PENGARUH JENIS PAKAN SEGAR YANG BERBEDATERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT
(Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
HAMIDI09C10432072
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2013
PENGARUH JENIS PAKAN SEGAR YANG BERBEDATERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT
(Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
HAMIDI09C10432172
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PerikananPada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2013
1
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di alam ikan dapat memenuhi kebutuhan makannya dengan pakan yang
tersedia di alam. Dalam hal ini ikan mempunyai kesempatan untuk memilih. Oleh
karena itu, pakan yang berasal dari alam selalu sesuai dengan selera ikan.Pakan
dari tumbuhan air adalah pakan yang sudah ada di alam tumbuh dengan
sendirinya. Pemberian pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan
nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang
baik, dapat dihasilkan pakan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air,
aman bagi ikan.Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan yang di dapat dari
alam dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan ikan, dimana pakan dapat di
ambil dan di berikan kepada ikan secara atlibitum sehingga dapat menghemat
biaya pembelian pakan.
Pakan yang selama ini digunakan oleh para pembudidaya ikan adalah
pakan komersil yang memiliki harga yang mahal. Pada dasarnya pakan alternatif
bisa dimanfaatkandari ketersedian pakan tumbuhan air yang ada di alam sekitar
dengan melihat karakteristik pakan yang dipilih harus tetap terjaga
ketersediaannya secara kualitas dan kuantitas. Disamping itu, bahan baku ini
harus mudah diperoleh, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, ekonomis dan
tersedia sepanjang waktu (Gusrina, 2008).
Penyusunan ransum ikan sebaiknya digunakan protein yang berasal
dari sumber nabati dan hewani secara bersama-sama untuk mencapai
keseimbangan nutrisi dengan harga relatif murah (Mudjiman, 2002). Pakan yang
2
diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan,
tersedia setiap saat, dapat menjamin kesehatan dan harganya murah (Amri, 2006).
Jenis pakan tumbuhan air seperti hidrila, kangkung dan lada laut
merupakan sumber bahan baku yang baik untuk pakan karna memenuhi beberapa
persyaratan untuk pakan ikan. Selain murah didaerah Aceh tumbuhan air juga
mudah didapat.
Kualitas dan Kuantitas suatu pakan ikan bergantung dari hasil beberapa
uji, salah satunya uji biologis. Uji biologis dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pakan tersebut langsung pada ikan. Uji biologis ini juga sebagai penentu mutu dan
kualitas suatu pakan.Oleh karena itu maka perlu dilakukan uji biologi terhadap
pakan tumbuhan air guna mengetahui mutu dan kualitas dari pakan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Cukup mahalnya harga pakan komersial di pasaran menyebabkan tidak
semua petani/pembudidaya mampu memenuhinya sebagai komponen utama
dalam mendorong pertumbuhan ikan (Hingga Ukuran Panen). Ikan nila (Tilapia)
adalah spesies ikan yang makanannya herbivora (Cenderung Menyukai Nabati).
Beberapa petani di meureubo telah mencoba memberikan pakan berupa tanaman
air seperti Hidrila untuk ikan nila. Namun sejauh ini belum diketahui atau
didapatkannya data kuantitatif.
Karena itulah perlu dilakukannya penelitian tentang pemberian pakan
tanaman air yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan nila, sehingga nantiknya
didapatkan jenis pakan yang memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ikan
nila.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis
pakan segar yang berbeda terhadap pertumbuhanikan nila gift(Oreochromis
niloticus).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penulis mengetahui jenis pakan segar yang baik bagi pertumbuhan ikan
nila gift (Oreochromis niloticus).
2. Sebagai hasil kekayaan intelektual penulis.
1.5 Hipotesis
Penggunaan jenis pakan segar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila gift (Oreochromis niloticus)..
4
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila Gift(Oreochromis niloticus)
2.1.1.Klasifikasi Ikan Nila Gift(Oreochromis niloticus)
Sistematika ikan nila gift tidak jauh berbeda dalam pengelompokan
sistematika dengan jenis ikan lainnya. Menurut Siregar (2003), klasifikasi ikan
nila gift adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Subfilum
: Vertebrata, Kelas : Pisces, Sub kelas : Acanthoptherigii, Ordo : Percomorphi,
Sub ordo : Percoidae, Famili : Cichlidae, Genus : Oreochromis, Species :
Oreochromis niloticus.
merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan nila
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Budidaya Air Tawar
pada tahun 1969. Setelah mulai masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai denagan nama latinnya
O. niloticus berasal dari sungai Nil dan danau-danau yang berhubungan dengan
sungai itu. Bibit ikan nila telah beberapa kali didatangkan ke Indonesia, yang
pertama berasal dari Taiwan. Ini berwarna gelap dengan garis vertikal sebanyak 6-
8 buah di bagian ekornya. Kemudian didatangkan bibit dari Filipina yang
berwarna merah (Suyanto, 1995). Ikan nila pada awalnya bernama Tilapia
nilotica, kemudian diganti dengan Sarotrherodon niloticus, dan sekarang ini
dikenal dengan nama Oreochromis niloticus (Deptan, 2000).
Program seleksi di Filipina pada tahun 1987 telah berhasil membuat ikan
nila unggul yang kini dikenal sebagai ikan nila Gift. Ikan nila Gift diintroduksikan
ke Indonesia pada tahun 1994 dan 1996. Menurut Mulyanto dan Habib (1999),
5
ikan nila Gift merupakan strain baru ikan nila yang dikembangkan di negara
Filipina sejak tahun 1987 melalui proyekGenetic Improvementof Farm Tilapia
(GIFT), sehingga dinamakan nila GIFT. Strain ini merupakan hasil persilangan
dan seleksi antara ikan Nila strain dari Negara Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana,
Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya.Ikan nila gift adalah ikan nila unggul dari
hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh ICLARM (International Centre for
Living Aquatic Resources Management) dari hasil uji caba dilapangan
pertumbuhan nila gift lebih cepat dari pada nila lokal (lokal 69) maupun Black
Chitralada (Widayanti, 1996). Pertumbuhan ikan nila gift di KJA dapat mencapai
2-3 kali lebih cepat dari pada generasi sebelumnya. (Rukyani dan Subagyo, 2000).
Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik yang
berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna 5 putih. Gurat
sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi
letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.
Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip pungung, sirip perut dan
sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tapi mengeras dan tajam seperti duri. Sirip
pungung berwarna hitam dan sirip dada juga tampak berwarna hitam (Amri dan
Khairuman, 2003).
2.1.2 Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora) yang cenderung
ke Herbivora, pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan
ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari
perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika
6
timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau
Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan
ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Habitat ikan nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan
rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Menurut Kordi
(2010), salinitas yang cocok untuk nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand),
namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0-30 ppt.
Sedangkan menurut Tim Karya Tani Mandiri (2009), salinitas yang maksimal
untuk pertumbuhan ikan nila yang baik adalah 0-29 ppt. Ikan nila masih dapat
hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat ( Kordi, 2010).
Selain itu, pH air yang cocok dalam budidaya ikan nila adalah 6-8,5,
namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih
ditolelir nila adalah 5-11. Suhu optimal untuk pertumbuhan nila antara 25ᵒC-30ᵒC.
Pada suhu 22ᵒC, nila masih dapat memijah, begitu pula pada suhu 37ᵒC. Pada
suhu dibawah 14ᵒC atau lebih dari 38ᵒC, nila mulai terganggu. Suhu mematikan
berada pada 6ᵒC dan 42ᵒC. Ikan nila juga dapat hidup pada perairan dengan
kandungan oksigen minim, kurang dari 3 ppm (part per million). Oleh karena itu,
ikan ini dapat dipelihara di kolam tadah hujan dan air tergenang lain yang minim
oksigen, termasuk di kolam terpal. Untuk pertumbuhan optimalnya, nila
membutuhkan perairan dengan kandungan oksigen minimal 3 ppm (Kordi, 2010).
2.1.3 Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnívora. Ikan ini
dapat berkembang biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun nabati. Ikan
7
nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika
sudah dewasa akan diberi makanan tambahan, seperti pelet dan daun talas (Tim
Karya Tani Mandiri, 2009). Menurut Kordi (2010), untuk pemeliharaan ikan
nila,diberikan pakan buatan (pellet) yang mengandung protein antara 20-25 %.
Menurut penelitian, nila yang diberikan pellet yang mengandung 25 % protein
akan tumbuh optimal. Untuk memacu pertumbuhan ikan nila, pakan yang di-
berikan hendaknya mengandung protein 25-35 %.
Dari pemeriksaan labolatoris, pada perut nila ditemukan berbagai macam
jasad, seperti Soelastrum, Scenedesmus, Dictiota, Oligochaeta, larva Chironomus,
dan sebagainya. Ternyata kebiasaan makan nila berbeda sesuai dengan tingkatan
umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton, seperti Rototaria,
Copepoda, dan Clodocera. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan
makanan di perairan dengan bantuan mucus (lendir) dalam mulutnya. Makanan
tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan
kecil diperairan alami mencari makanan di bagian perairan yang dangkal,
sedangkan ikan-ikan yang berukuran lebih besar mencari makan di perairan yang
dalam (Kordi, 2010).
2.2Pertumbuhan dan Makanan2.2.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari dua proses yaitu, proses
yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang menjadi nyata jika seekor
ikan dipelihara dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa diberi makanan dan
suatu proses yang diawali dari pengambilan makanan dan yang diakhiri dengan
penyusunan unsur-unsur tubuh. Pertumbuhan sebagai pertambahan dalam volume
dan berat dalam waktu tertentu. Pada umumnya berat individu ikan mengikuti
8
pola pertumbuhan clarias gariepinus, jika berat ikan diplotkan dengan umur/
waktu hasilnya adalah suatu kurva yang berbentuk sigmuid dengan titik infleksi
yang menunjukkan pada titik tersebut pertumbuhan yang menurun di banding
dengan pertumbuhan sebelumnya.
Jenis pakan yang dimakan antara lain Hydrilla verficillafa rnerupakan
tanaman air yang disenangi oleh ikan nila sebagai makanan alami yang
rnengandung energi sebesar 3885 kcallkg (Rifai 1987) Hydrilla verticillata sering
ditemukan di sawah-sawah, kolarn-kolarn dan sungai dangkal berlurnpur. yang
cepat berkernbangbiak dan sangat banyak (Soerjani dan Wirjabarja, 1973). Selain
rnudah didapat, pernanfaatan Hydrilla verticillata sebagai pakan alarni nila
rnernpunyai arti penting ditinjau dari rnasalah pengendali gulma air, rnengingat
gulma ini relatif sulit dikendalikan. Perneliharaan ikan nila dengan pernanfaatan
Hydrilla verticillata sebagai pakan akan rnernperkecil biaya pakan serta
rnernbantu menanggulangi gulma air.
2.2.2 Makanan
Makanan dalam suatu usaha budidaya dapat dikenal dua kelompok yaitu
makanan alami dan makanan tambahan, Jenis, bentuk serta banyaknya makanan
yang diperlukan berbeda-beda bagi setiap jenis ikan yang mempunyai pilihan dan
cara pengambilan makanan yang berbeda pula. Di dalam kolam, dengan pengarah
dari bermacam-macam faktor, terjadilah serangkaian proses pertumbuhan yang
menghasilkan makanan alami. Banyaknya makanan yang dihasilkan tergantung
dari kesuburan alam atau yang sudah dibantu dengan jalan pemupukan. Pada cara
pemeliharaan yang tradisional / ekstensif ikan yang dipelihara hidup semata-mata
dari makanan alami yang dihasilkan di dalam kolam.
9
Kemudian ada usaha-usaha memperbaiki kesuburan dengan jalan
pemupukan dan penyediaan makanan tambahan. Semakin meningkat usahanya,
makin banyak usaha dilakukan bagi penyediaan makanan. Pada usaha
pemeliharaan intensif, kesuburan alami dapat sama sekali diabaikan dan makanan
yang diperlukan sepenuhnya diusahakan secara pemberian makanan tambahan
dengan bentuk dan susunan serta jadwal yang disusun secara teliti.
Bentuk makanan hendaknya disesuaikan dengan besarnya ikan dan cara
mengambil makanan. Makanan buatan (pellet) merupakan bentuk yang cocok dan
paling banyak dipakai bagi berbagai jenis ikan, terutama pada usaha-usaha
pembesaran seperti ikan mas, tawes, nila dan sebagainya. Keuntungan dari
makanan buatan antara lain : ukuran dapat dibuat berbeda-beda menurut jenis dan
besarmnya ikan, penggunaannnya mudah,mudah dimakan ikan dan mudah
diawasi sehingga tidak banyak sisa terbuang serta mudah disimpan dalam keadaan
kering.
Pertumbuhan ikan yang baik, perlu didukung dengan pemberian makanan
yang cukup mengandung protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin dan
mineral. Di dalam praktek, penyusunan didasarkan atas bahan-bahan hewani
seperti tepung ikan, daging dan kerang-kerangan dan bahan nabati seperti dedak,
bungkil kedelai, tepung yang masing-masing terutama sebagai sumber protein dan
karbohidrat. Sedangkan kebutuhan akan lemak dicampurkan dalam bentuk
minyak nabati, levertran dan sebagainya. Perbandingan bahan-bahan tersebut
dalam campuran, di samping perhitungan nilai gizi makanan yang tinggi, tentu
saja perlu diperhatikan dalam segi praktis (mudah diperoleh sepanjang tahun,
10
mudah dikerjakan) dan dari segi ekonomis biaya yang dikeluarkan dapat
memberikan keuntungan yang setinggi-tingginya.
Kualitas dan kuantitas makanan harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran
ikannya. Kualitas makanan tidak hanya ditentukan oleh nilai gizi makanan
tersebut tetapi juga ditentukan oleh kemampuan ikan untuk mencerna dan
mengabsorbsi makanan tersebut.
2.3 Taksonomi (Hidrila verticillata)2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi
Kingdom:Plantae (Tumbuhan), Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Liliopsida (berkeping satu /
monokotil), Sub Kelas : Alismatidae, Ordo : Hydrocharitales, Famili :
Hydrocharitaceae, Genus : Hydrilla, Spesies : Hydrilla verticillata.
Hydrilla (rumput air) adalah jenis tanaman air yang hanya terdiri dari satu
spesies. Meskipun beberapa ahli botani membaginya menjadi beberapa spesies
yaitu : H.asiatica, H.japonica, H.lithuanica, dan H.ovalifolica. Hydrilla
verticillata memiliki rimpang putih kekuningan yang tumbuh di sedimen bawah
air sampai dengan kedalaman 2 m. Panjang batang yang tumbuh sekitar 1-2 m.
Hydrilla adalah tanaman produktif dalam air yang dapat tumbuh dengan cepat dan
dapat berkembang dalam air dari beberapa sentimeter sampai 20 meter. Daun
kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci) berbentuk segitiga-lancip yang berada di ulir dari 4-8 daun
di sepanjang batang dengan lebar masing-masing daun 5-20 mm dan panjang
lebar 0,7-2 mm. Tidak seperti tanaman air asli, daun Hydrilla memiliki tepi
bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti gundukan di sepanjang pelepah di
bagian bawah. Hydrilla biasanya hijau, tapi karena berada di bawah sinar matahari
11
menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak dekat permukaan dan
tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi. Umbi kecil ada di
dasar akar tanaman. Pelepah daun Hydrilla sering kemerahan jika segar. Tanaman
air ini termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina diproduksi secara
terpisah di sebuah tanaman tunggal. Bunga-bunga kecil dengan tiga sepal dan tiga
kelopak, panjang kelopak 3-5 mm, transparan dengan garis-garis merah. Tetapi
ada pula yang termasuk dioecious, yaitu tumbuhan yang terdiri dari hanya
tumbuhan androecious (bunga hanya mempunyai stamen atau benang sari saja,
dan disebut bunga jantan) dan Ginoecious (bunga hanya mempunyai karpel atau
putik saja dan disebut bunga betina).
2.3.2 Kebiasaan dan Habitat
Hydrilla memiliki beberapa metode reproduksi. didalam air, cabang atau
akar fragmen dari tanaman yang rusak dapat hanyut ke daerah baru. Selain itu,
dapat menyebar ke daerah lain melalui cabang/akar fragmen yang melekat pada
perahu dan trailer. Tunas kecil, kompak tunas yang terbentuk di axils daun
sepanjang batang dapat melayang ke daerah-daerah baru. Studi di University of
Minnesota telah menunjukkan bahwa tunas bentuk monoecious cenderung
bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious tampaknya kurang toleran dingin.
Hydrilla dapat tumbuh dalam berbagai kondisi, termasuk cahaya rendah, masih
mengalir air, dangkal dan mendalam.
2.3.3 Fungsi
Hydrilla verticillata sebagai sumber hara pada sistem budidaya kacang
tanah. Sebagai tumbuhan air Hydrilla verticillata mengandung beberapa unsur
hara yang penting sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik yang
12
berguna untuk kegiatan pertanian. Menurut Tungka dan Rondo (1991) persentase
kandungan gizi dari Hydrilla verticillata adalah :
Tabel 1 : Komposisi Hydrilla VerticillataKomposisi Persentase %
Protein 1,74
Lemak 0,54
Serat kasar 1,82
Abu 1,51
Karbohidrat 3,97
Air 90,42
Sumber : Tungka dan Rondo (1991)
Tanaman Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar logam Cr dalam
limbah penyamakan kulit hingga 95,85 % dengan waktu penyerapan 8 hari.
Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung
meningkat sampai hari ke-15. Pada penelitian yang telah dilakukan juga terlihat
bahwa tanaman air jenis Hydrilla verticillata ini masih tetap berwarna hijau segar
hingga pengamatan pada hari ke-15, berbeda dengan daun tanaman air lainnya
yang sudah mulai menguning dan agak layu. Jadi Hydrilla verticillata juga
berfungsi sangat baik untuk penyerapan Cu pada suatu perairan yang tercemar
limbah.Sistematika Tanaman Kangkung.
2.4 Klasifikasi dan Morfologi Kangkung (Ipomoea aquatica)
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : lantae, Divisio : Spermatophyta, Sub Divisio Angiospermae,
Kelas : icotyledoneae, Ordo : Convolvulales, Famili : Convolvulacae, Genus :
Ipomoea, Spesies : Ipomoea aquatica.
13
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai
kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm
atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan
berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-
bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan
setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung .Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga
butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah
hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil
sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung
bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan
termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi
sebagai alat perbanyakantanaman secara generative.
14
2.4.1 Komposisi Gizi Kangkung Air (Ipomoea aquatica)
Tanaman kangkung sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia karena
tanaman ini termasuk dalam sayuran daun yang dikonsumsi sehari-hari oleh
masyarakat . Komposisi kimia tanaman kangkung air dapat di lihat pada Tabel
berikut :
Tabel 2: Komposisi Gizi Kangkung AirKomponen Persentase
Air 89,7
Karbohidrat 5,4
Protein 3,0
lemak 0,3
Kalori 0,029 (Kcal)
Kalsium 0,073
Potassium 0,05
Besi 0,0025
Vitamin C 0,032
Vitamin A 6300 s.l
Vitamin B 0,07Sumber : (Abidin et al. 1990)
2.5 Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut (Caulerpa sp)
Kingdom : Plantae, Divisi : Thallophyta, Sub Divisi : Algae, Classis :
Chlorophyceae, Ordo : Siphonales, Familia : Caulerpaceae, Genus : Caulerpa,
Species : Caulerpa sp.
Ganggang Hijau (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis ganggang hijau
yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya
berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil
asimilasi berupa tepung dan lemak. Talus bagian atas menyerupai daun dan
besarnya mencapai beberapa desimeter, berguna untuuk asimilasi disebut dengan
15
assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang merayap, tidak berwarna
yang mengandung leukoamiloplas dan rhizoid. Caulerpa sp. (ganggang hijau)
berbentuk seperti anggur Termasuk dalam ordo Siphonales karena thallusnya
tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang, sehingga dinding selnya
menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas.
2.5.1 Habitat Lada Laut (Caulerpa sp)
Makroalga ini hidup diberbagai macam tempat diantaranya ialah,
Tanaman lembut ini biasanya ditemukan pada daerah tropis, perairan yang tenang
di kolam pasang surut atau berpasir, terumbu karang. menempel pada pasir dan
patahan-patahan karang. Alga hijau ini adalah tanaman asli Hawaii, dan sangat
umum di seluruh dunia. Spesies ini terdapat di Hawaii dengan morfologi yang
kecil, halus dan tumbuh di tempat kecil yang tenang, perairan hangat dan di
terumbu karang.
Tumbuh merambat pada substrat batu atau pasir di berbagai mulai dari
pinggir pantai rataan terumbu sampai ke sisi luar terumbu. Jenis ini adalah umum
di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. Makroalga
ini juga biasanya tumbuh di daerah berpasir dangkal, sering antara terumbu
dangkal yang dilindungi, di daerah hutan bakau.
Tabel 3 : Komposisi Pada Lada LautKomposisi Persentase %
Abu 28,70
Karbohidrat 27,20
Air 20
Serat Kasar 15,50
Protein 10,70
Lemak 0,30
Sumber : (Turangan, 2000).
16
III . METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2013 sampai dengan
tanggal 15 September 2013, Bertempat di Desa Ujong Tanjong Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Timbangan
Digital (untuk menimbang ikan uji), Pengaris, DO Meter (Untuk mengukur suhu)
Thermometer (untuk mengukur oksigen terlarut),pH Meter (mengukur kualitas
air), dan Kamera Digital (Dokumentasi) dan Hapa (untuk pemeliharaan ikan uji)
berukuran Panjang 1 meter, Lebar 1 meter dan tinggi 1 meter sebanyak 9 buah.
Sedangkan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini ikan nila gift
(Oreochromis niloticus) yang sudah berumur 60 hari di dapat dari petani ikan di
beutong, pakan segar Rumput Air (Hydrilla verticillata), Kangkung(Ipomoea
aquatica), Lada laut (Caulerpa sp) dan air tawar.
Ini berargumen adanya mikroflora yang ada pada saluran pencernaan ikan
tilapia sehingga diduga mampu mencerna jenis tanaman air. Mikroflora adalah
mikroorganisme yang secara alamiah menghuni saluran pencernaan makhluk
hidup. Pelczar dan Chan (1988) mengemukakan bahwa mikroflora asli saluran
pencernaan mempunyai hubungan mutualisme dengan inangnya, yaitu
memanfaatkan inang sebagai tempat hidupnya. Keuntungan bagi inang adalah
umumnya mikrob memakan sisa atau menggunakan bahan buangan, banyak
bakteri usus dapat mensintesis vitamin, mensekresi enzim, dan membantu
17
pencernaan nutrien, dan kehadiran mikrob asli cenderung menekan pertumbuhan
bakteri patogen sehingga dapat melindungi inang terhadap penyakit serta
merangsang fungsi kekebalan tubuh.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Rancangan Acak lengkap yang digunakan terdiri atas 3 taraf perlakuan
dengan masing –masing 3 kali ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan adalah
3 unit percobaan. Rumus Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan
adalah sebangai berikut :
Yij = μ + Pi + ∑ij
Dimana :
Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-jμ : Rataan Umum
Pi : Pengaruh perlakuan ke-i
∑ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.4 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini, Ikan yang digunakan satu spesies yaitu ikan nila gift
(Oreochromis niloticus)yang di dapat dari petani ikan Beutong Babah krueng.
3.4.1 Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang di gunakan adalah Hapa yang berukuran
Panjang1 meter x Lebar 1 meter x Tinggi 1 meter sebanyak 9 buah. Sebelum di
pasang terlebih dahulu kolam di bersihkan dan kemudan baru dipasang hapa.
Pemasangan hapa di pasang di pinggir kolam dengan posisi hapa berurut 3 : 3
horizontal.
18
3.4.2 Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila berumur dua bulan. ikan yang di
gunakan sebanyak 135 ekor yang setiap wadahnya berjumlah 15 ekor dengan
ukuran 9-14 cm umur 60 hari. Ikan tersebut di dapatkan dari petani ikan. Ikan di
peliharan dengan suhu normal kolam.
3.4.3 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ikan nila adalah jenis pakan yang berbeda yaitu
tumbuhan airKangkung (Ipomoea aquatica),Rumput Air(Hydrilla verticillata)
dan Lada laut(Caulerpa sp)
Jumlah pakan yang diberikan terlebih dahulu di timbang untuk memenuhi
setengah dari ukuran hapa. Pemberian pakan dengan cara meletakkan pakan di
hapa yang terpasang dikolam.
3.5 Pengamatan Pertumbuhan Ikan Nila1. Pengukuran Berat Tubuh
Berat tubuh ikan di timbang setiap 1 minggu sekali dari awal penelitian
hingga akhir penelitian. Untuk mengetahui bobot ikan. maka ikan ditimbang pada
setiap perlakuan. Ditimbang mengunakan timbangan digital dan di hitung rata-rata
berat tubuh per individu. Sebelum dilakukan penimbangan ikan, terlebih dahulu
wadah yang akan digunakan ditimbang. kemudian berat wadah dinetralkan.
Setelah itu baru dimasukan ikan kedalam wadah tersebut. Hasil penimbangan
dicatat dan dikalkulasikan dalam tabel.
2. Pengukuran Panjang Tubuh Ikan
Pengukuran panjang total dilakukan 1 minggu sekali dari awal sampai
akhir penelitian. Cara pengukuran panjang tubuh dilakukan dengan pengukuran
19
setiap ikan uji. Panjang total tubuh ikan dari mulut sampai ujung ekor dengan
mengunakan pengaris.
3. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan 1 minggu sekali pada waktu pagi hari
pengukuran dilakukan pada setiap wadah. Parameter yang diukur meliputi suhu,
pH dan oksigen terlarut (DO).
3.6 Parameter Uji
Parameter uji utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan yang diukur meliputi pertumbuhan berat tubuh dan pertumbuhan
panjang tubuh. Perhitungan pertumbuhan diukur dengan mengunakan rumus
sebagaimana yang dikemukakan oleh hariati (1989) adalah sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan Spesifik/Spesifik Growth Rate (SGR)
Laju pertumbuhan harian adalah besarnya persentase pertumbuhan ikan
perhari. Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan mengunakan rumus:
SGR = Ln Wt - Ln Wo x 100T
Dimana :
SGR = Presentase laju pertumbuhan harian (% BT/Hari)
Wt = Berat rata-rata ikan pada akhir percobaan (gram)
Wo = Berat rata-rata ikan pada awal percobaan (gram)
T = Lama Percobaan (Hari)
Sumber : Hariati (1998)
20
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu
tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang akhir pemeliharaan.
Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Lm = T L ˗˗ T Lₒ
Dimana :
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
T L = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
T Lₒ = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Sumber : Hariati (1989)
Kelulusan Hidup/Survival Rate (SR)
Kelulusan hidup merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival
Rate) selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan di hitung dari
presentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan di banding dengan
jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
SR = Jumlah ikan yang hidup pada akhir x 100%Jumlah ikan yang hidup pada awal
Sumber : Hariati (1989)
3.7 Analisis Data
Penelitian ini mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data
yang diperoleh berupa SGR,Lm, SR. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan Analysis Of Varience (Anova) untuk mengetahui adanya
atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Jika dari analisis ragam diketahui
21
bahwa perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat
nyata maka untuk membandingankan perlakuan terbaik dilanjutkan dengan Uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Rochiman 1989). Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
BNT = ¹(0,05.dbG) √2Ulangan
22
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah di laksanakan diperoleh data
pertumbuhan ikan nila gift(Oreochromis niloticus).laju pertumbuhan panjangdan
tingkat kelulusan hidup.Serta hasil perameter kualitas air selama penelitian. Data
selengkapnya disajikan di dalam histogram berikut :
0.5
1.08
1.72
0.00.20.40.60.81.01.21.41.61.82.0
P 1 = Kankung P 2 = Rumput Air P 3 = Lada laut
SG
R (
% B
T/H
AR
I)
Perlakuan Pakan Segar
1.07
3.073.37
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P 1 = Kankung P 2 = Rumput Air P 3 = Lada laut
Lm
(Cm
)
Perlakuan Pakan Segar
Gambar 1. Pertumbuhan Bobot
Gambar 2. Pertumbuhan Panjang
23
Pengamatan kualitas air digunakan sebagai parameter pendukung selama masa
pemeliharaan ikan nila gift. Hasil kualitas air yang di peroleh selama penelitian
secara umum menunjukankan bahwa kualitas air selama penelitian masih berada
dalam kisaran optimal untuk menunjang memelihara ikan nila gift disajikan
didalam tabel :
Tabel 4 : Rata-rata Kisaran Parameter Kualitas Air Selama PenelitianParameter M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6
1. DO ( ppm ) 3,5 4,7 5,5 5,6 5,7 5,7
2. pH 5 6 7 7 7,2 7
3. Suhu ( ͦ C ) 25 25 26 25 25 25
Ket :M 1 : Minggu pertama, M 2 : Minggu kedua, M 3 : Minggu ketiga, M 4:
Minggu keempat, M 5 : Minggu kelima, M 6 : Minggu keenam.
37.7842.22
51.11
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
P 1 = Kankung P 2 = Rumput Air P 3 = Lada laut
SR(/
%)
Perlakuan Pakan Segar
Gambar 3. Kelulus Hidup
24
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan Ikan Nila Gift(Oreochromis niloticus)
Hasil penelitian (Gambar1) menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan
segar berupa lada laut memberikan hasil yang lebih baik dari pada kangkung dan
rumput air. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi yang terdapat pada lada laut
lebih baik dari pada yang lain (Protein = 10,70 %, Lemak = 0,3 %, Karbohidrat =
27,2 %). Sedangkan kandungan nutrisi pada kangkung cukup rendah ( Protein = 3
%, Lemak = 0,3 %, Kerbohidrat = 5,4 % ), Rumput air (Protein = 1,7 %, lemak =
0,5 %, Kerbohidrat = 3,9 %).Namun dari hasil uji anova (Lampiran 2) (Tabel
5,6,7) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P >
0,05). Ini dilihat dari tekstur lada laut seperti jell sehingga lebih mudah dicerna
oleh ikan nila gift sedangkan tekstur kangkung dan rumput air lebih keras dari
lada laut.
Hal ini diduga karena Penurunan daya cerna protein ini disebabkan
kemampuan ikan mencerna protein hanya sampai batas persentase tertentu, salah
satu diantaranya bergantung pada kandungan serat kasar pada bahan pakan
khususnya bahan nabati (Handajani, 2011). Secara umum karbohidrat yang
terdapat dalam pakan dapat berupa serat kasar, misalnya selulosa yang sulit
dicerna oleh ikan (Hariadiet al, 2005).
(Menurut penelitian Hemre et al, 2002) bahwa pakan yang mengandung
serat kasar tinggi dapat mengurangi bobot badan ikan, dan memberikan rasa
kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang dapat mengurangi nafsu
makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi pakan dan menurunkan
pertumbuhan ikan. Secara umum kemampuan cerna ikan terhadap suatu pakan
25
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat kimia air,suhu air, jenis pakan,
ukuran dan umur ikan, kandungan nutrisi pakan, frekuensi pemberian pakan serta
jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat dalam saluran pencernaan
pakan (National Research Council, 1983). (Hepher, 1988) menambahkan bahwa
daya cerna pakan dipengaruhi oleh keberadaan enzim dalam saluran pencernaan,
tingkat aktifitasenzim-enzim pencernaan dan lamanya pakan yang dimakan
bereaksi dengan enzim pencernaan.Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua factor,
yaitu factor internal yang meliputi genetic dan kondisi fisiologis ikan serta factor
eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. factor eksternal tersebut yaitu
komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolic, ketersediaan
pakan, dan penyakit (Hepper dan Prugnin, 1984).
Meyer and Pena (2001) menyebutkan bahwa kadar protein untuk pakan
ikan nila berkisar antara 25%-35%. Selain protein, ikan nila juga membutuhkan
karbohidrat dan lemak untuk pertumbuhannya. Menurut Furuichi (1988)
kebutuhan karbohidrat yang optimal untuk ikan nila berkisar 30-40%, dan lemak
berkisar antara 5-8,5% (Zonneveld et al, 1991).
4.2.2 Pertumbuhan Panjang
Hasil penelitian (Gambar 2) menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan
segar berupa lada laut memberikan hasil yang lebih baik dari pada kangkung dan
rumput air. Pertumbuhanikan nila gift(oreochromis niloticus) lambat ini di
akibatkan kandung nutrisi pada pakan tanaman air kurang baik untuk
pertumbuhan ikan nila gift. Setelah uji anova pada pertumbuhan ikan nila gift dari
setiap perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 2) (Tabel.8,9,10).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
26
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara).
Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling
menunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan perkembangan
ikan. (Fujaya,1999).
Pada awal pemeliharaan ikan nila gift terlihat stres ini di akibatkan karena
penyesuai dengan lingkunagn baru akibatnya ikan nila gift kurang nafsu makan.
Beransur ikan nila gift mulai beradaptasi dengan baik dengan lingkungan baru.
Pengaruh pertumbuhan yang baik pada pelakuan lada laut (Caulerpa sp) dengan
pertumbuhan panjang rata-rata 3,37 %. kangkung (Ipomoea aquatic) 1,07 % dan
rumput air(Hidrila verticillata) 3,07 %. Ini menunjukan bawah pakan tanaman air
lada laut cukup baik untuk pakan penganti pelet sebagai pakan pengatin untuk
menekan biaya produksi.
4.2.3 Kelulusan Hidup
Secara umum terlihat bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
uji tertinggi dijumpai pada perlakuan lada laut (caulerpa sp) (Gambar 3) dengan
pertumbuhan panjang 3,37 % dan kelulusan hidup 51,11 %. Namum dari setiap
perlakuan yang di lakukan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tidak berbeda
nyata (P>0,05) (Lampiran 2) (Tabel.11,12,13).
Pada awal penelitian ikan nila gift kurang memakan pakan segar yang
diberikan ini diduga karena kebiasaan ikan nila gift memakan pakan pelet.
Namum beransur ikan nila gift mulai memakan pakan segar yang diberikan. Akan
tetapi kematian ikan diduga karena adanya penyakit yang tidak teramati oleh kasat
mata, dan mungkin juga akibat adaptasi lingkungan yang lambat serta adaptasi
terhadap pakan yang di berikan lambat. Parameter kualitas air yang di amati
27
selama penelitian meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman(pH).
Suhu air berkisar antara 27ºC - 28ºC, pH air berkisar antara 7-7,5. Oksigen terlarut
berkisar antara 5– 6 mg/L. Sehingga secara umum terlihat kualitas air selama
penelitian masih pada kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila (Tabel 4). (Menurut Lovell, 1989), ikan nila mampu
mentolelir pH air antara 5-11, dan menurut (Boyd and Lichtkoppler, 1991)
kandunagn oksigen oksigen terlarut yang baik untuk ikan adalah lebih dari 5 ppm.
28
V . KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian jenis pakan segar yang terbaik terdapat pada perlakuan lada
laut(caulerpa sp), namun uji anova menunjukan tidak adanya perbedaan yang
nyata dari setiap perlakuan terhadap kinerja laju pertumbuhan spesifik,
pertumbuhan panjang dan kelulus hidup (P > 0,05).
5.2 Saran
1. Perlunya dilakukan percobaan tentang kombinasi pemberian pakan segar dan
pakan pelet terhadap ikan nila gift (Oreochromis niloticus).
2. Bagi pembudidaya ikan nila bisa mencobakan pemberian jenis pakan lada
laut(Caulerpa sp), hal ini terkait dengan harga yang relatif murah. dan
dapat menekan biaya pakan pelet yang relatif mahal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Amri K dan Khairuman. 2002. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Boyd, C.E., F. Lichtkoppler. 1991. Water quality management in pond fishculture. Auburn University, Auburn, Alabama.
Cahyono B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Gurame, Nila, Mas).
Ciremai. 2008. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia.
Effendi I. 2004. Usaha budidaya Ikan Nila. Penerbit CV. simplek, Jakarta. 201hal.Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal.
Furuichi, M. 1988. Fish nutrion and mariculture. The General AquacultureCouese. Department of Aquaculture Biosience, Tokyo University ofFisheries, Tokyo.
Handajani, H. 2011. Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi padapakan ikan untuk meningkatkan produktivitasikan nila gift. JurnalTeknik Industri, 12(2): 178-184.
Hepher, B. 1988. Nutrition of pond fishes. Combridge University Press, NeyYork.
Hidayat, B. Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB
Izzati IR. 2006. Penggunaan pupuk majemuk sebagai sumber hara pada budidayaselada (Lactuca sativa ) secara hodroponik dengan tiga caravegetasi. Bogor. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor.
Keiser GE, Wheaton FW. 1983. Nitrification filter for aquatic culture sistem.State of Art.J. World mariculture, Soc:1439-324.
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Van National Reinhold, New York.
Meyer, D.E., P. Pena. 2001. Ammonia excretion rates and protein adequacy indiets for tilapia Oreochromis sp World Aquaculture Society, 1: 61-70.
National Research Council. 1983. Nutrient requirements of warm water fishes andshellfishes. National Academy Press, Washimgton, D.C.Pustaka.Jakarta.
Sarwuni. 2003. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Malang: CV. Aditama.
Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga.
30
Tanor,M.N. 2004. HydrillaVerticillataSebagaiSumber HarapadaSistemBudidayaKacangTanah.Eugenia10(1).FMIPA.UNIV.Negeri Manado.
Tirtalina, C. 2011. EfektifitasEkstrakKasarJintanHitam(Nigella sativaLinn)TerhadapPertumbuhanBakteriVibroParahaemoluticusSecaraInVitro. Skripsi. Program StudiBudidayaPerairan.JurusanManajemenSumberdayaPerikanan.FakultasPerikanandanIlmuKelautan, UniversitasBrawijaya, Malang.
Widyanti, W. 2009. Kinerja pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) yangdiberi berbagai dosis enzim cairan rumen padapakan berbasis daunlamtorogung Leucaena leucocephala.Skripsi, Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan InstitutPertanian Bogor, Bogor.
Winedar, Hanifiasti. 2004. Daya Cerna Protein Pakan, Kandungan ProteinDaging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler setelahPemberian Pakan yang Difermentasi dengan EffectiveMicroorganisms-4 (EM-4). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPAUniversitas Sebelas Maret (UNS).
Zonneveld, N., E.A. Huisman, J.H. Boom. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.