UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASIKENAKALAN SISWA KELAS VII DI MTs. NEGERI 3 MATARAM
KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAMTAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Oleh :
SANTI HIDAYATINIM. 15.1.13.1.111
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
i
UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASIKENAKALAN SISWA KELAS VII DI MTs. NEGERI 3 MATARAM
KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAMTAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam
Oleh :
SANTI HIDAYATINIM. 15.1.13.1.111
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidakmendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadamereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (JakartaTimur: Pustaka Al-Mubin, 2013), h.560.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua malaikatku di
kehidupan dunia, yang senantiasa mengalirkan kasih dan
sayangnya kepadaku tanpa pernah mengenal lelah dan
putus asa, yakni ibundaku tercinta “Hasbi” dan
ayahandaku tercinta “Tohri” serta adikku tersayang
“ Supriandi Ramadan dan Ahmad Fikri Hadi”. Buat
sahabatku Suzana dan Savira yang selalu memberikan
dukungan. Kalianlah sumber motivasi tiada henti dalam
kehidupan yang sedang kujalani. Terimakasih dan
pengabdianku akan mengiringi langkahku untuk kalian,
dan semoga jasa kalian tercatat sebagai amal yang akan
senantiasa mengalir untuk kalian. Amin ya robbal
‘ alamin.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, dan hidayah-Nyalahskripsi yang berjudul “Peran Guru Fiqih dalam
Membina KedisiplinanShalat Berjamaah Siswa Kelas VIII A MTs. Fathurrahman
Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran
2016/2017” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa peneliti
layangkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diberikan perintah shalat
oleh Allah SWT melalui sebuah peristiwa yang kita kenal dengan pristiwa Isra’
dan Mi’raj.
Dalampenyelesaian penelitian skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan andil yang sangat berarti, karena itu peneliti menyampaikan
terimakasih dan rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Ismail Thoib, M.pd selaku pembimbing I dan Bapak Drs. H.
Lukman Hakim, M. Pd selaku pembimbing II, yang secara ikhlas memberikan
masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Maimun, M. Pd dan Bapak M. Taisir, M. Ag. selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Ibunda Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Mataram.
4. Bapak Dr. H. Mutawali, M. Ag. Selaku Rektor UIN Mataram.
5. Kepada semua dosen yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram yang telah membagikan ilmu, nasihat, dan bimbingan selama
menuntut ilmu di UIN Mataram, dan terimakasih kepada semua staf jurusan
Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membantu dari sejak pertama kali
menginjakkan kaki dijurusan pendidikan agama islam sampai akhirnya
menyelesaikan pendidikan dikampus UIN Mataram.
ix
6. Kepada Bapak H. Ishak, S.Pd.I selaku Kepala MadrasahMTs Fathurrahman
Jeringo, Guru-guru di MTs Fathurrahman jeringo danstaf di MTs
Fathurrahman Jeringo.terimakasih penulis sampaikan atas sumbangsihnya
selama penelitian dilaksanakan telah banyak memberikan dukungan dan
bantuan guna terselesaikannya penelitian ini.
7. Semua rekan Mahasiswa (Kelas C “Kelas Regular” dan Kelas B “Konsentrasi
Fiqih” Angkatan 2013), terimakasih atas kebersamaan yang tak tergantikan
dan tak terlupakan.
Peneliti sangat menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penelitian
karya ilmiah sederhana ini, baik dari sisi penulisan, tata bahasa, dan banyak hal
lainnya. maka dari itu peneliti menerima dengan lapang dada jika kelak ada
masukan dari pembaca yang bertujuan untuk perbaikan skripsi atau
penyempurnaan selanjutnya.
Hal terakhir yang ingin peneliti sampaikan adalah permohonan maaf yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak atas kesalahan yang pernah terlintas dari
diri peneliti, karena maaf tersebut bisa memudahkan peneliti dalam menjalani
langkah selanjutnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan selama
menjalani kehidupan.
Mataram, 20 Mei 2017.
Peneliti
ix
DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEBIMBING .......................................................................... iii
NOTA DINAS....................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Konteks Penelitian ...............................................................................1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...........................................10
E. Telaah Pustaka ...................................................................................12
F. Kerangka Teori ..................................................................................15
1. Bimbingan dan Konseling..............................................................14
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling .....................................14
b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................18
c. Metode Dalam Bimbingan dan Konseling...............................20
2. Kenakalan Siswa ...........................................................................22
a. Pengertian Kenakalan Siswa ...................................................22
b. Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Siswa ..............................22
c. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa .............................................25
d. Upaya Menangani Kenakalan Siswa........................................26
G. Metode penelitian ..............................................................................28
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................28
x
2. Kehadiran Peneliti ..........................................................................30
3. Lokasi Peneltian ...........................................................................31
4. Sumber Data ..................................................................................32
5. Prosedur Pengumpulan Data .........................................................32
6. Teknik Analisis Data .....................................................................37
7. Pengecekan Keabsahan Data .........................................................39
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ....................................................42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTs. Negeri 3 Mataram .....42
1. Sejarah Berdirinya MTs. Negeri 3 Mataram..................................42
2. Visi, Misi, dan Tujuan MTs. Negeri 3 Mataram............................42
3. Letak geografis MTs. Negeri 3 Mataram.......................................44
4. Keadaan guru dan pegawai MTs. Negeri 3 Mataram ....................44
5. Keadaan siswa MTs. Negeri 3 Mataram........................................47
6. Keadaan sarana dan prasarana MTs. Negeri 3 Mataram................48
7. Struktur Organisasi MTs. Negeri 3 Mataram.................................50
8. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling MTs. Negeri 3
Mataram .........................................................................................52
B. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa Kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 .............................................53
C. Farktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Kelas VII
MTs. Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 ....................73
D. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa Kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017.............................................................................................84
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................100
A. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa .......................................................100
B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenakalan ...............102
C. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa
............................................................................................................110
BAB IV PENUTUP ............................................................................................118
A. KESIMPULAN ................................................................................118
B. SARAN..............................................................................................119
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................121
LAMPIRAN-LAPIRAN ...................................................................................123
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Kementerian Agama Republik Indonesi
(Kemenag)
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian FITK IAIN Mataram
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian MTs. Negeri 3 Mataram
Lampiran 4 Halaman Pengesahan Proposal Skripsi
Lampiran 5 Kartu Konsultasi Proposal Skripsi
Lampiran 6 Pelanggaran Tata Tertib Peserta Didik MTs. Negeri 3 Mataram
Lampiran 7 Dokumentasi Wawancara Dengan Guru BK.
xi
Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi KenakalanSiswa Kelas VII Di MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela
Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017
Oleh:
Santi Hidayati15.1.13.1.111
ABSTRAK
Upaya guru BK merupakan suatu usaha bagaimana cara guru BKmenangani siswa yang bermasalah. Upaya dilakukan oleh guru BK ialah untukmendidik anak menjadi lebih baik lagi dalam bertindak dan bersikap dimanapunsiswa berada, berbagai upaya dilakukan oleh guru BK untuk menangani kenakalanyang dilakukna oleh siswa di sekolah.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan tiga metode yangdijadikan dasar dalam pengumpulan data. Ketiga metode tersebut adalah metodeobservasi, metode wawancara tak terstruktur, dan metode dokumentasi.Sedangkan analisis data menggunakan analisis induktif.
Berdasarkan penelitian, diperoleh data bahwa bentuk-bentuk kenakalanyang dilakukan oleh siswa kelas VII di MTs. Negeri 3 Mataram ini masih dalamkeadaan wajar. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan ituterlihat dari 3 faktor yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor lingkunganmasyarakat, dan faktor lingkungan sekolah, selanjutnya upaya guru BK dalammengatasi kenakalan siswa itu dilakukan melalui tahapan yang ditentukan.
Upaya untuk menangani siswa yang melakukan kenakalan di sekolahsangatlah penting, terutama penanganan yang harus legih ketat dilakukan olehguru bimbingan konseling yang mempunyai berbagai cara dalam penagananbukan hanya untuk guru BK yang bisa memberikan bimbingan di sekolah tetapiguru-guru lain juga ikut berperan penting dalam penanganan.
Kata Kunci: Upaya Guru Bimbingan Konseling, Kenakalan Siswa.
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang,
perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu
kemajuan itu nampak dalam “teknologi informasi yang dengannya
penyebaran norma-norma dan nilai-nilai budaya yang sangat bervarian dapat
dengan mudah menjangkau ruang dunia secara cepat dan merambah dunia
yang sangat luas”.2 Khususnya pada dunia pendidikan yang akan mengalami
perkembangan dengan berbagai teknologi yang semakin berkembang, tanpa
disadari bahwa pendidikan di era globalisasi ini akan berdampak pada dunia
pendidikan.
Seperti yang diketahui sekarang ini kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi) sangat berkembang pesat dan dapat memberikan dampak
terhadap perkembangan pola hidup masyarakat. Dikalangan remaja/siswa
yang menggunakan teknologi informasi seperti handphone, sangat membantu
mereka sebagai alat multi fungsi, para remaja menggunakan teknologi ini
secara positif atau negatif. Dari kondisi ini maka budaya, tradisi dan karakter
dari masyarakat dunia dengan mudah dan cepat di akses dimana saja,
termasuk dikalangan anak-anak seperti sekarang ini. Karena perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin dahsyat, apabila orangtua,
2Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,2005), h. 125.
2
guru atau pendidik, dan pemerintah kurang puduli terhadap generasi
penerusnya.
Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka
peluang bagi manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.
Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus
berpikir, dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari
globalisasi adalah:
(1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkatkarena banyaknya konflik, stes, kecemasan dan frustasi, (2) adanyakecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi dan kurupsi, makin sulitditerapkannya ukuran baik-jahat dan benar-salah secara lugus, (3) adanyaambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflikpsikis tapi juga konflik fisik, dan (4) pelarian dari masalah melalui jalanpintas, yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang.3
Pendidikan merupakan “pilar utama dalam mengantisipasi masa depan,
karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk
berperan di masa yang akan datang”.4Tujuan pendidikan nasional Indonesia
dengan mengacu pada (UU No. 20 Tahun 2003), disebutkan:
(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha ESa, (2) berakhlakmulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memilikikesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki keperibadian yang mantapdan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dankebangsaan.5
Lajunya arus globalisasi saat ini tidak hanya berdampak kepada orang
dewasa, akan tetapi juga berdampak kepada anak-anak remaja yang
3Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010), h. 1.
4Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 153.5Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional (Surabaya: Media Centre, 2005), h. 4.
3
notabenenya berada pada tataran usia Sekolah, baik di usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA)
sederajat, yang pada umumnya usia mereka berkisar antara 13-20 taahun.
Kurang siapnya mental anak-anak remaja usia sekolah dalam menerima
lajunya arus globalisasi menjadi penyebab terjadinya berbagai bentuk
kenakalan. Walaupun demikian lajunya arus globalisasi bukanlah satu-
satunya faktor penyebab kenakalan mereka. Ada beberapa faktor lain yang
dapat mendorong mereka menjadi nakal dan kurang bertanggung jawab,
diantaranya yang paling dominan adalah faktor lingkungan keluarga.
Sudarsono mengatakan bahwa:
Pada haketakatnya kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yanghadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat, akan tetapimasalah tersebut muncul karena beberapa keadaan yang terkait, bahkanmendukung kenakalan tersebut, kehidupan keluarga yang kurangharmonis, perceraian dalam bentuk broken home. Memberi doronganyang kuat sehingga anak menjadi nakal.6
Keluarga terutama orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab
atas pendidikan dan masa depan anak, khususnya pendidikan agama. Hal ini
harus dilakukan dalam rangka memelihara dan membesarkan, malindungi,
memberi pengajaran serta membahagiakan anan baik dunia maupun akhirat.
Sesuai dengan firman Allah SWT:
6 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakrta: Rineka Cipta, 2002), h.1.
4
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadapapa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apayang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)7
Kedua orang tua adalah “pendidik yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya.Karena sebelum orang lainyang mendidik, orang tuanyalah yang
mendidik terlebih dahulu. Oleh karena itu, anak sejak kecil dibesarkan oleh
keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya dihabiskan dalam
lingkungan keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya
delinquency itu sebagaian besar juga berasal dari lingkungan keluarga”.8
Di Sekolah juga ada guru yang berperan penting dalam menangani dan
mengatasi tingkah laku siswa, terutama guru “Bimbingan Konseling yang
bertugas memberikan bimbingan kepada siswa yang melakukan perilaku yang
menyimpang atau melakukan pelanggaran aturan-aturan sekolah, guru
bimbingan dan konseling adalah seorang pembimbing disekolah yang akrab
dikenal dengan sebutan konselor sekolah yang mempunyai tugas dan peran
yang dimiliki siswa”.9
Guru bimbingan dan konseling yang sebenarnya adalah “konselor yang
mempunyai background bimbingan dan konseling dan mampu memfasilitasi
siswa menjadi tauladan yang lebih baik dari sebelumnya, mampu bersahabat
7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta Timur:Pustaka Al-Mubin, 2013), h.560.
8Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 125.9Asfiarini Yulianty, Observasi dan Wawancara, 16 Mei 2016.
5
dengan siswa sehingga tercipta kenyamanan, dan mampu membuat siswa
akan rindu dengan ruangan bimbingan dan konsleing”.10
Konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik atau layanan di dalam
bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat istimewa karena sifatnya
yang lentur atau fleksibel dan komprehensif. Konseling merupakan salah satu
teknik inti atau teknik kunci”.11
Dari beberapa lembaga pendidikan, bimbingan dan konseling secara aktif
melakukan proses bimbingan dan konseling pada siswa yang dinilai sebagai
“siswa yang bermasalah atau memiliki persoalan (problem), baik yang
menyangkut pribadinya atau orang lain dan lingkungannya. Yang sering
sekali terjadi di sekolah-sekolah adalah adanya pelanggaran tata tertib
sekolah, broken home, dan masalah-masalah yang dilakukan oleh para siswa.
Sehingga dengan demikian bimbingan dan konseling secara khusus ditangani
oleh tenaga-tenaga yang dinilai mampu untuk memberikan bimbingan dan
pembinaan kepada siswa”.12
Tugas dan fungsi Guru dalam proses pendidikan di sekolah (Madrasah)
tidak hanya sebagai pengajar ilmu-ilmu pengetahuan semata-mata melainkan
juga harus bertugas sebagai pendidik dan pembimbing atau counselor.
Menurut Arthur J. Jhon dan Herald C.Hand, dalam Arifin bahwa “antara
bimbingan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan
terutama yang berkaitan dengan upaya membantu anak didik untuk
10Muzair, (Waka Kesiswaan), Wawancara, 16 Mei 2016.11Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h.2.12Zakiyah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,
2009), h. 48.
6
menemukan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sesuai dengan
kemampuannya; juga dalam upaya mengembangkan tujuan-tujuan hidupnya,
merumuskan rencana kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, serta
dalam proses merealisasikan tujuan tersebut”.13
Menurut John M.Brewer ahli guidance-counseling Amerika Serikat,
dalam Arifin bahwa “bimbingan itu sebenarnya merupakan pekerjaan
mendidik, yaitu “pendidikan yang baik” (good education),oleh karena itu
anak didik atau anak bimbingan adalah makhluk yang mendambakan hidup
masa datang yang lebih baik”.14
Masalahan kenakalan siswa saat ini banyak terjadi di lembaga pendidikan
seperti sekarang ini, kenakalan semakin banyak dilakukan oleh para pelajar di
sekolah-sekolah. Seperti juga yang terjadi di salah satu lembaga pendidikan
di Kota Mataram, yaitu di MTs. Negeri 3 Mataram. Menurut sumber yang
didapatkan penelitian, siswa-siswanya juga mengalami masalah yang ujung-
ujungnya mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan
norma yang berlaku atau disebut dengan tindakan kenakalan, namun dari
kenakalan yang mereka lakukan itu masih dalam tarap yang biasa. Di antara
tindak kenakalan yang dilakukan ialah melanggar tata tertib sekolah,
membolos, berkelahi dengan teman, dan lain sebagainya.15
Dari hasil wawancara pada tanggal 16 Mei 2016, peneliti memperoleh
informasi dari kepala Tata Usaha dan guru Bimbingan Konseling yang terkait
13Arifin dan Etty Kartikawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Dirjen Binbaga IslamDepag RI, 2000), h.129.
14Ibid.,h.130.15Muzair, (Waka Kesiswaan), Mts Negeri 3 Mataram, Wawancara, 16 Mei 2016.
7
dengan kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri 3
Mataram. Di MTs Negeri 3 Mataram terdapat 2 Guru Bimbingan Konseling
yaitu DewiAsriati dan Asfiarini Yulianty. Dari kedua Guru Bimbingan
Konseling di MTs Negeri 3 Mataram, peneliti mendapatkan informasi awal
tentang kenakalan siswa di MTs Negeri 3 Mataram.Ibu Asfiarini Yulianty
menjelaskan bahwa banyak kenakalan atau pelanggaran yang sering
dilakukan oleh siswa yaitu pelanggaran tata tertib yang ada di sekolah. Lebih
lanjut ia juga menjelaskan bagaimana cara mengatasi kenakalan setiap siswa
yang bermasalah misalnya siswa yang tidak mentaati tata tertib sekolah akan
diberikan teguran, dan diberikan sangsi kepada siswa.16
Dari urain diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih
jauh bagaimana tugas seorang guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa di sekolah, seperti yang diketahui bahwa setiap para siswa
mempunyai akhlak yang baik, tetapi masih saja ada siswa yang melakukan
kenakalan/melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi kenakalan yang
dilakukan siswa masih dalam tingkat biasa atau masih bisa di atasi oleh para
guru di sekolah terutama guru BK. Dengan adanya peran guru BK yang bisa
merubah prilaku siswa yang dulunya sering melakukan kenakalan di sekolah
menjadi berkurang dalam melakukan kenakalan, seperti membolos, berkelahi
dengan teman, terlambat datang kesekolah dan lain-lain.
Kondisi yang terlihat saat penanganan siswa bermasalah di MTs. Negeri 3
Mataram juga berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tahapan-tahapan
16Asfiarini Yulianty, (Guru BK), MTs Negeri 3 Mataram, Wawancara, 16 Mei 2016.
8
yang telah ditentukan oleh guru BK sendiri mulai dari tingakatan masalah
yang dilakukan oleh para siswa, mulai masalah yang bersifat sedang, ringan,
dan berat, tingkat kenakalan yang dilakukan oleh siswa juga akan
mendapatkan kaoin tambahan yang diberikan oleh guru BK yang sesuai
dengan tingkat kenakalan yang dilakukan, guru BK sendiri telah menerapkan
point pelanggaran untuk para siswanya di sekolah guna memberikan efek jera
kepada para siswa. Terkait dengan pemaparan di atas peneliti tertarik meneliti
tentang “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa Kelas VII Di MTs Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.”
B. Fokus Penelitian
1. Apakah bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswi kelas VII MTs
Negeti 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa-siswa kelas VII
MTs Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017?
3. Apakah bentuk upaya guru bimbingan konseling dalam menangatasi
kenakalan siswa-siswa kelas VII MTs Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa-
siswai MTs Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
9
b. Untuk mengetahuai faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan yang
dilakukan oleh siswa-siswi kelas VII MTs Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017.
c. Untuk mengetahui upaya guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa-siswi kelas VII MTs Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah bekal atau wawasan
ilmu pengetahuan bagi setiap pendidik terutama bagi guru
bimbingan konseling (BK)
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai refrensi bagi
guru dan setiap pihak. Untuk mengenali kenakalan siswa di dalam
sekolah.
3) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu berbagai pihak
terutama para guru, dan atau para calon guru dalam mengatasi
kenakalan siswa di sekolah dengan melakukan berbagai pendekatan.
4) Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang strategi
mengatasi kenakalan siswa disekolah.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi guru
bimbingan konseling (BK), guru pendidikan agama Islam (PAI)
dan semua pihak untuk lebih cermat dalam memberikan perhatian
10
dan bimbingan terhadap siswa agar terhindar dari hal-hal yang
bertentangan dengan hukum dan norma-norma yang berlalku dalam
masyarakat, dan hal-hal yang bersifat kenakalan lainnya.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
terhadap pelaksanaan bimbingan dan mengatasi masalah-masalah
kenakalan para siswa-siswi khususnya di MTs Negeri 3 Mataram
Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Ruang Lingkup dan SettingPenelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai yang menggambarkan
arah penelitian yang dilakuakan peneliti, sehingga dengannya dapat
memberikan batasan-batasan yang dapat menggambarkan fokus penelitian.
Dengan demikian berdasarkan fokus penelitian sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, maka ruang lingkup penelitian ini menekankan pada bentuk
kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswi kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017, faktor-faktor penyebab terjadinya
kenakalan siswa-siswi kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017, dan bentuk upaya guru bimbingan konseling dalam
menangatasi kenakalan siswa-siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram
Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. SettingPenelitianSetting penelitian merupakan lokasi penelitian, dimana peneliti akan
melakukan penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di
sekolah MTs Negeri 3 Mataram lokasi ini di pilih karena beberapa alasan:
11
MTs Negeri 3 Matarammerupakan satu-satunya MTs yang ada di Kota
Mataram yang terletak di jalan lingkar selatan tergolong atau dikenal
sebagai sekolah yang cukup berprestasi.
Dari hasil observasi awal dapat dilihat bahwa upaya guru bimbingan
konseling dalam mengatasi kenakalan siswa khususnya dalam melakukan
pelanggaran tata tertib di madrasah.Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru
bimbingan konseling dalam menangani kasus siswa yang melakukan
pelanggaran tata tertib madrasah dengan cara memberikan bimbingan yang
terarah, teguran, dan sangsi jika pelanggaran yang dilakukan siswa tidak
bisa diatasi. Dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa,
disinilah peran penting seorang guru bimbingan konseling di sekolah
dalam mengarahkan dan membimbing siswanya agar tidak melakukan
tindak kenakalan.
Alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi
tersebuta dalah: pertama, lokasi sekolah yang sangat strategis karena
berada dipinggir jalan, madrasah ini juga sangat berkembang pesat
memiliki daya tarik bagi para masyarakat untuk menyekolahkan anak-
anaknya. .Kedua, di madrasah tersebut juga mempunyai guru bimbingan
konseling yang profesioanl dalam mengatasi kenakalan siswa yang
dilakukan selama berada di sekolah, kenakalan-kenakalan yang di lakukan
oleh siswa itu biasanya pelanggaran tata tertib madrasah, guru BK juga
mempunyai peran penting dalam menangani kenakalan siswa dengan
memberikan berbagai bimbingan seperti bimbingan pribadi, bimbingan
12
individu, dan bimbingan rutin seminggu sekali kepada siswa, hal ini
dilakukan oleh guru BK agar para siswa jera untuk melakukan tindakan
kenakalan. Hal ini terbukti dengan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
yang di lakukan oleh siswa-siswi, seperti 3 siswa kelas VIII yang
melakukan pelanggaran tata tertib madrasah yaitu membolos pada jam
pelajaran sedang berlangsung.
E. Telaah Pustaka
Telah pustaka dilakukan untuk “mejelaskan posisi penelitian yang sedang
dilaksanakan diantara hasil-hasil penelitian atau buku-buku terdahulu yang
bertopik senada.Tujuannya adalah untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas,
dan pengembangan keilmuan terkait”.17
Adapun karya ilmiah yang memiliki kemiripan dengan penelitian adalah:
1. Pada tahun 2009, Skripsi yang di susun oleh Bahja Tunnisa, yang
berjudul “Peranan Guru BP Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Untuk
Meningkatkan Kesadaran Beragama di SMU Al-Ma’rif Mataram”.18
Skripsi ini meneliti tentang upaya guru BP dalam meningkatkan
kesadaran beragama bagi siswa. Meningkatkan kesadaran beragama tidak
luput juga dari perannya guru Agama, tetapi diperlukan juga kesadaran
diri bagi siswa. Guru BP juga memberikan bimbingan dalam
meningkatkan kesadaran bagi setiap siswanya.
17Cholid Nurbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 4518Bahja Tunnisa, Peranan Guru BP Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Untuk
Meningkatkan Kesadaran Beraga di SMU Al-Ma’rif Mataram (skripsi, IAIN Mataram, Mataram2009).
13
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian
diatas sama-sama membahas tentang Peran Guru BP Dalam Mengatasi
Kenakalan siswa, persamaan selanjutnya ada pada metode penelitian
yang sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, dan juga
dalam penelitian yang dilakukan oleh penelitian di atas lebih kepada
sama-sama bagaimana guru BP mengatasi kenakalan remaja dalam.
Perbedaan juga ditemukan dalam penelitian ini, yaitu pada objek
penelitian, dimana penelitian melakukan penelitian di SMU Al-Ma’rif
Mataram, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini di MTs.
Negeri 3 Mataram. Perbedaan selanjutnya terletak pada fokus penelitian
yang dilakukan.
2. Pada tahun 2008, Skripsi yang disusun oleh Sri Martiani, yang berjudul
“Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Sikap
Belajar Mandiri Siswa di MAN 1 Mataram”.
Skripsi ini meneliti tentang strategi pelayanan bimbingan dan
konseling dalam membina sikap mandiri siswa.Skripsi ini meneliti
tentang upaya guru bimbingan konseling dalam membina sikap siswa,
dan upaya mengatasi hambatan pelayanan bimbingan dan konseling itu
sendiri.19
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah terletak pada subyek, lokasi penelitian, serta upaya yang
dilakukan guru BP.membahas tentang bagaimana strategi pelayanan
19Sri Martiani, Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina SikapBelajar Mandiri (skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2007), h.5.
14
bimbingan dan konseling dalam membina sikap siswa menjadi pribadi
yang mandiri dan disiplin. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah membahas bagaimana peran guru bimbingan dan
konseling dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa, sehingga siswa bisa memahami peran guru bimbingan dan
konseling yang sebenarnya dan mudah untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa, perbedaan selanjutnya yaitu tempat penelitian yang
dilakukan juga di tempat yang berbeda.
Adapun persamaan kedua penelitian ini adalah fokus membahas
bagaimana metode pelayanan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam membina siswa menjadi pribadi yang mandiri dalam
menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh para siswa, melalui
penerapan stragegi pelayanan bimbingan yang diberikan oleh guru BK
guna untuk membina sikap sikap mandiri yang harus di miliki oleh para
siswa.
F. Kerangka Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Guru adalah “seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
15
membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar
bermanfaat dimasa yang akan datang”.20
Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan,
dan program ini ditunjukkan untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa. Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program
atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan
pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan
rencana serta melakukan penyusunan diri dalam semua aspek kehidupannya
sehari-hari.21
Sedangkan menurut Priyanto dan Erman Amti bahwa:
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orangyang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapatmengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri denganmemanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapatdikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.22
Dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling adalah seorang
pembimbing di sekolah yang akrab dikenal dengan sebutan konselor sekolah
yang mempunyai tugas dan peran sebagai fasilitator siswa untuk melayani
dan mengmbangkan potensi potensi yang dimiliki siswa. Guru bimbingan
dan konseling yang sebenarnya adalah konselor yang mempunyai
background bimbingan dan konseling dan mampu memfasilitasi siswa
menjadi tauladan dan lebih baik dari sebelumnya, mampu bersahabat
20Muhaimin, “Pengertian Guru”, dalam http://darsanaguruBlogspot.Com/2015/05/
Pengertian guru /html, diambil tanggal 18 Februari 2017, pukul 10.35 WITA.21 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, h. 1.22 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2010), h.14.
16
dengan siswa sehingga tercipta kenyamanan, dan mampu membuat siswa
akan rindu dengan ruangan bimbingan dan konseling.
Sasaran konteks bimbingan di sekolah dan madrasah adalah tiap-tiap
pribadi siswa secara perorangan dalam arti mengembangkan apa yang ada
pada diri tiap-tiap individu (siswa) secara optimal agar masing-masing
individu dapat sebesar-besarnya berguna bagi dirinya sendiri,
lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya. Tetapi dalam konteks
bimbingan di sekolah dan madrasah, bahwa bimbingan di sekolah
merupakan “aspek program pendidikan yang berkenaan dengan bantuan
terhadap para siswa agar dapat menyesuaikann diri dengan situasi yang
dihadapinya dan untuk merencanakan masa depannya sesuai minat,
kemampuan, dan kebutuhan sosialnya atau proses bantuan kepada siswa
agar ia dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masaalah hidupnya
sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup secara bahagia”.23
Dari beberapa pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa bimbingan
adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu baik secara langsung maupun tidak langsung secara terus menerus
agar individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia
hidup, baik di llingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat secara umum.
Konseling adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
23Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.59
17
sedang mengalami masalah (konseli/klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi konseli/klien”.24
Senada dengan Prayitno dan Erman Amti, Anas Salahudin
mengemukakanbahwa konseling adalah “proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut
klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.25
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
adalah suatu proses yang secara langsung pada seseorang antara orang
yang membantu (konselor) dengan orang yang dibantu (konseli) untuk
memecahkan suatu masalah yang mereka hadapi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa pengertian bimbingan dan konseling adalah proses pemberian
bantuan dari seorang konselor yang dilakukan secara face to face kepada
klien dalam suatu interaksi timbal balik dalam rangka mengatasi serta
memecahkan masalah sehingga dapat tercapai suatu pemahaman,
penerimaan serta pengarahan diri terhadap masalah yang sedang
dihadapinya.
b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pada umumnya tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu
individual memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan
predisposisinya dengan tuntutan positif lingkungannya.
24Musari, Bimbingan Konseling, (Mataram: Pustaka Diamond, 2011), h. 92.25Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, h.15
18
Adapun Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar konseler
dapat:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier sertakehidupannya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimalmungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan danmasyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaiandengan lingkungan sekolah, masyarakat, maupun lingkungan kerja.26
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan
pribadi. Lebih lanjut tujuam bimbingan dan konseling adalah membantu
individu dalam mencapai:
1) Kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan
2) Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat
3) Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan
4) Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.27
Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya
dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepda kehidupan masyarakat
umumnya.
Fungsi bimbingan dan konseling pada umumnya mengacu pada situasi
dan masa pemberian bantuan berdasarkan aspek fenomologis, seperti: sifat
pencegahan (preventif, sifat pengembangan (developmental), sifat
26Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, h. 20.27Wardati, Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,(Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011), h. 28.
19
penyembuhan (kuratif) yang diaplikasikan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi siswa.
Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan siswa dalam
keseluruan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini
bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada siswa
agar masing-masing individu dapat berkembang menjadi pribadi mandiri
secara optimal. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling
mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan
bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut diantaranya sebagai
berikut:
1. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memilikipemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya(pendidik, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya sendirisecara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secaradinamis dan konstruktif.
2. Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasiberbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untukmencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsiini, konselor memberikan bimbingan kepda siswa tentang caramenghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakandirinya. Adapun tentik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,informasi, dan bimbingan kelompok.
3. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa beruyapa untuk menciptakanlingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangansiswa. Konselor dan personel sekolah lainnya bekerjasama merumuskandan melaksanakan program bimbingan secara sisematis danberkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugasperkembangannya. Teknik dapat digunakan di sini adalah layananinformasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brainstorning), home room, dan karyawisata.
4. Perbaikan (pengembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifatkuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuankepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspekpribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik ini dapat digunakanadalah konseling, dan remedial teaching.
20
5. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilihkegiatan ekstrakurikuler, jurusn atau program studi, dan memamtapkanpenguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsiini, konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalammaupun di luar lembaga pendidikan.
6. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnyakonselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikanterhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhanindividu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadaimengenai individu.
7. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa)agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadapprogram pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.28
c. Metode Bimbingan dan Konseling
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk
pencapaian suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan. Dalam bimbingan dan konseling bisa
diartikan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses
bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua macam metode dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu “pertama, metode individual,
dan kedua, metode bimbingan kelompok di kenal juga dengan bimbingan
(group guidance) sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan
individual konseling”.29
1) Metode Bimbingan Individual
Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara
individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara
bimbingan (konselor) dengan siswa (klien). Dengan kata lain pemberian
28Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010), h. 16-17.
29Fenti Himawati, Bimbingan Dan Konseling,..h.124.
21
bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to
face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan
wawancara antara (pembimbing)konselor dengan siswa (klien).
Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah
masalah-masalah yang bersifat pribadi.
Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu
bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor
melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien
(siswa). Sedangkan empati adalah usaha konselor menempatkan diri
dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang
dihadapinya.
2) Metode Bimbingan Kelompok
Metode ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memcahkan
masalah melalui kegitan kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat
kelompok, yaitu yang dsarankan bersama oleh kelompok (beberapa
orang siswa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah
yang disarankan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota
kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan
untuk mengatasi masalah bersama atau individu yang menghadapi
masalah dengan menempatkannya dalam kehidupan kelompok. Metode
yang digunakan dalam bimbingan kelompok antara lain: “a) Program
Home Room, b) Karyawisata, c) Diskusi kelompok, d) Kegiatan
22
kelompok, e) Organisasi siswa, f) Sosiodrama, g) Prikodrama dan h)
Pengajaran remidial”30.
2. Kenakalan Siswa
a. Pengertian Kenakalan Siswa
Secara Etiologi kenakalan berarti “suatu penyimpangan tingkah
laku yang dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu ketenraman diri
sendiri dan orang lain”.31
Adapun M. Gold dan J. Petronia dalam Sarlito Wirawan, kenakalan
remaja adalah “tindakan seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri. Bahwa jika
perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa
dikenakan hukuman”.32
Sedangkan Kartini Kartono memehami kenakalan “sebagai perilaku
jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda yang merupakan gejala
sakit (patologis) disebabkan tingkah laku yang menyimpang”.33
b. Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Siswa
Kenakalan pada dasarnya disebabkan oleh “adanya dua faktor, yakni
faktor internal di dalam remaja dan faktor eksternal dari luar dirinya”.34
30 Ibid, h. 70.31Hasan Basri, Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajara, 2001), h. 332Ibid, h. 5.33Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), h. 634Y. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, h. 35.
23
Faktor internal dapat berupa keadaan fisik, usia, perasaan, kedudukan
dalam keluarga, maupun adanya konflik batin dan ketegangan emosional
dalam dirinya.
Faktor eksternal yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan
itu sendiri, misalnya karena pengaruh lingkungan sekitarnya dan faktor
keluarga. Faktor eksternal meliputi: ketidak harmonisan keluarga, faktor
ekonomi yang kurang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, pengaruh
media massa dan lain-lain.
Menurut Zakiah Darajat, hal-hal yang menyebabkan kenakalan remaja
adalah:
1) Kurang tentramnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalammasyarakat.
2) Keadaan masyarakat yang kurang stabil baik dari segi sosial,ekonomi, maupun politik.
3) Suasana yang kurang harmonis4) Diperkenalkannya secara populer obat-obatan dan alat anti hamil5) Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-
kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar tuntutan moral.6) Kurangnya bimbingan untuk mengisi waktu dan kurangnya tempat-
tempat bimbingan dan penyuluhan bagi remaja.35
c. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa
Berhubungan dengan banyaknya bentuk kenakalan siswa yang
dilakukan di sekolah, maka adapun bentuk-bentuk kenakalan siswa
menurut Zakiah Daradjat adalah :
1) Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru. Hal seperti ini biasanyaterjadi pada kalangan siswa, dia tidak segan-segan menentang apayang dikatakan oleh orang tua dan gurunya bila tidak sesuai denganjalan pikirannya. Lari atau bolos dari sekolah. Siswa yang tidak maupatuh kepada orang tua dan gurunya pasti akan menentang apa yang
35Ibid, h.7.
24
dikatan oleh orang tua maupun gurunya, karena siswa yang memilikisikap seperti ini hanya akan bertindak semaunya.
2) Sering berkelahi, sering berkelahi merupakan salah satu dari gejalakenakalan siswa. Siswa yang perkembangan emosinya tidak stabilyang hanya mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan oranglain, yang menghalanginya itulah musuhnya. Siswa yang seringberkelahi atau siswa yang sering membuat onar di sekolah adalahsiswa yang telah terpengaruh oleh lingkungan bergaulnya, karenasiswa yang sering berkelahi tidak akan bisa mengontrol emosinyadengan baik, sehingga membuat siswa lainnya ikut-ikutan dalamperkelahian.
3) Cara berpakaian. Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki oleh parasiswa, meniru orang lain atau bintang pujaannya yang sering di lihatdi TV atau pada iklan-iklan baik dalam hal berpakaian atau tingkahlaku, walaupun itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang pentingbaginya adalah mengikuti mode zaman sekarang.
4) Membolos pada jam sekolah. Membolos disaat jam sekolah adalahkenakalan yang sering dilakukan oleh siswa-siswa, merekamembolos karena ada ajakan dari teman sepergaulan mereka, inilahyang menjadi kenakalan yang sering dilakukan oleh siswa disaatberada di dalam lingkungan sekolah.
5) Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan orang lain.Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat di golongkan padapelanggaran hukum sebab kenakalan ini menganggu ketentramandan keamanan masyarakat di antaranya adalah: mencuri, menodong,kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalah gunaan narkotika,membaca buku-buku porno”.
36
Bentuk- bentuk kenakalan siswa dari segi hukum kenakalan siswa
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma
hukum yaitu:
1) Kenakalan yang bersifat moral dan sosial serta tidak diatur dalamundang-ungang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagaipelanggaran hukum:a) Membolos sekolah,b) Melawan orang tua,c) Pergi tanpa pamit orang tua,d) Pemalakan,e) Perkelahian,f) Pemukulan terhadap guru, dang) Suka bohong.
36 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.40.
25
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesain sesuaidengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama denganperbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa, yaitu:a) Kejahatan-kejahatan kekerasan,b) Pencurian,c) Penggelapan,d) Penipuan,e) Pemerasan dengan pengancaman,f) Menghancurkan dan merusak barang orang lain, dang) Kejahatankesusilaan.37
d. Upaya Menangani Kenakalan Siswa
Menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, tindakan untuk mencegah dan
mengatasi kenakalan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Tindakan Preventif yakni segala tindakan yang bertujuan mencegahtimbulnya kenakalan-kenakalan.
2) Tindakan Represif yaitu tindakan untuk menindas dan menahankenakalan remaja atau menghalangi timbulnya kenakalan yang lebihparah/hebat.
3) Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi yakni revisi akibat perbuatan nakal,terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.38
e. Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan
menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari
kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang
bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah
dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: “(1) pendekatan disiplin
dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling”.39
Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan
yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan
37Kartini Kartono, Patologis Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006), h.6.
38Y. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), h.32-3339 Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling,.. h. 79.
26
pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk
menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan
dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan
dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan
siswa bermasalah melalaui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak
menggunakan bentuk sangsi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada
terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara
konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa
tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta
dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus
ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (konselor). Dengan hal ini,
adapun tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugas yang
menanganinya, sebagai berikut:
1. Masalah (kasus) ringan,seperti: membolos, malas, kesulitan belajarpada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar,minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasikepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakankunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacarandengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitanbelajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahappertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial danasusila. Kasus sedang bimbingan oleh guru bimbingan dan konseling(konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah,ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduanalkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaanbunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasusberat dilakukan referal (ahli tangan kasus) kepala psikolog, psikiater,
27
dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukankegiatan konferensi kasus.40
Secara visual, penangan siswa bermasalah melalui pendekatan
Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Bagan: Penanganan Siswa Bermasalah melalui pendekatan
Bimbingan Konseling.41
Dengan melihat bagan tampak jelas, bahwa penangan siswa bermasalah
melalui pendekapatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata
menjadi “tanggung jawab guru bimbingan dan konseling/konselor di
sekolah, tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-
sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan
perkembangan pribadi secara optimal”.42
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan suatu langkah yang sangat penting
untuk ditentukan dalam malaksanakan suatu peneltian, sehingga dapat
40 Ibid, h. 80.41Ibid., h. 156.42Ibid., h. 26-30.
Masalah Siswa
Ringan SemuaGuru/Wali Kelas
Sedang GuruBK/Konselor
BeratAlih Tangan
Kasus
28
menghasilkan suatu penelitian yang reperesentif, karena pendekatan
merukapan metodologi (cara) dan metode (alat) penelitian.
Sehubungandengan pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif, karena data yang diperoleh dilapangan lebih banyak
berupa informasi atau pesan-pesan, pendapat, konsep-konsep, dan
keterangan-keterangan bukan dalam bentuk angka-angka.
Terkait masalah yang disebutkan di atas, Moleong menyebutkan definisi
penelitian kualitatif sebagai berikut:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitianmisalnya perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dandengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatukonteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagaimetode alamiah.43
Sedangkan Sugiyono menyebutkan definisi metode penelitian kualitatif
sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskanpada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisiobyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimental) dimanapeneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumberdata dilakukan secara purposive dan snowbaal, tekhnik pengumpulandengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/deduktif,dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari padageneralisasi.44
Metode kualitatif sebenarnya metode penelitian yang bersifat atau
memiliki karakteristik natural setting dengan tidak merubah aslinya, baik
dalam bentuk simbol dan bilangan.
43Lexi. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2008), h. 6.
44Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R & D,(Bandung: Alpabeta, 2006), h. 15.
29
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengankenyataan jamak
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara penelitidan responden
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyakpenajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadap.45
Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti akan lebih kreatif dalam
mengumpulkan data dan informasi di lapangan karena dapat memanfaatkan
nalar dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta dapat
mengembangkan hal-hal yang mendukung keabsahan data yang didapat dari
lokasi penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Sebelum kehadiran peneliti di lapangan sebagai salah satu ketentuan
dan kegiatan institusi ada beberapa prosedur birokrasi yang dilalui dengan
tujuan untuk mendapatkan kemudahan dan keabsahan dalam proses
penelitian.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah suatu keniscayaan yang
dilakukan dalam mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan
menggunakan beberapa Metode antara lain: Observasi,
Interview/Wawancara dan Metode Dokumentasi.
Untuk mendapatkan data yang akurat dan keabsahannya teruji peneliti
disini berperan sebagai instrumen kunci dalam seluruh aktivitas penelitan,
dalma arti pneliti berperan langsung dan utama dalam keseluruhan proses
45Lexi. J. Moleong, Metodelogi Penelitian,... h. 9.
30
penelitian di lapangan guna memperoleh informasi yang valid. Namun
demikian peneliti tidak boleh melakukan sesuatu yang menyinggung dan
mempengaruhi pribadi responden sehingga berdampak pada penyampain
informasi dan data yang tidak valid.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, maka dengan sendirinya kehadiraan
peneliti sangat dibutuhkan, karena peneliti dilokasi berperan sebagai
instrumen kunci, ia menjadi segalanya dalam keseluruhan penelitian
dilapangan. Seperti yang dikemukakan oleh moleong bahwa: ”Kedudukan
peneliti didalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitan”.46 Penelitian kualitatif
menghendaki peneliti atau bantuan orang lain sebagai alat utama
pengumpulan data. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk
mempengaruhi subyek penelitian, tetapi untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
penelitiannya.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian adalah
di MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.
Alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi
tersebuta dalah: pertama, lokasi sekolah yang sangat strategis karena
46Ibid. ,h. 168.
31
berada dipinggir jalan, madrasah ini juga sangat berkembang pesat
memiliki daya tarik bagi para masyarakat untuk menyekolahkan anak-
anaknya. .Kedua, di madrasah tersebut juga mempunyai guru bimbingan
konseling yang profesioanl dalam mengatasi kenakalan siswa yang
dilakukan selama berada di sekolah, kenakalan-kenakalan yang di lakukan
oleh siswa itu biasanya pelanggaran tata tertib madrasah, guru BK juga
mempunyai peran penting dalam menangani kenakalan siswa dengan
memberikan berbagai bimbingan seperti bimbingan pribadi, bimbingan
individu, dan bimbingan rutin seminggu sekali kepada siswa, hal ini
dilakukan oleh guru BK agar para siswa jera untuk melakukan tindakan
kenakalan. Hal ini terbukti dengan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
yang di lakukan oleh siswa-siswi, seperti 3 siswa kelas VIII yang
melakukan pelanggaran tata tertib madrasah yaitu membolos pada jam
pelajaran sedang berlangsung.
4. Sumber Data
Mengingat sumber data yang diamati cukup banyak maka peneliti
mengambil sumber data sebagai ketentuan yang belum tentu berlaku.
Dalam melakukan penelitian, peneliti memilih sumber data yang dapat
membantu untuk mendapatkan data yaitu:
1) Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Mataram, data yang di dapatkan dari
kepala sekolah ialah kenakalan yang sering dilakukan siswa di sekolah
seperti suka mengganggu teman, membolos sekolah, tidak
mengerjakan tugas dan tidak seragam dalam berpakain sekolah.
32
2) Guru Bimbingan Konseling di MTs Negeri 3 Mataram, data yang di
dapatkan dari guru BK berupa bentuk-bentuk kenakalan seperti sukan
mengganggu teman, tidak regam dalam berpakaian sekolah, tidak
mengerjakan tugas, membolos, dan suka mengganggu teman. Data
kedua berupa faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa dan
bagaimana upaya guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa.
3) Siswa-siswa, data yang di butuhkan dari siswa ialah data bentuk
kenakalan apa yang sering dilakukan di sekolah.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa prosedur yang peneliti lalui seperti:
a. Membuat perencanaan penelitian
b. Melakukan survey awal
c. Meminta izin instansi terkait
d. Menentukan sumber data
e. Mengumpulkan data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode
penelitian, yaitu:
1) Metode Wawancara/Interview
Interview atau wawancara merupakan “metode pengumpulan data
yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan
subjek atau responden. Dalam interview biasanya terjadi sepihak yang
dilakukan secara sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian”.47
47Ibid., h. 82.
33
Sedangkan menurut Bungin, wawancara adalah proses
percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya
yang “dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviuwer) yang
mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai
(interviewee)”.48
Wawancara atau interview adalah proses untuk memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antra si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden/panduan wawancara. Jadi metode wawancara ini
“merupakan suatu metode yang mencakup cara yang di pergunakan
oleh seorang dengan tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari
seorang respondent”.49
Metode ini merupakan suatu teknik menjaring data dengan
menggunakan pertanyaan atau wawancara langsung dengan responden
secara sistimatis sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Adapun jenis atau macam-macam wawancara/interview antara
lain:
a) Wawancara TerstrukturWawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulandata, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui denganpasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
b) Wawancara Tidak TerstrukturWawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebasdimana peneltiti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
48Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke ArahRagam Varian Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 143.
49Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalian Indonesia, 2001), h. 243.
34
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulandatanya.50
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar
peneliti dapat secara bebas dan leluasa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan serta proses wawancara dilakukan secara mendalam
sehingga informasi yang terkait dengan pelaksanaan bimbingan
dan konseling di peroleh lebih banyak dan terinci.
Adapun data-data yang diketahui dengan teknik ini yaitu terkait
dengan bentuk-bentuk kenakalan, faktor-faktor penyebab
terjadinya kenakalan siswa, serta bentuk upaya guru bimbingan
konseling dalam mengatasi kenakalan siswa kelas VII MTs Negeri
3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
2) Metode Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai “Pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian”.51
Metode Observasi adalah “Metode pengamatan dan pencatatan
dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan.”52
Observasi adalah sebagai suatu aktivasi yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan pengamatan, meliputi kegiatan
50Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 195-197.
51Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, (Yogyakarta: Andi, 2003), h. 36.52 M. Muzair, Metodoligi Penelitian, h. 59.
35
pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Adapun macam-macam observasi antara lain:
a) Obsevasi TerstrukturObservasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secarasistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimanatempatnya.
b) Observasi Tidaak TerstrukturObservasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidakdipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.53
Diantara kedua observasi di atas, peneliti menggunakan
obserevasi tidak terstruktur yakni hadir di lokasi penelitian dan
berperan sebagai pengamat dengan tidak terjun langsung dalam
proses pemberian layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
namun melakukan pengamatan ketika proses berlngsung dan
melakukan sharing dengan guru bimbingan dan konseling setelah
proses layanan berlangsung.
Dari dua jenis data observasi di atas, peneliti mengadopsi jenis
yang kedua, yakni observasi non partisipan, yakni peneliti hadir di
lokasi penelitian hanya sebatas untuk memperoleh data yang terkait
dengan bentuk upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram, faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa kelas VII MTs.
Negeri 3 Mataram, dan upaya guru bimbingan konseling dalam
mengatasi kenakalan siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram serta
bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa kelas VII MTs.
53Sugiono, Metode Penelitian,... h.205.
36
Negeri 3 Mataram,. Di samping menerapkan teknik observasi non
partisipasi untuk mendapatkan data-data seperti tersebut di atas,
juga diterapkan teknik observasi partisipan juga untuk
mendapatkan data tentang letak geografis MTs. Negeri 3 Mataram.
3) Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, noutulen rapat, agenda dan sebagainya”.54
Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk mengumpulkan data
tertulis yang memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti
yakni mengenai data lokasi penelitian, data keadaan barang
inventaris sekolah, data keadaan guru atau pegawai di MTs Negeri 3
Mataram, dan data siswa kelas VII tahun 2016/2017.
Adapun data yang didapatkan dalam metode dokumentasi ini
adalah mengenai data-data siswa yang sudah masuk bimbingan yang
didapatkan dari guru BK MTs. Negeri 3 Mataram dan konseling dan
bentuk-bentuk kenakalan yang pernah dilakukan oleh siswa data ini
didapatkan dari guru BK MTs. Negeri 3 Mataram, klasifikasi
kenakalan dan sangsingnya,sarana dan prasarana, keadaanguru,
keadaansiswa, struktur organisasi dan data tata tertib Madrasah
Tsanawiyah Negeri 3 Mataram.
54Ibid., h. 234.
37
6. Teknik analisis data
Menurut Sugiono analisis data adalah “mensyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan cara menemukan
apa yang penting, kemudian memuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.55
Dalam penelitian ini digunakan model analisis interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Menurut Miles dan Huberman, dalam model ini ada beberapa
tahapan yang dilakukan, yakni:
a. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok.56
Apabila data yang diperoleh dari hasil penelitian jumlahnya cukup
banyak, maka peneliti perlu mencatat secara teliti dan rinci hal-hal yang
pokok. Memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang
tidak perlu.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untukitu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telahdikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlahdata akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlusegera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi databerarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskankepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengandemikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaranyang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukanpengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
55Sugiyoni, Metode Penelitan, h. 335.56Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h. 214.
38
computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspektertentu.57
b. Penyajian data (display data)
Penyajian data, di mana data diarahkan agar “teroganisasikan
tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin mudah dipahami dan
biasa dilakukan dengan uraian naratif, seperti bagan, diagram, tabel dan
lain-lain”.58
c. Verifikasi data (conclusion)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles danHuberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yangdikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidakditemukan bukti-bikti yang kuat yang mendukung pada tahappengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yangditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang validdan konsisten saat peneliti kembali ke palangan mengumpulkandata, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulanyang kredibel.59
Verifikasi data adalah “prosses penemuan bukti-bukti setelah
menyimpulkan data awal yang diperoleh dari lapangan. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan tahap awal didukung oleh bukti yang
kuat pada saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan tersebut
sudah kredibel”.60
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan maslah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikumukakan bahwa masalah
57Ibid.,h. 247.58Ibid., h. 215.59Ibid.,h. 252.60Ibid., h. 215.
39
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
7. Pengecekan keabsahan data
Validitas data bertujuan untuk membuktikan apakah yang diteliti
sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan dan apakah
penjelasan yang diberikan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Untuk
memperoleh keabsahan data yang valid, diperlukan teknik pemeriksaan
supaya memperoleh temuan-temuan dan informasi, yaitu:
a. Perpanjang pengamatan
Perpanjang pengamatan artinya peneliti kembali lagi ke lapangan,
melakukan pengamatan, “wawancara terhadap sumber data yang lama
atau yang baru dengan perpanjang pengamatan hubungan antara
peneliti dan sumber data akan semakin terbentuk, saling percaya
sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan”.61
b. Triangulasi
Triangulasi adalah “pengecekan terhadap kebenaran data dan
penafsirannya dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk mengetahui keabsahan data tersebut pada waktu yang
berlainan dan dengan menggunakan metode yang berlainan pula”.62
Triangulasi yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data
pada penelitian ini adalah dengan “triangulasi sumber, yaitu
membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu
61Ibid., h. 21762 Ibid., h. 150
40
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Baik
dengan metode yang berbeda maupun sumber yang berbeda”.63
Triangulasi diartikan sebagai pengujian keabsahan data yang
diperoleh melalui “triangulasi sumber, tringulasi metode, dan
tringulasi waktu”.64
1) Triangulasi sumber
Adalah menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber yang terkait.
2) Triangulasi metode
Adalah menguji keabsahan data yang biladilakukan dengan cara
mengecek pada sumber yang sama, tetapi menggunakan teknik
yang berbeda.
3) Triangulasi waktu
Adalah menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh dengan waktu yang berbeda.
Adapun triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber yaitu menguji kreadibilitas data dengan
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Sedangkan teknik triangulasi metode yaitu mengecek
keabsahan dengan cara mengecek pada sumber yang sama,
terdapat dua strategi dalam teknik triangulasi metode yaitu:
63Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif,... h. 17864Ibid., h. 217
41
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitan
beberapa teknik pengumpulan data
b. Pengecekan derajar kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama. 65
65Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif,... h. 330.
42
BAB IIPAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, serta
dokumentasi dari pihak sekolah, maka peneliti memperoleh data sebagai
berikut.
1. Sejarah singkat berdirinya MTs Negeri 3 Mataram
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram berdiri pada tahun 2004.
Dibentuknya Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram didasarkan pada
kebutuhan masyarakat tehadap pendidikan tingkat pertama, khususnya
madrasah. Pada mulanya, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram
adalah Madrasah Swasta ( Madrasah Tsanawiyah Al- Barakah) yang
kemudian diubah menjadi Madrasah Negeri. Ketika belum memiliki
gedung sendiri, proses belajar mengajar dilaksanakan dengan meminjam
gedung SDN 43 Ampenan yang terletak di lingkungan Geguntur,
kelurahan Jempong Baru, kecematan Sekarbela. Karena status
meminjam, maka proses pembelajaran dilakukan sore hari, setelah
proses pembelajaran di SDN 43 Ampenan berakhir.
Ketika memasuki semester dua tahun pembelajaran 2003/2004,
gedung Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram diresmikan sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan di gedung Madrasah Tsanawiyah
Negeri 3 Mataram yang terletak di Jl. Lingkar Selatan No. 191,
Mataram.
43
Sejak didirikan sampai tahun 2016 MTs N 3 Mataram telah dipimpin
oleh empat orang kepala Madrasah, Yaitu H. Jalalussayuti, S.S., M.Pd.,
Drs.H.Muh. Syukri, M.M.Pd., Drs.H. Marzuki, M.Pd., dan Lalu Sirajul
Hadi, S.Ag., M.Pd.66
2. Visi Dan Misi
Untuk tetap mempertahankan eksistensinya Madrasah Tsanawiyah
Negeri 3 Mataram mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:
a. Visi Madrasah Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 MataramadalahTrampil, Maju, dan Islami dengan indikator:
1) Memiliki keterampilan dan kecakapan hidup yang sesuai dengankebutuhan lingkungan sosial siswa;
2) Memiliki semangat, motivasi belajar yang kuat dan pemikiran yangmaju dan disiplin;
3) Berprilaku islami yang tercermin dalam akhlak mulia yangdidasarkan atas prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam.
b. Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram adalah:
1) Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkembangkanketerampilan, mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi, danmembiasakan penerapan nilai-nilai Islam dalam segala tindakan.
2) Meningkatkan wawasan, profesionalisme, dan keahlianguru/karyawan.
3) Menumbuhkan kebanggaan dan tanggung jawab masyarakat sekitar4) Membina, memelihara dan mengembangkan kerja sama dengan
lingkungan sekitar termasuk insansi terkait;5) Mengoptimalkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama
sebagai sumber karifan bebuat dan bertindak.67
c. TujuanUntuk mempertahankan eksistensi dari Visi dan Missi yang dimiliki
oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram maka adapun tujuan dari
Visi dan Missi, yaitu:
66Dokumentasi, 07 April 2017.67Dokumentasi, 07 April 2017.
44
1) Terselenggaranya pendidikan dan pembelajaran yang memperkuatdan meneguhkan iman takqa peserta didik
2) Dimilikinya karakter positif dan akhlak mulia pada peserta didik danbagi semua komponen madrasah
3) Terselenggaranya proses pembelajaran yang berkualitas, partisipatif,kreatif, inovatif dan menyenangkan
4) Menjadikan Madrasah sebagai wadah belajar dan pengembangandiri.68
3. Letak Geografis MTs 3 Mataram
MTs Negeri 3 Mataram terletak di jalan Lingkar Selatan No.191,
Mataram, Keadaan lingkungan MTs Negeri 3 Mataram rapi, terawat
dan rindang dengan keberadaan taman dan pepohonan besar. dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Utara : parit / perumahan Lingkar Mahkota Residence
b. Selatan : jalan Raya Lingkar Selatan
c. Barat : Sawah
d. Timur : Perumahan Lingkar Mahkota Residence.69
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram berdiri di atas tanah
dengan luas 5137 M2, dengan status hak guna pakai. Dengan akta tanah
pada tanggal 14 Juli Nomor: 64/2003, keadaan gedungnya permanen
dan luas bangunan 1.910 M2.70
4. Keadaan Guru Dan Pegawai Tenaga Pengajar MTs Negeri 3
Mataram
Pegawai dan tenaga pengajar di MTs Negeri 3 Mataram berjumlah
30 orang.Satu orang berpendidikan S2 sisanya S1.Dari 30 Tenaga
68Dokumentasi, 07 April 2017.69 Ahmad Ardi, (Penjaga Sekolah), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 17 Mei 2017.70I Dokumentasi, 08 April 2017
45
pendidik 23 orang telah disertifikasi. Sementara Tenaga Kependidikan
yang membantu memperlancar proses pembelajaran berjumlah 16
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1Keadaan Tenaga Pendidik MTs Negeri 3 MataramSumber Data: Profil MTs NegeriNegeri 3 Mataram71
71Dokumentasi, 08 April 2017.
NoNama Nip Sertifikasi
Bidang Studi yangdiajarkan
TugasTambahan
1 Lalu Sirajul Hadi M.pd 197409242003121005Akidahakhlak
Akidah Akhlak VII Kepala
2 Dra. Nur Ahyani 196708201996032002 Bhs. Indo Bhs. Indo VII Waka Humas
3Dra. Hj. Baik. KomalaDewi Z
196912311995032003 IPA IPA VIII Waka Sarana
4 Lalu Muh. Junaidi, S. Pd 198212312007101001 IPS IPS VIIIWaka
Kesiswaan
5 Ahmad Muzayyin,S.S. 198010162011011005 - B. Arab VIIWaka
Kurikulum
6 Sihabuddin, S. Pd. 198212312005011003 A. Ingg Bahasa Inggris IXKepala
Perpustakaan
7 Dra. Hj. Salmi 196801111998032002 IPA IPA 1XWali kelas
IX-D
8 Dra. Hj. Muslihun 196510091997032001 IPA IPA VIIWali Kelas
VII-B
9 Laili Mufidah, S.pd.I. 197703111999032001 SKISKI
VIII,IX/Ak.AKhVII
Wali KelasVIII-B
10 Bayanan, S. Pd.I. 197403011999031002 FIQIHFIQIH
VIII,IX/AK.Akh.VII
Wali KelasIX-C
11Hj. HasniatiMuzayyanah, S.Ag.
197105161997032001 Bhs. Arab B. Arab VIII,IXWali Kelas
VIII-E
12 Delun, S. Pd.I 196512311989121029 QHQ.H.VIII,1X/FIQI
H VIIPembina
Imtaq
13 Martajaya, S.Pd. 197703102007101006 Bhs. InggBhs. Inggris IX,
VIIWali Kelas
VIII-A
14 Munajah, S.Pd.I. 196812311993031030 QHQH VII/AK.Akh
IXWali Kelas
VII -D
15 Baik Fauziah, S.Pd. 196007011989032003 IPS IPS IXWali Kelas
IX-B
46
Tabel 2Keadaan Tenaga Kependidikan MTs. Negeri 3 Mataram
Sumber Data: Profil MTs NegeriNegeri 3 Mataram72
72 Dokumentasi, 08 April 2017.
16 Hadiani, S.pd. 196709012005012001 Bhs. Indo Bhs. Indo 1XWali Kelas
IX-A17 Dewi Asriati,S.Pd 197208302005012003 BK BK IX, VII
18 Astuti Kalsum, S.Pd 198204102007012016 MTK MTK VIII,1XWali Kelas
VIII-C
19 Hurun In, S.Pd 198208272009012007 MTK MTK VII,VIIIWali Kelas
VII-A
20 Dewi Hartatik, S.Pd 198508062009122007 - Bhs. Indo VIIIWALI Kelas
VIII-D
21 Ahmad Ijazi S.Pd.I 197712312014111007 SKISKI VII/,Mulok
VII
PembinaSeni/wali
Kelas VII –E
22Tunggal Dewi TriAryanti, S. Sos.
198105172009012008
23 Kholida Husniyati, S. pd - Bhs. InggB. Ingg VII/Mulok
IX IPS VIIWali Kelas
VII-C24 Lalu Hirwandi, S.Pd - IPS IPSVII Pembina Osis25 Isfiarini Yuliantiy, S.Ps.I - - BK VII, VIII
26 Kamarudin, S.Pd - -Penjas VIII/Prakarya VII
PembimbingOlahraga
27 Iskandar, S. Pd - - Penjas VII, IXPembimbing
Pramuka
28 Yulia Khaerani, S.Pd - - SBK VII, VIII,IXWali Kelas
IX-D29 Sulis Tyawati, S. Sos. - PKn PKn VII, 1X30 Dwi Mulyani, S. Sos. - PKn PKn VII, VIII
NO NAMA NIP JABATAN
1 Hj. Subutilah, S. Sos 196412311989032001 Kepala tata usaha2 Hj. Anisah, S. Pd I 197212312009012011 Bendahara pengeluaran3 Mirwan Syah 197902152009101001 Operator SAI4 Ahmad Juhaini 198301172009101001 Peng. Kesiswaan5 Hamdani 198612312009101001 Pengadministrasi dan PPAB6 Surya Pratama,SH. - Staf TU7 Dapit Kuswandi, A. Md - Kepegawean8 Suhalid - Kebersihan
47
5. Keadaan siswa MTs Negeri 3 Mataram
Siswa yang mengikuti proses pembelajaran di MTs Negeri 3 Mataram
sebagian besar berasal dari daerah selatan Kota Mataram. Saat ini, tahun
semester Genap pelajaran 2016/2017 sebanyak 539 orang siswa.
Tabel 3Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017.Sumber Data: Profil MTs Negeri Negeri 3 Mataram73
KelasJumlah Siswa
L P Jumlah
Kelas VII A 9 27 36
151
Kelas VII B 12 24 36
Kelas VII C 15 19 34
Kelas VII D 7 14 21
Kelas VII E 9 15 24
Jumlah 52 99 151
Kelas VIII A 17 23 40
201
Kelas VIII B 15 25 40
Kelas VIII C 15 25 40
Kelas VIII D 13 29 42
Kelas VIII E 24 15 39
Jumlah 84 117 201
73 Dokumentasi, 08 April 2017.
9 Mahanik, S. Hi - Perpustakaan10 Ahmad Ardi - Satpam11 Zainuddin - Kebersihan12 Safrudin - Pertamanan13 Saiful - Satpam14 A.Lutfi Sirrul Manun - Pertamanan15 M. Yahya Hilmi 197506072009101003 Operator BMN16 Muriah - Penjaga malam
48
Kelas IX A 11 29 40
191
Kelas IX B 11 28 39
Kelas IX C 11 27 38
Kelas IX D 17 19 36
Kelas IX E 20 18 38
Jumlah 70 121 191 543
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana MTs Negeri 3 Mataram
Setiap lembaga pendidikan, sarana dan prasarana merupakan suatu hal
yang harus ada, karena tanpa sarana dan prasarana maka segala kegitan
yang berkaitan dengan aktifitas sekolah tidak akan dapat berjalan dengan
lancar. Untuk keadaan sarana dan prasarana yang dapat dipakai sebagai
penunjang dalam proses belajar mengajar di MTs. Negeri 3 Mataram,
keadaan sarana dan prasarana di Madarasah cukup membantu proses
belajar mengajar, mulai dari pendukung seperti ruang kelas, perpustakaan,
buku-buku paket dan penggunaan sarana dan prasarana yang lainnya juga
cukup memadai untuk menunjang proses belajar mengajar yang dilakukan
guru di dalam kelas, setiap ruang kelas tertata rapi dan nyaman.74 Adapun
data sarana dan prasarana di MTs Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017 sebagai berikut :
74Observasi, 06 April 2017.
49
Tabel. 4Data Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Tsnawiyah Negeri 3
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.Sumber Data: Profil MTs Negeri Negeri 3 Mataram75
No Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang kelas 15 ruang Rapi dan Bersih.
2 ruang kepala sekolah 1 ruangRapi, Nyaman, Bersih
dan Tertata denganbagus.
3 Ruang guru 1 ruang Kurang nyaman.4 Ruang tata usahaa 1 ruang Rapi dan Nyaman.5 Ruang BP/bk 1 ruang Kurang Rapi6 Ruang kepala perpus 1 ruang Kurang Rapi
7 Ruang perpus 1 ruang
Rapi dilengkapidengan buku pelajaran
dan buku penambahwawasan.
8 Mushalla 1 ruang Rapi dan nyaman.9 Koperasi kantin 1 ruang Bersih10 Ruang UKS 1 ruang Rapi dan bersih.11 Ruang alat olahraga 1 ruang Kurang Rapi12 Kamar mandi siswa 1 ruang Kurang Bersih
13 Gudang 1 ruangBersih, rapi dan
nyaman.14 Kamar mandi guru 1 ruang Bersih.15 Kamar mandi TU 1 ruang Bersih.
16Kamar mandi kepala
Mad1 ruang Bersih dan terawat.
7.Struktur Organisasi
Dalam suatu lembaga pendidikan atau organisasi, diperlukan adanya
struktur organisasi tersebut.Perkembangan sekolah sebagai total sistem,
pengelolaanya sangat tergantung pada pengelolaan seluruh subsistem baik
secara sendiri maupun secara keseluruhan sistem.Adapun struktur
75 Dokumentasi, 06 April 2017.
50
organisasi yang ada di MTs Negeri 3 Mataram dapat dilihat pada bagan
struktur berikut:
51
Tabel 5
STRUKTUR ORGANISASI
MTs NEGERI 3 MATARAM.
Sumber Data: Profil MTs NegeriNegeri 3 Mataram76
76 Dokumentasi, 06 April 2017.
KOMITE MADRASAHKepala Madrasah
LALU SIRAJUL HADI,S.Ag.,M.Pd.
Guru Mapel,Guru/BK
Wakamad Humas
Martajaya,S.Pd.I
Wakamad Kurikulum
Ahmad Muzayyin,S.S
Staf TU
Kepala TU
Hj. Subutiah S.Sos.
Wakamad Kesiswaan
L.Muh Junaidi S.Pd.I.
Wakamad Sarana
Bayanan, S.Pd.I
52
Tabel. 6Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 MataramSumber Data: Profil MTs NegeriNegeri 3 Mataram77
h
Keterangan:
: Intruksi/Perintah
:Konsultasi
:Koordinasi
77 Dokumentasi, 05 April 2017.
Komite
Madrasah
Tenaga
Ahli/Isntasi Lain
Kepala
Madrasah/Wakil
Kepala Madrasah
Tata Usaha
Guru
Pembimbing
Guru Mata
Pelajaran/Pelatih
Wali Kelas/GuruPembina
Siswa
53
B. Bentuk Kenakalan Siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram masih tergolong kenakalan
biasa. Adapun kenakalan-kenakalan yang biasa mereka lakukan seperti
berkelahi yang bentuknya suka salah paham antar teman seperti mencolek
teman ceweknya yang secara sengaja maupun tidak sengaja, ada 3 orang siswa
terlambat datang sekolah karena jarak rumahnya yang cukup jauh dari
sekolah, tidak ada yang mengantar kesekolah dan tidak ada kendaraan untuk
berangkat kesekolah, suka mengganggu teman yang bentuknya suka mencolek
teman ceweknya, menyembunyikan barang temannya yang cewek dan suka
usil mengganggu temannya sedang belajar, tidak menggunakan pakaian
seragam sekolah, membolos sekolah disaat jam pelajaran yang sedang
berlangsung biasanya mereka membolos kekantin dan kemusholla, suka
mencoret meja biasa dilakukan siswa saat proses belajar mengjar sedang
berlangsung bentuk coretan yang dilakukan oleh siswa itu mereka biasa
menggambar kartun dan menulis nama-nama temannya, dan tidak
mengerjakan tugas yang ditemukan dilapangan ada 2 orang siswa yang tidak
mengerjakan matematikan, mereka tidak mengerjakannya karena alasan
mereka tidak mengerti dengan penjelasan dari guru dan malas untuk
mengerjakannya.78
78Observasi, 05 April 2017.
54
Siswa-siswa di MTs. Negeri 3 Mataram memiliki sikap, akhlak, dan etika
yang cukup bagus di sekolah dan memiliki tingkah laku atau perbuatan yang
cukup baik, akan tetapi masih ada saja siswa yang melakukan kenakalan di
sekolah atau masih ada siswa yang melanggar tata tertib yang telah ditentukan
oleh sekolah, namun kenanakan yang dilakukan oleh para siswa masih dalam
tingkat kewajaran atau masih bersifat dalam bentuk biasa tidak sampai
kepada pihak yang berwajib. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh
siswa-siswa tersebut dikatakan masih dalam bentuk kewajaran karena belum
sampai masuk dalam ranah hukum atau sampai ditangani oleh pihak yang
berwajib (polisi). Seperti yang yang dikatakan oleh ibu Isfiarini Yulianty guru
Bimbingan Konseling bahwa:
Kenakalan itu suatu bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh siapapunbaik itu oleh siswa saat berada di dalam lingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Biasanya bentuk-bentuk kenakalan yang seringdilakukan terutama di sekolah ialah berkelahi, terlambat datang sekolah,membolos, suka mencoret meja dan tidak mengerjakan tugas, darikenakalan yang dilakukan siswa di sekolah kamilah guru BK yang selalumenangani siswa-siswa tersebut.79
Lebih lanjut lagi ketika peneliti mencoba mencari informasi lebih dalam
tentang kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram bapak Wakamad mengatakan:
Kenakalan itu suatu bentuk perombakan dari unsur satu unsur ke unsuryang lainnya, tapi dengan kata lain anak masih dalam tingkat labil, bukansuatu hal yang monotor dan terjerumus dalam bentuk kenakalan.Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh setiap siswa itu berbentukmembolos, terlambat datang sekolah, tidak mengerjakan tugas, sukamencoret meja, berkelahi dengan teman dan suka mengganggu temanlainnya. Kalau yang menangani kenakalan siswa itu biasanya guru BK
79 Isfiarini Yulianty (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.
55
yang lebih ahli dalam memberikan solusi yang baik bagai siswa-siswa disekolah.80
Dipertajam lagi terkait dengan bentuk kenakalan yang sering dilakukan
siswa kelas VII, Lana Givan, bahwa:
Bentuk-bentuk kenakalan/pelanggaran tata tertib yang sering teman-temanlakukan di sekolah itu bermacam-macam kak, seperti ada yang sukamembolos, tidak mengerjakan tugas, suka mengganggu teman, tidakseragam dalam berpakaian, ada juga yang suka terlambat datang sekolah,kalau saya kak tidak pernah melakukan pelanggaran tata tertib di sekolahkak karena saya takut untuk disidang kak.81
Dari beberapa bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa di
MTs. Negeri 3 Mataram, banyak diantara siswa yang mendapatkan
bimbingan langsung dari guru BK terutama dalam pelayanan yang sangat
optimal diberikan oleh para guru BK dan guru-guru lainnya. Adapun data-
data siswa yang pernah melakukan kenakalan di sekolah terutama dalam
berkelahi:
Tabel. 7Data-data kenakalan Yang dilakukan siswa kelas VII di MTs. Negeri 3
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.Sumber Data: Profil MTs. Negeri 3 Mataram82
NoBentuk-Bentuk
Kenakalan Faktor yang menyebabkanLayananan
YangDiberikan
Keterangan
1Berkelahi dengan
teman
Karena sering mengganggutemannya dengan iseng.Karena tidak bisa mengontrolemosi.Karena masalah sepele.Suka mengganggu temansaat sedang belajar.
BimbinganKelompok
Ruang BK
2 Terlambat datang Terpengaruh teman Bimbingan Ruang BK
80Ahmad Muzayyin (WAKAMAD), MTs. Negeri 3 Mataram Wawancara, 04 April 2017.81 Lana Givan (siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 04 April 2017.82 Dokumentasi, 09 Juni 2017.
56
sekolah Malas mengikuti upacarajarak rumah dengan sekolahcukup jauh.Tidak ada yang mengantar
Individual
3Suka mengganggu
teman
Suka isengSengaja mengganggu temancewek.Karena jahil dengan teman-temannya.
BimbinganIndividual
Ruang BK
4
Tidak berpakaianseragam sekolah/
Tidak disiplindalam berpakain.
Karena baju seragam basah,kekecilan.Jilbabnya hilangSabuknya hilang dan lupamemakainya.Mengikuti tren sekarang.Kurang disiplin.
BimbinganIndividual
Ruang BK
5 Membolos
Tidak ada minat belajarTerpengaruh karena teman,Malas belajar dan malasmengikuti pelajaran.Mengantuk.
BimbinganIndividual
danBimbinganKelompok.
Ruang BK
6Tidak mengerjakan
tugas
Malas mengerjakan tugasMalas karena pengaruhteman.Kurang bertanggung jawab.Tidak ada minat belajar.
BimbinganIndividual
Guru MataPelajarandan Guru
BK.
Terkait dengan bentuk-bentuk kenakalan siswa di MTs. Negeri
Mataram, selain ada data mengenai kenakalan siswa adapun data
klasifikasi pelanggaran dan sangsi untuk mengetahui apakah
pelanggaran/kenakalan yang dilakukan itu berbentuk ringan, sedang, dan
berat.
57
Tabel. 8
Data klsifikasi pelanggaran dan sangsi MTs. Negeri 3 Mataram 2016/2017.
Sumber Data: Profil MTs. Negeri 3 Mataram83
KlasifikasiPelanggaran Bentuk Pelanggaran Sangsi Pelanggaran
Ringan
a. Datang terlambat masuksekolah
b. Keluar kelas tanpa izinc. Piket kelas tidak
melaksanakan tugasnyad. Tidak seragam dalam
pakain sekolah/berpakaianseragam tidak lengkap
e. Makan didalam kelasdiwaktu belajar
f. Membuang sampah tidakpada tempatnya
g. Bermain ditempat parkirh. Tidak mengerjakan tugas
sekolahi. Terlambat datang sekolah.j. Suka mengganggu teman.
a. Melanggarkan pelanggaransatu kali tidak di ijinkanmengikuti pelajaran samapaipergantian jam pelajaran,dilibatkan kebersihanlingkungan
b. Melakukan pelanggaran tigakali diperingatkan harusmembuat surat pernyataanyang diketahui wali kelas
c. Melakukan pelanggaranempat kali diperingatkan,membuat surat pernyataanyang harus diketahui orangtua, wali kelas dan kepalasekolah.
d. Melakukan pelanggaran limakali di undang kesekolah
e. Pelanggaran tujuh kalidikembalikan kepada orangtua selama satu hari dapatmasuk kembali bersamaorang tua.
f. Melakukan pelanggaran lebihdari sembelan kalidikembalikan kepada orangtua dan dipersilahkanmengajukan suratpermohonan pindah sekolah
Sedang
a. Membuat ijin palsub. Membolos/keluar
meninggalkan sekolahtanpa ijin
c. Membawa buku gambarporno
d. Melindungi teman yangsalah
a. Melakukan pelanggaran satukali diperingatkan
b. Melakukan pelanggaran duakali diperingatkan danmembuat surat pernyataanyang diketahui orang tua,wali kelas dan kepalasekolah.
83Dokumentasi, 09 Juni 2017.
58
e. Melompat pagarf. Tidak mengikuti upacarag. Mengganggu
teman/mengacaukan kelash. Bersikap tidak
sopan/menentang gurui. Mencoret-coret tembok,
pintu, lemari yang tidaksemestinya.
c. Melakukan pelanggaran tigakali orang tua dipanggil kesekolah.
d. Melakukan pelanggaran limakali dikembalikan kepadaorang tua selama satu haridan dapat masuk bersamaorang tua.
e. Melakukan pelanggaran tujuhkali dikemblikan ke orang tuaselama satu minggu, barumulai masuk bersama orangtua.
f. Melakukan pelanggaran lebihdari tujuh kali dikembalikanke orang tua dandipersilahkan mengajukansurat permohonan keluarsekolah.
Berat
a. Membawa/minum-minuman keras
b. Berkelahi/main hakimsendiri
c. Mengambil milik orang lain(mencuri)
d. Membawa senjata tajamtanpa sepengetahuansekolah
e. Terlibat dalam pelanggarannarkoba.
f. Nikah/kawin selama dalampendidikan sekolah.
Dikembalikan ke orang tua dandipersilahkan mengajukan
permohonan keluar sekolah.
Untuk mengetahui lebih jauh terkait dengan bentuk-bentuk kenakalan
siswa kelas VII di MTs. Negeri 3 Mataram tersebut di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Berkelahi
Dari keterangan yang diberikan oleh guru bimbingan konseling, di
peroleh data bahwa salah satu bentuk kenakalan siswa di MTs. Negeri 3
59
Mataram adalah siswa sering berkelahi dengan siswa lainnya. Ibu Dewi
Aspiaraniselaku guru BK menjelaskan:
Siswa yang berkelahi dilingkungan sekolah itu biasa jika terjadilangsung di tangani oleh guru, tetapi harus melalui proses. Jikamereka berkelahi di dalam kelas biasanya guru mata pelajaran yangakan langsung memproses siswa yang berkelahi, tetapi jika guru matapelajaran tidak bisa menyelesaikan akan langsung ditangani oleh guruBK itu sendri dan memberikan bimbingan yang terarah kepada siswa.Guru mata pelajaran yang bersangkutan langsung akan melaporkankepada guru BK siapa siswa yang berkelahi disaat pelajaran sedangberlangsung.84
Hal tersebut dibenarkan juga oleh Kapsek MTs. Negeri 3 Mataram
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, dalam wawancara dengan peneliti
beliau mengemukakan sebagai berikut:
Kalau masalah kenakalan yang terjadi dikalangan siswa sudah pastiada, terutama berkelahi di sekolah. Berkelahi disini maksudnyaberkelahi dengan teman-temannya, entah itu mereka karena seringbercanda, suka mengganggu temannya yang sedang belajar, ataukarena juga ke usilan yang mereka lakukan kepada temannya. Kamidisini sebagai pendidik juga mempunyai sangsi-sangsi tertentu dalammenghukum siswa yang sering berkelahi dengan temannya, baik itukami lakukan pemanggilan dari siswa itu sendiri dan melakukanpemanggilan orang tua untuk datang ke sekolah.85
Lebih lanjut Intan Husnaini siswa kelas VII di MTs. Negeri 3
Mataram, mengatakan:
Banyak teman-teman yang sering berkelahi kak, biasanya merekaberkelahi karena mereka saling olok-olok dengan teman yang tidakdisuka, berkelahi karena dijahili dengan teman yang lainnya. Biasanyamereka kalau berkelahi dengan teman yang lainnya mereka langsungdi panggil keruang BK kak untuk di proses secara langsung oleh ibuIsfiarini selaku guru bimbingan konseling di sekolah.86
84Dewi Aspiarani (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 9 April 2017.85Lalu Sirajul Hadi (Kapsek), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 05 April 2017.86Intas Husnaini (Siwa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 05 April 2017.
60
Senada dengan yang dikatakan oleh Intan Husnaini, peneliti menemui
salah satu siswa yang berkelahi dengan teman kelasnya, ia mengatakan:
Saya sudah pernah berkelahi kak dengan kelas saya karena dia telahmengejek saya dengan kata-kata yang tidak enak, ya jadinya sayamarah dan kebawa emnosi dengan omongannya kak. Akhirnya sayaberkelahi di dalam kelas dengan teman saya itu, tapi kami langsungdilerai oleh teman kelas saya, tapi saya langsung di bawa ke ruang BKoleh teman-teman, di ruang BK kami diberikan bimbingan kelompok.Selain bimbingan kelompok saya juga diberikan arahan, masukan-masukan yang bersifat motivasi, dan itu dilakukan dengan sangathalus kak.87
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan oleh peneliti dilapangan,
terlihat bahwa ada siswa yang sedang berkelahi di sekolah dengan salah
satu temannya, perkelahian itu terjadi karena masalah yang sepele yaitu
karena mereka saling mengejek temannya.Terlihat bahwa ada dua orang
siswi yang ssedang berkelahi di kantin, mereka berkelahi tidak sampai
saling pukul-pukulan kedua sisiwi ini berkelahi dengan saling mengolok-
olok temannya, saat perkelahian sedang berlangsung datanglah guru BK
untuk melerai kedua siswi tersebut dan langsung dibawa keruang BK
untuk mendapatkan bimbingan. Di ruangan BK peneliti juga melihat
bagaimana upaya guru bimbingan konseling dalam menangani siswa yang
melakukan kesalahan, guru BK sendiri mempunyai tahapan-tahan dalam
menangani kasus para siswi tersebut mulai dari mengidentifikasi kasus,
mengidentifikasi masalah dan selanjutnya memberikan bimbingan yang
berupa teguran dan nasehat kepada kedua siswa tersebut, guru BK juga
megatakan apabila kalian mengulangi tindakan yang seperti ini lagi maka
87 M. Ali (siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 05 April 2017.
61
hukumannya akan ibu tambahkan sesuai dengan tindakan yang kalian
lakukan.88
2. Terlambat datang kesekolah
Menurut keterangan dari guru bimbingan konseling bahwa salah satu
penyebab adanya keterlambatan siswa datang ke sekolah dikarenakan letak
geografis atau jarak tempuh antara rumah dengan sekolah mereka yang
cukup jauh. Masalah ini pun menjadi hal yang memerlukan perhatian yang
lebih serius dari pihak sekolah sendiri.
Menurut ibu Isfiarini Yulianty selaku guru bimbingan konseling kelas
VII, bahwa:
Hal yang membuat para siswa sering terlambat datang kesekolahdikarenakan jarak tempuh para siswa dari rumah menuju sekolah, tetapisiswa yang banyak terlambat datang ke sekolah biasanya mereka yangjalan bersamaan dengan temannya ke sekolah, alasan mereka terlambatkarena mereka jemput temannya, macet di jalan dan sepeda yangdipakai rantainya putus dijalan.89
Dibenarkan oleh Nurul Apriani siswa kelas VII yang terlambat datang
kesekolah, Nurul mengatakan:
Iya kak tadi pagi saya juga telat datang kesekolah, karena rumah sayadengan sekolah cukup jauh dari sekolah, belum juga dijalanan yangcukup macet kalau hari senin kak jadinya saya setiap hari senin harusterlambat datang kesekolah kak. Tapi kak ada yang lebih parah lagidengan saya yang terlambat datang kesekolah gara-gara jarak darirumah kesekolah cukup jauh, kalu teman-teman yang lain itu ada yangtelat karena mereka sering jalan bareng keskolah mereka dijalankebanyakan bercanda yang cukup lama dijalan dan akhirnya merekaterlambat datang kesekolah kak. Selanjutnya kalau udah terlambat
88Observasi, 05 April 2017.89 Dewi Asriati, (Guru BK kelas VIII), MTs. Negeri 3 Mataram Wawancara, 06 April
2017.
62
datang kesekolah biasanya teman-teman yang terlambat itu langsungdisuruh ke ruang BK kak untuk mendaptkan bimbingan.90
Senada dengan yang dikatakan Dodi, salah satu siswa juga mengatan
bahwa:
Iya kak saya juga telat tadi pagi karena tidak ada yang mengantarkesekolah, jadinya saya telat datang kesekolah kak. Terus saya jugadipanggal sama guru BK dan disidang kak, sidangnya itu biasaberbentuk bimbingan yang sesuai dengan tindak kenakalan yang kitalakukan kak dan kalau kenakalan yang kita lakukan sering kita ulangimaka guru BK akan memanggil orang tua untuk datang kesekolah.91
Dari hasil observasi peneliti di MTs. Negeri 3 Mataram bahwa, saat
peneliti berada di lapangan pada pukul 06.45 terlihat bahwa ada tiga orang
siswa yang terlambat datang kesekolah, diantaranya dua laki-laki dan satu
perempuan. Dari siswa yang terlambat datang sekolah tersebut mereka
dikumpulkan di lapangan depan sekolah, setelah dikumpulkan di lapangan
pak satpam membawa mereka langsung ke ruang BK.92
Setelah sampai di ruang BK, guru BK menanyakan alasan mereka
terlambat datang sekolah, mereka terlambat datang kesekolah karena
beberapa faktor seperti yang terlihat ketika guru BK menyakan mereka
kepana bisa terlambat datang kesekolah ada yang mengatakan tidak ada
yang ngantar kesekolah, macet di jalan, dan jarak rumah dengan sekolah
cukup jauh, terlihat juga guru BK memberikan bimbingan dengan tegas
agar tidak melakukan hal tersebut. Setelah guru BK mengetahui apa
penyebab mereka terlambat, maka guru BK langsung memberikan arahan
90 Dodi Satriyadi, (Siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 05 April2017.
91 Herman Jayadi, (Siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 05 April2017.
92Observasi, 06 April 2017.
63
kepada siswa dengan memberikan peringatan dan teguran yang berupa
sangsi-sangsi skorsing selama satu hari apabila mereka mengulanginya
lagi.93
3. Suka Mengganggu Teman
Siswa-siswa di sekolah, biasa disaat temannya sedang asyik bercanda
dengan teman lainnya, biasanya ada siswa yang sering mengganggu
temannya karena keisengan yang mereka miliki oleh setiap siswa. Ibu
Dewi Aspiarany, mengatakan:
Banyak hal yang terjadi ketika berada di sekolah baik itu ketikaberada di ruang kelas saat proses belajar mengajar berlangsung danketika saat keluar dari proses belajar mengajar, terutama siswa yangsuka mengganggu siswa lain. Hal ini dapat mengganggu kondusifitasbelajar mengajar, situasi seperti ini biasa dilakukan oleh siswa disekolah ini adalah suka mencolek siswa lain yang ada di depannya,jika ada siswa yang tidak suka dengan sikap temannya itu siswa yangdiganggu oleh temannya akan melapor kepada guru BK.94
Titi Adistia siswa kelas VII MTs.Negeri 3 Mataram, dalam
wawancara singkat dengan peneliti, mengemukakan:
Banyak teman-teman yang nakal terutama suka mengganggu temanyang lainnya. Biasanya teman-teman yang suka mengganggu temanyang lainnya yang laki-laki kak, banyak dari teman laki-laki suka jahilterhadap teman perempuan kita di kelas, tapi bukan hanya di dalamkelas saja mereka suka mengganggu tapi juga di luar kelas seperti saatteman-teman yang perempuan sedang ngumpul, sedang asyik belajar,saat di kantin mereka selalu ganggu kami kak, tapi kami selalumelaporkannya langsung kepada guru BK kami setelah kamimelaporkan mereka langsung dipanggil dan langsung dikasik arahanoleh guru BK.95
93Observasi, 07 April 2017.94Dewi Aspiarani (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 07 April 2017.95Titi Adistia (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 16 April 2017.
64
Senada yang dikatan oleh Titi di atas, peneliti menanyakan kepada
siswa yang sedang bermasalah setelah keluar dari ruangan BK, dia
mengatakan:
Tadi saya melakukan tindak kenakalan kak, mangkanya dipanggiloleh guru BK dan disidang di dalam ruangan BK. Kenakalan yangsaya lakukan itu karena saya suka mengganggu teman-teman yangasyik belajar, suka colek teman-teman cewek yang lain kak,sebenarnya saya tidak bermaksud apa-apa untuk mengganggu teman-teman itu saya cuma pengen membuat leluconan kak biar tidak boringdi sekolah, tapi malah teman-teman melapor ke guru BK karenakelakuan saya kak, tadi juga guru BK memberikan bimbingan secarapribadi kepada saya kak, kakak lihat sendiri kan tadi gimana cara guruBK memberikan bimbingan kepada setiap siswanya yang melakukankenakalan.96
Dari hasil observasi yang peneliti temukan di lapangan, peneliti
menemukan salah satu siswa yang sedang mengganggu temannya di saat
sedang keluar main bersama.Terlihat siswa itu sangat jahil kepada teman-
teman wanitanya dia menjahili temannya dengan cara mencolek temannya,
mengganggu temannya yang sedang belajar di luar kelas, dan iseng
menyembunyikan barang temannya lainnya. Dari kenakalan yang
dilakukan oleh siswa tersebut siswa yang perempuan melaporkan
temannya ke guru BK karena telah mengganggunya, akhirnya siswa
tersebut dipanggil dan di sidang di ruang BK.97
Saat pemberian bimbingan di ruangan BK kepada siswa yang
bermasalah, guru BK memberikan bimbingan individu dengan sangat
halus dan dengan suara yang lembut guru BK mengatakan “jangan suka
mengganggu teman perempuannya lagi, mereka tidak suka diganggu
96 Muhammad Ilyas, (Siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 16 April2017.
97Observasi, 16 April 2017.
65
karena temannya merasa risih. Guru BK memberikan peringatan kepada
siswa untuk tidak mengganggu teman-teman perempuannya lagi, kalau
sampai menganggu temannya lagi guru BK akan memberikan hukuman
yang lebih berat lagi. Saat berada di dalam ruangan BK, guru bimbingan
konseling melakukan tahapan-tahapan dalam memberikan bimbingan
mulai dari memberikan arahan kepada siswa dengan sangat ramah, dan
lembut.98
4. Tidak berpakaian seragam sekolah
Seragam sekolah merupakan pakain atau atribut yang digunakan oleh
setiap siswa-siswa yang berada disekolah. Dalam seminggu siswa
mempunyai empat stel pakain seragam yang telah ditentukan oleh sekolah,
selain seragam sekolah adapu atribut yang digunakan seperti ikat
pinggang, sepatu yang sergam, dasi, topi, dan jilbab yang seragam. Dari
semua atribut yang digunakan oleh siswa pasti tentu sudah masuk dalam
tata tertib sekolah, seperti halnya di sekolah MTs. Negeri 3 Mataram yang
mempunyai tata tertib dalam berpakaian seragam. Namun masih saja siswa
yang tidak berpakaian seragam sekolah sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan dalam berpakaian seragam ada 3 orang siswa yang belum
seragam dalam berpakaian sekolah saat memasuki sekolah, mulai dari
pakaian yang tidak mengikuti aturan berpakaian seragam dalam sekolah,
menggunakan jilbab yang bermodel mengikuti tren seperti sekarang ini
ada 2 orang siswi yang tidak menggunakan jilbab yang bermodel pada hari
98Observasi, 17 April 2017.
66
rabu dan tidak menggunakan sepatu yang tidak seragam dalam berpakaian
seragam sekolah sepetu yang telah ditentukan dari sekolah ialah
menggunakan sepatu Att tetapi ada 4 orang yang tidak menggunakan
sepatu Att seperti yang telah ditentukan, ke 4 orang siswa ini
menggunakan sepatu Nike yang mengikuti tren saat ini.99
Tata tertib di MTs. Negeri 3 Mataram ini, sangat ditaati oleh setiap
siswa-siswa. Tetapi jika ada siswa-siswa yang tidak seragam dalam
berpakain yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah maka siswa tersebut
akan langsung ditegur jika dilihat oleh guru-guru yang berada di sekolah
terutama oleh guru bimbingan konseling. Ibu Asfiarini Yulianty
mengatakan:
Dalam menggunakan pakaian sekolah mulai dari hari senin sampaidengan hari sabtu sudah ditentukan dari sekolah pakaian apa yangmesti digunakan dan dipakai oleh semua siswa, tetapi walaupun kamitelah menentukan pakain yang harus digunakan siswa masih ada sajasiswa yang kadang-kadang tidak seragam dalam berpakaian sekolah,entah itu mereka yang tidak seragam dalam memakai sepatu, jilbab,dalaman jilbab, dan ikat pinggang. Jika ada siswa yang tidak seragamdalam berpakain kami langsung menganggil siswa tersebut danmenanyakan kenapa tidak menggunakan seragam yang sesuai denganteman lainnya.100
Berkaitan dengan hal ini bapak Muzair (wakamad) mengatakan:
Jika siswa yang tidak seragam dalam berpakaian berarti dia telahmelanggar tata tertib sekolah yang telah ditentukan, siswa yang biasatidak seragam dalam berpakain itu biasanya siswa yang tidak seragamdalam memakai sepatu, tidak memakai sabuk, siswa yang tidakmenggunakan jilbab yang berbeda-beda. Jika itu mereka lakukanmaka kami akan menanyakan kepada siswa kenapa siswa tidakmemakai atribut seperti siswa yang lainnya, setelah itu kami selaku
99Observasi, 12 April 2017.100 Asfiarini Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 12 April 2017.
67
guru di sekolah akan memberikan arahan atau teguran kepada siswaagar tidak mengulanginya lagi.101
Jian Taufiq siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram, juga
menegaskan:
Banyak teman-teman yang masih belum seragam dalam berpakaiankak, kalau dari siswa yang perempuan mereka jarang menggunakandalaman jilbab, pakaian yang sudah kekecilan, kalau di laki-lakikebanyakan mereka belum seragam dalam menggunakan pakaianyang hari rabu sama jarang menggunakan sabuh sekolah.102
Saat peneliti berada dilapangan, peneliti menemukan beberapa siswa
yang belum seragam dalam berpakain, salah satu siswa mengatakan:
Hari ini saya tidak seragam dalam berpakain karena baju hari Rabusaya dia kekecilan kak, jadinya saya tidak bisa memakai pakaian yangseragam seperti teman-teman saya saat ini. Tapi ada juga teman-temanyang tidak seragam sekolah kak, ada yang tidak menggunakan sabuk,tidak seragam dalam memakai sepatu, jilbab yang tidak sesuai dengantata tertib yang ada kak, tadi juga kami udah dipanggil ke ruangan BKuntuk disidang oleh guru BK kak, sidangnya itu berbentukindividual.103
Hasil observasi yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, ternyata ada
5 siswa yang masih belum menggunakan pakaian yang seragam dalam
berpakaian, seperti yang ditemui oleh peneliti saat berada dilapangan pada
hari senin seharusnya mereka menggunakan pakaian biru putih, tapi 5
orang siswa itu menggunakan pakaian yang berbeda yaitu menggunakan
pakaian hitam putih yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, ada yang
tidak menggunakan sabuk, ada 3 orang siswa yang tidak seragam dalam
mengenakan jilbab, dan ada 5 orang yang masih belum mengganti bed
kelas yang belum diganti setiap semester untuk mengetahui identitas kelas
101 Muzair (Wakamad Kesiswaan), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 08 April 2017.102Jian Taufiq (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.103 Muhammad Azhari, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09
April 2017.
68
mereka masing-masing. Saat mereka dibawa ke ruangan BK oleh waka
kesiswaan untuk mendapatkan teguran dan arahan dari guru BK, di dalam
ruangan BK terlihat bahwa guru BK memberikan bimbingan individual
kepada setiap siswa, pelanggaran yang siswa lakukan itu masih bersifat
ringan yang masih bisa diatasi dengan memberikan teguran-teguran serta
sangsi yang sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan.104
5. Membolos sekolah
Dari bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswi di
MTs. Negeri 3 Mataram selain tidak seragam dalam berpakaian, suka
mengganggu teman, terlambat datang kesekolah, adalah membolos
sekolah. Membolos sekolah ini sudah biasa dilakukan oleh siswa yang
malas untuk datang kesekolah dan malas untuk mengikuti jam pelajaran
yang tidak disukai. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan sekolah,
faktor masyarakat dan kurangnya pengawasan dari guru. Faktor
lingkungan sekolah disebabkan karena dari ajakan teman-temannya
sedangkan faktor masyarakat ialah karena lingkungan yang kurang baik
atau tempat tinggalnya yang kurang baik.
Perilaku membolos dipengaruhi oleh faktor sekolah, faktor masyarakat
dan bisa karena kepribadian siswa itu sendiri, bisa juga karena guru-
gurunya dan atau hal-hal lain. Dalam hal ini, Ibu Aspiarani mengatakan
bahwa:
Adanya siswa yang bolos dilatarbelakangi akibat kurangnyapengontrolan yang dilakukan guru dan tingkat kesadaran guru, tetapi
104Observasi, 09 April 2017.
69
di sekolah MTs. Negeri 3 Mataram ini kalau masalah membolosjarang terjadi. Masalah membolos dari siswa juga banyak disebabkanoleh ajakan dari teman sepergaulan yang ada dilingkungan sekolah,jika mereka membolos biasanya mereka ke kantin pergi makan tanpasepengetahuan guru, bolos dengan teman dekatnya.105
Hal itu dibenarkan oleh Raharga Restu siswa kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram yang mengatakan:
Iya kak, biasanya ada temen-temen yang suka bolos sekolah karenafaktor ketidaksukaan terhadap mata pelajaran atau guru tertentu kerapmembuat kita sebagai siswa menjadi malas dan membolos. Lebih lagikalau mata pelajarannya di jam-jam terakhir atau agak siangan jadikami merasa malas untuk belajar, kami jadi mengantuk, malas belajardan tidak mendengarkan penjelasan dari bu guru, jadinya kamimembolos.106
Terkait dengan yang dijelaskan oleh Raharga diatas, peneliti
menemukan beberapa siswa yang membolos disaat jam pelajaran
berlangsung, peneliti mencoba mendekati mereka dan menanyakan kepada
mereka kenapa tidak masuk ke dalam kelas dan kenapa masih berada di
luar, salah satu dari mereka mengatakan “kami berada diluar kelas karena
malas untuk mengikuti jam pelajaran kak, apalagi jam pelajarannya berada
di siang seperti ini kak jadinya buat kita mengantuk dan juga mengantuk
kak jadinya kami keluar dan membolos seperti ini kak”.107
Saat peneliti berada di lapangan sekitar pukul 11.00 peneliti melihat 3
orang siswa yang membolos secara diam-diam disaat jam pelajaran sedang
berlangsung. Saat peneliti menemukan ada 3 orang siswa yang masih
berada di luar kelas yang sedang keluyuran di lingkungan sekolah disaat
jam pelajaran matematika sedang berlangsung di dalam kelas, mereka
105 Aspiarasi Yulianti, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 07April 2017.106Raharga Restu, (Siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 april 2017.107 Sahman, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April 2017.
70
membolos di Mushala dan asyik bercanda gurau dengan teman-teman
lainnya. Hal ini ternyata tidak diketahui oleh guru yang berada di sekolah,
baik itu guru mata pelajaran dan oleh guru BK sendiri tidak mengetahui
hal tersebut, karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran sehingga mereka melakukan bolos disaat jam pelajaran
berlangsung, 3 orang siswa juga mengatakan guru mata pelajaran kami
tidak tahu kalau kami membolos di mushala seperti sekang ini.108
6. Tidak mengerjakan tugas.
Guru dan siswa dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Sebagai halnya guru
mempunyai tanggung jawab dalam mengajar dan siswa juga yang
mempunyai tanggung jawab untuk belajar. Hubungan timbal balik inilah
yang diharapkan oleh semua guru, namun sebaliknya dalam proses
pelaksanaannya sering kali ditemukan ketidak seimbangan antara yang
belajar dengan yang mengajar. Dari hal tersebut masih banyak siswa yang
belum bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan
oleh seorang guru.
Hal tersebut dibenarkan oleh ibu Dewi Asriati, salah satu guru
bimbingan konseling MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota
Mataram, ibu Isfiarini Yulianty, mengatakan:
Kalau masalah kenakalan yang terjadi dikalangan siswa kelas VIIyang memang mereka sedang dalam masa puberitas yang sangattinggi, namun kenakalan yang mereka lakukan masih tergolong biasakarena masih dapat diatasi oleh pihak guru bahkan kasus yang mereka
108Observasi, 15 April 2017.
71
lakukang kadang belum sampai ditangni oleh kepala sekolah secaralangsung. Kenakalan yang sering terjadi seperti: terlambat masuksekolah, suka mengganggu temannya, berkelahi, membolos, tidakseragam dalam berpakain. Pokoknya kenakalan yang masih ringandan masih dapat ditolerir. Tetapi kalau kenakalan yang diatasi olehguru mata pelajaran biasanya siswa-siswa yang tidak mengerjakantugas sekolah biasanya diberi hukuman berupa teguran, menulissurah-surah pendek menggunakan doubel folio.109
Lebih lanjut lagi bapak Lalu Muh. Junaidi (Wakses) mengatakan:
Bahwa siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan SekarbelaKota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017, melakukan tindakankenakalan yang walaupun kenakalan yang mereka lakukan tersebutdigolongkan sebagai tindakan kenakalan yang biasa, tindakankenakalan yang biasa itu dilakuran seperti tidak mengerjakan tugassekolah yang diberikan oleh guru. Namun hal itu bila tidak mendapatperhatian dari guru khususnya guru bimbingan konseling makakenakalan yang biasa inilah yang akan menghambat proses belajarmengajar di kelas dan bahkan remaja usia sekolah akan terjebakkepada hal-hal yang sangat merusak masa depapan mereka.110
Dari beberapa informasi tersebut kemudian peneliti melakukan
wawancara salah satu siswa kelas VII MTs Negeri 3 Mataram,
Muhammad Hudaibilah mengatakan:
Banyak teman-teman yang nakal, mereka suka bolos, sukamengganggu teman, tidak mengerjakan tugas, tidak seragam dalamberpakaian, suka mengganggu teman, berkelahi dengan teman, dansering mengerjakan tugas di sekolah, tetapi jika kami melakukanpelanggaran/kenakalan di sekolah kami selalu diberikan nasehatdengan lembut oleh guru bimbingan konseling dan diberikan arahanagar kami tidak melakukan kenakalan yang sering kami lakukan. Gurubimbingan konseling dan siswa juga berkomunikasi dengan baik danmendukung, jadu kami lebih termotivasi untuk selalu dibimbing jikaada masalah.111
Senada dengan yang dikatakan oleh Muhammad di atas, Syahrul juga
mengatakan bahwa:
109Isfiarani Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 20 April 2017.110Lalu Muh. Junaidi, (Wakesis), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 17 April 2017.111Muhammad Hudaibilah, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 08
April 2017.
72
Kemarin saat mata pelajaran matematika saya tidak mengerjakantugas kak, karena saya tidak mengerti dengan rumus dan penjelasanyang disampaikan oleh ibu guru di dalam kelas, gara-gara itu sayatidak mengerjakan tugas dan karena saya juga malas mengerjakannyakak. Tapi walaupun saya tidak mengerjakan tugas tetap saya harusmenerima hukuman yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran,yaitu dengan menulis surah-surah pendek dan mengerjakan tugasmatematika di dalam ruangan kak.112
Hasil observasi peneliti juga menemukan bahwa ada seorang siswa
yang ketahuan tidak mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru
mata pelajaran matematika.Saat pelajaran sedang berlangsung ada 3 orang
siswa di kelas VII C yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
gurunya karena siswa tersebut malas untuk mengerjakan tugas yang
diberikan, guru memisahkan 3 orang siswa yang tidak mengerjakan tugas
dengan siswa lainnya tetapi guru mata pelajaran juga memberikan tugas
tambahan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Bukan hanya di
kelas VII C yang tidak mengerjakan tugas tetapi siswa kelas VII A ada 2
orang siswa juga yang tidak mengerjakan tugas matematikan yang
diberikan, tetapi berbeda dengan kelas VII C yang memisahkan siswanya
yang mengerjakan tugas dengan yang tidak mengerjakan tugas, sedangkan
di kelas VII A guru mata pelajaran memberikan hukuman untuk
mengerjakan tugasnya di perpustakaan sampai jam pelajaran selesai
adapun tugas tambahan yang diberikan oleh guru mata pelajaran
matematika untuk mengerjakan sampai dengan selesai. Hal ini dilakukan
oleh guru mata pelajaran untuk memberikan efek jera kepada siswa yang
tidak bertanggung jawab terhadap tagas yang diberikan. Ada juga guru
112 Syahrul, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 08 April 2017.
73
mata pelajaran yang memberikan hukuman lain seperti menyuruh siswa
menulis surah-surah pendek menggunakan doubel folio, dan memberikan
tugas tambahan dari guru mata pelajaran matematika, tetapi jika hukuman
itu tidak bisa diselsaikan oleh guru mata pelajaran maka yang akan
memberikan hukuman ialah guru bimbingan konseling yang memberikan
belajar kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.113
C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Kelas VII MTs.
Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/207.
Seperti yang ditemukan peneliti dilapangan bahwa kondisi yang ada pada
siswa cenderung masih labil sehingga ia masih diombang-ambingkan oleh
segala sesuatu yang ada disekitar mereka. Begitu juga dengan
kenakalan/pelanggaran yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai
aktualisasi dari keadaan jiwa dan kebutuhan yang diinginkan. Akan tetapi
kesemuanya itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang
mempengaruhinya.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan siswa di
sekolah biasanya disebabkan dengan beberapa faktor, seperti faktor
lingkungan keluarga dimana faktor lingkungan keluarga mempunyai pengaruh
yang sangat penting karena keluarga yang lebih utama mendidik mereka agar
tidak melakukan kenakalan yang melanggar norma-norma, faktor lingkungan
masyarakat juga sangat mempengaruhi perkembangan setiap remaja biasanya
dari lingkungan masyarakat para rema akan bergaul dengan teman yang dari
113Observasi, 08 April 2017.
74
luar sekolah atau mungkin akan mengikuti apa yang ada di lingkungannya,
dan faktor selanjutnya faktor lingkungan sekolah dimana faktor lingkungan
sekolah juga bisa mempengaruhi perilaku siswa, perilaku siswa yang satu
dengan yang lainnya biasa akan mempengaruhi perilaku dari teman yang
lainnya.114
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di
Madrasaj Tsnawiyah Negeri 3 Mataram yaitu:
1. Faktor dari Lingkungan Keluarga
Keluarga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya sebuah kenakalan,
baik itu kenakalan yang dilakukan di sekolah maupun di lingkungan
keluarganya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling kelas
VII ibu Isfiarini Yulinty bahwa:
Siswa-siswa Madrasah Tsnawiyah Negeri 3 Mataram kebanyakanberasal dari keluarga yang broken home. Setelah orang tuanyabercerai anak tersebut diurus oleh anggota keluarga yang lain karenaorang tuanya menikah lagi dengan orang lain. Anak-anak yangmenjadi korban dalam hal ini mereka menjadi tidak nyaman untukmelakukan segala kegiata atau aktivitas yang akan dilakukan baik itudi sekolah maupun di lingkungan keluarganya. Jadi inilah yangmenyebabkan siswa-siswa sering datang terlambat sekolah,membolos, malas belajar di kelas.115
Penyebab mereka menjadi nakal karena kurangnya pola asuh dari orang
tua dan kurang pengawasan dari orang tua biasa menyebabkan anak bisa
melakukan kenakalan. Seperti orang tua yang terlalu memanjakan anak,
mengikuti kemauan anak yang berlebihan, kurang tegasnya orang tua
114 Observasi, 08 April 2017.115Isfiarini Yulianti, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.
75
terhadap anaknya, terlebih dari itu orang tua juga kurang perhatian
terhadap pendidikan anak, anak tidak pernah ditanya kenapa tidak masuk
sekolah, kenapa tidak belajar, kadang-kadang orang tua juga acuh tak acuh
dalam memperhatikan anaknya.
Pernyataan dari guru bimbingan konseling di atas sesuai dengan hasil
wawancara bapak Muzaiyir Wakamad, yang mengatakan:
Penyebab terjadinya kenakalan juga karena faktor lingkungankeluarga, keluarga merupakan faktor utama dalam mendidik anak.Setiap anak di dalam lingkungan keluarga diberikan perhatian dengancara yang berbeda-beda, ada orang tua yang selalu memanjakananaknya, orang tua yang selalu membuat anak tertekan dengan aturanyang dibuat di dalam keluarga. Jadi anak-anak akan berpikirbagaimana cara mereka bisa mendapatkan kebebasan dalam bergauldengan teman-temannya, mungkin juga karena kurangnya kasihsayang dari orang tua, kurangnya perhatian dari orang tua, dan tidakada rasa nyaman di dalam lingkungan keluarganya yang ada di dalamkeluarga yang menyebabkan anak menjadi nakal.116
Hal senada juga dikemukakan oleh ibu Dewi Asriati bahwa:
Siswa-siswa di Madrasah Tsnawiyah Negeri 3 Mataram kebanyakandari latar belakang keluarga yang kurang harmonis dan lebih dari itukebanyak orang tua siswa kebanyakan pergi merantau mencari nafkahuntuk mencari rezki di negeri orang. Jadinya siswa-siswa saat beradadi rumah tidak menjadi terurus dan kebanyakan dari mereka dititip dineneknya, pamannya dan tinggal dengan orang tua tirinya. Sepertiyang dialami oleh siswa kelas VII ini dia ditinggal oleh orang tuanyauntuk pergi merantau, jadinya dia tinggal dengan pamannya.117
Sohri siswa kelas VIIC juga mengatakan:
Kalua di lingkungan keluarga saya di rumah itu kak biasanya banyakorang tuanya yang pergi mencari nafkah ke Malaysia, Saudi kak terusanaknya mereka titip di keluarga yang lain kak, seperti pamannya,neneknya atau mungkin mereka juga lepas tangan masalahpengusurusan anaknya. Menurut saya kak itu yang menjadi sebab
116Dewi Asriati, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.117 Dewi Asriati, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 12 April 2017.
76
kenakalan karena mereka kurang mendapatkan kasih sayang dariorang tua serta perhatian yang kurang dari keluarga.118
Salah seorang siswa yang baru selesai mendapatkan bimbingan dari
guru BK, ia mengatakan:
Tadi saya keruangan guru BK kak, karena saya mempunyai masalahkeluarga kak. Masalah yang ada dikeluarga saya itu karena saya kurangmendapatkan perhatian dari kedua orang tua saya kak, karena orang tuasaya bercerai kak, bapak saya menikah lagi dengan orang lain kakjadinya saya tidak ada yang mengurus saya di rumah kak, jadinya sayatidak ada yang ngurus kak. Saya ikut dengan teman-teman saya yangnakal-nakal itu kak jadinya saya ikut nakal akibat pergaulan saya yangtidak bisa dikontorl kak.119
Dari hasil yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, peneliti
menemukan salah siswa yang bernama Ahmad yang sedang duduk
murung sendirian di dalam kelas. Terlihat Ahmad hanya duduk diam
tanpa menghiraukan ajakan teman-temannya untuk bermain di luar.
Melihat perilaku Ahmad tersebut Adi salah satu teman Ahmad datang
menghampiri Ahmad untuk menanyakan keadaannya dan menceritakan
permasalahannya. Berdasarkan informasi lanjutan dari Adi, peneliti
mendapatkan informasi bahwa yang membuat Ahmad murung di kelas
karena ada masalah yang ada di dalam keluarganya, dia tidak terurus oleh
kedua orang tuanya, karena orang tuanya yang bercerai, tidak
mendapatkan perhatian dari orang tua, dan tidak adanya kasih sayang yang
ia dapatkan. Jadi pada umumnya siswa yang nakal adalah siswa yang
kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya oleh karena itu siswa
yang nakal itu disebabkan oleh faktor keluarga yang kurangnya perhatian
118 Sohri, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 11 April 2017.119 Ahmad, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.
77
dari kedua orang tuanya, mereka melakukan tindakan kenakalan karena
kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua.120
Dari hasil yang ditemukan oleh peneliti di sekolah, peneliti mencoba
mencari informasi ke lingkungan keluarga siswa tersebut, orang tua siswa
itu mengatakan:
Ya memang benar Ahmad anak saya itu sering murung di sekolahkarena di dalam keluarga kami ada masalah yang tidak bisa kamiselesaikan dengan musyawarah, saya dan bapaknya sudah tidak bisalagi bersama dalam membimbing, serta memberikan kasih sayangkepada Ahmad dengan sepenuh hati kepdanya. Mungkin saya sebagaiibunya tidak bisa memberikan rasa nyaman saat berada di dalamlingkungan keluarga.121
Salah satu tetangganya juga memberikan keterangan kepada peneliti,
ia mengatakan:
Memang benar bapak dan ibunya Ahmad itu sudah bercerai, merekabercerai baru satu bulan, jadinya anaknya Ahmad yang menjadikorbannya. Ahmad juga kurang mendapatkan kasih sayang dari keduaorang tuanya, kurang mendapatkan perhatian dan mendapatkanbimbingan dari kedua orang tuanya, setiap Ahmad pulang sekolah diaselalu murung tidak seperti anak lainnya yang bermain dengan teman-temannya. Tapi kami sebagai tetangganya disini juga selalumengingatkan Ahmad agar tidak melakukan perbuatan nakal sepertiyang ada di lingkungannya sekarang ini.122
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap keluarganya
Ahmad dan di lihat juga dari sekitar tempat ia tinggal. Keluarga Ahmad
sedang mengalami broken home yang tidak bisa diterima oleh Ahmad,
pikirannya terganggu karena kurangnya perhatian, kasih sayang orang tua,
kurangnya pendidikan yang diberikan di rumah dari kedua orang tuanya.
120Ahmad Ardi, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 Juni 2017.121 Samirah, (Ibu Ahmad), Desa Paok dodol, Wawancara, 20 April 2017.122 Munasih, (Tetangga Ahmad), Desa Paok dodol, Wawancara, 20 April 2017.
78
Bagaimanapun orang tualah yang berperan penting dalam mendidik dan
mengasuh anak-anaknya di rumah agar tidak terjerumus kedalam
kenakalan yang marak terjadi seperti yang sekarang ini.123
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap faktor
lingkungan keluarga dari setiap siswa sangatlah berperan penting dalam
membimbing anak-anaknya untuk menjadi mempunyai akhlak dalam
bertindak, membimbinga anak agar tidak menjadi nakal atau membantah
kepada siapapun yang akan memberikan arahan kepada anak tersebut,
selanjutnya guru juga sangat berperan penting dalam membimbing para
siswanya untuk tidak melakukan tindak kenakalan yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, terutama guru BK yang sangat
berperan penting di sekolah dalam membimbing siswa agar tidak lagi
melakukan tindakan kenakalan.124
2. Faktor lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak remaja atau siswa, di dalam masyarakat luas mereka banyak melihat
hal-hal baru yang bermunculan dan dianggap tren oleh kaum anak-anak
saat ini, sehingga mereka ikut-ikutan tanpa mereka memperdulikan apakah
itu semua bertentangan dengan norma yang berlaku atau tidak, yang
penting mereka menganggap itu bagus dan mendapat pujian dari teman-
temannya.
123 Observasi, 19 April 2017.124 Observasi, 20 April 2017.
79
Faktor lingkungan masyarakat merupakan faktor yang tidak bisa
dipisahkan dari setiap siswa. Masyarakat merupakan faktor kedua yang
menyebabkan terjadinya kenakalan. Karena dalam faktor lingkungan
masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan anank di rumah, tanpa
disadari faktor lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dalam
perkembangan anak, anak akan meniru apa yang dilihat disekitarnya.
Seperti yang dituturkan oleh ibu Isfiarini Yulianty guru bimbingan
konseling, bahwa:
Faktor lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi anak-anakuntuk melakukan suatu penyimpangan, sebagaian besar juga siswa-siswa MTs. Negeri 3 Mataram berasal dari wilayah sekitar jalanlingkar seperti Geguntur, Mapak, Keranji, Paokdodol, Jempong danPagutan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa wilayah-wilayah yangada disekitar jalan lingkar sumber daya masyarakatnya sangat rendah,rata-rata juga pendidikan masyarakatnya hanya lulusan SD bahkanjuga banyak masyarakat yang buta huruf, dan yang jadi pegawai bisadihitung. Selain itu, di sekitar wilayah Lingkar Selatan terutamalingkungan jempong dan Geguntur masih banyak melakukanperkawinan dibawah umur dan tingkat kenakalannya juga sangattinggi. Lingkungan yang seperti ini bisa memicu anak itu untukmelakukan kenakalan-kenakalan yang tidak kita inginkan, jika merekamembawa sikap bergaulnya yang di rumah menuju kesekolah akanmengakibatkan anak tersebut akan mempengaruhi temannya.125
Senada dengan itu Lalu Sirajul (kepala sekolah) Madrasah Tsanawiyah
Negeri 3 Mataram mengatakan:
Lingkungan masyarakat yaitu tempat individu atau kelompokberintraksi, baik itu secara umum maupun secara khusus, dan jugaanak di sana mempunyai teman akrab di dalam berkomunikasi yanglebih serius. Lingkungan masyarakat ini juga bisa menjadi sumberkenakalan siswa sebab beberapa hal, antara lain nilai-nilai atau norma-norma yang sedang berkembang dalam masyarakat tidak mendukungpembinaan dan pemantapan perkembangan jiwa anak atau remaja,yang diserap melalui media cetak dan media elektronik, seperti TV,
125Isfiarini Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.
80
majalah-majalah, bahan-bahan bacaan yang kurang mendidik, internetserta media elektronik lainnya.126
Dari hasil observasi yang ditemukan dilapangan, saat peneliti berada di
lapangan peneliti melihat dua orang siswa yang sedang bertengkar dengan
teman-temannya di kantin. Mereka bertengkar karena ada salah satu
temannya yang mengejek lingkungan tempat dia tinggal, dia mengatakan
kepada temannya “kalu kita tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak
baik kita akan ikut-ikutan tidak baik juga dan akan terpengaruh dengan
tindakan yang ada di lingkungan masyarakat”. Dari perkataan temannya
yang seperti itu akhirnya mereka bertengkar di kantin, sesaat para siswa
sedang bertengkar yang tidak bisa dikontrol guru BK datang melerai kedua
siswi tersebut, dan mereka langsung dibawa ke ruang BK untuk di sidang
oleh guru BK. Saat berada di raungan BK, mereka masih saja saling olok-
olok lingkungan masyarakat temannya, tapi dengan tegas gur BK langsung
mencoba memberikan bimbingan kepada siswa-siswa tersebut, dalam
memberikan bimbingan guru BK sangat garang dalam memperingati
mereka, bukan hanya guru BK yang menangani mereka tetapi adapula
guru-guru yang lain ikut menanganinya. Jadi lingkungan masyarakat itu
memang sangat berpengaruh untuk perkembangan anak, mulai dari
pergaulan yang tidak bisa mereka batasi.127
Muhammad Ali Sahroni siswa kelas VII juga mengatakan bahwa
”kalau di lingkungan masyarakat di rumah saya itu kebanyakan dari para
126Lalu Sirajul Hadi, (Kapala Sekolah), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April2017.
127Observasi, 15 April 2017.
81
remajanya suka kawin dibawah umur, suka melawan orang tua, suka
ngomong kotor, dan melakukan kenakalan-kenakalan yang tidak wajar
untuk dilakukan”.128
Sesuai dengan yang dikatakan Ali siswa kelas VII di atas, salah satu
masyarakat Jerneng mengatakan:
Masyarakat disini memang banyak remajanya yang kawin di bawahumur mulai dari yang baru lulus SD dan SMP, suka melawan orangtuanya apabila tidak dituruti kemauannya, suka ngomong kotorkepada teman dan kepada orang tuanya, suka melawan orang tuanyaseperti membentak orang tuanya jika diberikan masukan danperingatan kepadanya. Anak-anak di lingkungan Jerneng ini sudahterkenal dengan tingkat kenakalan anak-anaknya yang tidak bisaditangani oleh orang tuanya sendiri, tetapi kita sebagai keluarga harusmembimbing dan menjaga anak-anak kita untuk tidak mengikutiteman-temannya seperti yang ada di lingkungan sekarang ini.129
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, saat berada di lingkungan
Jerneng terlihat bahwa para remaja atau anak-anak yang berada di
lingkungan itu memang terlihat kurangnya pengawasan orang tua. Di
lingkungan itu juga terlihat kurangnya peran masyarakat dalam menyikapi
kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya itu bisa mempengaruhi
teman-teman yang lainnya.130
3. Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah tempat para siswa untuk melakukan
berbagai interaksi dengan teman-teman di sekolah. Menurut bapak
wakmad MTs. Negeri 3 Mataram bahwa faktor yang mempengaruhi
128Muhammad, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.129 Fatimah, (Masyarakat Jerneng), Desa Jerneng, Wawancara, 15 April 2017.130 Observasi, 25 April 2017.
82
kenakalan siswa ialah sebagain dari faktor lingkungan sekolah. Beliau
mengatakan bahwa:
Wakamad mengatakan lingkungan sekolah juga merupakan bagiandari lingkungan siswa yang aktif. Lingkungan sekolah pada prinsipnyaadalah lingkungan pendidikan, baik pendidikan yang umum maupunyang agama, lingkungan seklah juga bisa menjdai penyebab terjadinyakenakalan siswa itu sendiri, karena di lingkungan sekolah itulah parasiswa mengenal teman-temannya yang baru. Dan juga adapun faktoryang menyebabkan siswa itu melanggar aturan sekolah karenapergaulannya di sekolah dan juga keterbatan pengawan danpengendalian guru terhadap siswnya, khususnya terhadap siswa yangmermasalah.131
Hal senada disampaikan bapak oleh Herman Jayadi siswa kelas VIId
bahwa:
Di lingkungan sekolah MTs. Negeeri 3 Mataram disini kak banyakteman-teman yang mempunyai tingkah laku yang berbeda, sikap yangberbeda dan cara mereka bergaul juga berbeda-beda. Jadi kalau kitabergaul di lingkungan sekolah menurut saya kita harus pandai-pandaidalam memilih teman dalam bergaul kak, kalau kita salah memilihteman maka pergaulan kita juga akan tidak baik juga, tapi kaklingkungan sekolah juga ada manfaat untuk saya sendiri karena disekolah saya bisa mempunyai teman yang banyak dan juga baik-baikkepada saya.132
Lingkungan di MTs. Negeri 3 Mataram terlihat sangat baik, mulai dari
lingkungan yang berada di luar sekolah maupun saat berada di dalam
sekolah, tetapi di dalam lingkungan sekolah ini masih ada yang belum
mendukung khususnya dari peran para guru-guru MTs. Negeri 3 Mataram
yang belum bisa meminimalisis siswa-siswa yang melakukan kenakalan
secara diam-diam yang dilakukan oleh siswa, salah satu penjaga sekolah
mengatakan:
131Lalu M. Junaidi, (Wakasek), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April 2017.132Herman Jayadi, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April
2017.
83
Lingkungan MTs. 3 Negeri Mataram bisa dikatakan guru-gurunyamasih kurang bisa dalam mengawasi dan mengatasi kenakalan yangdilakukan oleh siswa-siswanya. Lingkungan sekolah MTs. 3 NegeriMataram juga bisa menjadi penyebab kenakalan siswa, karena dapakdari pergaulan para siswa yang dilakukan secara diam-diam sepertimembolos disaat jam pelajaran sedang berlangsung, melawan danmembantah guru saat pemberian nasehat.133
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, setelah mendapatkan informasi
dari penjaga sekolah terlihat juga di lingkungan sekolah MTs. Negeri 3
Mataram guru-guru yang acuh kepada siswa-siswanya yang masih
melakukan tindak kenakalan dilakukan secara diam-diam. Lingkungan
sekolah juga belum bisa mendukung perubahan dari tindakan siswa untuk
tidak melakukan kenakalan di sekolah.134
Terkait dengan yang dikatakan oleh Herman, salah satu siswa juga
mengatakan bahwa:
Di sekolah saya mempunyai teman-teman yang cukup banyak kak, tapisikap mereka berbeda-beda kak ada sikap mereka yang pendiam, sukamarah, suka berkelahi, suka ngomongin orang kak, jadinya saya ikut-ikutan seperti mereka kak. Karena sikap saya yang seperti ini sayaselalu dipanggil oleh guru BK keruangannya karena sikap saya yangtidak bisa saya kontrol kak, padahal dulu saya tidak pernah senakalseperti sekarang ini kak.135
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, peneliti
menemukan dua orang siswa yang melakukan kenakalan di sekolah.
Kenakalan-kenakalan itu dipicu karena faktor pergaulan yang bentuknya
seperti berkelahi, suka ngomongin orang, serta suka marah kepada
temannya. Sikap inilah yang dibawa mereka yang ada di lingkungan
masyarakat yang dibawa kesekolah. Di lingkungan sekolah juga mereka
133 Muriah, (Penjaga Sekolah), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 18 April 2017.134 Observasi, 18 April 2017.135 Ahman (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April 017.
84
membuat kenakalan dengan teman-teman seperti berkelahi, mengganggu
teman, dan ngomong kotor sikap ini yang selalu memberi dampak buruk
yang bisa mempengaruhi teman-temannya dampak ini juga memberikan
efek kepada teman sepergaulan mereka yang lainnya, pergaulan mereka di
sekolah juga selalu diawasi oleh guru BK sendiri dan melakukan
kerjasama dengan para guru lainnya.136
D. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa
kelas VII Tahun Pelajaran 2016/2017
Sesuai dengan peran dan fungsinya, keberadaan guru bimbingan konseling
sangat diharapkan untuk mampu melakukan pembinaan dan mengatasi
kenakalan yang dilakukan oleh para siswa di sekolah khususnya, dan berperan
aktif dalam mengatasi kenakalan yang terjadi dikalangan siswa. Hal ini untuk
mencegah kerusakan moral yang lebih parah yang bermasalah dapat
berkembang kearah yang positif dan lebih menguntungkan dirinya.
Ibu Isfiarini Yulianty, S. Psi, mengatakan bahwa pemecahan terhadap
masalah kenakalan siswa dilakukan melalui beberapa tahapan:
1. Memanggil siswa yang melakukan pelanggaran/masalah, guru BK biasamemanggil siswa yang bermasalah itu setiap harinya ada 3 orang siswa,tetapi dengan masalah yang dilakukan berbeda-beda.
2. Memberikan saran atau masukan sesuai dengan pelanggaran yangdilakukan, saran yang diberikan kepada siswa itu biasanya berupa motivasikepada siswa agar tidak mengulangi kesalahannya lagi dan menjelaskandampak dari perbuatannya, biasanya guru BK menangani 2 orang siswadalam memberikan saran dan masukan sesuai dengan kenakalan yangdilakukan.
3. Memberikan sangsi atau hukuman yang mendidik, sangsi yang diberikanoleh guru BK itu bisa berupa teguran yang bersifat halus denganmemberikan masukan, dan memberikan hukuman yang mendidik yaitu
136 Observasi, 09 April 2017.
85
dengan memberikan tugas tambahan kepada siswa, seperti menulis surah-surah pendek dengan dowbel folio.
4. Memberikan surat peringatan, surat peringatan diberikan kepada siswasebanyak 3 kali kepada setiap siswa.
5. Panggilan terhadap wali murid, pemanggilan dilakukan sebanyak 3 kalioleh guru BK.
6. Memberikan skors sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa,memberikan skorsing kepada siswa bentuknya seperti tidak di perbolehkanmasuk selama 5 hari kesekolah.
7. Melakukan konferensi kasus, yaitu mengadakan musyawarah dengankepala sekolah, wali kelas, dan guru BK
8. Tindak lanjut kasus yang dilakukan oleh siswa dengan keputusan yangtelah ditentukan oleh pihak sekolah.137
Adapaun upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan
siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram
Tahun Pelajaran 2016/2017, dilakukan dengan berbagai cara atau teknik. Hal
tersebut dikemukakan oleh Dewi selaku guru bimbingan konseling MTs.
Negeri 3 Mataram. Dalam wawancara dengan peneliti beliau mengatakan:
Pertama kita mencoba untuk mencari akar masalahnya dimana, setalahkita mengetahui akar permasalahannya sudah jelas atau diketahui makabaru kita bisa menanganin masalah secara terarah, maksudnya denganterah itu melalui tahapan-tahapan yang telah ada. Melalui tahapan-tahapan ini kita bisa menangani masalah yang dihadapi siswa, siswa yangbermasalah diberikan bimbingan dan arahan yang baik.138
Upaya yang dilakaukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa adalah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga
lebih epektif dalam menjalankan program layanan bimbingan konseling MTs.
Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.
Namun tidak setiap masalah akan ditangani oleh guru BK akan tetapi
melalui guru mata pelajaran dan wali kelas, misalnya: tidak mengerjakan
tugas, pelanggaran tersebut ditangani oleh guru mata pelajaran yang
137Isfiarini Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 13 April 2017.138Dewi (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.
86
bersangkutan. Jika memang siswa tersebut tetap mengulanginya selama tiga
kali berturut maka kasus tersebut akan dibawah ke bimbingan konseling. Akan
tetapi ada juga kasus yang secara langsung ditangani oleh guru bk seperti
kasuss perkelahian, membolos, mencui dam membuat keoranaran disekolah
maupun diluar sekolah.139
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Isfiarini
Yulianty, S. Psi (guru bimbingan konseling) MTs. Negeri 3 Mataram
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, terkait dengan upaya guru bimbingan
konsleing dalam mengatasi kenakalan siswa kelas VII MTs. Negeri 3
Mataram mengatakan:
BK sendiri sudah mempunyai langkah-langkah tersendiri bagaimanamengatasi kenakalan sisswa khususnya siswa kelas VII, langkah-langkahtersebut disamping menggunakan pendekatan yang umum dilakukan olehguru konselor juga menggunakan berbagai teknik lain seperti:mengadakan kerja sama dengan wali murid, mengadakan kerja samadengan para guru, mengadakan kerjasama dengan wali kelas sertamemberikan bimbingan seminggu sekali untuk semua siswa, baik yangtidak memiliki masalah atau yang memiliki masalah dikumpulkanmenjadi satu di dalam ruangan.140
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Faizah siswa kelas VII
mengatakan:
Biasanya kak upaya penanganan yang dilakukan atau yang diberikanoleh guru BK kepasa teman-teman yang bermasalah itu biasanyalangsung diproses oleh guru BK di dalam ruangan kak, tapi bukan hanyaguru BK saja yang memberikan bimbingan kepada teman-teman yangbermasalah tapi para guru lain juga ikut terlibat kak. Tetapi guru BK jugamempunyai langkah-langkah khusus dalam memberikan bimbingankepada teman-teman yang membuat kenakalan di sekolah.141
139 Isfiarani Yulianty, (guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.140 Isfiarini Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.141 Faizah, (Siswa kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.
87
Dari pemaparan yang disampaikan oleh guru bimbingan konseling
diketahui bahwa upaya-upaya tersebut merupakan cara madrasah khususnya
guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh
siswa-siswa MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram
dan untuk mengarahkan potensi peserta didik agar terus berkembang ke arah
yang positif seerta mencegah kerusakan moral yang akan mengancam dan
merusak masa depan remaja usia sekolah yang dalam pembahasan ini khusus
untuk MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram,
keterlibatan semua pihak mutlak diperlukan dalam menjaga generasi bangsa
yang akan datang secara umum.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut pihak sekolah guru BK
mengupayakan untuk mengatasi dan mencegah kenakalan yang dilakukan
oleh siswa MTs. Negeri 3 Mataram dengan berbagai cara, mengupayakan
untuk terus dapat berdialog dan melakukan pendekatan persoalan kepada
setiap siswa serta menjaring informasi yang berkaitan denga berbagai
masalah siswanya di dalam masyarakat.142
Selanjutnya mengenai langkah-langkah guru bimbingan konseling MTs.
Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram dalam mengatasi
kenakalan siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram adalah:
1. Identifikasi Kasus
Pada langkah ini guru BK mengenal gejala-gejala awal dari suatu
masalah yang dihadapi siswa. Guru bimbingan konseling bekerja sama
142Observasi, 09 April 2017.
88
dengan guru mata pelajaran dalam mengidentifikasi kasus siswa yang
diperbuat, selanjutnya guru BK mengidentifikasi siswa serta memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kasus yang diperbuat oleh siswa.
Menurut salah satu guru bimbingan konseling di MTs. Negeri 3
Mataram bahwa:
Setiap siswa yang mempunyai masalah di sekolah, pertama kali yangharus dilakukan oleh guru adalah mengidentifikasi kasus ataumasalah yang dihadapi oleh siswa. Jika masalah yang terjadi saatproses belajar megajar di kelas terdapat masalah maka yangmenanganinya ialah guru mata pelajaran, tetapi setelah guru matapelajaran tidak bisa mengatasi siswa tersebut maka guru bimbingankonseling yang harus menangani kasus yang dilakukan oleh siswatersebut, atau bisa dikatakan alih tangan.143
Menurut Wizna Delia siswa kelas VII, saat peneliti menanyakan apakah
setiap guru bimbingan konseling menemukan masalah di sekolah langsung
mengidentifikasi kasus yang dilakukan siswa, dia mengatakan “guru
bimbingan konseling dan guru mata pelajaran di sekolah saling
bekerjasama saat ada masalah kak, guru BK juga mengidentifikasi
masalah yang telah kita lakukan sebelum memberikan layanan bimbingan
kepada setiap siswa.”144
Saat peneliti berada dilapangan, peneliti menemukan ada beberapa
siswa yang melakukan kenakalan di sekolah. Mereka melakukan
kenakalan di sekolah karena melanggar tata tertib sekolah yaitu
membolos sekolah disaat jam pelajaran sedang berlangsung, hal ini
dipicu karena mereka malas untuk mengikuti pelajaran jam terakhir, saat
itu juga guru BK langsung mengidentifikasi kasus yang dilakukan oleh
143Isfiarani Yulianti, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.144Wizna Dellia, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 10 April 2017.
89
para siswa. Guru BK menanyakan alasan mereka kenapa mereka
melakukan perbuatan membolos disaat jam pelajaran sedang
berlangsung, tapi dari keterangan salah satu siswa yang bermasalah itu
mengatakan karena mengantuk dan malas mengikuti pelajaran, tapi
selanjutnya guru BK memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa-
siswa tersebut agar tidka melakukan hal seperti itu lagi, guru BK juga
memberikan nasehat kepada siswa dengan mengatakan kalin jangan
melakukan hal seperti ini lagi kareja biasa merugikan diri kalian dan bisa
merugikan orang tua kalian yang telah membiayai kalian untuk sekolah
disini, kalian harus bisa membagakan kedua orang tua kalian. Itulah
saran yang diberikan kepada siswa tersebut.145
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan terhadap setiap siswa yang memiliki
masalah pribadi yang dapat menghambat proses pembelajaran serta
berbagai masalah lain yang dihadapi oleh siswa secara umum.
Identifikasi masalah sebagai dasar untuk memberikan layanan:
a. Bimbingan konseling kelompok terhadap siswa-siswa yang
bersangkutan.
b. Bimbingan pribadi, diberikan kepada siswa secara individual dengan
cara bertatap muka langsung dengan guru BK bimbingan tersebut
dilakukan di ruangan guru BK itu sendiri.
145Observasi, 10 April 2017.
90
c. Bimbingan belajar, memberikan bimbingan kepada siswa yang
mendapatkan nilai KKM di bawah standar. Bimbingna ini dilakuka
oleh guru BK dan juga dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan
terkait dengan mata pelajaran apa yang belum bisa mencapai
ketuntasan siswa.146
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, setelah guru BK identifikasi
kasus barulah guru BK identifikasi masalah yang dilakukan oleh siswa.
Guru BK terlebih dahulu menanyakan masalah apa yang dilakukan oleh
siswa, dan barulah guru BK bisa menentukan bimbingan apa yang akan
diberikan oleh siswa itu apakah bimbingan yang bersifat kelompok,
pribadi, ataupun bimbingan belajar, bimbingan ini sesuai dengan
kebutuhan yang diberikan oleh siswa.147
Guru bimbingan konseling di MTs. Negeri 3 Mataram mempunyai
berbagai macam bimbingan yang diberikan kepada siswa yang
bermasalah. Tetapi guru bimbingan konseling harus melakukan
identifikasi masalah terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah.
Menurut salah satu guru bimbingan konseling yang ada di MTs. Negeri 3
Mataram, bahwa:
Bimbingan yang sering diberikan oleh BK ialah bimbingan pribadi,karena bimbingan pribadi ini sering diberikan kepada setiap siswayang melakukan kenakalan atau melanggar tata tertib yang ada diMadrasah. Tapi bukan hanya memberikan bimbingan pribadi kepadasiswa saja yang dilakukan oleh sekolah, kami juga memberikan
146 Isfiarani Yulianti, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 20 April 2017.147 Observasi, 20 April 2017.
91
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kelompok kepatapara siswa kami disini.148
Senada dengan yang dikatakan oleh guru BK, Mira Apriani siswa Kelas
VII mengatakan:
Ya kak emang benar guru BK banyak memberikan kita berbagaibentuk bimbingan, seperti bimbingan pribadi, bimbingan kelompok,bimbingan belajar, tapi kak yang banyak diberikan oleh guru BKdalam memberikan bimbingan itu bimbingan pribadi kak. Karenakebanyak teman-teman yang bermasalah itu kebanyakan berbentukindividu/pribadi.149
Salah satu siswa yang mendapatkan bimbingan di ruangan BK, ia juga
mengatakan:
Tadi kak saya melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, pelanggarantata tertib yang saya lakukan yaitu tidak memasukan baju danterlambat datang sekolah kak, keterlambatan saya datang ke sekolahkarena tidak ada yang mengantar saya kesekolah kak dan akhirnyasaya buru-buru minta tolong kepada paman saya untuk mengantarkankesekolah sampai lupa masukin baju juga kak. Tadi juga di ruanganBK, ibu Isfiarini melakukan identifikasi masalah yang saya lakukankak tadi, tadi juga kakak lihat kan bagaimana guru BK memberikanbimbingan di dalam ruangan.150
Saat peneliti melihat dilapangan, peneliti menemukan ada 3 orang siswa
yang sedang diberikan bimbingan oleh guru bimbingan konseling, para
siswa ini melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Terlihat bahwa disaat
guru BK memberikan bimbingan atau arahan kepada siswa, guru BK
melakukan langkah-langkah dalam memberikan bimbingan. Guru BK
terlebih dahulu melakukan identifikasi kasus dan selanjutnya juga
melakukan identifikasi masalah yang dilakukan siswa, setelah guru BK
148 Dewi Asriati, (Guru BK Kelas VIII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 20 April2017.
149 Mira Apriani, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 20 April 2017.150 Imam, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 20 April 2017.
92
mengetahui masalahnya maka guru BK baru bisa menentukan bimbingan
apa yang akan diberikan kepada siswa yang melakukan tindak kenakalan,
selanjutnya guru BK menentukan tindakan apa yang bisa dilakukan oleh
dalam mengatasi siswa. Guru BK selanjutnya memberikan nasehat dan
pemahaman kepada siswa agar tidak melakukan tindak kenakalan yang
dilakukan oleh siswa tersebut serta memberikan bimbingan rutin kepada
siswa tersebut minimal seminggu sekali.151
3. Pemberian nasehat atau pemahaman
Pemberian nasehat dalam artian memberikan pemahaman tentang
dampak dari pergaulan bebas atau kenakalan yang dapat mengancam dan
merusak masa depan para siswa serta bagaimana cara memilih teman
bergaul, cara mengahargai dan menjaga hak orang lain, serta bagaimana
sikap yang penuh dengan nilai-nilai akhlak, serta menjaga norma yang
berlaku baik di lingkungan sekolah maupun dalam masyarakat umum,
pemberian nasehat diadakan sekali seminggu secara umum mulai dari
kelas satu sampai kelas tiga, yang tepatnya program layanan rutin ini
dilaksanakan pada hari-hari tertentu yang telah ditetapkan.
Terkait dengan pemberian nasehat atau pemahaman kepada setiap
siswa yang melakukan kenakalan di sekolah, salah satu guru bimbingan
konseling mengatakan:
Pemberian nasehat diberikan kepada semua siswa yang ada disekolah MTs. Negeri 3 Mataram mulai dari kelas VII sampai kelasIX. Pemberian nasehat biasanya dilakukan berkala atau secarabergiliran setiap kelas, guru BK biasanya juga memberikan nasehat
151Observasi, 20 April 2017.
93
dengan berbagai teman-teman yang akan disampaikan. Tetapi jikaada siswa yang melakukan kenakalan secara individu biasanya guruBK memberikan nasehat atau bimbingan secara individual kepadasiswa.152
Menurut Ulfi Kamelia siswa kelas VII saat ditanyakan mengenai
pemberian nasehat yang dilakukan oleh guru BK di atas, siswa
mengatakan:
Guru BK selalu memberikan nasehat dan pemahaman kepada kita,nasehat yang diberikan biasanya berupa tidak boleh melawan kepadaguru-guru di Madrasah, tidak boleh menjahili temannya biar tidakmarah setelah itu guru BK juga memberikan kita pemahaman daridampak kenakalan yang kita lakukan.153
Dari hasi observasi yang ditemukan peneliti dilapangan, pada saat
peneliti dilapangan peneliti menemukan kasus yang dilakukan oleh salah
satu seorang siswa yang sedang di berikan bimbingan diruangan BK, dari
bimbingan yang diberikan oleh guru BK, guru BK memulai memberikan
arahan dan masukan kepada siswa tersebut dengan cara memberikan
nasehat dan pemahaman tentang kenakalan yang dilakukan oleh siswa
tersebut. Guru BK sangat berperan penting dalam membimbing setiap
siswa yang melakukan kenakalan di sekolah, tetapi bukan hanya guru BK
yang berperan penting dalam menangani siswa di sekolah guru-guru lain
juga berperan dalam mengatasi kenakalan atau pelanggaran sekolah yang
di lakukan oleh setiap siswa, guru-guru lain juga ikut menangasi siswa
152 Asfiarani Yulianti, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 08 April 2017.153Ulfia Kamelia, (Siswa Kelas), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 09 April 2017.
94
yang bermasalah dan memberikan peringatan kepada siswa-siswa tersebut
agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.154
4. Pemberian bimbingan rutin
Untuk mencegah terjadinya kenakalan yang semakin parah
dikalangan remaja usia sekolah, guru BK MTs. Negeri 3 Mataram
memberikan program bimbingan rutin terhadap siswa-siswanya. Program
bimbingan rutin ini berlangsung setiap satu bulan sekali, pelaksanaannya
pada waktu-waktu tertentu.
Menurut salah satu guru bimbingan konseling di MTs. Negeri 3
Mataram mengenai pemberian bimbingan rutin beliau mengatan:
Terkait dengan pemberian bimbingan rutin yang diberikan oleh guruBK di sekolah, para siswa-siswa sangat antusias dengan bimbingan-bimbingan yang diberikan oleh para guru BK, tetapi bukan hanyaguru BK saja yang memberikan bimbingan rutin tetapi semua guruyang ada di MTs. Negeri 3 Mataram ini juga ikut berperan pentinguntuk terselenggaranya bimbingan rutin yang setiap satu bulansekali.155
Terkait dengan informasi yang didapatkan dari guru BK di atas,
peneliti mencoba menggali informasi kepada bapak wakamad, beliau juga
mengatakan:
Bimbingan rutian yang ada di MTs. Negeri 3 Mataram ini sudah lamaterlaksana atau sudah lama dilakukan oleh para guru, terutama olehguru bimbingan konseling. Bukan hanya guru BK saja yang antusiasakan terlaksananya bimbingan rutin ini, tetapi juga para siswa sangatantusias dengan bimbingan rutin ini, bimbingan rutin biasanyadilakukan bergiliran dengan kelas lainnya tentunya dengan tema-temayang telah ditentukan oleh pihak sekolah dan guru BK.156
154Observasi, 20 April 2017.155Isfiarani Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 04 April 2017.156Ahmad Muzayyin, (Wakamad), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 04 April 2017.
95
Peneliti juga mencari informasi dari para siswa yang ada di sekolah
untuk mendapatkan informasi tersebut, menurut salah satu siswa kelas VII
mengatakan
Kami memang sering diberikan bimbingan rutin oleh guru BK kak,bimbingan rutinnya dilakukan secara bergiliran dengan kelas yang laindan temanya juga berbeda-beda setiap kali pertemuan, biasanya setiapkali mendapatkan bimbingan rutin dari guru BK kami langsung bisamengerti betapa tidak baiknya melakukan sebuah kenakalan karenabisa merugikan orang lain.157
Dari hasil observasi yang ditemukan peneliti di lapangan, peneliti
melihat bahwa guru BK konseling dalam memberikan nasehat atau
bimbingan rutin kepada para siswa. Bimbingan rutin ini yang diberikan
dalam seminggu sekali yang diikuti oleh semua siswadan disambut dengan
sangat antuias oleh para siswa dan juga guru-guru mata pelajaran yang
lain. Bimbingan rutin dilakukan agar para siswa bisa mendapatkan
gambaran tentang betapa parahnya melakuan sebuah kenakalan karena
bisa merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain.158
5. Memanggil orang tuanya
Siswa yang sudah berulang-ulang kali melakukan kesalahan atau
pelanggaran, berupa membolos, berkelahi, tidak mengerjakan tugas,
sering membuat keonaran dan sebagainya setiap siswa yang melakukan
kesalahan atau pelanggaran di sekolah maka ada sangsi yang akan
diterima oleh siswa, mulai dari sanksi memanggil orang tua dan
mendapat teguran dari guru bimbingan konsleing. Adapun peratuan atau
157 Mukhlis, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 12 April 2017.158Observasi, 15 April 2017.
96
sanksi yang ditetapkan oleh bimbingan konseling yaitu menggunakan
point sanksi sesuai pelanggaran atau kenakalan yang dilakukan oleh
siswa.
Menurut keterangan yang peneliti dapatkan dari guru BK tentang
pemanggilan orang tua, beliau mengatakan:
Saat siswa ada yang bermasalah di sekolah, para guru langsungmenanyakan apa masalah yang mereka hadapi dan menanyakan apapenyebabnya. Tetapi jika masalah yang mereka lakukan terkaitdengan masalah yang dilakukan di sekolah, maka guru BKmemproses para siswa sesuai dengan kenakalan yang dilakukan,selanjutnya apabila masalah tersebut diulangi lagi oleh siswa merekaakan mendapatkan point tambahan, point tambahan yang kamiterapkan ini ialah point kenakalan yang diberikan sesuai tingkatankenakalan yang dilakukan. Point-point tersebut akan dijumlahkandari semua kenakalan yang dilakukan, lalu jika pont tersebutmenunjukkan dari jumlah yang telah ditentukan maka kami akanmelakukan tindak lanjut dengan memanggil orang tuanya.159
Senada dengan yang dikatakan guru BK, Ahmad Fariki siswa kelas
VII, mengatakan:
Biasanya kak pemanggilan orang tua itu dilakukan oleh gurubimbingan konseling karena siswa yang sering melakukan kenakalanyang terus-terus diulang oleh teman-teman, saya sendiri juga pernahdipanggil orang tua karena sering tidak masuk tanpa izin atauketerangan, tetapi ada juga teman-teman yang dipanggil orangtuanya karena sering berkelahi dengan temannya. Biasnya jugasesuai dengan tingkat point kenakalan yang kita lakukan kak, karenasetiap kenakalan yang kita lakukan itu ada point yang diberikan olehguru BK kepada teman-teman yang lain.160
Terkait dengan pemaparan di atas, peneliti melihat di lapangan bahwa,
di dalam ruangan BK terdapat siswa dengan orang tuanya berada di
ruangan BK, orang tuanya dipanggil kesekolah karena anaknya sudah 4
159 Asfirani Yulianty, (Guru BK), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April 2017.160 Akhmad Firiki, (Siswa Kelas VII), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 12 April
2017.
97
hari tidak masuk sekolah tanpa keterangan, melakukan kenakalan 2 kali
berturut-turut di sekolah, 2 kali tidak mengerjakan tugas, guru BK
mengatakan “bu’ anaknya ibu sering melanggar tata tertib di sekolah, kami
memanggil ibu kesekolah mau meminta keterangan dari ibu tentang
kenapa anak ibu sering melakukan pelanggaran di sekolah, orang tuanya
mengatakan bahwa saya kurang mengontrol anak saya di rumah bu’
jadinya saya tidak tau bagaimana perkembangan anak saya di sekolah”
orang tua dipanggil dan diberikan point tambahan sesuai dengan tingkat
kenakalan yang dilakukan.161
6. Kerjasama para guru
Kerjasama dengan para guru sudah lama diterapkan. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan dalam mencari informasi tentang siswa
yang melakukan tindakan kenakalan baik di saat proses belasjar mengajar
di kelas dan untuk mencegah/mengatasi terjadinya kenakalan yang dapat
merusak masa depan para siswa.
Menurut salah satu guru bimbingan konseling di MTs. Negeri 3
Mataram mengatakan:
Tidak semua masalah yang dilakukan oleh siswa di Madrasah inidituangkan kepada guru BK, tetapi guru-guru yang ada di Madrasahjuga melakukan kerjasama dengan guru BK. Bukan hanya guru-gurusaja yang bekerjasama dalam mengatasi penanganan kenakalan yangdilakukan siswa, tetapi setiap seminggu sekali laporan kenakalanyang ada setiap seminggu sekali akan diberikan kepada pak kepalasekolah untuk mengetahui siswa-siswa yang melakukan kenakalanselama satu minggu.162
161Observasi, 12 April 2017.162 Asfiarani Yulianty, (Guru BK) MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 15 April 2017.
98
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Lalu Sirajul Hadi kepala sekolah,
mengatakan:
Memang benar di Madrasah ini semua guru yang ada disini melakukankerjasama antara guru yang satu dengan guru yang lainnya, tetapimasalah penanganan kenakalan atau pelanggaran tata tertib di Madrasahyang mempunyai tanggung jawab ialah guru BK, tetapi bukan sertamerta hanya guru BK yang mempunyai hak untuk memberikan sangsikepada siswa yang bermasalah, semua guru ikut terlibat dan laporansetiap minggunya selalu dilaporkan kepada kepala Madrasah.163
Di lapangan peneliti menemukan bahwa bukan hanya guru BK saja
yang berperan sangat penting dalam menangani siswa yang bermasalah di
sekolah, tetapi guru-guru yang lain juga ikut berperan penting untuk bahu
membahu dalam merubah sikap dan akhlak siswa saat berada siswa.
Peneliti melihat saat pemberian bimbingan rutin terlihat bahwa guru BK
dan guru lain bekerja sama dalam mengatasi siswa yang bermasalah, saat
memberikan bimbingan rutin yang dilakukan seminggu sekali disaat ada
waktu senggang dan saat ada kesempatan untuk memberikan bimbingan
rutin dengan tema-tema yang beruamah setiap minggunya. Kepala sekolah
juga ikut terlibat dalam memberikan materi bimbingan rutin kepada para
siswa, tentunya para siswa juga sangat antusias dalam menanggapinya.
Bentuk bimbingan yang diberikan kepada setiap pertemuan itu berupa
bimbingan kelompok, bimbingan individu, serta bimbingan belajar yang
diberikan kepada siswa yang kesulitan dalam belajar.164
Berdasarkan pemaparan data diatas dapat diketahui berbagai upaya
telah dilakukan oleh guru bimbingan konseling MTs. Negeri 3 Mataram
163Lalu Sirajul Hadi, (Kepala Sekolah), MTs. Negeri 3 Mataram, Wawancara, 13 April2017.
164Observasi, 14 April 2017.
99
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram dalam mengatasi kenakalan yang
dilakukan oleh siswa-siswa di sekolah. Tetapi masih saja siswa yang
melakukan kenakalan/pelanggaran tata tertib sekolah, walaupun mereka
sudah mendapatkan bimbingan dari guru BK.Dengan demikian peneliti
simpulkan bahwa, berbagai upaya telah dilakukan oleh guru bimbingan
konseling di MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram
dalam mengenai kenakalan yang terjadi dikalangan siswa khususnya siswa
kelas VII. Hal ini berdasarkan data-data yang peneliti temukan dilapangan
selama penelitian ini berlangsung. Upaya yang dilakukan oleh guru BK
MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan sekarbela dalam mengatasi kenakalan
siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
100
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pendidikan manusia dapat
mencapai taraf hidup yang lebih baik dalam segala tindakan, ucapan, dan
tingkah lakunya. Namun kenyataannya sekang ini dunia pendidikan banyak
diliputi permasalahan, diantara sebagain masalahnya adalah kenakalan remaja
usia sekolah yang semakin meningkat dan beragam bentuknya, hal ini
disebebkan oleh adanya iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat,
seperti: maraknya tayangan pornografi, kekerasan di televisi, minuman-
minuman keras, perjudian, obat-obat terlarang atau narkoba dan sebagainya,
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup remaja
terutama remaja usia sekolah, yang ujung-ujungnya biasa timbul pelanggaran
terhadap norma-norma yang berlaku atau biasa disebut kenakalan remaja.
Sebagaimana data yang peneliti dapatkan, berdasarkan hasil wawancara,
dan observasi bahwa di MTs. Negeri 3 Mataram ada beberapa bentuk-bentuk
kenakalanremaja diantarnya terlambat datang sekolah, suka mengganggu
teman, tidak berpakaian seragam sekolah, membolos sekolah, dan tidak
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Bentuk-bentuk kenakalan yang di lakukan di MTs. Negeri 3 Mataram ada
6 bentuk kenakalan yaitu, membolos, terlambat datang sekolah, suka
100
101
mengganggu teman, tidak berpakaian seragam sekolah, membolos, dan tidak
mengerjakan tugas.
Berdasarkan hasil dari paparan di atas, terkait dengan bentuk-bentuk
kenakalan siswa yang dilakukan di MTs. Negeri 3 Mataram, adapun teori
yang sesuai dengan bentuk-bentuk kenakalan siswa sebagai berikut:
Menurut bentuknya, Sunarwiyati membagi kenakalan remaja kedalam
tiga tingkatan, yaitu:
(1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolossekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, (2) kenakalan yang menjurus padapelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepeda motor tanpaSIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin, (3) kenakalan khususseperti pelanyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,pemermosaan dan lain-lain.165
Kalau dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Sunawiyati tentang
bentuk-bentuk kenakalan dibagi menjadi yaitu kenakalan biasa, kenakalan
yang menjurus pada pelanggaran dan kenakalan khusus, dari ketiga bentuk
kenakalan tersebut dapat dilihat bahwa bentuk-bentuk kenakalan yang
dilakukan di MTs. Negeri 3 Mataram ialah masuk kedalam kenakalan biasa
dan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran, jadi kenakalan yang
dilakukan di MTs. Negeri 3 Mataram masih bersifat biasa dan masih bisa
diatasi oleh guru BK sendiri sera pihak-pihak lainnya.
Adapun menurut Zakiah Darajat yang membagi bentuk-bentuk kenakalan
siswa, yaitu:
1) Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru, hal ini biasa dilakuanoleh siswa biasanya siswa tidak segan-segan menentang perkataan gurubila tidak sesuai dengan jalan pikirannya, 2) sering berkelahi, inimerukan gejala kenakalan siswa yang perkembangannya sangat
165http://bentuk-bentuk+kenakalansiswa-disekolah, diambil tanggal, 20 April 2017.
102
emosional, 3) cara berpakaian, hal ini siswa suka meniru orang laindalam berpakain. 4) membolos pada jam sekolah, kenakalan yang seringdilakukan karena ada ajakan dari temannya, 5) kenakalan yangmengganggu ketentraman dan keamanan orang lain.166
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Sunarwiyati, berbeda lagi dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang mengatakan bahwa
bentuk-bentuk kenakalan itu ada 3 yaitu tidak mau patuh kepada orang tua
dan guru, sering berkelahi, cara berpakaian, membolos saat jam sekolah, jadi
dari pendapat Sunarwiyati dan Zakiah Daradjat ini sangat berbeda, berbeda
lagi dengan yang ditemukan oleh peneliti di lapangan bahwa ada persamaan
yang dikemukakan oleh pendapat Zakiyah Daradjat yang mengemukakan
bentuk-bentuk kenakalan yang sesuai dengan bentuk kenakalan yang ada di
MTs. Negeri 3 Mataram.
Sedangkan menurut Sudarsono yang termasuk kenakalan siswa atau
remaja meliputi:
Perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidakjujur, perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar,mengganggu teman, memusuhi orang tua dan saudara, meliputiperbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara,menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitumerokok, menonton pornografi, dan corat-coret tembok sekolah.167
B. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenakalan
Kenakalan yang terjadi dikalangan remaja usia sekolah tidaklah hadir
begitu saja, akan tetapi dampak dari sebuah interaksi, baik interaksi
dilingkungan keluarga, interaksi di lingkungan masyarakat umum, interaksi di
lingkungan sekolah, dan interaksi dengan teman sebaya. Apalagi dipengaruhi
166 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan..., h. 40.167http://bentuk-bentuk+kenakalansiswa-disekolah, diambil tanggal, 26 April 2017.
103
dengan lajunya arus globalisasi yang saat ini begitu sangat pesat atau cepat.
Ketidak siapan dan ketidak mampuan para remaja usia sekolah dalam
menyesuaikan diri menghadapi globalisasi menjadi penyebab dari beberapa
tindakan kenakalan remaja.
Seperti diketahui ada tiga lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
anak atau remaja yaitu “lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sebelum anak masuk dalam lingkungan sekolah sebelumnya telah
bereksperimen dalam hubungan pribadi di lingkungan keluarga”.168
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja usia sekolah
diantaranya, sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga menjadi faktor penyebab terjanya sebuah
kenakalan, baik itu kenakalan yang dilakukan di sekolah maupun di
lingkungan keluarganya. Penyebab mereka menjadi nakal karena
kurangnya pola asuh dari orang tua dan kurang pengasan dari orang tua
biasa menyebabkan anak melakukan kenakalan, penyebab lain bisa juga
dikarekan keluarga yang mengalami broken home, karena ekonomi yang
rendah, dan kurangnya rasa kasih sayang dari orang tua.
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau
kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang
anak frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh
168 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2005, h. 121.
104
besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang
pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi.169
Terkait dengan broken home dalam keluarga, Satiadarma mengatakan:
Keluarga merupakan temapat pertama bagi anak untuk belajarberinteraksi sosial, keluargalah yang bertanggung jawab dalamperkembangan sosial anak. Pada hakekatnya keluargalah wadahpembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak remajayang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya,selain sebagai pembentukan masing-masing anggota terutama anakperan terpenting dalam keluarga memenuhi kebutuhan anak baikkebutuhan fisik maupunn psikis.170
Terkait dengan pernyataan yang dikatakan oleh Sutiadarma,
Bustman mengtakan:
Keluarga adalah kelompok-kelompok orang yang dipersatukan olehikatan-ikatan perkawinana darah yang membentuk satu sama laindan berikatan dengna melalui peran-peran tersendiri sebagai anggotakeluarga dan pertahanan kebudayaan masyarakat yang berlaku danmenciptakan kebudayaan itu sendiri.171
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Menurut Mohammad Ali, faktor
yang menyebabkan kenakalah ialah:
Hal ini yang akan menjdi penyebab timbulnya kenakalan anak jikaakan kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya, lemahnya keadaan ekonomi orang tua, serta kehidupankeluarga yang kurang harmonis. Dengan kondisi yang seperti ini,maka anak akan melampiaskan permasalahan-permasalahannya danmemperlihatkan kepada teman-temannya. Adapun sejumlah faktordari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam prosesperkembangan sosialnya, yaitu butuh akan rasa aman, dihargai,disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa amanmeliputi perasaan aman secara material dan mental.172
169 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana,2011),h. 224.
170http://faktor-faktor penyebab-kenakalandisekolah, diambil tanggal, 20 Mei 2017.171http://faktor-faktor penyebab-kenakalandisekolah, diambil tanggal, 20 Mei 2017.172 Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), h. 94
105
Penanggulangan kenakalan rema tidak dapat dilakukan sendiri oleh
remaja, oleh karena itu peran serta kedua orang tua dalam lingkungan
keluarga sangat menentukan keberhasilan menanggulangi kenakalan
remaja.
Mernurut Sarlito Wirawan Sarwono, mengatakan:
Untuk mengurangi benturan gejolak remaja dan untuk memberikesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara lebihoptimal, perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat yang setabilmungkin, khususnya lingkungan keluarga. Keadaan keluarga yangditandai dengan hubungan suami-istri yang harmonis akan lebihmenjamin remaja yang bisa melewati masa transisinya dengan mulusdan saudar-saudara akan lebih menjamin kesejahteraan jiwa remaja.173
Hal-hal yang harus dilakukan keluarga dalam menanggulangi
kenakalan remaja:
a. Orangtua harus menjadi teladan sikap dan ucapan pada anaknya,kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisadicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisamendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telahmelampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasilmemperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
b. Motivasi dari keluarga, bahkan kalau guru, teman sebaya untukmelakukan point pertama.
c. Orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas manaremaja harus bergaul.
d. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehinggatercipta keluarga yang harmonis, komunikatif bagi remaja.
e. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik sertaorangtua membantu remaja membentuk ketahanan diri agar tidakmudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yangada tidak sesuai dengan harapan.174
Selain itu, bentuk kenakalan siswa yang dilakukan oleh siswa di MTs.
Negeri 3 Mataram dapat berasal dari faktor turunan yang ada pada
173 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada,2006), h. 226.
174 http://kenakalan-remaja-faktor-penyebab-dan-tips, diambil tanggal, 15 Juli 2017.
106
keluarga, menurut “Habullah mengatakan Sifat dan tabiat anak sebagian
besal diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
lainnya”.175
2. Faktor pergaulan lingkungan sekolah
Sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua setelah lingkungna
keluarga bagi anak remaja. Di Indonesia terutama di kota-kota besar masa
remaja masih merupakan masa di sekolah. Dalam masa tersebut pada
umumnya remaja duduk di bangku sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah umum. Selama mereka menempuh pendidikan formal
di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan sesamanya, juga
interaksi antara remaja dengan pendidikan. Interaksi yang mereka lakukan
di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi
perkembangan mental anak sehingga timbullah kenakalan remaja.
Selain itu, kondisi sekolah, sistem pengajarna dedikasi guru, buku
pelajaran dan alat peraga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika
semuanya tidak terpenuhi dengan baik maka akan menyebabkan siswa
bosan dengan situasi sekolah dan berusaha mencari pengalaman di luar
sekolah yang mereka anggap lebih sesuai dengan gejolak. Dengan kata
lain, peranan sekolah yang berfungsi sebagai tempat sosialisasi tidak
tercapai dan tidak berfungsi sebagai tempat pendidikan tingkah laku.176
Kehadiran disekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya
dalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan
175 Hasbullah, Dasar-dasar pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 38176 Ibid, h. 126.
107
baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para
guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian
menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama mereka
menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi antara remaja
dengan sesamanya, juga interaksi antara remaja dengan pendidikan.
Interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat
sampingan yang negatif bagai perkembangan mental anak sehingga
timbullah kenakalan remaja. Disinilah peran para pendidik lainnya
terutama peran guru BK sangat dibutuhkan oleh para siswa saat berada di
lingkungan sekolah, seperti “memberikan bimbingan pribadi, memberikan
bimbingan yang bersifat khusus kepada siswa, melakukan
pencegahan/pembinaan dan memberikan perhatian yang lebih kepada
siswa saat berada di sekolah”.177
Di MTs. Negeri 3 Mataram dalam lingkungan sekolah yang ada
disekitar mereka terdapat masih kurangnya pengawasan yang masih
kurang dari guru, masih adanya pergaulan yang tidak baik bagi diri siswa
dan penyesuaian diri yang sulit di lingkungan sekolah.
Menurut Mohammad Ali dan Muhammad Asrori mengatakan
bagaimana lingkungan sekolah bisa menjadi pengaruh bagi sikap siswa, ia
mengatakan bahwa:
Kehadiaran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnyadalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktorlingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan
177 Muhammad, Psikologi Remaja: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, (Bandung:Pustaka Setia, 2006), h. 157
108
dirinya. Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilaluioleh anak yaitu a) anak dituntut agar tidak merugikan orang lain, b)anak didik untuk mentaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diridengan norma-norma kelompok, c) anak dituntut untuk lebih dewasadi dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asa saling memberidan menerima, d) anak dituntut untuk memahami orang lain.178
Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah yang
dituntut mencipatakan iklim kehidupan sekolah yang kodusif bagi
perkembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan
tempat remaja hidup dalam kesehariannya di dalam lingkungan sekolah,
guru juga sangat berperan penting dalam sekolah.
Menurut Hasbullah mengatakan bahwa, “selama tidak ada
pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan dirinya”.179
Dalam lingkungan ini anak seharusnya dibimbing dan dibina sebaik
mungkin, namun jarang terlaksana dengan sukses karena siswa
mempunyai permasalahan-permasalahan tersendiri. Lebih lagi juga
kekurangan guru atau guru yang berpindah-pindah tempat mengajar
menjadi penyebab kegagalan tersendiri bagi pihak sekolah, pendidik atau
lembaga kependidikan lainnya. Tidak hanya itu saja, anak-anak yang
memang sulit dibimbing di sekolah lari dan atau membolos mencari
kepuasan di lingkungan masyarakat.
3. Faktor pergaulan lingkungan masyarakat
178 Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2012), h. 96.
179Ibid, h. 96.
109
Dalam permasalahan penelitian ini diketahui bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di lingkungan masyarakat
adalah kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama, masyarakat kurang
memperoleh pendidikan sehingga berpengaruh terhadap cara-cara orang
tua mendidik anak, kurangnya pengawasan terhadap remaja dan pengaruh
norma-norma baru dari luar.
Menurut pendapat Soetjipto Wirosardjono mengatakan bahwa:
Bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan hasil tiruan dan adaptasidari pengaruh kenyataan sosial yang ada. Kebudayaan kitamenyimpan potensi, anggota masyarakat untuk menampilkanperilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang sahmaupun yang tak terelakkan. Dengan demikian, iklim kehidupanmasyarakat memberikan urutan penting bagi variasi perkembanganhubungan sosial remaja.180
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu
setelah lepas dari asuhan keluarga dan bereda di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pendidikan tersebut tampaknya lebih
luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam
masyarakat banyak sekali, ini meliputi sega bidang baik “pembenetukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan),
sikap dan minat maupaun pembentukan kesusilaan dan keagamaan”.181
Peran masyarakat sangat berdampak pada setiap remaja yang berada
di lingkungannya, masyarakat perlu mengantisipasi tindak kenakalan
180Ibid, h. 99.181Ibid, h. 55-56.
110
yang dilakukan oleh sitiap remaja yang ada disekitarnya. Masyarakat dan
lingkungan sekitar mempunyai peran penting untuk mendidik para remaja
yang melakukan tindak kenakalan, misalnya masyarakat mengadakan
siraman rohani kepada masyarakat yang ada disekitar, memberikan
bimbingan dengan cara mendatangi keluarga yang melakukan tindak
kenakalan. Mungkin dengan cara yang dilakukan masyarakat seperti yang
di atas bisa merubah sikap dan tingkah laku para remaja yang ada di
masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Keluarga, sekolah, masyarakat merupakan gambaran dari sistem
pendidikan yang saling terkait dalam penyelenggaraan pendidikan,
keluarga merupakan dasar pendidikan dan merupakan awal dari sebuah
proses pendidikan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Kadir salah satu yang
menjadi faktor kenakalan ialah faktor lingkungan masyarakat, ia
mengatakan:
Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga karenalembaga pendidikan sekolah merupakan proses pendidikan formalyang direncanakan secara sistematis, terukur serta terarah,selanjutnya masyarakat merupakan jenjang pendidikan setelah keduasistem pendidikan tersebut, hal itu karena masyarakat merupakanlingkungan sebagai aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh pesertadidik pada proses pendidikan yang telah meraka alamisebelumnya.182
Sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa indonesia sebagaimana
tertera dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003: mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
182Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana PrenadamediaGroup, 2012), h.271.
111
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, “bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.183
C. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa
Upaya penanganan kenakalan siswa atau yang masih bersifat preventif
adalah usaha bimbingan yang ditunjukkan kepada siswa atau sekelompok
siswa yang belum bermasalah agar dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam hidupnya. Adanya layanan bimbingan ini dimaksudkan
untuk mencegah timbulnya kesulitan atau problem bagi siswa.
Dalam menangani bentuk kenakalan siswa yang terjadi di MTs.Negeri 3
Mataram tersebut, upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling
ialah memberikan bimbingan secara berkala kepada para siswa, mulai
bimbingan yang masalahnya berbentuk ringan, sedang, dan berat. Hal ini
dilakukan oleh guru bimbingan konseling agar bisa mengetahui klasifikasi
kenakalan yang mereka lakukan.
Menurut peneliti, upaya pencegahan kenakalan siswa yang dilakukan
oleh guru bimbingan konseling sudah baik karena siswa memerlukan
informasi secara langusng tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan
dilarang, serta siswa dilatih untuk mampu menyelesaikan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya.
183 Ibid, h. 271.
112
Menurut Tolbert mengatakan:
Bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanandalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individuagar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana sertamelakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupan sehari-hari.Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidangpendidikan lainnya.184
Terkait dengan upaya guru bimbingan konsling dalam mengatasi
kenakalan siswa di sekolah, maka adapun tahapan-tahapan yang perlu
diperhatikan yaitu:
Tahap perencanaan, program satuan layanan dan kegiatan pendukungdirencanakan secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi,metode, waktu, tempat dan rencana penilaian, Tahap pelaksanaan,program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung)dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya, Tahap penilaian, hasilkegiatan diukur dengan nilai, Tahap analisis hasil, hasil penilaiandianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang perlu mendapatperhatian lebih lanjut, dan Tahap tindak lanjut, hasil kegiatanditindaklanjuti berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya,melalui layanan dan atau kegiatan pendukung yang relevan.185
Berbeda lagi dengan pendapat Sutirna, ada beberapa langkah dalam
bemberikan bimbingan konseling, yaitu:
1)Identifikasi Masalah, pada langkah ini harus diperhatikan ialahmengenai gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa,2) Diagnosis, pada langkah ini yang dilakukan ialah menetapkanmasalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebabtimbulnya masalah, 3) Prognosis, pada tahap ini guru BK menetapkanalternatif tindakan bantuan yang akan diberikan, 4) Pemberianbantuan, setelah guru BK merencanakan pemberian bantuan, makadilanjutkan dengan merealisasikan langkah alternatif bentuk bantuanberdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya,5) Evaluasi dan tindakan, proses evaluasi dilakukan saat pemberianbimbingan.186
184 Fenti Hikmawati, bimdingandanKonseling..., h. 01185Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, PT Raja Grasindo
Persada, Jakarta, 2007, h. 45.186Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Cv Andi Offset, 2013), h.176.
113
Upaya merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
sesuatu. Yang dalam konteks ini upaya yang peneliti maksudkan adalah
usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling sekolah dalam
mengatasi kenakalan siswa, yaitu di kelas VII MTs. Negeri 3 Mataran
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
1. Identifikasi Kasus
Sebelum menentukan sebuah kasus sebelum itu guru harus
mengidentifikasi kasus tersebut, karena identikasi merupakan hal yang
sangat penting untuk memecahkan suatu masalah.Identifikasi
merupakan “langkah awal untuk menentukan peserta didik yang diduga
memerlukan bimbingan dan konseling, dapat dilakukan dengan
wawancara, menganalisa hasil belajar maupun hasil sosiometri,
menggunakan teknik tes dan sebagainya”.187
Menurut Sutirna, ia juga berpendapat bahwa: “Identifikasi kasus
merupakan upaya untuk menemukan peserta didik /masyarakat /pekerja
orang yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling”.188
Identifikasi kasus dilakukan untuk melakukah tahapan perencanaan
dari kasus yang dimiliki oleh siswa, sesuai dengan yang dikemukan
oleh Tohirin bahwa tahapan yang perlu di lakukan untuk
mengidentifikasi siswa terlebih dahulu masuk dalam tahapan
perencanaan, dimana guru BK memulai sebuah perencanaan. Sama
halnya di MTs. Negeri 3 Mataram guru BK melakukan tahapan
187 Endang Ertiati Suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah..., h. 125.188 Ibid...h. 177.
114
perencanaan yang matang untuk mengidentifikasi kasus kenakalan
siswa, setelah itu baru melakukan tahapan berikutnya.
Dalam upaya menangani kenakalan siswa yang dilakukan di sekolah,
terutama yang berperan penting ialah guru BK. Di sekolah MTs. Negeri
3 Mataram dalam menangani kenakalan siswa terlebih dahulu guru BK
melakukan identifikasi kasus yang dilakukan oleh siswa.
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah lanjutan setelah
mengidentifikasi kasus yang ditemukan serta merupakan upaya untuk
memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi
peserta didik/masyarakat/orang.
Pada langkah ini yang guru BK hendaknya diperhatikan guru adalah
mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa.
Maksud daari gejala awal di sini adalah “apabila siswa menunjukkan
tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk
mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara
teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang tampak,
kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi”.189
Sebagaimana menurut Fenti Hikmawati mengatakan dalam
menangani siswa yang melakukan kenakalan maka yang perlu
dilakukan ialah:
Idendifikasi masalah dilakuan terhadap setiap siswa yang memilikimasalah pribadi yang dapat menghambat proses pembelajaran serta
189 Ibid, h. 67.
115
berbagai masalah lain yang dihadapi oleh siswa secara umum.Identifikasi masalah sebagai dasar untuk memberikan layanan kepasiswa yang melakukan kesalahan atau yang berbentuk kenakalan.190
Pada tahap ini konselor atau guru BK diharapkan aktif dalammencegah permasalahan siswa. Konselor perlu lebih banyakmemberikan pertanyaan terbuka dan mendengar aktif (activelistening) terhadap apa yang dikemukakan oleh siswa. Mendengaraktif adalah suatu keterampilan menahan diri untuk tidak berbicara,tidak mendengarkan secara seksama, mengingat-ingat danmemahami perkataan klien, dan menganalisis secara seksamaterhadap penjelasan klien yang relevan dan yang tidak relevan.191
Identifikasi masalah juga dilakukan terhadap siswa yang memiliki
pribadi yang dapat menghambat proses pembelajaran, guru BK di MTs.
Negeri 3 Mataram juga memberikan bimbingan yang berupa bimbingan
konseling kelompok, bimbingan pribadi, dan bimbingan belajar. Ini
deterapkan untuk membimbing siswa menjadi pribadi yang lebih baik
lagi.
3. Kerjasama para guru
Bimbingan merupakan usaha untuk menemukan, menganalisa dan
memecahkan kesulitan yang dihadapi individu dalam kehidupannya.
Banyak hal yang dihadapi remaja dalam kehidupannya, maka kewajiban
bagi orang dewasa, baik sebagai orang tua, sebagai guru maupun
sebagai anggora masyrakat secara umum untuk memberikan bimbingan
terhadap anak dan kaum remaja kearah pendewasaan. Di sekolah MTs.
Negeri 3 Mataram, terlihat bahwa bukan hanya guru BK yang
menangani siswa-siswa yang bermasalah, tetapi guru-guru yang lain ikut
190 Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling..., h. 31.191Lumongga Lubis, Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek, (Jakarta: Kencana Media Prenada Group,2011), h. 114.
116
dalam menanganinya, para guru bekerja sama dengan sangat kompak
dalam memberikan bimbingan kepada siswa.
Hal ini sesuai dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh
Miller:
Bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untukmencpai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkanuntuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepadasekolah(dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, danmasyarakat.192
Begitu juga dengan bimbingan yang diberikan oleh guru BK MTs.
Negeri 3 Mataram terhadap para siswanya, yang bertujuan untuk
memberikan arahan, masukan, serta mengembangkan potensi yang adaa
dalam setiap individu siswa. Dengan demikian diharapkan dapat
mencegah atau mengatasi terjadinya kenakalan yang dapat mengancam
dan merusak masa depan generasi bangsa yang akan datang.
4. Pemberian bimbingan rutin
Bimbingan merupakan usaha untuk menemukan, menganalisa dan
memecahkan kesulitan yang dihadapi individu dalam kehidupannya.
Banyak hal yang dihadapi remaja dalam kehidupannya, maka kewajiban
bagi orang dewasa, baik sebagai orang tua, sebagai guru mapun sebagai
anggota masyarakat secara umum untuk memberikan bimbingan
terhadap anak dan kaum remaja kearah pendewasaan. Hal ini sesuai
dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman
Natawidjaja:
192 Tohirin, Bimbingan dan Konseling,...h. 17.
117
Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepadaindividu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individutersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sangupmengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengantuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,masyarakat,dan kehidupan pada umumnya.193
Terkait dengan pemberian bimbingan rutin yang diberikan oleh guru
BK di sekolah yang dilakukan seminggu sekali dengan tema-tema yang
berbeda-beda yang bertujauan untuk memberikan arahan, masukan,
serta mengembangkan potensi yang ada dalam setiap individu siswa.
5. Kerjasama para guru
Dalam dunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam
membimbing siswa untuk menjadi siswa yang baik, siswa yang patuh
terhadap aturan, yang suka mengukir prestasi. Namun peran ini tidak
mudah untuk dilaksanakan dan merupakan beban yang berat karena
tidak semua siswa bisa atau menjadi yang seperti yang diharapkan,
contohnya ada siswa yang tidak mau belajar dengan aktif, dan yang
membolos. Ketika hal ini terjadi guru harus bekerjasama dengan orang
tua untuk memberikand bantuan bimbingan kepada siswa, karena guru
bukanlah satu-satunya pembimbing siswa dan bukanlah orang yang
harus disalahkan ketika siswa menjadi nakal. Orang tua dan guru
harus memiliki hubungan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan
oleh Ma’mur Jamal Asmani:
Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik denganorang tua/wali baik juga dengan para guru lainnya di sekolah, anakdidik dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-
193 Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Yogyakarta: CV. AndiOffset, 2013), h. 6.
118
persoalan di sekolah dan pribadi anak. Segala kesalahfahaman yangterjadi antar orang tua/wali anak didk, hendaknya genganmusyawarah dan mufakat.194
Kerjasama antara guru BK dengan guru lainnya sangat menunjang
perubahan setiap peserta didik, peserta didik membutuhkan bimbingan
yang sangat luas untuk menambah wawasan mereka untuk
menghendel atau membimbing tindakan yang mereka lakukan di
sekolah, di lingkungan masyarakat dan saat berada di lingkungan
keluarganya.
194Ma’mur Jamal Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Yogyakarta:
Diva Pres, 2011), h. 188.
119
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisa data dan pembahasan terkait “Upaya Guru
Bimbingan Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa kelas VII di MTs.
Negeri 3 Mataram Kecamatan Sekarbela Kota Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017”, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bentuk Kenakalan Yang Dilakukan Oleh Siswa-Siswi Kelas VII MTs.
negeti 3 Mataram, Berkelahi, Suka Mengganggu Teman/siswa lain,
Tidak seragam dalam berpakaian, Membolos sekolah, Tidak
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, dan Terlambat datang
kesekolah.
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa-siswa Kelas VII
MTs Negeri 3 Mataram yaitu Faktor lingkungan keluarga, Faktor
pergaulan Lingkungan sekolah, dan Faktor pergaulan Lingkungan
masyarakat.
3. Upaya guru Bimbingan Konseling Dalam Menangatasi Kenakalan
Siswa-Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Mataram yaitu Identifikasi Kasus,
Identifikasi Masalah, Kerjasama para guru, Pemberian bantuan, serta
Kerjasama antar guru.
120
B. Saran
1. Bagi orang tuan
Hendaknya para orang tua memberikan pendidikan moral,
pengetahuan nilai-nilai agama, bimbingan, pengawasan, dan perhatian
yang penuh terhadap perkembangan anak, terutama pada masa
peralihan dari masa anak-anak menjadi masa remaja sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara positif serta mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Bagi guru sekolah
Hendaknya mampu berpartisipasi aktif dan dapat bekerja sama dengan
berbagai pihak dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh
peserta didik dan tidak hanya berperan di lingkungan sekolah akan
tetapi mampu untuk berperan di luar sekolah.
3. Bagi guru bimbingan konseling
Mengingat banyaknya siswa yang mengalami masalah, baik (masalah
dalam keluarga, masalah dengna guru di sekolah, masalah dengan
temannya, serta masalah dengan pelajaran, serta peraturan sekolah)
maka guru bimbingan konseling diharapkan untuk lebih sabar, lebih
cermat, dan lebih profesional dalam membantu, mengarahkan,
membimbing, dan menangani berbagai problem yang dihadapi oleh
siswa.
120
121
4. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan untuk memiliki sarana dan
prasarana yang memadai (lengkap) agar mampu memberikan
pelayanan pendidikan yang maksimal terhadap para peserta didik.
5. Bagi siswa-siswi
Tanpa kita sadari dampak dari terlalu gembira melakukkan sesuatu
yang saat ini kita anggap sebagai tren anak remaja gaul, seperti;
minum-minuman keras, menggunakan obat terlarang, keluyuran, dan
membolos sekolah sangat mengancam masa depan kita. Betapa banyak
siswa yang putus sekolah kareana terbujuk dalam pergaulan yang
merugikan, misalnya: siswa hamil diluar nikah, dan siswa yang selalu
ingin happy tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
121
122
Daftar Pustaka
A. Hallen.Bimbingan Dan Konseling. Bandung : CV Pustaka Setia, 2008.
Anas Salahudin.Bimbingan dan Konseling.Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Arif Apriansyah.“Dunia Remaja”, dalam http: // darsana guru. Blogspot .Com/2014/08/Duniaremaja/html, diambil tanggal 20 Mei 2016, pukul 09.00WITA.
Arifin dan Etty Kartikawati.Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen BinbagaIslam Depag RI, 2000.
Bahja Tunnisa, Peranan Guru BP Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja UntukMeningkatkan Kesadaran Beraga di SMU Al-Ma’rif Mataramskripsi,IAIN Mataram, Mataram 2009.
Burhan Bungin.Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke ArahRagam Varian Kontemporer,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, JakartaTimur: Pustaka Al-Mubin, 2013.
Fenti Hikmawati. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,2011.
Hasan Basri.Remaja Berkualitas. Problematika Remaja dan Solusinya.Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2001.
Kartini Kartono. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2008.
Lexi. J. Moleong.Metodelogi Penelitian Kuantitatif.Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2008.
Moh. Nazir.Metode Penelitian,Jakarta: Ghalian Indonesia, 2001.
Muhaimin. “Pengertian Guru”, dalam http: //darsanaguru. blogspot. Com/2015/05/ Pengertian guru/html, diambil tanggal 18 Februari 2017, pukul10.35 WITA.
Musari. Bimbingan Konseling. Mataram: Pustaka Diamond, 2011.
Sarlito Wirawan Sarwono.Psikologi Remaja.Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 2005.
123
Sri Martiani. Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina SikapBelajar Mandiri. skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2007.
Sudarsono.Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja.Jakrta: Rineka Cipta, 2002.
Sudarsono.Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Sugiyono.Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R &D. Bandung: Alpabeta, 2006.
Sutrisno Hadi. Metodologi Reserch. Yogyakarta: Andi, 2003.
Syamsu Yusuf. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010.
Syofian Siregar.Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers,2010.
Tohirin.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: RajawaliPers, 2009.
Umar Tirtarahardja.Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem PendidikanNasional, Surabaya: Media Centre, 2005.
UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2003.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Wardawati. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.Jakarta: PrestasiPustakarya, 2011.
Y. Singgih D Gunarsa. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia, 2007.
Zakiah Daradjat.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
123
LAMPIRAN-LAMPIRAN
124
Pelanggaran Tata Tertib Peserta Didik MTs. Negeri 3 Mataram
Setiap peserta didik yang melanggar Tata Tertib MTs. Negeri 3
Mataram akan diberikan sanksi dalam bobot point berdasarkan
pelanggaran yang dilakukannya. Apabila seorang peserta didik sudah
mencapai bobot 100 point , maka peserta didik tersebut akan dikembalikan
kepada kedua orang tua (dikeluarkan). Bobot 100 point berlaku selama 1
tahun pelajaran. Rincian jenis pelanggaran beserta point dan tahapan
pelaksanaan sanksinya tercantum pada butir-butir di bawah ini:195
NO JENIS PELANGGARAN POINT NO JENIS PELANGGARANPOI
NT
1 KEHADIRAN
1.1 Terlambat masuk MTs.
Negeri 3 Mataram lebih
dari 15 menit.
1.2 Bolos dari MTs. Negeri 3
mataram
1.3 Tidak masuk sekolah
dengan membuat surat
keterangan palsu
1.4 Setiap tidak masi
kemadrasah maka akan
diberikan sanksi
25
10
15
5
5 Buku, majalah, kaset
terlarang
5.1 membawa buku,
majalah, kaset terlarang
atau gambar forno.
5.2 mengedarkan buku,
majalah, kaset dan atau
gambar forno.
60*
85*
195 Dokumentasi, Guru Bimbingan Konseling, tanggal 15 April 2017, jam 09.40.
2 Pakain dan aksesoris
2.1 mengenakan pakaian
seragam MTs. Negeri 3
Mataram tidak sesuai dengan
ketentuan
2.2 peserta didik memakai
perhiasan, dan aksesoris yang
berlebihan
2.3 peserta didik mengenakan
gelang, kalung
2.4 peserta didik
bertindik/memakai gelang
2.5 peserta didik berambut
gondrong, dicukur tidak merata
tidak kesesuai dengan
ketentuan MTs. Negeri 3
Mataram
2.6 mengecat (mewarnai)
rambut/kuku
2.7 berkuku panjang
2.8 memakai celna pensil tidak
sesuai ukuran
25*
10*
15
20
7
25
25
85*
10
6
7
8
Senjata
6.1 membawa senjata
tajam dan atau senjata
tajam lainnya
6.2 menggunakan senjata
tajam di lingkungan MTs.
Negeri 3 Mataram
Obat/minuman terlarang
7.1 membawa hammer,
miras dan minuman serta
obat terlarang lainnya
7.2 menggunakan narkoba
dan minuman
7.3 menjual/mengedarkan
narkobadan miras
Perkelahian
8.1 berkelahi di dalam
lingkungan MTs. Negeri 3
mataram
8.2 berkelahi di
lingkungan MTs. Negeri 3
mataram
70*
75*
100*
100*
100*
30
25
25
20
2.9 mencoret topi, baju dan
celana.
8.3 menjadi pereman
perkelahian
8.4 terlibat perkelahian
pelajar antar MTs. Negeri
3 mataram
8.5 melakukan pemukulan
dan pengancaman
80
3 Kebersihan dan ketertiban
3.1 keluar masuk lewat jendela
loncat dari tembok
3.2 mengotori, mencorat-coret
benda MTs. Negeri 3 mataram,
guru, kariyawan dan teman.
3.3 merusak, mengambil,
menghilangkan barang milik
MTs. Negeri 3 mataram
3.4 membuat keributan dan
atau pertengkaran
3.5 merayakan ulang tahun di
lingkungan MTs. Negeri 3
mataram
3.6 membawa sepeda motor di
15
5*
15***
20
20
25
80
9
10
Tindak asusila dan
akhlak mulia
9.1 berkata
kotor/jorok/tidak
senonok(teman/guru)
9.2 melakukan perbuatan
asusila atau pekecehan
sesual atau terlibat
perbuatan asusila
9.3 hamil di luar nikah.
Nikah dan tindak
kriminal
10.1 menikah
10.2 melakukan tindak
kriminal.
25
75
100
100
100
lingkungan sekolah(pagi/sore)
MTs. Negeri 3 mataram
3.7 terlibat perjudian.
4 Rokok, HP, dan barang
elektronik
4.1 membawa rokok kedalam
lingkungan MTs. Negeri 3
mataram
4.2 merokok di MTs. Negeri 3
mataram
4.3 membagikan atau
mengedarkan rokok di MTs.
Negeri 3 mataram
4.4 membawa Hp ke MTs.
Negeri 3 mataram
4.5 membawa barang
elektronik tanpa izin
35*
45*
50*
30*
20*
11
12
Pelanggaran terhadap
kepala MTs. Negeri 3
Mataram, guru, dan
karyawan:
11.1 memalsukan tanda
tangan
11.2 mengancam
11.3 disertai pemukukan
dan melukai.
Apabila ada pelanggaran
yang sanksinya belum
terancam dalam sanksi
tata tertib di atas, maka
sanksi akan ditentukan
oleh rapat guru.
75
75
100
A. Tahapan Pelaksanaan Sanksi Sesuai Jumlah Poin1.2. 1-10 Teguran/Peringatan/Penugasan/Sanksi Mendidik
3. 11-30 Panggilan Orang Tua, Teguran Tertulis/ Surat PernyataanDiberikan Skor 30 Maksimal4. 31-50 Panggilan Orang Tua, Skorsing 2-1 Hari/PembinaanKhusus5. 51-80 Panggilan Orang Tua, Skorsing 3-6 Hari/ PembinaanKhusus
6. 81-100 Dikembalikan Kepada Orang Tua (Dikeluarkan)
B. Keterangan:
* Penyitaan Barang
** Mengganti/Mengembalikan Barang Ke Sekolah.
*** Pemanggilan Orang Tua
Dokumentasi Wawancara Dengan Guru BK
Ruang Bimbingan Konseling
Dokumen Dokumentasi
Bagan Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah
Bagan Bimbingan Konseling