Download - Skenario 6 ikkom
Skenario 6
Klinik Baru dr. Syafa
dr. Syafa adalah dokter yang baru lulus Ujian kompetensi Dokter Indonesia ( UKDI ). Ia ingin
membuat klini dokter keluarga sebagai tempat praktik kedokterannya. Saat kuliah, ia
mendapatkan ilmu mengenai kedokteran keluarga yang baginya sangat menarik. Oleh karena itu,
saat ini, saat ini ia akan merancang kliniknya, dari desain ruang, menyusun kebutuhan SDM,
jenis pelayanan kesehatan yang diberikan, sampai system medical record yang baik. Agar
kliniknya nanti cepat berkembang dan memiliki mutu yang tinggi, dr. syafa melengkapi
kliniknya dengan literature text book, jurnal kesehatan dan layanan internet agar memudahkan
proses Evidence Based Medicine ( EBM ). Dr. syafa juga menghitung biaya kapitasi, dan
merencanakan program quality assurance dengan cermat, agar dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang bermutu dan terjangkau.
Step 1
1. Kapitasi = Kapitasi adalah sebuah metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan di
mana penyedia layanan dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa memperhatikan
jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya diberikan.
2. EBM = Evidence Based Medicine (EBM) merupakan pemanfaatan bukti ilmiah
berdasarkan penelitian klinis mutakhir yang sahih dalam tatalaksana proses penyembuhan
penyakit. Langkah EBM adalah mengajukan pertanyaan klinik yang dapat
dijawab (asking answerable question); melakukan pelacakan pustaka untuk menjawab
pertanyaan klinik; melakukan telaah kritis terhadap bukti ilmiah; melakukan integrasi
antara bukti ilmiah yang valid, keahlian klinik, dan nilai serta harapan yang ada pada
pasien; melakukan evaluasi hasil guna penerapan bukti ilmiah di dalam praktek.
3. Quality assurance = : Jaminan mutu terhadap pelayana kesehatan.
STEP 2
1. Manajemen praktik klinik dokter keluarga, Desain fisik, SDM, Rekam Medis di KDK.
2. Bagaimana besaran biaya kapitasi dan sistem kapitasi dokter keluarga?
3. Bagaimana rekam medis dokter keluarga?
4. Menjelaskan Evidence Based Medicine dalam praktek dokter keluarga?
STEP 3
1. Manajemen praktik klinik dokter keluarga?
1.1 Pengertian dokter keluarga
Dokter Keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan
keluarga, komunitas dan lingkungan yang dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer,
sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang juga melibatkan dokter
spesialis pada tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan
rawat inap. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan kepada semua pasien tanpa memilah
jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya (The American Academy of Family Physican,
1969; Geyman, 1971; Mc Whinney, 1981).
1.2 KLINIK DOKTER KELUARGA ( KDK )
a. Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK),
b. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis),
c. Mempunyai bangunan yang memadai,
d. Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
e. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
f. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus
pembantu KDK,
g. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
h..lklk Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
i. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
danberkesinambungan,
j. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
k. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs
2. Bagaimana besaran biaya kapitasi dan sistem kapitasi dokter keluarga?
Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan
kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per
periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu
(biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu.
Pembayaran bagi pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dengan Sistem Kapitasi adalah
pembayaran yang dilakukan oleh suatu Lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada anggota lembaga tersebut, yaitu dengan membayar di muka sejumlah
dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.
Yang dimaksud dengan Lembaga diatas adalah Badan Penyelenggara JPKM (Bapel). Sedangkan
yang dimaksud dengan Satuan Biaya (Unit Cost) adalah harga rata-rata pelayanan kesehatan
perkapita (disebut juga Satuan Biaya Kapitasi) yang disepakati kedua belah pihak (PPK dan
Lembaga) untuk diberlakukan dalam jangka waktu tertentu.
3.Bagaimana rekam medis dokter keluarga?
Dalam upaya penyelenggarakan pelayanan kesehatan yang baik, ada banyak syarat yang harus
dipenuhi. Salah satu diantaranya yaitu tersedianya data yang lengkap, tidak hanya tentang
keadaan kesehatan pasien yang menjadi tanggung jawab dokter tetapi juga tentang keadaan
lingkungan fisik serta lingkungan non fisik masing-masing. Data-data tersebut perlu dicatat dan
disimpan sebaik-baiknya agar dapat digunakan kembali bila diperlukan.
Berkas atau catatan yang dimaksud dalam praktek kedokteran dikenal sebagai rekam medik
(medical record). Sebagai dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, serta mempertimbangkan
keluarga, komunitas serta lingkungannya, menjadikan rekam medis memiliki peran yang sangat
penting, karena macam dan jenis data pada dokter keluarga relatif lebih banyak dan kompleks.
4. Menjelaskan Evidence Based Medicine dalam praktek dokter keluarga?
Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam
prakteknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai
dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan
keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada
masyarakat (patient values).
Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang
telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang
diakui.
STEP 4
1. Manajemen praktik klinik dokter keluarga, Desain fisik, SDM, Rekam Medis di
KDK
a. Dokter KeluargaDokter Keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan
primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungan yang dilandasi keterampilan dan
keilmuan yang mapan.
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat
primer, sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang juga melibatkan
dokter spesialis pada tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat
pelayanan rawat inap. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan kepada semua pasien tanpa
memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya (The American Academy of Family
Physican, 1969; Geyman, 1971; Mc Whinney, 1981).
Gambar 2.1 Alur Prosedur Pelayanan Kesehatan secara Umum
Laboratorium
b. Tugas Dokter Keluarga
Menurut Ikatan Dokter Indonesia, DepKes RI dan FK-UI, tugas pokok Dokter
Keluarga diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara menyeluruh, dan bermutu untuk
pelayanan spesialistik yang diperlukan.
b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
c. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarga.
d. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
e. Menangani penyakit akut dan kronik di tingkat primer.
f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit.
g. Tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter spesialis atau
dirawat di rumah sakit.
h. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
i. Bertindak sebagai mitra, penasihat, dan konsultan bagi pasiennya.
j. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.
k. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
c. Model Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan RJTP Dokter Keluarga yang disediakan bagi peserta Askes dapat
berupa:
a. Dokter keluarga praktek perorangan, dimana satu orang Dokter Keluarga praktek
dalam satu tempat praktek.
b. Dokter praktek bersama dimana Dokter praktek lebih dari satu orang berpraktek
pada jam yang bersamaan dalam satu tempat praktek.
c. Dokter Keluarga yang terkoordinasi dalam satu organisasi menyerupai model
Independent Practice Association (IPA) di Amerika Serikat. Dengan sistem ini
beberapa dokter berafiliasi dalam satu wadah organisasi, dan wadah ini
bekerjasama dengan PT Askes (Persero).
d. Klinik 24 jam, yaitu beberapa Dokter Keluarga bekerja pada satu klinik yang
beroperasi dalam 24 jam sehari, setiap hari dan memberikan pelayanan secara
menyeluruh.
e. Puskesmas yang khusus ditunjuk untuk memenuhi persyaratan menyelenggarakan
fungsi dokter keluarga sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan (credentialing).
f. Balai Pengobatan Instansi (BP Instansi) yang khusus ditunjuk atau mendapat ijin
dari Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi PNS serta
memenuhi persyaratan menyelenggarakan fungsi dokter keluarga sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan.
Untuk program pelayanan RJTP Dokter Keluarga, dilengkapi dengan pelayanan
obat dan laboratorium sederhana berdasarkan kerjasama dokter keluarga dengan apotik
dan laboratorium yang dekat dengan tempat praktek dokter keluarga.
d. Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan di Dokter Keluarga
a. Perluasan pelayanan dokkel dilakukan secara bertahap dimana disesuaikan dengan
hasil pemetaan distribusi peserta dan Dokter Keluarga maupun Dokter Gigi
Keluarga, kesiapan jaringan pelayanan Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga
serta dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah atau DPRD dan Dinas Kesehatan
setempat.
b. Besaran Kapitasi Dokter Keluarga mengacu pada pola perhitungan kapitasi
c. Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayanan yang
dimiliki dilakukan melaui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi
kembali PPK (recredentialing)
d. Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan
yang dimilikinya.
e. Kantor Cabang membayar sebesar 1% dari keseluruhan biaya jasa medis yang
dibayarkan kepada seluruh Dokter Keluarga di Kantor Cabang masing-masing
untuk biaya pembinaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
f. Pelayanan jasa medis akan dikenakan pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter
Keluarga tersebut dilakukan melalui identifikasi peserta terdaftar yang diisi pada
format tabel yang telah ditentukan.
h. Penentuan besaran kapitasi yang dibayarkan dilakukan dengan melakukan perkalian
antara besaran kapitasi sesuai hasil penggolonggan kapitasi pelayanan Dokter
Keluarga dengan faktor penyesuaian sesuai komposisi jenis kelamin dan umur
peserta terdaftar.
i. Faktor penyesuaian yang digunakan dalam perhitungan besaran kapitasi untuk
masing-masing Kantor Regional ditetapkan oleh Kantor Pusat.
j. Dokter Keluarga bekerjasama dengan apotik dan laboratorium terdekat dengan
lokasi praktek Dokter Keluarga.
k. Tidak ada pengenaan iur biaya kepada peserta.
l. Kantor Cabang diwajibkan untuk melakukan seleksi PPK (credentialing) bagi
Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga
m. Setiap Dokter Keluarga wajib menandatangani komitmen tertulis sebagai prasyarat
perlengkapan pelaksanaan credentialing dan recredentialing.
n. Setiap Dokter Keluarga yang ditunjuk berkewajiban untuk menjalankan Disease
Management Program (DMP).
o. Setiap Dokter Keluarga berkewajiban untuk mengirimkan laporan kunjungan setiap
bulan.
p. Kantor Cabang berkewajiban untuk melaksanakan survey kepuasan layanan
minimal satu kali setahun.
q. Pada setiap ruang tunggu ditempat praktek Dokter Keluarga wajib disediakan isian
format feedback langsung dari peserta setelah mendapatkan layanan. Kantor
Cabang melakukan pengolahan data masukan feedback ini setiap triwulan untuk
kemudian menjadi masukan perbaikan layanan kepada Dokter Keluarga.
r. Jumlah peserta ideal yang terdaftar di Dokter Keluarga adalah minimal 2.000 jiwa
per Dokter Keluarga. Kerjasama dengan Dokter Keluarga dapat dilakukan dengan
peserta kurang dari 2.000 jiwa, apabila Dokter Keluarga tersebut memenuhi syarat
dalam proses seleksi dan bersedia menjalin kerjasama dengan PT Askes (Persero)
dengan peserta kurang dari 2.000 jiwa.
s. Jaringan Dokter Keluarga yang terbentuk selain untuk melayani Peserta Askes juga
dapat melayani masyarakat lainnya.
t. Untuk peserta yang telah dialihkan pelayanan RJTPnya ke Dokter Keluarga tidak
dibayarkan lagi biaya kapitasinya kepada Puskesmas, sehingga tidak ada
pembayaran ganda.
u. Menetapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yakni Aplikasi Pelayanan RJTP
Dokter Keluarga.
v. Menerapkan utilization review secara periodik dan berkesinambungan yang
merupakan hasil luaran dari Aplikasi Palayanan RJTP Dokter Keluarga.
w. Untuk Kantor Regional yang telah menerapkan konsep Dokter Keluarga dengan
pola yang berbeda dengan pola dimaksud dalam pedoman ini, maka
penyelenggaraan pelayanan RJTP tersebut akan ditentukan dengan Keputusan
Direksi tersendiri.
e. Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga
a. Pelayanan kesehatan yang diberikan Dokter Keluarga bersifat komprehensif,
meliputi upaya promotif (penyuluhan dan konsultasi), upaya preventif (imunisasi,
kunjungan rumah, dan konseling), upaya kuratif (pemeriksaan dan pengobatan
penyakit), Upaya rehabilitatif (pemeriksaan dan penanganan kasus), dan juga
termasuk penanganan kasus rujuk balik
b. Pelayanan Dokter Keluarga bersifat terbuka, artinya selain melayani peserta Askes,
Dokter keluarga dapat melayani masyarakat umum.
c. Dokter Keluarga dengan cara kerjasama dengan apotik dan laboratorium terdekat
dengan lokasi praktek Dokter Keluarga.
f. Seleksi (Credentialing) Dokter Keluarga
Seleksi ini dilaksanakan dengan menggunakan format penilaian PPK (form
credentialing) yang telah ditentukan. Penilaian terhadap Dokter Keluarga dan Dokter
Gigi Keluarga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mematuhi, melaksanakan dan mendukung peraturan serta ketentuan yang
ditetapkan oleh PT Askes (Persero).
b. Kesepakatan Kerjasama dituangkan dalam satu perjanjian kerja sama dengan
Kantor Cabang PT Askes (Persero) setempat.
c. Dokter Keluarga atau Dokter Gigi Keluarga tersebut harus memenuhi kriteria
standar, yaitu :
1) Standar Sarana dan Prasarana meliputi: bangunan atau gedung, peralatan medis
dan non medis meliputi komputer serta jaringan internet.
2) Standar Cakupan Program meliputi penyediaan obat-obatan, cakupan layanan
dan pelayanan penunjang dilakukan.
3) Standar Sumber Daya manusia meliputi; jumlah tenaga yang terlibat dalam
pelayanan kedokteran keluarga dan pembinaan sumber daya manusia yang ada
dilingkungan fasilitas Dokter Keluarga/Dokter Gigi Keluarga tersebut.
d. Standar Pelayanan Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga mengacu pada
Standar Klinik dan Pelayanan Dokter Keluarga yang berlaku.
e. Proses kredensialing Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga mengacu pada
Standar Klinik dan Pelayanan Dokter Keluarga di lingkungan PT Askes (Persero).
f. Setiap Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga wajib mendatangani komitmen
tertulis sebagai prasyarat pelengkap pelaksanaan kredensialing.
PRAKTEK DOKTER KELUARGA MANDIRI
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic). Pada
bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik
yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik
keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik
dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk
menopang pelayanan dan juga
penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya
merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut
menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan
pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama
tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice)
atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter
keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang
sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara
bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen
keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika
bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan
sebagai berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok,
para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur,
para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work)
disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan
pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis
dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan
dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan
yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang
berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan
menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.
Kesimpulannya, Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama
klinik dokter keluarga (family clinic center). Klinik doga ini dapat digunakan sendiri
(solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok(group practice) biasanya 2 atau
3 orang doga.Dari kedua bentuk ini yang lebih dianjurkan adalah klinik doga bersama.
Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik tersebut secara bersama-sama
membeli dan menggunakan alat-alat praktik bersama agar lebih bermutu dan lebih
terjangkau.
Pelayanan Pada Praktek Dokter Keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan
diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.
Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai
akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan
oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat
dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat
sendiri pasiennya di rumah sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama antara
satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah
lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul kesadaran pada
diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan dan perawatan
pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi
tempat praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang
dibutuhkan.
Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan
sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk
pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga
memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan
jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.
Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama,
perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
tetap tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar
menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika
tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus
mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga harus
mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek
dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit
saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan.
KLINIK DOKTER KELUARGA ( KDK )
a. Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK),
b. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis),
c. Mempunyai bangunan yang memadai,
d. Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
e. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
f. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan
khususpembantu KDK,
g. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
h. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
i. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
danberkesinambungan,
j. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
k. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs
Mengenai apakah klinik DOGA dapat didirikan di daerah cakupan dokter keluarga lain, belum
ada peraturan pasti yang mengatur ini.
2. Perhitungan Kapitasi dan Langkah-langkahnya
Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan
kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per
periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu
(biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu.
Pembayaran bagi pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dengan Sistem Kapitasi adalah
pembayaran yang dilakukan oleh suatu Lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada anggota lembaga tersebut, yaitu dengan membayar di muka sejumlah
dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.
Yang dimaksud dengan Lembaga diatas adalah Badan Penyelenggara JPKM (Bapel). Sedangkan
yang dimaksud dengan Satuan Biaya (Unit Cost) adalah harga rata-rata pelayanan kesehatan
perkapita (disebut juga Satuan Biaya Kapitasi) yang disepakati kedua belah pihak (PPK dan
Lembaga) untuk diberlakukan dalam jangka waktu tertentu.
Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi adalah akurasi prediksi
angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka
kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit)
asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan.
Kapitasi = Angka utilisasi x Biaya satuan/unit cost
Angka utilisasi dapat diketahui dari berbagai laporan yang ada, umpamanya Susenas, atau dari
Dinas Kesehatan setempat.
Angka utilisasi dipengaruhi oleh:
1. Karakteristik Populasi
2. Sifat Sistem Pelayanan
3. Manfaat yang ditawarkan
4. Kebijakan asuransi
Utilisasi adalah tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yang dimiliki sebuah klinik/praktik.
Angkanya dinyatakan dalam persen (prosentase). Utilisasi merupakan jumlah kujungan per 100
orang di populasi tertentu (jumlah kunjungan/total populasi x 100%)
Utilisasi dapat memberikan gambaran tentang kualitas pelayanan dan risiko suatu populasi
(angka kesakitan). Apabila utilisasi tinggi berarti menunjukkan kualitas pelayanan buruk atau
derajat kesehatan peserta buruk.
Unit Cost adalah biaya rata-rata untuk setiap jenis pelayanan rata-rata pada kurun waktu tertentu.
Unit Cost hanya dapat dihitung bila administrasi keuangan rapi (sistematis), sehingga dapat
melihat pemasukan untuk setiap jenis pelayanan.
Unit cost = Jumlah pendapatan untuk setiap jenis pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan
tersebut.
Unit cost identik dengan tarif atau harga jual (harga pokok ditambah margin) dapat memberikan
gambaran tentang efisiensi pelayanan dan risiko biaya suatu populasi (beban biaya). Angka unit
cost yang tinggi menunjukkan pelayanan tidak efisien atau populasi memiliki risiko biaya tinggi
(banyak penyakit degeneratif). Hal ini penting untuk menghitung tarif atau kapitasi dan untuk
mengontrol biaya dan ketaatan tim terhadap SOP yang telah disepakati.
Satuan biaya kapitasi ditetapkan berdasarkan perkiraan besarnya resiko gangguan kesehatan
yang memerlukan pelayanan kesehatan di kalangan anggota lembaga pendanaan kesehatan
tersebut dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang menentukan satuan biaya kapitasi:
1. Bentuk-bentuk gangguan/masalah kesehatan yang umumnya dialami anggota beserta
prevalensisnya.
2. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mengatasi gangguan kesehatan
tersebut beserta tarifnya.
3. Tingkat penggunaan pelayanan kesehatan oleh anggota
Dari setiap pelayanan kesehatan, dihitung angka/biaya kapitasi dengan mengalikan angka
utilisasi tersebut dengan satuan biaya riil (real cost). Jumlah dari semua angka kapitasi yang
didapat menjadi angka kapitasi rata-rata per peserta per bulan. Secara umum rumus
penghitungan kapitasi adalah sebagai berikut :
Angka kapitasi = angka utilisasi tahunan x biaya satuan : 12 bulan
= biaya per anggota per bulan (PAPB)
Contoh penetapan angka utilisasi dan angka kapitasi :
Dari laporan pemanfaatqn pelayanan kesehatan tahun yang lalu (experienced rate) dapat
diketahui jumlah kunjungan rawat jalan peserta asuransi kesehatan ke PPK tingkat I sebanyak
12.443 kunjungan. Jumlah peserta 10.000 orang. Biaya dokter dan obat per kunjungan rata-rata
Rp. 15.000,- (jasa dokter Rp.5.000,- dan biaya obat rata-rata Rp. 10.000,-). Maka berdasarkan
rumus diatas, maka angka kapitasi per anggota per bulan (PAPB), adalah sebagai berikut :
PAPB = [( 12433 / Rp. 10.000 ) x Rp. 15.000 ] : 12 bulan = Rp. 1554,12
Pembayaran untuk Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) dihitung berdasarkan atas
perhitungan biaya per kepala (per kapita) untuk pelayanan yang harus diberikan bagi setiap
peserta dalam jangka waktu tertentu (biaya pelayanan kapitasi). Besarnya tarif pelayanan
kesehatan disini merupakan hasil kesepakatan antara Bapel JPKM dengan PPK yang bersangkut.
Perhitungan pembayaran kapitasi yaitu : jumlah peserta dan keluarganya yang terdaftar sebagai
peserta dikalikan dengan besarnya angka kapitasi untuk jenis pelayanan kesehatan yang
diinginkan.
Pembayaran kapitasi = jumlah peserta x angka kapitasi
Contoh perhitungan pembayaran kapitasi :
Jumlah peserta 3000 orang dan biaya kapitasi rawat jalan TK I Rp. 1.569,94 Pembayaran
kapitasi lewat jalan TK 1 adalah sebagai berikut
Pembayaran kapitasi = 3000 x Rp. 1.569,94 = Rp. 4.709,820/bulan.
Manfaat system Kapitasi :
1. Ada jaminan tersedianya anggaran untuk pelayanan kesehatan yang akan diberikan
2. Ada dorongan untuk merangsang perencanaan yang baik dalam pelayanan kesehatan,
sehingga dapat dilakukan :
Pengendalian biaya pelayanan kesehatan per anggota
Pengendalian tingkat penggunaan pelayanan kesehatan
Efisiensi biaya dengan penyerasian upaya promotif-preventif dengan kuratif-rehabilitatif
Rangsangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif &
efisien
Peningkatan pendapatan untuk PPK yang bermutu
Peningkatan kepuasan anggota yang akan menjamin tersedianya kesehatan masyarakat
3.Rekam Medis Dokter Keluarga
Dalam upaya penyelenggarakan pelayanan kesehatan yang baik, ada banyak syarat yang harus
dipenuhi. Salah satu diantaranya yaitu tersedianya data yang lengkap, tidak hanya tentang
keadaan kesehatan pasien yang menjadi tanggung jawab dokter tetapi juga tentang keadaan
lingkungan fisik serta lingkungan non fisik masing-masing. Data-data tersebut perlu dicatat dan
disimpan sebaik-baiknya agar dapat digunakan kembali bila diperlukan.
Berkas atau catatan yang dimaksud dalam praktek kedokteran dikenal sebagai rekam medik
(medical record). Sebagai dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, serta mempertimbangkan
keluarga, komunitas serta lingkungannya, menjadikan rekam medis memiliki peran yang sangat
penting, karena macam dan jenis data pada dokter keluarga relatif lebih banyak dan kompleks.
Pelayanan kesehatan pada penderita yang datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas, rumah sakit umum, dan lain-lain) tidak lagi ditangani oleh satu orang saja. Oleh
karena itu, dibutuhkan sarana komunikasi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dari waktu
ke waktu. Untuk itu diperlukan sumber informasi yang memadai, yaitu rekam medik (RM).
Rekam medik (RM) merupakan salah satu sumber informasi sekaligus sarana komunikasi yang
dibutuhkan baik oleh penderita, maupun pemberi pelayanan kesehatan dan pihak-pihak terkait
lain (klinisi, manajemen RSU, asuransi dan sebagainya), untuk pertimbangan dalam menentukan
suatu kebijakan tata laksana/pengelolaan atau tindakan medik.
Rekam Medik (RM) mencatat semua hal yang berhubungan dengan perjalanan penyakit
penderita dan terapinya selama dalam perawatan di unit pelayanan kesehatan. Karenanya, RM
dapat menjadi sumber informasi, baik bagi kepentingan penderita, maupun pihak pelayanan
kesehatan, sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil tindakan medik atau menentukan
kebijakan tata laksana / pengelolaan. Rekam medik merupakan data tertulis yang dapat menjadi
alat bukti yang sah menurut hukum.
Guna mengungkapkan informasi apa saja yang dapat diperoleh dari RM, maka dilakukan suatu
studi eksplorasi terhadap rekam medik rawat jalan dan rawat inap di beberapa RSU pemerintah.
RM dianggap bersifat informatif bila memuat informasi sebagai berikut:
1. Karakteristik/demografi penderita (identitas, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
sebagainya.
2. Tanggal kunjungan, tanggal rawat/selesai rawat.
3. Riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya.
4. Catatan anamnesis, gejala klinik yang diobservasi, hasil
5. Pemeriksaan penunjang medik (lab, EKG, radiologi dan sebagainya)
6. Pemeriksaan fisik (tekanan darah, denyut nadi, suhu dan sebagainya).
7. Catatan diagnosis.
8. Catatan penatalaksanaan pendenita, tindakan terapi obat (nama obat, regimen dosis),
tindakan terapi non-obat.
9. Nama/paraf dokter yang menangani (diagnosis, penunjang, pengobatan) dan petugas
perekam data (paramedik).
Rekam Medik menyimpan data klinik penderita baik yang rawat inap maupun rawat jalan,
disamping itu Rekam Medik dapat pula berisikan pendapat/ pandangan, kesan, atau permintaan
(requests) pada anggota tim kesehatan lainnya untuk suatu layanan/ tindakan/ rujukan bagi
penderita yang bersangkutan serta tanggapan atas permintaan/ pendapat/ kesan tersebut. Dengan
demikian RM juga berfungsi sebagai sarana komunikasi antar anggota tim kesehatan yang
terlibat dalam pelayanan tersebut.
Sedangkan menurut Gemala Hatta, Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan
saat lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien.
Dari semua pernyataan tersebut, dalam Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 dinyatakan
bahwa Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dengan demikian, menurut batasan di atas, yang termasuk dalam RM bukan hanya kartu pasien
saja, tetapi semua catatan dan semua dokumen yang ada hubungannya dengan pasien, termasuk
di dalamnya kartu indeks, buku register, formulir hasil berbagai pemeriksaan medis, formulir
jaminan asuransi kesehatan, salinan, sertifikat kematian, dan sebagainya.
Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk
mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1. Adminstrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan
kesehatan.
2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Financlal value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan
kesehatan yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam
lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan
mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.
6. Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai
dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenarnya telah terjadi suatu hubungan kontrak
terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas kepercayaan pasien
bahwa dokter tersebut mampu mengobatinya, dan akan merahasiakan semua rahasia pasien yang
diketahuinya pada saat hubungan tersebut terjadi. Dalam hubungan tersebut secara otomatis akan
banyak data pribadi pasien tersebut yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang
memeriksa pasien tersebut. Sebagian dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita
kenal sebagai Rekam Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga
rahasia kedokteran, mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis (secara
fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Untuk tujuan itulah di setiap institusi
pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses
pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut. Karena isi Rekam Medis
merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas
medis menolak memberitahu tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada keadaan-
keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas
Rekam Medis merupakan milik institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam
Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut
menolaknya.
Oleh karena Rekam Medik berisikan keterangan tentang pasien, yang didalamnya melibatkan
banyak petugas kesehatan, di samping juga sarana pelayanan tempat diselenggarakannya
pelayanan kesehatan, maka masalah hal dan kewajiban di seputar RM mencakup bidang yang
amat luas dan komplek sekali. Hak dan kewajiban yang dimaksud, jika disederhanakan adalah
sebagai berikut : Pasien berhak penuh atas keterangan tentang dirinya yang tertulis dalam RM
dan petugas kesehatan tanpa persetujuan pasien tidak dibenarkan sama sekali menyebarluaskan
keterangan tersebut, pasien wajib memberikan keterangan yang benar dan lengkap tentang
identitas, berbagai latar belakang serta masalah kesehatan yang dihadapinya. Sedangkan petugas
kesehatan berhak memperoleh keterangan benar dan lengkap.Petugas kesehatan juga wajib
menjaga kerahasiaan RM ini dan tidak dibenarkan memberitahukan isi RM tersebut, termasuk
juga kepada badan asuransi kesehatan, apabila sebelumnya tidak mendapat persetujuan dari
xpasien yang bersangkutan. Serta bertanggung jawab terhadap kebenaran dan kelengkapan
penulisan isi Rekam Medis tersebut.
Dalam penggunaan informasi medis pasien, yang tentu saja terkait dengan kewajiban
menyimpan rahasia kedokteran. Pada Permenkes RI tentang rekam medis disebutkan bahwa
salah satu tujuan dari rekam medis adalah untuk riset dan sebagai data dalam melakukan upaya
peningkatan mutu pelayanan medis. Permenkes ini juga memberikan peluang pembahasan
informasi medis seseorang pasien di kalangan profesi medis untuk tujuan rujukan dan
pengembangan ilmiah. Demikian pula Asosiasi dokter sedunia menyatakan bahwa penggunaan
informasi medis untuk tujuan riset dan audit dapat dibenarkan.
Ditekankan pula secara tegas pada pasal 10 Permenkes No. 749a bahwa Rekam Medis harus
disimpan sekurang-kurangnya selama 5 tahun terhitung sejak saat pasien terakhir berobat. Jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, masa penyimpanan ini termasuk singkat. Di negara
bagian Califonnia Amerika Serikat, penyimpanan rekam medis adalah 7 tahun sejak terakhir kali
pasien berobat. Untuk pasien anak-anak, penyimpanan berkasnya bahkan sampai yang
bersangkutan berusia 21 tahun , dan kalau perlu bahkan sampai 28 tahun. Di Pensylvania masa
penyimpanannya lebih lama yaitu sampai 15 tahun, bahkan di negara Israel sampai 100 tahun.
Dalam rangka penghematan ruangan penyimpanan, ada beberapa negara yang membolehkan
berkas, yang berusia lebih dari 3 tahun dari saat terakhir pasien berobat, dialihkan menjadi
berkas dalam microfilm.
Khusus untuk kasus-kasus yang menjadi perkara di pengadilan, American Medical Record
Association dan American Hospital Association membuat pengaturan lebih lanjut dalam
Statement on Preservation of Patient Medical Record in Health Care Institution. Dalam aturan
tersebut dikatakan bahwa pada kasus biasa berkas Rekam Medis disimpan sampai 10 tahun
terhitung dari saat pasien terakhir berobat. Sedang pada kasus yang diperkarakan di pengadilan,
penyimpanan berkas Rekam Medisnya lebih lama lagi yaitu 10 tahun kemudian terhitung sejak
perkara terakhimya selesai. “Berkas yang terlah habis masa penyimpannya dapat dimusnahkan,
kecuali jika ada halangan oleh peraturan lain.
Adapun isi dari rekam medis terdiri dari 2 komponen utama, yaitu : catatan yang merupakan
uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kompetensinya. Sedangkan dokumen merupakan kelengkapan dari catatan
tersebut, antara lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan
kompetensi keilmuannya.
Menurut bentuk dari rekam medis, dapat di kelompokkan menjadi 2 jenis rekam medis, yaitu :
a. Rekam medis konvensional : Rekam medis yang terbuat dan berbentuk lembaran – lembaran
kertas yang diiisi dengan tulisan tangan atau ketikan komputer yang telah diprint. Bentuk rekam
medis ini sangat umum dan dapat ditemukan diseluruh rumah sakit, klinik, maupun praktek
dokter.
Keuntungan dari RM bentuk konvensional ini adalah mudah untuk didapatkan, bisa dilakukan
oleh siapa saja dalam hal ini staf medis yang tidak memerlukan ketrampilan khusus, mudah
dibawa dan mampu di isi kapan saja dan di mana saja. Namun RM dalam bentuk ini memiliki
kerugian, yaitu dapat terjadi kesalahan dalam penulisan dan pembacaan, tidak ringkas, mudah
rusak oleh keadaan basah, mudah terbakar karena terbuat dari bahan kertas, memiliki
keterbatasan dalam hal penyimpanan karena bentuknya yang bisa dikatakan besar, dan kerapian
dari penulisan akan berkurang.
b. Rekam medis elektronik : Rekam medis yang terbuat dan berbentuk elektronik berupa data –
data di komputer yang diisi dengan hanya mengetik di komputer. Bentuk rekam medis ini sangat
jarang ditemukan. Hanya ditemukan pada rumah sakit, klinik ataupun praktek dokter yang sudah
modern dan canggih.
RM dalam bentuk ini memiliki beberapa keuntungan antara lain, yaitu ringkas, bisa menampung
dalam jumlah yang sangat banyak, tidak memakan banyak tempat dalam hal penyimpanan
karena disimpan dalam bentuk data komputer, bisa disimpan lama. Di samping itu, kerugian dari
RM bentuk ini juga ada, yaitu mudah terserang virus yang merusak data, tidak semua orang bisa
mengoperasikannya, hanya terjangkau oleh kalangan tertentu, dan tidak dapat dioperasikan
apabila tidak ada sumber listrik.
Pada kenyataannya, RM bentuk konvensional yang banyak ditemukan dan sebagai standar
bentuk RM di dalam suatu rumah sakit, klinik ataupun praktek dokter.
RM yang digunakan pada pelayanan kedokteran keluarga banyak macamnya. Jika RM tersebut
sekaligus dipakai sebagai alat Bantu untuk merumuskan alur pikir dan atau pedoman dalam
melakukan masalah kesehatan yang sedang ditangani, maka RM ini disebut Rekam Medis yang
berorientasi Masalah (POMR = Problem Oriented Medical Record).POMR ini pertama kalu
diperkenalkan oleh Weed (1968) dan akhir-akhir ini makin banyak dipergunakan.
Rekam Medik berorientasi Masalah atau Problem Oriented Medical Record adalah system
pencatatan medis yang dikembangkan dengan pendekatan metode ilmiah untuk menunjang
pemecahan masalah secara klinik. POMR ini biasanya digunkan di pusat-pusat pendidikan.
Adapun tujuan dari POMR adalah untuk mencatat riwayat kesehatan pasien dan keluarganya
secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang ada serta memperoleh keterangan yang jelas
tentang riwayat medis dan permasalahan kesehatan pasien dan keluarganya dalam waktu yang
singkat.
Terdapat 4 Unsur pokok pada POMR ini, yaitu :
1. Data Dasar Keluarga (Data Base)
Berupa : data demografi, riwayat kesehatan data biologis, riwayat tindakan pencegahan, data
berbagai faktor resiko, dan data kesehatan lingkungan rumah dan pemukiman,struktur keluarga,
fungsi keluarga dan aplikasinya.
2. Data Masalah Kesehatan (Problem List)
Berasal dari hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang dicatat
adanya masalah: anatomi, fisiologi, sosial, ekonomi, mental dan perilaku, dan tulisankan
penilaiannya (assessment).
3. Rencana Awal (initial Plan)
Pada bagian ini dicatat: diagnosis dengan terapi, prosedur lacak dan edukasi pasien yang akan
dilakukan.
4. Catatan Kemajuan (Progress Note)
Pada bagian ini dicatat kemajuan yang diperoleh sebagai hasil dari tindakan yang telah dilakukan
untuk setiap masalah kesehatan. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Uraian narasi (narrative notes)
2. Lembar alur (floe sheets)
3. Ringkasan setelah pasien sembuh (discharge summary)
Catatan kemajuan berfungsi untuk menggambarkan keadaan pasien yang mutakhir, waktu demi
waktu, berisi apa yang sedang terjadi, sedang dikerjakan dan apa yang direncanakan untuk
dikerjakan, sebagai penilaian periodik terhadap pelayanan medik yang diberikan, gambaran
proses penyakit berdasarkan data yang ada dan merupakan data penting untuk pihak ketiga.
Sedangkan isinya merupakan informasi tambahan yang diperoleh selama pengelolaan masalah,
meliputi data subyektif yang didapat dari anamnesis tambahan, data obyektif yang didapat dari
pemeriksaan fisik tambahan ataupun pemeriksaan penunjang., analisis data subyektif dan
obyektif, dan rencana baru
Selain itu sangatlah penting untuk mencatatkan catatan perkembangan yang merupakan tindak
lanjut penanganan masalah dan mekanisme umpan balik terhadap daftar masalah dan rencana
awal dimana hal tersebut biasa dituliskan dalam POMR sebagai SOAP, yang uraiannya adalah
sebagai berikut :
S = Subjective Information (Keterangan Subyektif) :
Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit sebelumnya (RPD), riwayat
penyakit keluarga (RPK), keadaan sosial ekonomi
O = Objective Information (Keterangan Obyektif)
Temuan pemeriksaan fisik, data-data pemeriksaan psikologik, hasil pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lain
A = Assessment (Penilaian) :
Status masalah sekarang/diagnosis kerja (working diagnosis), diagnosis, diagnosis banding
(defferential diagnosis), ICD (International Classification of Diseases)
P = Plan (Rencana) :
Penatalaksanaan medikamentosa dan nonmedikamentosa, rencana pemeriksaan penunjang, target
penatalaksanaan, edukasi pasien.
Selain itu bagi dokter keluarga sangatlah penting akan adanya genogram yang merupakan suatu
gambar/ diagram/ susunan pohon keluarga dari pasien yang disusun oleh dokter keluarga
berdasarkan informasi dari pasien dan keluarganya, yang di dalamnya tercantum keterangan
kesehatan seluruh anggota keluarganya, sehingga memungkinkan terlacaknya masalah pasien
dan keluarga yang sebenarnya, terutama kesehatan yang erat hubungannya dengan penyakit
herediter dan atau penyakit menular.
Dan sangatlah penting unsur-unsur berikut dalam pembuatan genogram yang baik, yaitu :
Tercantum sekurang-kurangnya 3 generasi, yang lahir terlebih dahulu di sebelah kiri
Tercantum nama, umur, tanda hidup/mati, penyebab kematian, keadaan kesehatan dari
seluruh anggota keluarga dan anggota keluarga yang tinggal satu atap.
Tercantum kedaan hubungan antar personal anggota keluarga yang mungkin harus
diperhatikan dokter
Tercantum keadaan sosial anggota keluarga yang mungkin mempengaruhi dan
dipengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Simbol-simbol yang digunakan dibuat sederhana dan mudah dilihat
Tercantum keterangan/catatan kaki dari semua simbol dan singkatan yang digunakan
Tercantum tanggal pembuatan dan nama pembuatannya
4. Evidence-based medicine (EBM)
EBM adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang
paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai
dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan
keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada
masyarakat (patient values).
Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang
telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang
diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung tentang suatu
permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Maksudnya adalah :
1. Melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang keluhan sejumlah
penderita.
2. Melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah
penderita penyakit tertentu.
3. Selain mensurvei keluhan dan kelainan fisik penderita, melaui evidence based medicine
kita juga dapat mensurvei hasil terapinya.
Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran menggunakan tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah
ditelaah dan diakui kebenarannya.
Penerapan Evidence Based Medicine
Penerapan evidence based medicine dalam pembelajaran mahasiswa diantaranya adalah
1. Dalam menyusun dan memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan
masalah
2. Menelusuri informasi ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
3. Menelaah terhadap bukti-bukti ilmiah yang didapat
4. Penerapan hasil-hasil penelaah bukti-bukti ilmiah tadi yang sudah dipercaya ke dalam
praktek pengambilan keputusan
5. Kemudian pengevaluasian terhadap efficacy dan effectiveness
Pentingnya Evidence Based Learning
Beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan :
1. Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam text-book) sudah
sangat tidak akurat pada saat ini. Beberapa justru sering keliru dan menyesatkan
(misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan oleh duta-duta farmasi/cfete//er),
tidak efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat didaktik), atau bisa
saja terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan (misalnya jurnal-jurnal
biomedik/ kedokteran yang saat ini berjumlah lebih dari 25.000 jenis).
2. Dalam pendidikannya, dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka
kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi (clinical
judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah
(akibat terbatasnya informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya
mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah) menurun secara signifikan.
Meningkatkan kinerja mahasiswa dalam mencari dan mengidentifikasi literatur klinis
terbaik untuk menyelesaikan masalah.
STEP 5 Learning Objective
1. Kapitasi, contoh dan perhitungan
2. Manajemen pasien menurut prinsip dokter keluarga
3. Jaminan mutu ( Quality Assurance )