Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 1
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 2
Kata Pengantar
Rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 -2018 disusun sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2005-2025 (RPJPD), rencana pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2013-2018 (RPJMBD), renstra kementrian Lembaga, serta memperhatikan
hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan sektor peternakan yang sesuai dengan tugas,
fungsi dan kewenangan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Secara operasional akan menjadi landasan dalam penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) untuk periode I (satu) tahun, sehingga secara sistematis akan
terwujud keselarasan dan keterpaduan dalam penjabaran program pembangunan peternakan
di Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan serta kewenangan provinsi sebagai daerah otonom di bidang peternakan, melalui
berbagai kajian dan bahasan telah berhasil merumuskan rencana strategis tahun 2013-2018
ini, yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi serta berfungsi menjabarkan
RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 –2018 dapat tersusun. Dengan demikian renstra ini
merupakan jawaban dari masalah sekaligus langkah-langkah mengatasinya yang tercermin
dari program dan kegiatan yang dilakukan khususnya higga tahun 2018.
Atas kerjasama semua pihak terkait, yang melibatkan unsur pimpinan, pejabat dan
staf yang mampu memberikan masukan dan pemangku kepentingan lainnya di lingkungan
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka rencana strategis Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat tahun 2013-2018 dapat tersusun. Dengan
demikian diharapkan renstra ini dapat merupakan jawaban dari masalah sekaligus langkah-
langkah mengatasinya yang tercermin dari program dan kegiatan yang dilakukan khususnya
hingga tahun 2018.
Maka dengan tersusunnya rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat, diharapkan kepada pihak terkait dengan pengembangan
dapat memanfaatkan sebagai bahan bahan acuan dan masukan terutama dalam
meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan. Kami menyadari bahwa
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 3
renstra ini belum sempurna dan memerlukan masukan dan sasaran dalam rangka perbaikan
dan penyempuraan di masa-masa datang.
Akhirnya disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah ikut berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana strategis ini.
KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
Ir. DODY FORMAN NUGRAHA Pembina Utama Muda
NIP. 19591030 198503 1 008
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
1 PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang ..................………………………………....... I-1
1.2 Landasan Hukum.............…………………........................... I-3
1.4 Maksud dan Tujuan ……………………………...................... I-5
1.6 Sistematika Penulisan...……………………….......................... I-6
II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
II-1
2.1. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat.……………………................................
II-1
2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat......…………………..............
II-2
2.3. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat................………………..........................
II-3
2.4. Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat..............................................
II-3
2.5. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat................................................................
II-6
2.6. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat..........
II-12
2.7. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat..........
II-21
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 5
Halaman
III ISU-ISU STRATEGIS III-1
3.1. Identifikasi Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi............... III-1
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala daerah ..........................................................................
III-5
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.....................................
III-10
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis...................................................
III-17
3.6. Penentuan Isu-Isu Strategis....................................................... III-21
IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
IV-1
4.1 Visi dan Misi Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat......................................
IV-1
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat......................................................................................
IV-1
4.2.1 Tujuan....................................................................... IV-1
4.2.2 Sasaran........................................................................ IV-2
4.3 Strategi dan Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat................................................ IV-5
4.3.1 Strategi......................................................................... IV-5
4.3.2 Kebijakan..................................................................... IV-5
V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR
KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN
INDIKATIF
V-1
5.1 Rencana Program/Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 –
2018.............................................................................
V-1
5.2. Program dan Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.... V-2
5.2.1. Rencana Kegiatan.............................................. V-4
5.3. Kelompok Sasaran....................................................... V-6
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 6
Halaman
5.4. Pendanaan Indikatif...................................................... V-6
VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
VI-1
VII PENUTUP VII-1
LAMPIRAN
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 7
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Jumlah Pegawai DKPP Berdasarkan Pangkat dan
Golongan..................................................................................... II-3
2 Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin.................................... II-3
3 Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat....... II-11
4 Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat....................... II-15
5 Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.............. II-17
6 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat..................................................
II-19
7 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat..................................
II-20
8 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat................
III-1
9 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Terhadap Penetapan
Visi, Misi dan Program Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat...........
III-10
10 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra
Kementerian Pertanian Beserta Faktor Pendorong dan
Penghambat Keberhasilan Penangannya.........................................
III-15
11 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kota............ III-18
12 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan Rencana
Tata Ruang Wilayah Serta Faktor Penghambat dan Pendorong
Keberhasilan Penanganannya..........................................................
III-20
13 Permasalahan Pelayanan OPD Berdasarkan Analisis KLHS serta
Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
III-21
14 Skor Penentuan Isu Strategis....................................................... III-22
15 Nilai Skala Kriteria....................................................................... III-22
16 Rata-Rata Skor Isu Strategis........................................................ III-23
17 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 8
Tabel Judul Halaman
2014 – 2018................................................................................ IV-2
18 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan........................................ IV-6
19 Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD......................................................................................... VI-1
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 9
DAFTAR GAMBAR
Tabel Judul Halaman
1 Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat ................................................................... II-1
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 10
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen
perencanaan daerah periode 5 (lima) tahun. Dokumen RPJMD bersifat makro, yang memuat
visi, misi dan program prioritas serta rencana penganggaran. RPJMD merupakan
kesepakatan para pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah mengenai program
prioritas 5 (lima) tahun kedepan yang akan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku
kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai koridor
penyusunan visi, misi dan program program pembangunan Selain itu RPJMD menjadi
pedoman penyusunan program prioritas jangka menengah bagi Kabupaten/Kota yang
disesuaikan dengan kondisi, potensi dan karakteristik daerah serta penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) OPD/Biro Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan
perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan
adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana tindakan dan
kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap SKPD wajib
menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 menyebutkan bahwa Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk
periode 5 (lima) tahun. Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman pada
RPJMD dan bersifat indikatif.
Selanjutnya Renstra SKPD akan menjadi pedoman SKPD saat menyusun
Rencana Kerja (Renja) SKPD yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu)
tahun. Di dalam ketentuan lainnya yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dinyatakan bahwa
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 11
perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu
menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam
tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen Rencana
Strategis dimaksud setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai
tujuan dan sasaran), serta memuat kebijakan, program dan kegiatan.
Terkait dengan penyusunan Renstra SKPD, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2010 telah mengatur bahwa RPJMD yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah harus menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Visi, misi,
tujuan, strategi dan kebijakan yang tertuang di dalam Renstra SKPD dirumuskan dalam
rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang ditetapkan dalam RPJMD.
Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha sejak terbentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada
tanggal 4 Juli 1950. Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, saat ini sudah memasuki tahapan pembangunan
jangka menengah ketiga 2013-2018. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah ketiga tersebut ditujukan untuk mencapai kemandirian Jawa Barat dalam segala
bidang sehingga tingkat ketergantungan terhadap pihak eksternal dapat direduksi. Selain itu
pencapaian kemandirian juga dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat
terhadap pembangunan nasional.
Prioritas pembangunan pada tahapan keempat ini diantaranya adalah ketahanan
pangan dan bidang pertanian diarahkan pada pemantapan mutu melalui pengembangan
teknologi pertanian hulu sampai dengan hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap
pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat. Di bidang pertanian, sektor peternakan
merupakan salah satu sektor yang cukup penting di Jawa Barat. Selain berkontribusi dalam
menyumbang pendapatan regional, sektor ini juga mampu memberikan lapangan pekerjaan
yang cukup luas bagi masyarakat Jawa Barat, baik dari hulu sampai hilir. Hal yang terpenting
lainnya dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan, sektor peternakan berperan dalam
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 12
mensuplai kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya telur, daging
dan susu.
Begitu pentingnya sektor ketahanan pangan dan peternakan, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat telah memberikan tugas khusus kepada Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk melakukan fungsi-fungsi di bidang ketahanan pangan
seperti ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan dan keamanan pangan.
Kemudian fungsi di bidang peternakan seperti pembibitan, budidaya, pakan, kesehatan
hewan, kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan usaha, sarana prasarana dan
pelayanan bagi seluruh stakeholder yang membutuhkan layanan peternakan. Sejalan
dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi global dan perkembangan jumlah penduduk
yang cukup tinggi, tugas dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan semakin
kompleks sehingga Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan harus responsif terhadap
perkembangan teknologi, permintaan produk peternakan, penyakit hewan dan isu-isu lainnya
yang berkembang di dunia global, seperti "climate change", "animal walfare", "food security"
dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk merespon kompleksnya permasalahan, tantangan
dan besarnya lingkup pekerjaan yang harus dilakukan dalam sektor ketahanan pangan dan
peternakan, maka jelas bahwa pembangunan sektor ketahanan pangan dan peternakan tidak
bisa dilakukan hanya oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Pembangunan Ketahanan Pangan dan sub sektor peternakan memerlukan dukungan dari
semua pemangku kepentingan yang mencakup sektor lainnya, perguruan tinggi, pemerintah
Kabupaten/Kota, dunia usaha, perbankan, lembaga-lembaga pembiayaan bukan bank,
organisasi profesi dan kemasyarakatan, serta peran aktif dari semua di Jawa Barat sebagai
pelaku utama pembangunan.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan tahun 2013 – 2018 merupakan
rencana stratejik (mengenai sasaran-sasaran utama yang akan dicapai) untuk kurun waktu 5
(lima) tahun yang akan datang, yaitu tahun 2013 – 2018 dengan memperhitungkan potensi,
peluang dan ancaman yang ada atau mungkin timbul. Rencana stratejik mengandung Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi (cara untuk mencapai tujuan dan sasaran) yang berfungsi
menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 dibidang ketahanan pangan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 13
dan peternakan. Penyusunan Renstra telah dilaksanakan secara partisipasif dengan
melibatkan unsur Pimpinan, Pejabat kunci dan Staf yang mampu memberikan masukan serta
pemangku kepentingan lainnya. Selain itu Penyusunan Renstra telah memperhatikan Renstra
Kementrian Pertanian Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Renstra OPD Kabupaten/Kota
dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian Renstra Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Pemerintah Jawa Barat tahun 2013 – 2018 telah diselaraskan
dengan Renstra Kementrian Pertanian RI dan Renstra OPD Kabupaten/Kota di wilayah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018.
1.2. Landasan Hukum
Dalam Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, peraturan perundang-undangan yang
dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
6. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jo
Undang Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
7. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal;
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 14
9. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik dan
Perbibitan Ternak;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2012 tentang Alat dan Mesin Peternakan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Peraturan Perangkat Daerah
17. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosa;
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman
Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan;
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT/.140/9/2007 tentang Pedoman
Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 74/Permentan/OT.140/12/2007 tentang
Pengawasan Obat Hewan;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 28/ Permetan/OT.140/5/ 2008 tentang Pedoman
Penataan Kompartemen dan Penataan Zona Usaha Perunggasan;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
23. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman
Pelayanan Jasa Medik Veteriner;
24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat
Cutting Plant);
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 15
25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 35/Permentan/OT.140/7/2011 tentang
Pengendalian Ternak Ruminansia Betina Produktif;
26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 04/Permentan/OT.140/1/2013 tentang Unit
Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis;
27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang
Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik;
28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 114/Permentan/ PD.410/9/2014 tentang
Pemotongan Hewan Kurban;
29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 23/Permentan/PK.130/4/2015 tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan ke Dan Dari Wilayah Negara
Republik Indonesia;
30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 58/Permentan/PK.210/11/2015 tentang
Pemasukan Karkas, Daging dan/atau Olahannya ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
31. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 46/Permentan/PK.210/8/2015 tentang Pedoman
Budidaya Sapi Potong Yang Baik;
32. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/PK.440/8/2015 tentang
Pemasukan Sapi Bakalan dan Sapi Indukan ke dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
33. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/PK.320/12/2015 tentang
Pemberantasan Penyakit Hewan;
34. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 dan Nomor
02 Tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam
Pangan;
35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan;
36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Produk Barang Higienis dan Halal;
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 16
37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
38. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Intensifikasi
Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza) di Jawa Barat;
39. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk Rumah Potong Hewan Ruminansia;
40. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 10 tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perijinan Terpadu;
41. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
42. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat;
43. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 84 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi UPTD/Balai di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat;
44. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 89 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat;
45. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 443/Kep.449-Yansos/2012 tentang Komisi
Pengendalian Zoonosis;
46. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 501.05/Kep.279-Rek/2015 tentang Tim
Pengawas Terpadu Penggunaan Bahan Berbahaya pada Pangan.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 17
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Maksud penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 adalah menyediakan informasi yang
valid mengenai Rencana Jangka Menengah tahun 2013 – 2018 sebagai
dokumen acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan, RKA-OPD
dan Penetapan Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat tahun 2013 – 2018 sebagai wujud Transparansi dan Akuntabilitas
Publik.
1.3.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 adalah meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, menjaga eksistensi organisasi
dan sebagai instrumen pertanggungjawaban kepada stakeholder mengenai
rencana penggunaan sumber daya dalam melaksananakan tugas pokok dan
fungsi serta menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018
agar menjadi lebih optimal untuk mencapai target-target indikator kinerja yang
telah ditetapkan khususnya mengenai ketahanan pangan dan peternakan di
Jawa Barat.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat untuk periode tahun 2013–2018 kami susun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 18
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat
2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB III ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Isu – isu strategis yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi
terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam periode tahun 2013–2018.
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 19
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
3.5. Penentuan Isu – isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN , STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Membahas mengenai :
4.1. Visi dan Misi Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat
4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT YANG MENGACU PADA
TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VII PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 20
BAB. II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN
PROVINSI JAWA BARAT
2.1 Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUBBAGIAN PERENCANAAN
DAN PELAPORAN
SUBBAGIAN KEUANGAN DAN
ASET
SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN
DAN UMUM
BIDANG
KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI
BIDANG
KONSUMSI DAN PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA MANUSIA
BIDANG
PRODUKSI PETERNAKAN
BIDANG
KESEHATAN HEWAN DAN
KESMAVET
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI
KETERSEDIAAN
DAN
KERAWANAN
PANGAN
SEKSI
CADANGAN
DAN
DISTRIBUSI
SEKSI
SUMBER
DAYA DAN
CADANGAN
PANGAN
SEKSI
PENGANEKAR
AGAMAN
PANGAN
SEKSI
KONSUMSI DAN
KEAMANAN PANGAN
SEKSI
SUMBERDAYA
MANUSIA
SEKSI
PERBIBITAN
SEKSI
PENGEMBANGAN USAHA
SEKSI
PRASARANA DAN SARANA
PETERNAKAN
SEKSI
PENGAMATAN
PENYAKIT DAN
PENGAWASAN
OBAT HEWAN SEKSI
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
SEKSI
KESEHATAN MASYARAKAT
VETERINER
UPTD
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 21
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan
dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan dan distribusi, konsumsi
dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas
dekonsentrasi sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah
Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Dinas mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan bidang
pertanian, sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi;
b. penyelenggaraan ketahanan pangan dan pertanian, sub urusan peternakan yang
menjadi kewenangan Provinsi;
c. penyelenggaraan administrasi Dinas;
d. penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan
e. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3 Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki Sumber Daya Aparatur sebanyak 294 orang yang
tersebar di Kantor Dinas dan UPTD.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 22
Sumber Daya Aparatur yang dimiliki tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini
:
Tabel 1. Jumlah Pegawai DKPP Berdasarkan Pangkat dan Golongan
No Jenis
Kelamin
Gol.I Gol.II Gol.III Gol.IV
Jumlah
a B c d a b c d a b c d a b c d e
1 Laki-laki 0 6 21 5 30 13 39 2 14 30 8 16 10 7 1 0 0 202
2 Perempuan 0 0 2 0 0 0 12 4 8 19 9 17 17 4 0 0 0 92
Jumlah 0 6 23 5 30 13 51 6 22 49 17 33 27 11 1 0 0 294
Tabel 2. Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3 Jumlah
1 Laki-laki 10 21 95 5 36 35 0 202
2 Perempuan 0 1 24 7 29 31 0 92
Jumlah 10 22 119 12 65 66 0 294
2.4 Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat.
Pelayanan publik yang diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat adalah sesuai dengan tupoksi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan yang
meliputi pelayanan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi
ketersediaan dan distribusi, konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi
peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi
kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan dibentuk
Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan
sesuai bidang tugasnya.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 23
Berdasarkan Undang Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, urusan yang menjadi dasar pelayanan publik yang dapat dilaksanakan oleh
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Beberapa urusan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat,yaitu:
Urusan Pangan :
1. Penyelenggaraan Pangan Berdasarkan Kedaulatan Dan Kemandirian :
- Penyediaan infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada
berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah Provinsi.
2. Penyelenggaraan Ketahanan Pangan
a. Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai dengan
kebutuhan Daerah provinsi dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan.
b. Pengelolaan cadangan pangan provinsi dan menjaga keseimbangan cadangan
pangan provinsi.
c. Penentuan harga minimum daerah untuk pangan local yang tidak ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
d. Promosi pencapaian target konsumsi pangan perkapita /tahun sesuai dengan angka
kecukupan gizi melalui media provinsi.
3. Penanganan Kerawanan Pangan
a. Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan provinsi dan kab./kota.
b. Penanganan kerawanan pangan provinsi.
c. Pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan
pangan yang mencakup lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
Daerah provinsi.
4. Keamanan Pangan
Pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar distribusi lintas Daerah
kabupaten/kota.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 24
Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian :
1. Sarana Pertanian
a. Pengelolaan SDG hewan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten
dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
b. Pengawasan benih ternak, pakan, HPT dan obat hewan.
c. Pengawasan mutu dan peredaran benih/bibit ternak dan tanaman pakan ternak
serta pakan di lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
d. Pengawasan peredaran obat hewan di tingkat distributor.
e. Pengendalian penyediaan dan peredaran benih/bibit ternak, dan hijauan pakan
ternak lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
f. Penyediaan benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak yang sumbernya dari
Daerah provinsi lain.
2. Prasarana Pertanian
Pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan rumpun/galur ternak yang wilayahnya
lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
3. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
a. Penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan daerah wabah penyakit
hewan menular lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
b. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan dan produk hewan lintas Daerah
provinsi.
c. Penerapan persyaratan teknis sertifikasi zona/kompartemen bebas penyakit dan
unit usaha produk hewan.
d. Sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan
hewan.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 25
2.5 Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Bidang Ketahanan Pangan :
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga
penyelenggara urusan Pemerintahan Provinsi di bidang ketahanan pangan mempunyai fungsi
sebagai inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan ketahanan pangan di Jawa
Barat sesuai arah kebijakan, strategis dan sasaran ketahan pangan nasional.
Sebagai pedoman/acuan bagi Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan,
Kementerian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan
Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan bagi Pemerintah
Provinsi terdiri atas 4 (empat) jenis pelayanan dasar berikut :
a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan, dengan Idikator Penguatan cadangan pangan
sebesar 60% pada tahun 2015.
Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang
perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan
kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan
pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan baik.
Definisi Operasional :
Tersedianya cadangan pangan pemerintah di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton
ekuivalen beras dan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras;
b. Distribusi dan Akses Pangan, dengan indikator Ketersediaan informasi pasokan, harga
dan akses pangan di daerah sebesar 100% pada tahun 2015.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 26
Informasi harga, pasokan, dan akses pangan adalah kumpulan data harga pangan,
pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan secara rutin atau
periodik oleh provinsi maupun kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai bahan
untuk membuat analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi
pangan.
Definisi Operasional :
Tersedianya data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung, kedele,
daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan
dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.
c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan, dengan Indikator Pengawasan dan
Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015.
Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang menganggu,
merugikan, dan membahayakan manusia.
Definisi Operasional :
Dalam rangka meningkatkan keamanan pangan segar maka dilakukan pembinaan dan
sertifikasi oleh Lembaga Otoritas Kompetensi Keamamanan Pangan Daerah (OKKPD),
sehingga tersedia informasi tentang keamanan pangan khususnya pada produk-produk
pangan segar yang tersertifikasi sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Hasil
pelaksanaaan tugas dan fungsinya OKKPD mengeluarkan sertikat terhadap produk
pangan segar dengan kriteria sebagai berikut :
1) Sertifikat Prima Tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap
pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.
2) Sertifikat Prima Dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap
pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan
bermutu baik.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 27
3) Sertifikat Prima Satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap
pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu
baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.
d. Penanganan Kerawanan Pangan, dengan indikator Penanganan daerah rawan pangan
sebesar 60% pada tahun 2015.
Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah,
masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan
fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan factor penyebabnya
kerawanan pangan dibagi menjadi dua yaitu Rawan Pangan Kronis dan Transien
Rawan Pangan kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan
kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan.
Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak
dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang
menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai
musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah
longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami).
Penanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan
untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua
melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui
program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani.
e. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3
kegiatan sebagai berikut :
a) Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk peramalan ketersediaan
pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi
b) Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 28
dari laporan tahunan.
c) Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus
kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi).
Adapun Pencegahan rawan pangan tersebut dilaksanakan melalui pendekatan sebagai
berikut :
1. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability
Atlas) disusun pada periode 3- 5 tahunan yang menngambarkan kondisi sampai tingkat
kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program
2. Penghitungan tingkat kerawanan dengan membandingkan jumlah penduduk miskin
yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi
(AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu:
a) Penduduk sangat rawan < 70% AKG
b) Penduduk pangan resiko sedang < 70% - 89,9% AKG
c) Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG
Bidang Peternakan :
Kemajuan pembangunan Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari peran bidang
peternakan. Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam menyediakan
sumber pangan, energi, dan sumber pendukung lainnya, sehingga berdampak pada
kemajuan kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Jawa Barat.
Kontribusi subsektor peternakan pada pembangunan Jawa Barat yang begitu besar
mengisyaratkan sub-sektor ini untuk terus berbenah diri agar tetap eksis dalam pembangunan
Provinsi Jawa Barat dan juga untuk nasional. Secara umum fungsi Peternakan adalah
melaksanakan tugas-tugas yang memiliki peran yang signifikan untuk mendorong
pertumbuhan di sektor-sektor lainnya, karena peternakan sebagai salah satu sub sektor
didalam pertanian yang akan menjadi salah satu subsektor yang sangat strategis didalam
perekonomian Jawa Barat.
Besarnya potensi kontribusi sektor peternakan di Jawa Barat terhadap
pembangunan ekonomi tidak terlepas dari posisi sub sektor peternakan di dalam struktur
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 29
perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan
regional ternyata menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu.
Berdasarkan angka BPS 2013, besaran PDRB Jawa Barat tahun 2013 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp. 1.070,18 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000)
mencapai Rp. 386,84 triliun. Secara triwulanan, PDRB Jawa Barat triwulan IV-2013
dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q) turun sebesar 0,53 persen, tapi bila
dibandingkan dengan triwulan IV-2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,30 persen. Pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat pada tahun 2013 menurut sisi penggunaan terjadi pada seluruh
komponen berturut-turut yaitu komponen ekspor barang dan jasa sebesar 10,06 persen,
diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto yang tumbuh 6,60 persen, komponen
pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,51 persen, komponen pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit sebesar 4,02 persen serta komponen
perubahan inventori sebesar 0,61 persen. Sementara komponen impor sebagai faktor
pengurang mengalami pertumbuhan sebesar 12,65 persen. Pada tahun 2013, PDRB harga
berlaku digunakan untuk memenuhi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan
konsumsi lembaga non profit sebesar 57,74 persen, komponen pengeluaran konsumsi
pemerintah 8,86 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto atau komponen investasi
fisik 18,16 persen, komponen perubahan inventori 4,86 persen, komponen ekspor 36,39
persen dan komponen impor 28,96 persen.
Pembangunan peternakan berbasis kepada proses dan diarahkan kepada
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, yaitu : (1) meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman
sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3) meningkatkan daya saing
produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi
pedesaan dan; (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil
melalui pengembangan sistem agribisnis.
Pembangunan peternakan mencakup berbagai kegiatan agribisnis, khususnya sub
sistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa primer ternak. Usaha agribisnis berbasis
peternakan pada dasarnya secara operasional memerlukan keterkaitan lintas sub sektor
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 30
maupun dengan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku
agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, tengah dan hilir.
Kondisi umum pembangunan peternakan yang telah dilakukan di Jawa Barat melalui
berbagai kebijakan dengan tetap mengacu kepada pengembangan peternakan rakyat agar
menjadi usaha pokok dengan skala usaha ekonomis dan pengembangan perusahaan
peternakan/swasta yang mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat menjadi mitra
usaha dengan mensinergiskan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang
terintegrasi secara vertikal.
Sampai dengan saat ini, Jawa Barat masih termasuk salah satu wilayah yang
memiliki pangsa populasi ternak cukup besar di Indonesia; dimana urutannya menempati
urutan tiga teratas serta mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Provinsi lain. Fakta
menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis ternak yang bersifat komersiel diusahakan di
wilayah Jawa Barat. Terdapat beberapa komoditas ternak yang memiliki peran penting
didalam struktur pangan nasional, antara lain komoditas ternak sapi perah dan ayam ras
pedaging.
Pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat pada hakekatnya adalah
pembangunan di bidang ekonomi, yang fokus sasarannya adalah peningkatan produksi dan
produktivitas dengan sasaran :
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas peternakan, populasi serta bibit ternak;
2. Meningkatnya keterampilan aparatur dan pelaku usaha peternakan di bidang
peternakan;
3. Meningkatnya upaya penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan zoonosis;
4. Meningkatnya mutu, promosi dan pemasaran produk hasil peternakan;
5. Terbentuknya kelembagaan usaha peternakan melalui peningkatan kelembagaan
kelompok tani, kemitraan dengan industri dan UPTD;
6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan disiplin aparatur;
7. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik;
8. Meningkatnya sistem pelayanan, perencanaan dan pelaporan.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 31
2.6 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat
Pada umumnya Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Renstra Badan
Ketahanan Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan di Kabupaten/Kota
di Jawa Barat mempunyai fokus sasaran yang sama yaitu meningkatkan produksi dan
produktivitas peternakan.
Berdasarkan telaahan terhadap RT/RW Provinsi Jawa Barat, wilayah Jawa Barat terbagi
atas 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu :
- WP Bodebekpunjur
- WP Purwasuka
- WP Ciayumajakuning
- WP Priangan Timur-Pangandaran
- WP Sukabumi
- WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung
Adanya rencana pengembangan di 6 (enam) Wilayah Pengembangan tersebutakan
berdampak pada peningkatan beban tugas Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat yang akan semakin komplek khususnya di dalam meningkatkan produksi
dan produktivitas peternakan, disebabkan berkurangnya lahan peternakan untuk pemukiman,
industri, dan alih fungsi lahan lainnya.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 32
Tabel 3. Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
No Rencana Struktur
Ruang
Struktur Ruang Saat
Ini
Indikasi
Penempatan Ruang
Pada Periode
2013 – 2018
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang
Terhadap Kebutuhan
Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan
dan Peternakan
Arahan Lokasi
Pengembangan
OPD
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
WP Bodebekpunjur
a. PKN
Jabodetabek
b. TPPS Nambo
c. Jalan Tol
Cikapali
d. IPLT Depok
WP Sukabumi
a. PKN Sukabumi
b. PKW
Palabuhanratu
c. Jalan Lingkar
Sukabumi
WP Ciayumajakuning
a. PKN Cirebon
b. PKW Kadipaten
c. PKW Indramayu
d. BIJB
e. Optimalisasi
Pelabuhan
Cirebon
f. Instalasi
Pengolahan
Limbah Cirebon
Raya
g. Jalan Tol
Cisundawu
h. SPAM Pantura
WP Bandung Raya
a. PKN Bandung
Raya
a. PKN Jabodetabek
b. TPPS Nambo
c. Perkotaan
Jabodetabekpunj
ur termasuk
kepulauan seribu
a. PKN Sukabumi
b. PKN Pelabuhan
Ratu
c. Jalan Lingkar
Sukabumi
a. PKN Cirebon
b. PKW Kadipaten
c. PKW Indramayu
d. Persiapan BIJB
e. Pel. Cirebon
WP Bodebekpunjur
a. PKN
Jabodetabek
b. TPPS Nambo
c. Jalan Tol
Cikapali
d. IPLT Depok
WP Sukabumi
a. PKN Sukabumi
b. PKW
Palabuhanratu
c. Jalan Lingkar
Sukabumi
WP Ciayumajakuning
a. PKN Cirebon
b. PKW Kadipaten
c. PKW Indramayu
d. BIJB
e. Optimalisasi
Pelabuhan
Cirebon
f. Instalasi
Pengolahan
Limbah Cirebon
Raya
g. Jalan Tol
Cisundawu
h. SPAM Pantura
Optimalisasi
pelayanan di Bidang
Ketahanan Pangan
dan Peternakan
Lokasi
Pengembangan
pelayanan Dinas
Ketahanan
Pangan dan
Peternakan
adalah di semua
Wilayah
Pengembangan
(6 WP) di wilayah
Jawa Barat
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 33
No Rencana Struktur
Ruang
Struktur Ruang Saat
Ini
Indikasi
Penempatan Ruang
Pada Periode
2013 – 2018
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang
Terhadap Kebutuhan
Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan
dan Peternakan
Arahan Lokasi
Pengembangan
OPD
1 2 3 4 5 6
5
b. Pembangunan
Monorail
Bandung Raya
c. Reaktifasi Jalur
Kereta Api
d. Pembangunan
Waduk Jati
Gede
e. SPAM Regional
Bandung Raya
f. Pengolahan
Limbah
g. TPPS Sarimukti
h. TPPS Regional
Legok Nangka
i. BIUTR (Tol
Dalam Kota
Bandung)
j. Jalan Tol Seroja
dan Cisundawu
k. Jalan Bandung-
Pangalengan-
Rancabuaya
l. Jalan Lingkar
Nagreg
m. Kawasan
Pendidikan
Tinggi
Jatinangor
WP Priangan Timur –
Pangandaran
a. Pusat
Pertumbuhan :
- Pangandaran
- Rancabuaya
b. PKW
Pangandaran
c. PKW
a. Kawasan
Perkotaan
Cekungan
Bandung
b. Kawasan
Pendidikan
Jatinangor
c. Kawasan
Pengamat
Dirgantara
Tanjungsari
d. TPPS Sarimukti
e. TPPS Legok
Nangka
f. Jalan Lingkar
Nagreg
WP Bandung Raya
a. PKN Bandung
Raya
b. Pembangunan
Monorail
Bandung Raya
c. Reaktifasi Jalur
Kereta Api
d. Pembangunan
Waduk Jati
Gede
e. SPAM Regional
Bandung Raya
f. Pengolahan
Limbah
g. TPPS Sarimukti
h. TPPS Regional
Legok Nangka
i. BIUTR (Tol
Dalam Kota
Bandung)
j. Jalan Tol Seroja
dan Cisundawu
k. Jalan Bandung-
Pangalengan-
Rancabuaya
l. Jalan Lingkar
Nagreg
m. Kawasan
Pendidikan
Tinggi
Jatinangor
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 34
No Rencana Struktur
Ruang
Struktur Ruang Saat
Ini
Indikasi
Penempatan Ruang
Pada Periode
2013 – 2018
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang
Terhadap Kebutuhan
Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan
dan Peternakan
Arahan Lokasi
Pengembangan
OPD
1 2 3 4 5 6
6
Tasikmalaya
d. Kawasan
Strategis
Pangandaran-
Kalipucang-
Sagara Anakan-
Nusakambangan
e. Pengembangan
Bandara
Nusawiru
WP Purwasuka
a. PKW Cikampek-
Cikopo
b. Metropolitan
Bodebekpunjur
c. Pelabuhan
Cilamaya
d. IPLT Subang
e. SPAM Pantura
a. PKW
Pangandaran
b. PKW
Tasikmalaya
c. Kawasan stasiun
pengamat
dirgantara
pamengpeuk
d. Kawasan uji coba
roket
pamengpeuk
e. Bandara
Nusawiru
a. PKW Cikampek-
Cikopo
b. Metropolitan
Bedebekpunjur
WP Priangan Timur –
Pangandaran
a. Pusat
Pertumbuhan :
- Pangandaran
- Rancabuaya
b. PKW
Pangandaran
c. PKW
Tasikmalaya
d. Kawasan
Strategis
Pangandaran-
Kalipucang-
Sagara Anakan-
Nusakambangan
e. Pengembangan
Bandara
Nusawiru
WP Purwasuka
a. PKW Cikampek-
Cikopo
b. Metropolitan
Bodebekpunjur
c. Pelabuhan
Cilamaya
d. IPLT Subang
e. SPAM Pantura
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 35
Tabel 4. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
No Rencana Pola
Ruang
Pola Ruang Saat
Ini
Indikasi Program
Pemanfaatan
Ruang Tahun
2013-2018
Pengaruh
Rencana Pola
Ruang
Terhadap
Kebutuhan
Pelayanan
Dinas
Ketahanan
Pangan dan
Peternakan
Arahan Lokasi
Pengembangan
Pelayanan
Dinas
Peternakan dan
Peternakan
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
WP
Bodebekpunjur
a. Industri
b. Perdagangan/J
asa
c. Pertanian
d. Peternakan
e. Perikanan
f. Agrowisata
g. Perkotaan
h. Kawasan
Lindung
WP Sukabumi
a. Pemukiman
b. Pertanian
c. Perikanan
d. Peternakan
e. Wisata
Kelautan
f. Pendidikan
WP
Ciayumajakuning
a. Kota Budaya
b. Perkebunan
c. Perdagangan
d. Peternakan
e. Industri
Kerajinan
f. Pertanian
g. Kawasan
a. Industri
b. Perdagangan/J
asa
c. Pertanian
d. Peternakan
e. Perikanan
f. Pariwisata
g. Perkotaan
a. Pemukiman
b. Pertanian
c. Peternakan
d. Perikanan
e. Pariwisata
f. Pendidikan
a. Kota Budaya
b. Perkebunan
c. Pertanian
d. Peternakan
e. Industri
Rumah
f. Perkotaan
1. Peningkatan
produksi
pertanian
2. Pemberdayaan
sumber daya
pertanian
3. Pencegahan dan
penanggulanga
n penyakit
tanaman,
ternak dan ikan
4. Pemasaran dan
pengelolaan
hasil pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan dan
kehutanan
Optimalisasi
pelayanan di
bidang
Ketahanan
Pangan dan
peternakan
Lokasi
Pengembangan
pelayanan Dinas
Ketahanan
Pangan dan
Peternakan
adalah di semua
Wilayah
Pengembangan
(6 WP) di
wilayah Jawa
Barat.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 36
No Rencana Pola
Ruang
Pola Ruang Saat
Ini
Indikasi Program
Pemanfaatan
Ruang Tahun
2013-2018
Pengaruh
Rencana Pola
Ruang
Terhadap
Kebutuhan
Pelayanan
Dinas
Ketahanan
Pangan dan
Peternakan
Arahan Lokasi
Pengembangan
Pelayanan
Dinas
Peternakan dan
Peternakan
1 2 3 4 5 6
5
6
Lindung
h. Perkotaan
WP Bandung Raya
a. Perkotaan
b. Perdaganngan
/Jasa
c. Pendidikan
d. Industri
Kreatif
e. Persampahan
WP Priangan
Timur –
Pangandaran
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Pendidikan
d. Perdagangan/J
asa
WP Purwasuka
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Pariwisata
d. Pendidikan
e. Kawasan
Lindung
a. Perkotaan
b. Perdagangan/J
asa
c. Pendidikan
d. Industri
e. Persampahan
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Pariwisata
d. Industri
e. Perdagangan/J
asa
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Pariwisata
d. Perikanan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 37
Tabel 5. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013
No Aspek Kajian Ringkasan KLHS
Implikasi Terhadap Pelayanan
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Jawa Barat
Catatan Bagi Perumusan
Program dan Kegiatan OPD
1 2 3 4 5
1. Kapasitas daya dukung
dan daya tampung LH
untuk pembangunan
Daya dukung dan daya
tampung LH untuk
pengembangan
pembangunan masih
memungkinkan.
Diperlukan peningkatan ketahanan
pangan, produksi dan produktivitas
peternakan di seluruh wilayah.
Pengembangan dengan mengacu
pada pemanfaatan ruang yang efektif
dan efisien, serta memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan
perubahan iklim. Untuk peningkatan
produksi dan produktivitas peternakan
diperlukan peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana,
anggaran, kebijakan dan sumber
daya manusia
Program harus terdiri dari
kegiatan-kegiatan yang
memperhatikan KLHS
2. Perkiraan mengenai
dampak dan resiko
lingkungan hidup
Perubahan fungsi lahan
peternakan menjadi
pemukiman atau industri
mengancam kecukupan
penyediaan pangan hewani
3. Kinerja layanan/ jasa
ekosistem
Belum sepenuhnya kinerja
layanan ekosistem
memenuhi kebutuhan
pengembangan pangan dan
peternakan
4. Efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam
Sumber daya alam belum
sepenuhnya dimanfaatkan
untuk meningkatkan
ketahanan pangan dan
usaha peternakan
5. Tingkat kerentanan dan
kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim
Perubahan iklim belum
sepenuhnya disikapi dengan
benar khususnya musim
panas dan hujan masih
menimbulkan kebakaran dan
banjir yang mengancam
terhadap ketahanan pangan
dan peternakan
6. Tingkat ketahanan dan
potensi sumber daya
hayati
Masih diperlukan pelestarian
sumber daya hayati yang
mendukung pangan dan
usaha peternakan
Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah terhadap Standar Pelayanan Minimal Pemerintah
Provinsi Jawa Barat sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 38
Tabel 6. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No Indikator Kinerja
Target SPM
(2015)
Target OPD
(2013)
Target Rensta OPD
Tahun ke
Realisasi Capaian
Tahun Ke
Ratio Capaian (%)
Tahun Ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Penguatan Cadangan Pangan (% dan ton)
60 125 110 110 120 120 125 272,2 232,2 170,9 217,1 - 247,5 211,1 142,4 180,9 -
2 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (%)
100 100 100 100 100 100 100 100 125 125 124 - 100 125 125 124 -
3 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
80 70 - - 60 65 70 - - 85 86 - - - 106,2 107,5 -
4 Penanganan Daerah Rawan Pangan (%)
60 60 40 50 60 70 80 45,4 48,6 63,5 74,3 - 113,5 97,2 105,8 106,1 -
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 39
Tabel 7. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
URAIAN
ANGGARAN PADA TAHUN KE
REALISASI ANGGARAN PADA TAHUN KE
RATIO REALISASI DAN ANGGARAN
2014
2015
2016
2017
2018
2014
2015
2016
2017
2018
2014
2015
2016
2017
2018
KETAHANAN PANGAN
BELANJA TIDAK LANGSUNG
- GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI
BELANJA LANGSUNG
- BELANJA PEGAWAI
- BELANJA BARANG DAN JASA
- BELANJA MODAL
PETERNAKAN
BELANJA TIDAK LANGSUNG
- GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI
BELANJA LANGSUNG
- BELANJA PEGAWAI
- BELANJA BARANG DAN JASA
- BELANJA MODAL
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
2.7 Tantang dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat
Tantangan dalam pembangunan ketahanan pangan secara umum menyangkut
pertambahan penduduk, semakin menurunnya sumber daya alam, masih terbatasnya prasarana dan
sarana usaha di bidang pangan, semakin ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, serta besarnya
proporsi penduduk miskin.
Jumlah penduduk Jawa Barat cukup besar, pada tahun 2015 sekitar 47,432 jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 4.47% per tahun. Permintaan bahan pangan per kapita juga
meningkat didorong oleh meningkatnya pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola
makan karena pengaruh globalisasi dan ragam aktivitas masyarakat. Pada sisi lain, ketersediaan
sumber daya lahan semakin berkurang, karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan
antara sektor pangan dengan sektor non pangan.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang rentan terhadap masalah kerawananan pangan
masih cukup tinggi proporsinya yaitu sebesar 9,98 %. Penyebab utama kerawanan pangan dan
kemiskinan adalah keterbatasan keterampilan yang dikuasai, sehingga kesulitan untuk
memasuki lapangan kerja, serta keterbatasan aset dan akses terhadap sumber daya untuk
mengembangkan usaha. Masalah kemiskinan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena itu
harus ada upaya perbaikan dan peningkatan kemampuan masyarakat miskin. Di antaranya
melalui pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan lain lain. Jika upaya tersebut tidak
dilakukan, dikhawatirkan masyarakat miskin tersebut akan semakin terpuruk dan semakin menderita.
Secara umum potensi dan peluang dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan,
adalah besarnya jumlah penduduk sebagai pasar produk pangan sekaligus penggerak ekonomi
nasional. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi merupakan penunjang bagi
efektivitas manajemen pembangunan ketahanan pangan, yang juga menunjang pengembangan
ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Di sisi ketersediaan pangan, selain masih tersedia sumber
daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal untuk produksi pangan, juga tersedia teknologi untuk
meningkatkan produksi bahan pangan primer maupun olahan. Adapun peluang pengembangan sistem
distribusi pangan ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan alat transportasi yang apabila
didayagunakan dapat membuka keterisolasian daerah terpencil.
Di bidang konsumsi, potensi peningkatan juga ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi,
kegiatan promosi dan advokasi, serta dukungan organisasi masyarakat sebagai infrastruktur sosial yang
membantu proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat.
Dengan jumlah penduduk sekitar 47.432 juta jiwa pada tahun 2015 dan terus bertambah 1.47 persen
per tahun, maka Jawa Barat merupakan potensi pasar yang sangat besar. Penduduk ini juga merupakan
agen pelaku usaha di bidang pangan yang menggerakkan perkonomian daerah maupun nasional.
Sebagian besar PDB (Produk Domestik Bruto) setelah periode krisis dibangkitkan dari konsumsi
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
domestik lebih dari 65 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kegiatan
ekonomi pangan masyarakat memiliki peran penting dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Penggunaan rekayasa teknologi informatika untuk pengembangan sistem dan jaringan data
dan informasi sangat menunjang dalam pemantapan ketahanan pangan. Informasi yang di
susun di antaranya mengenai peta-peta produksi, distribusi, konsumsi, dan sistem deteksi dini kerawanan
pangan yang terkoneksi antar daerah dan dengan pusat.
Pengembangan usaha peternakan merupakan bagian penting dari pembangunan pertanian yang
disamping bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat luas juga harus mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah
berupaya melaksanakan serangkaian kebijakandan program, namun demikian kendala yang dihadapi
cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat
perkembangan populasi dan produktivitas ternak yang ditunjang oleh pemberian pakan yang belum
memadai sehingga belum tercapainya kesejahteraan peternak sebagai subyek pembangunan. Kondisi ini
terjadi akibat belum tercapainya keserasiana ntara penyediaan sarana produksi dengan tingkat
pengetahuan /keterampilan masyarakat dalam manajemen usaha peternakan, sedangkan permintaan
pangan hewani saat ini terus meningkat dari tahun ketahun, hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk.
Kendala utama yang dihadapi sector peternakan saat ini meliputi kendala dari faktor pakan, struktur
genetik, kesehatan hewan, faktor teknis lain seperti air, sosio-ekonomi dan kelembagaan (kepemilikan
lahan, kebijakan ekonomi seperti kebijakan harga dan perdagangan, kekurangan modal investasi).
Disamping itu keengganan perbankan yang mau membiayai sektor pertanian, salah satunya yaitu non-
performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Jumlah tertinggi pada sub-sektor pertanian yang berada di atas
rata-rata NPL sampai 1,94%.
A. Akses Keuangan
Akses keuangan yakni keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan, produk keuangan yang tidak
sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Selain itu, ketiadaaan
jaminan dan administrasi yang rumit.
Indikator Aspek:
1. Keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan
2. Produk keuangan yang tidak sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan
perikanan
3. Ketiadaaan jaminan
4. Administrasi yang rumit
B. Ketersediaan Informasi dan Rendahnya Literasi Keuangan:
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Ketersediaan informasi dan rendahnya literasi keuangan, banyak UMKM yang kekurangan informasi terkait
sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat pembiayaan. Hambatan lainnya, kurangnya sosialisasi dan
edukasi, tidak tersedianya database calon debitur, dan kepercayaan perbankan pada sektor kemaritiman
relatif rendah.
Indikator Aspek:
1. Banyak UMKM yang kekurangan informasi terkait sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat
pembiayaan
2. Kurangnya sosialisasi dan edukasi
3. Tidak tersedianya database calon debitur
4. Kepercayaan perbankan pada sektor kemaritiman relatif rendah.
C. Linkage & Sinergi:
Linkage dan sinergi perlu dukungan program pemerintah, perlu linkage antara bank dengan perusahaan
asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit daerah, BPR, dan koperasi, serta dukungan
perusahaan telekomunikasi
Indikator Aspek:
1. Perlu dukungan program pemerintah
2. Perlu linkage antara bank dengan perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit
daerah, BPR, dan koperasi
3. Perlu dukungan perusahaan telekomunikasi
D. Infrastruktur:
Infrastruktur. Hambatan infrastruktur diakibatkan kurang meratanya ketersediaan jaringan telekomunikasi
dalam mendukung jangkauan layanan keuangan, rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan
usaha pertanian, peternakan, dan perikanan, serta dukungan regulasi sektor jasa keuangan.
Indikator Aspek:
1. Kurang meratanya ketersediaan jaringan telekomunikasi dalam mendukung jangkauan layanan
keuangan
2. Rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan, dan
perikanan
3. Dukungan regulasi sektor jasa keuangan
Sesuai dengan kenyataannya bahwa pada tahun ini (2015) tejadi sedikit penurunan kredit
perbankan pada sekor riil pertanian dari Tahun sebelumnya, seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia.
Namun Demikian Bank Indonesia juga berupaya terus mengkoordinasikan dan mensinergikan pelaksanaan
tugas dan kewenangan dengan Kementerian Pertanian. Pada 2 Desember 2015, Gubernur Bank Indonesia
dan Menteri Pertanian menandatangani kerja sama dalam rangka peningkatan kapasitas dan
pemberdayaan sektor pertanian. Cakupan kerjasama terdiri atas:
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
1. Peningkatan kapasitas usaha di bidang pertanian, khususnya komoditas penyumbang inflasi;
2. Pengembangan usaha di sektor pertanian, khususnya skala mikro, kecil dan menengah yang
dilakukan petani, Kelompok Tani (Poktan), dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam rangka
peningkatan akses dan jangkauan keuangan;
3. Fasilitasi pemberdayaan kepada lembaga keuangan di sektor pertanian, penyelia mitra tani (PMT),
dan penyuluh pertanian;
4. Implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk layanan keuangan di bidangpertanian
dalam rangka mewujudkan Less Cash Society dan perluasan akses keuangan;
5. Penelitian dan pengembangan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
Kementerian Pertanian;
6. Pertukaran data dan/atau informasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
Kementerian Pertanian; dan
7. Sosialisasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan Kementerian Pertanian
antara lain terkait kewajiban penggunaan Uang Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam rangka pembinaan, monitoring dan evaluasi fasilitasi penguatan permodalan dalam
mengembangakan usaha di sektor peternakan, Bidang Pengembangan Usaha beserta mitra kerja di
Kabupaten/Kota telah melaksanakan kegiatan fasilitasi usaha dalam upaya mensosialisasikan berbagai
layanan kredit perbankan melalui kerjasama dengan bank-bank yang ada di daerah.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB. III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan dan distribusi,
konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan
dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai
bidang tugasnya.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas mempunyai fungsi:
penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan bidang pertanian, sub urusan
peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi; penyelenggaraan ketahanan pangan dan pertanian, sub urusan
peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi; penyelenggaraan administrasi Dinas; penyelenggaraan evaluasi
dan pelaporan Dinas; dan penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Berikut ini disampaikan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat seperti pada tabel 3.1.
Tabel 8. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Aspek Kajian Capaian/Kondisi
Saat Ini
Standar yang
Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Internal (Kewenangan
OPD)
Eksternal (Di luar
Kewenangan OPD)
1 2 3 4 5 6
1. Ketersediaan dan Distribusi
Ketersediaan
Energi dan protein selama tiga tahun terakhir
menunjukkan penurunan. Energi turun 1%/tahun,
Protein turun 7,72/tahun
NBM
Tersedianya alokasi untuk peningkatan produksi pangan lokal
Kebutuhan pangan terus meningkat
Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian
Menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan
Lambatnya penerapan
Untuk memenuhi ketersediaan energi 2.000 kkal dan protein 57 gr/kapita/hari masih tergantung pada pangan impor/luar daerah
Lemahnya koordinasi lintas sector
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Aspek Kajian Capaian/Kondisi
Saat Ini
Standar yang
Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat
Internal (Kewenangan
OPD)
Eksternal (Di luar
Kewenangan OPD)
1 2 3 4 5 6
Distibusi belum
berjalan secara efisien yang menyebabkan terjadinya ketidak stabilan harga pangan.
Tingginya Prosentase Penduduk rawan pangan 13,02%
BPS
Sistem pasar pangan yang belum efektif.
Belum terdatanya penduduk rawan pangan
tekonologi akibat kurangnya insentif ekonomi;
Anomali iklim dan menurunnya kualitas lingkungan
Terbatasnya
prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil
Berbagai pungutan telah mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi pada berbagai produk pangan
Rendahnya
daya beli masyarakat
Tingginya pangsa pengeluaran pangan (lebih dari 60%)
Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses pangan
Lemahnya koordinasi lintas sector.
Lemahnya koordinasi lintas sektor
2. Konsumsi dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kualitas konsumsi masyarakat masih rendah, skor PPH 70,2 poin. Aparatur yang menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan masih terbatas.
Pengembangan informasi
ketahanan pangan dan peternakan masih terbatas
BPS Terbatasnya diversifikasi pangan
Terbatasnya produksi pangan lokal
Terbatasnya peningkatan sumber daya manusia.
Terbatasnya
optimalisasi penggunaan SDM, sarana
prasarana dan anggaran
Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang bergizi berimbang, aman dan halal
Budaya masyarakat “belum makan bila tidak makan nasi”
Terbatasnya
alokasi dana
untuk peningkatan sumber daya manusia.
Kebijakan
penganekaragam pangan belum optimal
Belum optimalnya pelayanan bidang
ketahanan pangan dan peternakan.
Belum maksimalnya koordinasi kelembagaan ketahanan pangan dan
peternakan. Terbatasnya jumlah
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Aspek Kajian Capaian/Kondisi
Saat Ini
Standar yang
Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat
Internal (Kewenangan
OPD)
Eksternal (Di luar
Kewenangan OPD)
1 2 3 4 5 6
Pengembangan
kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan
masih belum optimal Pengembangan
sistem monitoring dan evaluasi belum optimal
Ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang ketahanan pangan dan peternakan belum optima
untuk
peningkatan pelayanan kepada
masyarakat bidang ketahanan pangan dan
peternakan
pemerintah pusat
Kebijakan anggota dewan di daerah yang
mendukung upaya peningkatan pelayanan
masyarakat terhadap ketahanan pangan dan
peternak
SDM pengelola
teknologi informasi bidang ketahanan pangan dan peternakan
3. Produksi peternakan
Belum terpenuhinya kebutuhan
bibit ternak (khususnya sapi potong, sapi perah,
kerbau) Peningkatan
kualitas bibit
ternak terus diupayakan
Optimalisasi penggunaan SDM, sarana
prasarana dan dana yang dimiliki
Kebijakan pemerintah pusat
Kebijakan
anggota dewan di daerah
Ketersediaan
dukungan anggaran
Komitmen
pemerintah dalam meningkatkan penyediaan bibit
ternak, khususnya sapi potong, sapi perah, kerbau.
Program pembibitan ternak di masyarakat, membutuhkan biaya yang besar dan waktu
yang lama. Program pembibitan ternak kurang
memberikan keuntungan yang memadai.
Adanya
peningkatan usaha budidaya
Tersedianya
teknologi dan dukungan infrastruktur
sarana dan prasarana.
Tersedianya
pabrik/pengolah
pakan ternak skala besar, sedang dan kecil
Kualitas /mutu pakan ternak yang belum
sesuai standar Ketersediaan
hijauan pakan
ternak kurang
Ketersediaan
dukungan anggaran
Komitmen
pemerintah dalam meningkatkan
usaha budidaya peternakan
Optimalisasi
pembinaan
dan pengawasan mutu pakan ternak.
Optimalisasi pemanfaatan teknologi
pakan ternak
Kebijakan
pemerintah pusat Kebijakan
anggota dewan di daerah.
Tersedianya
bahan baku pakan konsentrat.
Pemanfaatan
ketersediaan lahan untuk pakan hijauan ternak yang
optimal.
Belum optimalnya
pemanfaatan teknologi budidaya peternakan.
Pembinaan dan pengawasan mutu
pakan ternak belum optimal.
Terbatasnya jumlah petugas pengawas mutu pakan ternak.
4. Kesehatan Hewan dan Kesmavet
Masih adanya kasus penyakit
hewan
Optimalisasi pengamatan, pencegahan
dan
Kebijakan yang mendukung dari pemerintah pusat
Kelembagaan
Terbatasnya fasilitas dan SDM (medik dan paramedik veteriner)
pelayanan kesehatan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Aspek Kajian Capaian/Kondisi
Saat Ini
Standar yang
Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat
Internal (Kewenangan
OPD)
Eksternal (Di luar
Kewenangan OPD)
1 2 3 4 5 6
menular
strategis. Lalu lintas
hewan masih
sulit diawasi Masih adanya
obat hewan
yang beredar belum terdaftar dan
diregristrasi
pengendalian
penyakit hewan menular
strategis. Tersedianya
sarana
pelayanan kesehatan hewan
Adanya
regulasi yang mewadahi pengawasan
lalu lintas hewan dan obat hewan
yang menangani
fungsi kesehatan hewan dan pengawasan obat
hewan di Kabupaten/Kota
Adanya anggaran
dan fasilitasi di Kabupaten/Kota yang menjadi skala prioritas
hewan.
Masih adanya Rumah
Potong Hewan yang dikelola pemerintah
belum memenuhi persyaratan
Belum
optimalnya penerapan kesejahteraan
hewan (kesrawan) di Rumah
Potong Hewan Penerapan
higiene
sanitasi di unit pangan asal hewan belum optimal
Masih adanya produk hewan yang beredar
belum memenuhi persyaratan
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Lalu lintas
produk hewan masih sulit diawasi.
Pembinaan dan fasilitasi
Rumah Potong Hewan
Sertifikasi Nomor Kontrol
Veteriner Kemampuan
laboratorium
untuk pengujian produk hewan
Adanya
regulasi yang yang mewadahi
pengawasan lalu lintas produk hewan
Kebijakan pemerintah pusat
Kebijakan Kabupaten/Kota
Kelembagaan
yang menangani fungsi kesehatan masyarakat
veteriner di Kabupaten/Kota yang menjadi
skala prioritas Adanya anggaran
dan fasilitasi
berupa sarana dan prasarana di Kabupaten/Kota yang menjadi
skala prioritas Tersedianya SDM
Kesehatan Masyarakat Veteriner di Kabupaten/kota
Terbatasnya fasilitas dan SDM (medik dan paramedik veteriner)
kesehatan masyarakat veteriner.
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yaitu“Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua”.
Memperhatikan Visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup
nasional, regional, maupun global.
Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya masyarakat yang produktif, berdaya saing, dan mandiri
2. Melahirkan SDM yang terdidik, terampil, inovatif dan berdaya saing tinggi melalui kolaborasi dengan
institusi pendidikan-penelitian
3. Perwujudan tata kelola pemerintahan (governance) sebagai provinsi modern yang bermutu dan
akuntabel, handal, efektif serta efisien.
4. Tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan
namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal.
5. Berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi dan sosial
1. Kemajuan seluruh elemen yang ada di masyarakat baik masyarakat, wilayah maupun pelaku usaha.
2. Berbasis pada ketahanan keluarga sebagai dasar pengokohan sosial masyarakat .
3. Merupakan perpaduan antara kesejahteraan lahiriah/materil dengan kesejahteraan bathiniah/jiwa.
4. Memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya serta membangun kepercayaan diri kolektif.
1. Hasil pembangunan dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat Jawa Barat
2. Hasil pembangunan yang berkeadilan dan tersebar di Kabupaten/Kota, kecamatan dan desa/kelurahan
sebagai satu kesatuan Jawa Barat
3. Keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi
pembangunan serta berperan aktif dalam pergaulan dunia
4. Keterbukaan informasi pembangunan dan terwujudnya jejaring komunikasi bagi seluruh institusi dan
masyarakat
Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan
permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka
ditetapkan 5 (lima) misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:
Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan tujuan
membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif,
dengan tetap memepertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya.
Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan, dengan tujuan mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan Melalui Profesionalisme Tata Kelola dan Perluasan
Partisipasi Publik, dengan tujuan meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik serta pembangunan partisipatif, mewujudkan pemerintahan
modern, mrewujudkan profesionaliusme pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang kompeten serta
mewujudkan stabilitas di daerah.
Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dengan Pembangunan Infrastruktur Strategis
yang Berkelanjutan, dengan tujuan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan
pembangunan serta meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi dan
pelayanan dasar.
Misi Kelima, Mengokohkan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan Melalui Peningkatan Peran Pemuda,
dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),
mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatkan prestasi olahraga, melestarikan
seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan mengembangkan pariwisata yang berdaya saing, serta
mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia.
Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut dijabarkan oleh Organisasi Perangkat Daerah sesuai
tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, sebagai salah satu OPD,
yang mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah bidang peternakan
berdasarkan asas otonomi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, mengemban amanah untuk
mewujudkan Misi Kedua Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun perekonomian yang kokoh
dan berkeadilan.
Berdasarkan telaahan terhadap Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta analisis faktor
internal dan eksternal di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka
dalam rangka memberikan pelayanan di bidang ketahanan pangan dan peternakan yang lebih baik kepada
masyarakat, serta mengacu pada visi Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat maka Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat menetapkan Visi tahun 2013-2018 yaitu :
“Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun
2018”
Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dirumuskan dengan tetap
mengacu pada Visi Pemerintah Daerah Jawa Barat sebagai induk organisasinya. Pada visi tersebut ada
beberapa kata kunci yang menjadi pedoman bagi pembangunan peternakan di Jawa Barat, yaitu :
1. Institusi andal, berarti sebagai lembaga yang cermat dan mendalam dipercaya dalam membangun
kemandirian pangan dan protein hewani yang kokoh.
2. Kemandirian pangan, berarti dapat mengelola, menghasilkan, mengolah, memanfaatkan dan dapat
memenuhi kebutuhan sendiri yang tidak tergantung kepada fihak lain.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Protein hewani, berarti protein yang sempurna yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memenuhi
kebutuhan gizi dengan tujuan untuk mencerdaskan dan membangun masyarakat Jawa Barat yang
sehat seutuhnya.
4. Arti dari VISI tersebut adalah bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
berkeinginan menjadi dinas yang memiliki kemampuan dan komitmen mengelola, menghasilkan,
mengolah dan memanfaatkan produksi pangan hewani yang beranekaragam dari dalam negeri guna
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Jawa Barat Tahun 2018.
Selanjutnya dengan mengacu pada Misi Jawa Barat yang berhubungan erat dengan tugas pokok dan
fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, khususnya berkenaan dengan Misi
kedua Jawa Barat yaitu “Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan”, maka Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat menetapkan Misi sebagai berikut:
Misi 1 : Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan.
Misi 2 : Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak
Misi 3 : Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat
berbasis sumberdaya lokal
Misi 4 : Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang
berwawasan lingkungan dan berdaya saing
Misi 5 : Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner yang kondusif.
Tabel 9. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat Terhadap Penetapan Visi, Misi dan Program Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat
Visi: “JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”
No. Misi dan Program
KDH dan Wakil KDH Terpilih
Permasalahan Pelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1. Misi 2: “Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan” Urusan Wajib Ketahanan Pangan : Program 1: Peningkatan Ketahanan Pangan Urusan Pilihan Pertanian : Program 1: Peningkatan produksi pertanian Program 2: Pemberdayaan
a. Masih rendahnya kesejahteraan petani sebagai pelaku produksi pangan dan peternakan
b. Semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan pangan dan peternakan
c. Belum optimalnya peningkatan produksi dan produktivitas ternak
d. Masih terbatasnya sumber daya manusia bidang pangan dan ternak
e. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh
a. Tidak stabilnya harga pangan dan ternak di tingkat petani
b. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan peruntukan peternakan.
c. Kompetensi aparatur Dinas yang menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan.
d. Belum maksimalnya tingkat koordinasi di internal dinas ataupun dengan
a. Adanya program peningkatan usaha ekonomi produktif di pedesaan.
b. Komitmen pimpinan daerah dalam peningkatan ketahanan pangan, khususnya pangan asal hewani.
c. Peraturan Gubernur Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.
d. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dibeberapa Kab./Kota di
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Visi: “JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”
No. Misi dan Program
KDH dan Wakil KDH Terpilih
Permasalahan Pelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
sumberdaya pertanian Program 3: Pencegahan dan penanggulangan penyakit tanaman, ternak, dan ikan Program 4: Pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan
seluruh lapisan masyarakat jawa barat.
f. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor pangan dan ternak.
g. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan.
h. Masih adanya penyakit-penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa
dinas lainnya terkait program yang terintegrasi
e. Belum optimalnya pelayanan UPTD yang sesuai dengan tupoksinya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak.
f. Belum optimalnya koordinasi antar stakeholder yang terkait dengan peternakan
Jawa Barat terdapat Dinas yang khusus menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan.
e. Peraturan Gubernur Nomor 89 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
f. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan dan mempunyai akses yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
1. Renstra Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian R.I
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup,
aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan
secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Sejalan dengan amanat Undang-Undang
Pangan tersebut, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
memprioritaskan peningkatan kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk
mewujudkan agenda pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
Dalam rangka meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan tersebut, maka kebijakan umum
dalam RPJMN 2015-2019 diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan
dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan kualitas konsumsi
pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan
kesejahteraan pelaku usaha pangan.
Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015-2019 Kementerian Pertanian akan
fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis padi, jagung, kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-
kerbau serta komoditas pertanian lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Pemantapan ketahanan pangan tersebut, harus berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan yang
didukung oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang terintegrasi.
Pencapaian ketahanan pangan yang mantap merupakan wahana penguatan stabilitas ekonomi dan
politik, dan jaminan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau. Selain itu juga sebagai
perwujudan komitmen bangsa untuk ikut serta mewujudkan tujuan pembangunan global (Millennium
Development Goals/MDGs) dalam menurunkan kemiskinan dan kelaparan. Indonesia telah berhasil
mencapai target MDGs poin 1 (satu) dengan menurunkan proporsi tingkat kelaparan dari 19,9 persen di
tahun 1990-1992 hingga menjadi 8,6 persen pada tahun 2010-2012. Prestasi ini melebihi penurunan angka
proporsi yang ditargetkan dalam MDG yaitu sebesar 9,9 persen (catatan FAO, Juni 2013). Badan
Ketahanan Pangan, melalui program seperti Desa Mandiri Pangan, Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, dan Lumbung Pangan Masyarakat, aktif
memberdayakan masyarakat agar keluar dari lingkaran kemiskinan.
RENSTRA BKP TAHUN 2015-2019 (REVISI KE-1) 2 Upaya memantapkan ketahanan pangan
menuju kemandirian pangan, menghadapi tantangan dan permasalahan yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri. Pemenuhan kebutuhan pangan pokok dari produksi dalam negeri, dihadapkan pada
permasalahan antara lain: (i) konversi lahan pertanian yang terus berlanjut karena perkembangan industri
dan lokasi pemukiman; (ii) perluasan lahan yang terkendala baik kualitas tanah maupun kepemilikan lahan
di luar jawa; (iii) perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi pangan; dan (iv) agribisnis
pangan yang belum optimal sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
Sementara itu, situasi ekonomi dan perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup
kuat terhadap ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan yang begitu
dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri. Dalam menghadapi tantangan dan
permasalahan ketahanan pangan tersebut, Badan Ketahanan Pangan selaku Sekretariat Dewan
Ketahanan Pangan berperan secara aktif untuk mengoordinasikan, mensinkronkan dan mendorong seluruh
pemangku kepentingan baik secara horizontal maupun vertikal dalam mewujudkan ketahanan pangan
sampai tingkat perseorangan dengan berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan secara
berkesinambungan.
Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 disusun sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
jangka menengah untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan sampai tingkat perseorangan, yang
tercermin dari menurunnya jumlah penduduk rawan pangan, stabilnya harga dan pasokan pangan pokok,
dan meningkatnya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Renstra tersebut akan dijabarkan
dalam rencana kegiatan tahunan dengan memperhatikan evaluasi tahunan dan perkembangan kebijakan
dan kebutuhan masyarakat.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
2. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian R.I
Kewenangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I
diantaranya mengatur beberapa kebijakan dan regulasi untuk mewadahi aspirasi masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani asal ternak, dan kebutuhan untuk industri. Memasuki
periode pembangunan jangka menengah 2010-2014, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian R.I menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014;
dan sesuai dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan maka tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014 adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis
bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal yaitu dalam rangka : (1)
Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing, (2)
Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis, (3) Menyediakan pangan asal
hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
peternak.
Tujuan yang tercantum dalam Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2010-2014 tersebut diatas menunjukkan bahwa peranan Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan adalah untuk mendongkrak pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang ada di
masyarakat di Daerah.Oleh karena itu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan
salah satu aktor penting dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan selain aktor-aktor lainnya
yaitu para peternak dan kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan perbankan. Dengan
berbagai kendala yang ada, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian
R.I dalam menjalankan perannya telah mendorong dan melakukan upaya koordinasi yang melibatkan
seluruh pelaku guna meningkatkan pembangunan daerah salah satunya dalam produksi peternakan.
Selaras dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I tersebut, pembangunan peternakan di Jawa Baratpun tidak
dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat semata, akan tetapi perlu dukungan dari stakeholders
lainnya seperti Legislatif, Instansi Vertikal yang ada di Pusat, wilayah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah
Daerah Kabupaten dan Kota, serta masyarakat termasuk dunia usaha didalamnya yang berkewajiban untuk
melaksanakan program-program yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam menyusun
Rencana Strategis Tahun 2013-2018 mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I. dan RPJMD Provinsi Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I menetapkan
arah kebijakan dan strateginya sebagai bagian dari 12 program yang dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian, yang mengemban satu program nasional yaitu Swasembada Daging Sapi/KerbauTahun 2014
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
dengan sasaran produksi 624.364 ton atau kenaikan rata-rata 7,49% pertahun. Strategi yang ditempuh oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu :
1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi;
2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
lokal;
3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri;
4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah;
5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor;
6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner.
Selain mengacu kepada Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian R.I juga mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Barat 2013-2014, bahwa pada Misi Kedua yang tercantum didalam RPJMD
Provinsi Jawa Barat yang merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) 2005-2025 dimana pada saat ini merupakan tahap memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dalam rangka penyiapan kemandirian masyarakat Jawa Barat, yaitu "Membangun
Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan"; maka ditetapkan tujuan Misi Provinsi Jawa Barat adalah
Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Mengurangi Disparitas Ekonomi antar Wilayah
dengan sasaran Misinya adalah Meningkatkan Daya Saing Usaha Pertanian. Sedangkan strategi dan arah
kebijakan strategis untuk mencapai sasaran Misi Provinsi Jawa Barat serta indikator kinerja program
masing-masing adalah:
Strategi : Meningkatkan produksi, inovasi dan nilai tambah hasil pertanian, perkebunan dan peternakan.
Arah Kebijakan dengan indikator kinerja program :
1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan, dengan
indikator kinerja program meningkatnya produksi peternakan untuk jumlah produksi daging, jumlah
produksi telur dan jumlah produksi susu;
2. Peningkatan kinerja sumber daya dan kelembagaan pertanian, perkebunan dan peternakan, dengan
indikator kinerja program jumlah peserta pelatihan bidang peternakan;
3. Peningkatan kuantitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dan ternak, dengan indikator kinerja
program jumlah kasus penyakit hewan (anthrax, avian influenza, brucellosis, rabies);
4. Pengembangan usaha dan sarana prasarana pengolahan serta pemasaran produk pertanian,
perkebunan dan peternakan, dengan indikator kinerja program jumlah pembinaan penerapan sistem
jaminan mutu produk peternakan.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tabel 10. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Pertanian Beserta Faktor Pendorong dan Penghambat Keberhasilan Penangannya
No. Sasaran Jangka
Menengah Renstra Kementerian Pertanian
Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi
Faktor
Penghambat Pendorong
1.
2.
3.
4.
5.
Badan Ketahanan Pangan Kementan RI Makin berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan minimal 1 % setiap tahun Menurunnya konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1,5 % diimbangi dengan kenaikan konsumsi umbi-umbian dan sumber protein hewani dan nabati, sehingga tercapai peningkatan kualitas konsumsi masyarakat dengan skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2015 sebesar 78,3. Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat Meningkatnya penanganan keamanan pangan segar melalui peningkatan peran produsen dan kepedulian konsumsi. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Swasembada daging sapi pada tahun 2014 dengan target produksi daging sapi sebesar 624.364 ton di tahun 2014 atau kenaikan rata-rata 7,49%/tahun. Sedangkan target produksi ternak lainnya pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
daging kerbau: 39.657 ton
daging kambing:
Tingginya prosentase penduduk rawan pangan (13,02 %) Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras, dengan rata-rata konsumsi per tahun sebesar 90,59 Kg/kapita Belum efektifnya pola distribusi pangan yang menyebabkan tidak stabilnya harga pangan Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan Sering terjadi ketidak sinambungan antara program pemerintah dengan program di daerah
a. Semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan peternakan
b. Makin tingginya harga agroinput sebagai salah satu faktor produksi
c. Terbatasnya kemampuan modal peternak
d. Masih lemahnya daya tawar peternak/kelompok
Belum teridentifikasinya Penduduk Rawan Pangan
Budaya masyarakat yang mengganggap ”belum makan bila belum makan nasi”
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diversifikasi pangan
Kelembagaan pemasaran hasil-hasil pangan belum berperan optimal sebagai penyangga kestabilan distribusi dan harga pangan. Rendahnya kepedulian produsen dalam menghasilkan produk pangan yang aman
Lemahnya koordinasi antara pemerintah di berbagai tingkatan pemerintah
a. Provinsi Jawa Barat bukan sebagai daerah produksi daging sapi melainkan sebagai daerah konsumsi. Dengan demikian, peningkatan populasi sapi potong ditujukan untuk mengurangi ketergantungan yang besar terhadap daerah luar provinsi
b. Keterbatasan anggaran menjadi permasalahan
Adanya Data Kemiskinan hasil PPLS, by name by addres
Berkembangnya teknologi pembuatan beras analog
Telah terbitnya SK Gub Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 60 Tahun 2010 tentang Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
Terpantaunya Informasi pasokan dan harga pangan secara periodik Telah dibentuk Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah
Telah dibentuk Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat
a. Komitmen pimpinan
daerah dalam peningkatan ketahanan pangan, khususnya pangan asal ternak
b. Banyaknya perusahaan agroinput, pengolahan produk ternak, penggemukan sapi dan sebagainya yang berdomisili di Jawa Barat sehingga bisa mendorong perkembangan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No. Sasaran Jangka
Menengah Renstra Kementerian Pertanian
Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi
Faktor
Penghambat Pendorong
85.700 ton
daging domba: 74.994 ton
daging babi: 247.420 ton
daging ayam buras: 400.806 ton
daging itik:33.032 ton
telur : 1.791.609 ton
susu : 1.470.237 ton
peternak terhadap pedagang agroinput dan pasca produksi
e. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor, khususnya bahan baku pakan, obat-obatan hewan, dan daging sapi
f. Timbulnya penyakit-penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa.
tersendiri dalam mendukung upaya pembangunan peternakan
peternakan c. Terdapatnya beberapa
UPT Pusat dan UPTD khusus dibidang peternakan yang dibangun di Jawa Barat
d. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan karena tingginya jumlah penduduk di Jawa Barat
e. Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.
Tabel 11. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten/Kota
No. Sasaran Jangka
Menengah Renstra OPD Kabupaten/Kota
Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi
Faktor
Penghambat Pendorong
1. 2.
Pengembangan Desa Mandiri Pangan Peningkatan populasi ternak.
Masih tingginya tingkat kerawanan pangan di Jawa Barat. Masih rendahnya populasi ternak : a. Semakin terbatasnya
lahan untuk pengembangan peternakan
b. Makin tingginya harga agroinput sebagai salah satu faktor produksi
c. Terbatasnya kemampuan modal peternak
d. Masih lemahnya daya tawar peternak/kelompok peternak terhadap pedagang agroinput dan pasca produksi hewan, dan daging sapi
g. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor, khususnya bahan baku pakan, obat-obatan hewan, dan daging sapi
e. Timbulnya penyakit-penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa
Tidak semua Kabupaten/kota memiliki data kerawanan pangan. Belum tercapainya kinerja peternakan yang berkualitas : a. Keterbatasan anggaran
menjadi permasalahan tersendiri dalam mendukung upaya pembangunan peternakan
b. Belum optimalnya pelaksanaan tupoksi
Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN. a. Komitmen pimpinan
daerah dalam peningkatan ternak
b. Banyaknya perusahaan agroinput, pengolahan produk ternak, penggemukan sapi dan sebagainya yang berdomisili di Jawa Barat sehingga bisa mendorong perkembangan peternakan
c. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan karena tingginya jumlah penduduk di Jawa Barat
d. Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan
kawasan adalah wilayah yang memilki fungsi utama lindung atau budidaya.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara
Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di
Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang
andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui
salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor
pertanian lebih diutamakan. Namun setiap tahun untuk luas lahan pertanaian selalu mengalami alih fungsi
lahan dari lahan sawah ke lahan non sawah.
Pengurangan lahan sawah (konversi) baik secara nasional maupun menurut propinsi dan
kabupaten menunjukkan angka yang bervariasi. Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan data hasil
Survey Pertanian (SP) diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu 18 tahun (1981-1998) di Jawa telah
terjadi pengurangan lahan sawah seluas 1 juta hektar atau rata-rata sekitar 55 ribu hektar per tahun.
Namun karena adanya kegiatan pencetakan lahan sawah baru, maka luas lahan sawah yang
tersedia di Jawa sebenarnya menyusut sekitar 484 ribu hektar atau sekitar 27 ribu hektar per tahun.
Secara umum konversi lahan sawah lebih banyak terjadi pada propinsi atau kebupaten/kota yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang relatif tinggi, serta kabupaten/kota yang
merupakan penyangga pusat-pusat pertumbuhan. Di Jawa Barat adalah Kab. Bogor, Kab. Bekasi, Kab.
Karawang, Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Depok.
Kegiatan konversi lahan sawah cenderung menimbulkan penurunan produksi per satuan lahan
yang semakin besar dari tahun ketahun, sebaliknya pencetakan sawah cenderung memberikan dampak
peningkatan produksi per satuan lahan yang semakin kecil.
Kecenderungan demikian terjadi karena konversi lahan sawah sesmakin bergeser ke daerah
dengan teknologi usahatani yang cukup tinggi, sedangkan pencetakan lahan sawah semakin bergeser ke
daerah dengan teknologi usahatani yang semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan
sumberdaya alam (lahan dan air) yang potensial bagi pencetakan sawah semakin terbatas.
Dengan demikian, pada kenyataannya bahwa penurunan produksi Padi tidak bisa dihindarkan.
Akibat konversi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) diperhitungkan secara
akumulasi telah hilang sebesar 50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Bila dihitung
setara beras, maka kehilangan produksi pangan tersebut adalah sekitar 1,7 juta ton beras pertahun. Jumlah
kehilangan produksi beras tersebut hampir sebanding dengan jumlah impor beras pada tahun 1984-1997
yang berkisar 1,5 – 2,5 juta ton beras per tahun. Artinya, apabila konversi lahan sawah dapat ditekan, maka
hal itu akan memberikan dampak yang cukup besar bagi pangadaan beras nasional. Upaya pengendalian
konversi lahan sawah ini menjadi cukup mendesak mengingat pertumbuhan produksi pada akhir-akhir ini
mengalami stagnasi akibat kendla kejenuhan teknologi.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Pengurangan produksi akibat terjadinya konversi lahan sawah terbesar adalah di propinsi Jawa
Timur dengan proporsi 44,2 persen (22,5 juta ton Padi) dari total pengurangan produksi di Jawa.
Sedangkan urutan kedua dan ketiga adalah di Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 15,9 dan 10,8
juta ton Padi.
Sudah cukup banyak upaya pemerintah untuk pengendalian konversi lahan sawah ini. Namun
pendekatan yang diterapkan baru sebatas pendekatan hukum (law enfercement) yang masih banyak
kelemmahannya. Sehingga peraturan-peraturan tentang lahan belum mampu mengendalikan kegiatan
konversi lahan sawah di Jawa. Tiga kelemahan mendasar adalah : (1) obyek lahan yang dilindungi dari
kegiatan konversi terutama ditentukan olehkondisi fisik lahan (contoh: irigasi teknis) padahal kondisi fisik
tersebut begitu mudah untuk dimodifikasi dengan rekayasa tertentu; (2) Pertaturan-peraturan yang
bertujuan untuk mencegah konversi lahan secara umum lebih bersifat himbauan dan tidak dilengkapi
dengan sangsi yang jelas, baik yang menyangkut besarnya sangsi maupun pihak yang dikenai sangsi; (3)
Kelemahan-kelemahan tersebut pada gilirannya membuka peluang bagi aparat daerah tertentu untuk
meraih keuntungan pribadi dari kegiatan konversi lahan dengan dalih untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah.
Implikasi Kebijakan Fakta empirik membuktikan bahwa konversilahan sawah di Jawa telah
memberikan dampak yang sangat nyata bagi penyediaan pangan (beras). Oleh karena itu peningkatan
kapasitas produksi pangan menjadi kata kunci, baik melalui pencetakan sawah maupun meningkatan
kapasitas irigasi seperti rehabilitasi jaringan irigasi dan investasi pompa.
Khususnya di Jawa, dalam pengendalian konversi lahan sawah disamping pendekatan
lawnemforcement yang selama ini sudah berjalan, perlu didukung oleh peraturan lainnya pengawasan dan
penerapan sangsi yang adil. Disamping itu pendekatan ekonomi seperti melalui kompensasi, dan pajak
adalah perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan hasil telaahan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis seperti pada tabel berikut :
Tabel 12. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Provinsi
No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi Terhadap Pelayanan
SKPD
Catatan Bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecukupan pangan sampai ditingkat individu
- Dinamika pembangunan memberi pengaruh terhadap alih fungsi lahan, keterbatasan infrastruktur, konservasi tanah dan air - Potensi bencana cukup tinggi
Ketahanan pangan wilayah harus tetap terjaga.
Peningkatan ketersediaan, Stabilisasi harga, keamanan pangan dan pencapaian skor PPH.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi Terhadap Pelayanan
SKPD
Catatan Bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD
2. Peningkatan Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian
Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semiteknis dengan produktivitas yang tinggi. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan sawah mempunyai potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas nasional dalam mewujudkan pasokan pangan yang aman untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap. Oleh sebab itu kebijaksanaan yang secara khusus ditujukan untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke penggunaan lain sangat dirasakan urgensinya. Agar implementasi kebijaksanaan efektif, sistem perhitungan mengenai kerugian akibat konversi lahan sawah harus komprehensif dan pada saat yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan, pendataan, dan dokumentasi mutasi lahan.
- Penurunan Produksi Pangan - Konversi lahan sawah di Jawa telah memberikan dampak yang sangat nyata bagi penyediaan pangan (beras)
Pengendalian konversi lahan sawah disamping pendekatan law emforcement yang selama ini sudah berjalan, perlu didukung oleh peraturan lainnya, pengawasan dan penerapan sangsi yang adil. Disamping itu pendekatan ekonomi seperti melalui kompensasi, dan pajak adalah perlu dipertimbangkan.
Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semi teknis
dengan produktivitas yang tinggi. Konversi lahan sawah juga mengakibatkan degradasi kualitas irigasi pada
lahan sawah sekitarnya. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan sawah mempunyai
potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas nasional dalam mewujudkan pasokan pangan yang aman
untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap. Oleh sebab itu kebijaksanaan yang secara khusus
ditujukan untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke penggunaan lain sangat dirasakan urgensinya.
Agar implementasi kebijaksanaan efektif, system perhitungan mengenai kerugian akibat konversi lahan
sawah harus komprehensif dan pada saat yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan,
pendataan, dan dokumentasi mutasi lahan.
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Isu strategis yang tertuang di dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat mencakup aksesibilitas dan
mutu pelayanan pendidikan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, ketersediaan dan pelayanan
infrastruktur, penanganan kemiskinan dan pengangguran, penanganan bencana alam, pengendalian
lingkungan hidup, penanganan ketenagakerjaan, pemerintahan dan politik, pengendalian kependudukan,
pemberdayaan ekonomi, apresiasi budaya daerah dan pemerintahan otonom.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Memperhatikan isu-isu strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terkait dengan dinamika
perkembangan masalah pembangunan ketahanan pangan dan peternakan di Provinsi Jawa Barat baik
kualitas maupun kuantitasnya, maka terdapat beberapa isu strategis yaitu :
1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
2. Masih rendahnya kualitas konsumsi protein hewani di masyarakat
3. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras
4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis
5. Masih rendahnya ketahanan pangan rumah tangga di wilayah rawan pangan
6. Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan
7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak
8. Masih terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak
9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan peruntukan peternakan
10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak
11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan;
12. Masih tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis;
Tabel 13. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Rencana Tata Ruang Wilayah Terkait Tugas
dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan
Permasalahan Pelayanan Dinas Peternakan Prov
Jabar
Faktor
Penghambat Pendorong
1.
2.
Pengembangan Desa Mandiri Pangan Pengembangan PKN, PKW dan pusat pengembangan yang berada di wilayah pengembangan Provinsi Jawa Barat mempersempit lahan peternakan sehingga diperlukan inovasi baru dalam budi daya ternak
Masih tingginya tingkat kerawanan pangan di jawa barat.
Pelayanan belum dapat dilaksanakan secara optimal
1. Tidak semua Kab./Kota memiliki data desa rawan pangan.
2. Belum sinerginya pelayanan karena lemahnya koordinasi antar instansi
3. Masih kurangnya tenaga teknis peternakan
4. Semakin terbatasnya lahan untuk peternakan
1. Adanya dukungan anggaran APBN
2. Adanya dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk mengembangkan investasi
3. Adanya kebutuhan investor dan calon investor akan jasa layanan Dinas Peternakan
Tabel 14. Permasalahan Pelayanan OPD Berdasarkan Analisis KLHS serta Faktor Penghambat dan
Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No. KLHS terkait tugas pokok dan fungsi
Permasalahan Pelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1. 2.
Kondisi iklim yang tidak stabil (anomali iklim) dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen yang menimbulkan kondisi Rawan Pangan Banyaknya daerah
Belum semua Desa memiliki lumbung pangan masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya Rawan Pangan Lambannya antisipasi
Belum terdatanya lumbung pangan yang dibangun oleh masyarakat Terbenturnya birokrasi dalam
Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN Tersedianya cadangan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No. KLHS terkait tugas pokok dan fungsi
Permasalahan Pelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
3.
rawan bencana alam Kontribusi sektor peternakan terhadap perekonomian Jawa Barat Penyerapan tenaga kerja di sektor peternakan Dampak investasi sektor peternakan Kerjasama antar instansi Pengurangan efek rumah kaca dari sektor peternakan
dalam penyaluran bantuan pangan terhadap korban bencana alam a. Belum maksimalnya
pelaksanaan tupoksi yang dikaitkan dengan RT/RW
b. Seringkali terhambatnya program karena dibatasi tahun anggaran
penyaluran cadangan pangan a. Belum optimalnya akses
informasi peternakan b. Rendahnya tingkat
partisipasi generasi penerus yang mau berusaha di bidang peternakan
c. Ada beberapa regulasi yang menghambat perkembangan sektor peternakan, misalnya masalah pencemaran udara, retribusi ataupun pajak
d. Sebagai sektor penghasil limbah, sektor peternakan sering menjadi tumpuan kesalahan penyebab polusi sehingga sektor ini harus mempunyai rentah yang cukup jauh dengan permukiman penduduk
pangan pemerintah dalam jumlah yang cukup a. Sudah diterbitkannya
Undang-undang peternakan yang baru sebagai pedoman bagi sektor peternakan
b. Banyak peternak dan perusahaan peternakan yang telah memanfaatkan teknologi penanganan limbah menjadi biogas ataupun kompos
Tabel 14. Skor Penentuan Isu Strategis
1 Kriteria Bobot
1 Memiliki pengaruh yang lebih besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran Renstra Ditjen PKH atau Renstra Provinsi
20
2 Merupakan tugas dan tanggungjawab 20
3 Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik 20
4 Mempunyai daya ungkit untuk pembangunan daerah 15
5 Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani 10
6 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan 15
Total 100
Tabel 15. Nilai Skala Kriteria
No Isu Strategis Nilai Skala ke- Total
1 2 3 4 5 6
1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
20 20 20 15 10 10 95
2. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani 15 20 20 15 10 10 90
3 Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras
15 20 15 15 10 10 85
4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 20 20 15 15 10 10 90
5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah
20 15 15 15 10 10 85
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No Isu Strategis Nilai Skala ke- Total
1 2 3 4 5 6
6. Masih ditemukannya kasus ketidaknyamanan pangan 15 20 15 15 10 10 85
7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 20 15 15 10 10 10 80
8. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 15 15 15 10 10 10 75
9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan untuk peternakan
20 20 20 15 10 10 95
10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 15 15 10 10 10 10 70
11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan
15 20 15 10 10 10 80
12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis
15 15 15 15 10 10 80
Tabel 16. Rata-Rata Skor Isu Strategis
No. Isu-Isu Strategis Total Skor
Rata-rata Skor
1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
95 15,83
2. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani di masyarakat 90 15,00
3 Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras 85 14,16
4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 90 15,00
5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah
85 14,16
6. Masih ditemukannya kasus ketidaknyamanan pangan 85 14,16
7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 80 13,33
8. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 75 12,50
9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan untuk peternakan
95 15,83
10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 70 11,66
11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan
80 13,33
12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis 80 13,33
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata skor isu strategis, maka dapat diurutkan isu strategis dari nilai tertinggi
sampai dengan terendah sebagaimana tabel di bawah ini :
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tabel 17. Urutan Hasil Perhitungan berdasarkan rata-rata skor Isu Strategis
No. Isu-Isu Strategis Total Skor
Rata-rata Skor
1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
95 15,83
2. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan untuk peternakan
95 15,83
3. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani 90 15,00
4. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras 90 15,00
5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah
85 14,16
6. Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan 85 14,16
7. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 85 14,16
8. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 80 13,33
9. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan
80 13,33
10. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 80 13,33
11. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 75 12,50
12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis 70 11,66
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB. IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
Dalam upaya mendukung terwujudnya Visi dan Misi Jawa Barat yaitu “Maju dan Sejahtera
untuk Semua”, serta mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis pembangunan Ketahanan
Pangan dan Peternakan di Jawa Barat, maka Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat pada Tahun 2013 – 2018 adalah :
“Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun
2018”
Arti dari VISI tersebut adalah bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
berkeinginan menjadi dinas yang memiliki kemampuan dan komitmen mengelola, menghasilkan, mengolah
dan memanfaatkan produksi pangan hewani yang beranekaragam dari dalam negeri untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Jawa Barat Tahun 2018.
Mengacu kepada Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dimaksud
maka Misi yang akan dilaksanakan pada Tahun 2013 – 2018 adalah sebagai berikut :
Misi 1 : Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan.
Misi 2 : Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak
Misi 3 : Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis
sumberdaya lokal.
Misi 4 : Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan
lingkungan dan berdaya saing.
Misi 5 : Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner yang kondusif.
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat
4.2.1. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan fungsi ketahanan pangan dan peternakan oleh Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah :
1. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan
2. Meningkatkan akses pangan masyarakat.
3. Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman
dan halal berbasis sumberdaya lokal.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
4. Meningkatkan populasi, produksi, nilai tambah produk peternakan dan usaha peternakan
berkelanjutan.
5. Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
4.2.2. Sasaran
Sasaran strategis penyelenggaraan fungsi ketahanan pangan dan peternakan oleh Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah :
1. Meningkatnya kinerja sumber daya dan kelembagaan pangan dan peternakan.
2. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.
3. Stabilitas pasokan dan harga pangan.
4. Menurunnya jumlah daerah rawan pangan
5. Meningkatnya aksesibilitas pasar hasil peternakan.
6. Meningkatnya kualitas pangan dan gizi
7. Meningkatnya keamanan pangan
8. Meningkatnya populasi, produksi, nilai tambah produk peternakan.
9. Meningkatnya usaha peternakan yang ekonomis.
10. Terfasilitasinya kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan.
11. Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa.
12. Meningkatnya kualitas dan keamanan produk hewan.
Tabel 17. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014 – 2018
No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja
Target Kinerja Sasaran (%)
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Target Target Target Target Target
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Visi : "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018"
Misi 1. Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan
1.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan
1.1.1 Meningkatnya kinerja sumber daya dan kelembagaan pangan dan peternakan
1.1.1 Prosentase kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan (%)
75 75 75 75 75
1.1.2 Jumlah kelompok yang meningkatkan usahanya (kelompok)
30 30 30 30 30
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja
Target Kinerja Sasaran (%)
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Target Target Target Target Target
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Misi 2. Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak
2. 1. Meningkatkan akses
pangan masyarakat.
2.1.1 Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.
2.1.1.1 Skor Pola Pangan Harapan Tingkat Ketersediaan (Point).
89 89 89 89 89
2.1.1.2 Jumlah tonase cadangan pangan pokok pemerintah (Ton)
400 400 0 400 0
2.1.1.3 Jumlah cadangan pangan masyarakat (Kelompok)
500 70 500 200 250
2. 1.2 Stabilitas pasokan dan harga pangan
2.1.2.1. Persentase Capaian Stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis (%)
100 100 100 100 100
2.1.3 Menurunnya prosentase daerah rawan pangan
2.1.3.1 Prosentase intervensi lokasi potensi rawan pangan (Desa)
20 40 60 70 100
2.1.4 Meningkatnya aksesibilitas pasar hasil peternakan.
2.1.4.1 Jumlah pelaku usaha yang bisa mengakses pasar regional dan nasional (buah)
5 5 5 5 5
2.1.4.2 Jumlah sarana pemasaran peternakan di kab/kota yang memenuhi standar pelayanan minimal SOP (buah)
5 5 5 5 5
Misi : 3. Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal
3.1 Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang
beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal berbasis sumberdaya lokal
3.1.1 Meningkatnya kualitas pangan dan gizi
3.1.1.1 Persentase tingkat konsumsi pangan (%)
100 100 100 100 100
3.1.1.2 Energi (kkal/Kap/hr) 1999 2000 2050 2100 2150
3.1.1.3 Protein (gr/Kap/hr) 54 55 56 56 56
3.1.1.4 Protein hewani /dagin , telur, susu)
(gr/Kap/hr
80 85 90 95 100
3.1.1.5 Skor Pola Pangan Harapan tingkat konsumsi
72 72 78 80 82
3.1.2 Meningkatnya keamanan pangan
3.1.2.1 Persentase sampel komoditi pangan segar yang tersertifikat (%)
85 85 85 88 90
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja
Target Kinerja Sasaran (%)
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Target Target Target Target Target
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Misi : 4. Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing
4.1 Meningkatkan populasi, produksi, nilai tambah produk peternakan dan usaha peternakan berkelanjutan
4.1.1 Meningkatnya populasi, produksi, nilai tambah produk peternakan
4.1.1.1 Jumlah produksi yang dihasilkan (ton) :
- Daging 715.901 741.709 768.495 797.661 827.497
- Telur 204.344 210.664 217.235 224.089 233.232 - Susu 252.557 261.792 268.797 276.079 283.655 4.1.1.2 Jumlah Populasi
ternak (ekor) :
- Sapi Potong 401.024 447.978 466.272 486.402 508.730
- Sapi Perah 109.024 140.555 143.774 148.156 152.709
- Kerbau 109.386 138.017 143.594 149.670 156.318 - Domba` 9.942.711 11.022.084 12.285.690 13.754.734 15.487.426 - Kambing 2.367.031 2.420.985 2.477.171 2.535.756 2.596.099 - Ayam Ras Petelur 13.211.939 13.572.330 13.941.114 14.331.790 14.727.929 - Ayam Ras
Pedaging 120.026.952 125.785.511 131.860.302 138.506.124 145.638.730
- Ayam Buras 27.352.287 28.117.785 28.939.719 29.841.442 30.867.468
- Itik 9.417.538 9.801.117 10.207.731 10.626.370 11.057.756
4.1.2 Meningkatnya usaha peternakan yang ekonomis.
4.1.2.1 Prosentase pelaku usaha yang berdaya saing (%)
10 10 10 10 10
4.1.3 Terfasilitasinya kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan
4.1.3.1 Jumlah kawasan usaha peternakan (kawasan)
5 5 5 5 5
Misi : 5.Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.
5.1 Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
5.1.1 Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa
5.1.1.1 Jumlah kasus penyakit hewan menular strategis dan zoonosa :
- Anthtrax
(kasus/tahun)
0 0 0 0 0
- Rabies (kasus/tahun)
0 0 0 0 0
- Al (kasus/tahun) 65 60 55 50 45
- Brucellosis (prevalensi %)
4 3.5 3 2.5 2
5.1.2 Meningkatnya kualitas dan keamanan produk hewan
5.1..2.1 Prosentase produk peternakan yang sesuai SNI (%) :
- Daging 60 62 65 68 70 - Telur 60 62 65 68 70 - Susu 50 51 52 53 55 5.1.2.2 Jumlah unit usaha
yang mendapat sertifikat / rekomendasi teknis sistem jaminan mutu (unit)
48 54 52 54 56
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
4.3.1 Strategi
Strategi dalam penyelenggaraan pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Tahun 2013-
2018 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan
dan peternakan.
2. Meningkatkan kapasitas produksi pangan melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan
dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan
air.
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem distribusi dan perdagangan pangan melalui
pengembangan infrastruktur distribusi, pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar
daerah serta membuka daerah yang terisolir, pengembangan sistem informasi pasar, dan penguatan
lembaga pemasaran daerah.
4. Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam
pemenuhan pangan sebagai implementasi Pemenuhan hak atas pangan.
5. Pengembangan jaringan pemasaran hasil peternakan dan membuka pasar hasil peternakan di daerah
yang terisolir.
6. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) melalui promosi konsumsi pangan lokal (umbi-
umbian), sayuran dan buah-buahan, serta pangan hewani.
7. Pengembangan dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal melalui
pengkajian berbagai teknologi tepat guna dan terjangkau mengenai pengolahan pangan berbasis
tepung umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya.
8. Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan.
9. Pengembangan dan penerapan teknologi peternakan.
10. Optimalisasi kinerja sumber daya dan kelembagaan peternakan.
11. Peningkatan kinerja sumberdaya dan kelembagaan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner.
4.3.2. Kebijakan
Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 dalam
penyelenggaraan pelayanan ketahanan pangan dan peternakan adalah :
1. Peningkatan Dewan ketahanan Pangan
2. Peningkatan manajemen kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan
3. Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
4. Pengembangan dan Penguatan lembaga dIstribusi pangan, dan lembaga akses pangan masyarakat.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
5. Pembangunan Sistem aplikasi KM 0 Pro Poor sbg rujukan penanganan kemiskinan berdasarkan
pendekatan by name by address by picture.
6. Peningkatan sistem informasi pasar hasil peternakan, dan penguatan lembaga pemasaran hasil
ternak daerah.
7. Penetapan Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai salah satu indiaktor keberhasilan Pembangunan
Daerah dalam RPJMD Jawa Barat Tahun 2013-2018.
8. Implementasi Pergub No. 60 TH 2010 tentang Perce-patan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Potensi Lokal
9. Optimalisasi Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) yang telah dibentuk
berdasarkan Keputusan Gub. Nor 501/Kep.236-BKPD/2010 Tahun 2010 tentang Penunjukan Badan
Ketahanan Pangan Daerah sebagai pelaksana Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah Jawa
Barat
10. Peningkatan kuantitas, kualitas, keamanan produk hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
11. Pengembangan usaha, prasarana dan sarana peternakan.
12. Pengembangan usaha, prasarana dan sarana peternakan.
Tabel 18. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
VISI : “Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018”
MISI I : Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
1.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan
1.1.1 Meningkatnya kinerja sumber
daya dan kelembagaan pangan dan peternakan
Meningkatkan kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan dan peternakan
Peningkatan Dewan
ketahanan Pangan
Peningkatan manajemen
kelembagaan ketahanan
pangan dan peternakan
MISI II : Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
2.1 Meningkatkan
akses pangan
masyarakat.
2.1.1 Tersedianya
pangan dalam
jumlah yang
cukup
Meningkatkan kapasitas produksi
pangan melalui penetapan lahan
abadi untuk produksi pangan
dalam rencana tata ruang wilayah
dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta sumberdaya
lahan dan air.
- Implementasi Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 27
Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
2.1.2 Stabilitas
pasokan dan
harga pangan
Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi sistem distribusi dan
perdagangan pangan melalui
pengembangan infrastruktur
distribusi, pengembangan
jaringan pemasaran dan distribusi
- Pengembangan dan Penguatan
lembaga dIstribusi pangan, dan
lembaga akses pangan
masyarakat.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
antar daerah serta membuka
daerah yang terisolir,
pengembangan sistem informasi
pasar, dan penguatan lembaga
pemasaran daerah.
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
2.1.3 Menurunnya
jumlah daerah
rawan pangan
Mendorong, mengembangkan dan
membangun, serta memfasilitasi
peran serta masyarakat dalam
pemenuhan pangan sebagai
implementasi Pemenuhan hak
atas pangan.
Pembangunan Sistem aplikasi
KM 0 Pro Poor sbg rujukan
penanganan kemiskinan
berdasarkan pendekatan by
name by address by picture
2.1.4 Meningkatnya
aksesibilitas
pasar hasil
peternakan
Pengembangan jaringan
pemasaran hasil peternakan dan
membuka pasar hasil peternakan
di daerah yang terisolir.
Peningkatan sistem informasi
pasar hasil peternakan, dan
penguatan lembaga pemasaran
hasil ternak daerah.
MISI III : Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal.
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
2.2 Meningkatkan
konsumsi dan
keamanan
pangan
masyarakat yang
beragam,
bergizi,
seimbang, aman
dan halal
berbasis
sumberdaya
lokal.
3.1.1 Meningkatnya
kualitas pangan
dan gizi
Peningkatan Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) melalui promosi
konsumsi pangan lokal (umbi-
umbian), sayuran dan buah-
buahan, serta pangan hewani.
Pengembangan dan percepatan
diversifikasi konsumsi pangan
berbasis pangan lokal melalui
pengkajian berbagai teknologi
tepat guna dan terjangkau
mengenai pengolahan pangan
berbasis tepung umbi-umbian
lokal dan pengembangan aneka
pangan lokal lainnya.
Penetapan Pola Pangan
Harapan (PPH) sebagai salah
satu indiaktor keberhasilan
Pembangunan Daerah dalam
RPJMD Jawa Barat Tahun
2013-2018.
Implementasi Pergub No. 60 TH
2010 tentang Perce-patan
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Potensi Lokal
3.1.2 Meningkatnya
keamanan
pangan
Penguatan pengawasan dan
pembinaan keamanan pangan
Optimalisasi Otoritas
Kompetensi Keamanan Pangan
Daerah (OKKPD) yang telah
dibentuk berdasarkan
Keputusan Gub. Nor
501/Kep.236-BKPD/2010 Tahun
2010 tentang Penunjukan
Badan Ketahanan Pangan
Daerah sebagai pelaksana
Otoritas Kompetensi Keamanan
Pangan Daerah Jawa Barat.
MISI IV : Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya
saing.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
2.3 Meningkatkan
populasi, produksi,
nilai tambah produk
peternakan dan
usaha peternakan
berkelanjutan
2.3.1 Meningkatnya
populasi,
produksi, nilai
tambah produk
peternakan.
Pengembangan dan penerapan
teknologi peternakan
Peningkatan kuantitas,
kualitas, keamanan produk
hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner
2.3.2 Meningkatnya
usaha
peternakan yang
ekonomis.
2.3.3 Terfasilitasinya
kawasan usaha
peternakan yang
berwawasan
lingkungan.
Optimalisasi kinerja sumber
daya dan kelembagaan
peternakan.
Pengembangan usaha,
prasarana dan sarana
peternakan
MISI V : Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
5.1 Meningkatkan status
kesehatan hewan dan
kesehatan
masyarakat veteriner.
5.1.1 Terkendalinya
penyakit hewan
menular
strategis dan
zoonosa.
5.1.2 Meningkatnya
kualitas dan
keamanan
produk hewan
Peningkatan kinerja
sumberdaya dan kelembagaan
kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner
Peningkatan pengendalian
penyakit penyakit hewan dan
keamanan produk hewan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB. V
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
5.1. RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI
JAWA BARAT TAHUN 2013 – 2018
Perencanaan pembangunan ketahanan pangan dan peternakan diarahkan untuk menghasilkan
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota dengan melibatkan peran masyarakat
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat dan organisasi non pemerintah yang berkepentingan dengan
kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat maupun
penanggung jawab).
Sebagaimana perencanaan pembangunan lainnya, perencanaan pembangunan ketahanan
pangan dan peternakan merupakan perpaduan perencanaan yang :
1) Partisipatif;
2) Dari atas (top-down)
3) Dari bawah (bottom-up)
Perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
(Stakeholder) terhadap koordinasi, promosi dan kerjasama penanaman modal. Pelibatan mereka adalah
untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Perencanaan dari atas merupakan media untuk penyesuaian sumber dana penegakan
rambu-rambu substansi serta administrasi; sementara perencanaan dari bawah dilaksanakan agar
rencana program benar-benar realistik sesuai kondisi, kebutuhan, dan potensi lapangan. Proses dari atas
dan dari bawah diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,
Provinsi,Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa. Ketiga pendekatan ini harus didasarkan pada data yang
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, komitmen dan integritas perencanaan disemua lapisan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional; pada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, sebagai
berikut :
1. Disusun Renstra sebagai acuan rencana program jangka menengah, mengacu pada RPJMD 2013-
2018;
2. Menindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja Anggaran
SKPD (RKA-SKPD);
3. Perumusan perencanaan dengan mengakomodasikan filosofi, konsep dan kebutuhan/Kondisi aktual
di bidang ketahanan pangan dan peternakan;
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
4. Merumuskan Jabaran Rencana Program Tahunan secara lebih “Holistik Integratif” : sesuai
kebutuhan, kemampuan di dalam konteks Pembangunan Daerah dan bidang lain, tidak Eksklusif
dan Konservatif;
5. Mencermati proporsi-proporsi antar ruang-ruang mata anggaran sehingga pembelanjaan menjadi
efisien, tidak ada biaya terbuang, kegiatan optimal mengacu pada rambu-rambu pekerjaan sosial.
Hal ini sangat perlu disadari, agar karakteristik program-program pembangunan ketahanan pangan
dan peternakan jelas dan terarah;
6. Membuka komunikasi, informasi, koordinasi yang lebih luas dan bermanfaat dengan Daerah,
Masyarakat, Dunia Usaha dan lintas sektor dalam proses perencanaan, untuk mempertegas
eksistensi, memperkaya muatan dan menyerap aspirasi; perhatian untuk jajaran Legislatif;
7. Sosialisasi, arah, isi, mekanisme rencana program memanfaatkan sumber yang tersedia secara
optimal, sehingga pemahaman dan keselarasan provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat menjadi
optimal, demikian pula dengan sosialisasi secara reguler dengan jajaran pengawasan sehingga
antara fungsi Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan benar-benar mengalir, antara lain
menghasilkan “Roling – Plan”.
8. Memperhatikan rambu-rambu penganggaran sesuai peruntukan sumber APBN (Dekonsentrasi dan
Tugas Perbantuan), sehingga perpaduan APBD-APBN dapat diarahkan untuk :
a. Meningkatkan Jangkauan Sasaran Program; dan
b. Meningkatkan Kualitas Pembangunan Ketahanan Pangan dan Peternakan;
5.2. PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2013-2018
Program adalah seperangkat kegiatan pembangunan yang diatur demikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan oleh seluruh stakeholder di dalam sektor peternakan secara terurut dan terukur. Di dalam
konteks pencapaian sasaran dan tujuan, seluruh kegiatan Dinas akan berada di dalam koridor program-
program Pembangunan Jawa Barat dan Pembangunan Nasional. Berdasarkan visi dan misi yang telah
ditetapkan, terdapat beberapa program besar di dalam sektor ketahanan pangan dan peternakan yang
juga mengacu kepada RPJMD Jawa Barat. Program-program yang direncanakan tersebut disajikan
berikut ini :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan sasaran meningkatnya cadangan pangan
pemerintah, meningkatnya ketersediaan informasi, harga dan akses pangan, menurunnya
konsumsi beras per kapita, meningkatnya pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan
meningkatnya penanganan daerah rawan pangan.
2. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran meningkatnya produksi,
produktivitas, dan kualitas produk peternakan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran meningkatnya kinerja
sumber daya pertanian Jawa Barat serta meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha
agribisnis
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak, dan Ikan, dengan
sasaran terkendalinya hama dan penyakit ternak
5. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan
dan Kehutanan, dengan sasaran meningkatnya sarana pemasaran hasil peternakan serta
meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil peternakan
6. Program Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah, dengan sasaran
tercapainya kesesuaian antara perencanaan dengan implementasi, terwujudnya kesesuaian
antara dokumen perencanaan provinsi dengan pusat dan kabupaten/kota, serta tersedianya
dokumen perencanaan daerah, baik berupa data spasial maupun data sektoral
7. Program pembinaan, Peningkatan Kapasitas, dan Pengembangan Aparatur, dengan sasaran
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan aparatur berbasis kompetensi
8. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan sasaran terpenuhinya kebutuhan dasar
operasional unit kerja lingkup Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
dalam mendukung tugas pokok dan fungsinya
9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana aparatur, dengan sasaran meningkatkan
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kerja aparatur sesuai standar daerah
10. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan sasaran terpeliharanya sarana
dan prasarana operasional unit kerja lingkup Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat
11. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan,
dengan sasaran meningkatkan pelayanan, pengelolaan, dan pelaporan keuangan daerah melalui
kesesuaian antara pelaporan capaian kinerja dengan peraturan yang berlaku
12. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah, dengan sasaran meningkatkan
pengelolaan data, sehingga data dan informasi pembangunan Jawa Barat tersedia tepat waktu,
akurat, dan disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan serta data dan informasi tersebut
tersimpan dalam sistem yang terintegrasi
13. Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan
Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, dengan tujuan meningkatnya ketersedianaan
pangan hewani, kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, ketersediaan
protein hewani asal ternakdan tersedianya daging sapi domestik
14. Program Peningkatan Nilai Tambah Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran, dan Eksport Hasil
Pertanian, dengan tujuan meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
berkelanjutan
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
15. Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian, dengan tujuan
terlaksananya pengembangan fasilitas dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air, irigasi pertanian, dan perluasan area
5.2.1. Rencana Kegiatan
Dalam Operasionalisasi kebijakan pembangunan ketahanan pangan dan peternakan di
Jawa Barat, dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pembangunan ketahanan pangan dan
peternakan, dimana kegiatan tersebut secara teknis sejalan dengan program-program Kementrian
Pertanian serta program Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kegiatan-kegiatan
tersebut adalah :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah
b. Penguatan Cadangan Pangan Masyarakat
c. Pengembangan Sumber Daya dan Cadangan Pangan
d. Analisis Ketersediaan Pangan di Jawa Barat
e. Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
f. Piloting Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan
g. Pemantauan Distribusi dan Pasokan Harga Pangan.
h. Penguatan Pemasaran dan Distribusi Pangan
i. Penguatan dan Pengembangan Lembaga Akses Pangan Masyarakat
j. Penguatan dan Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
k. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
l. Analisis Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Konsumsi
m. Lingkungan Bebas Rawan Pangan
n. Lomba Cipta Menu
o. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
p. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
q. Peningkatan Sumber Daya Manusia
r. Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat
s. Manajemen Kelembagaan dan Infrastruktur Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Pengembangan produksi ternak di Jawa Barat
b. Penguatan kualitas dan kuantitas bibit ternak dalam meningkatkan produktivitas
ternak
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas pakan ternak dalam mendukung produksi dan
produktivitas ternak
d. Pengembangan kawasan peternakan di Jawa Barat
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
e. Pengembangan dan penguatan perbibitan di UPTD
f. Pengembangan UPTD sebagai pusat pengembangan teknologi bibit berkualitas
di Jawa Barat
g. Pengendalian dan pengujian mutu pakan
3. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian , dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Pelatihan teknis peternakan
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak, dan Ikan,
dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan penyakit hewan
b. Pengujian dan penyelidikan penyakit hewan, obat hewan, dan pangan asal hewan
5. Program pemasaran dan pengelolaan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Pengembangan usaha peternakan, dan
b. Fasilitasi keamanan produk pangan asal hewan
6. Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan
Hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan
sumber daya lokal
b. Kegiatan peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal
c. Kegiatan peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya
lokal
d. Kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular stratergis dan
penyakit zoonosis
e. Kegiatan penjaminan pangan asla hewan yang aman dan halal serta pemenuhan
persyaratan produk hewan non pangan
f. Kegiatan peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang pertanian
7. Program Peningkatan Nilai Tambah Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran, dan Eksport
Hasil Pertanian, dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Kegiatan pengembangan mutu dan standarisasi pertanian
b. Kegiatan pengembangan pemasaran domestik
c. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil pertanian
8. Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian, dilaksanakan
melalui kegiatan :
a. Pengelolaan air irigasi untuk pertanian
b. Perluasan areal dan pengelolaan hasil pertanian
c. Fasilitas pupuk dan pertisida
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
d. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Dirjen Pemasaran dan Sarana
Pertanian
e. Pelayanan pembiayaan pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP)
5.3. KELOMPOK SASARAN
Dalam pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat t terdapat 2 ( dua ) kelompok sasaran, yaitu :
a. Kelompok Tani dan Ternak
Berkaitan pelayanan di bidang ketahanan pangan dan peternakan sasaran pelayanan adalah petani
dan peternak
b. Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota merupakan sasaran pelayanan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan
produksi dan produktivitas hasil ternak
5.4. PENDANAAN INDIKATIF
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan bidang ekonomi, dalam pendanaan diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan
yang proporsional, efisien dan efektif, dengan berprinsip pada pro growth, pro poor, pro job, pro
environment, pro public, melalui belanja langsung dan belanja tidak langsung yang bersumber dari APBD
Provinsi Jawa Barat.
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB. VI
INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN
DAN SASARAN RPJMD
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan.
Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau
indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode
RPJMD dapat dicapai.
Sesuai dengan araha kebijakan bidang ketahanan pangan dan peternakan, Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan Provinsi Jawa Barat telah menetapkan indikator kinerja yang akan dicapai Dinas dalam lima tahun
mendatang sebagai komitmen yang secara langsung mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD adalah
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 19. Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No Indikator
Kondisi Kinerja pada
awal periode RPJMD
2013
Target Capaian Setiap Tahun
Tahun ke Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode
RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018
1. Meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
70,2 74 76 78 80 82 80
2. Menurunnya Konsumsi Beras (Kg/kapita/th)
94,00 90 88 85 84 83 83
3. Penguatan cadangan pangan Pemerintah (ton beras)
200 200 200 200 200 200 200
4. Informasi pasokan, harga dan akses pangan (%)
66,70 100 100 100 100 100 100
5. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan (%)
80 85 85 85 88 90 90
6. Penurunan Daerah Rawan Pangan
813 713 613 513 413 313 313
7. Jumlah produksi daging (ton)
692.191 715.901 741.709 768.495 797.661 827.497 4.543.454
8. Jumlah produksi telur (ton)
198.854 204.344 210.664 217.235 224.089 233.232 1.288.418
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
No Indikator
Kondisi Kinerja pada
awal periode RPJMD
2013
Target Capaian Setiap Tahun
Tahun ke Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode
RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018
9. Jumlah produksi susu (ton)
242.929 252.557 261.792 268.797 276.079 283.655 1.585.809
10. Jumlah peserta pelatihan bidang peternakan (orang)
600 600 600 600 600 600 3.600
11. Jumlah kasus penyakit hewan Anthrax (kasus/tahun)
0 0 0 0 0 0 0
12. Jumlah kasus penyakit hewan Avian Influenza (kasus/tahun)
75 65 60 55 50 45 350
13. Jumlah kasus penyakit hewan Brucellosis (kasus/tahun)
4,24 4,00 3,50 3,00 3,50 2,00 2,00
14. Jumlah kasus penyakit hewan Rabies (kasus/tahun)
1 0 0 0 0 0 1
15. Jumlah kelompok penerapan sistem jaminan mutu (pelaku)
40 50 50 50 50 50 290
Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
BAB VII
PENUTUP
Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013-2018
merupakan komitmen bersama aparat Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018" Renstra akan menjadi Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Tahunan 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 yang berisikan rincian pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat , baik yang bersumber dari dana APBD maupun APBN.
Dalam tahap implementasi, amanat yang digariskan dalam Renstra ini, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kesungguhan dan dukungan dari semua pihak yang berkepentingan, di samping konsisten seluruh jajaran Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat terhadap komitmen tersebut di atas.