SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN
DI KABUPATEN MAGETAN
Oleh :
LATIFAH NUR AINI
NIM : 201503027
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN
DI KABUPATEN MAGETAN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
LATIFAH NUR AINI
NIM : 201503027
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku. Skripsi
ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahanda tercinta (Bpk. Suwarno) dan Ibunda tersayang (Ibu Siti Marfu’ah)
yang telah menorehkan segala kasih sayangnya dengan penuh rasa ketulusan
yang tidak kenal lelah dan batas waktu, yang selalu mendukungku,
memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang
teramat besar, juga selalu mengerti semua keluh kesahku.
2. Kakakku tercinta (Achmad Imron Rosicky dan Fitri Dwi Herdiyanti, S.Kep.,
Ners) terima kasih telah turut mendo’akan saya dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Beny Suyanto, S.Pd, M.Si, yang saya sayangi selaku dewan penguji
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi
yang telah dibuat oleh penulis.
4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi ini.
5. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), yang saya cintai, selaku dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya mengerjakan
skripsi ini sampai selesai.
6. Segenap dosen yang telah mengajar saya selama delapan semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
7. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat dalam
terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Latifah Nur Aini
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 24 April 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kelud No. 32 RT. 05 RW. 01, Kecamatan
Magetan, Kabupaten Magetan.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK PSM II Magetan (2002)
2. MIN Tawanganom (2003-2009)
3. SMP Negeri 3 Magetan (2009-2012)
4. SMA Negeri 3 Magetan (2012-2015)
5. Tahun 2014 diterima di STIKES BHAKTI
HUSADA MULIA MADIUN jurusan S1
Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan
Kesehatan Lingkungan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan di Kabupaten Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM, selaku pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd, M.Si, selaku dewan penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat
oleh penulis.
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, nasehat-nasehat dan semangat
yang tiada hentinya.
6. Sahabat-sahabat dan teman-teman Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
angkatan 2015 atas kerja sama dan motivasinya yang selalu menyemangati
ix
disaat semangat penulis mulai goyah dan selalu menemani disaat suka dan
duka.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Madiun, 27 Juli 2019
Latifah Nur Aini
NIM. 201503027
x
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
Latifah Nur Aini
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN HYGIENE
SANITASI RUMAH MAKAN DI KABUPATEN MAGETAN
157 halaman + 18 tabel + 5 gambar + 17 lampiran
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan hidup yang paling utama dan
berpotensi terkontaminasi bakteri patogen. Faktor yang mempengaruhi kualitas
makanan adalah perilaku penjamah makanan dalam penerapan personal hygiene
dan sanitasi makanan. Salah satu Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang
berhubungan dengan penjamah makanan adalah rumah makan. Terdapat 48 rumah
makan yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang kurang
memperhatikan penerapan hygiene sanitasi rumah makan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Dalam
menentukan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 43 responden.
Berdasarkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik, variabel
yang berpengaruh dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan adalah Sikap Pemilik Rumah Makan, p-value 0,038 (α RP= 5,015; 95%
CI= 1,094-22,985), Tindakan Petugas, p-value 0,032 (α RP= 4,923; 95% CI=
1,145-21,164), variabel yang paling berpengaruh dengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan adalah Sikap Pemilik Rumah
Makan, p-value 0,038 (α RP= 5,015; 95% CI= 1,094-22,985) dan variabel yang
tidak berpengaruh dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan adalah pengetahuan pemilik rumah makan, p-value 0,360 (α RP= 2,052;
95% CI= 0,440-9,565), Keikutsertaan Pelatihan, p-value 0,203 (α RP= 2,843;
95% CI= 0,570-14,188).
Kesimpulan penelitian ini adalah variabel yang berpengaruh adalah sikap
pemilik rumah makan dan tindakan petugas, variabel yang paling berpengaruh
adalah sikap pemilik rumah makan dan variabel yang tidak berpengaruh adalah
pengetahuan pemilik rumah makan dan keikutsertaan pelatihan. Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan kepada pemilik rumah makan untuk melengkapi sarana
prasarana khususnya sarana prasarana yang berkaitan dengan hygiene sanitasi
pada rumah makan yang ia kelola.
Kata kunci : Faktor, Hygiene Sanitasi Rumah Makan
Kepustakaan : 33 (2003-2018)
xi
Public Health Program
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRACT
Latifah Nur Aini
THE FACTORS INFLUENCE THE APPLICATION OF RESTAURANT
SANITATION HYGIENE IN MAGETAN DISTRICT
157 pages + 18 tables + 5 pictures + 17 appendices
Foods and beverages are the most important necessities of life and
potentially contaminated with pathogenic bacteria. Factors that influence the food
quality are the behavior of food handlers in the application of personal hygiene
and food sanitation. One of the Food Management Places (FMP) that are
associated with food handlers is a restaurant. There are 48 restaurants listed in
the Magetan District Health Office that pay little attention to the application of
restaurant sanitation hygiene. The purpose of this study was to determine the
factors that influence the application of restaurant sanitation hygiene in Magetan
Regency.
The design of this study used a cross sectional approach. In determining the
sample using simple random sampling technique. The number of samples taken
were 43 respondents.
Based on multivariate analysis using logistic regression tests, the variables
that influence the application of restaurant sanitation hygiene in Magetan
Regency were Attitudes of Restaurant Owners, p-value 0.038 (aRP = 5,015; 95%
CI = 1,094-22,985), Officer Action, p-value 0.032 ( α RP = 4,923; 95% CI =
1,145-21,164), the most influential the application of restaurant sanitation
hygiene in Magetan Regency variable is the attitude of the restaurant owner, p-
value 0.038 (α RP = 5,015; 95% CI = 1,094-22,985) and the variable that is not
influential the application of restaurant sanitation hygiene in Magetan Regency is
the knowledge of the restaurant owner, p-value 0.360 (α RP = 2.052; 95% CI =
0.440-9.565), Training Participation, p-value 0.203 (α RP = 2.843; 95% CI =
0.570-14.188).
The conclusion of this study was that the variables was influence the attitude
of the owner of the restaurant and the actions of the officers, the most influential
variable was the attitude of the owner of the restaurant and the variables that do
not affect the knowledge of restaurant owners and training participation. Based
on the results of the study, it was suggested to restaurant owners to complete
infrastructure facilities, especially infrastructure related to sanitation hygiene in
the restaurants he manages.
Keywords : Factor, Restaurant Sanitation Hygiene
Literature : 33 (2003-2018)
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .............................................................................................. i
SAMPUL DALAM ............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xviii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.2.1 Rumusan Umum .............................................................. 5
1.2.2 Rumusan Khusus ............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.5 Penelitian Terdahulu ................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rumah Makan ................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Rumah Makan ............................................... 11
2.1.2 Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan .................. 12
2.1.3 Tata Cara Memperoleh Sertifikat Laik Sehat Rumah
Makan .............................................................................. 20
2.2 Konsep Penjamah Makanan ........................................................ 23
2.2.1 Pengertian Penjamah Makanan........................................ 23
2.2.2 Hygiene Perorangan Penjamah Makanan ........................ 24
2.3 Hygiene dan Sanitasi Makanan ................................................... 27
2.3.1 Hygiene Makanan ............................................................ 27
2.3.2 Prinsip Hygiene Makanan ................................................ 27
2.3.3 Sanitasi Makanan ............................................................. 28
2.3.4 Prinsip Sanitasi Makanan ................................................ 28
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan ................................................................ 29
xiii
2.4.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) ...................... 29
2.4.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor) .............................. 37
2.4.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) .......................... 40
2.5 Kerangka Teori ............................................................................ 43
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 44
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 45
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 46
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 47
4.2.1 Populasi ........................................................................... 47
4.2.2 Sampel ............................................................................. 47
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 49
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 52
4.5.1 Variabel Penelitian........................................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 52
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 57
4.6.1 Uji Validitas ..................................................................... 57
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 58
4.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................. 58
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 59
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 59
4.7.2 Waktu Penelitian .............................................................. 59
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 59
4.8.1 Cara Pengumpulan Data .................................................. 59
4.8.2 Jenis Data ......................................................................... 60
4.9 Teknik Analisis Data ................................................................... 60
4.9.1 Analisis Data .................................................................... 62
4.10 Etika Penelitian ............................................................................ 66
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran umum dan Lokasi Penelitian...................................... 68
5.1.1 Profil Dinas Kesehatan .................................................... 68
5.1.2 Geografis ......................................................................... 69
5.1.3 Data Kependudukan......................................................... 70
5.1.4 Program Kesehatan Kabupaten Magetan......................... 70
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 71
5.2.1 Hasil Analisis Univariat ................................................... 71
5.2.2 Hasil Analisis Bivariat ..................................................... 75
5.2.3 Hasil Analisis Multivariat ................................................ 79
5.3 Pembahasan ................................................................................. 81
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 90
xiv
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 91
6.2 Saran ............................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 94
LAMPIRAN ........................................................................................................ 97
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .............................................................. 8
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ................................................ 53
Tabel 4.2 Waktu Penelitian .................................................................... 59
Tabel 4.3 Coding .................................................................................... 61
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ................................ 71
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin................... 72
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ....................... 72
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pemilik
Rumah Makan di Kabupaten Magetan ................................... 73
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Pemilik Rumah
Makan di Kabupaten Magetan ............................................... 73
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Petugas pada
Rumah Makan di Kabupaten Magetan ................................... 74
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keikutsertaan Pelatihan
yang Diikuti Oleh Pemilik Rumah Makan di Kabupaten
Magetan .................................................................................. 74
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan ..................... 75
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Pemilik Rumah Makan
dengan Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di
Kabupaten Magetan................................................................ 76
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Sikap Pemilik Rumah Makan dengan
Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten
Magetan .................................................................................. 77
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Tindakan Petugas dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan ....... 78
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Keikutsertaan Pelatihan dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan ....... 79
Tabel 5.13 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat ....................................... 80
Tabel 5.14 Variabel yang Berhubungan dengan Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan ..................... 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................. 43
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................ 44
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Survei Analitik dengan
Pendekatan Cross Sectional .............................................. 46
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 51
Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan ................................................... 69
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengajuan Judul Skripsi ................................................. 97
Lampiran 2 Surat Ijin Validitas dan Reliabilitas ............................................. 98
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ........... 99
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan ........ 100
Lampiran 5 Balasan Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik .......................................................................................... 101
Lampiran 6 Balasan Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan ....................................................................................... 103
Lampiran 7 Lembar Pengantar Penelitian ....................................................... 104
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) ... 105
Lampiran 9 Lembar Kuesioner Penelitian ...................................................... 106
Lampiran 10 Lembar Observasi ........................................................................ 110
Lampiran 11 Hasil Validitas ............................................................................. 111
Lampiran 12 Hasil Reliabilitas ......................................................................... 116
Lampiran 13 Input Data .................................................................................... 119
Lampiran 14 Hasil Output SPSS ....................................................................... 121
Lampiran 15 Dokumentasi ................................................................................ 129
Lampiran 16 Lembar Bimbingan ...................................................................... 133
Lampiran 17 Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi ........................................ 135
xviii
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri
FIFO : First In First Out
HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point
HSM : Hygiene Sanitasi Makanan
KepMenKes : Keputusan Menteri Kesehatan
KLB : Kejadian Luar Biasa
KTP : Kartu Tanda Penduduk
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
RM : Rumah Makan
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
TPM : Tempat Pengelolaan Makanan
TPS : Tempat Pembuangan Sampah
TS : Tidak Setuju
xix
DAFTAR ISTILAH
Analysis : Analisis
Anonimaty : Tanpa Nama
Application : Aplikasi
Artifical Nail : Kuku Buatan
Carrier : Pembawa Penyakit
Coding : Kode
Comprehension : Memahami
Confidentiality : Kerahasiaan
E. coli : Bakteri Coliform
Evaluation : Evaluasi
Food Adulteration : Pemalsuan Makanan
Food Contamination : Pengotoran Makanan
Food Decomposition : Pembusukan Makanan
Food Environment : Kesehatan Lingkungan Tempat
Makanan dan Minuman
Food Handler : Penjamah Makanan
Food Infection and Food Intoxication : Keracunan Makanan
Food Preservation : Pengawetan Makanan
Food Production : Cara Pengolahan Makanan
Food Refrigeration : Cara Penyimpanan Dingin
Food Serving : Cara Penyajian Makanan
Food Storage : Cara Penyimpanan Makanan
Food Transportation : Cara Pengangkutan Makanan
Hygiene : Ilmu yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan berbagai usaha
untuk mempertahankan atau untuk
memperbaiki kesehatan.
Hygiene Personal : Kebiasaan Seseorang
Informed Consent : Lembar Persetujuan
Know : Tahu
Knowledge : Pengetahuan
Overt Behavior : Tindakan Seseorang
Receiving : Menerima
Responding : Merespons
Responsible : Bertanggung Jawab
Synthesis : Sintetis
Valving : Menghargai
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan hidup yang paling
utama dan berpotensi terkontaminasi bakteri patogen. Faktor yang
mempengaruhi kualitas makanan adalah perilaku penjamah makanan
dalam penerapan personal hygiene dan sanitasi makanan. Penjamah
makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian (Kepmenkes, 2003).
Salah satu Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang berhubungan
dengan penjamah makanan adalah rumah makan. Rumah makan adalah
setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya
(Kepmenkes, 2003). Pengelolaan hygiene sanitasi makanan pada rumah
makan adalah pemantauan secara terus menerus terhadap rumah makan
atas perkembangan tindakan atau kegiatan sanitasi makanan dan keadaan
yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan. Pemeriksaan
merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung ditempat serta
menilai tentang keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan, serta
memberikan petunjuk atau saran-saran perbaikan (Undang-Undang
Kesehatan, 2009).
2
Upaya-upaya pengelolaan hygiene sanitasi yang dilakukan oleh
pemilik rumah makan belum dilakukan secara optimal. Masih banyak
pemilik rumah makan belum memahami secara benar kegiatan sanitasi
makanan. Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas
mikrobiologis produk makanan yang dihasilkan. Salah satu penyebab
masalah sanitasi makanan yang mendasar adalah pengelolaan rumah
makan. Rumah makan tidak mempunyai pengetahuan tentang cara
pengelolaan yang baik, antara lain pengelolaan tentang pengurusan
sertifikat laik sehat, pengolahan makanan yang akan memberikan dampak
kesehatan bagi makanan yang diolah dan sanitasi lokasi bangunan rumah
makan yang juga sangat menetukan hygiene suatu makanan (Mukono,
2004).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan pada tahun 2018
tentang persyaratan pengelolaan hygiene sanitasi rumah makan yang harus
dipenuhi antara lain persyaratan lokasi dan bangunan, persyaratan fasilitas
sanitasi, persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan,
persyaratan bahan makanan dan makanan jadi, persyaratan pengolahan
makanan, persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi,
persyaratan penyajian makanan jadi dan persyaratan peralatan yang
digunakan. Setiap rumah makan yang tercatat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan wajib memenuhi persyaratan tersebut sehingga bisa
dikatakan laik hygiene sanitasi rumah makan dan pihak Dinas Kesehatan
3
dapat menerbitkan sertifikat laik sehat hygiene sanitasi rumah makan
(Dinas Kesehatan, 2018).
Data penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Kabupaten
Magetan tahun 2017 tercatat sebanyak 98,66% dengan target capaian
hygiene sanitasi rumah makan sebesar 80,00%, namun baru tercapai
sebesar 68,68%, sehingga terjadi kesenjangan antara target dan capaian
sebesar 11,32%. Terdapat 11 (22,92%) rumah makan yang sudah memiliki
sertifikat laik sehat hygiene sanitasi rumah makan dan terdapat 37
(77,08%) rumah makan yang belum memiliki sertifikat laik sehat hygiene
sanitasi rumah makan (Dinas Kesehatan, 2017).
Rumah makan yang belum memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
disebabkan antara lain karena lokasi rumah makan yang berdekatan
dengan sumber pencemaran udara yaitu Tempat Pembuangan Sampah
(TPS), tidak terdapat fasilitas sanitasi seperti wastafel atau tempat pencuci
tangan dengan air yang mengalir dengan pendukung sabun dan alat
pengering. Penjamah makanan yang belum menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) misalnya celemek dan tutup rambut ketika mengolah dan
menyajikan makanan dan penjamah makanan yang tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah mengolah dan menyajikan makanan (Dinas
Kesehatan, 2018).
Masing-masing rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan mendapatkan pengawasan dari petugas sanitarian di
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Magetan. Petugas sanitarian adalah
4
tenaga kesehatan lingkungan berpendidikan minimal Sarjana (S1) yang
telah mendapatkan pelatihan dibidang Hygiene Sanitasi Makanan. Standar
Operasional Prosedur (SOP) petugas sanitarian meliputi melakukan
pengumpulan data mengenai Tempat Pengelolaan Makanan (TPM),
melakukan pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Makanan (TPM),
melakukan pembinaan terhadap Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
yang diperiksa dan yang terakhir melakukan pencatatan serta pelaporan
(Kepmenkes, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Hitipeuw (2018) tentang hygiene dan
sanitasi rumah makan di Kompleks Wanea Plaza Kota Manado
menyatakan bahwa lokasi sebagian besar 17 rumah makan tidak
memenuhi persyaratan karena lokasi rumah makan berdekatan dengan
sumber pencemaran udara yang hanya berjarak 100 m. Terdapat fasilitas
sanitasi air bersih yang berasal dari PDAM, terdapat sarana saluran air
limbah serta terdapat sarana pembuangan sampah yang sudah memenuhi
persyaratan. Permasalahan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan sikap pemilik rumah makan serta kurangnya kesadaran
akan keikutsertaan pelatihan tentang pengelolaan hygiene sanitasi rumah
makan yang harus diikuti pemilik rumah makan.
Penelitian yang dilakukan oleh Harnani (2018) tentang tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan hygiene sanitasi rumah makan di
Kelurahan Tangkerang Labuai Kota Pekanbaru menyatakan bahwa
mayoritas dari pemilik rumah makan tidak terlalu mementingkan apakah
5
rumah makan mereka dikunjungi untuk melakukan penyuluhan dari
petugas sanitarian atau tidak, mereka berpendapat hasilnya akan sama saja.
Bahkan mereka tidak tahu apakah manfaat dari kunjungan petugas
sanitarian yang berkunjung ke rumah makan. Faktanya, manfaat dari
kunjungan petugas sanitarian ke rumah makan adalah penambahan
kemampuan dan pengetahuan pemilik rumah makan untuk mencapai
penerapan hygiene sanitasi rumah makannya.
Dari permasalahan yang ditemukan pada rumah makan di Kabupaten
Magetan, telihat bahwa para pemilik rumah makan kurang memperhatikan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan dengan benar dan efektif sesuai
dengan persyaratan hygiene sanitasi rumah makan. Oleh karena itu,
pemilik rumah makan perlu mengikuti pelatihan yang telah dijadwalkan
rutin satu tahun dua kali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan untuk
mempertahankan kebersihan rumah makan dan keamanan makanannya
(Dinas Kesehatan, 2018).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Umum
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu “faktor-faktor apa sajakah yang
6
mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan?”
1.2.2 Rumusan Khusus
1. Apakah ada pengaruh pengetahuan pemilik rumah makan terhadap
penerapan hygiene sanitasi rumah makan?
2. Apakah ada pengaruh sikap pemilik rumah makan terhadap penerapan
hygiene sanitasi rumah makan?
3. Apakah ada pengaruh tindakan petugas terhadap penerapan hygiene
sanitasi rumah makan?
4. Apakah ada pengaruh keikutsertaan pelatihan yang diikuti oleh
pemilik rumah makan terhadap penerapan hygiene sanitasi rumah
makan?
5. Apakah faktor yang paling berpengaruh terhadap penerapan hygiene
sanitasi rumah makan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pemilik rumah makan
terhadap penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
7
2. Untuk menganalisis pengaruh sikap pemilik rumah makan terhadap
penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
3. Untuk menganalisis pengaruh tindakan petugas terhadap penerapan
hygiene sanitasi rumah makan.
4. Untuk menganalisis pengaruh keikutsertaan pelatihan yang diikuti
oleh pemilik rumah makan terhadap penerapan hygiene sanitasi rumah
makan.
5. Untuk menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap
penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Memberikan informasi kepada pemilik rumah makan di Kabupaten
Magetan tentang upaya pengelolaan hygiene sanitasi rumah makan
sehingga sesuai dengan persyaratan pada Permenkes tentang hygiene
sanitasi rumah makan yang berlaku.
1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
1. Mempererat hubungan kerjasama antara instituti kesehatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan.
2. Sebagai bahan saran dan masukkan terhadap instituti tentang hygiene
sanitasi rumah makan di wilayah Kabupaten Magetan.
8
1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene sanitasi rumah
makan di wilayah Kabupaten Magetan.
1.4.4 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam pengembangan diri serta
mengabdikan diri pada dunia pendidikan kesehatan, khususnya dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
1.5 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan tabel dari penelitian-penelitian terdahulu
tentang hygiene sanitasi rumah makan, antara lain :
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Tempat
Penelitian
Desain
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Prita Dhyani
Swamilaksita
(2016)
Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi
penerapan
hygiene
sanitasi di
kantin
Universitas
Esa Unggul
tahun 2016
Kantin
Universitas
Esa
Unggul
Deskriptif
analitik
dengan
desain
cross
sectional
Variabel bebas :
umur, jenis
kelamin,
pendidikan,
pengetahuan,
lingkungan dan
pelatihan.
Variabel terikat
:
penerapan
hygiene sanitasi.
Terdapat hubungan
antara pendidikan
penjamah
makanan,
lingkungan dan
pengetahuan
penjamah makanan
dengan penerapan
hygiene sanitasi di
kantin Universitas
Esa Unggul.
2. Michelle
Regina
Christanty
Hitipeuw
(2018)
Hygiene
dan sanitasi
rumah
makan di
Kompleks
Wanea
Plaza Kota
Manado
Rumah
Makan di
Kompleks
Wanea
Plaza Kota
Manado
Deskriptif
dengan
pendekat-
an
observa-
sional
Hygiene dan
sanitasi pada
rumah makan.
Nilai RM, WD
773.5 (sudah baik),
nilai pada RM, MB
557.5 (tidak baik)
dan nilai pada RM,
MS 514.5 (tidak
baik).
9
Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Tempat
Penelitian
Desain
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
3. Nayla
Kamilia
Fithri (2016)
Hygiene
dan sanitasi
pada
penjamah
makanan di
Kantin
Universitas
Esa Unggul
Kantin
Universitas
Esa
Unggul
Desain
cross
sectional
Variabel bebas :
tingkat
pendidikan,
pengetahuan dan
sikap.
Variabel terikat
:
Sarana dan
prasarana
sanitasi dan
hygiene
penjamah
makanan.
Tidak ada
hubungan antara
tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap
dan sarana dan
prasarana dengan
personal hygiene
dansanitasi
penjamah makanan
di kantin Kampus
Esa Unggul.
4 Carina
Agoestin
Intan Wati
(2013)
Faktor yang
Berhubung
an dengan
Praktik
Sanitasi
pada
Pedagang
Makanan di
sekitar
wisata
Pantai
Logending
Kecamatan
Ayah
Kabupaten
Kebumen
Pantai
Logending
Kecamatan
Ayah
Kabupaten
Kebumen
Survei
analitik
dengan
pendekatan
cross
sectional
Variabel bebas:
pengetahuan,
sikap, fasilitas
sanitasi, masa
kerja dan
pelatihan.
Variabel terikat:
praktik sanitasi
pada pedagang
makanan di
sekitar wisata
Pantai
Logending
Kecamatan
Ayah Kabupaten
Kebumen.
1. Ada hubungan
antara
pengetahuan,
sikap, fasilitas
sanitasi
makanan
dengan praktik
sanitasi pada
pedagang
makanan di
sekitar wisata
Pantai
Logending
Kecamatan
Ayah
Kabupaten
Kebumen.
2. Tidak ada
hubungan
antara masa
kerja, pelatihan
dengan praktik
sanitasi pada
pedagang
makanan di
sekitar wisata
Pantai
Logending
Kecamatan
Ayah
Kabupaten
Kebumen.
10
Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Tempat
Penelitian
Desain
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
5 Yessi
Harnani
(2018)
Faktor-
Faktor yang
Berhubung
an dengan
Higiene
dan
Sanitasi
Rumah
Makan di
Kelurahan
Tangkerang
Labuai
Kota
Pekanbaru
Rumah
makan di
Kelurahan
Tangkeran
g Labuai
Kota
Pekanbaru
Kuantitatif
observasio
nal dengan
desain
cross
sectional
Variabel bebas:
Penyuluhan dari
tenaga
kesehatan, gaji
atau upah,
pengetahuan dan
tingkat
pendidikan.
Variabel bebas:
Higiene dan
Sanitasi Rumah
Makan di
Kelurahan
Tangkerang
Labuai Kota
Pekanbaru
1. Tidak ada
hubungan
antara
pengetahuan,
tingkat
pendidikan
dengan
Higiene dan
Sanitasi
Rumah Makan
di Kelurahan
Tangkerang
Labuai Kota
Pekanbaru.
2. Ada hubungan
antara
penyuluhan
dari tenaga
kesehatan, gaji
atau upah
dengan
Higiene dan
Sanitasi
Rumah Makan
di Kelurahan
Tangkerang
Labuai Kota
Pekanbaru
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan adalah :
1. Subyek Penelitian : Pemilik rumah makan.
2. Tempat Penelitian : Rumah makan di Kabupaten Magetan.
3. Tahun penelitian : 2019.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rumah Makan
2.1.1 Pengertian Rumah Makan
Di Indonesia, rumah makan juga biasa disebut sebagai restoran.
Rumah makan atau restoran merupakan salah satu tempat yang banyak
dikunjungi oleh masyarakat umum dengan sedemikian memerlukan
perhatian khusus di bidang sanitasi. Sanitasi yang tidak memenuhi
persyaratan akan menimbulkan masalah kesehatan, diantaranya adalah
water and food borne disease dan munculnya vektor penyakit. Hal ini
dapat kita lihat adanya kejadian-kejadian atau wabah penyakit perut yang
justru disebabkan oleh kelalaian dari pemilik rumah makan atau restoran
yang kurang mengerti masalah kebersihan dalam penyelenggaraan
makanan dan minuman.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/Sk/VII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan
dijelaskan bahwa rumah makan adalah salah satu usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian, serta penjualan makanan dan minuman bagi
umum ditempat usahanya (Kepmenkes, 2003).
Rumah makan dan restoran di Indonesia sebagian besar masih belum
mengerti betul perihal hygiene sanitasi yang erat hubungannya dengan
12
kesehatan. Pada umumnya pemilik rumah makan atau restoran dalam
menyelenggarakan usahanya hanya mementingkan segi komersial saja dan
kurang memperhatikan persyaratan peraturan tentang kesehatan atau
sanitasi tempat umum. Dalam pengawasan permasalahan hygiene sanitasi,
diperlukan peraturan atau kebijakan tentang pendirian dan pengelolaan
tempat umum termasuk rumah makan atau restoran sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/Sk/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran.
2.1.2 Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
Menurut Kepmenkes (2003) tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan menyebutkan bahwa terdapat persyaratan yang harus
dilengkapi, antara lain :
A. Persyaratan Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi : rumah makan dan restoran terletak pada lokasi yang
terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu,
asap, serangga dan tikus.
2. Bangunan
3. Konstruksi : meliputi lantai, dinding, ventilasi, pencahayaan, atap,
langit-langit, pintu.
B. Persyaratan Fasilitas Sanitasi
1. Air bersih
2. Air limbah
13
3. Toilet
4. Tempat sampah
5. Tempat cuci tangan
6. Tempat mencuci peralatan
7. Tempat pencuci bahan makanan
8. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan
9. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus
C. Persyaratan Dapur, Ruang Makan dan Gudang Makanan
1. Dapur terdiri dari tempat pencucian peralatan, tempat
penyimpanan bahan makanan, tempat pengolahan, tempat
persiapan dan tempat administrasi.
2. Ruang makan
3. Gudang bahan makanan dilengkapi dengan rak-rak tempat
penyimpanan makanan, ventilasi yang menjamin sirkulasi udara
dan pelindung serangga dan tikus.
D. Persyaratan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
1. Bahan Makanan
a. Bahan makanan dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak
membusuk.
b. Bahan makanan berasal dari sumber resmi yang terawasi.
c. Bahan makanan kemasan, bahan tambahan makanan dan
bahan penolong memenuhi persyaratan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
14
2. Makanan Jadi
a. Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak
busuk, makanan dalam kaleng harus tidak boleh
menunjukkan adanya penggembungan, cekung dan
kebocoran.
b. Angka kuman E. coli pada makanan 0 per gram contoh
makanan.
c. Angka kuman E. coli pada miniman 0 per 100 ml contoh
minuman.
d. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida dan
cemaran lainnya tidak boleh melebihi ambang batas yang
diperkenankan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Buah-buahan dicuci bersih dengan air yang memenuhi
persyaratan, khusus untuk sayuran yang dimakan mentah
dicuci dengan air yang mengandung larutan Kalium
Permanganat 0,02% atau dimasukkan dalam air mendidih
untuk beberapa detik.
E. Persyaratan Pengolahan Makanan
1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan
cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
15
2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan
dengan :
a. Sarung tangan plastik.
b. Penjepit makanan.
c. Sendok garpu dan sejenisnya.
3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus
memakai :
a. Celemek atau apron.
b. Tutup rambut.
c. Sepatu dapur.
d. Berperilaku :
1) Tidak merokok.
2) Tidak makan atau mengunyah.
3) Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang
tidak berhias.
4) Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan
untuk keperluannya.
5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah
keluar dari kamar kecil.
6) Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung
dengan benar.
7) Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak
dipakai di luar tempat rumah makan atau restoran.
16
4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi
chotypa dan buku kesehatan yang berlaku.
F. Persyaratan Tempat Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
1. Penyimpanan Bahan Makanan
a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih.
b. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis
bahan makanan :
1) Dalam suhu yang sesuai.
2) Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.
3) Kelembaban penyimpanan dalam ruang 80% - 90%.
d. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara
penyimpanannya tidak menempel pada lantai, dinding atau
langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jarak makanan dengan lantai. 15 cm.
2) Jarak makanan dengan dinding 5 cm.
3) Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun
dalam rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bahan makanan
yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan belakangan (FIFO
= First In First Out).
17
2. Penyimpanan Makanan Jadi
a. Terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan
hewan lainnya.
b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5ºC
atau lebih, atau disimpan dalam suhu dingin 4ºC atau kurang.
c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama
(lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu –5ºC sampai –1ºC.
G. Persyaratan Penyajian Makanan
1. Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran.
2. Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan harus terjaga
kebersihannya.
3. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan
peralatan yang bersih.
4. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60°C.
5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian
bersih.
6. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Di tempat yang bersih.
b. Meja di mana makanan disajikan harus tertutup kain putih
atau tutup plastik berwarna menarik kecuali bila meja dibuat
dari formica, taplak tidak mutlak ada.
18
c. Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, tomato sauce,
kecap, sambal dan lain-lain perlu dijaga kebersihannya
terutama mulut-mulutnya.
d. Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan
setiap saat dibersihkan.
e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat
5 menit sudah dicuci.
H. Persyaratan Peralatan
1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh
mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga
membahayakan kesehatan antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
f. Antimony (Sb)
2. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan
pencemaran terhadap makanan.
3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus
atau tidak ada sudut mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.
4. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi
19
ambang batas dan tidak boleh mengandung E. coli per cm2
permukaan alat.
6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/ detergent, air
dingin, air panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm
atau iodophor 12,5 ppm, air panas 80ºC, dilap dengan kain.
7. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-
rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar
matahari atau sinar buatan atau mesin dan tidak boleh dilap
dengan kain.
8. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus
disimpan dalam keadaan kering dan bersih.
b. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara
penyimpanannya harus dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan
tidak aus atau rusak.
d. Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari
sumber pengotoran atau kontaminasi dan binatang perusak.
20
2.1.3 Tata Cara Memperoleh Sertifikat Laik Sehat Rumah Makan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1098/Menkes/Sk/VII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Makan dijelaskan bahwa tata cara memperoleh sertifikat laik sehat rumah
makan yaitu sebagai berikut :
A. Permohonan Sertifikat
1. Untuk memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran, pengusaha mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat.
2. Surat permohonan disertai lampiran sebagai berikut:
a. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.
b. Peta lokasi dan gambar denah bangunan.
c. Surat penunjukan penanggungjawab rumah makan atau
restoran.
d. Fotocopy sertifikat kursus hygiene sanitasi makanan bagi
pengusaha.
e. Fotocopy sertifikat kursus hygiene sanitasi makanan bagi
penjamah makanan minimal 1 orang penjamah makanan.
f. Rekomendasi dari asosiasi rumah makan atau restoran.
B. Rekomendasi dari Asosiasi Rumah Makan atau Restoran, yang
menyatakan bahwa:
1. Rumah makan atau restoran tersebut adalah anggotanya.
21
2. Rumah makan atau restoran berdasarkan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan oleh asosiasi. Adapun persyaratan asosiasi antara
lain :
a. Asosiasi adalah lembaga yang memadahi rumah makan atau
restoran, berbentuk perorangan, yayasan atau badan hukum,
organisasi kemasyarakatan, dan terdaftar pada Pemerintah
Daerah Kabupaten atau Kota setempat.
b. Asosiasi yang telah disahkan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Dalam melakukan pemeriksaan asosiasi harus
mempekerjakan tenaga sanitarian atau tenaga kesehatan
lingkungan berpendidikan minimal Sarjana atau Diploma 3
(D3) yang telah mendapat rekomendasi dari Organisasi
Profesi.
C. Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Rumah Makan atau Restoran
1. Ketua asosiasi rumah makan atau restoran menetapkan tim
pemeriksa uji kelaikan rumah sehat dan restoran dengan surat
keputusan.
2. Tim pemeriksa initerdiridari sanitarian dan ahli lain yang terkait
dalam jumlah ganjil, minamal 3 orang dan maksimal 5 orang
yang bertugas melakukan pemeriksaan lapangan dan menilai
kelaikan rumah makan atau restoran.
3. Ketua tim adalah sanitarian.
22
4. Tim melakukan kunjungan dan pemeriksaan hygiene sanitasi
yang dilakukan meliputi pemeriksaan lokasi dan bangunan,
fasilitas sanitasi, dapur, ruang makan, gedung penyimpanan,
pengelolaan bahan makanan dan makanan jadi, peraturan dan
tenaga baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis serta
pengawasan lalat, kecoa, tikus dan hewan peliharaan.
5. Tim dalam melakukan pemeriksaan menggunakan formulir RM.2
6. Tim pemeriksa melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi
dan moral dan melaporkan hasil kepada Ketua Asosiasi rumah
makan atau restoran yang menugaskan.
7. Laporan tim dibuat dalam berita acara kelaikan fisik dan berita
acara pemeriksaan contoh atau spesimen.
D. Penilaian
1. Untuk tiap variabel yang tercantum dalam formulir RM.2
diberikan nilai sesuai dengan keadaan kualitas variabel. Skore
pemeriksaan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan
nilai.
2. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan atau restoran adalah bila
jumlah skore variabel ≥700.
E. Pemberian Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi
Setelah menerima dan menilai kelengkapan surat permohonan
sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan atau restoran dari
pengusaha beserta dengan lampirannya, Kepala Dinas Kesehatan
23
Kabupaten atau Kota melakukan pemeriksaan lapangan dan apabila
telah memenuhi persyaratan kemudian dikeluarkan Sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi Rumah Makan atau Restoran.
F. Izin Usaha Rumah Makan atau Restoran
Izin usaha rumah makan atau restoran dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku
dilengkapi dengan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota.
G. Masa Berlaku Sertifikat
1. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi rumah makan atau restoran
sementara berlaku selama 6 bulan dan dapat diperpanjang
sebanyak-banyaknya 2 kali.
2. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi rumah makan atau restoran tetap
berlaku selama 3 tahun dan dapat diperbaharui atau menjadi batal
bilamana terjadi pergantian pemilik, pindah lokasi atau alamat,
tutup dan telah menyebabkan keracunan makanan atau wabah
rumah sakit atau restoran menjadi tidak laik hygiene sanitasi.
3. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi harus dipasang di dinding yang
mudah dilihat oleh petugas dan masyarakat konsumen.
2.2 Konsep Penjamah Makanan
2.2.1 Pengertian Penjamah Makanan
Menurut Santoso (2015), penjamah makanan adalah orang-orang yang
mengolah, memegang, mempersiapkan dan menghidangkan makanan dan
24
langsung berhubungan dengan makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh penjamah makanan adalah tidak mempunyai riwayat penyakit
menular, tidak mempunyai riwayat penyakit kulit dan bukan carrier.
Menurut Hartanto (2016), penjamah makanan (food handler) dipakai
untuk semua orang yang menangani, menyiapkan atau menghidangkan
makanan tanpa peduli apakah orang tersebut ibu rumah tangga atau
pembantu rumah tangga (yang menyiapkan makanan bagi keluarga) atau
penjamah makanan profesional seperti mereka pada usaha jasa boga atau
katering makanan (koki, pelayan), toko-toko pengecer makanan, pasar,
swalayan, industri makanan atau usaha-usaha rumah tangga (misalnya
toko roti) atau penjaja makanan kakilima. Bergantung pada tugasnya,
profesional lainnya seperti perawat dan pramugari juga dapat disebut
sebagai penjamah makanan. Penjamah makanan yang bekerja pada
industri makanan kelas menengah dan besar memerlukan pendidikan dan
pelatihan di bidang keamanan makanan.
Jadi, penjamah makanan adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian
(Kepmenkes, 2003).
2.2.2 Hygiene Perorangan Penjamah Makanan
Menurut Purnawijayanti (2011) istilah hygiene adalah ilmu yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk
mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. Berkaitan dengan
25
upaya ini, hygiene perorangan yang terlibat dalam pengolahan makanan
perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan makanan, disamping itu
untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan. Di
Amerika Serikat, 25% dari semua penyebaran penyakit melalui makanan
disebabkan pengolahan makanan yang terinfeksi dan hygiene perorangan
yang buruk.
Menurut Rauf (2013), hygiene personal mengacu pada kebersihan
tubuh seseorang. Kesehatan pekerja atau penjamah makanan memegang
peranan penting dalam sanitasi makanan. Manusia merupakan sumber
potensial mikrobia penyebab penyakit yang dipindahkan pada orang lain
melalui makanan.
Menurut Moehji (2017), hygiene perorangan setiap karyawan yang
bekerja di tempat pengolahan makanan perlu dijaga baik. Beberapa
ketentuan berkaitan dengan pemeliharaan hygiene perorangan antara lain
adalah :
1. Sebelum bekerja dan memegang makanan setiap karyawan harus
mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun.
2. Selama karyawan harus menggunakan tutup kepala agar rambut tidak
jatuh ke makanan.
3. Setiap karyawan menggunakan pakaian pelapis yang berwarna putih
sehingga mudah dilihat jika kotor.
4. Jangan memegang makanan yang sudah masak tanpa menggunakan
sendok atau garpu.
26
5. Apabila selesai membuang hajat kecil atau besar, tangan harus
kembali dicuci dengan sabun.
6. Karyawan yang menderita penyakit, terutama penyakit yang dapat
menular sesegera mungkin dijauhkan dari ruang pengolahan dan
distribusi makanan.
7. Setiap karyawan tanpa terkecuali harus diperiksa kesehatannya
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Dengan demikian, pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi yang
memadahi untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya.
Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian
tangan, kebersihan dan kesehatan diri.
1. Pencucian tangan
Menurut Arisman (2012), kulit, terutama di daerah kuku (lebih
spesifik subungual area) merupakan tempat berkumpulnya jasad
renik. Penggunaan kuku buatan (artifical nail) dan cat kuku
memperburuk keadaan ini karena akan lebih memberi kenyamanan
bagi kehidupan jasad renik. Komponen pencucian tangan secara benar
mencakup penyabunan, penyikatan dan pembilasan dengan air
mengalir. Mencuci tangan dengan cara demikian berhasil
menyingkirkan bakteri pencemar.
2. Kebersihan dan Kesehatan Diri
Syarat utama pengolahan makanan adalah memiliki kesehatan
yang baik. Untuk itu disarankan pekerja melakukan tes kesehatan
27
terutama tes darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat
kesehatan paru-paru dan saluran pernafasannya. Tes kesehatan
tersebut sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, terutama bagi
pengolahan makanan didapur rumah sakit.
2.3 Hygiene dan Sanitasi Makanan
2.3.1 Hygiene Makanan
Menurut Sumantri (2010) istilah hygiene adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya.
Misalnya, mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci
piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Menurut Suyono (2012) hygiene makanan adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan aktivitasnya pada usaha-usaha
kebersihan atau kesehatan dan keutuhan makanan itu sendiri (whole
someness of food).
2.3.2 Prinsip Hygiene Makanan
Menurut Suyono (2012), dalam hygiene makanan dikenal 5 prinsip
(five principles of food hygiene) yaitu :
1. Pengotoran makanan (food contamination).
2. Keracunan makanan (food infection and food intoxication).
3. Pembusukan makanan (food decomposition)
4. Pemalsuan makanan (food adulteration).
5. Pengawetan makanan (food preservation)
28
2.3.3 Sanitasi Makanan
Menurut Sumantri (2010), sanitasi makanan adalah salah satu usaha
pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada saat dimana
makanan atau minuman tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Menurut Suyono (2012), sanitasi makanan adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada kesehatan
lingkungan tempat makanan dan minuman itu berada (food environment).
Dalam pembahasan ini minuman termasuk ke dalam kategori makanan.
Peran hygiene dan sanitasi makanan (HSM) sangat penting khususnya
apabila telah menyangkut kepentingan orang banyak (umum) sehingga
berkaitan dengan sanitasi tempat-tempat umum diantaranya adalah hotel,
rumah makan atau restoran, terminal, pelabuhan dan tempat rekreasi.
2.3.4 Prinsip Sanitasi Makanan
Menurut Suyono (2012), dalam sanitasi makanan dikenal 6 prinsip
(six principles of food sanitation) yaitu :
1. Kebersihan alat makan
2. Cara penyimpanan makanan (food storage)
3. Cara pengolahan makanan (food production)
4. Cara penyimpanan dingin (food refrigeration).
5. Cara pengangkutan makanan (food transportation).
29
6. Cara penyajian makanan (food serving).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan
Dalam perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
penerapan hygiene sanitasi rumah makan menurut teori Lawrence Green
dikutip oleh Notoatmodjo (2018) yakni :
2.4.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
A. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
30
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi ini juga diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
kontek atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
31
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita (2016)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi
di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai ρ (sig) = 0,012
(sig<0,05), yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan penerepan hygiene sanitasi di kantin Universitas
Esa Unggul tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa sudah banyak
dari pemilik kantin dan penjamah makanan yang ada di kantin
Universitas Esa Unggul berpengetahuan baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chusna (2013),
menyatakan bahwa hasil uji Fisher, diperoleh p-value sebesar 0,015
(p<0,05), yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan
hygiene sanitasi kantin. Hal ini sesuai dengan pernyataan perilaku atau
praktik, jika didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
32
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo,
2018).
B. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2018).
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting.
33
Menurut Notoatmodjo (2018), seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap
gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap
ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar
atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang
lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya), untuk pergi
menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang
gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
34
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana
pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013) tentang
faktor yang berhubungan dengan praktik sanitasi pada pedagang
makanan disekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah
Kabupaten Kebumen menyatakan bahwa analisis dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,001 (<0,05)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menujukkan bahwa ada hubungan antara
sikap dengan praktik sanitasi pedagang makanan disekitar Wisata
Pantai Logending Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih
merupakan reaksi tertutup bukan merupakan suatu reaksi terbuka.
Sikap merupakan objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2018).
35
C. Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir
sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan
menggunakan hitungan tahun. Umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi angka kesakitan
maupun kematian hampir semua menunjukkan hubungan dengan
umur. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita (2016)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi
di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil ρ (sig) = 0,0778
(sig>0,05), yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan
penerapan hygiene sanitasi di kantin Universitas Esa Unggul. Hasil
temuan ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa 81% penduduk
usia 55 tahun atau lebih selalu memastikan agar makanannya disajikan
dalam keadaan panas dan memakannya segera setelah disajikan,
sementara pemuda usia kurang dari 24 tahun tidak memperhatikan hal
tersebut.
36
D. Pendidikan
Pendidikan dalam kesehatan adalah suatu penerapan konsep
pendidikan dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan,
pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik
pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pendidikan kesehatan adalah
konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan
itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah
yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2018).
Di samping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli
pendidikan kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang
pendidikan kesehatan yang berbeda-beda, sesuai dengan konsep
mereka masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang
sering dijadikan acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green, tim
ahli WHO, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita (2016)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi
di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil ρ (sig) = 0,000
(sig<0,05), yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan penerapan hygiene sanitasi di kantin Universitas
Esa Tunggal tahun 2016. Hal ini menyatakan semakin tinggi
37
pendidikan pemilik kantin dan penjamah makanan pada kantin maka
semakin mengerti akan pentingnya mutu produk dari suatu produk
yang akan dikonsumsi. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting untuk mendukung pengetahuan seseorang dalam
menerima informasi yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku,
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik juga
kualitas sarana sanitasi yang ada.
2.4.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor)
A. Sarana dan Prasarana
Sarana fisik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
seseorang yang tercermin pada praktik atau tindakannya. Ketersediaan
fasilitas-fasilitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang kelompok
masyarakat. Pengaruh ketersediaan fasilitas akan sesuatu hal terhadap
perilaku dapat bersifat positif atau negatif (Notoatmodjo, 2018).
Sarana merupakan fasilitas yang utama, sedangkan prasarana
merupakan fasilitas penunjang dari sarana. Sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan,
sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang
terselenggaranya suatu proses.
Menurut Racmatina (2018), sarana dan prasarana yang
mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah makan antara lain
pengadaan air bersih dan pembuangan air limbah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan Permenkes, toilet yang terpisah antara toilet
38
pria dan wanita, tempat sampah yang tertutup, tempat cuci tangan
yang memiliki akses dengan menyediakan sabun untuk cuci tangan
dan lap atau alat pengering, tempat pencucian bahan makanan untuk
mencuci bahan makanan sebelum dimasak, tempat pencucian bahan
makanan yang dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah
dan loker karyawan yang terpisah antara loker pria dan wanita.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013) tentang
faktor yang berhubungan dengan praktik sanitasi pada pedagang
makanan disekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah
Kabupaten Kebumen menyatakan bahwa analisis dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,001 (<0,05)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menujukkan bahwa ada hubungan antara
ketersediaan sumber-sumber fasilitas dengan praktik sanitasi pada
pedagang makanan disekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan
Ayah Kabupaten Kebumen sesuai dengan teori L. Green yang
mengatakan bahwa faktor pendukung perilaku seseorang salah
satunya tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana yang mendukung.
B. Lingkungan
Menurut Swamilaksita (2016), lingkungan sekitar
penyelenggaraan makanan harus memiliki kondisi lingkungan yang
bersih dan sehat. Sanitasi dan alat yang baik justru menjadi pencegah
untuk menghasilkan kualitas bakteriologis makanan yang memenuhi
syarat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kualitas bakteriologis
39
makanan yang memenuhi syarat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain disamping sanitasi alat, seperti tangan penjamah makanan,
kualitas air bersih yang digunakan, lingkungan pengolahan makanan
dan penyajian makanan.
Salah satu syarat fasilitas sanitasi menurut Depkes RI yang
digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan
manusia, salah satunya adalah tersedianya sarana pembuangan
sampah. Kondisi lingkungan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu
halaman yang bersih, tidak ditemukan lalat dan tikus, permukaan
lantai yang tidak licin dan mudah dibersihkan, dinding terbuat dari
bahan yang kuat, langit-langit berwarna terang dan pencahayaan
cukup.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita (2016)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi
di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Suare didapatkan nilai ρ (sig)=0,001 (sig<0,05),
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan
penerapan hygiene sanitasi di kantin Universitas Esa Unggul tahun
2016. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekidjo
Notoatmodjo (2018), yang menyatakan bahwa syarat terpenting untuk
lantai adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
40
musim hujan, karena lantai yang basah atau kering dapat mengganggu
lingkungan sekitar Tempat Pengolahan Makanan (TPM).
2.4.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)
A. Tindakan Petugas
Petugas sanitarian adalah tenaga kesehatan lingkungan
berpendidikan minimal Sarjana (S1) yang telah mendapatkan
pelatihan dibidang Hygiene Sanitasi Makanan (Kepmenkes, 2003).
Jika tugas dan tanggung jawabnya dilakukan dengan baik, maka akan
tercapai tingkat keberhasilannya, dengan mengukur tingkat derajat
kesehatan masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harnani (2018) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan hygiene sanitasi rumah makan
di Kelurahan Tangkerang Labuai Kota Pekanbaru menyatakan bahwa
hasil uji Chi Square terdapat hubungan antara penyuluhan petugas
sanitarian dengan hygiene sanitasi rumah makan (POR=17,5). Hal ini
dapat disimpulkan bahwa rumah makan yang tidak mendapatkan
penyuluhan dari petugas sanitarian beresiko 17,5 kali untuk tidak
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dibandingkan rumah makan
yang mendapatkan penyuluhan dari petugas sanitarian.
B. Pelatihan
Menurut Arisman (2012), setiap pekerja di bidang makanan harus
menjalani pelatihan mengenai kebersihan perorangan, tata cara
produksi makanan secara baik dan benar (good manufacturing
41
practice), kebersihan dan sanitasi, keamanan perorangan dan peran
serta mereka dalam Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Materi pelatihan meliputi :
1. Tinjauan mikrobiologis dan keamanan makanan.
2. Ekologi jasad renik makanan.
3. Pertumbuhan bakteri.
4. Faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan bakteri.
5. Patogen dan bahaya potensial penyebab keracunan makanan
(virus, bakteri, parasit, toksin makanan laut, bahan fisik dan
kimia).
6. Prinsip keamanan pangan (faktor yang berpengaruh dalam
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan).
7. Pengenalan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
yang meliputi aliran pangan, arti HACCP, melakukan analisis
bahaya potensial, menentukan prosedur pemantauan, menentukan
langkah koreksi, menentukan cara penyimpanan rekaman secara
efektif dan menetapkan prosedur verifikasi.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sumber daya manusia yang bekerja di rumah makan atau restoran
harus dilakukan pelatihan mengenai hygiene sanitasi makanan.
Pelatihan sebagaimana dimaksud dapat diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Peserta pelatihan adalah setiap orang pemilik,
42
pengusaha atau penanggung jawab dan penjamah makanan yang
bekerja di rumah makan atau restoran (Kepmenkes, 2003).
Menurut Swamilaksita (2016), pelatihan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan setempat dengan sasaran pemilik kantin adalah
pelatihan mengenai peningkatan hygiene sanitasi makanan dan
lingkungan yang meliputi sumber air bersih, pembuangan limbah,
letak lokasi, dll. Sedangkan pelatihan dengan sasaran penjamah
makanan adalah pelatihan mengenai pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dll.
Pemilik kantin dan penjamah makanan yang mengikuti pelatihan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang kualitas sarana sanitasi
makanan dibandingkan yang tidak mengikuti pelatihan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita (2016)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi
di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai ρ (sig)=0,096
(sig<0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
pelatihan dengan penerapan hygiene sanitasi di kantin. Hal ini
dikarenkan ketidakberhasilan pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan yaitu kurangnya minat dari pemilik kantin dan penjamah
makanan untuk mengikuti pelatihan tentang hygiene sanitasi makanan,
disamping itu adalah waktu pelatihan yang kurang tepat yaitu pada
jam-jam aktif bekerja jam 08.00 WIB-selesai. Dinas Kesehatan telah
43
melakukan berbagai hal agar peserta pelatihan tertarik untuk
mengikuti pelatihan tersebut yaitu dengan memberikan door price
bagi 10 peserta yang datang paling awal, akan tetapi usaha tersebut
kurang berhasil dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kualitas sarana kantin dalam mengolah makanan.
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2018)
Faktor
Predisposisi
(Predisposing
Factor)
Pendidikan
Umur
Sikap
Pengetahuan
Faktor Pendukung
(Enabling Factor)
Fasilitas atau
Sarana
Prasarana
Lingkungan
Faktor Pendorong
(Reinforcing
Factor)
Tindakan
Petugas
Pelatihan
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah
Makan
44
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antar variabel, baik yang diteliti maupun tidak diteliti
(Nursalam, 2013).
Variabel Independen
Keterangan :
: Diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Pengetahuan Pemilik
Rumah Makan
Sikap Pemilik Rumah
Makan
Tindakan Petugas
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan
Variabel Dependen
Keikutsertaan Pelatihan
45
Dari bagan kerangka konseptual diatas diambil dari teori Lawrence
Green, yang mana hanya beberapa saja yang diteliti mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah makan,
diantaranya pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah
makan, tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan yang diikuti oleh
pemilik rumah makan. Faktor-faktor yang lain seperti umur, pendidikan,
fasilitas atau sarana prasarana dan lingkungan tidak diteliti, karena faktor-
faktor tersebut dari penelitian sebelumnya tidak terlalu berpengaruh
terhadap penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Ada pengaruh antara pengetahuan pemilik rumah makan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
2. Ada pengaruh antara sikap pemilik rumah makan dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan.
3. Ada pengaruh antara tindakan petugas dengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan.
4. Ada pengaruh antara keikutsertaan pelatihan yang diikuti oleh pemilik
rumah makan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
46
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah perencanaan, pola dan strategi penelitian
sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian arau masalah. Desain
penelitian merupakan prosedur perencanaan dimana peneliti dapat
menjawab pertanyaan penelitian secara valid, objektif, akurat dan hemat
ekonomis. Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga memberikan arah bagi peneliti untuk dapat
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan atau masalah penelitian
(Rosjidi, 2017).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan
yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
Populasi
(Sampel)
Faktor Risiko + Faktor Risiko -
Efek + Efek - Efek + Efek –
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Survei Analitik dengan Pendekatan Cross
Sectional
Sumber : Notoatmodjo, 2018
47
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi populasi penelitian
(Rosjidi, 2017). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang
berjumlah 48.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat
diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni, 2015).
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan
variabel penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap
variabel independen. Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang
dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek penelitian yang tidak
memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2012). Dengan kriteria sampel
sebagai berikut :
48
1. Kriteria Inklusi
Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).
Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a. Bersedia menjadi responden.
b. Responden dapat berkomunikasi dengan baik.
c. Rumah makan yang mengikuti pelatihan.
d. Masih melakukan kegiatan sebagai rumah makan.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian
ini kriteria eksklusinya adalah :
a. Tidak bersedia menjadi responden.
b. Telah alih profesi artinya sudah tidak terdapat kegiatan sebagai
rumah makan
Sampel minimal yang digunakan sebanyak 43 responden yang
diperoleh dari penghitungan berikut menggunakan rumus Slovin
(Notoatmodjo, 2018)
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
49
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas
toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan
persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas
kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan
batas kesalahan 10% memiliki tingkat akurasi 90%. Dengan jumlah
populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar
jumlah sampel yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan batas
kesalahan 5% yang berarti memiliki tingkat akurasi 95%.
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
n = 48
1+48 (0,05)2
n = 48
1+48 (0,0025)
n = 48
1+0,12
n = 48
1,12
n = 42,85
n = 43
Jadi jumlah minimal sampel adalah 43 responden.
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah salah satu bagian dari proses penelitian yang
mengumpulkan data dari target penelitian yang terbatas (Nursalam, 2013).
50
Menurut Notoatmodjo (2018), teknik sampling adalah cara atau teknik-
teknik tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel
tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.
Teknikpengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
probability sampling yaitu dengan menggunakan simple random samping.
Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa
setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).
Cara merandom untuk menentukan sampel yaitu sebagai berikut :
1. Membuat daftar nama rumah makan dan diberi nomor urut untuk
masing-masing rumah makan.
2. Membuat kertas undian yang diberi keterangan mengenai nama rumah
makan dan nomor urut rumah makan.
3. Mengelompokkan kertas tersebut sesuai dengan nama rumah makan.
4. Kertas tersebut digulung dan kemudian diundi sesuai dengan proporsi
masing-masing.
5. Jika keluar nama rumah makan yang sama, gulungan tersebut
dimasukkan lagi untuk diundi kembali untuk dijadikan sampel.
51
Teknik Sampling
Probability Sampling yaitu dengan menggunakanSimple Random Samping
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang
digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks
(Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini sebagai
berikut :
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Seluruh rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang berjumlah 48.
Sampel
Sebagian rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 43.
Instrumen Penelitian
-Uji Validitas
- Uji Reliabilitas
Pengumpulan Data
Kuesioner dan Observasi
Pengolahan data editing, entry, coding dan tabulating
Analisa Data :
Chi Square
Uji Multivariat
Hasil Penelitian
Kesimpulan
52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2018). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sujarweni, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah
makan (pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah
makan, tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan).
2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat,
karena adanya variabel bebas (Sujarweni, 2014). Dalam penelitian ini
variabel dependen adalah penerapan hygiene sanitasi rumah makan di
Kabupaten Magetan.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian
(Nursalam, 2013). Adapun definisi operasional penelitian ini akan
diuraikan dalam tabel berikut :
53
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Kriteria Skor
Variabel Independen
1. Pengetahuan
Pemilik
Rumah Makan
Kemampuan
memahami dan
mengaplikasikan
responden mengenai
penerapan hygiene
sanitasi rumah makan.
Pengetahuan responden
tentang penerapan hygiene
sanitasi rumah makan.
Kuesioner Nominal Kurang baik = <50%
Baik = ≥50%
(Sunyoto, Danang,
2013).
0 = Salah
1 = Benar
2. Sikap Pemilik
Rumah Makan
Menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian
reaksi terhadap
stimulus dan belum
melakukan tindakan
suatu perilaku dalam
penerapan hygiene
sanitasi rumah makan.
Sikap pemilik rumah makan
terhadap penerapan hygiene
sanitasi rumah makan.
Kuesioner Nominal Distribusi data tidak
normal maka
HasilSikap Negatif T <
20,00
Sikap Positif
T ≥ 20,00
(Handayani, 2018)
Dengan
hasil
penilaian
Pertanyaan
Unfaforabel/
Negatif
SS = 1
S = 2
TS = 3
STS = 4
Favorabel/
positif
SS = 4
S = 3
TS = 2
STS = 1
54
Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Kriteria Skor
Variabel Independen
3. Tindakan
Petugas
Adanya kunjungan
petugas sanitarian
masing-masing
wilayah kerja
Puskesmas terhadap
rumah makan pada
masing-masing
wilayah pada kurun
waktu 3 bulan terakhir
minimal 2x kunjungan.
1. Dikatakan tidak ada
kunjungan apabila tidak
terdapat kunjungan dari
petugas sanitarian
masing-masing
Puskesmas pada kurun
waktu 3 bulan terakhir
minimal 2x kunjungan.
2. Dikatakan ada kunjungan
apabila terdapat
kunjungan dari petugas
sanitarian masing-masing
Puskesmas pada kurun
waktu 3 bulan
terakhirminimal 2x
kunjungan.
Kuesioner
Nominal 0 = Tidak ada
kunjungan petugas
sanitarian pada kurun
waktu 3 bulan terakhir
minimal 2x kunjungan
1 = Ada kunjungan
petugas sanitarian
pada kurun waktu 3
bulan terakhir minimal
2x kunjungan
(Dinas Kesehatan
Magetan, 2018).
0 = Tidak
Ada
1 = Ada
55
Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Kriteria Skor
Variabel Independen
4. Keikutsertaan
Pelatihan
Keikutsertaan pemilik
rumah makan dalam
mengikuti pelatihan
hygiene sanitasi rumah
makan dalam rangka
menjaga kebersihan
rumah makan yang ia
kelola.
1. Dikatakan tidak rutin
mengikuti pelatihan
apabila pemilik rumah
makan tidak mengikuti
pelatihan tentang hygiene
sanitasi rumah makan
yang dijadwalkan 1 tahun
2x oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan.
2. Dikatakan rutin
mengikuti pelatihan
apabila pemilik rumah
makan mengikuti
pelatihan tentang hygiene
sanitasi rumah makan
yang dijadwalkan 1 tahun
2x oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan..
Kuesioner Nominal 0 = Mengikuti
pelatihan yang
dijadwalkan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Magetan 1 tahun <2x
1 = Mengikuti
pelatihan yang
dijadwalkan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Magetan 1 tahun ≥2x
(Dinas Kesehatan
Magetan, 2018).
0 = Tidak
Rutin
1 = Rutin
56
Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Kriteria Skor
Variabel Dependen
5. Penerapan
Hygiene
Sanitasi
Rumah Makan
Meliputi penerapan
terhadap Hygiene
sanitasi rumah makan
berdasarkan
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1098/Menkes/Sk/Vii/2
003
Tentang Persyaratan
Pengelolaan Hygiene
Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran
Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1098/Menkes/Sk/Vii/2003
Tentang Persyaratan
Pengelolaan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran
yaitu :
1. Persyaratan lokasi dan
bangunan.
2. Persyaratan fasilitas
sanitasi.
3. Persyaratan dapur, ruang
makan dan gudang
makanan.
4. Persyaratan bahan
makanan dan makanan
jadi.
5. Persyaratan pengolahan
makanan.
6. Persyaratan penyimpanan
bahan makanan dan
makanan jadi.
7. Persyaratan penyajian
makanan jadi.
8. Persyaratan peralatan.
Observasi Nominal Kurang baik = <50%
Baik = ≥50%
(Sunyoto, Danang,
2013).
0 = Tidak
1 = Ya
57
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini
pengumpulan data menggunakan sumber data sekunder, lembar kuesioner
dan lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian
ini berupa tabel. Lembar observasi ini untuk mendapatkan data mengenai
penerapan hygiene sanitasi rumah makan sedangkan lembar kuesioner
untuk mendapatkan data pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik
rumah makan, tindakan petugas sanitarian dan keikutsertaan pelatihan.
4.6.1 Uji Validitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan
beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas,
reliabilitas dan ketepatan fakta dan kenyataan hidup (data) yang
dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-
kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau pengukuran oleh
pengumpul data (Nursalam, 2013).
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Untuk mengukur
validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment pearson.
Hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r
tabel < r hitung maka valid (Sujarweni, 2015).
58
Untuk menguji validitas pada penelitian ini dapat dilakukan di tempat
atau lokasi yang memiliki klasifikasi yang sama dengan lokasi yang akan
diteliti oleh peneliti dengan jumlah responden sebanyak 20 rumah makan
yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dapat
dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha > 0,60 maka kontruk
pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel
(Notoatmodjo, 2018).
4.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Dari kuesioner yang disebarkan pada 20 responden dimana diperoleh
hasil r tabel = 0,4438, dalam setiap pertanyaan pengetahuan, sikap,
tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan hasilnya valid, maka nilai r
hitung > r tabel 0,4438, dapat dilihat dari tabel Correlation.
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, dimana
nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kontruk pertanyaan adalah reliabel.
Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan sebesar 0,716 > 0,60, hasil
reliabilitas kuesioner sikap sebesar 0,914 > 0,60, hasil uji reliabilitas
kuesioner tindakan petugas sebesar 0,927 > 0,60, sedangkan hasil
reliabilitas kuesioner keikutsertaan pelatihan sebesar 0,793 > 0,60 Dapat
dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha.
59
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah makan yang terdaftar di Dinas
Kesehatan Kabupaten Magetan.
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.2 Waktu Penelitian
No. Kegiatan TANGGAL
PELAKSANAAN
1. Pembuatan dan konsul judul 6 - 9 Februari 2019
2. Penyusunan dan bimbingan
proposal
21 Februari 2019 – 15 April 2019
3. Ujian proposal 27 April 2019
4. Revisi proposal 29 April 2019 – 4 Mei 2019
5. Pengambilan data 20 Mei 2019
6. Penyusunan dan bimbingan
skripsi
22 – 16 Juli 2019
7. Ujian skripsi 27 Juli 2019
8. Revisi skripsi 29 Juli 2019 – 3 Agustus 2019
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diteliti. Observasi di lapangan secara
langsung penerapan hygiene sanitasi rumah makan.
2. Wawancara (Kuesioner)
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari responden, berhadapan atau tatap muka
60
dengan orang tersebut (face to face). Wawancara untuk memperoleh
data tentang pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah
makan, tindakan petugas sanitarian dan keikutsertaan pelatihan.
4.8.2 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di rumah makan di
Kabupaten Magetan dan wawancara langsung dengan responden
dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan, jumlah rumah makan di Kabupaten Magetan.
4.9 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan komputer, analisa penelitian menghasilkan informasi yang
benar paling tidak ada empat tahapan yaitu :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali
data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner,
dan setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2018).
2. Coding
Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau
61
mengkode data bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter
(Notoatmodjo, 2018). Coding pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Coding
No Variabel Kriteria Coding
1
2
3
4
5
Pengetahuan
Pemilik
Rumah Makan
Sikap Pemilik
Rumah Makan
Tindakan
Petugas
Keikutsertaan
Pelatihan
Penerapan
Hygiene
Sanitasi
Rumah Makan
Kurang baik = <50%
Baik = ≥50%
(Sunyoto, Danang, 2013)
Distribusi data tidak normal
maka Hasil Sikap Negatif T
< 20,00
Sikap Positif T ≥ 20,00
(Wahyu, 2018)
0 = Tidak ada kunjungan pet
ugas sanitarian pada kurun
waktu 3 bulan terakhir
minimal 2x kunjungan
1 = Ada kunjungan petugas
sanitarian pada kurun waktu
3 bulan terakhir minimal 2x
kunjungan
(Dinas Kesehatan Magetan,
2018)
0 = Mengikuti pelatihan yang
dijadwalkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan 1 tahun
<2x
1 = Mengikuti pelatihan yang
dijadwalkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Magetan 1 tahun
≥2x
(Dinas Kesehatan Magetan,
2018)
Kurang baik = <50%
Baik = ≥50%
(Sunyoto, Danang, 2013).
Kurang Baik = 0
Baik = 1
Negatif = 0
Positif = 1
0 = Tidak ada
1 = Ada
0 = Tidak Rutin
1 = Rutin
Kurang baik = 0
Baik = 1
62
3. Entry
Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer (Notoatmodjo, 2018).
4. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing
dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang
dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.
4.9.1 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas (pengetahuan
pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah makan, tindakan petugas
sanitarian dan keikutsertaan pelatihan), variabel terikat (penerapan
hygiene sanitasi rumah makan).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2) untuk
mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel
bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian
berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, <
0,05), hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono,
2011).
63
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2018). Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan yang
signifikan dari kedua variabel, yaitu variabel independen
(pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah makan,
tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan) dan variabel dependen
(penerapan hygiene sanitasi rumah makan) yang dianalisis
menggunakan uji statistik Chi Square dan menggunakan system
komputer SPSS dalam perhitungannya.
Syarat uji Chi Square adalah sebagai berikut :
a. Untuk tabel lebih dari 2 x 2 continuity correction, untuk tabel 2 x
2 dengan expected count<5.
b. Sedangkan Fisher’s exact digunakan untuk tabel 2 x 2 dengan
expected count>5.
c. Semua pengamatan dilakukan dengan independen.
d. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel-sel
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari
total sel.
Hasil Uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada atau
tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain
hanya dapat menyimpulkan ada atau tidaknya hubungan antara dua
variabel kategorik. Dengan demikian Uji Chi Square dapat digunakan
untuk mencari hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar
64
hubungannya atau tidak dapat melihat kelompok mana yang memiliki
resiko lebih besar (Sujarweni, 2015). Penelitian antara dua variabel
dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05. Pada studi cross
sectional estimasi resiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalen
(RP). Syarat pembacaan hasil output chi-square dalam SPSS yaitu :
a. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut
menjadi faktor resiko.
b. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut
tidak menjadi faktor resiko.
c. Jika nilai RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi
faktor resiko.
d. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan
α = 0,05 (5%).
1) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (H0) diterima
dan (Ha) ditolak berarti tidak ada hubungan.
2) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima
dan (H0) ditolak berarti ada hubungan.
3) Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti bukan
faktor resiko atau tidak berhubungan.
4) Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti
merupakan faktor resiko atau berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan bahwa
nilai expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai p-value
65
dilihat dari continuity correction. Data diambil berdasarkan kunjungan
langsung peneliti dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan
langsung.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisa metode statistik yang
memungkinkan kita melakukan penelitian terhadap lebih dari dua
variabel secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik analisis ini
maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap
variabel-variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. (Sujarweni,
2014).
Analisis multivariat bertujuan untuk melihat atau mempelajari
hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independen
dengan satu variabel dependen. Proses analisis multivariat dengan
menghubungkan beberapa variabel independen dan variabel dependen
dalam waktu bersamaan sehingga dapat diketahui variabel independen
manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel
dependen, apakah variabel independen berhubungan dengan variabel
dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak (Hastono, 2007).
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi Logistik.
Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah
sebagai berikut (Dahlan, 2014).
66
a. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model
multivariat dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi
bivariat antara masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen dengan uji regresi logistik sederhana.
b. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p-value <0,25 atau
termasuk substansi yang penting maka variabel tersebut dapat
dimasukkan dalam model multivariat.
c. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam
analisis multivariat.
d. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik
menghasilkan p-value masing-masing variabel.
e. Variabel yang p-value >0,05 ditandai dan dikeluarkan satu-
persatu dari model, hingga seluruh variabel yang p-value >0,05
hilang.
f. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp (B), yang
menunjukan bahwa semakin besar nilai exp (B)/ RP maka makin
besar pengaruh variabel tersebut tehadap variabel dependen.
4.10 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung
67
tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2012). Etika yang harus diperhatikan
antara lain :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta manfaat dilakukanya penelitian. Setelah diberikan
penjelasan, lembar persetujuan di berikan kepada subjek penelitian.
Jika subjek penelitian bersedia di teliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak memaksa
subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau untuk di
teliti.
2. Tanpa Nama (Anonimaty)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya
peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing
responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa
nomor urut pada lembar koesioner yang urutannya hanya diketahui
oleh peneliti saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden di jamin
oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada
kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
68
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten
Magetan”. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Mei – 17 Juni 2019.
Dengan jumlah responden sebanyak 43 responden, sedangkan penyajian data
dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari
karakteristik responden di daerah tersebut meliputi umur, jenis kelamin dan
pendidikan, setelah data umum dipaparkan dilanjutkan dengan data khusus yang
didasarkan pada variabel yang diteliti, yaitu pengetahuan pemilik rumah makan,
sikap pemilik rumah makan, tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
5.1.1 Profil Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan merupakan unsur pelaksana
pemerintah daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas, yang bertanggug jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah
Kabupaten Magetan. Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan beralamat di
jalan Imam Bonjol No. 4 Magetan. Dinas kesehatan memiliki peran yang
sangat besar dalam upaya penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas,
merata, dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga, dan masyarakat
Kabupaten Magetan pada umumnya. Dinas Kesehatan memiliki
kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan dengan fungsi perumusan
kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan
69
kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD (Unit Pelaksana Teknis
Daerah) kesehatan (Depkes RI, 2004).
Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, 2019
5.1.2 Geografis
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan terletak pada 7 38’ 30” lintang
selatan dan 111 20’ 30” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi
b. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri
d. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah)
Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua se-Jawa Timur setelah
Kabupaten Sidoarjo, dengan luas 688,8 km2.
70
5.1.3 Data Kependudukan
Berdasarkan data Proyeksi dari Pusdatin Kementrian Kesehatan RI
dan Biro Pusat Statistik Pusat jumlah penduduk Kabupaten Magetan pada
tahun 2017 sebanyak 628.609 jiwa yang terdiri dari 306.112 jiwa laki-laki
dan 322.497 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk 912,56 jiwa per
km2. Sementara Sex Ratio penduduk pada tahun 2017 menunjukkan angka
94,92%, yang berarti pertumbuhan penduduk laki-laki lebih kecil dari
perempuan (Dinas Kesehatan, 2019).
5.1.4 Program Kesehatan Kabupaten Magetan
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan
nasional, dimana derajat kesehatan sangat menentukan sekali dalam
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai modal dasar
pembangunan. Di era otonomi daerah, bidang kesehatan merupakan salah
satu bidang pemerintahan dan pembangunan yang wajib dilaksanakan oleh
daerah kabupaten (UU No. 22 Tahun 1999, Ps. 11 ayat 2). Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI
No. 23 Tahun 1992), untuk mewujudkannya diperlukan perencanaan yang
strategis, mantap, terpadu, dan berkesinambungan (Dinas Kesehatan,
2019).
71
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan. Sedangkan data khusus
meliputi pengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah makan,
tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan.
5.2.1 Hasil Analisis Univariat
5.2.1.1 Data Umum
Data umum yang diidentifikasi dari pemilik rumah makan di
Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik umur pada pemilik
rumah makan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Persen (%)
1
2
3
4
Dewasa Akhir (36-45 tahun)
Lansia Awal (46-55 tahun)
Lansia Akhir (56-65 tahun)
Manula (>65 tahun)
7
14
15
7
16,3
32,6
34,9
16,3
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.1 terlihat bahwa pemilik rumah makan di Kabupaten
Magetan paling banyak termasuk golongan lansia akhir (56-65 tahun)
yaitu sebanyak 15 responden (34,9%), sedangkan paling sedikit adalah
golongan dewasa akhir dan manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 7
responden (16,3%).
72
2. Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik jenis kelamin pada
pemilik rumah makan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
1
2
Laki-laki
Perempuan
24
19
55,8
44,2
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.2 terlihat sebagian besar pemilik rumah makan di
Kabupaten Magetan adalah laki-laki yaitu sebanyak 24 responden
(55,8%).
3. Karakteristik berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pendidikan pada
pemilik rumah makan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen (%)
1
2
3
4
5
Tidak sekolah/tidak tamat SD
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Akademik/perguruan tinggi
3
4
10
20
6
7,0
9,3
23,3
46,5
14,0
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.3 terlihat pemilik rumah makan di Kabupaten
Magetan paling banyak berpendidikan SMA/ sederajat yaitu 20
responden (46,5%), sedangkan paling sedikit berpendidikan tidak
sekolah/ tidak tamat SD yaitu 3 responden (7,0%).
73
5.2.1.2 Data Khusus
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut
akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
No
Pengetahuan Pemilik
Rumah Makan Frekuensi Persen (%)
1
2
Kurang Baik
Baik
22
21
51,2
48,8
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
pemilik rumah makan di Kabupaten Magetan memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 22 responden (51,2%).
2. Sikap Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pemilik
Rumah Makan di Kabupaten Magetan
No
Sikap Pemilik Rumah
Makan Frekuensi Persen (%)
1
2
Negatif
Positif
30
13
69,8
30,2
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
pemilik rumah makan di Kabupaten Magetan memiliki sikap negatif
yaitu 30 responden (69,8%).
74
3. Tindakan Petugas pada Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan
Petugas pada Rumah Makan di Kabupaten Magetan
No Tindakan Petugas Frekuensi Persen (%)
1
2
Tidak Ada
Ada
28
15
65,1
34,9
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa tidak adanya
tindakan petugas pada rumah makan di Kabupaten Magetan yaitu
sebesar 28 responden (65,1%).
4. Keikutsertaan Pelatihan yang Diikuti Oleh Pemilik Rumah Makan di
Kabupaten Magetan
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keikutsertaan
Pelatihan yang Diikuti Oleh Pemilik Rumah Makan di
Kabupaten Magetan
No Keikutsertaan Pelatihan Frekuensi Persen (%)
1
2
Tidak Rutin
Rutin
15
28
34,9
65,1
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa pemilik rumah
makan di Kabupaten Magetan rutin mengikuti keikutsertaan pelatihan
yang dijadwalkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yaitu
sebesar 28 responden (65,1%).
75
5. Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
No
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan Frekuensi Persen (%)
1
2
Kurang Baik
Baik
26
17
60,5
39,5
Jumlah 43 100,0
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat diketahui dari 43 pemilik
rumah makan di Kabupaten Magetan sebagian besar memiliki
penerapan hygiene sanitasi rumah makan dengan kategori kurang baik
(60,5%).
5.2.2 Hasil Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat, variabel independen (faktor pengetahuan
pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah makan, tindakan petugas dan
keikutsertaan pelatihan) dihubungakan dengan variabel dependen
(penerapan hygiene sanitasi rumah makan) yang diuji dengan Uji Chi
Square. Dari hasil uji silang antara variabel independen dengan variabel
dependen akan ditunjukkan sebagai berikut :
1. Hubungan Pengetahuan Pemilik Rumah Makan dengan
Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten
Magetan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi
silang tentang hubungan pengetahuan pemilik rumah makan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan, sebagai berikut :
76
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Pemilik Rumah Makan
dengan Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di
Kabupaten Magetan
Pengetahuan
Pemilik
Rumah
Makan
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan
Total
p-Value
RP (95%CI)
Kurang
Baik Baik
N % N % N %
Kurang Baik
Baik
17
9
77,3
42,9
5
12
22,7
57,1
22
21
100
100
0,046 1,803
(1,047-3,104) Total 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, responden dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan kurang baik lebih banyak pada
kelompok pengetahuan kurang baik (77,3%) dibandingkan kelompok
pengetahuan baik (42,9%). Hasil analisis bivariat diatas didapat
variabel pengetahuan memiliki p-value 0,046 (p < 0,05) yang artinya
ada hubungan pengetahuan pemilik rumah makan dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan dengan nilai RP 1,8, yang artinya
responden dengan pengetahuan kurang baik mempunyai resiko 1,8
kali lebih besar memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah makan
kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan
yang baik.
2. Hubungan Sikap Pemilik Rumah Makan dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi
silang tentang hubungan sikap pemilik rumah makan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan, sebagai berikut :
77
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Sikap Pemilik Rumah Makan dengan
Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten
Magetan
Sikap
Pemilik
Rumah
Makan
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan
Total
p-Value
RP (95%CI)
Kurang
Baik Baik
N % N % N %
Negatif
Positif
22
4
73,3
30,8
8
9
26,7
69,2
30
13
100
100 0,022 2,383
(1,025-5,540) Total 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.10 di atas, responden dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan kurang baik lebih banyak pada
kelompok sikap negatif (73,3%) dibandingkan kelompok sikap positif
(30,8%). Hasil analisis bivariat diatas didapat variabel sikap pemilik
rumah makan memiliki p-value 0,022 (p < 0,05) yang artinya ada
hubungan sikap pemilik rumah makan dengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan, dengan nilai RP 2,3 yang artinya responden
dengan sikap negatif mempunyai resiko 2,3 kali lebih besar memiliki
penerapan hygiene sanitasi rumah makan yang kurang baik
dibandingkan responden yang mempunyai sikap yang positif.
3. Hubungan Tindakan Petugas dengan Penerapan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi
silang tentang hubungan tindakan petugas dengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan, sebagai berikut :
78
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Tindakan Petugas dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Tindakan
Petugas
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah
Makan
Total
p-Value
RP (95%CI)
Kurang
Baik Baik
N % N % N %
Tidak Ada
Ada
21
5
75,0
33,3
7
10
25,0
66,7
28
15
100
100 0,019 2,250
(1,066-4,749) Total 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, responden dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan kurang baik lebih banyak pada
kelompok tidak ada tindakan dari petugas (75,0%) dibandingkan
kelompok ada tindakan dari petugas (33,3%). Hasil analisis bivariat
diatas didapat variabel tindakan petugas memiliki p-value 0,019 (p <
0,05) yang artinya ada hubungan tindakan petugas dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan dengan nilai RP 2,2, yang artinya
responden dengan tidak ada tindakan dari petugas mempunyai resiko
2,2 kali lebih besar memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah makan
kurang baik dibandingkan responden yang ada tindakan dari petugas.
4. Hubungan Keikutsertaan Pelatihan dengan Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi
silang tentang hubungan keikutsertaan pelatihan dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan, sebagai berikut :
79
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Keikutsertaan Pelatihan dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Keikutserta
-an
Pelatihan
Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah
Makan
Total
p-Value
RP (95%CI)
Kurang
Baik Baik
N % N % N %
Tidak Rutin
Rutin
12
14
80,0
50,0
3
14
20,0
50,0
15
28
100
100 0,112 1,600
(1,022-2,506) Total 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.12 di atas, responden dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan kurang baik lebih banyak pada
kelompok tidak rutin dalam keikutsertaan pelatihan (80,0%)
dibandingkan kelompok rutin dalam keikutsertaan pelatihan (50,0%).
Hasil analisis bivariat diatas didapat variabel keikutsertaan pelatihan
memiliki p-value 0,112 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan
keikutsertaan pelatihan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah
makan dengan nilai RP 1,6, yang artinya responden dengan tidak rutin
dalam keikutsertaan pelatihan mempunyai resiko 1,6 kali lebih besar
memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah makan kurang baik
dibandingkan responden yang rutin dalam keikutsertaan pelatihan.
5.2.3 Hasil Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa
variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-
sama. Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik
untuk melihat variabel independen yang paling berpengaruh dalam
variabel dependen.
80
Variabel yang menjadi kandidat model multivariat adalah variabel
independen dengan nilai p<0,25 dalam analisis bivariat. Variabel-variabel
yang masuk ke dalam model multivariat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat
No Variabel RP 95%CI P
1
2
3
4
Pengetahuan Pemilik Rumah Makan
Sikap Pemilik Rumah Makan
Tindakan Petugas
Keikutsertaan Pelatihan
1,803
2,383
2,250
1,600
(1,047-3,104)
(1,025-5,540)
(1,066-4,749)
(1,022-2,506)
0,046
0,022
0,019
0,112
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.13 diatas bahwa dari hasil analisis bivariat maka
variabel dengan nilai p<0,25 yang masuk ke dalam model multivariat yaitu
variabelpengetahuan pemilik rumah makan, sikap pemilik rumah makan,
tindakan petugas dan keikutsertaan pelatihan. Kemudian dilakukan analisis
regresi logistik ganda dengan metode Backward LR, yaitu memasukkan
semua variabel independen ke dalam model, tetapi kemudian satu per satu
variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria
kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang dapat masuk dalam model
regresi logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p-value <0,05.Hasil
analisis regresi logistik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.14 Variabel yang Berhubungan dengan Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
No Variabel Nilai B aRP 95%CI P
1
2
Sikap Pemilik Rumah Makan
Tindakan Petugas
Konstanta
1,612
1,594
-1,668
5,015
4,923
1,094-22,985
1,145-21,164
0,038
0,032
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa setelah di analisis
menggunakan multivariat dengan metode Backward LR didapatkan hasil
81
bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penerapan hygiene sanitasi
rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
adalah :
1. Pemilik rumah makan dengan sikap negatif memiliki resiko 5,015 kali
lebih besar dalam penerapan hygiene sanitasi rumah makan yang
kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai sikap yang
positif, dimana p-value 0,038 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara
sikap pemilik rumah makan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah
makan di Kabupaten Magetan dengan nilai (95% CI=1,094-22,985).
2. Rumah makan dengan tidak adanya tindakan petugas memiliki resiko
4,923 kali lebih beresiko dalam penerapan hygiene sanitasi rumah
makan yang kurang baik dibandingkan rumah makan yang ada
tindakan petugas, dimana p-value 0,032< 0,05 yang artinya yang
berarti ada hubungan antara sikap pemilik rumah makan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan
dengan nilai (95% CI=1,145-21,164).
5.3 Pembahasan
5.3.1 Faktor yang Berpengaruh dengan Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan di Kabupaten Magetan
1. Pengaruh antara Sikap Pemilik Rumah Makan dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Pada hasil Chi-Square menunjukkan bahwa hasil p-value Sig 0,022
< 0,05 berarti ada hubungan antara sikap pemilik rumah makan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan. Jadi,
82
responden dengan sikap negatif mempunyai resiko 2,3 kali lebih besar
memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah makan yang kurang baik
dibandingkan responden yang mempunyai sikap yang positif (95%CI=
1,025-5,540). Sedangkan pada uji regresi logistik menunjukkan bahwa
p-value 0,038 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara sikap pemilik
rumah makan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan dengan
α RP= 5,015 (95%CI= 1,094-22,985), sehingga dapat diartikan
responden dengan sikap negatif mempunyai resiko 5,015 kali lebih
besar memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah makan yang kurang
baik dibandingkan responden yang mempunyai sikap yang positif.
Dalam penelitian ini proporsi responden yang memiliki sikap negatif
sebanyak 30 responden (69,8%) dan responden yang memiliki sikap
positif sebanyak 13 responden (30,2%). Faktor tersebut merupakan
faktor resiko penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati
(2013) tentang faktor yang berhubungan dengan praktik sanitasi pada
pedagang makanan di sekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan
Ayah Kabupaten Kebumen menyatakan bahwa analisis dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,001 (<0,05)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menujukkan bahwa ada hubungan antara
sikap dengan praktik sanitasi pedagang makanan disekitar Wisata
Pantai Logending Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Hal tersebut
83
dikarenakan lingkungan sekitar pedagang kurang memperhatikan
kebersihan misal nya air untuk mencuci tangan tidak dari air mengalir
sehingga hanya disediakan pada wadah tanpa adanya sarana yang
mendukung (tissue dan sabun pencuci tangan). Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan
merupakan suatu reaksi terbuka. Sikap merupakan objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2018).
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan
responden pemilik rumah makan, berdasarkan fakta yang ditemukan
pada saat peneliti melakukan wawancara bahwa pemilik rumah makan
juga sebagai penjamah makanan yang bertugas mengolah makanan,
menjamah makanan, menyiapkan makanan layaknya penjamah
makanan. Hasil dari pernyataan kuesioner, sebagian besar dari
responden yang masih bersikap negatif 33 responden (69,8%), tidak
melengkapi sabun dan alat pengering (tissue) pada wastafel di rumah
makan yang ia kelola, tidak memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) pada rumah makan, pemilik rumah makan kurang
memonitoring penjamah makanan yaitu penjamah makanan masih
memelihara kuku panjang, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
menangani makanan.
84
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap
pemilik rumah makan menjadi faktor resiko penerapan hygiene sanitasi
rumah makan di Kabupaten Magetan. Hal ini dikarenakan belum
terlengkapinya sarana dan prasarana untuk meningkatan kebersihan
rumah makan yang ia kelola serta pemilik rumah makan yang kurang
memperhatikan kebersihan penjamah makanan.
2. Pengaruh antara Tindakan Petugas dengan Penerapan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Pada hasilChi-Square menunjukkan bahwa hasil p-value Sig 0,019
< 0,05 berarti ada hubungan antara tindakan petugas dengan penerapan
hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan. Jadi, tindakan
petugas dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan dengan nilai
RP 2,2, yang artinya responden dengan tidak ada tindakan dari petugas
mempunyai resiko 2,2 kali lebih besar memiliki penerapan hygiene
sanitasi rumah makan kurang baik dibandingkan responden yang ada
tindakan dari petugas (95%CI= 1,066-4,749). Sedangkan pada uji
regresi logistik menunjukkan bahwa p-value 0,032< 0,05 yang berarti
ada hubungan antara tindakan petugasdengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan dengan α RP= 4,923 (95%CI= 1,145-21,164),
sehingga dapat diartikan responden dengan tidak ada tindakan petugas
mempunyai resiko 4,923 kali lebih besar memiliki penerapan hygiene
sanitasi rumah makan yang kurang baik dibandingkan responden
dengan adanya tindakan petugas. Dalam penelitian ini proporsi rumah
makan dengan tidak adanya tindakan petugas sebanyak 28 rumah
85
makan (65,1%) dan rumah makan dengan adanya tindakan petugas
sebanyak 15 rumah makan (34,9%). Faktor tersebut merupakan faktor
resiko penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan.
Petugas sanitarian adalah tenaga kesehatan lingkungan
berpendidikan minimal Sarjana (S1) yang telah mendapatkan pelatihan
dibidang Hygiene Sanitasi Makanan (Kepmenkes, 2003). Jika tugas dan
tanggung jawabnya dilakukan dengan baik, maka akan tercapai tingkat
keberhasilnnya, dengan mengukur tingkat derajat kesehatan
masyarakat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Harnani
(2018) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hygiene sanitasi
rumah makan di Kelurahan Tangkerang Labuai Kota Pekanbaru
menyatakan bahwa hasil uji Chi Square terdapat hubungan antara
penyuluhan petugas sanitarian dengan hygiene sanitasi rumah makan
(POR=17,5). Hal ini dapat disimpulkan bahwa rumah makan yang tidak
mendapatkan penyuluhan dari petugas sanitarian beresiko 17,5 kali
untuk tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dibandingkan
rumah makan yang mendapatkan penyuluhan dari petugas sanitarian.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan
responden pemilik rumah makan. Hasil dari pernyataan kuesioner,
sebagian besar dari pemilik rumah makan yaitu 28 rumah makan
(65,1%) tidak terdapat kunjungan dari petugas sanitarian Puskesmas
setempat karena minimnya tenaga kerja sanitarian yang hanya 1 petugas
86
sanitarian dalam 1 Puskesmas setempat, sedangkan rumah makan di 1
wilayah kerja Puskesmas cukup banyak jumlah nya sehingga petugas
sanitarian tidak dapat menjalankan pekerjaannya dengan optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan
petugas menjadi faktor resiko penerapan hygiene sanitasi rumah makan
di Kabupaten Magetan. Hal ini dikarenakan minimnya petugas
sanitarian yang hanya 1 Puskesmas 1 petugas sanitarian yang kurang
mengoptimalkan waktu kunjungan pada rumah makan.
5.3.2 Faktor yang Tidak Berpengaruh dengan Penerapan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan di Kabupaten Magetan
1. Pengaruh antara Pengetahuan Pemilik Rumah Makan dengan
Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Pada hasil Chi-Square menunjukkan bahwa hasil p-value Sig
0,046< 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan pemilik rumah
makan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan. Jadi, responden dengan pengetahuan kurang baik mempunyai
resiko 1,8 kali lebih besar memiliki penerapan hygiene sanitasi rumah
makan kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai
pengetahuan yang baik (95% CI= 1,047-3,104). Sedangkan pada uji
regresi logistik menunjukkan bahwa p-value 0,360>0,05 yang berarti
pengetahuan pemilik rumah makan adalah variabel yang tidak
berpengaruh dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan di
Kabupaten Magetan.
87
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fithri
(2016) tentang Hygiene dan Sanitasi pada Penjamah Makanan di Kntin
Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasi uji statistik
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p (sig) = 0,673 (sig<0,05),
yang berarti tidak hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
personal hygiene dan sanitasi makanan pada penjamah makanan di
kantin Universitas Esa Unggul.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Swamilaksita
(2016) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene
sanitasi di kantin Universitas Esa Unggul menyatakan bahwa hasil uji
statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p (sig) = 0,012
(sig<0,05), yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan penerepan hygiene sanitasi di kantin Universitas
Esa Unggul tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa sudah banyak dari
pemilik kantin dan penjamah makanan yang ada di kantin Universitas
Esa Unggul berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi
pengetahuan tentang hygiene dan sanitasi makanan belum tentu diikuti
semakin baik prakteknya dalam hygiene dan sanitasi makanan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chusna (2013),
menyatakan bahwa hasil uji Fisher, diperoleh p-value sebesar 0,015
(p<0,05), yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan
hygiene sanitasi kantin. Hal ini sesuai dengan pernyataan perilaku atau
praktik, jika didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo,
2018).
88
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan
responden pemilik rumah makan. Hasil dari pernyataan kuesioner,
menyebutkan bahwa dari semua responden 51,2% memiliki
pengetahuan kurang baik, yang dikarenakan responden pada pemilik
rumah makan paling banyak termasuk golongan umur lansia akhir (56-
65 tahun) yang menganggap bahwa menggunakan kantong plastik
warna hitam untuk membungkus makanan adalah kemasan yang baik
untuk digunakan, kurangnya mengikuti pelatihan yang dikarenakan
tempat pelatihan dengan jarak rumah makan jauh untuk dijangkau, tidak
membedakan antara sampah organik dan sampah anorganik serta pada
saat menangani makanan mereka sembari memegang uang ketika ada
konsumen yang akan membayar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
pemilik rumah makan bukan menjadi faktor resiko penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan.
2. Pengaruh antara Keikutsertaan Pelatihan dengan Penerapan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Pada hasil Chi-Square menunjukkan bahwa hasil p-value Sig 0,112
> 0,05 berarti tidak ada hubungan antara keikutsertaan pelatihan dengan
penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan.
Sedangkan pada uji regresi logistik menunjukkan bahwa p-value 0,203
> 0,05 yang berarti keikutsertaan pelatihan adalah variabel yang tidak
berpengaruh dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan di
Kabupaten Magetan.
89
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Swamilaksita (2016) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan hygiene sanitasi di kantin Universitas Esa Unggul
menyatakan bahwa hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square
didapatkan nilai p (sig)=0,096 (sig<0,05) yang berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan penerapan hygiene
sanitasi di kantin. Hal ini dikarenkan ketidakberhasilan pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Kesehatan yaitu kurangnya minat dari pemilik
kantin dan penjamah makanan untuk mengikuti pelatihan tentang
hygiene sanitasi makanan, disamping itu adalah waktu pelatihan yang
kurang tepat yaitu pada jam-jam aktif bekerja jam 08.00 WIB-selesai.
Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai hal agar peserta pelatihan
tertarik untuk mengikuti pelatihan tersebut yaitu dengan memberikan
door price bagi 10 peserta yang datang paling awal, akan tetapi usaha
tersebut kurang berhasil dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kualitas sarana kantin dalam mengolah makanan.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan
responden pemilik rumah makan. Hasil dari pernyataan kuesioner,
menyebutkan bahwa dari semua responden 34,9% mengikuti pelatihan
tidak rutin, yang dikarenakan jam yang dijadwalkan untuk pelatihan
adalah jam 10.00-14.00 WIB dimana pada jam tersebut bertepatan pada
jam makan siang sehingga kondisi rumah makan sedang ramai
pengunjung untuk itu pemilik rumah makan lebih mementingkan
90
melayani konsumen, pemilik rumah makan menginginkan bahwa
pelatihan diadakan di Puskesmas setempat supaya jarak yang ditempuh
tidak membutuhkan waktu lama serta pemilik rumah makan menanggap
bahwa materi pelatihan adalah monoton dan kurang menarik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
keikutsertaan pelatihan bukan menjadi faktor resiko penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional yaitu penelitian satu
kali waktu yang mana penelitian ini kurang memiliki hasil yang akurat
terhadap kondisi riil responden pada saat dilakukan penelitian. Namun
untuk meminimalisir hal tersebut peneliti melakukan pengamatan
dengan menggunakan lembar observasi, untuk memperkuat hasil dari
penelitian.
2. Dalam penelitian ini menggunakan uji non parametrik untuk
mengetahui hubungan antar variabel dependen dan independen, uji ini
memiliki tingkat kepekaan yang kurang meskipun hasilnya
berhubungan. Namun untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti
melengkapinya dengan teori dan penelitian terdahulu yang mendukung
penelitian ini.
91
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene sanitasi rumah
makan di Kabupaten Magetan, sebagai berikut :
1. Tidak ada pengaruh pengetahuan pemilik rumah makan terhadap
penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan (p
value= 0,360 (α RP= 2,052; 95% CI= 0,440-9,565)).
2. Ada pengaruh sikap pemilik rumah makan terhadap penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan (p-value= 0,038 (α RP=
5,015; 95% CI= 1,094-22,985)).
3. Ada pengaruh tindakan petugas terhadap penerapan hygiene sanitasi
rumah makan di Kabupaten Magetan (p-value= 0,032 (α RP= 4,923;
95% CI= 1,145-21,164)).
4. Tidak ada pengaruh keikutsertaan pelatihan terhadap penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan (p-value= 0,203 (α RP=
2,843; 95% CI= 0,570-14,188)).
5. Faktor yang paling berpengaruh adalah sikap pemilik rumah makan
terhadap penerapan hygiene sanitasi rumah makan di Kabupaten
Magetan (p-value= 0,038 (α RP= 5,015; 95% CI= 1,094-22,985)).
92
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
1. Melengkapi sarana dan prasana di rumah makan khususnya sarana
hygiene sanitasi rumah makan misalnya melengkapi tissue pada setiap
meja makan, maupun wastafel yang dilengkapi sabun cuci tangan dan
alat pengering (tissue).
2. Memonitoring penjamah makanan supaya memperhatikan personal
hygiene penjamah makanan sesuai dengan prosedur sanitasi yang
memadahi untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang
ditanganinya.
6.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
Mengoptimalkanwaktu kunjungan petugas dalam rangka Inspeksi
Kesehatan Lingkungan (IKL) pada rumah makan yang terdaftar di Dinas
Kesehatan Kabupaten Magetan minimal 1 bulan 1 kali guna menyehatkan
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) rumah makan di Kabupaten
Magetan.
6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Meningkatkan ketersediaan sumber bacaan atau literatur yang
berhubungan dengan penerapan rumah makan dalam rangka meningkatkan
hygiene sanitasi rumah makan atau restoran.
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,
diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai
93
penerapan hygiene sanitasi rumah makan dari segi faktor dan variabel
yang berbeda agar dapat mengembangkan penelitian di masa yang akan
datang. Bagi peneliti selanjutnya perlu menggunakan ukuran ataupun
metode yang dapat menghindarkan atau meminimalkan adanya recall bias.
94
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arisman. 2012. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta : Buku
Kedokteran ECG.
Chusna, Fina Izzatul. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sarana Sanitasi
Kantin Di Universitas Semarang. Unnes Journal of Public Health.
Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan 2017.
. 2018. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan 2018.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.
Fithri, Nayla Kamilia. 2016. Higiene dan Sanitasi Pada Penjamah Makanan di
Kantin Universitas Esa Unggul. Jurnal INOHIM, Volume 4 Nomor 2,
Desember 2016.
Handayani, Wahyu Dwi. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan
Sampah Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan,
Kabupaten Madiun. Skripsi. Madiun : STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Harnani, Yessi. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Higiene dan
Sanitasi Rumah Makan di Kelurahan Tangkerang Labuai Kota Pekanbaru.
Jurnal (CMJ) Vol I No 2 Mei 2018.
Hartanto, Andry dan Palupi Widyastuti. 2016. Penyakit Bawaan Makanan.
Jakarta : Buku Kedokteran ECG.
Hastono, S.P. 2007. Modul: Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Hidayat, A.A. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
95
Hitipeuw, Michelle Regina Christanty, Oksfriani Jufri Sumampouw dan Rahayu
H. Akili. 2018. Higiene dan Sanitasi Rumah Makan Di Kompleks Wanea
Plaza Kota Manado. Jurnal KESMAS, Volume 7 No 4.
Menkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan atau Restoran.
Menkes RI. 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Makanan.
Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi 2. Jakarta : Pustaka Kemang.
Mukono. 2004. Hygiene Sanitasi Hoyel dan Restoran. Surabaya : Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Purnawijayanti, Hiasinta A. 2011. Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja
Dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta : Kanisius.
Rachmatina, Luthfi Dina. 2018. Analisis Hygiene Sanitasi Rumah Makan Di
Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rosjidi, Cholik Harun, Laily Isro’in dan Nurul Sri Wahyuni. 2017. Penyusunan
Proposal dan Laporan Penelitian Step By Step. Ponorogo : Unmuh
Ponorogo Press.
Santoso, Imam. 2015. Imspeksi Sanitasi Tempat-tempat Umum. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian, Cetakan ke 25. Bandung : Alfabeta.
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Medika.
Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
96
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta :
Prenada Media.
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya
Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta : Center of Academic Publishing
Service.
Suyono dan Budiman. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks
Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.
Swamilaksita, Prita Dhyani. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan
Higiene Sanitasi di Kantin Universitas Esa Unggul. Nutrire Diaita Volume
8 Nomor 2, Oktober 2016.
Wati, Carina Agoestin Intan. 2013. Faktor yang Berhubungan Dengan Praktek
Sanitasi Pada Pedagang Makanan di Sekitar Wisata Pantai Logending
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Unnes Journal of Public Health.
97
Lampiran 1
Pengajuan Judul Skripsi
98
Lampiran 2
Surat Izin Validitas dan Reliabilitas
99
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
100
Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
101
Lampiran 5
Balasan Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
102
103
Lampiran 6
Balasan Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
104
Lampiran 7
Lembar Pengantar Penelitian
Nama Rumah Makan :
Nama Responden :
No. Responden :
Nama Peneliti :
Datang Pertama : Hari : Tanggal : Jam :
Datang Kedua : Hari : Tanggal : Jam :
Datang Ketiga : Hari : Tanggal : Jam :
Observasi dan Wawancara : Berhasil / Tidak Berhasil
(*coret yang tidak perlu)
Magetan, Mei 2019
Responden,
(……………………..)
105
Lampiran 8
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapat kejelasan serta mengetahui manfaat penelitian dengan
judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan di Kabupaten Magetan”. Saya menyatakan setuju/tidak setuju
diikutsertakan dalam penelitian ini dengan catatan bila sewaktu-waktu dirugikan
dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan. Saya mengetahui bahwa
informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu
kesehatan masyarakat dan akan dijamin kerahasiaannya
Magetan, Mei 2019
Responden,
(……………………..)
106
Lampiran 9
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN HYGIENE
SANITASI RUMAH MAKAN DI KABUPATEN MAGETAN
IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir Responden (Lingkari Salah Satu)
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD/sederajat
c. SLTP/sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Akademik/perguruan tinggi
107
PERNYATAAN KUESIONER
Petunjuk pengisian :
Bacalah beberapa pernyataan dibawah ini, lalu pilihlah satu pilihan yang tersedia
di sampingnya dengan memberikan tanda centang ( ) pada kolom yang tersedia,
dengan keterangan sebagai berikut :
A. Pengetahuan Responden
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Air sumur gali dapat digunakan untuk pengolahan
makanan.
2 Penggunaan air PDAM untuk pencucian peralatan
lebih bersih dari pada air sumur gali.
3 Pemisahan sampah organik dan anorganik sangat
diperlukan.
4 Tempat sampah yang sudah full tidak perlu segera
dibuang di Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
5 Air PDAM dapat digunakan untuk pencucian bahan
makanan.
6 Memegang uang saat mengolah makanan adalah
kegiatan yang tidak dapat menimbulkan cemaran
pada makanan.
7 Sampah organik dan anorganik dapat di jadikan satu
dalam tempat sampah.
8 Lokasi rumah makan yang berdekatan dengan
sumber pencemar (Tempat Pembuangan Sampah)
akan menimbulkan bau tidak sedap sehingga
menimbulkan adanya lalat.
9 Toilet pria dan wanita harus dibedakan.
10 Kantong plastik warna hitam adalah kemasan yang
baik untuk membungkus makanan.
108
B. Sikap Responden
No Pernyataan
Jawaban
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1 Wastafel dilengkapi dengan sabun
cuci tangan dan alat pengering
(tissue).
2 Merasa risih apabila rumah makan
banyak didatangi lalat.
3 Selalu mengikuti pelatihan tentang
pengeloaan hygiene sanitasi rumah
makan yang dijadwalkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Magetan.
4 Penjamah makanan diperbolehkan
memelihara kuku panjang asalkan
bersih.
5 Ketika memasak makanan,
penjamah harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), seperti
celemek, sarung tangan dan tutup
rambut.
6 Rumah makan harus memiliki
Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) sebelum limbah hasil
pengolahan dibuang ke parit.
7 Bahan makanan tidak perlu
dibersihkan sebelum diiris atau
dipotong, asalkan dimasak sampai
matang.
8 Adanya lalat ditempat penyajian
makanan dapat mempengaruhi
keamanan makanan tersebut.
9 Bersin dan berbicara saat mengolah
dan menyajikan makanan adalah hal
yang biasa dilakukan.
10 Tumpukkan sampah yang
berserakan di dekat rumah makan
dapat menyebabkan makanan
tercemar.
109
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda centang ( ) di kolom
yang sesuai.
C. Tindakan Petugas
1. Apakah ada kunjungan oleh petugas sanitarian dari Puskesmas setempat di
rumah makan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir?
Tidak Ada
Ada
2. Kapan terakhir petugas sanitarian mendatangi rumah makan untuk
melakukan inspeksi kesehatan lingkungan rumah makan?
Februari, 2019
Maret, 2019
April, 2019
3. Dalam 1 bulan, berapa kali petugas sanitarian dari Puskesmas mengunjungi
rumah makan?
2x
1x
3x
D. Keikutsertaan Pelatihan
1. Apakah pemilik rumah makan rutin mengikuti pelatihan tentang
pengelolaan hygiene sanitasi rumah makan yang dijadwalkan oleh Dinas
Kabupaten Magetan yang telah terjadwal 6 bulan sekali?
Tidak Rutin
Rutin
2. Dimana tempat mengikuti pelatihan tentang pengelolaan hygiene sanitasi
rumah makan?
Puskesmas Setempat
Dinas Kesehatan
Kegiatan Lingkungan
3. Dalam 1tahun, berapa kali pelatihan tentang pengelolaan hygiene sanitasi
rumah makan yang dijadwalkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan?
2x
1x
3x
4. Kapan terakhir mengikuti pelatihan tentang pengelolaan hygiene sanitasi
rumah makandijadwalkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan?
Oktober, 2018
Maret, 2019
110
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI
Observasi Hygiene Sanitasi Rumah Makan
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Persyaratan lokasi dan bangunan
a. Lokasi tidak berada pada arah angin dari sumber
pencemaran debu, asap dan bau.
b. Bangunan terpisah dari tempat tinggal temasuk tempat
tidur.
2 Persyaratan fasilitas sanitasi
a. Air bersih tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
b. Pembuangan air limbah mengalir dengan lancar
dilengkapi dengan grease trap.
c. Letak toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur
atau ruang makan.
d. Sampah diangkut tiap 24 jam.
3 Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
a. Dapur dilengkapi fasilitas penyimpanan bahan makanan
(kulkas dan freezer).
b. Perlengkapan ruang makan selalu bersih.
c. Gudang makanan terbuat rapat serangga dan tikus.
4 Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
a. Kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan baik dan
segar.
b. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan
dan terdaftar pada Depkes RI.
5 Persyaratan pengolahan makanan
a. Proses pengolahan menggunakan peralatan dengan benar.
6 Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
a. Penempatan bahan makanan terpisah dengan makanan
jadi.
b. Cara penyimpanan bahan makanan jadi dengan cara
tertutup.
7 Persyaratan penyajian makanan jadi
a. Penyajian makanan harus dengan tempat yang bersih
8 Persyaratan peralatan
a. Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan
selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/Sk/VII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan atau
Restoran
111
Lampiran 11
HASIL VALIDITAS
Validitas Kuesioner Pengetahuan Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Ngawi
Correlations
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Soal 7
Soal 8
Soal 9
Soal 10 Total_Skor
Soal_ Pengetahuan_1
Pearson Correlation
1 .115 .545* .882
** .058 .236 .081 .000 .061 .065 .509
*
Sig. (2-tailed) .628 .013 .000 .808 .317 .735 1.000 .800 .786 .022
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_2
Pearson Correlation
.115 1 -.314 .000 .905** .204 .420 .408 .314 .113 .558
*
Sig. (2-tailed) .628 .177 1.000 .000 .388 .065 .074 .177 .637 .011
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_3
Pearson Correlation
.545* -.314 1 .663
** -.179 .385 -.015 -.171 .341 .318 .473
*
Sig. (2-tailed) .013 .177 .001 .450 .094 .951 .471 .142 .171 .035
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_4
Pearson Correlation
.882** .000 .663
** 1 .154 .312 .031 -.089 .206 .074 .546
*
Sig. (2-tailed) .000 1.000 .001 .518 .181 .898 .709 .384 .758 .013
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_5
Pearson Correlation
.058 .905** -.179 .154 1 .287 .380 .328 .453
* .124 .620
**
Sig. (2-tailed) .808 .000 .450 .518 .220 .098 .158 .045 .601 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
112
Soal_ Pengetahuan_6
Pearson Correlation
.236 .204 .385 .312 .287 1 .343 .250 .171 .482* .690
**
Sig. (2-tailed) .317 .388 .094 .181 .220 .139 .288 .471 .031 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_7
Pearson Correlation
.081 .420 -.015 .031 .380 .343 1 .514* -.015 .047 .451
*
Sig. (2-tailed) .735 .065 .951 .898 .098 .139 .020 .951 .843 .046
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_8
Pearson Correlation
.000 .408 -.171 -.089 .328 .250 .514* 1 .043 .322 .485
*
Sig. (2-tailed) 1.000 .074 .471 .709 .158 .288 .020 .858 .167 .030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_9
Pearson Correlation
.061 .314 .341 .206 .453* .171 -.015 .043 1 .083 .473
*
Sig. (2-tailed) .800 .177 .142 .384 .045 .471 .951 .858 .729 .035
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Pengetahuan_10
Pearson Correlation
.065 .113 .318 .074 .124 .482* .047 .322 .083 1 .601
**
Sig. (2-tailed) .786 .637 .171 .758 .601 .031 .843 .167 .729 .005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total_Skor Pearson Correlation
.509* .558
* .473
* .546
* .620
** .690
** .451
* .485
* .473
* .601
** 1
Sig. (2-tailed) .022 .011 .035 .013 .004 .001 .046 .030 .035 .005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
113
Validitas Kuesioner Sikap Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Ngawi
Correlations
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Soal 7
Soal 8
Soal 9
Soal 10
Total_ Score
Soal_ Sikap_1
Pearson Correlation
1 .296 .977** .766
** .491
* .437 .296 .651
** .929
** .676
** .868
**
Sig. (2-tailed) .204 .000 .000 .028 .054 .204 .002 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Sikap_2
Pearson Correlation
.296 1 .259 .274 .357 -.003 1.000** .546
* .342 .229 .583
**
Sig. (2-tailed) .204 .270 .243 .122 .991 .000 .013 .140 .332 .007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Sikap_3
Pearson Correlation
.977** .259 1 .836
** .527
* .510
* .259 .618
** .952
** .756
** .890
**
Sig. (2-tailed) .000 .270 .000 .017 .022 .270 .004 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Sikap_4
Pearson Correlation
.766** .274 .836
** 1 .557
* .539
* .274 .449
* .796
** .923
** .849
**
Sig. (2-tailed) .000 .243 .000 .011 .014 .243 .047 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Sikap_5
Pearson Correlation
.491* .357 .527
* .557
* 1 .457
* .357 .413 .502
* .722
** .709
**
Sig. (2-tailed) .028 .122 .017 .011 .043 .122 .070 .024 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_ Sikap_6
Pearson Correlation
.437 -.003 .510* .539
* .457
* 1 -.003 .333 .485
* .631
** .572
**
Sig. (2-tailed) .054 .991 .022 .014 .043 .991 .152 .030 .003 .008
114
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_Sikap_7 Pearson Correlation
.296 1.000** .259 .274 .357 -.003 1 .546
* .342 .229 .583
**
Sig. (2-tailed) .204 .000 .270 .243 .122 .991 .013 .140 .332 .007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_Sikap_8 Pearson Correlation
.651** .546
* .618
** .449
* .413 .333 .546
* 1 .711
** .376 .747
**
Sig. (2-tailed) .002 .013 .004 .047 .070 .152 .013 .000 .102 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_Sikap_9 Pearson Correlation
.929** .342 .952
** .796
** .502
* .485
* .342 .711
** 1 .719
** .901
**
Sig. (2-tailed) .000 .140 .000 .000 .024 .030 .140 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal_Sikap_10 Pearson Correlation
.676** .229 .756
** .923
** .722
** .631
** .229 .376 .719
** 1 .825
**
Sig. (2-tailed) .001 .332 .000 .000 .000 .003 .332 .102 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total_Score Pearson Correlation
.868** .583
** .890
** .849
** .709
** .572
** .583
** .747
** .901
** .825
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 .000 .000 .008 .007 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
115
Validitas Kuesioner Tindakan Petugas di Kabupaten Ngawi
Correlations
Soal 1
Soal 2
Soal 3 Total_Skor
Soal_ Tindakan_Petugas_1
Pearson Correlation 1 .724** .724
** .878
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 20 20 20 20
Soal_ Tindakan_Petugas_2
Pearson Correlation .724** 1 1.000
** .966
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 20 20 20 20
Soal_ Tindakan_Petugas_3
Pearson Correlation .724** 1.000
** 1 .966
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 20 20 20 20
Total_Skor Pearson Correlation .878** .966
** .966
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Kuesioner Keikutsertaan Pelatihan di Kabupaten Ngawi
Correlations
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Total_ Skor
Soal_ Pelatihan_Petugas_1
Pearson Correlation 1 .126 .126 .174 .437
Sig. (2-tailed) .597 .597 .463 .054
N 20 20 20 20 20
Soal_ Pelatihan_Petugas_2
Pearson Correlation .126 1 1.000** .724
** .916
**
Sig. (2-tailed) .597 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20
Soal_ Pelatihan_Petugas_3
Pearson Correlation .126 1.000** 1 .724
** .916
**
Sig. (2-tailed) .597 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20
Soal_ Pelatihan_Petugas_4
Pearson Correlation .174 .724** .724
** 1 .851
**
Sig. (2-tailed) .463 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20
Total_Skor Pearson Correlation .437 .916** .916
** .851
** 1
Sig. (2-tailed) .054 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji validitas dapat dilihat pada tabel Corellation. Dengan menggunakan
jumlah responden sebanyak 20 maka nilai r tabel diperoleh melalui tabel r product
moment pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, jadi df = 20-2 = 18, maka r
tabel = 0,4438. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel.
116
Lampiran 12
Hasil Reliabilitas
Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Ngawi
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.716 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Soal_Pengetahuan_1 5.9000 7.042 .379 .695
Soal_Pengetahuan_2 6.1500 6.766 .414 .688
Soal_Pengetahuan_3 6.0000 7.053 .324 .702
Soal_Pengetahuan_4 5.9500 6.892 .414 .689
Soal_Pengetahuan_5 6.2000 6.589 .490 .676
Soal_Pengetahuan_6 6.2500 6.408 .579 .662
Soal_Pengetahuan_7 5.8000 7.326 .340 .702
Soal_pengetahuan_8 6.0500 6.997 .333 .701
Soal_Pengetahuan_9 6.0000 7.053 .324 .702
Soal_Pengetahuan_10 5.5500 5.839 .332 .728
117
Reliabilitas Kuesioner Sikap Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Ngawi
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.914 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Soal_Sikap_1 27.00 41.474 .825 .896
Soal_Sikap_2 26.80 45.747 .476 .918
Soal_Sikap_3 27.05 41.524 .855 .894
Soal_Sikap_4 27.05 42.682 .806 .898
Soal_Sikap_5 26.50 44.789 .636 .908
Soal_Sikap_6 26.80 46.589 .475 .916
Soal_Sikap_7 26.80 45.747 .476 .918
Soal_Sikap_8 26.70 45.379 .691 .905
Soal_Sikap_9 27.05 40.787 .868 .893
Soal_Sikap_10 26.90 43.674 .780 .900
118
Reliabilitas Kuesioner Tindakan Petugas Makan di Kabupaten Ngawi
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.927 3
Reliabilitas Kuesioner Keikutsertaan Pelatihan Makan di Kabupaten Ngawi
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.793 4
Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60, maka konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi
variabel adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan sebesar 0,716
> 0,60, hasil reliabilitas kuesioner sikap sebesar 0,914 > 0,60, hasil uji reliabilitas
kuesioner tindakan petugas sebesar 0,927 > 0,60, sedangkan hasil reliabilitas
kuesioner keikutsertaan pelatihan sebesar 0,793 > 0,60.
119
Lampiran 13
Input Data
No Umur Jenis
Kelamin Pendidikan
Pengetahuan
Pemilik
Rumah Makan
Sikap Pemilik
Rumah
Makan
Tindakan
Petugas
Keikutsertaan
Pelatihan
Penerapan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan
1 3 0 4 1 1 1 1 1
2 3 1 2 1 1 1 1 1
3 3 1 3 1 1 1 1 1
4 2 1 3 1 0 0 0 1
5 2 0 3 1 1 1 1 1
6 4 0 4 1 1 1 1 1
7 1 1 3 1 0 1 0 1
8 2 0 4 1 1 0 1 1
9 3 0 4 1 1 1 1 1
10 3 1 4 1 1 1 1 1
11 2 1 3 0 0 1 0 0
12 3 0 3 0 1 0 1 1
13 2 0 3 1 1 1 1 0
14 3 0 3 0 0 0 1 0
15 4 0 3 0 0 1 1 0
16 1 0 2 0 0 0 1 1
17 1 0 1 0 0 0 0 0
18 1 0 1 1 0 0 1 0
19 2 0 1 0 0 0 1 0
20 2 0 1 0 0 1 0 0
21 2 0 2 0 0 0 0 0
22 3 1 0 1 0 0 0 0
120
No Umur Jenis
Kelamin Pendidikan
Pengetahuan
Pemilik
Rumah Makan
Sikap Pemilik
Rumah
Makan
Tindakan
Petugas
Keikutsertaan
Pelatihan
Penerapan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan
23 4 1 3 0 0 0 0 0
24 4 1 0 1 0 0 1 0
25 4 1 0 1 0 0 1 0
26 4 1 2 0 0 0 0 0
27 3 0 2 1 0 0 1 0
28 3 0 3 0 0 0 1 0
29 3 1 2 1 0 1 1 0
30 3 0 2 0 1 0 1 1
31 3 0 3 1 0 0 1 0
32 1 1 3 0 1 0 1 0
33 2 1 2 0 0 0 0 0
34 2 1 3 0 0 0 1 0
35 2 1 3 0 0 0 0 0
36 4 0 3 0 1 0 0 0
37 3 1 3 1 0 0 1 1
38 1 0 3 1 0 1 1 1
39 1 1 3 0 0 0 0 0
40 2 0 2 0 0 1 0 1
41 2 0 2 1 1 0 0 0
42 3 0 4 0 0 0 1 1
43 2 1 3 0 0 0 1 0
121
Lampiran 14
HASIL OUTPUT SPSS
HASIL ANALISIS UNIVARIAT
1. Umur
Umur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 36-45tahun 7 16.3 16.3 16.3
46-55tahun 14 32.6 32.6 48.8
56-65tahun 15 34.9 34.9 83.7
>65tahun 7 16.3 16.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
2. Jenis Kelamin
Sex
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 24 55.8 55.8 55.8
Perempuan 19 44.2 44.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
3. Pendidikan
pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sekolah/tidak
tamat SD 3 7.0 7.0 7.0
SD /sederajat 4 9.3 9.3 16.3
SMP/sederajat 10 23.3 23.3 39.5
SMA/sederajat 20 46.5 46.5 86.0
akademik/sederajat 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
122
4. Pengetahuan
Pengetahuan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 22 51.2 51.2 51.2
Baik 21 48.8 48.8 100.0
Total 43 100.0 100.0
5. Sikap
Sikap
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 30 69.8 69.8 69.8
positif 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
6. Tindakan Petugas
Tinpeg
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 28 65.1 65.1 65.1
ada 15 34.9 34.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
7. Keikutsertaan Pelatihan
Keikutpel
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak rutin 15 34.9 34.9 34.9
rutin 28 65.1 65.1 100.0
Total 43 100.0 100.0
123
8. Penerapan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
hsm_rm
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 26 60.5 60.5 60.5
baik 17 39.5 39.5 100.0
Total 43 100.0 100.0
124
HASIL ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan pengetahuan pemilik rumah makan dengan penerapan hygiene
sanitasi rumah makan di Kabupaten Magetan
pengetahuan * hsm_rm Crosstabulation
hsm_rm
Total kurang baik baik
pengetahuan kurang baik Count 17 5 22
% within pengetahuan 77.3% 22.7% 100.0%
baik Count 9 12 21
% within pengetahuan 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 26 17 43
% within pengetahuan 60.5% 39.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.324a 1 .021
Continuity Correctionb 3.981 1 .046
Likelihood Ratio 5.449 1 .020
Fisher's Exact Test .031 .022
Linear-by-Linear Association 5.200 1 .023
N of Valid Casesb 43
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan (kurang baik / baik)
4.533 1.212 16.963
For cohort hsm_rm = kurang baik
1.803 1.047 3.104
For cohort hsm_rm = baik .398 .169 .935
N of Valid Cases 43
125
2. Hubungan sikap pemilik rumah makan dengan penerapan hygiene sanitasi
rumah makan di Kabupaten Magetan
sikap * hsm_rm Crosstabulation
hsm_rm
Total kurang baik baik
sikap negatif Count 22 8 30
% within sikap 73.3% 26.7% 100.0%
positif Count 4 9 13
% within sikap 30.8% 69.2% 100.0%
Total Count 26 17 43
% within sikap 60.5% 39.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.874a 1 .009
Continuity Correctionb 5.209 1 .022
Likelihood Ratio 6.870 1 .009
Fisher's Exact Test .016 .011
Linear-by-Linear Association 6.714 1 .010
N of Valid Casesb 43
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for sikap (negatif / positif)
6.188 1.482 25.829
For cohort hsm_rm = kurang baik
2.383 1.025 5.540
For cohort hsm_rm = baik .385 .192 .772
N of Valid Cases 43
126
3. Hubungan tindakan petugas dengan penerapan hygiene sanitasi rumah makan
di Kabupaten Magetan
tinpeg * hsm_rm Crosstabulation
hsm_rm
Total kurang baik baik
tinpeg tidak ada Count 21 7 28
% within tinpeg 75.0% 25.0% 100.0%
ada Count 5 10 15
% within tinpeg 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 26 17 43
% within tinpeg 60.5% 39.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.094a 1 .008
Continuity Correctionb 5.458 1 .019
Likelihood Ratio 7.127 1 .008
Fisher's Exact Test .011 .010
Linear-by-Linear Association 6.929 1 .008
N of Valid Casesb 43
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,93.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tinpeg (tidak ada / ada)
6.000 1.521 23.675
For cohort hsm_rm = kurang baik
2.250 1.066 4.749
For cohort hsm_rm = baik .375 .180 .782
N of Valid Cases 43
127
4. Hubungan keikutsertaan pelatihan dengan penerapan hygiene sanitasi rumah
makan di Kabupaten Magetan
keikutpel * hsm_rm Crosstabulation
hsm_rm
Total kurang baik baik
Keikutpel tidak rutin Count 12 3 15
% within keikutpel 80.0% 20.0% 100.0%
rutin Count 14 14 28
% within keikutpel 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 26 17 43
% within keikutpel 60.5% 39.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.677a 1 .055
Continuity Correctionb 2.529 1 .112
Likelihood Ratio 3.885 1 .049
Fisher's Exact Test .101 .054
Linear-by-Linear Association 3.592 1 .058
N of Valid Casesb 43
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,93.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keikutpel (tidak rutin / rutin)
4.000 .923 17.329
For cohort hsm_rm = kurang baik
1.600 1.022 2.506
For cohort hsm_rm = baik .400 .136 1.175
N of Valid Cases 43
`
128
HASIL ANALISIS MULTIVARIAT
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 43 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 43 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 43 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
0 0
1 1
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pengetahuan(1) .719 .785 .838 1 .360 2.052 .440 9.565
sikap(1) 1.371 .825 2.759 1 .097 3.940 .781 19.862
tinpeg(1) 1.424 .807 3.113 1 .078 4.152 .854 20.189
keikutpel(1) .858 .845 1.031 1 .310 2.359 .450 12.365
Constant -2.048 .908 5.087 1 .024 .129
Step 2a sikap(1) 1.415 .814 3.018 1 .082 4.117 .834 20.315
tinpeg(1) 1.611 .771 4.361 1 .037 5.005 1.104 22.694
keikutpel(1) 1.045 .820 1.622 1 .203 2.843 .570 14.188
Constant -1.893 .857 4.879 1 .027 .151
Step 3a sikap(1) 1.612 .777 4.309 1 .038 5.015 1.094 22.985
tinpeg(1) 1.594 .744 4.588 1 .032 4.923 1.145 21.164
Constant -1.668 .788 4.479 1 .034 .189
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sikap, tinpeg, keikutpel.
129
Lampiran 15
DOKUMENTASI
Gambar 1 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
Gambar 2 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
130
Gambar 3 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
Gambar 4 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
131
Gambar 5 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
Gambar 6 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
132
Gambar 7 wawancara dan observasi dengan pemilik rumah makan
Gambar 8 wastafel yang hanya ada sabun tanpa dilengkapi alat pengering (tissue)
133
Lampiran 16
Lembar Bimbingan
134
135
Lampiran 17
136
137