4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada kajian teori ini, membahas tentang IPA, model pembelajaran dan hasil
belajar.
2.2 Pengertian IPA
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang
sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki
upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam
semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat
rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti
“Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur
kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis,
diterima oleh akal sehat; sedang objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai
dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui pancaindera.
Pengetahuan Alam sudah jelas artinya yaitu pengetahuan tentang alam semesta dan
segala isinya.
Menurut Nash 1963 yang terdapat dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis (1991:3) dalam bukunya The Nature of Natural Sciences mengatakan bahwa
“Sciences is a way of looking at the world yaitu IPA itu suatu cara untuk mengamati
alam”. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia itu
bersifat analitas, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena
5
dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspekif
yang baru tentang objek yang diamatinya itu.
Trianto (2010:136-137) berpendapat bahwa, IPA adalah satu kumpulan teori
yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaanya secar umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembanganya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana, 1986 (dalam Trianto 2010:136)
IPA adalah salah satu proses ketrampilan. IPA sebagai proses ketrampilan
yang ada dalam pembelajaran. Selain menggunakan konsep-konsep, pembelajaran
juga mengunakan ketrampilan yang dikembangkan melalui fakta, konsep, dan
prinsip. Aspek-aspek ketrampilan proses IPA adalah:a) Pengamatan.b)
Pengklasifikasian. c) Pengukuran. d) Pengidentifikasian dan pengendalian variable. e)
Perumusan hipotesa.f) Perancangan Eksperimen. g) Penyimpulan hasil. h) Pemaparan
hasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh Srini (1996/1997:48-49).
Menurut Srini (1996/1997:2-3) yang disebut fakta dalam IPA adalah
pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-
peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Berdasarkan pengertian IPA yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan suatu proses keterampilan untuk mempelajari kehidupan sehari-hari
tentang alam semesta agar dapat menjelaskan, mengulang pengalaman dalam
peristiwa sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin
ilmu dari Physical sciences dan life sciences. Yang termasuk physical sciences adalah
ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogy, meteorology, dan fisika, sedangkan
life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology, citologi, dan seterusnya)
Usman Samatowa.
6
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
Sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science‟. Kata „science‟ itu sendiri
berasal dari kata dalam Bahasa Lati „scientia‟ yang berarti saya tahu. „Science‟ terdiri
dari cocial science (ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan
alam). Trianto (2010:136). Kata “IPA” merupakan singkatan dari Imu Pengetahuan
Alam . IPA merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”
secara singkat sering disebut “science: Natural artinya alamiah, berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu
Pengetahuan Alam atau science secara harfiah dapat disebut sebagi ilmu tentang alam
ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya
kita akan menggunakan IPA sebagai suatu istilah (Srini M. Iskandar, 1997: 2).
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembanganya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya
metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana, 1986 (dalam Trianto 2010:136). Adapun
pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh siswa. Jadi secara
singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan ojektif tentang alam semesta dan
segala isinya, Hendro Darmojo, 1992: 3 (dalam Usman Samatowa 2009). Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu
natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan alam (IPA) pengertianya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Usman Samatowa,
2009: 3). Berdasarkan segi istilah yang digunakan IPA berarti “ilmu” tentang
“pengetahuan alam “. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang
benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu
rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh akal sehat,
sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataanya, atau
7
sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Jadi, pengetahuan alam
merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Adapun pengetahuan
itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi, IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya
(Kendo dan Jenny, 1991: 3).
Berdasarkan pengertian IPA yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan bidang studi yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam yang tersusun secara teratur, sistematis dan berlaku umum yang
merupakan hasil dari observasi dan eksperimen, IPA juga menghasilkan produk yang
berupa fakta, prinsip, konsep, hukum, dan teori. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi
adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi.
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi Depdiknas, 2003:2 (dalam Trianto 2010:138).
IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan
kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD bertujuan untuk memupuk
minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.
8
Karakteristik kajian Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai
pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen,
pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala
yang dapat dipercaya.
2.2.2 Pendekatan –Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD
Pendekatan-pendakatan dalam pembelajaran IPA SD menurut Usman
Samatowa (2009: 3), yaitu sebagai berikut: Pendekatan keterampilan proses pada IPA
SD pengembangan keterampilan proses IPA dalam diri murid-murid adalah yang
paling tepat di dalam pembelajaran IPA. Keterampilan-keterampilan proses IPA
dapat ditransfer ke dalam disiplin ilmu yang lain dan keterampilan-keterampilan ini
tidak mudah dilupakan. Pendekatan keterampilan prose IPA memungkinkan murid-
murid merasakan hakikat IPA serta membuat mereka terampil melakukan kegiatan
sains. Dengan demekian mereka mempelajari juga fakta-fakta dan konsep-konse iPA.
Sebagai kesimpulan, dengan mempergunakan pendekatan keterampilan proses IPA
murid-murid mempelajari proses dan produk IPA.
Pembekajaran IPA dengan pendekatan inquiri
Proses-proses inquiri adalah menemukan masalah, menyudun hipotesis,
merencanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis.
Mensintesis pengetahuan mengemabangkan beberapa sikap yaitu sikap obyektif,
ingin tahu, terbuka, dan bertanggung jawab. Jadi pendekatan inquiri lebih
menekankan pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. Dalam
pelaksanaan pendekatan inquiri keterampilan guru bertanya berperan penting dalam
membimbing murid-murid melakukan semua kegiatan yang dipandang perlu.
Pembelajaran IPA SD dengan pendekatan STM.
Sains Tenologi Masyarakat (STM) merupakan istilah yang diberikan kepada
usaha mutakhir untuk menyajikan konteks dunia nyata dalam pedidikan sains dan
pembelajaran sains. Dalam pendekatan STM murid-murid harus diikut sertakan
dalam penentuan tujuan, prosedur perencanaan, dan dalam usaha mendapatkan
informasi, serta dalam mengevaluasi. Yang menjadi tujuan utama dalam pendekatan
9
STM adalah murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga negara yang mampu
untuk mengambil keputusan-keputusan tentang masalah-masalah di dalam
masyarakat dan mengambil tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains
dan teknologi sebab di dalam masyarakat modern keterkaitan antara sains teknologi
masyarakat sangat erat.
2.2.3 Prinsip Proses Belajar Mengajar IPA
Prinsip proses belajar mengajar IPA menurut Hendro dan Jenny (1991), yaitu:
1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Siswa harus ikut berbuat sesuatu yang memperoleh ilmu yang mereka cari.
Sebenarnya guru IPA termasuk guru yang beruntung karena objek belajar IPA
terdapat di mana-mana, dalam kelas, di luar kelas, di alam sekitar atau di mana saja.
Sehingga guru dengan mudah dapat mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
mendapatkan ilmu dari lingkungan sekitar.
2) Prinsip belajar berkesinambungan
Yang dimaksud dengan prinsip belajar berkesinambungan adalah proses
belajar yang selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa itu seolah-olah merupakan jabatan yang
esensial bagi siswa yang dapat meraih pengetahuannya yang baru. Untuk
melaksanakan prinsip ini tentu saja harus mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki oleh siswanya.
3) Prinsip motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang
mau berbuat sesuatu. Dalam proses belajar IPA tentunya motivasi dimaksudkan
sebagai dorongan untuk mau belajar IPA. Dorongan itu dapat bersumber dari
kebutuhan yang hakiki dari manusia yang disebut sebagai mintivasi intrinsic.
Dorongan berbuat sesuatu dapat juga timbul dari pengaruh yang datang dari kuar
dirinya, misalnya hadiah-hadiah yang dijanjikan apabila mau berbuat sesuatu,
motivasi semacam ini disebut sebagai motivasi ekstrinsik.
10
4) Prinsip multi saluran
Prinsip multi saluran merupakan suatu kenyataan bahwa daya penerimaan
masing-masing siswa tidak sama. Maksudnya, ada siswa yang mudah belajar melalui
membaca, ada siswa yang mudah mengerti apabila diberi ceramah oleh guru, ada pula
yang baru mengerti jika ia ikut aktif melakukan percobaan. Oleh karena itu multi
saluran dalam proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa dengan
berbagai kemampuan daya tangkap dapat menerima pelakaran dengan baik. Tugas
guru untuk mengorganisasi belajar sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar
melalui berbagai saluran.
5) Prinsip penemuan
Yang dimaksud prinsip penemuan adalah bahwa untuk memahami sesuatu
konsep atau simbol-simbol, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru mrmberi
peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu, melalui
pengalamanya.
6) Prinsip totalitas
Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dengan
segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu pancainderanya,
perasaan serta pikiranya. Dalam proses belajar, siswa tidak hanya memperhatikan
materi pekajaran tetapi meliputi bagaimana guru mengajar, situasi kelas, lingkungan
kelas, perabotan sekolah, pencahayaan kelas, lingkungan sekitar, teman-temannya,
dan semua yang mempengaruhi jiwa raganya. Itu semua ikut menentukan
keberhasilan belajar siswa.
7) Prinsip perbedaan individu
Prinsip ini tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan siswa, tetapi bertolak
pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu dengan yang lain.
Perbedaan individu terutama ditujukkan kepada adanya perbedaan kemampuan
(termasuk kecerdasan dan kecepatan belajar) dan perbedaan minat termasuk motivasi
belajar. Prinsip perbedaan individu dimaksudkan agar siswa mendapatkan
kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya.
11
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang
mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka
beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk
belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa
“pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu
sendiri.”
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi
(Nurulhayati,2002:25). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja
sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab,
yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok
untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat
melakukannya seorang diri.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak
digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidik. Hal ini
dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995)
dinyatakan bahwa:1) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan
sosial,menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain,2)
Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
12
Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapakan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan
dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006:239)
Tom V.Savage (1987:217) mengemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
2.3.1 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas,2003:5).
Bern dan Erickon (2001:5) mengemukakan bahwa cooperative learning
(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir
pembelajaran dengan manggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas
anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin,1984).
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Johnson, et al., 1994; Hamid Hasan, 1996,
menegaskan bahwa belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5
orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.
Menurut Zaini model pembelajaran adalah “pedoman berupa program atau petunjuk
strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.”
13
Menurut Roger dan David Johson (Lie,2008) ada lima unsur dapat dalam
pembentukan kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut.
1) Prinsip ketergantungan positif (positive independence), yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena, semua anggota dalam
kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena
itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari
anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication),yaitu melatih siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
2.3.2 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan konsep sendiri,
berusaha menyelesaikan masalah, mengembangkan keratifitas dan berkomunikasi
dengan kelompok.
b. Membiasakan siswa dalam hidup bersosial.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa karena interaksi berkembang antara siswa.
d. Membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan di sekolah.
14
2.3.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a. Siswa yang pandai lebih banyak menguasai jalannya diskusi sehingga siswa yang
kurang pandai kadang kurang memiliki kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
b. Siswa yang tidak terbiasa dengan belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk
bekerja sama.
c. Diperlukan alokasi waktu yang lama untuk melakukan diskusi.
2.3.4 Solusi:
Jika terlalu sering bekerjasama bisa membuat siswa kurang percaya diri saat tampil
individu.
2.3.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
1) Merancang pembelajaran, menyampaikan tujuan, dan memotivasi siswa.
2) Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
3) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
4) Membimbing siswa dalam belajar kelompok.
5) Mengevaluasi hasil belajar siswa secara menyeluruh dengan mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.
6) Memberikan penghargaan atau penilaian kepada individu maupun kelompok.
2.4 Model Picture and Picture
Pada model picture and picture ini akan membahas mengenai pengertian
model picture and picture, kelebihan, kelemahan, solusi dan langkah-langkah
pembelajaran picture and picture.
2.4.1 Pengertian picture and picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana
guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi
atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau
media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik
dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan
bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat
15
kembali oleh siswa. Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan
logis.(Hamdani,2010;89).
Model pembelajaran Picture and Picture menurut pemahaman Budi(2006) adalah
suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan
menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau
soal yang benar, sebelum waktu yang ditentukan habis maka merekalah yang
mendapat poin.
Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan media
gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa
jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2.4.2 Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture.
1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2) Melatih berpikir logis dan sistematis.
3) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
16
5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
2.4.3 Kekurangan Model Pembelajaran Picture And Picture.
1) Memakan banyak waktu
2) Banyak siswa yang pasif.
3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
2.4.4 Solusi:
Guru harus meminimalkan kelemahan metode. Apabila kelemahan model
tampak dalam kegiatan belajar mengajar maka guru harus segera tanggap dan
mengendalikan kondisi kelas.
2.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Picture And Picture
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka
siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping
itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaianKD,
sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.
2) Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini
guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam
proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan
motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan
motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3) Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi).
17
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh
guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat
energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4) Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara
adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan
tugas yang harus diberikan.Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh
siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.
5) Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan
gambar.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD
dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran
siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
6) Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep
materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah
ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah
ditetapkan.
18
7) Guru menyampaikan kesimpulan.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai
penguatan materi pelajaran.
2.5 Metode Diskusi
Pada metode diskusi ini membahas mengenai pengertian metode diskusi, tujuan,
keuntungan, langkah-langkah penggunaan metode diskusi, pelaksanaan dan penilaian.
2.5.1 Pengertian Metode Diskusi
Menurut Suryosubroto, metode diskusi merupakan suatu cara penyajian bahan
pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada anak didik (kelompok-
kelompok anak didik), untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun alternatife pemecahan atau suatu
masalah.
Diskusi merupakan suatu metode atau cara mengajar dengan cara memecahkan
permasalahan yang dihadapi, baik dua orang atau lebih, di mana setiap peserta diskusi
berhak mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Metode ini
merupakan interaksi antara anak didik dengan anak didik atau anak didik dengan guru
untuk menganalisa, memecahkan masalah, menggali, atau memperdebatkan topik
atau permasalahan tertentu.
2.5.2 Tujuan
Tujuan metode ini adalah:
1) Memotivasi atau memberi stimulasi kepada anak didik agar berfikir kritis,
mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya.
2) Mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan
atas pertimbangan yang seksama.
2.5.3 Keuntungan
Menurut Alipade keuntungan metode diskusi, antara lain:
1) Suasana kelas menjadi hidup, sebab anak-anak sepenuhnya mengarahkan
perhatian dan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
19
2) Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu, seperti semangat toleransi,
jiwa demokrasi, dan kritis dalam berfikir.
3) Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan bersama karena anak-anak
ikut serta aktif dalam pembahasan sampai kepada suatu kesimpulan.
4) Anak-anak diraih mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam satu diskusi
sebagai pengalaman berharga bagi kehidupan sesungguhnya kelak dimasyarakat.
5) Melatih anak didik dalam menghargai pendapat orang lain.
2.5.4 Langkah-langkah penggunaan
Ada dua langkah dalam penggunaan metode diskusi ini, yaitu:
Persiapan
1) Menentukan topik yang akan didiskusikan
2) Merumuskan tujuan yang akan dicapai
3) Merumuskan masalah yang akan didiskusikan
4) Menentukan waktu dan peraturan-peraturan diskusi
5) Menyediakan bahan/topik atau masalah yang akan didiskusikan
6) Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan
penugasan studi khusus kepada anak didik sebelum menyelenggarakan diskusi .
7) Menugaskan anak didik untuk menjelaskan ,menganalisis,dan meringkas
Pelaksanaan
1) Membuat struktur kelompok (pimpinan,sekretaris,dan anggota )
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus
3) Membagi-bagi tugas dan memberikan pengarahan diskusi
4) Memberikan rangsangan dan membantu anak didik untuk berpartisipasi
5) Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi
antar kelompok
6) Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru atau pimpinan diskusi
dalam bentuk tertulis
7) Membimbing diskusi,tidak memberi ceramah
8) Sabar terhadap kelompok yang lambat dalam mendiskusikannya
20
9) Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan tidak
menentu.
2.5.5 Penilaian
Dalam metode ini guru berposisi sebagai fasilitator,pengarah,dan pembimbing
diskusi.Guru hanya memberikan pengantar dan garis-garis besar pokok materi yang
akan didiskusikan.Selama proses diskusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru atau pengajar,yakni :
1) Keaktifan anak didik
2) Keberanian berbicara
3) Cara berbicara/mengeluarkan pendapat
4) Etika dalam berdiskusi
5) Kwalitas pendapat yang dikeluarkan
6) Korelasi antara argument/pendapat dengan materi yang sedang dibahas.
2.6 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian–pengertian,
sikap–sikap, apersepsi dan keterampilan. Merujuk pemikiran gagne, hasil belajar
berupa:1)Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan,2) Keterampilan intelektual
yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual
terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta – konsep
dan mengembangkan prinsip–prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas,3) Strategi kognitif yaitu
kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan
ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah,4)
Keterampilan motorik yaitu, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani,5) Sikap
adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
21
objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai –
nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai – nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dominan kognitif adalahknowledge(pengetahuan,ingatan),
comprehension(pemahaman,menjelaskan,meringkas,contoh),application(menerapkan
),analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru; dan evaluation (menilai). Dominan
afektif adalah receiving (sikap menerima,responding (memberikan respon), valuing
(nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Dominan
psikomotor meliputi initiatory,pre-routine,dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan prodektif,teknik,fisik,sosial,manajerial,dan intelektual.
Sementara,menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya,hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan
koprehensif.
Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan hasil belajar
menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajaranya. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana
(1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut.
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik
pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan
berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa
yang telah dicapai.
22
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan
dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain
apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan
ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
2.5.2 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture And
Picture Melalui Diskusi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPA.
Berdasarkan uraian pada sub bab sebelum ini, penulis telah menjabarkan
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture serta hasil belajar
siswa. Penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Melalui Diskusi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, dan terdapat hubungan yang signifikan antara
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Melalui
Diskusi dengan hasil belajar siswa.Hal ini dikarenakan dengan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Melalui Diskusi siswa mengalami
pembelajaran yang lebih bermakna,yakni siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan konsep pribadi melalui diskusi bersama dengan teman satu
kelompok. Selain itu, siswa juga dilatih untuk mengemukakan hasil diskusi mereka
kepada teman yang lain. Siswa dalam bekerja sama dengan kelompoknya berusaha
untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan kreatifitas, dan berkomunikasi
dengan siswa yang lain dalam kelompok belajar. Hal ini membantu siswa
membiasakan diri hidup dengan lingkungan sosial.
23
Pengalaman belajar yang dialami siswa melalui model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Melalui Diskusi, secara bertahap
dapat membantu siswa secara kognitif dalam menguasai materi bahan ajar yang
disampaikan guru. Jika pengalaman belajar lebih bermakna maka hasil belajar yang
mereka dapatkan juga akan meningkat. Secara afektif melalui pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Picture and Picture melalui Diskusi siswa mampu
mengetahui proses terjadinya daur air. Hasil belajar tersebut akan tampak dalam tes
yang dilakukan pada pertemuan ketiga atau akhir setiap siklus.
2.7 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Sulastri (2012) dalam studi Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas
IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun
2011/2012 ”. hasil penelitian menunjukkan : penerapan metode picture and picture
dengan KKM 6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada matapelajaran IPA siswa
kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Nilai
hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu 72,7 % di siklus pertama dan
menjadi 86,4% di siklus kedua. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan siklus
pertama yaitu 63,7% menjadi 90,9% di siklus kedua.
Ninik Sri Moewarni (2012) dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture untuk
meningkatkan hasil belajar IPA pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Jati
Pohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/1012” .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang
tuntas KKM hanya 13 siswa dari 28 siswa(46%). Pada siklus I siswa yang tuntas
menjasi 20 siswa(71%). Siklus II meningkat lagi menjadi 24 siswa(86%).
24
Penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas IV Semester I di SD Negeri 2 Jati Pohon
Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.
Peningkatan hasil belajar melalui model picture and picture dalam
pembelajaran IPS kelas V SDN Kandangan II Kabupaten Blitar / Rahajeng
Kismaningsih. Penelitian ini berlatar belakang adanya kualitas pembelajaran di kelas
V SDN Kandangan II Kabupaten Blitar yang masih rendah. Karena proses
pembelajaran guru sangat tergantung pada penggunaan buku paket, terpusat pada
guru, disamping itu keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga masih rendah.
Hal tersebut ditunjukkan dari sikap siswa yang pasif, kurang bersemangat, karena
siswa hanya duduk, dengar dan catat sehingga timbul kejenuhan pada siswa yang
berdampak pada hasil belajar siswa. Dari 23 siswa yang mencapai ketuntasan hanya 7
siswa (30%).Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan penerapan model picture
and picture dalam peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS bagi kelas V
SDN Kandangan II Kabupaten Blitar, (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
dalam pembelajaran IPS bagi kelas V SDN Kandangan II Kabupaten
Blitar.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan
refleksi (reflektion) dan dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas V SDN Kandangan II Kabupaten Blitar dengan jumlah siswa sebanyak 23
siswa. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendukung data penelitian ini
meliputi: 1) tes, 2) observasi, dan 3) dokumentasi. Teknik analisa data yang
digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.Penerapan model
Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Peningkatanaktivitas siswa pada pratindakan adalah 50% naik sebesar 21% pada
siklus I dan 14% pada siklus II. Pada hasil belajar siswa peningkatan keberhasilan
pratindakan sebesar 31% pada siklus I dan 30% pada siklus II. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Picture and Picture
25
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari 23 siswa yang tuntas sebesar 21 siswa
atau 91% dan 2 siswa atau 9% tidak tuntas karena kelainan berfikir yang dialami.
Penerapan model picture and picture untuk meningkatkan pembelajaran IPA
siswa kelas IV SDN Gampingan 01 Pagak / Dewi Diansari. Penelitian telah
dilaksanakan sesuai rancangan penelitian. Dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Gampingan 01 Pagak, guru telah menggunakan model Picture and Picture. Hasi
observasi guru dalam pembelajaran melalui model Picture and Picture juga semakin
meningkat dari tiap pertemuan pada masing-masing siklus. Pembelajaran dengan
menggunakan model Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar siswa yaitu 54,65 meningkat
menjadi 75,8 pada siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan model Picture and
Picture juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata
nilai evaluasi siswa yaitu 69,1 meningkat menjadi 85,8 pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa model
Picture and Picture dapat meningkatkan pembelajaran IPA selain itu juga
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Gampingan 01Pagak, serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gampingan 01Pagak, kompetensi
dasar .Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya
kecoa,nyamuk serta kupu-kupu. Dari kegiatan pra tindakan, siklus I, dan ke siklus II
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran model Picture and Picture dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun saran untuk perbaikan
pembelajaran ini yaitu diharapkan sebelum menggunakan model Picture and Picture,
sebaiknya pembelajaran menggunakan media yang kongkrit atau media asli, guru
lebih memotivasi siswa dalam kegiatan kelompok.
Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu, nampaknya model
pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture menunjukkan efektivitas
yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa. baik dilihat dari pengaruhnya
terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari perkembangan yang tinggi dari
keaktifan siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran.
26
2.8 Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori pada BAB II maka kerangka berfikir pada penelitian
ini dapat dilihat pada bagan 2.1
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Pembelajaran menggunakan
metode konvensional
Guru kurang
memaksimalkan
kegiatan siswa di kelas
Hasil belajar IPA
siswa rendah dibawah
KKM 66
Siswa dapat
menemukan gagasan
sendiri dari materi
yang diajarkan
Diterapkan model pembelajaran
cooperative learning tipe picture and
picture melalui diskusi dalam
pembelajaran IPA
Kelebihan pembelajaran picture and picture:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kegiatan
pembelajaran lebih
bermakna
Hasil belajarar siswa
IPA kelas 5 meningkat
di atas KKM 66
Siswa lebih aktif
dalam pemebalajan
27
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan bahwa dengan menggunakan model cooperative learning tipe
picture and picture melalui diskusi pada mata pelajaran IPA tentang daur air dan
proses daur air dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 SD Negeri 1 Babadan
Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013.