Download - Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Laporan Kasus
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Linda Rusliana Sari NIM I1A006020
Lutfi Indiwiryawan NIM I1A010003
Soraya Febriananda NIM I1A010040
Laila Kurnia Pramono NIM I1A010085
Pembimbing
dr. Syaiful Fadillah, Sp.KJ
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSJ SAMBANG LIHUM
Februari, 2014
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Jumrah
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tinggiran II Luar Rt.04 Ds. Tinggiran Luar II
Kec. Tamban Kab. Barito Kuala
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Janda
MRS Tanggal : 11 Februari 2014
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
- Alloanamnesa pada tanggal 11 Februari 2014, pukul 16.00 WITA,
diperoleh dari ayah pasien
- Autoanamnesa pada tanggal 11 Februari 2014, pukul 16.30 WITA
A. KELUHAN UTAMA
Mendengar bisikan-bisikan
KELUHAN TAMBAHAN
Melihat bayangan, mengamuk
1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis dengan kakak kandung pasien :
Pasien sering mendengar bisikan-bisikan sejak 2 bulan yang lalu.
Bisikan tersebut bersifat negatif seperti menyuruh untuk membunuh
suaminya. Bisikan dirasakan hilang timbul. Pasien tidak mengetahui
darimana dan siapa yang membisikkan itu. Setelah mendengar bisikan itu,
pasien menjadi mengamuk. Pasien mengamuk menghancurkan barang-
barang. Sewaktu mengamuk pasien tidak melukai dirinya sendiri. Pasien
sering termenung dan menangis sendiri tanpa sebab sejak 2 bulan. Ketika
termenung pasien tidak bisa diajak komunikasi. Ketika sudah sadar pasien
bisa diajak komunikasi. Pasien sudah sering bertengkar dengan suaminya
karena masalah ekonomi dan selalu disalahkan oleh suaminya. Pasien
terlibat perkelahian di daerah sunyi dekat persawahan tempat pasien
bekerja bersama suaminya. Menurut pasien, perkelahian tersebut
dilatarbelakangi karena suaminya yang selalu menyalahkan pasien tentang
ekonomi keluarganya. Selama perkelahian berlangsung, pasien mengaku
mendengar suara membisikan untuk membunuh suaminya dengan parang
yang pasien bawa. Bisikan tersebut terus berulang-ulang terdengar di
telinga pasien, dan akhirnya pasien membunuh suaminya dengan cara
dibacok menggunakan parang. Pasien merasa tidak bersalah setelah
membunuh suaminya. Pasien bisa makan dan minum tanpa harus disuruh.
Pasien kurang bergaul dengan lingkungan sekitar. Sejak masih remaja
2
pasien bersikap tertutup. Sebelumnya pasien tidak pernah diperiksakan ke
dokter mengenai keluhannya.
Autoanamnesis :
Pasien datang bersama keluarga dan dikawal oleh polisi, dengan
penampilan cukup terawat dan sedikit lusuh, pasien duduk di depan
pemeriksa dengan tenang. Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan
kurang lebih dua bulan yang lalu. Bisikan tersebut merupakan perintah-
perintah negatif, seperti membunuh suaminya. Pasien mengaku hampir
setiap hari mendengar ada orang yang menyuruh untuk membunuh
suaminya. Pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya. Sampai
pada suatu ketika pasien terlibat perkelahian di daerah sepi dekat
persawahan tempat pasien bekerja bersama suaminya. Menurut pasien,
perkelahian tersebut dilatarbelakangi karena suaminya yang selalu
menyalahkan pasien tentang ekonomi keluarganya. Selama perkelahian
berlangsung, pasien mengaku mendengar suara membisikan untuk
membunuh suaminya dengan parang yang pasien bawa. Bisikan tersebut
terus berulang-ulang terdengar di telinga pasien, dan akhirnya pasien
membunuh suaminya dengan cara dibacok menggunakan parang. Sebelum
kejadian tersebut pasien juga melihat bayangan babi dan bayi yang lewat
di dekat sawahnya. Setelah kejadian ini, pasien sempat berurusan dengan
pihak kepolisian. Pasien jadi sering merenung dan menangis sendiri tanpa
3
sebab. Pasien juga pernah mengamuk sampai menghancurkan barang-
barang yang ada didekatnya. Pasien tidak ada bicara meracau.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Tidak pernah kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
- Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran
- Tidak ada riwayat kejang atau sakit berat lainnya
- Tidak ada riwayat penyalahgunaan obat atau minuman keras
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal
Lahir cukup bulan, spontan, tidak ada kesulitan saat dilahirkan dengan
bantuan bidan kampung di rumah. Lahir langsung menangis. Selama
os dalam kandungan, ibu penderita tidak pernah mengalami masalah
kesehatan yang serius.
2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun)
Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah
kejang atau panas tinggi dan sakit berat.
3. Riwayat masa Kanak-kanak (3-12 tahun)
Riwayat tumbuh kembang selama anak-anak baik. Os termasuk anak
yang pendiam dan tidak terlalu banyak teman.
4. Riwayat Masa Remaja
Os tergolong pendiam, tidak terlalu banyak bicara, tidak terlalu
banyak teman.
4
5. Riwayat Pendidikan
Penderita tidak bersekolah.
6. Riwayat Pekerjaan
Penderita bekerja sebagai petani.
7. Riwayat Perkawinan
Penderita sudah menikah dan memiliki 8 orang anak.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
Meninggal :
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
5
Sebelum kejadian pembunuhan tersebut penderita tinggal dengan
suami dan anaknya. Pasien menjadi jarang bekerja ke sawah. Selama dua
bulan terakhir pasien ditahan oleh polisi.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Informasi dari pasien bisa digali. Pasien kooperatif dan jawaban
terkadang kurang relevan.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada saat datang ke IGD Rumah Sakit Sambang Lihum tanggal 11
Februari 2014 seorang perempuan perawakan kecil rambut lurus
pendek berumur 30 tahun, mengenakan celana panjang warna hijau
dengan baju kaos lengan pendek warna coklat dan memakai jaket.
Pasien tampak cukup terawat dan sedikit lusuh.
2. Kesadaran
Komposmentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hipoaktif
4. Pembicaraan
koheren, kadang tidak relevan.
5. Sikap terhadap Pemeriksa
6
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada dan wajar. Pasien mau memandang pemeriksa.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA EMPATI
1. Afek (mood) : Euthym
2. Ekspresi afektif : datar
3. Keserasian : sulit dievaluasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : komposmentis
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
3. Konsentrasi : baik
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :
Sesuai dengan taraf pengetahuan.
7
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
- Auditorik : penderita merasa adanya bisikan-bisikan yang
menyuruhnya untuk membunuh suaminya.
- Visual : penderita merasa ada melihat bayangan-bayangan
berwarna babi dan bayi
2. Ilusi (-)
3. Depersonalisasi / Derealisasi : tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : tidak baik, tidak spontan terkadang
menjawab dan terkadang tidak.
b. Kontinuitas : kurang relevan
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : tidak ada
b. Gangguan pikiran :
Waham : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak dapat mengendalikan impuls
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : tidak baik
2. Uji Daya nilai : tidak baik
8
3. Penilaian Realita : baik, empati (tidak dapat dirabarasakan),
gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan visual), isi pikir (tidak
ada waham)
H. TILIKAN
Terganggu derajat 4 = pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh
bantuan tetapi tidak mengalami memahami penyebab sakitnya.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Kurang dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak baik
Gizi : baik
Tanda vital : TD = 120/80
N = 84 x/m
RR = 18 x/m
T = 36,3° C
Kepala:
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,
kotoran hidung minimal
9
Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan
tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak
mudah berdarah, lidah tidak tremor.
Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak
meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi :
- pulmo : sonor
- cor : batas jantung normal
Auskultasi:
- pulmo : vesikuler
- cor : S1S2 tunggal
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,
tremor (-)
10
2. STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa :
Sejak 2 bulan ini, pasien sering mendengar bisikan untuk membunuh
suaminya.
Pasien sering bertengkar dengan suaminya karena masalah ekonomi.
Pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya.
Pasien membunuh suaminya 2 bulan yang lalu karena bertengkar dan
mendengar bisikan untuk membunuh suaminya.
Dalam 2 bulan ini pasien sering berdiam diri.
Pasien tidak pernah periksa ke dokter.
Tidak terdapat riwayat kelainan jiwa dalam keluarga.
Autoanamnesa:
Perilaku dan aktifitas psikomotor : hypoaktif
Kontak psikis : ada, wajar
Afek : hypothym
Ekspresi afektif : datar
Empati : tidak dapat dirabarasakan
11
Halusinasi : ada, visual dan auditorik
Isi pikir : waham (+)
Depersonalisasi : tidak ada
Preokupasi : tidak ada
Penilaian realita : baik
Tilikan : derajat 4
Taraf dapat dipercaya : kurang dapat dipercaya
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : Skizofrenia paranoid (F 20.0)
2. AKSIS II : None
3. AKSIS III : None
4. AKSIS IV : Masalah rumah tangga
5. AKSIS V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara umum
masih baik)
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Status interna dan neurologis dalam batas normal
2. PSIKOLOGIK
Perilaku dan aktivitas psikomotor hipoaktif, ekspresi afektif datar,
kontak ada dan wajar, empati tidak dapat dirabarasakan, ada halusinasi
visual dan auditorik, taraf kurang dapat dipercaya dan tilikan derajat 4.
12
3. SOSIAL/KELUARGA
Pasien pendiam, kurang bergaul dan tertutup.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad malam (Skizofrenia Paranoid)
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam (akut)
Ciri kepribadian : dubia ad malam (paranoid)
Stressor psikososial : dubia ad malam (masalah keluarga)
Riwayat Herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad bonam (31 tahun)
Pola keluarga : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad malam (tidak sekolah)
Aktivitas pekerjaan : dubia ad malam
Perkawinan : dubia ad malam (sering bertengkar)
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologik : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam (belum pernah dirawat)
Ketaatan berobat : dubia ad bonam
Kesimpulan : Dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Medika mentosa :
13
Chlorpromazine 3 x 50 mg tablet
HLP 3 x 5 mg tablet
THP 3 x 2 mg tablet
Lorazepam 1 x 1 mg tablet
Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium darah
- Tes psikologi
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau
‘deteriorating’) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial-budaya. Pada umumnya ditandai
oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (bluntet). Kesadaran
yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan status mental, penderita ini
di diagnosa sebagai skizofrenia (F 20). Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik
dari PPDGJ II dan III.
Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas
diantara gejala-gejala berikut (1,2):
14
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat; Halusinasi auditorik
Waham-waham menetap jenis lainnya.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini :
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
Perilaku katatonik
Gejala-gejala “negatif”.
15
Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada
perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa prilaku pribadi
(personal behavior).
Pedoman diagnosis secara umum untuk skizofrenia pada penderita ini
telah terpenuhi yaitu terdapatnya halusinasi auditorik yang seringkali datang
dalam berbagai bentuk baik suara manusia maupun suara orang sedang melakukan
aktivitas tertentu. Gejala-gejala negatif juga terdapat pada penderita berupa bicara
yang jarang, respon emosional yang tumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial. Gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama
kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Pengelompokan tipe skizofrenia itu dapat dilihat dari gejala yang paling
menonjol (dominan) disamping gejala umum yang mendasari skizofrenia itu
sendiri, misalnya pada skizofrenia hebefrenik gejala yang menonjol adalah
perilaku kekanak-kanakan, pada skizofrenia katatonik gejala yang menonjol
adalah kekakuan motorik (otot alat gerak), pada skizofrenia paranoid gejala yang
menonjol adalah waham dan pada skizofrenia residual yang menonjol adalah
gejala “negatif”.
Secara spesifik, penderita ini digolongkan dalam skizofrenia paranoid (F
20.2) karena pada autoanamnesa didapatkan perilaku paranoid pada penderita,
yaitu pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya, dan mendengar bisikan
supaya membunuh suaminya.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah skizofrenia katatonik, disini
terutama karena penderita kadang mengamuk. Namun gejala-gejala tersebut tidak
16
menonjol dibandingkan dengan gejala paranoidnya sehingga diagnosis skizofrenia
katatonik dapat disingkirkan.
Perjalanan gangguan jiwa pada pasien ini dapat dilihat pada Longitudinal
History berikut :
aktif
prodormal
2013 Desember 2013
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, hal ini dilihat dari diagnosa,
perjalanan penyakit, riwayat keturunan, ciri kepribadian, pendidikan, ekonomi,
dan kepatuhan terhadap pengobatan.
Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung
berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan
waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, Hal ini dimaksudkan untuk
menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang dimaksud meliputi
terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi
psikososial, dan terapi psikorelegius (3).
Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala kegilaan,
mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan
17
dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf
hidup yang terbaik. Obat antipsikosis, aktivitas rehabilitasi dan komunitas
pendukung, dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan (4).
Terapi yang direncanakan untuk pasien ini adalah psikotropika yaitu
chlorpromazine, haloperidol dan trihexyphenidyl, lodomer, dan merlopam.
Chlorpromazine dengan dosis 3 x 50 mg digunakan sebagai antipsikosis dengan
efek sekunder berupa sedasi kuat, untuk mengatasi gelisah dan susah tidur. Efek
primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja optimal.
Haloperidol diberikan dengan dosis 3 x 5 mg untuk menghilangkan gejala
psikotik berupa halusinasi dan waham. Trihexyphenidyl 3 x 2 mg untuk mengatasi
adanya efek samping dari pemberian obat antipsikosis yaitu sindrom parkinson
seperti tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Lorazepam 1 x 1 mg digunakan sebagai
anti-anxietas untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan pasien.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal. Obat antipsikotik kuat seperti Haloperidol, sering menyebabkan
gejala ekstrapiramidal seperti sindroma Parkinson (berupa gemetar, badan kaku
seperti robot, hipersalivasi) dan gejala ekstrapiramidal lainnya, untuk mengatasi
hal ini, digunakan obat Trihexipenidil 3 x 2 mg tablet (4).
Sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek
samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada
yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan
pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat
18
anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan trihexipenidil
3x2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 – 0,75 mg IM. Apabila sindrom Parkinson
sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan
apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (5).
Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda
ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik
dari pemeriksaan fisik (6).
Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat
agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-
stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk
kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan penatalaksanaan
gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya
tahan mental, mempertahankan kontrol diri dn mengembalikan keseimbangan
adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang
dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang
cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.
Rehabilitasi sesuai dengan minat dan bakat pada penderita yang diambil
berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis. Dengan terapi ini diharapkan penderita
dapat kembali ke masyarakat.
Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu
kesembuhan pasien. Karena disini jelas terdapat hubungan yang kurang baik
19
dengan salah satu keluarga yang jika terjadi kembali dapat menjadi suatu pemicu
kekambuhan penyakit pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.
3. Made wirnata. Skizofrenia.2009.
4. Rambisa A. Skizofrenia Paranoid. Www.google.com. Diakses tanggal 12 Februari 2014.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
6. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.
21