Download - PROPOSAL Ipul Azmi
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ANGKUT
DALAM MENCAPAI TARGET PRODUKSI TAMBANG
BATUBARA
PT. BINA SARAN SUKSES
Di Rantau, Kalimantan Selatan
Oleh :
MUHAMMAD AZMI (H1C110013)
SAIPUL RAHMAN (H1C110021)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ANGKUT DALAM
MENCAPAI TARGET PRODUKSI TAMBANG BATUBARA
PT. BINA SARAN SUKSES
Di Rantau, Kalimantan Selatan
Pengusul :
Mahasiswa I Mahasiswa II
MUHAMMAD AZMI SAIPUL RAHMAN (H1C110021) (H1C110021)
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Teknik Pertambangan
R ISWAN , MT
NIP. 19731231 200812 1 008
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
I. LATAR BELAKANG
Kerja praktek pada dasarnya merupakan salah satu mata kuliah yang
wajib diambil sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada suatu perguruan
tinggi, dimana dalam kegiatan ini kita dituntut untuk dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang
sebenarnya.
Penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah tersebut sering
mengalami kendala dikarenakan terbatasnya ilmu yang diperoleh di perguruan
tinggi yang bersangkutan, baik disebabkan oleh terbatasnya sarana dan
prasarana sebagai penunjang kuliah yang disediakan oleh pihak perguruan tinggi
maupun kemampuan mahasiswa itu sendiri. Keterbatasan inilah yang
diantisipasi dengan dilaksanakannya mata kuliah Kerja Praktek (KP).
Adapun pelaksanaan Kerja Praktek (KP) tersebut dilakukan pada
perusahaan yang bergerak pada bidang usaha yang sesuai atau relevan dengan
bidang ilmu yang dipelajari, dalam hal ini bidang usaha Pertambangan.
Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktek tersebut adalah
perusahaan yang bersedia membina dan mengarahkan serta bersedia
memberikan pengalaman ilmu praktek secara langsung di lapangan kepada
mahasiswa yang melaksanakan kerja praktek. Hal ini penting diperhatikan,
karena melalui kerja praktek diharapkan sumber daya manusia meningkat
hingga mendapatkan pengalaman kerja yang dapat berguna nantinya pada masa
mendatang serta dapat mempunyai pandangan umum mengenai aktifitas
kegiatan penambangan di sebuah perusahaan. Sesuai dengan alasan inilah yang
menjadi dasar praktikan memilih tempat kegiatan kerja praktek di Bina Sarana
Sukses. Adapun topik yang kami ajukan adalah Analisa Produktivitas Alat
Gali Muat dan Angkut dalam Mencapai Target Produksi Tambang
Batubara PT. Bina Sarana Sukses di Rantau, Kalimantan Selatan.
Latar belakang dalam pemilihan judul ini adalah keinginan kami
untuk mendapatkan pengalaman dan mengetahui lebih lanjut tentang
Produktivitas Alat Gali Muat (Back Hoe) Dalam Mencapai Target Produksi
Tambang Batubara yang dilakukan di PT. Bina Sarana Sukses.
Jika pihak perusahaan berkehendak merubah judul yang sesuai dengan
kebijaksanaan pihak perusahaan, kami bersedia dan tidak keberatan menerima
perubahan tersebut.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Kerja Praktek (KP) ini adalah :
1. Mengenal secara umum tentang dunia pertambangan, khususnya di bidang
pemindahan tanah mekanis (loading).
2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang sistem pemindahan tanah
mekanis (loading equipment) yang dimiliki perusahaan.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja alat gali muat (loading
equipment).
4. Mengetahui pengaruh produktivitas alat gali muat (loading equipment)
terhadap kegiatan produksi tambang batubara.
5. Dapat mempraktekkan langsung teori yang didapatkan di bangku kuliah
sehingga dapat mengetahui apa saja yang dihadapi di lapangan kerja.
Tujuan dari Kerja Praktek (KP) ini adalah untuk dapat memiliki
pengetahuan mengenai dunia pertambangan pada umumnya dan mampu
memperkirakan pengaruh produktivitas alat gali muat (back hoe) dalam
produksi tambang batubara dari kegiatan perusahaan.
III. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Metode Pustaka
Kegiatan praktek akan didahului dengan persiapan atau
mempelajari buku-buku literatur dan buku penunjuk atau buku panduan
yang tersedia.
2. Metode Pengamatan
Kegiatan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
langsung ke lapangan.
3. Metode Analisis Data
Berkaitan dengan terbatasnya pengetahuan pemindahan tanah
mekanis khususnya pemuatan (loading) kami, maka untuk kerja praktek ini
kami berharap diberi kesempatan bersama dengan teknisi pemuatan
(loading) perusahaan yang akan membimbing serta mengajarkan praktek
langsung tentang cara menganalisa produktivitas alat gali muat (back hoe)
dalam mencapai target produksi beserta kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan.
IV. BATASAN MASALAH
Dalam kegiatan kerja praktek ini masalah yang dipelajari dan dibahas
yaitu sesuai dengan judul yang disetujui, terutama tentang produktivitas alat gali
muat (back hoe) maupun aspek-aspek terkait lainnya yang berhubungan dengan
pemuatan (loading) dalam pertambangan.
V. DASAR TEORI
Kegiatan pertambangan telah dimulai sejak keberadaan manusia di
dunia ini. Demikian tuanya, sehingga (yang dilakukan dengan maksud untuk
memanfaatkan sumberdaya mineral yang ada di bumi demi kesejahteraan
manusia) diyakini sebagai ikhtiar kedua yang dilakukan manusia setelah
kegiatan agrikultur.
Selama tahapan eksploitasi semua tambang jika material batuan, tanah
dan bijih di catat bahwa ada satuan operasi penambangan yang digunakan.
Satuan operasi penambangan adalah langkah dasar yang digunakan untuk
memproduksi mineral dan endapan, bersama dengan langkah tambahan yang
terlibat. Langkah-langkah ini yang mengkontribusi secara langsung ke ekstraksi
mineral disebut “Operasi Produksi”, termasuk siklus produksi dari operasi.
Siklus produksi disini bertujuan untuk memperoleh produksi (output)
tertentu dari suatu kegiatan penambangan. Adapun siklus produksi tambang
yaitu :
a. Pemuatan (loading)
b. Pengangkutan (hauling)
c. Penimbunan (dumping)
d. Kembali (return)
e. Menempatkan diri (Spot)
Pentingnya proses pemuatan (loading) dapat dilihat dalam siklus
produksi tambang. Pemuatan (loading) merupakan proses pemuatan hasil galian
oleh alat muat-loading equipment (Back Hoe) yang dimuatkan pada alat angkut
(hauling equipment). Ukuran dan tipe dari alat muat yang diapakai harus sesuai
dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkutnya.
Dalam memperkirakan dengan lebih teliti produksi alat muat dan alat
angkut yang digunakan untuk pemuatan dan pengangkutan material, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi alat-alat
tersebut, antara lain:
1. Sifat Fisik Material
Setiap macam material pada dasarnya memiliki sifat fisik berbeda-beda. Oleh
karena itu jenis material yang terdapat di suatu daerah tertentu dengan sifat
fisik tertentu harus diperhatikan agar tidak terjadi ketidaksesuaian dalam
penggunaan alat mekanis.
a. Pengembangan dan Penyusutan Material
1) Keadaan Asli (bank condition)
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan
teknologi, butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi
dengan baik. satuan volume material dalam keadaan asli disebut Bank
Cubic Meter (BCM).
2) Keadaan Terberai (loose condition)
Material yang telah tergali dari tempat aslinya akan mengalami
perubahan volume yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya
penambahan rongga udara diantara butiran-butiran material, dengan
demikian volumenya menjadi lebih besar. Satuan volume material
dalam keadaan terberai disebut loose cubic meter (LCM).
3) Keadaan padat (compact condition)
Keadaan padat akan dialami oleh material yang mengalami proses
pemadatan. Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga
udara di antara butiran-butiran material tersebut, dengan demikian
volumenya akan berkurang tetapi beratnya akan tetap sama. Satuan
volume material dalam keadaan padat disebut Compact Cubic Meter
(CCM).
Tabel 1
Kerapatan dan Faktor Pengembangan Material
Macam Material Kerapatan(lb/cu yd)
Swell Factor
Bauksit Tanah liat kering Tanah liat basah Bituminus Biji tembaga Antrasit Tanah biasa, kering Tanah biasa, basah Tanah biasa, bermacam dan bercampur pasir dan kerikil Kerikil kering Kerikil basah Granit, pecah-pecah Hematit, pecah-pecah Bijih besi, pecah-pecah Batu kapur, pecah-pecah Lumpur Lumpur, sudah ditekan Pasir, kering Pasir, basah ShaleSlate
2700 – 43252300
2800 – 3000190038002200280033703100
325036004500
6500 - 87003600 - 55002500 - 42002160 - 29702970 - 35102200 - 32503300 - 3600
30004590 - 4860
0,750,85
0,82 - 0,80,740,740,740,850,850,9
0,890,88
0,67 - 0,580,450,45
0,6 - 0,570,830,830,890,880,750,77
b. Berat jenis material
Berat jenis (density) material adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap
material. Dimana kemampuan suatu alat untuk mendorong, mengangkat,
dan melakukan pekerjaan lainnya, akan sangat dipengaruhi oleh berat jenis
material tersebut.
c. Bentuk Material
Bentuk material akan mempengaruhi produksi alat mekanis. Bentuk
material yang cenderung bulat akan memiliki gaya gesek lebih kecil
dibandingkan material dengan bentuk segi banyak (poligon). Hal ini akan
berpengaruh pada kecepatan material dalam menempati ruangan pada alat
muat maupun alat angkut.
d. Kekerasan material
Merupakan suatu sifat material yang menentukan sukar atau mudahnya
material tersebut untuk dikoyak (ripped), digali (dig) atau dikupas
(stripped). Nilai kekerasan material biasanya diukur dengan
mempergunakan ripper meter atau seismic test meter dengan satuan
m/detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik
pada batuan.
2. Kondisi Permukaan Kerja
Kondisi permukaan kerja akan sangat berpengaruh pada kerja alat. Kondisi
permukaan kerja yang baik akan menyebabkan alat muat dan alat angkut
bekerja secara maksimal, sehingga akan diperoleh cycle time yang cukup
efektif. Kondisi permukaan kerja yang baik adalah :
Kondisi dimana akan selalu tersedia material untuk diambil oleh alat muat.
Untuk mencapai kondisi demikian diperlukan alat pendukung seperti dozer
agar dapat selalu menyuplai material ke alat muat.
Kondisi dimana lokasi pemuatan diatur sedemikian rupa sehingga alat
angkut dapat secara efektif keluar masuk dan mengambil posisi yang tepat
untuk dimuat di lokasi pemuatan. Untuk mencapai maksud tersebut lokasi
pemuatan harus terus-menerus dipantau, bahkan bila perlu dilakukan
perbaikan.
Kondisi dimana tinggi bench pada area pemuatan sejajar dengan tinggi bak
truk alat angkut, sehingga material yang diambil oleh alat muat (backhoe)
dapat optimal.
(Syahputra,Erick Ramadhani. 2008)
3. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)
Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor penting yang
harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan
tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan
langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun
dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemringan (ά) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1
meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 m atau 100 ft.
Kemiringan grade dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
Grade (ά) =
Keterangan : = beda tinggi antara dua titik yang diukur
= jarak datar antara dua titik yang diukur
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut maksimum besarnya berkisar 8 %.
(Yanto,Indonesianto.2008)
4. Jalan Angkut
Haul road adalah jalan angkut, jalan angkut ini harus dilihat keberadaannya
apakah becek ataukah kuat atau cukup kasar permukaannya. Ini semua perlu
ditinjau karena keadaan jalan angkut akan mempengaruhi besar kecilnya
rolling resistance (RR) yang ditimbulkan oleh permukaan jalan angkut
terhadap roda/ban peralatan pemindahan tanah mekanis.
5. Faktor Ketersediaan Alat
Ketersediaan alat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi produkivitas
alat muat maupun alat angkut. Ketersediaan alat merupakan faktor yang
menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan dalam melakukan
kegiatan penambangan. terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk mengetahui ketersediaan alat dan penggunaannya di lapangan, yang
secara umum dapat dibedakan menjadi :
a. Mechanical Availability (MA)
Parameter ini digunakan untuk mengetahui kondisi mekanis yang
sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan dengan
memperhitungkan kehilangan waktu yang digunakan untuk memperbaiki
mesin, perawatan, dan alasan mekanis lainnya.
MA = xx 100%
Dimana :
W = Waktu yang dibebankan kepada operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan yang ada, seperti waktu istirahat yang terlalu
lama, pindah loading point, pelumasan, pengisian bahan bakar,
keadaan cuaca,dll.
R = Waktu untuk melakukan perbaikan dan waktu yang hilang karena
menunggu saat perbaikan, termasuk juga waktu untuk penyediaan
suku cadang dan perawatan preventif (pelumasan servis berkala).
b. Pysical Availability (PA)
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan.
PA = x 100%
Dimana :
S = Standby hours atau jumlah jam kerja suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan ketika alat tersebut tidak rusak (siap
beroperasi),meliputi hujan deras, tempat kerja belum siap,
kerusakan pada crusher, dll.
T = Jumlah jam kerja alat yang telah dijadwalkan.
c. Used Of Availability (UA)
Menyatakan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan. Nilai parameter ini
biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat yang sedang
tidak rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa
baik pengelolaan (manajemen) peralatan yang dipergunakan.
UA = x 100%
d. Effective Utilization
Menunjukkan seberapa besar dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk bekerja secara produktif (effisiensi kerja).
EU = x 100%
Tabel 2
Faktor Ketersediaan Alat
Mechanical
availability
Physical availability Used of availability Effective
Utilization
Definition or
Purpose
Time lost for
mechanical reason
Total operation
availability includes
time lost for any
reason
Management tools to
establish effective
use of equipment
Total % use relates
hours worked to
total hours
Equation :
W = working
hours
R = repair hours
S = Stand by
Hours
T = Total hours
(1) (2) (3) (4)= (2)X(3)
(Yanto,Indonesianto.2008)
6. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia. Faktor ini yang paling sulit untuk ditentukan karena
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain oleh kecakapan operator
menggerakkan alat, suasana kerja dan keadaan cuaca.
7. Iklim dan Ketinggian Lokasi Kerja
Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kering.
Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada saat musim hujan, sehingga
hari kerja menjadi lebih pendek. Jika hujan sangat lebat, tanah kebanyakan
menjadi becek dan lengket, sehingga alat-alat tidak dapat bekerja dengan
baik. Oleh karena itu diperlukan sistem penyaliran (drainage) yang baik.
Sebaliknya pada musim kering (kemarau) akan timbul banyak debu yang
dapat menghalangi pandangan operator alat mekanis, sehingga pekerjaan
dapat mengalami hambatan. Ketinggian letak suatu daerah ternyata juga
berpengaruh terhadap hasil kerja mesin-mesin, karena mesin-mesin tersebut
saat bekerja dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur udara luar. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa semakin rendah tekanan udara maka akan
semakin sedikit jumlah oksigen, hal ini dapat mengakibatkan mesin-mesin
tersebut tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengalaman, mesin akan
mengalami kemerosotan tenaga akibat berkurangnya tekanan, rata-rata adalah
± 3% dari HP di atas permukaan laut untuk setiap kenaikan tinggi 1000 ft,
kecuali 1000 ft yang pertama (Syahputra,Erick Ramadhani. 2008).
Adapun Hambatan yang terjadi dalam rangkaian kerja alat gali muat
dan angkut adalah :
1. Hambatan yang dihindari :
Disiplin operator, yaitu jumlah waktu dimana alat mekanis tidak
beroperasi karena operator berhenti bekerja sebelum waktunya.
Menunggu alat lain, yaitu jumlah waktu yang tidak beroperasinya alat
karena menunggu alat lain dalam rangkaian kerjanya.
2. Hambatan yang tidak dapat dihindari :
Keperluan operator, yaitu jumlah waktu yang tidak beroperasinya alat
mekanis karena digunakan oleh operator untuk minum, buang air dan
sebagainya.
Persiapan kerja, yaitu jumlah waktu yang tidak beroperasinya yang
digunakan untuk menggerakkan peralatan, dalam hal ini pengisian BBM
(Bahan Bakar Minyak), pemeriksaan keadaan alat (Oli mesin dll) dan
menuju tempat kerja.
Pindah tempat kerja, yaitu jumlah waktu yang tidak beroperasinya
peralatan mekanis karena digunakan pindah kerja, membersihkan, dan
mempersiapkan tempat kerja, mengambil air dari kolam untuk menyiram
jalan tambang yang berdebu.
Kerusakan alat, yaitu jumlah waktu yang tidak beroperasinya peralatan
mekanis karena rusak dan perbaikan.
Cuaca / hujan, yaitu jika hujan lebat dan terus-menerus waktu
pengoperasian peralatan mekanis pada penggalian batubara akan berhenti
akibat jalan licin dan becek
(Anwar,Fakhri.2008).
Waktu daur merupakan salah satu parameter produksi. Dengan asumsi
kapasitas bucket tetap, semakin kecil waktu daur maka produksi alat tersebut
semakin tinggi sedangkan semakin besar waktu daur maka produksi alat semakin
rendah. Waktu daur alat muat terdiri dari empat bagian, yaitu: waktu mengisi
bucket (digging time), waktu ayunan bermuatan (swing loaded), waktu
membuang isi bucket (dumping time), waktu ayunan kosong (empty swing), dan
waktu tunda (delay time).
Waktu daur ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Tahanan gali material yang dimuat
2. Berat isi material yang dimuat
3. Fragmentasi material
4. Kedalaman galian
5. Ketinggian bench penggalian
6. Sudut ayunan
Produksi alat gali-muat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Pm = x Kb x Ff x Sf x EU x MA
Dimana :
Pm = Produksi alat muat (BCM/Jam)
Ctm = Waktu daur alat muat (detik)
Kb = Kapasitas bucket alat muat (m3)
Ff = Bucket fill factor (%)
Sf = Swell factor
CT(m) = Digging + Swing Loaded + Dumping + Empty Swing + Delay
EU = Effective utilization
MA = Mechanical availability
Waktu daur merupakan salah satu parameter produksi alat angkut,
dimana waktu daur alat angkut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
Kondisi loading point, yaitu kondisi dimana lokasi pemuatan diatur
sedemikian rupa sehingga alat angkut dapat secara efektif keluar masuk dan
mengambil posisi yang tepat untuk dimuat di lokasi pemuatan. Untuk
mencapai maksud tersebut lokasi pemuatan harus terus-menerus dipantau,
bahkan bila perlu dilakukan perbaikan.
Kondisi jalur pengangkutan, yaitu kondisi jalan yang dilalui oleh alat angkut
mulai dari loading point hingga tempat pembuangan material (waste dump
area). Hal ini dipengaruhi oleh kemiringan jalan, kondisi jalan, dan
persimpangan yang harus dilalui oleh alat angkut tersebut.
Pola pemuatan, untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi
maka pola pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar
alat muat dan alat angkut.
Waktu daur alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :
CT(a) = STL + LT + LTT + STD + DT + ETT
Dimana :
CT(a) = cycle time of haul unit (waktu edar alat angkut)
STL = spot time at loader (waktu mengambil posisi pemuatan)
LT = loading time (waktu pemuatan)
LTT = load travel time (waktu pengangkutan bermuatan)
STD = spot time at dump (waktu spot di tempat penimbunan)
DT = dumping time (waktu penumpahan muatan)
ETT = empty travel-time (waktu angkut kosong)
Produksi alat angkut dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
Pa = x n x Kb x Ff x Sf x EU x MA
Dimana :
Pa = Produksi alat angkut (bcm/jam)
Ct = Waktu edar alat angkut (sekon)
n = Jumlah pengisian bucket ke alat angkut
Kb = Kapasitas munjung bucket alat muat (m3)
Ff = Bucket fill factor (%)
Sf = Sweel factor
EU = Effective Utilization
MA = Mechanical availability
Faktor keserasian alat (Match Factor) biasanya digunakan untuk
mengetahui jumlah alat angkut yang sesuai (serasi) untuk melayani satu unit
alat gali muat. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung
keserasian alat gali-muat dan angkut :
1. Jumlah alat gali-muat dan angkut yang dipakai.
2. Waktu edar (cycle time) dari alat gali-muat.
3. Kapasitas bucket.
4. Jumlah pemuatan alat gali-muat ke dalam alat angkut.
5. Waktu edar (cycle time) dari alat angkut.
6. Kapasitas bak alat angkut (truck).
Sejumlah alat angkut (Truck) bekerja melayani sejumlah alat gali muat,
serasi apabila sesuai kondisi Match Factor.
Sehingga diperoleh Rumus Match Factor :
Keterangan :
CL = Waktu edar alat gali muat mengisi bak truck (detik)
CT = Waktu edar truck (detik)
Untuk mengetahui jumlah alat angkut yang diperlukan untuk melayani
satu unit alat gali-muat dapat menggunakan rumus faktor keserasian di atas,
dengan beberapa asumsi yang harus dilakukan, yaitu :
1. Jumlah alat-gali muat = 1
2. Nilai MF = 1
Sehingga rumus di atas dapat disederhanakan menjadi :
Tiga kriteria harga faktor keserasian, yaitu:
Faktor keserasian < 1 , berarti alat muat lebih sering menunggu dibandingkan
dengan truk. Besarnya waktu tunggu alat muat (Dm) dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Faktor keserasian > 1 , berarti alat angkut lebih sering menunggu
dibandingkan dengan alat muat. Besarnya waktu tunggu alat angkut (Da)
dapat dinyatakan dengan persamaan :
Faktor keserasian = 1 , berarti alat muat dan alat angkut sama-sama sibuk
dalam waktu tertentu.
Nilai match factor terbaik adalah bernilai 1 tetapi sangat sulit tercapai,
oleh sebab itu nilai match factor diusahakan agar dapat mendekati 1.
(Syahputra,Erick Ramadhani. 2008)
VI. METODE PRAKTEK
Kegiatan praktek akan saya dahului dengan persiapan atau mempelajari
buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku panduan yang tersedia dan
berkaitan dengan masalah yang akan diangkat. Dalam pelaksanaan kerja praktek
saya dengan tema Analisa Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut dalam
Produksi Tambang Batubara yang dipakai di PT. Bina Sarana Sukses dengan
menggunakan peralatan yang ada atau tersedia di perusahaan.
Dalam kegiatan praktek diperlukan pengambilan data, data yang
diperlukan berupa data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari
hasil pengamatan langsung di lapangan. Khususnya mengenai tata laksana, cara-
cara melakukan kegiatan tersebut serta data yang diperoleh dari hasil kegiatan
tersebut khususnya dalam hal praktiknya. Data sekunder diperoleh dari
perusahaan terkait berupa kondisi geologi, letak topografi dan lain-lain.
Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil kegitan ini serta data yang
diperoleh dari hasil pengamatan dan bahan-bahan yang dikumpulkan, kemudian
dikelompokan untuk selanjutnya disusun untuk dibuat laporan.
VII. JADWAL DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Oktober 2013
sampai dengan 10 November 2013 di PT. Bina Sarana Sukses di Rantau
Kalimantan Selatan. Adapun rancangan kegiatannya adalah sebagai berikut :
No Uraian KegiatanSeptember
1 2 3 4
1. Orientasi Lapangan x x
2. Pengambilan Data x x x
3. Pembuatan laporan x x x
4. Konsultasi x x x
VIII. PENUTUP
Demikian proposal kerja praktek ini kami buat dengan tema yang
diusulkan sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan agar dapat
menerima dan memberikan kesempatan untuk melaksanakan kerja praktek.
Mengenai topik tidak menutup kemungkinan usulan dari perusahaan. Atas
perhatian pihak perusahaan kami ucapakan terima kasih.
LAMPIRAN 1
RENCANA PENYUSUNAN ISI LAPORAN
Laporan kerja praktek (KP) akan kami rangkum secara rinci dan
sistematik dengan rencana daftar isi sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Metode Penulisan
1.4. Batasan Masalah
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.2. Keadaan Geologi
2.3. Keadaan Iklim dan Cuaca
2.4. Lokasi Dan Kesampaian Daerah
2.5. Keadaan Masyarakat Sekitar
2.6. Sistem Penambangan
BAB III TINJAUAN TEORI
3.1. Dasar teori
3.2. Pengamatan penambangan batubara
3.3. Produktivitas alat gali muat (back hoe)
3.4. Mekanisme operasi alat gali muat
3.5. Pengamatan Recovery Batubara Tertambang
BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI
BAB V PENUTUP
Keterangan :*) : ISI/PEMBAHASAN disesuaikan dengan pihak perusahaan
LAMPIRAN 3
KOP PERUSAHAAN
Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa*)
Nama : ______________________________NIM : ______________________________
Minggu
Hari ke
Hari Kegiatan Praktek Kerja Paraf Pembimbing
1 1 Senin Induksi & Pengenalan Lingkungan Kerja
2 Selasa Orientasi Lapangan – Eksplorasi
3 Rabu Orientasi Lapangan - Produksi & Transportasi
4 Kamis Orientasi Lapangan – Pengolahan
5 Jumat Orientasi Lapangan - Reklamasi & K3LH
6 Sabtu Penyusunan Draft - Bab II tentang Perusahaan
7 Minggu Libur
2 8 Senin Orientasi Lapangan – pengamatan produksi alat gali muat
9 Selasa Pengamatan Kegiatan produktivitas alat gali muat
10 Rabu Pengamatan Kegiatan produktivitas alat gali muat
11 Kamis Pengamatan Kegiatan produktivitas alat gali muat
12 Jumat Pengamatan Kegiatan produktivitas alat gali muat
13 Sabtu Penyusunan Draft - Bab III Tentang Tinjauan Teori
14 Minggu Libur
3 15 Senin Pengamatan Penambangan Batubara
16 Selasa Pengamatan Penambangan Batubara
17 Rabu Pengamatan Penambangan Batubara
18 Kamis Evaluasi Data
19 Jumat Pengolahan Data
20 Sabtu Penyusunan Draft - Bab III tentang Tinjauan Teori
21 Minggu Libur
4 22 Senin Konsultasi laporan & Perbaikan data lapangan
23 Selasa Konsultasi laporan & Perbaikan data lapangan
24 Rabu Konsultasi laporan & Perbaikan data lapangan
25 Kamis Penyelesaian Draft Laporan
26 Jumat Konsultasi Persiapan Presentasi Laporan
27 Sabtu Konsultasi Persiapan Presentasi Laporan
28 Minggu Libur
5 29 Senin Presentasi Laporan
30 Selasa Konsultasi Perbaikan Draft Laporan
31 Rabu Persiapan Pulang ke Banjarbaru
`*) Tentatif, dapat disesuaikan dengan arahan Pembimbing Lapangan
Telah dipresentasikan pada tanggal : _____ - _____ - _____Draft Laporan disetujui Pembimbing Lapangan pada tanggal : _____ - _____ - _____
Mengetahui Pembimbing Lapangan,HRD Dept Head,
( ) ( )
LAMPIRAN 4
KOP PERUSAHAAN
Form Penilaian Kegiatan Praktek Kerja Mahasiswa
Nama : ______________________________NIM : ______________________________Topik : __________________________________________________
__________________________________________________
NO Parameter Penilaian Nilai *)
1 Kedisiplinan
2 Tanggung Jawab
3 Penguasaan Terhadap Teori
4 Keaktifan
5 Inisiatif dan Kreativitas
6 Laporan
7 Presentasi
Total
Rata-rata *) Nilai 0 - 100
Pembimbing Lapangan,
( )