TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL
KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Dea Iswari
FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL
KOTA BANDAR LAMPUNGOleh
Sebagian masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja diposisikan salingmembelakangi dengan maksud sebagai simbol perpisahan antara arwah dengankerabatnya. Disamping itu juga sebagai simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawaterhadap kerabatnya yang sudah meninggal. Membelakangi sebagai bukti bahwamereka tidak akan lagi melihat atau menangisi kepergian/perpisahan dengankerabatnya. Hal tersebut merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakatSuku Jawa sebagai alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang,meskipun hanya dilakukan pada saatyang singkat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan tradisiTumpeng Pungkur pada upacara kematian bagi masyarakat Suku Jawa diKampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung? Tujuan dalampenelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkurpada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota BandarLampung. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan teknik analisis datayang digunakan adalah reduksi data dan display atau penyajian data.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tata cara pelaksanaantradisi Tumpeng Pungkur di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal KotaBandar Lampung,mulai dari bahan-bahan yang digunakan, pembuatan TumpengPungkur, pembukaan acara, inti dari acara tradisi Tumpeng Pungkur, dan penutuptradisi Tumpeng Pungkur secara baik dan benar.
Dea Iswari
Tumpeng ungkur-ungkuran ini merupakan simbol penyempurnaan arwah.
TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL
KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Dea Iswari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Gunung Sari Kecamatan Tanjungkarang Pusat
(Enggal) Kota Bandar Lampung. Pada Tanggal 26 Januari 1992, merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Guharto Kotjo, B.Sc dan
Ibu Trisnowati.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah TK Fransiskus 1 Tanjungkarang yang
diselesaikan tahun 1998, SD Fransiskus 1 Tanjungkarang yang diselesaikan tahun 2005, SMP
Kartika II-2 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008, dan SMAN 6 Bandar Lampung
yang diselesaikan tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung melalui jalur UML (Ujian Masuk Lokal). Tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa/ Pekon Ciherang Kecamatan Gunung Alif Kabupaten Tanggamus, serta penulis juga
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1 Gunung Alif.
PERSEMBAHAN
BismillahHirrohmanNirohim
Dengan Mengucap Syukur Allhamdulillah Atas Segala Kebesaran Allah.swt
Kupersembahkan Karyaku ini Kepada
Kedua Orang Tuaku
Bapak Guharto Kotjo, B.sc dan Ibu Trisnowati
Orang yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku
Mbak dan Adikku
Maranantia Sukotjo, S.pd dan Puti Oktriola
Orang yang paling aku sayang dan aku cintai
Serta Almamaterku Tercinta
MOTTO
Kesakitan membuat anda berfikir, fikiran membuatanda bijaksana, kebijaksanaan membuat kita bisa
bertahan dalam hidup.
(John Pattrick)
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tradisi Tumpeng Pungkur Pada Upacara Kematian Di Kampung
Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung”. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi Muhammad Fuad, M.Hum. Dekan Falkutas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan I Wakil Akademik dan
Kerjasama Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si.Ketua Program Studi Pendidikan telah
memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik dan saran selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.
7. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H. Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan
serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Pembimbing II yang telah sabar
membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum. Pembahas yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat
dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para
pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program
Studi Pendidikan Sejarah.
11. Orang tuaku, Saudara-saudaraku, dan Keluarga besarku, terimakasih atas
doa, bantuan, partisipasi dan kekeluargaan yang indah.
12. Kepada kedua sahabatku Anggun Puspawati dan Riantimala terimakasih
atas bantuan kalian dan persahabatan kita yang telah terjalin selama ini.
Dan juga teman-teman lainnya angkatan 2011 yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan dan pertemenanan yang
indah. Terima kasih karena telah melalui masa-masa kuliah bersama.
13. Kawan-kawan moderator seminar usul Adiwiranata (2013) dan seminar
hasil Muhammad Ilham (2012) yang telah membantu selama proses
seminar.
14. Kepala Kelurahan Kampung Gunung Sari Ibu Nurjanah, S.Sos. M.M. yang
telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, informasi, mengenai
penelitian ini.
15. Masyarakat Jawa di Kampung Gunung Sari terutamaBapak Dulkosim,
Bapak Kusno, Bapak Sarjono, Bapak Siswo Suharjo, Ibu Ijah, Ibu
Sukinem, Ibu Keminem, Ibu Tuminah selaku sebagai subjek dalam
penelitian.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan
tetapi penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, 2016
Penulis,
Dea Iswari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1B. Analisis Masalah ................................................................................ 3
1. Pembatasan Masalah ...................................................................... .....32. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup ............ 31. Tujuan Penelitian............................................................................ 32. Kegunaan Penelitian....................................................................... 43. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5
1. Konsep Masyarakat Jawa .................................................................. 52. Konsep Tumpeng Pungkur .................................................................. 63. Konsep Upacara Kematian dalam Masyarakat Jawa ....................... 7
B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 9C. Paradigma .............................................................................................. 10
III. METODE PENELITIANA. MetodePenelitian .................................................................................... 12
1. Metode Kualitatif .............................................................................. 122. Metode Deskriftif ............................................................................... 12
B. FokusPenelitian...................................................................................... 13C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 14
1. Variabel Penelitian ............................................................................. 142. Definisi Operasional .......................................................................... 14
D. Teknik Penentuan Informan.................................................................... 15
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 161. Wawancara Mendalam....................................................................... 162. Observasi (pengamatan)..................................................................... 173. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 174. Dokumentasi....................................................................................... 175. Studi Pustaka...................................................................................... 186. Teknik Analisis Data.......................................................................... 18
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil ........................................................................................................ 21
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian.................................................. 211.1 Sejarah Kampung Gunung Sari................................................... 211.2 Letak dan Batas Administratif Kampung Gunung Sari ............. 221.3 Keadaan Geografis dan Iklim ..................................................... 231.4 Data Penduduk Kampung Gunung Sari ..................................... 23
2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 252.1 Persiapan Tradisi Tumpeng Pungkur .......................................... 252.2 Hidangan Tradisi Tumpeng Pungkur .......................................... 28
2.2.1 Bahan-bahan ...................................................................... 292.2.2 Larangan dan Pantangan.................................................... 352.2.3 Tempat Penyajian Tumpeng .............................................. 36
2.3 Waktu Pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur di KampungGunung Sari ............................................................................... 38
2.4 Aktivitas Tradisi Tumpeng Pungkur ........................................... 392.4.1 Doa Bersama...................................................................... 392.4.2 Pemotongan Tumpeng Pungkur......................................... 39
B. Pembahasan............................................................................................. 411. Arti Pelaksanaan Tumpeng Pungkur .................................................. 41
1.1 Tumpeng Pungkur Sebagai Upacara Pelepas Kematian ............. 411.2 Tumpeng Pungkur Untuk Mencari Keselamatan dan
Menghormati Hal Gaib ............................................................... 422. Arti Tumpeng Pungkur Bagi Masyarakat........................................... 43
2.1 Tumpeng Pungkur Sebagai Wadah Sosialisasi ........................... 432.2 Tumpeng Pungkur Sebagai Upaya Melestarikan Tradisi............ 442.3 Pandangan Mengenai Tradisi Tumpeng Pungkur ....................... 44
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ............................................................................................. 46B. Saran ...................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Sejarah Pemerintahan Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 22
Tabel 2 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin DiKampung Gunug Sari 23
Tabel 3 Data Mata Pencaharian Di Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 24
Tabel 4 Sistem Kepercayaan yang Dianut Masyarakat KampungGunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 24
Tabel 5 Data Sarana Peribadatan Di Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumah duka sebelum dilaksanakan upacara pemakaman 26
2. Jenazah yang akan dimandikan dan disholatkan 27
3. Nasi tumpeng yang dibuat harus putih/tidak berwarna 29
4. Nasi tumpeng yang akan dibelah dari ujung hingga kepangkal 30
5. Tumpeng yang diposisikan saling membelakangi/Tumpeng Pungkur 31
6. Tumis tempe yang digoreng basah 32
7. Mie bihun yang ditumis dengan kecap dan sedikit garam 33
8. Ayam ingkung yang telah digoreng 34
9. Kerupuk yang digoreng sebagai bahan pelengkap 35
10. Tumpeng Pungkur beserta lauk pauknya 36
11. Proses pemotongan dan pembagian Tumpeng Pungkur 40
12. Tumpeng Pungkur yang dibagikan beralaskan daun pisang 41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya
dan masyarakat Suku Jawa khususnya adalah merupakan pencerminan bahwa
semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata
nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan
tuntutan zaman, yang jelas adalah bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata
upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Suku Jawa yang
serba hati-hati dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan baik
lahir maupun batin.
Banyak sekali tradisi yang ada pada masyarakat Suku Jawa, mulai dari tradisi
dalam selamatan kehamilan, kelahiran bayi, pernikahan bahkan kematian, karena
memang tradisi-tradisi masyarakat Suku Jawa itu secara garis besar dapat dipilah
kedalam tiga pokok, yaitu (a) sistem upacara daur hidup dan sistem daur waktu,
(b) adat pergaulan, dan (c) kesenian sesuai dengan pendapat Edy Sedyawati yaitu
“Upacara-upacara daur hidup berkisar pada tiga tahapan penting dalam kehidupan
manusia, yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian” (Sedyawati, 2012:429).
Salah satu tradisi yang menarik adalah tentang tradisi kematian pada masyarakat
Suku Jawa. Didaerah Jawa, tradisi-tradisi seperti ini masih mengakar kuat dalam
2
kehidupan masyarakatnya dan masih dilaksanakan hingga sekarang. Salah satu
tradisi untuk kematian yang dilakukan masyarakat Suku Jawa khususnya Jawa
Tengah adalah tradisi pembuatan Tumpeng Ungkur-ungkur dalam beberapa
masyarakat menyebutnya sebagai Tumpeng Pungkur.
Tradisi Tumpeng Pungkur hingga sekarang masih dapat kita jumpai dalam
kehidupan masyarakat Suku Jawa. Tradisi ini berisi ungkapan rasa perpisahan
keluarga dengan almarhum/almarhummah bahwa sudah berbeda alam dan harus
ikhlas. Tradisi Tumpeng Pungkur ini berarti ungkapan rasa perpisahan tanpa ada
ganjalan lagi. Keluarga yang ditinggalkan sudah mengikhlaskan dan merelakan
kepergian almarhum/almarhummah, dan memberikan doa restu bagi arwah untuk
melanjutkan perjalanan ke alam baka. Sedangkan bagi arwah sendiri telah rela
melepas urusan keduniawian, dan menetap dalam satu tujuan yaitu menghadap
kepada Sang Pencipta Alam Semesta sehingga, bagi arwah sudah tidak ada lagi
urusan dunia yang mengganjal atau membuat penasaran.
Tradisi Tumpeng Pungkur memerlukan beberapa rangkaian upacara
pelaksanaannya dan bahan-bahan yang dapat digunakan. Rangkaian upacara mulai
dari pengurusan jenazah (memandikan, mengkafankan, mensholatkan, dan
pemakaman). Selanjutnya ada pembuatan nasi tumpeng yang dilengkapi oleh
beberapa hidangan pelengkapnya seperti mie rebus, gebing kelapa, tempe yang
digoreng, ayam ingkung, dan kerupuk. Selesai pembutan akan dilakukan doa
bersama dan diakhiri dengan pemotongan Tumpeng Pungkur.
Tumpeng Pungkur ini merupakan simbol penyempurnaan arwah. Sebagian
masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja diposisikan saling
3
membelakangi dengan maksud sebagai simbol perpisahan antara arwah dengan
kerabatnya. Disamping itu juga sebagai simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawa
terhadap kerabatnya yang sudah meninggal. Membelakangi sebagai bukti bahwa
mereka tidak akan lagi melihat atau menangisi kepergian/perpisahan dengan
kerabatnya. Hal tersebut merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakat
Suku Jawa sebagai alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang,
meskipun hanya dilakukan pada saat yang singkat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tradisi
Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan
Enggal Kota Bandar Lampung.
B. Analisis Masalah
1. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Pelaksanaan Tumpeng
Pungkur Pada Upacara Kematian”
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pelaksanaan tradisi
Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunng Sari Kecamatan
Enggal Kota Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tradisi
Tumpeng Pungkur di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar
Lampung.
4
2. Kegunaan Penelitian
2.1 Kegunaan Teoritis
Diharapkan karya ilmiah ini bisa menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam
rangka pengembangan ilmu pegetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya
mengenai tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian pada masyarakat Suku
Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung.
2.2 Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan menambah wawasan tentang
Tumpeng Pungkur dan pengalaman yang berharga.
b. Bagi masyarakat Kampung Gunung Sari, untuk tetap mempertahankan tradisi
yang telah ada.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka peneliti berikan batasan ruang lingkup yang
akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis. Adapun ruang lingkup
tersebut adalah :
a. Objek Penelitian : Tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian
b. Subjek Penelitian : Masyarakat Kampung Gunung Sari
c. Tempat Penelitian : Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota
Bandar Lampung
d. Waktu Penelitian : 2015
e. Konsentrasi Ilmu : Antropologi Budaya
REFERENSI
Edi Sedyawati. 2012. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Hlm 429.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Masyarakat Jawa
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang
dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu
sama lainnya (Shadily, 1984: 47). Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk
Indonesia. Mereka hidup dan tinggal di pulau Jawa. Akan tetapi mereka juga
tersebar diseluruh wilayah kepulauan Indonesia.
“Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial, yaitu wong cilik
atau orang kecil yang terdiri dari sebagian massa petani dan mereka yang
berpendapatan rendah di kota. Golongan kedua adalah kaum priyai,
dimana termasuk pegawai dan golongan intelektual: kecuali itu, masih ada
kelompok ketiga yang jumlahnya kecil tapi mempunyai prastisi tinggi,
yaitu kaum priyai tinggi atau ningrat. Disamping lapisan sosial ekonomi,
masih dibedakan pula dan kelompok atas dasar keagamaan yang meskipun
secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda cara
penghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra
Islam dan disebut Jawa Kejawen dalam kepustakaan disebut kelompok
abangan. Golongan kedua adalah golongan orang Jawa beragama Islam
yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam, disebut golongan Santri.
Namun apapun golongannya, mereka adalah orang Jawa dengan ciri
khususnya yang tercermin dalam sikap mereka menghadapi berbagai
macam segi kehidupan (Sardjiono, 1992: 13-14).
Berdasarkan pemaparan di atas masyarakat Suku Jawa oleh peneliti dibatasi,
masyarakat Suku Jawa adalah orang yang berasal dari pulau Jawa khususnya
Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang tinggal di Kampung Gunung
Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung yang menjadi objek penelitian.
6
2. Konsep Tumpeng Pungkur
Pengertian Tumpeng Pungkur adalah suatu prosesi yang dilakukan oleh keluarga
seseorang yang telah tiada. Dalam beberapa masyarakat Suku Jawa menyebutnya
sebagai Tumpeng Ungkur-ungkuran. Ungkur-ungkuran dalam arti kata berarti
saling membelakangi. Secara konstektual tumpeng ini adalah sebuah tumpeng
yang dibuat dengan cara dibelah dari ujung sampai kepangkal tumpeng kemudian
diposisikan saling membelakangi. Tumpeng ini disajikan pada saat peringatan
kematian mulai dari hari pertama, ketiga, sampai hari ketujuh. Selain tumpeng
biasanya juga disertakan ubarampe (perlengkapan) lainnya. Seperti: sayur tujuh
macam misalnya, kangkung, kacang panjang, bayam, kubis, kecambah, wortel,
dan buncis; daun pisang; nasi untuk membuat tumpeng; telor ayam direbus; ayam
ingkung; dan gebing kelapa.
“Tumpeng ungkur-ungkuran ini merupakan simbol penyempurnaan
arwah. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja
diposisikan saling membelakangi dengan maksud sebagai simbol
perpisahan antara arwah dengan kerabatnya. Disamping itu juga sebagai
simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawa terhadap kerabatnya yang sudah
tiada. Membelakangi sebagai bukti bahwa mereka tidak akan lagi melihat
atau menangisi kepergian/perpisahan dengan kerabatnya. Hal tersebut
merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakat Suku Jawa sebagai
alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang, meskipun
hanya dilakukan pada saat yang singkat” (Herusatoto, 1987:18).
Ada juga yang berpendapat bahwa:
Tumpeng Pungkur berupa nasi yang berbentuk gunungan yang dibelah
menjadi dua dari pucuk hingga dasar kemudian diletakan pada posisi
saling bertolak belakang atau saling ungkur-ungkuran. Tumpeng jenis ini
melambangkan perpisahan antara orang yang meninggal dan orang yang
masih hidup. Orang yang meninggal bakal berada di alam akhirat,
sementara orang yang masih hidup tetap berada di alam dunia. Tumpeng
pungkur juga dimaksudkan agar orang yang mengadakan selametan
terbebas dari segala pengaruh jahat atau sebagai tolak-bala (penolak mara
bahaya) hingga situasi keluarganya menjadi adem ayem. (Giri, 2010: 20)
7
Tradisi Tumpeng Pungkur hingga sekarang masih dapat kita jumpai dalam
kehidupan masyarakat Suku Jawa, walau banyak diantaranya yang sudah
mengalami perubahan baik di daerah asal maupun di daerah lain dimana
masyarakat kelompok ini tinggal. Masyarakat Suku Jawa memang tersebar tidak
hanya di Pulau Jawa, tetapi juga ke hampir seluruh wilayah di Indonesia,
termasuk Pulau Sumatera khususnya Provinsi Lampung. Di Provinsi ini, dapat
dengan mudah kita jumpai komunitas masyarakat Suku Jawa.
Tradisi ini berisi ungkapan rasa perpisahan tanpa ada ganjalan lagi. Masing-
masing baik yang ditinggalkan maupun yang meninggalkan merasa ikhlas, rela,
dan masing-masing menyadari bahwa sudah berbeda alam dan berlainan
urusannya. Bagi keluarga yang ditinggalkan sudah merasa ikhlas dan memberi
doa restu bagi arwah untuk melanjutkan perjalanan kealam baka. Bagi arwah
sendiri, telah rela melepaskan segala urusan keduniawian, dan menetapkan dalam
satu tujuan yaitu menghadap kepada Sang Pencipta Alam Semsta, sehingga bagi
arwah sudah tiada lagi urusan duniawi yang mengganjal atau membuat penasaran.
3. Konsep Upacara Kematian dalam Masyarakat Jawa
Koentjaraningrat mendefinisikan upacara adalah sebagai religious institution
yakni sebuah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Menurutnya juga, sistem
upacara tersebut melaksanakan dan melambangkan konsep-konsep dalam sistem
keyakinan. Sistem upacara merupakan wujud kelakuan (behavioral manifestation)
dari religi (Koentjaraningrat, 1985:17).
8
Secara khusus, mengenai inti upacara bagi Suku Jawa, Clifford Geerzt
mengatakan bahwa di pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat suatu
upacara yang sederhana, formal, tidak dramatis dan hampir-hampir mengandung
rahasia slametan. Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan
upacara keagamaan yang paling umum di dunia (Geerzt, 1989: 13).
Dengan demikian, Clifford Geerzt menggambarkan pola dari upacara kematian
menurut Suku Jawa yang mengambil contoh dari daerah Mojokunto meliputi
perawatan jenazah seperti memandikan, mengusung jenazah ke makam, upacara
di kuburan, dan berakhir dengan diadakannya slametan (Geerzt, 1989: 91).
Karena definisi upacara kematian dalam Suku Jawa sangat luas, maka upacara
kematian tersebut dapat dikelompokan menjadi dua bagian yakni:
1. Upacara pemakaman yang meliputi: upacara geblag atau
menyembahayangkan jenazah, upacara mensucikan atau memandikan
jenazah, upacara “telusupan” dan pemberangkatan jenazah, dan upacara
penguburan jenazah.
2. Upacara setelah pemakaman yang disebut “slametan” yang meliputi:
pemotongan Tumpeng Pungku, telung dina, pitung dina, patang puluh dina,
satus dina, pendak pisan, pendak pindo, sewu dina, dan kol (Mulyadi, 1984:
37).
Pendapat lain mengenai jalannya upacara kematian dikemukakan oleh Tim
Lembaga Research Kebudayaan Naional dengan memberikan keterangan
mengenai upacara kematian Suku Jawa sebagai berikut:
“Di daerah yang masyarakatnya beragama Islam pada umumnya mengikuti
cara yang sama dalam melaksanakan upacara pengurusan jenazah, yaitu
9
membujurkan jenazah, memandikannya, serta menguburkannya setelah ia
meninggal, maka ia dibujurkan dengan kepala berada di utara. Tangannya
dilipat di atas dada, matanya ditutup, dan rahangnya diikat agar mulutnya
tidak terbuka. Selanjutnya ia ditutupi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Di daerah Jawa biasanya lalu dipasangi pelita dan dibakari dengan dupa.
Upaca memandikan biasanya dilakukan oleh keluarga terdekat, atau dapat
pula diserahkan kepada alim ulama. Pada umumnya, memandikannya ialah
dengan jalan memangkunya. Di daerah Jawa dikenal pula cara lain, yaitu
dengan meletakkannya diatas balai-balai. Apabila cara ini yang dipakai, maka
biasanya balai-balai itu dialasi dengan batang pisang. Kadang juga airnya
dicampur dengan daun kelor atau daun pisang yang dirobek-robek. Sebelum
jenazah dibungkus dengan kain kafan, maka ia disembahyangkan terlebih
dahulu. Selanjutnya barulah jenazah dibungkus dengan kain kafan, serta
kemudian diikat di tiga tempat, yaitu di kaki, pinggang, dan ujung kepala. Di
daerah Jawa, tali pengikat dibuka kembali, dan demikian juga muka jenazah
ditampakkan. Barulah kemudian peti ditutup. Seandainya tidak maka jenazah
dimasukan ke dalam semacam usungan. Pada malam harinya diadakan
slametan atau kenduri. Di daerah yang masyarakatnya menganut agama
Kristen, upacara kematian yang didasarkan Suku sudah digantikan oleh
upacara menurut agama” (Tim lembaga research kebudayaan nasional, 1984:
41-43).
Berdasarkan definisi dari para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan upacara kematian adalah pola perilaku dalam melaksanakan
pengurusan jenazah yang meliputi perawatan, menyucikan, merapihkan, upacara
penguburan jenazah, hingga dilaksanakannya slametan dimana semua pola
perilaku tersebut merupakan simbol dari keyakinan.
B. Kerangka Pikir
Tradisi dalam kematian merupakan simbol kekentalan suatu tradisi dalam
masyarakat, tradisi dalam kematian juga bukan hanya kegiatan yang mengandung
unsur yang biasa saja tetapi mempunyai sebuah arti didalamnya. Masyarakat Suku
Jawa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang melakukan tradisi
dalam kematian, tradisi dalam kematian masyarakat Suku Jawa tersebut
bermacam-macam, Suku Jawa Tengah memiliki tradisi yang berbeda dengan
Suku Jawa Timur dan juga berbeda dengan Suku Jawa Barat.
10
Tradisi untuk kematian yang terkenal dan dilakukan masyarakat Suku Jawa salah
satunya adalah tradisi Tumpeng Pungkur, setiap prosesi yang dilakukan
mempunyai makna-makna yang bermanfaat kerabat yang ditinggalkan.
Masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari juga melakukan tradisi
Tumpeng Pungkur dalam prosesi memperingati kematian dalam masyarakat Suku
Jawa.
Seiring perkembangan zaman dalam keadaan modern masyarakat Kampung
Gunung Sari masih melaksanakan salah satu tradisi dari budaya mereka yakni
Tumpeng Pungkur pada upacara kematian. Masyarakat Kampung Gunung Sari
dari dahulu mayoritas masyarakatnya masih tetap melaksanakan tradisi Tumpeng
Pungkur dalam setiap pelepasan kematian. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar
Lampung masih tetap menjaga budaya leluhur mereka.
C. Paradigma
Paradigma dalam penelitian ini berupa penggambaran tradisi Tumpeng Pungkur
dalam memperingati kematian pada masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung
Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung. Paradigma dalam penelitian ini
sebagai berikut.
11
.
Keterangan:
: Gaaris Hubungan
Tradisi Tumpeng Pungkur
Pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur
1. Pembukaan/Awal Pelaksanaan
2. Kegiatan Pelaksanaan
3. Penutup
REFERENSI
Hassan Shadily. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bima
Aksara. Hlm 47.
Maria A. Sardjono. 1992. Paham Jawa. Jakarta: Sinar Harapan. Hlm. 13-14.
Budiono Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Hanindata. Hlm 18.
Giri Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. Hlm 20
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia. Hlm 17.
Clifford Geertz. 1989. Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:
Pustaka Jaya. Hlm 13.
_____________.Ibid.. Hlm 91.
Mulyadi, dkk. 1984. Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Hlm 37.
Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI. 1984. Kapita
Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. Hlm
41-43.
Sumber Internet:
Rosdian Fatah. 2012. “Pergeseran Nilai Upacara Adat Perkawinan Masyarakat
Tidore di desa Indonesia kota Tidore kepulauan” Universitas Negri
Gorontalo. Gorontalo. Dari web www.Digilib.Universitas Negri
Gorontalo.ac.id di akses pada 14 Januari 2015 Pukul 19.00 WIB.
12
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif ialah metode penelitian yang digunakan dengan hasil akhir
berupa deskriptif atau penjelasan, penjelasan tersebut didapatkan peneliti melalui
proses yang panjang, penelitian dalam permasalahan ini merupakan penelitian
kebudayaan yang mana memakai metode kualitatif yang pengumpulanya
dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada narasumber.
Definisi penelitian kualitatif dijelaskan “Sebagai upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola mesintesiskannya mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang
dan penelitian secara utuh” (Maleong 1998: 103).
2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:
73). Metode deskriptif adalah gambaran secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin ada hipotesis-
13
hipotesis, mungkin belum tergantung sedikit banyaknya pengetahuan tentang
masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977: 42).
“Definisi metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat
sekarang. Penelitian deskriptif merumuskan perhatian pada masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
peristiwa tersebut” (Noor, 2012: 34).
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif kualititatif
yang mana sesuai dengan permasalahan tersebut bahwasanya data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif atau data yang berbentuk
kata-kata, yang diperoleh peneliti secara aktual dari pengamatan yang ada pada
masyarakat yang menjadi objek penelitian.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau sering juga disebut batasan terhadap apa yang menjadi
permasalahan dan yang akan diteliti oleh peneliti. Masalah dalam penelitian
kualitatif yaitu fokus. Fokus penelitian memberikan kemudahan untuk membatasi
memperoleh data yang dibutuhkan di lapangan. Fokus penelitian bersifat tentatif
dimana dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan latar penelitian hal tersebut
yang menyebabkan fokus penelitian fungsi yang sangat penting untuk
mengarahkan penelitian. Dalam penelitian yang menjadi fokus penelitian adalah:
“Bagaimanakah pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di
Kampung Gunng Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung?
14
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Peter Hagul dan Chris Maning menjelaskan bahwa
variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Peter Hagul dan Chris
Maning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 48)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
“Bagaimanakah pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di
Kampung Gunng Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung?”
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberi tahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur
suatu variabel (Masri Singarimbun, 1989: 46)
Menurut Maryaeni bahwa:
Definisi operasional merupakan gambaran konsep, fakta, maupun relasi
konstektual atas konsep, fakta, dan relasi pokok berkaitan dengan
penelitian yang akan digarap, yang terealisasikan dalam bentuk kata-kata
dan kalimat. Berdasarkan realisasi tersebut peneliti diharapkan bisa
memahami dan menentukan bentuk-bentuk operasi yang akan dilakukan.
Apabila bentuk operasi itu secara esensial berkaitan dengan topik dan
masalah penelitian maka definisi operasional biasanya hanya merujuk
pada kata-kata ataupun terminologi yang terdapat dalam judul maupun
rumusan masalah (Maryaeni, 2012: 15).
Maka definisi operasional merupakan gambaran mengenai konsep penelitian
sehingga menjadi pijakan dan arah yang jelas bagi peneliti dalam penelitianya.
15
D. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah sejumlah orang yang memberi respon atau tanggapan terhadap
apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Informan adalah pelaku yang ikut
menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang
diberikan (Moryeni, 2005: 15). Informan adalah orang dalam latar penelitian,
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi penelitian seorang
informan harus mempunyai pengalaman tentang latar penelitian. Syarat-syarat
seorang informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka
berbicara, tidak termasuk pada kelompok yang bertentangan dengan latar
penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa
yang terjadi. Adapun syarat-syarat seorang informan adalah:
1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat.
2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat
berbicara relevansi.
3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang
dipelajari.
Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, penentuan informan dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive, dimana pemilihan informan dipilih
secara sengaja berdasarkan kriteria tersebut. Dalam peneletian ini kriteria
informan yang diambil adalah:
1. Sesepuh adat yang bertugas memberikan informasi tentang bagaimana prosesi
Tradisi Tumpeng Pungkur, makna dan manfaatnya bagi keluarga yang
ditinggalkan dalam memperingati kematian dalam adat istiadat Suku Jawa.
2. Tokoh masyarakat yang terdiri dari kepala Kampung Gunung Sari.
16
3. Penduduk di Kampung Gunung Sari.
4. Informan yang dipilih memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
E. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam pengumpulan data, peranan alat pengumpul data sangat penting karena alat
inilah yang digunakan sebagai pedoman atau pegangan peneliti selama
pengumpulan data berlangsung. Selain itu ada berbagai macam alat pengumpulan
data yang digunakan sesuai dengan metode yang dipilih peneliti dalam proses
penelitian. Agar diperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, peneliti mempergunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara pengumpulan data
dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire),
pengamatan (observation), studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD)
(Noor, 2012: 138).
1. Wawancara mendalam
Teknik wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan penelitian.
Menurut seorang ahli “Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara
mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan
tujuan mendapatkan informasi secara mendalam dari permasalahan yang
dikaji. Wawancara mendalam ini dilakukan melalui percakapan secara
langsung atau bertatap muka dengan yang diwawancarai” (Herdiansyah,
2012:118).
17
Bentuk wawancara dipakai dalam penelitian ini adalah terarah (directed) dan tidak
terarah (nondirected) disertai dengan wawancara mendalam terhadap informasi
yang dipilih.
2. Observasi (pengamatan)
Menurut seorang ahli observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan
menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat
terjadi aktifitas budaya dengan wawancara mendalam (Endaswara, 2006:133).
Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai
objek yang diteliti.
3. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini akan difokuskan pada catatan-
catatan yang terdokumentasi (otentik dan tertulis), baik berupa arsip, gambar-
gambar, buku-buku dan kumpulan peraturan yang dapat digunakan sebagai
penunjang kebenaran.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dokumentasi, diri seseorang dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto gambar
hidup, sketsa, dan lain-lain (Sugiyono, 2011: 329-330). Dalam penelitian ini
peneliti akan mendokumentasikan foto untuk mengetahui tata cara pelaksanaan
tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari.
18
5. Studi Pustaka
Menurut seorang tokoh antropologi “Studi pustaka adalah suatu cara
pengumpulan data dan informan dengan bantuan bermacam-macam materi yang
terdapat di ruang perpustakaan misalnya koran, majalah catatan-catatan, kisah-
kisah sejarah, artikel-artikel, dokumen dan sebagainya yang relevan dan
berhubungan dengan penelitian kebudayaan (Kontjaraningrat, 1990:133).” Studi
pustaka yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini didapat dari informan
yang dipilih, perpustakaan dan toko buku. Data yang didapat berupa teori-
teoriyang berkaitan dengan masalah penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
data kualaitatif. Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam suatu penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data dengan
cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.
Pada tahap reduksi data, peneliti akan memilah secara teliti data yang dapat dan
tidak dapat dijadikan sebagai landasan utama sebelum disajikan dalam penelitian.
Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Kampung Gunung Sari.
2. Memilah berdasarkan suku penduduk Kampung Gunung Sari.
3. Penelitian difokuskan pada suku Jawa Kampung Gunung Sari.
19
4. Mengamati masyarakat Suku Jawa yang masih melaksanakan Tradisi
Tumpeng Pungkur.
b. Display (Penyajian Data)
Untuk penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Secara
teknis, data yang telah dipilih kemudian diorganisir ke dalam matriks yang akan
disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mendeskripsikan hasil temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta
menampilkan dokumen sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang
digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
1. Mencari informasi mengenai pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur dalam
mayarakat Suku Jawa.
2. Mengamati prosesi tradisi Tumpeng Pungkur dalam masyarakat Suku Jawa.
c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan
melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data) dari
informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian) sehingga jelas maknanya. Langkah-langkah yang digunakan pada
tahap ini sebagai berikut:
1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan
mengenai Tradisi Tumpeng Pungkur dalam upacara kematian pada
20
masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota
Bandar Lampung.
2. Menarik kesimpulan tentang Tradisi Tumpeng Pungkur dalam upacara
kematian pada masyarakat Suku Jawadi Kampung Gunung Sari Kecamatan
Enggal Kota Bandar Lampung.
REFERENSI
Lexi Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Hlm 103.
Hadari Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada: University. Hal 73
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian
Rakyat. Hal 42.
Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarrta: Kencana Prenada Media
Grup. Hlm 34 dan 138.
Singarimbun Masri dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES. Hlm 46 dan 48.
Haris Herdiansyah.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika. Hlm
118.
Suwardi Endaswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Widia Tama. Hlm 133.
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Masyarakat Jawa di Kampung Gunung Sari adalah masyarakat yang masih
menjunjung tinggi kebudayaannya. Walaupun mereka sudah tidak lagi tinggal
dan menetap di Pulau Jawa, namun adat serta tradisi masih mereka junjung
tinggi dan mereka lestarikan. Kuatnya tradisi Jawa dapat dirasakan hingga
sekarang, dengan kenyataan bahwa tradisi Jawa saat ini tidak hanya
dilaksanakan oleh masyarakat keturunan Jawa, terbukti bahwa ada beberapa
masyarakat yang bukan bersuku Jawa yang mengadopsi tradisi adat Jawa.
2. Tradisi Tumpeng Pungkur juga mengajarkan bahwa tidak ada kehidupan yang
abadi, semua mahluk yang bernyawa pada akhirnya akan kembali kepada
Sang Maha Pencipta. Sebagai manusia harus bisa mengikhlaskan segala
cobaan yang telah Tuhan berikan dan bagi yang meninggalkan dan
ditinggalkan agar bisa melanjutkan urusannya masing-masing dan tidak lagi
saling meratapi ataupun saling mengganggu.
3. Tata cara dalam pembuatan maupun pelaksanaan yang terdapat dalam tradisi
Tumpeng Pungkur menunjukan bahwa pandangan hidup masyarakat Jawa
mengenai kehidupan sangatlah kompleks. Masyarakat Jawa di Kampung
Gunung Sari sadar akan pentingnya melestarikan tradisi adat Jawa. Bagi
mereka, keseimbangan dalam hubungan antara Tuhan, alam dan lingkungan
47
sangatlah penting. Dengan masih dilaksanakannya tradisi Tumpeng Pungkur,
masyarakat Jawa di Kampung Gunung Saru juga masih menempatkan
pengharapan akan suatu hal yang lebih baik dalam perjalanan kehidupannya.
B. Saran
Berdasarkan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Tradisi
Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan
Enggal Kota Bandar Lampung, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan
yaitu:
1. Terhadap masyarakat Kampung Gunung Sari harus tetap menjaga tradisi yang
telah ada sejak dulu. Walaupun perubahan zaman yang semakin lama
semakin modern tradisi yang berasal asli dari Indonesia ini jangan
ditinggalkan. Masyarakat juga harus menyadari betapa penting mengetahui
urutan pelaksanaan yang terdapat dalam tradisi Tumpeng Pungkur ini jangan
sampai tradisi ini hilang karena modernisai.
2. Kepada pemerintah setempat agar dapat memberikan kontribusinya
setidaknya dengan menginventaris tradisi yang masih dilakukan oleh
masyarakat supaya niai-nilai luhur Jawa yang terkandung dalam tradisi
Tumpeng Pungkur sebagai salah satu bentuk kebudayaan agar tidak hilang
seiring berjalannya waktu serta supaya masyarakat dapat mengetahui identitas
dan jati diriya sebagai manusia Indonesia yang berkebudayaan, apalagi
dengan semakin modernnya zaman serta pengaruh asing yangmasuk ke
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Widia Tama.
Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:Pustaka Jaya.
Herdiansyah, Haris.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
Herusutoto, Budiono. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:Hanindata.
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT DianRakyat.
______________. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:Gramedia.
Moleong, Lexi. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Mulyadi, dkk. 1984. Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi DaerahIstimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dapartemen Pendidikan danKebudayaan.
Nawawi, Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada: University.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarrta: Kencana Prenada MediaGrup.
Profil Kampung Gunung Sari 2014
Sardjono, Maria. 1992. Paham Jawa. Jakarta: Sinar Harapan
Shadily, Hassan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT BimaAksara.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES.
Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI. 1984. KapitaSelekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.
Wahyana, Giri. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Sumber Internet:
Fatah, Rosdian. 2012. “Pergeseran Nilai Upacara Adat Perkawinan Masyarakat
Tidore di desa Indonesia kota Tidore kepulauan” Universitas NegriGorontalo. Gorontalo. Dari web www.Digilib.Universitas NegriGorontalo.ac.id di akses pada 14 Januari 2015 Pukul 19.00 WIB.
Wawancara:
Dulkosim. 83 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 08.00 WIB.
Ijah. 80 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 10.00 WIB.
Kusno. 69 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 13.00 WIB.
Sarjono. 70 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 14.00 WIB.
Sukinem. 56 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 15.30 WIB.
Siswo Suharjo. 52 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni2015.Minggu. Pukul 10.00 WIB.
Keminem. 76 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni2015. Minggu.Pukul 13.30 WIB.
Tuminah. 52 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni 2015.Minggu.Pukul 16.00 WIB.