SIKAP PETANI PUPUK UREA SAWAH DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN
UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SEKOLAH TINGGI
PETANI GAPOKTAN TERHADAP KELANGKAAN UREA BERSUBSIDI PADA USAHA TANI PADI
SAWAH DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
OLEH
YODA ADITYA12210019
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSarjana Pertanian
Pada Jurusan Agribisnis
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)DHARMA WACANA METRO
LAMPUNG2016
KELANGKAAN BERSUBSIDI PADA USAHA TANI PADI
SAWAH DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
PERTANIAN (STIPER)
Judul Skripsi : SIKAP PETANI GAPOKTAN TERHADAP KELANGKAAN PUPUK UREA BERSUBSIDI PADA USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : Yoda Aditya
No. Pokok Mahasiawa : 12210019
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Supriadi, M.P. Ir. Sulendro, M.Si.NUPN. 9902004800 NIDN. 0224085801
2. Ketua Jurusan
Ismalia Afriani, S.P., M.Si. NIP. 197504 17200501 2 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Supriadi, M.P. ……………………
Penguji Utama : Ismalia Afriani, S.P., M.Si. ……………………
Anggota : Ir. Sulendro, M.Si. .……………………
2. Ketua Sekolah Tinggi IlmuPertanian Dharma Wacana Kota Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.NIP. 196302161990031003
Tanggal Lulus Ujian: 18 Juni 2016
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini Kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Alm. Aliudin dan Ibu Herawati yang begitu
bersungguh-sungguh memberikan kasih sayang sehingga dapat
menghantarkan anak-anaknya menempuh pendidikan untuk masa depan.
2. Kakak Witya Asta Rita dan Kakak Herlita yang selalau memberikan
semangat dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Keponakan tersayang Nayah Reskina Tianda yang selalu memberikan
dukungan, canda dan tawanya.
4. Fransiska Winda Cahyani yang telah memberikan semangat, dukungan
sertado’a dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Seluruh dosen yang telah memberi ilmu dan wawasan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman kosan Yoyon, Rahmat Niko, Budi, Theo, dan Fafa terimakasih
atas dorongan motivasi, semangat serta do’a dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Teman-teman terima kasih atas dorongan motivasi untukku dalam
menyelesaikan studi STIPER Dharma Wacana Metro.
MOTTO
“Bukan Harta Kekayaanlah, Tetapi Budi Pekerti yang Harus DitinggalkanSebagai Pusaka Untuk Anak-Anak Kita”
“Teman Sejati Adalah Ia yang Meraih Tangan Anda danMenyentuh Hati Anda”
(Heather Dryon)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Sikap Petani Gapoktan
Terhadap Kelangkaan Pupuk Urea Bersubsidi Pada Usaha Tani Padi Sawah Di
Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur” dapat
penulis selesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Selaku Ketua STIPER yang telah memberikan
dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER
Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Ismalia Afriani, S.P.,M.Si. selaku ketua jurusan dan sebagai penguji
skripsi ini yang telah memberikan dukungan dan kemudahan-kemudahan
dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.
3. Bapak Ir. Supriadi, M.P. sebagai pembimbing I, atas segala bimbingan,
bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan
skripsi penelitian ini.
4. Bapak Ir. Sulendro, M.Si. selaku pembimbing II, atas segala bimbingan,
bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan
skripsi penelitian ini.
5. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga amal baik telah diberikan akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari
Allah SWT amin. Harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaa tuntuk
pengembangan Ilmu Pengetahuan Khususnya di bidang pertanian. Penulis menya
dari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini semata-mata
karena keterbatasan penulis. Dengan demikian penulis sudah berusaha dengan
sungguh-sungguh dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan.
Untuk itu saran masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Metro, Juli 2016
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. IX
DAFTAR TABEL ........................................................................................... XI
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... XIII
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. XIV
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 11.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 71.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 81.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 102.1.1 Pengertian Sikap .................................................................. 102.1.2 Komponen Sikap .................................................................. 112.1.3 Pembentukan dan Perubahan Sikap ..................................... 112.1.4 Peraturan Meteri Sosial Tentang Pupuk Bersubsidi.............. 122.1.5 Pupuk Urea Bersubsidi.......................................................... 13
2.2 Konsep dan Pengertian Kepuasan.................................................. 162.3 Kerangka Pemikiran....................................................................... 172.4 Hipotesa.......................................................................................... 18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Oprasional dan Pengukuran .............................................. 193.2 Penantuan Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 203.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 203.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ......................................... 21
3.4.1 Teknik Sampling .................................................................... 223.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .............................. 22
3.5.1 Metode Analisis Data ........................................................... 22
3.5.1.a Analisis Deskriptif............................................................... 233.5.1.b Analisis Multivariabel fishbein ........................................... 233.5.2 Customers Satisfaction Index (CSI) ..................................... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ......................................................... 314.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...................................... 314.1.2 Potensi Pertanian.................................................................. 314.1.3 Luas Lahan Menurut Penggunaan........................................ 324.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian............... 334.1.5 Kelompok Tani..................................................................... 334.1.6 Identitas Responden ............................................................. 344.1.7 Pengalaman Berusahatani .................................................... 37
4.2 Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi....................................... 394.2.1 Analisis Belief Terhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi...... 394.2.2 Analisis Evaluation Terhadap Kelangkaan Pupuk................ 454.2.3 Perhitungan Customer Satisfaction Index (ICS) .................. 404.2.4 Sikap Petani Terhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ......... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 545.2 Saran .............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Realisasi penyaluran pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Lampung Timur (2011 – 2013) ................................................................................... 5
2. Kebutuhan dan Realisasi Pupuk Urea Bersubsidi di Desa Raman Aji ....... 6
3. Skala Likert dan skor jawaban responden................................................... 25
4. Pengukuran seluruh variabel (multivariabel) belief dan evaluation ........... 27
5. Rentang Skala dan Kriteria Kepuasan......................................................... 30
6. Penggunaan Lahan di Wilayah Binaan Raman Aji Raman Utara............... 32
7. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara ...................................................................... 33
8. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur .................................................................... 34
9. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur .................................................................... 35
10. Sebaran Luas Lahan Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur .................................................................... 36
11. Sebaran Lama Usahatani Padi Petani Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara ...................................................................... 38
12. Kepentingan Variabel-Variabel Pupuk Bersubsidi pada Analisis Belief.... 40
13. Kepentingan Variabel-Variabel Pupuk Bersubsidi pada Analisis Evaluation ................................................................................................. . 42
14. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) pada analisis belief......... . 45
15. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) pada analisis Evaluation . 46
16. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Penggunaan Pupuk Organik.......... 47
17. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Peningkatan Efektifitas Penggunaan Pupuk..................................................................................... 49
18. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Penggunaan Teknologi Pupuk Hayati ......................................................................................................... 50
19. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Implementasi Pengolahan Tanaman terpadu (PTT) ............................................................................. 51
20. Sebaran Jumlah Responden Saat Musim Tanam Tiba............................... 52
21. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Keikutsertaan Pengawasan Pendistribusian Pupuk Bersubsidi ......................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka Pemikiran Operasioal .............................................................. 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Kuesioner Penelitian Jurusan Agribisnis ................................................... 58
2. Identitas Responden di Desa Raman Aji.................................................... 65
3. Workbook Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsidi....... 67
4. Rekapitulasi Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsi(belief) ........................................................................................................ 69
5. Rekapitulasi Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsi(Evaluation)................................................................................................ 69
ABSTRAK
SAWAH DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
OlehYODA ADITYA
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah yang berorientasi kepada swasembada pangan Indonesia tidakmenjadikan sub-sektor tanaman pangan sebagai subyek pembangunan tetapi lebihmenjadikannya sebagai suatu obyek yang diperashabis-habisan potensinya untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Kasus kelangkaan pupuk terutama jenis urea merupakan fenomena yang terjadi secara berulang-ulang hamper setiap tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap petani terhadap kelangkaan pupuk urea bersubsidi di Desa Raman Aji Kecamantan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Jumlah populasiadalah 419 orang, sedangkan yang menjadi sampel yang digunakan berjumlah 30 petani diambildengan acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis data yang digunakan adalahalatanalisis multivariable Fishbein untuk mengukur sikap petani selaku konsumen terhadapvariabel produk dan Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengukur kepuasanpetani selaku konsumen.dilaksanakan di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Desember 2015.
Hasil penelitian menujukkan bahwa dari hasi lanálisis bahwa pupuk bersubsidi masih dibutuhkan oleh petani, tetapi ketika pupuk bersubsi dimengalami kelangkaan, maka sikap petani dalam mengatasi kelangkaan pupuk adalah 1) dengan penggunaan pupuk organic sebagai penggantipupuk bersubsidi, 2) meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk (tepat jenis, tepat waktu, tepatcara dan tepat dosis), 3) petani melakukan teknologi pupuk hayati, 4) implementasi PengolahanTanaman Terpadu (PTT), 5) petani melakukan pembelian pupuk bersubsidi sebelum musimtanam tiba, dan 6) petani ikut serta dalam pengawasan pendistribusian pupuk bersubsidi melaluiperkumpulan-perkumpulan gapoktan,
Kata Kunci: Sikap Petani, Kelangkaan Pupuk Urea Bersubsidi, Lampung Timur
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara yang
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan bapak alm. Aliudin dan ibu
Herawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Bali
Sadhar Tengah pada tahun 2002. Sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 2
Bali Sadhar Utara 2005. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 banjit 2008,
kemudian penulis melanjutkan studi Strata Satu (S1) Jurusan Agribisnis di
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Lampung 2012
sampai 2016.
BAB I . PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan
sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) sebesar 15,3% pada tahun 2009 berdasarkan harga berlaku. Kebijakan-
kebijakan yang diterapkan pemerintah yang berorientasi kepada swasembada
pangan Indonesia tidak menjadikan sub-sektor tanaman pangan sebagai subyek
pembangunan tetapi lebih menjadikannya sebagai suatu obyek yang diperas habis-
habisan potensinya untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah.
Kelangkaan pupuk di beberapa daerah sentra produksi padi di Indonesia sejak
akhir April 2009 dapat berimplikasi terhadap ketahanan pangan nasional.
Kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini tidak jauh berbeda dari tahun 1998/1999
sesaat setelah pencabutan subsidi pupuk. Pupuk menghilang dari pasaran dan dari
sentra-sentra produksi padi karena pola distribusi yang buruk, terjadi semacam
oligopoli sistem pemasaran dan skema ekspor tidak dapat "dikontrol" sepenuhnya
oleh sistem kelembagaan (Gsianturi, 2002).
Kebijakan penyediaan pupuk dengan harga murah melalui pemberian subsidi yang
terus meningkat setiap tahun, menyebabkab semakin tidak efisiensinya
penggunaan pupuk urea oleh petani dan meningkatnya ketidaktepatan sasaran
subsidi pupuk yang seharusnya dinikmati oleh petani kecil tetapi dinikmati pula
2
oleh pihak lain (World bank, 2008). Penerapan kebijakan pemberian pupuk
bersubsidi dalam praktinya tidaklah mudah, terdapat kesenjangan antara
dikemukakan oleh Mentri Pertanian Anton Apriyantono dalam kongres Nasional
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia Tahun 2008 di Palembang,
dimana penyimpangan tersebut disebabkan oleh kesenjangan yang tinggi antara
kebutuhan dan produksi, sehingga petani padi sulit mendapatkan pupuk urea,
terutama setiap awal musim tanam (tahun 2014 kebutuhan urea 9 juta ton yang
tersedia hanya 5,7 juta ton). Kondisi ini diperparah lagi oleh saling berebutnya
petani mendapatkan pupuk urea dengan harga subsidi (Kompas, 15 Oktober
2014).
Selanjutnya untuk mengatasi kelangkaan pupuk tersebut, pemerintah membuat
kebijakan baru yang tertuang dalam Permentan Nomor 42, tahun 2008
(Departemen Pertanian, 2008) yaitu pemberian bantuan langsung pupuk. Jumlah
dan alokasi bantuan langsung pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk NPK
sebanyak 41.796,5 ton, pupuk organik cair sebanyak 835.930,5 liter, dan pupuk
organik padat sebanyak 125.389,5 ton. Pupuk tersebut disediakan oleh PT. Sang
Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero).
Kebutuhan pupuk urea bersubsidi di daerah Lampung hingga beberapa dekade
mendatang masih menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi, karena kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB sekitar 3,95%. Luas panen padi sawah di
Lampung pada tahun 2011 sebesar 543.943 ha dengan produksi 2.752.868 dan
produktivitas 5,06 ton/ha, tahun 2012 dengan luas 577.246 ha dan produksi
2.908.600 ton dan produktivitas 5,04 ton/ha, dan pada tahun 2013 luas tanam
3
584.479 ha dengan produksi 3.042.439 ton dan produktivitas 5,21 ton/ha (Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2014).
Pupuk telah senantiasa berada di lini depan dalam usaha untuk meningkatkan
produksi pangan dunia dan mungkin lebih dari pada jenis input yang lain, secara
luas bertanggung jawab bagi keberhasilan yang telah dicapai. Hanya tanah-tanah
yang subur yang merupakan tanah produktif. Apabila hara tanaman rendah,
produktifitas tanah dan hasil tanaman rendah. Jadi dengan memasok hara tanaman
yang esensial bagi produksi tanaman yang tinggi, pupuk telah menjadi vital untuk
produksi tanaman (Melda R. Sirait, 2008).
Menurut Syahyuti (2007), peranan pupuk sangat signifikan dalam peningkatan
produksi pangan dan kualitas hasil komoditas pertanian. Ketersedian pupuk
hingga di tingkat petani penting untuk dilakukan dengan memenuhi azaz enam
tepat yakni, tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan tepat harga, agar petani
dapat menerapkan teknologi pemupukan berimbang sesuai dengan rekomendasi
spesifik lokasi. Pengembangan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi
sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.140/04/2007
tentang penyempurnaan dan revisi rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi
sawah spesifik lokasi.Disamping itu, efektivitas penggunaan pupuk di tingkat
petani juga dilakukan dengan mendorong pengembangan penggunaan pupuk
organik.
Pupuk merupakan sarana produksi dalam sektor pertanian yang mempunyai
peranan penting untuk meningkatkan produktifitas dan produksi komoditas
pertanian, sehingga pupuk mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
4
rangka mensukseskan program swasembada pangan (beras), meningkatkan taraf
hidup masyarakat dan kesejahteraan petani itu sendiri.
Kasus kelangkaan pupuk terutama jenis urea merupakan fenomena yang terjadi
secara berulang-ulang hampir setiap tahun. Fenomena ini ditandai oleh
melonjaknya harga pupuk di tingkat petani jauh di atas Harga Eceran Tertinggi
(HET) yang ditetapkan pemerintah. (Nurekyanti dan Chrisyanto.J, 2013). Menurut
Bustamil Arifin (2004) bahwa masalahnya kelangkaan pupuk berkaitan dengan
faktor disparisasi Harga Eceran Tertinggi (HET) dan harga di lapangan,
ketidaktepatan subsidi dan persoalan internal dalam industri pupuk seperti
efisiensi, penentuan harga pokok penjualan dan budaya perusahaan perlu juga
diperhatikan.
Namun pada kenyataannya gapoktan sebagai penerima manfaat program ini masih
sulit untuk mengaksesnya. Petani kerap kali menemukan pupuk urea langka, harga
pupuk urea di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), dan penyalahgunaan RDKK
Gapoktan. Berdasarkan RDKK saat ini, pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi telah ditetapkan dan ditataniagakan dengan HET melalui penyaluran
resmi. Kebijakan subsidi dan distribusi pupuk yang telah diterapkan mulai dari
tahap RDKK, besaran subsidi hingga sistem distribusi ke pengguna pupuk urea
sudah cukup komprehensif.
Berbagai kebijakan belum mampu menjamin ketersediaan pupuk urea yang
memadai dengan HET yang telah ditetapkan.Secara lebih bijak, masih sering
terjadi berbagai kasus diantaranya kelangkaan pasokan pupuk urea yang
menyebabkan harga aktual melebihi HET, dan marjin pemasaran lebih tinggi dari
5
yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu perencanaan alokasi kebutuhan
pupuk urea yang belum sepenuhnya tepat, pengawasan yang belum optimal,
disparitas harga pupuk urea bersubsidi dan nonsubsidi yang cukup besar
menyebabkan penyaluran pupuk urea bersubsidi masih belum tepat sasaran,
kebocoran penyaluran pupuk bersubsidi masih sering ditemukan, sehingga
menimbulkan kelangkaan dan harga pupuk melebihi HET.
Alokasi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Lampung Timur terus meningkat
dari waktu ke waktu. Kenyataan realisasi penyaluran pupuk urea bersubsidi di
Kabupaten Lampung Timur selama 3 tahun terakhir (2011-2013) terlihat
sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Realisasi Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi di Kabupaten Lampung Timur (2011-2013)
No Tahun Realisasi Penyaluran Urea (ton) Peningkatan(%)
1 2011 45.358 -2 2012 36.03 -20,003 2013 39.392 9,00Rata-rata/Tahun 40.26 -3,66
Sumber: PT PUSRI Kantor Pemasaran Pusri Daerah Lampung, 2014.
Dari Tabel 1 di atas tahun 2011 realisasi penyaluran urea sebanyak 45.353 ton dan
tahun 2012 realisasi turun menjadi 36.030 ton atau turun sebesar 20%. Kemudian
tahun 2013 realisasi penyaluran urea naik sebesar 39.392 ton atau meningkat
9,00%. Penyaluran pupuk urea bersubsidi di Lampung Timur rata-rata per tahun
sebesar 40.260 ton dan penyaluran pupuk urea bersubsidi selama tiga tahun
terakhir mengalami penurunan 3,66%/tahun. Ini menunjukkan pasokan pupuk
urea bersubsidi di kabupaten Lampung Timur mengalami penurunanan.
Kelangkaan pupuk urea terjadi di Lampung Timur karena terdapat kesenjangan
6
antara jumlah kebutuhan dan pasokan pupuk dan adanya oknum-oknum tertentu
untuk menjual pupuk dalam bentuk paket yakni dengan cara pupuk bersubsidi
dijual satu paket dengan pupuk nonsubsidi yang harganya lumayan mahal.
(Anonim, 2014).
Menurut petani kelangkaan pupuk urea bersubsidi yang terjadi khususnya di
Kecamatan Raman Utara yang terjadi pada tahun 2015. Hal ini disebabkan belum
ada penambahan quota/alokasi pupuk di Kabupaten Lampung Timur.Petani di
Desa Raman Aji mengeluh kelangkaan pupuk bersubsidi terutama jenis pupuk
urea bersubsidi di khawatirkan hasil panen padi sawah tidak mencapai harapan,
kelangkaan membuat petani menjadi resah (RPJM Laporan Tahun, 2015).
Tabel 2. Kebutuhan dan Realisasi Pupuk Urea Bersubsidi di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur tahun 2015
NoNama Kel.
TaniLuas Lahan
Kebutuhan Pupuk(ton)
Realisasi Pupuk (ton)
12
Jaya MakmurKarya Makmur
9.8847.942
2.2472.210
820770
Sumber: RDKK Kabupaten Lampung Timur, 2015.
Dari data di atas menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk urea bersubsidi di Desa
Raman Aji Kecamatan Raman Utara sangat tinggi yakni 4.457 ton untuk dua
Gapoktan sedangkan realisasi pupuk yang diberikan hanya 1.590 ton. Jadi,
kekurangan pupuk urea bersubsidi di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara
mencapai 2.867 ton atau 64,32% dari ketersediaan pupuk yang ada sehingga
petani sulit mendapatakan pupuk karena stok pupuk urea bersubsidi terbatas.
Proses pengambilan keputusan untuk melakukan suatu usaha tani pada dasarnya
adalah proses adopsi inovasi, di mana dalam proses ini banyak faktor yang
7
mempengaruhimya. Perubahan sikap yang dilakukan oleh petani merupakan
proses yang memerlukan waktu dimana tiap-tiap petani berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai hal yang melatar belakangi petani itu
sendiri, misalnya kondisi petani, kondisi lingkungan, karakteristik dari teknologi
yang mereka adopsi (Hanafi, 2001)
Karakteristik sosial ekonomi petani padi sawah meliputi adalah luas lahan,
sedangkan umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan jumlah tanggungan
(Hasyim, H dan Fauria, L, 2012)
Sikap petani dalam menggunakan pupuk bersubsidi pada usaha tani padi sawah
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh faktor modal, pendapatan,
pengalaman, umur, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, sarana komunikasi
dan harga pupuk (Ibdersari, M, 2007).
1.2. Identifikasi Masalah
Faktor yang paling mempengaruhi dalam menentukan jumlah pupuk yang
digunakan adalah produksi padi yang berhubungan langsung dengan pendapatan
dan kebiasaan mempergunakan dosis pupuk urea yang cenderung bertambah
bahkan melebihi dosis rekomendasi pemakaian pupuk berimbang. Penggunaan
pupuk khususnya urea ditingkat petani berkisar dari 300-500 kg/ha, sementara
takaran yang dianjurkan dan mendapat subsidi dari pemeritah hanya 200 – 300
kg/ha (Rachman, 2005). Penggunaan pupuk yang berlebih menjadi pemicu utama
melonjaknya permintaan pupuk yang akhirnya berdampak pada kelangkaan pupuk
urea bersubsidi.
8
Usaha mengatasi permasalahan pupuk urea di tingkat produksi dan distribusi
sudah dilakukan oleh pemerintah dan untuk mengubah perilaku pemakaian di
tingkat petani masih perlu dibenahi. Dengan latar belakang tersebut, maka
permasalahan yang dihadapi oleh gapoktan padi sawah khususnya di Desa Raman
Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dalam peningkatan
produksi padi sawah yaitu kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi khusus jenis
pupuk urea. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu, faktor-faktor yang berhubungan dengan
sikap petani terhadap kelangkaan pupuk urea bersubsidi di Desa Raman Aji
Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap petani terhadap kelangkaan
pupuk urea bersubsidi di Desa Raman Aji Kecamantan Raman Utara Kabupaten
Lampung Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
Pembuatan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai kalangan yang berguna berupa informasi mengenai kondisi industri
pupuk, antara lain:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
meninjau ulang kebijakan pupuk bersubsidi yang telah diberikan kepada
produsen pupuk. Sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
9
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
subsidi pupuk yang mempengaruhi kinerja industri pupuk ketika adanya
pemberian subsidi dan ketika subsidi pupuk itu telah dicabut oleh pemerintah
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam menganalisis bagaimana sikap gapoktan terhadap kelangkaan
pupuk urea bersubsidi
10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Sikap
Pengertian sikap secara umum adalah suatu keadaan dalam diri individu yang
menggerakkan untuk bertindak dengan perasaan-perasaan menerima atau menolak
suatu obyek yang berharga atau tidak berharga atas dasar pengalaman baik dari
dalam maupun dari luar dirinya.
Suksesi (1990), menyatakan sikap adalah kesadaran mental individual yang
mempengaruhi, mewarnai, bahkan menentukan kegiatan individu yang
bersangkutan dalam memberikan respon terhadap objek atau satuan yang
mempunyai arti baginya. Tindakan-tindakan seseorang untuk berperilaku sebagai
realisasi dari sikap yang ada akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang
pernah dialaminya. Sikap yang diwujudkan oleh tindakan akan berhubungan
dengan objek yang dihadapi, yang kemudian timbul reaksi dalam diri seseorang
untuk bertindak.
Mar’at (1982), mengemukakan bahwa sikap mempunyai atau mengandung unsur
penilaian, sedang reaksi efektif dan menghasilkan respon atau tingkah laku nyata,
sedang reaksi efektifnya merupakan respon tersembunyi.
11
Sedangkan Guire, Mc dalam Sarwono (1992), mengemukakan sikap sebagai
respon manusia yang menempatkan objek yang dipikirkan (Objek of Though) ke
dalam suatu dimensi pertimbangan. Sikap adalah segala sesuatu (benda, orang, hal
dan isu) yang bisa dinilai manusia, dengan demikian sikap adalah penempatan
pada dimensi penilaian, orang memberi respon atau bereaksi objek yang
dimaksud.
2.1.2 Komponen Sikap
Menurut Ma’rat (1981) terdapat tiga komponen sikap yaitu:
1. Kognisi yang berhubungan dengan ide, pengetahuan, kepercayaan.
2. Afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang
3. Konasi yang merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku
Sikap merupakan reaksi positif dan negatif yang bernilai emosional yang
disebabkan oleh komponen afeksi. Pengetahuan dan afeksi akan menghasilkan
pola tingkah laku tertentu.
2.1.3 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Menurut Walgito (1987) bahwa pembentukan dan perubahan sikap ditentukan
dengan dua faktor.
1. Faktor yang berasal dari dalam (internal). Bagaimana individu menanggapi
dunia luarnya adalah bersifat selektif, ini berarti bahwa apa yang datangnya
dari luar tidak semuanya begitu saja akan diterimanya, tapi individu akan
12
mengadakan seleksi mana yang akan diterimanya dan mana saja yang akan
ditolaknya.
2. Faktor yang berasal dari luar (eksternal). Keadaan-keadaan yang dari luar
individu yang merupakan rangsangan atau stimulus untuk membentuk atau
merubah sikap, hal ini dapat berjalan dengan langsung ataupun tidak
langsung.
Menurut Sherif dalam Ahmadi (1990) faktor internal besar pengaruhnya terhadap
pembentukan dan perubahan sikap, misalnya perasaan dan motivasi. Demikian
juga faktor eksternal melalui interaksi kerja sosial dalam kelompok dapat
mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap.
Dampak kelangkaan pupuk urea bersubsidi dapat mempengaruhi sikap gapoktan
terhadap kebutuhan pupuk bersubsidi.
2.1.4 Peraturan Mentri Pertanian Tentang Pupuk Bersubsidi
Menurut Peraturan Menteri Pertanian no.87 / Permentan /SE. 130/ 12/2011
pengertian pupuk urea bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan
penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang
ditetapkan di penyalur resmi Lini IV.Lini IV adalah lokasi gudang atau kios
pengecer di wilayah kecamatan dan atau desa yang ditunjukkan atau ditetapkan
oleh distributor. Pupuk bersubsidi meliputi; jenis-jenis pupuk Urea, ZA, NPK dan
Organik diperuntukan bagi sektor pertanian atau sektor yang berkaitan dengan
budidaya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan
budidaya ikan atau udang. Sasaran pupuk besubsidi adalah petani, pekebun, dan
13
peternak yang mengusahakan lahan paling luas 2 hektar setiap musim tanam per
keluarga petani kecuali pembudidaya ikan atau udang paling luas 1 hektar. Pupuk
bersubsidi tidak diperuntukan bagi perusahaan tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, perternakan, atau perusahaan perikanan budidaya.Petani adalah
perorangan warga Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri.
2.1.5 Pupuk Urea Bersubsidi
Urea termasuk pupuk an organik yang mengandung unsur hara tunggal yaitu
nitrogen. Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus kimia NH2 CONH2 dan memiliki
tekstur kasar berbentuk kristal berwarna putih ini memiliki kandungan nitrogen
yang sangat diperlukan oleh tanaman, karena pupuk urea ini berperan membantu
metabolisme tanaman, ini sangat penting pada saat tanaman berada dalam masa
pertumbuhan.
Menurut Setijo, P (1995) manfaat pupuk urea adalah sebagai berikut;
a) Pupuk urea membuat tanaman menjadi terlihat lebih subur dimana perbedaan
yang mencolok pada penggunaan pupuk urea ini adalah daunnya yang
menjadi lebih lebat dan rindang.
b) Daun yang rindang disebabkan oleh kandungan nitrogen (N) yang membuat
tanaman lebih banyak memproduksi klorofil. Klorofil inilah yang membantu
tanaman melakukan fotosintetis secara maksimal.
14
c) Pupuk urea akan membuat tanaman lebih cepat dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, tanaman akan lebih cepat tinggi dan mempercepat
anakan pada tanaman tunas dan
d) Pupuk urea bisa menambah kandungan protein di dalam tanaman.
Sedangkan fungsi pupuk urea bersubsidi yakni sebagai berikut:
1) Membuat daun lebih rimbun, segar, dan hijau.
2) Mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman.
3) Memperbanyak jumlah anakan.
4) Mempercepat pertumbuhan serabut akar.
5) Mempercepat pertumbuhan panjang akar.
6) Meningkatkan pertumbuhan lilit batang.
7) Meningkatkan pertumbuhan tunas baru.
8) Memacu adaptasi perumbuhan tanaman pada kondisi aklimatisasi.
9) Mempercepat sintesis protein dalam tanaman.
10) Meningkatkan laju fotosintesis.
11) Memperbaiki sifat kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan nitrogen
dalam menunjang pertumbuhan tanaman.
Dengan adanya keterbatasan Pemerintah dalam penyediaan subsidi pupuk dalam
rangka program pemerintah, maka pupuk bersubsidi hanya diperuntukan bagi
usaha pertanian yang meliputi Petani Tanaman Pangan, Peternakan dan
Perkebunan Rakyat. Untuk menjamin pengadaan dan mencegah terjadinya
penyimpangan dalam penyaluran pupuk bersubsidi perlu ditetapkan Keputusan
Menteri, yaitu melalui Surat Keputusan Menperindag No. 70/MPP/Kep/2/2003
15
tanggal 11 Pebruari 2003, tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian, yang di dalamnya mengatur hal-hal sebagai berikut :
1. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat
subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar
program Pemerintah.
2. Pupuk non subsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di luar
program Pemerintah dan tidak mendapat subsidi.
3. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi Pupuk Urea, SP-36,ZA dan
NPK di dalam negeri yang terdiri dari PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk
Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, Tbk, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT
Petrokimia Gresik.
4. Produsen Importir (PI) adalah Produsen yang disetujui untuk mengimpor
sendiri barang sejenis dengan hasil produksinya yang diperlukan untuk
memenuhi kekurangan kebutuhan pupuk bersubsidi.
5. Importir Pupuk Terdaftar (IPT) adalah Importir yang diberikan pengakuan
sebagai Importir Pupuk Terdaftar oleh Menteri.
6. Distributor adalah badan usaha yang syah ditunjuk oleh Produsen untuk
melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran pupuk
bersubsidi dalam partai besar untuk dijual kepada Konsumen akhir melalui
Pengecernya.
7. Pengecer adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh Distributor
yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada
Konsumen akhir dalam partai kecil.
16
8. Lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau
di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor.
9. Lini II adalah lokasi gudang di wilayah Ibukota Propinsi dan Unit
Pengantongan Pupuk (UPP) atau diluar wilayah pelabuhan.
10. Lini III adalah lokasi gudang Distributor pupuk dan atau Produsen di wilayah
Kabupaten/Kotamadya yang ditunjuk/ditetapkan oleh Produsen.
11. Lini IV adalah lokasi gudang Pengecer yang ditunjuk/ditetapkan oleh
Distributor.
12. Harga Eceran Tertinggi disingkat HET adalah harga tertinggi pupuk Urea,
SP-36, dan ZA dalam kemasan 50 kg dan atau 20 kg untuk NPK yang dibayar
tunai oleh Petani kepada Pengecer resmi di Lini IV.
2.2 Konsep dan Pengertian Kepuasan
Kotler (2000) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk
yang di pikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan, jika kinerja berada
dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka
pelenggan puas dan jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau
senang.
Menurut Engel, dkk (1995), kepuasan konsumen merupakan evaluasi purnabeli,
dimana alternatif yang dipilih sekurang kurangnya sama atau melampaui harapan
konsumen sedangkan ketidakpuasan konsumen muncul apabila hasil tidak
memenuhi harapan. Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara
pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasikan sesuatu yang nyaman
17
secara rohani, bukan hanya nyaman karena dibayangkan dan diharapkan. Puas
atau tidak puas bukan merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari
emosi. Beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kepuasan adalah dengan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI).
Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari variabel-
variabel produk atau jasa. Cara untuk mengukur CSI dilakukan melalui empat
tahap yaitu :
1. Menentukan Mean Important Skor (MIS)
2. Membuat Weigh Factors (WF)
3. Membuat Weigh Score (WS)
4. Menentukan Custumers Satisfaction Index (CSI)
2.3 Kerangka Pikir
Ketersedian pasokan sarana produksi pupuk di gapoktan (lini IV) termasuk pupuk
urea bersubsidi ke petani harus memenuhi secara enam tepat (waktu, jumlah,
jenis, tempat, mutu dan tepat harga) sehingga dapat menerapkan paket usahatani
dan pemupukan berimbang sesuai rekomundasi dan juga meningkatkan produksi
padi sawah sekaligus pendapatan petani padi sawah. Sebaliknya terjadinya
kelangkaan pupuk urea bersubsidi akan mempengaruhi sikap petani dan akan
berdampak signifikan terhadap penurunan produksi padi sawah sekaligus
pendapatan petani.
18
Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk mengukur sikap petani
terhadap kelangkaan pupuk bersubsidi adalah model sikap multivariable Fishbein.
Untuk mengukur tingkat kepuasan petani secara menyeluruh terhadap varietas
unggul digunakan Costumer Satification Index (CSI) yang akan mengukur tingkat
kepuasan dengan mengukur tingkat kepentingan dan kinerja. Hasil dari penelitian
ini dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya. Bagan kerangka
operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
2.4 Hipotesa
“Terjadi kelangkaan pupuk urea bersubsidi di Desa Raman Aji Kecamantan
Raman Utara sehingga petani bersikap untuk mengatasi kelangkaan tersebut”.
Analisis Multiatribut Fishbein
Sikap petani terhadap
kelangkaan pupuk
Upaya Mengatasi Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Kelangkaan pupuk
Costumer satification index (CSI)
19
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran
Untuk memudahkan dan menyamakan persepsi dalam pengukuran variabel-
variabel pada penelitian ini, maka secara operasional akan didefinisikan variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :
Sikap Gapoktan adalah sikap petani sebagai anggota kelompok tani yang
tergabung dalam Gapoktan yang dalam hal ini, adalah petani yang terkena
dampak kelangkaan pupuk urea bersubsidi yang terjadi.
Luas lahan adalah : luas areal lahan usahatani yang ditananmi padi sawah , yang
diukur dalam satuan hektar (ha).
Pengalaman berusahatani adalah : jumlah tahun yang digunakan untuk
pengelolaan suatu usahatani yang dilakukan oleh petani, diukur dalam jumlah
tahun.
Pendapatan usahatani adalah : selisih antara penerimaan dengan total biaya
produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap), diukur dalam setahun satuan rupiah
(Rp).
Produksi usahatani adalah : output atau keluaran dalam proses produksi, yang
diukur dalam setahun satuan (kg).
20
Harga urea adalah harga pembelian npupuk urea dari petani yang terjadi pada saat
kelangkaan pupuk urea di wilayah penelitian, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Penerimaan : adalah jumlah uang yang diterima oleh petani dari penjualan out put
usahatani, sebelum dikurangi biaya usahatani, diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Biaya total atau modal : adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan petani
dalam proses produksi, yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel, diukur dalam
satuan rupiah per hektar (Rp/Ha).
Sikap Gapoktan terhadap kelangkaan pupuk urea bersubsidi yakni jumlah
penggunaan pupuk urea bersubsidi pada usaha tani padi sawah yang diukur dalam
satuan kilogram.
3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten
Lampung Timur.sebagai lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (Purposive)
atas dasar bahwa Gapoktan Jaya Makmur Desa Raman Aji merupakan gapoktan
di kecamatan Raman Utara yang pada MT 2014/2015, di mana seluruh petani di
desa Raman Aji mengalami kelangkaan pupuk urea bersubsidi. Penelitian
direncanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Desember 2015.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder,
data primer merupakan data yang langsung diambil dari petani yang dikumpulkan
dengan menggunakan teknik :
21
1) Kuesioner / daftar pertanyaan
2) Intervew / wawancara langsung dengan responden
3) Observasi / pengamatan pada area penelitian
Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari Dinas/Instansi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah seluruh kelompok tani
sebanyak 16 kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan jaya makmur dengan
luas areal sawah 407 hektar dan anggota gapoktan seluruhnya berjumlah 419
orang (BP3K Raman Utara, 2015). Jadi jumlah populasi adalah 419 orang.
Besarnya sampel ditentukan dengan pendugaan populasi yang digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Yamane (merangkan Jalaluddin Rakhmat, 1991) dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n = ukuran sample N = jumlah populasi (di)
2 = presisi atau tingkat ketelitian ( 17,50 % )
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka dapat diketahui ukuran sampel yang
dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu :
Nn =N (di)
2 + 1
22
419n = = 30,34 dibulatkan menjadi 30 petani padi sawah 419 (0,175)2 + 1
3.4.1 Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling probabilitas (Probability
Sampling) acak sederhana (Simple Random Sampling) tanpa pengembalian
(Sampling Without Replacement) dengan menggunakan tabel angka random.
Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel menurut Ating Somantri
(2006).
1) Membuat daftar semua populasi/petani dan setiap individu diberi nomor
kode urut 001,002, 003, ............dst 419 (berbentuk kerangka sampling)
2) Menentukan ukuran sampel (Dalam penelitian ini ukuran sampelnya adalah
30 orang petani)
3) Menyediakan tabel angka random. Dalam penelitian ini penulis
menyediakan tabel angka random yang berkapasitas 10.000 digit.
4) Pemilihan anggota sampel dilakukan dengan cara acak menggunakan tabel
angka random sampai terpenuhinya jumlah sampel yang diharapkan.
3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
3.5.1 Metode Analisis Data
Data dan informasi yang didapat diolah dan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara analisis deskriptif untuk
mengetahui karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan petani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat analisis
multivariable Fishbein untuk mengukur sikap petani selaku konsumen terhadap
23
variabel produk dan Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk
mengukur kepuasan petani selaku konsumen.
3.5.1.a. Analisis Deskriptif
Analisis deskkriptif analisis statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa ada maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiono, 2007). Statistik deskriptif dapat digunakan bila
hanya ingin mendeskripsikan sampel saja, dan tidak ingin membuat kesimpulan
yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Sedangkan menurut Nazir,
(2005) analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Analisis deskriptif hanya memberikan informasi data yang
dipunyai.
Analisis ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu. Pada penelitian ini analisis
deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik petani dan proses
pengambilan keputusan petani terkait dengan kondisi kelangkaan pupuk
bersubsidi. Analisis deskriptif ini disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi
sederhana.
3.5.1.b. Analisis Multivariabel Fishbein
Metode analisis Fishbein secara singkat menyatakan bahwa sikap seorang
konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai
24
variabel yang dimiliki oleh objek tersebut. Model ini digunakan untuk mengukur
sikap konsumen terhadap berbagai variabel suatu produk. Model Fishbein
dikatakan multivariabel karena banyak variabel yang akan dievaluasi pada suatu
jenis produk. Teori Fishbein lebih dapat diaplikasikan dibandingkan dengan teori-
teori yang lain, karena Fishbein menjelaskan pembentukan sikap sebagai
tanggapan atas variabel-variabel. Model Fishbein memudahkan para pemasar
mendiagnosis kekuatan dan kelemahan jenis produk mereka secara relatif
dibandingkan dengan jenis produk pesaing dengan cara menentukan bagaimana
konsumen mengevaluasi alternatif jenis produk pada variabel-variabel penting.
Rumus dalam analisis multivariable Fishbein adalah:
NAo = ∑ bi ei ………………………………………………….. (1) i = 1
Keterangan :Ao : Sikap terhadap objek, yaitu kelangkaan pupuk bersubsidiBi : Tingkat kepercayaan bahwa kelangkaan pupuk bersubsidi memiliki variabel ke-iei : Evaluasi kepentingan terhadap variabel-in : Jumlah variabel yang menonjol
Model multivariabel Fishbein terdiri dari variabel kekuatan dan kepercayaan
bahwa kelangkaan pupuk bersubsidipada semua variabel (bi) dan variabel evaluasi
terhadap variabel tersebut (ei) (Sumarwan, 2002). Dalam mengukur analisis sikap
konsumen digunakan skala Likert dan rentang skala yang terdiri dari +2 sampai
dengan -2. Menurut Umar (2000), skala Likert berhubungan dengan pernyataan
sikap seseorang terhadap suatu produk yang memungkinkan konsumen
mengekspresikan intensitas perasaan mereka, seperti setuju, tidak setuju, tidak
25
senang. Skor respon responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor,
dan total skor inilah ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala Likert.
Skala Likert menggunakan ukuran ordinal, karenanya hanya dapat membuat
ranking, tetapi tidak dapat diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau
lebih buruk dari responden yang lain dalam skala. Skala Likert beserta skor
jawaban responden yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Skala Likert dan skor jawaban responden
Jawaban responden SkorSangat penting, sangat setuju, sangat suka, sangat baikPenting, setuju, suka, baikNetralTidak penting, tidak setuju, tidak suka, tidak baikSangat tidak penting, sangat tidak setuju, sangat tidak suka
54321
Sebelum memberikan intepretasi terhadap penilaian konsumen tersebut, maka
ditentukan terlebih dahulu rentang nilainya dengan menggunakan rumus :
Skala Interval = m – n ……………………………………… (2)b
dimana :
m = angka tertinggi dalam pengukurann = angka terendah lam pengukuranb = banyaknya kelas yang dibentuk
Jika angka pengukuran tertinggi dalam Skala Likert = 5 dan angka terendahnya =
1, maka besarnya range adalah :
5 – 1 = 0,8 5
26
Pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan adalah :
1< ei ≤-1,2 = sangat tidak penting
1,2 ≤ ei ≤ -0,4 = tidak penting
0,4 ≤ ei ≤ 0,4 = cukup atau biasa saja
0,4 ≤ ei ≤ 1,2 = penting
1,2 ≤ ei ≤ 5 = sangat penting
Pembagian kelas berdasarkan tingkat pelaksanaan dan sikap adalah :
1< bi ≤ -1,2 = sangat tidak baik
1,2 ≤ bi ≤ -0,4 = tidak baik
0,4 ≤ bi ≤ 0,4 = cukup atau biasa saja
0,4 ≤ bi ≤ 1,2 = baik
1,2 ≤ bi ≤ 5 = sangat baik
Pengukuran sikap Fishbein, yaitu adanya evaluasi dan belief yang ada pada diri
konsumen terhadap sebuah obyek tertentu dengan cara memberikan kuisioner
kepada responden sebagai sampel dengan tujuan mengukur sikap komsumen
terhadap kelangkaan pupuk bersubsidi. Ada lima variabel yang ditanyakan untuk
pengukuran sikap tersebut:
1. Harga pupuk (harga yang sesuai dengan kualitas, harga dibandingkan dengan
merek lain)
2. Kemudahan mendapatkan pupuk (took kecil dan besar menyediakan pupuk)
3. Kualitas pupuk (kandungan pupuk memenuhi kebutuhan tanah, kualitas
bahan baku bagus)
4. Kebersihan pupuk (kemasan pupuk bersih dan rapat agar tidak mudah terkena
air)
27
5. Ketersediaan pupuk (suplay pupuk ke daerah memenuhi kebutuhan, volume)
Penentuan salient belief yakni setiap produk mempunyai banyak variabel, namun
akan baik jika kepada konsumen (responden) ditanya tentang variabel yang
relevan atau penting saja, yang disebut Salient Belief. Dalam kasus ini ditentukan
variabel adalah harga, kemudahan mendapatkan pupuk, kualitas pupuk,
kebersihan, dan ketersediaan pupuk. Setelah variabel ditentukan, konsumen akan
ditanya bagaimana keyakian (belief) dia terhadap variabel tersebut. Isi pertanyaan
tentu tidak baku, hanya diusahakan mengukur “keyakinan seseorang terhadap
variabel obyek”. Sedangkan untuk mengukur evaluation sama dengan pengukuran
belief, konsumen akan ditanya bagaimana evaluasi diaterhadap variabel yang telah
diukur beliefnya, apakah penting atau tidak. Untuk mengukur evaluasi “tidak
disebut merk tertentu, namun produk pupuk secara generik”.
Pengukuran sikap terhadap produk dilakukan dengan mengukur keseluruhan
variabel (multivariabel), disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Pengukuran seluruh variabel (multivariabel) belief dan evaluation
Resp.
Belief Evaluation Sikap
Harga Kemudahan
Kualitas
Kebersihan
Ketersedian
Harga Kemudahan
Kualitas
Kebersihan
Ketersediaan
12345
Keterangan data:Belief = Kepercayaan konsumen akan suatu variabel, atau bagaimana
responden menilai kinerja variabel tertentu dari kelangkaan pupuk bersudsidi
Evaluation = Seberapa penting variabel tertentu dari kelangkaan pupuk bersubsidi di mata konsumen
28
Skala pengukuran:1 = Sangat tidak penting2 = Tidak penting3 = Netral4 = Penting5 = Sangat penting
3.5.2 Customers Satisfaction Index (CSI)
Customers Satisfaction Index atau Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) merupakan
metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen
secara menyeluruh terhadap kinerja variabel-variabel pupuk bersubsidi. Hal ini
dilakukan dengan mengukur tingkat kepentingan dan pelaksanaan dari variabel
varietas unggul. Ada empat langkah dalam perhitungan Customers Satisfaction
Index (Massnick, 1997 dalam Afifi, 2007), yaitu :
1. Menentukan Means Important Score (MIS) dan Mean Satification Score
(MSS). Nilai ini didapat dari nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilairata-
rata kinerja tiap responden.
Dimana :
n = Jumlah respondenYi = nilai kepentingan variabel ke iXi = nilai kinerja variabel ke i
2. Membuat Weight Faktors (WF), bobot ini merupakan persentase nilai MIS
per-variabel terhadap total MIS seluruh variabel.
29
Dimana :
P = jumlah variabel kepentinganI =Variabel ke i
3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight
Factor (WF) dengan Mean Satification Score (MSS)
WSi = WFi x MSSi
Total dari Weight Score (WS) variabel ke-1 (a-1) hingga variabel terakhir (ap)
disebut dengan Weight Average Total (WAT).
4. Menentukan nilai CSI
Dimana :P = Variabel ke pHS = Skala maksimum yang digunakan
Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0 hingga 100% (tidak puas hingga
sangat puas), yaitu kepuasan tertinggi dicapai bila CSI menunjukkan 100%.
Rentang skala yang akan digunakan disesuaikan dengan rumus sebagai berikut:
Rs =( m – n )b
Dimana :Rs = Rentang skalam = Skor tertinggin = S kor terendahb = J umlah kelas yang akan dibuat
Rentang skala untuk CSI yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
30
Rs = 100% - 0%
5
Berdasarkan rentang skala tersebut, dapat dibuat lima kelas kriteria kepuasan
seperti pada Tabel 5.
Tabel. 5 Rentang Skala dan Kriteria Kepuasan
Nilai CSI Kriteria CSI0% < CSI ≤ 20%20% < CSI ≤ 40%40% < CSI ≤ 60%60% < CSI ≤ 80%80% < CSI ≤ 100%
Tidak PentingKurang PentingCukup PentingPentingSangat Penting
31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.I Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Desa Raman yang merupakan salah satu Desa di kecamatan Raman Utara.
Jumlah penduduk yang ada di Desa Raman Aji yakni 6.751 jiwa. Luas wilayah
Desa Raman Aji1.546,5 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rejo Binangun
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batanghari Nuban
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batanghari Nuban
- Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Rukti Sediyo
Jarak tempuh Desa Raman Aji dari pusat pemerintahan Desa yaitu:
a. Dari pusat pemerintahan Kecamatan ± 6 kilometer
b. Dari pusat pemerintahan Kota ± 25 kilometer
4.1.2 Potensi Pertanian
Potensi pertanian yang ada di Desa Raman Aji hampir sama dengan kampung-
kampung lain disekitarnya, masyarakatnya 85% bermata pencaharian sebagai
petani, peternak dan pekebun. Di Desa Raman Aji tidak ada tanah yang
dipergunakan untuk perkebunan Negara, perkebunan swasta, perkebunan rakyat,
32
maupun tempat rekreasi. Semua tanah yang dimiliki oleh masyarakat Desa Raman
Aji telah dimanfaatkan untuk rumah tinggal perladangan, persawahan, dan
sebagainya.
4.1.3 Luas Lahan Menurut Penggunaan
Penggunaan luas lahan di Desa Raman Aji yang paling tinggi yakni untuk
pekarangan/bangunan/halaman yakni 523 ha dan luas lahan yang digunakan untuk
persawahan sama yakni 532 ha sedangkan untuk perkebunan rakyat hanya 39,375
ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Desa Raman Aji
memanfaatkan lahannya untuk persawahan. Dari total luas lahan 1.546,5 ha,
penggunaannya tersaji pada tabel 6.
Tabel 6. Penggunaan Lahan di Wilayah Binaan Raman Aji Raman Utara
No Jenis Penggunaan Desa Raman Aji
1234567891011121314151617
Pekarangan/bangunan/halamanKebun /humaHutan lindungHutan produksiHutan rakyatPadang rumputTegalKolam/tebat/empangTambakTanaman kayu-kayuanSawahSementara tidak diusahakanPerkebunan rakyatKuburanLapanganBangunan umumLain-lain
52325----554-12,5523-39,3752,5225235,125
Jumlah 1546,5Sumber: Monografi Desa Raman Aji, 2015
33
4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Raman Aji Kecamatan
Raman Utara, secara terperinci disajikan pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Raman AjiKecamatan Raman Utara
No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1234567
PNS/TNI/POlRIWiraswasta/pedagangPetaniPertukangan PekebunPeternakLain-lain/ Buruh
52871272781350135
357550,738
Jumlah 1687 100Sumber: Monografi DesaRaman Aji, 2015
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dari jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian, di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara yang bermata
pencahariannya sebagai pegawai negeri sipil/TNI/POLRI adalah 52 jiwa (3%),
wiraswasta/Pedagang ada 87 jiwa (5%), petani ada 1272 jiwa (75%), pertukangan
ada 78 jiwa (5%),Pekebun ada 13 Jiwa (0,7%), Peternak 50 jiwa (3%) dan lain-
lain/Buruh 135 jiwa (8%). Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar penduduk
Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara bermata pencaharian sebagai petani.
4.1.5 Kelompok Tani
Kelompok tani yang ada di Desa Raman Aji terdiri dari 36 Kelompok Tani yang
tergabung dalam 2 Gapoktan , Jenis Kelompok Tani dan Gapoktan di DesaRaman
Aji disajikan pada Lampiran 1.
34
4.1.6 Identitas Responden
Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responden, seperti umur, tingkat
pendidikan yang ditamatkan, luas lahan, dan pengalaman usahatani. Pada uraian
berikut ini disajikan informasi yang berhubungan dengan keadaan identitas
responden, pendidikan formal, mata pencaharian, dan luas lahan usahatani.
a. Umur Responden
Umur petani responden dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan
produktifitas kerja disektor pertanian. Dalam penelitian ini umur responden
diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur lima tahun. Tabel 8 berikut ini
menyajikan sebaran tingkat umur responden.
Tabel 8. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur
No. Golongan Umur (Th) Jumlah Persentase %
1 25 – 35 5 152 36 – 45 13 453 46 – 55 6 204 56 – 65 6 20Jumlah 30 100
Sumber: Pengolahan data penelitian 2015
Data Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar umur responden yang menggunakan
pupuk bersubsidi berada rata-rata masih produktif yakni pada tahun 25 – 35 tahun
ada 5 orang, 36 – 45 tahun ada 13 orang dan 46 – 55 tahun ada 6 orang. Kategori
ini masih termasuk usia produktif (15 – 64), dan 56 – 65 tahaun ada 6 orang yang
termasuk usia tidak produktif yakni (>65) (BPS, 2013). Berdasarkan pada data
35
yang diatas, maka umur responden yang menggunakan pupuk bersubsidi di Desa
Raman Aji Kecamatan Raman Utara sebagian besar berada pada usia produktif di
bawah 50 tahun yakni 20%, sehingga dapat diperkirakan produktifitas responden
dalam menjalankan usahatani padi dengan menggunakan pupuk bersubsidi akan
meningkat.
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data tingkat pendidikan petani responden
seperti yang disajikan Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Raman Aji KecamatanRaman Utara Lampung Timur
No. Pendidikan Jumlah Persentase %
1 SD/SR 4 102 SLTP 9 353 SLTA 12 404 Perguruan Tinggi 5 15Jumlah 30 100
Sumber: Pengolahan data penelitian 2015
Dari Tabel 9 diketahui sebagian besar responden yang menggunakan pupuk
bersubsidi berpendidikan tamat sekolah lanjutan tingkat Atas (SLTA), yaitu
sebanyak 12 orang (sebesar 40%). Sedangkan responden yang lulus SD/SR hanya
4 orang (sebesar 10%). Responden yang tamat pendidikan sampai tingkat
perguruan tinggi sebanyak 5 orang (sebesar 15%), dan petani responden yang
tamat pendidikan sampai tingkat SLTP sebayak 9 orang (sebesar 35%).
Berdasarkandata pada Tabel 9 diatas maka dapat dijelaskan bahwa petani
responden masih berpendidikan tinggi yakni tingkat pendidikan SLTA sebanyak
36
12 orang (sebesar 40%). Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para petani
responden dapat mempengaruhi kreatifitas mereka serta daya serap informasi dan
teknologi usahatani yang lebih maju. Rendahnya pendidikan responden akan
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memahami berbagai hal yang
berkaitan dengan teknologi usahatani, terutama kesadaran dan ketersediaan petani
dalam menerima inovasi baru.
c. Luas Lahan Usahatani Responden
Luas lahan garapan yang dikelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap
perolehan hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang dipergunakan akan
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil panen yang
lebih besar, dan sebaliknya kepemilikan luas lahan yang dimiliki oleh petani tidak
dapat ditambah lagi karena ketersediaan areal lahan yang dapat digunakan untuk
memperluas lahan sangat terbatas. Sebaran luas lahan petani responden yang
dipergunakan untuk usaha tani yang menggunakan pupuk bersubsidi berkisar
antara 0,18 sampai dengan 1,00 ha. Pada Tabel 10 berikut ini disajikan data luas
lahan usahatani petani responden yang menggunakan pupuk bersubsidi.
Tabel 10. Sebaran Luas Lahan Responden di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara
No. Luas Lahan (Ha)Jumlah (Orang)
Persentase %
1234
0,18 – 0,250,26 – 0,50
67
2024
0,51 – 0,750,76 – 1,00
512
1640
Jumlah 30 100Sumber: Pengolahan data penelitian 2015
37
Data Tabel 10 diketahui sebaran luas lahan garapan petani responden yang paling
banyak pada luas lahan 0,75 – 1,00 ha dimiliki sebanyak 12 orang. Petani
responden yang dimiliki 0,18 – 0,25 ha sebanyak 6 orang petani responden, petani
responden yang memiliki luas lahan 0,26 – 0,50 ha sebanyak 7 orang petani
responden, dan petani responden yang memiliki luas lahan 0,51 – 0,75 ha hanya 5
orang petani responden. Berdasarkan pada Tabel 11 maka dapat dijelaskan bahwa
luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani responden yang menggunakan
pupuk bersubsidi rata-rata kurang dari 1 ha, sehingga hasil produksi usahatani
padi yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian petani responden belum
mampu secara optimal dijadikan sumber utama pendapatan petani. Ketersediaan
lahan yang mereka milliki menjadi salah satu kendala dalam usaha meningkatkan
pendapatan usahatani dari komoditas padi.
4.1.7 Pengalaman Usahatani
Pengalaman menjalankan usahatani suatu komuditas merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pertanian. Dengan pengalaman
yang dimiliki maka petani akan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
tanaman padi, dengan pengalaman yang dimilikinya diharapkan mereka akan
mampu mengelola dan meningkatkan hasil usahataninya dengan berbagai cara,
termasuk melakukan perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang telah
ditemui di masa-masa yang telah lalu. Petani yang menggunakan pupuk bersubsidi
di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara memiliki pengalaman berusahatani
bervariasi, ada yang masih baru, tetapi ada sebagian yang telah cukup lama,
38
beberapa diantara responden memiliki pengalaman sampai delapan tahun.
Pengalaman berusahatani petani responden disajikan pada Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Sebaran Lama Usahatani Padi Petani Responden di Desa Raman AjiKecamatan Raman Utara
No. Lama Berusahatani (Th)Jumlah (Orang)
Persentase %
1 1 – 2 8 282 3 – 4 10 323 5 – 6 6 204 >7 6 20Jumlah 30 100
Sumber: Pengolahan data penelitian 2015
Dari data pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani responden
telah memiliki pengalaman berusahatani padi dengan menggunakan pupuk
bersubsidi lebih dari 2 tahun.Tetapi ada sebagaian kecil responden yang
pengalaman usahataninya kurang dari 2 tahun. Petani yang memiliki pengalaman
1 – 2 tahun ada 8 orang atau sekitar 28%. Sedangkan pengalaman yang paling
banyak yakni 3 – 4 tahun yakni sebanyak 10 responden atau sekitar 32%. Petani
yang memiliki pengalaman usahatani 5 – 6 tahun ada 6 orang atau sekitar 20%
dan lebih dari 7 tahun ada 6 orang atau 20%. Berdasarkan data pada Tabel 11
maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar petani padi telah memiliki
pengalaman belum begitu lama yakni hanya 3 – 4 tahun dengan besar persentase
32%. Dengan demikian, pengalaman usahatani merupakan cara yang lebih baik
untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri informasi
yang ada. Jadi, seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani lain
yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara
39
sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari (Soekartawi,
2002).
4.2 Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi
4.2.1 Analisis Belief Terhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja variabel perlu dilakukan,untuk
mengetahui kepuasan konsumen secara keseluruhan terhadap pupuk bersubsidi
serta mengetahui variabel mana yang perlu mendapat perhatian. Dari tingkat
kepentingan dan kinerja akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja variabel dapat
memenuhi kebutuhan petani responden. Variabel yang menjadi pertimbangan
petani dan akan dibahas ada lima variabel, yaitu harga pupuk, kemudahan dalam
memperoleh, kualitas pupuk, kebersihan pupuk dan ketersediaan pupuk saat
musim tanam. Hasil analisis Belief disajikan pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Kepentingan Variabel-Variabel Pupuk Bersubsidi pada Analisis Belief
Skala Variabel Belief4,302,032,034,202,53
HargaKemudahan
KualitasKebersihan
Ketersediaan
PentingTidak pentingTidak penting
PentingTidak penting
Sumber: Data yang telah diolah, 2016.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, variabel yang
memiliki nilai total tingkat kepentingan paling tinggi adalah harga jual pupuk
bersubsidiyaitu sebesar 4,30 dengan skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut
berada pada rentang skala 4,20 – 5,00 yang termasuk kedalam kategori sangat
penting karena harga menjadi faktor utama petani menggunakan pupuk urea
40
bersubsidi untuk menekan biaya produksi. Variabel harga adalah yang paling
bagus kinerjanya di persepsi konsumen. Atau bisa dikatakan dalam membentuk
sikap terhadap penggunaan pupuk bersubsidi, konsumen mempunyai keyakinan
(belief) bahwa harga pupuk bersubsidi adalah paling murah dibandingkan pupuk
nonsubsidi.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi kedua adalah kebersihan
yaitu sebesar 4,20 dengan skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut berada pada
rentang skala 4,20 – 5,00 yang termasuk pada kategori penting, karena kebersihan
pupuk diperlukan agar pupuk tidak cepat rusak atau mencair.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan ketiga adalah ketersediaan yaitu
sebesar 2,53 dibawah skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut berada pada
rentang skala 1,80 – 2,59 yang termasuk pada kategori tidak penting, karena
petani dapat mengganti pupuk urea bersubsidi dengan pupuk urea non bersubsidi
meskipun harganya lebih mahal dan penggunaan pupuk organik dapat
menggantikan peran pupuk urea bersubsidi. Hal ini terjadi karena ketersediaan
pupuk urea bersubsidi saat musim tanam sangat terbatas, hal ini ditunjukkan pada
tabel 2 (bab 1) yakni dari data RDKK Kabupaten Lampung Timur tahun 2015,
kebutuhan pupuk urea bersubsidi di Kecamatan Raman Utara mencapai 4.457 ton
sedangkan alokasi pupuk yang tersedia hanya 1.590 ton.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan keempat adalah kemudahan yaitu
sebesar 2,03 dengan skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut berada pada rentang
skala 1,80 – 2,59 yang berarti masuk pada kategori tidak penting. Hal ini terjadi
karena pada saat musim tanam dalam memperoleh pupuk sangat sulit. Dalam
41
mengatasi persoalan kelangkaan pupuk adalah segera mempercepat distribusi
pada daerah-daerah yang secara riil membutuhkan. Jika alokasi bulanan yang
tertuang dalam perbup/perwalkot tak mencukupi maka dapat dipecahkan dengan
menggeser alokasi bulan mendatang, asalkan tidak melebihi plafon yang
ditetapkan.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan kelima adalah kemudahan yaitu
sebesar 2,03 dengan skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut berada pada rentang
skala 1,80 – 2,59 yang berarti masuk pada kategori tidak penting. Hal ini terjadi
karena saat petani memerlukan pupuk, ketersediaan terbatas sehingga kemudahan
dalam mencari pupuk menjadi sulit. Banyaknya kebutuhan pupuk yang diperlukan
petani menjadikan pupuk urea bersubsidi menjadi langka.
Dari uraian diatas, maka sikap petani untuk mengatasi kelangkaan pupuk urea
bersubsidi petani menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk
bersubsidi karena dari hasil analisis belief yang dilakukan dilapangan sikap petani
terhadap kemudahan serta ketersediaan pupuk saat musim tanam atau pada saat
diperlukan sulit didapatkan (lihat tabel 2). Kemudian petani menggunakan pupuk
yang tepat guna untuk meminimalisir penggunaan pupuk bersubsidi serta
implementasi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) untuk menghemat pupuk sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Untuk menanggulangi kelangkaan pupuk saat musim
tanam petani melakukan penimbunan pupuk sebelum musim tanam tiba serta ikut
serta dalam pengawasan pendistribusian pupuk bersubsidi.
42
4.2.2 Analisis EvaluationTerhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Jika hasil dari rata-rata evaluation diurutkan dari angka terbesar ke angka terkecil
(sesuai kriteria skala), didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Kepentingan Variabel-Variabel Pupuk Bersubsidi pada Analisis Evaluation
Skala Variabel Evaluation4,172,574,233,974,00
HargaKemudahan
KualitasKebersihan
Ketersediaan
PentingTidak penting
pentingpentingPenting
Sumber: Data yang telah diolah, 2016.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, variabel yang
memiliki nilai total tingkat kepentingan paling tinggi adalah kualitas pupuk
bersubsidi yaitu sebesar 4,23 berada pada rentang skala 4,20 – 5,00 yang termasuk
kedalam kategori penting karena apabila unsur hara yang terkandung dalam pupuk
urea bersubsidi tidak sesuai dengan kebutuhan tanah maka produksi petani akan
menurun, dan jika kualitas pupuk non bersubsidi memiliki kualitas yang baik
maka petani bisa beralih pada pupuk nonsubsidi meskipun harga pupuk non
bersubsidi lebih mahal dibandingkan pupuk bersubsidi.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi kedua adalah harga yaitu
sebesar 4,17 dengan skor rata-rata adalah 3,02. Nilai tersebut berada pada rentang
skala 3,40 – 4,19 yang termasuk pada kategori penting, karena petani yang
memiliki modal ingin mendapatkan hasil panen yang tinggi, sehingga apabila jika
harga pupuk murah namun kualitas buruk dibandingkan dengan harga sedikit
43
mahal namun kualitas baik, petani akan memilih pupuk dengan kualitas yang baik
demi mendapatkan produksi yang optimal.
Kemudian variabel yang memiliki tingkat kepentingan ketiga adalah ketersediaan
dengan skala 4,00 berada pada rentang skala 3,40 – 4,19 yang termasuk pada
kategori penting karena apabila pupuk bersubsidi mengalami kelangkaan, maka
petani dapar beralih pada pupuk non bersubsidi, mengganti dengan pupuk
organik.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan keempat adalah kebersihan dengan
skala 3,97 berada pada rentang skala 3,40 – 4,19 yang termasuk pada kategori
penting, karena kebersihan pupuk menjadikan unsur hara yang ada tidak
terkontaminasi dengan lainnya.
Variabel yang memiliki tingkat kepentingan kelima adalah dengan nilai skala 2,57
berada pada rentang skala 1,80 – 2,59 yang termasuk pada kategori tidak penting,
karena petani dapat berlih pada pupuk non bersubsidi dan pupuk organik. Padahal
dalam mencari pupuk urea bersubsidi seharusnya petani mudah memperoleh saat
musim tanam tiba karena pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan hasil
produksi. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama antara pihak-pihak penyalur pupuk
bersubsidi terkait agar pupuk dapat teralokasikan dengan baik.
Dari ulasan diatas dapat diketahui bahwa variabel kualitas ternyata yang paling
penting bagi konsumen dalam mempertimbangkan untuk membeli pupuk. Atau
konsumen merasa bahwa penilaian (evaluasi) terhadap kualitas pupuk adalah hal
yang paling utama dalam membentuk sikap terhadap pupuk urea dengan evaluasi
44
terhadap kualitas pupuk baik dari segi kandungan bahan aktif pada pupuk urea
dan unsur hara yang baik untuk tanaman.
Dikaitkan dengan hasil analisis Belief sebelumnya, terlihat bahwa kualitas pupuk
yang menjadi kriteria utama konsumen dalam membentuk sikap terhadap pupuk
urea, justru dinilai paling kecil oleh konsumen. Hal ini menandakan kualitas
pupuk bersubsidi tidak disukai konsumen, namun demikian kualitas pupuk non
bersubsidi ternyata disukai konsumen dan variabel kualitas juga menempati urutan
tinggi di persepsi konsumen. Sedangkan variabel kemudahan yang menurut
konsumen adalah kriteria paling tidak penting, ternyata malah dinilai baik oleh
konsumen. Untuk variabel harga, penilaian relatif proporsional karena harga
pupuk non bersubsidi tidak begitu dinilai penting oleh konsumen dan harga pupuk
bersubsidi juga tidak dinilai jelek oleh konsumen.
Dari uraian diatas, maka sikap petani menggunakan pupuk non organik sebagai
pengganti pupuk bersubsidi karena dari hasil analisis evaluation yang dilakukan
dilapangan sikap petani terhadap kemudahan pupuk saat musim tanam tidak
berpengaruh namun harga yang ditawarkan untuk pupuk non bersubsidi dirasa
petani sangat mahal meskipun kualitas yang ditawarkan lebih baik jika
dibandingkan dengan pupuk bersubsidi. Maka petani melakukan penggunaan
teknologi pupuk hayati untuk mengganti pupuk non bersubsidi untuk menekan
biaya produksi.
45
4.2.3 PerhitunganCustomer Satisfaction Index (CSI)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai CSI kelangkaan
pupuk urea bersubsidi terhadap analisis belief sebesar 77,60%. perhitungan
Customer Satisfaction Index (CSI) dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) pada analisis belief
Variabel
Mean Importance
Score (MIS)
Mean Satification
Score (MSS)
Weighting Factors(WF)
Weight Score(WS)
Harga 4,30 4,17 0,28 1,19
Kemudahan 2,03 2,57 0,13 0,35
Kualitas 2,03 4,23 0,13 0,57
Kebersihan 4,20 3,97 0,28 1,10
Ketersediaan 2,53 4,00 0,17 0,67
Total 15,09 Weight Average Total (WAT) 3,88CSI: (Weight Score total:5) x 100 77,60
Sumber : Data yang telah diolah, 2016.
Berdasarkan tabel diatas nilai CSI ini diperoleh dari pembagian antara nilai weight
total (WT) dengan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 5
dan mengalikan dengan 100%. Nilai CSI terletak di rentang 0,60 – 0,80 yang
menunjukkan bahwa indeks kelangkaan pupuk urea bersubsidi pada kriteria
“penting”. Akan tapi, sebaiknya pihak terkait penyalur pupuk urea bersubsidi
terus mengawasi distribusi agar tidak terjadi penumpukan pupuk digudang gudang
tertentu atau penyalahgunaan pupuk urea bersubsidi. Hal ini dilakukan agar CSI
meningkat sampai angka 100% sehingga pengunjung merasa sangat puas.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada analisis evaluation,
didapatkan nilai CSI kelangkaan pupuk urea bersubsidi sebesar 61,80%.
46
perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) dapat dilihat pada Tabel 15 berikut
ini:
Tabel 15. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) pada analisis Evaluation
Variabel
Mean Importance
Score (MIS)
Mean Satification
Score (MSS)
Weighting Factors(WF)
Weight Score(WS)
Harga 4,17 4,30 0,22 0,95
Kemudahan 2,57 2,03 0,14 0,28
Kualitas 4,23 2,03 0,22 0,45
Kebersihan 3,97 4,20 0,21 0,88
Ketersediaan 4,00 2,53 0,21 0,53
Total 18,94 Weight Average Total (WAT) 3,09
CSI: (Weight Score total:5) x 100 61,80Sumber : Data yang telah diolah, 2016.
Berdasarkan tabel diatas nilai CSI ini diperoleh dari pembagian antara nilai weight
total (WT) dengan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 5
dan mengalikan dengan 100%. Nilai CSI terletak di rentang 0,60 – 0,80 yang
menunjukkan bahwa indeks kelangkaan pupuk urea bersubsidi pada kriteria
“penting”. Akan tapi, sebaiknya pihak terkait penyalur pupuk urea bersubsidi
terus mengawasi distribusi agar tidak terjadi penumpukan pupuk digudang-
gudang tertentu atau penyalahgunaan pupuk urea bersubsidi. Hal ini dilakukan
agar CSI meningkat sampai angka 100% sehingga petani merasa sangat penting.
4.2.3 Sikap Petani Terhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Kelangkaan pupuk ternyata tidak disebabkan oleh volume produksinya saja, tetapi
diakibatkan oleh konsumsinya yang melebihi dosis anjuran. Selain itu kelangkaan
47
pupuk disebabkan juga oleh perencanaan luas tanam yang tidak baik, serta
penggunaan lahan secara intensif (Kariyasa, 2005).
Dari data diatas, maka langkah yang diambil petani dalam mengatasi kelangkaan
pupuk yakni:
1) Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk bersubsidi
Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk bersubsidi dapat diukur
berdasarkan persepsi responden terhadap indikator yang sesuai dengan
definisi operasional variabel. Sebaran jumlah responden berdasarkan
penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk bersubsidi di Desa
Raman Aji dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Penggunaan Pupuk Organik
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 - 1112 - 18 19 – 25
RendahSedangTinggi
3234
10,0076,6013,33
Jumlah 30 100,00Rata-rata 15,27 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 16 dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik
tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 15,27 dengan
persentase 76,60%.
Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang kambing, sapi, ayam,
kerbau dan pupuk kompos dapat menekan biaya produksi sekaligus
meningkatkan kualitas tanah dan memenuhi unsur hara tanah sehingga tanah
enjadi subur. Pupuk organik memiliki berbagai manfaat yakni dapat
48
meningkatnya produktivitas dari lahan pertanian, karena dengan
meningkatnya kadar kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada
dalam tanah, maka dengan sendirinya akan memperbaiki sifat, kimia dan
biologi tadi tanah atau lahan pertanian. Manfaat lain yang dirasakan yaitu
semakin mudahnya melakukan pengolahan lahan karena tanah semakin baik.
Harga pupuk organik lebih murah dan sangat mudah didapat dari alam. Pupuk
organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibandingkan dengan
pupuk kimia. Pupuk organik akan memberikan kehidupan badi
mikroorganisme tanah. Kelebihan lain dari pupuk organik yaitu mempunyai
kemampuan dalam memobilisasi atau menjembatani hara yang ada di tanah
sehingga akan membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh tanaman.
Mempunyai kemampuan dalam melepas hara tanah dengan sangat perlahan
dan terus menerus, seihngga akan membantu mencegah terjadinya kelebihan
suplai hara yang membuat tanaman keracuanan. Mampu menjaga kelembaban
dari tanah, sehingga akan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah
pada tanaman. Mampu membantu mencegah erosi lapisan atas tanah.Mampu
menjaga dan merawat tingkat kesuburan tanah. Memberi manfaat untuk
kesehatan manusia, karena banyak kandungan nutrisi dan lebih lengkap dan
lebih banyak
2) Meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk
Meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk sebagai pengganti pupuk
bersubsidi dapat diukur berdasarkan persepsi responden terhadap indikator
yang sesuai dengan definisi operasional variabel. Sebaran jumlah responden
49
berdasarkan efektifitas penggunaan pupuk di Desa Raman Aji dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Peningkatan Efektifitas Penggunaan Pupuk
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 - 1112 - 18 19 - 25
RendahSedangTinggi
4260
13,3386,660.00
Jumlah 30 100,00Rata-rata 14,70 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa efektifitas penggunaan
pupuk tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 14,07 dengan
persentase 86,66%.
Ada empat hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan efektifitas
penggunaan pupuk bagi petani, yaitu: (1) tepat jenis, yaitu memilih kombinasi
jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan tambahan
berdasarkan sifat kelarutan, sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara dan
sifat tanahnya, (2) tepat waktu dan frekuensi yang ditentukan oleh iklim/CH,
sifat tanah dan logistik pupuk, (3) tepat cara, yaitu cara pemberian yang
ditentukan berdasarkan jenis pupuk, umur tanaman dan jenis tanah, (4) teat
dosis, yaitu dosis pupuk yang diperlukan berdasarkan analisis status hara
tanah dan kebutuhan tanaman.
3) Petani melakukan teknologi pupuk hayati
Penggunaan teknologi pupuk hayati sebagai pengganti pupuk bersubsidi
dapat diukur berdasarkan persepsi responden terhadap indikator yang sesuai
50
dengan definisi operasional variabel. Sebaran jumlah responden berdasarkan
penggunaan teknologi pupuk hayati di Desa Raman Aji dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Penggunaan Teknologi Pupuk Hayati
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 - 1112 - 18 19 - 25
RendahSedangTinggi
5232
16,6776,106,67
Jumlah 30 100,00Rata-rata 13,90 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi pupuk
hayati tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 13,90 dengan
persentase 76,10%. Teknologi pupuk hayati merupakan penggunaan produk
biologi aktif yang terdiri dari mikroba penyubur tanah untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah saat terjadi kelangkaan
pupuk bersubsidi. Penggunaan pupuk hayati digunakan oleh petani untuk
peningkatan pendapatan petani. Penyuluhan sangat diperlukan agar
pemanfaatan pupuk hayati berdampak pada peningkatan hasil dan efisiensi
pemupukan.Pemahaman strategi pemanfaatan pupuk hayati ialah untuk
memperbaiki kualitas tanah, memelihara keanekaragaman hayati menunjang
keberlanjutan produktivitas pertanian. Apabila petani biasa menganjurkan
pemakaian pupuk sesuai dengan status hara tanah, maka konsumsi akan
pupuk bersubsidi lebih efisien sekaligus dapat meningkatkan pendapatan
petani. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam memperbaiki perilaku petani
(sikap) terhadap cara penggunaan pupuk, antara lain dengan cara mengubah
teknologi penggunaan pupuk dengan penerapan teknologi pupuk hayati (bio
51
fertilizer) karena riset menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pupuk
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia tunggal maupun
majemuk hingga 100%. Jika teknologi pupuk hayati ini bisa diterapkan oleh
petani maka konsumsi pupuk urea bersubsidi bisa teratasi.
4) Implementasi Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT)
Implementasi pengolahan tanaman terpadu (PTT) sebagai sikap petani dalam
menghadapi kelangkaan pupuk bersubsidi dapat diukur berdasarkan persepsi
responden terhadap indikator yang sesuai dengan definisi operasional
variabel.Sebaran jumlah responden berdasarkan implementasi pengolahan
tanaman terpadu (PTT) di Desa Raman Aji dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Implementasi Pengolahan Tanaman terpadu (PTT)
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 - 1112 - 18 19 - 25
RendahSedangTinggi
1245
3,3373,3316,67
Jumlah 30 100,00Rata-rata 15,80 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 19 dapat disimpulkan bahwa implementasi pengolahan
tanaman terpadu (PTT) tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-
rata 15,80 dengan persentase 73,33%.
Implementasi Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT) harus dilakukan secara
sistematis dan melibatkan seluruh stakeholders dari Departemen Pertanian,
Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian), BPP/KCD/PPL hingga
Gapoktan/Kelompok tani/petani. Rekontruksi tersebut haruslah dilakukan
52
secara sistematis dan bertahap melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat
petani melalui entri point pengelolaan tanaman terpadu yang dilaksanakan
dengan sistem sekolah lapang. Manfaat yang dapat diperoleh dari rekontruksi
ini yakni, rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
potensi lokasinya (regional) dan petani dapat menghemat penggunaan pupuk
sehingga dapat mengurangi biaya usahatani dan dapat meningkatkan
produktivitas sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.
5) Petani melakukan pembelian pupuk bersubsidi sebelum musim tanam
tiba sehingga saat terjadi kelangkaan pupuk petani telah memiliki
pupuk digudang masing-masing.
Pembelian pupuk bersubsidi sebelum musim tanam tiba diperlukan oleh
petani untuk menghadapi terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi dapat
diukur berdasarkan persepsi responden terhadap indikator yang sesuai dengan
definisi operasional variabel. Sebaran jumlah responden berdasarkan
penyimpanan pupuk bersubsidi saat musim tanam di Desa Raman Aji dilihat
pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran Jumlah Responden Saat Musim Tanam Tiba
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 – 1112 - 18 19 - 25
RendahSedangTinggi
01713
0,0056,6743,33
Jumlah 30 100,00Rata-rata 18,80 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
53
Berdasarkan Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa penyimpanan pupuk saat
musim tanam tiba tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata
18,80 dengan persentase 56,67%.
6) Petani ikut serta dalam pengawasan pendistribusian pupuk bersubsidi
melalui perkumpulan-perkumpulan yang diadakan oleh gapoktan
maupun instansi pertanian lainnya.
Keikutsertaan pengawasan pendistribusian pupuk bersubsidi sebagai sikap
petani terhadap kelangkaan pupuk dapat diukur berdasarkan persepsi
responden terhadap indikator yang sesuai dengan definisi operasional
variabel.Sebaran jumlah responden berdasarkan keikutsertaan pengawasan
pendistribusian pupuk bersubsidi di Desa Raman Aji dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Sebaran Jumlah Responden Terhadap Keikutsertaan Pengawasan Pendistribusian Pupuk Bersubsidi
Interval (skor) Kategori Responden Persentase5 - 1112 - 18 19 - 25
RendahSedangTinggi
1263
3,3386,6610,00
Jumlah 30 100,00Rata-rata 14,70 (Sedang)
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 21 dapat disimpulkan bahwa efektifitas penggunaan
pupuk tergolong dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 14,07 dengan
persentase 86,66%.
Kelangkaan pupuk akan selalu terjadi pada setiap musim tanam. Kelangkaan
pupuk terutama yang bersubsidi ini terjadi karena perbedaan perhitungan jumlah
kebutuhan pupuk antara petani dengan Deptan. Hal ini terjadi akibat beda basis
54
data yang digunakan dan adanya pemborosan ditingkat petani karena belum
sesuainya dosis, waktu pemberian dan cara pemupukan untuk setiap lokasi, jenis
dan fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, penyebab terjadi kelangkaan pupuk
karena adanya kenakalan dan kemacetan dalam jalur distribusi pupuk bersubsidi
dan terjadi penggunaan pupuk bersubsidi untuk industri dan bukan langsung
didistribusikan ke petani. Upaya untuk mengatasi kelangkaan pupuk antara lain
adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, pemanfaatan bahan organik, dan
penggunaan pupuk hayati. Selain itu juga dilakukan upaya perbaikan budaya dan
karakter semua pelaku yang berhubungan dengan pupuk. Petani tidak boros dalam
menggunaan pupuk dan lebih memanfaatkan sumber alami sebagai pensubtitusi
pupuk kimia buatan. Distributor/produsen pupuk tidak rakus dalam mencari
keuntungan sehingga melakukan penimbunan pupuk dan penyelewengan
distribusi pupuk bersubsidi.Dan pemerintah lebih akurat dalam menentukan basis
data sehingga tidak terjadi perbedaan yang mencolok serta melakukan
implementasi peraturan yang berlaku dengan baik dan tegas.
55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan di atas pupuk bersubsidi masih
dibutuhkan oleh petani, tetapi ketika pupuk bersubsidi diperlukan susah didapat,
padahal stok tersedia, maka sikap petani dalam mengatasi kelangkaan pupuk
adalah1) dengan penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk bersubsidi,
2) meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk (tepat jenis, tepat waktu, tepat cara
dan tepat dosis), 3) petani melakukan teknologi pupuk hayati, 4) implementasi
Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT), 5) petani melakukan pembelian pupuk
bersubsidi sebelum musim tanam tiba,dan 6) petani ikut serta dalam pengawasan
pendistribusian pupuk bersubsidi melalui perkumpulan-perkumpulan gapoktan,
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada maka dapat dikemukakan
saran adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pupuk pengganti (organik) untuk pengganti pupuk urea agar
kebutuhan pupuk dapat terpenuhi.
2. Dalam penyusunan RDK dan RDKK sesuai dengan kebutuhan anggota.
3. Komunikasi dan koordinasi dengan pengecer dan pemerintah ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Hanafi. 2001. Masyarakat Ide-ide Baru, disarikan dari karya EverentRogers danF.Floyd Shoemaker, Communication of Inovation. Usaha Nasional. Jakarta.
Adnyana, M.O dan K. Kariyasa. 2000. Perumusanhargagabahdanpupukdalam era pasarbebas. PusatPenelitiandanPengembanganSosialEkonomiPertanian Bogor.
Ahmadi,A.1990. PsikologiSosialBinaIlmu. Surabaya.
Arifin, B. 2004.AnalisisEkonomiPertanian Indonesia.KemelutKelangkaanPupuk :PrimitifnyaKelembagaan. PenerbitBukuKompas, Jakarta.
A.T. Mosher. MenggerakandanMembangunPertanian.Jakarta :CV. YasaGuna, 1987.
Dwi Citra Hasibuan. 2012. PerananKelompok.taniterhadapKeberhasilanPenyaluranPupuikBersubsidi. Program StudiAgribisnis. FP USU Medan.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kariyasa, K., M. Maulana, dan SMardiyanto. 2004. Usulantingkatsubsididanhargaecerantertinggi (HET) yang relevalsertaperbaikanpolapendistribusianpupuk di Indonesia. AnalisisKebijakanPertanian Vol. 2, No. 3, 2004.PusatAnalisisSosialEkonomidanKebijakanPertanian, Bogor.
Kariyasa, K. 2007. Usulan HET PupukBerdasarkan Tingkat EfektifitasKebijakanHargaPembelianGabah.AnalisisKebijakanPertanian. Volume 5 No. 1, Maret 2007.PusatAnalisisSosialEkonomidanKebijakanPertanian, Bogor. Hal 72-85.
MotikIdrasari. 2008. Dampakkelangkaanpupuk Urea bersubsiditerhadapsikappetanidanproduktifitasUsahaTani. JurusanSosialekomiPertanian . UnibersitasJember.
Mar’at. 1982. Sikap Manusia,Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia. Jakarta
Mubyarto. 1987. Pembangunan Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
PeraturanMenteriPerdagangan No. 21/M-DAG/PER/6/2008.PengadaanPenyaluranPupukBersubsidiUntukSektorPertanian.
PeraturanMenteriPertanian No. 29/Permentan/OT.140/06/2008.KebutuhandanHargaEcerenTertinggi (HET) PupukBersubsidi.
PeraturanMenteriPertanian No. 5/2009 tgl 14 Januari 2009.HargaPupukBersubsidi.
Pitoyo, Setijo. 1995. Penggunaan Urea Tablet . PT. PenebarSwadaysa . Jakarta.
Rahmat,J. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Karya. Bandung
Seigel. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu Sosial. PT. Gramedia. Jakarta
Suparyono dan Setyono. 1995. Bertanam Padi. Penebar Swadaya. Jakarta
Wahyu. A. 2013. KajianPupukBersubsidi di Pekalongan (StudiKasus di Kec. Kesesi) FakultasEkonomikadanBisnisUniversitasDiponegoro. Semarang
KUESIONER
SIKAP PETANI GAPOKTAN UNTUK MENGATASI KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA USAHA TANI PADI SAWAH DI
DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
1. BiodataResponden1. Nama : ………………………………….2. Umur : ………………………………….tahun3. Jumlah tenaga kerja : ………………………………….orang4. Pendidikan terakhir
Pendidikan formal yang pernah dicapai ………………………
Jenis kursus/pelatihan yang pernah diikuti : …………………………………………………… ……………………………………………………5. Pengalaman berusahatani padi (thn): ………………………. 6. Kepemilikanlahan : Sewa/Sendiri
: Sewa Rp……………./m/th/ha G: Gadai7. JenisTenagaKerja: Keluarga ………………………. Orang
Luarkeluarga …………………. Orang8. Luaslahan : ………………………………….m2
9. Bagaimanakeadaantanah/lahan yang andausahakan?a. Subur b. Tidaksubur c. Kurangsubur
10. Hasilpanen : …………………………kg 11. Cara pemasaran : konsumen/pasar/agen12. Sumber modal : Sendiri/pinjaman/bunga modal13. Pekerjaanselainpetani : PNS/Wiraswasta/Wirausaha14. Pendapatan (bulan) : …………………………………Rupiah15. Umurpanenbenih : …………………………………bulan
Beritandasilang (X) padajawaban yang andapilih!
ATRIBUT HARGA PUPUK BERSUBSIDI
PengukuranAtributHargaVariabel (Multiavariabel) Belief
1. Harga yang murahdapatmenekanbiayaproduksi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Kandunganunsurharatidakberubahmeskipunpupukbersubsididibandroldenganharga yang lebihmurah.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Penggunaanpupukorganikuntukmenggantipupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
PengukuranAtributHargaVariabel (Multiavariabel) Evaluation
1. Kualitaspupuk non subsidilebihbaikjikadibandingkandenganpupuksubsidi, namunhargamenjadipertimbanganbagipetani.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Penggunaanpupuk non bersubsidiuntukmengatasikekuranganpupukbersubsidimeskipunhargalebihmahal.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Penggunaanpupuk non bersubsidiuntukmenggantipupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
ATRIBUT KEMUDAHAN MENDAPATKAN PUPUK BERSUBSIDI
PengukuranAtributKemudahanVariabel (Multiavariabel) Belief
1. MengusulkankepadakepalaGapoktan agar pupukbersubsidi yang diterimaolehpetanisesuaidengan volume luaslahan.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. PengolahanTanamanTerpadu (PTT) harusdilakukansecarasistematisdanmelibatkanseluruh stakeholders.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Adanyasikappetanidengan 4 halyakni, tepatjenis, tepatwaktudanfrekuensi, tepatcara, dantepatdosis agar menekanpenggunaanpupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
PengukuranAtributKemudahanVariabel (Multiavariabel) Evaluation
1. Melakukankerjasamaantarkelompoktanisaatmusimtanam agar mudahdalammendapatkanpupuk non bersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Saatpupukbersubsidimengalamikelangkaan, makapetanimelakukanteknologipupukhayatiataumenggantidengan non bersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Saatpupukbersubsidimengalamikelangkaan, makapetaniberalihkepupuk non bersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
ATRIBUT KUALITAS PUPUK BERSUBSIDI
PengukuranAtributKualitasVariabel (Multiavariabel) Belief
1. Kualitaspupukbersubsiditidakakan optimal apabilapenggunaantidaktepatjenis, tepatdosisdanpenambahanpupukorganik.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Mengubahteknologipenggunaanpupukdenganpenerapanteknologipupukhayatidapatmeningkatkankualitasunsurharatanah.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Pemberianpupuksesuaianjurandapatmemberikankualitasproduksi yang baikdanmaksimal.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
PengukuranAtributKualitasVariabel (Multiavariabel) Evaluation
1. Penggunaanteknologipupukhayatidapatmeningatkankualitastanahdenganbaikdibandingkandenganpupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Penggunaanteknologipupukhayatimampumeningkatkanefesiensipenggunaanpupukkimiatunggalmaupunmajemukhingga 100% dengankualitas yang sama.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Pemberianpupuksesuaianjurandapatmemberikankualitasproduksi yang baikdanmaksimal.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
ATRIBUT KEBERSIHAN PUPUK BERSUBSIDI
PengukuranAtributKebersihanVariabel (Multiavariabel) Belief
1. Pupukbersubsidiseringmengalamikerusakannamunhargamenjadibahanpertimbanganbagipetani.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Petanimelakukanpenimbunanpupuksebelummusimtanam, sehinggadisaatmusimtanampupukmenjadisulitdidapatkan.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Kurangnya modal petanisaatpasokanpupukbersubsidimelimpahuntukdisimpan.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
PengukuranAtributKebersihanVariabel (Multiavariabel) Evaluation
1. Dikarungpupuk non bersubsiditerdapattanggalkadaluarsa agar mutudankualitaspupuktetapterjamin.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Setiappupukterdapattanggalkadaluarsauntukmenjaminmutudankualitas.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Pupuknon bersubsidijarangmengalamikerusakannamunhargamenjadibahanpertimbanganbagipetani.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
ATRIBUT KETERSEDIAAN PRODUK
PengukuranAtributKetersediaanVariabel (Multiavariabel) Belief
1. Implementasi PTT melaluipendekatanpemberdayaanmasyarakatpetanimelaluientri point yang dilaksanakandengansistemsekolahlapangdapatmenjadisolusisaatterjadikelangkaanpupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. AdanyacampurtangandariDepartemenpertaniandanpemerintahdaerahdapatmempengaruhiketersediannyapupukbersubsidi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Kelangkaanpupukbersubsidiseringterjadisaatmusimtanam.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
PengukuranAtributKetersediaanVariabel (Multiavariabel) Evaluation
1. Petaniikutsertadalampengawasanpendistribusianpupukbersubsidimelaluiperkumpulan-perkumpulan yang diadakanolehgapoktan.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
2. Pengawasan yang lemahdariPemda di dalampengelolaanpupukbersubsidijugamenyebabkanpermasalahanpupukterjadi.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
3. Penggunaanpupuk non subsidisaatkelangkaanpupukterjadisaatmusimtanam.a. Sangattidaksetujub. Tidaksetujuc. Netrald. Setujue. Sangatsetuju
Lampiran 2. Identitas Responden Petani di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur
Luas Jenis Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah StatusLhn Umur Alamat Kelamin Suku Terakhir Utama Sampingan Tanggungan Lahan(Ha)
1 Musianto 4,00 63 Raman Aji L Jawa SD Petani Peternak 3 Sendiri2 Budiyono 0,37 42 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wiraswasta 2 Sendiri3 Suselo 1,00 56 Raman Aji L Jawa SLTP Petani Wiraswasta 4 Sendiri4 Karidi 0,25 62 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 3 Sendiri5 Sugiarto 1,00 39 Raman Aji L Jawa STM Petani Wiraswasta 3 Sendiri6 Misan 0,50 54 Raman Aji L Jawa GHA Petani Petani 3 Sendiri7 Suroyo 0,50 48 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wirausaha 4 Sendiri8 Sumali 0,25 48 Raman Aji L Jawa SMT Pertanian Petani Wirausaha 4 Sendiri9 Fauzan 0,50 43 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wiraswasta 4 Sendiri
10 Watim 0,50 59 Raman Aji L Jawa SD Petani Wirausaha 5 Sendiri11 Yatino 0,25 43 Raman Aji L Jawa SD Petani Wirausaha 3 Sendiri12 Aminan 0,50 47 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wirausaha 2 Sendiri13 M. yatin 1,00 65 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 2 Sendiri14 Ismanto 0,75 50 Raman Aji L Jawa SLA Petani Wiraswasta 2 Sendiri15 Mariyem 0,75 54 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 4 Sendiri16 Jarno 0,50 48 Raman Aji L Jawa SMT Pertanian Petani Wiraswasta 3 Sendiri17 Pingi 0,75 48 Raman Aji L Jawa SMT Pertanian Petani Wirausaha 3 Sendiri18 Jumanto 1,00 43 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wiraswasta 3 Sendiri19 Yanto 0,50 59 Raman Aji L Jawa SMP Petani Wirausaha 5 Sendiri20 Paidi 0,25 43 Raman Aji L Jawa SMA Petani Wirausaha 1 Sendiri21 Bimo 0,50 47 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 1 Sendiri22 Sumadi 0,25 65 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 4 Sendiri23 Senen 0,25 50 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 3 Sendiri24 Sigit 0,50 59 Raman Aji L Jawa SD Petani Wirausaha 2 Sendiri25 Kiman 0,50 43 Raman Aji L Jawa SMP Petani Wiraswasta 2 Sendiri26 Katemi 2,00 47 Raman Aji L Jawa SLTP Petani Wiraswasta 2 Sendiri
No Nama
Luas Jenis Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah StatusLhn Umur Alamat Kelamin Suku Terakhir Utama Sampingan Tanggungan Lahan(Ha)
27 Katiyat 1,00 50 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 5 Sendiri28 Sunarno 0,50 58 Raman Aji L Jawa SD Petani Wiraswasta 4 Sendiri29 Badarudin 0,50 47 Raman Aji L Jawa SLA Petani Wirausaha 2 Sendiri30 B. Amin 1,00 42 Raman Aji L Jawa SLTP Petani Wirausaha 2 Sendiri
1,12 1522 Raman Aji L Jawa SD Petani Wirausaha 90 Sendiri0,28 50,73 Raman Aji L Jawa SD Petani Wirausaha 3 Sendiri
TotalRata-rata
No Nama
Lanjutan……
Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah
(Tahun) Alamat Kelamin Agama Suku Terakhir Utama Sampingan Tanggungan
L/P (Orang)
1 I Nyoman Mara 60 Rejo Binangun L Hindu Bali SMK Petani Wiraswasta 4
2 I Ketut Sukarma 47 Rejo Binangun L Hindu Bali SD Petani Ternak 2
3 Made Arsanegara 50 Rejo Binangun L Islam Jawa SMA Petani Pamong Desa 4
4 Ketut Merta 38 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 2
5 Ketut Rudi 43 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 5
6 Gusti Suniti 46 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 5
7 Nyoman Mawa 33 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 6
8 Made Jana S 46 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 4
9 Agus Effendi 45 Rejo Binangun L Islam Jawa SMA Petani Wiraswasta 4
10 Nengah Sudiarta 49 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
11 P. Wilasa 51 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 4
12 P. Eka 43 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
13 P. Desi 44 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 5
14 Ngh. Dwi Candrawan 35 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 1
15 I Wayan Suwirya 38 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 4
16 Wayan Suminggu 47 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani 0 2
17 P. Sumo 39 Rejo Binangun L Islam Bali SMA Petani 0 4
18 P. Larna 56 Rejo Binangun L Hindu Jawa SMA Petani Wiraswasta 2
19 Nym. Sudi Asmara 61 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 5
20 P. Sudi 48 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
21 Nyoman Sudiarta 52 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 4
22 P. Sudi 34 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
23 Arianto 48 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
24 Ketut Mudita 34 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
25 Gede Pande 42 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 4
26 Made Wirawan 47 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 2
27 Nyoman Nestra 52 Rejo Binangun L Hindu Bali SMA Petani Ternak 3
Total 1228 88
Rata-rata 45,48 3,26
No Nama
Lampiran 3. Workbook Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsidi
PengalamanBerusahatani Harga Kemudahan Kualitas Kebersihan Ketersediaan Harga Kemudahan Kualitas Kebersihan
1 Musianto 12 12 9 9 9 12 9 9 1236 2 Budiyono 12 9 9 15 6 12 6 15 1229 3 Suselo 12 3 9 15 9 12 9 12 1236 4 Karidi 15 6 9 12 9 12 6 9 1236 5 Sugiarto 12 9 9 15 6 12 6 9 1021 6 Misan 12 3 3 15 9 12 9 15 1236 7 Suroyo 14 3 3 15 6 15 7 12 1215 8 Sumali 15 6 6 15 6 15 10 14 1226 9 Fauzan 13 6 6 15 6 15 10 12 1222 10 Watim 12 9 6 15 9 12 6 13 1230 11 Yatino 12 9 6 12 9 12 10 14 915 12 Aminan 12 9 9 9 9 12 6 9 1026 13 M. yatin 12 6 9 9 5 15 9 14 946 14 Ismanto 12 6 3 9 9 12 9 12 1220 15 Mariyem 12 12 3 9 9 12 9 15 1236 16 Jarno 12 3 3 12 7 12 7 9 1521 17 Pingi 12 3 3 14 9 12 9 15 1536 18 Jumanto 12 3 6 15 2 12 6 12 915 19 Yanto 12 3 6 15 9 10 9 14 1226 20 Paidi 12 3 15 9 5 12 9 14 1222 21 Bimo 14 6 14 9 6 12 9 9 1521 22 Sumadi 15 3 9 12 7 12 6 15 1136 23 Senen 15 3 6 9 9 12 9 15 1115 24 Sigit 12 15 3 14 9 14 6 11 1420 25 Kiman 12 15 3 12 6 12 10 12 1322 26 Katemi 15 9 6 14 6 12 6 12 1518
No Nama RespondenBellef Evaluation
PengalamanBerusahatani Harga Kemudahan Kualitas Kebersihan Ketersediaan Harga Kemudahan Kualitas Kebersihan
27 Katiyat 15 7 6 14 6 15 9 12 321 28 Sunarno 12 9 7 15 9 12 6 14 1236 29 Badarudin 12 9 6 12 9 12 10 15 920 30 B. Amin 12 9 9 9 9 12 6 9 1215 12,767 6,93 6,70 12,466667 7,47 12,50 7,93 12,40 11,60
77425,8
Bellef Evaluation
Rata-rata
No Nama Responden
Lampiran 4. Rekapitulasi Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsidi (Bellief) CSI Bellief
Nilai Skor Variabel MIS MSSKetersediaan 1 2 3 4 5 Total Rata-rata Harga 4,30 4,17
9 522 Harga 0 0 0 21 9 129 4,30 Kemudahan 2,03 2,5712 585 Kemudahan 11 9 7 3 0 62 2,03 Kualitas 2,03 4,2314 585 Kualitas 8 13 9 0 0 61 2,03 Kebersihan 4,20 3,9715 576 Kebersihan 0 0 9 6 15 126 4,20 Ketersediaan 2,53 4,0012 501 Ketersediaan 0 14 16 0 0 76 2,53 Total 15,0910 486 Total 454 6,5912 51914 63312 57912 564 Lampiran 5. Rekapitulasi Sikap Petani yang Menggunakan Pupuk Urea Bersubsidi (Evaluation) CSI Evaluation12 53412 477 Nilai Skor Variabel MIS MSS12 501 1 2 3 4 5 Total Rata-rata Harga 4,17 4,3012 450 Harga 0 0 1 23 6 125 4,17 Kemudahan 2,57 2,039 486 Kemudahan 0 13 17 0 0 77 2,57 Kualitas 4,23 2,0312 456 Kualitas 0 0 7 9 14 127 4,23 Kebersihan 3,97 4,2012 534 Kebersihan 0 0 6 17 7 121 3,97 Ketersediaan 4,00 2,5311 391 Ketersediaan 0 0 4 22 4 120 4,00 Total 18,9411 510 Total 570 14,945 51411 54912 5499 47712 59512 55812 588
CSI: (WS total:5) x 100
CSI: (WS total:5) x 100
WAT
WAT
VariabelSikap Petani
VariabelSikap Petani
Sikap
WF WS0,28 1,190,13 0,350,13 0,570,28 1,100,17 0,67
3,8877,60
WF WS0,22 0,950,14 0,280,22 0,450,21 0,880,21 0,53
3,0961,80
WAT
WAT
Lampiran 3. Sikap Petani Terhadap Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
No. Resp Total Total Total Total Total Total
1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor
1 5 4 3 4 4 20 tinggi 3 2 3 4 3 15 sedang 2 1 2 4 3 12 sedang 3 2 2 4 3 14 sedang 3 4 4 4 4 19 tinggi 5 5 3 4 3 20 tinggi
2 4 3 3 3 3 16 sedang 4 3 3 3 3 16 sedang 4 2 5 3 3 17 sedang 4 3 2 3 5 17 sedang 3 4 3 3 5 18 sedang 3 5 3 3 3 17 sedang
3 3 3 3 3 3 15 sedang 3 5 1 3 2 14 sedang 2 3 2 3 3 13 sedang 4 5 4 3 3 19 tinggi 3 3 5 3 5 19 tinggi 3 3 2 3 3 14 sedang
4 5 2 3 5 5 20 tinggi 3 3 3 5 3 17 sedang 4 2 3 5 3 17 sedang 3 2 5 5 3 18 sedang 3 5 5 5 4 22 tinggi 4 1 3 5 3 16 sedang
5 2 3 3 5 5 18 sedang 2 2 3 5 3 15 sedang 2 2 2 5 3 14 rendah 3 5 4 5 3 20 tinggi 5 5 5 5 5 25 tinggi 3 4 5 5 5 22 tinggi
6 1 3 3 5 5 17 sedang 3 2 3 5 4 17 sedang 2 1 2 5 3 13 sedang 4 3 2 5 5 19 tinggi 3 4 3 5 5 20 tinggi 3 5 2 5 3 18 sedang
7 5 3 1 5 5 19 tinggi 4 3 3 5 3 18 sedang 4 5 3 5 1 18 sedang 3 2 4 5 5 19 tinggi 3 5 4 5 4 21 tinggi 4 3 3 5 1 16 sedang
8 4 1 5 2 2 14 sedang 2 2 1 2 3 10 rendah 2 3 2 2 5 14 sedang 5 3 2 2 3 15 sedang 3 3 4 2 4 16 sedang 3 3 2 2 3 13 sedang
9 3 3 5 3 3 17 sedang 3 2 3 3 3 14 sedang 2 2 2 3 1 10 rendah 3 3 2 3 1 12 sedang 3 4 3 3 5 18 sedang 1 4 5 3 1 14 sedang
10 3 4 5 3 3 18 sedang 3 3 3 3 2 14 sedang 2 2 3 3 3 13 sedang 4 3 5 3 3 18 sedang 3 4 4 3 4 18 sedang 3 4 5 3 3 18 sedang
11 5 3 1 3 3 15 sedang 3 2 4 3 3 15 sedang 4 3 1 3 1 12 sedang 3 2 4 3 1 13 sedang 3 5 3 3 4 18 sedang 3 3 2 3 1 12 sedang
12 2 1 3 1 1 8 rendah 4 3 3 1 3 14 sedang 2 2 5 1 3 13 sedang 4 3 2 1 3 13 sedang 3 4 4 1 4 16 sedang 3 4 2 1 3 13 sedang
13 5 3 3 3 3 17 sedang 3 2 1 3 1 10 rendah 1 2 2 3 5 13 sedang 3 3 2 3 3 14 sedang 3 4 5 3 4 19 tinggi 3 1 3 3 3 13 sedang
14 5 3 3 3 3 17 sedang 3 3 3 3 3 15 sedang 4 3 3 3 3 16 sedang 4 3 2 3 3 15 sedang 3 4 4 3 4 18 sedang 3 3 2 3 3 14 sedang
15 5 3 4 4 4 20 tinggi 3 2 5 4 3 17 sedang 2 5 1 4 4 16 sedang 3 5 4 4 4 20 tinggi 3 2 3 4 4 16 sedang 3 3 2 4 4 16 sedang
16 3 1 1 3 3 11 rendah 3 2 3 3 3 14 sedang 2 2 2 3 1 10 rendah 4 2 2 3 1 12 sedang 5 4 3 3 4 19 tinggi 3 3 3 3 1 13 sedang
17 3 3 3 3 3 15 sedang 4 3 3 3 3 16 sedang 1 3 3 3 3 13 sedang 3 3 2 3 3 14 sedang 3 4 3 3 5 18 sedang 3 5 2 3 5 18 sedang
18 2 4 3 4 4 17 sedang 2 2 5 4 1 14 rendah 2 2 2 4 3 13 sedang 4 3 2 4 5 18 sedang 3 4 3 4 4 18 sedang 3 3 3 4 3 16 sedang
19 1 3 3 3 3 13 sedang 3 2 3 3 3 14 sedang 2 2 2 3 3 12 sedang 5 3 4 3 3 18 sedang 3 4 4 3 4 18 sedang 5 3 3 3 3 17 sedang
20 3 1 4 3 3 14 sedang 3 3 3 3 3 15 sedang 4 2 1 3 2 12 sedang 4 2 2 3 2 13 sedang 3 5 4 3 4 19 tinggi 3 3 2 3 5 16 sedang
21 4 3 3 3 3 16 sedang 3 3 3 3 3 15 sedang 4 2 3 3 3 15 sedang 3 5 2 3 5 18 sedang 3 4 4 3 5 19 tinggi 3 3 3 3 3 15 sedang
22 3 3 2 1 1 10 rendah 3 2 1 1 3 10 rendah 1 2 2 1 2 8 rendah 3 3 4 1 2 13 sedang 5 4 4 1 4 18 sedang 3 3 2 1 2 11 rendah
23 2 3 3 3 3 14 sedang 2 5 5 3 2 17 sedang 4 2 4 3 3 16 sedang 4 3 2 3 3 15 sedang 3 4 5 3 4 19 tinggi 3 3 2 3 3 14 sedang
24 2 1 3 3 3 12 sedang 2 3 3 3 4 15 sedang 4 2 3 3 3 15 sedang 4 3 2 3 5 17 sedang 3 4 4 3 4 18 sedang 3 5 2 3 3 16 sedang
25 2 4 2 2 2 12 sedang 2 3 5 2 3 15 sedang 4 2 4 2 2 14 sedang 4 5 2 2 2 15 sedang 3 5 4 2 4 18 sedang 3 3 2 2 5 15 sedang
26 1 3 3 5 5 17 sedang 2 3 3 5 4 17 sedang 5 2 4 5 3 19 tinggi 4 3 2 5 3 17 sedang 3 4 5 5 4 21 tinggi 3 3 5 5 3 19 tinggi
27 2 3 3 3 3 14 sedang 2 3 3 3 3 14 sedang 2 2 3 3 3 13 sedang 4 2 2 3 3 14 sedang 3 3 4 3 5 18 sedang 3 3 5 3 3 17 sedang
28 3 1 3 3 3 13 sedang 3 2 1 3 5 14 rendah 4 5 2 3 3 17 sedang 4 5 2 3 3 17 sedang 3 4 4 3 4 18 sedang 3 3 2 3 3 14 sedang
29 3 3 1 3 3 13 sedang 3 2 5 3 3 16 sedang 4 2 5 3 5 19 tinggi 3 3 2 3 1 12 rendah 3 4 4 3 4 18 sedang 5 3 2 3 1 14 rendah
30 4 3 3 3 3 16 sedang 2 2 3 3 4 14 sedang 2 2 1 3 3 11 rendah 3 2 4 3 3 15 sedang 5 4 4 3 5 21 tinggi 3 3 3 3 3 15 sedang
Jumlah 95 81 88 97 458 85 79 91 89 441 84 72 79 86 418 109 94 82 92 474 98 121 118 129 563 96 100 85 88 466
Rata-Rata 3,2 2,7 2,9 3,2 15,27 3,01 2,8 2,6 3,0 3,0 14,7 2,87 2,8 2,4 2,6 2,9 13,9 2,68 3,6 3,1 2,7 3,1 15,8 3,14 3,3 4,0 3,9 4,3 18,8 3,88 3,2 3,3 2,8 2,9 15,5 3,08
Kriteria t t s s sedang s s s s sedang s s s s sedang t s t s sedang s t t t tinggi s s s s sedang
Pupuk OrganikKriteria
Penggunaan PupukKriteria
Pupuk Hayati Musim Tanam TibaKriteria
PendistribusianKriteriaKriteria
Implementasi PTTKriteria
Nilai
NST 25 {pertanyaan x skor tertinggi (4)}
NSR 5 {pertanyaan x skor terendah (1)}
NR 20 (NST - NSR)
JIK 7 (Interval Kriteria Penilaian)
PI 3,00 (NR/JIK)
Kriteria
ST SP
1 5 < x ≤ 11 1,00 < x ≤ 2,33 Rendah
2 12 < x ≤ 18 2,34< x ≤ 3,67 Sedang
3 19 < x ≤ 25 3,68 < x ≤ 5,00 Tinggi
Ket:
ST: Skor Total
SP: Skor Pertanyaan
Interval Total Kelas
NoNilai Interval Kelas
Lampiran 1.KelembagaanKelompokTanidanKelasKelompokTani
NoNama Kelompok Tani
Nama KetuaLuas (Ha)
JmlAnggota
Tahun Berdiri
Komoditas Unggulan
Kelas Kelompok
1 Subur Jaya Suselo 25 25 2006 TPH Lanjut2 Sempurna II Rudianto 25 25 2006 TPH Lanjut3 Mekar Sari Supardi P 28.5 29 2006 TPH Pemula4 Rukun Tani Budiyono 38.75 30 2006 TPH Lanjut5 Sido Makmur Fauzan 21 25 2006 TPH Lanjut6 Yoso Makmur Sarni 25.5 30 2006 TPH Lanjut7 Al Amin Rohmat 30 27 2006 TPH Lanjut
8 Sri Tani Sriyanto 20 25 2006 TPH Lanjut
9 Sediyo Maju Dami A 14.25 25 2006 TPH Lanjut
10 Maju Lestari Supardi 25.5 25 2006 TPH Lanjut
11 Tani Maju Sumali 34 25 2006 TPH Lanjut
12 Sido Muncul M. Yatin 25 35 2006 TPH Lanjut
13 Sido Maju Watim 12.5 25 2006 TPH Lanjut
14 Tunas Tani M. Yoto 23 25 2006 TPH Lanjut
15 Sempurna I Sucipto 16.5 25 2006 TPH Lanjut
16 Usaha Tani I Turiman 15 25 2006 TPH Lanjut
17 Usaha Tani II H. Supardi 22.5 25 2006 TPH Lanjut
18 Usaha Tani III Turwito 12.75 25 2006 TPH Pemula
19 Tani Jaya Subari 39.25 45 2006 TPH Lanjut
20 Usaha Tani M. Mukri 18.75 24 2006 TPH Lanjut
21 Sumber Makmur Edi Sutikno 17.5 25 2006 TPH Lanjut
22 Tani Maju II Tukaji 24 30 2006 TPH Lanjut
23 Sri Rahayu Mugiono 22.5 24 2006 TPH Lanjut
24 Tani Makmur III Musali 23 30 2006 TPH Lanjut
25 Sumber Makmur II Sumberyanto 27.75 30 2006 TPH Pemula
26 Sumber Rejeki II Ngadimin 19.75 26 2006 TPH Lanjut
27 Sri Mulyo Kusno 28.5 26 2006 TPH Lanjut
28 Sumber Rejeki Tupon Marsudi 20 30 2006 TPH Lanjut
29 Sumber Maju Tedi Sucipto 22.25 29 2006 TPH Pemula
30 Karya Usaha Surip 24 29 2006 TPH Pemula
31 Tri Bumi Sulistiono 23.25 30 2006 TPH Pemula
32 Tani Makmur II Maryono 24.25 30 2006 TPH Lanjut
33 Sejahtera Mandiri Mujiono 19.75 30 2006 TPH Pemula
34 Tani Mukti Sardi 31 29 2006 TPH Pemula
35 Tani Mukti I Misbah 25 30 2006 TPH Lanjut
36 Bumi Rejeki Sugiman 36 30 2009 TPH Pemula
Sumber: MonografiDesa Raman Aji, 2015