Volume II / 2016
Volume II / 2016
PENANGGUNG JAWABDr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhDDr. Florence M. Manurung, SpM(K)Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM
EDITORMubadiyah, S.Psi, MMDeny WahyuniWandi P. Sumanullang, MBA
FOTOGRAFEREndang SupriyadiIrham Sinaga
COPYWRITINGAnggreini & Co.
ALAMAT REDAKSIJEC@KedoyaJl. Terusan Arjuna No. 1Kedoya, Jakarta BaratTelp : (021) 2922 1000Fax : (021) 2569 6060email : [email protected]
www.jec.co.id
Semangat MelayaniSapa Manajemen
Konten
Impian kami untuk menyediakan pelayanan
kesehatan mata yang memenuhi standard terbaik nasional
dan internasional dengan adanya sertifikasi “Gold Seal” dari
Joint Commission International (JCI) dan “Paripurna” dari
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pencapaian ini
kemudian menimbulkan pertanyaan lain bagi kami sendiri,
bisakah pelayanan JEC diakses oleh semua orang?
Menyajikan segala yang terbaik di bidang kedokter-
an mata tidak dapat dilepaskan dari adopsi teknologi, selain
tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang
memenuhi standar kualitas JEC. Implikasi dari penerapan
teknologi mumpuni menimbulkan konsekuensi yang tak
terhindarkan, yaitu biaya pelayanan yang tidak murah.
Meskipun begitu, kami tetap bersemangat mem-
buka pintu kami bagi siapa saja yang memerlukan layanan
kesehatan mata. Penuh syukur, kami dapat menjalankan
program Bakti Katarak secara berkesinambungan dan
menjalin kerjasama antara Klinik Mata Utama JEC@Cibubur
dengan BPJS Kesehatan. Lewat kedua upaya tersebut, kami
berharap dapat menjaga agar JEC tetap menjadi pusat
pelayanan yang dekat di hati masyarakat, sebab kesehatan
mata adalah hak semua orang.
Salam sehat,
RS Mata JEC
2
Pola Hidup Sehat CegahRetinopati Diabetika12
6 Sakit Kepala?Waspadai Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Alergi Imunologidan Mata Anak
8
16 Low VisionBerdamai dengan Penglihatan Buruk
18 Eyes On: “Kick-O� 910” Bakti Katarak JEC Join Gratis Klub Senam Sehat JEC
Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur SambutPasien BPJS
ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea
4
10 Koreksi Minus & Silindris denganOrthokeratology
Volume II / 2016
PENANGGUNG JAWABDr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhDDr. Florence M. Manurung, SpM(K)Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM
EDITORMubadiyah, S.Psi, MMDeny WahyuniWandi P. Sumanullang, MBA
FOTOGRAFEREndang SupriyadiIrham Sinaga
COPYWRITINGAnggreini & Co.
ALAMAT REDAKSIJEC@KedoyaJl. Terusan Arjuna No. 1Kedoya, Jakarta BaratTelp : (021) 2922 1000Fax : (021) 2569 6060email : [email protected]
www.jec.co.id
Semangat MelayaniSapa Manajemen
Konten
Impian kami untuk menyediakan pelayanan
kesehatan mata yang memenuhi standard terbaik nasional
dan internasional dengan adanya sertifikasi “Gold Seal” dari
Joint Commission International (JCI) dan “Paripurna” dari
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pencapaian ini
kemudian menimbulkan pertanyaan lain bagi kami sendiri,
bisakah pelayanan JEC diakses oleh semua orang?
Menyajikan segala yang terbaik di bidang kedokter-
an mata tidak dapat dilepaskan dari adopsi teknologi, selain
tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang
memenuhi standar kualitas JEC. Implikasi dari penerapan
teknologi mumpuni menimbulkan konsekuensi yang tak
terhindarkan, yaitu biaya pelayanan yang tidak murah.
Meskipun begitu, kami tetap bersemangat mem-
buka pintu kami bagi siapa saja yang memerlukan layanan
kesehatan mata. Penuh syukur, kami dapat menjalankan
program Bakti Katarak secara berkesinambungan dan
menjalin kerjasama antara Klinik Mata Utama JEC@Cibubur
dengan BPJS Kesehatan. Lewat kedua upaya tersebut, kami
berharap dapat menjaga agar JEC tetap menjadi pusat
pelayanan yang dekat di hati masyarakat, sebab kesehatan
mata adalah hak semua orang.
Salam sehat,
RS Mata JEC
2
Pola Hidup Sehat CegahRetinopati Diabetika12
6 Sakit Kepala?Waspadai Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Alergi Imunologidan Mata Anak
8
16 Low VisionBerdamai dengan Penglihatan Buruk
18 Eyes On: “Kick-O� 910” Bakti Katarak JEC Join Gratis Klub Senam Sehat JEC
Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur SambutPasien BPJS
ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea
4
10 Koreksi Minus & Silindris denganOrthokeratology
Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa
surat rujukan dokter dari layanan primer yang
menyatakan bahwa peserta BPJS memerlukan
pemeriksaan mata dan penatalaksanaan lebih
lanjut di JEC@Cibubur. Mengingat banyaknya
jumlah peserta asuransi milik pemerintah tersebut,
peserta BPJS Kesehatan diharapkan mengikuti
seluruh proses yang berlaku. JEC@Cibubur
berkomitmen untuk memberikan pelayanan
kesehatan mata yang memadai sesuai dengan
ketentuan penyelenggara BPJS Kesehatan.
Berdiri di atas lahan seluas 1.030 meter
persegi, dengan total luas bangunan 1.300 meter
persegi, bangunan 4 lantai JEC@Cibubur mampu
menampung 100-150 pasien setiap harinya dan
memiliki fasilitas bedah tanpa rawat inap. Pengelo-
laan manajemen dan operasional Klinik Mata
Utama JEC@Cibubur berada di bawah PT. JEC
Medika Indonesia, yaitu anak
perusahaan JEC Korporat
(PT. Nitrasanata Dharma,
perusahaan yang
memayungi RS Mata
JEC).
JEC@Cibubur
dilengkapi dengan
peralatan diagnos-
tik dan terapeutik
modern yang antara
lain terdiri dari Optical Coherence Tomography
(OCT), foto fundus digital, USG
mata, perimetri Humphrey, pachymetry, biometri,
IOL Master, retinometri, tonometri non-kontak, laser
kapsulotomi, serta laser fotokoagulasi. Klinik
mampu menangani keluhan katarak dan mengatasi
permasalahan kesehatan mata lainnya seperti
glaukoma dan retina. Layanan yang tidak tersedia di
klinik hanyalah bedah LASIK dan penanganan yang
memerlukan rawat inap.
JEC@Cibubur siap menyambut pasien,
peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lainnya
dan juga pasien mandiri. Mari luangkan waktu satu
hari untuk menjalani pemeriksaan mata berkala.
2 3
Corporate News
linik Mata Utama JEC@Cibubur yang ber-
lokasi di kawasan timur Jakarta merupakan
salah satu wujud nyata komitmen JEC
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pelayananan kesehatan mata terdepan.
Mudah dicapai dari Bekasi, Depok, bahkan Bogor,
klinik memiliki pelayanan mata terintegrasi.
Berfokus memberikan pelayanan ber-
pengalaman, andal dan terampil didukung
teknologi medis terkini, JEC@Cibubur semakin
terjangkau pasca penandatangan kerjasama
dengan BPJS Kesehatan untuk tindakan yang
tidak memerlukan bius umum.
“Secara prinsip, kami ingin melayani
masyarakat seluas-luasnya. Ketika pemerintah
meluncurkan BPJS Kesehatan, banyak yang
bertanya kapan program tersebut berlaku di JEC.
Kerjasama antara BPJS dan Klinik Mata Utama
JEC@Cibubur kiranya dapat menjawab harapan
masyarakat,” jelas Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM yang
mengepalai klinik.
Prosedur BPJS menetapkan alur pelayanan
dengan pola rujukan berjenjang mulai dari sistem
layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri
atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik
pratama (klinik swasta). Guna menghindari penum-
pukan di rumah sakit, peserta harus berobat dari
sistem layanan primer terlebih dulu. Peserta bisa
langsung mendapatkan penanganan di rumah sakit
bila ada keadaan darurat seperti kecelakaan atau
penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer.
K
Masyarakat kini memiliki kesempatan lebih luas untuk mengakses berbagai pusat pelayanan kesehatan sejak kehadiran Badan Penyelengga-ra Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah ini bukan hanya bermanfaat di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, melainkan juga di klinik dan rumah sakit swasta, termasuk Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur yang telah melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Agustus 2016.
Klinik Mata Utama Klinik Mata Utama
Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa
surat rujukan dokter dari layanan primer yang
menyatakan bahwa peserta BPJS memerlukan
pemeriksaan mata dan penatalaksanaan lebih
lanjut di JEC@Cibubur. Mengingat banyaknya
jumlah peserta asuransi milik pemerintah tersebut,
peserta BPJS Kesehatan diharapkan mengikuti
seluruh proses yang berlaku. JEC@Cibubur
berkomitmen untuk memberikan pelayanan
kesehatan mata yang memadai sesuai dengan
ketentuan penyelenggara BPJS Kesehatan.
Berdiri di atas lahan seluas 1.030 meter
persegi, dengan total luas bangunan 1.300 meter
persegi, bangunan 4 lantai JEC@Cibubur mampu
menampung 100-150 pasien setiap harinya dan
memiliki fasilitas bedah tanpa rawat inap. Pengelo-
laan manajemen dan operasional Klinik Mata
Utama JEC@Cibubur berada di bawah PT. JEC
Medika Indonesia, yaitu anak
perusahaan JEC Korporat
(PT. Nitrasanata Dharma,
perusahaan yang
memayungi RS Mata
JEC).
JEC@Cibubur
dilengkapi dengan
peralatan diagnos-
tik dan terapeutik
modern yang antara
lain terdiri dari Optical Coherence Tomography
(OCT), foto fundus digital, USG
mata, perimetri Humphrey, pachymetry, biometri,
IOL Master, retinometri, tonometri non-kontak, laser
kapsulotomi, serta laser fotokoagulasi. Klinik
mampu menangani keluhan katarak dan mengatasi
permasalahan kesehatan mata lainnya seperti
glaukoma dan retina. Layanan yang tidak tersedia di
klinik hanyalah bedah LASIK dan penanganan yang
memerlukan rawat inap.
JEC@Cibubur siap menyambut pasien,
peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lainnya
dan juga pasien mandiri. Mari luangkan waktu satu
hari untuk menjalani pemeriksaan mata berkala.
2 3
Corporate News
linik Mata Utama JEC@Cibubur yang ber-
lokasi di kawasan timur Jakarta merupakan
salah satu wujud nyata komitmen JEC
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pelayananan kesehatan mata terdepan.
Mudah dicapai dari Bekasi, Depok, bahkan Bogor,
klinik memiliki pelayanan mata terintegrasi.
Berfokus memberikan pelayanan ber-
pengalaman, andal dan terampil didukung
teknologi medis terkini, JEC@Cibubur semakin
terjangkau pasca penandatangan kerjasama
dengan BPJS Kesehatan untuk tindakan yang
tidak memerlukan bius umum.
“Secara prinsip, kami ingin melayani
masyarakat seluas-luasnya. Ketika pemerintah
meluncurkan BPJS Kesehatan, banyak yang
bertanya kapan program tersebut berlaku di JEC.
Kerjasama antara BPJS dan Klinik Mata Utama
JEC@Cibubur kiranya dapat menjawab harapan
masyarakat,” jelas Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM yang
mengepalai klinik.
Prosedur BPJS menetapkan alur pelayanan
dengan pola rujukan berjenjang mulai dari sistem
layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri
atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik
pratama (klinik swasta). Guna menghindari penum-
pukan di rumah sakit, peserta harus berobat dari
sistem layanan primer terlebih dulu. Peserta bisa
langsung mendapatkan penanganan di rumah sakit
bila ada keadaan darurat seperti kecelakaan atau
penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer.
K
Masyarakat kini memiliki kesempatan lebih luas untuk mengakses berbagai pusat pelayanan kesehatan sejak kehadiran Badan Penyelengga-ra Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah ini bukan hanya bermanfaat di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, melainkan juga di klinik dan rumah sakit swasta, termasuk Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur yang telah melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Agustus 2016.
Klinik Mata Utama Klinik Mata Utama
ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea
Cataract & Refractive Surgery Service
4 5
eLEx® SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan inovasi terkini dari
teknologi koreksi penglihatan dengan laser.
Sebelum prosedur ini lahir, kita telah mengenal
tindakan dengan Photo Refractive Keratectomy
(PRK) dan Laser in Situ Keratomileusis (LASIK).
Prosedur SMILE hadir menyempurnakan keistime-
waan dari tindakan LASIK dan PRK.
Pada LASIK, dokter harus membuat flap
kornea, yaitu membuka lapisan luar kornea tanpa
putus sehingga tercipta semacam pintu. Flap dibuat
dengan pisau bedah mata maupun dengan laser
femtosecond. Setelah flap terbuka, dokter operator
dapat membentuk bagian dalam kornea dengan
menggunakan laser excimer, kemudian mengem-
balikan posisi flap hingga kornea kembali tertutup
rapi seperti semula.
Prosedur SMILE tergolong minim invasi.
Dokter tidak perlu membuat flap sehingga tidak ada
risiko yang terkadang muncul menyertainya. Tanpa
flap, lapisan atas kornea dan bagian saraf pada
kornea sebagian besar tetap utuh sehingga mem-
perkecil risiko terjadinya sindroma mata kering.
Tindakan ablasi untuk pembentukan
kornea tidak diperlukan pada SMILE. Keseluruhan
prosedur hanya berlangsung dengan satu kali laser
femtosecond. Dokter operator membuat lentikular
pada kornea dan mengekstraknya melalui sayatan
yang sangat kecil, sekitar 4 milimeter saja. Sayatan
sekecil ini menurunkan risiko terjadinya infeksi dan
pertumbuhan epitel sekaligus membuat kualitas
kesembuhan kornea pasca bedah semakin baik.
Tidak semua orang dapat menjadi kandi-
dat ReLEx® SMILE. Prosedur ini mampu mengoreksi
ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus
dengan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga
S-10.00 diopter. Bagi pasien dengan ukuran mata di
luar kisaran tersebut, dokter akan menyarankan
prosedur LASIK.
ReLEx® SMILE tentu saja bisa menjadi
alternatif bagi Anda yang ingin melihat dengan
benderang tanpa memerlukan kacamata atau lensa
kontak lagi. Tindakan ReLEx® SMILE sangat tepat
untuk individu yang memiliki mobilitas tinggi, aktif,
dinamis dan berkecimpung di dunia contact sports
dan extreme sports seperti tinju, taekwondo, terjun
payung, selam, selancar, dan lain sebagainya.
R
Di berbagai negara maju, prosedur ini
disambut gembira oleh para ahli bedah refraksi
karena memberikan hasil baik pada mata pasien
dengan cara yang lebih aman. ReLEx® SMILE
menjawab harapan pasien yang menginginkan
kualitas penglihatan lebih baik dengan tingkat
keamanan prosedur lebih tinggi.
Untuk mendapatkan manfaat dari
prosedur ReLEx® SMILE, Anda dapat berkonsultasi
terlebih dulu kepada ahli bedah refraktif JEC. Sangat
disarankan untuk membuat janji temu melalui Call
Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat
diunduh melalui Android Apps Store atau Apple
Apps Store.
Alam menyediakan begitu banyak hal untuk dinikmati, termasuk jutaan pemandangan indah yang terbentang di hadapan kita maupun yang harus dicari hingga ke pelosok terpencil. Alangkah menyenangkannya bila semua itu dapat terlihat tanpa bantuan kacamata dan lensa kontak. ReLEx® SMILE telah hadir di RS Mata JEC untuk memberikan kebebasan bagi mata Anda. Begitu nyaman, aman, dan lebih stabil karena tidak perlu membuka lapisan terluar kornea.
Cataract & Refractive Surgery Service
Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K)
Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)
Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM(K)
Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD(K)
Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)
Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K)
Dr. Ucok Parlindungan, SpM(K)
Dr. Sharita R. Siregar, SpM
Tahapan SMILE:
1. VisuMax® femtosecond Laser bekerja menembus masuk ke lapisan Stroma kornea untuk membuat jaringan tipis atau lentikular. Ketebalan lentikular dibuat sesuai dengan ukuran kelainan refraksi yang dimiliki pasien. Kemudian laser membuat sayatan kecil untuk menarik lentikular keluar
2. Dokter mengangkat lentikular tersebut melalui sayatan kecil yang telah dibuat sebelumnya. Sayatan hanya berukuran 2-4mm.
3. Terangkatnya lentikular menyebabkan perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraksi pasien. Sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan.
ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea
Cataract & Refractive Surgery Service
4 5
eLEx® SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan inovasi terkini dari
teknologi koreksi penglihatan dengan laser.
Sebelum prosedur ini lahir, kita telah mengenal
tindakan dengan Photo Refractive Keratectomy
(PRK) dan Laser in Situ Keratomileusis (LASIK).
Prosedur SMILE hadir menyempurnakan keistime-
waan dari tindakan LASIK dan PRK.
Pada LASIK, dokter harus membuat flap
kornea, yaitu membuka lapisan luar kornea tanpa
putus sehingga tercipta semacam pintu. Flap dibuat
dengan pisau bedah mata maupun dengan laser
femtosecond. Setelah flap terbuka, dokter operator
dapat membentuk bagian dalam kornea dengan
menggunakan laser excimer, kemudian mengem-
balikan posisi flap hingga kornea kembali tertutup
rapi seperti semula.
Prosedur SMILE tergolong minim invasi.
Dokter tidak perlu membuat flap sehingga tidak ada
risiko yang terkadang muncul menyertainya. Tanpa
flap, lapisan atas kornea dan bagian saraf pada
kornea sebagian besar tetap utuh sehingga mem-
perkecil risiko terjadinya sindroma mata kering.
Tindakan ablasi untuk pembentukan
kornea tidak diperlukan pada SMILE. Keseluruhan
prosedur hanya berlangsung dengan satu kali laser
femtosecond. Dokter operator membuat lentikular
pada kornea dan mengekstraknya melalui sayatan
yang sangat kecil, sekitar 4 milimeter saja. Sayatan
sekecil ini menurunkan risiko terjadinya infeksi dan
pertumbuhan epitel sekaligus membuat kualitas
kesembuhan kornea pasca bedah semakin baik.
Tidak semua orang dapat menjadi kandi-
dat ReLEx® SMILE. Prosedur ini mampu mengoreksi
ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus
dengan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga
S-10.00 diopter. Bagi pasien dengan ukuran mata di
luar kisaran tersebut, dokter akan menyarankan
prosedur LASIK.
ReLEx® SMILE tentu saja bisa menjadi
alternatif bagi Anda yang ingin melihat dengan
benderang tanpa memerlukan kacamata atau lensa
kontak lagi. Tindakan ReLEx® SMILE sangat tepat
untuk individu yang memiliki mobilitas tinggi, aktif,
dinamis dan berkecimpung di dunia contact sports
dan extreme sports seperti tinju, taekwondo, terjun
payung, selam, selancar, dan lain sebagainya.
R
Di berbagai negara maju, prosedur ini
disambut gembira oleh para ahli bedah refraksi
karena memberikan hasil baik pada mata pasien
dengan cara yang lebih aman. ReLEx® SMILE
menjawab harapan pasien yang menginginkan
kualitas penglihatan lebih baik dengan tingkat
keamanan prosedur lebih tinggi.
Untuk mendapatkan manfaat dari
prosedur ReLEx® SMILE, Anda dapat berkonsultasi
terlebih dulu kepada ahli bedah refraktif JEC. Sangat
disarankan untuk membuat janji temu melalui Call
Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat
diunduh melalui Android Apps Store atau Apple
Apps Store.
Alam menyediakan begitu banyak hal untuk dinikmati, termasuk jutaan pemandangan indah yang terbentang di hadapan kita maupun yang harus dicari hingga ke pelosok terpencil. Alangkah menyenangkannya bila semua itu dapat terlihat tanpa bantuan kacamata dan lensa kontak. ReLEx® SMILE telah hadir di RS Mata JEC untuk memberikan kebebasan bagi mata Anda. Begitu nyaman, aman, dan lebih stabil karena tidak perlu membuka lapisan terluar kornea.
Cataract & Refractive Surgery Service
Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K)
Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)
Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM(K)
Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD(K)
Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)
Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K)
Dr. Ucok Parlindungan, SpM(K)
Dr. Sharita R. Siregar, SpM
Tahapan SMILE:
1. VisuMax® femtosecond Laser bekerja menembus masuk ke lapisan Stroma kornea untuk membuat jaringan tipis atau lentikular. Ketebalan lentikular dibuat sesuai dengan ukuran kelainan refraksi yang dimiliki pasien. Kemudian laser membuat sayatan kecil untuk menarik lentikular keluar
2. Dokter mengangkat lentikular tersebut melalui sayatan kecil yang telah dibuat sebelumnya. Sayatan hanya berukuran 2-4mm.
3. Terangkatnya lentikular menyebabkan perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraksi pasien. Sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan.
GlaucomaService
6 7
melonjak secara tiba-tiba. Pasien dapat merasakan
beberapa gejala klinis, mulai dari sakit kepala, nyeri
pada mata, ketajaman penglihatan menurun (men-
dadak buram), seolah melihat pelangi atau
lingkaran berwarna-warni, hingga mual yang dapat
disertai muntah.
Ahli glaukoma RS Mata JEC Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM mengatakan, “Serangan glaukoma akut
merupakan kegawatdaruratan mata yang harus
segera ditangani. Ketika seseorang tiba-tiba
mengalami gejala serangan akut seperti mata
merah dan buram disertai nyeri kepala yang sangat
mengganggu, ia harus segera memeriksakan mata
ke dokter mata. Apabila ditangani dengan cepat
dan tepat, pengelihatan masih bisa pulih kembali.
Namun apabila telat diterapi, tekanan bola mata
yang tinggi akan menimbulkan kerusakan saraf yang
permanen dan tidak bisa lagi dipulihkan.”
Kasus glaukoma sudut tertutup akut
banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk
Indonesia. Ras Asia cenderung memiliki sudut bilik
depan yang sempit sehingga berisiko lebih tinggi
untuk mengalami serangan akut glaukoma diban-
dingkan dengan ras Kaukasia.
Penatalaksanaan
Penderita glaukoma, termasuk tipe sudut
tertutup akut, harus mendapatkan penanganan sedini
mungkin untuk mengurangi risiko kerusakan yang
penglihatan yang parah. Glaukoma adalah penyakit
yang tidak dapat pulih, kerusakan yang telah terjadi
tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, dengan penanganan
sedini mungkin, dokter mata ahli glaukoma dapat
mencegah atau memperlambat kerusakan yang luas
pada penglihatan dengan tatalaksana glaukoma yang
meliputi obat-obatan, terapi laser, dan tindakan operasi
jika diperlukan.
Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut,
dokter akan berusaha menurunkan tekanan bola mata
dengan menggunakan obat-obatan anti glaukoma dan
laser. Tindakan laser bertujuan untuk membuat saluran
di dalam bola mata agar cairan bola mata bisa
mengalir lancar kembali dan TIO pun menjadi turun.
Apabila TIO tetap tinggi walaupun sudah mendapat-
kan terapi obat dan tindakan laser, dokter dapat
menyarankan pasien untuk menjalani operasi. Selain
itu, dokter akan menyarankan tindakan laser pada
mata sebelahnya karena mata sebelah memiliki
risiko yang sama untuk terkena serangan akut.
Sehingga disarankan untuk melakukan laser
preventif agar mata sebelahnya tidak mengalami
hal yang serupa.
Deteksi Dini Secara Komprehensif
Sebaik-baiknya penatalaksanaan penyakit
glaukoma, tentu akan lebih baik melakukan pen-
cegahan terjadinya serangan. Cara terbaik untuk
mengetahui ada atau tidaknya risiko glaukoma
hanyalah dengan melakukan deteksi dini dan
pemeriksaan berkala. Rangkaian pemeriksaan diawali dengan
memeriksa ketajaman penglihatan dan pemeriksaan
TIO. Selanjutnya, dilakukan pengukuran TIO dengan
alat tonometri nonkontak atau tonometri aplanasi
Goldman. Pemeriksaan dengan gonioskopi diperlukan
untuk menilai sudut bilik mata depan guna menentu-
kan jenis glaukoma. Pemeriksaan lainnya mencakup
pemeriksaan evaluasi struktur saraf mata meng-
gunakan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau
Optical Coherence Tomography (OCT), pemeriksaan
lapangan pandang mata dengan alat Humphrey dan
juga pemeriksaan ketebalan kornea mata.
Pemeriksaan glaukoma secara kompre-
hensif dengan teknologi modern dapat dilakukan di
JEC@Menteng, JEC@Kedoya, dan JEC@Cibubur.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui Call Center
JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp
088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0,
atau melalui JEC Mobile App.
terganggu. Saat itu, kerusakan terlanjur meluas. Hal
ini umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
glaukoma tipe primer sudut terbuka dan primer
sudut tertutup kronik.
Ketika Glaukoma Bergejala
Ketiadaan gejala tidak berlaku pada tipe
glaukoma sudut tertutup akut. Tipe yang satu ini
memberikan tanda khas sehingga bila segera
tertangani akan mencegah kerusakan penglihatan.
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi
seketika karena peningkatan cairan dengan cepat
dan drastis di dalam mata yang mengakibatkan TIO
Masyarakat seringkali merespon rasa sakit kepala dengan cara mengonsumsi pereda nyeri. Padahal, sakit kepala merupakan tanda adanya gangguan kesehatan lain yang bisa berupa apa saja, termasuk glaukoma tipe sudut tertutup akut. Dengan mengenali ragam gejala galukoma tipe sudut tertutup, penderita akan segera mencari pertolongan dokter mata sehingga dapat terhindar dari kerusakan pengliatan yang luas.
SAKIT KEPALA?
eberadaan glaukoma seringkali tidak
disadari oleh penderitanya. Ketika tekanan
bola mata atau tekanan intraokuler (TIO)
naik sedikit demi sedikit, tubuh manusia yang
memiliki kemampuan beradaptasi secara luar biasa
otomatis menyesuaikan diri sehingga penderita
tidak merasakan gangguan pada bagian mata.
Peningkatan TIO secara terus-menerus
menekan saraf-saraf mata hingga terjadi kerusakan
penglihatan sedikit demi sedikit yang biasanya
dimulai dari bagian tepi (penglihatan perifer). Ketika
kerusakan mulai mengenai sekitar penglihatan
sentral yang banyak digunakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menonton,
berjalan, dan menyetir kendaraan, barulah merasa
KGlaucoma Service
DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K)Dr. Abdul Manan Ginting, SpM(K)Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K)Dr. Donny V. Istiantoro, SpM(K)Dr. Zeiras Eka Djamal, SpMDr. Emma Rusmayani, SpMDr. Rini Sulastiwati, SpMDr. M. Yoserizal, SpM
WASPADAI GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT
GlaucomaService
6 7
melonjak secara tiba-tiba. Pasien dapat merasakan
beberapa gejala klinis, mulai dari sakit kepala, nyeri
pada mata, ketajaman penglihatan menurun (men-
dadak buram), seolah melihat pelangi atau
lingkaran berwarna-warni, hingga mual yang dapat
disertai muntah.
Ahli glaukoma RS Mata JEC Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM mengatakan, “Serangan glaukoma akut
merupakan kegawatdaruratan mata yang harus
segera ditangani. Ketika seseorang tiba-tiba
mengalami gejala serangan akut seperti mata
merah dan buram disertai nyeri kepala yang sangat
mengganggu, ia harus segera memeriksakan mata
ke dokter mata. Apabila ditangani dengan cepat
dan tepat, pengelihatan masih bisa pulih kembali.
Namun apabila telat diterapi, tekanan bola mata
yang tinggi akan menimbulkan kerusakan saraf yang
permanen dan tidak bisa lagi dipulihkan.”
Kasus glaukoma sudut tertutup akut
banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk
Indonesia. Ras Asia cenderung memiliki sudut bilik
depan yang sempit sehingga berisiko lebih tinggi
untuk mengalami serangan akut glaukoma diban-
dingkan dengan ras Kaukasia.
Penatalaksanaan
Penderita glaukoma, termasuk tipe sudut
tertutup akut, harus mendapatkan penanganan sedini
mungkin untuk mengurangi risiko kerusakan yang
penglihatan yang parah. Glaukoma adalah penyakit
yang tidak dapat pulih, kerusakan yang telah terjadi
tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, dengan penanganan
sedini mungkin, dokter mata ahli glaukoma dapat
mencegah atau memperlambat kerusakan yang luas
pada penglihatan dengan tatalaksana glaukoma yang
meliputi obat-obatan, terapi laser, dan tindakan operasi
jika diperlukan.
Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut,
dokter akan berusaha menurunkan tekanan bola mata
dengan menggunakan obat-obatan anti glaukoma dan
laser. Tindakan laser bertujuan untuk membuat saluran
di dalam bola mata agar cairan bola mata bisa
mengalir lancar kembali dan TIO pun menjadi turun.
Apabila TIO tetap tinggi walaupun sudah mendapat-
kan terapi obat dan tindakan laser, dokter dapat
menyarankan pasien untuk menjalani operasi. Selain
itu, dokter akan menyarankan tindakan laser pada
mata sebelahnya karena mata sebelah memiliki
risiko yang sama untuk terkena serangan akut.
Sehingga disarankan untuk melakukan laser
preventif agar mata sebelahnya tidak mengalami
hal yang serupa.
Deteksi Dini Secara Komprehensif
Sebaik-baiknya penatalaksanaan penyakit
glaukoma, tentu akan lebih baik melakukan pen-
cegahan terjadinya serangan. Cara terbaik untuk
mengetahui ada atau tidaknya risiko glaukoma
hanyalah dengan melakukan deteksi dini dan
pemeriksaan berkala. Rangkaian pemeriksaan diawali dengan
memeriksa ketajaman penglihatan dan pemeriksaan
TIO. Selanjutnya, dilakukan pengukuran TIO dengan
alat tonometri nonkontak atau tonometri aplanasi
Goldman. Pemeriksaan dengan gonioskopi diperlukan
untuk menilai sudut bilik mata depan guna menentu-
kan jenis glaukoma. Pemeriksaan lainnya mencakup
pemeriksaan evaluasi struktur saraf mata meng-
gunakan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau
Optical Coherence Tomography (OCT), pemeriksaan
lapangan pandang mata dengan alat Humphrey dan
juga pemeriksaan ketebalan kornea mata.
Pemeriksaan glaukoma secara kompre-
hensif dengan teknologi modern dapat dilakukan di
JEC@Menteng, JEC@Kedoya, dan JEC@Cibubur.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui Call Center
JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp
088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0,
atau melalui JEC Mobile App.
terganggu. Saat itu, kerusakan terlanjur meluas. Hal
ini umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
glaukoma tipe primer sudut terbuka dan primer
sudut tertutup kronik.
Ketika Glaukoma Bergejala
Ketiadaan gejala tidak berlaku pada tipe
glaukoma sudut tertutup akut. Tipe yang satu ini
memberikan tanda khas sehingga bila segera
tertangani akan mencegah kerusakan penglihatan.
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi
seketika karena peningkatan cairan dengan cepat
dan drastis di dalam mata yang mengakibatkan TIO
Masyarakat seringkali merespon rasa sakit kepala dengan cara mengonsumsi pereda nyeri. Padahal, sakit kepala merupakan tanda adanya gangguan kesehatan lain yang bisa berupa apa saja, termasuk glaukoma tipe sudut tertutup akut. Dengan mengenali ragam gejala galukoma tipe sudut tertutup, penderita akan segera mencari pertolongan dokter mata sehingga dapat terhindar dari kerusakan pengliatan yang luas.
SAKIT KEPALA?
eberadaan glaukoma seringkali tidak
disadari oleh penderitanya. Ketika tekanan
bola mata atau tekanan intraokuler (TIO)
naik sedikit demi sedikit, tubuh manusia yang
memiliki kemampuan beradaptasi secara luar biasa
otomatis menyesuaikan diri sehingga penderita
tidak merasakan gangguan pada bagian mata.
Peningkatan TIO secara terus-menerus
menekan saraf-saraf mata hingga terjadi kerusakan
penglihatan sedikit demi sedikit yang biasanya
dimulai dari bagian tepi (penglihatan perifer). Ketika
kerusakan mulai mengenai sekitar penglihatan
sentral yang banyak digunakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menonton,
berjalan, dan menyetir kendaraan, barulah merasa
KGlaucoma Service
DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K)Dr. Abdul Manan Ginting, SpM(K)Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K)Dr. Donny V. Istiantoro, SpM(K)Dr. Zeiras Eka Djamal, SpMDr. Emma Rusmayani, SpMDr. Rini Sulastiwati, SpMDr. M. Yoserizal, SpM
WASPADAI GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT
9
alergi, maka risiko diturunkan pada anak sekitar
25-30 persen. Namun bila kedua orangtua alergi
(atau berbakat alergi karena kakek-nenek ada yang
menderita alergi), maka risiko alergi menurun ke
anak pun meningkat menjadi 60-70 persen.
Pendapat lain menyebutkan bahwa bakat alergi
diturunkan 100 persen, hanya saja pencetusnya dan
dampak alergi belum tentu sama. Pada orang tua
yang tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memi-
liki risiko alergi sekitar 5-15 persen.
Sejumlah peneliti di Indonesia mempre-
diksi peningkatan kasus alergi mencapai 30 persen
per tahun. Alergi memiliki prevalensi tertinggi pada
bayi dan anak. Kejadian alergi pada anak diperkira-
kan antara 5-11 persen (Chandra, 2011).
Penderita alergi berat berisiko mengalami
reaksi alergi yang mengancam jiwa, dikenal dengan
istilah anafilaksis. Reaksinya mulai dari pingsan
karena kesulitan bernafas hingga nyawa melayang.
Penderita bisa diselamatkan apabila segera
mendapatkan penanganan ketika muncul gejala
awal anafilaksis.
Dampak Pada Mata Anak
Serangan alergi yang mencapai mata
seringkali ditemukan pada anak-anak karena imuni-
tas mereka cenderung lebih rendah dibandingkan
orang dewasa. Ketua Children Eye and Squint Clinic
(CESC) JEC Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K, MMEdu mengemukakan, keadaan penyakit mata
akibat alergi bervariasi mulai dari konjungtivitis derajat
ringan hingga derajat berat seperti keratokonjungtivitis
atopik yang dapat menyebabkan kebutaan.
Konjungtivitis sering ditandai dengan mata
kemerahan, terasa gatal, dan kadang disertai sedikit
rasa panas. Gangguan ini bisa terjadi karena beragam
pencetus, terutama debu, tungau, makanan, dan
serpihan yang berasal dari hewan peliharaan yang
kurang bersih (kulit, bulu, atau kotoran).
Pada dasarnya, masalah kesehatan mata
yang dapat timbul karena alergi dapat diatasi dengan
menghindari pencetus dan menjaga kebersihan. Akan
tetapi pasien dan dokter mata menghadapi problem
yang lebih serius jika pasien mengalami gangguan
imunologi.
Dari Gatal Sampai Glaukoma
Dalam suatu kasus yang cukup langka, JEC
menemukan alergi yang semula menimbulkan
mata merah kemudian berkembang semakin berat
pada pasien anak. Awalnya pasien anak datang
dengan keluhan mata merah. Setelah masalah
teratasi, beberapa bulan kemudian pada mata anak
tersbut ditemukan katarak. Setelah katarak dihilan-
gkan, pasien mengalami glaukoma. Di usia yang
begitu muda, pasien anak ini harus mengalami
pembedahan berkali-kali dan juga menjalani
pengobatan.
“Pasien seperti ini membutuhkan pena-
nganan bersama oleh beberapa dokter subspesialis
sekaligus. Kami juga merujuk pasien ke dokter ahli
alergi imunologi untuk menangani sumber utama
gangguan kesehatannya. Apabila masalah alergi
imunologi tidak tertangani dengan baik, besar
kemungkinan pasien anak ini mengalami masalah
pada mata terus-menerus, dan mungkin juga
merembet ke organ lainnya,” tutur Dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Orang tua perlu mengamati bila ada
riwayat alergi di dalam keluarga, termasuk keluarga
besar yang masih bertalian darah. Buat catatan
khusus mengenai jenis alergi yang dialami keluarga,
gejala yang terlihat pada anak dan beserta pen-
cetusnya. Kecermatan orang tua dapat menjadi
kunci untuk menyelamatkan mata anak.
Children Eye & Squint Clinic
8
stilah “alergi” digunakan untuk pertama kalinya
oleh Clemens von Pirquet pada tahun 1906.
Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi
kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap bebera-
pa pencetus.
Ada banyak ragam penyakit dalam alergi
dan imunologi. Untuk bidang alergi, contohnya
dapat berupa asma bronkial, rinitis alergi, dan
urtikaria kronik (antara lain dermatitis atopi yang
sering disebut sebagai eksim), dan alergi obat. Pada
bidang imunologi, terdapat penyakit autoimun,
seperti Lupus Eritematosis Sistemik dan Multiple
Sclerosis, serta penyakit penurunan sistem kekebal-
an tubuh akibat virus HIV yang disebut Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Komplikasi alergi dapat mengganggu
sejumlah organ tubuh dan berpengaruh negatif
terhadap tumbuh kembang anak. Indikator paling
tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui
riwayat keluarga karena alergi bersifat genetik. Jika
salah satu dari kedua orangtua kandung menderita
ISalah kaprah tentang alergi imunologi membuat masyarakat sering mengang-gap remeh penyakit ini. Kebanyakan penderitanya abai dengan tanda-tanda awal, seperti gatal pada kulit yang sulit sembuh walaupun diobati, mudah batuk pilek, atau peka terhadap debu, makanan tertentu, dan perubahan cuaca. Tanpa penanganan yang tepat, masalah alergi imunologi dapat meng-gerogoti kesehatan penderitanya dengan mengganggu berbagai organ, termasuk mata. Alergi imunologi yang gejalanya seolah akrab dalam kesehari-an si penderita diam-diam sanggup merampas penglihatan penderitanya seperti musuh dalam selimut.
ALERGIIMUNOLOGIDANMATA ANAK
Children Eye & Squint Clinic
Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMEdu
Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K)
Dr. Florence M. Manurung, SpM(K)
Dr. Devina Nur Anissa, SpM,
9
alergi, maka risiko diturunkan pada anak sekitar
25-30 persen. Namun bila kedua orangtua alergi
(atau berbakat alergi karena kakek-nenek ada yang
menderita alergi), maka risiko alergi menurun ke
anak pun meningkat menjadi 60-70 persen.
Pendapat lain menyebutkan bahwa bakat alergi
diturunkan 100 persen, hanya saja pencetusnya dan
dampak alergi belum tentu sama. Pada orang tua
yang tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memi-
liki risiko alergi sekitar 5-15 persen.
Sejumlah peneliti di Indonesia mempre-
diksi peningkatan kasus alergi mencapai 30 persen
per tahun. Alergi memiliki prevalensi tertinggi pada
bayi dan anak. Kejadian alergi pada anak diperkira-
kan antara 5-11 persen (Chandra, 2011).
Penderita alergi berat berisiko mengalami
reaksi alergi yang mengancam jiwa, dikenal dengan
istilah anafilaksis. Reaksinya mulai dari pingsan
karena kesulitan bernafas hingga nyawa melayang.
Penderita bisa diselamatkan apabila segera
mendapatkan penanganan ketika muncul gejala
awal anafilaksis.
Dampak Pada Mata Anak
Serangan alergi yang mencapai mata
seringkali ditemukan pada anak-anak karena imuni-
tas mereka cenderung lebih rendah dibandingkan
orang dewasa. Ketua Children Eye and Squint Clinic
(CESC) JEC Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K, MMEdu mengemukakan, keadaan penyakit mata
akibat alergi bervariasi mulai dari konjungtivitis derajat
ringan hingga derajat berat seperti keratokonjungtivitis
atopik yang dapat menyebabkan kebutaan.
Konjungtivitis sering ditandai dengan mata
kemerahan, terasa gatal, dan kadang disertai sedikit
rasa panas. Gangguan ini bisa terjadi karena beragam
pencetus, terutama debu, tungau, makanan, dan
serpihan yang berasal dari hewan peliharaan yang
kurang bersih (kulit, bulu, atau kotoran).
Pada dasarnya, masalah kesehatan mata
yang dapat timbul karena alergi dapat diatasi dengan
menghindari pencetus dan menjaga kebersihan. Akan
tetapi pasien dan dokter mata menghadapi problem
yang lebih serius jika pasien mengalami gangguan
imunologi.
Dari Gatal Sampai Glaukoma
Dalam suatu kasus yang cukup langka, JEC
menemukan alergi yang semula menimbulkan
mata merah kemudian berkembang semakin berat
pada pasien anak. Awalnya pasien anak datang
dengan keluhan mata merah. Setelah masalah
teratasi, beberapa bulan kemudian pada mata anak
tersbut ditemukan katarak. Setelah katarak dihilan-
gkan, pasien mengalami glaukoma. Di usia yang
begitu muda, pasien anak ini harus mengalami
pembedahan berkali-kali dan juga menjalani
pengobatan.
“Pasien seperti ini membutuhkan pena-
nganan bersama oleh beberapa dokter subspesialis
sekaligus. Kami juga merujuk pasien ke dokter ahli
alergi imunologi untuk menangani sumber utama
gangguan kesehatannya. Apabila masalah alergi
imunologi tidak tertangani dengan baik, besar
kemungkinan pasien anak ini mengalami masalah
pada mata terus-menerus, dan mungkin juga
merembet ke organ lainnya,” tutur Dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Orang tua perlu mengamati bila ada
riwayat alergi di dalam keluarga, termasuk keluarga
besar yang masih bertalian darah. Buat catatan
khusus mengenai jenis alergi yang dialami keluarga,
gejala yang terlihat pada anak dan beserta pen-
cetusnya. Kecermatan orang tua dapat menjadi
kunci untuk menyelamatkan mata anak.
Children Eye & Squint Clinic
8
stilah “alergi” digunakan untuk pertama kalinya
oleh Clemens von Pirquet pada tahun 1906.
Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi
kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap bebera-
pa pencetus.
Ada banyak ragam penyakit dalam alergi
dan imunologi. Untuk bidang alergi, contohnya
dapat berupa asma bronkial, rinitis alergi, dan
urtikaria kronik (antara lain dermatitis atopi yang
sering disebut sebagai eksim), dan alergi obat. Pada
bidang imunologi, terdapat penyakit autoimun,
seperti Lupus Eritematosis Sistemik dan Multiple
Sclerosis, serta penyakit penurunan sistem kekebal-
an tubuh akibat virus HIV yang disebut Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Komplikasi alergi dapat mengganggu
sejumlah organ tubuh dan berpengaruh negatif
terhadap tumbuh kembang anak. Indikator paling
tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui
riwayat keluarga karena alergi bersifat genetik. Jika
salah satu dari kedua orangtua kandung menderita
ISalah kaprah tentang alergi imunologi membuat masyarakat sering mengang-gap remeh penyakit ini. Kebanyakan penderitanya abai dengan tanda-tanda awal, seperti gatal pada kulit yang sulit sembuh walaupun diobati, mudah batuk pilek, atau peka terhadap debu, makanan tertentu, dan perubahan cuaca. Tanpa penanganan yang tepat, masalah alergi imunologi dapat meng-gerogoti kesehatan penderitanya dengan mengganggu berbagai organ, termasuk mata. Alergi imunologi yang gejalanya seolah akrab dalam kesehari-an si penderita diam-diam sanggup merampas penglihatan penderitanya seperti musuh dalam selimut.
ALERGIIMUNOLOGIDANMATA ANAK
Children Eye & Squint Clinic
Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMEdu
Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K)
Dr. Florence M. Manurung, SpM(K)
Dr. Devina Nur Anissa, SpM,
Lensa kontak Ortho-K bekerja terbaik saat
penggunanya tidur di malam hari. Ketika itu, yang
rigid membentuk permukaan kornea bagian depan
dengan perlahan sehingga pengguna dapat melihat
dengan jelas setelah bangun tidur. Berbagai peneli-
tian pada penggunaan Ortho-K terbukti mampu
menurunkan progresivitas myopia sekaligus
mengendalikan peningkatannya, terutama pada
usia anak dan remaja yang memiliki bola mata
belum stabil.
Sampai saat ini, tidak terdapat batasan usia
untuk pengguna Ortho-K. Program Ortho-K dapat
menjadi pilihan bagi yang tidak dapat menggu-
nakan soft lens karena alergi dan mengalami mata
kering. Ortho-K juga tepat bagi pengguna yang aktif
berolahraga dan bekerja pada lingkungan yang
berdebu di luar ruang. Bagi anak-anak dan remaja
yang secara usia masih terlalu muda untuk menjala-
ni prosedur bedah refraktif laser seperti LASIK
ataupun ReLEx SMILE, Ortho-K dapat menjadi
alternatif yang tepat.
Lensa Ortho-K dibuat secara khusus untuk
setiap mata. Oleh karena itu, setiap pasien harus
menjalani pengukuran kornea terlebih dulu secara
akurat dengan dokter mata ahli lensa kontak.
Anda dapat mengetahui bila Anda kandi-
dat yang tepat untuk terapi Ortho-K dengan men-
jalani pemeriksaan awal RS Mata JEC. Pendaftaran
dapat dilakukan melalui Call Center JEC (+62-21)
2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416,
Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC
Mobile App.
10 11
Contact LensService
Ingin bedah koreksi refraksi, tapi kondisi mata tidak memungkinkan? Tidak perlu galau, karena Anda dapat memilih orthokeratology (Ortho-K), terapi dengan lensa kontak yang mampu membentuk kontur kornea dan menahan laju peningkatan ukuran minus. Dengan segala keunggulannya, Ortho-K bisa untuk segala usia, lho!
Contact Lens Service
Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLEDr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)
erapi kornea dengan menggunakan lensa
kontak rigid gas permeable (RGP) dikenal
dengan istilah orthokeratology (Ortho-K). Di
negara lain, Ortho K juga dikenal sebagai corneal reshaping (CR), corneal refractive therapy, atau
vision shaping.
Sesuai namanya, lensa Ortho-K memiliki
tekstur yang lebih keras. Terbuat dari material plastik
lensa ini memiliki kekuatan lebih baik daripada soft lens yang cenderung mudah robek. Lensa Ortho-K
dapat mempertahankan bentuknya ketika kelopak
mata berkedip sehingga cenderung memberikan
penglihatan yang lebih tajam dibandingkan soft lens yang lunak dan lentur.
Meskipun bermaterialkan plastik yang
kaku, lensa RGP dirancang sedemikian rupa agar
dapat mentransmisikan oksigen ke kornea. Hal
tersebut sangat penting mengingat kornea yang
kekurangan oksigen akan sangat rentan mengalami
mata kering maupun infeksi berat.
Ketua Contact Lens Service RS Mata JEC
Dr. Tri Rahayu, SpM, FIACLE mengemukakan, “Terapi
Ortho-K memiliki beberapa keunggulan, yaitu tidak
invasif, tidak membutuhkan tindakan bedah, serta
bersifat sementara. Begitu pengguna berhenti
menggunakan lensa Ortho-K, kornea akan kembali
ke bentuk semula dalam beberapa hari kemudian,
sehingga pengguna dapat kembali menggunakan
kacamata jika ingin. Sebagai alat terapi, tentu akan
lebih baik jika penggunaan lensa Ortho-K dilakukan
secara teratur dan dengan supervisi dokter mata
yang kompeten.
T
Koreksi Minus & Silindris dengan
Orthokeratology
Lensa kontak Ortho-K bekerja terbaik saat
penggunanya tidur di malam hari. Ketika itu, yang
rigid membentuk permukaan kornea bagian depan
dengan perlahan sehingga pengguna dapat melihat
dengan jelas setelah bangun tidur. Berbagai peneli-
tian pada penggunaan Ortho-K terbukti mampu
menurunkan progresivitas myopia sekaligus
mengendalikan peningkatannya, terutama pada
usia anak dan remaja yang memiliki bola mata
belum stabil.
Sampai saat ini, tidak terdapat batasan usia
untuk pengguna Ortho-K. Program Ortho-K dapat
menjadi pilihan bagi yang tidak dapat menggu-
nakan soft lens karena alergi dan mengalami mata
kering. Ortho-K juga tepat bagi pengguna yang aktif
berolahraga dan bekerja pada lingkungan yang
berdebu di luar ruang. Bagi anak-anak dan remaja
yang secara usia masih terlalu muda untuk menjala-
ni prosedur bedah refraktif laser seperti LASIK
ataupun ReLEx SMILE, Ortho-K dapat menjadi
alternatif yang tepat.
Lensa Ortho-K dibuat secara khusus untuk
setiap mata. Oleh karena itu, setiap pasien harus
menjalani pengukuran kornea terlebih dulu secara
akurat dengan dokter mata ahli lensa kontak.
Anda dapat mengetahui bila Anda kandi-
dat yang tepat untuk terapi Ortho-K dengan men-
jalani pemeriksaan awal RS Mata JEC. Pendaftaran
dapat dilakukan melalui Call Center JEC (+62-21)
2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416,
Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC
Mobile App.
10 11
Contact LensService
Ingin bedah koreksi refraksi, tapi kondisi mata tidak memungkinkan? Tidak perlu galau, karena Anda dapat memilih orthokeratology (Ortho-K), terapi dengan lensa kontak yang mampu membentuk kontur kornea dan menahan laju peningkatan ukuran minus. Dengan segala keunggulannya, Ortho-K bisa untuk segala usia, lho!
Contact Lens Service
Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLEDr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)
erapi kornea dengan menggunakan lensa
kontak rigid gas permeable (RGP) dikenal
dengan istilah orthokeratology (Ortho-K). Di
negara lain, Ortho K juga dikenal sebagai corneal reshaping (CR), corneal refractive therapy, atau
vision shaping.
Sesuai namanya, lensa Ortho-K memiliki
tekstur yang lebih keras. Terbuat dari material plastik
lensa ini memiliki kekuatan lebih baik daripada soft lens yang cenderung mudah robek. Lensa Ortho-K
dapat mempertahankan bentuknya ketika kelopak
mata berkedip sehingga cenderung memberikan
penglihatan yang lebih tajam dibandingkan soft lens yang lunak dan lentur.
Meskipun bermaterialkan plastik yang
kaku, lensa RGP dirancang sedemikian rupa agar
dapat mentransmisikan oksigen ke kornea. Hal
tersebut sangat penting mengingat kornea yang
kekurangan oksigen akan sangat rentan mengalami
mata kering maupun infeksi berat.
Ketua Contact Lens Service RS Mata JEC
Dr. Tri Rahayu, SpM, FIACLE mengemukakan, “Terapi
Ortho-K memiliki beberapa keunggulan, yaitu tidak
invasif, tidak membutuhkan tindakan bedah, serta
bersifat sementara. Begitu pengguna berhenti
menggunakan lensa Ortho-K, kornea akan kembali
ke bentuk semula dalam beberapa hari kemudian,
sehingga pengguna dapat kembali menggunakan
kacamata jika ingin. Sebagai alat terapi, tentu akan
lebih baik jika penggunaan lensa Ortho-K dilakukan
secara teratur dan dengan supervisi dokter mata
yang kompeten.
T
Koreksi Minus & Silindris dengan
Orthokeratology
Retina ServiceDiabetic Clinic
12 13
Dari sekian banyak penyebab kebutaan yang ada hingga saat ini, sebagian di antaranya dapat dihindari dengan menjalankan pola hidup sehat. Retinopati diabetika adalah salah satunya. Penyakit ini bersembunyi di balik diabetes mellitus yang terkenal sebagai pe- nyakit gula. Kenali cara untuk mencegah diri dari risiko diabetes, dan langkah apa saja yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena retinopati diabetika.
bertujuan untuk memperbaiki asupan darah ke
retina. Tumbuhnya pembuluh baru pada retina
disebut proliferative retinopathy. Namun sayangnya,
reaksi yang bertujuan untuk menyelamatkan retina
ini malah dapat menimbulkan jaringan parut pada
retina, menyebabkan retina terlepas, dan me-
nyebabkan kebutaan.
Faktor Risiko
Apakah semua orang berisiko mengalami
retinopati diabetika? Tidak seperti katarak dan
glaukoma yang bisa terjadi pada siapa saja, retino-
pati diabetika hanya terjadi pada mereka yang me-
miliki diabetes mellitus.
Dalam penelitian oleh United Kingdom
Prospective Diabetic Study, ditemukan ketika
seorang penderita retinopati diabetika terdiagnosa,
ternyata ia sudah menderita diabetes jauh sebelum
didiagnosis dengan komplikasi tersebut.
Diabetes merupakan perjalanan penyakit
yang cukup panjang. Ketika pasien datang pertama
kalinya kepada dokter dengan keluhan yang kemu-
dian dikenali oleh dokter sebagai gejala diabetes,
maka sebenarnya pasien tersebut telah menderita
diabetes sejak bertahun-tahun sebelumnya. Fungsi
sel beta pasien menurun sebesar hampir 50 persen
saat konsultasi pertama.
“Diabetes mellitus menimbulkan komplika-
si kerusakan pada semua organ yang berkaitan
dengan pembuluh darah. Mata biasanya menjadi
organ terakhir yang terserang. Itulah sebabnya
dokter mata yang menangani pasien retinopati
diabetika biasanya segera merujuk pasien untuk
ditangani oleh dokter internis agar organ-organ lain
segera mendapatkan pemeriksaan,” jelas Ketua
Retina Service JEC Dr. Elvioza, SpM(K). Guna mengurangi faktor risiko mengalami
retinopati diabetika, seseorang harus terlebih dulu
menghindari diabetes. Mengatur pola makan yang
baik, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok
sangat berguna dalam mencegah diabetes.
“Pola hidup demikian bermanfaat besar
jika dilakukan secara berkesinambungan sejak usia
belia. Kita tetap mengutamakan pencegahan penya-
kit, bukan pengobatan,” kata Dr. Elvioza.
etinopati diabetika merupakan bentuk
kelainan mata yang paling sering terjadi
akibat diabetes. Penyakit ini tergolong
berbahaya karena mampu merusak sebagian peng-
lihatan, bahkan menyebabkan penderitanya
mengalami kebutaan apabila tidak mendapatkan
penanganan dengan cepat dan tepat.
Retinopati diabetika terjadi ketika peruba-
han pada kadar gula darah menyebabkan perubah-
an pada pembuluh darah retina. Dalam sejumlah
kasus, pembuluh retina akan membengkak dan
menimbulkan kebocoran cairan ke area belakang
mata. Pada kasus-kasus lainnya juga ditemukan
pertumbuhan pembuluh abnormal pada permu-
kaan retina.
Tipe Retinopati Diabetika
Retinopati diabetika terdiri dari tiga tipe,
yaitu background retinopathy, diabetic maculo- pathy, dan proliferative retinopathy.
Background retinopathy adalah tahap
awal kerusakan retina berupa aneurisma mikro,
yaitu ketika ada pembengkakan pembuluh kapiler
yang berfungsi mengantarkan nutrisi ke retina.
Ketika kelainan ini muncul, pasien tidak selalu me-
rasakan keluhan sehingga seringkali tidak ber-
konsultasi ke dokter. Tanda-tanda background retinopathy hanya dapat diketahui melalui pemerik-
saan menggunakan teknik pemotretan mata.
Diabetic maculopathy adalah kerusakan
yang terjadi pada makula, bagian mata yang menye-
diakan penglihatan tengah. Salah satu penyebabnya
adalah oedema makula di mana pembuluh darah
mengalami kebocoran cairan atau protein hingga
mengenai makula. Jika kebocoran tersebut meng-
akibatkan retina mengeras dan eksudasi (deposit
lemak dari darah) semakin membesar dan
mendekati fovea, maka kondisi ini disebut sebagai
Clinically Significant Macular Oedema (CSMO).
Ketika sejumlah pembuluh darah pada
retina mengalami kerusakan, tubuh secara otomatis
bereaksi dengan melepaskan hormon pertumbu-
han yang disebut Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF). Hormon ini menimbulkan pemben-
tukan pembuluh-pembuluh baru pada retina yang
R
Retina ServiceDiabetic Clinic
12 13
Dari sekian banyak penyebab kebutaan yang ada hingga saat ini, sebagian di antaranya dapat dihindari dengan menjalankan pola hidup sehat. Retinopati diabetika adalah salah satunya. Penyakit ini bersembunyi di balik diabetes mellitus yang terkenal sebagai pe- nyakit gula. Kenali cara untuk mencegah diri dari risiko diabetes, dan langkah apa saja yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena retinopati diabetika.
bertujuan untuk memperbaiki asupan darah ke
retina. Tumbuhnya pembuluh baru pada retina
disebut proliferative retinopathy. Namun sayangnya,
reaksi yang bertujuan untuk menyelamatkan retina
ini malah dapat menimbulkan jaringan parut pada
retina, menyebabkan retina terlepas, dan me-
nyebabkan kebutaan.
Faktor Risiko
Apakah semua orang berisiko mengalami
retinopati diabetika? Tidak seperti katarak dan
glaukoma yang bisa terjadi pada siapa saja, retino-
pati diabetika hanya terjadi pada mereka yang me-
miliki diabetes mellitus.
Dalam penelitian oleh United Kingdom
Prospective Diabetic Study, ditemukan ketika
seorang penderita retinopati diabetika terdiagnosa,
ternyata ia sudah menderita diabetes jauh sebelum
didiagnosis dengan komplikasi tersebut.
Diabetes merupakan perjalanan penyakit
yang cukup panjang. Ketika pasien datang pertama
kalinya kepada dokter dengan keluhan yang kemu-
dian dikenali oleh dokter sebagai gejala diabetes,
maka sebenarnya pasien tersebut telah menderita
diabetes sejak bertahun-tahun sebelumnya. Fungsi
sel beta pasien menurun sebesar hampir 50 persen
saat konsultasi pertama.
“Diabetes mellitus menimbulkan komplika-
si kerusakan pada semua organ yang berkaitan
dengan pembuluh darah. Mata biasanya menjadi
organ terakhir yang terserang. Itulah sebabnya
dokter mata yang menangani pasien retinopati
diabetika biasanya segera merujuk pasien untuk
ditangani oleh dokter internis agar organ-organ lain
segera mendapatkan pemeriksaan,” jelas Ketua
Retina Service JEC Dr. Elvioza, SpM(K). Guna mengurangi faktor risiko mengalami
retinopati diabetika, seseorang harus terlebih dulu
menghindari diabetes. Mengatur pola makan yang
baik, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok
sangat berguna dalam mencegah diabetes.
“Pola hidup demikian bermanfaat besar
jika dilakukan secara berkesinambungan sejak usia
belia. Kita tetap mengutamakan pencegahan penya-
kit, bukan pengobatan,” kata Dr. Elvioza.
etinopati diabetika merupakan bentuk
kelainan mata yang paling sering terjadi
akibat diabetes. Penyakit ini tergolong
berbahaya karena mampu merusak sebagian peng-
lihatan, bahkan menyebabkan penderitanya
mengalami kebutaan apabila tidak mendapatkan
penanganan dengan cepat dan tepat.
Retinopati diabetika terjadi ketika peruba-
han pada kadar gula darah menyebabkan perubah-
an pada pembuluh darah retina. Dalam sejumlah
kasus, pembuluh retina akan membengkak dan
menimbulkan kebocoran cairan ke area belakang
mata. Pada kasus-kasus lainnya juga ditemukan
pertumbuhan pembuluh abnormal pada permu-
kaan retina.
Tipe Retinopati Diabetika
Retinopati diabetika terdiri dari tiga tipe,
yaitu background retinopathy, diabetic maculo- pathy, dan proliferative retinopathy.
Background retinopathy adalah tahap
awal kerusakan retina berupa aneurisma mikro,
yaitu ketika ada pembengkakan pembuluh kapiler
yang berfungsi mengantarkan nutrisi ke retina.
Ketika kelainan ini muncul, pasien tidak selalu me-
rasakan keluhan sehingga seringkali tidak ber-
konsultasi ke dokter. Tanda-tanda background retinopathy hanya dapat diketahui melalui pemerik-
saan menggunakan teknik pemotretan mata.
Diabetic maculopathy adalah kerusakan
yang terjadi pada makula, bagian mata yang menye-
diakan penglihatan tengah. Salah satu penyebabnya
adalah oedema makula di mana pembuluh darah
mengalami kebocoran cairan atau protein hingga
mengenai makula. Jika kebocoran tersebut meng-
akibatkan retina mengeras dan eksudasi (deposit
lemak dari darah) semakin membesar dan
mendekati fovea, maka kondisi ini disebut sebagai
Clinically Significant Macular Oedema (CSMO).
Ketika sejumlah pembuluh darah pada
retina mengalami kerusakan, tubuh secara otomatis
bereaksi dengan melepaskan hormon pertumbu-
han yang disebut Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF). Hormon ini menimbulkan pemben-
tukan pembuluh-pembuluh baru pada retina yang
R
Waspadai Setiap Gejala
Retinopati diabetika bukan hanya satu-
satunya kelainan mata yang dapat menyertai diabe-
tes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus harus
teliti dan mewaspadai setiap gejala yang dirasakan
pada mata.
Jangan tunda kunjungan ke dokter mata
jika terasa gangguan pada mata, seperti penglihatan
yang memburuk, kehilangan penglihatan secara
mendadak, merasa melihat benda-benda asing
mengambang di area pandang (dikenal sebagai
floaters), pandangan mengabur, mata merah, atau
nyeri pada mata. Mata memerlukan pemeriksaan
segera untuk mengetahui bila terdapat retinopati
diabetika atau masalah lain, seperti retina lepas atau
glaukoma.
Penanganan retinopati diabetika tidak bisa
dilakukan tanpa menangani diabetes mellitus. JEC
memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan
menyediakan Retina Service dan Diabetic Clinic
dalam satu atap di seluruh rumah sakit JEC. Layanan
Diabetic Clinic JEC sendiri akan diluncurkan pada
bulan November 2016, bertepatan dengan pelaksa-
naan Saturday Seminar Retinopati Diabetika.
Buktikan kepedulian Anda pada kesehatan
mata dengan memeriksakan mata di JEC. Janji
temu dapat dilakukan melalui Call Center JEC
(62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, aplikasi
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat
diunduh melalui Android Apps Store atau Apple
Apps Store.
14 1515
Retina Service
Dr. Elvioza, SpM(K)
Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)
Dr. Soedarman Sjamsoe, SpM(K)
Dr. Waldensius Girsang, SpM(K)
Dr. Gitalisa Andayani, SpM(K)
Dr. Referano Agustiawan, SpM(K)
Dr. Cosmos O. MAngunsong, SpM
Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM
Dr. Soefiandi Soedarman, SpM
Diabetic Clinic
Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD
Dr.Djoko Maryono, DsPD, DsPJ, FIHA, FACC
Dr. Lies Luthariana, SpPD
Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci
Dr. Albertus Hendrawidjaja Undarsa, SpPd
Dr. Velma Herwanto, SpPD
Mata Normal
Mata denganRetinopati Diabetika
Hasil fotoMata Normal
Monitor Tiga Aspek
Semua orang pada dasarnya dapat meng-
hindari risiko retinopati diabetika, atau mencegah
perburukan jika terlanjur mendapatkan penyakit
tersebut. Caranya adalah dengan mengendalikan
kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar koleste-
rol, serta memonitor ketiga aspek itu secara teratur.
Kriteria yang digunakan untuk menentu-
kan bila seseorang menyandang diabetes mellitus
adalah gula darah puasa sekitar 126 mg/dl atau gula
darah sewaktu sekitar 200 mg/dl. Menurut ahli
penyakit dalam JEC Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci, ”Kadar gula darah bukan satu-
satunya syarat untuk menegakkan diagnosa diabe-
tes mellitus. Dokter membutuhkan anamnesis
mengenai gejala lain, seperti sering buang air seni di
malam hari, sering haus, dan sering lapar.”
Gula darah normal berada di kisaran 110
mg/dl. Jika gula darah puasa berada di antara 111-126
mg/dl, maka pasien sudah berada dalam kelompok
pra-diabetes. Secara klinis, pasien mungkin belum
menunjukkan gejala diabetes, namun sudah dapat
masuk dalam kelompok orang berisiko tinggi untuk
menjadi penyandang diabetes sesungguhnya.
Jika pasien melakukan pengecekan gula
darah sewaktu secara mandiri di rumah, lakukan
beberapa kali sehari karena hasilnya bisa ber-
beda-beda sepanjang hari. American Diabetes
Association menganjurkan penderita diabetes
mellitus untuk memeriksa tujuh kali gula darah
dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran
yang lebih baik, yaitu pra-pagi, pasca-pagi, pra-siang,
pasca-siang, pra-malam, pasca-malam, dan
menjelang tidur. Di Indonesia, karena berbagai
alasan, pasien hanya dianjurkan memeriksa gula
darah puasa dan dua jam setelah makan.
Tekanan darah juga merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian. Pemeriksaan dapat
dilakukan oleh dokter atau secara mandiri di rumah.
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter
merkuri (mmHg). Orang dengan diabetes disarankan
memiliki tekanan darah tidak lebih daripada
140/80mmHg. Jika terdapat komplikasi diabetes,
termasuk retinopati diabetika, tekanan darah harus
kurang dari 130/80mmHg.
Kadar kolesterol dapat diukur dengan alat
pengukuran sederhana tetapi hanya dilaksanakan
oleh tenaga medis. Seseorang dengan diabetes
disarankan memiliki kadar kolesterol total tidak lebih
daripada 4 mmol/l.
Meskipun kadar gula darah, tekanan darah,
dan kolesterol telah terkendali, pasien dengan diabe-
tes mellitus tetap memerlukan pemeriksaan mata
secara teratur untuk mendeteksi bila terdapat
tanda-tanda awal retinopati diabetika. Semakin dini
penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan
untuk menyelamatkan penglihatan.
Hasil fotoMata dengan Retinopatika Diabetika
Waspadai Setiap Gejala
Retinopati diabetika bukan hanya satu-
satunya kelainan mata yang dapat menyertai diabe-
tes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus harus
teliti dan mewaspadai setiap gejala yang dirasakan
pada mata.
Jangan tunda kunjungan ke dokter mata
jika terasa gangguan pada mata, seperti penglihatan
yang memburuk, kehilangan penglihatan secara
mendadak, merasa melihat benda-benda asing
mengambang di area pandang (dikenal sebagai
floaters), pandangan mengabur, mata merah, atau
nyeri pada mata. Mata memerlukan pemeriksaan
segera untuk mengetahui bila terdapat retinopati
diabetika atau masalah lain, seperti retina lepas atau
glaukoma.
Penanganan retinopati diabetika tidak bisa
dilakukan tanpa menangani diabetes mellitus. JEC
memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan
menyediakan Retina Service dan Diabetic Clinic
dalam satu atap di seluruh rumah sakit JEC. Layanan
Diabetic Clinic JEC sendiri akan diluncurkan pada
bulan November 2016, bertepatan dengan pelaksa-
naan Saturday Seminar Retinopati Diabetika.
Buktikan kepedulian Anda pada kesehatan
mata dengan memeriksakan mata di JEC. Janji
temu dapat dilakukan melalui Call Center JEC
(62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, aplikasi
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat
diunduh melalui Android Apps Store atau Apple
Apps Store.
14 1515
Retina Service
Dr. Elvioza, SpM(K)
Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)
Dr. Soedarman Sjamsoe, SpM(K)
Dr. Waldensius Girsang, SpM(K)
Dr. Gitalisa Andayani, SpM(K)
Dr. Referano Agustiawan, SpM(K)
Dr. Cosmos O. MAngunsong, SpM
Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM
Dr. Soefiandi Soedarman, SpM
Diabetic Clinic
Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD
Dr.Djoko Maryono, DsPD, DsPJ, FIHA, FACC
Dr. Lies Luthariana, SpPD
Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci
Dr. Albertus Hendrawidjaja Undarsa, SpPd
Dr. Velma Herwanto, SpPD
Mata Normal
Mata denganRetinopati Diabetika
Hasil fotoMata Normal
Monitor Tiga Aspek
Semua orang pada dasarnya dapat meng-
hindari risiko retinopati diabetika, atau mencegah
perburukan jika terlanjur mendapatkan penyakit
tersebut. Caranya adalah dengan mengendalikan
kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar koleste-
rol, serta memonitor ketiga aspek itu secara teratur.
Kriteria yang digunakan untuk menentu-
kan bila seseorang menyandang diabetes mellitus
adalah gula darah puasa sekitar 126 mg/dl atau gula
darah sewaktu sekitar 200 mg/dl. Menurut ahli
penyakit dalam JEC Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci, ”Kadar gula darah bukan satu-
satunya syarat untuk menegakkan diagnosa diabe-
tes mellitus. Dokter membutuhkan anamnesis
mengenai gejala lain, seperti sering buang air seni di
malam hari, sering haus, dan sering lapar.”
Gula darah normal berada di kisaran 110
mg/dl. Jika gula darah puasa berada di antara 111-126
mg/dl, maka pasien sudah berada dalam kelompok
pra-diabetes. Secara klinis, pasien mungkin belum
menunjukkan gejala diabetes, namun sudah dapat
masuk dalam kelompok orang berisiko tinggi untuk
menjadi penyandang diabetes sesungguhnya.
Jika pasien melakukan pengecekan gula
darah sewaktu secara mandiri di rumah, lakukan
beberapa kali sehari karena hasilnya bisa ber-
beda-beda sepanjang hari. American Diabetes
Association menganjurkan penderita diabetes
mellitus untuk memeriksa tujuh kali gula darah
dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran
yang lebih baik, yaitu pra-pagi, pasca-pagi, pra-siang,
pasca-siang, pra-malam, pasca-malam, dan
menjelang tidur. Di Indonesia, karena berbagai
alasan, pasien hanya dianjurkan memeriksa gula
darah puasa dan dua jam setelah makan.
Tekanan darah juga merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian. Pemeriksaan dapat
dilakukan oleh dokter atau secara mandiri di rumah.
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter
merkuri (mmHg). Orang dengan diabetes disarankan
memiliki tekanan darah tidak lebih daripada
140/80mmHg. Jika terdapat komplikasi diabetes,
termasuk retinopati diabetika, tekanan darah harus
kurang dari 130/80mmHg.
Kadar kolesterol dapat diukur dengan alat
pengukuran sederhana tetapi hanya dilaksanakan
oleh tenaga medis. Seseorang dengan diabetes
disarankan memiliki kadar kolesterol total tidak lebih
daripada 4 mmol/l.
Meskipun kadar gula darah, tekanan darah,
dan kolesterol telah terkendali, pasien dengan diabe-
tes mellitus tetap memerlukan pemeriksaan mata
secara teratur untuk mendeteksi bila terdapat
tanda-tanda awal retinopati diabetika. Semakin dini
penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan
untuk menyelamatkan penglihatan.
Hasil fotoMata dengan Retinopatika Diabetika
16 17
Kehilangan penglihatan pada pasien yang
semula mampu melihat secara normal tak jarang
menimbulkan guncangan batin. Hal seperti itu tidak
dirasakan oleh orang yang berpenglihatan minim
atau buta sejak lahir. Menurut Agus, sejumlah pasien
perlu ditangani bersama dengan psikolog terutama
untuk mencegah depresi. JIka pasien masih usia
sekolah perlu keterlibatan guru kelas, orangtua,
dokter mata dan terapis low vision.
Agus mengatakan, “Beberapa pasien
memiliki pekerjaan yang menuntutnya memiliki
penglihatan sempurna, atau minimal bisa dibantu
dengan kacamata biasa, misalnya pekerjaan yang
berhubungan dengan keselamatan manusia atau
pengoperasian mesin. Bagi mereka, hilangnya peng-
lihatan berarti kehilangan pekerjaan. Sebelum hal
itu terjadi, kami akan menggali kemampuan
tersembunyi pada pasien. Terkadang situasi peng-
lihatan yang memburuk malah mendorong pasien
menemukan potensi terbaiknya.”
Dukungan keluarga dan orang-orang
sekitar menjadi faktor penting yang tidak bisa
dipisahkan dalam menangani pasien. Agus me-
wajibkan pasien didampingi oleh anggota keluarga
pada setiap sesi terapi low vision. Terapi tidak akan
berhasil apabila keluarga pasien tidak teredukasi
mengenai keadaan penglihatan pasien.
Terapi low vision membantu pasien dan
keluarganya berdamai dengan kondisi penglihatan
yang buruk. Sejalan dengan penerimaan tersebut,
rasa percaya pasien semakin tumbuh sehingga ia
mampu menjalankan aktivitas dan fungsi dirinya
dengan baik.
Jadikan masa depan Anda atau orang yang
Anda sayangi lebih baik dengan terapi low vision. Terapi dapat dilakukan dengan perjanjian melalui
Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App.
Berdamai dengan Penglihatan Buruk
hristine Ha kehilangan penglihatannya
secara perlahan-lahan dalam kurun waktu
1999 hingga 2007 karena penyakit auto-
imun Neuromyelitis optica. Meskipun demikian, ia
tidak pernah berhenti menekuni hobi memasak.
Dengan percaya diri, ia mendaftar sebagai kontestan
pada US Masterchef musim ketiga, menyingkirkan
30.000 pesaing, berhasil memenangkan hadiah
bernilai 250.000 dollar Amerika, dan mendapatkan
kontrak menerbitkan buku masaknya sendiri. Pen-
capaian yang sangat luar biasa, bahkan bagi orang
berpenglihatan normal sekalipun.
“Dari sisi medis, dokter menyebut peng-
lihatan saya “sehitungan jari”. Jika Anda menempat-
kan tangan sejarak 10 hingga 12 inci dari wajah saya,
saya bisa menghitung jumlah jari yang Anda acung-
kan asalkan cahaya tidak terlalu redup. Ini seperti
berada di kamar mandi yang dipenuhi dengan uap
air panas sehingga yang terlihat hanya bentuk dan
bayangan tidak jelas,“ kata Christine (www.ew.com).
Keberhasilan Christine dapat menjadi
contoh luar biasa tentang orang-orang dengan low vision yang berhasil menggapai cita-cita. Hal serupa
C
Kehilangan penglihatan seringkali dikaitkan dengan keterbatasan diri. Padahal ke- terbatasan merupakan miskonsepsi yang timbul ketika seseorang belum dapat menerima keadaan penglihatannya yang memburuk. Seorang pasien low vision JEC berpendapat, “Mungkin saya akan buta beberapa tahun lagi. Saya memutuskan akan mengenang yang terbaik dari penglihatan saya dan tidak jatuh terpuruk karena ke- jadian yang menimpa mata saya. Life goes on!”
Low Vision
Drs. Agus Teguh Riyanto
juga dialami oleh pasien low vision JEC. Pasien anak
dapat terus bersekolah, ada pasien yang menjadi
dosen, desainer interior, dan beragam profesi lain.
“Sebagian pasien datang ke dokter untuk
pertama kalinya ketika keadaan mata sudah parah
sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan peng-
lihatan meskipun sudah berbuat maksimal. Ada
yang terkena glaukoma, kelainan retina, tumor, atau
masalah autoimun. Pasien yang berisiko kehilangan
penglihatan biasanya dirujuk untuk menjalani terapi
low vision agar pasien dapat memaksimalkan peng-
lihatan yang tersisa,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto.
Low vision merupakan program rehabilitasi
penglihatan yang membuat pasien mempelajari
berbagai cara baru dalam mengerjakan tugas
sehari-hari, termasuk pekerjaan. Dengan bantuan
terapis, pasien belajar bagaimana bergerak secara
aman di sekitar rumah, di lingkungan kerja, dan
tempat lainnya di mana ia sering beraktivitas. Pasien
juga belajar cara bepergian sendiri. Terapis mem-
bantu pasien menentukan alat bantu adaptif yang
tepat, misalnya kaca pembesar, binokular, atau lensa
warna khusus.
Low Vision
16 17
Kehilangan penglihatan pada pasien yang
semula mampu melihat secara normal tak jarang
menimbulkan guncangan batin. Hal seperti itu tidak
dirasakan oleh orang yang berpenglihatan minim
atau buta sejak lahir. Menurut Agus, sejumlah pasien
perlu ditangani bersama dengan psikolog terutama
untuk mencegah depresi. JIka pasien masih usia
sekolah perlu keterlibatan guru kelas, orangtua,
dokter mata dan terapis low vision.
Agus mengatakan, “Beberapa pasien
memiliki pekerjaan yang menuntutnya memiliki
penglihatan sempurna, atau minimal bisa dibantu
dengan kacamata biasa, misalnya pekerjaan yang
berhubungan dengan keselamatan manusia atau
pengoperasian mesin. Bagi mereka, hilangnya peng-
lihatan berarti kehilangan pekerjaan. Sebelum hal
itu terjadi, kami akan menggali kemampuan
tersembunyi pada pasien. Terkadang situasi peng-
lihatan yang memburuk malah mendorong pasien
menemukan potensi terbaiknya.”
Dukungan keluarga dan orang-orang
sekitar menjadi faktor penting yang tidak bisa
dipisahkan dalam menangani pasien. Agus me-
wajibkan pasien didampingi oleh anggota keluarga
pada setiap sesi terapi low vision. Terapi tidak akan
berhasil apabila keluarga pasien tidak teredukasi
mengenai keadaan penglihatan pasien.
Terapi low vision membantu pasien dan
keluarganya berdamai dengan kondisi penglihatan
yang buruk. Sejalan dengan penerimaan tersebut,
rasa percaya pasien semakin tumbuh sehingga ia
mampu menjalankan aktivitas dan fungsi dirinya
dengan baik.
Jadikan masa depan Anda atau orang yang
Anda sayangi lebih baik dengan terapi low vision. Terapi dapat dilakukan dengan perjanjian melalui
Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,
Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger
7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App.
Berdamai dengan Penglihatan Buruk
hristine Ha kehilangan penglihatannya
secara perlahan-lahan dalam kurun waktu
1999 hingga 2007 karena penyakit auto-
imun Neuromyelitis optica. Meskipun demikian, ia
tidak pernah berhenti menekuni hobi memasak.
Dengan percaya diri, ia mendaftar sebagai kontestan
pada US Masterchef musim ketiga, menyingkirkan
30.000 pesaing, berhasil memenangkan hadiah
bernilai 250.000 dollar Amerika, dan mendapatkan
kontrak menerbitkan buku masaknya sendiri. Pen-
capaian yang sangat luar biasa, bahkan bagi orang
berpenglihatan normal sekalipun.
“Dari sisi medis, dokter menyebut peng-
lihatan saya “sehitungan jari”. Jika Anda menempat-
kan tangan sejarak 10 hingga 12 inci dari wajah saya,
saya bisa menghitung jumlah jari yang Anda acung-
kan asalkan cahaya tidak terlalu redup. Ini seperti
berada di kamar mandi yang dipenuhi dengan uap
air panas sehingga yang terlihat hanya bentuk dan
bayangan tidak jelas,“ kata Christine (www.ew.com).
Keberhasilan Christine dapat menjadi
contoh luar biasa tentang orang-orang dengan low vision yang berhasil menggapai cita-cita. Hal serupa
C
Kehilangan penglihatan seringkali dikaitkan dengan keterbatasan diri. Padahal ke- terbatasan merupakan miskonsepsi yang timbul ketika seseorang belum dapat menerima keadaan penglihatannya yang memburuk. Seorang pasien low vision JEC berpendapat, “Mungkin saya akan buta beberapa tahun lagi. Saya memutuskan akan mengenang yang terbaik dari penglihatan saya dan tidak jatuh terpuruk karena ke- jadian yang menimpa mata saya. Life goes on!”
Low Vision
Drs. Agus Teguh Riyanto
juga dialami oleh pasien low vision JEC. Pasien anak
dapat terus bersekolah, ada pasien yang menjadi
dosen, desainer interior, dan beragam profesi lain.
“Sebagian pasien datang ke dokter untuk
pertama kalinya ketika keadaan mata sudah parah
sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan peng-
lihatan meskipun sudah berbuat maksimal. Ada
yang terkena glaukoma, kelainan retina, tumor, atau
masalah autoimun. Pasien yang berisiko kehilangan
penglihatan biasanya dirujuk untuk menjalani terapi
low vision agar pasien dapat memaksimalkan peng-
lihatan yang tersisa,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto.
Low vision merupakan program rehabilitasi
penglihatan yang membuat pasien mempelajari
berbagai cara baru dalam mengerjakan tugas
sehari-hari, termasuk pekerjaan. Dengan bantuan
terapis, pasien belajar bagaimana bergerak secara
aman di sekitar rumah, di lingkungan kerja, dan
tempat lainnya di mana ia sering beraktivitas. Pasien
juga belajar cara bepergian sendiri. Terapis mem-
bantu pasien menentukan alat bantu adaptif yang
tepat, misalnya kaca pembesar, binokular, atau lensa
warna khusus.
Low Vision
Gratis Berkualitas
JEC melaksanakan Bakti Katarak tepat
pada hari Kick-o� diluncurkan. Pelaksanaan kegia-
tan berlangsung di JEC@Kedoya dengan menggu-
nakan teknologi bedah katarak termodern.
"Kami tetap mengutamakan kualitas,
keselamatan pasien, dan hasil. Ketiga poin tersebut
selalu kami perhatikan. Kami juga menggunakan
teknologi terkini dalam prosedur operasi gratis
sehingga mempercepat proses pengangkatan
katarak dan mempersingkat waktu pemulihan
pasca operasi," tutur Ketua Katarak dan Bedah
Refraktif JEC Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K). Sebagai rumah sakit mata peraih sertifikasi
Gold Seal dari Joint Commission International (JCI)
yang berpusat di Amerika Serikat, JEC Kedoya
menerapkan layanan kesehatan mata berstandar
internasional dalam setiap pelaksanaan tindakan
operasi. Standard internasional berlaku pada
seluruh kegiatan operasi, baik yang berbayar
maupun tidak berbayar.
Bersatu Berantas Katarak
Pada penghujung tahun 1999, suatu pene-
litian memprediksi jumlah kebutaan di dunia akan
meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.
Menyikapi hal tersebut, World Health Organization
(WHO) bersama International Agency for Prevention
of Blindness (IAPB) menggagas “Vision 2020: The
Right to Sight” untuk menghapus apa yang disebut
sebagai “kebutaan yang bisa dihindari” secara global
dengan target menurunkan angka kebutaan pada
dari 75 juta orang menjadi 25 juta orang pada tahun
2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh
18
Eyes On
emberian operasi katarak gratis terhadap
910 pasien katarak merupakan bagian dari
komitmen JEC dan Matahati untuk
mendukung upaya pemerintah mewujudkan Vision
2020 sekaligus memperingati sewindu Gerakan
Matahati dan ulang tahun ke-91 pendirinya, yakni
Panji Wisaksana.
Peserta yang telah terdaftar dalam
program Kick-o� 910. tersebar di berbagai daerah.
Dengan jumlah pasien yang cukup banyak dan
cakupan daerah sangat luas, sementara waktu dan
sumber daya manusia terbatas, maka kegiatan ini
akan berlangsung secara bertahap.
P
Sebagai negeri yang terletak di garis ekuator, Indonesia bergelimang dengan cahaya matahari. Ke- mewahan ini disertai dengan sinar ultraviolet dan menerpa sepanjang tahun sehingga diduga turut berperan dalam menyebabkan masyarakat menderita katarak 15 tahun lebih cepat daripada orang-orang dari daerah beriklim dingin. “Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu kasus baru katarak di antara seribu orang,” kata Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Presiden JEC Korporat saat acara Kick-O� 910 Operasi Bakti Katarak di JEC@Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (23/7).
2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh
pemerintah pada tahun 2000.
Menilik pada istilah kebutaan yang bisa
dihindari, memang sebenarnya 80 persen dari kasus
kebutaan dapat dicegah dengan deteksi dini dan
penanganan segera. Katarak sendiri menempati
porsi kasus terbesar.
Ironisnya, mayoritas penderita berasal dari
kalangan ekonomi lemah sehingga tidak memerik-
sakan mata. Berdasarkan data Kementerian Keseha-
tan, setiap tahunnya ada 0,1 pasien katarak baru di
Indonesia atau sekitar 250.000 orang. Namun,
kemampuan mengurangi jumlah pasien buta
katarak di Indonesia baru 180.000 operasi per tahun.
Gap yang besar ini dikenal dengan istilah “cataract
backlog”.
Pada masa krisis ekonomi 1998 melanda
negeri, kegiatan operasi gratis yang berjalan selama
belasan tahun di bawah naungan PERDAMI ber-
sama Yayasan Dharmais dan Lions Club terhenti
karena kesulitan dana. Beberapa tahun setelah
kegiatan ini vakum, Panji Wisaksana yang aktif
bergiat di Lions Club datang ke JEC@Menteng
dengan menggagas gerakan operasi katarak gratis.
JEC menjadi rumah sakit pertama yang mendukung
Panji hingga terbentuk Gerakan Matahati.
Gerakan Matahati membangun kerjasama
dengan banyak pihak sehingga sejak tahun 2008
sampai dengan Maret 2016 Matahati telah melaku-
kan 14.825 operasi bagi sekitar 18.025 pasien tidak
mampu. JEC sendiri berkomitmen kepada Matahati
untuk menanggung sepenuhnya biaya operasi
katarak untuk pasien tidak mampu sebanyak 400
pasien per tahun.
Turut berkontribusi secara pribadi dalam
kegiatan 910 Operasi Katarak Gratis sebagai bentuk
syukur memasuki usia baru dan hari jadi pernikahan
ke-70 tahun, Bapak Panji menyatakan, “Harapan
kami, kegiatan operasi katarak gratis dapat mening-
katkan kualitas hidup pasien penderita katarak dan
tentunya turut mendukung visi Gerakan Matahati
dan pemerintah.”
"Kami menargetkan seluruh 910 operasi
sudah selesai pada bulan November tahun ini.
Angka tersebut merupakan tambahan dari target
tahunan Matahati, yaitu 2500 operasi," terang
Wandi S. Brata Ketua Pelaksana Gerakan Matahati.
“KICK-OFF 910”Bakti Katarak JEC-Matahati
Foto kiri: (dari kiri ke kanan) ..., Dr. Johan Hutauruk, SpM,
Panji Wisaksana, Wandi S. Brata, Dr. Setiyo Budi Rianto, ...,
dan Dr. ... meresmikan Kick-O� 910 bersama-sama.
Foto kanan:Beberapa peserta Bakti Katarak
tengah beristirahat pasca menjalanioperasi.
19
Gratis Berkualitas
JEC melaksanakan Bakti Katarak tepat
pada hari Kick-o� diluncurkan. Pelaksanaan kegia-
tan berlangsung di JEC@Kedoya dengan menggu-
nakan teknologi bedah katarak termodern.
"Kami tetap mengutamakan kualitas,
keselamatan pasien, dan hasil. Ketiga poin tersebut
selalu kami perhatikan. Kami juga menggunakan
teknologi terkini dalam prosedur operasi gratis
sehingga mempercepat proses pengangkatan
katarak dan mempersingkat waktu pemulihan
pasca operasi," tutur Ketua Katarak dan Bedah
Refraktif JEC Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K). Sebagai rumah sakit mata peraih sertifikasi
Gold Seal dari Joint Commission International (JCI)
yang berpusat di Amerika Serikat, JEC Kedoya
menerapkan layanan kesehatan mata berstandar
internasional dalam setiap pelaksanaan tindakan
operasi. Standard internasional berlaku pada
seluruh kegiatan operasi, baik yang berbayar
maupun tidak berbayar.
Bersatu Berantas Katarak
Pada penghujung tahun 1999, suatu pene-
litian memprediksi jumlah kebutaan di dunia akan
meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.
Menyikapi hal tersebut, World Health Organization
(WHO) bersama International Agency for Prevention
of Blindness (IAPB) menggagas “Vision 2020: The
Right to Sight” untuk menghapus apa yang disebut
sebagai “kebutaan yang bisa dihindari” secara global
dengan target menurunkan angka kebutaan pada
dari 75 juta orang menjadi 25 juta orang pada tahun
2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh
18
Eyes On
emberian operasi katarak gratis terhadap
910 pasien katarak merupakan bagian dari
komitmen JEC dan Matahati untuk
mendukung upaya pemerintah mewujudkan Vision
2020 sekaligus memperingati sewindu Gerakan
Matahati dan ulang tahun ke-91 pendirinya, yakni
Panji Wisaksana.
Peserta yang telah terdaftar dalam
program Kick-o� 910. tersebar di berbagai daerah.
Dengan jumlah pasien yang cukup banyak dan
cakupan daerah sangat luas, sementara waktu dan
sumber daya manusia terbatas, maka kegiatan ini
akan berlangsung secara bertahap.
P
Sebagai negeri yang terletak di garis ekuator, Indonesia bergelimang dengan cahaya matahari. Ke- mewahan ini disertai dengan sinar ultraviolet dan menerpa sepanjang tahun sehingga diduga turut berperan dalam menyebabkan masyarakat menderita katarak 15 tahun lebih cepat daripada orang-orang dari daerah beriklim dingin. “Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu kasus baru katarak di antara seribu orang,” kata Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Presiden JEC Korporat saat acara Kick-O� 910 Operasi Bakti Katarak di JEC@Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (23/7).
2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh
pemerintah pada tahun 2000.
Menilik pada istilah kebutaan yang bisa
dihindari, memang sebenarnya 80 persen dari kasus
kebutaan dapat dicegah dengan deteksi dini dan
penanganan segera. Katarak sendiri menempati
porsi kasus terbesar.
Ironisnya, mayoritas penderita berasal dari
kalangan ekonomi lemah sehingga tidak memerik-
sakan mata. Berdasarkan data Kementerian Keseha-
tan, setiap tahunnya ada 0,1 pasien katarak baru di
Indonesia atau sekitar 250.000 orang. Namun,
kemampuan mengurangi jumlah pasien buta
katarak di Indonesia baru 180.000 operasi per tahun.
Gap yang besar ini dikenal dengan istilah “cataract
backlog”.
Pada masa krisis ekonomi 1998 melanda
negeri, kegiatan operasi gratis yang berjalan selama
belasan tahun di bawah naungan PERDAMI ber-
sama Yayasan Dharmais dan Lions Club terhenti
karena kesulitan dana. Beberapa tahun setelah
kegiatan ini vakum, Panji Wisaksana yang aktif
bergiat di Lions Club datang ke JEC@Menteng
dengan menggagas gerakan operasi katarak gratis.
JEC menjadi rumah sakit pertama yang mendukung
Panji hingga terbentuk Gerakan Matahati.
Gerakan Matahati membangun kerjasama
dengan banyak pihak sehingga sejak tahun 2008
sampai dengan Maret 2016 Matahati telah melaku-
kan 14.825 operasi bagi sekitar 18.025 pasien tidak
mampu. JEC sendiri berkomitmen kepada Matahati
untuk menanggung sepenuhnya biaya operasi
katarak untuk pasien tidak mampu sebanyak 400
pasien per tahun.
Turut berkontribusi secara pribadi dalam
kegiatan 910 Operasi Katarak Gratis sebagai bentuk
syukur memasuki usia baru dan hari jadi pernikahan
ke-70 tahun, Bapak Panji menyatakan, “Harapan
kami, kegiatan operasi katarak gratis dapat mening-
katkan kualitas hidup pasien penderita katarak dan
tentunya turut mendukung visi Gerakan Matahati
dan pemerintah.”
"Kami menargetkan seluruh 910 operasi
sudah selesai pada bulan November tahun ini.
Angka tersebut merupakan tambahan dari target
tahunan Matahati, yaitu 2500 operasi," terang
Wandi S. Brata Ketua Pelaksana Gerakan Matahati.
“KICK-OFF 910”Bakti Katarak JEC-Matahati
Foto kiri: (dari kiri ke kanan) ..., Dr. Johan Hutauruk, SpM,
Panji Wisaksana, Wandi S. Brata, Dr. Setiyo Budi Rianto, ...,
dan Dr. ... meresmikan Kick-O� 910 bersama-sama.
Foto kanan:Beberapa peserta Bakti Katarak
tengah beristirahat pasca menjalanioperasi.
19
Eyes On
enderita diabetes di Indonesia terbilang
banyak dan terus meningkat. Menurut data
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, penderita diabetes melitus yang terdiagnosa di
Indonesia meningkat sebesar dua persen dari tahun
2007. Data survey juga menyebutkan jika 2 dari 3
penderita Diabetes Mellitus tidak mengetahui
bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut.
Penyakit Diabetes Mellitus mampu meru-
sak banyak organ, termasuk mata. Orang dengan
diabetes berisiko mengalami Retinopati Diabetik
yang mengganggu penglihatan dan bisa menye-
babkan kebutaan. Maka itu JEC sebagai pusat
pelayanan kesehatan mata, membantu masyarakat
untuk mencegah serangan ini sedini mungkin,
P
dengan cara membantu memberi informasi
mengenai pola hidup sehat dan menyelenggarakan
senam pagi secara rutin.
“Sebagai penyedia layanan kesehatan, JEC
memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan
kesadaran pasien dan masyarakat luas mengenai
dampak Diabetes Mellitus. Itupun tidak cukup. Kami
harus memupuk kesadaran itu agar tumbuh men-
jadi langkah nyata, yaitu dengan membuat pasien
dan masyarakat benar-benar bersedia menjalani
pola hidup yang lebih sehat. Salah satunya melalui
program senam sehat dan pemeriksaan gula darah
secara rutin,” tutur ketua kegiatan Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci. Kegiatan pertama yang berlangsung pada
bulan Juni diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Seluruh
peserta juga berkesempatan mengikuti pemerik-
saan gula darah dan penyuluhan tentang diabetes
serta menikmati hidangan sehat.
Kegiatan senam sehat diharapkan akan
mengawali terbentuknya komunitas Diabetes JEC
yang aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan
sekitarnya. Bagi yang tertarik untuk bergabung
dengan Klub Senam Sehat Diabetes Mellitus JEC,
silakan hubungi Call Center JEC (62-21) 29221000.
20
KLUB SENAM SEHAT DIABETES JEC Hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi risiko terkena diabetes dan menjaga mata dari kerusakan yang dapat timbul sebagai dampak lanjutan dari diabetes. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, Rumah Sakit Mata JEC menggelar senam sehat Diabetes Mellitus dan pemeriksaan gula darah secara gratis di RS JEC @ Kedoya pada hari Sabtu terakhir di setiap bulan.
Eyes On
enderita diabetes di Indonesia terbilang
banyak dan terus meningkat. Menurut data
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, penderita diabetes melitus yang terdiagnosa di
Indonesia meningkat sebesar dua persen dari tahun
2007. Data survey juga menyebutkan jika 2 dari 3
penderita Diabetes Mellitus tidak mengetahui
bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut.
Penyakit Diabetes Mellitus mampu meru-
sak banyak organ, termasuk mata. Orang dengan
diabetes berisiko mengalami Retinopati Diabetik
yang mengganggu penglihatan dan bisa menye-
babkan kebutaan. Maka itu JEC sebagai pusat
pelayanan kesehatan mata, membantu masyarakat
untuk mencegah serangan ini sedini mungkin,
P
dengan cara membantu memberi informasi
mengenai pola hidup sehat dan menyelenggarakan
senam pagi secara rutin.
“Sebagai penyedia layanan kesehatan, JEC
memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan
kesadaran pasien dan masyarakat luas mengenai
dampak Diabetes Mellitus. Itupun tidak cukup. Kami
harus memupuk kesadaran itu agar tumbuh men-
jadi langkah nyata, yaitu dengan membuat pasien
dan masyarakat benar-benar bersedia menjalani
pola hidup yang lebih sehat. Salah satunya melalui
program senam sehat dan pemeriksaan gula darah
secara rutin,” tutur ketua kegiatan Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci. Kegiatan pertama yang berlangsung pada
bulan Juni diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Seluruh
peserta juga berkesempatan mengikuti pemerik-
saan gula darah dan penyuluhan tentang diabetes
serta menikmati hidangan sehat.
Kegiatan senam sehat diharapkan akan
mengawali terbentuknya komunitas Diabetes JEC
yang aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan
sekitarnya. Bagi yang tertarik untuk bergabung
dengan Klub Senam Sehat Diabetes Mellitus JEC,
silakan hubungi Call Center JEC (62-21) 29221000.
20
KLUB SENAM SEHAT DIABETES JEC Hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi risiko terkena diabetes dan menjaga mata dari kerusakan yang dapat timbul sebagai dampak lanjutan dari diabetes. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, Rumah Sakit Mata JEC menggelar senam sehat Diabetes Mellitus dan pemeriksaan gula darah secara gratis di RS JEC @ Kedoya pada hari Sabtu terakhir di setiap bulan.
Volume II / 2016