Download - Promosi Kesehatan Desa 11
I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan, kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan suatu
sistem manajemen Puskesmas yang tepat. Salah satu fungsi penting dari manajemen
puskesmas adalah fungsi perencanaan yang merupakan langkah awal dari proses manajemen
disamping fungsi lainnya seperti pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain.
Perencanaan merupakan penentuan dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan, tanpa
perencanaan maka tidak ada sesuatu yang diorganisir, digerakkan dan diawasi. Dengan
demikian perencanaan merupakan suatu keharusan yang penting dalam suatu sistem
manajemen modern sehingga dapat diwujudkan Puskesmas Sehat.
Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Puskesmas, maka Puskesmas Papasuka
melakukan 3 (tiga) fungsi pokok pelayanan yaitu melaksanakan dan mengembangkan upaya
kesehatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, mengurangi penderita
sakit dan membina masyarakat di wilayah kerja untuk berperan serta aktif dan diharapkan
mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Dalam tugasnya, wilayah kerja Puskesmas
Papasuka mencakup Desa Sukamama.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, angka kejadian tifus abdominalis di desa
Sukamama meningkat setiap tahunnya dari tahun 2006-2009. Bertolak dari prinsip pelayanan
kesehatan yang meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, maka salah satu
langkah pendekatan Puskesmas Papasuka untuk menurunkan angka kejadian tersebut adalah
dengan melakukan Promosi Kesehatan di Desa Sukamama yang bertujuan . Promosi
Kesehatan akan dilakukan secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga
dapat memberikan manfaat yang sejalan dengan strategi yang dikembangkan Dinas
Kesehatan Kabupaten Tak Bernama.
II. KEADAAN SOSIODEMOGRAFI
Desa Sukamama terdapat pada Kabupaten Tak Bernama Provinsi Sumatera Selatan.
Desa ini memiliki luas wilayah 10.000 m2 dengan jumlah penduudk 42.800 jiwa. Sekitar +
20 meter dari pemukiman penduduk, terdapat sungai Nil yang menjadi tumpuan kehidupan
sehari-hari msayarakat desa Sukamama
1
Distribusi penduduk di desa Sukamama berdasarkan usia yang terbanyak berada pada
kelompok 20-45 tahun (50%), sedangkan kelompok usia <20 tahun dan >40 tahun masing-masing
sebesar 20% dan 30%.
Gambar 1. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Usia
Desa Sukamama memiliki 2 sekolah dasar negeri (SD negeri), dan 1 buah SLTP. Menurut
tingkat pendidikannya, penduduk di wilayah C terbagi dalam: 23% tidak dan belum pernah tamat
Sekolah Dasar (SD), 49% tamat SD, 20% tamat Sekolah Menengah Pertama (SMTP), 8% tamat
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Gambar 2. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Tingkat Pendidikan
2
Pekerjaan penduduk di wilayah C terbanyak adalah sebagai nelayan (40%). Kemudian
berturut-turut tidak bekerja (18%), pedagang (15%), buruh (12%), petani (9%) dan PNS (6%). Hal ini
berpengaruh pada pendapatan perkapita yang di bawah rata-rata dan keadaan sosio ekonomi yang
rendah.
Gambar 3. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Pekerjaan
Perumahan warga berupa rumah panggung yang memiliki fasilitas MCK yang kurang baik, sanitasi kurang baik, dan dalam keseharian warga menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bidang penerangan daerah ini sudah terdapat fasilitas listrik
3
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di Desa Sukamama, terdapat satu Puskesmas bernama Puskesmas Papasuka. Selain itu juga terdapat praktek bidan dan mantri. Setelah diteliti pada tahun 2009, didapatlah angka kejadian tifus abdominalis sebesar 14 %. Angka kejadian ini meningkat setiap tahunnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tingginya angka kejadian tifus abdominalis ini berhubungan dengan karakteristik sosiodemografi masyarakat yang telah diuraikan sebelumnya.
Gambar 5. Angka Kejadian Tifus Abdominalis di Desa Sukamama
III. PERMASALAHAN
III.1 Diagnosis sosial
- Kurangnya kesadaran akan kebersihan pribadi dan lingkungan
- Kurang pengetahuan tentang hidup bersih
- Kurangnya fasilitas air bersih
- Sosial ekonomi masyarakat yang rendah
- Fasilitas MCK yang tidak memadai
- Sering terjadi banjir
- Pengangguran
4
Gambar 4. Aktivitas Sehari-Hari Penduduk Desa Sukamama
III.2 Diagnosis Epidemiologi
- Tifus abdominalis
III.3 Diagnosis Tingkah Laku, Gaya Hidup, serta Pengaruh Lingkungan
- Kegiatan MCK dilakukan di sungai
- Mencuci bahan makanan, alat masak, alat makan dan alat minum di sungai
- Memasak makanan dan minuman dengan meggunakan air sungai
- Anak- anak suka jajan sembarangan dan belum bisa cebok dengan benar
III.4 Dignosis Pendidikan dan Organisasi
- Pendidikan rendah
- Pengetahuan tentang hiudp bersih yang kurang
- Kurangnya kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan (masyarakat belum mengetahui kriteria air bersih, kriteria air tercemar)
Faktor predisposing, enabling, dan reinforcing
5
Predisposing factor adalah factor yang sudah ada/melekat pada diri individu yang kita
didik.
1. Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan kurang
2. Tinggal di daerah dekat sungai
3. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sumber air bersih dan pengetahuan
cara pengolahan air bersih
4. Tingkat sosial dan ekonomi rendah
5. Kepercayaan masyarakat setempat
Kepercayaan masyarakat desa mengenai terapi cacing pada penyakit tifus
abdominalis sebagai faktor predisposisi.Bagi sebagian besar masyarakat desa,
mengonsumsi cacing tanah bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit tifus
ketimbang mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter.
Kepercayaan ini telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu dan memang
kebanyakan dari kasus tifus berhasil diatasi dengan cacing ini. Dari data yang
diperoleh pada saat melakukan wawancara singkat dengan warga desa,
didapatkan informasi bahwa mereka lebih mempercayai khasiat cacing
dibandingkan dengan obat dokter.
6
Pendidikan
Kesehatan
Predisposing Factors
Kebiasaan,Kepercayaan,Tradisi,Pengetahuan, sikap, dsb
Enabling Factors
ketersediaan fasilitasKetercapaian fasilitas
Reinforcing Factors
-sikap & perilaku
petugas kesehatan,
dll
Perilaku
Kesehatan
Nonperilaku Kesejahteraan
Nonkesehatan
Hal yang seperti ini seharusnya diberikan penyuluhan secara serius agar
pengetahuan masyarakat mengenai terapi yang tepat untuk mengatasi penyakit
tifus bukanlah cacing namuan antibiotik.Namun, yang menjadi tantangan
tersendiri bagi pemberi promosi kesehatan adalah kegiatan pengobatan seperti ini
sudah mengakar dan menjadi tradisi yang sangat sugestif. Jadi dibutuhkan
strategi dan metode yang efektif dan efisien agar tujuan dari penyuluhan ini
tercapai.
Enabling factor adalah factor yang memungkinkan suatu perilaku itu terjadi
1. Tidak ada fasilitas MCK, air bersih dan pembuangan sampah
2. Pendapatan yang kurang
Reinforcing factor adalah factor yang memperkuat atau mendorong perubahan
perilaku
1. Dilaksanakan pertemuan dengan para orang tua dan pekerja serta perangkat desa
untuk membentuk komitmen berperilaku hidup sehat.
2. Petugas kesehatan dan perangkat desa memberikan contoh perilaku hidup sehat
dengan menggunakan fasilitas MCK yang baik, sumber air bersih, serta bersama
masyarakat menggalakkan kegiatan pembersihan lingkungan.
III. 5 Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Pelaku DukunganPemda - Kebijakan yang ditetapkan dalam surat
keputusan surat edaran dan instruksi tentang PHBS di desa Sukamama
- Alokasi anggaranDPRD - Persetujuan anggaran
- Pemantauan promosi kesehatanKepala desa/tokoh masyarakat/karang taruna
- Membantu menggerakkan masyarakat agar mau berperan aktif dalam kegiatan ini
7
IV. HEALTH PROMOTION
IV.1 Tujuan
Tujuan Umum : Menurunkan angka kejadian tifus abdominalis di desa Sukamama
Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang gejala dan
tanda dari penyakit tifus, serta penanganan awalnya
- Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan sikap masyarakat terhadap
pentingnya hidup sehat
- Memotivasi masyakat desa untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam kesehariannya
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya penyediaan
air bersih, syarat-syarat air minum yang sehat, sumber-sumber air minum yang
baik, serta pengetahuan tentang pengelolaan air minum secara sederhana
IV.2 Sasaran
Seluruh masyarakat desa Sukamama
IV.3 Isi
8
- pengetahuan tentang gejala dan tanda dari penyakit tifus, serta penanganan
awalnya
- Pengetahuan tentang pola hidup sehat
- pengetahuan mengenai pentingnya penyediaan air bersih
- pengetahuan syarat dan proses pengelolaan air minum secara sederhana
- Pembangunan fasilitas MCK dan penyaringan air
IV.4 Metode
- penyuluhan : penyuluhan langsung yang bertahap
- pemasangan spanduk dan poster di beberapa tempat yang strategis.
- Pelatihan cara penggunaan dan pemeliharaan fasilitas MCK dan penyaringan
air
- Kerja bakti
IV.5 Media
- poster
- spanduk
9
Poster Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Poster Perilaku Mencuci Tangan
IV.6 Rencana evaluasi
Evaluasi dilakukan dari awal penelitan dan diulang setiap 2 bulan sekali. Adapun
indikator keberhasilan dari Promosi Kesehatan ini antara lain :
- penurunan angka kejadian tifus di desa suka sukamama
- perubahan perilaku masyarakat desa sukamama yang lebih sadar akan hidup
bersih
- tingkat sanitasi lingkungan yang bertambah baik
- tersedianya fasilitas MCK yang memadai
IV.7 Jadwal Pelaksanaan
Lampiran 1.
10
V. RENCANA KERJA
V.1 Tim Kerja
Ketua Pelaksana : Rizky Agustria
Wakil Ketua : Riyantono Putra
Sekretaris : Arina Ariyani
Bendahara : Hediaty Syafiera
Koordinator Penyuluhan : Silvi Dwi Putri
Koordinator Pembangunan Fasilitas MCK : Chakra Putra Pratama
Koordinator Pembangunan Penyaringan Air : Daniel Mandatari
Korrdinator Pelatihan MCK : Extin Faulinza
Koordinator Pelatihan Penyaringan Air : Wahidun Nurhidayah
Koordinator Kerja Bakti : Rini Utami
V.2 Rencana Pembuatan
V.2.1 Fasilitas MCK
11
Fasilitas MCK yang baik meliputi sanitasi yang baik dan juga terdapatnya pipa
saluran air yang menyalurkan air limbah masyarakat, terlebih limbah buang air besar
tidak langsung ke sungai, melainkan ke septic tank. Hal ini sangat bermanfaat agar air
sungai tidak tercemar karena satu-satunya sumber kehidupan di desa ini berasal dari
aliran air sungai yang berada di dekat lokasi geografis desa.
Kriteria MCK yang baik yang ingin dicapai pada penyuluhan ini :
Terdapatnya air bersih
Terdapatnya sanitasi yang bagus
Terdapatnya saluran air yang tidak langsung bermuara ke sungai
Terdapatnya perawatan dari masyarakat desa
Penggantian fasilitas MCK yang lama dengan yang baru
V.2.2 Pengelolaan Air minum Secara Sederhana
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan pada khususnya tidak terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut:
1) Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam ditempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2) Pengolahan Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (perusahaan air minum negara) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa dua macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya chlor)
12
4) Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5) Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari segi konsumsinya pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:
1) Pengolahan Air minum utuk umum
a) Penampungan Air Hujan
Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau buatan), yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung dengan bak-bak ferosemen, dan di sekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk umum.Air hujan baik yang berasal dari sumur(danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin, untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri, misalnya dengan merebus air tersebut.
b) Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I, melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung ke II di sini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau di ambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.
c) Pengolahan Mata Air
13
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut, agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang telah terlindungi tersebut.
2) Pengolahan Air minum untuk rumah tangga
a) Air Sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pmpa ini di daerah pedesaan masih mahal, di samping itu, teknologi masih dianggap tnggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:- Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah
tidak akan masuk ke dalamnya.
- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus di tembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.
Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya alumunium sulfat (tawas)
Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.
b) Air Hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak jadi masalah tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon(storage) untuk musim kemarau.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-prinsip dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003
2. http://www.digilib-ampl.net/detail/detail.php?kode=1452&row=6&tp=publikasi&ktg=leaflet&kd_link=
3. http://www.eurekaindonesia.org/tenaga-kesehatan-masyarakat-dan-program-phbs/4. http://www.eurekaindonesia.org/bakteri-indikator-sanitasi-dan-keamanan-air-
minum/5. http://foto.detik.com/images/content/2007/06/26/157/kano3.jpg6. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://taufik79.files.wordpress.com/
2009/06/jamban.jpg&imgrefurl=http://taufik79.wordpress.com/7. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.kabarindonesia.com/
fotoberita/200710/200710281334331.jpg
15