Seorang Perempuan Berusia 31 Tahun Datang dengan Keluhan Tidak Menstruasi Selama 2 Tahun
Seorang Perempuan Berusia 34 Tahun Datang dengan Keluhan Tidak Menstruasi Selama 2 Tahun
Oleh:
dr. Ashadi Oktavian
Pembimbing
dr. Edy Kurniawan Sp.OG
Laporan Kasus
Identifikasi
Identitas Pasien
Umur: 34 Thn
Pendidikan Terakhir: S1
Pekerjaan: PNS
Agama : Islam
Nama: Ny. E
Identifikasi
Nama : Tn. A
Umur: 35 tahun
Pendidikan Terakhir: S1
Pekerjaan: PNS
Agama: Islam
Alamat: Lahat
SUAMI
Anamnesis Umum
Riwayat perkawinan
kawin 1 kali,menikah pada usia 30 tahun lamanya 4 tahun.
Riwayat Obstetri
P1A0
Anak pertama : meninggal di kandungan saat kandungan ber usia 5 bulan dalam kandungan
Anamnesis Umum
Riwayat haid
Menarche umur 13 tahun. Haid tidak teratur, biasanya 28 hari, lamanya 4 hari, darah haid biasa, sakit waktu haid tidak ada, haid terakhir: 2 tahun yang lalu
Riwayat Kontrasepsi
Tidak memakai alat kontrasepsi
Anamnesis Umum
Nafsu makan
Riwayat BAB dan BAK
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Hipertensi tidak ada
DM tidak tidak ada
Penyakit jantung tidak ada
biasa
biasa
Keluhan utama
RPP :
Sejak 2 tahun yang lalu os melahirkan anaknya yang meninggal di dalam kandungan, saat usia kandungannya berusia 5 bulan. Setelah itu os tidak haid, os tidak menggunakan KB. Os mengeluh payudarahnya sering tegang dan sesekali mengeluarkan ASI. Os berobat ke dokter umum dan diberikan obat cyclo progunova. Setelah os memakan obat itu os sesekali haid, tidak teratur. Tapi apabila obatnya di hentikan os kembali tidak haid. Os menghentikan makan obat karena merasa ketergantungan dengan obat dan merasa tidak bisa haid apabila tidak memakan obat. Sakit kepala disangkal, penurunan berat badan mendadak disangkal, gangguan penglihatan disanggal.
Os datang ke poli kebidanan RSUD Lahat karena ingin haid secara teratur dan ingin mempunyai anak.
Tidak haid selama 2 tahun
Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi: 82x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Temperatur: 36,8 C
Berat badan: 50 kg
Tinggi badan: 149 cm
Keadaan gizi : sedang
tegang (+), keluar ASI bila ditekan (+)
Dalam batas normal
Status ginekologis
Pemeriksaan luar :
Abdomen datar, lemas, simetris, fundus uteri tak teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-).
Inspekulo :
Tidak dilakukan
Vagina Toucher
Tidak dilakukan
Rectal toucher :
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan hormon (Tanggal 2 Juli 2012)
FSH 8,02
Prolaktin71,3
Amenorea sekunder e.c. hiperprolaktin
Diagnosa
Penatalaksanaan
Evaluasi kadar prolaktin
Cripsa 2,5mg 2 x 1 tab per oral
Edukasi
Quo ad vitam
Quo ad functionam
bonam
dubia ad bonam
Permasalahan
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
3. Bagaimana evaluasi pada pasien amenore?
4. Apakah prognosis pada pasien ini?
Diagnosis
Kasus ini didiagnosis sebagai Amenorea sekunder e.c. hiperprolaktin berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta dari hasil pemeriksaan penunjang berupa hasil pemeriksaan hormone prolaktin.
Dari anamnesis, pasien sudah tidak menstruasi lebih dari 3 bulan, sebelum nya pasien pernah mestruasi. Pasien juga mengeluh sering keluar ASI, padahal pasien sedang tidak menyusui.
Dari pemeriksaan visik, ditemukan payudara tegang, dan keluar ASI bila di tekan. Pemeriksaan lain nya dalam batas normal.
Dari pemeriksaaan Hormon, didapatkan kadar prolaktin yang meningkat, sedangkan hormone lain dalam batas normal.
Penetalaksanaan
Penatalksanaan pada pasien amenore sekunder e.c. hiperprolaktin bertujuan untuk menormalkan kembali kadar prolaktin. Kadar prolaktin yang normal dapat membuat siklus menstruasi dapat kembali berjalan.
Agonis Dopamin merupakan satunya terapi medis khusus disetujui untuk membalikkan sebuah patologi yang mendasari yang mengarah ke amenore. Dalam kebanyakan kasus, agonis dopamin efektif mengurangi hiperprolaktinemia.
Didalam penatalaksanaan ini diperlukan pemeriksaan kadar hormon prolaktin. Untuk mengevaluasi terapi yang diberikan.
Algoritma untuk evaluasi amenore dengan pubertas normal
1. Periksa tes kehamilan.
Apabila tes kehamilan positif, maka rujuklah pasien ke spesialis.
Apabila tes kehamilan negatif, periksa nilai TSH dan prolactin.
Apabila nilai TSH dan prolaktin dalam batas normal, lakukan pemeriksaan progestinnya.
2. Apabila ada perdarahan , pikirkan siklus annovulatory untuk memasukkan sindroma PCO.
3. Apabila tidak ada perdarahan dan E2/ pemeriksaan progestin negatif, pikirkanlah sindroma Asherman atau obstruksi outlet.
4. Apabila ada perdarahan setelah pemeriksaan E2/ progestin dan pada pemeriksaan uterus dan vagina normal, periksa nilai FSH dan LH.
5. Bila nilai FSH dan LH menurun atau dalam batas normal, periksa MRI kepala.
Apabila pada pemeriksaan MRI abnormal, pikirkan penyakit hipotalamus, hancurnya hipofise, atau tumor hipofise.
Apabila pada pemeriksaan MRI normal, maka lanjutkan dengan evaluasi klinis untuk menyingkirkan penyakit kronis, anorexia nervosa, penggunaan mariyuana atau kokain, atletikisme, atau stress psikososial.
6. Bila nilai FSH dan LH meningkat, periksa kariotipe.
Bila pada pemeriksaan kariotipe, pikirkan mosaik Turner atau mixed gonadal dysgenesis.
Bila kariotipenya abnormal (46,XX), penyebabnya kegagalan ovarium. Periksa sistem autoimun. Pikirkan oophoritis autoimun; kegagalan ovarium prematur, penggunaan terapi radiasi dan kemoterapi, atau sindroma ovarium resisten.
7. Bila nilai TSH dan prolaktin memanjang, penyebabnya hipotiroidisme dan hiperprolaktinemia.
8. Periksa testosteron dan nilai DHEAS pada pasien dengan hirsutisme.
Bila nilai testosteron lebih dari 90 mcg/mL dan nilai DHEAS lebih dari 700 ng/mL, pikirkan PCOS, hiperplasia adrenal kongenital, hipertekosis, atau tumor sekret androgen.
Bila nilai testosteron dan DHEAS dalam batas normal atau sedikit meningkat, lakukan pemeriksaan progestin. Bila ada perdarahan, maka diagnosisnya adalah PCOS.
Prognosis
Pronogsis pada pasien ini dubia ad bonam,
apabila nantinya terapi yang adekuat dan hormone prolaktin pada pasien ini bisa dikendalikan,
hamil.
kontrol teratur kepada dokter kandungan.
pertanyaan
Alasan ditanyakan sakit kepalaa,dll?
Dd?
Edukasi pada pasien?
Bila pasien hamil, apakah hormon tetap dikontrol dan diterapi?
Evaluasi prolaktin berapa bulan sekali?
Penyebab amenore sekunder ec. Hiperprolaktinemia?
Apabila pasien hamil, apakah cripsa masih digunakan?
Apabilah pasien telah melahirkan, apakah cripsa kembali diberikan?
Dasar prognosis fungsionam pasien ini dubia ad bonam?
Bimbingan
Isi Cyclo proginova
11 pil I estrogen
10 pil II progesteron
Amenore sekunder
hamil/tidak? tes urin, perubahan fisik (areola, payudara)
tes (-) perusak? (kuret, infeksi) Asherman
gangguan hormonal hipogonad, hipotitoid
hipopituitari hipogonad POC
normopituitari normogonad
hiperprolaktin
Posterior: oksitosin prolaktin
Prolaktin >> oksitosin >> FSH LH