i
PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL
MASYARAKAT SEKITAR KAWAH DIENG
MELALUI PETA RBI DAN CITRA SATELIT
SKRIPSI
Untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Dyah Rahma Pertiwi
3201410107
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 7 September 2015
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 7 September 2015
Dyah Rahma Pertiwi
NIM. 3201410107
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak
berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri (QS. Ar Ra‟du: 13).
2. Lakukan sungguh-sungguh akan indah pada waktu yang tepat.
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibu tercinta Bapak Suparno dan Ibu
Damai Wahyu Mulyaningsih yang telah
memberikan segala kasih sayang, dukungan dan doa
serta semangat yang tulus dalam menjalani hidup
ini.
2. Kakak dan Adik saya tercinta, Asih Yuni Kurniasari
dan Didik Setyo Nugroho yang telah memberi
semangat, tempat berbagi suka dan duka.
vi
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk, kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengukuran
Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
program Sarjana Pendidikan Strata-1 Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas negeri Semarang. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial.
4. Wahyu Setyaningsih ST. M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
memberikan dorongan, arahan dan bimbingan, serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs.Heri Tjahjono, M.Si dan Drs.Satyanta Parman,MT Dosen Penguji yang
telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
vii
7. Ibu Kuswati beserta staff Tata Usaha Jurusan Geografi yang telah memberikan
bantuan dan informasi dalam penyusunan skripsi.
8. Kepala Desa Sumberejo, Kepala Desa Pekasiran, Kepala Desa Kepakisan
Kecamatan Batur , Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan ijin serta
membantu pelaksanaan penelitian.
9. Kepala Pos Vulkanik Dieng yang telah membantu melaksanakan penelitian.
10. Masyarakat Desa Sumberejo,Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan yang telah
berkenan menjadi Sampel dalam penelitian.
11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu jalannya pelaksanaan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar.
Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat
memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
Semarang, September 2015
Dyah Rahma Pertiwi
viii
SARI
Pertiwi.Rahma.Dyah. 2015. Pengukuran Keceerdasan Visual-Spasial Masyarakat
Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit. Skripsi. Jurusan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :
Wahyu Setyaningsih ST.MT
Kata Kunci : Kecerdasan Visual-Spasial, Peta RBI, Citra Satelit, Dieng
Peristiwa maut yang terjadi tahun 1979 menunjukkan bahwa ancaman
gas beracun membayang-bayangi masyarakat yang tinggal di kompleks gunung
api Dieng yang mana gas beracun tersebut berasal dari kawah yang terdapat di
kaldera Dieng. Kecerdasan visual-spasial masyarakat sangat diperlukan untuk
meminimalisir bencana gas beracun, agar peristiwa yang memilukan pada tahun
1979 tersebut tidak terulang kembali. Oleh sebab itu diperlukan media
pembelajaran yang dapat membantu masyarakat untuk mengukur kecerdasan
visual-spasial masyarakat saat mengahdapi bencana gas beracun. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat (2)
Mengetahui perbandingan pemahaman masyarakat terhadap media pembelajaran
yang digunakan untuk mengukur kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng.
Penelitian dilakukan di Desa Sumberejo,Pekasiran, dan Kepakisan
Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Sampel dalam penelitian ini adalah
Kelompok Masyarakat Desa dari Desa Sumberejo, Pekasiran dan Kepakisan yang
terdiri dari kelompok Ibu-ibu PKK, kelompok Perangkat desa, serta kelompok
karang taruna. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden. 1) Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial responden dengan
kuesioner Peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 92,30. Kategori terbesar
adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%).Kecerdasan visual spasial
responden yang diukur dengan Citra Satelit ini menunjukkan nilai rata-rata
sebesar 81,66. Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden
yang termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%).Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecerdasan visual-spasial
antara Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta RBI
dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui
Citra Satelit dengan rerata 81,66.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) Bagi Responden agar
lebih memperhatikan unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya
baik secara langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun
teknologi;2) Bagi Pengamat Gunung Api Penelitian ini memberikan saran agar
pengamat gunung api memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan
kegiatan yang dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti
gas beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar
gunung api ;3) Bagi Peneliti Selanjutnya disarankan untuk penelitian selanjutnya
melakukan penelitian pada variabel lain dengan jumlah item yang lebih banyak
sehingga manfaat dan hasil penelitian menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. ii
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………… iii
PERNYATAAN ………………………………………………………………… iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi
SARI ……………………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 4
E. Batasan Istilah …………………………………………………………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik …………………………………………………….. 10
1. Kecerdasan ……………………………………………………….. 10
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan ……………………. 11
3. Kecerdasan Visual-Spasial ………………………………………… 13
4. Peta RBI …………………………………………………………… 19
5. Citra Satelit ……………………………………………………….. 24
6. Dataran Tinggi Dieng ……………………………………………… 48
7. Pentingnya Kecerdasan Visual-Spasial ……………………………. 60
x
8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng ………………………………… 62
B. Kerangka Berfikir ……………………………………………………... 66
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ……………………………………………………… 67
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………. 67
C. Populasi dan Sampel ………………………………………………….. 68
D. Variabel Penelitian ……………………………………………………. 69
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 70
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………. 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ………………………………….. 79
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ……………………………………. 79
2. Kondisi Geologi …….………………………………………………….. 85
3. Kondisi Geomorfologi …………………………………………………. 91
4. Penggunaan lahan ………………………………………………………… 99
5. Kondisi Demografi ………………………………………………………… 102
B. Hasil Penelitian 110
1. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Membaca Peta RBI dan Citra Satelit 110
2. Media Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial …………………………... 111
3. Validasi Media Pembelajaran ……………………………………………… 112
4. Gambaran Umum responden …………………………………………….... 119
5. Deskripsi data Hasil Penelitian …………………………………………… 122
C. Pembahasan ……………………………………………………….…………….. 127
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 131
B. Saran
………………………………………………………………………………
132
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird ………………………………… 31
2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos………………………………………
2.3 Karakteristik Citra Satelit GMS ……………………………………….
2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa …………………………………….
34
37
59
3.1 Populasi Penelitian …………………………………………………… 68
3.2 Sampel Penelitian ……………………………………………………. 69
3.3 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Peta
RBI ……………………………………………………………….
72
3.4 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Citra
Satelit …………………………………………………………………..
73
3.5 Kriteria Pengukuran kecerdasan Visual Spasial ………………………. 77
4.1 Penggunaan Lahan ……………………………………………………. 99
4.2 Kecamatan Batur Dalam Angka ………………………………………. 102
4.3 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas ………………………………….. 105
4.4 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas ………………………………….. 105
4.5 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Desa dan Jenjang
Pendidikan di Kecamatan Batur 2011
109
4.6 Daftar Validator Media ……………………………………………… 112
4.7 Hasil Validasi Media Peta RBI…………………………………………
4.8 Hasil Validasi Media Citra Satelit……………………………………
4.9 Responden berdasarkan umur ………………………………………….
113
114
120
4.10 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………… 120
4.11 Responden berdasarkan pekerjaan …………………………………. 121
4.12 Responden berdasarkan tingkat pendidikan …………………………. 121
4.13 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI………. 122
xiii
4.14 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI ……….. 123
4.15 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit ……. 123
4.16 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit …...... 124
4.17 Tabel Uji Normalitas ………………………………………………. 125
4.18 Mann Whitney Test ……….………………………………………… 125
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Peta Administrasi KecamatanBatur …………………………………… 81
4.2 Peta Lokasi Penelitian …………………………………………………. 83
4.3 Lokasi Kawah Timbang di Desa Sumberejo …………………………. 84
4.4 Petugas PVMBG Dieng sedang mengukur kadar gas beracun di sekitar
kawah Timbang ………………………………………………………..
84
4.5 Peta Geologi Dieng …………………………………………………….. 90
4.6 Peta Geomorfologi Dieng ……………………………………………… 98
4.7 Peta RBI sebelum divalidasi …………………………………………… 115
4.8 Citra Satelit sebelum divalidasi ………………………………………… 116
4.9 Peta RBI sesudah divalidasi ……………………………………………. 117
4.10 Citra Satelit setelah divalidasi ………………………………………… 118
4.11 Sosialisasi kepada kelompok Perangkat Desa ………………………… 119
4.12 Sosialisasi kepada kelompok Ibu-ibu PKK ………………………….. 119
4.13 Sosialisasi kepada kelompok karang taruna …………………………. 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dieng merupakan dataran tertinggi di dunia setelah Nepal, dan
merupakan dataran tinggi terluas di Pulau Jawa. Berada di ketinggian (6.802
kaki atau 2093) m dpl dan merupakan kaldera yang dikelilingi gunung-
gunung berapi pada sisi-sisinya. Dieng secara administratif terletak di
Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran tinggi Dieng
terletak pada zone pegunungan Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan
dengan daerah Karangkobar dan Sebelah timur berbatasan dengan daerah
Ungaran. Sejarah perkembangan geologinya akan bertalian dengan daerah-
daerah di sekitarnya (Daerah pada zone pegunungan Serayu Utara).
Dieng merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya. Karena
merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikategorikan sebagai gunung
api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Setiap kawah yang ada di
Dieng memiliki gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan
masyarakat. Tinggal di kawasan Dieng sangat rawan tetapi banyak
masyarakat lebih memilih tinggal di sekitar kawah dengan alasan kondisi
tanah yang subur dan dapat dijadikan lahan pertanian dengan produktifitas
tinggi serta dekat dengan objek wisata untuk menambah penghasilan.
Sementara dari segi kebencanaan lokasi tersebut sangat membahayakan bagi
masyarakat.
2
Dilihat dari segi resiko, masyarakat yang tinggal di sekitar kawah
Dieng memiliki resiko yang sangat tinggi karena rawan bencana yang
disebabkan aktifitas gunung api gerakan tanah. Resiko bahaya masyarakat
yang tinggal dekat dengan kawah yang dapat mengeluarkan gas beracun lebih
tinggi dari pada masyarakat yang tinggal jauh dari kawah. Selain itu
kurangnya sosialisasi bagi warga dan tidak memahami skala bahaya
menyebabkan mereka tetap beraktivitas seperti biasanya walaupun daerahnya
sudah ditetapkan sebagai daerah berbahaya.
Pada tahun 1979 terjadi gempa bumi hebat yang menyebabkan
Kawah Sinila meletus. Gempa ini menyebabkan rekahan memanjang hingga
mencapai Kawah Timbang sehingga menyebabkan munculnya gas CO2
dengan konsentrasi tinggi. Gempa dan letusan yang terjadi membuat warga
berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun mereka
terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang sehingga
sebanyak 149 jiwa warga desa tewas akibat keracunan gas karbondioksida
yang terlepas dan menyebar ke wilayah permukiman (Sapper tahun 1927).
Berdasarkan liputan media online Tempo Jakarta (13 Maret 2013)
aktivitas kawah Timbang menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan
dengan status Kawah Timbang waspada. Meskipun aktivitas kegempaan
kawah Timbang mengalami peningkatan namun tidak membuat warga yang
tinggal di sekitar kawah Timbang panik. Tidak semua warga bersedia untuk
dievakuasi. Masyarakat mengalami trauma karena pada tahun 1979 ketika
kawah Sinila meletus terjadi penjarahan harta benda di pemukiman penduduk
3
3
yang ditinggal mengungsi. Pusat Vulkanologi sudah memberikan peringatan
agar warga tidak beraktifitas dahulu di kawasan yang masih dianggap
berbahaya, namun sebagian warga tidak menghiraukan larangan tersebut.
Kecerdasan spasial merupakan kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Untuk
meminimalisir dampak bencana diperlukan adanya strategi/cara untuk
meningkatkan kecerdasan visual spasial di dalam Masyarakat.
Dengan adanya kecerdasan visual spasial diharapkan masyarakat
menyadari posisi tempat tinggalnya terhadap kawah-kawah yang ada di
Dieng sehingga dapat lebih waspada terhadap dampak bencana gas beracun
dan pada akhirnya mampu menurunkan resiko bencana.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat
Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait dengan
aktivitas di kawah Dieng ?
2. Bagaimana perbandingan pemahaman masyarakat terkait kecerdasan
visual spasial yang dimiliki dengan menggunakan peta RBI dan Citra
Satelit?
4
4
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban
atas permasalahan yang ada, secara operasional tujuan dari penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait aktivitas
kawah Dieng.
2. Untuk mengetahui perbandingan pemahaman masyarakat terkait
kecerdasan visual yang dimiliki, mereka paham menggunakan peta RBI
atau Citra Satelit.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi teoritis dan praktis, sehingga dapat diharapkan:
1. Secara teoritis
a) Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat Sekitar Kawah
Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit.
b) Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasisiwa yang
ingin mengetahui Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat
Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit.
5
5
2. Secara praktis
a. Dengan pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan khususnya
mengenai studi kebencanaan di Indonesia.
b. Dapat menjadi salah satu bahan perbandingan apabila penelitian yang
sama diadakan pada waktu-waktu mendatang dan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan bagi penelitian yang akan datang.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah
dalam penelitian ini, maka istilah yang terdapat dalam judul “Pengukuran
Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta
RBI dan Citra Satelit” ini perlu dijelaskan. Penjelasan istilah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kecerdasan
Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti
kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat
psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang
menyatakan bahwa tes IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia
berdasarkan perbandingan usia kronologis.
6
6
2. Konsep Visual
Visual berhubungan erat dengan mata atau penglihatan. Menurut
beberapa ahli, visual juga merupakan salah satu bagian dari aktivitas
belajar. Di mana aktivitas belajar itu sendiri terdiri dari : somatis (belajar
dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan
mendengar), intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung), dan visual (belajar dengan cara melihat, mengamati, dan
menggambarkan). Keempat aktivitas belajat tersebut harus dikuasai
supaya proses belajar dapat berlangsung secara optimal.
3. Konsep Spasial
Pengertian spasial adalah berkenaan dengan ruang atau tempat.
Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang khas dalam
kajian geografi. Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang
khas dalam kajian geografi. Pengertian ruang (space) belum banyak
yang diketahui, padahal manusia (kultur/budaya/social) sendiri hidup
dalam ruang, dan sebenarnya semua yang hidup (biotik) atau bahkan
yang matipun (abiotik) di muka bumi berada pada suatu ruang, tidak lain
dan tidak bukan ialah ruang bumi. Ruang di bumi meliputi daratan, air,
dan udara.
4. Kecerdasan Visual Spasial
Adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran tentang
tata ruang didalam pikiran. Masyarakat dengan kecerdasan visual-spasial
yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya khayalan
7
7
internal (internal imagery) sehingga cenderung imajinatif dan kreatif.
Orang dewasa dan anak anak dengan kecerdasan visual-spasial tinggi
memiliki kepekaan dalam mengobservasi dan memiliki kemampuan
untuk berpikir dalam gambar. Kemampuan ini memungkinkan untuk bisa
membayangkan bentuk bentuk geometri atau tiga dimensi dengan
mudah.
Kecerdasan visual spasial yang dimaksud adalah kemampuan
masyarakat sekitar kawah Dieng untuk memiliki kepekaan dengan
kondisi kawah yang ada di Dieng.
5. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran
adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk
mendiskripsikan suatu atribut empirik dari suatu produk atau kejadian
dengan ketentuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa di dalam makna kata “pengukuran” tersirat adanya
suatu kegiatan untuk menilai dan mengukur suatu hal secara kuantitatif
dan dapat disampaikan secara numerik dimana ada suatu tolok ukur atau
landasan yang dapat dijadikan acuan untuk memberi penilaian secara
kuantitatif.
Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengukuran kecerdasan visual spasial masayarakat yang tinggal di
8
8
sekitar kawah Dieng setelah mereka melihat peta RBI dan Citra Satelit.
Dengan media peta RBI dan Citra Satelit
6. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam
jangka waktu yang panjang dan memiliki tata aturan untuk kepentingan
bersama. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sekelompok orang yang hidup lama, bersama dan memiliki aturan
tertentu di sekitar kawah Dieng.
7. Kawah
Kawah adalah lubang yang tebentuk karena letusan gunung
merapi yg meletus ke atas. dengan sendirinya lubang kawah akan
terbentuk akibat letusan tadi, semakin besar letusan semakin besar
kawah yg terjadi. Yang dimaksud Kawah dalam penelitian ini adalah
kawah yang ada di wilayah dataran tinggi Dieng.
8. Peta RBI
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang
menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah
Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) dan diupdate secara tertib. Peta RBI dalam
penelitian ini adalah wilayah dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
9
9
9. Citra Satelit
Citra satelit adalah citra yang dihasilkan dari pemotretan
menggunakan wahana satelit. Saat ini banyak sekali satelit mengorbit di
luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya satelit militer,
satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet, dan satelit inderaja
sumber daya bumi. Yang dimaksud citra satelit dalam penelitian ini
adalah citra satelit Quickbird dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan teori
kecerdasan, bencana, kondisi masyarakat Dieng serta kondisi geologi dan
geomorfologi Gunung Dieng.
1. Kecerdasan
Kecerdasan diturunkan dari kata Inteligensi. Kata ini mempunyai arti
yang sangat abstrak. Menurut Triono (2005:53), kecerdasan adalah potensi
biopsikologi untuk memproses informasi yang dapat digerakkan dalam
suatu latar budaya untuk memecahkan masalah atau untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai dalam budaya tersebut.
Seorang psikolog dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of
Mind (Gardner, 1983) mengemukakan ada tujuh kecerdasan dasar yaitu :
Kecerdasan Bahasa, Logical-Mathematical, Intrapersonal, Interpersonal,
Musik, Visual-Spasial, Kinesthetic. Kemudian ia menambahkan kecerdasan
kedelapan serta mengenalkan teori kecerdasan majemuk. Menurut Gardner
kecerdasan lebih dihubungkan dengan kemampuan seseorang memecahkan
masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan
alamiah. Tidak ada anak yang tidak cerdas, namun kecerdasan satu orang
dengan yang lainya tidak sama.
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan
11
11
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar.
Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar selain bagi
dirinya sendiri dan juga bagi pergaulannya di masyarakat merupakan
pengertian dari kecerdasan. Melalui tingkat kecerdasan yang tinggi
seseorang akan semakin dihargai di masyarakat apabila anak mampu
berkiprah dalam menciptakan hal-hal yang baru yang bersifat fenomenal
(Yuliani Nuraini Sujiono, 2010:48).
Intelegensi adalah suatu tata kelakuan menusia yang berbagai macam
untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam merespon sesuatu yang Ia terima
dari segi berfikir dan bertindak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam
perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir.Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di
dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan
pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang
sama.
12
12
b. Faktor Minat dan Bawaan yang khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat
memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
c. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat
dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di
sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh
alam sekitarnya.
d. Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat
dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belum mampu
mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat
sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak.
Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan
faktor umum.
13
13
e. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya.Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan
saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan
kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan
kepada salah satu faktor saja.
3. Kecerdasan Visual Spasial
Visual Spasial merupakan salah satu dari kecerdasan jamak yang
berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar
didalam pikiran seseorang, atau untuk anak di mana anak berpikir dalam
bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau
menemukan jawaban.
Kecerdasan Visual Spasial adalah salah satu dari delapan kecerdasan
ganda yang dikemukakan oleh Rr Howard Gardner. Ketujuh Kecerdasan
lainnya yaitu : Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Bahasa,
Kecerdasan Gerakan, Kecerdasan Musik, Kecerdasan Interpersonal,
Kecerdasan Intrapersonal dan kecerdasan alam. Orang dengan kecerdasan
visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik mengingat
gambar. Mereka suka melukis dan membaca peta. Mereka belajar dengan
baik melalui alat bantu visual. Kecerdasan Visual Spasial memuat
kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan
14
14
antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya
untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan
untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada
orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Spatial Visual yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang-
visual secara akurat , membayangkan ruangan dan melakukan perubahan-
perubahan terhadap persepsi tersebut. Kecerdasan ini mencakup kepekaan
terhadap warna,garis, bentuk, wujud, ruang, dan hubungan–hubungan
yang ada antara unsur-unsur ini, serta menggambarkannya dalam sebuah
bentuk.
Ali (2002:139) mengemukakan bahwa Kecerdasan Visual Spasial
memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir
semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan
kecerdasan ini. Bangunan yang dirancang arsitektur, desain taman,
lukisan, rancangan busana, pahatan, bahkan benda sehari-hari yang
dipakai manusia pun adalah hasil buah kecerdasan visual spasial yang
tinggi mengesankan kreativitas. Kemampuan menciptan satu bentuk,
seperti bentuk pesawat terbang, rumah, mobil, burung, mengesankan
adanya unsur transformasi bentuk yang rumit,
Visual spasial adalah kecerdasan terhadap bentuk dan gambar, atau
kemampuan untuk memahami dunia visual secara akurat dan
menghadirkan kembali pengalaman-pengalaman visualnya. Kecerdasan ini
mencakup kemampuan untuk melihat bentuk, warna, figur, dan tektsur
15
15
dalam pikiran yang di miliki mata dan mengubahnya ke dalam tampilan
berbentuk seni (James Bellance, 2009 : 3).
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian
memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah
hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan
Visual Spasial berkaitan dengan gambar, baik itu berupa pencitraan/
gambar di benak kita, maupun gambar di dunia eksternal : foto asli dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Visual spasial
merupakan salah satu bagian dari Multiple Intelligence yang terdiri dari
sembilan jenis kecerdasan yang berhubungan erat dengan kemampuan
untuk memvisualkan gambar di pikiran seseorang, atau untuk anak dimana
anak berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan
sesuatu masalah atau menemukan jawaban.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial ini di mulai
dari penajaman sensor motorik penglihatan dan kesadaran. Mata
membedakan warna, bentuk, figur, tekstur, kedalaman ruang, dimensi ,dan
hubungan. Saat kecerdasan berkembang koordinasi mata- tangan dan otot
yang mengontrolnya individu yang bersangkutan dapat menghadirkan
kembali figur dan warna berbagai media. Pelukis, pemahat, arsitek,
kartografer (juru peta), juru gambar, ahli pertamanan, dan disainer grafik
mampu memindahkan gambaran yang ada di pikirannya menjadi obyek
ciptaan baru atau obyek lama yang di perbaharui. Dengan cara ini visual
yang di tangkap digabung dengan pengetahuan, pengalaman, emosi dan
16
16
gambaran yang telah ada sebelumnya untuk menciptakan visi baru bagi
pengetahuan dan pemahaman selanjutnya.
Kecerdasan visual spasial merupakan salah satu aspek dari kognisi.
Kecerdasan visual spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi
persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi
sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta
rotasi mental. Dalam kecerdasan visual-spasial diperlukan adanya
pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris,
menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan lain dalam
transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman tersebut juga
diperlukan dalam memahami peta RBI dan Citra Satelit. Pada anak usia
sekolah kecerdasan visual spasial erat kaitannya dengan aspek kognitif
secara umum.
Orang dengan Kecerdasan Visual Spasial yang berkembang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Belajar dengan cara melihat dan mengamati. Mengenali wajah, objek,
bentuk dan warna.
Dalam hal ini masyarakat diajak untuk melihat Peta Kawasan
Pemukiman Sekitar Dieng (Map Face). Kemudian mengamati
kenampakan alam yang ada di Dieng sesuai dengan simbol yang
berbeda.
17
17
b. Mampu mengenali lokasi dan mencari jalan keluar
Melalui Peta Tematik, misalkan Peta Wisata Jalur Dieng ,
masyarakat dapat mengenali lokasi satu tempat dengan tempat lain
kemudian masyarakat dapat mencari jalan alternatif lain untuk dapat
sampai ke tempat sama.
c. Mengamati dan membentuk gambaran mental, berpikir dengan
menggunakan gambaran, menggunakan gambar untuk proses
mengingat.
Melalui peta Tematik, misalkan Kawasan Pemukiman Sekitar
Dieng masyarakat dapat mengingat di mana lokasi mereka berada,
mereka juga mengingat apa saja yang ada di sekitar pemukiman
mereka, misal mengenali lahan pertanian, jarak tempat tinggal dengan
kawah, selain itu, Secara cepat dapat menemukan lokasi yang dituju.
d. Mudah membaca peta, grafik dan diagram
Orang dengan kecerdasan spasial yang meningkat dapat
dibuktikan dengan membaca peta sesuai dengan informasi peta, dapat
membaca grafik dan diagram sesuai dengan keterangan.
e. Suka menyusun permainan tiga dimensi, Mampu mampu secara mental
mengubah bentuk objek.
Orang yang cerdas, mereka akan bisa menggambar sesuatu yang
mereka lihat dengan jelas. Seperti ketika menggambar kursi, mereka
akan menggambar dalam bentuk dua dimensi atau justru menggambar
dalam bentuk tiga dimensi.Anda mungkin belum pernah melihat kursi
18
18
dari atas, namun tanpa anda sadari mereka bisa menggambar dalam
bentuk tiga dimensi.
f. Mempunyai imajinasi yang baik.
Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial tinggi, biasanya
disertai daya imajinatif cepat dan tepat. Ia dengan cepat menerjemahkan
ketidakaturan benda-benda di sekitarnya dalam dan melalui pikirannya
menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Ia mampu mengeluarkan hasil
olah pikirnya dalam bentuk gambar, diagram, lukisan. Misalnya, walau
hanya dalam pikirannya, ketika melihat hamparan padang rumput dan
pohon-pohon di lereng gunung-gunung, melalui imajinasinya, ia akan
menggeser gunung, pohon, sungai tersebut ke tempat lain, yang
menurut pikiranya lebih tepat dan indah. Bahkan ketika melihat
ketidakaturan di terminal dan pasar, walau hanya dalam pikiran, ia
dapat merubahnya menjadi lebih baik. Walau ia pahami bahwa dirinya
dalam ruang dan waktu, namun ia karena imajinasi spasialnya
menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan pusat dari
tata surya.
g. Mampu memperkirakan jarak
Jika berlari misalnya ia bisa mengantisipasi diri dengan ruang
sehingga tidak menabrak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan mampu
memperkirakan jarak adalah berapa km jarak antara rumah penduduk
dengan objek yang ada di sekitar rumah penduduk, misalnya masjid
atau sekolah.
19
19
h. Mampu melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda.
Melalui Peta Tematik masyarakat dapat mengidentifikasi
keterangan yang ada di dalam peta. Misal wilayah perairan
disimbolkan dengan warna biru, contoh Danau di dalam peta
disimbolkan dengan simbol area menggunakan warna biru, tapi
berbeda dengan wilayah sungai disimbolkan dengan warna biru
berbentuk garis.
i. Mampu menciptakan representasi visual yang nyata dari suatu
informasi.
Masyarakat dapat memahami kenampakan alam yang ada di
sekitar mereka. Mereka memahami di mana letak tempat tinggal
mereka, lahan pertanian, kawah-kawah, sungai, telaga dan
pegunungan.
4. Peta RBI
a. Pengertian Peta
Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau
buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan
bumi yang digambarkan pada suatu bidang d atar dengan skala
tertentu. (PP Republik Indoneisa Nomor 8 Tahun 2013)
Peta menurut ICA (International Cartographic Association)
adalah gambaran atau representasi unsur -unsur kenampakan abstrak
yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan per
mukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
20
20
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Peta
juga dapat berarti gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,
digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Aryono
Prihandito, 1988).
Beberapa jenis peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2
(dua) yaitu :
1. Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur
atau elemen di permukaan bumi yang dipresentasikan sebagai
sumber informasi yang tersedia, sejauh skala yang memungkinkan,
tanpa mempertimbangkan fenomena khusus yang identik aktivitas
manusia atau fenomena fisik tertentu yaitu yang menetukan kondisi
iklim atau faktor. Peta Rupa Bumi adalah peta topografi yang
menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di
wilayah NKRI
Peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia
(kota , jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau,
gunung, dan sebagainya) pada bidang datar dengan skala dan
proyeksi tertentu. Peta Rupa Bumi dalam istilah asingnya sering
disebut sebagai Topographic Map.
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang
menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di
21
21
wilayah Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional.
2. Peta Tematik
Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan
tertentu ( land status, penduduk, transportasi ) dengan menggunakan
peta rupa bumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk
meletakkan informasi tematiknya.
Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta
Rupa Bumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
nasional (BAKOSURTANAL) yang sekarang menjadi Badan
Informasi Geospasial (BIG). Selain itu BIG juga menyediakan
penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau
peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik.
Ada beberapa klasifikasi yang lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan Skala :
1) Besar : 1 :500 sampai dengan 1: 10.000
2) Sedang : 1: 25.000 sampai denga 1; 250.000
3) Kecil : 1: 500.000 samapai dengan 1 : 5.000.000
b. Tujuan :
1) Perencanaaan
2) Tata ruang
22
22
c. Jenis
1) Peta Garis
2) Peta Foto
b. Fungsi Peta
Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan menggunakan peta
seseorang dapat menentukan lokasi yang diinginkan meskipun
seseorang tersebut belum pernah mengunjungi tempat tersebut.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di
permukaan bumi.
3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,
negara, gunung, sungai, dan bentuk lainnya.
4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui
kondisi daerah yang akan diteliti.
5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah .
6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena
fenomena (gejala-gejala geografi di permukaan bumi)
23
23
Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan
menjadi 7 tema, yaitu: Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat
dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
a. Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah,
pemukiman dan sebagainya
b. Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau,
garis pantai dan sebagainya
c. Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
d. Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan
budaya lainnya
e. Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel
transmisi dan jembatan
f. Tema 6 : Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten,
kecamatan dan desa
g. Tema 7 : Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama
selat, nama gunung dan sebagainya
Berikut adalah indeks, data ketersediaan, dan tahun pembuatan
peta RBI dalam skala 1:250.000, 1:50.000, 1: 25.000, dan 1:10.000.
(Sumber: Badan Informasi Geospasial)
c. Manfaat Peta Rupa Bumi
Peta Rupabumi atau yang sering dikenal dengan Peta RBI
memiliki berbagai macam-macam kegunaan dari masing-masing
atributnya, diantaranya:
24
24
1. Data Kontur, dapat digunakan untuk menunjukkan kenampakan
suatu relief di suatu permukaan bumi seperti gunung, bukit, lereng
atas, lereng kaki, lereng bawah, dataran, dan lembah (morphology).
Dengan sedikit sentuhan SRTM 30 m, maka akan semakin mudah
dalam interpretasi.
2. Data tutupan lahan, menunjukkan jenis tutupan lahan secara
keruangan (spasial) pada lokasi tertentu.
3. Data sungai, dapat digunakan untuk asosiasi dalam interpretasi Peta
Satuan Geomorfologi.
4. Transportasi dan Utilitas, digunakan untuk keperluan sarana
prasarana dan pengembangan wilayah.
5. Batas Admin, menunjukan batas secara administrasi suatu daerah.
6. Toponimi, menunjukkan keterangan mengenai latar belakang
penamaan suatu fenomena geosfer, contoh: Pulau Komodo, (dasar
penamaan karena pulau tersebut habitat hewan komodo).
5. Citra Satelit
a. Pengertian Citra Satelit
Citra satelit merupakan citra yang dihasilkan dari pemotretan
menggunakan wahana satelit. Kini sudah banyak satelit mengorbit di
luar angkasa dengan fungsinya yang beragammisalnya satelit militer,
satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja
25
25
sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja
sistem satelit lebih maju dibandingkan sistem air-borne (foto udara).
Pada mulanya, citra satelit merupakan gabungan dari foto-foto
dan koordinat satelit. Perangkat lunak khusus digunakan untuk
memperhitungkan setiap sisi foto-foto tersebut. Secara umum, citra
satelit yang memiliki resolusi tinggi memungkinkan perhitungan yang
lebih akurat. Namun terdapat ribuan foto-foto dan permukaan bumi
bukanlah sebuah lingkaran elipsoid yang sempurna. Penyedia citra
satelit tidak dapat memeriksa akurasi dari setiap foto, sehingga
koordinat dapat bergeser dari posisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah
mengapa citra satelit dapat bergeser 1-2 meter bahkan terkadang hingga
ratusan meter. Pada wilayah pegunungan atau perbukitan, citra satelit
seringkali memiliki distorsi yang tidak linear.
b. Jenis-jenis Citra Satelit
Berikut ini merupakan contoh karakteristik satelit inderaja yang
khusus mengindera ke bumi untuk maksud-maksud pengelolaan sumber
daya bumi.
1. LANDSAT
Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program
observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1
yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982,
Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM.
Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.
26
26
Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun
sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1
Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang
mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7.
Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi
dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak
(visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah
menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai
resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x
185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan
untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16
hari, pada ketinggian orbit 705 km.
Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan
membawa intrumen ETM (Enchnced Thamatic Mapper) yang
menyajikan delapan sailorman multispektral scanning radiometer.
Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner.
Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi.
Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini,
manfaatnya adalah untuk pemetaan penutupan lahan,pemetaan
penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut
dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat
memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah
menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi
27
27
yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal diperlukan
untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti
variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi.
2. Citra Satelit SPOT ( Satelite Pour I” Observation de la Terre )
SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra
secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa.
Sistem satelit SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun
pengontrol denga cangkupan kepentingan yaitu, kontrol dan
pemograman satelit, produksi citra, dan distribusinya.
SPOT yang merupakan singkatan dari Satellite Pour l’Observtion
de la Terre dijalankan oleh Spot Image yang terletak di Prancis. Sistem
ini dibentuk olen CNES (Biro Luar Ankgasa milik Prancis) pada tahun
1978.
Tujuan dibentuk SPOT adalah;
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengelolaan kebumian
melalui eksplorasi sumber daya bumi.
2. Mendeteksi dan meramalkan fenomena-fenomena klimatologi dan
oseanografi
3. Mengawasi aktivitas manusia dan fenomena alam.
28
28
Orbit SPOT
Orbit SPOT adalah orbit polar, circular, sun syncrhonous dan
berfase. Sudut inklinasi dari bidang orbitalnya dikombinasikan dengan
rotasi bumi di seputaran poros kutub sehingga satelitnya dapat
berpindah ke tiap titik di permukaan bumi dalam 26 hari.
Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air
laut dengan inklinasi 98,7o dan bervelosi sejumah 14 kali per hari.
Jenis Satelit SPOT
SPOT 1 diluncurkan pada 22 Februari 1986 dengan dilenkapi
sistem pencitraan 10 pankromatik dan kemampuan resolusi gambar
multispektral pada tingkat 20 meter. Ditinggalkan Satelit jenis ini
mulai ditingglakan pada 31 Desember 1990 karena diluncurkannya
satelit SPOT jenis baru.
SPOT 2 diluncurkan pada 22 Januari 1990 dan masih tetap
digunakan.
SPOT 3 diluncurkan pada 26 September 1993. Berhenti
difungsikan pada 14 November 1997.
SPOT 4 diluncurkan pada 24 Maret 1998. Memiliki kemajuan
yang cukup besar dari satelit sebelumnya , SPOT - 1 ,2,dan 3.
Perubahan yang utama adalah modifikasi dari HRV (High Resolution
Visible) menjadi High Resolution Visible and Infrared Instrument
(HRVIR). Sehingga memiliki kemampuan tambahan dalam
29
29
mendeteksi gelombang tengah inframerah (1.58 – 1.75 microm) untuk
keperluan survei geologi, survei vegetasi dan survei tutupan salju.
SPOT 5 diluncurkan pada 4 Mei 2002 dengan kemampuan
resolusi tinggi yang berkisar pada level 2,5 meter , 5 meter, dan 10
meter. Sistem satelit obserbasi SPOT – 5 berhasilkan diluncurkan oleh
Ariane 4 dari Guaina Spaace Centre di Kouro pada tengah malam 3-4
Mei 2002 dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan pelayanan
terhadap kebutuhan informasi pencitraan dan untuk meningkatkan
kualitas data dan citra melalui tindakan antisipatif terhadap kebutuhan
pasar. Dibandingkan dengan satelit obeservasi sebelumnya, SPOT – 5
memberikan perubahan kemajuan yang besar yang memberikan solusi
citra dengan biaya yang efektif. Resolusi pada sistem satelit obeservasi
ini meningkat hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang
lebar (wide imagin swath), dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x
120 km dalam insturmen mode kembar. SPOT -5 memberikan
perpaduan yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga jarak
pandang yang luas.
SPOT – 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal
yang berosolusi tinggi, High Resolution Geometric (HRG) yang
menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu resolusi hingga
kisaran 2,5 – 5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi hingga
kisaran 10 meter pada multispectral mode.
30
30
SPOT – 5 juga memiliki instrumen pencitraan HRS (High
Resolution Stereoscopic), yaitu kemampuan untuk menangkap citra
stereopair secara serentak untuk keperluan citra relief peta. Instrumen
ini dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi
dengan 2 kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang
satelit. Kemampuan instrumen HRS ini sangat menguntungkan karena
dapat mencitra area yang luas hanya dalam satu pencitraan. Pasangan
stereo yang didapat dapat digunakan dalam berbagai aplikasi 3D
terrain modeling dan Computer Environments seperti Flight Simulator
Databases, Pipeline Corridors, dan Mobile Phone Network Planning.
Citra satelit SPOT – 5 baik digunakan baik dalam keperluan
pembuatan peta berksala sedang (1:25.000 dan 1: 10.000),
perencanaan desa dan kota, eksplorasi minyak dan gas, dan
manajemen bencana alam.
Karakteristik
SPOT – 5 tetap menggunakan beberapa karakteristik yang digunakan
oleh pendahulunya, yaitu :
a. Memiliki orbit circular , polar, sun synchronous, dan berfase.
b. Instrumen medan pandang (FOV) dengan lebar petak 60 x 2 km
sepanjang lintasan satelit.
c. Memiliki kemampuan pandang lateral (bercabang) dan oblique
(miring), dengan sudut ± 27oterhadap bidang vertikal.
31
31
3. Citra Satelit QUICKBIRD
QUICKBIRD merupakan salah satu satelit sumber daya milik
kerja sama Amerika Serikat dan Hitachi Jepang, yang diluncurkan
pada tanggal 18 Oktober 2001. Satelit ini mempunyai resolusi spasial
yang sangat tinggi ( 0,65 m).Satelit lain yang mempunyai kemampuan
setara dengan QUICKBIRD adalah IKONOS ( milik Amerika ).
Karakteristik dari satelit QUICKBIRD sebagai berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird
Data Teknis Satelit Quickbird
Tanggal peluncuran 18 Oktober 2001 di Vabdeberg Air
Force Base, California, USA
Data Orbit :
Orbit 97,2 ᵒ , sun synchronous
Ketinggian 450 km
Kecepatan pada orbit 7,1 km/detik
Kecepatan di atas bumi 6,8 km/detik
Waktu orbit mengelilingi bumi 93,5 menit
Resolusi Spasial :
Resolusi pada nadir 0,61 m Pankromatik : 2,44 m MS
Resolusi 26ᵒ off-nadir 0,72 m Pankromatik ; 2,88 m MS
Resolusi Temporal : 1 s/d 3,5 hari pada lintang 30 ᵒ
Resolusi Spektral
Pankromatik : 0,45-0,90 µ m
Band 1 ( blue ) : 0,45-0,52 µ m
Band 2 ( green ) : 0,52-0,60 µ m
Band 3 ( red ) : 0,63-0,69 µ m
Band 4 ( VNIR ) : 0,76-0,90 µ m
Luas liputan ( scane ) ( 16,5 x 16,5 ) km pada nadir
Sumber : Jurnal Rekayasa LPPM Itenas | No. 3| Vol. XIV
Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan
satelit memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan,
wilayah saluran spektral yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan
32
32
yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array CCD-biasa
disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun
linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Jangkauan
liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20
km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km
di atas Bumi.
Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral
pada empat saluran spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat
atau B, H, M, dan IMD), serta pankromatik (PAN) yang beroperasi di
wilayah gelombang tampak mata dan perluasannya. Semua saluran
pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu menghasilkan
resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran
multispektral.
4. Citra Satelit IKONOS
Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang
ditempatkan di ruang angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging,
sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit
komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3
(OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian
Space).
Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan
pengumpulan data secara regular dilakukan sejak Maret 2000.
33
33
Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di samping
mempunyai kemampuan merekam citra multispetral pada resolusi 4
meter, Ikonos dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter
pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada
citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1 meter, citra Ikonos
diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.
Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan
dapat secara simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral.
Ikonos mengrimkan resolusi spasial tertinggi sejauh yang dicapai oleh
sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga
mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space
Imaging, 2004).
Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui.
Pemilik berharap bahwa penggunaan lapangan dapat dibayar untuk
harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada masa mendatang, 50%
data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari
angkasa (kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto
udara yang masih ada). Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra
seluruh kota-kota utama Amerika Serikat. Sampai saat ini pemetaan
dan monitoring perkotaan dari angkasa (tidak hanya di Amerika)
hanya mungkin pada skala terbatas.
34
34
Tabel 2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos
Kanal
(Sensor)
Panjang
Gelombang ( µm)
Resolusi
Spasial ( m)
Karakteristik
( biru ) 0,45-0,53 4 Penetrasi maksimum pada
air berguna untuk
pemetaan batimetri
perairan dangkal.
( hijau ) 0,52-0,61 4 Berfungsi untuk
mengindera puncak
pemantulan vegetasi.
( merah ) 0,64-0,72 4 Berfungsi untuk
membedakan absorbsi
klorofil dan tipe vegetasi
( infra merah) 0,77-0,88 4 Untuk menentukan
kandungan biomas, tipe
vegetasi, pemetaan garis
pantai
(pankromatik) 0,45-0,90 1 Bermanfaat untuk
identifikasi obyek lebih
detail
Sumber : Jurnal Ilmiah WIDYA Nomor 2 Volume 1
5. Citra Satelit ALOS
Satelit Inderaja ALOS adalah milik Jepang , diluncurkan pada tahun
2006. Satelit ini membawa 3 sensor masing-masing adalah :
PRISM ( Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo
Mapping). Sensor bekerja pada daerah pankromatik ( 0,52-0,77µm) resolusi
spasial 2,5 m. PRISM menggunakan 3 sensor identik untuk pencitraan yang
menghasilkan citra 3 dimensi, masing-masing mengarah miring ke depan
lurus ke bawah dan miring ke belakang.
AVNIR-2 ( Advanced Visible and Near Infrared Radiometer tipe-2).
AVNIR tipe 2 menggunakan saluran visible dan inframerah dekat yang
35
35
memiliki kemampuan mengamati lahan dengan resolusi 10 m pada saluran
biru ( 0,42-0,5 µm), saluran hijau ( 0,52-0,6µm), saluran merah ( 0,61-
0,64µm) dan saluran inframerah dekat ( 0,76-0,89µm).
PALSAR ( Phased Array type I-band Synthetic Aperture Radar).
PALSAR adalah sensor gelombang mikro ( aktif ) yang mengamati lahan
siang dan malam. Sensor ini menggunakan resolusi 10 m hingga 100m.
Kelebihan sensor ini mampu menembus awan dan hujan.
6. Citra Satelit RADAR
Radar merupakan kepanjangan dari Radio Detection and
Ranging, artinya instrument radar mampu mendeteksi obyek
menggunakan band/saluran pada daerah gelombang mikro dan
mengukur jarak antara obyek dengan sumber tenaga. Daerah yang
diindera pada umumnya berada di sebelah kanan dan kiri garis
lintasan satelit. Wahana dilengkapi dengan sumber tenaga, antenna
pemancar untuk mengarahkan sumber tenaga ke arah obyek yang
diindera dan antenna penerima untuk menerima tenaga yang
dihamburkan balik kea rah wahana. Selanjutnya sinyal yang diterima
diolah sehingga akhirnya dapat dikirimkan ke stasiun bumi penerima
di bumi.
Radar merupakan contoh inderaja sistem aktif, karena
menggunakan tenaga elektromagnetik buatan. Keunggulannya adalah
gelombang radar ini dapat menembus awan, sehingga tidak tergantung
cuaca dan waktu. Oleh karena itu citra radar sangat baik digunakan
36
36
pada daerah yang selalu tertutupi awan atau kabut asap, juga dapat
digunakan untuk membuat DEM ( Digital Elevation Model ).
7. Citra Satelit NOAA
Satelit ini milik AS yang ditujukan untuk pengamatan cuaca di
atmosfer dan lingkungan bumi secara umum. Di Indonesia satelit
NOAA selain digunakan untuk monitoring cuaca, juga banyak
digunakan untuk monitoring kebakaran hutan. Resolusi spasialnya
1km x 1km cakupan daerah yang terliput sangat luas dan resolusi
spasial dapat diatur menjadi 5km x 5km atau lebih.
Karakteristik Data Satelit NOAA Series
a. Sensor : AVHRR ( Advanced Very High Resolution
Radiometer)
b. Ketinggian : 870 km
c. Resolusi spasial : 1100 meter
d. Cakupan : 2800 km
e. Resolusi temporal : 4 Kali ( 2 kali siang, 2 kali malam)/hari
f. Spektral : 5 band
Band/saluran 1 : 0,58-0,68 µm
Band/saluran 2 : 0,725-1,10 µm
Band/saluran 3 : 1,60-1,80 µm
Band/saluran 4 : 3,55-3,93 µm
Band/saluran 5 : 10,3-11,3 µm
37
37
8. Citra Satelit GMS (GeoMeterogical Satelite)
Satelit milik Jepang ini berfungsi untuk melakuakan
pengamatan di bidang meteorology. Satelit tersebut mengorbit pada
lintasan geostasioner yaitu mengamati suatu wilayah secara tetap
sehingga setiap kali merekam, dapat menghasilkan rekaman gambar
hampir separuh bumi. Pusat-pusat badai dan gerakan badai dapat
dimonitor dan bahkan prediksi penyebarannya juga dapat
diperkirakan, sehingga baik sekali digunakan untuk mitigasi bencana.
Adapun karakteristik dari Citra Satelit GMS seperti pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Karakteristik Citra satelit GMS
Spektrum radiasi Satelit GMS-5 (µm)
Visible ( VIS)
Resolution ; quantization
0,50-0,75 µm
1,25 km; 6 bit
Thermal Infrared 1 ( TIR 1)
Resolution ; quantization
10,5-11,5 µm
5 km; 8 bit
Thermal Infrared 2 ( TIR 2 )
Resolution ; quantization
11,5-12,5 µm
5 km; 8bit
Infrared 3 ( water vapor )
Resolution ; quantization
6,5-7,0 µm
5 km;8bit
Sumber : LAPAN
c. Intrepretasi Citra
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan
bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut
deskripsinya.interpretasi citra dan fotogrametri berhubungan erat,
38
38
meskipun keduanya tidak sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan
dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan
manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang
bersangkutan (Glossary of the Mapping Science, 1994).
Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) menyebutkan
8 unsur interpretasi yang di gunakan secara konvergen untuk dapat
mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut
ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan
asosiasi. Diantara ke delapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal
yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam
memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini dapat di
kelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam piramida unsur-unsur
interpretasi. Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer
yang dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk,
dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan pola,
yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi
obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat situs dan asosiasi,
yang merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi
faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus paling sulit untuk
dideskripsikan.
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan
bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya.
Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat
39
39
pula secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan
interpretasi fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto,
melainkan citra non foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan
interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non
foto, karena banyak produk tercetak citra non foto di masa lalu (bahkan
sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak di
atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat
dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non
foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil
cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang
hingga ukuran karto). Istilah Interpretasi fotografik juga diberikan pada
berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non foto, karena prinsip-
prinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari prinsip-
prinsip interpretasi foto udara.
d. Unsur-unsur Interpretasi Citra
1) Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan
atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik
merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh
spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum
dengan panjang gelombang (0,4-0,7) μm. Berkaitan dengan
penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi
rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
40
40
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya
memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4–0,5) μm,
(0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm.
Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat
kegelapan, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih
beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah,
kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara
pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata
manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan
ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna
lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam
putih. Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu
pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit
lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat
dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.
Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra
multispektral.
Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap
obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya.
Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis
41
41
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan,
barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah
sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.
2) Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan
konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan
atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya saja. Bentuk, ukuran, dan tekstur
dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi
kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan
termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona
dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan
tekstur yang langsung dapat dikenali berdasarkan rona,
dikelompokkan sekunder kerumitannya.
Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk,
yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,
sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih
rinci. Contoh shape atau bentuk luar:
a. Bentuk bumi bulat
b. Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.
Contoh form atau bentuk rinci: Pada bumi yang bentuknya bulat
terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti
gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.
42
42
c. Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk
(rinci) negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat
berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah
kita berupa himpunan pulau-pulau. Baik bentuk luar maupun
bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang
penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memeudahkan
pengenalan obyek pada citra. Contoh pengenalan obyek
berdasarkan bentuk.
d. Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau
berbentuk empat segi panjang.
e. Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus
berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu
f. Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial
seperti segi tiga yang alasnya cembung.
g. Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal
bila pengikisannya telah berlangsung lanjut.
h. Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai
bagian rendah yang berbentuk tapal kuda.
3) Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala,
maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra
43
43
harus selalu diingat skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarka
ukuran:
- Ukuran Rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,
kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil
bila dibanding dengan kantor atau industri.
- Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,
lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi
lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis.
- Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga
ditentukan oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir
berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya,
dan diameter batang pohon.
4) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand
dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu
kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975).
Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:
a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur
halus.
b. Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan
tanaman pekarangan bertekstur kasar
c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
44
44
5) Pola
Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat
kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari
tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur
interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang
menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa
obyek alamiah. Contoh:
a) Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis
batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran
yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan
jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada
umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan
endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis.
b) Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap ke jalan.
c) Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah
dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
45
45
6) Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah
bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-
kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering
merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang
justru lebih tampak dari bayangannya.
Contoh:
a) Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang
tinggi lebih tampak dari bayangannya.
b) Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan
tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari
bayangannya.
c) Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
7) Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam
kerumitan yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan
merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya
dengan lingkungan sekitarnya. Situs dalam Jurnal Geologi blok
geologis diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:
a) Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan
Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)
46
46
menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap
wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap
parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu
daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang
banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk
geomorfologi.
b) Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975),
seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang
kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van
Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek
atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi
yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:
a) beda tinggi,
b) kecuraman lereng,
c) keterbukaan terhadap sinar,
d) keterbukaan terhadap angin, dan
e) ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun
proses atau perujudan lainnya. Contoh:
1) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.
Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa
47
47
sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya
bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang
tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.
2) Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi
menghendaki pengaturan air yang baik.
3) Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting
pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.
8) Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang
satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu
obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.
Contoh:
a) Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi
panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan
sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada
bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi
dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan
lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:
5.000 atau lebih besar.
b) Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
48
48
c) Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang
relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga
ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada
umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah
raga di dekatnya.
9) Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali obyek pada foto udara atau citra lainnya,
dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi
citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin.
Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan,
semakin menyempit lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Inilah
yang dimaksud dengan konvergensi (converging eveidence/
convergence of evidence), atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik
simpul.
Sebagai contoh misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan
yang tajuknya berbentuk bintang. Pohon tersebut jelas berupa pohon
palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas.
6. Dataran Tinggi Dieng
a. Kondisi Fisiografi
Secara geografis Dataran Tinggi Dieng terletak pada ketinggian
2.093 m dpl, diantara 7°11‟00‟‟ LS - 7°14‟00” LS dan 109°51‟00” BT -
109°54‟30” BT. Sementara secara administratif, komples ini masuk ke
49
49
dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Provinsi Jawa
Tengah.
Ahli gunung api Neuman van Padang menyebutkan, Dataran
Tinggi Dieng adalah puing yang terdiri dari beberapa kerucut setinggi
100-300 m, berderet sepanjang 14 km dengan lebar 6 km. Lajur gunung
api ini memanjang ke barat daya-tenggara, kelanjutan dari deretan
Gunung Sumbing-Sundoro. Sementara menurut van Bemmelen, dataran
Tinggi Dieng itu merupakan kelompok gunung api Kuarter yang secara
fisiografis merupakan bagian Pegunungan Serayu Utara. Pegunungan ini
terletak pada zona lemah serta merupakan sayap bagian utara dari jalur
geantiklin Jawa dengan arah timur-barat, memanjang ke barat, dari dieng
ke Gunung Slamet.
Menurut sejarah, Dataran Tinggi Dieng dulunya merupakan daerah
kepundan gunung berapi yang sangat luas yang kemudian berubah
menjadi rawa-rawa dan danau yang pada akhirnya berubah menjadi
dataran. Proses terbentuknya Dataran Tinggi Dieng, terjadi pada akhir
pleistosen atas Gunung Dieng lama mengalami gravitational collaps yang
menyebabkan terbentuknya struktur Baranchos yaitu struktur yang
membentuk kaldera Dieng. Setelah terbentuknya kaldera Dieng, aktivitas
vulkanisme berlanjut dengan aktivitas pusat kerucut tengah yang terdiri
dari dua buah gunung, yaitu Gunung Pangonan dengan Kawah Pager
Kandeng dan Gunung Pamonan di selatan dengan dua kawah, yaitu
Sibanteng dan Telaga Merdada (Wahyudi, 2010).
50
50
Fisiografi Dataran Tinggi Dieng berada pada jalur pegunungan
Zone Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan unit Karangkobar
dan sebelah timur berbatasan dengan kompleks vulkan Ungaran. Beberapa
vulkan yang berada pada jalur ini meliputi Vulkan Ungaran (2.050 m),
Komplek Dieng G. Perahu (2.565 m), Rogojembangan (2.177 m) dan
Vulkan Slamet (3.428 m). Jalur Prupuk-Bumiayu-Ajibarang merupakan
batas antara pegunungan Zone Serayu Utara dengan Zone Bogor di Jawa
Barat.
Diantara pegunungan Serayu Utara dan pegunungan Serayu Selatan
terdapat depresi memanjang disebut Zone Serayu, meliputi daerah
Majenang, Ajibarang, Purwokerto, Banjarnegara, dan Wonosobo. Lebar
Zone Serayu mencapai 15 km berada antara Purwokerto dan
Banjarnegara. Di sebelah timur Wonosobo melebar, tetapi di tempat
tersebut sebagian besar terisi oleh kerucut besar vulkan muda yaitu
Gunung Sindoro (3.155 m) dan Gunung Sumbing (3.371 m) akibat adanya
erosi.
Beberapa ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang
terbentuknya plato Dieng. Namun pada dasarnya terbentuknya plato
Dieng mengarah pada dua teori utama yaitu :
a. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan kaldera besar dan vulkan
raksasa tua, yang sekarang tinggal dinding-dinding tepinya (berupa G.
Perahu, G. Nagasari, G. Bismo, G. Sidele, G. Seroja dan G. Kunir).
51
51
Kemudian di dasar kaldera tumbuh formasi vulkan-vulkan muda
seperti G. Pangonan, G. Pakuwojo dan G. Sipandu.
b. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan suatu kaldera tetapi merupakan
suatu tempat yang dikelilingi oleh kerucut-kerucut vulkan (Vulkan
Perahu, Bismo, Nagasari, Seroja, dan sebagainya). Tempat-tempat
yang dikelilingi vulkan-vulkan dan bentuk-bentuk cekungan ini
kemudian menjadi danau yang terisi oleh endapan lumpur, abu
vulkanik hasil erosi dan erupsi. Ketika aliran Kali Tulis berhasil
mengikis lava beku yang menghalangi, maka tempat tadi menjadi
daratan datar ( kecuali sisa danau yaitu telaga Balekambang yang
masih berair dan dikelilingi oleh tanah gambut).
Kompleks Dataran Tinggi Dieng memiliki tiga dataran yang cukup
luas yaitu :
1. Dataran dengan ketinggian sekitar 2.000 mdpl yang dikelilingi
oleh Gunung Prahu (2.565 mdpl) berada di sebelah timur, Gunung
Jurang Grawah (2.245 mdpl) berada di sebelah selatan, Gunung
Sipandu (2.245 mdpl) dan Gunung Pangonan (2.308 mdpl) di
sebelah barat.
2. Dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1.950 mdpl terletak di
sebelah barat dataran tinggi kesatu, dikelilingi Gunung Nagasari
(2.154 mdpl), Gunung Pengamunamun (2.175 mdpl) dan Gunung
Gajah Mungkur (2.101 mdpl).
52
52
3. Dataran tinggi berketinggian sekitar 1.650 mdpl ) yang terletak
paling barat dari ketiga dataran tinggi tersebut.
b. Secara Geomorfologi
Secara Geomorfologi kawasan Dieng dan sekitarnya dibedakan
menjadi dua unit yaitu kawasan pegunungan dan kawasan plato.
1. Kawasan Pegunungan (The Mountain Area)
Kawasan ini hampir seluruhnya terdiri dari daerah pegunungan
kecuali bagian tengah sebelah barat. Fenomena vulkan yang
mengelilingi antara lain G. Seroja, G. Kunir, G. Prambanan, G.
Perahu, G. Patakbanteng, G. Jurangrawah, G. Blumbang, G. Kendil,
dan dibatasi oleh kerucut Bisma dan Nagasari. Komplek gunung
tersebut disebut vulkan strato yang mempunyai kawah terbuka baik
tunggal maupun dobel. Sebagian ada yang kawahnya tertutup dan
terisi oleh lava, seperti G. Kendil, G. Prambanan, dan G. Kunir.
Gunung Perahu tidak memiliki karakter berbentuk sumur tetapi
memiliki dua buah kawah tua berbentuk tapal kuda dan kawah yang
masih muda berbentuk lingkaran. Gunung Pakuwaja juga memiliki
kawah kembar, keduanya berbentuk lingkaran dan punggung lava
mempunyai ketinggian 20 m yang terletak diantara kedua lava
tersebut.
53
53
2. Kawasan Plato (The Plateaus Area)
Di kawasan Dieng ini terdapat tiga buah plato yaitu Plato
Dieng, Batur, dan Sidongkal.
a. Plato Dieng yang berada di ketinggian 2000 m di atas permukaan
laut. Dibatasi oleh G. Perahu di sebelah utara, G. Pakuwaja, G.
Kendil, dan G. Pangonan serta G. Sepandu yang mengelilinginya.
Luas plato Dieng 2 x 2,5 km memiliki banyak telaga diantaranya
Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Lumut, dan Telaga
Balekambang. Telaga Warna dan Telaga Pangilon merupakan
kumpulan air yang dipisahkan oleh igir yang dibentuk oleh lava
dari G. Kendil; jadi bukan berupa kawah yang masing-masing
terpisah dan kemudian terisi air. Keduanya terbentuk karena
terbendungnya kali Tulis oleh aliran lava.
b. Plato Batur berada pada ketinggian 1600 m di atas permukaan laut.
Dibatasi oleh G. Bismo, G. Nagasari dan kelompok G. Jimat dan G.
Petarangan. Plato yang berukuran 3 x 4 km ini terbuka ke arah
barat.
c. Plato Sidongkal berada pada ketinggian 1800 m di atas permukaaan
laut yang dikelilingi oleh G. Klaras, G. Alang, G. Pakarangan, dan
G. Butak. Daerah ini merupakan daerah depresi dengan luas 2 x 3
km.
Kecamatan Batur dan Desa Gentan Kecamatan Pejawaran
merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.609 – 2.093 mdpal.
54
54
Kondisi topografi menyebabkan banyak dijumpai mata air yang merupakan
hulu dari beberapa aliran sungai, khususnya anak Kali Serayu dan Kali
Tulis dengan debit masing-masing sebesar 342-542 l/dt dan 120-240 l/dt.
Ciri-ciri daerah hulu dapat ditemui di daerah ini seperti sungai tidak ada
yang lebar, aliran air cukup deras dan kondisi air masih jernih.
Pemanfaaatan air untuk persawahan masih sangat terbatas karena
kondisi daerah dengan ketinggian 1.500 m yang tidak mungkin ditanami
padi irigasi penuh. Pengaliran untuk perkebunan dan tegalan dilakukan
dengan membuat saluran-saluran kecil melalui daerah perkebunan dan
tegalan tersebut. Keperluan air minum untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk banyak yang memanfaatkan sungai-sungai tersebut maupun dari
mata air dan membuat sumur-sumur pompa.
c. Kondisi Geologi
Pada masa tertier tua (paleogen) di Jawa terdapat geosinklinal di
sebelah utara dibatasi oleh dataran Old Sunda Land (Laut Jawa) sampai
sebelah selatan pantai Jawa. Hingga permulaan jaman tertier muda
geosinklinal Sumatra melalui Lampung dan Banten. Hubungan ini terputus
pada miosen tengah ketika daerah selatan Sunda terangkat sampai di atas
permukaann air laut, dan bersamaan dengan zone selatan geosinklinal,
tumbuh gunung api. Geosinklinal Jawa utara dan Kalimantan tenggara
disebut juga ideogeosinklinal merupakan daerah minyak tanah, batubara
dan batubara muda.
55
55
Pada masa miosen tua dan tengah dalam geosinklinal tersebut
terbentuklah daerah Karangkobar, ditandai dengan adanya endapan
Sigugur yang terdiri atas mergel, tanah liat, batu pasir kwarsadan batu pasir
tuff. Menjelang akhir neogen tua di daerah ini terjadi erupsi basalt sub
marine yang menghasilkan lapisan panyatan. Setelah itu daerah
pegunungan Serayu selatan yang merupakan geantiklinal dengan kegiatan
vulkan andesit terangkat lebih tinggi lagi dan ini diimbangi dengan
bertambah membenamnya dasar geosinklinal. Perbedaan yang semakin
besar antara geantiklinal dan dasar geantiklinal menyebabkan erosi
berlangsung dengan intensif dan merosotnya bagian tepi sehingga
geosinklinal menjadi dangkal.
Pada masa mio pliosen, geosinklinal terbenam lagi sebagai
perimbangan naiknya pegunungan Serayu selatan. Pada masa ini terbentuk
lapisan Bodas yang terdiri dari endapan vulkanis (tuff) yang diselingi
dengan konglomerat dan mergel tanah liat. Vulkanisme pada masa itu
bercirikan batuan tuff andesit yang lebih asam, sedangkan vulkanisme
sebelumnya adalah dari magma andesit basaltis. Pada masa pleistosen
bagian geosinklinal berangsur- angsur mulai terangkat. Hal ini dapat
dibuktikan dari endapan Ligung pada sisi selatan geosinklinal. Pada
pleistosen muda pegunungan Serayu utara masih belum vulkanis. Baru
pada pleistosen tua muncul Ungaran tua di bagian timur, kemudian
merosot dan menyebabkan lapisan damar agak terlipat dan terbentuklah
bukit candi (seusia dengan lapisan Ligung).
56
56
Pengangkatan pegunungan Serayu utara dimulai dari plio
pleistosen. Pengangkatan ini kecuali menyebabkan erosi dan denudasi juga
menyebabkan terjadinya tegangan grafitasi melalui lapisan yang plastis
(lapisan endapan). Sehingga menyebabkan pelipatan di bagian kaki
geantiklinal dan lapisan Bodas serta lapisan Ligung terdorong 5 km lebih
ke selatan melampaui depresi Serayu, karena desakan dari geantiklinal.
Lapisan Merawu yang merupakan inti masa yang plastis itu mengalami dua
kali fase pelipatan. Pertama ketika pegunungan Serayu selatan terangkat
sehingga lapisan endapan ini merosot dan terlipat ke arah utara (miosin
tengah) dan kedua pada waktu pegunungan Serayu utara terangkat menjadi
geantiklinal lapisan tersebut merosot dan terlipat ke arah selatan
(pleistosen).
Ketika terbentuk geantiklinal, magma hanya menerobos keluar
secara setempat dan menyebabkan terbentuknya lapisan damar di sebelah
timur yang juga muncul gunung Ungaran tua, lapisan Ligung di
Karangkobar (G. Pamotan) dan lapisan Mengger di barat (berasal dari G.
Slamet tua). Pada pleistoin muda vulkanisme meluas dan merata. Breksi
vulkanis menutupi lapisan plio pleistosin di berbagai tempat. Lapisan
breksi ini di daerah Karangkobar disebut lapisan Notopuro dan di sebelah
Barat disebut lapisan Linggopodo. Akhirnya gunung api tua Slamet,
Jembangan, Prahu, dan Ungaran hilang merosot karena beratnya, pada
pleistosen tua atau akhir. Kemudian kerucut-kerucut vulkan muda
terbentuk.
57
57
Setelah fase vulkanisme pada pleistosin muda, kegitan vulkanisme
masih berlangsung hingga sekarang dan terbentuk antara lain vulkan Dieng
muda, Ungaran muda, dan sebagainya. Sesudah tahun 1990 terjadi erupsi
seperti Pakuwojo (1847), kawah Timbang (1939), Butak Petarangan
(1939), dalam tingkat solfatara dan fumarola yaitu Ligir Sinem. G.
Pangonan, pagerkandang, kawah Sileri dan sebagainya.
Stratigrafi Dieng dan sekitarnya dibedakan dalam tiga unit batuan
yaitu:
1. Unit batuan Tuff berumur Kuarter sampai sekarang memiliki tipe
batuan material erupsi termuda; tuff, batuan pasir tuff kerikil,
breksi bercampur tuff.
2. Unit batuan Andesit berumur Kuarter sampai sekarang memiliki
tipe batuan lava andesit dan basaltis.
3. Unit batuan Kapur berumur Tersier atas memiliki tipe batuan kapur
berlempung, batu pasir mengandung tuff, batuan kapur berkoral,
ansdesit.
Berdasarkan daerah erupsi gunung api di Indonesia
digolongkan dalam 3 tipe, yaitu :
1. Tipe A : Gunung api yang pernah mengalami erupsi sekurang-
kurangnya satu kali setelah 1600 M.
2. Tipe B : Gunung api yang sesudah tahun 1600 tidak lagi
mengalami erupsi magmatik namun masih memperlihatkan
gejala seperti kegiatan sulfatar.
58
58
3. Tipe C : Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam
sejarah manusia.
Kompleks Dieng termasuk gunung api tipe A dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Nama Kerucut gunung api: Bismo, Seroja, Binem dan
Pangonan, Merdodo, Pagerkandang, Nagasari, Petarangan,
Telogodringo, Pakuwojo, Kendil, Kunir, Prambanan.
b. Nama Lapangan Fumarola : Kawah Sikidang, Kawah Sigajah,
Kawah Kunang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telaga Terus,
Kawah Pagerkandang, Kawah Sepandu, Kawah Seglagah, dan
Kawah Sileri.
Selain itu di Dieng juga terdapat gunung api tipe A yang
lain yaitu G. Butak, dan G. Petarangan. Secara administrasi terletak
dalam tiga daerah kabupaten yaitu Kabuptaen Wonosobo,
Banjarnegara dan Batang. Karakteristik kompleks Butak-
Petarangan diuraikan sebagai berikut :
Nama : Butak –Petarangan ( tumbang )
Nama Kawah : Telaga Dringo
Nama Lapangan Fumarola: Condrodimuko
Tinggi : 2.222 m
Pada kompleks Butak-Petarangan terdapat tiga buah kawah
pada daerah puncak yang terletak pada garis bujur timur-barat.
Pada arah paling timur terdapat sebuah telaga yang dinamakan
59
59
Telaga Dringo. Kawah Telaga Dringo pernah mengalami beberapa
kejadian erupsi atau letusan pada kawah Butak; tahun 1928 terjadi
letusan di sebelah utara kampung Tumbang dengan jarak sekitar 1,5
km dari Batur; tahun 1939 terjadi letusan di lereng sebelah utara ;
tahun 1952, 1960, dan 1965 terjadi kenaikan kegiatan erupsi.
Berikut ini disajikan Rekam Jejak Aktivitas Gunung Dieng
meliputi informasi tahun, nama gunung, aktivitas, produk letusan
dan korban jiwa.
Tabel 2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa
Tahun Nama Kawah Aktivitas
Letusan
Produk Letusan
dan Korban
1450 Pakuwaja Letusan Normal Abu, pasir
1825 Pakuwaja Letusan normal Abu, pasir, 38
meninggal
1883 Sikidang, Sibanteng Peningkatan
aktivitas
Lumpur kawah
1884 Kawah Sikidang Letusan normal Lumpur
1895 Siglagah Pembentukan
celah
Uap belerang
1928 Batur Letusan Normal Lumpur dan
batu
1939 Batur Letusan normal 10 orang
meninggal
1944 Kawah Sileri Gempa bumi
dan letusan
114 meninggal,
38 luka-luka
1964 Kawah Sileri Letusan Normal Lumpur
1965 Kawah
Candradimuka
Telaga Dringo
Hembusan
fumarola
Uap air
dominan
1979 Kawah Sinila Hembusan gas
racun
Gas CO2 , 149
meninggal
1990 Kawah Dieng Kulon Letusan Freatik Lumpur
2003 Kawah Sileri Letusan Freatik Lumpur
2009 Kawah Sibanteng Letusan freatik Lumpur
2011 Kawah Timbang Peningkatan
Aktivitas
Gas CO2
2013 Kawah Timbang Peningkatan
aktivitas
Gas CO2
Sumber : Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
60
60
7. Pentingnya Kecerdasan Visual Spasial
Dengan kondisi fisik, geomorfologi dan geologi Dataran Tinggi Dieng
yang demikian kompleks maka kecerdasan visual-spasial sangat diperlukan
bagi masyarakat.
Howard Gadner menguraikan deskripsi tentang kecerdasan spasial
adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual.
Seseorang dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran
dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi
Kecerdasan spasial kemudian secara visual menurut Abdurrahman
(Rudiono, 2013) ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu :
1. Hubungan keruangan (spasial relation) menunjukkan persepsi tentang
posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini
mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau simbol
(gambar, huruf, angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan
sekitarnya.
2. Diskriminasi visual (visual discrimination)
Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek yang lain.
Misalkan membedakan antara gambar balok dan kubus.
3. Diskriminasi bentuk latar belakang (Figure-ground discrimination)
Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar
belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan dalam bidang
ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling
objek tersebut ikut mempengaruhi perhatiannya.
61
61
4. Visual Clouser
Menunjukkan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu
objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan.
5. Mengenal Objek (Object Recognition)
Menunjukkan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat
mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk
geometri, huruf, angka, dsb.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan visual-
spasial sangat penting. Di mana kemampuan tersebut dapat membantu
seseorang dalam proses belajar mengenali lingkungan sekitarnya.
Misalnya kemampuan hubungan keruangan yang merupakan bagian
sangat penting dalam mempelajari peta.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial dapat
menemukan lokasi (jalan, tempat), memperkirakan hubungan antar benda
dalam ruangan, mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat dan
membayangkan serta memanipulasi obyek visual di dalam benaknya. Ketika
memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh seseorang dengan kecerdasan
visual spasial yang baik adalah dengan membaca informasi, serta membuat
daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi. Orang
dengan kecerdasan visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik
mengingat gambar. Mereka memiliki rasa yang besar terhadap arah.
Kecerdasan visual spasial memberikan seseorang keterampilan dalam
62
62
menggambar, melakukan teka-teki, dan setiap tugas yang membutuhkan
manipulasi motorik halus.
8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng
a. Pengertian masyarakat
Mac Iver dan Page yang mengatakan bahwa “ masyarakat ialah
suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama
antar berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku
serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini
kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial
dan masyarakat yang selalu berubah”.
Ralphh Linton memberi definisi masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan
jelas. Satu lagi definisi dari Selo Soemardjan, ia menyatakan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan, (Soerjono Soekanto , 1999:26).
Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat di sini adalah
Masyarakat di sekitar kawah Dieng yang tinggal di Desa Pekasiran, Desa
Kepakisan dan Desa Sumberejo.
b. Pola Permukiman
Fenomena fisik suatu daerah dapat mempengaruhi pemukiman
penduduk. Daerah dengan lahan subur, bentuk permukaan atau relief yang
63
63
datar, ada tidaknya sumber air, keamanan akan menyebabkan bentuk atau
tipe permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau tipe
permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau compact rural
setlement. Sedangkan yang lebih banyak berpengaruh terhadap tipe
pemukiman desa yang terpencar atau fragmented rural setlement adalah
daerah banjir, topografi kasar, permukaan tanah, air dangkal, dan masih ada
beberapa faktor lainnya. Pola desa yang ada di pedesaan Pulau Jawa
umumnya dalah memanjang jalan, memanjang sungai, radial, tersebar,
memanjang pantai, dan memanjang pantai sejajar jalan kereta api.
Hammond menjelaskan tentang identifikasi pola penyebaran permukiman
menjadi tiga, pertama random yaitu pola penyebaran yang banyak dijumpai
di daerah-daerah dengan topografi tidak sama, khususnya pada daerah-
daerah dengan persediaan air melimpah. Keberadaan air yang mudah
didapat menyebabkan penduduk atau masyarakat dapat mendirikan rumah
sesuai dengan kehendak atau sesuai kemampuan yang dimiliki. Kedua,
reguler yaitu distribusi cenderung terjadi pada area atau daerah yang
seragam atau relief datar atau pola lahan-lahan baru yang diairi sungai atau
pada tanah yang dapat memproduksi. Ketiga clustered yaitu pola
permukiman yang banyak terdapat pada daerah-daerah yang subur relatif
datar.
Permukiman penduduk adalah adalah menyangkut tentang cara
dan proses memindahkan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya
64
64
( Depdikbud, 1989 ). Tempat tinggal atau tempat kediaman secara umum
disebut permukiman. Seanjutnya permukiman penduduk adalah tempat
tinggal yang merupakan hasil dari proses orang menempati suatu wilayah
(Ritohardoyo, 2000). Tempat tinggal atau tempat bermukim terdiri dari
rumah dan pekarangan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
kehidupan (Sutikno dan Suritohardoyo, 1996).
Pola permukiman penduduk ada dua jenis yaitu pola mengelompok
atau compact settlement yaitu tempat kediaman penduduk yang
mengelompok, dan fragmental settlement tempat kediaman penduduk
tersebar atau terpecah-pecah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
permukiman mengelompok antara lain adalah daerah yang memiliki tanah
subur, daerah dengan relief datar, permukaan air tanah dalam, daaerah yang
kurang aman. Faktor yang mempengaruhi pola permukiman menyebar
antara lain : adalah daerah yang sering dilanda banjir, memiliki topografi
kasar, dan permukaan air tanah dangkal.
Permukiman di dataran Tinggi Dieng secara umum polanya
menggerombol dan memanjang jalan. Pola permukiman menggerombol
umumnya berada mendekati pusat sumber air, sedangkan yang memanjang
jalan umumnya mendekati fasilitas umum dan biasanya untuk aktivitas
ekonomi. Pada masa sebelum orde pembangunan, pola ini masih sangat
kelihatan, seiring berjalannya waktu dan memudar. Hal ini disebabkan
tersedianya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Bentuk
rumahnya beraneka ragam, hampir sama dengan di desa-desa lain di
65
65
Indonesia. Keunikannya, bentuk tidak terlampau besar , hampir semua
menggunakan genteng dengan bahan seng. Hal ini semata untuk
beradaptasi dengan keadaan lingkungan fisik. Hampir semua rumah
memiliki tungku yang dipergunakan tidak hanya untuk memasak tapi juga
untuk menghangatkan tubuh.
66
66
B. Kerangka Berpikir
PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL - SPASIAL
Observasi Awal :
Mengumpulkan informasi tentang lokasi dan dampak letusan
kawah yang membahayakan bagi masyarakat
Persiapan
1. Menyiapkan Peta Rupabumi Indonesia dan Citra Satelit Wilayah Dataran
Tinggi Dieng
2. Menyusun pertanyaan tentang Peta Rupabumi dan Citra Satelit Dataran Tinggi
Dieng
Validasi Media
1. Validator memberikan masukan kritik dan saran untuk
memperbaiki Peta dan Citra Satelit
2. Peneliti memperbaiki media
Pelaksanaan :
1. Masyarakat diberikan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan masyarakat tentang Peta RBI dan Citra Satelit
2. Peneliti memberikan sosialisasi media dengan metode ceramah
kepada 3 kelompok masyarakat ( ibu-ibu PKK , perangkat desa serta
karang taruna
Tujuan :
Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat yang
bermukim di sekitar kawah Dieng
Meminimalisir dampak bencana
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Data-data yang dibutuhkan adalah data-data yang berupa angka-
angka. Angka-angka tersebut digunakan sebagai representasi dari informasi
yang didapatkan dalam penelitian.Deskripsi tersebut diperoleh dari hasil
observasi yang telah dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian.
Penilaian terhadap masyarakat untuk mengetahui kecerdasan visual-spasial
masyarakat dengan media peta RBI dan Citra Satelit.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti
adalah Desa Sumberejo, Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan Kecamatan
Batur Kabupaten Banjarnegara.Ketiga Desa tersebut terletak pada posisi
geografis 07ᵒ10‟40,95” LS-07ᵒ12‟48,088” LS dan 109ᵒ 49‟43,49” BT -
109ᵒ 53 ‟47,173” BT.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November
2014.
68
68
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penduduk di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan Batur terdiri dari 8 desa dan jumlah penduduk berjumlah
30.302 jiwa seperti disajikan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
No Desa Jumlah
1 Batur 2122
2 Sumberejo 5153
3 Pasurenan 2757
4 Dieng Kulon 3311
5 Kepakisan 2883
6 Pekasiran 5153
7 Karang Tengah 5423
8 Bakal 3927
Jumlah 30729
Sumber : Kecamatan Batur Dalam Angka 2013
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010:174). Penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan teknik sampel Bertujuan (Purposive Sample). Sampel penelitian
ini adalah desa yang dekat dengan kawah Timbang, kawah Sileri dan
kawah Sinila yaitu desa Pekasiran, desa Kepakisan dan desa Sumberejo
69
69
ditujukan kepada Kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK serta
Karangtaruna. Pertimbangan mengambil sampel kelompok ini karena
kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK dan Karangtaruna adalah
kelompok yang mempunyai peranan di dalam masyarakat desa, dengan
pemberian pendidikan pada kelompok ini diharapkan bisa menyalurkan
kembali informasi yang didapat dari sosialisasi kepada masyarakat lain.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Desa Perangkat Desa Ibu-ibu PKK Karang Taruna
1 Kepakisan 6 6 6
2 Pekasiran 6 6 6
3 Sumberejo 6 6 6
Jumlah 18 18 18
Sumber : Hasil penelitian 2014
D. Variabel Penelitian
Arikunto (2006:118) mengemukakan variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam
penelitain ini adalah:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor. Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu :
1. Peta RBI
2. Citra Satelit Dataran Tinggi Dieng.
2. Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat pengaruh dari variable
bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah adalah Kecerdasan visual
spasial masyarakat sekitar kawah Dieng.
70
70
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data tentang bagaimana
ukuran kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng dengan menggunakan
peta RBI dan Citra Satelit. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan beberapa cara yaitu :
1. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto,
2010:272).
Metode ini bertujuan untuk meneliti secara langsung dengan
mendatangi objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi secara langsung bagaimana penggunaan peta
RBI dan Citra Satelit Dataran tinggi Dieng untuk mengukur
kecerdasan visual spasial masyarakat sekitar Dieng.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
agenda dan sebagainya (Arikunto,2006:231). Teknik dokumentasi ini
bertujuan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan
masalah penelitian, yaitu mengenai permasalahan tingkat
71
71
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gas beracun di
Dieng Jawa Tengah.
3. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi. Angket ini dugunakan untuk
mengetahui peningkatan kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar
kawah Dieng menggunakan peta RBI dan Citra Satelit di Dieng Jawa
Tengah.
Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden
terhadap pertanyaan yang diajukan. Bentuk angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah check list dengan skala nominal, dimana
responden tinggal membubuhkan tanda check (v) pada jawaban yang
sesuai dengan kondisi yang dihadapi atau dialami oleh responden.
Penggunaan check list ini diharapkan dapat memudahkan responden
dalam memberikan jawaban pada setiap item pernyataan dengan
pilihan (option) jawaban Tahu dengan skor 3, Ragu-ragu dengan skor
2, dan Kurang Tahu dengan skor 1.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisis data awal yaitu uji validitas dan reliabilitas instrument dan analisis
data tahap akhir yaitu uji prasyarat analisis dan uji t (t-test) atau Wilcoxon.
72
72
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,
2010:211). Untuk mengetahui validitas empiris, diuji dengan
menggunakan rumus Corelasi Product Moment dengan angka kasar
untuk soal per item. Rumusnya adalah:
rxy =
2222
)()(
))((
YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
X : Skor butir soal
Y : Skor total yang benar dari tiap subjek
N : Banyaknya subjek yang diuji cobakan
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng
melalui Peta RBI
No Item r hitung r table Keterangan
P1 0,175 0,361 Tidak Valid
P2 0,698 0,361 Valid
P3 0,105 0,361 Tidak valid
P4 0,411 0,361 Valid
P5 0,663 0,361 Valid
P6 0,424 0,361 Valid
P7 0,556 0,361 Valid
P8 0,810 0,361 Valid
P9 0,23 0,361 Tidak valid
P10 0,708 0,361 Valid
P11 0,822 0,361 Valid
P12 0,888 0,361 Valid
P13 0,888 0,361 Valid
P14 0,857 0,361 Valid
P15 0,822 0,361 Valid
P16 0,708 0,361 Valid
P17 0,821 0,361 Valid
P18 0,730 0,361 Valid
P19 0,779 0,361 Valid
P20 0,724 0,361 Valid
73
73
Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor
1,3,9, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien validitas
berkisar 0,411-0,888.
Table 3.4 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng
melalui Citra Satelit
No
Item
r hitung r table Keterangan
S1 0,112 0,361 Tidak Valid
S2 0,705 0,361 Valid
S3 0,695 0,361 Valid
S4 0,722 0,361 Valid
S5 0,472 0,361 Valid
S6 0,615 0,361 Valid
S7 0,815 0,361 Valid
S8 0,413 0,361 Valid
S9 0,815 0,361 Valid
S10 0,413 0,361 Valid
S11 0,835 0,361 Valid
S12 0,615 0,361 Valid
S13 0,055 0,361 Tidak Valid
S14 0,138 0,361 Tidak Valid
S15 0,671 0,361 Valid
S16 0,424 0,361 Valid
S17 0,596 0,361 Valid
S18 0,696 0,361 Valid
S19 0,616 0,361 Valid
S20 0,447 0,361 Valid
Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor
1,13,14, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien
validitas berkisar 0,413-0,835.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
74
74
r11
=K
K− 11−∑ σb2
σt 2
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden
untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah
dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama.
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto,
2010:221).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakan uji
reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data
dari suatu hasil pengukuran dengan rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut:
Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya pertanyaan
σb2 : Jumlah varian butir
σt2 : Varian total
Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan r tabel
rata-rata signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga
75
75
perhitungan lebih besar dari r tabel, maka instrument dikatakan
reliabel.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan bantuan program
SPSS 17. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui Cronbach‟s
Alpha. Jika nilai Cronbach‟s Alpha lebih dari 60%, maka angket
tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian (Gozhali,
2011:45). Jika nilai Cronbach‟s Alpha kurang dari 60%, hal ini akan
mengindikasikan ada beberapa responden yang menjawab tidak
konsisten maka alat ukur tersebut harus diperbaiki.
Hasil uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial Melalui
Peta RBI terhadap 17 item yang valid pada instrument ini diperoleh
nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948. Hasil uji reliabilitas
Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap 17 item
yang valid pada instrument ini diperoleh nilai Croanbach Alpha
sebesar 0,918.
Hasil hitungan uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial
Melalui Peta RBI terhadap 17 itema yang valid pada instrument
yang diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948 dan Hasil uji
reliabilitas Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap
17 item yang valid pada instrument diperoleh nilai Croanbach
Alpha sebesar 0,918 dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.
76
76
3. Statistik Deskriptif
Setelah uji validitas dan reliabilitas instrument, data yang
diperoleh dari hasil pengisian instrument penelitian yang telah
terpilih mengenai gambaran mengenai kecerdasan visual-spasial
masyarakat sekitar Dieng disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan
menyajikan data hasil observasi dan hasil angket. Pada penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus
sebagai berikut.
Keterangan :
DP = Deskriptif Persentase (%)
n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N = Skor ideal / jumlah total nilai responden
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang telah
terpilih mengenai gambaran pengetahuan serta mitigasi bencana gas
beracun disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan menyajikan data hasil
angket. Dengan menggunakan rumus deskriptif presentase di atas
digunakan untuk menyusun Tabel pengukuran kecerdasan visual-spasial
masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan persentase tertinggi = (3/3) x 100% = 100%
2) Menetapkan persentase terendah = (1/3) x 100% = 33,33%
77
77
3) Menetapkan rentangan persentase = 100% - 33,33% = 66,67%
4) Menetapkan kelas interval = 3
5) Panjang kelas interval = 66,67% : 3 = 22,23%
Tabel 3.5 Kriteria Skor pengukuran Kecerdasan visual spasial
No Interval Persentase (%)
Kriteria Persentase
Skor
1 77,78 – 100
Tahu 3
2 55,55 -77,77 Ragu-ragu 2
3 33,32 -55,54 Tidak Tahu 1
Setelah analisis deskriptif, tahap analisis data selanjutnya adalah
melakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dengan tes
Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varian data dengan uji F.
Apabila saat uji prasyarat data berdistribusi normal dan varian data
homogen maka tahap uji statistic inferensial menggunakan statistic
parametric. Namun apabila pada tahap uji prasyarat data tidak
berdistribusi normal dan tidak homogeny maka uji statistic selanjutnya
menggunakan statistic non parametric (Santoso, 2013).
Setelah diberikan pembelajaran, maka kedua kelompok responden
diberikan pos tes kemudian diambil kesimpulan dengan 2 cara:
1) Melihat rata-rata hasil dan membandingkan dengan standar
yang di inginkan.
2) Dibandingkan rata-rata test diantara dua kelompok perlakuan,
dengan rumus sebagai berikut :
78
78
Keterangan :
= Rata-rata kelompok eksperimen
= Rata-rata kelompok kontrol
= Banyaknya sampel kelompok eksperimen
= Banyaknya sampel kelompok kontrol
S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen
S2 = Simpangan baku kelompok kontrol
S1² = Varians Sampel 1
S2² = Varians Sampel 2
r = Korelasi antara dua kelompok
Pengujian statistic inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji
t paired sample test bila data memenuhi asumsi normalitas dan
homogenitas, atau menggunakan uji Mann Whitney jika data tidak
memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas.
4. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini perhitungan analisis data untuk uji hipotesis
dibantu dengan komputer menggunakan paket program Excel dan SPSS.
HA : Ada perbedaan kecerdasan visual-spasial antara kelompok
responden dengan kuesioner pengukuran peta RBI dan citra satelit
133
133
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengukuran kecerdasan visual spasial
masyarakat sekitar kawah Dieng melalui peta RBI dan citra satelit maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar kawah Dieng yang
diukur dengan kuesioner peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar
92,30. Kategori terbesar adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%).
Hasil hasil kuesioner Citra Satelit diperoleh kecerdasan visual spasial
responden dengan kuesioner ini menunjukkan nilai rata-rata sebesar 81,66.
Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden yang
termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%), kategori ragu-ragu sebanyak
11 orang ( 20,4%) , dan yang termasuk kategori tidak tahu ada 5 orang
(9,3%).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan visual-spasial
menggunakan Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta
RBI dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial
Melalui Citra Satelit dengan rerata 81,66.
134
134
B. Saran
Saran-saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Penelitian ini menyarankan agar responden lebih memperhatikan
unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya baik secara
langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun teknologi.
2. Bagi Pengamat Gunung Api
Penelitian ini memberikan saran agar pengamat gunung api
memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan kegiatan yang
dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti gas
beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar
gunung api.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya menggunakan variable kecerdasan visual
spasial dengan item pertanyaan yang terbatas, sehingga disarankan untuk
penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada variabel lain dengan
jumlah item yang lebih banyak sehingga manfaat dan hasil penelitian
menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap.
135
135
Daftar Pustaka
Anni, Catharina Tri, dkk.2006. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES
Arikunto, Suharsimi . 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz T. Lukman, dan Ridwan Rachman. 1985. Peta Tematik. Bandung: ITB.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang Rudianto, 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird
RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m. Jurnal Rekayasa © LPPM Itenas | No. 3| Vol.
XIV Institut Teknologi Nasional Juli – September 2010
Bambang Syaeful Hadi, 2013. Mengintegrasikan Kompetensi Berpikir Spasial
Dalam Pembelajaran Geografi Melalui Pemanfaatan Teknologi Geospasial (
Belajar dari Pengalaman Negara Lain ) Prosiding Pertemuan Ilmiah
Tahunan XVI, eds Jurusan Pendidikan Geografi , FIS Universitas Negeri
Yogyakarta, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 174-181
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan IBM SPSS. Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamzah, dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.
Jakarta. Bumi Aksara
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-kevinchann-22726-3-2011ta-
2.pdf
Juhadi, dan Dewi Liesnoor S. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik.
Semarang: UNNES.
Liesnoor Setyowati Dewi dan Hardati Puji. 2009. Fenomena Dataran Tinggi
Dieng.Yogyakarta. Grafindo Litera Media
136
136
Priatna,Atep Kurnia ,dkk.2014. Pesona Bumi Dieng. Bandung : Badan Geologi
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Rijanto.R,2013. Literasi Geografi dan Kecerdasan Dalam Pembuatan Keputusan
Nasional. Prosising Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI, eds Fakultas Geografi
UGM, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 229-237
Sandy, I Made. 1986. Esensi Kartografi. Jakarta : Jurusan Geografi F.M.I.P.A
Universitas Indonesia.
Santoso, Singgih. 2013. Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta : Elexmedia Komputindo.
Siskandar. 2008. Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan Non-
Intrakurikuler dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil
Pembelajaran. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2
Sriyono. 2009. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Semarang : Jurusan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.
Suharini,Erni.dkk.2008. Geomorfologi, Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan.
Semarang: Widya Karya
Triyono. 2005. Pintu-pintu Pendidikan Kontekstual Anak Usia Dini. Jakarta.
DEPDIKNAS DIKTI
Turasih, et all. 2012. SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI
KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG (Kasus Desa Karangtengah,
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah) . Jurnal
Sosiologi Pedesaan Vol. 6, No. 2
137
137
Wahyudi.2010.„Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan
Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng‟.Tesis.Program
Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro
Yuliani Nuraini Sujiono, Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
139
139
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA
Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng
Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
1. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan peta RBI (
Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui simbol-simbol dan informasi yang terdapat
dalam peta RBI ( Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI
(Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
140
140
5. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah
di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ?
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan
kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan
kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui kawah di dataran tinggi Dieng yang memiliki
potensi bahaya?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas
beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah
Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman
anda?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah
Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun
muncul?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang
dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas
yang tinggi?
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
141
141
15. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk
dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
16. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang
berbahaya?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat
diamati?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
18. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas
gas beracun?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
19. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk
mengungsi?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
20. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan
oleh PVMBG?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
142
142
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA
Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng
Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Pengetahuan Citra Satelit
1. Apakah anda mengetahui apa itu citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar
citra satelit?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang
tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentuk yang ada di citra satelit
Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
143
143
6. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra
Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran
Tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra
satelit Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan
citra satelit kawasan dataran tinggi dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan
kawasan rawan bencana?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi
mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas
beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk
mengungsi berdasarkan Citra satelit Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui di mana letak pos pengamatan vulkanik dan
geologi yang memantau gunung Dieng di dalam citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan
gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
144
144
16. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari
kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke
timur merupakan aliran gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
18. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan
berpusat di kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
19. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD
berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan
bencana?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
20. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang
membahayakan keselamatan?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
145
145
Lampiran 3
KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI
[UJI COBA]
Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL_P
R1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 54
R3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
R5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59
R6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 58
R7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
R8 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 53
R9 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59
R10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
146
146
R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59
R12 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 52
R13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
R14 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R15 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 53
R16 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 56
R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 55
R18 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 32
R19 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57
R20 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R21 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R23 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 54
R24 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57
147
147
R25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 55
R26 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 35
R27 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R28 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R30 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
148
148
Lampiran 4
KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT - [UJI COBA]
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 TOTAL_S
R1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 39
R2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57
R3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 56
R4 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 2 2 3 1 3 3 3 2 1 3 41
R5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57
R6 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 49
R7 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R8 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 55
R9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57
R10 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 58
R12 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 48
149
149
R13 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 55
R14 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 54
R15 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 55
R16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57
R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 56
R18 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 3 29
R19 3 1 1 1 2 3 1 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 3 2 1 38
R20 3 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 49
R21 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R22 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 53
R23 3 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 47
R24 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 58
R25 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 57
R26 3 2 3 2 2 1 1 2 1 1 3 2 3 1 3 3 3 2 1 2 41
150
150
R27 3 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 3 3 3 2 37
R28 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 49
R29 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
R30 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58
151
151
Lampiran 5
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - I
Reliability
Case Processing Summary
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,927 20
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
52,73 38,961 ,175 ,932
52,77 34,599 ,721 ,921
52,73 38,961 ,105 ,937
52,67 37,402 ,455 ,926
52,53 36,809 ,673 ,922
52,53 37,913 ,443 ,926
52,50 37,569 ,557 ,924
52,43 37,151 ,821 ,921
52,43 40,116 ,023 ,931
52,50 37,224 ,634 ,923
52,60 35,076 ,707 ,921
52,57 34,737 ,782 ,919
52,53 34,326 ,878 ,917
52,57 34,461 ,827 ,918
52,57 34,599 ,804 ,918
52,63 35,620 ,688 ,921
52,60 34,455 ,804 ,918
52,43 37,426 ,744 ,922
52,53 35,706 ,753 ,920
52,47 37,085 ,735 ,922
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
152
152
Lampiran 6
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - I
Reliability
Case Processing Summary
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,904 20
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
48,20 60,441 ,112 ,907
48,67 51,885 ,711 ,895
48,50 53,017 ,659 ,896
48,63 52,516 ,695 ,895
48,90 56,438 ,438 ,902
48,37 54,654 ,637 ,897
48,63 50,378 ,804 ,891
49,30 55,597 ,400 ,905
48,50 51,086 ,848 ,890
48,37 54,654 ,637 ,897
48,63 56,654 ,460 ,902
48,93 55,513 ,557 ,900
48,33 60,299 ,055 ,910
48,73 59,237 ,138 ,910
48,63 52,516 ,653 ,897
48,87 56,189 ,413 ,903
48,23 57,220 ,585 ,900
48,30 55,872 ,705 ,898
48,37 55,206 ,642 ,898
48,43 56,254 ,485 ,901
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
153
153
Lampiran 7
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - II
Reliability
Case Processing Summary
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,948 17
Cronbach's
Alpha N of Items
154
154
Item-Total Statistics
44,67 31,954 ,698 ,946
44,57 34,737 ,411 ,950
44,43 33,978 ,663 ,946
44,43 35,082 ,424 ,949
44,40 34,662 ,556 ,947
44,33 34,299 ,810 ,945
44,40 34,179 ,669 ,946
44,50 32,259 ,708 ,945
44,47 31,706 ,822 ,942
44,43 31,495 ,888 ,941
44,47 31,499 ,857 ,941
44,47 31,706 ,822 ,942
44,53 32,671 ,708 ,945
44,50 31,569 ,821 ,942
44,33 34,575 ,730 ,946
44,43 32,737 ,779 ,943
44,37 34,240 ,724 ,945
P2
P4
P5
P6
P7
P8
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
155
155
Lampiran 8
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - II
Reliability
Case Processing Summary
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,918 17
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
40,53 49,292 ,705 ,910
40,37 49,964 ,695 ,911
40,50 49,569 ,722 ,910
40,77 53,357 ,472 ,917
40,23 52,116 ,615 ,913
40,50 47,638 ,815 ,907
41,17 52,695 ,413 ,920
40,37 48,585 ,835 ,906
40,23 52,116 ,615 ,913
40,50 53,914 ,455 ,917
40,80 52,717 ,562 ,915
40,50 49,638 ,671 ,912
40,73 53,306 ,424 ,918
40,10 54,369 ,596 ,915
40,17 53,178 ,696 ,913
40,23 52,668 ,616 ,913
40,30 53,803 ,447 ,917
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S15
S16
S17
S18
S19
S20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
157
157
Lampiran 9
INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA
Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng
Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
1. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI
(Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah
di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ?
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan
kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
158
158
6. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan
kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas
beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah
Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman
anda?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah
Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun
muncul?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang
dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas
yang tinggi?
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk
dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang
berbahaya?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat
diamati?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas
gas beracun?
159
159
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
16. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk
mengungsi?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan
oleh PVMBG?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
160
160
Lampiran 10
INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA
Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng
Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Pengetahuan Citra Satelit
1. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar
citra satelit?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang
tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui masing-masing kenampakan alam yang ada di
citra satelit Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra
Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng?
161
161
a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran
Tinggi Dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra
satelit Dataran Tinggi Dieng?
a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan
citra satelit kawasan dataran tinggi dieng?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan
kawasan rawan bencana?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi
mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas
beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan
gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari
kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke
timur merupakan aliran gas beracun?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan
berpusat di kawah timbang?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
162
162
16. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD
berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan
bencana?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang
membahayakan keselamatan?
a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu
163
163
Lampiran 11
KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI - [PENELITIAN]
Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 TOTAL Skor Max % Kategori
R1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R6 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 3 3 1 26 51 50.98 TT
R7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R8 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 49 51 96.08 T
R12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R13 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R14 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
164
164
R15 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T
R16 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R17 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 46 51 90.20 T
R18 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 51 47.06 TT
R19 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R20 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R22 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 45 51 88.24 T
R24 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R26 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 49 51 96.08 T
R28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R29 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 46 51 90.20 T
R30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R32 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
165
165
R33 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R34 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T
R35 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 3 37 51 72.55 R
R36 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 46 51 90.20 T
R37 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 51 47.06 TT
R38 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R39 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R40 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R41 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R42 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 45 51 88.24 T
R43 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R44 2 3 2 3 2 2 2 1 1 1 3 2 3 2 3 3 3 38 51 74.51 R
R45 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 49 51 96.08 T
R47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R48 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 46 51 90.20 T
R49 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
166
166
R51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T
R52 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 45 51 88.24 T
R53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T
R54 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T
167
167
Lampiran 12
KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT [PENELITIAN]
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 TOTAL Skor Max % Kategori
R1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T
R3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 44 51 86.27 T
R4 2 1 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 43 51 84.31 T
R5 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 45 51 88.24 T
R6 3 1 1 1 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 26 51 50.98 TT
R7 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 41 51 80.39 T
R8 3 3 3 1 3 3 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 44 51 86.27 T
R9 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 37 51 72.55 R
R10 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 48 51 94.12 T
R11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 3 25 51 49.02 TT
R12 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R13 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R14 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R15 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 44 51 86.27 T
168
168
R16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T
R18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 3 24 51 47.06 TT
R19 1 1 1 2 3 1 1 1 3 3 1 3 1 3 3 3 1 32 51 62.75 R
R20 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 41 51 80.39 T
R21 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 44 51 86.27 T
R22 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 41 51 80.39 T
R23 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 1 3 1 2 3 3 1 30 51 58.82 R
R24 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T
R25 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 39 51 76.47 R
R26 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 38 51 74.51 R
R27 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 3 1 2 3 3 1 30 51 58.82 R
R28 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R29 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T
R30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R31 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R32 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R33 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 44 51 86.27 T
R34 3 1 1 1 3 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 39 51 76.47 R
169
169
R35 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 27 51 52.94 TT
R36 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T
R37 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 27 51 52.94 TT
R38 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 3 1 2 3 3 2 31 51 60.78 R
R39 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T
R40 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R41 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 33 51 64.71 R
R42 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R43 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R44 2 3 2 3 1 1 1 1 1 3 2 3 3 1 2 3 3 35 51 68.63 R
R45 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R46 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T
R47 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R48 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T
R49 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T
R50 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T
R51 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 51 90.20 T
R52 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 40 51 78.43 R
R53 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T
171
Lampiran 13
Frequency Table
Umur
15 27,8 27,8 27,8
15 27,8 27,8 55,6
16 29,6 29,6 85,2
8 14,8 14,8 100,0
54 100,0 100,0
20 - 27 tahun
28 - 35 tahun
36 - 43 tahun
44 - 51 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jenis Kelamin
23 42,6 42,6 42,6
31 57,4 57,4 100,0
54 100,0 100,0
Laki-laki
Perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pekerjaan
2 3,7 3,7 3,7
15 27,8 27,8 31,5
4 7,4 7,4 38,9
7 13,0 13,0 51,9
23 42,6 42,6 94,4
2 3,7 3,7 98,1
1 1,9 1,9 100,0
54 100,0 100,0
Guru
IRT
Pedagang
Perangkat Desa
Petani
Sekdes
Wiraswasta
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pendidikan
5 9,3 9,3 9,3
16 29,6 29,6 38,9
23 42,6 42,6 81,5
1 1,9 1,9 83,3
2 3,7 3,7 87,0
7 13,0 13,0 100,0
54 100,0 100,0
SD
SMP
SLTA
D2
D3
S1
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
172
172
Lampiran 14
Descriptives
Descriptive Statistics
54 20 51 34,07 7,80
54 47,06 100,00 92,30 12,03
54 47,06 96,08 81,66 14,17
Umur
Kecerdasan Visual -
Spasial Melalui Peta RBI
Kecerdasan Visual -
Spasial Melalui Citra
Satelit
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
173
173
Lampiran 15
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
54 54
92,304 81,845
12,032 14,239
,282 ,196
,261 ,159
-,282 -,196
2,076 1,441
,000 ,031
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Pos itive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tai led)
Kecerdasan
Visual -
Spas ial
Melalui Peta
RBI
Kecerdasan
Visual -
Spas ial
Melalui Citra
Satelit
Test dis tribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
174
174
Lampiran 16
NPar Tests
Descriptive Statistics
54 92,30 12,03 47,06 100,00
54 81,85 14,24 47,06 96,08
Kecerdasan Visual -
Spasial Melalui Peta RBI
Kecerdasan Visual -
Spasial Melalui Citra
Satelit
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
44a 26,77 1178,00
5b 9,40 47,00
5c
54
Negative Ranks
Pos itive Ranks
Ties
Total
Kecerdasan Visual -
Spas ial Melalui Citra
Sateli t - Kecerdasan
Visual - Spasial
Melalui Peta RBI
N Mean Rank Sum of Ranks
Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit < Kecerdasan Visual -
Spas ial Melalui Peta RBI
a.
Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit > Kecerdasan Visual -
Spas ial Melalui Peta RBI
b.
Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit = Kecerdasan Visual -
Spas ial Melalui Peta RBI
c.