PROPOSAL TUGAS AKHIR
”TINJAUAN DESAIN GEOMETRIK JALAN SUBAIM – BULI RUAS JALAN UNI-UNI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR”
Djunaidi Syalat072309016
BAB ILatar Belakang
Sektor Ekonomi Sektor Pariwisata
Sektor Pertanian Sektor Teknologi
Hal ini mesti didukung dengan adanya
KEBERADAAN JALAN RAYA
sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring
dengan meningkatnya
kebutuhan sarana transportasi yang
dapat menjangkau
daerah-daerah terpencil yang
merupakan sentra produksi pertanian
JARINGAN JALAN RAYA
sebagai prasarana
transportasi darat yang memegang peranan sangat penting dalam
sektor perhubungan
terutama untuk kesinambungan distribusi barang
dan jasa.
NUSAJAYA
SUBAIM
BULI
BICOLI
MABA
Ditahun 2008 silam
2Fungsi Jalan Lokal
3Kelas JalanIII C
4Muatan Sumbu Terberat (ton)Tidak Ditentukan
5Tipe MedanPegunungan
Wewenang Pembinaan Jalan
Jalan Propinsi1
7Kemiringan Medan (%) 3 - 25
8Tipikal PerkerasanHRS – WC 3 cmHRS – BASE 4 cmAgg. Kelas A 12 cmAgg. Kelas B 15 cm 9Lebar Jalur & Bahu JalanLebar Jalur 6 mLebar Bahu 1,5 m
Kecepatan Rencana, VR’ (km/jam)20 - 30 6
SUBAIM
BULI
Mengacu pada perencanaan awal diatas jalan ini berfungsi sebagai sistem jaringan jalan yang mempunyai peranan pelayanan jasa distribusi bagi masyarakat setempat.
20 – 30 km / jamLokal ke Arteri
Dengan Kecp. 40 – 70 km/jam
-Keselamatan-Struktur jalan
Tinjauan kembali
geometrik jalan
Ciri-ciri perjalanan
jarak dekat
Akses utama menuju
Ibu Kota Kab.
Halmahera Timur
Kualitas dan
kuantitas kendaraan
meningkat
kecepatan ra
ta-
ratanya re
ndah
Beralih fu
ngsi
Sehingga
berdampak pada
Dari klasifikasi perencanaan awal jalan Subaim – Buli pada tahun 2008 silam terdapat beberapa item yang tidak sejalan dengan tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota (TPGJAK) No : 038/T/BM/1997
Medan PegununganKecepatan rencana (VR)
medan pegunungan yaitu 20 – 30 km/jam.
3 – 25 %Kemiringan medan
dengan nilai 3 – 25 % merupakan klasifikasi tipe
medan perbukitan
Kemiringan Medan Perencanaan (%)
Tipe Medan Perencanaan awal TERDAPAT KEKELIRUAN PERENCANAAN
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 – 50 20 – 30
FungsiKecepatan Rencana , Vr (km/jam) Fungsi Jalan
KELAS JALAN I II III A
Muatan Sumbu
Terberat, (ton)
TIPE MEDAN D B G D B G D B G
Kemiringan
Medan, (%)
>10 10 8 Tidak ditentukan
Arteri Kolektor Lokal
III B III C
< 3 3 - 25 > 25< 3 3 - 25 > 25 < 3 3 - 25 > 25
Ketentuan Klasifikasi : Fungsi, Kelas Beban, MedanKecepatan Rencana (Vr) Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan
Gunung Uni-uni
108,4 mdpl
538,7 mdpl
STA 18 ± 700
278,2 mdpl
STA 29 ± 600
LOKASI RUAS JALAN UNI-UNIDI JALAN SUBAIM - BULI
RUMUSAN MASALAH
BATASAN MASALAH
MERENCANAKAN BENTUK GEOMETRIK DARI JALAN KELAS FUNGSI ARTERI
MERENCANAKAN TEBAL PERKERASAN PADA JALAN TERSEBUT
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN TEPI JALAN
UMUR RENCANA KONSTRUKSI ADALAH 10 TAHUN
TIDAK MEMBAHAS TENTANG GORONG-GORONG
X
BAGAIMANA MERENCANAKAN GEOMETRIK JALAN DENGAN KARATERISTIK TIPE MEDAN PEGUNUNGAN AGAR MEMPEROLEH JALAN YANG SESUAI DENGAN FUNGSI DAN KELASNYA
BAGAIMANA MERENCANAKAN TEBAL PERKERASAN LENTUR YANG DI BUTUHKAN PADA RUAS JALAN UNI-UNI MENGACU PADA SKBI – 2.3.26.1987.UDC : 625.73 (02)”
BERAPA DIMENSI SALURAN TEPI JALAN MENGGUNAKAN “TATA CARA PERENCANAAAN DRAINASE PERMUKAAN JALAN, SNI 03-3424-1994” DAN REFERENSI LAIN
TIDAK MEMPERHITUNGKAN ANALISA STABILITAS LERENG, ANALISA PERSIMPANGAN & PERENCANAAN JEMBATAN
X
TIDAK MEMPERHITUNGKAN RAB DARI CUT AND FILLX
DAPAT MERENCANAKAN DIMENSI SALURAN TEPI YANG DAPAT MENGENDALIKAN LIMPASAN AIR HUJAN DI PERMUKAAN JALAN & DARI DAERAH SEKITARNYA AGAR TIDAK MERUSAK KONSTRUKSI JALAN
TUJUAN PENELITIAN
MERUBAH GEOMETRIK JALAN YANG SUDAH ADA, KHUSUSNYA PADA RUAS JALAN UNI-UNI SESUAI DENGAN FUNGSI JALAN & TIPE MEDAN DARI JALAN TERSEBUT, YAITU JALAN ARTERI LUAR KOTA TIPE MEDAN PEGUNUNGAN
MERENCANAKAN TEBAL PERKERASAN LENTUR YANG DISESUAIKAN DENGAN KEADAAN LAPANGAN DAN IKLIM
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Jaringan JalanKaitan antara jaringan jalan sangat erat dengan tata guna
lahan didaerah sekitarnya yang akan diberikan akses ataupun dalam kaitannya dengan hubungan antar pusat pengembangan kapasitas maupun kwantitas yang menghubungkan kota-kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia dan dibanyak negara, terutama negara-negara yang sedang berkembang. Dalam sistem jaringan jalan pendekatan yang biasanya digunakan untuk perencanaan jaringan jalan adalah pendekatan ekonomis, sosial, budaya serta pertahanan keamanan nasional dan tidak boleh melupakan hambatan fisik yang mungkin ditemui.
2.2.1 Klasifikasi JalanSecara umum jalan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan
bagi lalu lintas umum.2. Jalan khusus adalah jenis jalan selain dari
jalan umum (jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum), seperti : jalan pertambangan, dan jalan inspeksi pengairan.
Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari :3. Sistem jaringan jalan primer4. Sistem jaringan jalan sekunder
2.1.2 Keadaan Fisik dan TopografiTopografi adalah faktor penting dalam
menentukan lokasi jalan luar kota (rural) dan umumnya mempengaruhi bentuk alinemen, jarak pandangan, dan penampang melintang.
2.2. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan2.2.1. Kenderaan Rencana
Komponen-komponen yang mempengaruhi desain alinyemen horisontal antara lain dimensi kendaraan, overhang, radius putar dan radius putar overhang.
2.2.2. Kecepatan RencanaKecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana adalah :a. Keadaan terain, apakah datar, berbukit atau
gunung.b. Sifat dan tingkat penggunaan daerah
2.2.3. Volume Lalu Lintas RencanaLalu lintas harian rata-rataLalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam stu hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis lalu lintas harian rata-rata antara lain :
1. Lalu lintas harian rata-rata Tahunan (LHRT) Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
LHRT = 365
2. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) Jumlah lalu lintas selama
pengamtan LHR =
Lamanya pengamatan
2.2.4. Bagian - bagian jalan (potongan melintang)Dalam UU jalan No 38/2004 cross section jalan meliputi 3 (tiga) bagian yang tak terpisahkan, yaitu :a. RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan)b. RUMIJA (Ruang Milik Jalan)c. RUWASJA (Ruang Pengawasan Jalan)
Gambar 2.5 Bagian-bagian jalan
2.2.5. Jarak Pandang a. Jarak pandang henti minimum
Adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur yang dilaluinya.b. Jarak pandang menyiap
Adalah jarak minimum di depan kendaraan yang direncanakan harus dapat dilihat pengemudi agar proses menyiap (mendahului) kendaraan di depannya dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.
2.3. Alinyemen HorizontalAlinemen horizontal adalah proyeksi dari sumbu
jalan pada bidang yang horizontal (plan/denah).
2.4. Alinemen VertikalAlinyemen vertikal atau biasa juga disebut
penampang melintang perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbuh jalan untuk 2 lajur 2 arah atau melebihi tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. (Sumber : Silvia Sukirman).
2.5. Perkerasan JalanPerkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan
terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan bagi jalur lalu lintas dan harus cukup kuat
2.5.1. Jenis Perkerasan Menurut Sifat Bahan PerekatMenurut sifat bahan perekat yang dipakai perkerasan dapat dibedakan atas : a. Pekerasan lentur (Flexible Pavement)b. Perkerasan Kaku (Flexible Pavement)
2.5.2. Susunan Perkerasan Jalan Susunan perkerasan jalan yang digunakan pada umumnya terdiri dari 3 lapisan lapisan di atas tanah dasar (sub grade).a. Lapisan permukaan, penutup, aspal
- lapisan penutup - Lapisan pengikat
b. Lapisan pondasi- Lapisan pondasi atas- Lapisan pondasi bawah
c. Lapisan tanah dasar
2.6. DrainaseDrainase adalah suatu sistem pembuangan air
lebih, dan air limbah (wastewater) yang berupa buangan air dari daerah perumahan, permukiman, daerah industry, kegiatan usaha lainnya, daerah pertanian, lahan terbuka, badan jalan, lapisan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya yang berupa air hujan air kotor, maupun air kelebihan lainnya yang mengalir keluar dari suatu kawasan.
Dalam perencanaan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaan air permukaan dan bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi menjadi:
1.Drainase permukaan (Surface drainage)2.Drainase bawah permukaan (Sub surface
drainage)
Secara umum langkah perencanaan sistem jaringan jalan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan ditinjau dipeta topografi untuk mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang sepert saluran jalan, fasilitas penahan air hujan dan bangunan pelengkap. Dalam merencanakan harus memperhatikan pengaliran air yang ada dipermukaan maupun yang ada dibawah permukaan dengan mengikuti ketentuan tenis yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.
Secara garis besar dalam upaya perbaikan saluran drainase terutama perbaikan kondisi fisik dan geometri suatu saluran drainase dibagi menjadi 4 tahap berikut:1. Analisis frekuensi.
Merupakan prosedur untuk menentukan curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang berdasarkan perhitungan distrbusi frekuensi yang dipakai.
2. Perhitungan intensitas curah hujan.Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan
maka dibuat lengkung intensitas hujan menggunakan data curah hujan kotaSamarinda yang telah tersedia.
3. Perhitungan kapasitas tampung saluran drainase.
Untuk mengetahui kapasitas tamping maksimum saluran drainase ketika terjadi debit puncak sehingga diperlukannya perbandingan antara debit saluran drainase dengan debit rencana.
4. Perencanaan saluran drainase.Perencanaan saluran drainase dilakukan
dengan melihat kapasitas tampung maksimum saluran drainase ketika terjadi debit puncak.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode PenelitianMetode yang digunakan adalah studi literatur, studi literatur ini adalah untuk mengumpulkan referensi teori yang dipakai sebagai bahan untuk menyusun dan menganalisa dalam penelitian ini.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian3.2.1. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan setelah Proposal diseminarkan atau sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini :
3.1. Metode PenelitianMetode yang digunakan adalah studi literatur, studi literatur ini adalah untuk mengumpulkan referensi teori yang dipakai sebagai bahan untuk menyusun dan menganalisa dalam penelitian ini.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian3.2.1. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan setelah Proposal diseminarkan atau sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini :
1 2 3 4 5
2 Pengambilan Data
No. UraianBulan
1 Seminar
4 Pembahasan
3 Pengolahan Data
5 Seminar Hasil
3.2.2. Lokasi penelitianPenelitian dan atau pengumpulan data ini berlokasikan di Jalan Subaim – Buli Ruas Jalan Uni-uni Kabupaten Halmahera Timur dengan total panjag ruas jalan yaitu ± 10,9 km yang tepatnya berada pada km 18 ± 700 sampai dengan km 29 ± 600 Jalan Subaim - Buli (mengacu pada km jalan/stasiun yang ditetapkan oleh P2JN Maluku Utara). Layout daerah penelitian digambarkan seperti berikut ini :
3.3. Bagan Alir
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
Gambar 3.2 Bagan alir analisis data perencanaan geometrik jalan raya
Gambar 3.3 Bagan alir analisis data perencanaan perkerasan lentur
Gambar 3.4 Bagan alir analisis saluran tepi jalan
S E L E S A I