Download - tgs
BAB I
PENDAHULUAN
Abstrack
Tidur merupakan suatu bentuk kegiatan dasar yang penting bagi kehidupan manusia. Otak
membutuhkan proses tidur untuk menyeimbangkan kinerja otak sehingga dapat berfungsi
dengan baik. Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja dengan rentang usia dari bayi hingga
pada orang yang sudah berusia lanjut. Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak
sadar yang berkepanjangan, ada pelbagai tahap yang dilalui sepanjang malam itu, yang
masing-masing dapat diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak. Tahapan tidur
pada bayi dan anak dapat dikelompokkan menjadi, tidur aktif atau REM (rapid eye
movement) dan tidur tenang atau non-REM. Bayi baru lahir akan tidur hampir sepanjang
waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari. Anak usia 2 tahun
memerlukan tidur 12 jam termasuk tidur siang, usia 4 tahun selama 10-12 jam, dan usia
remaja sekitar 9 jam per hari. Somnabulisme atau sleepwalking adalah suatau keadaan
perubahan pada seseorang yang bangun dari tidur sementara masih tertidur dan berjalan.
Somnambulism sering terjadi pada anak besar atau remaja, antara umur 5 dan 7 tahun.
Kejadian ini terjadi selama periode tidur non REM (fase sedang atau dalam). Gangguan
tidur dapat menyebabkan masalah perilaku, emosi, menyebabkan mengantuk pada siang hari,
dan dapat mempengaruhi konsentrasi belajar serta daya ingat anak.
Sleep is a form of basic activities that are important for human life. The brain needs sleep to
balance the performance of the brain so it can function properly. This disorder can happen to
anyone with an age range from infants to the elderly people. Sleep is not only a state of
prolonged unconsciousness, through which there are various stages throughout the night,
each of which can be identified through the activity of the brain's electrical waves. Stages of
sleep for infants and children can be grouped into, active sleep or REM (rapid eye movement)
sleep and non-REM or quiet. Newborns will sleep most of the time, but after the age of 6
months babies sleep about 13 hours per day. Children age 2 years require 12 hours of sleep,
including naps, aged 4 years for 10-12 hours, and adolescents aged about 9 hours per day.
Somnabulisme or sleepwalking is a circumstances change in a person who gets up out of bed
while still asleep and running. Somnambulism often occurs in large child or a teenager,
1
between the ages of 5 and 7 years. This incident occurred during a period of non-REM sleep
(phase current or in). Sleep disorders can cause behavioral problems, emotional, causing
daytime sleepiness, and may affect the concentration of learning and memory of children.
Kata kunci : tidur, gangguan tidur, somnambulism, anak.
Latar belakang
Tidur merupakan suatu bentuk kegiatan dasar yang penting bagi kehidupan manusia. Otak
membutuhkan proses tidur untuk menyeimbangkan kinerja otak sehingga dapat berfungsi
dengan baik. Namun, dapat terjadi gangguan dalam proses ini, dan gangguan ini dapat terjadi
pada siapa saja dengan rentang usia dari bayi hingga pada orang yang sudah berusia lanjut.
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada
penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan
masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta
yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang
berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,
menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan
didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang
tidurnya cukup. Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin
lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek
sehari-hari, kecenderungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih
dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang
baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan
tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan
datang.1
Tidur merupakan komponen yang sangat penting bagi pertumbuhan fisis dan
perkembangan intelektual anak. Hasil survei di Amerika menemukan lebih dari 20% tenaga
kesehatan tidak melakukan secara rutin skrining gangguan tidur pada anak usia sekolah. Pola
tidur berkembang sesuai dengan usia. Bayi baru lahir akan tidur hampir sepanjang waktu,
2
tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari. Anak usia 2 tahun memerlukan
tidur 12 jam termasuk tidur siang, usia 4 tahun selama 10-12 jam, dan usia remaja sekitar 9
jam per hari.2
Peneliti lain menemukan dokter anak jarang berdiskusi dengan orang tua mengenai
masalah tidur pada anak.3 Pola tidur berkembang sesuai dengan usia. Bayi baru lahir akan
tidur hampir sepanjang waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari.
Anak usia 2 tahun memerlukan tidur 12 jam termasuk tidur siang, usia 4 tahun selama 10-12
jam, dan usia remaja sekitar 9 jam per hari.2
Pada hari sekolah umumnya remaja memiliki waktu tidur lebih pendek sekitar 7,3 jam
per hari. Pola tidur remaja memiliki ciri khas yang unik karena remaja mengalami perubahan
hormonal dan pergeseran irama sirkadian. Remaja mulai merasa mengantuk pada tengah
malam, sedangkan mereka harus bangun pagi hari untuk berangkat ke sekolah sehingga
setiap hari mereka mengalami kekurangan waktu tidur. Dampak kekurangan tidur pada
remaja adalah meningkatkan angka ketidakhadiran di kelas, mempengaruhi prestasi di
sekolah, meningkatkan penggunaan alkohol dan rokok, meningkatkan risiko obesitas, dan
menurunkan daya tahan tubuh.2
Gangguan tidur adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan dalam jumlah,
kualitas dan waktu tidur pada seseorang. Gangguan tidur pada anak sekolah ditemukan
sekitar 46% dengan tipe gangguan yang paling sering adalah gangguan memulai dan
mempertahankan tidur.2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tidur normal sebagai fisiologi dasar
Tahapan tidur pada anak dan orang dewasa ternyata terdapat pula pada bayi baru lahir, yaitu
tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur tenang atau non REM. Pada bayi
normal, anak dan orang dewasa mempunyai periode REM dan non REM yang berubah-ubah
beberapa kali selama tidur malam hari.3
Pada tahun pertama, sebagian besar bayi terbangun pada malam hari, dan ini tidak
diketahui oleh orang tuanya karena bayi biasanya tidak menangis. Pada masa bayi terjadi
beberapa perubahan, pola siklus tidur-bangun baru jelas terlihat pada umur 3-4 bulan, yaitu
proporsi tidur lebih banyak pada malam hari. Umumnya morning naps berhenti pada umur 1
tahun dan afternoon naps terus berlangsung hingga umur 3 tahun. Pada akhirnya jumlah total
tidur menurun bertahap selama periode anak-anak. Perkembangan tidur ini berkaitan dengan
umur dan bertambah besarnya anak, maka jumlah tidur yang diperlukan berkurang dan
diikuti dengan penurunan proporsi REM dan non REM. Dari rata-rata 16,5 jam pada umur 1
minggu, 14, 13, 12, 11 dan 10 jam pada umur 1, 2, 3, 5, dan 9 tahun (Gambar 1).3
Perubahan-perubahan aktivitas korteks serebri selama tidur ternyata dikelompokkan
dalam 5 tahapan tidur. Sewaktu siap untuk tidur, terbaring rileks, tonus otot mulai menurun
4
dan mata masih terbuka, gelombang listrik otak memperlihatkan ‘gelombang alfa’ dengan
penurunan voltase; keadaan ini sering disebut tahap 1. Keadaan tidur masuk tahap 2, apabila
timbul sekelompok gelombang berfrekuensi 14-18 siklus per detik, ini dinamakan gelombang
tidur (sleep spindle). Pada tahap ini kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih
terpelihara. Selama waktu ini masih akan terbangun oleh suara yang agak berisik.3
Selama beberapa waktu berikutnya, masuk dalam tidur lelap tahap 3, dan bahkan tidur
lebih lelap lagi pada tahap 4. Dalam tahap 3, orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali
karena tonus otot lenyap sama sekali dan EEG memperlihatkan gelombang lambat delta 20-
50%. Tahap 4 adalah tidur paling nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan. EEG
memperlihatkan dominasi gelombang delta (> 50%) dan gelombang tidur sulit didapat. Ada
yang mengatakan bahwa pada waktu ini, hormon pertumbuhan diproduksi untuk memulihkan
tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan jaringan pendukung, menguatkan tulang.3
Perasaan enak dan segar setelah tidur nyenyak ini setidak-tidaknya mungkin
disebabkan karena hormone pertumbuhan bekerja baik. Setelah berlangsungnya tahap 4, tiba-
tiba bola mata mulai bergerak cepat, sehingga tidur ini disebut REM (tahap 5). Detak jantung
dan napas bertambah cepat, tekanan darah naik, otot-otot anggota gerak dan badan tegang
kembali (menggerakkan badan di tempat tidur).3
Walaupun ada aktivitas demikian anak masih lelap tertidur dan sulit terbangun.
Mimpi yang jelas terlihat pada tahap ini, dan ada yang mengatakan bahwa tahap
tidur ini memulihkan pikiran, menjernihkan rasa khawatir dan mempertahankan sel-sel otak.
Selama tahap tidur pertama sampai dengan tahap 4 kedua bola mata tidak bergerak secepat
tahap tidur kelima. Olah karena itu jenis tidur selama keempat tahap itu dikenal sebagai non
rapid eye movement sleep (nonREM).3
5
Gambar 1. Gambar proporsi REM dan non REM pada perkembangan.3
Pola tidur
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi perbaikan dan
homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh) serta penting pula
dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Rasa kantuk berkaitan erat dengan
hipotalamus dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan normal, hipotalamus ini bekerja
baik sehingga mampu memberi respon normal terhadap perubahan tubuh maupun
lingkungannya. Namun, setelah badan lelah usai bekerja keras seharian, ditambah jam rutin
tidur serta sesuatu yang bersifat menenangkan di sekelilingnya, seperti suara burung
berkicau, angin semilir, kasur dan bantal empuk, udara nyaman, dll., kemampuan merespon
tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk. Disini yang berperan adalah
suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutyric Acid), merupakan asam amino yang
berfungsi sebagai neurotransmiter (penghantar sinyal saraf). 4
Sebenarnya tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan
otak, khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi,
yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan, serta membayangkan, menilai dan
memberikan alasan sesuatu.4
Dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi,
bantal enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu
6
mencium bantal dalam 3-5 menit langsung tertidur. Salah satu kriteria yang digunakan
adalah “Siklus Kleitman”, yang terdiri dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus
tidur yang juga dikenal sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid Eye
Movement (REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM). Sebenarnya bentuk pola tidur
dapat dibedakan dengan memperhatikan pergerakan bola mata yang dimonitor selama fase
tidur. Secara obyektif, EEG dapat digunakan untuk mencatat fase REM maupun NREM
selama tidur. Tidur yang dipengaruhi oleh NREM ditandai dengan gelombang EEG yang
bervoltase tinggi tetapi berfrekuensi rendah, sedangkan tidur yang dipengaruhi oleh REM
ditandai oleh gambaran EEG yang berfrekuensi tinggi tetapi bervoltase rendah.4
Siklus dari Kleitman akan berulang selama periode tidur setiap pengulangan diserati
dengan pemendekan fase 3-4 dari NREM yang disebut SWS (Slow Wave Sleep) sedangkan
lama REM lebih panjang. Kenyenyakan tidur sebenarnya tergantung pada lamanya fase-fase
yang dilalui dari fase pertama sampai fase empat dari NREM. Sedangkan fase ini berjalan
cepat, maka orang itu belum tidur nyenyak.4
Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiapa hari akan makin berkurang dan
disertai fragmen-fragmen tidur yang banyak sehingga jumlah SWS makin berkurang dan ini
menunjukkan bahwa mereka mengalami masa tidur yang tidak terlalu nyenyak.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase
REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7
kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari,
kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari
pada orang dewasa.4
Tahap tidur normal orang dewasa adalah sebagai berikut :4
- Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Fase ini
ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot
meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase
mengantuk terdapat gelombang alfa campuran.
- Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM
adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur.
Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang
7
dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan
rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun,
berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila
terbangun merasa seperti setengah tidur.
- Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas teta,
voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan tidur adalah
gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu
gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2-
3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan
tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.
- Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik,
amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada
gerakan bola mata.
- Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan.
Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4
disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar
10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah
malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur.
REM ditandai dengan rekaman EEG yang menyerupai tahap pertama, yang terjadi
bersamaan dengan gerak bola mata yang cepat dan penurunan level muscle tone. Periode
REM akan disertai dengan frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung yang berfluktuasi.
Periode ini dikenal sebagai desynchronized sleep.4
Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-kira 90 menit
sebelum periode pertama REM, periode ini dikenal sebagai periode REM laten. Rangkaian
dari tahap tidur selama tahap awal siklus adalah sebagai berikut : NREM tahap 1,2,3,4,3, dan
2; kemudian terjadi periode REM. Jumlah siklus REM bervariasi dari 4 sampai 6 tiap
malamnya, tergantung pada lamanya tidur.4
Siklus tidur lebih pendek pada bayi dibandingkan pada orang dewasa. Periode REM
pada bayi berkisar antara 50-60 menit pada awalnya, yang lama-kelamaan akan meningkat.
Siklus tidur dewasa berlangsung 70-100 menit selama masa remaja.4
Pola tidur berubah sepanjang kehidupan seseorang
8
Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur. Pada masa neonatus sekitar
50% waktu tidur total adalah tidur REM. Lama tidur sekitar 18 jam. Pada usia satu tahun
lama tidur sekitar 13 jam dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur menurun dengan tajam
setelah itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM
25%. Kebutuhan ini menetap sampai batas lansia.4
Banyak penelitian menunjukkan bahwa peristiwa tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormon antara lain serotonin, asetilkolin, dan dopamin yang saling berinteraksi dalam
menidurkan dan membangunkan seseorang.4
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending
Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas
ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik,
noradrenergik, kholinergik, histaminergik.4
1. Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino trypthopan.
Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga
meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk / tidur. Bila serotonin dari trypthopan
terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur / jaga. Menurut beberapa
peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di
batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan
tidur REM.
2. Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada
tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
3. Sistem Kholinergik
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat
mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas
gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat
9
pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan
penurunan REM.
4. Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
5. Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti
ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh
kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur
mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas
mengatur mekanisme tidur dan bangun.4
Beberapa orang secara normal adalah petidur yang normal yang memerlukan tidur
kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama adalah
mereka yang tidur lebih dari sembilan jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara
adekuat.4
Somnabulisme 3
Somnabulisme atau sleepwalking adalah suatau keadaan perubahan pada seseorang yang
bangundari tidur sementara masih tertidur dan berjalan. Pasien dapat berjalan di sekitar
kamar tidur, tetapi juga dapat berjalan ke luar kamar. Indoividu sulit bangkit tetapi biasanya
kembali ke tempat tidur dengan atau tanpa tuntutan. Aktivitas kompleks jarang terjadi.
Individu tersebut sering tidak benar-benar berjalan, tetapi duduk dan membuat gerakan tanpa
tujuan dan komat-kamit. Terdapat anggapan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
somnabulisme dan teror malam. Pasien gangguan ini berisiko mengalami cedera, terutama di
lingkungan yang tidak di kenalnya dengan baik.3
Somnambulism sering terjadi pada anak besar atau remaja, antara umur 5 dan 7 tahun
dan sering dijumpai riwayat keluarga dengan gangguan serupa. Anak bangun dari tempat
tidur lalu berjalan, naik tangga, atau ke kamar mandi dengan mata terbuka, bahkan sampai
keluar rumah yang dapat membahayakan hidupnya. Ia tidak dapat menjawab pertanyaan.
Kejadian ini terjadi selama periode tidur non REM (fase sedang atau dalam). Pada anak
tidur berjalan ini berhubungan dengan night terror dan ngompol. Umumnya serangan
berlangsung sebentar selama beberapa menit, kemudian tertidur kembali.3
Epidemiologi
Menurut Lavie P, Pillar G, Malhotra A (2002):
10
Prevalensi
Saat usia puncak 4-8 tahun prevalensinya 20%. Sumber lain mengatakan 15-30%. Saat usia
dewasa prevalensinya 3-4 %. Sumber lain mengatakan 1-4%. Rasio pria:wanita = 1:1.
Menurut Ackroyd G (2007). Di Swedia Prevalensi setahunnya 6-17%. Insiden: 40%. Di UK
Dari hasil survey pada orang dewasa di United Kingdom, 2,2% dilaporkan merasakan teror di
malam hari. Dua persen dinyatakan somnambulisme, dan 4,2% dilaporkan dengan
confusional arousals.5
Manifestasi klinis
Pasien duduk dan kadang-kadang melakukan tindakan motorik pervasif seperti berjalan,
berpakaian , pergi ke kamar mandi, berbicara, berteriak, dan bahkan menyetir. Perilaku ini
kadang-kadang berakhir dengan terbangun disertai beberapa menit kebingungan, lebih sering
lagi mereka kembali tidur tanpa mengingat peristiwa berjalan sambil tidur ini.Bangun yang
diinduksikan dari tidur tahap 4 kadang-kadang dapat menimbulkan keadaan ini. Contohnya
pada anak, terutama yang memiliki riwayat berjalan sambil tidur, suatu serangan kadang-
kadang dapat dicetuskan dangan membuat mereka berdiri sehingga menghasilkan
pembangunan parsial selama tidur tahap 4.4
Diagnosis
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR Gangguan berjalan di dalam tidur :
A. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan berkeliling,
biasanya terjadi pada sepertiga tidur pertama episode tidur utama.
B. Selama berjalan dalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang kosong, dan
menatap, relative tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk berbicara dengan
mereka, dan sangat sulit untuk dibangunkan.
C. Saat bangun (baik dari episode berjalan di dalam tidur atau keesokan paginya), orang
ini mengalami amnesia akan episode tersebut)
D. Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan dalam tidur, tidak ada
aktivitas atau perilaku mental yang terganggu (meskipun awalnya bisa terdapat
periode singkat bingung dan disorientasi)
E. Berjalan dalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
11
F. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh, penyalah
gunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.4
Pedoman diagnostic Somnambulisme (sleepwalking ) F51.3 menurut PPDGJ III :6
Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur,
biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran
berubah)
b. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staringface),
relatif tidak memberi respon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita dan hanya daoat
disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu
tidak ingat apa yang terjadi
d. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak
ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung
dan disorientasi dalam waktu singkat.
e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organic
Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugu Disosiatif
(F44.1).6
Dampak gangguan tidur bagi perkembangan3
Pola tidur yang bervariasi pada anak merupakan hal yang biasa. Pola tidur yang tidak
biasapun mungkin belum tentu menyebabkan suatu masalah, tetapi gangguan tidur sering
menyebabkan stres yang bermakna bagi seluruh anggota keluarga dan membawa dampak
yang tidak baik terhadap pendidikan anak dan pekerjaan orang tua. Orang tua sering tidak
mengetahui bahwa anak yang lelah itu menjadi iritabel, dan menangis merupakan petunjuk
akan makin sulit baginya untuk tidur sehingga memerlukan intervensi orang tua. Ilmuwan
telah membuktikan, bahwa :
Selama tidur terjadi perubahan fisik. Sebagai contoh, pupil menjadi kecil,
pembentukan air liur, cairan pencernaan dan air seni menurun dengan drastis, denyut
jantung menurun, volume udara bernafas berkurang, gambaran gelombang listrik otak
melambat, dan kesadaran menurun atau menghilang.
12
Tidur penting untuk kesehatan fisik dan mental. Anak yang tidak dapat tidur malam
dengan baik akan menjadi irritable dan depresi, sulit mengerjakan sesuatu, dan sulit
berkonsentrasi di sekolah. Dia mungkin kehilangan nafsu makan, berat badan
menurun dan akhirnya jatuh sakit.
Tidur membantu meningkatkan daya ingat.
Telah diketahui secara umum bahwa tidur yang terganggu menyebabkan penurunan
fungsi otak,
Penatalaksanaan1
Pedoman umum :
Penenangan hati adalah pengobatan utama.
Jika faktor-faktor lingkungan atau predisposisi ditemukan, harus dilakukan upaya
untuk menghilangkannya. Yakinkan tidur yang cukup, pengaturan siklus tidur,
dan pengobatan kondisi medis (misalnya, gastroesophageal reflux, apnea tidur
obstruktif, gerakan kaki periodik, kejang).
Hindari pendengaran, sentuhan, atau rangsangan visual pada awal siklus tidur. Ini
terlihat pada beberapa peristiwa pasien dengan parasomnia.
Instruksikan orang tua untuk mengunci jendela dan pintu , menghilangkan
hambatan dan benda-benda tajam dari ruangan , dan menambahkan alarm (jika
perlu) untuk mengurangi kemungkinan cedera selama episode.
Tindakan farmakologis mungkin diperlukan dalam situasi berikut :
Kemungkinan cedera besar.
Perilaku lanjutan yang menyebabkan gangguan signifikan atau keluarga kantuk
berlebihan di siang hari .
Gejala yang tidak biasa yang hadir .
Intervensi nonfarmakologi telah terbukti tidak memadai .
Benzodiazepin, antidepresan trisiklik, dan serotonin reuptake inhibitor telah
terbukti berguna . Clonazepam dalam dosis rendah sebelum tidur dan dilanjutkan
selama 3-6 minggu biasanya efektif. Obat sering dapat dihentikan setelah 3-5
minggu tanpa kambuhnya gejala.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ.Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th ed. Lippincott
Williams and Wilkins: Philadelphia. 2007
2. Natalita C, Sekartini R, Poesponegoro H. Skala Gangguan Tidur untuk Anak (SDSC)
sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur pada Anak Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Jakarta : Sari Pediatri vol 12 no 6. April 2011.
3. Widodo D, Doetomenggolo T. Perkembangan Normal Tidur pada Anak dan
Kelainannya. Jakarta : Sari Pediatri vol 2 no 3. Desember 2000.
4. Setiabudhi, Tony. Gangguan Tidur. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), cetakan
ke sembilan. Lektor Kepala Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 2010/2011.
14
5. Diunduh dari http://kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&jd=Segala+Sesuatu+tentang+Tidur+Berjalan+%28Somnambulisme
%29&dn=20090201235556 . tanggal 11 Agustus.
6. Maslim R. PPDGJ – III. Jakarta : PT Nuh Jaya. 2001. h. 94.
15