dr.beken

4
Panduan diskusi II: dr. Beken 1. Mahasiswa membahas kasus dr. Beken dalam kelompok (di kelas kecil , CL) untuk menemukan konteks yang memuat kaidah dasar bioetika, menentukan kaidah dasar bioetika yang ada dalam peristiwa tersebut, dan menjelaskan alasan yang mendasari pemilihan kaidah dasar bioetika tersebut. 2. Tiap kelompok diminta untuk mempersiapkan bahan presentasi dalam bentuk powerpoint untuk semua kaidah dasar bioetika dan prima facie. Narasumber yang akan menentukan kelompok presentan dan oponen pada hari pleno di kelas besar (minggu berikutnya ) Bahan diskusi: DR BEKEN Dokter Beken bekerja di Poliklinik RS sejak 2 tahun yang lalu. Ia adalah dokter umum yang sangat sibuk, terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Ia bekerja di ruang poli yang cukup luas. Ada dua bed dalam satu poli dan tiap bed dibatasi dengan gorden sehingga dr. Beken dapat leluasa memeriksa pasiennya dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun kadang ada kesulitan bila ada pasien yang datang dengan kelainan kulit dimana ia harus memeriksa pasien dalam keadaan setengah telanjang. Pada hari Sabtu lalu, sudah ada pasien yang menunggu saat ia datang. dr. Beken memeriksa pasien sesuai urutan. Pasien pertama, kedua dan ketiga datang dengan keluhan demam batuk dan pilek. Dokter Beken pun memberikan resep obat dan nasihat untuk mereka cukup istirahat dan makan makanan bergizi. Ketika keluarga hendak menebus obat di apotik Rumah Sakit, ternyata persediaan obat sedang kosong. Keluarga pasien diminta mencari sendiri obat tersebut di apotik luar. Ternyata tanpa persetujuan dr. Beken oleh apotik obat tersebut diganti dengan obat sejenis namun berbeda merk dagang. Pasien selanjutnya adalah seorang ibu berusia 60 tahun diantar oleh

Upload: megan-simon

Post on 24-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bioetika hukum

TRANSCRIPT

Panduan diskusi II: dr. Beken1. Mahasiswa membahas kasus dr. Beken dalam kelompok (di kelas kecil, CL) untuk menemukan konteks yang memuat kaidah dasar bioetika, menentukan kaidah dasar bioetika yang ada dalam peristiwa tersebut, dan menjelaskan alasan yang mendasari pemilihan kaidah dasar bioetika tersebut.2. Tiap kelompok diminta untuk mempersiapkan bahan presentasi dalam bentuk powerpoint untuk semua kaidah dasar bioetika dan prima facie. Narasumber yang akan menentukan kelompok presentan dan oponen pada hari pleno di kelas besar (minggu berikutnya)

Bahan diskusi: DR BEKEN

Dokter Beken bekerja di Poliklinik RS sejak 2 tahun yang lalu. Ia adalah dokter umum yang sangat sibuk, terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Ia bekerja di ruang poli yang cukup luas. Ada dua bed dalam satu poli dan tiap bed dibatasi dengan gorden sehingga dr. Beken dapat leluasa memeriksa pasiennya dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun kadang ada kesulitan bila ada pasien yang datang dengan kelainan kulit dimana ia harus memeriksa pasien dalam keadaan setengah telanjang.Pada hari Sabtu lalu, sudah ada pasien yang menunggu saat ia datang. dr. Beken memeriksa pasien sesuai urutan. Pasien pertama, kedua dan ketiga datang dengan keluhan demam batuk dan pilek. Dokter Beken pun memberikan resep obat dan nasihat untuk mereka cukup istirahat dan makan makanan bergizi. Ketika keluarga hendak menebus obat di apotik Rumah Sakit, ternyata persediaan obat sedang kosong. Keluarga pasien diminta mencari sendiri obat tersebut di apotik luar. Ternyata tanpa persetujuan dr. Beken oleh apotik obat tersebut diganti dengan obat sejenis namun berbeda merk dagang.Pasien selanjutnya adalah seorang ibu berusia 60 tahun diantar oleh anak laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri uluhati yang menjalar ke punggung. Merasa tidak yakin dengan kemungkinan sakit maag yang diderita ibu ini, maka dr. Beken melakukan pemeriksaan EKG (elektrokardogram) karena kecurigaan terjadi penyempitan pembuluh darah jantung. Hasil yang diperoleh tidak ada kelainan. Melihat usia, kondisi fisik ibu yang cukup gemuk serta tekanan darah 140/90 maka dr. Beken memberikan surat rujukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Dr. Beken merujuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Titrasi Cepat, langganannya yang terletak tidak jauh dari Rumah Sakit karena pada hari libur, lab RS hanya melayani pemeriksaan gawat darurat. Dari Lab Klinik tersebut Dr. Beken mendapat bingkisan kue yang dia amati ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang dia kirim kesitu. Pernah dua bulan yang lalu, dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh voucher belanja Rp.400.000,- di supermarket terkenal dikotanya.Pasien pulang dengan membawa obat maag, penenang dan surat permintaan laboratorium serta diminta datang kembali. Setelah menyelesaikan administrasi ibu tersebut masuk kembali ke kamar periksa karena merasa ada yang kurang yaitu belum disuntik seperti yang biasa ia dapatkan bila berobat. Pada saat masuk, tanpa sengaja ibu tadi melihat pasien laki-laki muda bertato di perut bawah sedang menaikkan celana dalamnya. Anak muda tadi segera dilayani karena mengaku kerabat perawat RS, sehingga perawat memasukkan lebih dahulu ke ruang sekat kiri. Ia sempat sepintas melihat celana dalam tadi bervlek-vlek putih kekuningan. Anak muda tadi memoloti si ibu, dr. Beken meminta sang ibu keluar menunggu sebentar. Ibu yang agak cerewet tadi minta maaf, namun tanpa dosa ia nyerocos menanyakan apa penyakit anak muda tadi. Dr. Beken agak terpana untuk menjawab pertanyaan awam si ibu ini. Ah, Cuma panas dalam di perut, jawab Beken kalem. Saya suntiknya sambil berdiri saja dok, kalau tiduran takut ketularan penyakit kelaminnya anak tadi, cerocos sang pasien.Pasien yang lain adalah seorang wanita muda dan setengah baya. Sebut saja Mbak Modis dan Ibu Menor. Mbak Modis mengeluh beberapa hari ini badannya panas dingin, mual dan beberapa kali muntah. Sedangkan Ibu Menor mengeluh kepala pusing berputar-putar. Dia sudah beberapa kali datang ke dokter yang berbeda-beda dan dikatakan tidak ada apa-apa, hanya pusing biasa. Dokter terakhir yang dia kunjungi menyarankan dilakukan CT scan kepala. Kemudian ia datang ke dr. Beken dengan membawa hasil CT scan. Surat keterangan yang terdapat di dalam amplop CT scan tersebut menyatakan kecurigaan adanya SOL (space occupying lesion). Tanpa penjelasan mengenai isi di dalam surat keterangan tersebut, dr. Beken memberikan surat rujukan ke Rumah Sakit bagian Saraf. Sementara Mbak Modis, tak sempat dilakukan pengukuran kadar gula darah, langsung diberikan resep sakit kencing manis yang sudah langganan ia derita 5 tahun ini. Dr. Beken hanya memeriksa sekilas dan menyalin resep dari catatan medis yang disodorkan perawat. Perawat kemudian memberikan penjelasan tentang obat yang diberikan serta mengingatkan Mbak Modis untuk kembali jika ada keluhan.Perawat mengingatkan pasien lainnya, Tn. Garputala, 46 tahun dengan muntah berak belasan kali dan satu lagi seorang pelajar putri, 15 tahun sebut saja Nn. Rani Omnivora yang ia kenal sebagai anak pertama OKB (orang Kaya Baru) tetangganya, anggota DPRD salah satu parpol besar.Garputala adalah hansip setempat yang merasa kurang afdol kalau tidak diperiksa dr. Beken. Dokter Beken memeriksa pak Garputala, memegang nadinya yang terasa kecil dan lemah, mencubit kulit perutnya yang ternyata sudah mengendur. Ia pun menginstruksikan perawat untuk memasang infus dan mencarikan ruang rawat. Tak lupa ia menitipkan amplop berisi Rp.100.000,- bagi sang hansip. Untuk pegangan ya Pak Tala, cepat sembuh deh.Saat mempersilahkan Nn. Rani masuk ke ruang sekat kanan, dr. Beken terkaget karena serombongan orang menyela masuk sambil menggendong pasien anak laki-laki 9 tahun, si Amir bin Jufri yang tadi pagi ia khitan, yang datang kembali dalam keadaan berdarah. Ia menolong Amir dulu selama 45 menit, sementara Rani terpana sendirian karena perawat juga sibuk membantu dr. Beken mengatasi perdarahan si Amir di ruang sekat kiri. Beken tak sempat bicara ke Nn. Rani. Para pengantar Amir justru yang meminta agar Rani sabar menunggu. Tentu sambil mencuri pandang, karena walaupun bukan bernama Menor, Rani memang menor malam itu.Setelah selesai dr. Beken akhirnya mendengarkan keluhan Rani. Ia stress karena baru saja mengambil uang ayahnya tanpa ijin demi menolong sahabatnya untuk aborsi di klinik Antah Berantah. Dr.Beken menawarkan untuk menjadi mediator menyampaikan kepada ayah Rani. Toh menurutnya dan menurut Rani, sang anggota DPRD ini cukup mampu menolong sahabat Rani. Biar uang saku saya dipotong deh dok asal papi tak nyap-nyap ama saya, kata si manis Rani.Begitulah keseharian dr. Beken dalam membantu menyelesaikan masalah pasien-pasiennya.