draft paper kshp 2

22

Click here to load reader

Upload: mariaginna

Post on 02-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Paper Kshp 2

PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Laporan M.K Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Perairan

Disusun oleh :1. Alfania C240800592. Ginnamaria Azhari S. C240900153. Tyas Dita Pramesthy C240900364. Selvia Oktaviyani C240900505. Cutra Samil C240900606. Nisa Agustina C240900627. Adam Wiradisastra C24090067

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2012

Page 2: Draft Paper Kshp 2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman

hayati (biodiversity) terbesar. Salah satu ekosistem yang penting dengan potensi

sumberdaya alam yang tinggi adalah ekosistem hamparan banjir (lebak lebung) di

Danau Sentarum. Danau Sentarum merupakan salah satu wakil daerah hamparan

banjir (lebak lebung, floodplain) yang sangat penting, tidak saja bagi bangsa

Indonesia, namun juga bagi dunia.

Pentingnya ekosistem tersebut bagi Indonesia bahkan bagi dunia tidak

diikuti dengan pengelolaan yang baik dari masyarakat. Oleh karena itu, Danau

Sentarum dijadikan sebagai Taman Nasional dengan tujuan untuk melindungi

fungsi dan sumberdaya alam yang berada pada ekosistem tersebut.Taman

Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu tipe ekosistem hamparan banjir

paling luas yang masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia

Tenggara.

Adanya potensi yang cukup besar dan banyaknya pemangku kepentingan

di Taman Nasional Danau Sentarum dapat menimbulkan beberapa permasalahan

baik dari segi pemanfaatan ataupun pengelolaannya. Masalah yang muncul ini

menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan yang tersusun atas

kelompok pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat (terutama suku Melayu dan

Dayak Iban), organisasi nir-laba, pihak swasta, dan lembaga-lembaga

internasional, untuk bersama-sama memberikan solusi agar kegiatan pengelolaan

atau konservasi di Taman Nasional Danau Sentarum dapat berjalan dengan baik.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

dalam pengelolaan yang terjadi pada kawasan koservasi Taman Nasional Danau

Sentarum,sehingga dapat diberikan suatu solusi pengelolaan yang baik.

Page 3: Draft Paper Kshp 2

2. KONDISI UMUM

2.1 Sejarah Berdirinya Taman Nasional Danau Sentarum

Penunjukan kawasan Danau Sentarum sebagai kawasan Suaka Alam untuk

pertama kalinya pada tahun 1981 dengan status sebagai Cagar Alam yaitu

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 2240/DJ/I/1981

tanggal 15 juni 1981 dengan luas 80.000 ha. Daerah Danau Sentarum ditetapkan

menjadi kawasan Suaka Alam pada tahun 1982 dengan Surat Keputusan No.

757/Kpts/Um/10/1982 dengan luas 80.000 ha. Daerah ini dikelola sebagai Suaka

Margasatwa oleh Departemen Kehutanan yang diwakili oleh kantor Sub Balai

Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat yang berkantor di Pontianak

(Departemen Kehutanan 2007).

Pada tahun 1994 Suaka Margasatwa Danau Sentarum ditetapkan menjadi

lokasi Ramsar di Indonesia, karena merupakan salah satu wakil daerah hamparan

banjir (lebak lebung, floodplain) yang sangat penting, tidak saja bagi bangsa

Indonesia, namun juga bagi dunia. Taman Nasional Danau Sentarum merupakan

salah satu tipe ekosistem hamparan banjir paling luas yang masih tersisa dalam

kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara (Departemen Kehutanan

2007).

Pada tahun 1999, kawasan Suaka Margasatwa Danau Sentarum berubah

fungsi menjadi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum melalui Surat

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/KptsII/1999 tanggal 4

Pebruari 1999 dengan luas 132.000 ha. Pada tanggal 1 Februari 2007 melalui

Peraturan Menteri Kehuatanan No P.03/Menhut-II/2007, secara legalitas awal

berdirinya Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Danau Sentarum yang

berkantor di Kabupaten Sintang (Departemen Kehutanan 2007).

2.2 Profil Danau Sentarum

Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas

Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 kilometer dari Pontianak.

Secara administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan

Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan

Page 4: Draft Paper Kshp 2

Semitau. Secara Geografis kawasan Taman Nasional terletak di antara 00º45´ -

01º02´ LU dan 111º55´ - 112º26´ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah

Utara garis Equator (Departemen Kehutanan 2007).

Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan datar atau

lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh

jajaran pegunungan, yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara, Pegunungan

Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di

sebelah Barat (Departemen Kehutanan 2007).

Gambar 1. Lokasi Danau Sentarum

Sumber : Departemen Kehutanan 2007

Danau Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional

ini terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari

muara yang menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi

yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan

sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan

demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung

pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut (Departemen

Kehutanan (Departemen Kehutanan 2007).

Page 5: Draft Paper Kshp 2

Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan

Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam

kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di

sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai

6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat

musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air

dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di

sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan

Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas.

Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.

Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah

danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan (Departemen

Kehutanan 2007).

Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman

Nasional Danau Sentarum. Dengan letak dan kondisinya yang berada di tengah

tengah jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air.

Pada musim penghujan danau-danau di kawasan Danau Sentarum ini akan

tergenang, akibat adanya aliran air yang berasal dari bukit-bukit di sekitarnya dan

dari luapan Sungai Kapuas yang masuk ke kawasan. Sekitar 9 -10 bulan dalam

setahun kondisi kawasan yang sebagian besar merupakan dataran rendah berupa

cekungan (lebak lebung) akan terendam dengan kedalaman antara 6 – 14 m.

Sedangkan pada musim kemarau panjang sebagian besar danau kering, berupa

alur sungai dan hanya danau permanen yang masih terisi air. Di kawasan Danau

Sentarum terdapat dua buah sungai utama yaitu Sungai Tawang dan Sungai

Leboyan. Sungai Tawang merupakan sungai yang menghubungkan antara Sungai

Kapuas dengan komplek danau di Taman Nasional Danau Sentarum, sedangkan

Sungai Leboyan berhulu ke Sungai Embaloh (Departemen Kehutanan 2007).

2.3 Kondisi Masyarakat Danau Sentarum

Masyarakat yang tinggal disekitar Danau Sentarum adalah masyarakat

melayu dan dayak. Masyarakat melayu di kawasan Taman Nasional Danau

Sentarum terdapat lebih dari 45 dusun permanen dan 10 dusun musiman yang

Page 6: Draft Paper Kshp 2

letaknya tersebar di dalam kawasan. Dari penggalian sejarah, dusun dusun yang

berada dalam kawasan ada sejak sebelum abad 18 atau sekitar lebih dari dua abad

yang lalu. Yang berarti sangat jauh jarak waktunya dengan penetapan kawasan ini

sebagai kawasan konservasi. Mata pencaharian mayoritas masyarakat melayu

adalah nelayan dengan berbagai kegiatan antara lain menjala, memukat,

memasang sentaban (jebakan ikan), memelihara ikan dalam karamba serta

mengumpulkan ikan-ikan hias (Departemen Kehutanan 2007). Masyarakat Dayak

umumnya tinggal di sekitar batas kawasan dan pada dataran perbukitan yang

mengelilingi kawasan Taman Nasional. Masyarakat Dayak yang ada mayoritas

dari suku Iban dan sebagian dari suku Kantuk dan Embaloh. Umumnya mereka

sebagai petani ladang dan pemburu yang tangguh. Disamping itu mereka juga

berkebun karet dan menanam buah-buahan (Departemen Kehutanan 2007).

2.4 Potensi Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum

Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas 132,000 ha memiliki nilai-nilai

ekologis dan ekonomi penting bagi Provinsi Kalimantan Barat. Sistem danau air tawar

musiman Danau Sentarum, yang secara teratur tergenang dalam 9-10 bulan dan musim

kering selama 2-3 bulan dalam setahun, memainkan peranan penting untuk pengaturan air

di wilayah tersebut, terutama untuk sungai Kapuas yang merupakan salah satu sungai

terpanjang di Kalimantan. Daerah ini merupakan ekosistem yang beragam seperti lahan

basah danau, hutan rawa air tawar, dan hutan hujan dataran rendah tropis. Semua daerah

hilir danau sangat tergantung pada ketinggian air yang fluktuatif. Taman nasional dan

daerah sekitarnya juga menjadi pemasok utama ikan air tawar, dimana sampai dengan

70% ikan yang dikonsumsi di provinsi ini berasal dari taman nasional (Forclime 2012).

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki keanekaragaman tumbuhan dan

satwa yang kompleks, diantaranya adalah tumbuhan rawa yang sebagian sudah terancam

punah seperti ramin, jelutung, tembesu dan sebagainya. Khusus satwa, taman nasional ini

kaya akan spesies ikan air tawar dan menjadi sumber mata penaharian nelayan sekitar.

Satwa lainnya adalah spesies lokal yang endemik seperti bangau tongtong, buaya, ikan

arwana yang keberadaannya di alam asli sudah mulai langka. Danau yang terbentuk pada

zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa

dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di

antaranya endemik Taman Nasional Danau Sentarum, termasuk 10 spesies di antaranya

merupakan spesies baru (Forclime 2012).

Page 7: Draft Paper Kshp 2

Hewan mamalia di Taman Nasional Danau Sentarum ada 141 spesies. Sekitar 29

spesies di antaranya spesies endemik, dan 64 % hewan mamalia itu endemik Borneo.

Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 % di antaranya merupakan ikan endemik air tawar

Borneo. Bukan hanya itu keunikan Taman Nasional Danau Sentarum. Di danau ini

terdapat reptil sebanyak 26 spesies dan burung 310 spesies, sekitar 13 spesies di

antaranya merupakan burung endemik. Berdasarkan dengan berbagai keunikan ini Taman

Nasional Danau Sentarum ditetapkan sebagai warisan kekayaan dunia yang tak ternilai

harganya (Forclime 2012).

Menurut Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan,

Kalimantan Barat (2002), Taman Nasional Danau Sentarum memiliki Potensi sumber

daya alam, antara lain:

a. Topografi

Keadaan topografi Taman Nasional Danau Sentarum pada umumnya dataran rendah

dengan cekungan yang terendam air. Ketinggian berkisar 50-100 m dpl.

b. Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Danau Sentarum

termasuk ke dalam klasifikasi type A dengan curah hujan berkisar antara 4.000 mm

sampai 4.727 mm/tahun. Kondisi suhu berkisar antara 22,90°-31,05°C.

c. Flora

Secara umum, di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat beberapa type

hutan rawa, antara lain : hutan rawa kerdil, hutan rawa terhalang, hutan rawa Kawi -

Kamsia, hutan rawa tegakan, hutan rawa Ramin - Mentangur - Kunyit, selain hutan

rawa terdapat pula hutan tepian yang didominasi jenis rengas Gluta rengas, hutan

perbuktian yang didominasi oleh jenis Dipterocarpacea, dan hutan kerakas.

d. Fauna

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki berbagai jenis satwa liar yang sangat

beranekaragam, dan diantaranya adalah : Pongo pygmaeus (Pongo Pygmaeus),

Siamang/ungka (Hylobates muelleri), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis),

Bekantan (Nasalis larvatus), Babi hutan (Sus Barbatus), Beruang madu (Helarctos

malayanus), Bajing (Callosciurus notatus), Layang-layang (Hirundapus giganteus), dan

berbagai jenis ikan seperti : Arowana (Sclerophages formosus), Linut (Sundasalanx cf.

Microps), Seluang (Rasbora spp.), Belida (Notopterus borneensis), Baung (Mystus

nemuzus), Tebirin (Belodontichthys dinema), dan lain sebagainya.

Page 8: Draft Paper Kshp 2

3. PERMASALAHAN

Banyaknya pemangku kepentingan di Taman Nasional Danu Sentarum

menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan yang akhirnya menjadi sangat

kompleks. Pemangku-pemangku kepentingan TNDS tersusun atas kelompok

pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat (terutama suku Melayu dan Dayak

Iban), organisasi nir-laba, pihak swasta, dan lembaga-lembaga internasional.

Masyarakat luas, baik nasional dan internasional, memiliki berbagai tingkat

kepedulian atas TNDS (Lihat Tabel 1). Para pemangku kepentingan ini memiliki

minat yang berbeda-beda, dan berbagai masalah dan hambatan dalam

menjalankan perannya (Anshari 2006).

Tabel 1.Kelompok-kelompok pemangku kepentingan dalam pengelolaan TNDS menurut

kepentingan, fungsi dan peran

No PemangkuKepentingan

Sub-kelompok

KepentinganUtama

Fungsi dan Peran

Masalah Utama

1 Masyarakat Masyarakat Melayu

Masyarakat DayakIban

Terutamapemanfaatansumberdayaperairan, danhutan rawa

Terutamapemanfaatansumberdayalahan dan hutanpencaharian

Pemeliharakawasan inti

Pemeliharakawasanpenyangga

- Lemahnya institusi lokal- Peningkatan jumlahpenduduk- Degradasi sumberdaya alamyang mengancam sumbermata

2 Pemerintah DepartemenKehutanan danBKSDA KalimantanBarat

DepartemenKelautan dan

Pemegangotoritas TNDS

Pengembangan

Patroli danpelayanan

Peningkatanproduksi ikan

- Belum berpengalamandengan mekanismekolaborasi- Lebih berorientasi proyek

Page 9: Draft Paper Kshp 2

Perikanan Kalbar

Kabupaten KapuasHulu

Dinas pariwisataKalbar

perikanan

Sumber PAD

Obyek pariwisata

Pembangunanekonomi danpelayananmasyarakat

Pengembanganwisata

daripada pembangunanprogram- Rendahnya kepercayaanmasyarakat- Buruknya birokrasi dalam halpelayanan dan penyebaraninformasi- Kompetisi untukmendapatkan proyek

3 Organisasinirlaba

Lembaga SwadayaMasyarakat

Universitas danlembaga penelitian

Pembangunanmasyarakat(communitydevelopment)

Penelitian danpublikasi

Fasilitator/mediator

Peningkatankesadaran publik

Peningkatankapasitas

Pengembanganilmu danteknologi

- Belum jelas pembagianminat berdasarkan keahlian- Belum mandiri dancenderung tergantungatas bantuan negara ataulembaga donor- Belum ada program yangterpadu- Rendahnya kualitas SDMdalam bidang pemberdayaan,dan penelitian- Kompetisi

Page 10: Draft Paper Kshp 2

untukmendapatkan bantuan darilembaga donor

4 Pihak swasta Pedagang danpengusaha ikanPengusaha/cukongkayuPengusaha jasapariwisata

Peningkatanpendapatan

Pembukaanlapangan kerjaPenyalur/distribusi barangdan jasa

- Terbatas pada perdagangankomoditas ikan dan hasilhutan yang dipungut darialam- Belum ada kegiatan investasi- Buruknya prasarana

5 Lembagainternasional

Lembaga bantuanpembangunanpemerintah negarasahabat

LSM internasional

Peningkatanpendapatandaerah

Pembangunanmasyarakat

Penelitian danPublikasi

Penyandang danaSumber informasiPenyediaantenaga ahliPeningkatanperhatianmasyarakatinternasional

- Minat lembaga yangberbeda-beda dan masihlemahnya koordinasi dankerjasama antara lembaga- Kompetisi untukmendapatkan bantuan darilembaga donor

6 Masyarakatluas

MasyarakatKalimantan BaratMasyarakatnasionalMasyarakatinternasional

Sumber air bakuPerlindungankeanekaragamanhayati

Penikmat jasa-jasa lingkunganKelompokpenekan(Pressure Group)

- Enggan mengeluarkan danakompensasi

Page 11: Draft Paper Kshp 2

4. REKOMENDASI PENGELOLAAN

Pengelolaan kolaboratif terlihat sebagai salah satu solusi yang dapat

memberikan hasil-hasil yang memuaskan bagi pendekatan kolaboratif berpotensi

untuk menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum. Pengelolaan kolaboratif

diharapkan dapat menciptakan tata kelola mandiri (self governance) yang akan

menciptakan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)

(Anshari 2006).

Dalam proses pembentukan kolaborasi sangat penting diciptakan

mekanisme partisipasi. Kegiatan sosialisasi rencana proyek atau kebijakan

pemerintah dapat dipandang sebagai awal untuk meningkatkan partisipasi jika

masukan-masukan dari para pemangku kepentingan diperhatikan dan digunakan

untuk merevisi rencana proyek. Proses partisipasi selalu menyediakan kesempatan

bagi para pemangku kepentingan untuk menyampaikan pendapat atas suatu

rencana kegiatan, baik melalui proses konsultasi, dengar pendapat, ataupun

melalui mekanisme lain. Pada kenyataannya, pendekatan ini masih belum dapat

dilakukan dengan baik karena keterbatasan waktu dan kewajiban administrasi

yang mengharuskan proyek cepat-cepat diselesaikan. Pembentukan pengelolaan

kolaboratif dapat dimulai dari proses-proses kooperasi, kemitraan, dan akhirnya

kolaborasi (Anshari 2006).

Tugas pemeliharaan TNDS tidak lagi berdasarkan adanya inisiatif proyek

tetapi dilakukan atas dasar kesadaran dan kemandirian. Pada tahapan ini peranan

pemerintah sebagai otoritas tunggal kawasan taman nasional diharapkan

berkurang, karena kekuasaan dipegang para pemangku kepentingan yang secara

bersama-sama selalu belajar untuk melakukan pengelolaan yang lebih baik.

Memang pengelolaan kolaboratif dicirikan oleh pembagian wewenang secara adil,

akuntabilitas, dan transparan (Anshari 2006).

Pengelolaan taman nasional secara kolaboratif tidak lagi bertumpu pada

satu pemangku kepentingan tetapi menyebar dalam kelompok-kelompok

pemangku kepentingan yang telah dapat mengatur dirinya sendiri menurut

wewenang, peran dan fungsi serta tanggung jawabnya masing-masing. Secara

ideal, para pemangku kepentingan secara sadar menjalankan wewenangnya, peran

Page 12: Draft Paper Kshp 2

dan fungsi, serta bertanggung jawab secara publik atas kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya. Proses-proses belajar dalam pengelolaan kolaboratif akan

membantu para pemangku kepentingan untuk menciptakan rencana-rencana

kegiatan yang adaptif (Anshari 2006).

Upaya-upaya yang paling sering dilakukan adalah proses konsultasi untuk

mendapatkan masukan-masukan dari masyarakat, dan pengembangan kegiatan

ekonomi untuk masyarakat. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah

diskusi-diskusi terfokus, konsultasi, lokakarya bersama masyarakat TNDS,

pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat, dan Nasional,

penyebaran informasi melalui buku, poster, artikel-artikel di koran, dialog

interaktif di TVRI Pontianak, dan lobi dengan para pengambil keputusan di

Kabupaten Kapuas Hulu (Anshari 2006).

Kondisi Taman Nasional Danau Sentarum sangat kompleks karena

merupakan kawasan transisi antara ekosistem akuatik dan daratan. Untuk

mengurangi biaya transaksi dan komunikasi yang terlalu mahal, kolaborasi dapat

dilaksanakan oleh 2 sampai 3 pemangku kepentingan. Untuk memelihara

hubungan antara pemangku kepentingan, pertemuan berkala penting dilakukan

(Anshari 2006).

Pada tingkat lembaga, antara pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dengan

Departemen Kehutanan, sangat perlu dirumuskan mekanisme yang saling

menguntungkan, terutama tentang otoritas pengelolaan Taman Nasional Danau

Sentarum. Secara hukum, otoritas (dalam hal ini diartikan sebagai wujud dari

kekuasaan) pengelolaan TNDS berada pada Departemen Kehutanan, dan status ini

sulit diganggu gugat. Yang mungkin dilakukan adalah pembagian wewenang dan

tanggung jawab berdasarkan fungsi-fungsinya. Jika kekuasaan tidak dapat dibagi,

Departemen Kehutanan dapat mendelegasikan sebagian wewenang dan tanggung

jawab dalam pengelolaan Taman Nasional Danau Sentarum. Hal ini masih perlu

dibahas lebih rinci dan diteliti lebih lanjut (Anshari 2006).

Sebagai langkah konkret, dan untuk mewujudkan tercapainya cita-cita

kabupaten konservasi, perlu dibuat percontohan desa atau kecamatan konservasi.

Dalam model ini sangat perlu ditekankan proses-proses belajar yang mengubah

perilaku eksploitatif dan konsumtif menjadi produktif dan konservatif. Perubahan

Page 13: Draft Paper Kshp 2

ini tidak akan menjadi gerakan sosial jika para tokoh-tokoh desa/kecamatan dan

para pengambil keputusan tidak dapat memberikan contoh-contoh pola dan gaya

hidup yang selaras dengan kaidah-kaidah konservasi (Anshari 2006).

Page 14: Draft Paper Kshp 2

3. KESIMPULAN

Taman Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu tipe ekosistem

hamparan banjir paling luas yang masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia,

bahkan di Asia Tenggara. Adanya potensi yang cukup besar dan banyaknya

pemangku kepentingan di Taman Nasional Danau Sentarum dapat menimbulkan

beberapa permasalahan baik dari segi pemanfaatan ataupun pengelolaannya.

Pengelolaan kolaboratif terlihat sebagai salah satu solusi yang dapat memberikan

hasil-hasil yang memuaskan bagi pendekatan kolaboratif berpotensi untuk

menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum. Pengelolaan kolaboratif

diharapkan dapat menciptakan tata kelola mandiri (self governance) yang akan

menciptakan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).

Page 15: Draft Paper Kshp 2

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Gusti Z. 2006. Dapatkah Pengelolaan Kolaboratif Menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum? Jakarta: Center for International Forestry Research.

Departemen Kehutanan. 2007. Taman Nasional Danau Sentarum [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id/files/D_Sentarum.pdf (18 September 2012)

Dephut. 2002. [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Inf-klbr.pdf.

Forclime. 2012. Potensi TN Danau Sentarum [terhubung berkala] http://www.forclime.org/index.php/in/news/8-news/56-mou-signed-between-danau-sentarum-and-its-27-partners