draf laporan operasional (dgn catatan pak farxid)

26
PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 1 KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN ASET POTENSI PERAIRAN BUDIDAYA DAN KEBUN BIBIT Kabupaten Banggai Kepulauan secara geografis terletak pada Cluster Tiga yaitu “Teluk Tolo”. Kabupaten Bangkep memiliki potensi perairan terluas yaitu sekiar 29,28 % dari luas potensi perairan budidaya rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah. Luas potensi perairan “Budidaya” seluas 138.454 ha, estimasi produksi 4,8 juta ton/tahun dan “Kebun Bibit” seluas 5.457 ha, estimasi produksi 302.229 ton/tahun. Secara administrasi potensi perairan “Budidaya” sebagai besar terdapat di Kecamatan Bokan Kepulauan (37%) dan Kecamatan Bangkurung (25%). Sedangkan potensi perairan “Kebun Bibit” sebagai besar terdapat di Kecamatan Buko Selatan (35%) Kecamatan Bulagi (21%) dan Kecamatan Peling Tengah (13%).. Secara rinci potensi perairan budidaya dan kebun bibit disajikan pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.1. Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Upload: agha-rafie

Post on 15-Feb-2015

47 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Lapran Operasioal Masterplan Rumput Laut

TRANSCRIPT

Page 1: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 1

KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

ASET

POTENSI PERAIRAN BUDIDAYA DAN KEBUN BIBIT

Kabupaten Banggai Kepulauan secara geografis terletak pada Cluster Tiga yaitu “Teluk Tolo”.

Kabupaten Bangkep memiliki potensi perairan terluas yaitu sekiar 29,28 % dari luas potensi perairan

budidaya rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah. Luas potensi perairan “Budidaya” seluas 138.454 ha,

estimasi produksi 4,8 juta ton/tahun dan “Kebun Bibit” seluas 5.457 ha, estimasi produksi 302.229

ton/tahun. Secara administrasi potensi perairan “Budidaya” sebagai besar terdapat di Kecamatan Bokan

Kepulauan (37%) dan Kecamatan Bangkurung (25%). Sedangkan potensi perairan “Kebun Bibit”

sebagai besar terdapat di Kecamatan Buko Selatan (35%) Kecamatan Bulagi (21%) dan Kecamatan Peling

Tengah (13%).. Secara rinci potensi perairan budidaya dan kebun bibit disajikan pada Tabel 1.1. dan

Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Potensi Perairan Budidaya dan Kebun Bibit di Kabupaten Banggai Kepulauan

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 2: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 2

Tabel 1.1 Luas Potensi Perairan Budidaya dan Kebun Bibit Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Kepulauan

No KECAMATAN

BUDIDAYA KEBUN BIBIT

POTENSI PERAIRAN PRODUKSI POTENSI PERAIRAN PRODUKSI

(ha) (unit) (ton/th) (ha) (unit) (ton/th)

1 Banggai 2,375 5,622 82,229 286 678

2 Banggai Selatan 4,733 11,203 163,866 - -

3 Banggai Tengah 2,587 6,124 89,570 139 328

4 Banggai Utara 1,321 3,127 45,739 - -

5 Bangkurung 35,035 82,923 1,212,916 - -

6 Bokan Kepulauan 51,712 122,395 1,790,262 - -

7 Buko 1,125 2,663 38,949 20 48

8 Buko Selatan 4,223 9,995 146,192 1,913 4,529

9 Bulagi 1,702 4,028 58,911 1,198 2,836

10 Bulagi Selatan 3,517 8,324 121,756 205 484

11 Bulagi Utara 2,049 4,851 70,953 109 258

12 Labobo 7,901 18,700 273,518 - -

13 Liang 8,603 20,363 297,850 122 288

14 Peling Tengah 2,132 5,045 73,796 741 1,753

15 Tinangkung 2,346 5,553 81,228 210 498

16 Tinangkung Selatan 4,259 10,080 147,439 515 1,218

17 Tinangkung Utara 1,052 2,489 36,405 - -

18 Totikum 1,047 2,477 36,231 - -

19 Totikum Selatan 735 1,740 25,454 - -

Total 138,454 327,701 4,793,265 5,457 12,917

Estimasi Produksi

Kabupaten Banggai Kepulauan merupakan daerah penghasil rumput laut terbesar di Provinsi Sulawesi

Tengah. Produksi rumput laut basah tahun 2010 sebesar 303.909 ton atau menyumbangkan sebesar

37,52%. Apabila potensi perairan yang dimiliki daerah ini dimanfaatkan secara optimal, maka potensi

produksi rumput laut basah yang dihasilkan adalah sekitar 5,1 juta ton/tahun. Target pemerintah daerah

untuk meningkatkan produksi rumput laut dalam jangka pendek (5 Tahun) sebesar 10% dan target jangka

panjang sebesar 20 % dari produksi saat ini. Untuk mencapai target produksi jangka pendek maka

peningkatan pemanfaatan luas perairan sebesar 876 ha dan jangka panjang seluas 1.751 ha. Kebutuhan

bibit rumput laut dalam jangka pendek adalah sebanyak 66.679 ton/tahun yang diproduksi oleh kebun bibit

seluas 1.204 ha dan untuk jangka panjang sebanyak 72.742 ton/tahun yang diproduksi oleh kebun bibit

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 3: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 3

seluas 1.313 ha. Secara rinci luas pemanaatan perairan, luas kebun bibit untuk target produksi jangka

pendek dan jangka panjang disajikan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Luas Potensi Kesesuaian, Daya Dukung Perairan dan Jumlah Unit Budidaya Rumput Laut Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Kepulauan

Keragaan Satuan Tahun 2012 PROYEKSI5 Tahun 10 Tahun

Potensi Lahan Perairan Budidaya ha 138,454 138,454 138,454Pemanfaatan Perairan ha 8,756 9,631 10,507Volume Produksi ton 303,090 333,399 363,708Peluang Pengembangan ha 149,380 128,822 127,946Kebutuhan Bibit ton 60,619 66,679 72,742Kebutuhan Luas Kebun Bibit ha 1,094 1,204 1,313

Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah tenaga kerja yang dapat diserap pada masing-

masing kegiatan budidaya pada setiap unit budidaya. Mengacu pada asumsi keragaan rumput laut, dimana

tiap satu unit budidaya per-siklus membutuhkan tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang pemelihara dan 16

orang tenaga kerja harian/musim dan dalam 1 ha terdapat 2 unit budidaya maka tiap 1 ha lahan dibutuhkan

32 orang tenaga kerja yang terdiri dari 4 orang pemelihara dan 112 orang buruh harian/musiman. Kagiatan

budidaya rumput laut di wilayah kajian setiap tahunnya terdiri dari 4 siklus, sehingga secara keseluruhan

jumlah serapan tenaga kerja dari kegiatan budidaya rumput laut (orang/tahun/ha) adalah sebanyak 16

orang tenaga kerja pemelihara dan 128 orang tenaga kerja harian/musiman. Secara lebih rinci data

perhitungan jumlah tenaga kerja dan nilai manfaat ekonomi dari penyerapan tenaga kerja disajikan pada

table berikut.

Jenis Tenaga Kerja Satuan

Kondisi Eksisting

Target Jangka Pendek

Target Jangka Menengah

1 s/d 5 Tahun 6 s/d 10 TahunBuruh Persiapan Lahan orang 331,586 364,745 397,903Buruh Pengikat Bibit orang 414,483 455,931 497,379BuruhTanam orang 165,793 182,372 198,952Buruh Panen dan Jemur orang 414,483 455,931 497,379

Tenaga Pemeliharaan orang 165,793 182,372 198,952

STANDAR BAGI 1 (SATU) UNIT PABRIK DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT :

- KAPASITAS PRODUKSI 3 TON/HARI (KERING) – UNTUK SKALA DAERAH

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 4: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 4

- DISUPLAI DARI LAHAN PRODUKSI SELUAS 180 HEKTAR, YANG DIDUKUNG DENGAN KEBUN BIBIT SELUAS 35 HEKTAR.

- TOTALAN KETERLIBATAN TENAGA KERJA MULAI DARI ZONA 1 SAMPAI DENGAN ZONA 3 (ZONA 1, 2, 3) BERDASARKAN STANDAR PENGALAMAN LAPANGAN ADALAH 715 ORANG.

- KHUSUS PADA ZONA 3 SEKITAR 100 ORANG DARI TOTALAN 715 ORANG TERSEBUT.

Dengan mengetahui banyaknya jumlah tenaga kerja dari kegiatan budidaya rumput laut

(orang/tahun/hektar) dan besarnya upah dari masing-masing tenaga kerja, maka dapat diketahui besarnya

nilai manfaat ekonomi dari penyerapan tenaga kerja budidaya rumput laut setiap tahunnya

(Rp/orang/tahun/hektar). Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana disajikan pada table diatas,

diketahui bahwa besarnya nilai manfaat ekonomi dari terciptanya lapangan kerja melalui kegiatan budidaya

rumput laut tiap unitnya adalah sebesar Rp. 3.350.000. Bila nilai tersebut dikonversikan dengan jumlah

unit budidaya per-hektar dan jumlah siklus yang dijalankan tiap tahunnya, maka diperoleh jumlah nilai

manfaat ekonomi dari penyerapan tenaga kerja/ha setiap tahunnya sebesar Rp. 26.800.000.

Kelayakan Usaha dan Investasi

Berdasarkan hasil analisis usaha diketahui bahwa usaha budidaya rumput laut di wilayah kajian cukup

menguntungkan dari segi finansial dan layak untuk dikembangkan. Prospek pengembangan usaha

budidaya dianalisis dengan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV (Net Present Value), dan

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan cash flow selama 3

tahun dengan suku bunga 14% diperoleh hasil manfaat bersih sekarang (Net Present Value) sebesar Rp.

7.405.233. Angka tersebut menunjukkan bahwa hasil bersih yang diperoleh selama 3 Tahun kedepan,

dihitung dengan nilai saat ini adalah sebesar Rp. 7.405.233. Dengan kata lain, secara finansial untuk

kegiatan budidaya rumput laut memberikan manfaat bersih yang positif (menguntungkan).

Nilai net B/C sebesar 1,27, artinya infestasi pada usaha ini menberikan manfaat bersih 1,74 kali lipat dari

biaya yang dikeluarkan. Sedangkan nilai keuntungan internal (Internal Rate Of Return) dari investasi yang

ditanam sebesar 36,02% lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku. Melihat hasil finansial

investasi yang terdiri dari NPV, dan Net B/C tersbut menunjukkan bahwa secara finansial kegiatan

investasi budidaya rumput laut tersebut layak untuk dikembangkan. Berdasarkan asumsi bahwa setiap

tahun usaha budidaya rumput laut di wilayah kajian tersebut menghasilkan keuntungan yang tetap, maka

akan dihasilkan Pay Back Periodsebesar 2,48 siklus atau setara dengan 0,62 tahun.

HASIL

KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN RUMPUT LAUT

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 5: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 5

Analisis Keberlanjutan Pembangunan Industri Rumput Laut (PIR-RL) dilakukan dengan

pendekatan multidimensional scaling (MDS) yang menggunakan RAP-PIRL, merupakan tools yang

dimodifikasi dari RAPFISH untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap (Pitcher dan Preikshot

2001). Analisis Rap-PIRL dilakukan terhadap ketiga zona pembangunan rumput laut yaitu zona 1

(budidaya), zona 2 (pasca panen) dan zona 3 (industri pengolahan hasil) dan 5 (lima) dimensi yaitu

dimensi ekologi dan bahan baku, dimensi sosial dan budaya, dimensi ekonomi, dimensi teknologi dan

infrastruktur dan dimensi kelembagaan dan hukum. (TIDAK PERLU DITULIS LAGI)

Hasil analisis MDS terhadap status kelima dimensi pembangunan industri rumput laut pada 3 (tiga) zona di

Kabupaten Banggai Kepulauan disajikan pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9Indeks Keberlanjutan Kelima Dimensi Menurut Zona di Kab. Banggai Kepulauan

GAMBAR DIAGRAM LAYANG2 TSB KOK BERBEDA TAMPILANNYA DARI YG SEBELUM2NYA..? LEBIH BAGUS PAKE STANDAR SAJIAN SEBELUMNYA YAITU DIAGRAM WARNA BIRU DGN PERPOTONGAN GARIS DIAGONAL DI DALAM SEGILIMA. (SUDAH SESUAI DENGAN STANDAR SOFTWARE YG DIGUNAKAN).

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 6: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 6

Status Keberlanjutan Zona Satu (Zona Budidaya dan Bahan Baku)

Status keberlanjutan pembangunan rumput laut pada “Zona Satu” adalah “Cukup Berkelanjutan”, yaitu

dengan nilai indeks multidimensi sebesar “54,09”. Tiga dimensi memiliki nilai indeks dan status kurang

berkelanjutan yaitu: Teknologi dan Infra Struktur; Hukum Kelembagaan dan Sosial Budaya.

Status keberlanjutan dapat ditingkatkan dari kondisi saat ini melaui intervensi kebijakan pada setiap

dimensi dan atribut sensitive (Leverage attribute). Perbaikan terhadap atribut yang memberikan nilai

sensitif tinggi dan berpengaruh negatif terhadap keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut, harus

dilakukan dan ditingkatkan, sehingga nilai indeks dan status keberlanjutan dapat meningkat. Interaksi antar

atribut kunci akan menjadi pertimbangan dalam penentuan strategi pengelolaan dimasa yang akan datang.

STATUS KEBERLANJUTAN PERLU DILENGKAPI DENGAN LEVERAGE DAN ATRIBUT DITAMPILKAN MENGGUNAKAN SIMBOL WARNA (MERAH, KUNING, HIJAU) SEBAGAIMANA PERNAH DIARAHKAN SEBELUMNYA DAN TELAH DICONTOHKAN DALAM SETIAP BAHAN PAPARAN. LALU TINDAKLANJUTNYA APA DARI STATUS KEBERLANJUTAN YANG DIHASILKAN JUGA HARUS DISAJIKAN.

Status Keberlanjutan Zona Dua (Zona Pascapanen)

Status keberlanjutan pembangunan rumput laut pada “Zona Dua” adalah “Cukup Berkelanjutan”, yaitu

dengan nilai indeks multidimensi sebesar “50,15”. Dua dimensi memiliki nilai indeks dan status kurang

berkelanjutan yaitu: Teknologi Infrastruktur dan Hukum Kelembagaan.

Status keberlanjutan dapat ditingkatkan dari kondisi saat ini melaui intervensi kebijakan pada setiap

dimensi dan atribut sensitive (Leverage attribute). Perbaikan terhadap atribut yang memberikan nilai

sensitif tinggi dan berpengaruh negatif terhadap keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut, harus

dilakukan dan ditingkatkan, sehingga nilai indeks dan status keberlanjutan dapat meningkat. Interaksi antar

atribut kunci akan menjadi pertimbangan dalam penentuan strategi pengelolaan dimasa yang akan datang

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 7: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 7

Status Keberlanjutan Zona Tiga (Zona Industri Pengolahan)

Status keberlanjutan pembangunan rumput laut pada “Zona Tiga” adalah “Kurang Berkelanjutan”, yaitu

dengan nilai indeks multidimensi sebesar “48,17%”. Tiga dimensi memiliki nilai indeks dan status kurang

berkelanjutan yaitu: Teknologi dan Infra Struktur; Hukum Kelembagaan dan Sosial Budaya.

Status keberlanjutan dapat ditingkatkan dari kondisi saat ini melaui intervensi kebijakan pada setiap

dimensi dan atribut sensitive (Leverage attribute). Perbaikan terhadap atribut yang memberikan nilai

sensitif tinggi dan berpengaruh negatif terhadap keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut, harus

dilakukan dan ditingkatkan, sehingga nilai indeks dan status keberlanjutan dapat meningkat. Interaksi antar

atribut kunci akan menjadi pertimbangan dalam penentuan strategi pengelolaan dimasa yang akan datang.

STRATEGI PENINGKATAN KEBERLANJUTAN

Penyusunan strategi pengembangan pada zona-zona dilakukan dengan melihat interaksi antara kelima

dimensi keberlanjutan pembangunan rumput laut. Permasalahan pembangunan rumput laut bersifat

kompleks dengan banyak faktor (atribut) yang mempengaruhi keberlanjutannya. Strategi yang perlu

dilakukan untuk meningkatkan nilai indek dan status keberlanjutan untuk jangka pendek dalam jangka

waktu 5 tahun dan untuk jangka panjang alam jangka waktu 10 tahun.

Strategi Pengelolaan Zona Satu (Zona Budidaya dan Bahan Baku)

Berdasarkan analisis keberlanjutan pembangunan rumput laut pada Zona Satu (Zona Budidaya), Tiga

dimensi yang memiliki nilai indeks kurang berkelanjutan yaitu: Teknologi dan Infra Struktur; Hukum

Kelembagaan dan Sosial Budaya. Berikut ini adalah rumusan strategi yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan status keberlanjutan dari kondisi saat ini untuk masing-masing dimensi dengan tetap

memperhatikan interaksi antar atribut

Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

Berdasarkan hasil analisis MDS terdapat 3 (tiga) atribut yang memiliki leverage faktor paling sensitif pada

dimensi teknologi infrastruktur adalah sebagai berikut:

Peningkatan Penguasaan dan Alih Teknologi

Rendahnya Penguasaan dan Alih Teknologi, merupakan salah satu leverage kunci pada dimensi

teknologi dan infrastruktur. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi “Peningkatan Penguasaan dan

Alih Teknologi”, dapat dilakukan melalui program sebagai berikut:

1) Peningakatan penguasaan teknologi pembibitan rumput laut melalui pelatihan, penyuluhan,

kampanye, studi banding, magang kerja;

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 8: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 8

2) Peningakatan penguasaan teknologi pembudidayaan rumput laut melalui pelatihan, penyuluhan,

kampanye, studi banding, magang kerja;

3) Peningakatan penguasaan teknologi pemanenan dan pengeringan rumput laut melalui pelatihan,

penyuluhan, kampanye, studi banding, magang kerja;

4) Pembuatan media pembelajaran berupa paket teknologi pembibitan, pembudidayaan, pemanenan

dan pengeringan rumput laut yang aplikatif dan dapat diakses dengan mudah oleh petani

pembudidaya;

5) Percepatan alih teknologi melalui desiminasi paket teknologi pembibitan, pembudidayaan,

pemanenan dan pengeringan rumput laut yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan petani

pembudidaya;

6) Pendirian sekolah lapang untuk meningkatkan penguasaan teknologi mempercepat alih teknologi

kepada petani pembudidaya;

7) Peningkatan jumlah peyuluh perikanan budidaya untuk mempercepat proses alih teknologi pada

daerah sentra pengembangan budidaya rumpt laut minimal tempatkan 1 orang peyuluh tiap

kecamatan;

Peningkatan Sarana Pemanenan dan Pengangkutan

“Minimnya Sarana Pemanenan dan Fasilitas Pengangkutan Hasil Panen”, merupakan salah satu

leverage kunci pada dimensi teknologi dan infrastruktur. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi

“Peningkatan Sarana Pemanenan dan Fasilitas Pengangkutan Hasil Panen”, dapat dilakukan melalui

beberapa program dan rencana aksi, yaitu sebagai berikut:

1) Pelatihan teknik, metode serta alat yang digunakan untuk pemanenan rumput laut yang sesuai

dengan standar SNI dan persyaratan bahan baku industri;

2) Pemberian paket bantuan alat panen rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan

industri pengguna bahan baku;

3) Pelatihan teknik, metode serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengangkutan hasil

panen rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan bahan baku industri;

4) Pemberian paket bantuan sarana dan prasarana pengengkutan hasil panen rumput laut yang sesuai

dengan standar SNI dan persyaratan industri pengguna bahan baku;

5) Pembangunan tempat tambat perahu untuk mendaratkan perahu dalam pengangkutan hasil panen

rumput laut

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 9: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 9

Peningkatan Fasilitas Pengeringan

“Minimnya Fasilitas Pengeringan”, merupakan salah satu leverage kunci pada dimensi teknologi dan

infrastruktur. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi “Peningkatan Fasilitas Pengeringan”, dapat

dilakukan melalui beberapa program dan rencana aksi, yaitu sebagai berikut:

1) Pemberian paket bantuan sarana pengangkutan dari tempat tambat perahu ke tempat penjemuran;

2) Pemberian paket bantuan fasilitas penjemuran yang sesuai standar SNI dan persyaratan industri

pengguna bahan baku. Jenis fasilitas pengeringan akan disesuaikan dengan karakteristik wilayah.

3) Pembangunan tempat penjemuran kolektif sesuai SNI & persyaratan industri pengguna bahan baku;

Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Terdapat 3 atribut yang memiliki leverage faktor paling sensitif pada dimensi Hukum dan Kelembagaan:

Penguatan Kapasistas Kelembagaan Pembudidaya

Rendahya Kapasitas Kelembagaan Pembudidaya, merupakan salah satu leverage kunci kunci pada

dimensi hukum dan kelembagaan. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi “Penguatan Kapasitas

Kelembagaan Pembudidaya” dapat dilakukan melalui program sebagai berikut:

1) amfasilitasi pertemuan rutin secara berkala setiap musim tanam atau musim panen sebagai media

untuk melakukan urun rembuk,berbagi pengalaman dan informasi tentang budidaya rumput laut;

2) melaksanakan pelatihan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok pembudidaya;

3) Menginisiasi terbentuknya asosiasi pembudidaya rumput laut sebagai wadah membangun jaringan

antara kelompok petani rumput laut dengan stakeholder lainyya

4) Membangun hubungungan kemitraan antara kelompok pembudidaya dengan asosiasi pedagang

perantara untuk memberikan jaminan kepastian pasar dan stabilitas harga rumput laut;

Pembentukan Lembaga Penjamin Kebutuhan Sarana dan Prasasarana

Belum ada Lembaga Penjamin Kebutuhan Sarana dan Prasasarana, merupakan salah satu leverage

kunci pada dimensi hukum dan kelembagaan. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi

“Pembentukan Lembaga Penjamin Kebutuhan Sarana dan Prasarana” dapat dilakukan melalui program :

1) Melakukan kajian dan penelitian untuk mendapatkan format dan bentuk lembaga penjamin kebutuhan

sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani pembudidaya;

2) Menfasilitasi pertemuan stakeholder (instansi pemerintah, asosiasi pembudidaya, asosiasi, industri

pengolahan rumput laut, dunia perbankan, program CSR, dll) untuk mendesain bentuk lembaga

penjamin kebutuhan sarana prasarana bagi pembudidaya sesuai kondisi & kebutuhan pembudidaya.

3) Menginisiasi dan menfasilitas terbentuknya lembaga penjamin kebutuhan sarana dan prasarana

sesuai dengan rekomendasi hasil kajian dan pertemuan stakeholder;

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 10: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 10

4) Penguatan kapasitas kelembagaan penjamin kebutuhan sarana prasarana bagi pembudidaya RL;

5) Mensosialiasikan lembaga penjamin kebutuhan sarana dan prasarana kepada petani pembudidaya

dan menginisiasi terbentuknya unit-unit lembaga penjamin modal pada daerah-daerah (pada level

kecamatan dan desa) sentra pengembangan usaha budidaya rumput laut

Pembentukan Lembaga Penjamin Pasar

“Belum ada Lembaga Penjamin Pasar dan Stabilitas Harga” bagi petani pembudidaya untuk

memperoleh jaminan kepastian dalam mengembangkan kegiatan budidaya, merupakan salah satu

leverage kunci pada dimensi hukum dan kelembagaan, Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi

“Pembentukan Lembaga Penjamin Pasar” dapat dilakukan melalui program sebagai berikut:

1) Melakukan kajian dan penelitian untuk mendapatkan format dan bentuk lembaga penjamin pasar dan

stabilitas harga rumput laut saat panen;

2) Menfasilitasi pertemuan stakeholder (instansi pemerintah, asosiasi pembudidaya, asosiasi, industri

pengolahan rumput laut, dunia perbankan, program CSR,dan lain-lain) untuk mendesain bentuk

lembaga penjamin pasar dan stabilitas harga yang dapat mengakomodir kepentingan para

stakeholder yang ada.

3) Menginisiasi dan menfasilitas terbentuknya lembaga pasar yang sesuai dengan rekomendasi hasil

kajian dan pertemuan stakeholder;

4) Mensosialiasikan lembaga penjamin pasar kepada petani pembudidaya, sehingga akan

membangkitkan gairah bagi pembudidaya untuk mengembangkan usaha budidayanya

Dimensi Sosial Budaya

Berdasarkan hasil analisis MDS terdapat 3 (tiga) atribut yang memiliki leverage faktor paling sensitif pada

dimensi Sosial Budaya adalah sebagai berikut:

Penetapan Standar Kualitas Produk

“Tingginya Tingkat Ketergantungan Petani Rumput Laut Terhadap Punggawa” merupakan salah satu

leverage kunci pada dimensi Sosial Budaya. Kondisi ini menyebabkan besarnya pengaruh

penggawa dalam penentuan kualitas hasil panen. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi

“Penetapan Standar Kualitas Rumput Laut” yang dihasilkan oleh petani.

Peningkatan Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Petani Rumput Laut

Rendahnya Tingkat Pendidikan Petani Rumput Laut, merupakan salah satu leverage kunci pada

dimensi Sosial Budaya. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi peningkatan pendidikan melalui

peningkatan keterampilan serta wawasan tentag budidaya rumput laut melalui penyuluhan,

pelatihan dan sosialisasi pengembangan teknologi budidaya rumput laut.

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 11: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 11

Peningkatan Peran Pemuka Masyarakat

Rendahnya Peran Pemuka Masyarakat, merupakan salah satu leverage kunci pada dimensi Sosial

Budaya. Oleh karena itu maka maka diperlukan strategi peningkatan peran pemuka masyarakat untuk

mendorong pengembangan budidaya rumput laut, melalui program sebagai berikut:

1) Pendekatan personal terhadap pemuka masyarakat untuk turut serta dalam pengembangan

kegiatan budidaya dan pemanfaatan potensi wilayah;

2) Pemberian insentif atau reword kepada pemuka masyarakat atas peran seta dalam membantu

pengembangan budidaya rumput laut;

TINDAK LANJUT

Rencana Aksi dan Indikasi Program

Berdasarkan strategi pembangunan industri rumput laut yang disusun dengan menggunakan hasil analisis

atribut penting (sensitif) pada kelima dimensi setiap zona per kabupaten/kota, disusun indikasi program

untuk meningkatkan indeks status keberlanjutan. Indikasi program yang disusun mengikut prinsip SMART

(Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, dan Time Limited atau Time Bound).

Indikasi program pembangunan industri rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah berisi kegiatan-kegiatan

yang diusulkan dalam jangka waktu 5 tahun da 10 tahun ke depan. Penyusunan prioritas dari strategi yang

ada serta penyusunan prioritas program untuk suatu strategi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)

kesepakatan di antara stakeholder kunci; dan (2) menggunakan metode Analytical Hierarchy Process

(AHP). Dari program dan kegiatan tersebut dapat disusun matriks indikasi program pembangunan industri

rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah yang menunjukkan lokasi, sumber pendanaan dan instansi

pelaksananya. Indikasi Program pengembangan rumput laut di Provinsi Sulawesi disajikan pada Tabel.

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 12: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 12

Assalaamualikumwrb..Pak Marzuki..

Terlampir file Draft Laporan Operasional yg dulu Bpk kirim dan Sayatambahkan di dalamnya dengan catatan-catatan usulan perbaikan dari Pak

Farid (Kalimat Berwarna Merah). Lalu ada juga Kalimat Berwarna Biruuntuk ditambahkan sebagai Judul Sub Bab dari Laporan tsb (Ada 3

Kelompok Penyajian, yaitu ASET, HASIL, dan TINDAK LANJUT).Mohon bantuan Bpk utk menindaklanjutinya.

Menurut saya, Draft Laporan dari Bpk utk 1 Kab Bangkep sudah cukupmengena dengan arahan Pak Farid, hanya perlu dilengkapi dgn leveragedan simbol-simbol warna pada status keberlanjutan dari masing-masing

atribut.Kalo soal meringkas menjadi 3-4 halaman per kabupaten, nanti Pak Farid

bisa untuk membantu meringkasnya.

Oiya, mohon maaf jika saya perlu mengajukan usulan dan permohonanbantuan sekali lagi ke Bpk, sebagai berikut :

Jika Bpk berkenan meluangkan waktu beberapa hari untuk fokusmerampungkan lokasi kabupaten lainnya hingga tuntas, menurut saya

dapat lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan kita mendatangkan lagibu Hasni atau orang lain untuk menyelesaikannya. Karena pastinya Bpk

sudah menguasai betul data-data yang kita miliki dan sudah tau betularah finishingnya. Untuk itu alokasi biaya mendatangkan Bu Hasni atauorang lain bisa kita manfaatkan untuk menambah honor atau keperluan

operasional Bpk.Mohon perkenan dan bantuan Bpk.

Terima kasih.Andri Sofyan.

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 13: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 13

No Strategi Indikasi Program Rencana Aksi LokasiTahun ke Instansi

Pelaksana1 2 3 4 5

Dimensi Teknologi dan Infrastruktur1 Peningkatan

penguasaan teknologi dan mempercepat proses alih teknologi kepada petani pembudidaya

1. Peningkatan pengusaan dan keterampilan teknologi budidaya rumput laut

1. Pelatihan teknologi pembenihan, budidaya, pemanenan, pengeringan rumput laut berdasarkan SNI dan standar industri pengguna

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

2. Pelatihan teknologi pembenihan, budidaya, pemanenan, pengeringan rumput laut berdasarkan SNI dan standar industri pengguna

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

3. Studi banding teknologi pembenihan, budidaya, pemanenan, pengeringan rumput laut ke daerah lain yang telah menerapkan teknologi SNI dan standar industri pengguna

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

4. Studi banding teknologi pembenihan, budidaya, pemanenan dan pengeringan rumput laut ke daerah lain yang telah menerapkan teknologi SNI dan standar industri pengguna

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

2. Percepatan proses alih teknologi budidaya rumput

5. Pembuatan media pembelajaran berupa paket teknologi pembibitan, pembudidayaan, pemanenan dan pengeringan rumput laut yang aplikatif dan dapat diakses dengan mudah oleh petani pembudidaya;

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

6. Percepatan alih teknologi melalui desiminasi paket teknologi pembibitan, pembudidayaan, pemanenan dan pengeringan rumput laut yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan petani pembudidaya

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 14: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 14

No Strategi Indikasi Program Rencana Aksi LokasiTahun ke Instansi

Pelaksana1 2 3 4 57. Pendirian sekolah lapang untuk

meningkatkan penguasaan teknologi mempercepat alih teknologi kepada petani pembudidaya

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

8. Peningkatan jumlah penyuluh perikanan budidaya untuk mempercepat proses alih teknologi pada daerah sentra pengembangan rumput laut minimal tempatkan 1 orang penyuluh tiap kecamatan

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

3 Peningkatan fasilitas penjemuran

1. Peningkatan sarana dan sarana penjemuran

1. Pemberian paket bantuan sarana pengangkutan dari tempat tambat perahu menuju tempat penjemuran

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP koperasi, BKPMD, UKM

2. Pemberian paket bantuan fasilitas penjemuran yang sesuai standar SNI dan persyaratan industri pengguna bahan baku. Jenis fasilitas pengeringan disesuaikan dengan karakteristik wilayah

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP koperasi, BKPMD, UKM

3. Pembangunan tempat penjemuran kolektif yang sesuai standar SNI dan persyaratan industri pengguna bahan baku

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP koperasi, BKPMD, UKM

Peningkatan sarana peemanenan dan fasilitas pengangkutan hasil panen

2. Penerapan teknik pemanenan dan penggunaan alat panen sesuai standar

1. Pelatihan teknik, metode serta alat yang digunakan untuk pemanenan rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan bahan baku industri

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

2. Pemberian paket bantuan alat panen rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan industri pengguna

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 15: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 15

No Strategi Indikasi Program Rencana Aksi LokasiTahun ke Instansi

Pelaksana1 2 3 4 5bahan baku

3. Peningkatan sarana dan prasarana pengangkut hasil panen

3. Pelatihan teknik, metode serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengangkutan hasil panen rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan bahan baku industri

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

4. Pemberian paket bantuan sarana dan prasarana pengengkutan hasil panen rumput laut yang sesuai dengan standar SNI dan persyaratan industri pengguna bahan baku

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

5. Pembangunan tempat tambat perahu untuk mendaratkan perahu dalam pengangkutan hasil panen rumput laut

Kecamatan Bokan Kepulauan dan

Kecamatan Bangkurung

x x x DKP, KKP,

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Page 16: Draf Laporan Operasional (Dgn Catatan Pak Farxid)

PT. PILAR ARTHA NUGRAHA J.O. PT. MULTI KARSA MADATAMA 6 - 16

NILAI INDEKS MULTIDIMENSI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

ZONA I ZONA IIZONA

III 53,55 70.00 40.29

DIMENSI LEVERAGE ATRIBUTEKONOMI 1.

Masterplan Pengembangan Rumput Laut di Sulawesi Tengah