Download - Skripsi Etha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan adalah substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan,
dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobatan. Fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia adalah memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan
serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energy guna melakukan aktivitas
sehari-hari, mengatur metabolism, keseimbangan air dan mineral (Mubarak dan Chayatin,
2009).
Makanan merupakan salah satu sumber penting untuk kelangsungan hidup manusia dan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi guna menjaga kesehatan,
meningkatkan kecerdasan dan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu makanan yang
berkualitas baik harus bergizi tinggi, mempunyai rasa yang lezat, menarik, bersih dan tidak
membahayakan bagi tubuh, untuk itu diperlukan sistem penyelenggaraan yang baik.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan
pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan dan beragamnya
aktivitas diluar rumah, sehingga kebutuhan makanan tidak mungkin terpenuhi darai
makanan yang diolah sendiri maka berkembanglah perusahaan atau perorangan yang
menyediakan jasa pelayanan penyediaan makanana salah satunya usaha makanan jajanan.
Makanan jajanan ini masih mengandung resiko yang cukup potensial menyebabkan
terjadinya penyakit atau ganguan kesehatan. Oleh karena itu, makanan jajanan yang kita
konsumsi haruslah terjaga kebersihannya. Salah satu jenis makanan jajanan yang beredar di
masyarakat adalah siomay. Siomay merupakan jenis makanan jajanan yang digemari
masyarakat. Harga yang relatif murah dan keberadaannya yang mudah dijangkau membuat
banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya.
Umumnya pedagang menjajakan siomay di pinggir-pinggir jalan raya, pasar tradisional
dan sekolah-sekolah. Tempat penjualan yang tidak terkoordinir dan tidak menetap
menyebabkan dagangan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi yang
demikian memungkinkan siomay dapat tercemar. Pencemaran juga dapat terjadi pada semua
tahap proses produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan hingga penyajian ke tangan
konsumen.
Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman, pentingnya tindakan hygiene
sanitasi juga analisis bahaya dan titik pengendalian kritis (HACCP : Hazard Analysis Critical
Control Point) yang merupakan salah satu upaya untuk mrnghindari pencemaran terhadap
hasil produksi. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi yang harus diperhatikan dalam
proses pengolahan makanan dan minuman yaitu pemilihan bahan makanan, penyimpanan
bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan
makanan, dan penyajian makanan (Depkes RI, 1999).
Sekarang ini banyak pedagang yang menjual berbagai jenis makanan jajanan keliling
dengan menggunakan sepeda, gerobak sorong atau dilokasi usahanya sendiri. Seperti yang
dapat kita amati di sepanjang jalan Kota Argamakmur terdapat banyak pedagang yang
menggunakan gerobak dorong dan sepeda untuk menjajakan makanannya. Pedagang siomay
keliling di Kota Argamakmur terdiri dari beberapa grup yaitu Siomay Ikhlas (beranggotakan
6 orang), Siomay Do’a Ibu (beranggotakan orang), Siomay Bandung Hoki(beranggotakan
7orang), dan beberapa padagang siomay perorangan. Pengolahan siomay masih dikerjakan
secara tradisional oleh pembuatnya, namun sangat disayangkan karena masih banyak
pedagang yang kurang memperhatikan personal hygiene dan sanitasi pengolahan siomay
yang dijualnya sehingga rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen penyebab
penyakit.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis ingin mengetahui mengenai personal
hygiene dan sanitasi siomay keliling di Kota Argamakmur dengan menggunakan standar
yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan
Jajanan dan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Gambaran Sanitasi Siomay Keliling di Kota Argamakmur ?
b. Bagaimanakah Gambaran Personal Hygiene Siomay Keliling di Kota Argamakmur ?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan Sanitasi siomay keliling di Kota Argamakmur.
b. Mendeskripsikan Personal Hygiene Siomay Keliling di Kota Argamakmur.
1.4. Manfaat penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk Melengkapi persyaratan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai studi akhir
program Sarjana Kesehatan Masyarakat dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang kesehatan lingkungan , terutama mengenai sanitasi dan personal hygiene
makanan.
b. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan acuan dan referensi pada peneliti selanjutnya pada pokok permaslahan
yang sama.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang
keamanan bagi masyarakat dalam memilih dan mengkonsumsi makanan pada pedagang
keliling.
1.5. Ruang lingkup
Peneliti hanya membahas gambaran sanitasi dan personal hygiene siomay keliling di
Argamakmur. Yang meliputi personal hygiene (kebiasaan mandi, kebiasaan memotong
kuku, penggunaan pakaian) dan sanitasi (pemilihan bahan makanan,penyimpanan bahan
makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan
makanan masak, penyajian makan masak).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanadasan Teori
2.1.1 Sanitasi Makanan
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan lingkungan dari
subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediaka
tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes
RI, 1999).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan
makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan penyakit pada manusia (Mubarak dan
Chayatin, 2009). Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan antara
lain :
1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
2. Mencegah penularan wabah penyakit
3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan makanan
Dalam upaya sanitasi makanan, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatiakan,
yaitu :
1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
3. Keamanan terhadap penyediaan air
4. Pengolahan pembuangan air limbah dan kotoran
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian, dan penyimpanan
6. Pencucian dan pembersihan alat pelengkapan
A. Prinsip Sanitasi Makanan
1. Pemilihan Bahan Baku Makanan
Perlindungan terhadap bahan baku dari bahaya-bahaya bahan kimia atau
pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin selama
transportasi dan penyimpanan bahan baku mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang
dimakan dalam keadaan mentah harus diangkut dan disimpan terpisah dari bahan
baku lain dan bahan-bahan yang bukan bahan pangan. Bahan pangan harus dikirim
sedemikian rupa sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen atau
pembentukan toksin dengan mengatur lamanya waktu pengiriman, suhu dan
aktifitas air (water aktivity=Aw) bahan baku.
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan
tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan
yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu
dan keamanan makanan. (Depkes RI, 2004).
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih
dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah
dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan
dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Syarat- syarat penyimpanan menurut Depkes RI (2004) adalah:
a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih
b. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan
dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
dan kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%.
d. Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya dengan
ketentuan sebagai berikut: jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan
dengan dinding 5 cm dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan.
Bahan makanan yang masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar,
sedangkan bahan makanan yang masuknya belakangan terakhir dikeluarkan
atau disebut dengan sistem FIFO (First In First Out)
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan
makanan yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi. Dalam
istilah asing dikenal dengan sebutan Good Manufacturing Practice (GMP) atau
Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB). Prinsip-prinsip pengolahan makanan
sebagai berikut :
a. Persiapan tempat pengolahan
Pengusaha dan penanggung awab berkewajiban menyediakan tempat
pengolahan makanan atau disebut dapur yang memenuhi standard an
persyaratan hygiene dan sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap
makanan. Beberapa hal yang penting dalam persiapan didapur adalah :
1) Ventilasi yang cukup baik
2) Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara.
3) Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar
bekas irisan tidak masuk ke dalam makanan.
4) Ruangan bebas lalat dan tikus
b. Persiapan rancangan menu
Dalam menyusun menu perlu jumlah dan jenis makanan. Dengan melihat
catatan penyimpanan makanan dapat diketahui jumlah dan jenis bahan yang
ada dan harus segera disiapkan. Maka system pencatatan gudang sangat
mendukung untuk pekerjaan seperti ini. Setelah menu disusun dan persiapan
bahan dalam jenis, jumlah dan bumbu yang diperlukan tersedia, maka proses
pengolahan dilaksanakan oleh tenaga yang telah ditetapakan.
c. Peralatan Masak
Peralatan adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan, seperti piasau, kuali, sendok, wajan dan lain-lain.
1) Bahan peralatan
Bahan peralatan tidak boleh melepaskan zat kepada makanan, seperti
Cadmium, Plumbum, Zinkum, Cuprum, Stibium atau Arsenicum.
Logam ini beracun yang dapat berakumulasi sebagai penyakit saluran
kemih dan kanker. Ambang batas logam yang terlarut dan bahayanya
adalah sebagai berikut :
Logam Kadar (mg/l) Gejala
Cuprum (tembaga) 0,05-1,0 Kerusakan pada hati
Cadmium 0,0-0,01 Kerusakan ginjal, tulang dan gigi
Zinkum (seng) 1,0-15,0 Rasa sepat/pahit
Plumbum 0,0-0,10 Kerusakan otak, lumpuh dan anemia
Stibium 0,0-10 Kerusakan usus dan syaraf
Arsenicum 0,0-0,05 Kerusakan empedu dan kanker kulit
2) Keutuhan
Peralatan masak tidak boleh patah, gompel, penyok, atau retak karena
akan menjadi sarang kotoran dan bakteri.
3) Fungsi
(a) Setiap peralatan mempunyai fungsi yang berbeda dan jangan
dicampur aduk.
(b) Gunakanlah warna gagang peralatan sebagai tanda dalam
penggunaan. Contoh : Gagang pisau warna biru/hitam digunakan
untuk makanan masak, gagang pisau warna merah/kuning
digunakan untuk makanan mentah.
(c) Peralatan yang digunakan campur baur akan menimbulkan
kontaminasi.
4) Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada
tempatnya dan pada tempat yang mudah diambil.
d. Peralatan makan dan minum
1) Piring, gelas, mangkuk, sendok, atau garpu harus dalam keadaan bersih.
2) Bentuknya utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak rata.
3) Peralatan makan dan minum yang bersih harus disimpan dalam rak
penyimpanan dan dikeluarkan apabila akan dipergunakan.
e. Wadah penyimpanan makanan
Peralatan untuk menyimpan makanan pada prinsipnya harus terpisah untuk :
makanan matang dan makanan mentah, bahan makanankering dan bahan
basah, dan setiap jenis makanan.
f. Sarana penyajian
1) Tersedianya lemari kaca atau etalase
2) Udara diruang jamahan makanan harus cukup sirkulasinya
3) Terlindung dari jamahan orang, serangga dan tikus.
g. Peralatan untuk pencucian
1) Mampu membersihkan bahan makanan dan mencuci peralatan
2) Tersedia tempat untuk mencuci tangan
3) Tidak menggunakan tempat cuci bahan untuk mencuci tangan.
h. Pelindung pencemaran
1) Menggunakan pakaian kerja yaitu celemek dan penutup rambut
2) Khusus untuk penjamah makanan masak menggunakan sarung tangan
plastik yang sekali pakai dan penutup hidung dan mulut (masker).
i. Fasilitas sanitasi
1) Tersedianya air bersih
2) Jamban dan kamar mandi
3) Tempat sampah yang tertutup
4) Sarana pembuangan limbah dan air hujan
4. Penyimpanan Makanan Masak
Bahaya terbesar dalam makanan masak adalah adanya mikroorganisme patogen
dalam makanan akibat terkontaminasinya makanan sewaktu proses pengolahan
makanan maupun kontaminasi silang melalui wadah maupun penjamah makanan,
kemudian dibiarkan dingin pada suhu ruangan. Kondisi optimum mikroorganisme
patogen dalam makanan siap saji ini akan mengakibatkan mikroorganisme berlipat
ganda dalam jangka waktu antara 1-2 jam. Kondisi tersebut dimungkinkan karena
bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan sesuai dengan karakteristik
hidupnya, sehingga memungkinkan untuk berkembang biak dengan cepat.
Beberapa karakteristik lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri antara
lain makanan banyak protein dan banyak air (moisture), pH normal (6,8-7,5),serta
suhu optimum (10°-60°C). Sementara beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
faktor risiko kejadian foodborne diseases terutama pada proses pembersihan alat
makan, ketidak sesuaian dengan temperatur dan waktu penyimpanan juga
rendahnya personal hygiene.
5. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperanan didalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran makanan selama dalam
pengangkutan dapat berupa fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya
adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan
pencemaran, dengan cara :
a. Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan
beracun.
b. Kendaraan pengangkut makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut bahan
lain.
c. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap akan
digunakan untuk makanan harus dalam keadaan bersih.
d. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan.
e. Gunakanlah kendaraan pengangkutan bahan makanan yang dikontruksi secara
hygienis.
f. Kalau memungkinkan gunakanlah kendaran pengangkut bahan makanan yang
menggunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan
jangkauan yang lebih jauh.
6. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makananyang disajikan adalah makanan yang siap santap. Penyajian jasaboga
berbeda dengan rumah makan. Di rumah makan temapat penyajian relative
berdekatan dengan dapur pengolahan, sedangkan pada jasaboga tempat penyajian
bisa berkilo-kilometer jauhnya dari dapur pengolahan. Maka faktor pengangkutan
makanan menjadi penting karena akan mempengaruhi kondisi penyajian.
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik
pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara
asalkan memperhatikan kaidah sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus
seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan tidak
berasal dari bahan-bahan yang menimbulkan racun.
2.1.2. Personal Hygiene
Kebersihan penjamah makanan dalam istilah populernya disebut hygiene perorangan
atau dalam istilah asingnya disebut Personal Hygiene, merupakan kunci keberhasilan
dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Personal Hygiene berasal dari
bahasa Yunani, berasal dari kata Personal yang artinya perorangan dan Hygiene
berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan
atau Personal Hygiene adalah salah satu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily dan
Sulistyo, 2012).
A. Prinsip-prinsip Personal Hygiene
Ada beberapa prinsip Personal Hygiene atau disebut pula dengan kebersihan diri,
dalam penerapannya sebagai berikut :
1. Mengetahui sumber cemaran dari tubuh.
Tubuh manusia selain sebagai alat kerja juga merupakan sumber cemaran bagi
manusia lain dan lingkungannya termasuk kepada makanan dan minuman.
a. Sumber cemaran utama yang penting diketahui adalah :
1) Hidung
2) Mulut
3) Telinga
4) Isi perut
5) Kulit
Semua yang menjadi sumber cemaran dari tubuh harus dijaga kebersihannya agar
tidak menambah potensi cemarannya.
b. Sumber cemaran lain yang penting adalah :
1) Luka terbuka atau koreng
2) Bisul atau nanah
3) Rambut.
c. Sumber cemaran karena perilaku :
1) Tangan kotor
2) Batuk, bersin atau percikan ludah
3) Menyisir rambut
4) Perhiasaan yang dipakai.
2. Perlakuan-perlakuan yang perlu dilakukan untuk mencegah pencemaran
a. Tangan
Tangan harus selalu dijaga kebersihannya, yaitu :
1) Kuku dipotong pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang
menjadi sumber kuman penyakit yang akan mencemari makanan. Dengan kuku
panjang sulit untuk dibersihkan dengan sempurna walaupun tangan dicuci
dengan baik, karena pada sela-sela kuku yang panjang kotoran masih tertinggal
didalamnya.
2) Kulit selalu dalam keadaan bersih, sebab kulit tempat beradanya kuman yang
secara normal hidup pada kulit manusia. Kulit yang tidak bersih akan
menimbulkan pencemaran kepada makanan.
3) Bebas dari kosmetik (kutek), sebab kosmetik merupakan obat kecantikan yang
sesungguhnya mengandung racun yang berbahaya yang bila masuk ke dalam
makanan dapat mencemari makanan seperti zat warna, air raksa, arsen dan
lainnya.
4) Kulit harus bersih dan bebas luka, sebab kulit yang luka akan memudahkan
berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan pencemaran kulit perlu
dipelihara jangan sampai luka sehingga waktu mencuci tangan mudah bersih.
Bila kulit luka atau koreng maka sulit dibersihkannya karena akan terjadi
pencemaran berulang-ulang.
5) Membersihkan tangan, dapat dilakukan dengan air bersih yang cukup, sabun
dan sikat kuku. Kebiasaan mencuci tangan harus dilakukan pada waktu berikut
ini :
(1) Sebelum menjamah makanan
(2) Sebelum memegang peralatan makan
(3) Sebelum makan
(4) Setelah keluar dari toilet
(5) Setelah merokok
(6) Setelah membuang sampah atau kotoran lain
(7) Setalah meracik bahan mentah seperti daging, ikan, sayuran dan lain-lain.
(8) Setelah mengerjakan pekerjaan lain.
b. Merokok
Merokok adalah dilarang diwaktu mengolah makanan atau berada di dalam ruang
pengolahan makanan. Kebiasaan merokok dilingkungan pengolahan makanan
mengandung resiko sebagai berikut :
1) Bakteri atau kuman dari mulut dan bibir dapat dipindahkan ke tangan
sehingga tangan menjadi semakin kotor dan seterusnya akan mengotori
makanan.
2) Abu rokok dapat jatuh ke dalam makanan secara tidak disadari dan sulit
dicegah.
3) Menimbulkan bau asap rokok yang dapat mengotori udara sehingga menjadi
sesak yang mengganggu pekerja lain dan bau rokok dapat meresap ke dalam
makanan.
c. Kebiasaan bersih
Harus dijaga selalu kebersihan, kerapihan, dan keapikan penampilan dengan
menjauhkan sifat perilaku buruk sepeti berikut ini :
1) Menggaruk-garuk kulit, rambut, lubang hidung, telinga, atau sela-sela gigi dan
kuku. Kalaupun itu akan dilakukan, lakukanlah diluar tempat pengolahan
makanan atau ke toilet untuk membersihkan semua itu.
2) Mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada sendok yang langsung
dipakai untuk mengaduk makanan.
3) Meludah, usahakan tidak membuang ludah dengan sembarangan pada saat
keinginan membuang ludah yang sudah terbiasa. Untuk keadaan mendesak
ingin membuang ludah, buanglah ludah diluar tempat pengolahan makanan
pada tempat yang telah disediakan.
4) Batuk atau bersin, kalaupun terpaksa dilakukan tutuplah dengan saputangan
atau tisu.
5) Memegang-megang rambut dengan tangan tau menggaruk-garuk karena
kotoran (ketombe) atau kutu. Bersihkanlah selalu rambut dengan pembersih
rambut atau gunakan obat hama kutu agar kulit kepala bersih dan sehat.
6) Tidak menyisir rambut ditempat pengolahan makanan.
d. Pakaian kerja
Pakaian kerja dipakai hanya ditempat kerja dan tidak dipakai dijalanan. Dianjurkan
dibuat seragam untuk memudahkan pengawasan. Pakaian dari rumah akan sangat
kotor sewaktu dijalan, sehingga bisa menjadi sumber pengotoran. Pakaian kerja
dilengkapi dengan sarung tangan, celemek, dan topi.
e. Perhiasaan
Perhiasaan yang boleh dipakai sebatas perhiasaan tidak berukir seperti cincin
kawin. Perhiasaan lain termasuk arloji (jam tangan) dianjurakan tidak dipakai dan
disimpan ditempat penyimpanan pribadi (locker). Perhiasaan dapat menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
1) Kulit dibawah tempat perhiasaan menjadi tempat berkumpulnya kuman dan
bakteri.
2) Perhiasan berukir dapat menjadi tempat kumpulnya kotoran sebagai sumber
kuman sewaktu berkerja, karena sulit dibersihkan pada waktu mencuci tangan,
atau barang kali tidak dicuci karena takut rusak atau takut luntur.
3) Perhiasan seperti anting-anting dan perhiasan lainnya dapat masuk dan jatuh
ke dalam makanan tanpa dapat dicegah atau tanpa disadari, hal mana dapat
merugikan dirinya sendiri dan mengotori makanan.
3. Beberapa cara hygiene dalam menangani makanan
Menangani makanan secara hygienis atau sehat diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memperlakuakan makanan secara hati-hati dan seksama, tetapi tindakan yang tepat
dalam memegang, menempatkan, menyimpan, dan menyajikan makanan sesuai
dengan prinsip-prinsip hygiene.
b. Menempatkan makanan dengan wadah tertutup dan dindari cara penempatan
dengan tumpang tindih yang terbuka, karena bagian lantai luar pada wadah
diatasnya akan mengotori makanan dalam wadah dibawahnya, demikian
seterusnya (Depkes RI, 1999).
B. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
1) Memelihara derajat kesehatan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4) Pencegahan penyakit
5) Meningkatkan rasa percaya diri seseorang
6) Menciptakan keindahan (Laily dan Sulistyo, 2012).
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1. Praktik Sosial
Manusia merupakan mahluk social dan karenanya berada dalam kelompok social.
Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan , berinteraksi dan
bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal Hygiene atau kebersihan diri
seseorang saangat mempengaruhi praktik social seseorang. Selama masa anak –
anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik hygiene, misalnya frekuensi mandi,
waktu mandi, dan jenis hygiene pribadi yang dipengaruhi oleh kelompok teman
sebayanya. Remaja wanita misalnya, mulai tertarik dengan penampilan pribadi dan
mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja
membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan terjadi
beberapa perubahan dalam praktik hygiene karena perubahan kondisi fisiknya.
2. Pilihan pribadinya
Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik Personal
Hygienenya, (missal kapan dia harus mandi, bercukur,melakukan perawatan rambut,
dsb), termasuk memilih produk yang digunakan dalam praktik hygienenya (missal
sabun, sampo, pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya.
3. Citra Tubuh
Citran tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang.
4. Status Ekonomi Sosial
Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik hygiene
perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene perorangan yang
rendah pula.
5. Pengetahuan dan Motivasi
Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang.
Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam
pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan
motivasi karena kurangnya pengetahuan.
6. Variabel Budaya
Kepercayaan budaya dan nilai pribadi akan mempengruhi perawatan hygiene
seseorang. Berbagai budaya memilikki praktik hygiene yang berbeda. Di Asia
kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2 – 3
kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkingkan hanya mandi sesekali dalam
seminggu.
7. Kondisi Fisik
Orang dengan kerterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energy dan
ketangkasan untuk melakukan hygiene (Laily dan Sulistyo, 2012).
D. Dampak Personal Hygiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : Gangguan intregitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Gangguan Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri
menurun dan gangguan dalam interaksi social (Laily dan Sulistyo, 2012).
2.2 . Kerangka Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2002:43) yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian
adalah suatu hubungan atau keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya dari masalah yang diteliti.
Kerangka konsep dalam penelitian ini seperti bagan dibawah ini :
2.3. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Sebagian besar Sanitasi dan Personal Hygiene Pedagang Siomay Keliling di Kota
Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2013 tidak memenuhi syarat kesehatan.
Sanitasi Makanan
- pemilihan bahan makanan- penyimpanan bahan makanan- pengolahan makanan- penyimpanan makanan masak- pengangkutan makanan- penyajian makanan
-
Personal Hygiene
Siomay yang terlindung dan bebas penyakit
BAB III
METODELOGI PENELITIAN3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodelogi kuantitatif. Dalam Penelitian ini metode riset
yang digunakan adalah dengan metode Survey Deskriptif. Peneliti menggunakan Survey
Deskriptif karena penelitian yang peneliti lakukan tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, melainkan hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa (Rachmat, 2005:24).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Argamakmur.
3.2.2. Waktu Peelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan April samapi dengan Mei 2013.
3.3. Definisi Operasioal
Definisi operasional dalam penelitian ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pemanfaatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument (alat ukur), dan sekaligus diidentifikasi skala pengukuran
variabel yang digunakan, dalam penelitian ini menggunakan skala nominal. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini terdapat dalam table dibawah ini :
Tabel 3.3.1. Definisi operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 a. Kebiasaan
Mandi
Kebiasaan mandi
yang dilakukan
pedagang siomay
Kuesione
r
Wawancara Nominal
b. Kebiasaan memotong kuku
keliling secara rutin
minimal 2 kali
sehari (pagi dan
sore) memakai
sabun mandi dan air
yang bersih.
Kebiasaan
memotong kuku
menggunakan
gunting kuku secara
rutin seminggu
sekali.
Kuesioner
Wawancara
3.4. Populasi dan Sampel3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakn oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pedagang siomay keliling di Kota Argamakmur.
3.4.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil dilakukan secara Total Sampling yaitu
dimana peneliti melakukan survey kepada seluruh popuplasi sumber (Murti, 2006 : 85) yaitu
seluruh pedagang siomay keliling di Kota Argamakmur berjumlah 20 orang.
3.5. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu ukuran atau cirri yang dimiliki suatu kelompok (orang,
benda, situasi) yang berbeda dengan dimiliki kelompok tersebut (Raff, 1985)
1. Variabel Independen
Variabel Independen disini adalah Sanitasi dan Personal Hygiene Pedagang Siomay
keliling di Kota Aragamakmur.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen disini adalah upaya untuk melindungi makanan.
3.6. Instrument penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner, dimana responden hanya memilih salah satu jawaban yang telah disediakan
yaitu untuk mengetahui tingkat Sanitasi dan Personal Hygiene Pedagang Siomay.
3.7. Cara Pengumpulan Data
3.7.1.Tehnik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber utama yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Data primer diperoleh langsung pada responden melalui lisan
dengan cara tatap muka, sementara alat bantu yang digunakan cekh list.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer yang
diperoleh studi perpustakaan (Notoadmodjo, 2005).
3.7.2. Pengolahan Data
Pengolahan Data dalam penelitian ini dengan menggunakan computer. Data yang
telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :
a. Editting (Pemerisaan Data)
Data yang telah dikumpulkan lalu diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan
dan kesalahan serta melihat konsistensi jawabab. Apabila terdapat jawaban yang
belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan wawancara
kembali terhadap responden.
b. Coding (Pemberian Kode)
Setelah data masuk, kemudian dilakukan pemeriksaan. Setiap jawaban dikonversi
kedalam angka-angka lalu diberi kode sehingga memudahkan dalam pengolahan
selanjutnya.
c. Tabulating (Tabulasi)
Data dari daftar pertanyaan dipindahkan kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.
d. Entering (Pemasukan Data)
Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan kode angka data ke dalam computer
untuk melakukan proses analisis.
3.8. Cara Analisis DataDalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan tehnik sebagai berikut :
3.8.1. Analisis Univariat
3.8.2. Analisis Bivariat