RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
ASAL STUM MATA TIDUR KLON PB 260 TERHADAP PEMBERIAN
BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI
DAN SINTETIS DI POLYBAG
ARTIKEL ILMIAH
AYU MARLINA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
1
Respon Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) Asal Stum
Mata Tidur Klon PB 260 Terhadap Pemberian Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh Alami dan Sintetis di Polybag
Ayu Marlina1)
, Helmi Salim2)
, Jasminarni3)
Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi
e-mail: [email protected] 1)
Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon bibit karet terhadap pemberian
zat pengatur tumbuh alami dan sintetis pada pertumbuhan bibit karet asal stum
mata tidur serta mendapatkan zat pengatur tumbuh yang memberikan hasil terbaik
terhadap pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan:
z0 = Tanpa ZPT (kontrol), z1 = Ekstrak taoge 150 ml L-1
, z2 = Ekstrak rebung
50 ml L-1
, z3 = Atonik 3 ml L-1
, z4 = Rootone-F 100 ppm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ZPT memberikan respon yang berbeda-beda pada
setiap variabel pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. ZPT yang memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur yaitu ZPT
ekstrak tauge 150 ml L-1
air dan esktrak rebung 50 ml L-1
air dibandingkan ZPT
sintetis. Namun penggunaan zat pengatur tumbuh ekstrak rebung 50 ml L-1
air
lebih efektif dengan pemberian kosentrasi ZPT lebih rendah pada pertumbuhan
bibit pertumbuhan bibit karet stum mata tidur dibandingkan ekstrak touge 150 ml
L-1
air.
Kata kunci: Stum Mata Tidur, ZPT Alami dan Sintetis.
PENDAHULUAN
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Agr.) merupakan salah satu
komoditi unggulan, baik sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun sebagai
sumber devisa negara kedua setelah kelapa sawit. Luas areal perkebunan karet di
Indonesia pada tahun 2017 adalah 3.672.123 ha, sebagian diusahakan oleh
perkebunan rakyat dan oleh perkebunan besar negara, serta perkebunan besar
swasta (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017).
Provinsi Jambi pada tahun 2017 memiliki perkebunan karet seluas 383.208
ha dengan produksi 266.559 ton serta produktivitas 842 kg Ha-1
(Direktorat
Jendral Perkebunan Jambi, 2017). Rendahnya produksi karet disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu kurangnya pemanfaatan lahan-lahan kosong dan
Penggunaan bibit dengan mutu rendah yang tidak sesuai untuk perkebunan karet.
Aspek yang perlu di perhatikan untuk menunjang keberhasilan peningkatan
produksi tanaman karet rakyat, yaitu dengan pengadaan bibit karet dengan mutu
2
tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan mutu bibit
yaitu dengan menggunakan bibit unggul (Kuswandi, 1990).
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), untuk mendapakant bibit yang baik
tanaman karet dianjurkan menggunakan klon-klon unggul dengan menggunakan
teknik okulasi. Akan tetapi penggunaan stum mata tidur mempunyai
kelemahanberupakematian yang relatif tinggi yaitu 15% (Amypalupy, 1998).
Penyebab kematian bibit karet asal okulasi diantaranya adalah mata tunas yang
belum tumbuh dikarenakan kurangnya hormon untuk mendorong proses
morfogenesis kalus membentuk akar tunas, dan kurangnya kestabilan genetik
(Sontoso dan Nursandi, 2002). Untuk mempercepat pertumbuhan akar dan tunas,
okulasi stum mata tidur dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). ZPT adalah
senyawa organik bukan nutrisi yang dihasilkan oleh tumbuhan. Pada kosentrasi
yang rendah, ZPT dapat mendorong atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. ZPT yang diaplikasikan ke tanaman ada yang alami
dan ada yang sintetis. ZPT sintetis berupa IAA, IBA, dan lain sebagainya,
sedangkan ZPT alami didapat dari jaringan tanaman muda diantaranya ekstrak
kecambah kacang hijau (taoge), ekstrak jagung muda, ekstrak rebung, air kelapa
dan lain-lain (Arif et al., 2016).
Pemberian ZPT berupa auksin, giberelin dan sitokinin dapat mendukung
pertumbuhan stum mata tidur. Sitokinin merupakan salah satu ZPT yang
berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, mencegah kerusakan
klorofil, memacu pembelahan sel dan perkembangan tanaman.
Auksin mampu mendorong pertumbuhan perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xylem dan floem, pembentukan akar, dominan apikal, respon
tropisme serta menghambat pengguguran daun. Zat pengatur tumbuh giberelin
berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Giberelin juga
terdapat ekstrak rebung yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman,
pembelahan sel dan perpanjangan batang serta perkembangan daun lebih cepat.
Sehingga laju fotosintesis secara keseluruhan meningkatkan pertumbuhan
termasuk akar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon bibit karet terhadap
pemberian zat pengatur tumbuh alami dan sintetis pada pertumbuhan bibit karet
asal stum mata tidur serta mendapatkan zat pengatur tumbuh yang memberikan
hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muaro Jambi. Dengan ketinggian tempat 35 m dpl. Pelaksanaan berlangsung
selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2017.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, pisau, timbangan
analitik, gelas ukur, saringan, cangkul, palu, gergaji, parang, gembor, meteran,
kamera, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan antara lain bibit stum mata tidur karet klon PB 260,
polybag ukuran 15 × 40 cm, aquades, Atonik, Rootone-F, tanah lapisan top soil,
3
paku, paranet, jaring, map plastik, kayu range, dan insektisida berbahan aktif
Deltamethin. Deskripsi karet klon PB 260.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan zat pengatur tumbuh alami
dan sintetis (z) dengan 5 taraf yaitu : z0 = Tanpa ZPT (kontrol), z1 = Ekstrak
taoge 150 ml L-1
, z2 = Ekstrak rebung 50 ml L-1
, z3 = Atonik 3 ml L-1
,
z4 = Rootone-F 100 ppm. Percobaan ini diulang sebanyak 5 kali. Sehingga
terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman,
sehingga jumlah tanaman seluruhnya 75 tanaman. Variabel yang diamati berupa
waktu muncul tunas, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah tangkai daun, luas daun
total, bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%.
Pelaksaan Penelitian
Pembuatan ekstrak kecambah (taoge)
Taoge yang digunakan dalam penelitian ini adalah taoge yang di beli dari
pasar. Sebelum digunakan, taoge terlebih dahulu diekstrakkan dan di
fermentasikan selama dua minggu.
Pembuatan ekstrak rebung
Rebung yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebung yang di ambil
sendiri pada batang bambu, dan jenis rebung yang digunakan adalah rebung hijau
bambu betung. Sebelum digunakan, rebung terlebih dahulu diekstrakkan dan di
fermentasikan selama dua minggu.
Pengenceran ZPT Atonik
ZPT Atonik yang digunakan didapatkan dengan membeli dipasaran.
Sebelum digunakan, Atonik terlebih dahulu diencerkan dalam 250 ml air.
Pengenceran larutan ZPT Rootone-F
ZPT Rootone-F yang digunakan didapatkan dengan membeli di pasaran.
Sebelum digunakan, Rootone-F terlebih dahulu dilarutkan dalam 250 ml air.
Persiapan areal penelitian
Persiapan areal penelitian meliputi pemberishan areal yang akan digunakan
untuk penelitian dari gulma dan sampah sesuai dengan ukuran plot yang akan
digunakan. Untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung serta terpaan air
hujan dan angin maka dipasang naungan dari atap paranet 50%.
Persiapan media dan bahan tanam
Media tanam yang digunakan dalam percobaan adalah tanah top soil dengan
jenis tanah Ultisol yang belum digunakan sebelumnya yang diambil dari lahan
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Penanaman
Penanaman bibit karet dilakukan dengan menanam bibit stum mata tidur ke
polybag ukuran 15x40 yang telah berisi media seberat 3 kg tanam dengan
kedalaman hingga leher akar.
4
Pengaplikasian perlakuan
Pengaplikasian perlakuan dilakukan dengan menyemprotkan ZPT satu kali
semprot ke calon tunas bibit tanaman karet hingga basah, kemudian sisa ZPT 250
ml tersebut disiramkan ke media tanam. ZPT diberikan ke tanaman setiap dua
minggu sekali dimulai dari minggu ke dua setelah pemindahan bibit karet hingga
minggu ke 10.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma,
dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan setiap sore hari (menurut
kondisi tanaman dan kondisi lingkungan) dengan menggunakan gembor.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang
berada di sekitar tanaman dan mencangkul gulma di sekitar polybag.
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
Deltamethin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu muncul tunas (hari)
Berdasarkan hasil analisis ragam waktu muncul tunas tanaman karet asal
stum mata tidur menunjukan bahwa tidak berpengaruh nyata ZPT yang diberikan
terhadap waktu muncul tunas asal stum mata tidur tersebut. Rata-rata waktu
muncul tunas tanaman dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel. 5 Rata-rata waktu tumbuh mata tunas bibit stum mata tidur karet (hari)
dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh alamai dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Waktu Muncul Tunas (hari)
Tanpa pemberian ZPT 21,90 a
Ekstrak touge 150 ml L-1
20,40 a
Ekstrak rebung 50 ml L-1
20,70 a
Atonik 3 ml L-1
20,70 a
Rootone-F 100 ppm 21,00 a
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
Tabel 5 di atas menunjukkan pemberian zat pengatur tumbuh alami dan
sintetis memberikan pengaruh tidak nyata terhadap waktu muncul tunas bibit
karet stum mata tidur. Hal ini menunjukan kecepatan muncul tunas pada bibit
karet asal stum mata tidur dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh endogen atau
cadangan makanan pada batang tanaman yang terdapat dalam bibit karet tersebut
sehingga zat pengatur tumbuh eksogen yang yang diberikan tidak terlihat.
5
Tinggi tunas (cm)
Berdasarkan Hasil analisis ragam tinggi tunas tanaman karet asal stum mata
tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap tinggi tunas
karet asal stum mata tidur tersebut. Rata–rata tinggi tunas dapat dilihat dalam
Tabel.
Tabel. 6 Rata-rata Tinggi Tunas (cm) dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh
alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Tinggi Tunas (cm)
Kontrol 26,93 b
Ekstrak touge 150 ml L-1
33,57 c
Ekstrak rebung 50 ml L-1
35,86 c
Atonik 3 ml L-1
22,23 a
Rootone-F 100 ppm 24,55 ab
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rebung 50 ml L-1
air
memberikan pengaruh tidak nyata dengan pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1
air,
namun berbeda nyata dengan atonik 3 ml L-1
air dan Rootone-F 100 ppm air dan
kontrol. Pemberian Atonik 3 ml L-1
berbeda tidak nyata dengan Rootone-F 100
ppm L-1
namun berbeda nyata dengan kontrol terhadap tinggi tunas.
Diameter tunas (cm)
Berdasarkan Hasil analisis ragam diameter tunas tanaman karet asal stum
mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap
diameter tunas karet asal stum mata tidur tersebut. Rata-rata diameter tunas
tanaman karet dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel.7 Rata-rata Diameter Tunas (cm) dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Diameter Tunas (cm)
Kontrol 6,00 ab
Ekstrak touge 150 ml L-1
6,72 b
Ekstrak rebung 50 ml L-1
6,58 b
Atonik 3 ml L-1
5,74 a
Rootone-F 100 ppm 6,14 ab
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %
Tabel 7 di atas menunjukkan pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1
air dan
ekstrak rebung 150 ml L-1
memberikan pengaruh tidak nyata dengan kontrol dan
Rootone-F 100 ppm air terhadap diameter tunas, namun berbeda nyata dengan
atonik 3 ml L-1
air.
6
Jumlah tangkai daun (tangkai)
Berdasarkan Hasil analisis ragam jumlah tangkai daun tanaman karet asal
stum mata tidur karet menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan
terhadap jumlah tangkai daun tanaman karet. Rata-rata jumlah tangkai daun dapat
dilihat dalam Tabel.
Tabel. 8 Rata-rata Jumlah Tangkai Daun (helai) dengan pemberian Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Jumlah Tangkai Daun
Kontrol 11,70 ab
Ekstrak touge 150 ml L-1
13,50 c
Ekstrak rebung 50 ml L-1
13,30 c
Atonik 3 ml L-1
10,60 a
Rootone-F 100 ppm 12,50 bc
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1
air
memberikan pengaruh tidak nyata dengan ekstrak rebung 50 ml L-1
air dan
rootone-F 100 ppm air, namun berbeda nyata dengan atonik 3 ml L-1
air dan
kontrol. Pemberian Atonik 3 ml L-1
berbeda tidak nyata dengan kontrol.
Pemberian Rootone-F 100 ppm berbeda tidak nyata dengan kontrol, ekstrak taoge
150 ml L-1
, dan ekstrak rebung 50 ml L-1
terhadap jumlah tangkai daun bibit karet.
Luas daun total (cm2)
Berdasarkan Hasil analisis ragam luas daun total tanaman karet asala stum
mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap luas
daun total. Rata-rata luas daun total dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel. 9 Rata-rata Luas Daun Total (cm2) dengan pemberian Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Luas Daun Total (cm2)
Kontrol 624,79 bc
Ekstrak touge 150 ml L-1
772,77 c
Ekstrak rebung 50 ml L-1
515,70 b
Atonik 3 ml L-1
292,72 a
Rootone-F 100 ppm 254,15 d
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
7
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa pemberian Rootone-F 100 ppm air
memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun total dibandingkan dengan
pemberian ZPT lain.
Bobot kering akar (g)
Berdasarkan Hasil analisis ragam bobot kering akar tanaman karet asal stum
mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh zat pengatur tumbuh yang diberikan
terhadap bobot kering akar. Rata-rata bobot kering akar dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel. 10 Rata-rata Bobot Kering Akar (g) dengan pemberian Zat Pengatur
Tumbuh alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Bobot Kering Akar (g)
Kontrol 1,42 b
Ekstrak touge 150 ml L-1
2,30 c
Ekstrak rebung 50 ml L-1
1,79 b
Atonik 3 ml L-1
0,78 a
Rootone-F 100 ppm 0,86 a
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1
air berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian Atonik 3 ml L-1
berbeda tidak
nyata dengan Rootone-F 100 ppm namun berbeda nyata dengan ekstrak taoge
150 ml L-1
, ekstrak rebung 50 ml L-1
dan kontrol terhadap bobot kering akar.
Bobot kering tajuk (g)
Berdasarkan Hasil analisis ragam bobot kering tajuk tanaman karet asal
stum mata tidur karet menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan
terhadap bobot kering tajuk. Rata-rata bobot kering tajuk dapat dilihat dalam
Tabel.
Tabel. 11 Rata-rata Bobot Kering Tajuk (g) dengan pemberian Zat Pengatur
Tumbuh alami dan sintetis
Zat Pengatur Tumbuh Bobot Kering Tajuk
Kontrol 2,58 a
Ekstrak touge 150 ml L-1
4,83 c
Ekstrak rebung 50 ml L-1
6,11 d
Atonik 3 ml L-1
3,60 b
Rootone-F 100 ppm 3,34 ab
Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rebung 50 ml L-1
air
berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian Atonik 3 ml L-1
berbeda tidak
8
nyata dengan Rootone-F 100 ppm dan kontrol, namun berbeda nyata dengan
ekstrak taoge 150 ml L-1
dan ekstrak rebung 50 ml L-1
terhadap bobot kering
tajuk.
Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman ditandai dengan
pertambahan ukuran tanman dan berat tanaman dan pertumbuhan tanaman juga di
pengaruhi oleh faktor lingkungan dan media tanaman. Pada analisis media
tanaman menunjukan bahwa tanah yang digunakan mengandung pH masam, N, P
dan K yang tergolong rendah. Disamping itu juga di pengaruhi oleh faktor
lingkungan, curah hujan, suhu dan kelembaban.
Jumlah curah hujan rata-rata selama penelitian dilakukan yaitu pada bulan
April 612 mm, Mei 308 mm, Juni 225 mm dan Juli 144 mm. Rata-rata curah
hujan selama 3 bulan dilakukan penelitian lebih kecil dari curah hujan minimal
yang dibutuhkan pada tanaman karet, maka dari itu dilakukan penyiraman untuk
memenuhi kekurangan air. Kondisi cuaca selama penelitian dilakukan di April
menunjukkan suhu harian rata-rata 26,9oC, Mei 27,3
oC, Juni 27,2
oC dan Juli
26,5oC, kemudian kelembaban udara pada bulan April 87%, Mei 86%, Juni 85%
dan Juli 83%. Tanaman karet membutuhkan suhu harian berkisar 25-28oC,
kelembaban 75-80% dan penyinaran cahaya matahari 5-7 jam (Setiawan dan
Andoko, 2008).
Berdasarkan kondisi curah hujan, suhu dan kelembaban selama penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa pada kondisi tersebut untuk tanaman karet
pertumbuhannya masih optimal. Untuk merangsang pertumbuhan karet diperlukan
penambahan ZPT pada tanaman karet asal stum mata tidur.
Hasil analisis ragam pertumbuhan bibit karet klon PB 260 asal stum mata
tidur di polybag dan di uji lanjut DMNRT menunjukan bahwa pemberian zat
pengatur tumbuh alami dan sintetis terdapat pengaruh pada variabel tinggi tunas,
jumlah tangkai daun, diameter tunas, luas daun total, bobot kering akar, bobot
kering tajuk. Namun pada tabel muncul tunas tidak terdapat pengaruh zat
pengatur tumbuh yang diberikan. Hal ini menunjukan kecepatan muncul tunas
pada bibit karet asal stum mata tidur dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh atau
cadangan makanan pada batang tanaman yang terdapat dalam bibit karet tersebut
sehingga zat pengatur tumbuh eksogen yang yang diberikan tidak terlihat.
Menurut Marchino (2011) waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur
ada kaitannya dengan proses pembentukan dan perkembangan akar.
Hasil pengamatan dan analisis ragam yang dilakuaka terlihat bahwa
penggunaan zat pengtur tumbuh alami ekstrak rebung 50 ml L-1
memberikan
pertumbuhan tunas paling tinggi (35cm) dibandingkan pembelian zat pengatur
tumbuh atonik 3 ml L-1
dengan tinggi tanaman (22 cm) hal ini disebabkan
kandungan ektrak rebung 50 ml L-1
mengandung hormon giberelin yang dapat
memacu pertumbuhan sel tanaman tanaman (Kusumo,1990). Selain itu, menurut
Nugroho (2013) di dalam ekstrak rebung terkandung unsur Fosfor (P) 59 mg,
Kalium (K) 13 mg, Besi (Fe) 0,50 mg. Kandungan P yang tinggi memungkinkan
mempengaruhi pertumbuhan batang bibit. Sutedjo (2010), menjelaskan bahwa
fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
dan dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
tanaman dewasa.
9
Hasil analisi ragam pada pertumbuhan diameter batang tanaman dengan
pemberian zat pengatur tumbuh alami ekstrak touge 150 ml L-1
air dengan
diameter tunas (6,72 cm) dan ektrak rebung 50 ml L-1
air (6,58 cm) berpengruh
berbeda tidak nyata dengan kontal (6,00 cm) dan zat pengatur tumbuh sintetis
Rootone-F 100 ppm(6,14 cm)L-1
terhadap diameter tunas namun berbeda nyata
dengan atonik yang memiliki diameter paling kecil (5,74 cm) diduga tanaman
karet dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik memiliki kelebihan auksin
sehingga menghambat pertumbuahan diameter tunas pada tanaman karet. Hasil
analisis ragam pada jumlah tangakai daun dengan perlakuan pemberian zat
pengatur tumbuh alami ekstrak touge 150 ml L-1
memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata dengan ekstrak rebung 50 ml L-1
air dan Rootone-F 100 ppm namun
berbeda dengan Atonik 3 ml L-1
air dan kontol.
Hal ini diduga karena pada ektrak touge mengandung hormon auksin dan
giberelin yang mempengaruhi pembelahan pada sel pembuluh. Sejalan dengan
pernyataan Rusmin (2011), auksin merupakan ZPT yang berperan dalam
perpanjangan sel pucuk atau tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel
yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, kombinasi auksin dan giberelin
memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada
kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.Auksin
mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan
percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan
geotropisme.Wilkins (1989), mengatakan bahwa giberelin berperan pada
meristem sub apikal, induksi pengeluaran bunga pada beberapa tanaman tertentu
dan mengendalikan pertumbuhan batang.
Luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman yang
penting karena laju fotosintesis per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas
daun. Fungsi utama daun yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis
(Guritno dan Sitompul, 1995). Luas daun total hasil terbaik ditunjukkan dengan
pemberian ZPT ekstrak rebung 50 ml L-1
umumnya ZPT ekstrak rebung 50 ml L-1
mengandung Giberelin.
Dari hasil analisis zat pengatur tumbuh alami ekstrak taoge 150 ml L-1
memberikan hasil terbaik terhadap bobot kering akar.Hal ini dikarenakan hormon
auksin dalam kecambah kacang hijau merangsang pemanjangan sel akar sehingga
meningkatkan bobot akar. Sejalan dengan penelitian Rauzana et al., (2017)
pemberian esktrak taoge 300 ml L-1
mampu meningkatkan jumlah akar bibit lada
pada umur 30 dan 45 MST.
Sedangkan dari hasil analisi pada bobot kering tajuk pemberian ekstrak
rebung 50 ml L-1
menunjukan hasil terbaik. Kandungan giberelin pada bambu
muda menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang, namun pada
pertumbuhan akar pemberian ekstrak rebung dengan kosentrasi 50 ml L-1
tidak
memberikan pengaruh nyata hal ini disebabkan kandungan giberelin yang
terkandung pada bambu berfungsi dalam memacu pertumbuhan batang dan
meningkatkan pertumbuhan sel tanaman sehingga permerian ekstrak rebung tidak
berperung pada pertumbuhan akar tanaman karet asal stum mata tidur.
10
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
ZPT memberikan respon yang berbeda-beda pada setiap variabel
pertumbuhan bibit karet stum mata tidur.
2. ZPT yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet
stum mata tidur yaitu ZPT ekstrak tauge 150 ml L-1
air dan esktrak rebung
50 ml L-1
air dibandingkan ZPT sintetis. Namun penggunaan zat pengatur
tumbuh ekstrak rebung 50 ml L-1
air lebih efektif dan dalam kosentrasi
rendah pada pertumbuhan bibit pertumbuhan bibit karet stum mata tidur
dibandingkan ekstrak touge 150 ml L-1
air.
DAFTAR PUSTAKA
Amypalupy, K. 1998. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Periode Pemberian Air
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet dalam Kantong Plastik. Buletin
Perkebunan Rakyat. Pusat Penelitian Sembawa. 4(1) : 6-10
Arif, M., Murniawati dan Ardian.2016. Uji Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Pertumbuhan Bibit Karet Asal Stum Mata Tidur. Jom Faperta. 1(3)
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Jambi Dalam Angka 2015 Direktorat
Jenderal Perkebunan Jambi.
Guritno, B. Dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM
press.Yogyakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna Jakarata.
Kuswandi.1990. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Periode Penyiraman pada
Pertumbuhan Bibit Karet di Polybag. Buletin Perkebunana Rakyat 6 (1):18-
224
Marchino, F. 2011. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Beberapa Klon Entres
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.) Pada Batang Bawah PB 260 Di
Lapangan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.
Nugroho, A. 2013. Meraup Untung Bididaya Rebung.Pustaka Baru
perss.Yogyakarta.178 hal.
Rauzana, A., Marlina., Mariana. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tauge
Terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum Linn). Agrotropika Hayati
4 (3).
Rusmin, D. 2011. Pengaruh Pemberian GA3 Pada Berbagai Konsentrasi dan
LamaInbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas Benis Puwoceng (Pimpinella
pruatjan Molk.). Jurnal Littri. 17 (3).