Download - Warda Nabiela Fkik
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
1/83
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI EMULSI TIPE M/A
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
SKRIPSI
WARDA NABIELANIM. 109102000001
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTAJULI 2013/1434 H
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
2/83
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI EMULSI TIPE M/A
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
WARDA NABIELANIM. 109102000001
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTAJULI 2013/1434 H
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
3/83
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Warda Nabiela
NIM : 109102000001
Tanda Tangan :
Tanggal : 30 Juli 2013
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
4/83
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Warda Nabiela
NIM : 109102000001
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
sativa L.)
Menyetujui,
Pembimbing I
Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt
NIP : 19831028 200901 2 008
Pembimbing II
Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
NIP : 19750104 200912 2 001
Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Drs. Umar Mansur, M.Sc
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
5/83
v
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Warda NabielaNIM : 109102000001
Program Studi : FarmasiJudul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
sativa L.)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Yuni Anggraeni,M.Farm.,Apt ( )
Pembimbing II : Ofa Suzanti Betha,M.Si.,Apt ( )
Penguji I : Sabrina,M.Farm.,Apt ( )
Penguji II : Nelly Suryani,P.hD.,Apt ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 30 Juli 2013
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
6/83
vi
ABSTRAK
Nama : Warda NabielaProgram Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
sativa L.)
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu herbal yang
berpotensi memiliki sejumlah aktivitas farmakologis. Penelitian ini bertujuan
untuk memformulasi minyak biji jinten hitam ke dalam bentuk sediaan emulsi tipe
M/A dan mengkarakterisasi sifat fisika-kimianya. Emulsi dibuat dalam 3 formulayaitu F1, F2 dan F3 dengan memvariasikan konsentrasi tragakan sebanyak 1%,
1,5% dan 2%. Formula emulsi F1, F2 dan F3 setelah 21 hari penyimpananmemiliki karakteristik berwarna krem kekuningan, tidak terjadi creaming dan
pemisahan fase setelah uji sentrifugasi. Hasil karakteristik lainnya yaitu ukurandiameter globul yang sedikit meningkat berturut-turut 15,32 m, 14,74 m dan
3,50 m. pH sediaan berturut-turut 5,064, 4,455 dan 4,715. Viskositas berturut-
turut 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Ukuran diameter globul setelah cycling test
yang sedikit meningkat berturut-turut 18,60 m, 6,28 m dan 3,67 m.
Kata Kunci : emulsi tipe M/A, minyak biji jinten hitam, tragakan.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
7/83
vii
ABSTRACT
Name : Warda Nabiela
Program Study : PharmacyTitle : Formulation of O/W Emulsion Black Cumin Seed Oil (Nigella
sativa L.)
Black cumin seed oil (Nigella sativa L.) is one of herbal medicine that have great
pharmacological activities. The objective of this research were to formulated
black cumin seed oil as O/W emulsion and characterized their chemical-physic
properties. Emulsions were formulated in three formulas termed F1, F2 dan F3 by
varying the concentration of tragacanth as emulsifier as much as 1%, 1,5% and2%. After 21 days of storage, emulsions F1, F2 dan F3 has characterization with
yellowish-creams colour, no creaming occured and phase separation aftercentrifugation test. Other characterization respectively with globules diameter
slightly increased were 15,32 m, 14,74 mdan 3,50 m. pH were 5,064, 4,455dan 4,715. Viscosity were 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Globules diameter
slighlty increased were 18,60 m, 6,28 m dan 3,67 m.
Key word : O/W emulsion, black cumin seed oil, tragacanth.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
8/83
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi dengan judul Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa L.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program
Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt.
Selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran,
bimbingan serta motivasi kepada penulis selama penelitian.
2. Prof.DR (hc). Dr. M. K Tadjudin, Sp. And. Selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatulah Jakarta.
3. Drs. Umar Mansur, M.Sc. Selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatulah Jakarta.
4. Dosen-dosen, staff, karyawan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah
Jakarta serta karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
5. Ka Eris, Ka Lisna, Ka Tiwi, Ka Rani, Ka Liken, Ka Yopi, Ka Rahmadi
yang telah memberi bantuan kepada penulis pada saat penelitian di
kampus.
6. Papa Drs. H. Zainal Arifin, dan Mama Dra. Hj. Abdatul Azizah. Selaku
orang tuaku dan adik-adikku tercinta Tara, Kevin, Beri, Intan dan Fella
serta keluarga besar yang senantiasa memberi support mulai dari moriil
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
9/83
ix
dan materil, serta tak lupa doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap
langkah yang penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat tersayang. Fauziah Utami, Nadya Zahrayny, Indah Fadlul,
Qaffah Silma, Widya Larasati, Alfrida Tatsa, Muhammad Arif, Agung
Priyanto. Terima kasih untuk tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda
tawa dan kasih sayang selama ini.
8. Sahabat-sahabatku tersayang juga, Hissi Fitriyah, Maulida Putri Ahdaini,
Chairunnisa, Mutia Sari Wardana, Dina Permata Wijaya, Nurul Fitrializa,
Risda Yulianti. Terima kasih juga atas tambahan ilmu, semangat, canda
tawa dan persahabatan dekat yang telah kita lewati.
9.
Teman-teman seperjuangan jurusan Farmasi angkatan 2009 kelas A dan B.
Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal masuk sampai akhir ini,
semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah
keluarga.
10.Adik-adik jurusan Farmasi angkatan 2010 dan 2012 (khusunya Meta,
Adina, Auva, Lele, Biella, Yeyet, Dwiki, Monic, Fio, Henni, Eko, Fattah,
Nita, Rika). Terima kasih juga untuk semangat dan doa serta partisipasi
kalian.
11.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran
dan kritik.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai
amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semogapenelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Aamiin.
Ciputat, 30 Juli 2013
Penulis
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
10/83
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
11/83
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 11.1Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2Batasan Masalah ............................................................................. 2
1.3Identifikasi Masalah......................................................................... 3
1.4Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.5
Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ........................................ 42.2Emulsi ............................................................................................. 8
2.3Komponen Pembentuk Emulsi ......................................................... 122.4Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 13
2.5Stabilitas Sediaan Emulsi ................................................................. 13
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 15
3.1Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 15
3.2
Alat ................................................................................................. 153.3Bahan .............................................................................................. 15
3.4Prosedur Penelitian .......................................................................... 15
3.4.1 Penyiapan Bahan .................................................................... 15
3.4.2 Uji Pendahuluan Formula Basis Emulsi .................................. 16
3.4.3 Formulasi Emulsi dengan Emulgator Tragakan ....................... 17
3.5Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 18
3.6Alur Penelitian ................................................................................ 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22
4.1Prosedur Pembuatan Emulsi ............................................................ 224.2
Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 24
Halaman
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
12/83
xii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33
5.1Kesimpulan ..................................................................................... 335.2Saran ............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35LAMPIRAN ..................................................................................................... 40
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
13/83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ......................................... 4Gambar 2. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................................................. 5
Gambar 2. Hubungan antara pH dengan waktu penyimpanan ............................. 26
Gambar 3. Hubungan antara viskositas dengan waktu penyimpanan .................. 28
Gambar 4. Skema ilustrasi pembentukan koalesen dalam emulsi ........................ 29
Gambar 5. Hubungan antara uk.diameter globul dengan waktu penyimpanan..... 30
Gambar 6. Hubungan antara uk.diameter globul hasil cycling test ...................... 32
Halaman
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
14/83
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jinten Hitam ................................................... 6Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak Biji Jinten Hitam ....................................... 6
Tabel 2.3 Sumber Hidrokoloid Penting .............................................................. 11
Tabel 3.1 Formulasi Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam ............. 16
Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam.......... 18
Tabel 4.1 Hasil Formula Basis Emulsi ............................................................... 22
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Emulsi .............................................................. 25
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Emulsi .................................................. 26
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata .................................... 28
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Uji Volume Creaming Emulsi ............................... 30
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Cycling test Emulsi ................................................ 31
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Hasil Cycling test ........ 31
Halaman
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
15/83
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam .................................................. 42
Lampiran 2. Gambar alat yang digunakan dalam penelitian ............................. 42
Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming selama 21 hari........................ 44
Lampiran 4. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-0 ...... 45
Lampiran 5. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-3 ...... 47
Lampiran 6. Gambar formula basis emulsi dengan emulgator tragakan ........... 49
Lampiran 7. Gambar ukuran diameter globul formula emulsi ........................... 49
Lampiran 8. Gambar hasil uji sentrifugasi formula emulsi ................................ 50
Lampiran 9. Hasil reogram formula emulsi pada hari ke-0 ............................... 51
Lampiran 10. Hasil pengamatan organoleptis formula emulsi............................. 52
Lampiran 11. Hasil pengukuran pH formula emulsi ........................................... 52Lampiran 12. Hasil uji sentrifugasi formula emulsi ............................................ 53
Lampiran 13. Hasil cycling test formula emulsi .................................................. 53
Lampiran 14. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-0 .......... 54Lampiran 15. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-21 ........ 55
Lampiran 16. Hasil uji volume creaming formula emulsi ................................... 56Lampiran 17. Perhitungan diameter globul formula 1 selama 21 hari ................. 57
Lampiran 18. Perhitungan diameter globul formula 2 selama 21 hari ................. 59Lampiran 19. Perhitungan diameter globul formula 3 selama 21 hari ................. 61
Lampiran 20. Perhitungan diameter globul formula 1 hasil cycling test .............. 63Lampiran 21. Perhitungan diameter globul formula 2 hasil cycling test .............. 64
Lampiran 22. Perhitungan diameter globul formula 3 hasil cycling test .............. 65Lampiran 23. Sertifikat analisis pengujian minyak biji jinten hitam .................... 66Lampiran 24. Sertifikat analisis tragakan............................................................ 67
Halaman
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
16/83
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan alam yang memproduksi
komponen kimia di dalamnya dan menurut 92% survey konsumen menyatakan
bahwa produk bahan alam tersebut dipercaya sebagai obat, aman, dan tidak
menimbulkan efek samping. Tanaman yang berfungsi sebagai pengobatan
tersebut dapat disebut juga dengan herbal medicine (Dubick, 1986). Biji jinten
hitam (Nigella sativa L.Seed) atau yang lebih dikenal dengan habbatussauda
merupakan salah satu herbal medicine yang sampai saat ini banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat luas. Pada zaman dahulu, biji jinten hitam pun telah digunakan
sebagai pengobatan tradisional untuk sejumlah penyakit dan bumbu masakan
terutama oleh masyarakat di Timur Tengah dan Asia Barat (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2009; Paarakh, 2010).
Dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim,
Rasulullah bersabda: Hendaklah kalian mengkonsumsi jenis habbat al-sauda,
karena di dalamnya terkandung khasiat penyembuhan semua penyakit, kecuali
penyakit mati (al-sam). Penggunaan empiris dalam bidang farmasi yang
diketahui dari biji tanaman ini sangat banyak sekali ditunjang oleh adanya hadits
di atas. Salah satu komponen biji jinten jitam yang dapat digunakan sebagai bahan
aktif dalam sediaan adalah minyaknya. Adapun efek farmakologis dari minyak
biji jinten hitam antara lain sebagai antiinflamasi, analgesik, antioksidan,
antibakteri, hipertensi, diabetes, antikanker serta meningkatkan sistem kekebalantubuh (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009; Gali, 2006; Sultan,
2009). Oleh karena itu, minyak biji jinten hitam memiliki potensi yang besar
sebagai salah satu sumber nutrasetika yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Pemanfaatan minyak biji jinten hitam dalam pengobatan pada umumnya
berupa sediaan minyak yang dikemas langsung dalam botol, minyak yang
dimasukan dalam soft kapsul, ataupun serbuk kering yang dicampur madu,
minyak zaitun dan sari kurma. Seiring dengan berkembangnya penelitian-
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
17/83
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penelitian yang membahas minyak biji jinten hitam dan manfaatnya bagi
kesehatan, maka semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk mencoba
mengonsumsi minyak ini baik sebagai obat maupun sebagai suplemen untuk
menjaga ketahanan tubuh.
Rasa berminyak dari biji jinten hitam inilah yang merupakan salah satu
hambatan masyarakat dalam mengonsumsinya. Meskipun berkhasiat, banyak
orang yang enggan mengonsumsi minyak biji jinten hitam secara langsung. Salah
satu cara untuk mengatasi hal ini, minyak biji jinten hitam dibuat menjadi sediaan
emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem sediaan heterogen yang terdiri atas dua
cairan yang tidak menyatu (dideskripsikan sebagai minyak dan air), di mana salah
satu fase terdispersinya (globul) sebagai tetesan seragam di dalam fase lainnya.
Terdapat dua tipe emulsi yaitu tipe minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M) (Effionora, 2012). Untuk menstabilkan atau menyatukan emulsi tersebut
perlu ditambahkan emulgator. Emulgator tersebut mengelilingi tetesan fase dalam
sebagai suatu lapisan tipis yang diadsorpsi pada permukaan dari fase terdispersi.
Lapisan tersebut mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali globul
atau fase terdispersi, sehingga kestabilan emulsi terjaga. Penggunaan emulsi tipe
M/A merupakan suatu cara pemberian sediaan oral yang dapat dengan mudah
diterima untuk zat dalam bentuk cairan-cairan yang tidak larut dalam air, seperti
minyak biji jinten hitam (Suryani, Sailah, dan Hambali, 2002).
Dalam penelitian ini digunakan tragakan sebagai bahan emulgator.
Tragakan biasanya berdampak pada stabilitas emulsi dengan meningkatkan sifat
fisik atau viskositas dari fase luar, memperpanjang shelf-life dan mencegah
terjadinya flokulasi, koalesen dan creaming (Samavati, et al., 2012). Dengan
demikian perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan tragakandalam variasi konsentrasi yang dapat menghasilkan emulsi tipe M/A yang
memenuhi persyaratan.
1.2 Batasan Masalah
Dalam formulasi sediaan emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam ini,
masalah dibatasi pada formulasi dan evaluasi stabilitas fisik sediaan emulsi
minyak biji jinten hitamnya saja.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
18/83
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
a.
Apakah minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe
M/A yang baik dan stabil?
b. Bagaimana karakteristik sediaan emulsi M/A tipe minyak biji jinten
hitam?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi emulsi tipe M/A minyak biji
jinten hitam (Nigella sativa L.) dengan menggunakan emulgator yang sesuai
sehingga stabil secara fisik selama jangka waktu penyimpanan tertentu.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan
potensi minyak biji jinten hitam yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
usaha pengembangan produk yang praktis untuk dikonsumsi, yakni berupa emulsi
tipe M/A, serta diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi
emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam dengan menggunakan variasi
konsentrasi emulgator.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
19/83
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam adalah
sebagai berikut (Hutapea, 1994):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Species : Nigella sativa Linn.
2.1.2
Deskripsi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Nama lain dari Nigella sativa L. ini adalah jinten hitam pahit (Indonesia),
black cumin (Inggris), kalvanji (Urdu) atau habbatussauda (Arab Saudi)
(Randhawa, 2008). Tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai tinggi 20-30 cm
dengan daun hijau lonjong, ujung dan pangkal runcing, tepi beringgit dan
pertulangan menyirip. Bunganya majemuk, bentuk karang, kepala sari berwarna
biru sampai putih dengan 5-10 kelopak bunga dalam satu batang pohon (Hutapea,
1994).
[sumber:Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras, 2011, telah diolah kembali]
Gambar 2.1Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
20/83
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3 Deskripsi Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Biji Jinten Hitam agak keras berbentuk limas ganda dengan kedua
ujungnya meruncing, limas yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3
sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2 mm. Lebar kurang lebih 1 mm. Permukaan
luar biji berwarna hitam kecokelatan, berbintik-bintik, kasar dan berkerut,
terkadang dengan beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang
melintang biji akan terlihat kulit biji berwarna cokelat kehitaman sampai hitam
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
[sumber:Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras, 2011, telah diolah kembali]
Gambar 2.2Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
2.1.4 Cara Ekstraksi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) umumnya diekstraksi dengan
menggunakan teknik pelarut seperti yang digambarkan pada penelitian Nickavar,
et al., (2003), menggunakan pelarut petroleum eter selama 4 jam dalam sokhlet.
Ekstrak kemudian dikonsentrasikan di bawah tekanan yang rendah. Selanjutnya
dilarutkan kembali dalam petroleum eter dan ditambahkan larutan metanol-KOH
2M. Campuran dikocok selama 2 menit kemudian didiamkan selama 10 menit.
Lapisan paling atas merupakan minyak biji jinten sehingga dapat diambil dan
dicuci dengan air hingga bebas dari pelarut.
Kemudian metode ekstraksi yang dikemukakan oleh Ramadhan dan
Moersel (2002), biji jinten hitam diekstraksi dengan dua pelarut yang berbeda, n-
heksana dan campuran antara kloroform dan methanol (2:1,v/v).
Metode terbaru dalam mengekstraksi minyak biji jinten hitam dilakukan
dengan metode cold-pressing. Pada metode tersebut simplisia tidak mendapatkan
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
21/83
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perlakuan panas maupun penambahan pelarut. Sehingga minyak biji jinten hitam
hasil cold-pressing tidak memerlukan proses pemurnian dan juga memungkinkan
untuk memperoleh kandungan fitokimia lipofilik dalam kadar tinggi, termasuk di
dalamnya antioksidan alam dan turunan timoquinonnya (Lutterodt, et al., 2010).
2.1.5 Komponen Kimia Biji dan Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Komposisi senyawa biji jinten hitam akan bervariasi sesuai dengan
distribusi geografi, waktu pemanenan biji dan cara pemanenannya (Sultan, 2009).
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Secara Umum
Komposisi Rentang dalam % (w/w)
Minyak 31-35,5
Karbohidrat 16-19,9
Protein 33-34
Serat 4,5-6,5
Abu 3,7-7
Saponin 0,013
Air 5-7
[Sumber: El-Din, El-Tahir dan Bakeet, 2006, telah diolah kembali]
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Secara Umum
Komposisi Rentang dalam % (w/w)
Asam Linoleat 55,6
Asam Oleat 23,4
Asam Palmitat 12,5
Asam Stearat 3,4
Asam Eikosadinat 3,1
Asam Laurat 0,6
Asam Miristat 0,5
Asam Linolenik 0,4
[Sumber: Nickavar, et al., 2003, telah diolah kembali]
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
22/83
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.6 Aktifitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
a. Antibakteri
Minyak biji jinten hitam sangat banyak manfaatnya, di antaranya aktivitas
sebagai antibakteri yang telah berhasil dilakukan penelitiannya oleh Arici,
Muhammet, et al., (2005). Mereka menyimpulkan dari lima minyak jinten hitam
yang berbeda yang biasanya digunakan pada makanan terutama untuk tambahan
citarasa, pengawetan dan terapi alami, bisa digunakan sebagai antibakteri pada
konsentrasi 0,5%, 1,0% dan 2% menggunakan metode agar difusi yang
menyerang 24 bakteri patogenik dan bakteri asam laktat. Dan semua minyak yang
diuji menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2% yang lebih efektif
dibandingkan konsentrasi lainnya.
b. Antidiabetik
Banyak penelitian yang membuktikan berbagai macam khasiat dari minyak
jinten hitam, di antaranya adalah kemampuannya memperpanjang waktu
protombin dari tikus untuk aktivitas antikoagulan. Pada pemberian minyak biji
jinten hitam jangka panjang yang dicampurkan pada makanan sehari-hari tikus
diabetes yang terinduksi streptozotocin (STZ) memperlihatkan bahwa terjadi
proses penyembuhan yang cukup signifikan dari hari ke hari (El-Din, El-Tahir dan
Bakeet, 2006). Begitupun dengan penelitian Al-Logmani (2011) yang
menyebutkan hal yang sama, bahwa dengan diberikannya minyak biji jinten hitam
pada tikus yang terinduksi streptozotocin (STZ) dapat menurunkan glukosa darah,
trigliserida, kolesterol, LDL, asam urat, urea, kadar kreatinin, ALT, AST dan total
protein secara signifikan jika dibandingkan dengan tikus normal.
c. Antioksidan
Untuk aktivitas sebagai antioksidan, minyak biji jinten hitam ini telah
dibuktikan dapat mencegah senyawa kimia carbon tetrachloride (CCl4) yang
menyebabkan kerusakan hati. Pemberian treatment 10 ml/kg/hari minyak biji
jinten hitam selama tujuh hari dapat menurunkan level serum enzim hati yang
tinggi secara signifikan dan memperbaiki oxidative stress (Aorahman, 2009).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
23/83
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Antikanker
Kemudian Salomi, et al., (1991) meneliti bahwa kandungan fatty acids
dalam minyak biji jinten hitam dapat menghambat dengan sempurna tumor
Ehrlich ascites carcinoma yang merupakan jenis sel kanker yang umum
ditemukan pada mencit dengan dosis 2 mg per hari selama 10 hari pemberian.
Serta pada dosis 100 mg/kg minyak biji jinten hitam ini menunda onset atau awal
mula pembentukan papilloma dan mengurangi angka papilloma pada tikus.
e. Antiinflamasi
Secara tradisional pun menurut penelitian Houghton (1995), minyak biji
jinten hitam dan thymoquinone dapat menghambat generasi eicosanoid dan
membran lipid peroksidasi, dengan melewati jalur penghambatan cyclooxigenase
dan 5-lipoxygenase dari metabolisme arakidonat yang bertanggung jawab sebagai
aktivitas antiinflamasinya.
f. Antihipertensi
Sedangkan untuk aktivitas hipertensinya, minyak biji jinten hitam dalam
beberapa penelitian dapat menurunkan tekanan darah secara spontan pada tikus
hipertensi yang hampir sama efeknya dengan nifedipin. Kemudian penelitian
menyebutkan bahwa secara tradisional penurunan tingkat kolesterol dengan
mengontrol keseimbangan darah dan berat badan yang merupakan efek dari
pemberian minyak biji jinten hitam (Gillani, et a l., 2004).
g. Sistem Imunitas Tubuh
Selanjutnya menurut penelitian El-Kadi dan Kandil (1986) pun
menyebutkan bahwa efek dari 1 gram minyak biji jinten hitam selama dua hari
yang diberikan pada relawan, ternyata dapat memperbaiki aktivitas sel-T helper
dan sel natural killer dalam peningkatan sistem imunitas tubuh.
2.2 Emulsi
2.2.1 Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispers dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (droplet/globul) dengan diameter
biasanya lebih dari 0,1 m atau 0,1-50 m (De Man, 1997). Jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
24/83
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase
terdispersi dan minyak merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut
emulsi air dalam minyak.
Suatu sistem emulsi pada dasarnya tidak stabil, karena masing-masing
partikel mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel sesama
lainnya. Molekul fase A (air) ditarik ke dalam fase A dan ditolak oleh fase B
(minyak), membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat mengakibatkan emulsi
tersebut pecah. Kekuatan dan kekompakan lapisan antarmuka adalah sifat yang
penting yang dapat membentuk stabilitas emulsi (Lachman, et al., 1994). Di
dalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan bahan ketiga untuk
menstabilkan emulsi. Bahan pengemulsi tersebut berguna untuk menurunkan
tegangan antarmuka antara fase air dan fase minyak serta mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah, dengan membentuk lapisan yang protektif di sekeliling
globul (Effionora, 2012; Lachman, et al., 1994). Bahan pengemulsi umumnya
dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid dan zat padat
terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan
stabilitas shelflife yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan dan biaya zat
pengemulsi (Lachman, et al., 1994). Suatu zat pengemulsi harus dapat
dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak boleh mengganggu
stabilitas atau efikasi dari zat terapeutik, serta tidak toksik pada penggunaan.
Kondisi lingkungan seperti adanya cahaya, udara, kontaminasi
mikroorganisme, dapat memberikan efek yang mengubah stabilitas emulsi. Oleh
karena itu dilakukan formulasi yang sesuai guna mengurangi kerusakan stabilitas
tersebut dengan cara penambahan bahan-bahan tambahan lain. Bahan tambahanyang diperlukan dalam formulasi emulsi, di antaranya: bahan pengawet,
antioksidan dan penutup rasa. Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk
mencegah kontaminasi mikroba. Suatu pengawet harus efektif terhadap
kontaminasi dari mikroorganisme patogen dan cukup dapat melindungi emulsi
selama digunakan pasien. Pengawet harus mempunyai toksisitas rendah, stabil
terhadap pemanasan dan selama penyimpanan, tercampurkan secara kimia,
memiliki rasa, bau dan warna yang lemah. Contoh pengawet yang biasa
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
25/83
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan di antaranya: asam benzoat dan turunannya, nipagin, nipasol,
benzalkonium klorida, klorbutanol, glutaraldehih, asam sorbat, fenol kresol, fenil
merkuri asetat, klorotimol fenil merkuri nitrat (Ansel, 2005; Lachman, et al.,
1994).
Banyak senyawa organik mudah mengalami autooksidasi bila dipaparkan
ke udara, dan lemak yang teremulsi terutama peka terhadap rangsangan. Pada
autooksidasi, minyak-minyak yang tidak jenuh seperti minyak nabati
menimbulkan ketengikan dengan bau, penampilan, dan rasa yang tidak
menyenangkan. Di pihak lain, minyak mineral dan hidrokarbon-hidrokarbon
jenuh yang berhubungan mudah mengalami degradasi oksidatif pada lingkungan
tidak sesuai. Penambahan antioksidan dapat mencegah oksidasi dari fase minyak
yang terdapat dalam suatu sediaan emulsi. Contoh antioksidan yang biasa
digunakan di antaranya: BHA (butylated hydroxyanisole), BHT (butylated
hydroxytoluene), asam galat, propil galat, asam askorbat, askorbil palmitat, sulfit
dan tokoferol (Lachman, et al., 1994).
Sedangkan penutup rasa ditujukan untuk mengurangi rasa tidak enak dan
secara ideal dilakukan dengan cara mengurangi rasa pahit, menggunakan
penghambat rasa khasiat, stabilitas, penampilan sediaan, serta memberi rasa
tertentu untuk mencirikan suatu produk (Effionora, 2012). Cara penutupan rasa
pahit sediaan oral secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan pemanis
dan flavor. Pemanis dapat memainkan peranan penting dalam formulasi sediaan
yang digunakan melalui mulut seperti dengan cara menambah rasa, menutupi rasa
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Contoh pemanis yang biasa
digunakan di antaranya: sukrosa, dekstrosa, fruktosa, gliserin, maltitol, manitol,
sorbitol dan xylitol (Effionora, 2012).
2.2.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan seorang farmasis
dapat membuat suatu sediaan yang stabil dan rata dari dua cairan yang tidak dapat
bercampur, memecah fase dalam menjadi tetesan-tetesan dan menstabilkan
tetesan-tetesan tersebut dalam fase pendispersi dan ditujukan untuk pemberian
obat yang mempunyai rasa lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
26/83
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
minyak yang tidak enak rasanya dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa
pada pembawa airnya sehingga mudah dikonsumsi dan ditelan sampai ke
lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan memudahkan
absorpsi obat (Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994).
2.2.3 Hidrokoloid
Hidrokoloid merupakan istilah umum yang menjelaskan mengenai
biopolimer hidrofilik dengan berat molekul besar dari polisakarida yang
diekstraksi dari tanaman, rumput laut, sumber mikroba dan protein yang saat ini
sedang ramai digunakan sektor industri sebagai larutan pengental dan gelling
agent, penstabil busa, dispersi dan emulsi, menghambat pembentukan es dan gula,
serta mengontrol pelepasan rasa dalam suatu produksi (Phillips and Williams,
2009). Di bawah ini merupakan sumber penting dari hidrokoloid.
Tabel 2.3 Sumber Hidrokoloid Penting yang Sering Digunakan
Botanical
Pohon Selulosa
Eksudat pohon Gom arab, gom karaya,
tragakan, gom ghatti
Tanaman Starch, pektin, selulosa
Biji gom locust bean, gom
tara, gom tamarind, gom
guar
Akar Konjac mannan
Algae Rumput laut merah Agar, karageenan
Rumput laut coklat Alginate
Microbial Gom xanthan, curdlan, dextran, gom gellan, selulosa
HewanGelatin, kaseinat, whey protein, protein kedelai,
protein putih telur, kitosan
[Sumber: Phillips and Williams, 2009, telah diolah kembali]
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
27/83
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Komponen Pembentuk Emulsi
2.3.1 Biopolimer (Tragakan)
Tragakan tergolong dalam gum polisakarida dengan berat molekul yang
besar (840.000), terdiri dari 2 bagian yaitu tragacanthin yang merupakan
polisakarida larut air dan bassorin yang merupakan polisakarida yang tidak larut
air atau mengembang. Tragakan berwarna putih hingga kekuningan, translusen,
tidak berbau, berbentuk serbuk yang halus, serta rasa mucilago hambar (Rowey,
Sheskey dan Owen, 2006). Sifat aliran tragakan menunjukkan sifat pseudoplastis
pada konsentrasi 1% (Effionora, 2012). Tragakan tidak toksik karenanya sudah
bertahun-tahun digunakan dalam formulasi farmasetik oral dan produk makanan
sebagai stabilizer, emulgator dan pengental. Peningkatan viskositas dari tragakan
terjadi dengan peningkatan temperatur dan konsentrasi, lalu penurunan viskositas
terjadi dengan peningkatan pH. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat
mengurangi viskositas dipersi tragakan sehingga menurunkan stabilitasnya
(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).
2.3.2 Pemanis (Sukrosa)
Sukrosa merupakan pemanis alami yang paling umum digunakan dalam
formulasi sediaan secara oral yang dapat menutupi rasa sediaan yang kurang enak.
Sukrosa diproduksi dari tebu (Sachharum oficinarum) dan gula bit (Beta vulgaris)
serta dikenal nontoksik dan biodegradable. Sukrosa berwarna putih, berbentuk
serbuk kristal, tidak berbau dan memiliki rasa manis (Rowey, Sheskey dan Owen,
2006).
2.3.3
Pengawet (Na Benzoat)Na Benzoat merupakan pengawet yang kompatibel dengan tragakan dalam
formulasi dengan konsentrasi 0,1%. Na Benzoat berwarna putih, berbentuk serbuk
hingga kristal, tidak berbau dan tidak berasa. Aktivitas Na benzoat sebagai
pengawet dapat berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin dan surfaktan
nonionik (Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
28/83
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4 Pelarut (Aquademineralisata)
Aquademineralisata adalah air murni yang diperoleh dengan cara
penyulingan. Air murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion,
osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai. Karena akan digunakan untuk
sediaan oral, maka digunakan air yang bebas mineral, partikel dan mikroba
(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).
2.4 Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu
sediaan emulsi selama waktu penyimpanan tertentu. Evaluasi ini dapat dilakukan
melalui pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi),
pengamatan secara fisika (volume creaming, diameter globul rata-rata, viskositas,
sentrifugasi, cycling test) dan pengamatan secara kimia (pengukuran pH) (Martin,
et al., 1993; Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994).
2.5 Stabilitas Sediaan Emulsi
Stabilitas diartikan bahwa sediaan obat yang disimpan dalam kondisi
penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak
menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang
diperbolehkan. Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah kecocokan bahan aktif dan bahan
pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh bangun kimiawi dan kimia-fisikanya.
Kedua adalah faktor luar seperti suhu, kelembaban udara dan cahaya yang dapat
menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi. Hal penting lainnya adalah
kemasan, khususnya jika digunakan wadah yang terbuat dari bahan sintetis(Voight, 1995).
Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan
distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang (Voight, 1995). Begitupun tanpa adanya koalesen dari fase intern,
creaming, serta terjaganya rupa yang baik, bau dan warnanya (Anief, 1999).
Kehancuran sebuah emulsi ditunjukkan oleh penurunan stabilitasnya. Pada tahap
pertama terjadi pengapungan atau creaming karena bobot jenis fase terdispersi
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
29/83
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bobot jenis bahan pendispersi dan pengendapan atau sedimentasi karena bobot
jenis fase terdispersinya > bobot jenis bahan pendispersi. Peristiwa ini
mengakibatkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Dalam keadaan akhirnya akan
terbentuk dua lapisan emulsi yang satu terletak di atas yang lain. Pada tahap kedua
terjadi penyatuan bola kecil yang tidak reversible yang dinamakan koalesensi,
yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi (Voight, 1995). Peneliti lainpun
mendefinisikan bahwa ketidakstabilan fisik suatu emulsi adalah adanya
aglomerasi dari fase intern dan terjadi pemisahan produk (Anief, 1999). Oleh
karena itu cukupnya bahan yang membentuk lapisan antarmuka penting untuk
melindungi seluruh permukaan dari tiap tetesan (Ansel, 2005).
Emulsi tipe M/A dapat mengalami destabilisasi emulsi seperti beberapa
tipe perubahan fisik, berbeda dengan tipe A/M yang mungkin cenderung
mengalami sedimentasi daripada creaming. Destabilisasi emulsi ini di antaranya:
a. Creaming
Creaming adalah pertumbuhan dari droplet karena aktivitas gravitasi
sehingga droplet terpisah ketika disentuh. Creaming berada pada fase kontinyu
jika fase terdispersi tidak memiliki berat jenis yang sebanding. Kecepatan
creaming dapat dikontrol dengan memperkecil ukuran droplet, menyamakan berat
jenis dari kedua fase dan menambah viskositas dari fase kontinyu (Martin, et al.,
1993).
b. Flokulasi
Flokulasi adalah suatu bentuk pelekatan satu atau lebih droplet bersama
dan membentuk suatu agregasi. Hal ini merupakan proses dari droplet sebagai
hasil dari benturan kombinasi gaya antar droplet (Martin, et al., 1993).
c.
KoalesenPenyebab koalesen adalah rusaknya lapisan tipis antardroplet yang
berdekatan. Hal ini akan mengurangi tegangan antarmuka dan luas permukaan
droplet. Kemungkinan terjadinya koalesen sebanding dengan lama droplet itu
saling berdekatan. Koalesen jarang terjadi pada droplet yang kecil atau pada
lapisan yang tebal karena droplet ini memiliki luas lapisan yang lebih kecil atau
memiliki gaya tolak antardroplet. Koalesen menyebabkan droplet menjadi lebih
besar dan terjadi pemisahan fase (Martin, et al., 1993).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
30/83
15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium
Penelitian 2, Laboratorium Pharmacy Sterile Preparation Technology (PST)
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan Februari hingga Juni
2013.
3.2
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas yang
biasa dipergunakan di Laboratorium Pharmacy Bioavailability and
Bioequivalency (PBB), homogenizer (STIRER IKA), timbangan analitik (AND
GH-202), viskometer (HAAKE viscoTester 6R), pH-meter digital (HORBA), hot
plate with magnetic stirer (WIGGEn HAUSER), oven, mikroskop optik
(Olympus DX 1x71), centrifuge (eppendorf Centrifuge 5417 R) dan refrigerator.
3.3
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak biji jinten
hitam yang diperoleh dari (PT Prima Agritech Nusantara, Depok), gom arab (PT
Brataco, Jakarta), tragakan (PT Brataco, Jakarta), gelatin (PT Brataco, Jakarta),
Na alginat (PT Total Equipment Pharmacy, Semarang), Na benzoat, pemanis
sukrosa dan aquadest.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Penyiapan Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat sediaan emulsi yang
diperoleh dari berbagai sumber dikumpulkan dan disiapkan.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
31/83
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.2 Uji Pendahuluan Formula Basis Emulsi
Dilakukan untuk menentukan emulgator alam yang tepat dalam pembuatan
sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan membuat suatu korpus emulsi
menggunakan beberapa emulgator alam yang biasa digunakan di antaranya gom
arab, tragakan, gelatin, Na alginat dan diamati kestabilannya selama tujuh hari.
Emulgator yang menghasilkan basis emulsi paling baik digunakan untuk membuat
formula selanjutnya.
Tabel 3.1 Formula Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
1. Gelatin
BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi
F1 F2 F3
Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Gelatin 0,5% 1% 1,5%
Aquadest sampai 100% 100% 100%
2. Gom arab
BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi
F1 F2 F3
Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Gom arab 10% 15%` 20%
Aquadest sampai 100% 100% 100%
3. Tragakan
BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi
F1 F2 F3
Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Tragakan 1% 1,5% 2%
Aquadest sampai 100% 100% 100%
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
32/83
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Na alginat
BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi
F1 F2 F3
Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Na alginat 1% 2% 3%
Aquadest sampai 100% 100% 100%
Keterangan : Rentang konsentrasi dari masing-masing emulgator menurut : Handbook of
Pharmaceutical Excipient Fifth Edition dan Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences
Cara Pembuatan:
Untuk dispersi gom arab, tragakan, dan Na alginat sama pengerjaannya.
Emulgator didispersikan dalam sejumlah aquadest selama 10 menit dengan stirer
homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass, kemudian ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa
aquadest sambil tetap dihomogenkan (Ramin, et al., 2009; Vahid, et al., 2012)
Sedangkan untuk gelatin didispersikan dalam sejumlah aquadest dengan
stirer homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass di atas hot plate
selama 20 menit kemudian dinaikkan suhu menjadi 98C, kemudian ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa
aquadest sambil tetap dihomogenkan (Gennaro, et al., 1975).
3.4.3 Formulasi Emulsi dengan Emulgator Tragakan
Hasil pengamatan organoleptis selama tiga hari menunjukkan bahwa
formula basis emulsi dengan menggunakan emulgator tragakan merupakan basis
emulsi terbaik di antara ketiga basis emulsi yang lain. Oleh karena itu, emulgator
tragakan dipilih untuk membuat formula emulsi selanjutnya.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
33/83
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3.2 Formula Sediaan Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Adapun pembuatan formula emulsi dengan cara sebagai berikut:a) Semua alat dan bahan disiapkan, dan ditimbang bahan-bahan yang
diperlukan
b) Tragakan didispersikan lebih dulu dalam beacker glass yang berisi
aquadest sebanyak 100 ml dengan stirer homogenizer kecepatan
950 rpm selama 15 menit. Kemudian ditambahkan minyak sedikit
demi sedikit sambil tetap dihomogenkan (terbentuk korpus emulsi)
c) Lalu ditambahkan sukrosa dan Na benzoat yang sebelumnya telah
dilarutkan dalam sejumlah air serta sisa aquadest sambil tetap
dihomogenkan selama 35 menit dengan kecepatan 1517 rpm
d) Emulsi yang dihasilkan dipindahkan ke dalam wadah yang
digunakan untuk menyimpan sediaan, serta dilakukan evaluasi dan
uji stabilitas sediaan.
3.5
Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari
sediaan emulsi yang telah dibuat. Evaluasi ini meliputi pengamatan sediaan uji
(F1, F2, dan F3) selama 21 hari waktu penyimpanan, yaitu dimulai dari hari ke-0,
7, 14 dan 21. Pengamatan sediaan meliputi evaluasi secara umum, di antaranya:
BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Sediaan
F1 F2 F3
Minyak biji JintenHitam
500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Tragakan 1% 1,5% 2%
Sukrosa 25% 25% 25%
Na benzoat 0,1% 0,1% 0,1%
Aquadest sampai 300% 300% 300%
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
34/83
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5.1 Pengamatan Organoleptis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995)
Pengamatan sediaan emulsi dilakukan dengan mengamati dari segi
penampilan, rasa dan aroma dari sediaan uji (F1, F2, dan F3) pada hari ke-0 dan
21.
3.5.2 Pengukuran Viskositas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer
HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan disimpan dalam beacker glass 100 ml. Power
alat ditekan dan alat akan mengkalibrasi terlebih dahulu kemudian spindel dipilih
nomor spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm. Pengukuran viskositas dilakukan
pada hari ke-0 dan 21.
3.5.3 Uji Sifat Alir
Sediaan disimpan dalam wadah, lalu spindel diturunkan ke dalam sediaan
hingga batas yang ditentukan, kecepatan diatur mulai dari 10, 12, 20, 30, 50, 60,
100 rpm lalu dilanjutkan dari kecepatan sebaliknya 100, 60, 50, 30, 20, 12, 10
rpm. Uji sifat alir dilakukan pada hari ke-0.
3.5.4 Pengukuran Diameter Partikel Rata-rata (Martin, et al., 1993)
Diameter partikel rata-rata diukur dengan menggunakan mikroskop optik.
Dengan cara sediaan emulsi diletakkan pada kaca objek, diamati dengan
mikroskop perbesaran 10 x 10. Gambar yang diamati difoto dan diukur diameter
globulnya. Pengukuran diameter partikel rata-rata dilakukan pada hari ke-0 dan
21.
3.5.5 Uji Tipe Emulsi (Martin, et al., 1993)
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu
metode pengenceran. Dilakukan dengan penambahan sejumlah air dalam emulsi.
Bila emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka emulsi termasuk tipe
M/A sedangkan bila emulsi tidak bercampur dengan sempurna maka tipe emulsi
A/M. Uji tipe emulsi ini dilakukan pada hari ke-0 dan 21, untuk melihat ada atau
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
35/83
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidaknya fenomena inversi fasa (pengubahan fasa) dari minyak dalam air menjadi
air dalam minyak.
3.5.6
Pengukuran pH (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elekroda
sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 9. Kemudian
elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH yang muncul dilayar dan stabil lalu
dicatat. Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sediaan pada hari ke-0
dan 21 pada suhu ruang.
3.5.7
Uji Stabilitas
a. Uji Volume creaming (Martin, et al., 1993)
Sebanyak 70 ml emulsi dalam gelas ukur 100 ml disimpan dan dilihat
adanya perubahan tinggi globul akibat creaming atau terjadi pengendapan.
Pengamatan dilakukan selama penyimpanan emulsi dari hari ke-0 sampai 21.
Kemudian dilakukan pengukuran :
F : x 100
Keterangan: Dimana F=volume kriming; Vu = volume akhir dari terjadinya endapan/creaming;Vo= volume awal dari emulsi sebelum terjadi endapan/creaming
b. Cycling test (Huynh-BA, Kim, 2008)
Metode ini digunakan untuk melihat kestabilan suatu sediaan dengan
pengaruh variasi suhu selama waktu penyimpanan tertentu. Sediaan emulsi awal
yang telah dibuat, dilakukan evaluasi lebih dulu. Kemudian disimpan pada suhu
5C selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40C selama 24
jam, waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu siklus.
Percobaan ini diulang sebanyak 3 siklus selama 12 hari dan dilihat apakah terjadi
pemisahan fase (creaming atau sedimentasi) dan pengukuran diameter globul rata-
rata.
c. Uji Sentrifugasi (Lachman, et al., 1994)
Sediaan emulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian
dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Hasil sentrifugasi
dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
36/83
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6 Alur Penelitian
Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa Linn)
Uji pendahuluan formula basis emulsi yang dievaluasi selama 3 hari
Gom arab
10%, 15%, 20%
Tragakan
1%, 1,5%, 2%
Gelatin
0,5%, 1%, 1,5%Na alginat
1%, 2%, 3%
Formulasi Emulsi dengan Emulgator terpilih : Tragakan 1%, 1,5%, 2%
Evaluasi Sediaan
Emulsi
Analisis Data
Pembuatan SediaanEmulsi
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
37/83
22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Pembuatan Emulsi
Pengolahan minyak biji jinten hitam menjadi bentuk emulsi dilakukan
dengan tujuan bagaimana menghilangkan rasa berminyak dari minyak biji jinten
hitam sendiri agar menjadi produk yang lebih baik dengan mengurangi atau
menutupi rasa berminyak dari biji jinten hitam tersebut. Dasar pembuatan emulsi
minyak biji jinten hitam dengan menggunakan emulgator tragakan adalah hasil
dari uji pendahuluan formula basis emulsi yang telah dilakukan sebelumnyamenggunakan beberapa emulgator alam terpilih, seperti gom arab, tragakan,
gelatin dan Na alginat dan diamati secara organoleptis selama 3 hari.
Tabel 4.1 Hasil Formula Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Bahan KonsentrasiPengamatan selama 3 hari
Warna Konsistensi Bau
Gom arab
10% Cokelat tua Terpisah 2 lapisan Khas minyak
15% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak20% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak
Gelatin
0,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak
1% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak
1,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak
Tragakan
1% Krem kekuningan Homogen Khas minyak
1,5% Krem kekuningan Homogen Khas minyak
2% Krem kekuningan Homogen Khas minyak
Na alginat
1% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak
2% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak
3% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
38/83
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Basis emulsi dengan emulgator tragakan merupakan basis yang lebih baik di
antara basis emulsi dengan emulgator lain dalam formula emulsi tipe M/A minyak
biji jinten hitam, dilihat dari konsistensinya yaitu berwarna krem kekuningan dan
tidak adanya lapisan terpisah yang menandakan terjadinya ketidakstabilan.
Dibandingkan dengan basis emulsi yang menggunakan emulgator gom arab,
gelatin dan Na alginat yang dari awal pembuatan sudah terlihat adanya pemisahan
fase (atas:fase minyak; bawah:fase air), emulgator tragakan mampu
mempertahankan viskositas fase pendispersi sehingga produk menjadi lebih stabil.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan uji pendahuluan di atas tragakan
dipilih untuk membuat formula emulsi minyak biji jinten hitam selanjutnya.
Pada penelitian ini dibuat tiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam dengan variasi konsentrasi tragakan. Tujuan memvariasikan konsentrasi
tragakan yaitu untuk memperoleh formula minyak biji jinten hitam dengan
kualitas dan stabilitas fisik yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan emulsi
setelah berada dalam sediaan.
Pembuatan emulsi diawali dengan mendispersikan tragakan dengan
aquadest dalam beacker glass, dihomogenkan dengan stirer homogenizer dengan
kecepatan 950 rpm. Kemudian ditambahkan minyak biji jinten hitam, sukrosa,
serta Na benzoat yang telah dilarutkan dalam sejumlah air sambil tetap
dihomogenkan dengan kecepatan tinggi yaitu 1517 rpm selama 30 menit agar
diperoleh ukuran globul yang kecil. Proses homogenisasi merupakan proses
emulsifikasi yang bertujuan memperkecil ukuran fase terdispersi (globul) agar
terdispersi dengan baik dalam medium pendispersinya. Oleh karena itu,
homogenisasi secara mekanis dapat menghasilkan pengurangan ukuran globul dan
penyebaran tragakan sebagai emulgator secara merata. Prinsip kerja darihomogenisasi secara mekanis yaitu mengurangi ukuran globul dengan cara
menggerus partikel besar dengan rotor atau komponen yang bergerak sehingga
menghasilkan partikel berukuran lebih kecil dari sebelumnya. Energi besar dari
komponen bergerak atau rotor tadi terbukti mampu memperkecil ukuran globul
dari emulsi (Intan, K, et al., 2012).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
39/83
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Peran tragakan dalam emulsi ini sebagai biopolimer hidrofilik yang mampu
meningkatkan stabilitas emulsi dengan teradsorpsi pada permukaan droplet fase
terdispersi dan mencegah penggabungannya dengan membentuk lapisan
pelindung serta meningkatkan viskositas fase pendispersi (Rezvani, et al., 2002).
Begitu pun menurut Vahid, et al., (2012) bahwa tragakan merupakan polisakarida
anionik yang sangat efektif sebagai emulgator alami yang dapat digunakan untuk
meningkatkan sifat fisik dan reologi dari suatu sediaan emulsi. Apabila viskositas
ditingkatkan maka dapat mengurangi kecepatan pemisahan emulsi. Dengan
demikian, penambahan bahan pengental seperti tragakan ini diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas emulsi selama penyimpanan.
Secara teoritis pun disebutkan bahwa emulgator berupa hidrokoloid
membentuk lapisan ganda (multimolekular) yang mengelilingi tetesan minyak
yang terdispersi. Emulgator tipe ini tidak menyebabkan penurunan tegangan
permukaan yang cukup dalam, akan tetapi kemampuannya lebih efektif
membentuk suatu lapisan multimolekular pada antarmuka dalam melindungi
tetesan yang terdispersi serta meningkatkan viskositas fase pendispersinya
(Martin, et al., 1993; Gennaro, 1975). Oleh karena itu, tragakan dapat
memfasilitasi pembentukan tetesan minyak (oil-droplet), meningkatkan stabilitas
emulsi dan menghasilkan shelf-life yang diinginkan pada emulsi tipe M/A minyak
biji jinten hitam.
Setelah tercampur homogen, emulsi kemudian disimpan dalam wadah gelas
yang tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba.
4.2 Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dilakukan untukmenggambarkan kestabilan sediaan secara subjektif atau dikenal dengan istilah
shelf-life. Shelf-life suatu sediaan bisa secara langsung dihubungkan dengan
kestabilan kinetik. Kestabilan kinetik berarti sifat-sifat kimia-fisika dari suatu
sediaan tersebut tidak berubah secara berarti selama suatu periode waktu tertentu
(Lachman, et al., 1994).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
40/83
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.1 Hasil Evaluasi Organoleptis Emulsi tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Pengamatan organoleptis ketiga formula emulsi minyak biji jinten hitam
yang diperjelas pada lampiran 9, menunjukkan bahwa selama 21 hari
penyimpanan emulsi berwarna krem kekuningan sesuai dengan warna yang
diharapkan. Begitupun aroma khas minyak biji jinten hitam dalam sediaan masih
tercium karena minyak biji jinten hitam memiliki aroma yang sangat kuat.
Penyebab lainnya adalah karena tidak ditambahkannya penutup rasa dalam
formula untuk menutupi aroma minyak.
4.2.2 Hasil Evaluasi Pengukuran pH
Secara garis besar nilai pH seluruh formula emulsi selama 21 hari
penyimpanan mengalami penurunan. Nilai awal pH emulsi yang dihasilkan sekitar
5-6.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Nilai pH dari masing-masing formula menunjukkan terjadinya penurunan selama
21 hari penyimpanan sekitar 4-5 (dapat dilihat pada lampiran 10). Penurunan pH
pada sediaan oral biasanya disebabkan oleh penguraian lemak akibat hidrolisis;
oksidasi dengan adanya oksigen dari atmosfer dan cahaya; serta pertumbuhan
mikroorganisme (Martin, et al., 1993). Akan tetapi pada penelitian ini tidak
dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari penurunan pH
pada sediaan emulsi.
SediaanHasil pH
Hari ke-0 Hari ke-3
Formula 1
(Tragakan 1%) 6,049 5,064
Formula 2
(Tragakan 1,5%)5,950 4,455
Formula 3
(Tragakan 2%)5,848 4,715
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
41/83
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.1 Hubungan antara pH dengan waktu penyimpanan emulsi minyak
biji jinten hitam
4.2.3 Hasil Evaluasi Pengukuran Viskositas
Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan mediumpendispersi dari suatu sistem emulsi. Semakin tinggi viskositas suatu emulsi,
semakin baik penghambatan agregasi atau penggabungan kembali globul (Intan,
K, et al., 2012). Pengukuran viskositas ketiga formula pada spindel 5 dengan
kecepatan 100 rpm menunjukkan bahwa formula 1, formula 2, dan formula 3
berturut-turut 570 cps, 1050 cps dan 2160 cps.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten
Hitam dengan spindel 5 dan kecepatan 100 rpm
SediaanHasil Viskositas (cPs)
Hari ke-0 Hari ke-3
Formula 1
(Tragakan 1%)570 160
Formula 2
(Tragakan 1,5%)1050 450
Formula 3
(Tragakan 2%)2160 930
Viskositas yang bermakna dari medium pendispersi ini akibat
pembentukan suatu lapisan ganda multimolekular dari sifat hidrofilik tragakan
dimana lapisan tersebut kuat dan menghambat terjadinya penggabungan dari
globul-globul minyak yang sudah terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi zat
pengemulsi, semakin tinggi pula viskositas produk tersebut sehingga dapat
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
42/83
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
meningkatkan stabilitas emulsi (Martin, et al., 1993). Hal tersebut dapat diamati
secara nyata dari viskositas formula 1 (570 cps) yang mengandung tragakan 1%
lebih rendah dibandingkan viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung
tragakan 1,5% serta viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung tragakan
1,5% lebih rendah dibandingkan viskositas formula 3 (2160 cps) yang
mengandung tragakan 2%.
Secara teoritis seiring dengan lamanya penyimpanan, viskositas emulsi
akan semakin meningkat (Lachman, et al., 1994). Akan tetapi setelah dilakukan
pengukuran viskositas pada hari ke-21 sediaan pada penyimpanan suhu kamar
menunjukkan bahwa ketiga formula mengalami penurunan sehingga lebih encer
dibandingkan dengan minggu ke-0. Hal tersebut dapat diamati dari pengukuran
viskositas menggunakan spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm formula 1, formula
2, dan formula 3 berturut-turut 160 cps, 450 cps, dan 930 cps. Penurunan
viskositas tersebut diikuti oleh penurunan stabilitas emulsi. Hal ini karena pada
viskositas yang rendah, fase terdispersi (globul) akan mudah bergerak dalam
medium pendispersinya sehingga peluang terjadinya tabrakan antara sesama
globul semakin tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi partikel yang
lebih besar dan menggumpal. Pembahasan mengenai hubungan ukuran globul
akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
Setelah dilakukan pengukuran viskositas sediaan dengan beragam
kecepatan geser, diperoleh reogram pada lampiran 8. Sifat aliran emulsi minyak
biji jinten hitam dengan emulgator tragakan seharusnya menunjukkan sifat aliran
pseudoplastis thiksotropi, dimana sifat aliran ini disebabkan oleh adanya dispersi
dari tragakan (Martin, et al., 1993). Sifat aliran emulsi pada umumnya berupa
pseudoplastis dimana viskositas akan berkurang seiring dengan naiknya kecepatangeser. Akan tetapi bentuk reogram yang diperoleh dari ketiga formula tidak ada
yang sama dengan bentuk reogram dari aliran pseudoplastis yang representatif itu
sendiri.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
43/83
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Hubungan antara viskositas dengan waktu penyimpanan emulsi
minyak biji jinten hitam
4.2.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata
Pengukuran diameter globul rata-rata emulsi menggunakan mikroskop
Olympus DX 1x71 agar terlihat lebih jelas. Setelah dilakukan pengukuran
diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1, formula 2, dan
formula 3 berturut-turut 14,13 m, 4,065m, dan 2,91m.
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji
Jinten Hitam
Secara teoritis semakin besar konsentrasi emulgator, semakin kecil
diameter globul sehingga dapat meningkatkan stabilitas emulsi yang dihasilkan.
Diameter globul yang kecil akan meningkatkan luas permukaan, meningkatkan
tahanan emulsi untuk mengalir serta meningkatkan viskositas (Koocheki dan
Kadkhodaee, 2011). Hal tersebut dapat diamati secara nyata dari ukuran diameter
formula 1 (14,13 m) yang mengandung tragakan 1% lebih besar dibandingkan
ukuran diameter formula 2 (4,065 m) yang mengandung tragakan 1,5% serta
SediaanHasil Pengukuran Diameter Globul (m)
Hari ke-0 Hari ke-3Formula 1
(Tragakan 1%)14,13 15,32
Formula 2
(Tragakan 1,5%)4,065 14,74
Formula 3
(Tragakan 2%)2,91 3,50
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
44/83
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ukuran diameter formula 2 (4,065 m) yang mengandung tragakan 1,5% lebih
besar dibandingkan ukuran diameter formula 3 (2,91 m) yang mengandung
tragakan 2%.
Setelah penyimpanan selama 21 hari, terjadi peningkatan ukuran globul.
Dari hasil pengamatan yang diperjelas pada lampiran 6, dapat disimpulkan bahwa
formula 1, formula 2 dan formula 3 memiliki ukuran diameter globul rata-rata
15,32 m, 14,74 m dan 3,50 m. Peningkatan ukuran diameter ini terjadi
mungkin disebabkan oleh menyatunya kembali globul-globul minyak,
beraglomerasi selanjutnya membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena
rusaknya lapisan pelindung dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul.
[Sumber : Dickinson, E dan Miller, Reinhard, 2001, telah diolah kembali]
Gambar 4.3 Skema ilustrasi pembentukan koalesen dalam emulsi
Emulgator yang tidak cukup kuat justru akan menyebabkan koalesen
besar-besaran dengan peningkatan ukuran diameter globul dan penurunan jumlah
globul yang terbentuk, hal ini juga yang menyebabkan viskositas sediaan
menurun. Akan tetapi peningkatan ukuran diameter globul rata-rata yang terjadi
pada ketiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam ini masih dalam
batas rentang ukuran diameter globul emulsi yang baik, yaitu 0,1-50 m(De Man
JM, 1997)
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
45/83
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.4 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata dengan waktu
penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam
4.2.5
Hasil Evaluasi Pengukuran Volume Creaming
Hasil pengamatan dari hari ke-0 sampai hari ke-21, ketiga formula tidak
menunjukkan adanya ketidakstabilan berupa fenomena creaming. Hal ini diduga
karena adanya penambahan tragakan yang sangat berperan sebagai agen peningkat
viskositas yang cukup dapat menghambat laju creaming.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Volume Creaming Emulsi Tipe M/A Minyak Biji
Jinten Hitam
Sediaan Awal Akhir
Formula 1(Tragakan 1%)
Homogen, tidak terlihat
adanya lapisan baru
Tidak terjadi creaming
Formula 2
(Tragakan 1,5%)
Homogen, tidak terlihat
adanya lapisan baru
Tidak terjadi creaming
Formula 3
(Tragakan 2%)
Homogen, tidak terlihat
adanya lapisan baru
Tidak terjadi creaming
4.2.6 Hasil Evaluasi Cycling Test
Cycling test merupakan kondisi percepatan dengan adanya fluktuasi suhu
untuk menentukan kestabilan produk selama penyimpanan. Tujuan dilakukannya
cycling test adalah untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase, kehilangan
viskositas, presipitasi dan agregasi dari sediaan yang terjadi akibat siklus (Huynh-
BA, Kim, 2008).
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
46/83
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.6 Hasil Cycling test Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Setelah cycling test, seluruh formula diduga mengalami ketidakstabilan
seperti terlihat keretakan dan adanya gelembung udara pada sediaan. Akan tetapi
sifatnya reversible, karena pada saat dilakukan pengocokan dapat kembali lagi
seperti sediaan awal yang homogen. Data tambahan terkait kestabilan sediaan
hasil cycling test berupa pengukuran diameter globul rata-rata. Setelah dilakukan
pengukuran diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1,
formula 2 dan formula 3 hasil cycling test berturut-turut 18,60 m, 6,28m dan
3,67 m.
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji
Jinten Hitam Hasil Cycling test
SediaanAwal
Pengamatan
Hasil Pengamatan Setelah 3 Siklus
Warna Uk.Diameter
globul (m)
Perubahan
fisik
Formula 1
(Tragakan 1%)
Krem
kekuningan,homogen
Krem
kekuningan18,60
Terlihat adanya
fase yang retak
dan gelembung
Formula 2
(Tragakan1,5%)
Krem
kekuningan,homogen
Krem
kekuningan6,28
Terlihat adanya
fase yang retak
dan gelembung
Formula 3
(Tragakan 2%)
Krem
kekuningan,
homogen
Krem
kekuningan3,67
Terlihat adanya
fase yang retak
dan gelembung
SediaanHasil Pengukuran Diameter Globul (m)
Sebelum cycling test Sesudah cycling test
Formula 1
(Tragakan 1%)14,13 18,60
Formula 2
(Tragakan 1,5%)4,065 6,28
Formula 3
(Tragakan 2%)2,91 3,67
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
47/83
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika dibandingkan dengan ukuran diameter awal pada hari ke-0,
peningkatan ukuran diameter globul hasil cycling test kemungkinan terjadi karena
menyatunya kembali globul-globul minyak, beraglomerasi selanjutnya
membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena rusaknya lapisan pelindung
dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul akibat pengaruh panas dan
dingin berulang dari cycling test. Apabila terjadi pembekuan kemudian mencair,
emulsi akan menjadi kasar dan kadang pecah (Ansel, 2005).
Gambar 4.5 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata sebelum dan
sesudah cycling test
4.2.7
Uji Mekanik (Sentrifugasi)
Uji sentrifugasi merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi
dan meramalkan shelf-life suatu emulsi dengan mengamati pemisahan fase
terdispersi karena pembentukkan krim atau penggumpalan (Lachman, et al.,
1994). Hasil uji sentrifugasi berupa gambar dan deskripsi yang lebih jelas dapat
dilihat pada lampiran 7 dan 14. Ketiga formula terjadi pemisahan fase setelah
dilakukan uji sentrifugasi. Sampel terbagi menjadi dua bagian, dimana lapisan
teratas adalah fase minyak dan lapisan terbawah merupakan fase air. Pembentukan
suatu lapisan minyak secara cepat setelah sentrifugasi merupakan tanda pertama
untuk fenomena ketidakstabilan yang menyebabkan umur simpan sediaan tersebut
pun semakin cepat. Hal ini membuktikan bahwa ketiga formula masih kurang
stabil terhadap pengocokan yang sangat kuat akibat pemisahan gravitasional yang
dipercepat.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
48/83
33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian formulasi emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe M/A
dengan tragakan sebagai emulgator.
2. Formula F1 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 6,049 menjadi 5,064; penurunan viskositas dari 570 cps
menjadi 160 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 14,13 m
menjadi 15,32 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
14,13 mmenjadi 18,60 m.
3. Formula F2 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 5,950 menjadi 4,455; penurunan viskositas dari 1050
cps menjadi 450 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 4,065 m
menjadi 14,74 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
4,065 mmenjadi 6,28 m.
4. Formula F3 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 5,848 menjadi 4,715; penurunan viskositas dari 2160cps menjadi 930 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 2,91 m
menjadi 3,50 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
2,91 mmenjadi 3,67 m.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
49/83
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah :
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis emulgator lainnya untuk
membuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam, seperti gabungan antara
emulgator alam dengan emulgator sintetik.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan HLB minyak biji
jinten hitam untuk memudahkan pembuatan sediaan emulsi dengan
emulgator sintetik atau gabungan antara emulgator sintetik dengan
emulgator alam.
3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terjadinya penurunan pH pada
sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan.
4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan antioksidan
dalam sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan
untuk meningkatkan stabilitas sediaan emulsi.
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
50/83
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Al-Logmani, Ayed., Zari, Talal. 2011. Long-term effects of Nigella sativa L.oil onsome physiological parameters in normal and streptozotocin-induced
diabetic rats. Journal of Diabetes Melitus, Vol.1. Hal: 1-2
Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal: 56, 65-66, 71-79
Anief , Moh Drs Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 96
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Hal: 145-146, 376-381, 389
Aorahman, Zheen Ahmed. 2009. Protective Effect of Nigella sativa Oil againts
CCl4-induced Hepatotoxicity in Rats. AJPS, Vol 8. Hal: 1-2
Arici, Muhammet., Sagdic,Osman., Gecgel,Umit. 2005. Antiabacterial effects of
Turkish Black Cumin (Nigella sativa L) Oils. Grasas y Aceites, Vol.56. Hal:
1-2
Anwar, Effionora, Prof. Dr. Ms, Apt. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi:
Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 107, 283-293
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Peluang Budidaya dan
Manfaat Jinten Hitam (Nigela sativa). Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Hal: 23-25
Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras. 2011. Pharmacognostical and
physicochemical evaluation of seeds of Nigella sativa Linn. With special
reference to evaluation of seed oil. International Journal of Drug Discovery
and Herbal Research. India: Department of Pharmacognosy, VinayakaMissions College of Pharmacy. Hal: 153-154
Deman, JM. 1997. Kimia Makanan. Kosasih Padmawinata, Penterjemah.
Bandung: ITB Pr.Terjemahan dari: Food Chemistry. Hal: 72
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 1030,
1037, 1039
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
51/83
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid
III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 20
Dickinson, Eric dan Miller, Reinhard. 2001. Food Colloids: Fundamental of
Formulation. Germany: Royal Society Chemistry. Hal: 117
Dubick MA. 1986. Historical perspectives on the use of herbal preparations to
promote health. JN The Journal of Nutrition. University of California,
Davis, School of Medicine. Hal:1348-1349
El-Din Hussein, Kamal, El-Tahir Ph D., Dana M Bakeet. 2006. The Black Seed
Nigella sativa Linnaeus- A Mine for Multi Cures: A Plea for Urget Clinical
Evaluation of its Volatile Oil. Department of Pharmacology, College of
Pharmacy, King Saud University Riyadh Saudi Arabia. Hal: 4-14
El-Kadi A, Kandil O. 1986. Effect of Nigella sativa (The Black Seeds) on
immunity. Proceedings of the Fourth International Conference on Islamic
Medicine. Bull. Islamic Med, 4. Hal: 344
Gali-Muhtasib, Hala dkk. 2006. The Medicinal Potential of Black Seed (Nigella
sativa) and its Components. Lead Molecules from Natural Products.
Elsevier. Hal: 134
Gennaro, A. R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Science, Volume 2. Easton,
Pennsylvania: Mack Publishing Company. Hal: 331
Gilani, Anwar-ul Hasan, dkk. 2004. A review of medicinal uses and
pharmacological activities of Nigella sativa. Department of Biological and
Biochemical Sciences The Aga Khan University Medical College, Karachi,
Pakistan. Pakistan Journal of Biological sciences 7 (4). Hal: 441-451
Hanna, Dwisari Septi. 2012. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Emulsi
Ganda Tipe W/O/W Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) SebagaiSediaan Nutrasetika. Skripsi Universitas Indonesia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi. Hal: 32, 38-42, 44
Houghton, P.J.,R.Zarka,B.De-las-Heras and J.R.Hoult. 1995. Fixed Oil of Nigella
sativa and Derived Thymoquinone Inhibit Eicosanoid Generation in
Leukocytes and Membrane Lipid Peroxidation. Planta Medica. Hal: 61
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
52/83
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Huynh-BA, Kim. 2008. Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical
Development: Regulations, Methodologies, and Best Practices. New York:
Springer Science Business Media, LLC, 233 Spring Street. Hal: 346-347
Hutapea, Johnny Ria,DR, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indoensia (III).
Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Hal: 163
Intan, K., Hidayat, T., dan Setiabudy, D. 2012. Pengaruh kondisi homogenisasi
terhadap karakteristik fisik dan mutu santan selama penyimpanan. Jurnal
Litri 18(1). Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Hal: 34-35
Koocheki Arash, Kadkhodaee, Mortazawi, et al. 2009. Influence of Alyssum
homolocarpum seed gum on the stability and flow properties of o/w
emulsion prepared by high intensity ultrasound. Journal Food
Hydrocolloids 23. Hal: 2417
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 1029,
1031-1032, 1040, 1051,1063-1068, 1077
Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi Ketiga.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 794-799, 1079-1089, 1132, 1164
Nickavar, B., Mojaba,F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A. 2003. Chemical
Composition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L.from Iran. Z.
Naturforsch 58c. Hal: 629-630
Paarakh, Padma M. 2010. Nigella sativa Linn-a comprehensive review. Indian
Journal of Natural Product and Resources. Vol 1(4). Hal: 400
Padhye, Subhash dkk. 2008. From Here to Eternity-The Secret of Pharaohs:Therapetutic Potential of Black Cumin Seeds and Beyond. Department of
Pathology and Division of Internal Medicine, Barbara Ann Karmanos
Cancer Institute, Wayne University, School of Medicine, Detroit,MI-48201,
USA.Cancer Ther.6(b). Hal: 495-510
Phillips, G.O., and Williams, P.A. 2009. Handbook of Hydrocolloids: Second
Edition. New York: CRC Press. Hal: 1-2
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
53/83
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ramadan, M.F.,Kroh,L.W.,dan Morsel,J.T. 2003. Radical scavenging activity of
black cumin (Nigella sativa L), coriander (Coriandrum sativum L), and
niger (Guizotiaabyssinica Cass.) crude seed oils and oil fractions. Journal
Agricultural and Food Chemistry. Hal: 6961-6969
Ramin, L., Mehranian,F., Vahabzadeh. 2009. Soy protein isolate and gum arabic
composite affect stability of beverage emulsion. Iranian Journal of
Chemical Enginering, Vol.6, No.2. Hal: 5
Randhawa, Mohammad Akram. 2008. Black seed, Nigella sativa, deserves more
attention. J Ayub Med Coll Abbottabad, 20 (2). Hal: 1
Rezvani, E., Taherian. A.R., Schleining, G. Physical Stability of Beverage
Emulsions as Influences of Orange Oil, Tragancanth, and Arabic Gums
Concentrations. Austria. Canada: Department of Food Sciences and
Technology, BOKU University; Food Research and Development Center,
Agriculture and Agri-Food Canada. Hal: 1-2
Rowey, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal: 1-3, 295-298,
657-658, 662-664, 744-747, 785-787
Salomi NJ., Nair SC., Panikkar KR. 1991. Inhibitory effects of Nigella sativa and
Saffron (Crocus sativus) on Chemical Carcinogenesis in mice. Nut Cancer
16. Hal: 67-72
Sinko, Patrick J,PhD, RPh. 2011. Martins Physical Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. Sixth Edition. Lippincott Williams & Wilkins at
530 Walnut Street: Philadelphia, PA 19106
Sultan, Muhammad Tauseef., Sadiq Butt, Masood., Muhammad Anjum, Faqir.,
Jamil, Amer., Akhtar, Saeed., Nasir, Muhammad.2009. Nutritional Profileof Indigenous Cultivar of Black Cumin Seeds and Antioxidant Potential of
its Fixed and Essential Oil. Palestina: National Institute of Food Science
and Technology, University of Agriculture, Faisalabad, Palestina. Hal:
1321-1322
Vahid, Samavati., Djomeh, Emam., Amin, Mohammad., Mahmoud, Omid., Ali,
Mehdinia. 2012. Application of Rheological Modeling in Food Emulsions.
Vol.31, No.2 Iran J.Chem. Eng. Iran: University of Tehran. Hal: 72
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
54/83
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah
Dr.rer.nat.Soendani Noerono Soewandhi, Apt. Dan Dr.Mathilda
B.Widianto, Apt., Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Fakultas Farmasi UGM.
Gajah Mada University Press:Yogyakarta. Hal: 434-436, 564
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
55/83
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
56/83
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Gambar ........................................................................................ 42-49
Lampiran Tabel............................................................................................. 52-65
Lampiran Sertifikat ....................................................................................... 66-67
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
57/83
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam (PT Prima Agritech Nusantara,
Depok)
Lampiran 2.Gambar Alat yang Digunakan dalam Penelitian
Gambar 1. Viskometer HAAKE Gambar 2. pH meter
Gambar 3. Stirer Homogenizer Gambar 4. Oven
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
58/83
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5. Refrigerator Gambar 6. Mikroskop
Gambar 7. Sentrifugasi
-
7/23/2019 Warda Nabiela Fkik
59/83
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming formula emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam selama 21 hari penyimpanan
Keterangan: F1=Tragakan 1% ; F2=Tragakan 1,5%