dpkp 2
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
ACARA 3
ALAT PERAGA PENYULUHAN
Disusun oleh :
ADYA DWI CAHYA (12042)
ANDIKA RAKHMANDA (12074)
DIKRA ARDALANGIT (12025)
MOH. ALI FATA SEKNUN (12029)
RAHAJENG CAHYA RATRI (12113)
ZEIN ARIF FAISAL (12071)
LABORATORIUM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
II. PERMASALAHAN PETANI
Upaya penanggulangan kemiskinan memang tak selamanya berjalan dengan lancar.
Berbagai macam kendala dan hambatan banyak ditemui dalam proses tersebut. Hal ini juga
dialami oleh BKM panggung Harjo. Secara umum, BKM panggung harjo memiliki dua
sektor usaha yakni peternakan dan perikanan. Umumnya usaha budidaya kambing etawa
yang merupakan sub sektor dari sektor peternakan berjalan dengan baik. Hal ini didukung
dengan adanya tenaga ahli berupa dokter hewan, dan proses budidaya yang tidak terlalu rumit
yang mencakup pemberian pakan rutin, penjagaan kebersihan serta adanya kepercayaan
kepercayaan yang besar oleh lembaga permodalan (bank, dll) untuk memberikan modal.
Berbeda dengan sektor perikanan, BKM panggung Harjo masih menemui berbagai macam
kendala. Permasalahan utama dari sektor perikanan BKM panggung harjo adalah kurangnya
modal usaha dan minimnya aktivitas penyuluhan dan sosialisasi tentang proses budidaya
ikan yang baik dan benar sehingga pengetahuan akan pengelolaan ikan yang baik masih
sangat minim.
Minimnya Modal Usaha
Usaha budidaya ikan merupakan gagasan yang baru pada upaya penanggulangan
kemiskinan di daerah yogyakarta. Budidaya ikan yang ada pada wilayah ini dimulai pada
tahun 2006. Adanya perikanan budidaya yang berbasis komoditas saat ini hanya sampai pada
upaya untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (pengangguran) dan
masyarakat yang tergolong berpenghasilan dibawah rata-rata. Sehingga seringkali ditemukan
bahwa usaha perikanan adalah alternatif untuk menjawab tuntutan masyarakat terhadap
sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan pengamatan dan hasil observasi
yang dilakukan pada berbagai wilayah yang terdapat aktivitas perikanan budidaya, modal
usaha yang diperoleh untuk menjalankan proses perikanan budidaya hanya bersumber dari
pemerintah atau instansi yang bertanggung jawab terhadap sektor perikanan. Banyaknya
masyarakat yang berminat untuk terjun dalam bidang ini menjadi faktor minimnya modal
yang diberikan oleh pemerintah karena keterbatasan dana. Akhirnya peningkatan hasil yang
diperoleh dari usaha perikanan budidaya cenderung berjalan lamban dan perkembangan
usaha perikanan budidaya sulit untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi hingga ke skala
industri dengan produktivitas yang tinggi. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kurangnya
kepercayaan dari lembaga permodalan seperti bank, dan lembaga-lembaga lainnya dalam
memberikan modal usaha.
Selain itu, pengelolaan perikanan berbasis budidaya masih mengalami kendala pada
proses administrasi dan belum memiliki analisis usaha yang jelas. Dilain pihak, persyaratan
lembaga penyedia modal sangat mengutamakan adanya administrasi dan keterangan
mengenai kejelasan analisis usaha. Masyarakat pembudidaya yang notabene tingkat
pendidikannya rendah sangat mengalami kesulitan terhadap persyaratan yang diberikan
lembaga permodalan tersebut.. Barunya program dan kebijakan pemerintah akan kemiskinan
lewat usaha perikanan budidaya memang membutuhkan proses yang lama. Oleh karena
sifatnya tergolong percobaan maka usaha perikanan budidaya secara umum belum mendapat
perhatian serius. Tidak seperti sektor lain yang telah berkembang lama, indikator penilaian
terhadap kesuksesan usahanya telah jelas. Peningkatan produksi dan perkembangan usaha
juga telah menjadi bahan pertimbangan lembaga permodalan. Untuk itulah modal pada usaha
perikanan budidaya masih digolongkan hambatan yang harus mendapat perhatian khusus.
Teknologi sangat diperlukan untuk kegiatan budidaya perikanan, untuk memenuhi
kebutuhan teknologi tersebut pembudidaya membutuhkan bantuan pinjaman dari pihak bank.
Namun dari pihak bank sendiri masih ragu memberikan bantuan tersebut karena mereka
dianggap belum mampu mengelola teknologi tersebut dengan baik.
Masalah:
- Proses sulit (butuh teknologi), masyarakat pelaksana tidak begitu paham sehingga
bank khawatir
- Penanggulangan penyakit dan lain-lain juga belum
- Pemeliharaan hewan yang bisa mati juga menjadi pertimbangan. berbeda dengan
usaha mebel yang hanya membutuhkan keahlian, serta tidak dipengaruhi oleh suhu,
cuaca dll
Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan
- Kurangnya sosialisasi
- Sdm adalah masyarakat awam dan tidak mempunyai pendidikan khusus
- Proses budidaya tergantung pengetahuan
- Kendala teknis:
- limbah
-dll