draft jadi iut

Download Draft Jadi IUT

If you can't read please download the document

Upload: uji

Post on 17-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUN ILMU USAHA TANIANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHATANI BAWANG PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYARDisusun Oleh :Kelompok 15Lailika Nurul Sholikhah( H0814065 )Mardinah Eka Dani P( H0814071 )Mega Nugraheni Apriza Putri( H0814074 )Muji Tri Astami( H0814082 )Novia Kartika I.( H0814092 )Permana Uji Sanjaya( H0814100 )PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015BAB IPENDAHULUANLatar BelakangPertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Tak heran jika julukan Negara Agraris diberikan pada negara yang kaya akan sumberdaya alam ini. Banyaknya kekayaan alam yang melimpah ini dimanfaatkan penduduk sebagai ladang untuk memperoleh penghasilan yaitu sebagai petani. Namun, tingginya jumlah masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani tidak sejalan dengan hasil yang mereka terima. Banyak petani-petani kecil yang tidak mampu memperoleh hasil produksi yang optimal. Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan rendahnya produktivitas lahan petani. Hal ini dikarenakan kurangnya perencanaan dan pengelolaan usahatani yang seharusnya dilakukan oleh petani. Pengeloaan usahatani dilakukan oleh petani sendiri dibantu keluarganya dan tenaga luar. Penggunaan tenaga luar dikhususkan untuk kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sedangkan yang diorganisir sendiri adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai atau yang dapat dikuasai. Selain itu usahatani ini biasanya dilaksanakan pada areal sempit, hal ini dikarenakan terbatasnya faktor modal dan kebanyakan petani sudah merasa puas apabila hasilnya sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Namun demikian, petani seringkali menemui masalah tentang pengeluaran usahatani yang dilakukan, terlebih lagi tiap petani tidak dapat mengatur harga komoditi yang dijualnya dan memberi nilai pada komoditi tersebut. Sehingga didalam Ilmu Usaha Tani ini, analisis biaya dirasa sangat penting bagi petani untuk menganalisis pengeluaran, penerimaan serta pendapatan yang diperoleh agar dapat mengidentifikasi apakah komoditi yang ditanam layak diusahakan atau tidak. Kacang panjang merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak diusahakan terutama di daerah Manisrenggo, Klaten. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik diatas tanah yang subur dan gembur. Kacang panjang tergolong tanaman yang mudah dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun tergolong tanaman yang mudah dibudidayakan, namun pengelolaan usahatani tidak selamanya berjalan mulus. Sama halnya dengan permasalahan sebelumnya yaitu kurangnya pengelolaan biaya, penerimaan, dan pendapatan oleh petani menyebabkan petani serinngkali mengalami kerugian karena tinggi nya biaya produksi ataupun rendahnya pendapatan yang diperoleh. Untuk itu, Praktikum Ilmu Usahatani mengenai Analisis Usahatani dirasa perlu dilakukan agar petani dapat memperoleh manfaat mengenai bagaimana melakukan perencanaan dan pengelolaan usahatani dengan baik. Maksud dan TujuanMaksudMaksud diadakannya pelaksanaan Praktikum Ilmu Usahatani adalah melatih mahasiswa praktikum untuk dapat memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usahatani.TujuanTujuan dari diadakannya Praktikum Ilmu Usahatani antara lain adalah sebagai berikut:Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari usahatani kacang panjang.Menganalisis efisiensi dan kemanfaatan dari usahatani kacang panjang dengan analisis R/C ratio dan B/C ratio.BAB IITINJAUAN PUSTAKABudidaya Tanaman Bawang putih atau garlic termasuk salah satu jenis sayuran umbi yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan di berbagai negara di dunia. Pada mulanya bawang putih berasal dari daratan Cina. Pada mulanya daerah pusat produsen bawang putih di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa, terutama di daerah sentra sayuran dataran tinggi. Dalam perkembangannya seklanjutnya, bawang putih meluas ke luar pulau Jawa, bahkan mulai ditanam di dataran rendah sampai menengah (medium). Pada tahun 1982 luas areal tanaman bawang putih nasional baru 4.087 hektar dengan produksi 13.161 ton yang tersebar di pulau Jawa dan Bali 1.737 hektar, Nusa Tenggara 1.323 hektar, Sumatra 744 hektar, Sulawwesi 100 hektar, Maluku dan Irian 84 hektar. Dewasa ini pembudidayaan bawang putih makin meluas ke berbagai wilayah di seluruh nusantara. Berdasarkan data hasil survei produksi tanaman sayuran di Indonesia (Biro Pusat Statistik, 1991), bahwa areal panen bawang putih nasional pada tahun 1991 seluas 21.126 hektar dengan produksi 133.874 ton atau rata-rata 6.336 ton/hektar (Rukmana, 2006).Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Bawang Putih (Allium sativum L) memiliki beberapa nama umum di berbagai negara, di Indonesia biasa disebut bawang puith atau bawang bodas dalam bahasa Sunda. Dalam bahasa Inggris disebut garlic. di vietanm disebut toi. Di Thailang biasa disebut krathiam atau hom tiam. Sedangkan di China biasa disebut du suan. Bawang putih memiliki taksonomi seperti dibawah ini:Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: LiliidaeOrdo: LilialesFamili: Liliaceae (suku bawang-bawangan)Genus: AlliumSpesies: Allium sativum L. (Riyadi, 2010)Bawang Putih adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bawang Putih mengandung energi sebesar 95 kilokalori, protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 42 miligram, fosfor 134 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam Bawang Putih juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,22 miligram dan vitamin C 15 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Bawang Putih, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 88 % (Godam, 2015).Manfaat bawang putih yang banyak dan besarnya peranan bawang putih dalam menunjang kehidupan manusia, mengakibatkan pengembangan usaha budidaya bawang putih menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan yang makin besar. Usaha pengembangan komoditas bawang putih dapat dilakukan di dataran tinggi dengan menanam varietas-varietas dataran tinggi, seperti varietas lumbu hijau dan varietas lumbu kuning. Sedangakn untuk pengembangan bawang putih di dataran rendah dapat menggunakan varietas-varietas dataran rendah, seperti varietas lumbu putih, varietas bogor, varietas sanur, varietas jatiarang, dan varietas sumbawa (Samadi, 2007).Tanaman bawang putih (Allium sativum L) termasuk famili Liliaceae, yang berkembangbiak dengan cara vegetatif. Di Indonesia penelitian bawang putih masih terbatas, tidak demikian halnya di negara maju penelitian sudah dilakukan secara in vitro baik untuk peningkatan mutu maupun untuk tujuan perbanyakan tanaman. Hal tersebut dapat membantu dalam pengembangan budidaya tanaman bawang putih (Karjadi, 2007).Landasan TeoriIlmu Usahatani Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Petani sebagai manajer sekaligus pelaksana, berperan penting dalam keberlangsungan usaha tani (Suratiyah, 2006).Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 2006).Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya (Shinta, 2011).Tujuan suatu usaha tani yang dilaksanakan oleh rumah tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengambilan keputusan dan tindakan yang akan diambil, maupun terhadap pandangan rumah tangga akan keberlangsungan dan kemampuannya dalam menerima berbagai pembaharuan, termasuk teknologi pertanian. Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk sekuriti (keamanan) dengan cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya untuk dijual. Petani melakukan usaha dalam bidang pertanian berusaha untuk meningkatakn kesejahteraannya (Soedjana, 2007).Dalam usahatani ada tiga elemen pokok yaitu lahan, tanaman atau ternak yang akan dibudidayakan dan petani sebagai juru tani dan pengelola usahatani. Hubungan antara ketiga elemen pokok ini tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan oleh karenanya disebut sebagai Tri Tunggal Usahatani. Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga foundasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah petani, lahan dan tanaman-ikan-ternak. Dari pengertian tersebut, petani memiliki suatu kedudukan yang memegang alih dalam menggerakkan kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan usahatani. Sedangkan tanaman, ikan dan ternak merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani (Fahmi, 2012).Penerimaan Usaha Tani Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya (Rahim dan Diah, 2008). Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi, 2010).Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2010). Dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = Y . PyKeterangan :TR = Total penerimaan (Rp/Ha/Tahun)Y = Jumlah produksi semangka (Kg/Ha)Py = Harga jual semangka (Rp/Kg)Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output. Penerimaan dapat juga diartikan sebagai segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan. (Ferryanto,2011).Penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi.Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya (Hernanto, 2013).Tingkat produksi optimal, agar tercapai tingkat penerimaan yang optimal. Produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi, di mana pada jumlah tersebut diharapkan penggunaan yang berlebihan akan menurunkan hasil sehingga optimalisasi penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi penerimaan akan tercapai bila penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan harga yang berlaku dapat menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang diperoleh mencerminkan tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut (Soedarsono, 2008).Biaya Usaha TaniMenurutKuswadi(2007) bahwa biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyadi (2007) bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kusnadi (2009) menyatakan bahwa biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima.Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat memperoleh hasil tertentu pasa masa yang akan datang.Adanya tujuan yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara. Menurut Supriyono (2007) mengemukakan bahwa penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Penggolongan biaya ini bertujuan dalam membantu petani dalam pengembilan keputusan atas usaha taninya.Menurut Mulyadi(2007) biaya digolongkan kedalam 5 (lima) cara penggolongan, menurut :Objek pengeluaran dalam suatu perusahaan yang terdiri atas :Biaya bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang akan diubah menjadi bentuk baru.Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai karyawan yang bekerja dalam proses produksi.Biaya overhead pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja lansung untuk membiayai kegiatan produksi.Fungsi pokok perusahaan yang terdiri atas :Biaya produksi, yakni biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan kegiatan pemasaran produk jadi.Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membantu kelancaran kegiatan produksi dan pemasaran produk.Hubungan biaya dengan sesuatu yang terbagi atas :Biaya langsung, yaitu biaya yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayaiBiaya tidak langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan tidak hanya disebabkan karena adanya sesuatu yang dibiayai.Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, terdiri atas:Biaya variabel, yaitu biaya yang dalam jumlah totalnya akan berubah sebanding/proporsional dengan perubahan volume kegiatan produksi. Contoh: tenaga kerja, benih, pajak, biaya bahan baku.Biaya semi variabel, yaitu biaya yang perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksiBiaya semi tetap, yaitu biaya yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan akan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentuBiaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan waktu tertentu. Contoh: sewa lahan.Atas dasar jangka waktu manfaatnya, terdiri atas :Pengeluaran modal yaitu biaya yang dikeluarkan untuk masa manfaat lebih dari satu periode akuntansiPengeluaran pendapatan yaitu biaya yang dikeluarkan yang masa manfaatnya hanya pada masa/saat atau periode akuntansi menjadi pengeluaran tersebut.Adapun biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang langsung dikeluarkan, misalnya upah tenaga kerja. Biaya tidak dibayarkan adalah biaya yang tidak dibayarkan secara tidak langsung, misalnya biaya tenaga kerja keluarga yang ikut serta. Perhitungan tingkat pendapatan yang diperoleh suatu usaha pertanian, sangat perlu dilakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan sekaligus mengetahui tingkat pendapatan, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak suatu periode tertentu (Mulyadi, 2007).Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui tingkat produksi yang tinggi (Arikunto, 2006).Keuntungan Usaha Tani Keuntungan atau Pendapatan usahatani (net farm income) didefinisikan sebagai selisih pendapatan kotor usahatani (penerimaan usahatani) dan pengeluaran total usahatani dalam satu masa tanam. Pendapatan selisih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh ditingkat keluarga petani dari segi penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :Pd = TR TCTR = Y .PyTC = FC + VCDimana:Pd = Pendapatan usahataniTR= Total penerimaan (Rp) TC= Total biaya eksplisit (Rp)FC= BiayaTetap (Fixed Cost)VC= BiayaVariebel (Variabel Cost)Y= Produksi Yang Diperoleh Dalam Suatu Usaha TaniPy= Harga Y (Laila, 2012).Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal itu diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso, 2005). Untung dan rugi suatu usaha tani dapat diketahui apabila seluruh biaya produksi dapat diperhitungkan. Keuntungan adalah selisih dari penerimaan dengan nilai pengeluaran, disebut untung apabila penerimaan yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran atau biaya selama proses produksi. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dengan harga jual, produksi yang diperoleh para usahatani padi sawah akan mempengaruhi keuntungan yang didapat (Asnawi,2007).Keuntungan secara sederhana merupakan selisih antara total penerimaan (total revenue) dengan total biaya yang dikeluarkan (total cost) dalam penggunaan faktor produksi (input). Asumsi dasar bahwa motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara maksimal dalam ilmu ekonomi konvensional sangatlah dominan, meskipun kemungkinan juga masih terdapat motivasi lain. Produsen adalah seorang profit seeker sekaligus profit maximizer. Strategi, konsep, dan teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk mencapai keuntungan maksimum, baik dalam jangka pendek (short run profit) atau jangka panjang (long run profit). Produsen tidak hanya tertarik pada biaya minimum untuk menghasilkan sejumlah tertentu produk, tetapi juga ingin memperoleh keuntungan. Oleh karena itu produsen harus membandingkan biaya minimum dari berbagai tingkat produksi, dan memilih salah satu.( Wahyunindyawati, 2007).Teken dan Asnawi dalam Kurniawan (2010) menyatakan bahwa suatu usaha adalah laba, untung dan rugi suatu usaha dapat diketahui apabila seluruh biaya produksi dapat diperhitungkan. Keuntungan adalah selisih dari penerimaan dengan nilai pengeluaran, disebut untung apabila penerimaan yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran atau biaya selama proses produksi. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dengan harga jual, produksi yang diperoleh para usahatani padi sawah akan mempengaruhi keuntungan yang didapat.R/C dan B/C Ratio Analisis RC ratio (return cost ratio), yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi atau analisis imbangan biaya dan penerimaan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani yang diusahakan maka dapat digunakan Analisis R/C ratio. R/C ratio yang mempunyai nilai diatas 1 menandakan bahwa usaha tani tersebut layak untuk dikembangkan (Sholeh, 2012).Menurut Novania (2011) R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya(cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria hasil:R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien.R/C=1berartiusahayangdijalankandalamkondisititikimpas / Break Event Point (BEP).R/C ratio < 1 berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.Rumus perhitungan R/C rasio:Penerimaan = PQ. QTotal Biaya = TFC + TVCR/C ratio = {( PQ. Q) / (TFC + TVC)}Keterangan :PQ= Harga outputQ = OutputTFC = Total Biaya Tetap (fixed cost)TVC = Total Biaya Variabel (variable cost)Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysisi) atau lebih dikenal dengan istilah BC Ratio. Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi nilai sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kriteria kelayakannya adalah nilai BC Ratio > 1 dan dirumuskan dengan : BCR = ( Nilai Sekarang Pendapatan) : ( Nilai Sekarang Pengeluaran) (Hadi, 2011).Net benefit cost ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif, atau dengan kata lain Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif dan ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperolah dari Cost yang dikeluarkan. Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan apabila nilai Net B/C > 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan alternatif yang dapat dipilih adalah menggunakan biaya yang produksi yang lebih besar. Sebaliknya apabila Net B/C 702Jumlah30Sumber: Hasil olahan data primerBerdasarkan tabel 1. Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Umur di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, yang menanam bawang putih varietas RRT paling banyak adalah petani yang berumur 41 - 50 tahun. Petani yang berumur 21 30 tahun ada 1 orang petani, yang berumur 31 - 40 tahun ada 5 orang petani, yang berumur 51 - 60 tahun ada 2 orang petani, yang berumur 61 - 70 tahun ada 6 orang petani, dan petani yang berumur lebih dari 70 tahun ada 2 orang petani . Hal tersebut menandakan bahwa para petani di Kecamatan Tawangmangu adalah petani muda yang memiliki harapan besar terhadap usaha yang dijalankannya. Hal ini dapat dilihat dari umur petani yang menanam bawang putih paling banyak pada umur 41 50 tahun. Petani memilih komoditi bawang putih untuk dibudidayakan memiliki tantangan berat dan resiko yang besar, karena harus memiliki modal yang besar dan harus memiiki nyali yang besar untuk menghadapi hasil produksi yang tidak dapat diperkirakan. Penanaman bawang putih pun dalam satu tahun belum tentu bisa dilakukan beberapa kali masa tanam. Kegagalan panen sering dialami oleh petani sehingga kerugian yang ditanggung sangat besar, namun ketika hasil produksi bagus dan harga jual tinggi maka keuntungan yang akan petani dapatkan bahkan dapat kembali 100% dari modal awal yang ditanam.Karakteristik Responden Berdasarkan PendidikanKeadaan penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk suatu wilayah yang dikelompokan menurut tingkat pendidikan yang telah ditempuh atau sedang ditempuh. Keadaan pendidikan ini menentukan bagaimana cara petani dalam bercocok tanam. Keadaan penduduk menurut jenjang pendidikan yang ditempuh di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar dapat diketahui dari tabel berikut:Tabel 2.Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarPendidikanVarietas RRT(orang)TIDAK SEKOLAH2SD15SMP9SMA3PT1Jumlah30Sumber: Hasil olahan data primer Berdasarkan tabel 2. Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sudah memadahi, karena ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah petani yang mengikuti pendidikan. Petani yang menuntaskan pendidikan di tingkat SD yaitu 15 jiwa, yang menyelesaikan pendidikan hingga SMP terdapat 9 jiwa, yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA 3 jiwa, dan yang tuntas perguruan tiggi terdapat 1 jiwa. Petani yang tidak mengenyam bangku pendidikan sama sekali hanya 2 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani bawang putih yang ada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar menepuh pendidikan hingga SD. Ini berarti petani bawang putih di wilayah tersebut sudah mempunyai kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya pendidikan, walaupun hanya sampai tingkat SD.Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh petani mempengaruhi pengelolaan usahatani dan teknologi yang dilakukan untuk mengembangkan budidaya bawang putih. Semakin tinggi pendidikan seorang petani, maka budidaya yang dilakukan tidak hanya untuk meminimalisir biaya namun telah berpikir ke depan dengan tujuan memaksimalkan laba yang didapatkan. Resiko yang ditakuti oleh petani biasa bukan menjadi ancaman namun tantangan, karena petani yang telah memiliki pendidikan lebih tinggi, akan memiliki rencana lanjutan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan yang sekiranya dapat terjadi selama proses tanam. Petani lebih memiliki rencana yang matang dan siap dalam hal permodalan, karena telah memiliki mitra dari banyak kalangan dan bermacam daerah selama mengenyam pendidikan.Karakteristik Responden Berdasarkan PekerjaanSetiap manusia mengartikan hidup cukup itu relatif, karena sifat dasar dari manusia adalah merasa belum puas akan sesuatu. Sehingga bila sesorang telah memiliki sesuatu yang telah diinginkan, maka akan muncul hasrat untuk memiliki sesuatu yang lebih. Begitu pula tentang definisi hidup cukup bagi setiap orang, mereka jika telah memiliki sesuatu maka mereka akan mempunyai keinginan untuk memiliki yang lebih lagi, dan setiap orang itu memiliki ukuran yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dalam mengartikan hidup cukup ini. Ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar ini disajikan dalam tabel berikut.Tabel 3.Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarPekerjaanVarietas RRTPokokSampinganPetani penggarap/ penyakap/penyewa300Buruh tani00Pedagang02Wiraswasta00PNS/ABRI00Tukang batu/kayu00Lainnya05Jumlah307Sumber : Hasil Olahan data primerBerdasarkan tabel 3. Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar adalah 100% petani bawang putih memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Petani bawang putih di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar hanya sedikit yang memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai petani, meski status mereka telah berpendidikan cukup tinggi. Terdapat 2 orang petani yang masih bekerja sebagai pedagang, dan 5 orang yang masih memiliki pekerjaan sampingan lainnya seperti buruh, tukang ojek, dan peternak. Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa penghasilan utama mereka adalah dari produksi bawang putih. Jadi ketika hasil produksi tidak seperti yang mereka harapkan, mereka akan mengalami kerugian besar karena tidak dapat mengembalikan modal awal sebelum produksi.Karakteristik Responden Berdasarkan Status SosialOrganisasi sosial adalah sarana masyarakat mengumpulkan unsur-unsur tindakan untuk melaksanakan sesuatu yang mereka ingin lakukan. Organisasi sosial merupakan suatu perkumpulan orang yang bersifat sosial dan disusun untuk mencapai tujuan khusus. Organisasi sosial juga mendukung beberapa fungsi lain yaitu sebagi tempat untuk menyalurkan kegiatan anggotanya. Berikut disajikan tabel karakteristik responden berdasarkan status sosialnya, untuk mengetahui seberapa besar keikutsertaan responden di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar pada organisasi sosial yang ada di sekitarnya.Tabel 4.Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Status Sosial di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarStatus SosialVarietas RRT(orang)Masyarakat biasa29Pamong desa0Pengurus RT/RW/0Tokoh masyarakat lain1Jumlah30Sumber : Hasil Olahan data primerBerdasarkan tabel 4. Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Status Sosial di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, dapat diketahui bahwa jumlah petani bawang putih di Kecamatan Tawangmangu yang berstatus sosial sebagai warga/masyarakat biasa berjumlah 29 (duapuluh sembilan) orang. Hal ini disebabkan karena petani terlalu sibuk dengan kegiatan bertani mereka, sehingga mereka memilih menjadi warga/masyarakat biasa daripada menjadi pengurus suatu organisasi. Mereka berpikir hal tersebut nantinya akan membebani mereka. Jumlah petani bawang putih yang menjabat sebagai tokoh masyarakat lain berjumlah 1 (satu) orang yakni Bapak Sri Mulyono yang menjabat sebagai ketua kelompok tani di Desa Blumbang. Bapak Sri Mulyono dipilih menjadi Ketua Kelompok Tani dikarenakan prestasi-prestasi mereka di dunia pertanian, khususnya untuk pertanian bawang putih sudah tidak diragukan lagi.Karakteristik Responden Berdasarkan Luas LahanPertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Penggunaan lahan pertanian di wilayah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar adalah untuk tujuan menghasilkan produksi pertanian. Hasil-hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Berikut disajikan tabel tentang karakteristik responden berdasarkan luas lahan yang ditanami komoditas bawang putih oleh petani di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.Tabel 5.Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarLuas LahanVarietas RRT(Ha)Jumlah luas lahan 14,23Rata-rata luas lahan0,474Sumber : Hasil Olahan data primerPetani bawang putih varietas RRT di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar memiliki rata-rata luas lahan sebesar 0,474 Ha, dengan jumlah total luas lahan sebesar 14,23 Ha. Luas lahan yang mereka miliki mayoritas dibawah 1 hektar. Lahan di wilayah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar sudah berbentuk seperti petakan petakan lahan dengan luas lahan berkisar antara 0,4 Ha sampai 1 Ha. Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan dan jumlah total luas lahan yang dimiliki oleh 30 responden petani bawang putih sudah cukup luas. Luas lahan yang dimiliki petani ini berpengaruh terhadap perilaku petani seperti Janis tanaman apa saja yang akan ditanam pada lahan miliknya, perlu atau tidaknya menggunakan tenaga kerja luar , sampai hal hal lain yang berpengaruh pada pertanian tersebut. Luas lahan ini juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Sehingga luas lahan yang digunakan dan dimiliki oleh petani bawang putih ini sangat berpengaruh terhadap perilaku petani bawang putih di wilayah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Karakteristik Responden Berdasarkan Status LahanKarakteristik responden dapat juga berdasarkan dari status lahan yang dimiliki oleh petani. Petani yang dijadikan untuk sample responden di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar seluruhnya adalah petani pemilik penggarap. Berikut disajikan tabel pengamatan karakteristik responden berdasarkan status lahan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.Tabel 6.Karakteristik Responden Petani Bawang Putih Berdasarkan Status Lahan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarStatus LahanVarietas RRT(orang)Pemilik penggarap30Penyewa0Penyakap0Jumlah 30Sumber : Hasil Olahan data primerBerdasarkan table 6 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berstatus sebagai petani pemilik penggarap di Kecamatan Tawangmangu, Kbupaten Karanganyar untuk varietas RRT sebanyak 30 orang. Di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar petani bawang putih yang berstatus sebagai penyewa dan penyakap tidak ditemukan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa seluruh responden berstatus sebagai petani pemilik penggarap. Petani bawang putih di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar lebih memilih sebagai petani pemilik penggarap karena luas lahan yang dimiliki oleh para petani di wilayah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tidak terlalu luas dan rata rata dibawah 1 Ha. Sehingga dengan luas lahan yang tidak begitu luas ini petani lebih memilih untuk menggarapnya sendiri daripada disewakan ataupun di sakapkan pada orang lain. Hal ini dikarenakan penerimaan dari usahatani yang akan diterima oleh petani akan lebih besar daripada disewakan ataupun disakapkan kepada orang lain. Dengan alasan itulah seluruh responden petani bawang putih yang ada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar lebih memilih untuk menjadi petani pemilik penggarap.Budidaya Tanaman oleh Petani SampelBawang putih (allium) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Bawang putih menghendaki iklim yang sejuk dan relatif kering. Dengan demikian iklim yang paling cocok untuk bawang putih hanya di dataran tinggi. Namun demikian ada varietas yang cocok untuk ditanam di dataran rendah sampai dataran medium pada ketinggian 200-700 m. suhu malam yang agak dingin diperlukan untuk pembentukan umbi. pH yang dikehendaki oleh bawang putih berkisar antara 6-7. tanaman bawng putih di dataran rendah kurang baik apabila ditanam di musim hujan. Selain tanah terlalu basah, suhunya juga terlalu tinggi sehingga mempersulit pembentukan umbi.Pada Desa Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar tempat kami melakukan praktikum, para responden melakukan budidaya tanaman seperti pada umumnya. Hal-hal yang dilakukan antara lain persiapan lahan dan pengolahan, pembuatan bedengan, pembibitan, penanaman, pemupukan, penjarangan, penyiangan, pengendalian hama, dan panen. Budidaya tersebut dilakukan selama empat bulan masa tanam cabai sampai cabai tersebut panen. Jenis bawang putih yang kami temui di lapang adalah RRT. Bawang putih dikembangbiakkan dengan umbi siung. Cara menanam hampir sama dengan bawang merah. Tanah tersebut dicangkul sedalam 30-40 cm, kemudian diberi pupuk kandang dan pupuk kompos sebanyak 10-15 ton/ha. Setelah pupuk kandang diratakan, dibuat bedengan yang lebarnya 60 cm. Bibit bawang putih sangat mahal. Oleh karena itu, digunakan umbi siungyang sedang. Untuk bibit, umbi tersebut disimpan dahulu selama 3 bulan, setelah itu, kulit pembalut umbi bawang putih dikupas, lalu siungnya dipotong, jika nampak titik berwarna hijau maka bibit siap tanam.. setelah itu umbi ditanam dengan jarak tanam 20x20cm sehingga dibutuhkan sekitar 200.000 tunas/haPersiapan LahanPenanaman bawang putih biasanya dilakukan di daerah persawahan yaitu setelah panen padi. Pengolahan lahan bertujuan untuk menyiapkan kondisi tanah sesuai dengan yang diinginkannya. Secara garis besar pengolajan tanah meliputi kegiatan penggemburan (dicangkul/dibajak), pembuatan bedengan dengan saluran air, pengapuran (untuk tanah asam) dan pemberian pupuk dasar. Tanah yang asam dnetralkan sebulan sebelum ttananm. Bila pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1-2 ton/ha.Lahan yang akan ditanami apabila bekas panen sawah masih ada maka perlu dibersihkan. Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus di bajak/dicangkul hingga benar-benar gembur. Setelah itu lahan dibiarkan selama kurang lebih 1 minggu sampai bongkahan tanah tersebut menjadi kering, kemudian bongkahan tanah tersebut dihancurkan dan diratakan lalu dibiarkan lagi, beberapa hari kemudian dilakukan lagi pembajakan untuk yang kedua kalinya. Dengan cara seperti ini bongkahan tanah akan hancur lebih halus lagi.Pembatan bedengan mula-mula dilakukan dengan menggali tanah untuk saluran selebar dan sedalam kurang lebih 40 cm. Tanah galian tersebut diletakkan di samping kiri dan kanan saluran, selanjtnya dibuat menjadi bedengan bedengan. Lebar bedengan biasanya 80 cm dengan panjang 300 cm dan tinggi 40 cm. Tinggi bedengan dibuat berdasarkan keadaan tanah lokasi. Kalau tanahnya agak berat, bedengan perlu sedikit ditinggikan. Apabila tanahnya berpasir, bedengan tidak perlu terlalu tinggi.Keasaman tanah yang ideal untuk budidaya bawang putih berkisar antara pH 6-6,8. Jika keasaman tanah masih normal, pH nya berkisar 5,5-7,5 belum merupakan masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila keasamaan tinggi, pH nya rendah. Untuk menurunkan tingkat keasaman tanah, menaikkan pH, perlu dilakukan pengapuran (Susila 2006).Persiapan BibitSelain persiapan lahan hal yang dipersiapkan dalam teknik budidaya bawang putih adalah memilih bibit yang bagus . Bibit bawang putih yang baik penting untuk mendapatkan pertumbuhan lapang dan hasil yang tinggi. Sebaiknya bibit bawang putih memenuhi kriteria-kriteria seperti bagian pangkal batang padat (berisi penuh dan keras), siung berpenampilan licin dan tegar, tidak kisut, tunas terlihat segar bila siung dipatahkan, berat siung sekitar 1,5-3 g, bentuk normal, dan bebas hama-penyakit.Untuk bibit, umbi tersebut disimpan dahulu selama 3 bulan, setelah itu, kulit pembalut umbi bawang putih dikupas, lalu siungnya dipotong, jika nampak titik berwarna hijau maka bibit siap tanam, setelah itu umbi ditanam dengan jarak tanam 20x20cm sehingga dibutuhkan sekitar 200.000 tunas/ha ( Sunarjono, 2006). Meskipun yang ditanam sebagai bibit adalah siung, tetapi kalau membeli bibit sebaiknya dalam bentuk umbi. Hal itu disebabkan bawang putih dalam bentuk umbi lebih tahan lama daripada bentuk siung. Umbi boleh dipecah menjadi siung paling tidak 1-2 hari sebelum tanam.Penanaman Bawang PutihSebelum penanaman, lahan diolah terlebih dahulu. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1-2 ton/ha.Seandainya bekas panen pada sawah masih ada maka perlu dibersihkan. Lantas buat bedeng-bedengan yang lebarnya 80-120 cm dan tingginnya 40 cm. Panjang bedengan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan antara 10-20 cm. Nantinya ini akan berguna sebagai saluran air dan tempat lalu lalang saat melakukan pemeliharaan atau panen.Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul hingga benar-benar gembur. Bila tak gembur, bisa berakibat fatal pada produksi. Seperti diketahui bawang putih adalah tanaman yang dipanen umbinya. Prinsip budi daya yang diterapkan adalah mengupayakan semaksimal mungkin pertumbuhan umbi tersebut. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit berkembang.Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan ukuran siung benih yang dipakai. Siung besar membutuhkan jarak tanam renggang sekitar 15 x 10 cm. Untuk pembibitan digunakan jarak tanam 10 x 10 cm. Posisi siung saat ditanam tegak. Kedalamannya 5-7 cm dari permukaan tanah.Perawatan Bawang PutihPenjarangan dan PenyulamanBawang putih yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman yang tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyualaman dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman pokok.PenyianganPada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim tanam. Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.PembubunanDalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar-besar.PemupukanPemberian pupuk dilakukan dengan 2 tahap, yaitu sebelum tanam atau bersamaan dengan penanaman sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Unsur hara utama yang diperlukan dalam pemupukan adalah N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5, dan K2O. Unsur-unsurhara lainnya dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk kandang. Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan bawang putih memerlukan sulfur dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur ini mempengaruhi rasa dan aroma khas bawang putih. Para petani di daerah Blumbang, Tawangmangu menggunakan kebanyakan menggunakan pupuk ZA, NPK, TSP, Pupuk Kandang dan ponska. Penggunaan pupuk anorganik ini dapat diimbangi dengan pemberian pupuk organik maupun kompos yang diseseuaikan dengan kebutuhan tanaman.Pengairan dan PenyiramanPemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor atau dengan menggenangi saluran air di sekitar bedengan. Cara yang terakhir dinamakan sistem leb. Penyiraman dengan gembor, untuk bawang yang baru ditanam, diusahakan lubang gembornya kecil agar air yang keluar juga kecil sehingga tidak merusak tanah di sekitar bibit. Jika air yang keluar besar, maka posisi benih dapat berubah, bahkan dapat mengeluarkannya dari dalam tanah. Pada awal penanaman, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik, frekuensi pemberian air dijarangkan, menjadi seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam atau pada saat daun tanaman sudah mulai menguning.PanenBawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman adalah antara 90-120 hari. Ciri bawang putih yang siap panen adalah sekitar 50 prosen daun telah menguning/kering dan tangkai batang keras.Bawang putih didaratan rendah biasanya telah siap dipanen pada umur 80 100 hari tergantung keadaan kesuburan tanaman dilapangan. Ciri tanaman bawang putih siap dipanen, daun tanaman 50 % telah menguning atau kering dan tangkai batangnya sudah keras. Cara panen dapat dilakukan dengan pencabutan langsung terutama pada tanah yang ringan dan pencukilan dilakukan pada tanah-tanah bertekstur agak berat. Hasil tanaman diikat sebanyak 30 tangkai tiap ikat dan dijemur selama 1 2 minggu. Tanaman bawang putih dapat dipanen setelah berumur 95-125 hari untuk varietas lumbu hijau dan umur antara 85-100 hari untuk varietas lumbu kuning. Setelah pemanenan, lahan dapat ditanami kembali setelah dibiarkan selama beberapa minggu dan diolah terlebih dahulu atau dapat pula ditanami tanaman lainnya untuk melakukan rotasi tanaman.Analisis UsahataniPenerimaan UsahataniPenerimaan usahatani merupakan penerimaan total petani dari hasil usahataninya. Penerimaan usahatani secara matematis merupakan hasil kali dari jumlah produk yang dihasilkan petani dalam satu kali masa tanam dengan harga jual dari produk itu sendiri. Penerimaan akan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satu contohnya faktor penentu harga jual.Tabel 7.Penerimaan Usahatani Bawang Putih Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten KaranganyarUraianVarietas RRTRata-rata per usahataniKonversi 1 HaProduksi7201.517,92Harga17.45036.788,48Penerimaan11.529.833,3324.307.449,05Sumber: Hasil olahan data primerBerdasarkan tabel 7 penerimaan usahatani petani di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan usahatani untuk setiap petaninya berbeda-beda. Perbedaan jumlah produksi untuk usahatani jagung akan mempengaruhi penerimaan petani bawang putih di Kecamatan Tawangmangu. Setiap petani untuk varietas yang sama memiliki jumlah produksi yang berbeda. Untuk jumlah produksi rata-rata petani bawang putih varietas RRT di Kecamatan Tawangmangu adalah sebesar 720 kg dengan rata-rata harga Rp 17.450 dan rata-rata penerimaan Rp 11.529.833,33. Untuk jumlah produksi rata-rata konversi per ha varietas RRT adalah 1.517,92 kg per ha, dengan harga konversi per ha sebesar Rp. 36.788,48 penerimaan konversi per ha adalah Rp 24.307.449,05. Dalam budidaya bawang putih terdapat beberapa faktor umum yang harus diperhatikan. Faktor umum yang harus diperhatikan antara lain seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu keunggulan-keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri, seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang menguntungkan. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik meliputi makhluk hidup yang ada disekitar bawang putih yang berperan positif ataupun berperan negatif sebagai hama bagi bawang putih, sedangkan lingkungan abiotik, meliputi iklim, tanah, tinggi tempat, intensitas cahaya, curah hujan dan lain sebagainya.Produksi bawang putih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan hasil produksi bawang putih tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan. Produksi bawang putih varietas RRT di kecamatan Tawangmangu beragam dikarenakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bawang putih dengan varietas tersebut berbeda-beda sehingga data yang diperoleh tidak selalu sesuai dengan hasil dari penelitian sebelumnya.Biaya UsahataniBiaya Usahatani terbagi menjadi dua macam yaitu biaya implisit dan biaya eksplisit. Biaya implisit dalam usahatani merupakan nilai dari input yang dimiliki petani yang digunakan dalam pelaksanaan usahataninya, tetapi tidak sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan petani. Biaya eksplisit merupakan biaya atau anggaran yang dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahataninya yang dianggap sebagai pengeluaran nyata yang benar-benar dikeluarkan petani.Tabel 8.Biaya Usahatani bawang putih Kecamatan Tawangmangu Kabupaten KaranganyarBiayaVarietas RRTRata-rata per usahataniKonversi 1 HaEksplisit TKLBenih/bibit323.066,671.349.616,67681.096,282.845.291,64PupukUreaZANPKTSP/SP340.266,67113.033,00133.416,6718.491,67717.357,70238.299,37281.271,9638.984,54Kandang611.266,671.288.685,87Ponska41.166,6786.788,48 PestisidaIrigasiSelamatan Pajak tanahBiaya angkut 81.033.3322.383,3320.000181.333,3317.050170.836,2647.189,0442.164,44382.290,9335.945,19Sewa lahan00Bunga modal luar00Biaya lain-lain00Jumlah 3.252.1256.856.201,69ImplisitBenih/bibit130.800275.755,45PupukUrea ZATSP/SPKCL00000000KandangKapur pertanian30.00006.246.660TKD804.772,271.696.638,65Penyusutan109.556,67230.969.78Sewa lahan sendiriBunga modal sendiriBiaya lain-lain684.00065.042,5001.442.023,89137.124,030Jumlah1.824.171.433.845.758,47Total Biaya5.076.296,4310.701.960,16Sumber: Hasil olahan data primerBiaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan perusahaan, atau biaya yang dikeluarkan dimana terdapat pembayaran kas. Misalnya pengeluaran untuk membeli bahan baku untuk produksi usahatani untuk membayar tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya. Pada tabel diatas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya adalah biaya untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dari luar, sewa lahan,,bunga modal dari luar, dan biaya pesta panen dan juga biaya pajak lahan.Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengeluaran biaya eksplisit rata-rata per usahatani varietas RRT yaitu memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan harga rata-rata implisit, tetapi meskipun begitu produk yang dihasilkan baik. Biaya implisitnya ketika dikonversikan 1 Ha memiliki hasil yang sama, yaitu biaya eksplisitnya lebih mahal dibandingkan dengan biaya implisit. Sehingga terlihat bahwa dalam melakukan usahatani petani di kecamatan Tawangmangu menggunakan modal luaran atau mengeluarkan uang tunai lebih banyak darpiada menggunakan modal dari dalam atau tanpa uang tunai. Pada tabel diatas biaya implisit tenaga kerja konversi per 1 Ha dalam budidaya bawang putih petani mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.696.638,65. Hal ini disebabkan karena petani lebih memaksimalkan tenaga anggota keluarganya sendiri atau tidak membayar pekerja dari luar, sehingga lebih mahal dibandingan biaya eksplisit tenaka kerja dari luar. Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan perusahaan. Biaya implisit juga dapat diartikan sebagai biaya non kas yang diukur dalam konsep biaya kesempatan. Biaya implisit yang berkaitan dengan setiap keputusan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya ini tidak melibatkan pengeluaran kas dan karena itu sering diabaikan dalam analisis keputusan. Karena pembayaran kas tidak dilakukan untuk biaya implisit, konsep biaya kesempatan harus digunakan untuk mengukurnya.Keuntungan UsahataniPendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut.Tabel 9.Keuntungan Usahatani Bawang Putih Kecamatan Tawangmangu Kabupaten KaranganyarUraianVarietas RRTRata-rata per usahataniKonversi 1 HaPenerimaan11.529.833,3324.307.449,05Jumlah Biaya (eksplisit)3.525.1256.856.201,69Keuntungan 6.453.536,9013.605.488,90Sumber: Hasil olahan data primerBerdasarkan tabel diatas keuntungan usahatani dalam konversi rata-rata per usahatani mendapatkan keuntungan yang lebih kecil, yaitu sebesar Rp 6.453.536,90 besarnya selisih dengan keuntungan konversi per 1 Ha yaitu Rp 7.151.952. Hal ini di sebabkan oleh penerimaan yang dihasilkan pada kondisis rata-rata per usahatani memang lebih kecil. Namun dapat dilihat, pada tabel jumlah biaya eksplisit pada rat-rata per usahatani lebih kecil dibandingkan pada konversi 1 Ha, yang seharusnya jika biaya sedikit dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Bawang putih varietas RRT mempunyai kualitas yang baik sehingga nilai jual di pasarpun juga tinggi dan memberikan kepuasan bagi petani maupun konsumennya.Perhitungan R/C Ratio dan B/C Ratio Perhitungan R/C Ratio per HaR/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria hasil yaitu ketika R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien, ketika R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas/Break Event Point (BEP) dan saat R/C < 1 maka berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak layakTabel 10.Perhitungan R/C Ratio per Ha Petani Bawang Putih Kecamatan Tawangmangu Kabupaten KaranganyarKomponenVarietas RRTPenerimaanKeuntungan Biaya 354.895.000193.606.107a. Biaya Eksplisit97.563.750b. Biaya Implisit54.725.143Total Biaya152.288.893R/C atas biaya tunai (eksplisit)4R/C atas biaya total2Sumber: Hasil olahan data primerBerdasarkan data pada tabel 10, dapat diketahui Penerimaan varietas RRT sebesar Rp354.895.000. Adapun untuk biaya eksplisitnya sebesar Rp 97.563.750. Sedangkan biaya implisitnya sebesar Rp 54.725.143, sehingga total biaya adalah Rp 152.288.893. Hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio atas biaya total bernilai lebih dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani bawang putih pada varietas tersebut dinilai menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Perhitungan B/C Ratioper HaB/C Ratio atas biaya tunai =keuntungan usahatanibiaya tunai usahatani (eksplisit) = 1,98B/C Ratio > 1, Maka alternatif dengan biaya yang lebih besar yang akan dipilih. B/C ratio diperoleh melalui pengurangan penerimaan usahatani dibagi dengan biaya tunai usahatani (eksplisit) usaha tani yang dikeluarkan dari varietas yang diusahakan Perhitungan B/C ratio dari usahatani bawang putih varietas RRT adalah sebesar 1.98. Berdasarkan perhitungan B/C ratio tersebut dapat dikatakan bahwa usahatani menguntungkan. Hal ini disebabkan karena tambahan biaya tunai yang dikeluarkan lebih kecil dari tambahan manfaat/biaya penerimaan. Usahatani bawang putih yang telah terhitung dapat menguntungkan ini, dapat disimpulkan bahwa petani dapat melanjutkan usahataninya karena memang usahatani bawang putih ini menguntungkan dan layak untuk dikerjakan. B/C Ratio atas biaya total = Keuntungan usahatanibiaya total usahataniB/C Ratio > 1, Maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang akan dipilih. B/C ratio diperoleh melalui pengurangan penerimaan usahatani dibagi dengan biaya total usaha tani yang dikeluarkan dari varietas yang diusahakan. Perhitungan B/C ratio dari usahatani bawang putih varietas RRT adalah sebesar 1.27. Berdasarkan perhitungan B/C ratio tersebut dapat dikatakan bahwa usahatani menguntungkan karena hasil B/C ratio lebih besar daripada 1. Hal ini disebabkan karena tambahan biaya total yang dikeluarkan lebih kecil dari tambahan manfaat/biaya penerimaan. Usahatani ini sudah layak untuk diusahakan karena keduanya sama-sama menghasilkan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya. BAB VKESIMPULAN DAN SARAN KesimpulanDari hasil praktikum yang telah dilakukan pada petani bawang putih varietas RRT Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Total biaya rata-rata yang dikeluarkan pada usahatani bawang putih varietas RRT sebesar Rp 5.421.439,- per hektar.Pendapatan rata-rata yasng diterima pada usahatani bawang putih varietas RRT sebesarRp 1.285.580,- per hektar. R/C ratio bawang putih varietas RRT adalah sebesar 0,4. Hal ini berarti bahwa usahatani bawang putih varietas RRT mempunyai efisiensi yang besar.B/C ratio baik atas biaya tunai maupun biaya total dari kedua varietas nilainya > 1. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biaya untuk kedua varietas ini lebih kecil daripada penambahan produksi. SaranSaran yang dapat diberikan untuk praktikum Ilmu Usaha Tani adalah sebagai berikut :Petani sebaiknya menambah sektor usaha lain baik itu di bidang pertanian maupun diluar bidang pertanian.Sebaiknya petani mengembangkan pemasarannya secara lebih luas lagi dan dapat lebih mengenalkan produknya sehingga dapat meluaskan daerah untuk pendistribusian hasil produksi.Perlunya menerapkan sistem penanaman tumpangsari agar keuntungan tidak hanya bersumber dari satu jenis usahatani saja.Optimalkan penggunaan input dari dalam agar dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan.DAFTAR PUSTAKAAsnawi. 2007. Teori Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.Fahmi. 2012. Tri Tunggal Usaha Tani. http://kickfahmi.blogspot.co.id/2012/09/tri-tunggal-usaha-tani.html. Diakses tanggal 19 Oktober 2015. Ferryanto,2011. Pengertian-Penerimaan-Jenis-Jenis. http://ferryantooo.blogspot.com /2011/02/pengertian-penerimaan-jenis-jenis.html. Di akses pada tanggal 10 Oktober 2015.Godam. 2015. http://www.organisasi.org. isi-kandungan-gizi-bawang-putih-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. diakses tanggal 19 Oktober 2015.Hadi, Cholichul. 2011. Pengertian Usaha Dan Studi Kelayakan Usaha. Unair press. Surabaya.Hernanto, F. 2013. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.Istiqomah, Abu. 2011. Analisis Usaha Tani Agribisnis. http://abuistiqomah.blogspot.co.id 2011/06/analisis-usahatani-agribisnis.html. diakses tanggal 19 Oktober 2015.Karjadi. 2007. Pengaruh NAA dan BAP terhadap Pertumbuhan Jaringan Meristem Bawang Putih pada Media B5. Jurnal Hortikultura 17(3):217-223. Kurniawan, Ahmad Yousuf. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurnal EPP.Vol. 7. No.2 2010 :40-46.Kusnadi. 2009.Teori Akuntansi.Malang: Universitas Brawijaya.Kuswadi. 2007.Analisis Keekonomian Proyek.Yogyakarta: Andi Offset.Laila, Nor dkk. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung (Oryza sativa L.) Benih Varietas Ciherang yang Bersertifikat dan Tidak Bersertifikat di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jurnal Media sains. Vol 4 No 1 hal 3-16. Mulyadi. 2007.Akuntansi Biaya, edisi ke-5.Yogyakarta: Graha Ilmu.Mahabirama, Aditya. 2013. Analisis efisiensi dan pendapatan usahatani kedelai di kabupaten Garut provinsi Jwa Barat. Jurnal aplikasi manajemen vol 11. No (2) juni. Bogor. Novania, Nurul Diena. 2011. Analisis Kelayakan Ekonomi SuatuInvestasi.http://www.docstoc.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2015.Rahim, A. dan Diah R. D. H. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.Riyadi. 2010. Sehat Tanpa Obat. https://belalangtue.wordpress.com/2010/11/24/nama-latin-dan-klasifikasi-bawang-putih. Diakses tanggal 17 Oktober 2015.Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 2006. Mimba, Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.Samadi, Budi. 2007. Usaha Stani Bawang Putih. Kanisius. Yogyakarta.Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: MalangSholeh, shoimus dkk. 2012. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-FaktorProduksiUsahatani wortel (Daucus carota L)di kecamatan Bumiaji Kota Batu. Universitas Brawijaya. Malang.Soekartawi, A. Soehardjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 2010. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia.Soekarwati. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press.Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Revisi, Jakarta: SalembaSudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, Yogyakarta.Soedjana, Tjeppy D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Sunarjono, H.H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta.Supriyono. 2007. Akuntansi Biaya, BPFE. Yogyakarta.Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Separteman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian ITB.Wahyunindyawati. 2007. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Keuntungan Usahatani Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur