STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN
UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA
Anwar Muda
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ABSTRAK
Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu untuk memperbaiki sifat-
sifat teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu. Sifat-sifat teknis tanah seperti daya dukung
(CBR) dan kuat tekan bebas (UCS) tanah lempung umumnya rendah. Seperti tanah lempung Bukit
Rawi, permasalahan rendahnya CBR dan UCS disebabkan dominan butiran halus sehingga mudah
dipengaruhi air. Pada kadar air sedang bersifat plastis dan kadar air lebih tinggi bersifat lunak. Untuk
itu, akan dicoba tanah ini distabilisasi dengan pasir dan semen dan diharapkan mampu memperbaiki
dan memenuhi syarat teknis.
Prosedur penelitian dibagi 3 tahap yaitu penelitian awal untuk menentukan apakah tanah Bukit
Rawi termasuk tanah berbutir halus (lempung). Pengujian awal meliputi analisa saringan. Setelah
diketahui tanah berbutir halus, maka dilakukan penelitian tahap kedua yaitu menambah campuran 12
% pasir. Kemudian tahap akhir yaitu menambah campuran semen 2, 4, 6, 8 dan 10% terhadap berat
isi kering tanah pasir kemudian diuji CBR dan UCS.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa stabilisasi tanah lempung dengan campuran 12% pasir
dan 2% semen nilai CBR sebesar 4.80%. Kemudian, stabilisasi dengan campuran 4% semen nilai
CBR sebesar 33%. dan 6% semen didapatkan nilai CBR sebesar 37%. Kemudian, campuran 8%
semen didapatkan nilai CBR sebesar 52% dan 10% semen diperoleh nilai CBR sebesar 66%.
Sehingga, stabilisasi tanah lempung bukit Rawi memenuhi syarat untuk Lapis Pondasi Jalan Raya
karena nilai CBR 66%>CBR 20% (lapis pondasi bawah) dan nilai CBR 66%>CBR 60% (lapis
pondasi atas).
Kata Kunci : Stabilisasi, Tanah lempung, Pasir, Semen
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pengertian yang luas, yang dimaksud
stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah
dengan bahan tertentu, guna memperbaiki
sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula,
stabilisasi tanah adalah usaha untuk merubah
atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar
memenuhi syarat teknis tertentu. Sifat-sifat
teknis tanah seperti daya dukung (CBR)
maupun kuat tekan bebas (UCS) tanah
lempung umumnya sangat rendah. Seperti
halnya, tanah lempung Bukit Rawi memiliki
daya dukung rendah dengan CBR hanya
3,20% (Nasrullah, 2010)
Permasalahan rendahnya daya dukung
(CBR) lempung Bukit Rawi disebabkan tanah
ini didominasi butiran halus yaitu 79,80%
lolos saringan No. 200 > 35% (AASHTO) dan
50% (USCS) sehingga mudah dipengaruhi
oleh air kemudian mempunyai Indeks
plastisitas (PI) 16,81% dengan penilaian
umum sebagai tanah dasar sedang sampai
buruk dan termasuk kelompok A-7-6
(AASHTO) dan lempung tak organik dalam
kelompok CL-ML (USCS).
Melihat berbagai permasalahan di atas,
pada penelitian ini akan dilakukan peningkatan
daya dukung distabilisasi semen dan pasir.
Campuran pasir direncanakan 12, terhadap
berat isi kering lempung. Kemudian,
pembuatan campuran semen dengan lempung
dan pasir yang sudah tercampur pada kondisi
optimum. Campuran semen direncanakan 2, 4,
6, 8 dan 10% terhadap berat isi kering
campuran lempung dan pasir. Penetapan nilai
campuran semen didasarkan hasil penelitian
Hatmoko (2000, 2007), bahwa semen
optimum 2,5% - 15% menghasilkan nilai CBR
yang cukup besar. Pada campuran tersebut
dilakukan pengujian berat jenis, pemadatan
standar, CBR rendaman dan dibandingkan
dengan CBR lapis pondasi jalan raya
Kajian Pustaka Yang Relevan
Menurut Hardiyatmo (2010), bahwa
kriteria kekuatan lapis perkerasan jalan pada
stabilisasi tanah semen seperti pada Tabel 2.1
berikut :
Tabel 2.1 Kriteria kekuatan stabilisasi tanah
semen
Sumber : Hardiyatmo (2010)
Hatmoko, (2000), melakukan penelitian
stabilisasi tanah lempung ekspansif dengan
menggunakan stabilisator pasir dan semen.
Dalam penelitiannya mengangkat
permasalahan kinerja bahan tambah pasir dan
semen terhadap sifat fisik tanah lempung
ekspansif. Penambahan pasir dimaksudkan
untuk menurunkan indeks plastisitas tanah
lempung. Pada penelitian ini, penambahan
pasir 7,5% menunjukkan penurunan indeks
plastisitas cukup besar. Kemudian pada
komposisi campuran tersebut (kadar pasir
7,5%) dilakukan stabilisasi dengan semen
berbagai prosentase. Pada penelitian ini,
21
digunakan prosentase semen 0, 2,5, 7,5, 10,
12,5 dan 15%.
Hasil pengujian menunjukkan,
kepadatan maksimal dan kadar air optimum di
capai pada kadar semen 7,5%. Peningkatan
nilai CBR dan penurunan nilai pengembangan
terlihat cukup besar pada masa perendaman 14
hari. Kuat tekan bebas akan naik dengan
naiknya kadar semen pada tanah tersebut.
Moerdika (2002) dalam tesisnya
berjudul Stabilisasi Tanah Laterit dari
Lampung Untuk Digunakan Sebagai Bahan
Lapis Pondasi Perkerasan Jalan menyatakan,
menurut AASHTO dan USCS, tanah laterit
dari Lampung diklasifikasikan sebagai A-7-5
dan CH. Nilai CBR rendaman 4 hari adalah
1,4%, UCS adalah 0,889 kg/cm2, batas cair
63%, batas plastis 30,02% dan Indeks
Plastisitas 32,98%.
Kajian dilakukan pada lima kombinasi
campuran tanah semen dengan kadar
stabilisator 2, 4, 6, 8, dan 10% berat serta lima
variasi waktu pemeraman yaitu 0, 7, 14, 21
dan 28 hari. Sifat kekuatan tanah semen dari
uji UCS dan CBR memperlihatkan kenaikan
yang berarti seiring dinaikkannya kadar
semen. Pada stabilisasi semen, pemberian
semen dengan kadar semen 6% memberikan
lapis pondasi bawah yang memenuhi
spesifikasi, dimana di dapat nilai UCS 7 hari
pemeraman 14,396 kg/cm2 (> 6 kg/cm
2) dan
nilai CBR 3 hari pemeraman 4 hari
perendaman 43,77% (>20%). Pemberian
semen dengan kadar 10% memberikan lapis
pondasi yang memenuhi spesifikasi, dimana
didapat nilai UCS 7 hari pemeraman 22,107
kg/cm2 (> 22 kg/cm
2) tetapi tidak memenuhi
spesifikasi nilai CBR 3 hari pemeraman 4 hari
perendaman 55,98% (< 80%).
Suardi (2005), melakukan penelitian
Kajian Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung
yang Distabilisasi dengan Aditive Semen dan
Kapur, menyatakan, bahwa hasil uji mineral
dan kimia tanah banyak mengandung mineral
halloysite (41,94%) dan senyawa kimia SiO2
(55,3%) dan nilai aktivitas (A)=0,64, maka
tanah lempung mempunyai tingkat swelling
yang sangat rendah.
Dari hasil platisitas, sifat plastisitas
tanah menurun dengan diberikan bahan aditive
semen, di mana PI tanah asli 29,62%, bila di
campur dengan 15% semen PI menjadi
17,46%.
Pengujian kuat tekan bebas, penggunaan
semen untuk menstabilisasi tanah akan
meningkatkan nilai qu seiring meningkatnya
kadar semen yaitu masa perawatan 0 hari nilai
qu tanah asli 1,504 kg/ cm2, setelah
distabilisasi dengan semen 15% nilau qu
menjadi 1,93%. Kenaikan kekuatan akan
meningkat tajam pada masa perawatan 7 hari
nilau qu menjadi 3,88 kg/ cm2, sedangkan
masa perawatan 14 hari dengan kadar semen
yang sama nilai qu menjadi 4,29 kg/cm2.
Arif (2006), melakukan penelitian
Stabilisasi Tanah Liat Lunak dengan Garam
dan Portland Cement (PC), menyatakan,
praktis untuk tanah liat lunak asli tak dapat
dilakukan karena benda uji tak bisa dibuat.
Namun dengan penambahan garam dan semen
kondisi tanah menjadi lebih baik sehingga
benda uji bisa di buat.
22
Hasil pengujian menunjukkan pengaruh
kadar garam terhadap nilai UCS masing-
masing untuk curing 7, 14 dan 28 hari untuk
kadar semen 16% pada curing 7 hari, UCS
meningkat dengan naiknya kadar garam, tapi
untuk curing 14 dan 28 hari justru menurun.
Untuk kadar PC 13% nilai UCS berkurang
dengan bertambahnya kadar garam pada
curing 7, 14 dan 28 hari, disini jelas kuatnya
pengaruh curing terhadap hubungan antara
UCS dan kadar garam.
Pengukuran CBR soaked dan unsoaked
ditetapkan pada masing-masing penetrasi 0,1”
dan 0,2”. CBR soaked memberikan hasil lebih
baik dibanding nilai CBR unsoaked. Ini
disebabkan distribusi garam lebih merata
akibat proses soaking. Peningkatan CBR
terbasar terjadi pada komposisi 2% dan 16%
PC, baik untuk CBR penetrasi 0,1” maupun
penetrasi 0,2”, nilai CBR penetrasi 0,1” lebih
besar dari CBR penetrasi 0,2”,
mengindikasikan bahwa semakin jauh dari
permukaan ketahanan terhadap penetrasi
semakin kecil.
Yuniarti dkk (2008), melakukan
penelitian dengan judul Perbandingan Nilai
Daya Dukung Tanah Dasar Badan Jalan yang
Distabilisasi Semen dan Abu Sekam Padi.
Hasil pengujian kondisi tanah asli adalah
kadar air awal sebesar 49,87% dan berat jenis
2,70%. Kemudian Indeks Plastisitas 84,10%
lebih besar dari 17%, maka tanah memiliki
plastisitas tinggi.
Stabilisasi semen dan abu sekam padi
telah menurunkan nilai Indeks Plastisitas (PI)
tanah dari 84,10% menjadi 59,41% dan
50,18%. Penurunan nilai PI dapat mengurangi
potensi pengembangan dan penyusutan tanah.
Kemudian, dari pengujian pemadatan standar
proctor diperoleh berat isi kering maksimum
1,165 gr/cm3 menjadi 1,282 gr/cm
3 dan 1,232
gr/cm3. Berdasarkan hasil pengujian nilai daya
dukung tanah campuran tanah dengan semen
diperoleh 20,83% (bawah) dan 21,83% (atas).
Stabilisasi tanah dengan abu sekam padi
menghasilkan nilai CBR rendaman 15,29%
(atas) dan 17,83% (bawah). Dengan demikian,
semakin tinggi daya dukung tanah dalam
menahan beban.
METODE PENELITIAN
Penelitian dillakukan di laboratorium
Mekanika Tanah Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya Jl. RTA Milono Km 1,5
Palangka Raya. Metode penelitian ini
mengacu pada diagram alir seperti pada
Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian 23
0
10
20
30
40
50
60
70
0 2 4 6 8 10
Nil
ai C
BR
(%
)
Campuran Semen (%)
Grafik CBR
Pasir 12%
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik tanah asli
Adapun karakteristik tanah asli Bukit
Rawi dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik tanah asli Bukit Rawi
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menurut
AASHTO (dalam Hardiyatmo, 2006) bahwa
tanah ini termasuk klasifikasi lanau-lempung.
Ini terlihat dari lolos saringan No. 200 lebih
besar 35%, Dari uji berat jenis (Gs) didapat
2,645, ini menunjukkan bahwa tanah ini
termasuk lempung organik karena Gs hasil uji
2,645 berada pada interval 2,58 – 2,65
(Hardiyatmo, 2006). Sedangkan dari
kepadatan tanah diperoleh 1,415 gr/cm3 pada
kadar optimum 26,60%. Parameter kepadatan
ini untuk membuat sampel untuk pengujian
California Bearing Ratio (CBR). Kemudian
pada uji CBR diperoleh 3,30%. Menurut Bina
Marga (dalam Hardiyatmo, 2010), bahwa
tanah ini termasuk CBR buruk untuk lapisan
tanah dasar (subgrade).
b. Karakteristik tanah asli setelah
distabilisasi dengan campuran pasir dan
semen
Adapun karakteristik tanah Bukit Rawi
setelah distabilisasi dengan campuran pasir
dan semen dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1.
Tabel 4.2 Karakteristik tanah lempung
setelah distabilisasi dengan
campuran pasir dan semen
Gambar 4.1 Grafik CBR campuran pasir dan
semen
Pada Tabel 4.2 atau Gambar 4.1 terlihat
bahwa nilai CBR naik seiring bertambahnya
campuran pasir dan semen. Kemudian pada
saat stabilisasi tanah lempung dengan
campuran 12% pasir dan 2% semen nilai CBR
sebesar 4.80%. Kemudian, stabilisasi dengan
campuran 4% semen nilai CBR sebesar 33%.
dan 6% semen didapatkan nilai CBR sebesar
37%. Kemudian, campuran 8% semen
didapatkan nilai CBR sebesar 52% dan 10%
semen diperoleh nilai CBR sebesar 66%.
Sehingga, stabilisasi tanah lempung bukit
Rawi memenuhi syarat untuk Lapis Pondasi
Jalan Raya karena nilai CBR 66% > CBR 20%
24
(lapis pondasi bawah) dan nilai CBR 66% >
CBR 60% (lapis pondasi atas).
Naiknya nilai CBR ini disebabkan
bahwa penambahan semen menjadi media
perekat bila bereaksi dengan air. Media
perekat ini kemudian memadat dan
membentuk massa yang keras sehingga lebih
kuat menahan beban. Ini terbukti dari hasil
penelitian Moerdika (2002) dan Yuniarti
(2008) bahwa penambahan semen pada tanah
lempung mampu meningkatkan nilai CBR.
KESIMPULAN
Berdasarakan hasil penelitian didapatkan
sebagai berikut :
1. Stabilisasi tanah lempung Bukit Rawi
dengan campuran pasir 12% dan semen
2%, nilai CBR sebesar 4.80%. Kemudian,
stabilisasi dengan campuran semen 4%,
nilai CBR sebesar 33%. dan semen 6%
didapatkan nilai CBR sebesar 37%.
Kemudian, campuran semen 8%,
didapatkan nilai CBR sebesar 52% dan
semen 10%, diperoleh nilai CBR sebesar
66%.
2. Sehingga, stabilisasi tanah lempung bukit
Rawi dengan semen memenuhi syarat
untuk Lapis Pondasi Bawah Jalan Raya
karena nilai CBR 66% > CBR 20% (lapis
pondasi bawah) dan tidak memenuhi syarat
untuk Lapis Pondasi Atas Jalan Raya,
karena nilai CBR 66% < CBR 80% (lapis
pondasi atas).
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan
sebagai berikut :
1. Stabilisasi tanah lempung Bukit Rawi
dengan pasir 12% dan semen 10%, belum
memenuhi syarat CBR Lapis Pondasi Atas
Jalan Raya, sehingga perlu penelitian
lanjutan dengan menambah prosentasi
pasir, 16, 20 dan 24 %, diharapkan dapat
memenuhi syarat CBR minimal 80% untuk
Lapis Pondasi Atas Jalan Raya
2. Penelitian ini hanya sebatas nilai daya
dukung dengan nilai CBR Lapis Perkerasan
Jalan Raya, untuk itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan melakukan uji
terhadap kuat tekan bebas (UCS) tanah
lempung dengan campuran yang sama yaitu
pasir dan semen.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E, 1993, Sifat-sifat fisik dan
Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta
Craig, R.F, Mekanika Tanah, Erlangga,
Jakarta
Das, B.M, 1993, Mekanika Tanah (Prinsip-
prinsip Rekayasa Geoteknis),
Erlangga, Jakarta
Hardiyatmo, H.C (2006), Mekanika Tanah 1,
Edisi Keempat, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
Hatmoko, (2000), Stabilisasi Tanah Lempung
ekspansif dengan Menggunakan
Stabilisator Pasir dan Semen (Jurnal
Tenik Sipil, Volume 8, No.1, 2007)
Universitas Atma Jaya, Jogjakarta
Ingles, O.G, dan Metcalf, J.B, (1972), Soil
stabilization Principle and Practice,
25
Butterworths Pty. Limited,
Melbourne.
Moerdika, O.V, (2002), Stabilisasi Tanah
Laterit dari Lampung Untuk
Digunakan Sebagai Bahan Lapis
Pondasi Perkerasan, Institut
Teknologi Bandung.
Punmia, B.C (1973), Soil Mechanics and
Foundation, Laxmi Publication (P),
Ltd, New Delhi.
Soedarmo, G.D dan Purnomo, J.D (1997),
Mekanika Tanah 1, Kanisius,
Jogjakarta
Sujianto,A.T (2007), Stabilisasi Tanah
Lempung Ekspansif Dengan Garam
Dapur (NaCl) (Jurnal Teknik Sipil
Volume 8, No.1, 2007)
Sukirman, S (1999), Perkerasan Lentur Jalan
Raya, Nova, Bandung
Qunik W, 2006, Pengaruh Kadar Kapur,
Waktu Perawatan dan Perendaman
Terhadap Kuat Dukung Tanah
Lempung, Dinamika Teknik Sipil,
Volume 8, No.1, 2006, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Wesley, L.D, (1977), Mekanika Tanah,
Cetakan ke VI, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
26