Download - referat bedah echa
BAB I
PENDAHULUAN
Beragam jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan
berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada
sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi
menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal.
Sebelum mengetahui gangguan yang dapat terjadi pada sistem
muskuloskeletal, ada baiknya perlu pemahaman lebih mendalam mengenai sistem
tersebut, bagian dari sistem muskuloskeletal, seperti tulang, sendi dan hubungan
antar tulang. Dengan adanya pemahaman baik dari segi anatomi, fisiologi, proses
pertumbuhan tulang dan yang lainnya, diharapkan akan lebih tepat mendiagnosis
gangguan yang dapat timbul pada sistem muskuloskeletal.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi Sistem Rangka
Sistem rangka terbentuk dari mesenkim, yang berasal dari lapisan
germinativum mesoderm dan dari krista neuralis. Mesoderm paraksial
membentuk serangkaian blok jaringan tersegmentasi di kedua sisi tabung
saraf yang dikenal dengan somiter di region kepala dan somit dari region
oksipital ke kaudal. Somit akan berdiferensiasi menjadi bagian ventromedial,
sklerotom dan bagian dorsolateral, dermiotom. Pada akhir minggu keempat,
sel-sel sklerotom membentuk jaringan yang terjalin longgar, mesenkim, atau
jaringan mudigah. Sel mesenkim memiliki ciri dapat bermigrasi melalui
banyak cara. Sel-sel ini dapat menjadi fibroblast, kondroblas atau osteoblas
(sel pembentuk tulang) (Sadler, 2006). Kemampuan mesenkim untuk
berdiferensiasi dipengaruhi oleh sekresi molekul WNT. Sekresi molekul
WNT akan meningkatkan β-catenin di mesenkim (Olsen, 2006).
Pada akhir minggu keempat perkembangan janin, tunas ekstremitas
mulai tampak sebagai kantong-kantong yang keluar dari dinding tubuh
ventrolateral. Pada awalnya, tunas-tunas ini masih terdiri dari inti mesenkim
yang berasal dari lapisan somatik mesoderm lempeng lateral yang akan
membentuk tulang dan jaringan ikat ekstremitas, dilapisi suatu lapisan
ektoderm kuboid (Sadler, 2006).
Ectoderm di batas distal ekstremitas menebal dan membentuk apical
ectodermal ridge (AER). Bubungan (ridge) ini menimbulkan pengaruh
induktif pada mesenkim sekitar, menyebabkannya tetap bertahan sebagai
populasi sel yang tidak berdiferensiasi dan cepat berproliferasi, yaitu progress
zone. Seiring dengan pertumbuhan ekstremitas, sel-sel yang terletak jauh dari
pengaruh AER mulai berdiferensiasi menjadi kartilago dan otot. Dengan cara
ini, perkembangan ekstremitas berlangsung secara proksimodistal (Sadler,
2006).
2
2.2 Histogenesis Kartilago dan Tulang
2.2.1 Kartilago
Muncul ketika embrio berumur 6 minggu. Pertumbuhan dimulai
dari sel-sel mesenkim yang mengalami kondensasi, berprolerasi, dan
berdiferensiasi menjadi kondroblas. Kondroblas mensekresikan serat-
serat kolagen dan subtansi dasar matriks sehingga terbentuk kondrosit.
Selanjutnya kondrosit akan terus menerus mengeluarkan matriks
sehingga kondrosit yang berdekatan akan saling mendorong sehingga
kartilago bertambah panjang (Sadler, 2006).
Sel-sel mesenkim yang letaknya diperifer akan berdiferensiasi
menjadi fibroblas. Fibroblas akan membentuk suatu jaringan ikat
kolagen, yaitu perikondrium (Sadler, 2006).
2.2.2 Tulang
Pertumbuhan tulang berlangsung dengan 2 cara :
a. Osifikasi intramembranosa (Gilbert, 2000)
Umumnya pada tulang pipih. Osifikasi berlangsung dalam
suatu membran yang dibentu oleh sel-sel mesenkim itu sendiri. Sel-
sel mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai
mensekresikan matriks dan subtansi interseluler membentuk osteosit.
Osteoblas yang terdapat diperifer tulang membentuk lapisan-lapisan
yang membuat tulang lebih tebal di bagian perifernya, ditambah lagi
dengan aktivitas osteoklas, akibatnya bagian tengah tulang akan
berongga. Pada rongga ini sel-sel mesenkim akan berdiferensiasi
menjadi sumsum tulang.
b. Osifikasi intrakartilago atau endokondral
Umumnya pada tulang panjang. Diawali dengan terbentuknya
tulang rawan, dimulai pada akhir periode mudigah. Pusat-pusat
osifikasi primer terdapat di semua tulang panjang ekstremitas pada
minggu ke-12 perkembangan. Dari pusat primer di batang atau
3
diafisis tulang, osifikasi endokondral secara bertahap menyebar ke
ujung-ujung model kartilago. Pada tingkat selular, sel-sel kartilago
akan berubah menjadi osteoblas lalu osteosit (Sadler, 2006).
Osifikasi pertama kali terjadi di diafisis (pusat osifikasi primer)
pada akhir masa embrionik. Pada diafisis sel-sel kartilago mengalami
3 hal yaitu : hipertropi, kalsifikasi matriks, serta kematian sel-selnya.
Selain itu perikondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga sel-
sel kartilago berubah menjadi osteoblast. Pada waktu lahir sebagian
besar diafisis telah mengalami osifikasi, sedangkan epifisis masih
berupa kartilago. Osifikasi sekunder dilempeng epifisis baru
berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi (Gilbert, 2000).
Saat lahir, diafisis tulang biasanya telah mengalami osifikasi
sempurna, tetapi kedua ujungnya, epifisis, tetap berupa kartilago.
Namun, segera sesudahnya, di epifisis muncul pusat-pusat osifikasi.
untuk sementara, lempeng kartilago tetap ada di antara lempeng ini,
lempeng epifisis yang berperan penting dalam pertambahan panjang
tulang. Osifikasi endokondral berlangsung di kedua sisi lempeng.
Ketika tulang telah mencapai panjang sepenuhnya, lempeng epifisis
lenyap dan epifisis menyatu dengan batang tulang (Gilbert, 2000).
Pada tulang panjang, lempeng epifisis ditemukan di masing-
masing ekstremitas, di tulang yang lebih kecil, misalnya falang,
lempeng tersebut ditemukan hanya di salah satu ekstremitas, dan di
tulang ireguler, misalnya vertebra, terdapat satu atau lebih pusat
osifikasi primer dan biasanya lebih dari satu pusat osifikasi sekunder
(Sadler, 2006).
2.3 Pertumbuhan Tulang
Pertumbuhan intertisial tidak dapat terjadi di dalam tulang. Oleh karena
itu, pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada
tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang
yaitu (Gilbert, 2000; Gilsanz dan Ratib, 2012) :
4
a. Tulang rawan artikuler. Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah
tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang
untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan
tulang terjadi pada seluruh daerah tulang.
b. Tulang rawan lempeng epifisis. Tulang rawan lempeng epifisis memberi
kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertumbuh memanjang. Pada
daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses yaitu :
1) Proses pertumbuhan. Adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan
dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang
2) Proses kalsifikasi. Kematian dan penggantian tulang rawan pada
daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi
endokondral.
Rangka manusia terbentuk pada akhir bulan kedua atau awal bulan
ketiga pada waktu perkembangan embrio. Tulang yang terbentuk mula-
mula adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan mesenkim
(jaringan embrional). Sesudah kartilago terbentuk, rongga yang ada di
dalamnya akan terisi oleh osteoblas.
Sel-sel osteoblas terbentuk secara konsentris yaitu dari dalam
keluar. Setiap sel melingkari pembuluh darah dan serabut saraf yang
membentuk sistem Havers. Substansi di sekitar tulang disebut matriks
tulang, tersusun atas senyawa protein. Selanjutnya terjadi pengisian kapur
dan fosfor sehingga matriks tulang menjadi keras. Pengerasan tulang
disebut osifikasi.
Proses pertumbuhan tulang manusia dimulai sejak janin berusia
delapan minggu sampai umur kurang lebih 25 tahun, bahkan lebih dari itu
masih terjadi pembentukan tulang.
5
a. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama
pada bagian tengah epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada
jaringan ikat pembungkus tulang rawan.
b. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk
sistem Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang
banyak mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.
c. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang.
Setelah mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat tulang akan
mengeras.
d. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk
daerah antara yang tidak mengalami pengerasan, disebut cakraepifisis.
Bagian ini berupa tulang rawan yang mengandung banyak osteoblas.
e. Bagian cakraepifisis terus mengalami penulangan. Penulangan bagian
ini menyebabkan tulang memanjang.
f. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak tulang
sehingga tulang menjadi berongga kemudian rongga tersebut terisi
oleh sumsum tulang.
6
2.4 Anatomi Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi (Snell, 2006) :
1) Tulang panjang (long bone), misalnya femur ,tibia, fibula, ulna, dan
humerus. Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan
dengan garis epifisis disebut metafisis. Didaerah ini sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan
daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis
akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2) Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
3) Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
4) Tulang tak beraturan (irregular bone), misalnya tulang vertebrata
5) Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.
Tulang terdiri atas tulang yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk
trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih
tebal dari pada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang anak
lebih cepat dibangdingkan orang dewasa. Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal
dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan
lapisan-lapisan berikut ini (Price dan Wilson, 2006):
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya
periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Fungsi periosteum antara lain :
1) Pertumbuhan tulang dalam ukuran lebarnya, berarti pertumbuhan
lapisan osteogenik yang lebih dalam dan lebih seluler.
2) Nutrisi tulang karena periosteum sangat tervaskularisasi dan
merupakan jalur masuk pembuluh darah untuk menembus tulang.
3) Regenerasi tulang setelah terjadi fraktur.
7
4) Sarana perlekatan untuk tendon dan ligament.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak.
Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki
sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang
yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa.
Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga.
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-
sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.
Pada tulang panjang, ada anatomi-anatomi khusus. Diafisis atau batang,
adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian
tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun
oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel
hematopoetik. Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis dan diafisis
tulang (Price dan Wilson, 2006).
8
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligament pada epifisis. Epifisis adalah
ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-rongga sumsum tulang
dengan mudah bersambungan. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan
longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang
dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang
yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
berhenti (Price dan Wilson, 2006).
2.5 Histologi Tulang
Jika tulang diiris melintang pada lapisan tulang yang padat, maka
terdapat lingkaran-lingkaran. Dalam pusat setiap lingkaran terdapat kanal
(saluran) Havers. Lempeng-lempeng tulang atau lamella tersusun konsentris
sekitar saluran dan diantara lempeng-lempeng itu terdapat ruangan kecil-kecil
yang disebut lakuna. Ruangan ini mengandung sel-sel tulang, saling
bersambungan satu dengan yang lainnya, dan juga disambungkan dengan
saluran Havers ditengah-tengah oleh saluran kecil bernama kanalikuli. Sistem
Havers yang lengkap terdiri dari (Junqueira, 2007) :
a. Saluran Havers dipusatnya berisi pembuluh darah dan saraf serta aliran
limfe
b. Lamella yang tersusun konsentris
c. Lacuna yang mengandung sel tulang
d. Kanalikuli yang memancar diantara lacuna dan menggandengkannya
dengan saluran Havers.
Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya
bersebelahan, mirip epitel selapis. Osteosit, yang berasal dari osteoblas,
terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela matriks. Hanya
ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Osteoklas berbentuk lebih besar dan
mengandung 5 hingga 50 inti (Junqueira, 2007).
9
Periosteum terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas.
Berkas serat kolagen periosteum, yang disebut serat Sharpey, memasuki
matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang (Junqueira, 2007).
Endosteum melapisi semua rongga di dalam tulang dan terdiri atas
selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat.
Karenanya, endosteum lebih tipis dari periosteum (Junqueira, 2007).
2.6 Fisiologi Tulang
Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari
benturan dan tempat melekatnya otot sehingga memungkinkan otot
melakukan pergerakan antara sambungan tulang yang satu dengan yang ;ain.
Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang utama aktivitas fisik (Tortora,
2009; Guyton dan Hall, 2009).
Tulang terdiri dari sel-sel, matrik ekstrakurikuler dan jaringan tulang.
a. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas (Price dan Wilson, 2006).
1) Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui
suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid, osteoblas mensekresikasikan sejumlah besar
fosfatase alkali dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfatase alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase
alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang
tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau
pada kasus metastasis kanker ke tulang.
2) Osteosit, adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsopsi. Tidak seperti osteoblas
dan osteosit, osteoklas megikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik yang memecahkan matriks tulang dan beberapa asam yang
10
melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah. Dalam keadaan normal, tulang mengalami
pembentukan dan absopsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali
pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi
pembentukan daripada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk
fungsi normal tulang. Keadaan ini dapat membuat tulang dapat
berespons terhadap tekanan yang meningkata dan mencegah terjadi
patah tulang, Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung
kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga
membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan.
Matriks organic yang sudah dapat berdegenerasi sehigga membuat
tulang relatif menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang
baru memerlukan matriks organik baru sehingga memberi tambahan
kekuatan pada tulang.
b. Matriks tulang, tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam
pada substansi dasar dan garam-garam anorganik sepertii fosfor dan
kalsium (Tortora, 2009).
1) Substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun
terutama dari kondroitin sulfat da sejumlah kecil asam hialuronat yang
bersenyawa dengan protein.
2) Garam-garam tulang berada dalam bentuk kalsium fosfat membentuk
suatu garam Kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks
kolagen dan proteoglikan. Kalsium merupana zat mineral penyusun
tulang terbesar, 99% kalsium terdapat dalam tulang dan 1% terdapat
dalam darah.
2.7 Biokimia Tulang
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak
terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktivitas fisiologis tulang
11
sebagai organ biokimia tulang. Komposisi tulang terdiri atas subtansi organic
33% dan subtansi inorganic 67%.
a. Subtansi tulang terdiri atas sel-sel tulang serta subtansi organic
intraselular atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari
matriks tulang (90%), sedangkan sisanya adalah asam hialuronat dan
kondroitin asam sulfat.
b. Subtansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfat dan sisanya
adalah magnesium, natrium, hidroksil, karbonat dan fluorida. Enzim
tulang adalah fosfatase alkali yang diproduksi oleh osteoblas yang
kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam produksi
organ matriks tulang sebelum terjadi kalsifikasi.
2.8 Metabolisme Tulang (Price dan Wilson, 2006; Guyton, 2009; Talwar dan
Srivastara, 2006)
Metabolisme tulang diatur beberapa hormon. Peningkatan kadar
hormone paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral
tulang, yang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsobsi dan bergerak
memasuki serum. Di samping itu, peningkatan kadar hormon paratriroid
secara perlahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas
sehingga terjadi dimeneralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.
Metabolisme kalsium dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang mengandung
99% dari serum fosfat tubuh. Kalsium beberapa fungsi penting dalam tubuh.
Fungsi penting kalsium dalam tubuh :
a. Dalam mekanisme pembekuan darah
b. Transmisi impuls neuromuscular
c. Keseimbangan asam-basa
d. Permeabilatas memberan sel
e. Sebagai pelekat (adhesiveness) diantara sel-sel
f. Memberi rigiditas dan kekuatan mekanik tulang
12
Pengaturan konsentrasi ion kalsium dan cairan ekstrasel sangat penting
dalam proses homeostatis asam-basa. Beberapa organ yang terlibat dalam
proses homeostatis pengaturan ion kalsium tersebut meliputi ginjal, intertinal,
dan tulang. Pada keadaan konsentrasi ion kalsium melebihi kisaran (kadar)
normal dalam cairan ekstrasel (>11mg/dl), organ intertinal dengan kalsitriol
akan berupaya menurunkan absorpsi ion kalsium ekstrasel. Ginjal kemudian
membiarkan pelepasan ion kalsium keluar bersama urine sehingga kadar ion
kalsium dalam ekstrasel dapat menurun. Tulang membantu proses penurunan
konsentrasi ion kalsium oleh osteoklas dan penguncian dan pengeluaran ion
kalsium dari matriks tulang oleh osteoblas. Pada keadaan konsentrasi ion
kalsium dibawah kisaran (kadar) normal dalam cairan ekstrasel (<8,5 mg/dl),
organ intestinal dengan kalsitriol akan berupaya menigkatkan absorpsi
kalsium dari ekstrasel. Ginjal kemudian mempertahankan ion kalsium agar
tidak keluar bersama urine sehingga kadar ion kalsium dalam ekstrasel dapat
tetap stabil. Tulang membantu kadar peningkatan konsentrasi ion kalsium ini
dengan mekanisme penigkatan simulasi pelepasan dan penyimpanan ion
kalsium oleh osteoklas tulang.
Vitamin D, mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin dalam
jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada
kadar hormone paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D, hormone
paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah
yang sedikit membantu kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus. Estrogen menstimulasi osteoblas.
Penurunan estrogen setelah menopause mengurangi akrtivitas osteoblastik,
yang menyebabkan penurunan matriks organic tulang. Umumnya, kalsifikasi
tulang tidak terpengaruh oleh osteoporosis yang terjadi pada wanita sebelum
usia 65 tahun. Akan tetapi, berkurangnya matriks organiklah yang merupakan
penyebab osteoporosis.
13
2.9 Mekanisme Kalsifikasi dan Resorpsi Tulang
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti,
namun disini akan dibahas garis besarnya.
Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium
dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam
aliran darah. Osteoblas berperan dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase.
Dalam keadaan biasa, darah dan cairan jaringan mengandung cukup ion fosfat
dan kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila terjadi
penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh
dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat
diperoleh dari pengaruh hormone parathyroid dan pemberian vitamin D atau
pengaruh makanan yang mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang
agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada
Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk
mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih tinggi
daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang
dapat larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan
khondrosit hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan
melepaskan fosfat dari senyawa organik yang ada di sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti
pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang
serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena
tulang akan dapat tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang
baru dari permukaan luarnya yang dibarengi dengan pengikisan tulang dari
permukaan dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas,
mencakup pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan
merupakan kolagen. Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3
14
kemungkinan : osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral
yang disusul dengan depolimerisasi molekul-molekul organic, osteoklas
menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan glikoprotein sehingga
garam mineral yang melekat menjadi bebas, sel osteoklas berpengaruh kepada
serabut kolagen.
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan
garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam
pada permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam
belum dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam
sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.
15
BAB III
KESIMPULAN
Sistem rangka terbentuk dari mesenkim, yang berasal dari lapisan
germinativum mesoderm dan dari krista neuralis. Pada akhir minggu keempat, sel-
sel sklerotom membentuk jaringan yang terjalin longgar, mesenkim, atau jaringan
mudigah. Sel mesenkim memiliki ciri dapat bermigrasi melalui banyak cara. Sel-
sel ini dapat menjadi fibroblas, kondroblas atau osteoblas (sel pembentuk tulang).
Pertumbuhan tulang berlangsung melalui dua cara, yaitu osifikasi
intramembranosa yang terutama terjadi pada tulang pipih, tulang tengkorak; dan
osifikasi endokondral yang terjadi pada tulang-tulang panjang.
Secara anatomi, pada tulang panjang terdapat bagian-bagian penting, yaitu
diafisis, epifisis, metafisis dan lempeng epifisis yang merupakan lempeng
pertumbuhan tulang.
Tulang terdiri dari sel-sel tulang, matriks ekstrakulikuler dan jaringan
tulang. sel-sel tulang, terdiri dari osteoblas sebagai pembangun tulang, osteosit
sebagai sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang padat dan osteoklas sebagai sel yang membantu
menungkinkan mineral dari matriks tulang dapat diabsorpsi.
Metabolisme tulang diatur beberapa hormon. Peningkatan kadar hormone
paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, yang
menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gilbert, S.F. 2000. Developmental Biology, 6th Edition. Sunderland (MA) :
Sinaver Associates.
Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta : EGC
Junqueira, C.L dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar, Teks dan Atlas, Edisi 10.
Jakarta : EGC
Olsen, B.R. 2006. Bone Embriology in American Society for Bone and Mineral
Research Journal, Chapter 1, p (2-11).
Price, S.A dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Sadler. T.W. 2006. Langman : Embriologi Kedokteran, Edisi 10. Jakarta : EGC
Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Talwar, G.P dan Srivastara, L.M. 2006. Textbook of Biochemistry and Human
Biology.
Tortora, G.J. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, 12th Edition. USA :
John Wiley and Son, Inc.
17
18