Download - Tugas Sig Kesesuaian Lahan Agam Sumbar
-
ANALISIS KESESUAIAN LAHANKAWASAN HUTAN LINDUNG DAN BUDIDAYA
KABUPATEN AGAM - PROPINSI SUMATERA BARAT
Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Geografik (SIG) Untuk Mitigasi Bencana
Dosen:
Dr. Rokhmatuloh S.Si., M.Eng.
RUSLAN NURYADIN
1206330904
MAGISTER JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA2013
-
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN BUDIDAYA
KABUPATEN AGAM, PROPINSI SUMATERA BARAT
Abstrak:Kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung, telah diatur dalamKeputusan Menteri Pertanian Nomor 817/Kpts/Um/11/1980, yaknidengna memperhatikan paling tidak tiga faktor: kemiringan lereng,curah hujan dan jenis tanah. Tulisan ini menjelaskan metode analisisspasial penentuan kawasan hutan lindung menurut kriteria tersebut,dengan studi kasus pada Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat.
I. PENDAHULUAN
Undang-undang RI no 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa hutan lindung
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Untuk menjaga agar hutan lindung dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya, maka didalam hutan
lindung tidak boleh dilaksanakan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi tersebut.
Secara fisik, aturan mengenai kriteria penetapan kawasan hutan lindung sudah diatur dalam
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 817/Kpts/Um/11/1980. Dalam keputusan ini, diatur kriteria-
kriteria yang meliputi
lereng lapangan,
jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi,
intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan.
Dari aspek kemiringan lereng, dibagi menjadi beberapa klasifikasi sebagai berikut:
Kelas Kemiringan lereng Keterangan1 0 8% Datar2 8 15% Landai3 15 25% Agak curam4 25 45% Curam
1
-
5 > 45% Sangat curam
Menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah dibagi ke dalam kelas-kelas berikut:
Kelas Jenis Tanah Keterangan
1 Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah
Tidak peka
2 Latosol Agak peka
3 Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran
Kurang peka
4 Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik
Peka
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka
Untuk jenis tanah komplek, kelasnya adalah sama dengan kelas dari jenis tanah yang peka
terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah komplek tersebut.
Dari aspek intensitas hujan, yaitu rata-rata curah hujan dalam mm setahun dibagi dengan rata-
rata jumlah hari hujan setahun, dibagi ke dalam kelas-kelas sebagai berikut :
Kelas Intensitas Hujan (mm/hari hujan) Keterangan
1 < 13.6 Sangat rendah
2 13.6 20.7 Rendah
3 20.7 27.7 Sedang
4 27.7 34.8 Tinggi
5 > 34.8 Sangat tinggi
II. METODOLOGI PENETAPAN KAWASAN HUTAN LINDUNG
Metode yang digunakan dalam analisis penetapan kawasan hutan lindung, yakni dengan
menggunakan angka penimbang (bobo) untuk ketiga faktor (kemiringan lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan). Angka penimbang (bobot) untuk faktor kelerengan = 20, jenis tanah = 15 dan
intensitas hujan = 10.
Dengan bobot seperti di atas, diperoleh tabel skor untuk kelas kemiringan lereng sebagai
2
-
berikut:
Kelas Kemiringan lereng Skor1 0 8% 202 8 15% 403 15 25% 604 25 45% 805 > 45% 100
Sedangkan untuk jenis tanah, diperoleh tabel skor sebagai berikut:
Kelas Jenis Tanah Skor
1 Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah
15
2 Latosol 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran
45
4 Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik
60
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina 75
Untuk intensitas hujan, diperoleh tabel skor sebagai berikut:
Kelas Intensitas Hujan (mm/hari hujan) Skor
1 < 13.6 10
2 13.6 20.7 20
3 20.7 27.7 30
4 27.7 34.8 40
5 > 34.8 50
Setelah nilai-nilai skor ini diterapkan pada data kemiringan lereng, intensitas hujan dan jenis
tanah, kemudian ketiga layer tersebut dioverlay, dan skor masing-masing layer dijumlahkan.
Nilai total skor (hasil penjumlahan) akan menentukan wilayah mana yang akan dijadikan sebagai
kawasan hutan lindung, dan mana yang jadi kawasan hutan produksi, dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Skor >= 175, maka dicadangkan sebagai hutan lindung
2. Skor 125-174, maka dicadangkan sebagai hutan produksi terbatas. Ketentuan lainnya :
3
-
Berada di luar kawasan lindung, suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
3. Skor 2500 mm/tahun: sangat tinggi
Reklasifikasi raster juga digunakan untuk mengubah klasifikasi kemiringan lereng dari 6
kelas menjadi 5 kelas seperti diatur dalam Kepmentan. Kelas 1 dan 2 dijadikan satu
kelas, sisanya dibiarkan tetap seperti semula.
4
-
Konversi raster ke vektor (polygon)
Konversi raster ke vektor (polygon) dilakukan untuk data berikut:
Mengubah data kemiringan lereng menjadi data vektor (polygon)
Mengubah data curah hujan menjadi data vektor (polygon)
Pemberian nilai skor
Ketiga layer yang sekarang sudah sama-sama menjadi layer vektor, diberi field baru
dan diisi dengan skor masing-masing yang sesuai dengan kriteria
Overlay untuk 3 data vektor: kemiringan lereng, jenis tanah dan curah hujan
Dengan melakukan overlay ketiga data, kita akan memperoleh potongan-potongan
poligon hasil proses intersect, dengan informasi ketiga nilai skor berdasar data
kemiringan lereng, curah hujan dan jenis tanah.
Ketiga nilai skor ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh hasil total skor.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memperoleh skor minimal 175. Sedangkan
kawasan dengan skor kurang dari 175, diarahkan untuk dijadikan hutan produksi.
IV. HASIL PENGOLAHAN DATA
Berikut peta-peta hasil pengolahan data:
5
-
Peta kemiringan lereng Kabupaten Agam:
Peta jenis tanah Kabupaten Agam:
6
-
Peta curah hujan Kabupaten Agam:
Peta kawasan hutan lindung Kabupaten Agam:
7
-
Hasil perhitungan luas kawasan hutan lindung dan budidaya seperti pada peta di atas, adalah
sebagai berikut:
No Jenis Kawasan Luas (ha)
1 Kawasan hutan lindung 55.082,59
2 Kawasan hutan budidaya 157.153,25
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa kawasan yang bisa dibudidayakan di daerah Kabupaten
Agam, Propinsi Sumatera Barat, adalah sekitar 157.153 hektar, atau sekitar 74%. Sisanya
merupakan kawasan yang seharusnya diarahkan sebagai kawasan lindung, dan mayoritas berada
pada daerah punggung pegunungan bukit barisan.
8