Download - Teknik Ekplorasi
1
MATA KULIAH
EKSPLORASI TAMBANG
SEMESTER GANJIL
DOSEN
IR. DJAENDI, POST.GRAD.DIPL.
Literatur :
1. G. Davis : Mineral Deposits, Exploration and Development Procedures,
2. R.P. Koesoemadinata: Geologi Explorasi
3. Peters. William.C. : Eksploration and Mining Geology, 1978.
2
I. PENDAHULUAN.
A. Pengertian eksplorasi:
Pengertian secara umum eksplorasi itu adalah :
1. Melakukan pekerjaan disuatu kawasan yang belum atau sudah sedikit
diketahui untuk mempelajari gejala alam, keadaan lingkungan, seperti
mineral, batuan, penduduk, tumbuhan, dsb.
2. Mempelajari secara rinci, memeriksa secara teliti atau menyelidiki.
Dalam dunia pertambangan, nomor 2 lebih dikenal atau digunakan, akan tetapi
dikalangan masyarakat malah nomor 1 lebih populer sebagai arti dari eksplorasi.
Istilah eksplorasi dalam kegiatan pertambangan sering digandengkan dengan
istilah eksploitasi atau penambangan yaitu pengusahan atau memproduksi
bahan tambang, serta istilah pengolahan yaitu kegiatan memisahkan logam logam
yang dibutuhkan dari batuannya.
Istilah yang sering digunakan di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh Belanda,
sering dibedakan antara :
1. Tahap pelacakan atau tahap penyelidikan umum,
2. Tahap eksplorasi atau kegiatan tahap rinci.
Jadi kedua pengertian ekplorasi tadi masuk walaupun, nomor 2 lebih dominan.
Sering juga eksplorasi dibagi menjadi kegiatan:
1. Eksplorasi pendahuluan
2. Eksplorasi detil / rinci
3. Eksplorasi eksploitasi
3
Pertambangan adalah penggunaan tanah sementara untuk dikembangkan/
digunakan dalam rangka upaya meningkatkan tarap hidup.
Indonesia sudah mampu untuk mengerjakan pertambangan yang bertarap
internasional, malah banyak ahli kita yang bekerja di pertambangan luar negeri.
Sebuah proyek pertambangan merupakan hasil pekerjaan eksplorasi berencana
yang mahal dan makan waktu lama (2 – 3 tahun) yang tidak menghasilkan
pendapatan apapun, pada tahun berikutnya (waktu persiapan penambangan).
Selain itu kegiatan eksplorasi tidak selalu menghasilkan pengembangan suatu
tambang.
Kegiatan eksplorasi tidak hanya mencari sebanyak banyaknya mineral untuk
diusahakan, dan tidak hanya menyangkut pekerjaan teknik di lapangan yang baik,
akan tetapi juga termasuk kegiatan :
1. pekerjaan menaksir,
2. mengevaluasi hasil eksplorasi terhadap kemungkinan biaya operasi,
3. memahami harga komoditi di pasaran,
4. menghitung biaya pengembangan,
5. menghitung biaya pinjaman untuk pengembangan,
6. pasar jangka pendek/panjang, lokasi dan pencapaiannya,
7. stabilitas politik,
8. metoda penambangan,
9. proses pengolahan,
10. teknologi baru seperti misal pengembangan zat subtitusi,
11. biaya lingkungan.
Jadi kegiatan eksplorasi mempunyai makna suatu kegiatan yang merupakan
suatu urutan atau rentetan kegiatan yang bertujuan menciutkan atau memperkecil
daerah penyelidikan dengan meningkatkan peluang untuk menemukan objek
dibarengi dengan memperkecil risiko kegagalan, dengan
menerapkan/menggunakan metoda eksplorasi yang dapat dipercaya.
4
Bagan alir Perencanaan Eksplorasi
Formulasi objektif
Daerah daerah eksplorasi yang diajukan
Keadaan geologi regional
Model geologi Penolakan
Pemilihan daerah
Konsep eksplorasi
Model eksplorasi
(petunjuk geologi)
Strategi eksplorasi
(pentahapan)
Teknologi eksplorasi
(pemilihan tempat-guna)
Organisasi eksplorasi
(personal, kontrakting, skedul, operation central)
Penganggaran
(untuk tiap tahap)
5
Skema klasifikasi tingkat kegiatan Eksplorasi
Peninjauan/ pendahuluan
Reconnaissance
Prospek
Menarik / inferred
Eksplorasi umum Economic
Indikasi Probable resources
Prefeasibility
study
Potentially economic
Prefeasibility resources
Economic
Proved reserve
Ekplorasi detil Feasibility study
Terukur Mining report
Potential economic
Feasibility resources
6
II. PERISTILAHAN DALAM KEGIATAN PERTAMBANGAN
A. Dilingkungan pertambangan dikenal istilah populer :
Indikasi mineral (mineral occurrence) atau ada yang menyebut keberadaan
mineral, yaitu suatu konsentrasi dari mineral yang dianggap berharga oleh
seseorang , ditempat tertentu, atau mempunyai arti ilmiah. Indikasi mineral bisa
saja berupa cebakan mineral yang belum dikenal atau tempat tempat
termineralisasi dimana proses pembentukan bijih itu lemah atau tidak sempurna
sehingga suatu cebakan tidak terbentuk.
Cebakan mineral (mineral deposit) adalah suatu konsentrasi dari unsur atau
logam tertentu dalam kerak bumi yang mempunyai ukuran dan kadar tertentu
dapat dianggap mempunyai potensi ekonomi dan dipertimbangkan untuk
ditambang secara komersial menguntungkan, seandainya persaratan teknologi,
biaya, termasuk politik memungkinkan.
Sebuah cebakan mineral merupakan penyimpangan di alam, artinya bahwa
mineral atau unsure tertentu terkonsentrasi pada suatu tempat oleh proses alam.
Jenis dari cebakan mineral:
1. Cebakan mineral logam atau lebih dikenal cebakan bijih, yaitu unsur
yang terkonsentrasi berupa logam, seperti besi, tembaga, emas.
2. Cebakan mineral bukan logam, sering dikenal dengan mineral industri,
seperti calsit, lempung, kaolin, silika.
3. Endapan batubara
Batubara termasuk kepada sumber daya mineral akan tetapi tidak lajim digunakan
istilah cebakan, karena batu bara kumpulan zat organik yang disebut maceral
Sumber daya mineral adalah suatu konsentrasi dari unsur-unsur atau logam
tertentu akan tetapi belum bisa ditentukan bahwa konsentrasi unsur-unsur atau
logam tertentu tersebut pada waktu sekarang belum bisa ditentukan dapat
diusakan secara komersial dan menguntungkan.
7
Bijih atau Cebakan bijih atau cebakan mineral bijih adalah kumpulan mineral
atau cebakan mineral yang telah teruji dan diketahui mempunyai ukuran dan
kadar yang memadai dan dari padanya dapat diekstrasi satu atau lebih logam
yang dapat diusakan secara menguntungkan/ ekonomis. Sering istilah bijih hanya
digunakan untuk sumberdaya logam.
Jadi tidak semua cebakan mineral menjadi cebakan bijih karena tidak
ekonomis.
Ore yang mempunyai terjemah bijih, oleh karenanya sering diberi istilah ore
deposit atau cebakan bijih. Ore atau bijih mempunyai konotasi bahan untuk
logam, namun adakalanya digunakan untuk mineral non logam , seperti endapan
garam, endapan gips.
.
Batuan terdiri dari gabungan mineral, sedangkan mineral terdiri dari kombinasi
dua atau lebih unsur kimia.
Mineral pembentuk batuan:
1. Mineral silikat karena mengandung silika dan oksigen (yang paling banyak),
seperti: Kuarsa, biotit, muskopit, felspar, ampibol, piroksin, kalsit
2. Mineral bijih sulfida yang merupakan senyawa dari logam dengan belerang,
seperti: galena (PbS /timbal), sfalerit (ZnS/ seng ), pirit (FeS2 / besi),
kalkopirit (CuFeS2 /tembaga)
3. Mineral bijih persenyawaan logam dengan oksigen, seperti magnetit
(Fe3O4 /besi), hematit (Fe2 O6/ besi), kasiterit (SnO2/ timah), kromit
(FeCr2O4/ krom)
4. Mineral bijih yang tidak bergabung dengan mineral lain (native elements),
seperti emas (Au), platina (Pt), paladium (Pd), tembaga (Cu/ tidak
umum), perak (Ag / langka), intan (C).
8
Secara terbentuknya cebakan mineral
Terdapat dua jenis cebakan mineral yaitu:
1. Cebakan primer yaitu mineral bijih asli terbentuk pada waktu proses
pembentukan bijih, serta tidak diendapkan lagi oleh proses erosi dan
pelapukan.
2. Cebakan skunder atau aluvial mineral bijih akibat pelapukan dan erosi.
9
III. EKSPLORASI CEBAKAN MINERAL
Eksplorasi merupakan proses eliminasi yaitu menciutkan/ meninggalkan daerah
daerah yang tidak potensial mengandung mineral untuk dilakukan tahapan
penelitian lanjutan atau penambangan. Jadi eksplorasi adalah pemilihan daerah
daerah yang paling baik potential mineralnya, yang pada akhirnya bisa dilakukan
penambangan secara ekonomis.
Yang harus menjadi pemikiran di dalam kegiatan eksplorasi cebakan mineral
adalah:
1. Apa yang dicari (formulasi objektif serta spesifikasinya)
2. Dimana harus dicarinya ( pada model lingkungan geologi yang bagai mana)
3. Bagaimana cara mencarinya (strategi pertahapan, serta metoda yanag
dipakai)
Seperti telah diuraikan bahwa tahapan eksplorasi terdiri dari :
1. Pemilihan daerah,
2. Peninjauan atau survey tinjau,
3. Prospek : umum dan rinci
4. Eksplorasi umum atau pendahuluan
5. Eksplorasi detil atu rinci
Setelah tahapan tersebut dilakuan kebiatan penilaian atau evaluasi prospek
1. Pimilihan daerah untuk eksplorasi awal
A. Tahapan tinjau / strategis
a. survei dari udara : survei dan analisis foto udara, survei dan analisis
aeromagnetik, gaya berat atau termal.
b. Survei darat : sepintas lalu berupa pelintasan pelintasan yang menyeluruh
seluruh daerah, dengan metoda geologi, atau dengan metoda non-geologi.
Skala peta yang digunakan antara 1: 200.000 samapai 1: 100.000.
Hasil dari kegitan tahapan ini adalah menghasilkan daerah daerah prospek.
10
B. Tahapan prospek umum
Merupakan survei darat yang menindak lanjuti daerah prospek yang telah
ditentukan pada tahap sebelumnya. Metoda yang digunakan:
1. Metoda geologi
2. Metoda geokimia
3. Metoda geofisika umum
Skala peta yang digunakan 1: 50.000 sampai 1: 25.000.
Hasil dari tahapan ini adalah daerah sasaran (target selection)
C. Tahapan eksplorasi umum atau eksplorasi pendahuluan
Pada tahapan ini peta yang digunakan 1 : 5.000 sampai 1 : 1.000, biasanya tidak
tersedia sehinga harus dibuat dulu dengan menggunakan alat ukur yang teliti.
Metoda yang digunakan :
1. paritan dan sumur uji,
2. survei geofisika rinci dengan kisi (grid)
3. survei geokimia rinci (soil sampling) dengan kisi,
4. beberapa pemboran pengambilan contoh.
D. Tahapan eksplorasi detil
Pada tahapan ini peta yang dibuat dan digunakan 1 : 500
Metoda yang digunakan :
1. pemboran terperinci dan sistimatik
2. pembuatan terowongan eksplorasi
3. penentuan cadangan pendahuluan
4. pengambilan contoh sistimatik.
E. Metoda eksplorasi,
Metoda eksplorasi dapat digolongkan menjadi tiga :
1. metoda geologi:
a. survey indra jauh
b. Survey geologi permukaan
c. sumur uji dan paritan (test pit and trenching)
d. Pemboran eksplorasi/ pengolongan inti
e. Survei geologi bawah tanah/ dalam terowongan.
11
2. Metoda geofisika.
a. survey geofisika dari udara (airbone survey)
b. Survey geofisika darat
.
3. Metoda geokimia.
a. Penyontohan aliran sungai (stream sampling)
b. Penyontohan tanah (soil sampling)
c. Penyontohan batuan
4. Metoda pemboran
a. Pemboran dengan pengintian (full coring)
b. Pemboran dengan pengintian setempat (touch coring)
c. Pemboran dengan tanpa pengintian (cutting)
Pertimbangan dalam penentuan tahapan eksplorasi.
Dalam penentuan pentahapan merupakan strategi eksplorasi dengan dasar
pertimbangan :
Pertimbangan bisnis
Pertimbangan waktu dan persyaratan kontrak
Pertimbangan kelengkapan data geologi
Pertimbangan keberadaan prospek atau sasaran serta keyakinan
Pertimbangan sarana kesampaian daerah.
Oleh karenanya pelaksanaan ekplorasi di lapangan tidak selalu mengikuti tahapan
tersebut, walaupun resiko yang dihadapi cukup tinggi. Perusahan besar tidak mau
mengambil resiko, sehingga kegiatan eksplorasi selalu dilakukan dari awal.
A. Cara survey Indra jauh
a. Menggunakan citra satelit (landsat, spot,
Lansat
Cara Geokimia
Kebanyakan cebakan mineral berkaitan dengan unsur unsur ikutan yang tidak
ekonomis, ksususnya emas, perak, tembaga, timbal, seng dan timah. Unsur unsur
12
ini berguna dalam eksplorasi karena merupakan petunjuk yang membantu
menunjukan cebakan. Pada umumnya cebakan akan mengundang mineral
ikutan yang lebih tersebar luas dari mineral bijih. Pada awalnya mineral ikutan
akan mudah dicari dari pada mineral bijihnya.
Kegiatan eksplorasi dengan metoda geokimia bisa dilakukan dengan cara:
1. menelusuri aliran sungai mengambil contoh sedimen sungai,
2. Mengambil contoh batuan dasar,
3. Mengambil contoh tanah.
Menelusuri aliran sungai
Metoda yang umum dalam pemercontohan geokimia menerapkan percontoh
pasir, kerikil, dan lempung dalam sungai dan anak sungai serta dinamakan
pemercontohan sedimen sungai.
Tahap awal dilakukan untuk meliputi semua semua daerah aliran sungai (DAS),
sehingga dapat setiap mineralisasi di DAS tersebut dapat dideteksi. Selang antar
lokasi bisa cukup jauh antara 50 -60 km2 setiap percontoh. Jika diperoleh hasil
yang mendukung, selang percontoh dipersempit, sehingga memungkinkan
mengetahui lebih jauh tentang cara terjadinya unsur dan mineral bijih.
Sebagian besar percontoh dikirim ke laboratorium untuk dianalisis unsur unsur
bijihnya( emas, perak, tembaga, seng dsb.) serta unsur ikutan seperti arsen, air
raksa, antimon, wolfram, dsb.
Untuk emas biasanya dapat diketahui dengan langsung dengan cara mendulang
pada tiap anak sungai dan dilanjutkan sampai pada sumbernya.
13
Mengambil contoh batuan dasar
Cara ini dilakukan dengan cara mengambil contoh secara sestimatik (dari jarak
atau luas tertentu) batun dasar dari bawah tanah penutup. Percontoh biasanya
diambil dengan alat bor tangan, atau bor kecil yang mudah dipindah pindah.
Setiap percontoh diteliti oleh ahli tambang dan jika ada tanda mineralisasi,
percontoh dikirim kelaboratorium untuk pemeriksaan kadar.
Kebanyakan percontoh tidak mengandung tanda mineral, tetapi ahli tambang
tetap mencatat, sehingga dapat menyusun peta penyebaran mineral secara
sistematik.
Hasil pemeriksaan kadar semua direkam pada peta sehingga semua lokasi jalur
yang berpotensi mengandung mineral bijih dapat diketahui.
Mengambil contoh tanah
Pada umumnya di Indonesia, daerah batuan ditutupi oleh tanah yang berasal dari
tempat lain. Tetapi dibeberapa tempat tanah berasal dari tempat lain yang
merupakan hasil pelapukan dari batuan di bawahnya, yang biasa disebut tanah
residu. Contoh tanah diambil berdasarkan grid yang telah dibuat dan diambil
antara 1 – 5 kg tanah sebagai percontoh dan dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis.
14
Meteda Geofisika
Metoda ini sangat populer dan banyak digunakan dalam eksplorasi mineral,
terutama di negara-negara maju. Hal ini karena caranya tidak begitu sulit,
biayanya relatif murah dan keakurasiannya bisa dipercaya.
Survey geofisika menunjuk kepada ciri-ciri fisika batuan yang diukur dengan cara
yang canggih dan alat yang peka.
Kemagnetan batuan ditentukan oleh banyaknya mineral megnetis yang
dikandungnya, yaitu magnetit dan ilmenit. Kebanyakan mineral tidak bersifat
magnet atau kemagnetannya rendah, sehingga dengan adanya perbedaan yang
tinggi tersebut akan menyebabkan terjadinya anomali (penyimpangan)
kemagnetan. Alat yang digunakan disebut magnetometer.
Keradioaktifan batuan ditentukan oleh banyaknya unsur radioaktif yaitu :
thorium, uranium, natrium, dan kalium, sedangkan kebanyakan mineral lainnya
tidak mengandung unsur radioaktif tinggi. Alat untuk mengukurnya disebut
sentillometer.
Daya hantar listrik batuan dilakukan dengan cara memasukan arus kedalam
bumi dan menangkap kembali arus yang kembali kepermukaan. Metoda ini
mengukur banyaknya listrik yang bisa disimpan dalam batuan dan banyaknya
waktu yang diperlukan untuk menyebarkan arus. Kebanyakan cebakan mineral
berkaitan atau terdiri dari mineral sulfida, seperti pirit, galena, sfalerit dan
kalkopirit menghantar arus listrik lebih baik dibandingakn dengan mineral dan
batuan yang melingkupinya, sehingga perbedaan dalam sifat listriknya dapat
diukur. Dengan demikian zonz-zona mineral bijih dapat ditentukan dan
seringkali dimensinya juga bisa diketahui. Alat yang digunakan adalah geolistrik
serta yang paling banyak menggunakan metoda Schlumberger.
15
Pengukuran daya hantar gelombang menggunakan seismik refraksi dengan cara
membuat gelombang kejut, semacam gelombang gempa tetapi dalam ukuran kecil
di dalam tanah, dengan ledakan, mesin tumbuk atau dipukul. Peralatan yang peka
(geophone) digunakan untuk mengukur kemampuan batuan menghantarkan
gelombang kejut tersebut. Seismik refleksi jarang digunakan dalam eksplorasi
mineral, metoda ini biasanya digunakan untuk penyelidikann yang cukup dalam,
seperti eksplorasi minyak.
METODA PENGEBORAN
Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai yaitu:
1. Bor tangan
Bor spiral
Bor bangka
2. Bor mesin putar
Bor mesin ringan
Bor inti (core drill)
Bor putar biasa (rotary drill)
Bor alir balik (counterflush drill)
3. Bor mesin tumbuk (cable tool)
16
Pemboran adalah proses yang amat mahal terlebih dengan pemboran mesin,
sehingga untuk menghindari resiko kegagalan sebanyak mungkin, tahapan
tahapan eksplorasi pra pemboran perlu dijalankan. Kegiatan pemboran
merupakan pembuktian hasil tahapan eksplorasi sebelumnya, sebelum endapan
bijih tersebut di tambang.
Pemboran tangan
Metoda ini digunakan untuk eksplorasi dangkal, seperti pada endapan placer dan
endapan residu dan umumnya digunakan pada tahapan eksplorasi rinci,
walaupun terkadang digunakan pada tahap eksplorasi tinjau hanya jarak antar
titiknya cukup jauh.
Ada dua jenis alat ini yaitu :
- Bor spiral (auger drilling)
- Bor bangka
Bor spiral
Bentuknya seperti penarik tutup botol dan diputar menggunakan tenaga manusia
(tangan). Sample diambil dari tanah yang melekat pada spiral. Alat dicabut pada
interval tertentu (tiap 30 – 50 cm) dengan kedalaman pengeboran hanya beberapa
meter saja. Eksplorasi yang sering menggunakan alat ini pada endapan mineral
residu ( residual deposit), seperti bouxite, laterit nikel.
Bor Bangka.
17
Alat ini dikembangkan di Indonesia, pertama kali digunakan di Bangka dalam
ekplorasi timah. Alat berupa selubung (casing) diberi platform tempat beberapa
orang bekerja. Mekanisme kerjanya sama dengan bor sprilal dan tumbuk. Stang
bor terdiri dari pipa masif yang disambung sambung dan pada ujungnya dipasang
mata bor (bit) berupa :
- spiral
- senduk
- pahat
Alat bor diputar dan ditumbuk, casing dengan otomatis makin dalam masuk,
terutama karena beban orang di atas platform. Pengambilan contoh menggunakan
bailer, dan banyak dipakai untuk eksplorasi dangkal, sperti placer deposit dan
residual deposit.
Data yang didapat dengan cara pemboran tangan jarang berupa batuan, akan
tetapi berupa tanah atau batuan lapuk dan sedimen lepas. Contoh yang didap
berupa contoh terganggu (disturbed sample), tidak mungkin berbentuk contoh
utuh (undisturbed sample).
Ketelitian lokasi kedalaman contoh tergantung pula dari jenis matabor yang
digunakan.
- Percontoh dari bor spiral berupa tanah/pelapukan batuan yang melilit pada
spiral, dan mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukan
sampai ditarik kembali, sehingga selang kedalaman dapat diatur, tiap 0,5
m, 1 m atau maksimum sepanjang spiral.
- Percontoh dari mata bor sendok, lebih mudah dan cenderung tercampur,
dan setiap contoh mewakili setiap selang kedalaman.
Data yang didapat :
- deskripsi litologi dalam bentuk penampang atau log bor.
- Data kekerasan dan kemudahan hancur,
- Muka air tanah
18
Pemboran mesin putar
Ada beberapa macam jenis bor mesin putar mulai dari yang portabel sampai yang
raksasa seperti untuk pemboran minyak dan gas yang dapat mengebor sampai
kedalaman beberapa kilometer.
Alat bor (drilling rig) dinilai dari kemampuan untuk:
- mencapai kedalaman,
- kemampuan pengambilan contoh batuan
- kemampuan penentuan arah,
- kemampuan untuk bergerak di medan lapangan.
Percontoh batuan hasil pengeboran dapat berupa :
- serbuk atau tahi bor (drill cutting) yang dibawa kepermukaan oleh lumpur
bor atau air pembilas.
- Inti bor (drill core) yang diambil melalui tabung penginti (core barrel)
Pengangkatan tabung penginti ke permukaan dilakukan dengan cara:
- dicabut dengan mengangkat seluruh rangkaian batang bor kepermukaan
setiap kali seluruh tabung penginti terisi,
- dicabut lewat talikawat (wireline) melalui lobang pipa dengan kabel.
Mata bor yang digunakan terbuat dari intan, baja atau tungsten.
Macam tabung penginti :
- single tube core barrel
- double tube core barrel
- triple tube core barrel (core recovery lebih dari 90 %).
Cara pengambilan percontoh batuan
Serbuk pemboran
Percontoh ini berupa serbuk hasil gerusan dari mata bor yang dibawa
kepermukaan oleh fluida bor. Hal ini dilakukan jika pengeboran tidak dilakukan
dengan cara penginti. Setiap selang kemajuan pengeboran dilakukan
pengambilan serbuk sebagai wakil dan dicatat. Percontoh ini dibersihkan dan
19
dideskripsikan. Hasil deskripsi ini kurang akurat, karena sering tercampur dengan
serbuk kedalam lain yang mempunyai berat jenis batuan berbeda. Struktur,
kekompakan batuan dengan cara ini tidak dapat diketahui.
Pada kegiatan eksplorasi mineral cara ini tidak lazim dilakukan karena lebih
mengandalkan pada pengamatan inti secara penuh dari permukaan sampai
kedalaman akhir. Yang sering menggunakan cara ini terutama pada eksplorasi
minyak, gas atau batu bara sebelum batu baranya diketemukan.
Inti bor ( drill core)
Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batu bara data geologi biasanya
didasarkan kepada pengamatan dan pendiskripsian contoh inti bor.
Macam macam pengintian:
- pengintin penuh (full coring) pengintian dilakukan penuh dari permukaan
sanpai akhir pengeboran,
- pengintian setempat (spot coring) pengambilan inti hanya dilakukan pada
kedalaman tertentu, sesuai dengan kebutuhan,
- pengintian sentuh (touch coring) dilakukan setelah menyentuh targen
cebakan mineral yang diinginkan.
Perolehan inti bor (core recovery)
Pada waktu pengintian pengeboran tidak selalu tabung penginti penuh semuanya,
dikarenakan terjadinya gugur sebagian dari material yang masuk ke dalam tabung
penginti. Besarnya perolehan inti atau core recovery dinyatakan dalam persen (%
core recovery) yaitu perbandingan antara panjang percontoh inti dan panjang
tabung penginti. Makin kecil presentasenya makin jelek pengeborannya.
Penyebabnya :
- batuan tidak padu, retas atau rapuh
- penggunaan tabung penginti kurang baik
- kecepatan pengeboran terlalu tinggi atau terlalu lambat.
Penyimpanan inti bor
Inti bor disusun berurutan sesui dengan kedalam dan disimpan dalam kotak yang
biasanya panjangnya setiap satu meter. Untuk percontoh cebakan mineral
20
tertentu, yang memerlukan kelembaban aslinya inti dibungkus dengan kertas
parapin kedap udara dan kemudian dikirim ke laboratorium.
Pemboran mesin tumbuk (percussion drilling)
Jenis mesin bor ini sudah jarang digunakan dalam kegiatan eksplorasi. Batuan
dipecah dengan mata bor yang berbentuk pahat yang ditumbuk. Percontoh
diambil dengan alat bailer.
Jenis mesin bor tumbuk :
- cabel tool drilling rig atau churn drilling rig (kabel ditarik melalui katrol pada
menara bor)
- hammer drill atau wagon drill (menggunakan palu yang bergerak vertikal
dipasang pada suatu peluncur)
- downholw hammer drilling rig (menggunakan silinder secara turun naik dan
digerakan oleh udara dari kopresor melalui pipa bor)
- hammer drilling rig with drive sampling (alat sampling dipasang di ujung alat
bor berupa tabung terbuka di bawahnya, dan hanya cocok untuk tanah atau
sedimen lepas)
Penglogan Lubang Bor
Penglogan lubang bor merupakan hasil akhir dari kegiatan pengeboran sebagai
bahan untuk menganalisin keterdapatan cebakan mineral. Ada dua cara untuk
merekam atau mencatat dalam bentuk log bor, hasil yang ditembus dalam
kegiatan pengeboran:
1. Cara penglogan visual berdasarkan pengamatan deskripsi contoh
serbuk bor (cutting) dan contoh inti bor.
2. Penglogan talikawat (wire-line logging)
21
Penglogan visual dilakukan terhadap pengamatan dan deskripsi litologi dari
contoh serbuk pemboran dan dari contoh inti bor. Jika dilakukan pengeboran inti
penuh (full core drilling) penglogan hanya dari contoh inti disebut log inti (core-
log), sedangkan serbuk bor hanya sebatas pembanding. Apabila pengeborannya
intinya hanya pada kedalaman tertentu saja maka penglogan dilakukan
berdasarkan data inti dan serbuk bor.
Pencatatan dilakukan dalam kolom-kolom kertas panjang yang disebut log
pemboran (drilling log). Yang dicatat dalam log pemboran meliputi:
1. deskripsi litologi
2. struktur yang dijumpai
3. ketebalan cebakan mineral
4. laju kecepatan pemboran
5. perolehan inti (core recovery)
6. lainnya terutama kegiatan pengeborannya seperti penggantian mata bor,
pemasangan cassing.
Penglogan tali kawat
Penglogan tali kawat (logging) ludah sangat biasa dilakukan terutama untuk
batubara. Jenis log yang dapat dilakukan bisa dibagi dalam :
1. penglogan geofisika (geophysical logging)
2. penglogan citra (Imaging, hasil dari pemotretan kamera /borehole camera
yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan serat optik dan dapat
merekam visual sekeliling lubang bor.
3. log orientasi lubang sumur (yang menunjukan arah dari lubang sumur
dalam derajat kemiringan dan azimuth).
22
Pembuatan sumuran dan paritan
Pembuatan sumuran atau test pit adalah dilakukan penggalian berbentuk
sumuran disesuaikan dengan bentuk tubuh bijih yang di cari. Tujuannya adalah
untuk mengetahui ketebalan dari jebakan mineral yang posisinya relatif datar,
seperti:
1. batubara,
2. cebakan placer
3. cebakan residu
Cara ini dilakukan pada daerah batuan lepas atau tanah pelapukan dengan
kedalaman kurang dari 10 meter serta harus mencapai batas atas dan batas
bawah tubuh cebakan.
Cara paritan (trenching) adalah galian yang memanjang , biasanya didesigen
tegak lurus struktur atau arah dimensi kecil dari tubuh cebakan (arah ketebalan).
Paritan harus mencapai batas atas dan bawah dari tubuh cebakan. Pembuatan
paritan biasanya menggunakan Buldoser atau tenaga manusia, kadang kadang
menggunakan dinamit untuk channel sampling. Tujuannya untuk mendapat
singkapan yang lengkap dari suatu cebakan yang bentuk planar, seperti urat
(vein), atau lapisan batubara yang berada pada posisi miring sampai vertikal.
Percontoh diambil pada dinding sumuran dari atas ke bawah, sedangkan pada
paritan selain dari atas kebawah juga dilakukan memanjang kesamping sepanjang
paritan (penyontohan saluran/ channel sampling).
23
Metoda terowongan
Beberapa macam terowongan untuk kegiatan eksplorasi, terutama dalam
pengambilan percontoh:
1. Drift, terowongan mendatar dan sejajar tubuh bijih,
2. Crosscut mendatar dan merupakan cabang dari drift dan memotong tubuh
bijih
3. Shaft lubang tegak atau sumuran dalam yang menenbus tubuh bijih,
4. Adit adalah drift yang salah satu sisinya menembus termukaan,
5. Tunel adalah drift yang kedua ujungnya menembus permukaan,
6. Raise suatu terowongan yang menanjak yang menghubungkan bidang
yang lebih tinggi atau lebih rendah,
Keunggulan dari eksplorasi dengan cara terowongan adalah :
- batuan tersingkap seluruhnya sepanjang terowongan,
- data yang didapat bersifat tiga dimensi yaitu pada atap, dinding dan pada
lantai,
- struktur geologi dapat langsung diamati,
- jurus (strike) dan kemiringan tubuh bijih (dip) dapat diketahui langsung
cara pembuatan terowongan :
- dengan bor tangan
- bor mesin seperti jack hammer,
- peledakan.
- Penggalian
24
Pembuatan kisi atau grid eksplorasi.
Kebanyakan cebakan mineral ada kaitannya dengan jenis batuan tertentu atau
struktur dalam batuan seperti sesar atau rekahan. Selain itu penyebaran cebakan
mineral kebanyakan tidak merata dan berada pada tempat tertentu. Untuk
mengetahui keberadannya tersebut maka dalam kegiatan pengambilan percontoh
eksplorasi perlu diatur dan dibuat pola yang biasa disebut kisi eksplorasi.
Kisi dilakukan di seluruh daerah yang diselidiki.
Kisi terdiri dari patok yang ditanam pada selang tertentu (biasanya teratur) dan
tiap patok mempunyai koordinat dan lokasi yang tepat serta diberi identitas khusus
supaya mudah dikenal, misalnya berwarna. Patok kisi ini menjadi kendali dalam
tiap kegiatan dan memetakan penyebaran cebakan mineral di daerah tersebut.
Pola kisi yang dibuat ada beberapa tergantung kepda penyebanran cebakan
mineral yaitu:
bentuk segi empat sama sisi
bentuk persegi panjang
bentuk segitiga
bentuk sebarang
Tiap tahapan eksplorasi harus dibuat kisi, yang mana kisi pada tahapan
berikutnya merupakan pengembangan/pendetilan (pengrapatan) dari kisi tahapan
sebelumnya dan dilakukan hanya di daerah terpilih berdasarkan hasil eksplorasi
tahap sebelumnya tersebut.
25
IV. PENAFSIRAN DAN PENILAIAN DATA HASIL EKSPLORASI
PENAFSIRAN DATA HASIL EKSPLORASI Data hasil kegiatan eksplorasi tidak mempunyai arti jika tidak dilakukan penafsiran
geologi terhadapnya. Kegiatan eksplorasi pada hakekatnya adalah usaha untuk
mendapatkan data geologi yang diperlukan untuk menafsirkan akan adanya
cebakan mineral atau akumulasi migas. Penafsiran geologi terhadap hasil
kegiatan eksplorasi merupakan hal yang mutlak dilakukan dan harus dilakukan
terus menerus selama kegiatan itu berlangsung. Penafsiaran harus dilakukan
secara menyeluruh dan meningkatkan peluang sehingga secara berangsur
memberikan hasil yang definitif, ada atau tidaknya suatu cebakan yang layak
diusahakan secara komersial.
Tujuan penilaian adalah memberikan konfirmasi apakah tujuan dari kegiatan
tersebut tercapai atau tidak, atau sampai dimana ketercapaian tujuan dari
ekplorasi tersebut serta apakah tahap berikutnya akan dilakukan atau tidak.
Hasil dari program eksplorasi dapat berupa:
1. Daerah prospektif
2. Daerah sasaran (target area)
3. Sasaran(target) atau prospek, lebih pada akumulasi cebakan mineral
tertentu,
4. Cebakan mineralnya sendiri
Tahap eksplorasi tinjau daerah ( area reconnaissance) menghasilkan
daerah prospektif (prospective area)
Tahap penafsiran regional (regional appraisal) menghasilkan suatu target
atau prospek
Tahap rinci (detil) menghasilakn penemuan atau discovery
26
Penafsiran tahap rinci didasarkan kepada dua tahapan yaitu :
Tahapan penyelidikan permukaan
Tahapan penyelidikan bawah permukaan
Panafsiran pada tahap penyelidikan permukaan dilakukan dengan ;
Penyelidikan didasarkan pada tanda tanda geologi yang bisa dilihat dari
permukaan seperti jenis batuan, struktur, dan singkapan.
Dibantu dengan metoda geofisika dan geokimia, yang misa menafsirkan
kedalaman, bentuk tubuh bijih serta susunan mineralogi dan kimianya.
Kesimpulan dari tahap ini bersifat penafsiran sehingga hasilnya bersifat
probabilistik belum bersifat determinatik, sehingga dalam kesimpulan dihasilkan
lebih dari satu kemungkinan yang perlu dilanjutkan dengan penyelidikan
bawah permukaan.
Hasil penyelidikan permukaan akan menyangkut :
a. penyebaran lateral, panjang, tebal
b. nilai nilai kadar bijih
c. proyeksi ke dalam sampai berapa kedalaman dapat diharapkan
d. minimum cadangan yang diperlukan
e. pada kedalaman berapa tubuh bijih terdapat
f. keadaan mineralogi
g. keadaan kimiawi
h. modifikasi dari model genesa- jenis cebakan-tubuh cebakan.
Dari hasil ini dapat disarankan untuk dilakukan dengan rencana penyelidikan
bawah permukaan berupa beberapa alternatif :
a. langsung dibuat rencana terowongan eksplorasi
b. langsung dibuat rencana pemboran eksplorasi (pemboran inti)
c. rencana pembuatan sumuran/parit parit
d. eksplorasi /proyeksi detil dengan metoda geokimia (soil samples)
e. eksplorasi/ proyeksi detil dengan metoda geofisika (resistivity, seismik dsb.)
Keputusan untuk memilih alternatif sangat tergantung kepada biaya dan tingkat
kepercayaan.
Alternatif 1 jarang digunakan kecuali oleh perusahaan bermodal besar
27
Alternatif 3,4,5 dilakukan oleh perusahaan dengan dana kecil sebelum
melakukan alternatif 2, karena perusahaan tersebut ingin cepat cepat berproduksi
untuk mendapatkan dana.
Penafsiran pada tahapan penyelidikan bawah permukaan
Dilakukan dengan cara langsung dibuat rencana: terowongan eksplorasi,
pemboran eksplorasi (pemboran inti), sumuran/parit parit, eksplorasi /proyeksi
detil dengan metoda geokimia (soil samples), eksplorasi/ proyeksi detil dengan
metoda geofisika (resistivity, seismik dsb.).
Hasil dari kegitan tersebut harus ditafsirkan dengan pengamatan geologi
secara visual dan analisis laboratorium, untuk mendapatkan kadarnya. Kadang
kadang hasil eksplorasi ini tidak sesuai dengan kadar dari logam yang jadi
sasaran, atau ketebalan, atau penembusan badan bijih terlalu kecil. Oleh
karenanya perlu dirancang dan dilakukan pada eksplorasi berikutnya.
V. PENILAIAN PROSPEK
Tahap akhir dari usaha eksplorasi adalah melakukan penilaian terhadap suatu
penemuan (discovery) atau penilaian prospek, yaitu menentukan apakah prospek
ini mempunyai nilai ekonomi dan layak untuk ditambang.
Kegiatan ini berupa penilaian tambang dan penentuan cadangan
Faktor faktor yang dikaji dari segi:
1. Kelayakan dan teknik penambangan
2. teknik ekstraksi metalurgi
3. penilaian ekonomis
Kalayakan ditambang dan nilai ekonomi dri suatu penemuan tergantung kepada
faktor faktor :
1. Besarnya cadangan atau sumber daya yang menyangkut volume
dan kadar unsur atau senyawa dari tubuh cebakan yang dicari
28
2. kedudukan serta keadaan geologinya ,
3. keadaan geologi sekelilingnya ditinjau dari segi geoteknik (kekuatan
batuan, keadaan air tanah dsb.)
4. Keadaan lingkungan sekitarnya serta antisifasi pencemaran
lingkungan (ANDAL),
5. Susunan kimia dan mineral serta sifat fisik dari obyek tambang serta
dampak terhadap cara pengambilan, metalurgi, pengilangan,
pemrosesan serta penggunaan.
6. Rancangan tambang konseptual ( tambang terbuka, bawah tanah)
7. Analisis keekonomian yang menyangkut harga jual dari bahan
tambang, ekonomi dari cadangan ( NPV : net present value), biaya
investasi yang diperlukan, besar produksi yang dicanangkan serta
lamanya umur tambang, serta biaya yang perlu dikeluarkan
misalnya biaya bunga, pajak, royalti, biaya lingkungan dan biaya
sosial.
VI. PERHITUNGAN CADANGAN BIJIH.
Pada setiap perhitungan cadangan bijih ada dua dua unsur yang dihitung yang
pada dasarnya berbeda yaitu:
1. Volume dari tubuh cebakan , yang sering dikonversikan menjadi berat yang
dinyatakan dalam ton, dengan mengetahui berat jenis rata-ratanya.
2. Parameter dari cebakan itu , sperti kadar logam, kadar air (dalam hal
minyak bumi), dsb.
Metoda Perhitungan Tonase :
1. Metoda perhitungan klasik (manual)
2. Metoda perhitungan geostatistik.
A. Metoda perhitungan klasik
1. Metoda perhitungan volume.
Rumus dasar dari metoda perhitungan ini :
Cadangan (ton) = volume cebakan x kadar rata-rata
29
Volume (m3) = luas x tinggi
Luas (m2) = perhitungan langsung dengan planimeter.
Penghutungan volume bisa dilakukan dengan cara:
Metoda Denah: metoda ini banyak digunakan untuk endapan yang planar
(datar), seperti batu bara, minyak dan gas bumi, endapan placer, kadang
kadang untuk cebakan masif.
Caranya ada dua macam yaitu :
a. Cara pengkonturan , luas dihitung dalam kontur tertutup, dengan tingginya
adalah interval kontur. Cara ini banyak digunakan untuk cebakan yang
bersekalabesar seperti minyak, batu bara, dsb.
b. Cara polygon, luas dihitung pada tiap polygon, dan tingginya didapat dari
ketebalan yang didapat/ditembus pada pengeboran atau cara lain ditengah
polygon. Volume dihitung pada tiap polygon kemudian
dijumlahkan.(merupakan kisi dari eksplorasi). Cara ini lebih banyak
digunakan untuk cebakan yang skala kecil, terutama dalam perhitungan
cadangan terukur.
Metoda penampang melintang dilakukan pada endapan yang planar
yang miring dan diproyeksikan kebidang datar. Luasnya dihitung dengan
30
cara kontur atau polygon sedangkan ketebalannya dihutung dengan
ketebalan sebenarnya.
Metoda penampang (profiling), dilakukan pada tubuh masif atau
planar miring. Dibuat beberapa penampang kemudian dikorelasikan satu
sama lain. Ketebalan cebakan dihitung dari ketebalan pada penampang.
Metoda ini banyak digunakan untuk menghitung nonlogam yang bersifat
mengumpul seperti gunung batu, endapan gamping.
2. Perhitungan kadar rata rata.
Dalam metoda ini perhitungan cadangan dalam ton, perhitungan kadar dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan Konsep Cut-off Grade
Dalam perhitungan cadangan terlebih dahulu harus ditentukan kadar minimal
yang masih bisa ditambang (tergantung teknologi dan pertimbangan ekonomi).
31
B. METODA PERHITUNGAN GEOSTATISTIK
Dewasa ini dengan tersedianya komputer dan berkembangnya ilmu statistik, maka
telah dikembangkan ilmu geostatistik, yaitu untuk menganalisis data eksplorasi.
Hal ini sangat tergantung kepada keakuratan data dasar yang didapat seperti,
koordinat, serta kerapatan dan keseragaman penyebaran data.
Perhitungan volume dilakukan dengan cara penjumlahan dari sel sel blok dengan
ukuran tertentu yang telah diisi dengan data mengenai kadar logam, cebakan
mineral yang mempunyai nilai diatas cut-of grade.
Pengujian metalurgi
Penujian metalurgi memegang peranan penting dalam menentukan kelayakan
suatu cebakan mineral bisa ditambang atau tidak. Caranya percontoh dikirim ke
laboratorium untuk diuji banyaknya sifat fisika dan kimia bijih. Dengan faktor
faktor:
a. Kemudahan ekstraksi mineral bijih
b. Presentase mineral bijih yang dapat diekstraksi dan jika ekstrasi sulit
dilakukan, menentukan penyebab kesulitan dan mencari
pemecahannya.
c. Menentukan kekerasan bijih dan menentukan metoda yang tepat
bagi penghancuran dan penggerusannya,
d. Menentukan cara pembuangan batuan yang telah diolah,
e. Menentukan jenis dan banyak bahan kimia yang diperlukan untuk
ekstraksi.
Batuan termineralkan yang mengandung mineral bijih dan presentase tinggi serta
mudah diekstraksi lebih murah pengolahannya. Bila biaya ekstraksi pengolahan
tinggi, maka hanya bijih kadar tinggi saja yang bisa diolah dengan ekonomis,
sedangkan yang rendah kadarnya ditinggalkan, sehingga akan menurunkan usia
dari tambang.
32
VII. METODA PENAMBANGAN
Seorang eksplorer harus bisa memperkirakan penambangan apa yang tepat
dilakukan untuk cebakan mineral yang sudah dihasilkannya. Pada dasarnya ada
dua metoda penambangan yaitu:
a. Tambang Terbuka
Cara ini dimulai dengan cara pengerukan dari permukaan ke bawah
menggunakan mesin pemindah tanah seperti excavator atau buldozer. Ini
menyangkut pemindahan batuan kosong atau berkadar rendah dalam jumlah
besar, sehingga batuan termineralisasi atau bijih dapat ditambang secara selektif.
b. Underground mining
Tambang dalam dilakukan dengan cara menggali sumur/sharft dan terowongan
untuk mencapai zona termineralisasi di bawah tanah. Cara ini cukup lama dan
mahal dengan peralatan yang khusus dan tenaga banyak. Akan tetapi dengan
cara ini sangat terbatas membuang batuan yang kosong atau termineralisasi
rendah.
33
VIII. SARANA PENAMBANGAN
Sarana penambangan yang harus diperhitungkan adalah:
1. Pengadaan tanah, untuk perkantoran, perumahan, pabrik, bengkel,
pembuangan, jalan dsb.
2. Lokasi pabrik pengolahan, dipertimbangkan lokasi di pusat antar
cebakan bijih, sedekat mukin kesumber air, tidak dibangun di atas
cebakan bijih, mudah dicapai, tidak mudak keganggu lingkungan seperti
banjir, dan dekat ketempat pembuangan batuan sisa (tailing).
3. Lokasi batuan sisa pengolahan, batuan sisa atau tailing dibuang
ditempat yang sudah ditentukan dengan pertimbangan dampak
lingkungannya.
4. Infrastruktur, pembangunan kantor, jalan, pabrik dsb.
5. Sumber daya air, dalam beberapa penambangan, seperti emas,
memerlukan jumlah air yang banyak, serta juga keperluan untuk
perkantoran.
6. Sumberdaya energi, sering pertambangan tidak cukup atau dekat
dengan sumber tenaga listrik, sehingga perlu peningkatan tenaga atau
membuat tenaga listrik baru.
7. Sumberdaya manusia dan latihan, sering mengalami kesulitas
tersedianya tenaga yang trampil, shingga perlu dilakukan pelatihan.
8. Pelalatan yang tersedia dan sesuai, biasanya ada beberapa peralatan
yang tidak tersedia, sehingga perlu dibuat atau diimpor dari negara lain.
9. Tinjauan Lingkungan dan rencana manajemen, mempelajari dampak
lingkungan negatif dan positif pada lingkungan sekitar tambang, meliputi
manusia, sumber air, hewan, dsb.
10. Harga komoditi pemasaran dan pembiayaan proyek, hal ini harus
memperhatikan harga pasaran dan fluktuasinya yang sulit diramalkan.
11. Masa hidup proyek, perkiraan realistis tentang masa hidup tambang
diperlukan.
12. Persetujuan pemerintah dan surat izin, semua proyek penambangan
memerlukan izin didalam operasinya.
34
13. Perpajakan, sangat mempengaruhi ketahana proyek pertambangan,
termasuk kemungkinan berubahnya selama tambang berlangsung.
IX. PUTUSAN AKHIR
Pada saat semua faktor tersebut dibahas dan di kaji, maka akan keluar kepususan
apakah maju atau tidak, tergantung kepada :
Total penjualan – Biaya = ? laba
Bila laba cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan mampu melindungi
proyek terhadap fluktuasi harga komoditi dan resiko yang diperhitungkan,
termasuk pengembalian modal dan memberi keuntungan bagi masyarakat sekitar
dan nasional maka proyek tambang akan lanjut dilaksanakan.
IX. PERKEMBANGAN KEGIATAN PERTAMBANGAN
A. KEADAAN MINERAL DI DUNIA
1. Mineral Utama Dunia
Terdapat 19 (sembilan belas) mineral utama dunia
1. Posfat 11. Timah
2. Kalium 12. Wolfram
3. Besi 13. Batubara
4. Kromit 14. Nikel
5. minyak bumi 15. Aluminium
6. Bauksit 16. magnesium
7. Tembaga 17. Belerang
8. Timbal 18. Molibdenit
9. Seng 19. Air Raksa
10. Mangan
Sumber: Adjat Sudradjat 1999.
35
2. Negara Pemilik 19 Mineral Utama
1. Australia 2. Afrika selatan
3. Brazil 4. Amerika Serikat
5. Eks Unisovyet 6. RRC
7. Kanada 8. Guinea
9. Zimbabwe 10. Indonesia
11. Kaledonia Baru 12. Spanyol
Sumber : Adjat Sudradjat 1999.
3. Distribusi Mineral Kelas Dunia
1. Besi (Unisovyet, Brazil, Kanada, Australia)
2. Kokas ( AS, US, RRC, Jerman)
3. Tembaga (AS, US, Australia)
4. Mangan ( Afsel, US, Australia)
5. Nikel ( Kanada, US, Indonesia)
6. Timah ( Indonesia, RRC, Brazil)
7. Uranium ( AS, Australia, Afsel, Kongo)
8. Vanadium ( US, Afsel, Kanada)
9. Migas (Irak, Iran, Arab Saudi, As US)
Sumber : Adjat Sudradjat 1999.
36
B. BEBERAPA BAHAN GALIAN INDUSTRI DI INDONESIA Berdasarkan PP No. 27/1980 bahan galian di Indonesia dibagi menjadi tiga:
1. Bahan galian golongan A (strategis) 2. Bahan galian golongan B (vital0 3. Bahan galian golongan C (sebagian besar bahan galian industri termasuk
golongan ini) 4. Bhan galian industri yang termasuk golongan A (aspal), dan yang termasuk
golongan B (kristal kuarsa, barit, belerang, berilium, korundum, yodium, fluorspar, intan, brom, klor, mangan, bauksit dan sirkon)
Bahan galian industri (BGI) berdasarkan asosiasi batuan induk dan genesis atau keterjadiannya dibagi menjadi enam kelompok:
1. Kelompok I BGI yang berkaitan dengan batuan sediment : terdiri dari dua subkelompok:
a. Sub kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping, atl. Batugamping, marmer, dolomite, kalsit, fosfat, oniks, dan rijang.
b. Sub kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sediment lainnya, missal bentonit, zeolit, feldspar, yodium, opal, diatomit, mangan dan berbagai jenis lempung (bondclay, ballclay, fireclay dan illit)
2. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunungapi, seperti perlit, obsidian, batuapung, belerang, kayu terkersikan, opal, kalsedon, tras, andesit, basal dan pasir gunungapi.
3. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik asam dan ultrabasa, misalnya granit, batu alkali feldspar, bauksit, gabro, peridotit, jade, asbes, wollastonit, vermikulit dan magnesit.
4. Kelompok IV. BGI yang berkaitan dengan residu dan endapan letakan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, sirkon, kalsedon, korundum, sirtu, intan, dan kristal kuarsa,
5. Kelompok V. BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal, antara lain toseki, kaolin, pirofilit, barit, magnesit, talk, dan gips,
6. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan malihan, antara lain marmer, kuarsit, grafit, jade, oniks, wollastonit, kalsit dan talk.
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan eksplorasi BGI di Indonesia dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu:
1. Bahan Galian Industri Bangunan, meliputi: a. Industri bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan fondasi
dan agregat beton, misalnya batuan beku (andesit dan basal), pasir, sirtu, tras, dan lain lain,
b. Industri bahan bangunan yang digunakan sebagai batu hias, misalnya marmer, batugamping, granit, diabas, batu malihan dll.,
2. Bahan Galian Mineral Industri atau Bahan Galian Aneka Industri, meliputi: a. Industri pupuk, missal fospat, belerang, dolomite, zeolit, magnesit
dan batuan alkali,
37
b. Industri kertas, plastic, cat dll, misalnya batugamping, dolomite, magnesit, zeolit, mika, kaolin, talk, dll.,
c. Industri peternakan dan pertanian, misalnya dolomite, batugamping, fosfat, zeolit, dan bentonit,
d. Industri kosmetik, farmasi, kimia dall. Missal talk, magnesit, batugamping, dolomite, belerang, bentonit, fosfat dan yodium,
e. Industri tekstil, misalnya batuapung, dan batugamping. 3. Bahan Galian Industri Kramik, meliputi :
a. Industri semen, misalnya batugamping, lempung, pasir kuarsa, pasir besi dan gips.
b. Industri gelas, misalnya silica, feldspar, dolomite dll., c. Industri keramik, misalnya feldspar, silica, kaolin, toseki, piropilit dan
berbagai jenis lempung (bondclay, ballclay, fireclay) 4. Bahan Galian Industri Batumulia, meliputi:
a. Industri perhiasan, misalnya intan, rubi, safir, krisopras, opal, topas dll.
b. Industri kerajianan (carving0, misalnya kalsedon, agat, oniks, jade, krisopras, jasper dll.