yang senang ketika mendapatkan pujian dari Ibu NB ketika

F bisa mengambil botol yang diminta Ibunya. Penghargaan berupa reward

tersebut dapat menumbuhkan, membangkitkan dan meningkatkan motivasi

anak agar mereka terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut lagi.

2. Umpan balik

Selain afirmasi atau penghargaan, aspek lain dari dukungan instrumental

adalah umpan balik. Umpan balik dalam hal ini adalah pemberian

sanksi/hukuman atau disebut punishment. Diharapkan dengan adanya

sanksi/hukuman anak bisa memperbaiki kesalahannya sehingga tidak

mengulangi apa yang dilakukannya dikemudian hari. Pemberian

sanksi/hukuman bukan berarti dilakukan dengan sesuatu yang keras, karena

tujuan pemberian sanksi/hukuman adalah untuk menghentikan anak

melakukan sesuatu yang tidak sesuai sebagaimana mestinya.

Anak tunaganda-netra terkadang berperilaku tidak semestinya, seperti saat

terapi menggeleng-gelengkan kepala, memutar-mutar kepala, bahkan tertawa

sendiri dan perilaku tersebut sering diulang-ulang. Dari temuan pada bab 4,

ketika anak melakukan hal yang tidak semestinya, orang tua lebih memilih

Page 105: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

90

untuk memberi tahu terlebih dahulu bahwa yang dilakukan itu salah, seperti

Ibu NB kepada anaknya F ketika F berperilaku atau melakukan hal yang salah

Ibu NB memberikan penjelasan bahwa yang dilakukan salah, begitu pula

bapak M tidak memarahi hanya memberitahukan kepada anaknya DF maupun

N yang dilakukan salah, lalu baik Ibu NB dan Bapak M mengarahkan seperti

apa yang seharusnya dilakukan sehingga anaknya paham dan bisa mengerti.

Dan apabila sudah anak sudah keterlaluan orang tua sedikit memberikan

penjelasan dengan nada yang tegas seperti marah tapi tidak keras, hanya

seperti penegasan. Ibu J dan suami memberikan penjelasan dengan nada tegas

ketika anaknya S melakukan hal yang tidak benar dan sudah keterlaluan.

Punishment tidak hanya sekedar memberikan sanksi dan hukuman saja, tetapi

didalamnya harus ada ajaran yang diterapkan sehingga dapat mengurangi

hingga menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak sesuai.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa penghargaan atau penilaian

yang diberikan merupakan bentuk dari kepedulian, saling tolong menolong

saling menghargai juga mengasihi, dimana hal tersebut menjadi landasan bagi

setiap manusia untuk lebih baik di masa mendatang.

Maka dari itu, berdasarkan dukungan sosial yang dikemukakan oleh

House dijelaskan bahwa dukungan yang diberikan orang tua terhadap anak

tunaganda-netra terdapat empat bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan infomatif, dan dukungan

penghargaan. Dari keempat bentuk dukungan sosial yang diberikan, semua

dukungan efektif dalam memberikan dampak atau pengaruh bagi

perkembangan anak. Pada dasarnya seorang individu terutama anak,

khususnya anak berkebutuhan khusus sangat memerlukan dukungan sosial

orang tua, yang dimana orang tua merupakan lingkungan pertama yang dekat

dengan anak.

Page 106: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

91

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan

mengenai Dukungan Sosial Orang Tua terhadap Anak Tunaganda-Netra

melalui teknik wawancara, dan studi dokumentasi, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat empat bentuk dukungan sosial orang tua yang

diberikan pada anak tunaganda-netra.

Pertama, dukungan emosional yang meliputi tiga aspek meliputi

pemberian empati dengan cara bersikap terbuka kepada anak, hingga

mendengarkan keluh kesah anak. Dengan begitu anak akan terbuka untuk

bercerita mengungkapkan apa yang dirasakan. Anak dengan disabilitas

membutuhkan perhatian lebih agar anak mampu mengatasi

kedisabilitasannya, aspek lainnya yaitu cinta dan kasih sayang. Dengan

pemberian dukungan emosional dari orang tua kepada anak dapat mengurangi

rasa sedih, rasa takut, anak akan merasa senang, merasa dicintai dan dihargai.

Kedua, dukungan instrumental yang meliputi tiga aspek; yaitu peluang

waktu, bantuan langsung, dan bantuan biaya. Dengan memberikan dukungan

instrumental dari orang tua kepada anak, orang tua memastikan anak dapat

beraktifitas sehari-harinya, selain itu mendampingi kegiatan anak yang belum

bisa dilakukan secara mandiri, lalu memberikan bantuan materi/biaya dengan

mengalokasikannya memberikan akses kesehatan, untuk mengatasi

kedisabilitasannya, selain itu mengalokasikan pada akses pendidikan guna

menunjang kemampuan akademis anak, dan layanan pengembangan diri

seperti mengikutsertakan les/kursus sehingga anak dapat mengasah bakat dan

keterampilannya.

Ketiga, dukungan informasional yang meliputi pemberian informasi,

nasihat dan saran, baik dilakukan pihak lembaga kepada orang tua melalui

parent support group, atau dalam konsultasi keluarga setelah sesi terapi

dengan begitu orang tua dapat mengumpulkan informasi, lalu orang tua dapat

Page 107: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

92

memberikan informasi, nasehat maupun arahan kepada anak tunaganda-netra

dengan memberikan pilihan tindakan yang dapat dilakukan anak tunaganda-

netra untuk mengatasi masalah kedisabilitasannya, sehingga anak dapat

mengerti apa yang harus dilakukan kedepannya.

Keempat, dukungan Penilaian/penghargaan yang meliputi dua aspek;

pertama, penghargaan diri melalui hadiah atau ungkapan positif pada anak,

setelah saya meneliti empat sampel dapat diungkapkan bahwa setelah anak

mendapatkan dukungan penilaian anak merasa senang, selain itu dapat

memberikan motivasi pada anak untuk melakukan usaha lebih lanjut lagi.

Kedua, adalah umpan balik yaitu pemberian sanksi/hukuman atau

punishment, umpan balik diberikan untuk memberikan sedikit pelajaran

maupun arahan yang nantinya membuat anak tidak mengulangi hal-hal

tersebut, sehingga anak akan paham apa yang dilakukan setelah pemberian

umpan balik dari orang tua.

B. Implikasi

Melakukan penelitian ini jika tidak memiliki manfaat untuk orang lain

tentu merupakan hal yang sia-sia. Dari penelitian ini, peniliti berharap yang

telah dilakukan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun praktis.

Adapun implikasi dari penelitian ini yang dapat bermanfaat untuk

kedepannya adalah

1. Teoritis

Dari segi teoritis, peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat

bermanfaat bagi akademisi maupun orang tua yang memiliki anak tunaganda-

netra yang membaca penelitian ini. Adapun implikasi dari segi teoritis dari

penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan teori dukungan sosial, maka permasalahan anak tunaganda-

netra dapat teratasi apabila anak tunaganda-netra mendapatkan dukungan

dari lingkungan sekitar terutama orang tua.

b. Menjadi panduan orang tua untuk memberikan dukungan sosial terhadap

anak tunaganda-netra.

Page 108: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

93

2. Praktis

Dari segi praktis, peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat

bermanfaat bagi praktisi, caregiver, komunitas dan lembaga yang bergerak di

bidang disabilitas, khususnya yang menangani tunaganda dan majemuk.

Adapun implikasi dari segi praktis adalah:

a. Yayasan Mitra Netra dapat mendorong orang tua untuk lebih aktif dalam

memberikan dukungan sosial terhadap anak, baik tunanetra maupun

tunaganda-netra.

b. Lebih banyak praktisi yang peduli terhadap disabilitas, khususnya

tunaganda-netra.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi Orang tua yang memiliki Anak Tunaganda-netra

Sebagai bahan masukan bagi orang tua yang memiliki anak tunaganda-netra,

agar mengetahui bentuk dukungan yang harus dilakukan sehingga mampu

membuat tumbuh kembang anak tunaganda-netra menjadi optimal, dan anak

tunaganda-netra mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.

a. Dukungan emosional, dengan adanya dukungan emosional yang diberikan

orang tua kepada anak tunaganda-netra, peneliti menyarankan kepada

orang tua bahwa meskipun dukungan emosional sudah diberikan, maka

dukungan ini harus diberikan secara berkelanjutan agar anak tunaganda-

netra merasa aman, nyaman serta merasa dicintai, sehingga hubungan

antara anak dan orang tua akan erat.

b. Dukungan Instrumental, dengan adanya dukungan instrumental yang

diberikan kepada anak tunaganda-netra, peneliti menyarankan kepada

orang tua tetap melanjutkan untuk meluangkan waktu dengan

mendampingi kegiatan anak, namun perlunya anak juga dilatih untuk bisa

melakukan aktifitas secara mandiri, sehingga tidak ketergantungan

dengan bantuan orang lain.

Page 109: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

94

c. Dukungan Informasional, dengan adanya dukungan instrumental yang

diberikan kepada anak tunaganda-netra, peneliti menyarankan kepada

orang tua bahwa meskipun dukungan informasional sudah diberikan,

maka dukungan ini harus diberikan secara berkelanjutan, karena orang tua

pengumpul informasi dan pemberi informasi, sehingga baik orang tua

maupun anak tunaganda-netra memiliki banyak informasi dan menambah

wawasan.

d. Dukungan Penilaian, dengan adanya dukungan penilaian yang diberikan

orang tua kepada anak tunaganda-netra, peneliti menyarankan kepada

orang tua bahwa meskipun dukungan penilaian sudah diberikan, maka

dukungan ini harus diberikan secara berkelanjutan, karena dengan

memberikan dukungan penilaian adanya bentuk apresiasi yang diberikan

setiap anak melakukan suatu hal dengan baik, begitu pula dengan

memberikan umpan balik, anak akan mengerti apabila anak melakukan

kesalahan, sehingga anak tidak mengulangi kesalahannya.

2. Bagi Yayasan Mitra Netra

Untuk Program Parent Support Group agar dilaksanakan secara berkala dan

terjadwal agar para orang tua yang memiliki anak tunanetra maupun

tunaganda-netra dapat menambah informasi serta dapat berperan aktif dan

konsisten dalam memberikan dukungan sosial kepada anaknya. Perlu adanya

tenaga ahli tambahan, seperti pekerja sosial maupun terapis tambahan karena

untuk program tunaganda-netra ini khususnya pada fisioterapi, partisipan

anaknya sudah banyak dan waktu yang digunakan yaitu 2 minggu sekali

dirasa kurang efektif. Selain itu, perlunya tindakan tegas untuk orang tua

yang tidak disipilin seperti sering absen kegiatan terapi, dan memberikan

kesempatan kepada orang tua lain yang benar-benar ingin mengikutsertakan

anak untuk terapi.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pemberian dukungan sosial kepada

anak tunaganda-netra dalam lingkup orang tua, maka peneliti selanjutnya

Page 110: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

95

sebaiknya dapat meneliti mengenai bagaimana dukungan sosial dalam

lingkup yang lebih luas lagi seperti masyarakat. Penelitian mengenai

dukungan sosial ini dilakukan pada orang tua yang memiliki anak tunaganda-

netra yang mengikuti kegiatan di Yayasan Mitra Netra, maka peneliti

selanjutnya sebaiknya dapat meneliti pada lembaga lain.

Page 111: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 112: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

97

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Agustyawati, dan Solicha. 2009. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1979. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bart, Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Brooks, J. B. 1991. The Process of Parenting (3rd ed.). Mountain View:

Mayfield Publishing.

Bunker, L. K., & Moon, S. 1983. Motor Skills. In M. E. Snell (Ed.).

Systematic Instruction of The Moderate and Severely Handicapped

(2nd

ed.). (pp. 203-226). Columbus: Charles E. Merril Publishing Co.

Ghoni, M. Djunaedi, dkk. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Gottlieb, B. H. 1983. Social Support Strategie: Guideliness for Mental

Health Practice. London: Sage Publication.

Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. 2006. Exceptional Learnes: An

Introduction to Special Education (10th

ed.). Boston: Pearson.

Haring, Norris G. (Ed.). 1974. Behavior of Exceptional Children. An

Introduction to Special Education. Ohio: Charles E. Merril

Publishing Company.

Harnilawati. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi

Selatan: Pustaka As Salam.

Hatlen, P. H. 1973. Visually Handicapped Children with Additional

Problems. In Lowenfeld, B. (Ed.). The Visually Handicapped Child

in School. New York: The John Day Company.

Heward, W. L., & Orlansky, M. D. 1992. Exceptional Children: An

Introductory Survey of Special Education (4th

ed.). New York:

Macmilan Publishing Company.

Page 113: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

98

Hobfoll, S. E. 1986. Stress, Social Support and Women: The Series in

Clinical and Community Psychology. Washington, DC: Hemisphere

Publishing Corp.

Kirk, S. A., & Gallagher, J. J. 1979. Educating Exceptional Children.

Boston: Houghton Mifflin Company.

Lahey, B. B. 2007. Psychology: An Introduction (9th ed.). New York: The

McGraw-Hill Companies.

Lowenfeld, Berthold. (Ed.). 1973. The Visually Handicapped Child In

School. New York: The John Day Company.

Mangunsong, F., dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.

Depok: LPSP3 UI.

Martin, C. A., & Colbert, K. K. 1997. Parenting: A Life Span Perspective.

New York: McGraw Hill.

Meyen, E. L. 1982. Excpetional Children and Youth: An Introduction (2nd

edition). Denver: Love Publishing.

Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Revisi.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasir, Moh. 1993. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursalam, M., & Kurniawati, N. D. 2007. Asuhan Keperawatan pada

Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Rakhmat, Jalaludin. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (edisi ke-12).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Renzaglia, A., & Bates, P. 1983. Socially Appropriate Behavior. In Snell,

M. E. (Ed.). Systematic Instruction of The Moderate and Severely

Handicapped (2nd

ed.) (pp. 314-352). Columbus: Charles E. Merril

Publishing Co.

Robinson, C.C., & Robinson, J.H. 1983. Sensorimotor Functions and

Cognitive Development. In Snell, M. E. (Ed.). Systematic Instruction

of The Moderate and Severely Handicapped (2nd

ed.) (pp. 227-266).

Columbus: Charles E. Merril Publishing Co.

Sarafino, E. P. 1997. Health Psychology: Biopsychological Interactions

(4rd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Page 114: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

99

Sevilla, Cunsuelo. G., dkk. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta.

UI Press.

Smith, D. D. 2001. Introduction to Special Education Teaching in Age

Opportunity (4th ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Snell, M. E. (Ed.). Systematic Instruction of The Moderate and Severely

Handicapped (2nd

ed.) (pp. 358-409). Columbus: Charles E. Merril

Publishing Co.

Somantri, S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika

Aditama.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D (edisi ke-13).

Bandung: IKAPI.

Supena, A. 1999. Gangguan Penglihatan: Sebuah Pengantar. Jakarta:

Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Jakarta.

Thawami, Vimal B. 2000. Visual Impairment Handbook: Visually

Impaired Children with Multiple Disabilities. Ahmedabad: Blind

People‟s Association.

Widjajanti, A. & Hitipeuw. 1995. Ortopedagonik Tunanetra 1. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi..

B. Sumber Jurnal

Cutrona, C. E, et al. 1994. Perceived Parental Social Support and

Academic Achievment: An Attachment Theory Perspective. Journal

of Personality and Social Psychology. 66, 2, 369-378.

Dewi, Desy Santika. 2016. Kajian tentang Psychological Well Being pada

Anak Tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa dalam

Seminar Asean. http://mpsi.umm.ac.id./files/file/pdf

Friend, Anna C., dkk. 2009. Impact of Family Support in Early Childhood

Intervention Research. Vol. 44, No. 4, pp (453-470).

http://www.jstor.org/stable/24234255

Page 115: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

100

Hartini, Rini. 2018. Enhancing Role of Family and Social Worker for

Children with Disability dalam Child Poverty and Social Protection

Conference.

http://smeru.or.id/sites/default/file/publication/cpsp_1pdf

Kumalasari, F., & Latifah N. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial

dengan Penyesuaian Diri Remaja di Pantu Asuhan. Jurnal Psikologi

Vol 1, No. 1.

Rensi., & Rini, Lucia. 2010. Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Prestasi

Belajar Siswa SMP Kristen YSKI Semarang. Jurnal Psikologi

Volume 3, No. 2.

Rudiyati, Sari., dkk. 2015. Identifikasi Pembelajaran bagi Anak Multiple

Disability and Visual Impairment (MDVI) secara Terpadu. Jurnal

Ilmu Pendidikan.

Suseno, Yudha Eko. 2018. Studi Kasus Pelaksanaan Toilet Training anak

MDVI di SLB-A YPAB Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus.

Turner, R. J., & Noh, S. 1988. Physical Disability and Depression: A

Longitudinal Analysis. Journal of Health and Social Behavior, 29

(1), 23-27.

C. Sumber Internet

Analisa Dukungan Keluarga dengan Beban Orangtua dalam Merawat

Anak Penyandang Cacat Tingkat SD di SLB Negeri Semarang

diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/171883-

ID-analisa-dukungan-keluarga-dengan-beban-o.pdf pada 2 Mei

2018.

Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus bagi Pendamping

(Orang Tua, Keluarga, Masyarakat) diakses melalui

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/b3401-panduan-

penanganan-abk-bagi-pendamping-_orang-tua-keluarga-dan-

masyarakat.pdf pada 20 Februari 2018.

Latar belakang Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/latar-belakang/ pada 7 Januari 2019.

Page 116: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

101

Undang-Undang No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on

The Right of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-

Hak Penyandang Disabilitas diakses melalui

https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/17346/UU0192011.pdf pada 20

Februari 2018.

Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/visi-misi/ pada 7 Januari 2019.

Legalitas Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/legalitas/ 7 Januari 2019.

Penghargaan dan Prestasi Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/penghargaan-dan-prestasi/ pada 7

Januari 2019.

Struktur Orgnisasi Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/struktur-organisasi/ pada 7 Januari

2019.

Jaringan Kerjasama Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/profil/jaringan-kerjasama/ pada 7 Januari

2019.

Program Layanan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/program-layanan/perpustakaan/ pada 7

Januari 2019

Program Layanan Rehabilitasi Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/program-layanan/rehabilitasi/ pada 7 Januari

2019.

Program Layanan Pendampingan Belajar Yayasan Mitra Netra diakses

melalui https://mitranetra.or.id/program-layanan/pendampingan-

belajar/ pada 7 Januari 2019.

Program Layanan Kursus Komputer Yayasan Mitra Netra diakses melalui

https://mitranetra.or.id/program-layanan/kursus-komputer-bicara/

pada 7 Januari 2019.

Page 117: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 1

Page 118: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 2

Page 119: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 3

Page 120: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 121: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 122: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 123: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 124: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 125: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA
Page 126: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat Yayasan Mitra Netra

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, Tanggal Wawancara :

3. Waktu Wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan/Profesi :

Daftar Pertanyaan

1. Sejak kapan layanan bagi Tunaganda-Netra mulai dilakukan?

2. Program apa saja yang diberikan bagi penyandang tunaganda-netra?

3. Bagaimana alur penerimaan klien yang ingin mengikuti program-program

tersebut?

4. Berapa jumlah klien yang mengikuti pelayanan bagi tunaganda-netra ini?

5. Untuk orang tua, program apa saja yang diberikan terkait dukungan sosial?

6. Bagaimana pandangan lembaga terkait dukungan sosial orang tua terhadap

anak tunaganda-netra disini?

Page 127: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 5

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Kepala Bagian Rehabilitasi dan Diklat

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 31 Januari 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 11.26

B. Identitas Informan

1. Nama : Muizzudin Hilmi

2. Usia : 44 Tahun

3. Jabatan/Profesi : Kepala Bagian Rehabilitasi dan

Diklat Yayasan Mitra Netra

No Pertanyaan Jawaban

1 Sejak kapan layanan bagi

Tunaganda-Netra mulai

dilakukan?

Sekitar 2 tahun yang lalu, iya sekitar

tahun 2016. Awal mula kita tidak

memiliki sumber daya untuk

tunaganda-netra. Karena awalnya

Mitra Netra hanya melayani tunanetra

dengan satu ketunaan saja. Namun

banyak orang tua yang memiliki anak

tunaganda-netra atau MDVI meminta

kami untuk mengadakan layanan bagi

anak tunaganda-netra. Kami pun mulai

mengadakan layanan bagi tunaganda-

netra atau MDVI. Kemudian ada

beberapa teman-teman maupun

relawan yang membantu untuk

memberikan pelayanan bagi

tunaganda-netra.

2 Program apa saja yang diberikan Untuk tunaganda-netra sendiri, ada

Page 128: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

bagi penyandang Tunaganda-

Netra?

pelayanan fisioterapi, terapi kognitif

dan terapi perilaku, serta terapi wicara.

Namun tidak menutup kemungkinan

untuk mengikuti kegiatan yang lain,

seperti musik atau komputer bicara.

Untuk musik sendiri disini tidak

mematok anak tersebut untuk bisa

bermain musik, ini bisa juga sebagai

latihan untuk melatih anak

melenturkan tangannya agar tidak

kaku, lalu untuk komputer bicara

sendiri bisa memberikan stimulasi, ada

proses yang sifatnya logika, tidak apa-

apa mengikuti kegiatan komputer

meskipun tertatih-tatih.

3 Bagaimana alur penerimaan klien

yang ingin mengikuti program-

program tersebut?

Ketika ada tunanetra baru ini, kita

assessment, permasalahannya apa,

kebutuhannya itu apa, dan kegiatannya

apa saja yang nanti akan diikuti untuk

menghilangkan permasalahan-

permasalahannya itu. Dalam proses

tersebut konselor akan berkomunikasi

dengan orang tua anak tersebut,

diidentifikasi ada formnya yang harus

diisi mengenai biodata dan kegiatan-

kegiatan apa saja yang akan diikuti

sesuai dengan hasil assessment.

Biasanya untuk tunanetra baru akan

mengikuti dua kegiatan wajib yaitu

orientasi dan mobiltas, baca tulis

braile. Tapi tidak menutup

kemungkinan untuk mengikuti

Page 129: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

kegiatan yang lain. Lalu biasanya

diajak untuk berkeliling mulai

mengenalkan kegiatan-kegiatan yang

ada di mitra netra, juga mengenalkan

ke sesama tunanetra. Setelah

mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut,

ada proses evaluasi sudah sejauh mana

perkembangannya, apakah sudah siap

kembali ke lingkungan sosial atau

belum. Misal ada tunanetra usia

sekolah mengikuti rehabilitasi di mitra

netra, ketika sudah selesai melakukan

rehabilitasi dan siap kembali ke

sekolah maka pihak mitra netra

advokasi ke pihak sekolah, ikut

mendampingi ketika proses

pendaftaran hingga mulai bersekolah,

anak tersebut tetap dalam

pendampingan mitra netra, itupun

ketika pihak sekolah meminta jaminan

bahwa anak tersebut tetap didampingi

oleh mitra netra. Ketika nanti sudah

mandiri ya akan dilepas. Tapi ketika

nanti ada permasalahan misal di

sekolah atau ditempat kerja dan mitra

netra diperlukan sebagai mediator ya

kita akan bantu.

4 Berapa jumlah klien yang

mengikuti pelayanan bagi

Tunaganda-Netra ini?

Ganda ya? Kemarin hasil Raker itu

ada 23 anak MDVI, 17 klien

mengikuti layanan fisioterapi, terapi

kognitif & terapi perilaku, dan terapi

wicara.

Page 130: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

5 Untuk orang tua, program apa saja

yang diberikan terkait dengan

dukungan sosial orang tua?

Ada parent support group (PSG), jadi

dukungan untuk orang tua, bukan

hanya anaknya yang diberikan

pelayanan, tetapi orang tua nya juga

diberikan layanan, ketika psikolog

melakukan observasi dan assessment

orang tuanya dilibatkan, bisa juga

sesekali mengundang universitas dari

luar entah itu psikologi atau apapun,

orang tua kita undang akan

mengadakan seperti event seminar ,

diskusi, ada brainstorming disitu.

6 Bagaimana pandangan lembaga

terkait dukungan sosial orang tua

terhadap anak tunaganda-netra

disini?

Kita berharap layanan terhadap

tunaganda-netra ini melibatkan orang

tua. Ketika si anak melakukan terapi,

kan ada buku penghubung, diterapi

oleh terapisnya nanti akan ditulis di

buku penghubung mengenai terapi

yang dilakukan. Ada beberapa hal

yang harus dilakukan orang tua kepada

anaknya dirumah, kalau hanya

mengandalkan mitra netra saja, tidak

akan maksimal perkembangan anak

tersebut. Pada pertemuan berikutnya

akan di tes kembali apakah anak

tersebut melanjutkan terapi dirumah

oleh orang tuanya atau tidak, akan

keliatan mana yang melanjutkan mana

yang tidak. Orang tua yang tidak

terlibat dalam pelayanan bagi anak

tunaganda-netra ini sebaiknya dicoret

saja dan digantikan dengan anak-anak

Page 131: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

yang lain yang lebih membutuhkan

terapi tersebut. Karena banyak daftar

tunggu orang tua yang ingin

mendapatkan pelayanan MDVI bagi

anaknya. Karena sumber daya yang

terbatas, kita tidak bisa menampung

semua anak, untuk fisioterapi saja

dilakukan 2 minggu sekali, jadi misal

anak mengikuti fisioterapi pada sabtu

ini, dan akan mengikuti fisioterapi

bukan sabtu depan, tapi sabtu

depannya lagi. Idealnya memang

seminggu sekali, tetapi karena sumber

daya yang terbatas jadi hanya bisa

dilakukan 2 minggu sekali. Kalau

orang tua tidak bisa diajak kerjasama,

mendingan mundur saja dan

digantikan dengan anak yang lain.

Page 132: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Terapis

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, Tanggal Wawancara :

3. Waktu Wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan/Profesi :

Daftar Pertanyaan

1. Apa saja pelayanan yang diberikan kepada anak tunaganda-netra(

khususnya pada fisioterapi/terapi kognitif perilaku) ?

2. Bagaimana proses terapi itu dilakukan?

3. Kapan waktu kegiatan terapi ini dilakukan?

4. Berapa lama waktu yang digunakan untuk melakukan terapi?

5. Apakah ada orang tua yang ikut mendampingi anak ketika melakukan

terapi?

6. Ketika terapi selesai, apakah ada evaluasi maupun masukkan bagi orang

tua untuk melanjutkan terapi dirumah? Bagaimana evaluasi tersebut?

7. Apakah ada dampak positif dari evaluasi maupun masukkan bagi orang tua

untuk melanjutkan terapi dirumah? Seperti apa dampak tersebut bagi

orang tua?

8. Apa saja indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak

tunaganda-netra?

9. Apakah ada perbedaan antara orang tua yang melanjutkan terapi pada anak

dirumah dan orang tua yang tidak melanjutkan terapi dirumah bagi

perkembangan anak tunaganda-netra? Bagaimana perberdaannya?

10. Bagaimana perkembangan anak tunaganda-netra dari sebelum melakukan

terapi hingga saat ini?

Page 133: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 7

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Terapis (Fisioterapi)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Sabtu, 13 April 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 08:50

B. Identitas Informan

1. Nama : Raden Galuh Gumadi

2. Usia : 26 Tahun

3. Jabatan/Profesi : Fisioterapi

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja pelayanan yang

diberikan kepada anak tunaganda-

netra atau MDVI, khususnya pada

fisioterapi?

Pelayanan fisioterapi itu mencakup

bagaimana fisioterapi untuk

melakukan aktivitas fisik dan

kemampuan fungsional anak tersebut

sehari-hari. Jenis latihannya disini itu,

mengembalikan ke bentuk aktivitas

sehari-harinya, melatih kemampuan

motorik dan sensorik anak tersebut.

2 Bagaimana proses terapi itu

dilakukan?

Prosesnya itu, pertama misal ada anak

yang baru itu kita assessment terlebih

dahulu, kita lihat dulu kemampuan

motorik dan sensoriknya yang anak

tersebut miliki, potensi apa yang anak

tersebut punya, nah lalu kita bisa

membuat planning untuk

fisioterapinya seperti apa.

3 Kapan waktu kegiatan terapi ini

dilakukan?

Fisioterapi ini dilakukan setiap hari

Sabtu, dikarenakan jumlah anak yang

Page 134: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

mengikuti fisioterapi ini cukup

banyak sekitar 14 anak. Jadi dibagi

per minggu nya, misal minggu

pertama itu 7 anak, dan minggu kedua

7 anak lainnya. Karena kalau 14 anak

dalam 1 hari, tidak akan kondusif.

4 Berapa lama waktu yang

digunakan untuk melakukan

terapi?

Fisioterapi ini sendiri dilakukan

selama 45 menit, itu waktu yang

efektif untuk melakukan fisioterapi,

dan 15 menit untuk konseling

keluarga.

5 Apakah ada orang tua yang ikut

mendampingi anak ketika

melakukan terapi?

Boleh, tapi dengan catatan tidak

mengganggu saat terapi dilakukan.

6 Ketika terapi selesai, apakah ada

masukan maupun konsultasi bagi

orang tua untuk melanjutkan

terapi dirumah? Bagaimana

konsultasi tersebut?

Ada, satu anak itu mendapatkan

waktu 1 jam setelah terapi selama 45

menit, 15 menit nya digunakan untuk

konsultasi orang tua. Setelah anak

tersebut selesai terapi, kita panggil

orang tuanya, kita jelaskan tadi kita

melakukan terapi apa saja,

kegunaannya apa saja dari kegiatan-

kegiatan tadi, lalu kita juga

mendorong orang tua supaya kegiatan

tersebut bisa dilanjutkan dirumah.

7 Apakah ada dampak positif dari

konsultasi bagi orang tua untuk

melanjutkan terapi dirumah?

Seperti apa dampak tersebut bagi

orang tua?

Untuk membuat suatu kebiasaan atau

habbit itu harus dilakukan secara

berulang. Tidak cukup hanya 45 menit

anak tersebut hanya fisio disini saja,

ketika dia hanya fisio disini dan

dirumah tidak dilakukan percuma

saja, karena nanti respon untuk

Page 135: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

mengingatnya akan berkurang juga.

Pentingnya konseling ke orang tua itu

bahwa ada beberapa latihan yang

harus dilakukan dirumah juga, agar

anak itu terstimulasi, lalu akan

menciptakan habbit yang seharusnya

atau aktivitas sehari-harinya. Karena

disini fisioterapinya 2 minggu sekali,

bisa dibilang itu kurang efektif, jadi

yang kita dorong orang tuanya,

dimana orang tua harus mengulang

kembali latihan-latihan yang ada

disini dengan ada buku penghubung,

jadi kita terintegrasi antara fisioterapi,

dan orang tua. Sehingga anaknya juga

bisa kembali ke lingkungan sosialnya.

8 Apa saja indikator yang

digunakan untuk mengukur

perkembangan anak tunaganda-

netra?

Kalau untuk indikator sebenernya

banyak ya dari fisioterapi itu, seperti

indikator motorik anak, misal 2 bulan,

3 bulan, 6 bulan itu anak sudah harus

seperti apa, lalu dari fungsi

kognitifnya juga di usia sekian anak

sudah harus bisa menghitung angka

dan sebagainya.

9 Apakah ada perbedaan antara

orang tua yang melanjutkan terapi

pada anak dirumah dengan orang

tua yang tidak melanjutkan terapi

bagi perkembangan anak

tunaganda-netra? Bagaimana

perbedaannya?

Sangat jelas terlihat perbedaannya,

disetiap pertemuan biasanya akan

dievaluasi sejauh mana anak tersebut

sudah bisa melakukan suatu hal yang

diajarkan sebelumnya. Saya ambil

contoh si D, sebelumnya si D ini bisa

dikatakan belum bisa berdiri secara

mandiri, nah ketika di fisio anak

Page 136: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

tersebut latihan berdiri secara mandiri

menggunakan lutut, ketika di tes

kembali dilihat apakah sudah bisa

berdiri secara mandiri. Kalau sudah

bisa berarti orang tua anak tersebut

melanjutkan latihan-latihan fisio

dirumah. Tapi ketika anak dites

kembali belum bisa dalam beberapa

waktu, kita control ke orang tua nya

apakah latihan tersebut dilakukan

dirumah atau tidak? Kalau tidak

ataupun jarang dilakukan, kita coba

beritahu kembali kepada orang tua.

10 Bagaimana perkembangan anak

tunaganda-netra dari sebelum

melakukan terapi hingga saat ini?

(sampel: S, DF, N dan A)

S: masih belum banyak

perkembangan, kalau segi atensi dan

fokus sudah menunjukkan kearah

lebih tenang, untuk DF: kemampuan

motorik nya yang tadinya belum bisa

berdiri sekarang sudah bisa berdiri

secara mandiri. Kalo untuk sekarang

DF lebih ke meningkatkan

kemampuan baca tulis braile. DF ini

perkembangannya cepat dibanding

anak-anak lainnya. N: kemampuan

baca tulisnya sudah bagus, tapi

keluhan N adalah ada gangguan pada

betisnya itu terkait pada pola jalannya

saat menapak itu lebih condong ke

arah sisi bagian dalam. Kemampuan

keseimbangannya juga sebelumnya

takut atau belum seimbang ketika

berdiri diatas balance board, sekarang

Page 137: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

sudah mulai seimbang. A:

dikategorikan berat, karena dari segi

atensi, kognitif, sensorik, motoriknya

bermasalah semua, untuk

perkembangannya belum terlalu

banyak. Dibandingkan dengan

sebelumnya untuk tantrum sudah

mulai berkurang.

Page 138: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Terapis (Terapi Kognitif&Perilaku)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Mei 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 11.30

B. Identitas Informan

1. Nama : Lilis Alis

2. Usia : 53 Tahun

3. Jabatan/Profesi : Terapis

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja pelayanan yang

diberikan kepada anak tunaganda-

netra khususnya pada terapi

kognitif dan terapi perilaku?

Pelayanan terapi kognitif yang

dijalankan adalah bagaimana

membantu anak tersebut untuk

berpikir, kemudian terapi perilaku

bagaimana membantu anak tersebut

bisa berperilaku wajar dan acceptable.

Melihat dari apa yang “kurang” dari

sisi kognitif, dan yang “kurang” dari

sisi perilaku, disitulah kita masuk, kita

terapi berdasarkan “kekurangan” di

sisi kognitif dan perilaku.

2 Bagaimana proses terapi itu

dilakukan?

Pertama dilakukan assessment, dari

assessment itu akan diketahui apa

yang anak tersebut belum mampu pada

kognitifnya. Kalau perilaku saya tidak

melakukan assessment, perilaku itu

biasanya kita lihat pada saat proses

terapinya, apakah tampak ada perilaku

yang unacceptable, maka kita

Page 139: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

langsung intervensi disitu, atau apabila

orang tuanya memberikan informasi

bahwa anaknya masih berperilaku

unacceptable, maka kita memberikan

usulan ataupun cara-cara melakukan

terapi perilaku anak tersebut.

3 Kapan waktu kegiatan terapi ini

dilakukan?

Kegiatan terapi ini dilakukan di Mitra

Netra, pada saat setelah anak-anak

pulang dari sekolah, 1 kali dalam

seminggu.

4 Berapa lama waktu yang

digunakan untuk melakukan

terapi?

Terapi ini dilakukan selama 45 menit,

dan 15 menit dilakukan untuk

konsultasi keluarga.

5 Apakah ada orang tua yang ikut

mendampingi anak ketika

melakukan terapi?

Iya seharusnya ada orang tua atau

orang yang bertanggung jawab

ataupun yang akan melaksanakan

lanjutan terapinya itu dirumah.

Sebenarnya syaratnya dalam

melakukan terapi adalah integrasi

antara pihak pengajar dengan keluarga

dirumah, karena kontinuitas terapi

memberikan peluang untuk

keberhasilan yang lebih tinggi,

dibandingkan dengan yang tidak

terintegrasi.

6 Ketika terapi selesai, apakah ada

masukan atau konsultasi bagi

orang tua untuk melanjutkan

terapi dirumah? Bagaimana

konsultasi tersebut?

Selesai terapi itu ada buku

penghubung atau buku komunikasi,

buku komunikasi terapi itu berisi hal-

hal yang dipelajari anak tersebut saat

ini, dengan informasi tersebut, maka

itu yang akan jadi lanjutan terapi yang

harus dilakukan dirumah.

Page 140: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

7 Apakah ada dampak positif dari

masukan atau konsultasi bagi

orang tua untuk melanjutkan

terapu dirumah? Seperti apa

dampak tersebut bagi orang tua?

Pasti ada, sebagai orang tua yang

memiliki anak berkebutuhan khusus

mencari cara untuk membantu

anaknya. Dengan adanya konsultasi

bagi orang tua, maka orang tua akan

mendapatkan informasi bagaimana

cara untuk membantu anaknya, tentu

ini memberikan dampak positif bagi

orang tua anak tersebut, sehingga

orang tua apa yang harus dilakukan.

8 Apa saja indikator yang

digunakan untuk mengukur

perkembangan anak tunaganda-

netra

Indikator yang digunakan untuk

mengukur perkembangan anak

tunaganda-netra dalam terapi kognitif

dan perilaku, yaitu bila anak tersebut

mampu per item konsep, berarti anak

tersebut berhasil, sama dengan

perilakunya, bila awal perilakunya

negatif lalu setelah diterapi anak

tersebut menjadi positif maka itulah

indikator keberhasilannya. Misal

contoh mulanya anak tersebut sering

tantrum setelah diterapi tidak tantrum

lagi itu indikator, dan berapa lama

anak tersebut tahan, itu tergantung lagi

seperti apa jenisnya, lalu maintenance

terapinya, bila tidak di maintance bisa

terjadi lagi perilaku yang tidak

diharapkan lagi.

9 Apakah ada perbedaan antara

orang tua yang melanjutkan terapi

pada anak dirumah dengan orang

tua yang tidak melanjutkan terapi

Pasti ada perbedaan, anak

berkebutuhan khusus

perkembangannya dipengaruhi oleh 4

faktor, yang pertama yaitu kondisi

Page 141: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

bagi perkembangan anak

tunaganda-netra? Bagaimana

perbedaannya?

anak itu sendiri, seberapa ringan atau

beratnya kebutuhan khususnya, yang

kedua adalah lingkungannya,

lingkungannya itu adalah bisa orang

tuanya, keluarganya, sampai dengan

lingkungan sekitar rumah maupun

sekolah, yang ketiga adalah program

terapinya yang membantu anak

tersebut untuk belajar, dan yang

keempat adalah pelaksanannya,

pelaksanaan adalah seberapa banyak

usaha dan waktu yang dialokasikan

dalam melaksanakan terapi tersebut.

Sehingga apakah anak tersebut bisa

berkembang cepat atau lambat

tergantung dari 4 hal ini ini. Misal, ada

anak dengan kondisi masuk katagori

berat maka dengan semua dukungan

yang positif dari 3 hal tadi akan

berbeda hasilnya dengan anak yang

kondisinya ringan juga semua

dukungannya positif. Jadi seperti ini,

anaknya kondisinya berat, dukungan

lingkungannya positif, program

terapinya sesuai, pelaksaannya juga

intensif perkembangannya tidak bisa

secepat anak yang kondisinya ringan,

keluarganya mendukung, terapinya

sesuai dan pelaksanaannya intensif.

Tetapi apabila anak tersebut

kondisinya berat, keluarga kurang

mendukung, program terapinya sesuai,

Page 142: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

pelaksanaannya kurang, maka

perkembangannya pun cenderung

lambat. Saya disini sedikit bagian dari

pelaksanaan, karena pelaksaan utama

ada pada keluarga, karena saya disini

hanya 45 menit dan available time

anak tersebut dirumah lebih banyak.

Kalau tidak diulangi dirumah,

bandingkan dengan anak yang

kondisinya sama tapi mengulangi

dirumah, tentu ada perbedaannya.

10 Bagaimana perkembangan anak

tunaganda-netra dari sebelum

melakukan terapi hingga saat ini?

(sampel: S, A, F,)

Secara grafik ada yang maju, ada juga

yang naik lalu turun, ada juga yang

naik perlahan lalu sempat turun, ada

juga yang berulang-ulang disitu terus

tetapi bukan stuck ditempat, ada naik

sedikit slopnya tidak tinggi, tapi ada

yang slopnya besar/tinggi hanya

karena mungkin kurang maintenance

sehingga grafiknya turun lagi.

Page 143: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 8

PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-

NETRA DI YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA SELATAN

No Sub Variabel Indikator Deskriptor Pertanyaan

1. Dukungan Sosial Orang

Tua

a. Emosional: mencakup

ungkapan empati,

perhatian, cinta dan

kasih sayang

1. Bagaimana orang

tua

menyampaikan

rasa sayang

kepada anak?

2. Bagaimana

respon orang tua

ketika melihat

anaknya bersedih

ataupun gelisah?

3. Bagaimana

bentuk perhatian

yang anda

berikan kepada

anak?

b. Penghargaan: terjadi

melalui ungkapan

hormat atau

penghargaan positif

1. Adakah ada

sistem reward

and punishment

yang diberikan

orang tua kepada

anak? Misal

ketika anak dapat

melakukan hal-

hal dengan benar,

apakah orang tua

memberikan

pujian?

2. Bagimana respon

orang tua apabila

anak belum dapat

melakukan hal-

hal dengan

benar?

c. Instrumental: meliputi

bantuan langsung

(uang, tenaga atau

tindakan, waktu)

1. Apakah orang tua

sering mengantar

anak ke lembaga?

2. Apakah orang tua

mendampingi

atau membantu

Page 144: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

kegiatan anak

dirumah maupun

diluar rumah?

3. Apakah orang tua

mendampingi

anak ketika

melakukan terapi

di lembaga?

4. Ketika anak

selesai

melakukan terapi,

apakah orang tua

menerapkan

kembali terapi

tersebut di rumah

sesuai dengan

yang dilakukan

oleh lembaga?

d. Informasi: mencakup

pemberian nasihat,

pengarahan, pemberian

informasi

1. Ketika anak

melakukan

kesalahan, apa

yang ada lakukan

sebagai orang

tua?

2. Bagaimana cara

orang tua

memberikan

nasihat, arahan

maupun

informasi kepada

anak?

Page 145: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 9

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Orang Tua Anak Tunaganda-Netra

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Sabtu, 30 Maret 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 10:54

B. Identitas Informan

1. Nama Orang Tua : Ny. J dan Suami

2. Nama Anak : S (10 Tahun)

3. Usia : 47 Tahun

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana orang tua

menyampaikan rasa sayang

kepada anak?

Kita didik, disekolahkan seperti anak

seusianya, mengikutkan syifa untuk

terapi, kami ingin anak kami (S) bisa

seperti anak-anak lainnya, meskipun

dalam kondisi seperti ini. Karena

kami yakin suatu saat anak ini bisa,

meskipun harus melalu proses yang

tidak cepat.

2 Bagaimana respon orang tua

ketika melihat anaknya bersedih

ataupun gelisah?

Kita dengarkan anak ini sedihnya

kenapa, coba pahami mau dia apa,

lalu kami hibur, disayang-sayang lagi,

dikasih sesuatu yang anak ini mau

supaya tenang.

3 Bagaimana bentuk perhatian yang

orang tua berikan kepada anak?

Kami memberikan perhatian khusus,

karena syifa memang istimewa,

mobilitasnya terbatas jangan sampai

Page 146: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

ketika berjalan ada benda-benda yang

menghalangi didepan seperti gelas

dipindahkan supaya tidak tertendang.

Perhatian lainnya seperti tetap

mengajarkan syifa mengaji, hafalan-

hafalan kecil.

4 Adakah sistem reward and

punishment yang diberikan orang

tua kepada anak? Misal ketika

anak dapat melakukan hal-hal

dengan benar, apakah orang tua

memberikan pujian?

Iya, kami berikan pujian “syifa pinter

nih” seperti contoh saat bisa

melakukan dengan benar seperti tidak

membuang air kecil dicelana, lalu

memindahkan gelas ke tempat yang

seharusnya. Kadang juga kami beri

tepuk tangan “horree”.

5 Bagimana respon orang tua

apabila anak belum dapat

melakukan hal-hal dengan benar?

Kami arahin, misal saat syifa

mengompol kami bilang lain kali

kalau mau pipis, bilang ya syifa

supaya tidak mengulangi dikemudian

hari. Kalau misal sudah keterlaluan

agak sedikit kami marahi tapi tidak

terlalu keras.

6 Apakah orang tua sering

mengantar anak ke lembaga?

Iya sering setiap terapi, karena bapak

sudah pensiun jadi yang mengantar

kami berdua.

7 Apakah orang tua mendampingi

atau membantu kegiatan anak

dirumah maupun diluar rumah?

Kami dampingi misal syifa main

diluar ataupun pergi ke sekolah.

Untuk kegiatan dirumah misalnya

mandi, syifa sudah mulai bisa mandi

sendiri tapi untuk berpakaian masih

dibantu.

8 Apakah orang tua mendampingi

anak ketika melakukan terapi

dilembaga?

Iya kami dampingi sekaligus melihat

bagaimana terapi yang dilakukan

syifa, karena setelah terapi ada

Page 147: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

konsultasi dengan terapis mengenai

terapi yang dilakukan, serta

bagaimana perkembangan S setelah

terapi. Waktu awal masuk, S ini

belum bisa berbicara, sekarang sudah

mulai bisa sedikit-sedikit tapi kadang

masih suka diulang kata-katanya, itu

“beo” disebutnya.

9 Ketika anak selesai melalukan

terapi, apakah orang tua

menerapkan kembali terapi

tersebut di rumah sesuai dengan

yang dilakukan oleh lembaga?

Iya kami lanjutkan kembali dirumah,

karena di rumah alatnya tidak

lengkap, kami menggunakan alat-alat

yang lain yang ada di rumah seperti

balok, gelas mapun manik-manik.

10 Ketika anak melakukan

kesalahan, apa yang dilakukan

sebagai orang tua?

Kami jelaskan bahwa yang dilakukan

salah, dan memberikan arahan yang

benar.

11 Bagaimana cara orang tua

memberikan nasihat, arahan

maupun pemberian informasi

kepada anak?

Kami nasihati, memberi arahan pelan-

pelan agar anak mudah mengerti,

tidak dengan emosi, karena apabila

dengan emosi akan mengganggu

psikis anak. Kami sebagai orang tua

harus sabar, harus telaten. Misal kasih

tau ke syifa kalau lagi terapi itu fokus

jangan suka ketawa-ketawa. Kalau

masuk ataupun pamit selalu

mengucapkan salam.

Page 148: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Orang Tua Anak Tunaganda-Netra

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Sabtu, 30 Maret 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 12:29

B. Identitas Informan

1. Nama Orang Tua : Tn. M. I

2. Nama Anak : N (15 tahun) dan D (11 tahun)

3. Usia : 44 Tahun

4. Pekerjaan : Karyawan

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana orang tua

menyampaikan rasa sayang

kepada anak?

Saya menyayangi anak-anak saya

dalam kondisi bagaimanapun, karena

anak merupakan titipan Tuhan, yang

bisa kita lakukan hanya sabar serahin

semua sama Tuhan. Menerima apa

adanya tetap kasih support ke anak-

anak.

2 Bagaimana respon orang tua

ketika melihat anaknya bersedih

ataupun gelisah?

Iya paling dihibur sih, biar seneng lagi

kasih sesuatu yang dia mau.

3 Bagaimana bentuk perhatian yang

orang tua berikan kepada anak?

Kalau dirumah itu pokoknya jangan

sampai ada barang ditempat yang

biasa anak-anak lewatin karena pasti

ditabrak sama dia, karena

penglihatannya terbatas kita biasanya

mengambarkan situasi rumah, melatih

koordinasi supaya anaknya bisa

adaptasi dengan lingkungan, selain itu

Page 149: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

tetap kita didik kita sekolahin, ikut les

tetap diajarkan mengaji pakai Al-

Qur’an digital atau Al-Qur’an braile

terus hafalan setor ke saya

4 Adakah ada sistem reward and

punishment yang diberikan orang

tua kepada anak? Misal ketika

anak dapat melakukan hal-hal

dengan benar, apakah orang tua

memberikan pujian?

Iya ada misal dia buang sampah pada

tempatnya dikasih pujian seperti

pinter lah udah bisa buang sampah

ditempatnya.

5 Bagaimana respon orang tua

apabila anak belum dapat

melakukan hal-hal dengan benar?

Dimarahin sih tidak ya, paling di

kasih tau kalau itu salah dikasih tahu

juga yang benar itu bagaimana,

diarahinnya pelan-pelan dan berulang-

ulang pengucapannya biar anaknya

paham.

6 Apakah orang tua sering

mengantar anak ke lembaga?

Iya sering, terkadang saya sendiri

yang antar kadang bareng mamanya,

kalau naufal sm daffa lagi mau sama

neneknya ya sama neneknya dianterin.

7 Apakah orang tua mendampingi

atau membantu kegiatan anak

dirumah maupun diluar rumah?

Iya pasti didampingi misalnya jalan-

jalan keluar ke mall atau kemana atau

saya ajak kondangan atau ngumpul

bareng temen saya ajak, mereka

seneng. Sekolahpun dianter,

ditungguin sama neneknya. Kalau

dirumah mandi masih dimandiin

karena belum bisa sendiri.

8 Apakah orang tua mendampingi

anak ketika melakukan terapi

dilembaga?

Iya didampingi jadi kita tau ya

terapinya gimana aja, terapinya untuk

apa ke anaknya.

9 Ketika anak selesai melakukan Iya diterapkan kembali dirumah, iya

Page 150: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

terapi, apakah orang tua

menerapkan kembali terapi

tersebut di rumah sesuai dengan

yang dilakukan oleh lembaga?

menggunakan alat seadanya aja

dirumah yang bisa digunakan, lalu

saya sampai beli alatnya yang bola itu

untuk terapi dirumah, tapi kalau

kakaknya (Naufal) agak susah dia

tidak mau, maunya dilembaga, tapi

kalau adeknya mau bahkan inistaif

sendiri.

10 Ketika anak melakukan

kesalahan, apa yang dilakukan

sebagai orang tua?

Iya biasa sih dikasih nasihat arahan,

misal dia belum bisa buang sampah

ditempatnya diarahin kalau buang

sampah ditempatnya jangan

sembarangan.

11 Bagaimana cara orang tua

memberikan nasihat, arahan

maupun pemberian informasi

kepada anak?

Iya dikasih tau pelan-pelan, tidak

marah-marah biar anaknya juga

ngerti. Iya misal, kasih tau buat rajin

belajar, rajin ngaji biar pinter. Terus

kalo buang sampah ditempat sampah

jangan sembarangan, gitu aja sih.

Page 151: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Orang Tua Anak Tunaganda-Netra

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Sabtu, 6 April 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 10.02

B. Identitas Informan

1. Nama Orang Tua : Ny. O. H

2. Nama Anak : A. F

3. Usia : 54 Tahun

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana orang tua

menyampaikan rasa sayang

kepada anak?

Menyampaikan rasa sayang kan tidak

hanya dengan lisan tapi bisa juga

dengan perlakuan, perlakuan yang

baik kepada anak setiap hari, sering

berkomunikasi sama anak. Cara

memperlakukannya pun tidak berbeda

jauh dengan anak yang normal, kalau

untuk anak saya yang berkebutuhan

khusus ya kita lebih sabar aja untuk

mendidik dan mengajarkannya, lebih

memahami anaknya saja.

2 Bagaimana respon orang tua

ketika melihat anaknya bersedih

ataupun gelisah?

Iya ditenangin aja, dia ini kan ada

sedikit autisnya tapi autisnya itu

ringan. Terkadang emosinya saja yang

suka meledak. Kalo yang aya ini

moodnya suka naik turun, kita lebih

sabar untuk memahami anaknya,

kadang aya ini suka tantrum, pernah

Page 152: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

saat naik motor tiba-tiba dia tantrum,

ya kita tenangin aja itu sih.

3 Bagaimana bentuk perhatian yang

orang tua berikan kepada anak?

Selalu berkomunikasi kepada anak

saya, ajak ngobrol, A ini memang

anaknya sedikit pendiam tapi kalau

diajak berbicara dia akan bicara kalau

dia berbuat salah ya kita kasih nasihat

pelan-pelan, karena anaknya juga

moodnya suka naik turun kita lebih

sabar aja untuk memahami anaknya.

4 Adakah ada sistem reward and

punishment yang diberikan orang

tua kepada anak? Misal ketika

anak dapat melakukan hal-hal

dengan benar, apakah orang tua

memberikan pujian?

Iya diberi pujian ketika anaknya dapat

melakukan hal dengan benar, kalau

salah ya ditegur diberi tahu bahwa ini

tuh salah seharusnya begini.

5 Bagaimana respon orang tua

apabila anak belum dapat

melakukan hal-hal dengan benar?

Iya diarahkan bagaimana melakukan

hal-hal dengan benar, seperti angkat

tangan, memindahkan barang dan

lain-lain.

6 Apakah orang tua sering

mengantar anak ke lembaga?

Iya sering saya sama bapak yang

mengantar anak ke lembaga.

7 Apakah orang tua mendampingi

atau membantu kegiatan anak

dirumah maupun diluar rumah?

Iya tentu saya dampingi, kalau untuk

dirumah masih dibantu seperti mandi,

makan, berpakaian, karena belum bisa

melakukan sendiri.

8 Apakah orang tua mendampingi

anak ketika melakukan terapi

dilembaga?

Iya kami dampingi, anak saya terapi

hari sabtu dan senin, kalau sabtu saya

sama bapak dampingi tapi kalau hari

kerja, kan bapak kerja jadi saya yang

mendampingi.

9 Ketika anak selesai melakukan Iya diterapkan kembali dirumah kalau

Page 153: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

terapi, apakah orang tua

menerapkan kembali terapi

tersebut di rumah sesuai dengan

yang dilakukan oleh lembaga?

ada alatnya, biasanya sih yang ringan-

ringan seperti penentuan arah kanan

kiri depan belakang. Juga tergantung

dari mood anaknya aja, kalau

moodnya lagi enak ya diterapkan,

kalau moodnya sedang tidak enak ya

tidak bisa dipaksakan juga.

Semampunya saya, apa yang

diajarkan disini saya terapkan

dirumah.

10 Ketika anak melakukan

kesalahan, apa yang dilakukan

sebagai orang tua?

Iya sama seperti anak lainnya, kalau

dia melakukan kesalahan ya ditegur

tapi pelan-pelan, dikasih tau bahwa

yang dilakukan itu salah.

11 Bagaimana cara orang tua

memberikan nasihat, arahan

maupun pemberian informasi

kepada anak?

Sama aja sih kaya anak-anak lainnya,

saya punya anak 4, dua normal, dua

lagi kan kembar ini yg ada gangguan

visual. Kalau memberikan nasihat

arahan ya sama saja, karena ada yang

berkebutuhan khusus ya dikasih tau

diarahkan pelan-pelan, kalau salah ya

ditegur diberi tahu bahwa yang yang

dilakukan itu salah seharusnya itu

seperti ini, memberi tahunya pun

harus sabar harus memahami anaknya

juga gimana, harus paham karakter

anak. AF ini kadang tantrum saat

terapi, iya saya bilangin kalau terapi

itu fokus ikutin kata Mas Galuh, Bu

Lilis gitu-gitu.

Page 154: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Orang Tua Anak Tunaganda-Netra

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara : Yayasan Mitra Netra

2. Hari, Tanggal Wawancara : Selasa, 30 April 2019

3. Waktu Wawancara : Pukul 11.13

B. Identitas Informan

1. Nama Orang Tua : Ny. N.B

2. Nama Anak : F.

3. Usia : 49 Tahun

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana cara orang tua

menyampaikan rasa kasih sayang

kepada anak?

Iya sama seperti orang tua lainnya,

mendidiknya segala macem, tidak

membeda-bedakan, hanya kitanya

lebih sabar menghadapi anak

berkebutuhan khusus.

2 Bagaimana respon orang tua

ketika melihat anaknya bersedih

ataupun gelisah?

Kita cari tahu dahulu bersedihnya

karena apa, karena komunikasinya

kurang lancar jadi ketika

menginginkan sesuatu tetapi anak itu

tidak bisa menyampaikan atau tidak

diberikan apa yang dia mau jadi dia

mungkin sedih, kita penuhi apa mau

dia.

3 Bagaimana bentuk perhatian yang

orang tua berikan kepada anak?

Karena dia berkebutuhan khusus, tentu

ada perhatian lebih, lebih sabar, lebih

mengerti, lebih memahami anaknya.

4 Adakah ada sistem reward and

punishment yang diberikan orang

tua kepada anak? Misal ketika

Ada, misalnya ketika saya meminta

anak tersebut mengambil botol, ketika

dia bisa melakukan hal tersebut saya

Page 155: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

anak dapat melakukan hal-hal

dengan benar, apakah orang tua

memberikan pujian?

kasih pujian “Hebatt, pinter”, anaknya

pun senang ketika mendapat pujian

seperti itu.

5 Bagaimana respon orang tua

apabila anak belum dapat

melakukan hal-hal dengan benar?

Iya kita beritahu yang benar seperti

apa dan bagaimana, beritahunya pun

pelan-pelan tidak marah-marah kepada

anaknya.

6 Apakah orang tua sering

mengantar anak ke lembaga?

Iya sering saya mengantar sama

bapaknya, biasanya bapak yang

menjemput yang mengantar kakanya

yang nomor 2.

7 Apakah orang tua mendampingi

atau membantu kegiatan anak

dirumah maupun diluar rumah?

Iya, untuk mandi dan makan masih

dibantu, tapi untuk orientasi

mobilitasnya sudah mengenal

lingkungan sendiri jadi hafal dan

sudah mandiri, begitu pula kalau saya

pergi saya ajak anaknya karena

memang tidak bisa di tinggal. Kalau

untuk main keluar rumah tidak sih,

mainnya hanya dirumah. Kalau

sekolah tetap diantar dan ditungguin.

8 Apakah orang tua mendampingi

anak ketika melakukan terapi

dilembaga?

Iya, kita dampingi sambil melihat

bagaimana terapi yang dilakukan,

sudah sejauh mana anak tersebut bisa

melakukannya.

9 Ketika anak selesai melakukan

terapi, apakah orang tua

menerapkan kembali terapi

tersebut di rumah sesuai dengan

yang dilakukan oleh lembaga?

Iya, kan ada buku penghubung, kita

terapkan lagi dirumah.

10 Ketika anak melakukan Iya pasti diberi tahu bahwa itu salah

Page 156: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

kesalahan, apa yang dilakukan

sebagai orang tua?

dan menjelaskan yang benar itu seperti

apa, supaya dia paham apa yang

dilakukan. Menjelaskannya juga pelan.

11 Bagaimana cara orang tua

memberikan nasihat, arahan

maupun pemberian informasi

kepada anak?

Iya sama seperti anak-anak lainnya,

hanya caranya pelan-pelan ketika

diberikan nasihat maupun arahan

kepada anaknya, agar anaknya juga

ngerti sama apa yang kita kasih tahu.

Misalnya F ini kan susah ngomong ya,

jadi misal kalau dia mau apa-apa itu

bilang atau ngomong harus dibiasain

berbicara, dia kan biasanya ngerengek

doang jadi saya latih dia buat bicara

kalau dia mau sesuatu. Terus saya

kasih tau untuk fokus selama terapi,

soalnya kalo terapi itu anaknya suka

ga fokus, kepalanya tidak bisa diam.

Page 157: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 10

Konsep-konsep Dasar dan Penggunaannya:

1. Warna:

Sama – Berbeda

Berlawanan

Nama-nama warna – merah, kuning, dll.

Warna, corak

Kilau, terang

Cahaya, gelap

Warna-warna dasar pelangi

Warna dasar

Warna-warna hangat, dingin

2. Bentuk:

Lingkaran, bulat

Kotak

Sama, berbeda

Segitiga

Empat persegi panjang

Setengah lingkaran

Bintang, silang

Segi enam, segi delapan, berlian

Bentuk

Garis: tegak lurus – mendatar

Lurus, melengkung, terjepit

Sudut-menyudut

Sisi

Sudut, sudut

Terbalik

Puncak, ujung

3. Ukuran

Besar, besar – kecil, kecil

Sangat besar – sangat kecil

Lebih besar (lebih) – lebih kecil

Sama, berbeda, serupa

Page 158: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Terbesar (paling) – terkecil

Hamper, hamper

Tinggi, panjang – pendek

Besar, besar – mungil

Tebal – tipis

Gemuk – kurus

Sedang

Berat – ringan

Lansia, tua – muda

Tebal

Lebar

Panjang

Isi

Bobot

4. Orientasi (pedoman) di ruangan:

Dimana

Dalam, di dalam – luar, di luar

Atas – bawah

Di atas – di bawah

Atas, atas – bawah, bawah

Di depan – belakang

Di sini, di sana

Di samping, di sebelah

Dekat, dekat – jauh

Maju – mundur

Pertama – terakhir

Tinggi – rendah

Tengah

Antara

Kedua, kedua terakhir

Pada awalnya – pada akhirnya

Kanan – kiri diri sendiri

Kanan – kiri orang lain

Berlawanan

Arah

Urutan

Satu di samping yang lain

Satu demi satu

Page 159: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

5. Jumlah dan kuantitas:

Lebih banyak lagi, tidak lebih

Salah satu yang bertentangan dengan apa-apa

Salah satu yang bertentangan dengan yang banyak

Penuh – kosong

Banyak, semua

Banyak – sedikit, beberapa, sedikit

Berapa banyak : satu lawan satu yang cocok dengan jumlah dan

kuantitas (objek) sampai empat atau lebih

Menghitung (termasuk nol dalam penghitungan mundur)

Kurang – lebih

Sama

Berapa banyak lagi, berapa banyak yang kurang

Pertama, kedua, terakhir, satu sebelum yang terakhir (nomor urut)

Antara (jumlah dan angka)

Usia

Bagian: membagi menjadi dua bagian (sangat berbeda satu sama

lain)

Setengah: terbagi menjadi dua bagian (sama atau serupa)

Jumlah, jumlah, ukuran

Sama

Mahal, murah

Pasangan

Ganjil dan genap

Jumlah

6. Waktu:

Cepat, cepat, perlahan

Kapan

Sekarang, sesudah

Sebelum, kemudian

Bagian hari: siang – malam

Pagi, siang, sore

Awal – terlambat

Hari ini, kemarin, besok, lusa

Dulu, sudah lama sekali

Dalam satu hari, dalam dua hari, dalam waktu seminggu

Hari hari dalam seminggu

Perayaan dan hari-hari suci

Umur: muda (kecil), dewasa, tua

Page 160: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Waktu: jam, menit, detik, dan bagian jam

Menceritakan waktu

Musim-musim dalam setahun

Bulan-bulan dalam setahun

Ingat, ingatan

Masa lalu, sekarang, masa depan

Pengurutan waktu

7. Hubungan sebab dan akibat

Mengapa, untuk apa

Sebab, sejak itu

Agar supaya

Jika.....kemudian

8. Perasaan dan suasana hati:

Emosi:

i. Pemalu

ii. Menarik – membosankan

iii. Sabar – tidak sabar

iv. Marah, gila

v. Cemburu

vi. Kesal

vii. Cemas

viii. Menyenangkan – tidak menyenangkan

ix. Bahagia, gembira – tidak bahagia, sedih, maaf

x. Lucu, sedih

xi. Cinta, suka, menyukai – benci, tidak suka

xii. Malu – bangga, pamer

xiii. Menyenangkan – tenang

xiv. Sukses

xv. Untuk memilih

xvi. Keras kepala

xvii. Puas – tidak puas

Fisik:

i. Menyakitkan, sakit

ii. Lelah

iii. Lapar, haus

iv. Dingin, dingin – hangat, panas

v. Kering – basar

vi. Stabil – tidak stabil

Page 161: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

vii. Merasa sakit – merasa baik

9. Tubuh manusia (bagian tubuh dan fungsinya)

Bagian tubuh:

i. Kepala

ii. Badan

iii. Lengan

iv. Tangan

v. Kaki

vi. Telapak kaki

vii. Jari-jari, jempol

viii. Kuku

ix. Leher

x. Bahu

xi. Perut

xii. Punggung

xiii. Dada

xiv. Lutut

xv. Siku

xvi. Pergelangan kaki

xvii. Pergelangan tangan

xviii. Tenggorokan

xix. Jantung

xx. Paru-paru

xxi. Wajah

xxii. Mata

xxiii. Alis

xxiv. Bulu mata

xxv. Hidung, lubang hidung

xxvi. Mulut

xxvii. Bibir

xxviii. Lidah

xxix. Gigi

xxx. Telinga

xxxi. Dahi

xxxii. Pipi

xxxiii. Dagu

xxxiv. Rambut

xxxv. Kumis

xxxvi. Jenggot

xxxvii. Lesung pipi

Page 162: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

xxxviii. Bintik-bintik

Fungsi

i. Lihat, lihat

ii. Dengar, dengarkan

iii. Makan, bicara, bicara, rasa, menjilat, meludah, batuk,

menguap, menelan

iv. Bicara, berbisik, bernyanyi, menjerit, bersiul

v. Bau, nafas, sentuhan, rasakan

Page 163: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Lampiran 11

HASIL DOKUMENTASI

Hasil Dokumentasi Fisioterapi menggunakan Tabung dan Bola Gymnastic

Hasil dokumentasi fisioterapi menggunakan Balance Board dan Trampolin

Hasil dokumentasi terapi kognitif dan perilaku

Page 164: DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49279... · 2020. 1. 14. · DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA-NETRA

Hasil dokumentasi dengan Kabag. Rehabilitasi & Diklat, serta dengan terapis (fisio) dan asisten

terapis