draft aropt pemasukan podocarpus spp. dari...
TRANSCRIPT
DRAFT AROPT
PEMASUKAN Podocarpus spp. DARI CHINA
Oleh :
Yadi Juniadi
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II CILEGON
JUNI 2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Podocarpus adalah tanaman yang menyerupai cemara asli China dan Jepang .
Jenis podocarpus yang umum ditanam adalah dari jenis P. macrophyllus (Lohansung ,
buddist pine, atau yew Podocarpus), P. nagi, P. henkelii, P. alpinus dan P. neriifolius .
Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai pohon pelindung, penghijauan dan bonsai.
Biasanya tumbuh pada ketinggian 650 m sampai dengan 1600 m di atas permukaan
laut. Namun demikian, terdapat beberapa varietas yang toleran tumbuh di elevasi
rendah.
Taksonomi podocarpus :
Kingdom : Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Podocarpaceae
Genus : Podocarpus
Spesies : Podocarpus spp.
Podocarpus yang diminati adalah P. macrophyllus (Lohansung), yaitu
tanaman berupa pohon semak menyerupai cemara dengan tinggi pohon rata-rata 1-25
meter. Daun 0,5-15 cm, lanset untuk oblong, falcate (berbentuk sabit) pada beberapa
spesies dengan pelepah yang berbeda dan disusun spiral, meskipun dalam beberapa
spesies dipelintir untuk tampil dalam dua barisan horisontal. Bentuk pohon lohansung
berbentuk kerucut. Lohansung ini banyak digunakan para penggemar bonsai untuk
dijadikan bonsai Lohansung atau bonsai podocarpus macrophyllus. Karena tanaman ini
memiliki daun kecil dan tebal serta batang dan ranting yang kuat. Bonsai Lohansung
bisa mencapai umur hingga ratusan tahun (www.tanjungpinangpos.co.id)
Pelaksanaan Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT)
terhadap Podocarpus spp. dengan Surat Penunjukan Tim Analisa Risiko Organisme
Pengganggu Tumbuhan (AROPT) oleh Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati No. 3706/KT.210/L.3/5/2014 tanggal 9 Mei 2014. AROPT
dilaksanakan dalam rangka melakukan pengkajian risiko terhadap OPT/OPTK yang
terbawa oleh Podocarpus spp.
Sesuai dengan rencana pemasukan bibit (pohon) Podocarpus macrophyllus
berasal dari China, pemohon oleh Wong Siang Fie dengan surat permohonan nomor
21/SP/IV/2014 tanggal 20 April 2014, melalui BBKP Tanjung Priok maka perlu
dilakukan Analisis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (AROPT) pada
komoditas tersebut.
1.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi jenis OPT pada Podocarpus spp. yang belum ada di Indonesia
b. Melakukan penilaian untuk menentukan status suatu OPT apakah memenuhi
syarat sebagai OPTK dihubungkan dengan tujuan pemasukan media pembawa;
c. Menentukan pengelolaan risiko dan membuat rekomendasi persyaratan
pemasukan suatu komoditas meliputi persyaratan Karantina Tumbuhan dan
kewajiban tambahan
1.3. Ruang Lingkup
Analisis resiko terhadap OPT/OPT Podocarpus spp. asal China
1.4. Dasar Hukum
1) Undang-Undang RI No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan;
3) Keputusan Menteri Pertanian No. 93/2011 tentang Jenis-jenis Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina;
4) Peraturan Menteri Pertanian No. 52 Tahun 2006 tentang Persyaratan Tambahan
Karantina Tumbuhan;
5) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.160/12/2011 tentang Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;
6) ISPM No. 2 Tentang Pedoman Analisa Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
(Framework for pest risk analysis);
7) ISPM No. 11 Tentang Analisa Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan untuk
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina termasuk analisis risiko
lingkungan dan organisme hasil rekayasa genetika ( Pest risk analysis for
quarantine pests, including analysis of environmental risks and living modified
organisms
8) Pedoman analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan (AROPT) berdasarkan
by pathway rev. 2014. Badan Karantina Pertanian Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati 2014.
1.3. Pengertian Umum
1) Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau kelompok pulau di dalam
wilayah negara Republik Indonesia.
2) Sertifikat Kesehatan Tumbuhan adalah surat keterangan yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang di Negara atau area asal/pengirim/transit yang menyatakan
bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tercantum didalamnya bebas
dari organisme pengganggu tumbuhan, organisme pengganggu tumbuhan
karantina, organisme pengganggu tumbuhan karantina golongan I, organisme
pengganggu tumbuhan karantina golongan II, dan/atau organisme pengganggu
tumbuhan penting, serta telah memenuhi persyaratan karantina tumbuhan yang
ditetapkan dan/atau menyatakan keterangan lain yang diperlukan
3) Media pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain
yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan
4) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah suatu organisme yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan, menyebabkan kematian tumbuhan.
5) Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah semua OPT yang
ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di
dalam wilayah negara Republik Indonesia.
6) Area Bebas OPT adalah suatu area yang tidak terjangkit OT tertentu yang
didukung bukti-bukti ilmiah yang layak, dan berada dalam pengendalian resmi
oleh pemerintah.
7) Tempat produksi bebas OPT adalah suatu tempat produksi yang tidak terjangkit
OPT tertentu yang didukung oleh bukti ilmiah yang layak dan berada dalam
pengendalian resmi untuk periode yang ditentukan.
8) Penilaian resiko OPT adalah penilaian terhadap peluang masuknya dan
penyebarnya OPT serta konsekuensi yang berkaitan dengan potensi ekonomi.
9) Pengelolaan risiko OPT adalah penentuan pilihan-pilihan pengelolaan risiko OPT
untuk menghilangkan atau mengurangi masuknya, menetapnya, dan menyebarnya
OPT ke suatu area baru.
BAB II. INISIASI
Tabel 1. Matriks sanding antara OPT Podocarpus spp. di Negara China dan di
Indonesia.
No OPT Podocarpus spp. Di China OPT Podocarpus spp. Di Indonesia
SERANGGA SERANGGA
1
2
3
Ceroplastes ceriferus (Fabricius, 1798)
Coccus hesperidium (Linnaeus, 1758)
Euwallacea destruens (Blandford)
Ceroplastes ceriferus (Fabricius, 1798)
Coccus hesperidium (Linnaeus, 1758)
Euwallacea destruens (Blandford)
4 Euwallacea piceus (Motschulky) Euwallacea piceus (Motschulky)
5 Homona magnanima (Diakonoff) Rastrococcus iceryoides(Green, 1908)
CENDAWAN CENDAWAN
1
2
3
Corticium salmonicolor (damping off)
Fusarium oxysporum schlechtendahl
Phellinus noxius (Corner) G. Cunn.
Corticium salmonicolor (damping off)
Fusarium oxysporum schlechtendahl
Phellinus noxius (Corner) G. Cunn.
(Sumber : CABI 2007, www.discoverlife.org, www.plantwise.org)
Table 2. Status OPT/OPT Podocarpus sp. di negara China yang belum terdapat atau
terbatas penyebarannya di Indoensia dan potensi terbawa media pembawa.
No OPT Podocarpus sp. Di China OPT Terbawa Media Pembawa (Pohon)
SERANGGA SERANGGA
1
Homona magnanima (Diakonoff)
Ya, (daun,tunas muda)
Dari hasil inisiasi diperoleh OPT yang terbawa bibit (pohon) Podocarpus spp. dapat
disimpulkan hanya 1 (satu) OPT yaitu Homona magnanima dan berstatus sebagai OPTK
A1 golongan II, sehingga perlu dilakukan penilaian risiko.
II. PENILAIAN RISIKO
3.1. Homona magnanima
a. Penggolongan OPT
Taksonomi :
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Tortricidae
Genus : Homona
Species : H. magnanima
Nama Ilmiah Lain :
-
Nama Umum :
English : oriental tea tortrix,leaf roller, tea scroll gamugamo
b. Penilaian sebagai OPTK :
Distribusi :
Asia : [China] Taiwan,Japan ,(CABI 2007)
Korea (www.discoverlife.org/mp/)
China (Hubei Sheng) (www.plantwise.org)
Aspek ekonomi :
Kendala yang dihadapi di Negara Jepang, Indonesia, India dan Sri Lanka pada perkebunan
teh adalah serangan OPT dari phylum arthropoda. Kehilangan produksi teh mencapai sekitar
11% - 55% (Cranhani JE 1966). Di Jepang, H. magnanima merupakan hama utama
tanaman teh dan menyerang berbagai tanaman inang (Takagi, 1978;. Sato et al, 1980).
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian mencapai US$ 500 juta. Di Jepang, dilaporkan
bahwa kerugian ekonomi pada tanaman teh muda pada serangan populasi larva 4 / m²
(Takaji, 1976).
Regulasi :
Sesuai dengan Permentan 93 tahun 2011 H. magnanima merupakan OPTK A1 Gol II.
Gambar. H. magnanima imago betina dan imago jantan
(Shipher-wu : www.plantwise.org)
Gambar. H. magnanima imago, larva dan pupa (tl.swewe.com/word_show.htm/)
Tabel 1. Penilaian risiko terhadap potensi introduksi
Faktor yang dinilai Kategori
penilaian
Alasan
1. Bentuk dan
Tujuan
Pemasukan
3 Bentuk media pembawa yang akan dimasukan berupa
pohon yang digunakan untuk landscape.
2. Frekuensi dan
jumlah/volume
2 Pemasukan tidak rutin, sebanyak 1.500 pohon.
3. Peluang
terbawa oleh
komoditas
dan/atau pada
alat angkut
3 H. magnanima menyerang bagian tanaman tunas,batang dan
daun. Bentuk media pembawa yang akan dimasukan berupa
pohon, sehingga berpeluang terbawa melalui tunas,batang
dan daun.
Bagian tanaman yang dapat membawa H. magnanima : daun
dan batang (telur, larva) (CABI 2007)
Tidak diketahui terbawa melalui alat angkut.
Jumlah pemasukan cukup banyak; 1.500 pohon.
Ditempat pemasukan dapat berpotensi terbawa Podocarpus
spp. karena tidak dapat diperiksa 100%.
4. Kemampuan
OPTK bertahan
selama dalam
3 H. magnanima tidak berdiapause dan dilaporkan dapat
berhibernasi sebagai larva dengan cara melambatkan
proses perkembangannya (pada kondisi yang agak
perjalanan hangat di sepanjang musim dingin).
5. Kemampuan
deteksi dan
identifikasi
(diagnosis) di
tempat
pemasukan
2 Tempat pemasukan Podocarpus spp. melalui Balai
Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok
Kemampuan deteksi dan identifikasi (diagnosis) SDM,
fasilitas, alat dan bahan memadai untuk pengujian..
Jumlah pemasukan sebanyak 1.500 pohon, sehingga tidak
dapat diperiksa 100%
6. Kemampuan
membebaskan
OPTK dari
media pembawa
1 Jumlah media yang dimasukkan cukup besar dan
berbentuk bibit (pohon)
Untuk mengelemininasi hama H. magnanima adalah
dengan cara kimia menggunakan insektisida
chlofluazuron and trichlorfon (Chen and Tseng, 1988),
golongan pyrethroid (Pasternak et al., 1987),
endosulfan 35 EC atau phosalone 50 EC atau
klorpirifos 20 EC atau malathion 50 EC 1000 ml
dengan 500 L air / ha.
Bahan, peralatan dan SDM memadai sehingga secara
teknis dapat dilakukan.
Jumlah rata-
rata
14: 6 =
2,3
Risiko Sedang
Tabel 2. Penilaian Risiko menetap
Faktor yang dinilai Kategori
penilaian
Alasan
1. Ketersediaan dan
distribusi
tanaman inang
3 Homona magnanima ini dapat menyerang berbagai
tanaman inang pada lebih dari dua famili
Inang utama :
Arachis , Camellia sinensis (tea), Chrysanthemum
indicum (chrysanthemum), Citrus , Diospyros kaki
(persimmon), Eurya , Glycine , Lithocarpus edulis , Malus
domestica (apple), Nandina domestica (heavenly
bamboo), Paeonia (peonies), Paulownia tomentosa
(paulownia), Podocarpus , Prunus (stone fruit), Prunus
avium (sweet cherry), Pyrus (pears), Rhododendron
(Azalea), Rosa (roses), Solanum melongena (aubergine)
Distribusi tanaman inang tersebar luas di seluruh
wilayah Indonesia dan tersedia di sepanjang tahun
2. Bio-ekologi
(hama)
2 Mempunyai kisaran inang yang cukup luas Lingkungan abiotik (suhu dan kelembaban) sesuai untuk
perkembangan H. magnanima (CABI,2007)
Betina dewasa menunjukkan aktivitas terbang tinggi pada
15-23 ° C; ini aktivitas penerbangan dan kelangsungan hidup
menurun pada suhu di atas 25 ° C (Shirai et al, 1998;. Shirai
dan Kosugi, 2000).
3. Siklus hidup
3 Secara umum, H. magnanima memiliki 4 generasi per
tahun.
H. magnanima tidak berdiapause dan dilaporkan dapat
berhibernasi sebagai larva dengan cara melambatkan
proses perkembangannya (pada kondisi yang agak
hangat di sepanjang musim dingin).
Imago aktif pada malam hari (nokturnal). Kebanyakan
imago (jantan) terbang berkelompok di sekeliling
cahaya (sekitar pukul 22.00 - 24.00). Perkawinan
dimulai pada saat 2 hari setelah imago keluar dari pupa.
Siklus hidup imago sekitar 10 hari di musim panas dan
8-9 hari di musim semi. Imago betina meletakkan
sekitar 3-5 kelompok telur dengan rata-rata 143,6 telur
per kelompok telur. Total jumlah telur yang diletakkan
oleh satu imago betina adalah 400-700 telur. Peletakan
telur berlangsung selama 7-8 hari di musim semi dan
12-13 hari di musim panas atau dingin. Larva instar
awal sangat aktif bergerak dan mulai menyebar segera
setelah keluar dari telur. Periode larva berlangsung
selama rata-rata 30 hari, sedangkan periode pupa
berlangsung sekitar 7 hari.
Tingkat perkembangan larva dan pupa meningkat
hingga 28 ° C , tetapi menurun pada suhu 30 ° C.
Setiap imago betina dapat menghasilkan 400-700 telur.
Telur menetas sekitar 7-8 hari di musim panas dan 12-
13 hari di musim semi atau musim gugur (CABI 2007)
H. magnanima, bila masuk ke wilayah Indonesia maka
akan dapat berkembang secara optimal.
4. Kemampuan dan
metode bertahan
3 H. magnanima dilaporkan melakukan hibernasi pada
larva , dengan beberapa bentuk pertumbuhan yang
lambat di hari yang hangat selama musim dingin.
5. Kesesuaian
lingkungan
2 Lingkungan biotik :
- Ketersediaan dan distribusi tanaman inang di
Indonesia tersedia sepanjang tahun
H. magnanima berkembang optimal pada suhu 15-23 °
C; (Shirai et al, 1998;. Shirai dan Kosugi, 2000). Umur
imago sekitar 10 hari di musim semi dan 8-9 hari di
musim panas.
Suhu optimal tersebut sesuai dengan suhu di sebagian
beberapa wilayah di Indonesia
Seluruh faktor abiotik di Indonesia (kelembaban
relatif, curah hujan dan temperatur (15-23oC)
mendukung perkembangan OPT (CABI 2007).
6. Kemampuan
adaptasi
2 H. magnanima mempunyai kisaran inang yang cukup
luas sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi
Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan biotik dan
abiotik tinggi (kisaran toleransi sangat lebar)
Seluruh faktor abiotik di Indonesia (kelembaban relatif,
curah hujan dan temperatur (15-23oC) mendukung
perkembangan OPT (CABI 2007).
7. Strategi
perbanyakan/kar
akteristik
reproduksi
2 Reproduksi H. magnanima secara seksual
Secara umum, H. magnanima memiliki empat generasi
(CABI 2007).
8. Keberadaan dan
pengaruh musuh
alami
2 Ada beberapa musuh alami H. magnanima antara lain:
Ichneumonidae, chalcids (Brachymeria lasus dan B.
excarinata), tachinids, jamur entomopatogen dan virus
granulosis (Kusigemati, 1976; Sato et al, 1980;.
Kodomari, 1987; Mao dan Kunimi , 1991; Nishi dan
Nonaka, 1996).
Dilaporkan pada musim gugur, Trichogamma
confusum; tingkat maxium 80% memparasitisme telur
H. magnanima (Hangu, 1987).
Penggunaan virus granulosis diisolasi pada H.
maganinma mengakibatkan pengaruh yang signifikan
(Kodomari, 1987).
Musuh alami dan bagian fase yang diserang :
- Brachymeria lasus pada pupa
- Campoplex homonae pada larva
- Trichogramma dendrolimi pada telur
- Zenillia libatrix pada larva
- Bacillus thuringiensis aizawai pada larva
- Bacillus thuringiensis thuringiensis pada larva
- Granulosisvirus(granuloviruses) pada larva
Keberadaan musuh alami di Indonesia belum diketahui
banyak efektivitasnya
9. Kemampuan
eradikasi
3 Belum ditemukan teknik yang dapat diaplikasikan untuk
mengeradikasi H. magnanima ini.
Jumlah rata-
rata
22 : 9 =
2, 4
Risiko Sedang
Tabel 3. Penilaian terhadap risiko menyebar
Faktor yang dinilai Kategori
penilaian
Alasan
1. Kesesuaian
vegetasi alami
dan lingkungan
3 Vegetasi alami yang tersedia untuk H. magnanima
(inang tersebar luas) di beberapa tempat sehingga
dapat membantu penyebaran serangga ini.
tanaman
budidaya
2. Potensi
menyebar
melalui
komoditas
dan/atau alat
angkut
2 MP didistribusikan secara intensif ke seluruh wilayah
RI, baik jumlah/volume MP maupun frekuensinya
3. Penyebaran
melalui vektor
0 Tidak dinilai
4. Ketersediaan
organisme lain
untuk membantu
proses infeksi
0 Tidak dinilai.
5. Keberadaan dan
pengaruh musuh
alami
2 Ada beberapa musuh alami H. magnanima antara lain:
Ichneumonidae, chalcids (Brachymeria lasus dan B.
excarinata), tachinids, jamur entomopatogen dan virus
granulosis (Kusigemati, 1976; Sato et al, 1980;.
Kodomari, 1987; Mao dan Kunimi , 1991; Nishi dan
Nonaka, 1996).
Dilaporkan pada musim gugur, Trichogamma
confusum; tingkat maxium 80% memparasitisme telur
H. magnanima (Hangu, 1987).
Penggunaan virus granulosis diisolasi pada H.
maganinma mengakibatkan pengaruh yang signifikan
(Kodomari, 1987).
Musuh alami dan bagian fase yang diserang :
- Brachymeria lasus pada pupa
- Campoplex homonae pada larva
- Trichogramma dendrolimi pada telur
- Zenillia libatrix pada larva
- Bacillus thuringiensis aizawai pada larva
- Bacillus thuringiensis thuringiensis pada larva
- Granulosisvirus(granuloviruses) pada larva
Keberadaan musuh alami di Indonesia belum diketahui
banyak efektivitasnya
Jumlah rata-rata 7 : 3=
2,3
Sedang
Tabel 4. Penilaian potensi menimbulkan merugikan secara ekonomi
Faktor yang
dinilai
Hasil
penilaian
Alasan ilmiah
1. Potensi
menurunkan
2 Potensi menurunkan produksi dan nilai jual terhadap
Podocarpus spp. belum ada informasi
produksi dan
nilai jual Kehilangan pada produksi teh mencapai sekitar 11% -
55% (Cranhani JE 1966).
2. Potensi
menimbulkan
kehilangan
pasar
2 Tanaman Podocarpus spp. merupakan tanaman
landscape, pelindung dan penghijauan serta bonsai. Hal
ini belum banyak dibudidayakan dan masih terbatas
penanamannnya di Indonesia, sehingga belum ada
laporan atau informasi akan kehilangan pasar.
3. Potensi
meningkatkan
biaya
pengendalian
2 Insektisida chlofluazuron dan trichlorfon telah efektif
dalam mengurangi serangan H. Magnanima
(Chen and Tseng, 1988), dan pyrethroid juga
dilaporkan efektif (Pasternak et al., 1987).
Di Jepang, biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian
pada tanaman the mencapai US$ 500 juta (Takagi,
1978;. Sato et al, 1980).
4. Potensi
menimbulkan
kerusakan
lingkungan
1 Belum ada informasi.
5. Potensi
menimbulkan
masalah sosial
di masyarakat.
1 Di Indonesia, pada umumnya belum banyak menanam
Podocarpus spp. Pada bulan Januari 2014, di
Tangjungpinang telah menanam sebaanyak 230 pohon
Belum ada informasi terhadap masalah sosial
Jumlah Rata-
rata
8/5 = 1,6 Sedang
Tabel 5. Hasil penilaian keseluruhan H. magnanima
No. Aspek yang dinilai Nilai Kategori
1. Potensi masuk 2,3 Sedang
2. Potensi menetap 2,4 Sedang
3. Potensi menyebar 2,3 Sedang
4. Potensi menimbulkan kerugian ekonomi 1,6 Sedang
Keterangan:
Kisaran angka penilaian dari 0 sampai 3
0 : tidak memiliki risiko
1 : risiko rendah
2 : risiko sedang
3 : risiko tinggi
Hasil bagi nilai kumulatif mengikuti kaidah pembulatan ke atas
Contoh: 1,4 atau kurang menjadi 1, sedangkan 1,5 atau lebih menjadi 2
III. PENGELOLAAN RISIKO
Setelah melaksanakan AROPT terhadap OPT/OPTK H. magnanima, maka dapat
direkomendasikan sebagai bahan pertimbangan untuk mitigasi risiko sedang, sebagai
berikut :
1). Persyaratan Karantina Tumbuhan
Disertai sertifikat kesehatan tanaman/Phytosanitary Certificate;
Dimasukkan di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (BBKP Tanjung Priok);
Diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan (BBKP Tanjung Priok) untuk
keperluan tindakan karantina.
2). Kewajiban Tambahan (di negara asal)
Disertai keterangan hasil pengujian kesehatan yang menggunakan metode yang
valid;
Media pembawa berasal dari area of low pest prevalence (ALPP), atau berasal
tempat produksi bebas OPTK (PFPS);
Berasal dari produsen yang sudah diregistrasi;
Diberi perlakuan dengan insektisida chlofluazuron atau trichlorfon atau golongan
pyrethroid atau endosulfan 35 EC atau phosalone 50 EC atau klorpirifos 20 EC
atau malathion 50 EC 1000 ml dengan 500 L air / ha, dicantumkan pada PC di
kolom perlakuan;
Media pembawa harus bebas dari tanah, kompos dan kotoran lainnya;
Media pembawa dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi
infestasi OPTK;
3). Kewajiban Tambahan (di Indonesia)
Memenuhi persyaratan administratif (dilengkapi Surat Ijin Pemasukan Mentan )
IV. KESIMPULAN
Dalam rangka rencana importasi bibit tanaman Podocarpus spp. dari China ke
Indonesia, berdasarkan AROPT terdapat 1 (satu) jenis OPT. OPT tersebut adalah
Homona magnanima yang berdasarkan Permentan Nomor 93/2011 merupakan OPTK A1
golongan II.
Berdasarkan dari hasil penilaian resiko terhadap OPTK yang dapat terbawa oleh
Podocarpus spp. dari China menunjukkan resiko sedang Oleh karena itu pengelolaan
resiko berdasarkan resiko sedang
V. REKOMENDASI
Dari hasil penilaian resiko terhadap OPT/K H. magnanima, menunjukkan resiko
sedang. Oleh karena itu pengelolaan resiko berdasarkan resiko sedang.
1). Persyaratan Karantina Tumbuhan
Disertai sertifikat kesehatan tanaman/Phytosanitary Certificate (PC) dari NPPO
China yang menyebutkan bahwa bibit Podocarpus spp. bebas H. magnanima.;
Dimasukkan melalui BBKP Tanjung Priok;
Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan BBKP Tanjung
Priok untuk keperluan tindakan karantina.
2). Kewajiban Tambahan
Media pembawa berasal dari area of low pest prevalence (ALPP), atau berasal
tempat produksi bebas OPTK (PFPS);
Diberi perlakuan : insektisida chlofluazuron atau trichlorfon atau golongan
pyrethroid atau endosulfan 35 EC atau phosalone 50 EC atau klorpirifos 20 EC
atau malathion 50 EC 1000 ml dengan 500 L air / ha, dicantumkan pada PC di
kolom perlakuan;
Media pembawa harus bebas dari tanah, kompos dan kotoran lainnya;
Media pembawa dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi
infestasi OPTK.
Bibit Podocarpus spp yang dimasukkan ketinggiannya tidak melebihi 50 cm.
DAFTAR PUSTAKA
CABI International, 2007. Crop Protection Compendium. CAB International, Wallingford,
Lai CB, 1993. Study on the bionomics of Ceroplastes ceriferus Anderson in tea gardens
and its control. Entomological Knowledge, 30(6):337-338.
www.plantwise.org/knowledgebank/datasheet.aspx?dsid=40154 , 12342, 57156, 57171
www.cfextension.ifas.ufl.edu/agriculture/nursery_production/documents/Podocarpus.pdf www.tanjungpinangpos.co.id › BERITA › BERITA UTAMA. 5 Januari 2014