iii
STRATEGI KELUARGA TUKANG PEMEL KELAPA SAWIT DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP DI JORONG BUKIK
NILAMPASAMAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (STRATA 1)
YUSMARNI
NPM : 11070135
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Yusmarni (NIM: 11070135), Strategi Keluarga tukang Pemel Kelapa Sawit
Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup di Pasaman Barat, Skripsi, Program
Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatra Barat, Padang, 2015
Penghasilan yang tidak mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga tukang pemel, yang mana penghasilan lebih rendah pada pengeluaran.
Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup, sehingga diperlukan suatu bentuk usaha,
siasat dan rencana tertentu yang harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga
tukang pemel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi
keluarga tukang pemel kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hidup di
Pasaman Barat.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori pilihan rasional yang
dikemukakan oleh Coleman. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan tipe
penelitian deskriptif. Teknik pengambilan informan yang dilakukan dengan cara
menggunakan purposive sampling dengan jumlah informan 23 orang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan studi
dokumen. Unit analisis yaitu individu dengan analisis data Milles & Huberman
yang terdiri dari tahap reduksi, penyajian data, pengumpulan data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa strategi keluarga tukang pemel
kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hidup di Pasaman Barat (Studi Kasus:
Plasma III Jorong Bukik Nilam Kabupaten Pasaman Barat dengan melakukan dua
strategi yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial yang berupa meminjam uang
ketetangga dan juga sistem julo-julo. Adapun strategi ekonomi yaitu dengan
melakukan pekerjaan sampingan sebagai berikut : (1) berkebun jagung
penghasilan yang diterima selama sekali empat bulan, (2) tukang bagunan banyak
hasil yang diperoleh sesuai dengan berapa rusak parah bangunan yang akan
diperbaiki, (3) beternak ayam, (4) tukang ojek (5) melibatkan anggota keluarga
anak dan istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti membuka warung dan
juga manyupah (menggarap kebun orang lain).
i
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “STRATEGI KELUARGA TUKANG PEMEL KELAPA
SAWIT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP DI PASAMAN
BARAT". Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi dan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan strata satu (SI) pada Program Studi
Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Marleni, M.Pd sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Inoki Ulma Tiara,
M.Pd sebagai pembimbing II yang sudah meluangkan waktu, memberikan
arahan dan menyumbangkan pikiran serta membimbing penulis dengan ikhlas
hingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
2. Ibu Rinel Fitlayeni, MA sebagai dosen penguji I, Ibu Dian Kurnia Anggreta,
M.Si sebagai dosen penguji II dan Bapak Faishal Yasin, M.Pd sebagai dosen
penguji III yang memberikan tanggapan dan masukan kepada penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Maihasni, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
dan Ibu Marleni, M.Pd sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Sosiologi Sekolah
ii
ix
Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Padang Sumatera
Barat.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP
PGRI Padang Sumatera Barat.
5. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si selaku Ketua STKIP Padang Sumatera Barat beserta
staf dan karyawan.
6. Bapak Kepala KESBANGPOL dan kepala Kantor Wali Nagari yang telah
memberi izin untuk melakukan penelitian.
7. Informan yang memberikan informasi dalam menyelesaikan skripri ini.
Dengan demikian penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, nasehat
serta saran yang sudah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan penulis
mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis.
Padang, September 2015
Penulis
iii
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah .............................................................. 6
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis ............................................................ 8
2.2 Penjelasan Konseptual ....................................................... 10
2.3 Penelitian Relevan .............................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ......................................... 15
3.2 Informan Penelitian ............................................................ 16
3.3 Jenis Data ........................................................................... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................ 19
3.5 Unit Analisis ....................................................................... 25
3.6 Analisis Data ...................................................................... 25
3.7 Lokasi Penelitian ................................................................ 29
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................ 29
BAB IV DESKRIPSI LOKASI
4.1 Kondisi Geografis .............................................................. 30
4.1.1 Batas Wilayah .......................................................... 30
4.1.2 Orbitasi Dan Jarak Tempuh ..................................... 31
4.2 Kondisi Demografi ............................................................. 31
4.2.1 Jumlah Penduduk ..................................................... 31
4.2.2 Pendidikan ................................................................ 32
4.2.3 Mata Pencaharian ..................................................... 34
4.2.4 Kesehatan ................................................................. 35
4.2.5 Agama ...................................................................... 36
iv
xi
4.2.6 Bahasa ..................................................................... 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Gambaran Umum Kehidupan Keluarga Tukang Pemel Kelapa
Sawit .................................................................................... 38
5.2 Strategi Keluarga Tukang Pemel Dalam Memenuhi Kebutuhan
Hidup di Pasaman Barat ...................................................... 45
5.3 Strategi Ekonomi .................................................................. 46
5.4 Melibatkan Anggota Keluarga .............................................. 57
5.5 Strategi Sosial ...................................................................... 64
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 71
6.2 Saran ................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok kerja ............................ 3
Tabel 2 Data upah pemel kelapa sawit Plasma III ...................................... 4
Tabel 3 Jadwal Penelitian............................................................................ 29
Tabel 4 Orbitasi Dan Jarak Tempuh ........................................................... 31
Tabel 5 Jumlah Penduduk ........................................................................... 32
Tabel 6 Jumlah Tingkat Pendidikan ............................................................ 33
Tabel 7 Jumlah Sarana Dan Prasarana Pendidikan ..................................... 34
Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok kerja ............................. 35
Tabel 9 Fasilitas Kesehatan ......................................................................... 36
Tabel 10 Jumlah Tempat Ibadah ................................................................. 37
Tabel 11 Tingkat Pendidikan Tukang Pemel Kelapa Sawit........................ 40
Tabel 12 Penghasilan Dan Pengeluaran Tukang Pemel Kelapa Sawit ....... 44
vi
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1: Informan Penelitian .................................................... 75
2. Lampiran 2: Pedoman Wawancara ................................................. 77
3. Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian .............................................. 79
4. Lampiran 4: Surat-surat Penelitian.................................................. 82
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok suatu paket barang dan jasa yang
oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang. Kebutuhan ini
merupakan tingkat minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang. Hal ini berarti
bahwa kebutuhan pokok berbeda-beda dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu
negeri ke negeri yang lain. Jadi suatu kebutuhan pokok itu adalah spesifik
(Sumardi, 1982 : 4).
Kebutuhan pokok tidak terlepas dari kebutuhan sehari-hari. Selama hidup
manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, Kebutuhan dasar manusia
bermacam-macam antara lain, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, dan lain-lain (Ala, 1996 : 9). Ada yang membedakan antara kebutuhan
primer dan kebutuhan skunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling
utama untuk dapat mempertahankan hidup seperti makan, minum, pakaian dan
perumahan. Sedangkan kebutuhan skunder adalah kebutuhan yang diperlukan
guna melengkapi kebutuhan primer, seperti alat-alat dan perabot. Sedangkan
menurut Samir Radwan dan Torkel Alfthan (dalam Sumardi, 1982: 2) bahwa
tanpa mengurangi konsep basic needs, keperluan minimum dari seorang individu
atau rumah tangga adalah sebagai berikut : (1) makan, (2) pakaian, (3) perumahan,
(4) kesehatan, (5) pendidikan, (6) air dan sanitasi, (7) transportasi, (8) partisipasi.
1
2
Kebutuhan keluarga merupakan kebutuhan yang sangat penting yang
berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Adapun yang menjadi kebutuhan
pokok keluarga adalah sandang, pangan, kesehatan, perumahan dan pendidikan
(Sumardi, 1982:41). Kebutuhan yang beraneka ragam menambah penting arti
kegiatan yang di lakukan oleh keluarga. Setiap keluarga harus berusaha untuk
memperoleh kebutuhannya, tidak seorangpun yang bebas melalaikan
kepentingannya (Sajogyo, 1982:9).
Manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok, dimana
bekerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang bersifat produktif atau dapat menghasilkan uang (pendapatan).
Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu dari pagi sampai siang dan
mungkin sampai sore hari (Makrum, 1991:188). Dengan bekerja keluarga akan
menghasilkan uang atau pendapatan, Pendapatan merupakan semua uang yang
masuk dalam sebuah rumah tangga atau unit terkecil lainnya dalam suatu masa
tertentu. Pendapatan juga merupakan sumber dasar bagi keluarga untuk
menentukan tingkat pengeluaran tiap-tiap keluarga (Sherraden, 2006:23).
Penghasilan atau pendapatan disini merupakan seluruh penerimaan baik berupa
uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan
dinilai sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat itu (Sumardi,1982:20).
Data penduduk juga dapat ditemukan di kantor Nagari Aua Kuniang
yang terdiri dari beberapa Jorong salah satu adalah Jorong Bukik Nilam, yang
mana merupakan wilayah dari Plasma III Kabupaten Pasaman Barat penduduk
Plasma III Jorong Bukik Nilam sebagian besar bermukim di daerah daratan tinggi
3
dengan perubahan waktu, jumlah penduduk Plasma III Jorong Bukik Nilam terus
mengalami perubahan penurunan dan peningkatan dari waktu ke waktu. Adapun
jumlah penduduk plasma III Jorong Bukit Nilam pada tahun 2014 yang memiliki
jumlah penduduk sebanyak 2.229 jiwa dan 456 KK yang terdiri dari 1.084 jiwa
penduduk laki-laki dan 1.145 jiwa penduduk perempuan. (kantor wali Nagari Aua
Kuniang)
Penduduk Plasma III Jorong Bukit Nilam mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani dan juga daerahnya berada di bawah kaki gunung maka masyarakat
banyak yang bekerja sebagai petani, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel jenis
pekerjaan dibawah ini :
Tabel 1 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Kerja Di Jorong
Bukik Nilam Plasma III
No Keterangan Jumlah
1. Bertani 550 jiwa
2. Beternak 30 jiwa
3. Buruh tani 40 jiwa
4. Berwirausaha 50 jiwa
5. PNS 20 jiwa
6. Montir 25 jiwa
7. Tukang 15 jiwa Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Dari data tabel di atas maka mata pencaharian penduduk Plasma III
bervariasi mulai dari bertani, buruh tani, beternak, berwirausaha, PNS. Montir,
tukang. Jumlah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak
550 jiwa dan sebagai buruh tani berjumlah 40 jiwa termasuk yang bekerja sebagai
tukang pemel kelapa sawit (buruh tani). Sedangkan yang bekerja sebagai tukang
berjumlah 15 jiwa.
4
Bekerja sebagai tukang pemel sawit dilakukan dengan mengandalkan
fisik tubuh dan tenaga yang kuat untuk melakukan pekerjaan tersebut, apabila
pekerjaan telah selesai maka para pekerja tukang pemel mendapatkan upah yang
diberikan oleh ketua kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan pokok para
pekerja. Pendapatan atau upah yang diberikan kepada pekerja sawit diberikan
pada tiap bulan. Pendapatan yang diperoleh oleh keluarga tukang pemel belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Jika dikaitkan dengan pendapatan yang diterima minimum Rp 700,000
keluarga belum bisa memperoleh dan mencukupi kebutuhan pokok keluarga
tukang pemel tersebut. Sedangkan Upah Minimum Propinsi (UMP) yang
ditetapkan oleh Mentri Tenaga Kerja RI untuk Sumatera Barat pada tahun 2015
dan standar kehidupan layak sebesar Rp 1,615.000, dengan melihat UMP tersebut
keluarga harus bisa mencukupi kehidupan dan kebutuhan pokok seperti beras,
lauk pauk, pendidikan buat anak-anak mereka dan juga kesehatan keluarga.
Penghasilan yang didapat dari hasil tukang pemel tidak sebanding dengan
pengeluaran, yang dialami keluarga tukang pemel tersebut. (BPS Wali Nagari Aua
Kuniang). Hal ini sesuai dengan data upah/bulan dan jumlah pekerja tukang pemel
kelapa sawit :
Tabel 2 Data upah pemel kelapa sawit Plasma III
No Tahun Upah/bulan Jumlah Pekerja
1. 2011 Rp. 400,000 7 orang
2. 2012 Rp. 500,000 8 orang
3. 2013 Rp. 500,000 10 orang
4. 2014 Rp. 700,000 10 orang Sumber Data : KUD KPS INDAH Plasma III, Kabupaten Pasaman Barat
5
Berdasarkan data tabel 2 pada tahun 2011 jumlah upah yang diterima
oleh keluarga tukang pemel kelapa sawit sebesar Rp. 400,000, dengan jumlah
tenaga kerja 7 orang, pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang berjumlah
Rp.500,000, dengan jumlah tenaga kerja 8 orang,dan tahun 2013 tidak ada terjadi
peningkatan upah kerja yang berjumlah Rp.500,00 dengan jumlah tenaga kerja 10
orang, tetapi pada tahun 2014 terjadi peningkatan upah kerja sebanyak Rp.
700,000, dan jumlah tenaga kerja sebanyak 10 orang.
Begitu juga yang telah diungkapkan oleh keluarga Bapak MS dan PL,
dimana gaji yang mereka peroleh perbulan belum bisa mencukupi kebutuhan
keluarga mereka. Dengan mengandalkan upah dari tukang pemel belum bisa
memenuhi kebutuhan keuarga dan juga biaya pendidikan anak. Penghasilan yang
diterima oleh keluarga tukang pemel kelapa sawit termasuk masih kecil. Mereka
harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan
penghasilan Rp.600.000 perbulan harus bisa menutupi kekurangan belanja
keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga terutama kebutuhan pokok
keluarga. Dengan keadaan yang begitu sulit menjadikan keluarga tukang pemel
tidak bisa melakukan sesuatu dengan kehidupan yang serba kekurangan.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana keluarga tukang pemel memenuhi segala kebutuhan pokok
yang mana penghasilannya lebih rendah dari pengeluaran, sehingga keluarga
tukang pemel harus melakukan berbagai cara agar kebutuhan rumah tangga
terpenuhi, hal ini akan dituangkan dalam sebuah bentuk penelitian yang berjudul“
6
Strategi Keluarga Tukang Pemel Kelapa Sawit dalam memenuhi kebutuhan
hidup di Jorong Bukik Nilam Plasma III Kabupaten Pasaman Barat”.
1.2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan agar terpusatnya pembahasan ini
maka penulis akan membatasi keluarga tukang pemel dalam memenuhi segala
kebutuhan pokok yang mana penghasilannya lebih rendah dari pengeluaran,
sehingga keluarga tukang pemel harus melakukan berbagai cara agar kebutuhan
rumah tangga terpenuhi .
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dan uraian diatas, maka
masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi keluarga tukang pemel kelapa
sawit dalam memenuhi kebutuhan hidup di Jorong Bukik Nilam Plasma III
Kabupaten Pasaman Barat?.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang Strategi
keluarga tukang pemel kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hidup di Jorong
Bukik Nilam Plasma III Kabupaten Pasaman Barat.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
menambahkan ilmu dan wawasan bagi yang mengkaji
permasalahan tentang strategi bertahan hidup untuk keberlangsungan
7
rumah tangga. penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk kajian
tentang sosiologi ekonomi.
2. Secara praktis, dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemberdayaan tenaga kerja.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis
Teori yang dipilih sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
pilihan rasional yang dijelaskan oleh James Coleman. Prinsip dasar teori pilihan
rasional berasal dari ekonomi neoklasik. Teori pilihan rasional memusatkan
perhatiannya pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai
tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan
tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang
mempunyai pilihan atau nialai, keperluan, yang penting adalah kenyataan bahwa
tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan
pilihannya (Upe,2010:193-194).
Orientasi pilihan rasional Coleman jelas pada gagasan dasarnya bahwa
”orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan, dengan tujuan (dan
tindakan) yang dibangun oleh nilai atau preferensi. Namun kemudian Coleman
beragumen bahwa untuk sebagian besar tujuan teoritis, ia memerlukan konsep
yang lebih tepat tentang aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi” konsep
yang melihat aktor memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan
keuntungan, atau pemuasan kebutuhan dan keinginanny (Ritzer dan
Goodman,2004:480).
Ada dua elemen kunci dalam teori Coleman yaitu aktor dan sumber daya.
Sumber daya adalah hal-hal yang dikendalikan aktor dan yang diinginkannya
(Ritzer,2004:480) coleman menjelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya
8
9
menuju ketingkat sistem sosial “Basis minimal untuk sistem sosial tindakan
adalah dua orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang
menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya
yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduanya terlibat dalam
tindakan yang saling membutuhkan terlibat dalam sistem tindakan selaku aktor
yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan memaksimalkan perwujudan
kepentingannya yang memberikan ciri yang saling tergantung atau ciri sistematik
terhadap tindakan mereka”.
Dalam hubungan antara dua individu atau lebih, senantiasa berorientasi
pada aspek sosial ekonomi yang meliputi, unsur imbalan (reward), pengorbanan
(cost), dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperoleh
melalui adanya pengorbanan. Sedangkan keuntungan adalah imbalan dikurangi
oleh pengorbanan. Dengan demikian, prilaku sosial terdiri atas pertukaran antara
dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Jelasnya bahwa setiap hubungan
hanya akan langgeng apabila semua pihak yang terlibat merasa mendapat
keuntungan. Rasionalnya setiap prilaku seseorang dimunculkan karena
berdasarkan perhitungan untung-rugi (Upe,2010:196).
Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tidak selalu
berprilaku rasional, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tidak berpengaruh
terhadap teorinya: “asumsiku adalah bahwa ramalan teoritis yang dibuat di sini
akan sama saja apakah aktor dan bertindak tepat menurut rasionalitas seperti yang
bisa dibayangkan atau menyimpang dari cara-cara yang telah diamati” (Ritzer,
2004:480).
10
Uraian di atas dapat ditarik analisis sederhana bahwa aktor dipandang
sebagai manusia yang mempunyai pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
dengan nilai serta kepuasan. Keluarga yang memilih berbagai strategi yang
merupakan pilihan yang rasional bagi mereka, yaitu untuk mengharapkan suatu
keuntungan dan imbalan harus dilakukan dengan pengorbanan. Seperti keluarga
tukang pemel yang strategi dengan melakukan pekerjaan lebih dari satu dari
pekerjaan utama yang dilakukan secara bergantian sehingga waktu untuk
berkumpul dengan keluargapun terbatas, dan juga melibatkan anggota keluarga
baik istri dan anak dalam mencari nafkah. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
segala kebutuhan keluarga.
2.2 Penjelasan Konseptual
1. Strategi bertahan hidup
Pengertian strategi bertahan hidup menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2013:435) “strategi ” yaitu sebagai rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan strategi adalah rencana, upaya,
siasat, atau akal yang digunakan untuk mencapai maksud tertentu dan tujuan
tertentu. Dalam penelitian ini pengertian strategi yang digunakan merujuk pada
pengertian strategi yang dipakai adalah rencana, upaya, siasat, atau akal yang
digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Strategi ekonomi merupakan rencana rumah tangga dari kalangan
ekonomi menengah kebawah yaitu merujuk pada pentingnya strategi ekonomi
dalam rumah tangga untuk menutupi kekurangan ekonomi di rumah tangga.
Strategi rumah tangga pedesaan dalam menghadapi kondisi mencakup alokasi
11
sumber daya khususnya tenaga kerja di dua sektor sekaligus yaitu sektor produksi
dan non produksi. Upaya di sektor produksi menunjuk pada ragam kegiatan para
anggota rumah tangga di bidang ekonomi produksi. Sedangkan upaya di sektor
non produksi menunjuk pada keterlibatan anggota rumah tangga yang lain di
berbagai lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat (Ihromi, 1999:241).
Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud strategi adalah suatu
usaha, upaya, siasat, atau rencana yang digunakan oleh keluarga tukang pemel
untuk mempertahankan kehidupan keluarga ketika pendapatan tidak bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Supaya rumah tangga tukang pemel bisa
bertahan hidup ketika menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, maka diperlukan
suatu bentuk usaha, siasat dan rencana tertentu yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota keluarga tukang pemel.
2. Keluarga Tukang Pemel
Menurut Suhendi (2001:41) keluarga merupakan kelompok sosial yang
biasanya berpusat pada suatu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak yang
belum menikah atau memisahkan diri. Rumah tangga sebagai akibat dari
perkawinan akan membentuk suatu kesatuan sosial. Kesatuan ini mengurus
ekonomi keluarga yang terdiri dari satu keluarga inti atau lebih. Keluarga tukang
pemel di Plasma III juga merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat,
yang terdiri dari kepala keluarga tukang pemel, istri dan anak tukang pemel yang
belum menikah.
Keluarga tukang pemel merupakan masyarakat yang bekerja pada sektor
pertanian yang disebut dengan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian yang
12
sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil
upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar
dari mereka bekerja atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari
ke hari. Sebagian kecil dari mereka dipekerjakan untuk jangka waktu setahun atau
lebih lama lagi (Sajogyo, 2005:111).
Berdasarkan atas pola pemilikan dan penguasaan tanah, maka kaum
petani dapat digolongkan menjadi: (1) pemilik-penggarap-murni, yakni petani
yang hanya menggarap tanah miliknya sendiri, (2) penyewa dan penyekap-murni,
yakni mereka yang tidak memiliki tanah tetapi menguasai tanah garapan melalui
sewa atau bagi hasil, (3) pemilik-penyewa atau pemilik, penyekap, yakni petani
yang disamping menggarap tanahnya sendiri juga menggarap tanah milik orang
lain lewat persewaan atau bagi hasil, (4) pemilik-bukan-penggarap, yakni bila
tanah miliknya disewakan atau disakapkan kepada orang lain (penyakap,
penggarap atau buruh tani), dan (5) petani tunakisma atau buruh tani (Rahardjo,
1999: 143-144).
Begitu juga dengan para pekerja sebagai tukang pemel dimana tukang
pemel merupakan buruh tani karna bekerja sebagai penggarap kebun kelapa sawit
yang dimiliki oleh masyarakat Plasma III dan tukang pemel bukan pemilik dari
tanah atau kebun sawit tersebut, kemudian para pekerja tukang pemel diberi upah
oleh ketua kelompok tani.
2.3 Penelitian Relavan
Kajian penelitian relavan merupakan bagian yang menguraikan tentang
beberapa pendapat atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
13
permasalahan yang di teliti, diantaranya yaitu Harlina (2010) penelitiannya yang
berjudul “ Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Miskin Pemotong Gotah (
Studi Khasus Rumah Tangga Miskin Di Nagari Lubuak Gadang, Kecamatan
Mapat, Kabupaten Pasaman)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk
dapat bertahan hidup keluarga miskin pemotong gotah melakukan dua strategi
yaitu : pertama, strategi ekonomi, yaitu dengan mengoptimalkan tenaga rumah
tangga untuk mencari pekerjaan sampingan masih dalam sektor pertanian seperti
menyiangi dan menggarap ladang orang lain. kedua, strategi sosial, yaitu dengan
cara memanfaatkan bantuan dengan anak saudara, tetangga dan memanfaatkan
pinjaman dan hutang dari toke gotah dan warung serta memanfaatkan sumber
daya lingkungan hidup.
Syahrizal (2006) yang meneliti tentang “Strategi Buruh Perkebunan
Mengatasi Kemiskinan (Studi di Perkebunan Teh PT. Mitra Kerinci Sumatra
Barat ) ”. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan sosial
ekonomi buruh perkebunan (posisi mereka dalam struktur masyarakat
perkebunan, tingkat pendapatan dan kondisi kehidupan) dan mendeskripsikan
tindakan-tindakan rumah tangga buruh perkebunan dan faktor-faktor yang
menyebabkan mereka memilih dan melakukan tindakan sebagai strategi
mengatasi kemiskinan serta gambaran strategi kelangsungan hidup rumah tangga
buruh purkebunan dalam mengatasi kemiskinan.
Sri Rahmadani (2009) yang meneliti tentang “Strategi Petani Miskin
Sawah Dalam Mengatasi Kemiskinan : suatu Studi Di Nagari Batipuh Baruh
kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar” tujuan dari penelitian ini adalah
14
untuk menggambarkan beragam strategi yang diterapkan petani miskin sawah di
Nagari Batipuh Baruh dalam mengatasi kemiskinan. Kemudian juga untuk
memahami rasionalitas petani miskin sawah yang hidup dalam suatu masyarakat
dalam setiap pilihan strategi tersebut.
Adapun persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama
membahas tentang buruh tani yang bekerja dalam sektor pertanian. Sedangkan
perbedaan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya lebih fokus kepada faktor
penyebab buruh tetap bertahan dengan pekerjaan yang mereka pilih, sedangkan
penelitian ini lebih khusus ke strategi bertahan hidup yang di lakukan oleh
keluarga tukang pemel kelapa sawit di Plasma III Jorong Bukit Nilam Kabupaten
Pasaman Barat.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah metode
penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka (Afrizal, 2008:14). Pendekatan penelitian kualitatif dapat didefenisikan
sebagai pendekatan penelitian ilmu-ilmu sosial yang menganalisis data berupa
kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia dengan cara interprestasi. Pendekatan
kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak.
Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti
dan informan. Ketiga, pendekatan ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi (Moleong, 2010:9-10).
Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat strategi yang dilakukan
oleh keluarga tukang pemel dalam bertahan hidup untuk pemenuhan kebutuhan
hidup mereka. Selain itu, metode ini dipilih karena lebih mampu menemukan
defenisi situasi dan gejala sosial dari subjek, prilaku, motif-motif subjek, perasaan
dan emosi dari orang yang diamati dan merupakan defenisi subjek yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, yang
mengembangkan konsep dan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesis. Sebagaimana diketahui bahwa penelitian deskriptif mencoba
untuk mencari data seluasnya dalam rangka mencari kondisi sosial dari
15
16
sekelompok manusia (Moleong, 2010:3). Begitu juga halnya dengan penelitian
mengenai strategi bertahan hidup keluarga tukang pemel kelapa sawit di Plsama
III Jorong Bukit Nilam Kabupaten Pasaman Barat dimana dijelaskan mengenai
kelurga tukang pemel yang memilih strategi untuk bertahan hidup dalam
memenuhi kebutuhan hidup keluraga.
3.2.Informan penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik
tentang dirinya maupun tentang orang lain atau suatu kejadian kepada peneliti
mereka tidak dipahami sebagai objek, sebagai seorang yang memberikan respon
terhadap (hal-hal yang diluar diri mereka) melainkan sebagai subjek penelitan
(Afrizal, 2008. 100).
Teknik pemilihan informan menggunakan teknik proposive sampling,
yang merupakan penarikan informan yang dipilih secara sengaja oleh peneliti
dengan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan atau karakteristik tertentu sesuai
dengan penelitian dan keberadaan mereka yang diketahui oleh peneliti (Afrizal,
2008:100-101).Adapun yang menjadi kreteria informan dalam penelitian ini
adalah :
1. Kepala keluarga yang bekerja tetap sebagai tukang pemel kelapa sawit.
2. Kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan sampingan
3. Anggota keluarga yang ikut bekerja
Jumlah informan dalam penelitian ini mengacu kepada sistem pengambilan
informan dalam prinsip penelitian kualitatif, dimana jumlah informan tidak
ditentukan sejak awal mulai penelitian, tetapi setelah penelitian selesai.
17
Wawancara akan dihentikan ketika variasi informan yang diperkirakan tidak ada
lagi dilapangan serta data-data informasi yang diperoleh melalui analisis yang
cermat sudah mengambar pola dari permasalahan yang diteliti.
Informan penelitian berjumlah 23 orang informan yang terdiri dari 10
orang kepala keluarga tukang pemel kelapa sawit, serta 10 orang istri (informan
pendukung) dari tukang pemel kelapa sawit, tiga orang anak dari keluarga tukang
pemel kelapa sawit dan tetangga sebagai trigulasi data yang membantu
mendapatkan dan memperkuat data agar lebih valid.
Dalam menemui informan peneliti sangat susah untuk bertemu dengan
informan karena mereka sibuk bekerja dan pulang ke rumah juga sudah sore, apa
lagi bertemu dengan kepala keluarga tukang pemel kelapa sawit yang jarang di
rumah karena sibuk bekerja pada siang hari. Tetapi dengan kegigihan peneliti
akhirnya peneliti bisa juga bertemu dengan informan dan mandapatkan informasi
dari kepala keluarga tukang pemel kelapa sawit dan peneliti juga pergi ke tempat
kerja tukang pemel tersebut.
3.3 Jenis Data
Untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian ini, maka data
yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan uraian sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer
disebut juga data asli yang diperoleh secara langsung dari informan, baik yang
18
dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya juga merupakan data
primer. Data primer bersifat polos, apa adanya, dan masih mentah memerlukan
analisis lebih lanjut (Mahmud, 2011:146). Data ini diproleh dengan cara
wawancara yaitu memperoleh informasi dengan cara langsung pada pihak-pihak
yang diwawancarai orang-orang yang berwenang dan terkait dengan keluarga
tukang pemel.
Adapun data primer tersebut yaitu data yang diambil langsung dari
informan penelitian melalui wawancara langsung kepada masyarakat yang berada
di Plasma Tiga Jorong Bukik Nilam yang sesuai dengan kriteria informan.
Wawancara dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2015,
wawancara ini dilakukan dimasing-masing rumah informan yang bertempat
tinggal di Plasma Tiga Jorong Bukik Nilam Kabupaten Pasaman Barat. Sebelum
dilakukan wawancara terlebih dahulu disiapkan pedoman wawancara atau pokok-
pokok pertanyaan yang akan ditanyakan. Dalam melakukan wawancara ini tidak
selamanya terfokus dengan urutan pertanyaan yang sudah ada, karena disesuaikan
bagaimana ekspresi informan pada saat peneliti datang dan meminta izin untuk
mengajukan beberapa pertanyaan. Wawancara dilakukan diawali dengan
kunjungan kerumah-rumah informan, kemudian bersalaman dengan
mempertanyaankan keadaan informan dan tujuan dari kedatangan peneliti. Lalu
peneliti menanyakan identitas lengkap informan sambil menulis dan menanyakan
informan sesuai dengan pokok-pokok pertanyaan.
19
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini bisa
diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan peneliti terdahulu. Data
sekunder disebut juga data tersedia, data ini biasanya digunakan untuk
melengkapi data primer. Bahan keperpustakaan yang dapat dipergunakan dalam
penelitian tidak hanya berupa teori-teori yang telah matang, siap untuk dipakai,
tetapi dapat pula berupa hasil-hasil penelitian yang masih memerlukan pengujian
kebenarannya (Mahmud, 2011:146). Jadi data sekunder merupakan data
pendukung penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi yang relevan
dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, bisa berbentuk laporan atau
dokumen yang didapati dari berbagai sumber media dan dokumentasi dari
masyarakat setempat.
Pengumpulan data sekunder peneliti lakukan, dengan mengumpulkan
literatur dan studi dokumen yang diperoleh dari istansi yang terkait. Dokumen
berhubungan dengan keadaan georafis dan demografis Plasma III Jorang Bukit
Nilam Kabupaten Pasaman Barat sebagai tempat penelitian serta foto – foto yang
berhubungan dengan penelitian. Data di atas, peneliti gunakan untuk memperkuat
dan memperkokoh data primer.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Untuk memperoleh data peneliti melakukan
penelitian mulai dari tanggal 10 Mei sampai tanggal 10 Juni 2015. Dalam rentang
20
waktu tersebut peneliti melakukan tiga teknik untuk mengumpulkan data, ada
kalanya peneliti melakukan observasi, dimana setiap melakukan observasi peneliti
juga melakukan wawancara, begitu juga dengan wawancara ada kalanya peneliti
juga melakukan wawancara dan juga observasi dan ada kalanya peneliti
melakukan observasi khusus, wawancara khusus dan studi dokumen
khusus. Untuk memperoleh data, maka peneliti melakukan beberapa teknik
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannnya melalui hasil keja
panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya ( Bungin, 2011: 118).
Observasi yangdilakukan adalah obervasi non partisipasi, jenis observasi
ini tidak melibatkan diri kedalam observasi hanya pengamatan dilakukan secara
sepintas pada saat tertentu kegiatan observasinya. Pengamatannya tidak terlibat
ini, hanya mendapat gambaran objeknya sejauh penglihatan dan terlepas pada
saat tertentu tersebut, tidak dapat merasakan keadaan sesungguhnya terjadi pada
observasinya ( Subagyo, 2011: 66). Dalam metode observasi ini peneliti melihat
dan mengamati secara langsung kondisi fisik rumah, perlengkapan, kegiatan dan
keseharian yang dilakukan oleh tukang pemel tersebut.
Pada tahap awal pengamatan yang peneliti lakukan di Plasma III Jorong
Bukik Nilam yaitu pada bulan Februari 2015, kemudian observasi tahap pertama
21
yang peneliti lakukan yaitu pada tanggal 10-12 Mei 2015 dimana peneliti melihat
dan mengamati tempat dan lokasi para informan bekerja. Pada observasi
selanjutnya yaitu pada tanggal 14-15 Mei 2015 observasi yang peneliti lakukan
dirumah informan. Dimana peneliti juga melihat dan mengamati kehidupan
keseharian informan selain itu, peneliti melihat dan mengamati secara langsung
kondisi fisik rumah, perlengkapan yang dibutuhkan oleh keluarga tukang pemel,
dan juga melihat dan mengamati secara langsung bagaimana informan melakukan
aktifitasnya sehari-hari sebagai tukang pemel kelapa sawit dan anggota keluarga
yang ikut membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Aktivitas yang
dilakukan oleh tukang pemel diawali dari jam 08.00-14.00 WIB. Observasi
berikutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada tanggal 16-17 Mei 2015,
peneliti melihat dan mengamati interaksi dan hubungan keluarga tukang pemel
dengan para tetangga yang ada disekitar tempat tinggal keluarga tukang pemel. hal
tersebut merupakan tahapan yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data yang
lebih jelas dan valid.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara ini dilakukan ketika peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan ingin
mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam (Sugiyono, 2012: 72).
Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan seperti dua orang yang sedang
bercakap-cakap tentang sesuatu (Afrizal, 2014:21).
22
Wawancara mendalam (in-depth Interview) adalah merupakan
wawancara tidak berstruktur, yang dilakukan berulang kali antara pewawancara
dengan informan (Afrizal, 2008: 97-98). Wawancara mendalam dilakukan secara
bebas dan tidak selalu menurut kronologis yang telah disusun, namun demikian
penelitian tetap berada pada arah dan tujuan penelitian. Wawancara digunakan
untuk mendapatkan data secara detail mengenai bagaimana strategi bertahan
hidup yang dilakukan oleh keluarga tukang pemel. Wawancara dalam penelitian
ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Wawancara mendalam bersifat terbuka, pelaksanaan wawancara
mendalam tidak hanya satu kali atau dua kali melainkan mendalami masalah atau
penelitian dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan data yang lebih valid.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan di rumah keluarga tukang
pemel kelapa sawit dan juga peneliti pergi ke tempat dimana tukang pemel
tersebut bekerja. Hal-hal yang diwawancarai adalah mengenai pekerjaan tukang
pemel kelapa sawit, berapa penghasilan yang diperoleh serta meminta kepala
keluarga menceritakan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup dan juga
kerja sampingan yang dilakukan selama ini, serta menanyakan kepada istri dan
anak dari kepala keluarga tukang pemel kelapa sawit tersebut, dan juga peneliti
menanyakan kepada tetangga terdekat tentang bagaimana kondisi keluarga
tukang pemel tersebut serta aktifitas yang dilakukan oleh keluarga tukang pemel.
Wawancara pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada tanggal 19
Mei 2015, sebelum peneliti melakukan wawancara peneliti melakukan pemilihan
23
waktu yang tepat untuk wawancara yaitu pada saat para tukang pemel beristirahat
yaitu pada jam 12.00 WIB ketika informan tidak sibuk dan peneliti mulai
menjelaskan tujuan dan maksud peneliti melakukan penelitian kemudian peneliti
mulai melakukan wawancara. Dalam wawancara pertama yang peneliti lakukan di
kebun kelapa sawit tempat para tukang pemel bekerja dan peneliti hanya
mendapatkan satu orang informan, hal ini disebabkan karena para tukang pemel
sudah banyak pulang kerumah karena pekerjaan mereka telah selesai. Wawancara
berikutnya yaitu pada tanggal 20-21 Mei 2015 peneliti juga masih melakukan
penelitian di lokasi yang sama yaitu kebun kelapa sawit, kemudian peneliti
melihat informan sedang beristirahat di bawah pohon kelapa sawit tersebut,
disitulah kesempatan peneliti untuk melakukan wawancara kemudian peneliti
mengetahui bahwa informan sudah lama bekerja sebagai tukang pemel kelapa
sawit. Wawancara berikutnya yaitu pada tanggal 23-27 Mei 2015 peneliti
melakukan wawancara di rumah informan, sebelum melakukan wawancara
peneliti juga melihat informan yang sedang bersantai di dalam rumah, kemudian
peneliti mulai melakukan wawancara. Setelah itu peneliti juga mewawancarai
istri dari para tukang pemel tersebut, dan peneliti melihat keadaan istri disaat
tidak sibuk maka peneliti mulai melakukan wawancara.
Pada wawancara berikutnya yaitu pada tanggal 30-10 Juni 2015 peneliti
juga masih di lokasi yang sama yaitu tempat tinggal para keluarga tukang pemel,
dalam tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan anggota keluarga yaitu
anak dari tukang pemel. Untuk wawancara dengan anak tukang pemel peneliti
melakukannya pada saat istirahat dan juga pada saat anak pulang dari sekolah.
24
Kemudian peneliti juga mewawancarai tetangga yang dijadikan sebagai trigulasi
data yang melihat bagaimana keadaan dan keseharian para tukang pemel kelapa
sawit.
3. Studi Dokumen
Dalam penelitian ini diperlukan adanya dokumen sebagai bukti dari
adanya suatu penelitian di daerah yang diteliti (Sugiyono, 2012: 82-83). Teknik
dokumen sangat diperlukan, ini bertujuan untuk memperkuat data yang
dikumpulkan dari lapangan. Dokumen pada penelitian yang akan dilakukan
berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan strategi keluarga tukang pemel kelapa
sawit dan kondisi geografiis dan demografis Plasma III Jorong Bukik Nilam
Kabupaten Pasaman Barat.
Pada tahap pertama sebelum peneliti melakukan penelitian pada Tanggal
10 Mei 2015, dimana peneliti menemui Bapak Wali Nagari Aua Kuniang yang
bernama Hendro, S.Pd pada jam 10.00 WIB untuk meminta surat izin penelitian
di Plasma III Jorong Bukit Nilam. Kemudian hari berikutnya pada Tanggal 12
Mei 2015, peneliti pergi ke Kantor Wali Nagari Aua kuniang pada jam 09.30 WIB
untuk menemui bagian urusan umum yang bernama Nelvi Adrianti dengan tujuan
meminta dokumen berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan kondisi georafis dan
demografis Plasma III Jorong Bukik Nilam. Selain itu hasil pemotretan berupa
foto-foto yang dilampirkan sesuai dengan data dan persoalan penelitian.
25
3.5 Unit Analisis
Unit analisis adalah keseluruhan hal yang kita teliti untuk mendapatkan
penjelasan ringkas mengenai keseluruhan unit dan untuk menjelaskan berbagai
perbedaan diantara unit analisis tersebut. Beberapa unit analisis yang umumnya
digunakan dalam riset ilmu sosial terdiri atas: kelompok, individu, organisasi,
interaksi sosial dan artefak sosial ( Morissan, 2011: 48). Dalam suatu penelitian
unit analisis berguna untuk memfokuskan kajian dalam penelitian yang dilakukan
dengan menentukan kriteria sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Unit analisis berupa kelompok (keluarga) tukang pemel kelapa sawit, ayah istri
dan anak dari keluarga tukang pemel kelapa sawit
3.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
valid. Miles and Huberman 1984 (dalam Sugiyono, 2012:91) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
langsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,dan conslution
drawing/ verivication.
26
Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada bagan dibawah ini:
Bagan 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model).
Berdasarkan skema di atas, kesimpulan yang dapat diperoleh dari
wawancara di analisis secara kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (data collection)
Pengumpulan data yaitu pengambilan data dengan menggunakan teknik
melalui wawancara dan observasi. Pengumpulan data ini merupakan proses awal
yang akan penulis lakukan dengan cara terjun ke lapangan untuk memperoleh
informasi dan mengambil data mengenai strategi keluarga tukang pemel dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Data yang didapatkan masih dalam bentuk data
mentah. Data mentah dalam penelitian kualitatif ini adalah catatan lapangan.
Catatan lapangan yang akan penulis dapatkan dalam melakukan observasi dan
wawancara dilapangan ditulis ulang sampai tersusun rapi dan mendetail sebagai
bahan analisis.
b. Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan,
Data
collection
Data
reduction
Data
drawing/verifying
Data
display
27
semakin lama lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu
(Sugiyono, 2012:92).
Dalam hal ini yang akan penulis lakukan yaitu mencatat semua
informasi yang diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan strategi bertahan
hidup keluarga tukang pemel dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dari data yang
diperoleh di lapangan nantinya dapat mempermudah bagi penulis untuk mencatat
semua informasi kemudian membuat kesimpulan berdasarkan kelompok-
kelompok masing-masing informan dan membuang data yang tidak berkaitan
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
c. Penyajian data (data display)
Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendislaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Miles and Huberman
(1994) menyatakan yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2012:95).
Dalam hal ini data yang akan diperoleh atau terkumpul setelah reduksi data,
28
dilanjutkan dengan penyajian data yaitu berwujud sekumpulan informsi yang
tersusun sehingga memberikan keterangan berupa data yang diharapkan dalam
penelitian. Sehingga dengan penyajian data ini dapat memahami bagaimana
strategi keluarga tukang pemel dalam memenuhi kebutuhan hidup.
d. Penarikan kesimpulan (conslution drawing/verification)
Langkah keempat menurut Miles and Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono,
2012:99).
Pada tahap ini, setelah penulis merangkum dan mensajikan data, penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal terkait dengan data yang ditemukan di
lapangan dari hasil observasi dan wawancara. Sesuai dengan penelitian ini, maka
seluruh data yang dikumpulkan dari wawancara dan pengumpulan dokumen
disusun secara sistematis dan disajikan secara deskriptif serta dianalisis secara
kualitatif untuk mendeskripsi strategi bertahan hidup keluarga tukang pemel
kelapa sawit Pasaman Barat (studi kasus: Plasma III Jorong Bukit Nilam
Kabupaten Pasaman Barat).
29
3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini secara umum dilakukan di lingkungan Plasma III Jorong
Bukit Nilam Kabupaten Pasaman Barat. Khususnya pada keluarga yang bekerja
sebagai tukang pemel kelapa sawit. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena
di Plasma III banyak keluarga yang bekerja sebagai tukang pemel kelapa sawit
yang bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan Plasma III
merupakan daerah yang penduduknya lebih banyak di bandingkan daerah lain
yang ada di sekitar Plasma III, dan bekerja sebagai tukang pemel merupakan mata
pencarian tetap bagi keluarga yang bekerja sebagai tukang pemel.
3.8 Jadwal Penelitian
Setiap pelaksanaan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal penelitian
yang akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi kegiatan apa saja yang akan
dilakukan dalam penelitian. Jadwal penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 3
Jadwal penelitian
No Jenis
kegiatan
Tahun 2015
Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov
1. Penelitian
2. Bimbingan
skripsi
3. Ujian
skripsi
4. Perbaikan
skripsi
5. Wisuda
Sumber : Peneliti
30
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
4.1.1 Batas Wilayah
Jorong Bukik Nilam Plasma III Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman
Barat yang secara geografis daerahnya merupakan daerah pemukiman, pertanian,
perladangan, dan perdagangan. Plasma III terletak di Nagari Aur Kuniang
Kabupaten Pasaman Barat dengan luas Nagari 13.345 Km. Keadaan topografi
adalah datar dan bergelombang dengan ketinggian dari pemukiman laut lebih
kurang 108 s/d 350 m, dengan suhu udara rata-rata 29-320C dan banyak curah
hujan : 266,71 Mm/tahun. Plasma III Nagari Aua Kuniang berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatas dengan Lembah Binuang
2. Sebelah selatan berbatas dengan Grirayu
3. Sebelah timur berbatas dengan Gunung
4. Sebelah barat berbatas dengan Buju Rayu
Untuk jarak tempuh dari Plasma III ke Ibu Kota Provinsi Sumatra Barat
188 Km dan membutuhkan waktu selama 4,5 jam, jarak tempuh ke Kabupaten/
Ibu Kota adalah 7 Km dan membutuhkan waktu selama 20 menit dan waktu
tempuh ke pusat fasilitas terdekat (ekonomi, kesehatan, pemerintah) kira-kira 30
menit yang diukur dengan mempergunakan alat transportasi umum di Plasma III
Kabupaten Pasaman Barat.
31
4.1.2 Orbitasi Dan Waktu Tempuh
Jorong Bukik Nilam Plasma III memiliki luas 15 Ha yang terdiri dari
tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah perkebunan rakyat, dan tanah
fasilitas umum. Penggunaan lahan yang paling banyak digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit rakyat yaitu seluas 5000 Km dan luas permukiman atau
perumahan sekitar 20 Km dari luas jorong. (Profil Jorong Bukik Nilam 2014)
Tabel 4 : Orbitsasi Dan Waktu Tempuh
No Orbitasi dan waktu tempuh keterangan
1. Jarak ke Ibu Provinsi 167 Km
2. Jarak ke Ibu Kabupaten /Kota 7 Km
3. Jarak ke Ibu Kecamatan 7 Km
4. Waktu tempuh ke Ibu Provinsi 4,5 Jam
5. Waktu tempuh ke Ibu Kabupaten/Kota 20 Menit
6. Waktu tempuh ke Ibu kecamatan 20 Menit Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Berdasarkan tabel di atas bahwa jarak yang ditempuh dari Plasma III ke
Ibu Provinsi adalah 167 Km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten/kota 7 Km,
dan waktu tempuh dari Plasma III ke Ibu Provinsi 4,5 Jam, sedangkan waktu Ke
Ibu Kabupaten 20 Menit dan waktu ke Ibu Kecamatan selama 20 Menit.
4.2 Kondisi Demografis
4.2.1 Penduduk
Salah satu yang terpenting dari adanya pemerintahan adalah penduduk
atau warga yang akan dikelola dengan tujuan dengan mencapai tingkat
kesejahteraan. Masyarakat Plasma III merupakan masyarakat yang multikultural
yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis, mulai dari etnis minangkabau,
batak, mandailing, dan jawa. Masyarakat Plasma III dikenal sebagai masyarakat
yang dominasi oleh orang minangkabau, karena penduduk asli minangkabau
32
bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa minangkabau. Mayoritas masyarakat
Plasma III adalah orang minangkabau.
Tabel 5 : jumlah penduduk Jorong Bukik Nilam Plasma III
No Nama Jorong KK Laki-laki Perempuan jumlah
1. Bukik Nilam
Plasma III
456 1.084 1.145 2.229
Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh dari Jorong Bukik Nilam
Plasama III di kantor Wali Nagari Aua Kuniang, jumlah penduduk pada tahun
2014 adalah 2.229 jiwa dengan jumlah penduduk /KK sebanyak 456 KK. Jumlah
penduduk laki-laki secara keseluruhan 1.084 jiwa sedangkan jumlah pendudk
perempuan secara keseluruhan adalah 1.145 jiwa.
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan tolak ukur dari sebuah pembangunan, terutama
dalam sumber daya. Sukses pembangunan diberbagai sektor banyak ditentukan
dari tingkat dan kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan
perkembangan waktu, masyarakat yang ada di Plasma III juga sudah menyadari
bahwa pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan sehingga dalam
perkembangan sosial budaya, minat untuk mendapatkan pendidikan pada
beberapa lembaga pendidikan terlihat berbagai jenjang pendidikan. Tingginya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan dilihat dan jumlah
sekolah yang ada di Jorong Bukik Nilam Plasma III.
Sektor pendidikan adalah salah satu kosentrasi pemerintah dalam
pemberdayaan masyarakat, hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan
pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan dibentuknya
33
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan peraturan Mentri Dalam Negri nomor 13 tahun 2007 tentang skor
dan indikator penilaian lomba desa dan kelurahan.
Tabel 6 : Jumlah Tingkat Pendidikan Di Jorong Bukik Nilam
Plasma III
No Tingkat pendidikan Tahun
2009
Tahun
2010
1. Pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas
1. Penduduk buta huruf
2. Penduduk tidak tamat SD/sederajat
3. Penduduk tamat SD
4. Penduduk tamat SMP
5. Penduduk tamat SMA
6. Penduduk tamat S1
10
24
54
48
31
17
5
39
81
57
41
14
2. Wajib belajar 9 tahun
1. SD
2. SMP
57
29
61
21
3. Jumlah penduduk 7-15 tahun yang putus
sekolah
5 4
Jumlah 275 323 Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Dari tabel di atas sebagian masyarakat telah mengupayakan pendidikan
hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, masyarakat Plasma
III telah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hal ini menunjukkan bahwa
masih ada masyarakat Plasma III yang telah menyadari bahwa pentingnya
pendidikan bagi kelangsungan hidup baik secara pribadi, keluarga, kelompok, dan
wilayah tempat tinggal.
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Plasma III adalah terdiri
dari 1 Taman Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD), 1 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang dapat dilihat sebagai berikut :
34
Tabel 7 : jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Jorong Bukik
Nilam Plasma III
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Taman Kanak-Kanak (TK) 1
2. Sekolah Dasar (SD) 2
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1
Jumlah 4 Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Plasma III secara umum
pendidikan sudah cukup berkembang dengan baik, karena pemerintah telah
menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
walau hanya 4 sekolah yaitu TK, SD, SMP yang merupakan faktor utama dalam
meningkatkan taraf pendidikan penduduk.
4.2.3 Mata Pencarian
Penduduk merupakan modal utama dalam kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan, berhasil atau tidaknya pemerintah dan
pembangunan tergantung pada potensi manusia itu sendiri, karena penduduk
sumber daya lainnya. Kondisi ekonomi masyarakat Plasma III pada umumnya
mayoritas bermata pencarian sebagai petani, tetapi karena jumlah anggota
masyarakat yang semakin bertambah dan padat serta kemajuan zaman yang
semakin menghargai adanya uang dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat,
maka tidak mungkin bertani sebagai mata pencaharian satu-satunya.
Jorong Bukik Nilam Kanagarian Aua Kuniang merupakan salah satu
daerah pertanian dari 6 jorong yang ada di nagari Aua Kuniang sehingga sektor
pertanianlah yang menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Plasma III. Dalam
bidang pertanian masyarakat Plasma III bergelut dalam pengolahan kelapa sawit,
coklat, dan jagung. Sedangkan dalam bidang peternakan sebagian besar
35
masyarakat beternak bebek, mata pencaharian tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 8 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Kerja Di Jorong
Bukik Nilam Plasma III
No Keterangan Jumlah
1. Bertani 550 jiwa
2. Beternak 30 jiwa
3. Buruh tani 40 jiwa
4. Berwirausaha 50 jiwa
5. PNS 20 jiwa
6. Montir 25 jiwa
7. Tukang 15 jiwa Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Dari data tabel di atas maka mata pencaharian penduduk Plasma III
bervariasi mulai dari bertani, buruh tani, beternak, berwirausaha, PNS. Montir,
tukang. Jumlah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak
550 jiwa dan sebagai buruh tani berjumlah 40 jiwa termasuk yang bekerja sebagai
tukang pemel kelapa sawit (buruh tani). Sedangkan yang bekerja sebagai tukang
berjumlah 15 jiwa.
4.2.5 Kesehatan
Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia sehat diperlukan derajat
kesehatan dan gizi masyarakat serta peningkatan kualitas dalam pelayanan
kesehatan serta penanganan keluarga rawan kesehatan. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah pemberdayaan sarana dan prasarana kesehatan dan
optimalisasikan sumber tenaga kesehatan. Pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu organisasi yang menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh
masyarakat.
36
Sarana dan prasarana kesehatan di Jorong Bukik Nilam Plasma III untuk
pelayanan masyarakat agar mendapatan pengobatan yang lebih baik yaitu berupa
posyandu yang bergerak dibidang kesehatan anak yang untuk mencegah penyakit
yang timbul terhadap anak serta pemberian imunisasi terhadap anak dan juga
puskesmas tempat berobat alternatif terdekat bagi orang dewasa. Tidak selengkap
rumah sakit umum pemerintahan yang ada di Kabupaten, prasarana kesehtan yang
ada di Jorong Bukit Nilam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 Fasilitas kesehatan yang ada di Jorong Bukik Nilam Plasma III
Sumber: Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat fasilitas kesehatan untuk
masyarakat, tingkat kesehatan masyarakat di Jorong Bukik Nilam sudah bisa
dikatakan cukup baik walaupun fasilitas tidak begitu lengkap jika di bandingkan
dengan Nagari yang lain, di jorong Bukik Nilam terdapat Puskesmas, Posyandu
dan juga Bidan tempat berobat masyarakat Plasma III Jorong Bukik Nilam.
4.2.6 Agama
Agama merupakan suatu hal yang penting dalam masyarakat. Tanpa
agama masyarakat akan kacau dan terpecah-pecah. Agama dapat mengembangkan
ajaran yang akan menyatukan masyarakat dan membuat manusia menjadi
kelompok. Pada umumnya masyarakat Plasma III beragama Islam dan hanya
sevagian kecil yang beragama Kristen, hal ini terlihat dari adanya tempat ibadah
yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat yang terdiri dari mesjid dan
mosholla Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
No Jenis Prasarana Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Posyandu 1
3 Bidan 3
37
Tabel 10 : jumlah tempat ibadah di Jorong Bukik Nilam Plasma III
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Mesjid 2
2 Musholla 3
Jumlah 5
Sumber : Wali Nagari Aua Kuniang 2014
Partisipasi masyarakat sangat kuat, ketika dilaksanakannya acara-acara
besar islam seperti Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi. Kegiatan dalam keagamaan ini
juga didukung dengan sarana yang telah disediakan mulai dari tempat beribadah
yang ada disetiap kampung sampai dengan sarana bagi anak-anak untuk menuntut
ilmu agama. Dalam praktek keagamaan sebagian masyarakat selalu melaksanakan
ibadah sholat di mesjid terdekat. Di Jorong Bukik Nilam juga terdapat kelompok
pengajian/pembacaan surat yasin terutama bagi kaum ibu-ibu yang dikenal
dengan Majelis Ta’lim yang melakukan pengajian dan wirid yasin disetiap rumah
secara bergiliran dan dilakukan secara rutin setiap hari sabtu diadakan wirid yasin
dan Majelis ta’lim.
4.2.7 Bahasa
Didalam kehidupan sehari-hari masyarakat Plasma III Jorong Bukik
Nilam berkomunikasi dengan mengunakan bahasa minang, karena masyarakat
yang tinggal di Jorong Bukik Nilam pada umumnya penduduk pendatang yang
banyak adalah suku Minang. Bahasa minang tidak mengenal satra akan tetapi
dalam penyampain pesan atau informasi dikenal dengan kata istilah kata nan
ampek yaitu kata mendatar yang digunakan untuk sama besar, kata menurun untuk
yang lebih kecil, kata mendaki untuk yang lebih tua, sedangkan melereng untuk
sumando atau mertua.
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Kehidupan Keluarga Tukang Pemel Kelapa Sawit
Hasil penelitian yang peneliti temukan bahwa kehidupan keluarga tukang
pemel kelapa sawit secara umum, bahwa dari 10 informan keluarga tukang pemel
kelapa sawit ada 2 informan yang sudah lama bekerja sebagai tukang pemel sejak
dari tahun 1997 sampai sekarang yang sudah menetap bekerja sebagai tukang
pemel kelapa sawit. Pada umumnya tukang pemel kelapa sawit mulai bekerja
sejak tahun 2001 sampai sekarang. Faktor utama tukang pemel tetap bekerja
sebagai tukang pemel adalah kebutuhan yang terus meningkat dan membutuhkan
biaya yang banyak untuk pendidikan anak, dan tidak mempunyai keahlian yang
baik mencari pekerjaan yang bisa memperbaiki perekonomian keluarga tukang
pemel. Secara umum jumlah anak tukang pemel rata-rata berjumlah 4 orang dan
pendidikan yang paling tinggi adalah SMP, karena kebutuhan yang banyak
membuat anak tukang pemel harus putus sekolah. Seperti yang dikatakan oleh
salah seorang informan yang bernama Bapak LZ bahwa dia juga menginginkan
anaknya untuk tetap sekolah agar berguna bagi keluarga dan juga bisa untuk
membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebelum tukang pemel memiliki strategi dalam memenuhi kebutuhan
keluarga yaitu memiliki pekerjaan sampingan, dimana kondisi keluarga dahulunya
serba kekurangan dan pendidikan anak yang tidak sampai tapi sekarang dengan
adanya uang tambahan dari pekerjaan sampingan kehidupan keluargapun berubah
menjadi lebih baik, kebutuhan keluargapun mulai tercukupi dan pendidikan anak
38
39
yang dahulunya hanya tamat SMP tapi sekarang sudah ada yang sampai tamat
tingkat SMA.
5.1.1 Jam Kerja Tukang Pemel Kelapa Sawit
Umumnya tukang pemel yang datang ke lokasi tempat bekerja perkebunan
kelapa sawit Plasma III pada pagi hari. Mereka datang sekitar jam 08.00-15.00
WIB, semakin cepat mereka bekerja maka pekerjaan pun akan semakin cepat
terselesaikan. Tukang pemel bekerja setiap hari mereka bekerja dari hari senin
sampai hari kamis untuk membersihkan perkebunan sawit agar tidak di tumbuhi
oleh tumbuhan liar, tapi terkadang tukang pemel juga bekerja pada hari sabtu dan
minggu itupun ketika pemilik perkebunan meminta untuk bekerja. Begitulah
keseharian dan aktivitas keseharian para tukang pemel kelapa sawit yang ada di
Jorong Bukik Nilam Plasma III.
5.1.2 Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan tranmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek lainnya bagi generasi muda. Dalam
penelitian ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang didapat
di bangku sekolah dan dilaksanakan secara teratur serta mempunyai jenjang
pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Keluarga tukang pemel yang bekerja di sekitar perkebunan kelapa sawit
mayoritas mempunyai pendidikan yang rendah. Dari data hasil penelitian peneliti
menunjukkan bahwa yang bekerja sebagai tukang pemel sebagian besar
berpendidikan Sekolah Dasar. Dengan kondisi yang demikian, maka tukang pemel
sudah merasa cukup untuk bekerja sebagai tukang pemel hal tersebut disebabkan
40
karena mereka tidak mempunyai keterampilan yang khusus. Dengan
mengandalkan fisik, mereka berusaha dan mencari penghasilan agar dapat
bertahan hidup dan untuk menghidupi keluarganya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa informan mempunyai
pendidikan yang rendah. Seperti yang dibawah ini tentang pendidikan para tukang
pemel kelapa sawit di Jorong Bukik Nilam Plasma III sebagai berikut :
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Tukang pemel Kelapa Sawit Jorong
Bukik Nilam Plasma III
No Nama Pendidikan
1 Ridwan Sekolah Dasar
2. Kasman Sekolah Menengah Pertama
3. Minsar Sekolah Dasar
4. Rinasri Sekolah Dasar
5. Pili Sekolah Dasar
6. Bambang Sekolah Dasar
7. Lizar Sekolah Dasar
8. Sugito Sekolah Menengah Pertama
9. Baktar Sekolah Dasar
10. Sijon Sekolah Menengah Atas Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 orang informan yang peneliti temukan di
perkebunan sawit Plasma III, yang tamatan SD terdapat 7 informan, dan yang
tamatan SMP terdapat 2 informan dan yang tamatan SMA terdpat 1 informan. Hal
ini disebabkan karena dahulu sulitnya untuk mendapatkan penghasilan sehingga
susah untuk memiliki pendidikan yang baik.
5.1.3 Penghasilan Keluarga Tukang pemel Kelapa Sawit
Penghasilan keluarga tukang pemel kelapa sawit rata-rata Rp.600.000 per
bulan. Penghasilan keluarga murni diterima tiap bulanya keluarga tukang pemel
bekerja dari jam 08.00-15.00 WIB itupun kalau tumbuhan liar yang ada di kebun
sawit tidak terlalu padat, biasanya keluarga tukang pemel pergi pagi dan pulang
41
sore dan kebun sawit yang luas begitu setiap harinya. Mereka bekerja dalam
sehari kira-kira 7 jam dalam sehari untuk mereka bekerja. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak MS (38 tahun) sebagai berikut.
“Hasil yang awak dapek satiok bulannyo kurang cukuik
untuak mamanuhi kabutuhan hiduik sahari-hari. Satiok bulan
awak manarimo gaji sabanyak kurang labiah Rp.600.000 lah
perbulan. Apo lagi sajak BBM yang naik patang sagalo
bahan kabutuhan alah naik pulo”.
Artinya :
“Penghasilan yang saya dapatkan setiap bulanya kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setiap bulan saya menerima gaji kurang lebih Rp.600.000
perbulan. Apa lagi semenjak BBM naik segala bahan untuk
kebutuhan keluarga juga ikut naik”.
Penghasilan yang diterima oleh keluarga tukang pemel kelapa sawit
termasuk masih kecil. Mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa memenuhi
kebutuhan keluarga. Dengan penghasilan Rp.600.000 perbulan harus bisa
menutupi kekurangan belanja keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga
terutama kebutuhan pokok keluarga. Dengan keadaan yang begitu sulit
menjadikan keluarga tukang pemel terbelenggu dengan kehidupan yang serba
kekurangan. Seperti yang diucapkan oleh Bapak PL (40 tahun) sebagai berikut ini:
“Alah labiah duo minggu ko apak indak ado pai karajo, dek
kabun sawit ko baru di barasihan jadi rumpuik lia pun alah
bakurang. Jadi apak pai karajo ka tampek kabun sawit yang
lain, tampek yow lumayan jauh lo dari siko alun lo minyak
awak ka pai kasitu lai. Tapi kalo indak mode itu jo apo anak
jo bini apak ka diagiah makan”.
42
Artinya :
“Sudah lebih dua minggu ini bapak tidak ada pergi kerja,
karena kebun sawit ini baru dibersihkan jadi rumput liarpun
sudah berkurang. Sekarang bapak pergi kerja ke tempat
kebun sawit yang lain, tempatnya lumayan jauh dari sini
belum lagi minyak motor saya untuk pergi kesana. Tapi kalau
tidak seperti itu dengan apa anak dan istri bapak diberi
makan”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Bapak PL di atas,
menjelaskan bahwa penghsilan yang tidak menentu karena pekerjaan yang
tergantung bagaimana kondisi lahan sawit yang akan mereka kerjakan hal tersebut
akan menyulitkan kondisi ekonomi keluaraga Bapak PL sebagai tukang pemel
kelapa sawit. Apa lagi dengan kondisi sekarang yang kebutuhan pokok tambah
mahal yang disebabkan oleh BBM yang naik sehingga menyulitkan para pekerja
seperti tukang pemel kelapa sawit. Jika dilihat dari penghasilan yang diperoleh
tiap bulannya keluarga tukang pemel kelapa sawit tidak bisa menyisihkan uang
untuk ditabung dan juga untuk keperluan yang tidak diduga-duga dikemudian
hari.
Keluarga tukang pemel hanya mengharapkan penghasilan yang diperoleh
dari bekerja sebagai tukang pemel kelapa sawit tersebut. Keluarga tukang pemel
hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan seadanya, apa lagi untuk
kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Keluarga tukang pemel tidak memiliki
barang-barang berharga apa lagi tabungan untuk pendidikan anak nya kelak untuk
sekolah yang lebih tinggi lagi. Seperti yang di tuturkan oleh salah seorang
informan yang bernama BM (40 tahun) sebagai berikut :
43
“Kalo punyo penghasilan yang labiah cando urang lain
awak mungkin juo bisa manabuang untuak keluarga dan
pendidikan anak awak bisuak ko. Tapi kalo mode iko
keadaannyo baa caro untuak manabuang dapek sahari habih
lo sahari mode tulah bahasonyo lai”.
Artinya :
“Kalau punya penghasilan yang lebih seperti orang lain
mungkin saya juga bisa menabung untuk keluarga dan
pendidikan anak saya kelak. Tapi kalau keadaannya seperti
ini bagaimana caranya untuk menabung dapat sehari habis
untuk sehari begitulah istilahnya”.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bahwa keluarga tukang
pemel kelapa sawit tidak mempunyai tabungan yang cukup untuk kebutuhan
keluarga kelak walaupun mereka menyadari bahwa tabungan itu penting.
Penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk
belanja anak-anak mereka.
Hal sama juga diungkapkan oleh ibuk TN (39 tahun) yang merupakan
tetangga dari Bapak BM yang menceritakan bagaimana kondisi dan keadaan
keluarga Bapak BM tersebut, hal ini ia tuturkan sebagai berikut :
“Iyo memang mode itulah keluarga apak tu, yow karajo
satiok hari untuk memenuhi kabutahan kaluarga yow,
apolagi anak yow sakola lo tu butuh biaya yang banyak
pulo”.
Artinya :
“Iya memang seperti itulah keluarga bapak itu, dia bekerja
setiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, apa lagi
anaknya sekolah tentu membutuhkan biaya yang banyak
juga”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa keadaan yang
dialami oleh tukang pemel juga membuat tetangga prihatin atas kondisi tersebut,
44
dan juga anak yang sekolah juga membutuhkan biaya yang banyak sehingga
membuat keluarga tukang pemel harus bekerja setiap harinya. Keluarga harus
bisa mencukupi kehidupan dan kebutuhan pokok seperti beras, lauk pauk,
pendidikan buat anak-anak mereka dan juga kesehatan keluarga. Penghasilan
yang didapat dari hasil tukang pemel tidak sebanding dengan pengeluaran, yang
mana pengeluaran lebih tinggi dibandingkan penghasilan, untuk lebih jelas dapat
dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 12 penghasilan dan Pengeluaran Keluarga Tukang Pemel Kelapa Sawit
No Nama
Inisial
Penghasilan
Perbulan (Rp)
Pengeluaran Dalam Satu Minggu
Nama Barang Jumlah
(Rp)
1. RD Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
80.000
150.000
70.000
40.000
Jumlah Rp. 340.000
2. KS Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
80.000
130.000
80.000
35.000
Jumlah RP. 325.000
3. MS Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
90.000
150.000
60.000
35.000
Jumlah RP. 335.000
4. RR Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
80.000
200.000
80.000
50.000
Jumlah RP. 410.000
5. PL Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
80.000
150.000
80.000
45
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
40.000
Jumlah RP. 350.000
6. BM Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
74.000
130.000
70.000
50.000
Jumlah RP. 324.000
7. LZ Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
64.000
150.000
70.000
60.000
8. SG Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
90.000
150.000
60.000
35.000
Jumlah Rp. 335.000
9. BT Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
Kebutuhan lainnya
80.000
150.000
80.000
50.000
Jumlah Rp. 360.000
10. SJ Rp. 600.000-
700.000
1. Biaya Beras
2. Biaya dapur
(masak)
3. Belanja anak
4. Kebutuhan lainnya
74.000
150.000
60.000
80.000
Jumlah Rp. 364.000 Sumber: Data Primer Tahun 2015
Rata-rata penghasilan yang diperoleh tukang pemel sawit selama satu
bulan sebesar Rp. 700.000 perbulan, jika dibandingkan dengan pengeluaran
informan dalam satu minggu sangat kecil sekali sehingga mengharuskan informan
untuk mencari pekerjaan sampingan untuk menutupi segala kekurangan yang ada
dalam keluarga tukang pemel kelapa sawit.
46
5.2 Strategi Keluarga Tukang Pemel Dalam Bertahan Hidup di Pasaman
Barat
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini membahas tentang pernyataan
berupa strategi keluarga tukang pemel dalam bertahan hidup di Plasma III Jorong
Bukit Nilam. Pentingnya strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam rumah
tangga dan untuk menutupi kekurangan ekonomi di rumah tangga. Keluarga
tukang pemel merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga, istri dan anak tukang pemel yang belum menikah. Keluarga
tukang pemel merupakan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian yang
disebut dengan buruh tani.
Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya memperoleh
penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil upah untuk para pemilik tanah
atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar dari mereka bekerja atas dasar
jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari. Sebagian kecil dari
mereka dipekerjakan untuk jangka waktu setahun atau lebih lama lagi. Tidak
terpenuhinya kebutuhan keluarga tukang pemel kelapa sawit karena lemahnya
sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri dalam memenuhi
segala kebutuhan, begitu juga dengan perekonomian yang mempengaruhi
keaadaan tempat tinggal, penghasilan, dan pola makan keluarga tukang pemel
kelapa sawit yang terdapat di Plasma III Jorong Bukik Nilam Kabupaten Pasaman
Barat.
5.3 Strategi Ekonomi
Strategi ekonomi merupakan rencana rumah tangga dari kalangan
ekonomi menengah kebawah yaitu merujuk pada pentingnya strategi ekonomi
47
dalam rumah tangga untuk menutupi kekurangan ekonomi di rumah tangga.
Strategi adalah suatu usaha, upaya, siasat, atau rencana yang digunakan oleh
keluarga tukang pemel untuk mempertahankan hidupnya ketika pendapatan tidak
bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Supaya rumah tangga tukang pemel bisa
bertahan hidup ketika menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, maka diperlukan
suatu bentuk usaha, siasat dan rencana tertentu yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota keluarga tukang pemel, dengan demikian keluarga terpaksa melakukan
strategi ekonomi yaitu dengan melakukan kerja sampingan agar terpenuhinya
kebutuhan keluarga dan juga melibatkan keluarga untuk mencari nafkah dan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.3.1 Kerja Sampingan
Pendapatan yang diterima oleh keluarga tukang pemel belum mencukupi
untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga memerlukan pekerjaan yang lain
untuk menambah pendapatan keluarga terutama keluarga tukang pemel di Plasma
III Pasaman Barat. Selain bekerja sebagai tukang pemel keluarga melakukan kerja
sampingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti, berkebun
jagung, pekerjaan ini dilakukan setelah pulang dari bekerja sebagai tukang pemel.
tukang bangunan, tukang ojek dan beternak ayam aktifitas ini juga dilakukan
setelah pulang bekerja sebagai tukang pemel, walaupun keuntungan dari bekerja
sampingan tidak begitu besar keluarga tetap bekerja untuk membahagiakan
keluarga mereka. Bagi keluarga tukang pemel yang tidak mempunyai pekerjaan
sampingan cara yang mereka lakukan adalah melakukan strategi social dengan
cara meminjam uang kepada tetangga yang ekonominya lebih baik dari mereka
48
dan juga tetangga yang sudah biasa tempat mereka meminjam uang, dan untuk
kebutuhan sehari-hari ada juga keluarga yang berutang di warung setelah
menerima gaji baru keluarga membayar utang mereka.
5.3.1.1 Berkebun Jagung
Setiap keluarga memiliki strategi sendiri untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarganya masing-masing. Usaha untuk bertahan hidup ditengah-
tengah kehidupan yang begitu sulit membuat keluarga tukang pemel untuk
memilih pekerjaan lebih dari satu dari pekerjaan utama keluarga tukang pemel
tersebut. Dari 10 orang informan yang mempunyai kerja sampingan berkebun
jagung terdapat 3 orang. Berkebun jagung yang dimaksud adalah menanam
tumbuhan jagung dan membutuhkan waktu selama 4 bulan untuk siap di panen,
bekebun jagung juga harus membutuhkan kondisi tanah dan alam yang bagus.
Jika tanaman jagung terus-menerus diguyuri oleh hujan maka tanaman jagung
akan mati, begitu juga jika terus–menerus dilanda kemarau maka jagung tidak
akan tumbuh subur, dan juga hama yang banyak memakan benih jagung. Begitu
sulitnya melakukan pekerjaan sebagai petani yang dijadikan salah satu tambahan
sumber nafkah keluarga, sebagaimana diucapkan oleh salah seorang tukang pemel
yang berinisial SG (37 tahun) sebagai beikut :
“Awak mulai bakabun jaguang ko sajak alah bakaluarga,
sabalun manikah awak bakarajo tukang pemel sawit ciek me
yow. Kalo karajo pokok bana yang awak andalkan indak juo
bisa dow, harus ado lo karajo awak yang lainnyo untuak bisa
hiduik itulah ado karoja sampingan lah namonyo apak alah
lamo bakabun jaguang ko kadang babaliak modal awak,
kadang indak lo sampai dow tu dek banyak yow hama
tanaman jaguang. Kalo panen jaguang ko ditunggu lo agak 4
bulanan lah baru bisa panen, kiro-kiro manarimo sabanyak
49
Rp. 3.000.000 sakali panen, kauntungannyo untuk mananbah
balanjo anak jo biaya sakola anak”.
Artinya :
“Saya mulai berkebun jagung semenjak saya menikah,
sebelum menikah saya bekerja sebagai tukang pemel kelapa
sawit saja. Kalau cuma mengandalkan kerja pokok saja tidak
bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya, juga harus
ada kerja sampingan yang bisa untuk menambahan tambahan
belanja keluarga. Bapak sudah lama berkebun jagung
terkadang untung kadang-kadang balik untung saja tidak
cukup karena terlalu banyak hama tanaman jagung. Kalau
panen jagung ini ditunggu selama 4 bulan baru bisa panen ,
kira-kira menerima sebesar Rp. 3.000.000 sekali panen,
untungnya untuk tambahan belanja dan biaya sekolah anak”.
Keterangan informan SG menjelaskan, bahwa selain bekerja sebagai
tukang pemel kelapa sawit ia juga bekerja sebagai petani jagung, yang mana
berkebun jagung ini ia lakukan semenjak menikah, karena menurutnya ia harus
bekerja yang lain untuk tambahan nafkah keluarga agar bisa menghidupi anak dan
istrinya. Kebun jagung yang dikelola bapak SG tidak begitu luas kira-kira luas
tanahnya sekitar 1,5 Ha dan penghasilan yang diterima setiap kali panen selama 4
bulannya sebesar Rp. 3.000.000, yang mana uang yang diperoleh dari hasil panen
tersebut digunakan untuk biaya sekolah anak, Bapak SG mempunyai 3 orang
anak, anak pertama sekolah di SMK Cersa, anak yang kedua sekolah di SMP dan
anak yang ketiga masih kecil dan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
termasuk juga untuk biaya membeli beras dan lauk pauk.
Hal yang sama diungkapkan oleh bapak BT (38 tahun) sebagai berikut :
“Bakabun jaguang ko karajo sampingan yang dapek awak
lakukan, kalo indak mode iko baa caro maagiah untuak
makan anak jo bini. Karajo tukang pemel jo yang diaroan
indak cukuik untuak kaluarga awak do”.
50
Artinya :
“Berkebun jagung merupakan satu-satunya kerja sampingan
yang dapat saya lakukan, kalau tidak seperti ini bagaimana
caranya untuk memberi makan anak dan istri saya. Kerja
sebagai tukang pemel saja yang diharapkan tidak mencukupi
kebutuhan keluarga saya”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bapak BT, ia
menjelaskan bahwa selain bekerja sebagai tukang pemel kelapa sawit ia juga
bekerja sebagai petani jagung atau berkebun jagung. Dengan gaji yang ia peroleh
sebagai tukang pemel kelapa sawit belum mencukupi kebutuhan keluarga,
sementara ia harus memenuhi kebutuhan keluarga baik itu kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan maupun kebutuhan pendidikan buat anak. Bapak BT memiliki
4 orang anak, anak yang pertama sekolah di SMA, anak yang kedua sekolah di SD
dan anak ketiga dan keempat masih kecil. Berkebun jagung inilah yang
diharapkan agar bisa memenuhi segala kebutuhan keluarga dengan menunggu
masa selama 4 bulan agar jagung siap untuk di panen. Jumlah penghasilan jagung
yang diperoleh sebesar Rp. 3.000.000, hal tersebut juga tergantung harga jagung
pada saat panen, jika harga jagung murah hasil yang di peroleh juga sedikit dan
jika harga jagung naik maka hasil yang diperoleh cukup untuk memenuhi segala
kebutuhan keluarga.
5.3.1.2 Tukang Bangunan
Tukang bangunan juga merupakan salah satu strategi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga tukang pemel kelapa
sawit yang ada di Plasma III Jorong Bukik Nilam.Dari 10 orang informan terdapat
3 orang yang bekerja sebagai tukang bangunan. Bentuk yang dikerjakan oleh
51
tukang bangunan seperti membangun rumah, warung, pondok, memperbaiki
sarana kamar mandi mesjid ataupun sekolah. Walaupun pekerjaan ini tidak
dilakukan setiap hari, terkadang tiap bulan tergantung berapa banyak tawaran
yang diterima dalam setiap bulan bahkan setiap tahunnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak SJ (39 tahun) sebagai berikut :
“Karajo sabagai tukang iko juo tamasuak sabagai karajo
yang biaso apak karajoan salamo ko, kalo ado tawaran
karajo atau katiko alah pulang pemel apak pai lo karajo
batukang, kadang-kadang ado urang yang mintak tolong
mangarajoan lapau yang alun sudah, tapi yang paliang acok
tu mangarajoan kamar mandi dan atok sakolah atau indak
di kamar mandi masajik yang acok rusak. Batukang kolah
yang bisa apak karajoannyo salain karajo pemel sawit. Kalo
upah yang ditarimo sabanyak Rp. 300.000 itupun tagantuang
bara parah rusak yang apak tukangi, baikolah susah nyow
hiduik kini ko payah tuak mancari karajo”.
Artinya :
“Kerja sebagai tukang bangunan ini juga termasuk pekerjaan
yang biasa bapak kerjakan selama ini, kalau ada tawaran
kerja atau ketika sudah pulang dari pemel kelapa sawit bapak
pergi bekerja sebagai tukang bangunan, terkadang ada orang
yang mintak tolong mengerjakan warung yang belum siap,
tapi yang paling sering bapak kerjakan memperbaiki kamar
mandi sekolah, mesjid yang sering rusak dan termasuk juga
memperbaiki atap yang sudah rusak. Pekerjaan inilah yang
dapat bapak kerjakan selain sebagai tukang pemel kelapa
sawit, kalau gaji yang bapak terima sebesar Rp. 300.000
setiap melakukan perbaikan, itupun tergantung seberapa
parahnya rusak bangunan yang akan bapak perbaiki,
beginilah susahnya hidup untuk mencari pekerjaan.
Hal sama juga diungkapkan oleh Bapak LZ (41 tahun) sebagai berikut :
“Apak bakarajo sabagai tukang bangunan ko alah lamo,
apak karajo ko bilo ado waktu luang atau katiko apak indak
karajo. Ikolah karajo yang bisa apak karajoan untuk
manambah penghasilan keluarga apak”.
52
Artinya :
“Bapak bekerja sebagai tukang bangunan ini sudah lama,
bapak kerja ketika ada waktu luang atau ketika bapak tidak
ada pekerjaan. Inilah kerja yang bisa bapak lakukan untuk
menambah penghasilan keluarga bapak”.
Senada yang sama juga diungkapkan oleh Bapak PL (40 tahun) sebagai berikut :
“Apak ikuik karajo tukang bangunan ko awal yow dek diajak
samo kawan, tu lamo ka lamo apak alah tabiaso jo alah bisa
sampai kini dek acok bacubo jo taruih, dek mode itulah yang
manjadi karajo apak kini”.
Artinya :
“Bapak ikut kerja tukang bangunan ini awalnya karena diajak
sama teman, lama kelamaan bapak sudah terbiasa dan sudah
bisa sampai sekarang karena sering terus dicoba, itulah yang
menjadi kerja bapak sekarang”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa kepala keluarga
susah untuk mendapatkan pekerjaan yang lain, karena tidak mempunyai banyak
keahlian kepala keluarga hanya bisa belakukan pekerjaan sebagai tukang
bangunan untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa pada jam 09.00 WIB bapak PL sedang
bersiap untuk pergi bekerja dengan membawa perlengkapan untuk bekerja. Pada
waktu itu Bapak PL pergi bekerja ke rumah warga yang masih di daerah yang
sama untuk membuat teras warung yang sudah rusak. Upah yang diterima Bapak
PL sekali berkerja sebesar RP. 100.000 perhari. Bekerja sebagai tukang bangunan
sudah lama dilakukan, awal mula bekerja ia dibawa oleh teman untuk membantu
melakukan pekerjaan sehingga gaji yang diperoleh juga harus bagi hasil, tetapi
sekarang karena sudah terbiasa untuk melakukan pekerjaan bapak PL pun
53
melakukan pekerjaan tersebut hanya seorang diri sehingga gaji yang ia peroleh
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.3.1.3 Beternak Ayam
Beternak juga merupakan salah satu strategi keluarga khususnya tukang
pemel dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dari 10 orang informan yang
bekerja pokok sebagai tukang pemel sawit yang mempunyai kerja sampingan
sebagai beternak ayam terdapat dua orang. Bentuk beternak yang dilakukan oleh
keluarga seperti beternak ayam kampung, ayam jantan, dan juga ayam betina
lainnya, Seperti yang dituturkan oleh Bapak RD (38 tahun) sebagai berikut :
“Salain karajo pokok ko di rumah awak karajo bataranak
ayam, pulang dari karajo awak maagiah ayam makan,
minim, jo mampaelokan kandang ayam yang rusak. Jenis
ayam yang awak taranak yang paliang banyak tu yow ayam
kampuang dek disiko banyak yang labiah suko ayam
kampuang, kadang ado juo yang batanyo talua ayam awak
jua juo untuak kebutuhan kaluarga awak. Salamo ko alah
banyak ayam yang tajua harago ayam tu tagantuang gadang
ayam nyow lo, yang paliang gadang haragonyo tajua
sabanyak Rp. 50.000 per ekor, dari hasil ikolah awak
kumpuan untuk biaya sakolah jo kaparaluan yang lainnyo “.
Artinya :
“Selain kerja pokok sebagai tukang pemel kelapa sawit saya
bekerja sebagai peternak ayam, pulang dari kerja saya
memberi makan, minum ayam dan juga memperbaiki
kandang ayam yang rusak. Jenis ayam yang saya ternak yang
paling banyak diminati adalah ayam kampung, karena
didaerah ini lebih banyak yang suka ayam kampung
dibandingkan ayam lainnya. Selama ini sudah banyak ayam
yang saya jual dan harga yang saya berikan tergantung besar
ayam yang akan dijual, harga yang paling tinggi terjual
sebesar Rp.50.000 per ekor, dari hasil beternak inilah saya
mengumpulkan uang untuk biaya sekolah dan untuk
keperluan rumah tangga yang lainnya.
54
Hal sama juga diungkapkan oleh Bapak MS (38 tahun) yang diungkapkan
sebagai berikut :
“Apak yo karajo bataranak ayam ko katiko indak ado karajo,
pulang dari kabun sawit apak pai mancaliak ayam,
mambarasihan kandang ayam jo mancaliak apo yang kurang
dalam kandang ayam tu. Kadang-kadang anak jo bini apak
ikuik lo mancaliak ayam tu”.
Artinya :
“Bapak bekerja beternak ayam ini ketika tidak ada kerja,
pulang dari kebun sawit bapak pergi melihat ayam,
membersihkan kandang ayam dan melihat apa yang kurang di
dalam kandang ayam tersebut. Kadang-kadang anak beserta
istri bapak juga ikut dalam melihat ayam tersebut”.
Dari hasil wawancara dengan Bapak RD dan MS, ia menjelaskan bahwa
selain bekerja sebagai tukang pemel kelapa sawit di rumah ia bekerja sebagai
beternak ayam, dengan hasil yang diperoleh dari beternak ayam tersebut
dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga biaya sekolah
anaknya. Bapak RD mempunyai tiga orang anak, dimana anak pertama sekolah di
SMA, anak kedua sekolah di SMP dan anak yang ketiga masih kecil. Bapak RD
mulai beternak ayam semenjak tahun 2011, awal mulai beternak ayam ini
dilakukan karna ada saudara yang menyarankan agar melakukan beternak ayam
dari pada harus berutang untuk meminjam uang kesana-kemari. Pertama kali
beternak ayam bapak RD mempunyai ayam 7 ekor ayam, dan tahun berikutnya
ayam mulai berkembang sampai 70 ekor ayam. Kandang ayam terletak di
belakang rumah dan diberi pagar agar ayam tidak lepas dan keluar dari
kandangnya. Banyak ayam yang terjual juga merupakan tambahan penghasilan
yang diperoleh oleh keluarga. Begitulah cara keluarga untuk bertahan hidup
55
dengan melakukan segala pekerjaan yang mereka anggap bahwa apa yang mereka
lakukan bisa menghasilkan uang dan bisa untuk menghidupi keluarga.
5.3.1.4 Tukang Ojek
Strategi yang digunakan keluarga tukang pemel kelapa sawit adalah
sebagai tukang ojek. Bekerja sebagai tukang ojek dilakukan ketika waktu libur
dan ketika cepat pulang dari bekerja sebagai tukang pemel kelapa sawit tersebut.
Penghasilan dari tukang ojek tidak seberapa paling banyak yang diterima
perharinya sebesar Rp.150.000, karena banyaknya saingan dan penumpang juga
tidak seberapa sehingga hasil yang diperoleh juga sedikit. Dari 10 orang informan
yang bekerja pokok sebagai tukang pemel kelapa sawit terdapat dua orang
informan yang bekerja sebagai tukang ojek. Hal ini seperti yang disampaikan
salah seorang tukang pemel kelapa sawit Bapak RR (37 tahun) sebagai berikut :
“Bakarajo sabagai tukang ojek harus punyo kasabaran yang
kuek kalau indak payah untuak karajo ko, dek saingan
banyak penumpang ndak lo banyak dow dek alah banyak lo
urang yang punyo honda jadi urang jarang manggunoan jasa
ojek ko. Penghasilan yang ditarimo perhari Rp.150.000
perhari itu kalau penumpang yow lai banyak”.
Artinya :
“Bekerja sebagai tukang ojek harus mempunyai kesabaran
yang kuat kalau tidak susah untuk bekerja seperti ini, karena
saingan banyak dan penumpang tidak terlalu banyak dan
telah banyak orang yang memiliki kendaraan seperti honda,
motor sehingga orang jarang menggunakan jasa seperti ojek
ini. Penghasilan yang diterima sebesar Rp. 150.000 perhari
itupun kalau penumpangnya lumayan banyak.
Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak KS (37 tahun) yang bekerja
sebagai tukang ojek sebagai berikut :
56
“Kalau mancari karajo mode zaman ko yow payah , apak
bakarajo tukang ojek ko untuk manambah penghasilan
kaluarga apak. Yang apak tarimo perhari nyo Rp. 150.000 -
Rp. 200.000 lah itupun kalau panumpang yow lai banyak ”.
Artinya :
“Kalau mencari kerja seperti zaman sekarang ini susah, bapak
bekerja tukang ojek ini untuk menambah penghasilan keluarga
bapak, yang bapak terima perharinya Rp. 150.000-Rp. 200.000
itupun kalau penumpang nya banyak “.
Wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa untuk bekerja sebagai tukang
ojek membutuhkan kesabaran dan juga keadaan kendaraan yang baik sehingga
pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Banyaknya masyarakat
yang menggunakan kenderaan roda dua membuat pelanggan ojek pun tidak
seberapa. Tetapi itulah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh bapak RR dan bapak
KS untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga kebutuhan pendidikan anaknya.
Dalam bekerja sebagai tukang ojek ini dilakukan ketika tidak bekerja sebagai
tukang pemel, Bapak KS dan RR memulai kerjanya dari jam 08.00-15.00 WIB
dengan bermodalkan sepeda motor. Setelah Bapak pulang bekerja, bapak
memberikan setengah dari penghasilan pada hari itu kemudian istri pun
membelikan kebutuhan keluarga dan juga menyisakan untuk belanja anak-
anaknya begitulah pekerjaan yang dilakukan oleh keluarga tersebut.
Sesuai dengan teori pilihan rasional yang dikemukakan Coleman dimana
pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh tukang pemel atau aktor merupakan
pilihan yang rasional dan masuk akal, karena aktor menganggap bahwa dengan
pilihan yang mereka lakukan dapat menambah penghasilan keluarga yaitu dengan
melakukan berbagai strategi agar dapat memenuhi segala kebutuhan keluarga.
57
Jadi aktor mempunyai tujuan dan maksud dari segala aktivitas dan kegiatan yang
dilakukan oleh para tukang pemel kelapa sawit selama bekerja.
Keterangan di atas dapat diuraikan bahwa keluarga tukang pemel
melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mulai dari
bekerja sebagai tukang ojek, berkebun jagung yang biasanya dilakukan oleh
masyarakat yang ada disekitar Plasma III tersebut, beternak ayam dan juga
bekerja sebagai tukang bangunan yang mereka lakukan setiap hari. Hal ini dapat
dilihat dalam uraian yaitu : jumlah pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh
tukang pemel kelapa sawit berjumlah empat pekerjaan sampingan, dimana yang
bekerja sebagai berkebun jagung berjumlah 3 KK, yang bekerja sampingan
sebagai peternak ayam berjumlah 2 KK, bekerja sampingan sebagai tukang
bangunan sebanyak 3 KK dan pekerja sampingan sebagai tukang ojek berjumlah 2
KK, jadi jumlah seluruh keluarga adalah 10 KK.
5.4 Melibatkan Anggota Keluarga
Usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan ditengah sulitnya
kehidupan yang dialami oleh keluarga tukang pemel kelapa sawit, sehingga
membutuhkan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan keluarga.
Selain kerja sampingan keluarga juga melibatkan anggota keluarga untuk mencari
nafkah guna untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.4.1 Melibatkan Istri Dalam Mencari Nafkah
Kesulitan yang terjadi akibat penghasilan yang tidak stabil dan
dikarenakan upah yang tidak menentu, tentunya berakibat kepada kehidupan
tukang pemel dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Potensi tenaga kerja kepala
58
keluarga mencari nafkah bukan hanya suami tetapi anggota keluarga juga ikut
dalam memenuhi kebutuhan keluarga, melihat hal tersebut anggota keluarga
berusaha mengoptimalkan peran tenaga kerja dalam berusaha untuk mengatasi
masalah dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup, yang salah satunya
dapat dilihat dari peran istri yang membantu dalam bekerja yang tentunya untuk
membantu perekonomian keluarga yang secara tidak langsung akan memberi
sedikit tambahan bagi penghasilan keluarga. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan ditemukan bahwa informan memberikan jawaban dalam upaya dalam
pemenuhan kebutuhan keluarga, pekerjaan yang dilakukan oleh istri tukang pemel
kelapa sawit adalah membuka warung kecil-kecilan, menjual gorengan, menjual
pulsa dan juga pergi bekerja atau menyupah ke kebun orang lain.
Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan informan MS (38 tahun)
mengenai upaya yang dilakukan oleh anggota keluarga tukang pemel yang
dilakukan oleh anggota keluarga mereka sendiri :
“Tuak mambantu ekonomi kaluarga istri awak ikuik lo
mambantu, walaupun penghasilannyo indak sabara tapi bisa
untuak mambantu penghasilan keluarga awak. Istri awak di
rumah mambuka kadai kopi, gorengan, dan manjua pulsa”.
Artinya :
“Untuk membantu perekonomian keluarga istri saya juga ikut
membantu, walaupun penghasilannya tidak seberapa tetapi
bisa untuk membantu penghasilan keluarga saya. Istri saya di
rumah membuka warung kopi, gorengan, dan juga menjual
pulsa.
Hal ini juga dituturkan oleh TR (30 tahun) istri dari Bapak MS (38 tahun)
sebagai berikut :
59
“Bantuak ikolah karajo uni untuak bantu mancari pitih,
salain ibu rumah tangga uni juo sato dalam mancari pitih uni
mambukak kadai kopi, gorengan, dan juo manjua pulsa dek
disiko banyak anak muda yang batanyo kok ado pulsa t
mangkonyo uni manjua pulsa. Uni mambukak kadai kopi dari
pagi sampai sore dan kadang-kadang sampai malam lo lai,
kalo alah jam 15.00 WIB uni manjua gorengan. Kalo
untuangnyo ko indak bisa mampakiroan dapek untuak
balanjo anak uni dan untuak mambali lado, lauak jo bareh
untuak sahari-hari alah basyukur bana kaluarga uni ”.
Artinya :
“Seperti inilah pekerjaan saya untuk mencari uang, selain ibu
rumah tangga saya juga ikut mencari uang dengan cara
membuka warung kopi, menjual gorengan, dan juga menjual
pulsa karna disini banyak anak muda yang bertanya apa ada
pulsa karna itulah saya menjual pulsa. Saya membuka
warung kopi dari pagi sampai sore dan kadang-kadang
sampai malam juga, kalau sudah jam 15.00 WIB saya
menjual gorengan. Kalau untungnya tidak bisa
memperkirakan dapat untuk belanja anak dan juga untuk
membeli cabe, ikan dan juga beras untuk makan sehari-hari
itupun kami sudah bersyukur sekali”.
Dari penjelasan istri tukang pemel kelapa sawit TR (30 tahun) dapat
disimpulkan bahwa membuka warung di rumah sendiri dapat menambah
penghasilan bagi keluarga dan juga untuk membantu suami dalam mencari
nafkah. Penghasilan yang diperoleh oleh ibu TR setiap harinya Rp.20.000 – Rp.
30.000, setidaknya penghasilan yang diterima oleh istri dapat digunakan untuk
belanja anak-anak dan juga untuk membeli kebutuhan dapur.
Hal lain juga diungkapkan oleh MR (36 tahun) istri dari Bapak BM (40
tahun) yang mana ia bekerja ditempat orang yang mempunyai kebun atau
manyupah. Bekerja di sini merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu untuk menghasilkan uang.
Sebagaiamana dituturkan oleh ibu MR sebagai berikut :
60
“Kalo hanyo manunggu penghasilan dari laki uni indak
cukuik untuk balanjo anak-anak jo kabutuhan dapua. Dek
penghasilan keluarga indak cukuik mangkonyo uni ikuik lo
karajo manyupah, dima ado urang yang mancari urang untuk
karajo di kabunnyo, kadang uni pai mambarasihan kabun
urang dapek upah Rp. 50.000 perhari, mangambiak jaguang,
mangambiak brondolan sawit macam kolah yang bisa
dikarajoan asal dapek pitih untuak tambahan balanjo
keluarga”.
Artinya :
“Kalau hanya menunggu penghasilan dari suami saya itu
tidak cukup untuk belanja anak-anak dan kebutuhan dapur
saya. Karna penghasilan keluarga tidak cukup makanya saya
ikut untuk bekerja yaitu pergi manyupah ke kebun orang.
Dimana ada yang mencari orang untuk bekerja dikebunnya,
biasanya saya pergi membersihkan kebun orang dengan gaji
Rp. 50.000 perharinya, mengambil jagung, dan juga
mengambil biji sawit yang berserakan, seperti inilah
pekerjaan yang bisa saya lakukan asalkan dapat uang untuk
tambahan belanja keluarga saya.
Kesimpulan yang didapatkan dengan informan MR, dapat disimpulkan
bahwa istri juga ikut dalam membantu para suami untuk bekerja, karna
penghasilan keluarga yang tidak mencukupi sehingga istri juga ikut untuk mencari
nafkah, karena menunggu penghasilan dari suami tidak akan mencukupi segala
kebutuhan keluarga, terkadang ada anggota keluarga yang sakit juga
membutuhkan biaya. Penghasilan yang didapat dari manyupah bekerja di kebun
orang lain sebesar Rp. 50.000 perhari hanya bisa untuk biaya makan keluarga.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, terlihat bahwa sebelum
berangkat bekerja istri menyiapkan kebutuhan anak dan suami terutama dalam
urusan makanan walaupun menu sederhana yang disediakan keluarga tetap
menikmatinya. Istri bekerja mulai dari jam 08.00-15.00 WIB kemudian istri pergi
ke kebun dimana tempat mereka biasa bekerja. ketika pergi bekerja ibu juga
61
membawa anaknya yang berumur 5 tahun karena anak tersebut tidak mempunyai
teman jika ibu tinggalkan di rumah. Pulang dari bekerja ibu juga membersihkan
rumah, memasak dan juga mengurus anggota keluarga lainnya.
5.4 .2. Melibatkan Anak Dalam Mencari Nafkah
Anak merupakan suatu anugerah kebahagian bagi orang tua, karna
kehidupan orang tua yang tidak berkecukupan membuat anak ikut serta dalam
bekerja guna untuk membantu penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari ataupun untuk memenuhi kebutuhan anak itu sendiri. Untuk
memenuhi hal tersebut anak tukang pemel kelapa sawit juga bekerja di toko baju,
dan bekerja di bengkel.
5.4.2.1 Bekerja Di Toko Baju
Penghasilan keluarga yang minim membuat anggota keluarga ikut serta
dalam mencari nafkah tidak terkecuali anak juga ikut dalam memenuhi kebutuhan
keluarga. Anak juga ikut bekerja guna untuk membantu keluarga, melihat hal
tersebut anggota keluarga tukang pemel kelapa sawit berusaha untuk
mengatasinya, dari hasil wawancara dengan salah seorang anak dari Bapak LZ (41
tahun) yang bekerja di toko baju hal tersebut ia tuturkan sebagai berikut :
“Awak karajo di toko alah sekitar 1 tahun kolah kak, awak
karajo untuak manolong penghasilan kaluarga awak yang
kurang kak. Dulu awak sakolah SMA sampai kelas 2, dek
biaya indak cukuik awak baranti me sakolah lah, ditambah lo
jarak ka sakolah jauah pulo kak, dek itulah awak karajo di
toko baju upah yang awak tarimo tiok bulan sabanyak Rp.
700.000 perbulannyo kak, alhamdulillah cukuiklah untuk
biaya awak sahari-hari”.
62
Artinya :
“Saya bekerja di toko baju ini sudah lama sudah hampir 1
tahun kak, saya bekerja untuk membantu penghasilan
keluarga saya yang kurang kak. Dulu saya sekolah SMA
sampai kelas 2, karna biaya tidak cukup saya berhenti saja
untuk sekolah ditambah lagi jarak ke sekolah lumayan jauh
kak, karna itulah saya bekerja di toko baju. Gaji yang saya
terima setiap bulan sebanyak Rp. 700.000 perbulan kak,
alhamdulillah cukuplah untuk biaya saya sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan DW (17 tahun) anak dari Bapak
LZ (41 tahun) dapat disimpulkan bahawa mereka juga ikut bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Dengan penghasilan sebesar Rp. 700.000
perbulan walaupun tidak cukup untuk keluarga paling tidak bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari untuk biaya sendiri.
Bekerja merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan pendapatan atau uang. Bekerja di tempat galon merupakan strategi
yang dilakukan oleh salah seorang anak dari tukang pemel kelapa sawit, bekerja di
tempat galon merupakan pekerjaan yang ia lakukan setiap hari guna untuk
membantu keluarga mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti yang
diungkapkan oleh anak dari Bapak SG (37 tahun) yang berinisial RS (15 tahun)
tujuan ia bekerja :
“Awak karajo maantaan galon kak, awak karajo galon ko
alah 9 bulan ko kak, awak karajo ko satiok hari kak dari jam
08.00 sampai jam 17.00 kak, pitih yang awak dapek dari
karajo ko untuk mamanuhi kabutuhan sahari-hari kak,
untuak mambali baju rayo santa lai urang ka rayo lai. Awak
indak sakolah sajak tamat kelas SMP kak, dek biaya indak
cukuik awak indak manyambuang sakolah lai dow kak”.
63
Artinya :
“Saya bekerja mengantarkan galon kak, saya bekerja galon
ini sudah 9 bulan ini lah kak, saya kerja setiap hari kak dari
jam 08.00-17.00 kak, uang yang saya dapat dari kerja ini
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kak, untuk membeli
baju lebaran yang akan datang sebentar lagi. Saya tidak
sakolah lagi sejak tamat SMP kak, karna biaya tidak cukup
saya tidak menyambung sekolah lagi kak”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan RS (15 tahun) ia bekerja untuk
membantu keluarga yang tidak mampu, hal ini ia lakukan setiap hari guna untuk
mencukupi kebutuhan hidup.
Lain halnya yang diungkapkan oleh salah seorang informan anak dari
Bapak PL (40 tahun) IS (17 tahun) berikut ini :
“Awak karajo di bengke alah lamo kak, awak karajo untuk
manambah mambali perlengkapan sakolah apolagi awak kini
alah kelas 3 SMA, jadi awak mambutuhan biaya yang banyak
kak. Penghasilan yang awak tarimo Rp. 30.000 perharinyo.
Kalau mintak ka gaek awak, wak taulah baa kaadaan gaek
awak kak jadi awak mancari pitih surang untuak manambah
pitih balanjo kak”.
Artinya :
“Saya bekerja dibengkel sudah lama kak, saya kerja untuk
menambah membeli perlengkapan sekolah apa lagi saya
sekarang sudah kelas 3 SMA, jadi saya membutuhkan biaya
yang banyak kak. Penghasilan yang saya terima Rp.30.000
perharinya. Kalau mintak sama orang tua, saya taulah gimana
keadaan orang tua saya sekarang ini kak, jadi saya mencari
uang sendiri untuk menambah uang belanja kak”.
Kesimpulan yang didapatkan dari informan IS (17 tahun) yang
merupakan anak dari Bapak PL yang bekerja di bengkel menyatakan bahwa ia
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya yaitu untuk biaya perpisahan dan
uang ujian, IS sekolah di SMAN 1 Pasaman dan sekarang sudah duduk di kelas 3
64
sehingga membutuhkan tambahan biaya untuk keperluan sekolah, dengan upah
yang diberikan sebesar Rp. 30.000 perharinya belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya terutama untuk biaya perlengkapan sekolah jadi ia harus
bekerja walaupun sedang dalam masa pendidikan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terlihat bahwa
anggota keluarga terutama anak dari keluarga tukang pemel juga ikut dalam
bekerja, anak mulai berangkat bekerja dari jam 07.30 WIB dan mulai melakukan
aktivitas di tempat ia bekerja dan kebetulan ia bekerja masih disekitar tempat
tinggalnya. Dengan bekerja membuat IS lupa akan tugasnya sebagai siswa,
terkadang tugas rumah yang diberikan oleh guru ia kerjakan di sekolah. Karna
penghasilan keluarga yang kurang anak juga ikut dalam mencari uang.
5.5 Strategi Sosial
Strategi soaial merupakan rencana/pendekatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan, perencanaan dalam sebuah aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat. Strategi yang dilakukan tukang pemel tidak hanya menggunakan
strategi ekonomi tetapi juga menggunakan strategi sosial yang berupa modal
sosial yang mana hubungan baik akan menjadi peluang baik untuk bertahan hidup
juga akan besar.
5.5.1 Meminjam Uang
Meminjam merupakan memakai barang (uang) orang lain untuk waktu
tertentu kalau sudah datang waktunya harus dikembalikan kepada pemilik barang
tersebut. Keluarga yang bekerja sebagaai tukang pemel kelapa sawit juga
melakukan strategi untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Jika memang
sudah tidak ada uang untuk membeli kebutuhan keluarga mereka akan meminjam
65
uang kepada tetangga yang ada disekitar rumah tukang pemel kelapa sawit dan
juga kepada teman dekat yang percaya kepada tukang pemel sawit tersebut. Hal
ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang dialami oleh keluarga tukang
pemel. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu keluarga tukang pemel kelapa
sawit Bapak BT (38 tahun) sebagai berikut :
“Apak kalo indak sadang bapiti apak minjam piti ka sabalah
rumah ko, tu pun apak mintak janji lo tuk mambaliakan pitih
urang tu, paling lamo saminggu dek urang tu awak tau lo
baa kehidupan keluarga yow. Apak kalau maminjam pitih
sagadang Rp. 200.000 tuk balanjo kapasa”.
Artinya :
“Bapak kalau sedang tidak mempunyai uang bapak
meminjam uang ke tetangga sebelah ini, itupun bapak mintak
janji untuk mengembalikan uang tersebut, paling lama
seminggu, karna kita juga tahu bagaimana keluarganya.
Bapak kalau meminjam uang sebesar Rp. 200.000 untuk
belanja kepasar.
Hal sama juga diungkapkan oleh salah seorang tetangga yang merupakan
tempat biasa keluarga tukang pemel meminjam yang bernama Mutia (38 tahun)
sebagai berikut :
“Iyo apak tu acok minjam pitih ka ibuk, lau alah akir-akir
bulan biasonyo apak t datang ka rumah ibuk tuak minjam
pitih. Katonyo tuak mambali bareh kadang tuak balanjo
sakolah anak yow”.
Artinya :
“Iya bapak itu sering meminjam uang sama ibuk, kalau sudah
akhir-akhir bulan biasanya bapak tersebut datang ke rumah
ibuk untuk meminjam uang. Katanya untuk membeli beras
terkadang untuk belanja sekolah anaknya”.
Begitu juga yang diungkapkan oleh ibu EL (35 tahun) istri dari bapak SG
(38 tahun) sebagai berikut :
66
“Uni acok juo yow maminjam pitih ka tetangga, dek indak lai
pitih tu tapaso maminjam ka urang lain dari pado indak
makan. Dek alah tabiaso maminjam jadi uni biaso me yow
dek urang alah tau juo baa kaluarga awak”.
Artinya :
“Kakak juga sering meminjam uang sama tetangga, karna
uang tidak ada lagi terpaksa meminjam sama orang lain dari
pada tidak makan. Karna sudah terbiasa meminjam jadi
kakak sudah biasa karna orang juga sudah tahu dengan
keluarga saya”.
Selanjutnya juga diungkapkan oleh Bapak BM (40 tahun) sebagai berikut :
“Dek talampau bana acok maminjam ka tetangga tu urang
ndak lo namuah dow acok-acok bana lo maminjaman pitih,
urang paralu pitih lo apo lagi cando zaman kini. Kadang
apak dapek minjam pitih kadang ndak lai dapek dow”.
Artinya :
“Karna terlalu sering sekali meminjam uang kepada tetangga
jadi tetangga tidak mau sering-sering dalam meminjamkan
uang, orang juga perlu uang apa lagi seperti zaman sekarang
ini. Terkadang bapak dapat meminjam uang dan terkadang
tidak dapat.
Dalam masalah uang keluarga bapak BM memang sulit untuk
mendapatkannya. Katika tidak mempunyai uang bapak BM pergi kerumah
tetangga yang bernama ibu Narti, dimana ibu tersebut merupakan guru TK di
Plasma III untuk meminjam uang, waktu itu bapak BM meminjam uang untuk
keperluan sekolah anaknya yang sekarang sudah duduk dikelas 3 SMA. Walaupun
namanya tetangga kadangkala mereka mau meminjamkan uang dan kadangkala
mereka susah untuk memberi pinjaman uang.
Meninjam uang merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh
keluarga tukang pemel kelapa sawit, karna penghasilan yang tidak mencukupi
67
untuk kebutuhan keluarga maka kepala keluarga melakukan meminjam uang
kepada tetangga. Adanya pinjaman tidak menutup kemungkinan bagi keluarga
tukang pemel. saat kerja sampingan belum menghasilkan uang untuk itu pinjaman
dilakukan baik dalam bentuk uang atau benda. Strategi seperti ini dilakukan oleh
keluarga apabila dalam kondisi yang sangat mendesak.
5.5.2 Julo-Julo
Arisan atau biasa disebut dengan julo-julo merupakan sekelompok orang
yang mengumpulkan uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah
uang terkumpul salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang
biasanya dilakukan dengan cara pengundian sampai semua anggota
memperolehnya. Hal ini juga merupakan starategi yang dilakukan oleh keluarga
tukang pemel kelapa sawit, dengan julo-julo tersebut keluarga setidaknya bisa
menabung walaupun dalam jumlah yang tidak besar. Ini dilakukan untuk
mengatasi keperluan yang tidak terduga terjadi pada keluarga. Seperti yang
diungkapkan oleh salah seorang istri dari tukang pemel kelapa sawit Bapak RD
(38 tahun) yaitu ibu SR (35 tahun) sebagai berikut :
“Umak ikuik bajulo-julo jo ibu-ibu yang ado di daerah kolah,
umak ikuik julo-julo Rp.10.000 saminggu, emang yow ndak
banyak-banyak manarimo do palingan sakali manarimo
Rp.350.000, ganti-ganti umak manabuang”.
Artinya:
“Ibuk ikut arisan bersama ibu-ibu yang ada di daerah Plasma
ini, ibuk ikut arisan Rp. 10.000 seminggu, memang yang
akan diterima juga tidak banyak menerima sebesar Rp.
350.000, ganti ibuk manabuang.
68
Hal sama juga diungkapkan oleh ibu RT (36 tahun) yang juga ikut dalam
julo-julo, yang mana ia ungkapkan sebagai berikut :
“Awak na sato juo yow main julo-julo Rp. 10.000 saminggu,
awak alah lamo jo ikuik main ko ganti-ganti tuak tabungan
awak, kadang lau narimo ado kaparaluan yang tadasak awak
pakai juo pitih tu, tu kabaa juo lai awak paralu pitih tuak
kebutuhan keluarga”.
Artinya :
“Saya juga ikut main arisan Rp. 10.000 seminggu, saya sudah
lama ikut main ini ganti untuk tabungan saya, terkadang
kalau menerima dan ada keperluan yang mendesak terpaksa
uang ini saya pakai, harus bagaimana lagi saya perlu uang
untuk kebutuhan keluaraga.
Keadaan yang dialami oleh tukang pemel kelapa sawit membuat keluarga
harus bisa melakukan suatu hal untuk bisa menutupi segala kekurangan yang
dialami oleh keluarga, begitu juga dengan julo-julo ini juga merupakan salah satu
strategi sosial yang dilakukan oleh keluarga tukang pemel kelapa sawit untuk
mengatasi keperluan yang tak terduga pada keluarga. Begitu juga yang dilakukan
oleh ibu SR dan RT, dimana mereka ikut main julo-julo dengan tetangga lainnya.
Setiap hari Minggu jam 15.00 WIB ibu-ibu arisan mulai bermain dan juga
mengumpulkan uang, yang menjadi ketua dalam arisan tersebut adalah ibu Ice,
beliau lah yang mengumpulkan uang arisan setiap minggunya.
Sesuai dengan teori pilihan rasional yang dikemukakan oleh Coleman,
dimana dengan menggunakan strategi sosial juga bisa menjadi pilihan yang
dianggap rasional oleh keluarga tukang pemel untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup, seperti meminjam uang kepada tetangga dan juga ikut arisan. Jadi para
69
tukang pemel kelapa sawit selaku aktor untuk bisa bertahan hidup dengan
melakukan berbagai strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Aktor dipandang sebagai seseorang atau manusia yang mempunyai
tujuan tertentu serta sudah menetapkan tujuannya, dan aktor pun dipandang
memiliki pilihan. Dalam teori ini aktor tidak begitu menghiraukan pilihannya atau
sumber pilihannya, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan tingkatan pilihan aktor, jadi jika
dikaitkan dengan strategi keluarga tukang pemel kelapa sawit dalam memenuhi
kebutuhan hidup yang mana tukang pemel selaku aktor untuk bisa bertahan hidup
yang melakukan berbagai macam strategi. Keluarga yang memilih berbagai
strategi yang merupakan pilihan yang rasional bagi mereka, yaitu untuk
mengharapkan suatu keuntungan dan imbalan harus dilakukan dengan
pengorbanan. Seperti keluarga tukang pemel yang strategi dengan melakukan
pekerjaan lebih dari satu dari pekerjaan utama yang dilakukan secara bergantian
sehingga waktu untuk berkumpul dengan keluargapun terbatas, dan juga
melibatkan anggota keluarga baik istri dan anak dalam mencari nafkah. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Berdasarkan pandangan Coleman dapat dilihat bahwa tindakan tenaga
kerja sebagai tukang pemel dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yaitu
dengan pertama mempunyai pekerjaan sampingan, pekerjaan sampingan
merupakan suatu jenis usaha atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang di luar
jam pekerjaannya yang selama ini yang telah digeluti dan dikerjakan secara rutin
70
dalam kehidupan sehari-hari, itu yang dilakukan oleh keluaraga tukang pemel
kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan pekerjaan
sampingan.
Istri mempunyai pekerjaan, dengan istri yang bekerja merupakan
strategi yang dilakukan tukang pemel. Hal ini dilakukan karena pendapatan suami
yang tidak mencukupi untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Kedua strategi sosial yang berupa meminjam uang dan julo-julo,
meminjam merupakan suatu strategi yang sudah biasa dikarenakan kekurangan
uang dan biasanya meminjam uang itu karena ada kepercayaan dan bagi
peminjam sanggup untuk melunasi pinjaman dengan gaji yang akan diterimanya
nanti.
71
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi yang digunakan keluarga tukang pemel dalam
memenuhi kebutahan hidup dengan melakukan dua strategi yaitu strategi ekonomi
dan strategi sosial yang berupa meminjam uang ketetangga dan juga sistem julo-
julo. Adapun strategi ekonomi yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan
seperti : 1) Berkebun jagung, yang mana merupakan salah satu usaha yang
dilakukan keluarga tukang pemel untuk bertahan hidup dengan penghasilan yang
diterima bisa untuk menutupi kekurangan keluarga. 2) Tukang bangunan juga
dilakukan oleh keluarga tukang pemel untuk menambah penghasilan. 3) Beternak
ayam, hal ini juga dilakukan oleh keluarga tukang pemel guna untuk menutupi
kekurangan kebutuhan keluarga dengan penghasilan yang diperoleh bisa
memenuhi kebutuhan keluarga. 4) Tukang ojek, hal ini juga merupakan salah satu
usaha yang dilakukan oleh keluarga tukang pemel untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. 5) Melibatkan istri dan anak dalam mencari uang agar terpenuhinya
kebutuhan hidup keluarga.
6.1 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan di Plasma III Jorong Bukik Nilam Kabupaten Pasaman Barat
tentang strategi keluarga tukang pemel dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
untuk bertahan hidup sebagai berikut :
71
72
1. Diharapkan kepada para istri yang juga ikut bekerja juga harus bisa
membagi waktu untuk keluarga, dan juga anak mereka agar tetap menjadi
keluarga yang utuh meskipun penghasilan keluarga minim tetapi keluarga
juga tetap aman.
2. Kepada keluarga terutama yang penghasilannya tidak mencukupi mestinya
anak yang masih sekolah jangan terlalu dibiarkan untuk bekerja, karna
mereka juga butuh bermain dan untuk mencari kesenangannya tersendiri
dan juga menyebabkan anak akan jadi malas sekolah karna telah terbiasa
untuk bekerja dan menghasilkan penghasilan sendiri.
73
DAFTAR PUSTAKA.
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung
Penggunanan Penelitian Kualitatif Dalam Bebagai Disiplin Ilmu.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
________2008. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Padang : Laboratorium
Sosiologi. FISIP Unand PADANG.
Ala, Bayo Andre. 1996. Kemiskinan dan strategi memeragi kemiskinan.
Yogyakarta: Liberty Offset.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Makrum, M. E. 1991. Anak Keluarga Dan Masyarakat. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Ritzer, George & Godman. 2004. Teori Sosiologi Modren. Kencana Prenada edisi
ke-6. Media Group.
Sajogyo. 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa . USAID: Gadjah Mada
University Press.
Sherraden, Michael. 2006. Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada. Subagyo, Joko. 2011. Metode Penelitian Dalam Teori Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Subagyo, Joko. 2011. Metode Penelitian Dalam Teori Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
73
74
Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung : Pustaka
Setia.
Sumardi, Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : CV.
Rajawali.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. 2013. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.
Yusuf, Muri. (2005). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
SKRIPSI
Harlina. 2010. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Miskin Pemotong Gotah
(Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Nagari Lubuk Gadang,
Kecamatan Mapat, Kabupaten Pasaman). Skripsi. STKIP PGRI
SUMATRA BARAT : PADANG.
Syahrizal. 2006. Strategi Buruh Perkebunan Mengatasi Kemiskinan (studi di
perkebunan Teh PT. Mitra Kerinci Sumatra Barat). Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Andalas.
Sri Rahmadani. 2009. Strategi Petani Miskin Sawah Dalam Mengatasi
Kemiskinan : suatu Studi Di Nagari Batipuh baruh kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar. Tesis. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Andalas.
Arsip
K U D KPS INDAH. Plasma III, Pasaman Barat.
Kantor Wali Nagari Aua Kuniang
75
Lampiran 1
INFORMAN PENELITIAN
NO NAMA /
INISIAL UMUR
PEKERJAAN
TETAP
PEKERJAAN
SAMPINGAN PENDIDIKAN
1. Ridwan /
RD
38 Tukang pemel Beternak ayam SD
2. Kasman /
KS
37 Tukang pemel Tukang ojek SMP
3. Minsar /
MS
38 Tukang pemel Beternak ayam SD
4. Rinasri /
RR
40 Tukang pemel Tukang ojek SD
5. Pili / PL 40 Tukang pemel Tukang
bangunan
SD
6. Bambang /
BM
40 Tukang pemel Berkebun
jagung
SD
7. Lizar / LZ 41 Tukang pemel Tukang
bangunan
SD
8. Sugito / SG 38 Tukang pemel Berkebun
jagung
SMP
9. Baktar / BT 38 Tukang pemel Berkebun
jagung
SD
10. Sijon / SJ 39 Tukang pemel Tukang
bangunan
SMA
11. Siros / SR 35 Ibu rumah
tangga
Manyupah SMA
12. Sarmila /
SM
34 Ibu rumah
tangga
Warung kopi SMP
13. Terlena /
TR
33 Ibu rumah
tangga
Warung kopi SD
14. Diba / DB 30 Ibu rumah
tangga
Warung kopi SMP
15. Mona / MN 38 Ibu rumah
tangga
Berkebun
jangung
SD
16. Murni /
MR
35 Ibu rumah
tangga
Manyupah SD
17. Sier / SR 38 Ibu rumah
tangga
Berkebun
jangung
SD
18. Eli / EL 35 Ibu rumah
tangga
Warung kopi SD
19. Ratna / RT 36 Ibu rumah
tangga
Berkebun
jagung
SD
76
20. Tenti / TN 33 Ibu rumah
tangga
Manyupah SD
21. Dewi / DW 17 - Kerja di Toko SMP
22. Riswan /
RS
15 Pelajar Tukang galon SMP
23. Isas / IS 17 Pelajar Bengkel SMA
Data Jumlah Anak Tukang Pemel Kelapa Sawit
No Nama
Jumlah Anak Suami Istri
1. RIDWAN SIROS 3
2. KASMAN SARMILA 3
3. MINSAR DIBA 3
4. RINASRI TERLENA 5
5. PILI MONA 5
6. BAMBANG MIRA 4
7. LIZAR SIER 5
8. SUGITO ELI 3
9. BAKTAR RATNA 4
10. SIJON TENTI 5 Sumber : Data primer tahun 2015
77
Lampiran 2:
DAFTAR PERTANYAAN
STRATEGI KELUARGA TUKANG PEMEL KELAPA SAWIT DALAM
MEMENUHI KEBUTAHAN HIDUP DI PASAMAN BARAT
(STUDI KASUS : PLASMA III JORONG BUKIK NILAM KABUPATEN
PASAMAN BARAT)
A. Identitas Informan
1. Nama :_________________________________
2. Alamat :_________________________________
3. Jumlah Anak :_________________________________
4. Umur :_________________________________
5. Pendidikan :_________________________________
6. Agama :_________________________________
7. Jenis Usaha Sampingan :_________________________________
B. Strategi keluarga tukang pemel kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan
hidup di Pasaman Barat.
a. Pertanyaan untuk kepala keluarga tukang pemel kelapa sawit
1. Apakah pekerjaan sebagai tukang pemel merupakan pekerjaan pokok
Bapak ?
2. Berapa upah yang bapak terima dalam setiap bulan ?
3. Apakah upah yang bapak terima dapat mencukupi kebutuhan keluarga
bapak ?
4. Apakah ada pekerjaan lain yang bapak lakukan di samping bekerja
sebagai tukang pemel kelapa sawit ?
5. Berapa penghasilan yang bapak peroleh dari pekerjaan sampingan
tersebut ?
6. Bagaimana bapak meminimalisir pengeluaran dalam rumah tangga
(kebutuhan makan, pakaian, perumahan, pendidikan anak, dan
kesehatan keluarga) ?
78
b. Pertanyaan untuk istri tukang pemel kelapa sawit
1. Apakah pendapatan suami ibuk sebagai tukang pemel dapat memenuhi
kebutuhan keluarga ?
2. Apa yang ibu lakukan jika penghasilan suami tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari ?
3. Apakah ibuk juga memiliki pekerjaan sampingan untuk membantu
suami ?
4. Berapa penghasilan yang ibu perolah dari pekerjaan tersebut ?
5. Apakah ada kendala dalam menghadapi keadaan yang ibu jalani saat
sekarang ini ?
c. Pertanyaan untuk anak dari tukang pemel kelapa sawit
1. Apakah adek masih sekolah, lalu dimana adek sekolah saat ini dan adek
sekarang kelas berapa ?
2. Apakah penghasilan orang tua adek dapat memenuhi segala kebutuhan
sekolah adek ?
3. Apakah adek pernah membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan
atau biaya sekolah adek dengan cara bekerja?
d. Pertanyaan untuk tetangga keluarga tukang pemel kelapa sawit
1. Bagaimana kondisi dan keadaan keluarga tukang pemel sehari-harinya ?
2. Apakah ibu / Bapak pernah membantu kelurga tukang pemel tersebut ?
3. Apakah penghasilan yang diperoleh tukang pemel dapat memenuhi
kebutuhan keluarga mereka ?
79
Lampiran 3 :
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1 : Kebun kelapa sawit tempat para tukang pemel bekerja dan juga
merupakan kebun milik masyarakat Plasma III
Gambar 2 : ternak ayam bapak RD
80
Gambar 3 : Salah satu kandang untuk ternak ayam
Gambar 4 : warung kecil-kecilan keluarga tukang pemel kelapa sawit milik ibu
TR
81
Gambar5: Tukang pemel yang sedang memberi makan ayam ternak
82
PETA NAGARI AUA KUNIANG
83
84
85
86