Download - Tugas Pb Tanah
LAPORAN MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT ASPEK TANAH
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS)
Disusun Oleh :
Carolina Eva Nita 105040200111147
Kelas : D
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
(a) Pemantauan Produksi Dibidang Pertanian,
Gis dapat digunakan untuk memantau produksi pertanian. GIS dapat
digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan
seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. GIS dapat
digunakan untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam,
dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi
karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam
masa panen. Misalnya GIS membantu menginventarisasi data-data lahan
perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses
pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit
tanaman dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
Informasi Statistik pertanian di Indonesia berasal dari perolehan data
jangka panjang dan jangka pendek. Jangka panjang dilakukan melaui sensus
pertanian dalam periode waktu 10-tahunan. Jangka pendek dilakukan dalam
periode bulanan/ 4-bulanan dengan pendekatan pengukuran dan estimasi.
Produktivitas (ton/ha) didasarkan pada system ubinan (cutting plot) yang jumlah
sampel dan distribusinya ditetapkan oleh BPS secara acak-proporsif. Sistem
ubinan didedikasikan untuk level propinsi, sehingga untuk data level Kabupaten
masih berdasarkan estimasi. Sedangkan luas panen didasarkan pada estimasi yang
dilakukan oleh MANTAN (Mantri Tani) sering dikenal dengan pendekatan ‘Eye
Estimate1) . Dengan berkembangnya teknologi remote sensing dan GIS yang
sangat pesat didukung oleh perkembangan teknologi dan kapasitas memori
komputer, sangat memungkinkan mengembangkan estimasi dan peramalan
produksi pertanian dengan pendekatan Spasial Statistik. Rancangan
‘Kerangka Sampel Areal’ untuk tanaman padi merupakan salah satu contoh
spasial statistik pertama yang dikenalkan di Indonesia tahun 1999, melalui proyek
SARI dengan sebutan ‘Regional Inventory2).
(b) Penilaian Resiko Usaha Pertanian,
Kejadian kebakaran hutan dan lahan termasuk di daerah kalimantan barat,
secara umum disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan
untuk berbagai bentuk usaha pertanian, perkebunan dan kehutanan. Aktivitas
tahunan masyarakat berupa penyiapan lahan pertanian dengan mengguanakan
metode tebas, tebang, dan bakar memberikan kontribusi kejadian kebakaran
hutan dan lahan. Cara ini masih dianggap efisien secara ekononomis, biaya
maupun tenaga masyarakat petani. Begitu beasarnya pengaruh aktivitas manusian
dan resiko kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan agar
mendapatkan prioritas dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini dikarenakan,
keberhasilan penanggulangan kebakaran hutan sangat bergantung pada upaya
pencegahan kebakaran huta. Prinsip mencegah lebih baik dari pada memadamkan
menggambarkan bahwa upaya pecegahan memilki implikasi biaya yang murah
dibandingkan dampak yang ditimbulkan apabila terjadi kebakaran hutan dan
lahan.
Berdasarkan pengalaman tersebut maka upaya pencegahan kebakaran
hutan dan lahan haruslah dilakukan secara terpadu. Salah satunya adalah upaya
untuk mendukung pencegahan yang efektif dan efisien adalah melalui penyediaan
informsi bahaya kebakaran yang memanfaatkan data-data hotspot dan data-data
pendukung lainya untuk diolah dan dianalisis menjadi suatu model spasial
menggunkn teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) sehingga memudahkan pemantauan resiko kebakaran hutan dan
lahan pada suatu daerah. Dalam pembangunan mode spasial diharapakan mampu
menggambarkan sebaran tingkat kerawanan maupun resikoterjadinya kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat sehingga informasi tersebut dapat
menjadi masukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
(c) Pengendalian Hama Dan Penyakit,
Serangan organisme pengganggu tanaman dapat menyebabkan target pertanian
menurun. Kini prediksi serangan organisme pengganggu tanaman dapat diakses melalui Internet.
Organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti gulma, hama, dan mikroorganisme patogenik
merupakan musuh bebuyutan para petani. Organisme-organisme itu dapat menyebabkan
tanaman rentan terserang penyakit danmenurunkan kualitas tanaman. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan tanaman berkualitas, diperlukan upaya pengendalian OPT yang
menyeluruh. Menurut Edi Suwardiwijaya, fungsional pengendali OPT dari Balai Besar
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BB-POPT)Departemen Pertanian, berbagai
upaya pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mencegah serangan OPT terus dikembangkan
hingga saat ini. Secara operasional, penerapan PHTmencakup upaya preemtif dan
responsif.Upaya preemtif ialah pengendalian hama berdasarkan informasi dan pengalaman status
OPTwaktu sebelumnya. Upaya tersebut mencakup penentuan pola tanam, varietas, waktu
tanam,keserentakan tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam, dan penyiangan. Tujuan
upayapreemtif ialah membudidayakan tanaman sehat. Misalnya di bidang pertanian adalah
digunakannya SIG untuk pengelolaan kebun kelapa sawit yang di dalamnya termasuk
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Berikut penyebarannya:
Gambar 1. Daerah penyebaran hama dan penyakit menggunakn SIG
(d) Pemantuan Budidaya Pertanian
Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian, sudah banyak berbagai
jenis pupuk dan obat-obatan yang diproduksi dengan tujuan untuk
menyuburkan tanaman sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan
petani. Namun demikian, seringkali tanaman terserang hama dan penyakit yang
dapat menyebabkan berkurangnya hasil pertanian sehingga merugikan petani.
Maka untuk itu diperlukan sebuah solusi yang dapat membantu industri
pertanian dalam menanggulangi masalah tersebut. Salah satu aplikasi teknologi
sistem informasi adalah Sistem Informasi Geografis (GIS) yang dapat
diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan terutama dalam bidang bisnis yang telah terbukti sangat
membantu dalam mengambil keputusan karena SIG ini merupakan bidang
teknologi sistem informasi yang paling luas penerapannya, sehingga dalam
industri pertanianpun dapat dikembangkan dalam membantu orang-orang yang
bercocok tanam terutama kedelai.
(e) Presisi Pertanian,
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan
teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi,
menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di
dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan
menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber
daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan
tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan. Hal tersebut
berpotensi diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang
sama (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama
dengan pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan
dibanding sistem produksi pertanian yang lain. PF mempunyai banyak
tantangan sebagai sistem produksi tanaman sehingga memerlukan banyak
teknologi yang harus dikembangkan agar dapat diadopsi oleh
petani. PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis
teknologi informasi.
Pelaksanaan PF merupakan suatu siklus yang berkesinambungan dari
tahap perencanaan (planning season), tahap pertumbuhan (growing season),
dan tahap pemanenan (harvesting season) seperti disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Siklus proses dalam pertanian presisi
(f) Pengelolaan Sumberdaya Air
Banyak banjir di atas bumi, merupakan suatu akibat pesatnya perluasan
perkotaan atau alih fungsi lahan. Perubahan alih fungsi lahan ini seringkali juga
tidak diimbangi dengan usaha-usaha pencegahan banjir. Penyusutan lahan
penutupan vegetasi dan tampungan alami mempengaruhi keseimbangan hidrologi
daerah aliran sungai. Semakin banyak penyusutan lahan vegetasi ini terjadi, maka
akan menyebabkan semakin besarnya limpasan permukaan (runoff) yang akan
terjadi, yang akan menyebabkan banjir. Suatu model hidrologi, memungkinkan
prediksi proses hidrologi tersebut pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Tetapi
model hidrologi ini memiliki keterbatasan untuk mengakomodasi perubahan-
perubahan keruangan dalam DAS, sedangkan masalah hidrologi juga merupakan
masalah keruangan. Dilain pihak, ada sistem informasi geografis (SIG), yang
merupakan sistem berbasis komputer untuk pengelolaan data keruangan.
Dalam sistem informasi geografis, dimungkinkan untuk melakukan
analisis data secara keruangan, antara lain pada analisis perubahan tata guna
lahan, yang sangat menentukan terjadinya proses hidrologi berupa limpasan
permukaan (runoff) yang terjadi. Karenanya, merupakan satu tantangan pada
aplikasi sistem informasi geografis dalam model hidrologi adalah bagaimana
perubahan keruangan dapat disimulasikan secara interaktif, mudah, cepat dengan
hasil yang akurat, sehingga dapat digunakan baik untuk penelitian maupun untuk
pengambilan keputusan. Hal ini diperlukan suatu usaha pengintegrasian antara
model hidrologi dan SIG, sehingga mampu menjawab tantangan di atas.
(g) Kajian Biodiversitas Bentang Lahan Untuk Kegiatan Pertanian Berlanjut
Pertambahan jumlah penduduk di pulau Jawa menyebabkan pertambahan
akan sandang, pangan, papan juga meningkat. Pertambahan jumlah penduduk
mengakibatkan kebutuhan lahan juga meningkat sehingga banyak terjadi konversi
kawasan hutan menjadi kawasan pemukiman atau budidaya. Peningkatan konversi
kawasan hutan ini menyebabkan bencana ekologis berupa penurunan biodiversitas
pada flora dan fauna. Kebanyakan kawasan konservasi terfragmentasi oleh lahan
bukan hutan dan pemukiman. Dari situasi tersebut tindakan-tindakan konservasi
perlu segera dilaksanakan baik di dalam kawasan konservasi maupun kawasan
non konservasi. Perhatian tersebut juga perlu pada kawasan budidaya yang
kemungkinan ada beberapa spesies penting ada disana. Konsep HCVs merupakan
suatu gagasan untuk mempromosikan pengelolaan lestari pada kawasan non
konservasi. Konsep HCVAs dimulai dari identifikasi dan pemetaaan kawasan
HCVs.
(3) (penjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut
dilakukan, pada sistem pertanian yang bagaimana penerapkan GIS tersebut
dilakukan, macam data spatial apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun
contoh tersebut, bagaimana manfaat penerapan GIS tersebut dalam
menjalankan sistem pertanian)
Dalam hal ini, kegiatan untuk pengaplikasian SIG tersebut berada di
Kebun Kertowono bagian Kajaran Perkebunan PTPN XII Kabupaten Lumajang
Provinsi Jawa Timur . Sampling area berada di Lahan basah-Gumuk Winong
afdeling Bedengan dan hutan Sumur Windu, hutan Danyang, dan Bestik di
afdeling Kaliwelang.
Sistem pertanian yang digunakan untuk penerapan GIS ini yaitu pada
Pemetaan High Conservation Value Area`S (Hcva`S) atau pemetaan penutupan
lahan kebun Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kebun
Kertowono bagian Kajaran PTPN XII Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa
Timur.
Data yang dapat diolah dalam SIG merupakan fakta – fakta data di
permukaan bumi yang memiliki referensi keruangan baik referensi secara relatif
maupun referensi secara absolut, dan disajikan dalam sebuah format yang
bernama peta. SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari
perangkat – perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara
mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel –
tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard (Gistut 1994 dalam Prahasta
2001).
Komponen terakhir yang tidak terelakkan dari SIG adalah sumberdaya
manusia yang terlatih. Peranan sumberdaya manusia ini adalah untuk menjalankan
sistem yang meliputi pengoperasian perangkat keras dan perangkat lunak, serta
menangani data geografis dengan kedua perangkat tersebut. Sumberdaya manusia
juga merupakan sistem analisis yang menterjemahkan permasalahan riil di
permukaan bumi dengan bahasa SIG, sehingga permasalahan tersebut bisa
teridentifikasi dan memilliki pemecahannya.
Data spasial yang dibutuhkan unuk menyusun progam tersebut agar dapat
dilaksanakan yaitu:
1. Data Primer, berupa :
a. Data Spasial
Citra Satelite Landsat 7 –ETM+ tahun 2004 dari PPLH IPB.
Peta Rupa Bumi Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Skala 1 :
250.000 yang diperoleh dari BAPPEDA Tingkat II Lumajang.
Peta Digital Geologi yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat ( PUSLITTANAK ) Bogor.
Peta Kontur yang bersumber dari Shuttle Radar Topography
Mission (SRTM) ukuran pixel 90 meter.
Peta Jenis Tanah daerah Kabupaten Lumajang Jawa Timur dengan
skala 1 : 250.000 yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat ( PUSLITTANAK ) Bogor.
b. Foto-foto tipe penutupan lahan dengan pemotretan menggunakan kamera
digital.
c. Data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi
dalam bentuk koordinat yang disebut Grand Control Point ( GCP ). Data
ini didapatkan dengan melakukan cek langsung di lapangan. Data GCP
ini selanjutnya dijadikan acuan dalam interpretasi citra satelite landsat 7-
ETM+ dengan klasifikasi terbimbing untuk membuat peta penutupan
lahan.
d. Data satwaliar dan vegetasi. Data ini dieroleh dari pengumpulan atau
survei di lapang
2. Data Sekunder, berupa data kondisi umum lokasi penelitian dan pustaka
melalui studi literatur yang berasal dari instansi terkait.
Manfaat yang dapat diterapkan pada pertanian yaitu dapat dijadikan
pedoman pengelolaan kawasan perkebunan di kebun Kertowono bagian
Kajaran PTPN XII Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Selain itu juga,
rusaknya penutupan lahan yang bervegetasi pohon akan berdampak bagi
kelangsungan hidup burung. Jenis burung yang biasa memanfaatkan struktur
vegetasi dan ruang tajuk akan kehilangan tempat untuk beraktivitas seperti
makan istirahat dan bermain. Hernowo (1985) menyatakan bahwa terdapatnya
jenis burung disuatu habitat terkait dengan kondisi habitat, jenis burung, dan
besarnya gangguan di tempat tersebut. Kondisi habitat tersebut adalah
tersedianya makanan, istirahat, berlindung, tidur dan bersarang.
Perlindungan keanekaragaman hayati di luar kawasan konservasi
merupakan tindakan penting dalam suatu strategi konservasi. Ketergantungan
mutlak pada kawasan konservasi merupakan hal yang berbahaya, dimana
perlindungan, perhatian dan pengelolaan hanya akan terfokus pada spesies dan
komunitas pada kawasan tersebut, sementara keanekaragaman hayati di luar
kawasan tersebut dimanfaatkan dengan tidak terkendali sehingga dalam hal ini
perkebunan juga mempunyai peranan penting dalam tindakan-tindakan
konservasi. Pendanaan dalam pengembangan konservasi bisa berasal dari
pemerintah muapun pihak swasta (dalam negeri maupun luar negeri) sehingga
pihak pengelola tidak perlu mengkhawatirkan dengan pendanaan dalam
perlindungan keanekaragaman hayati yang berada di kawasannya. Sehingga
sistem informasi geografis sangat bermanfaat bagi bidang pertanian mulai dari
pemantauan produksi pertanian, meminimalkan resiko bagi pertanian ,
mengelola sumber mata air dan sebagainya. Sedangkan pada sistem ini, yaitu
pemetaan penutupan lahan di kebun kertowono dapat memberikan informasi
secara khusus kepada masyarakat bagaimana cara untuk melestarikan flora dan
fauna dengan menggunakan sistem informasi geografis tersebut.
Gambar 2. Hasil pemetaan penutupan lahan di kebun Kertowono
(4) Uraian Bagaimana Peluang Masing-Masing Contoh Tersebut Diterapkan
Di Salah Satu Sistem Pertanian Di Indonesia Menuju Penerapan Pertanian
Berlanjut.
Sistem Informasi Geografis memiliki tiga fungsi utama; pertama,
berfungsi menyimpan, mengatur, dan mengintegrasikan sejumlah besar data
spasial yang telah diambil; kedua, mengartikan dan menganalisis data komponen
geografis yang berhubungan secara khusus; ketiga, mengorganisasikan dan
memanajemen sejumlah besar data dengan berbagai cara hingga informasi dapat
diperoleh dengan mudah oleh pengguna. Sehingga dari fungsi tersebut, SIG
sangat memberikan peluang bagi keberlanjutan pertanian di Indonesia.
Salah satunya yaitu proses perbaikan hutan di semua aliran DAS. Sangat
memungkinkan saat ini untuk membangun strategi manajemen spasial dengan
menerapkan teknik operational research seperti optimisasi, simulasi untuk
memanipulasi pola spasial dengan cara pendugaan target pola lanskap dari waktu
ke waktu di Indonesia karena memberikan peluang besar bagi kehutanan dan
pertanian. Dengan menguji adanya perubahan pola lanskap sebagai suatu aktivitas
yang terencana maupun intervensi manusia dan atau kejadian alam, maka
dinamika lanskap akan mudah dipahami.
Penerapan GIS dikombinasikan dengan teknik penghitungan komputer
lainnya seperti artificial intellegence dan remote sensing data ataupun analisis
citra serta hasil inventarisasi memudahkan untuk mengelola jumlah data yang
berlimpah. Di samping itu, proses pengambilan keputusan akan menjadi semakin
berkualitas. Keadaan ini yang diinginkan bahwa manajemen lanskap akan menjadi
operasional. Strategi kebijakan untuk mempertahankan keberadaan hutan,
memperluas peranannya serta memperkuat kerentanannya terhadap perubahan
iklim dapat dilakukan dengan cara menyusun model optimasi luas hutan dan
mengintegrasikannya ke dalam perencanaan penggunaan hutan dalam suatu
wilayah DAS. Kerangka konseptual yang disusun tersebut perlu dikomunikasikan
ke berbagai lokasi penelitian yang terpilih. Komunikasi tersebut diperlukan untuk
verifikasi jenis data yang diperlukan serta penyusunan rencana pengendalian
penelitian di lapangan, termasuk monitoring data dan pelaporan progres
penelitian. Sehubungan dengan itu maka kegiatan pengumpulan data lapangan
sudah mulai dilakukan di awal tahun penelitian. Termasuk pengumpulan data
untuk kegiatan. Kajian Lanskap hutan pada berbagai kondisi DAS dan Analisis
persepsi multipihak terhadap lanskap hutan. Kegiatan penelitian Integrasi multi-
strategi ke dalam multi-level manajemen lanskap dilakukan pada tahun ke 2
setelah tersedia data awal dari penelitian yang lain.
Sistem Informasi Geografis memiliki peluang besar dalam pertanian
berlanjut karena perkembangan teknologi di Indonesia semakin pesat
memungkinkan peningkatan produksi dalam bidang pertanian. GIS dapat
digunakan untuk merancang, mengelola dan memantau sistem pertanian sehingga
memudahkan bagi pengguna untuk mengaplikasikannya. Indonesia akan
menerapkan pertanian berlanjut untuk menjaga lingkungan sekitar agar tetap
sehat. Dengan demikian, GIS akan membantu para petani untuk memonitoring
dalam jarak jauh sehingga tidak terlalu membutuhkan tenaga jika dilakukan secara
manual. GIS dapat digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit, memantau
produksi pertanian dalam negri, menilai resiko dalam bidang pertanian secara
keberlanjutan secara berlanjut dan pemakaian bahan anorganik dapat di
minimalkan.
(5) Pembahasan Umum dan Kesimpulan.
Pertanian merupakan salah satu sektor utama di Indonesia yang
mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
nasional. Namun, pada kenyataanya sampai saat ini masih banyak petani yang
masuk golongan miskin di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah
bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga kurang memperhatikan
sektor pertanian keseluruhan. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan dalam bidang pertanian. Salah satu faktor yang menyebabkannya
adalah kurangnya pengetahuan pihak Dinas Pertanian untuk memberikan
informasi kepada petani dalam mengetahui keadaan tanah yang diolahnya,
sehingga cenderung melakukan penanaman jenis tanaman berdasarkan
pengalaman leluhur terdahulu. Pada saat ini, para petani belum mengenal dan
mengetahui syarat utama penanaman jenis tanaman yang sesuai untuk lahannya.
Mengacu pada permasalahan di atas, Diajukan solusi berupa pembuatan aplikasi
GIS untuk informasi kecocokan tanam pertanian. Aplikasi ini ditujukan bagi
pemerintah daerah khususnya bidang pertanian dan perkebunan guna
menginformasikan kondisi tanah sehingga dapat mengurangi risiko gagal panen
dikarenakan ketidakcocokan kondisi tanah atau lahan, pemantauan tentang
tanaman budidaya pertanian, informasi tentang produksi atau hasil panen serta
informasi tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman sert penyebaranya.
Itulah sebabnya aplikasi GIS sangat bermanfaat bagi pertanian dan sektor non
pertanian.
Namun dalam hal tersebut, banyak kendala yang harus dihadapi unuk
peningkatan penggunaan GIS dalam sektor pertanian. salah satunya adalah
keterbatasan Ilmu pengetahuan teknologi tentang GIS yang diperoleh masyarakat
khususnya petani di Indonesia. Dan bagaimana cara pengoperasian masing-
masing sistem sehingga membutuhkan peran penyuluh pertanian untuk membantu
proses pengenalan ataupun dalam proses penggunaan sistem tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil dari keteragan diatas adalah sistem
informasi geografis sangat bermanfaat untuk diterapkan pada pertanian berlanjut
yaitu mempermudah pemantauan budidaya pertanian jarak jauh, pengendalian
hama dan penyakit tanaman, mengetahui resiko yang disebabkan oleh manusia
seperti kebakaran hutan. Dengan demikian, peningkatan progam atau sistem GIS
di Indoesia dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan.
Daftar Pustaka
Diunduh dari http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/may_10/opini01.html Pemetaan High Conservation Value Area`S (Hcva`S) Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Diakses pada tanggal 18 oktober 2012
Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/35833/ Pemetaan High Conservation Value Area`S (Hcva`S) Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. . Diakses pada tanggal 18 oktober 2012
Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49827 Rencana Penelitian Integratif . Diakses pada tanggal 18 oktober 2012
Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/20681/ Aplikasi Sig Untuk Penetapan Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi PertanianTanaman Pangan. Diakses pada tanggal 18 oktober 2012