i
MAN COVER
TALAK LIAR DI DESA SERINGAT KECAMATAN SUNGAI MANAU
(STUDI KOMPARATIF HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM)
SKRIPSI
Oleh :
RAHMANIAH
SPM.162597
Dosen Pembimbing:
DRS. RAHMADI, M.HI
DIAN MUSTIKA, S.HI.,M.A
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS. Albaqarah: 229).
vi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul : Talak Liar Di Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau (Studi Komparatif Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam).
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui praktik talak liar dan faktor terjadinya
talak liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau, dan juga untuk mengetahui
kedudukan talak liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau menurut Hukum
Islam dan Kompilasi Hukum Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research) yaitu penelitian yang dilakukan langsung kelapangan guna
memperoleh data yang lengkap dan valid. Teknik pengumpulan data adalah
interview dan dokumentasi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
metodologi penelitian kualitatif dan pendekatan yang penulis gunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan komparatif. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pratik talak
liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau adalah praktik perceraiannya
hanya dilakukan dirumah dan di hadiri oleh saksi-saksi dari sebelah laki-laki dan
perempuan. Faktor yang menjadi penyebab talak liar di Desa Seringat adalah
faktor agama dan faktor adat, faktor proses perceraiannya yang mudah cepat serta
biaya yang mudah, faktor lokasi pengadilan, kurangnya informasi, akibat
perjodohan orang tua, faktor ketidak cocokan dengan keluarga dan faktor masalah
pribadi yang harus ditutupi. Pelaksanaan praktik talak liar di Desa Seringat
Kecamatan Sungai Manau memiliki dua status hukum yang berbeda sesuai
dengan konteks hukum Islam dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam
lingkup hukum Islam asal fiqih dan al-qur‟an, dan status perceraian talak liar
yang dilakukan masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau ada yang
bertentangan dengan hukum tersebut sehingga dianggap tidak sah. Dalam konteks
hukum Islam yang berlaku di Indonesia yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI),
praktik talak liar pada masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
dianggap tidak sah karena tidak sesuai dengan ketentuan perceraian yang diatur
dalam KHI dalam pasal 115.
Kata Kunci: Talak Liar, Hukum Islam, Kompilasi Hukum Islam
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT
karena sudah menghadirkan orang-orang berarti disekeliling
saya. Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk
Ayahanda M.Tobri dan ibunda Aslamiah,
beliaulah yang senantiasa mendo’akan setiap saat, memberikan
motivasi, dukungan serta membuat saya semangat untuk
menyeselsaikan skripsi ini
Terima kasih selanjutnya untuk adik saya Rifhatul Husna dan
Zam-zamer yang senantiasa memberi saya motivasi dan
Semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teruntuk teman sekaligus keluarga di prodi Perbadingan Mazhab
Angkatan 2016
(Apri, Amar, Andri, Gultom, Candra, Firdaus, Idin, Handes, Lili,
Nuriyah, Alany, Wiwin, Bang Rodho Dan Fatih)
Senasib, seperjuangan, sepernanggungan, terima
kasih atas canda tawa dan solidaritas yang
sangat luar biasa selama ini.
Serta orang-orang yang membantu lainya yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
Terima kasih banyak
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “talak liar di desa seringat kecamatan sungai manau (studi perspektif
kompilasi hukum islam).
Kemudian tak lupa penulis kirimkan sholawat teriring salam kepada nabi
besar Muhammad SAW. Yang telah memberi kita petunjuk dari alam kejahilan
menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini, yang
disinari dengan iman dan Islam.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar serana strata
satu (S1) pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
ribuan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA. Ph. D, Sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag.,MH sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
3. Bapak Agus Salim, S.Th.I.,MA.,M.IR.,Ph sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan
5. Bapak Dr. H. Ishak, SH.,M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
6. Bapak Alhusni, S.Ag.,M.HI dan bapak Tasnim Rahman Fitra, S.Sy.,M.H
sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Perbandingan Mazhab Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Drs. Rahmadi, M.HI dan Ibu Dian Mustika, S.HI, M.A sebagai
pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen dan Seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah
SWT. Kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon
kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah
SWT.
x
DAFTAR ISI
Table of Contents HALAMAN COVER ............................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ............................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................................................ iii
MOTTO................................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Batasan Masalah .............................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7
F. Kerangka Teori ................................................................................ 8
G. Tinjauan pustaka ............................................................................ 17
xi
BAB II METODE PENELITIAN ......................................................................... 21
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 21
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 21
C. Pendekatan Penelitian .................................................................... 22
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 22
E. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 26
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 28
H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN ..................................... 31
A. Sejarah Desa Seringat .................................................................... 31
B. Aspek Geografis ............................................................................ 32
C. Struktur Pemerintah Desa .............................................................. 33
D. Aspek Demografis Dan Keadaan Sosial Masyarakat Desa Seringat
....................................................................................................... 37
E. Aset Ekonomi ................................................................................ 41
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................ 43
A. Praktik Talak Liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau ... 43
B. Faktor yang Menyebabkan Masyarakat di Desa Seringat
Melakukan Talak Liar ................................................................... 51
xii
C. Kedudukan praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan sungai
manau menurut hukum Islam dan kompilasi hukum Islam ........... 58
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 69
A. Kesimpulan .................................................................................... 69
B. Saran .............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
GAMBAR ............................................................................................................. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................81
CURRICULUM VITAE ....................................................................................... 83
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Yang melakukan Talak liar pada tahun 2019 ........................................... 5
Tabel 2: Jadwal Penelitian .................................................................................... 29
Tabel 3: Kodisi Geografis Desa Seringat .............................................................. 32
Tabel 4: Jumlah Penduduk .................................................................................... 37
Tabel 5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 38
Tabel 6: Jumlah SD/MI Kec. Sei Manau .............................................................. 39
Tabel 7: Jumlah SMP/MTS Ke. Sei. Manau ......................................................... 40
Tabel 8: Jumlah SMA/MAN Kec. Sei Manau ...................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu ikatan, dan ikatan itu harus
diupayakan terjalin utuh, namun tidak demikian bila secara manusiawi ia
menjadi mustahil. Maka hanya dalam keadaan yang tak dapat dihindarkan itu
sajalah, perceraian di izinkan dalam syariat. Bila keadaan semacam itu
timbul, maka seseorang harus tetap mencamkan dalam hatinya bahwa melalui
perkawinan itu dia telah membuat janji ikatan yang suci (Mitsaqan
Gholizha).1
Talak merupakan salah satu sebab dan cara berakhirnya perkawinan
yang terjadi atas inisiatif suami. Menurut bahasa, talak berarti melepaskan.
Sedangkan menurut istilah talak berarti melepas ikatan pernikahan, atau
menghilangkan ikatan pernikahan pada saat itu juga (melalui talak ba‟in) atau
pada masa mendatang setelah iddah (melalui talak ra‟ji) dengan ucapan
tertentu.2 Mengenai hukum talak, para ulama fiqih berbeda pendapat di antara
mereka ada yang melarang melakukan talak kecuali jika disertai dengan
alasan yang dibenarkan (syari‟at).
Perceraian dalam Hukum Islam adalah sesuatu perbuatan halal yang
mempunyai prinsip di larang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi
Muhammad SAW sebagai berikut:
1 Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta, Pt Melton Putra, 1992), hal
75
2 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah Untuk Wanita (Jakarta: Al-I‟tishom
Cahaya Umat, cet, I, 1422). hal: 755.
2
قلانطياللنإللهانحضغبلأاص.و.قالللىسرنارابهعمعه
Artinya : “Dari ibnu umar, bahwa rasulullah SAW. Bersabda perbuatan
halal yang sangat dibenci Allah adalah talak/perceraian. (Riwayat
Abu Daud dan Al-Hakim(”. 3
Berdasarkan hadist tersebut, menunjukkan bahwa perceraian
merupakan alternatif terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami
istri bila ikatan perkawinan (rumah tangga) tidak dapat dipertahankan
keutuhan dan kelanjutan.4
Istilah perceraian terdapat dalam pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 yang
memuat ketentuan fakultatif bahwa “Perkawinan dapat putus karena
kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan”.
Pada pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, ditetapkan
yaitu:5 pasal 39 ayat (1): “perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang
pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berasil
mendamaikan kedua belah pihak. Sehubungan dengan pasal ini, menjelaskan
bahwa walaupun perceraian adalah urusan pribadi, baik itu atas kehendak satu
di antara dua belah pihak yang seharusnya tidak perlu campur tangan pihak
ketika, dalam hal ini pemerintah, tetapi demi menghindari tindakan
sewenang-wenang, terutama dari pihak suami (karena pada umunya pihak
3
Hadist Sunan Abu Daud Dan Al-Hakim, Hadits ke 873
4 Sulistyo Hadi Saputra, Faktor Faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Tenaga Kerja
Wanita (TKW) di Kecamatan Pakuncen Kabupaten Bayumas, Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Syari’ah
Fakultas Syariah IAIN Purwokerto 2018
5 Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, cet. 5 (Bandung: Citra Umbara, 2014). Hal: 51
3
yang superior dalam keluarga adalah suami) dan juga untuk kepastian hukum,
maka perceraian harus malalui saluran lembaga pengadilan.6
Berkaitan dengan ketentuan diatas, dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI) (INPRES No 1 Tahun 1999 tentang Kompilasi Hukum Islam)
ditetapka juga mengenai isyarat perceraian harus didepan sidang pengadilan.
Tepatnya ketentuan tersebut adalah pasal 115: “perceraian hanya dapat
dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama
tersebut berusaha tidak berasil mendaikan kedua belah pihak”
Ketentuan menjatuhkan talak seperti pada pasal di atas dipertegas pula
dalam pasal 117 dan pasal 129 Kompilasi Hukum Islam dengan ketentuan
sebagai berikut:
Dalam pasal 117 KHI juga menjelaskan talak adalah Ikrar suami
dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129,130,
dan 131.7
Pasal 129: “seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada
istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada
Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan
alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.
6 Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal: 19
7 Ibid, hal 316
4
Sedangkan menurut pendapat Imam Syafi‟i tentang talak liar adalah
sah, selama pihak yang akan bercerai menghadirkan saksi yang menimal
terdiri 2 orang.8
Dikalangan ulama berbeda pendapat mengenai ucapan talak yang
dapat dilakukan dengan lisan dan dapat pula dengan tulisan, karena kekuatan
penyampaian kehendak dengan menggunakan tulisan mempunyai kekuatan
yang sama dengan lisan. Bedanya adalah ucapan lisan segera dapat diketahui
langsung sesudah ucapan itu diucapkan, sedangkan pemberitahuan kehendak
dengan tulisan baru diketahui setelah selesai pembacaan tulisn itu. Inilah
pendapat yang di pengang juhur ulama. Ulama Zahiriyah berpendapat bahwa
ucapan talak menggunakan tulisan tidak sah dan tidak jatuh talaknya.
Alasanya ialah bahwa tidak ditemukan petunjuk dalam Al-qur‟an maupun
hadis Nabi adanya ucapan talak dengan menggunakan tulisan.
Meskipun undang-undang sudah mengatur sedemikian rupa cara
perceraian di Indonesia, namun masih ada beberapa daerah yang
masyarakatnya belum mengidahkan peraturan yang berlaku, masih banyak
masyarakat yang masih mempertahankan hukum adat dan tunduk pada
hukum Agama serta masih ada masyarakat yang karena faktor-faktor tertentu
terpaksa tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara agama Islam, lafaz talak yang diucapkan diluar pengadilan
agama merupakan talak liar sudah sah, namun Undang-Undang mengakui
talak seperti itu karena belum tercatat di Pengadilan Agama atau belum
8
Fifin Niya Pusyakkois, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Cerai Diluar Pengadilan
Agama Dan Implikasinya Pada Masyarakat Desa Penaruban Kec. Waleri Kab. Kendal, IAIN
Walisongo Semarang 2010
5
mendapatkan bukti cerai(surat cerai). Untuk mendapatkan surat cerai harus
mengajukan permohonan cerai dan melaksanakan perceraian di Pengadilan
Agama.
Menurut warga masyarakat Desa Seringat talak liar adalah cerai yang
dilakukan dirumah tanpa harus kepengadilan, diucapkan oleh laki-laki dan
ada saksinya.
Menurut Abdullah sebagai penghulu atau pegawai syara‟ di
Kecamatan Sungai Manau, beliau mengatakan :
“bahwa perceraian yang dilakukan oleh masyarakat di kecamatan sungai
manau kebanyakkan talak liar, apa lagi desa-desa yang terdapat diperdalaman
perceraiannya hanya menurut hukum Islam atau hukum adat yang berlaku”.9
Seperti yang terdapat di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
terdapat beberapa orang yang melakukan talak liar seperti taber berikut:
Tabel 1:
Perceraian Di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau Tahun 201910
No Perceraian
Orang Tahun
1 Perceraian dalam
pengadilan agama
2 Orang 2019
2 Perceraian di luar
pengandilan agama
8 Orang 2019
Jumlah 10 Orang
9 Wawancara Dengan Pegawai Syarak Kecamatan Sungai Manau, 15 Juni 2019
10
Data Dari Kepala Dusun Desa Seringat, 19 Desember 2019
6
Akhirnya, dari uraian di atas, dapat diambil permasalahan yang dapat
diangkat menjadi sebuah skripsi sebagai karya ilmiah dengan judul: “Talak
Liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau (Studi Komparatif
Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam).
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah arah dan tujuan serta efektifnya proses
pembahasan dari penelitian ini, maka penulis menentukan beberapan rumusan
permasalahannya sebagaimana tersebut dibawah ini :
1. Bagaimana praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau?
2. Apa saja faktor penyebab talak liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau?
3. Bagaimana kedudukan praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan
Sungai Manau menurut hukum Islam dan kompilasi hukum Islam?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dengan tidak
mengurangi nilai pembahasan, maka penulis membatasi masalah dalam
skripsi ini hanya pada praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau, data yang diambil pada tahun 2019.
7
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan sungai
manau.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab talak liar di Desa Seringat Kecamatan
Sungai Manau.
3. Untuk mengetahui kedudukan praktik talak liar di Desa Seringat
Kecamatan Sungai Manau menurut hukum Islam dan kompilasi hukum
Islam.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dan penelitian ini adalah :
1. Sebagai serana untuk menambah wawasan bagi penulis dalam rangka
mengembangkan keilmuan yang telah didapat dibangku perkuliahan.
2. Untuk melengkapi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar serjana
strata satu (S1) dalam jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Sebagai referensi dan sarana pemikiran bagi kalangan akademis dan
praktis masyarakat didalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
8
F. Kerangka Teori
1. Talak Perspektif Hukum Islam
a. Pengertian talak
Secara harfiyah Talak itu berarti lepas dan bebas. Dihubungkannya
kata thalak dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan karena antara
suami dan istri sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah
bebas.11
Sayyid sabiq mendefenisikan talak dengan sebuah upaya untuk
melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan
perkawinan itu sendiri. Defenisi yang agak panjang dapat dilihat dalam
kitab Kifayat al-Akhyar yang menjelaskan talak sebagai sebuah nama
untuk melepaskan ikatan nikah dan talak adalah lafaz jahiliyah yang
setelah Islam datang menetapkan lafaz itu sebagai kata untuk melepaskan
nikah.12
Sedangkan menurut Dahlan Idhami, lafaz talak berarti melepaskan
ikatan, yaitu putusnya ikatan perkawinan dengan ucapan lafaz yang
khusus seperti talak dan kinayah (sindiran) dengan niat talak.13
Menurut ulama Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa talak
adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang
akan datang dengan lafal yang khusus. Menurut Imam Hambali dan
11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup, 2006), hal 198
12 Amir Naruddin Dan Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kancana, 2012), hal. 207
13
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), hal. 156
9
Hanafi berpendapat bahwa talak adalah terlarang, kecuali karena alasan
yang benar. Sedangkan golongan Hambaliyyah berpendapat bahwa talaq
hukumnya kadang wajib, kadang haram, kadang mubah, dan sunah.
Talaq dibolehkan adalah apabila suami meragukan kebersihan tingkah
laku istrinya atau sudah tidak lagi mencintai istrinya.
Menurut ulama Syafi‟i mengatakat bahwa talak adalah pelepasan
akad nikah dengan lafal talaq atau yang semakna dengan itu. Sedangkan
menurut Mazhab Maliki talaq adalah suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri14
.
Perceraian adalah suatu perbuatan hukum dari seorang suami yang
dilakukan terhadap istrinya ataupun sebaliknya gugatan istri terhadap
suaminya. Perbuatan tersebuat dapat membawa akibat hukum yang
sangat luas bagi seseorang dan keluarganya. Karena itulah islam
menyari‟atkan bahwa suami yang menjatuhkan talak itu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: sudah dewasa, berfikir sehat, mempunyai
kehendak bebas dan masih mempunyai hak talak15
.
b. Dasar hukum talak
Permasalahan talak atau perceraian dalam hukum islam dibolehkan
dan diatur dalam dua sumber hukum islam, yakni al-qur‟an dan hadist.
Hal ini dapat dilihat pada sumber-sumber dasar hukum berikut ini:
Dalam surat Al-Baqarah ayat 231 disebutkan bahwa:
14 https://id.m.wikipidia.org/wiki/talak
15
Defrianto, Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Talak Diliar Pengadilan Agama,
Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009
10
Artinya: “apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati
akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma‟ruf
atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma‟ruf (pula).
Janganlah kamu rujuki mereka (hanya) untuk memberi
kemudhoratan, karena dengan demikian kamu menganiaya
mereka. Barang siapa takut berbuat zalim pada diri sendiri,
janganlah kamu jadikan hukum Allah suatu permainan dan
ingatlah nikmat Allah padamu yaitu hukmah Allah memberikan
pelajaran padamu dengan apa yang di turunkan itu. Dan
bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah
maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah:231).16
Dalam hal ini ditujukkan pula bahwa islam sangat berkeinginan agar
kehidupan rumah tangga itu tentram dan terhindar dari keretakan, bahkan
diharapkan dapat mencapai suasana pergaulan yang baik dan saling
mencintai. Dan wanita yang menuntut cerai dari suaminya hanya karena
menginginkan kehidupan yang menurut anggapannya lebih baik, dia
berdosa dan diharamkan mencium bau surga kelak di akhirat. Karena
perkawinan pada hakekatnya merupakan salah satu anugerah Illahi yang
patut disyukuri. Dan dengan bercerai berarti tidak mensyukuri anugerah
16
Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahan, Departemen Agama RI, (Bandung: CV
Diponegoro 2010), hal 56
11
tersebut (kufur nikmat). Dan kufur itu tentu dilarang agama dan tidak
halal dilakukan kecuali dengan sangat terpaksa (darurat). 17
c. Macam-macam Talak
Pembagian mengenai macam-macam talak dapat di tinjau dari dua
segi yaitu dari segi pengucapannya dan dari segi diprolehkannya rujuk
atau kembali kepda istri.18
Di tinjau dari segi mengucapkanya , talak dapat dibagi menjadi dua
yaitu talak sharih dan talak kinayah.
1. Talak sharih
Talak sharih yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
dengan menggunakan ucapan yang tegas atau jelas. Seorang suami yang
telah mengucapkan talak dengan sengaja walaupun hatinya tidak berniat
menalak istrinya, maka jatuhlah talak tersebut.
Adapun talak sharih dapat terjadi dengan tiga ucapan (kata) yaitu:
- Talak artinya menceraikan
- Firak (firaq) artinya memisahkan diri
- Sarah artinya lepas.
2. Talak kinayah
Talak kinayah yaitu talak menggunakan kalimat atau ucapan yang
tidak jelas maksudnya. Talak kinayah memerlukan adanya niat, artinya
jika ucapan talak itu tidak disertai dengan niat, maka tidak sah talaknya.
Akan tetapi jika disertai dengan niat , maka sah talaknya.
17 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
hal. 268
18 Ibnu Mas‟ud Dkk, Fiqh Mazhab Syafi‟i, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), hal 360
12
Talak kinyah dapat terjadi dengan ucapan-ucapan antara lain:
- Pulanglah engkau kerumah ibu bapakmu
- Kawinlah engkau dengan orang lain
- Saya sudah tidak hajat lagi kepadamu
Sedangkan ditinjau dari diperbolehkanya rujuk atau kembali kepada
istri, talak terbagi menjadi dua yaitu:
3. Talak raja‟i
Talak raja‟i adalah talak yang boleh rujuk (kembali) dengan lafal
tertentu setelah talak itu dijatuhkan. Talak disini adalah talak yang
dijatuhkan sekali atau dua kali. Suami yang menjatuhkan talak boleh
rujuk (kembali) kepada istrinya, setelah istrinya menjalani masa
iddahnya.
Maksudnya talak boleh dirujuk sesudah istri diceraikan hanya dua
kali. Bila perempuan itu telah dirujuk atau dinikahi kembali, sesudah
selesai masa iddahnya, usahakanlah tidak bercerai lagi atau biarkan saja
dia setelah perceraian yang kedua kali itu, tanpa menyebut-nyebut
kelakuan yang mungkin memburukkan (mencemarkan) dirinya.19
19
Ibid , hal 361
13
4. Talak ba‟in
Talak ba‟in ialah talak yang mengakibatkan suami tidak boleh rujuk
kembali kepada bekas istrinya, melaikan harus dengan akad baru.
Talak ba‟in ini terbagi menjadi dua:
a) Ba‟in sugra (kecil) seperti talak halus (khulu‟) dan menalak
istrinya yang belum dicampuri.
b) Ba‟in kubra (besar) yaitu talak tiga.20
d. Rukun dan Syarat talak
Rukun talak ada tiga yaitu:
1. Suami
Suami yang menjatuhkan talak disyaratkan :
a). Baliqh
talak yang dijatuhkan anak kecil dinyatakan tidak sah, sekalipun
dia telah pandai. Demikian kesepakatan para ulama mazhab kecuali
mazhab Hambal. Para mazhab hambali mengatakan bahwa talak
yang dijatuhkan anak kecil yang mengerti dinyatakan sah,
sekalipun usianya belum mencapai sepuluh tahun.
b). Berakal sehat
Dengan demikian talak yang dijatuhkan orang gila tidak sah.
Begitu pula dengan talak yang dijatuhkan oleh yang tidak sadar.
Tetapi para mazhab berbeda pendapat tentang talak yang
dijatuhkan oleh orang mabuk. Imamiyah mengatakan bahwa, talak
20
Moh. Rifa‟i, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta : PT. Karya Putra Semarang), hal 454-457
14
orang mabuk sama sekali tidak sah. Sementara itu mazhab empat
berpendapat bahwa talak orang mabuk itu sah manakalah dia
mabuk karena minuman yang diharamkan atas dasar keinginan
sendiri.21
c). Atas kehendak sendiri.
Dengan demikian, talak yang dijatuhkan oleh orang yang dipaksa
(menceraikan istrinya) menurut kesepakatan para ulama mazhab
tidak dinyatakan sah. Hal ini sesuai dengan sabdah Nabi SAW,
“sungguh allah melepaskan dari umatku tanggung jawab dari dosa
silap, lupa dan sesuatu yang dipaksakan kepadanya”.
d). Betul-betul bermaksud menjatuhkan talak. Dengan demikian kalau
seorang laki-laki mengucapkan talak karena lupa, keliru dan main-
main maka menurut Imamiyah talaknya dinyatakan tidak jatuh.
2. Istri
Istri yang dapat dijatuhkan talak, para fuqaha sepakat bahwa mereka
harus :
a). Perempuan yang dinikahi dengan sah
b). Perempuan yang masih dalam ikatan nikah yang sah
c).belum habis masa iddanya, pada talak raj‟i
d). Tidak sedang haid.
21
Ruslin Halil Nasution, Talak Menurut Hukum Islam, Jurnal Al-Hadi Vol III No 2
Januari-Juni 2018, hal 12-13
15
3. Sighat talak adalah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap
istrinya yang menunjukkan talak, baik itu sharih (jelas)maupun
kinayah (sindiran), baik berupa ucapan/lisan, tulisan, isyarat bagi
suami tuna wicara ataupun dengan suruhan orang lain.
4. Qashdu (sengaja) artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang
dimaksudkan oleh yang mengucapkannya untuk talak bukan untuk
maksud lain.22
2. Talak Menurut Kompilasi Hukum Islam
Menurut H. Abdurrahman, SH, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
adalah merupakan rangkuman dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama
fiqih yang biasa digunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama untuk
diolah dan dukembangkan serta dihimpun kedalam satu himpunan.23
Kompilasi Hukum Islam mendefinisikan talak adalah Ikrar suami
dihadapan Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkara perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal
129,130, dan 131.24
Mengenai tatacara perceraian melalui talak dijelaskan dalam didalam
pasal 129 : “seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepda istrinya
mengajukan permohonan baik lisa maupun tertulis kepada pengadilan
agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta
meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.
22
Ibid hal 13
23 http://masalahhukum-wordpress com.cdn. ampproject. org/v/s/masalahhukum.
Wordprees.com, Di Akses 22 September 2018
24
Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Kementeian Agama RI Tahun 2018, Pasal 117
16
Sementara talak di Indonesia harus disaksikan di depan sidang
Pengadilan. Ini dinyatakan dalam ayat (1) pasal 39 Undang-undang Nomor
satu Tahun 1974 tentang perkawinan. Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam
juga menjelaskan perkara talak harus didepan Pengadilan.
Dasar hukum ditetapkan demikian adalah melalui aturan agama, yaitu
secara berurutan, kita wajib taat kepada Allah (Al-Qur‟an), taat kepada
Rasulullah (As-Sunnah), dan taat kepada pemerintah (peraturan perundang-
undangan). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah dalam
surah an–Nisa‟ ayat 59.
Artinya : “wahai orang-orang yang beriman taaatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad) dan ulil amri (pemengang kekuasaan) diantara kamu.
Oleh karena itu sangat penting bagi warga negara, disamping taat
kepada Allah dan Rasulnya, juga taat kepada aturan negara. Salah satu
aturan negara yang berlaku bagi umat islam adalak UUP (undang-undang
perkawinan) yang dalam salah satu aturannya mengatur tentang perkawinan
, yang harus dilakukab didepan Pengadilan Agama. Dalam hal ini talak tidak
boleh dijatukan disembarangan tempat, tetapi harus dijatuhkan di depan
Pengadilan Agama.25
25
Nur Mujib, Ketika Talak DiLuar Pengadilan, Https://Www.Pa-Jakarta
Selatan.Go.Id/Artikel/236-Ketika-Suami-Mengucapkan-Talak-Diluar-Pengadilan,Diakses Tanggal
26 Desember 2018
17
G. Tinjauan pustaka
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yanng mengambil lokasi di
Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Untuk
menunjang dalam mengkaji dan menganalisa tentang talak liar , agar sesuai
dengan sasaran yang diinginpkan, maka penulis menelaah beberapa skripsi
yang hampir sama pembahasannya, serta perundang-undangan yang ada
kaitan dengan talak. Maka berikut ini akan penulis paparkan beberapa karya
ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan
yakni:
Hasil penelitian mahasiswa atas nama Fifin niya pusyakhois
(05211024) yang lulus ujian penelitian tahun 2010 penelitian yang berjudul
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Cerai Diluar Pengadilan Agama Dan
Implikasinya Pada Masyarakat Desa Penaruban Kec. Waleri Kab. Kendal.
Penelitian yang memusatkan kajian masalah faktor yang mendorong
masyarakat Desa Panaruban Kec. Walari Kab. Kendal melakukan cerai diluar
pengadilan agama adalah faktor agama dan kemudahan dalam proses
perceraiannyaserta murahnya biaya. Implementasi dari praktek perceraian
masyarakat desa penaruban adalah timbulnya tindakan penyelenggaraan
hukum terkait dengan tata administrasi kenegaraan yang menjadi kewajiban
masing-masing anggota masyarakat sebagaimana diatur dalam UU No 23
Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan yang berdampak pada
kerugian bagi negara. Hal tersebut mengindikasikan adanya ketidaksesuaian
18
dengan kaidah hukum Islam tentang penerapan hukum Islam yang
menyebutkan bahwa penerapan hukum harus dapat membuang mudlarat.26
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya peneliti tidak
hanya membahas faktor penyebab terjadinya perceraian diluar pengadilan,
tetapi peneliti juga akan membahas tentang praktik talak diluar pengadilan
agama di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau.
Hasil penelitian mahasiswa syariah atas nama Defrianto (04350028)
yang lulus ujian penelitian pada tahun 2009, penelitian tersebut berjudul
Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Talak Diluar Pengadilan Agama
(Studi Di Jorong Sitiung Kenagarian Sitiung Kec. Sitiung Kab. Darmasraya).
Dalam skripsi ini membahas berdasarkan atas bagaimana pandangan dan
pendapat dari tokoh masyarakat tentang hukum perceraian atau talak yang
dilakukan diluar pengadilan agama.27
Pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya, peneliti akan
meneliti tentang bagaimana kedudukan perceraian diluar pengadilan di Desa
Seringat Kecamatan Sungai Manau menurut hukum Islam dan kompilasi
hukum Islam.
Hasil penelitian mahasiswa Mizzatul Izzah (14112140047) mahasiswa
fakultas syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang lulus pada tahun 2015
dengan judul skripsi Perceraian Dari Perkawinan Resmi Yang Dilakukan
26Fifin niya pusyakhois (05211024) yang lulus ujian penelitian tahun 2010, Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Cerai Diluar Pengadilan Agama Dan Implikasinya Pada Masyarakat
Desa Penaruban Kec. Waleri Kab. Kendal.
27 Defrianto (04350028) yang lulus ujian penelitian pada tahun 2009, Pandangan Tokoh
Masyarakat Terhadap Talak Diluar Pengadilan Agama (Studi Di Jorong Sitiung Kenagarian
Sitiung Kec. Sitiung Kab. Darmasraya)
19
Diluar Pengadilan Agama Didesa Rengaspendawa Kec. Larangan Kab.
Brebes (Studi Terhadap Faktor Penyebab Dan Akibat Yang Ditimbulkan).
Hasil Penelitian ini yaitu pertama menurut KHI dan undang-undang no 1
tahun 1974 yaitu perkawinan diaggap putus atau mengalami perceraian
apabila dilakukan di sidang pengadilan agama. Kedua akibat dari perceraian
diluar pengadilan yaitu tidak mempunyai kekuatan hukum sebab dilakukan
tidak sesuai menurut aturan hukum, psikologi anak mengalami depresi dan
relasi mentan istri dan suami tidak mengindahkan aspek silaturahmi.28
Hasil penelitian mahasiswa Eko Pratama Putra (106044101394)
Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lulus Pada Tahun 2010, Dengan Judul Skripsi Problematika Talak Di Luar
Pengadilan Bagi Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa. Hasil penelitian ini yaitu
konsekuensi talak di luar pengadilan adalah tidak sah secara hukum indonesia
dan sebagaimana pandangan hakim pengadilan agama tigaraksa yang
memandang talak tanpa putusan pengadilan tidak sah, berlandasan kepada
Undang-Undang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Problem yang
dirasakan oleh masyarakat di wilayah Tigaraksaketika melakukan talak di
luar pengadilan adalah tidak terpenuhinya hak-hak yang harus didapatkan.
Namun talak tidak akan dilakukan di luar pengadilan apabila rasa aman,
percaya, pahamnya akan aturan-aturanyang berlaku di Indonesia serta tidak
rumit dan lamanya waktu berpekara di pengadilan. Metode penelitian yang
28
Mizzatul Izzah (14112140047) mahasiswa fakultas syariah IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, dengan judul skripsi Perceraian Dari Perkawinan Resmi Yang Dilakukan Diluar
Pengadilan Agama Didesa Rengaspendawa Kec. Larangan Kab. Brebes (Studi Terhadap Faktor
Penyebab Dan Akibat Yang Ditimbulkan), pada tahun 2015
20
digunakan yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang
bertempat di wilayah Tigaraksa. Pendekatan yang digunakan penelitian ini
adalah pendekatan deskriptip dan komparatif.29
Penelitian yang akan dilakukan berikutnya menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian langsung ke objek
penelitian yaitu di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau. Dan pendekatan
penelitian yang digunakan yaitu pendekatan normatif dan pendekatan
komparatif.
Selain penelitian diatas, memang ada beberapa penelitian yang
memusatkan kajian pada proses perceraian. Namun lingkup dari penelitian
tersebut hanya mencangkup salah satu jenis perceraian atau proses perceraian
dipengadilan agama.
29
Eko Pratama Putra (106044101394) Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta , Judul Skripsi Problematika Talak Di Luar Pengadilan Bagi
Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa Pada Tahun 2010
21
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Seringat Kecamatan Suangai
Manau Kabupaten Merangin, karena sesuai dengan permasalahan yang
diajukan dalam latar belakang masalah dengan keadaan dilapangan.
2. Waktu Penalitian
Mengingat, menimbang serta memperhatikan segala kekurangan dan
keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, moril dan materil pada diri peneliti,
maka waktu penelitian ini dilakukan selama 28 November 2019 – 28
Februari 2020.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penyusun gunakan adalah penelitian lapangan
(field research) yaitu penelitian langsung ke objek penelitian yaitu di Desa
Seringat Kecamatan Sungai Manau.
Alasan memilih metode penelitian ini adalah untuk mengungkapkan
masalah yang berkenaan dengan pengalaman seseorang ketika menghadapi
fenomena di lapangan. Selain itu metode ini juga sesuai bila kita hendak
mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru yang ingin kita ketahui,
karena metode kualitatif dapat meberi rincia yang kompleks tentang
fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.
22
C. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut
1. Pendekatan normatif atau perpustakaan ialah merupakan penelitian
mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan barbagai data sekunder
seperti perundang-undangan, teori hukum dan dapat berupa pendapat
sarjana. Alasan memilih pendekatan normatif ini yaitu sesuai dengan
penelitian penulis yang mengkaji tentang kedudukan talak liar di Desa
Seringat menurut Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam.
2. Pendekatan komparatif adalah suatu landasan kajian untuk memahami
jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua
kelompok atau lebih dari variabel tertentu. Perbandigan dapat dilakukan
terhadap mansing-masing unsur ataupun secara komulatif terhadap
semuanya. Dengan metode perbandingan hukum dapat dilakukan
penelitian terhadap berbagai sistem hukum yang berlaku disuatu
masyarakat atau secara lintas sektoral terhadap sistem hukum-hukum
yang berbeda. Alasan memilih pendekatan penelitian ini yaitu sesuai
dengan judul skripsi penulis yaitu kedudukan talak liar menurut hukum
Islam dan kompilasi hukum Islam.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dalah data yang
bersifat kualitatif yang terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder
23
a. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur
atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari.30
Data primer Yaitu dengan memperoleh data dari wawancara
langsung terhadap masyarakat yang terkait dan dari para tokoh
masyarakat setempat dengan mengacu pada perumusan masalah
diatas guna menghindari terjadinya penyimpangan dari pokok
maslah.
b. Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh
secara tidak langsung atau melalui perentara.31
Data ini juga di
kumpulkan melaui studi pustaka dengan membaca mempelajari
buku-buku yang berkaitan di antaranya fiqh munakahat, hukum
perceraian, Undag-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan buku-buku
lain yang berhubungan dengan tema ini.
2. Sumber data
Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh, sumber
data dalam penelian penelitian ini adalah beberapa orang, materi dan
keadaan ditempat penelitian:
30
Husaini Usaman, Metodologi Penelitian Sosial, hal: 91
31 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syari’ah Press, 2014),
Hal:32
24
Sumber berupa orang:
a. Kepala Desa (KADES) Desa Seringat
b. Kepala dusun (KADUS) Desa Seringat
c. Ketua Adat
d. Orang Yang Melakukan Talak Liar
e. Pegawai Syara‟
f. Masyarakat Desa Seringat
Sedangkan sumber data berupa materi keadaan dokumen-dokumen
yang menguji data yang ada kaitanya dengan penelitian serta sumber data
berupa keadaan yaitu situasi dan kondisiyang diamati selama penelitian.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunankan metode pengumpulan
data secara kualitatif, dalam penulisan data yang penulis butuhkan untuk
penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap objek
yang diteliti, dalam hal ini peneliti menggunakan observasi dengan cara
mendatangi para pihak yang melakukan percaraian.
2. Wawancara (interview)
25
Wawancara digunakan sebagai intrumen pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respndennya sedikit/kecil.32
Metode wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur,
mengharuskan peneliti mengadakan kontak langsung dengan sumber
data, baik dalam kondisi yang orisinil maupun dengan situasi yang
dikondisikan sedemikian rupa. Objek yang menjadi responden adalah
kepala desa, pegawai syara‟, ketua adat, orang yang melakukan talak liar
dan masyarakat. Hasil wawancara ini diharapkan tanpa adanya intervensi
daari pihak lain.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dimaksud dalam proses pengumpulan
data penelitian ini adalah suatu metode atau cara untuk mencari data dari
dokumentasi resmi internal yang berupa memo, kwitansi, nota,
pengumuman, intruksi, disposisi, dan aturan organisasi termasuk masalah
atau laporan rapat dan keputusan dan program kerja pemerintah.
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
32
Sigiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet Ke-5, Hal. 137
26
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulrn,
rapat, agenda, dan sebagainya.33
Untuk studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting
adalah sebagai berikut:
a. Dokumen membantu menyedifikasian ejaan dan judul atau nama
yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam
wawancara.
b. Dokumen dapat menambah rincian secara spesifik lainnya guna
mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Jika bukti
dokumenter bertentangan dan bukannya mendukung, peneliti
mempunyai alasan meneliti lebih jauh topik yang bersangkutan.
Inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokemen, sebagai contoh dengan
mengobservasi pola tembusan korban dokumen tertentu. Seorang peneliti
dapat mulai mengajukan pertanyaan baru tentang komunkasi jaringan kerja
suatu organisasi. Studi dokumentasi ini dapat memperoleh data tentang
komunikasi dan jaringan kerja suatu organisasi. Studi dokumentasi ini dapat
memperoleh data tentang Desa Seringat, keadaan penduduk desa, struktur
pemerintahan serta lingkungan desa.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatif yaitu
dengan memparkan hasil temuan di lapangan dari data observasi, wawancara
dan dokumentasi. Sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 274
27
diinformasikan pada orang lain. Setelah penulis memperoleh informasi, maka
langkah selanjutnya adalah penulis menganalisis data dengan beberapa teknik
yang sering digunakan pada penelitian kualitatif.
Adapun tahap-tahap dalam menganalisis data yaitu:
1. Pengumpulan data
Sebagai peneliti hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah
pengumpulan seluruh catatan lapangan berdasarkan temuan yang telah
dilakukan, dengan cara sebelumnya yaitu: observasi, wawancara, dan
dokumen-dokumen yang terlibat.
2. Klasifikasi Data
Agar penelitian ini lebih sistematis, maka data hasil wawancara
diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan
pertanyaan dalam rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-
benar memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan hasil atau proses penelitian. Setelah
langkah-langkah di atas, maka langkah yang terakhir adalah
menyimpulkan dari analisis data untuk menyempurnakan penelitian ini.
Sehingga mendapatkan keluasan ilmu khususnya bagi peneliti serta bagi
para pembacanya. Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dari
keseluruh data-data yang telah diperoleh dari kegiatan penelitian yang
sudah dianalisis kemudian menuliskan kesimpulan pada bab V.
28
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh tentang isi dan apa
yang di uraikan dalam skripsi ini penyusun membagi pembahasan skripsi ini
kedalam lima bab.
Bab I, Merupakan bab pendahuluan yanng berisi aspek-aspek utama
penelitian yaitu yanng terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan
pustaka.
Bab II, Metode penelitian, bab ini berisi tentang metodologi penelitian
yang terdiri dari sub sebagai berikut: Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis
Penelitian, Sifat Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data,
Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Sistematika Penulisan dan
jadwal Penelitian.
Bab III, berisi tentang, Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Pada bab
ini akan membehas tentang gambaran umum penelitian di Desa Seringat
Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.
Bab IV, berisi tentang Pembahasan dan Hasil Penelitian, pada bab ini
akan membahas tentang isi dari skripsi ini yang membahas tentang “Talak
Liar di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau (Studi Perspektif Kompilasi
Hukum Islam)
Bab V: Penutup, dibagian bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
dari hasil penulisan skripsi.
29
H. Jadwal Penelitian
Tabel 2: Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
September Oktober November Desember Januari Februari April
1 Pengajuan
Judul x
2 Bimbingan
Proposal x
3 Seminar dan
Perbaikan
Proposal X X x
4 Surat Izin Riset X x
5 Pengumpulan
Data X
6 Verifikasi Data x x
7 Penulisan
Laporan x
8 Bimbingan dan
Perbaikan x x
9 Agenda dan
Ujian Skripsi X
30
10 Perbaikan dan
Penjilidan x x
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN
A. Sejarah Desa Seringat
Desa seringat adalah sebuah desa yang ada di wilayah Kecamatan
Sungai Manau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Sejarah terbentuknya
Desa Seringat adalah dimana pada zaman pemerintah atau penjajah kolonial
belanda, pada waktu itu Desa Seringat ini menjadi tempat persembunyian
para pejuang karena demikian seperti tokoh-tokoh polotik dan para pemuka
agama.
Desa seringat ini dulunya agak terpencil dan jauh dari jalan path atau
jalan raya jalan lintas jambi menuju Kabupaten Kerinci dan Desa ini terletak
di seberang sungai yang mengalir dari Kecamatan Pangkalan Jambu. Desa
Seringat ini terletak di sepanjang sungai yang namanya sungai batang seringat
dan sepanjang sungai batang seringat ini terdapat pada beberapa Desa yaitu
Desa Palipan dan Desa Sungai Pinang.
Jadi asal mula terbentuknya Desa Seringat ini adalah adanya beberapa
penduduk rumah atau beberpa Kepala Keluarga (KK) yang berasal dari
beberapa Desa/Dusun tetangga, karena rumah-rumah penduduk ini
kebanyakan berada disepanjang sungai Seringat ini maka dinamakan desa ini
Desa Seingat.34
34 Wawancara Kepala Desa Seringat (Muhammad amin), 18 Desember 2019
32
B. Aspek Geografis
Desa seringat merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Luas wilayah desa
seringat sebesar ±31 km2. Sebagian besar wilayah desa seringat terdiri dari
persawahan dan dikelilingi oleh perbukitan. Desa seringat memiliki tiga
dusun yaitu Dusun Sungai Lempur, Dusun Seringat, Dusun Muaro Seringat.
Jarak antara tiga dusun tersebut tidak begitu jauh, namun kondisi jalan utama
yang berdebu dan berbatuan serta sudut kemiringannya lumayan besar di
beberapa tikungan membuat kendaraan sedikit kesulitan untuk melewatinya
ketika hujan turun. Desa Seringat berjarak ±3 km dari ibu kota Kecamatan
Sungai Manau, sementara dari ibu kota Kabupaten Merangin berjarak ± 45
km.
Tabel 3: Kodisi Geografis Desa Seringat35
Batas Desa/Kecamatan Wilayah
Utara Palipan/Sungai Manau Kab. Merangin
Selatan Sungai Manau/Sungai Manau Kab. Merangin
Barat Sungai Nilau/Sungai Manau Kab. Merangin
Timur Gelanggang Kab. Merangin
35 Arsip Kantor Kepala Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau Tahun 2019
33
Lahan di Desa Seringat mempunyai tingkat kemiringan yang
bervariasi. Desa Seringat berada di ketinggian 209 m diatas permukaan laut.
Suhu rata-rata setiap hari pada siang hari berkisar antara 29-34 ºC, sementara
pada malam hari berkisar antara 24-28 ºC, dan suhu maksimum adalah 34ºC.
C. Struktur Pemerintah Desa
Adapun struktur pemerintah di Desa Seringat untuk membantu
berjalannya pemerintah dengan baik, yang mana kedudukan dalam birokrasi
struktur pemerintah Desa Seringat di duduki oleh orang-orang yang struktur
di bidang masing-masing.
Jumlah lembaga pemerintahan Desa Seringat Kecamatan Sumau
Manau:
a. Kepala Desa : 1
b. Sekretaris Desa : 1
c. Bendahara Desa : 1
d. Perangkat Desa : 6
e. BPD : 1
f. Kepala dusun : 3
34
Struktur pemerintahan di Desa Seringat dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 136
Struktur pemerintahan Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin
Keterangan
1. Badan pegawas desa
Badan pengawas desa bertugas dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dilimpahkan camat kepadanya
seperti melakukan pengawasan terhadap pembangunan sarana dan
prasarana yang ada didesa, membimbing dan mengawasi kepada desa
36 Arsip Kantor Desa Seringat (Organisasi Pemerintahan Desa Seringat), Tahun 2019
Kepala Desa
M. Amin
Sekretaris
Zulkifli
Kaur
Pembangunan
M.Arsyad
Kaur
Pemerintahan
Masiaroh
Kaur Umum
Darmawan
Kadus 1
Iwan
Kadus II
Alex Canra
Kadus III
Ardison
35
untuk menyusun program kerja, serta mengkoordinir setiap kegiatan yang
akan dilakukan oleh kepala desa.
2. Kepala desa
Kepala desa bertanggung jawab untuk melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh camat untuk
menangani sebangian urusanekonomi daerah seperti penyusunan
program dan kegiatan kecamatan, perumusan tujuan dan sarana
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakat di wilayah
kecamatan sesuai dengan ketentuan pelimpahan sebagaimana
kewenangan camat kepada kades, pengkoordinasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat, pengkoordinasi upaya penyeleggaraan
ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat,
pengkoordinasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan, pengkoordinasi pemeliharaan dan pasilitas pelayanan umum,
pengkoordinasi penyelenggara kegiatan pemerintah di tingkat desa,
pembinaan penyelenggarakan pemerintah desa/kelurahan.
3. Sekretaris desa
Sekretaris desa mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
umum, penyusunan perencanaan, pengelola administrasikeuangan
pengkoordinasi dan pelaksanaan penyusunan program dan kegiatan desa,
penyelenggaraan urusan umum dan perlengkapan, keprotokolan dan
hubungan masyarakat, kearsipan perpustakaan kecamatan, pembinaan
dan pengendalian administrasi pelayanan publik penyelenggaraan
36
pemerintahan umum di desa, pelaporan pelaksanaan kegiatan unit kerja
desa, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dari fungsinya.
4. Kaur pemerintahan
Kaur pemerintahan mempunyai tugas pokokuntuk merumuskan
dan mengkoordinir kebijakan teknis dibidang pemerintahan, menyusun
program dan kegiatan, serta menyusun rencana kerja di bidang tugasnya,
menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan pemerintahan desa,
melaksanakan penilaian atas laporan pertanggungjawaban kepala desa,
mempasilitasi penyelenggaraan kerjasama dan penyelesaian perselisihan
antar desa di wilayah kerjanya, mempasilitasi penataan desa,
mempasilitasi penyusunan peraturan desa.
5. Kaur pembangunan
Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa mempunyai
tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, menyusun program
dan kegiatan serta menyusun rencana kerja di bidang tugasnya,
menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa, mempasilitasi kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa, melaksanakan pembangunan sarana
dan prasarana di wilayah kecamatan, malaksanakan koordinasi dan
fasilitasi pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa.
37
6. Kadus (kepala dusun)
Kepala dusun mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan
pengawasan, evaluasi dari pelaporan pelaksanaan kegiatan pembinaan
ketenraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat, melaksanakan
tugas lainyang di berikan oleh atasan, sesuai dengan tugas dan fungsinya,
serta memelihara ketenraman dan ketertibab masyarakat dan pencegahan
tindak kriminal di wilayah kerja dusun.
D. Aspek Demografis Dan Keadaan Sosial Masyarakat Desa Seringat
1. Aspek Demografis
a.) Kependudukan
Jumlah penduduk desa seringat sebanyak 1.136 jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 321 kepala keluarga. Jumlah
penduduk perempuan 552 jiwa, sedangkan penduduk laki-laki 584
jiwa.
Jumlah penduduk Desa Seringat adalah 1.136 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga 321 KK.
b.) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4: Jumlah Penduduk37
Laki-laki Perempuan Jumlah total
584 jiwa 552 jiwa 1.136wa
37 Arsip kantor kepala desa seringat tahun 2019
38
c.) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perdusun
Tabel 5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin38
d.) Laju pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data yang diambil dari dokumen BPS kabupaten
merangin yakni sungai manau dalam angka 2018 diperoleh
kesimpulan bahwa laju pertumbuhan penduduk di desa seringat terus
meningkat. Hal tersebut dilihat dari tahun 2014 dengan jumlah
penduduk 797 jiwa.
Jumlah penduduk sadah mencapai 1.136 jiwa pada tahun
2019 data yang diperoleh tersebut disajikan tabel dan diagram
berikut.
2. Keadaan sosial
a) Kehidupan beragama
Penduduk Desa Seringat 100% memeluk agam islam. Dalam
kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan
khususnya agama Islam sangat berkembang dengan baik.
38 Arsip Kantor Kepala Desa Seringat, Tahun 2019
No
Dusun
Jumlah Penduduk Jiwa
L P Total
1 Sungai
Lempur 143 113 256
2 Seringat 230 229 459
3 Muaro
Seringat 211 210 421
Jumlah 584 552 1.136
39
b) Pendidikan
Pendidikan di desa seringat bisa dikatakan meningkat
terutama pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), taman
kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD). Pada jenjang pendidilan
SMP Sederajat, SMA Sederajat dan untuk jenjang perkuliahan masih
terhitung banyak yang tidak melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi.
Pendidikan di desa seringat dapat dilihat dari jumlah sekolah
yang ada pada tabel berikut:
Tabel 6: Jumlah SD/MI Kec. Sei Manau39
No Nama Desa Sekolah Dasar M.I
N S N S
1 Sungai Pinang 1
2 Seringat 1
3 Tiangko 1
4 Gelanggang 1
5 Sungai Manau 1 1
6 Sugai Nilau 1
7 Bukit Batu 1
8 Durian Lecah 1 1
9 Palipan 1
10 Benteng 1
39 Arsip Kantor Kepala Desa Seringat, Tahun 2019
40
Tabel 7: Jumlah SMP/MTS Ke. Sei. Manau40
No Nama Desa SLTP MTS
1 Sungai Pinang 1
2 Seringat
3 Tiangko
4 Gelanggang
5 Sungai Manau 1 1
6 Sugai Nilau
7 Bukit Batu 1
8 Durian Lecah
9 Palipan
10 Benteng
Jumlah 3 1
Tabel 8: Jumlah SMA/MAN Kec. Sei Manau
No Nama Desa SLTA/SMA MA
1 Sungai Pinang
2 Seringat
3 Tiangko
4 Gelanggang
5 Sungai Manau 1 1
6 Sugai Nilau
7 Bukit Batu 1
8 Durian Lecah
9 Palipan
10 Benteng
Jumlah 2 1
40 Arsip Kantor Kepala Desa Seringat, Tahun 2019
41
Dari tabel diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa di desa
seringat hanya memiliki 1 SD dan tidak memiliki sekolah lanjut
tingkat pertama (SMP) dan juga sekolah menengah atas (SMA).
Keterbelakangan mutu pendidikan yang menjadikan
masyarakat tidak mengetahui informasi bahwa talak liar itu tidak
diperbolehkan dalam undang-undang No 1 Tahun 1974 dan juga
dalam KHI walaupun dalam hukum islam sudah dianggap sah talak
liar. Dan juga kurangnya mutu pendidikan di Desa Seringat ini juga
menjadi salah satu pemicu juga terjadinya pernikahan dibawah umur.
c) Adat Istiadat
Masyarakat Desa Seringat juga mempunyai adat Istiadat yang
mereka pengang, adat yaitu: kebiasaan, sedangkan Istiadat yaitu adat
kebiasaan dengan demikian dijelaskan bagi kita bahwa merupakan
salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang atau masyarakat
setempat. Karena adat merupakan peninggalan nenek moyang
terdahulu yang diwarisi sampai sekarang yang dapat memebentuk
suatu kepribadian masyarakat yang adil dan damai.
E. Aset Ekonomi
Sebagian besar masyarakat di Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau bekerja sebagai petani, dalam hal ini kemampuan untuk menghasilkan
pendapatan didapatkan secara keseluruhan dari dari surplus penjuakan hasil
pertanian yang terdapat tiga dusun yang ada di Desa Seringat tersebut. Jika
dikaitkan dengan teori ekonomi “perdagangan”, maka masyarakat Desa
42
Seringat memiliki spesialisasi produk barupa hasil pertanian, serta status
sistem perekonomiannya yang masih kental dengan sistem perekonomian
tradisional. Namun jika dilihat dari sisi distribusi pendapatan desa seringat
belum terlalu efektif dan efisien. Ini terlihat dari pengeluaran nasing-masing
masyarakat terutama dalam membeli bahan pokok itu seadaya/secukupnya.
Secara keseluruhan, didapatkan kesimpulan bahwa potensi ekonomi di
desa seringat tergantung pada sektor pertanian. Namun profesi dibidang
tenaga kerja terdidik tersebut tergolong minim di desa ini.
Potensi sumber daya ekomoni yang dimiliki oleh Desa Seringat adalah
adanya lahan pertanian, perkebunan, dan perternakan.
a. Pertanian dan perkebunan
- Sawah : 40Ha
- Karet : 23Ha
b. Peternakan : (ayam, itik, kambing,karbau, sapi)
Dari aset ekonomi di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya talak liar. Karena rendahnya
pendapatan peghasilan yang didapat di Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau, sehingga masyarakat tidak melaukan talak di pengadilan agama.
43
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Perceraian Diluar Pengadilan di Desa Seringat Kecamatan
Sungai Manau
Praktik perceraian diluar pengadilan di Desa Seringat ini merupakan
perceraian yang dilakukan oleh setiap orang tanpa harus kepengadilan agama
untuk bercerai.
Masyarakat di Desa Seringat melakukan praktik perceraian diluar
pengadilan dengan cara :
1. Pertama suami telah mentalak istrinya dirumah
2. Setelah itu si suami melaporkan kepada bapak mamak bahwa ia ingin
bercerai dengan istrinya karena tidak sejalan lain.
3. Pihak istri mendatangi pihak suami untuk menanyakan masalah kenapa si
suami ingin mentalakkan si istrinya. (Penjelasan suami)
4. Dan terakhir bapak mamak sebelah suami dan bapak mamak sebelah istri
datang kerumah si istri, berkumpul (berunding). Dalam perbincangan
tersebut membicarakan hal-hal yang disampaikan oleh suami dan istri
bahwa mereka ingin bercerai, dan juga membicarakan harta selama
pernikahan mereka berdua. Rumah dan anak jatuh kepada istri.
5. Dan setelah itu jatuhlah talak antara suami dan istri tersebut.
44
Tata cara perceraian dalam pengadilan agama dalam pasal 129, 130
dan 131 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi41
:
Pasal 129 : “seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya
mengajukan permohonan baik lisan maupun tulisan kepada
pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai
dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk
keperluan itu”.
Pasal 130 : “pengadilan agam dapat mengabulkan atau menolak permohonan
tersebut, dan terdapat keputusan tersebut dapat diminta upaya
hukum banding dan kasasi”.
Pasal 131 : 1.Pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan
dimaksud pada pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya
30 hari memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta
penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
maksud menjatuhkan talak.
2. Setelah pengadilan agama tidak berasil menasehati kedua
belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak
serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam
rumah tangga, pengadilan agama menjatuhkan menjatuhkan
keputusannya tentang izi bagi suami untuk mengikrarkan talak.
41
Kompilasi Hukum Islam Pasal 129,130 Dan 31
45
3. setelah keputusannya mempunyai kekuatan hukum tetap
suami mengikrarkan talaknya didepan sidang pengadilan agama
dihadiri oleh istri dan kuasanya.
4. bila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6
bulan terhitung sejak putusan pengadilan agama tentang izin
ikrar talak baginya mempunyai kekuatan hukum yang tetap
maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur dan ikatan
perkawinan yang tetap utuh.
5. setelah sidang penyaksian ikrar talak pengadilan agama
membuat penetapan tentang terjadinya talak rangkap empat
yang merupakan bukti perceraian bagi bekas suami dan istri.
Helai pertama beserta surat ikrar talak dikirimkan kepada
pegawai pencatat nikah tyang mewilayahi tempat tinggal suami
untuk diadaka pencatatan, helai kedua dan ketiga masing-
masing diberikan kepada suami istri dan helai keempat disimpan
oleh pengadilan agama.
Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan pegawai syarak di
Kecamatan Sungai Manau dan ketua adat di Desa Seringat:
Najmi merupakan pegawai syarak di Kecamatan Sungai Manau
sekaligus tkepala adat yang bertempat tinggal di Dusun Seringat beliau
mengatakan :
46
“praktek talak liar di Desa Seringek ko sudah ado dari zaman
dulu sebelum mbo lahir. Praktik macam ko dak lepeh dari
adanyo keinginan dari masyarakat untuk barcerai dan jugo dak
perlu ngelua sen banyak-banyak untuk becerai dak. Proses
cerainyo yo pertamo ditanyo pasangan suami istri oleh bapak
mamak nak bercerai apo nak rujuk. Kalo pasangan suami istri
nak bercerai yo sudah tu keluarga sebelah suami dan istri
berunding. Dalam perundingan tu ditanyo jugo kalau seandainyo
ado harto selamo berumah tanggo, itu di bagi duo antara suami
dan istri, rumah dan anak lah pasti jatuh dengan istri, harto yang
lain tu dibagi duo. Kalau lah selesai bahas tu galonyo, yo
ditutuplah acara runding malam tu, jatuhlah talaknya suami
dengan istri tu”.42
Terjemahan :
Praktek talak liar di desa seringat sudah ada dari zaman dahulu sebelum
saya lahir. Praktik ini tidak lepas dari adanya keinginan dari masyarakat
untuk becerai dan juga tidak perlu mengeluarkan duit untuk becerai. Proses
perceraiannya pertama ditanyakan kepada pasangan suami istri oleh bapak
mamak. Bahwa mereka ingin bercerai atau ingin rujuk. Kalau pasangan suami
istri mau talak maka keluarga dari sebelah suami dan istri berkumpul
(berunding). Dalam acara tersebut ditanyakan juga masalah harta yang
diperoleh selama perkawinan. Kalau seandainya ada maka harta tersebut
dibagi dua, rumah dan anak sudah pasti jatuh kepada istri harta yang lain
dibagi dua. Kalau pembahasan tersebut sudah selesai maka ditutuplah acara
pada malam itu, dan jatuhlah talak suami istri itu.
Sarbaini rahman merupakan ketua adat di Dusun Muaro Seringat beliau
mengatakan praktik talak liar dengan cara :
42
Wawancara Pak Najmi, Pegawai Syarak Dikecamatan Sungai Manau Sekaligus Kepala
Adat Di Dusun Seringat, 18 Desember 2019
47
“Awalnyo si suami mengadu kepada bapak mamak di Desa Seringek
bahwo nyo tu nak bercerai dengan istrinyo karno dak sajalan lagi. Keduo
perwakilan pihak istri mendatangi pihak suami untuk menanyokan
masalah kenapo si suami ko nak mentalak bininyo ko. Setelah tu bapak
mamak menanyokan pertanyaan yang dibagih ke suami, dibertanyokan
lagi kepado si istri. Dan terakhir pihak istri memanggil bapak mamak
sebelah suami dan bapak mamak sebelah istri untuk datang kerumah
perempuan untuk berunding, Dan setelah tu jatuhlah talak antaro suami
dan istri tersebut”.43
Terjemahan :
Pertama si suami mendatangi bapak mamak di Desa Seringat bahwa ia
ingin bercerai dengan istrinya karena tidak sejalan lagi. Kedua perwakilan
pihak istri mendatangi pihak suami untuk menanyakan masalah kenapa si
suami ingin mentalakkan si istrinya. Setelah itu bapak mamak menanyakan
pertanyaan yang diberikan ke suami, dibertanyakan lagi kepada si istri. Dan
terakhir pihak istri memanggil bapak mamak sebelah suami dan bapak
mamak sebelah istri untuk datang kerumah perempuan untuk berkumpul
(berunding), Dan setelah itu jatuhlah talak antara suami dan istri tersebut.
Sapawi merupakan kepala adat di Dusun Sungai Lempur beliau
mengatakan :
“Praktik talak liar tu dak lepeh dari tradisi adat yang berlaku dan
proses perceraiannyo yang cepet dan mudah. Praktik talak dibawah
tangan tu adalah cerai yang dilakukan didumah tanpa harus pai
kepengadilan, proses perceraiannyo dilakukan dirumah dan
melakukan perkumpulan (berunding) antaro saksi dari sebelah
perempuan dan saksi sebelah laki-laki dan diputuskan perceraian
antara laki-laki dan perempuan pada acara berunding tersebut
sekaligus pembagian harto yang didapet selamo pernikahannyo”.44
43 Wawancara Pak Sarbaini Rahman, Kepala Adat Dusun Muaro Seringat, 18 Desember
2019
44 Wawancara Pak Sapawi, Kepala Adat Dusun Sungai Lempur , 28 Desember 2019
48
Terjemahan :
praktik talak liar itu tidak lepas dari tradisi adat yang berlaku dan proses
percerainya yang begitu cepat dan mudah. Praktik talak itu ialah perceraian
yang dilakukan dirumah tanpa harus kepengadilan, prosesnya perceraiannya
dilakukan dirumah dan melakukan perkumpulan (berunding) antara saksi dari
sebelah perempuan dan saksi sebelah laki-laki dan diputuskan perceraian
antara laki-laki dan perempuan pada acara berunding tersebut sekaligus
pembagian harta yang didapat selama pernikahan.
Talak liar yang terjadi di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau telah
menimbulkan berbagai pendapat dan pandangan dikalangan tokoh masyarakat
Desa Seringat. Walaupun hanya sebagian pegawai syara‟, ketua adat dan
masyarakat yang mengemukakan pendapat masalah talak liar yang terjadi di
Desa Seringat Kecamatan Sungaai Manau. Berikut ini penulis paparkan
beberapa pendapat dari pandangan masyarakat di Desa Seringat:
Lastri Merupakan masyarakat di Desa Seringat bertempat tinggal di
dusun Seringat, beliau mengatakan :
“kalau cerai di dusun „emang macam itu lah‟ kalau dibawok
kepengadilan yang nak dibagi harto, hartanyo lum ado, tinggal
masih dirumah orang tuo, jadi untuk apo cerai di pengadilan.
Lagian kalau cerai di pengadilan urusanyo bertele-tele dan jugo
banyak guno biaya apo gi ongkos oto nak pai kepengadilan nak
pakai sen jugo dan biaya dalam proses perceraiannyo butuh sen
yo gi. Kalau ado yang mudah untuk apa nak payah-payah”.45
Terjemahan :
45
Wawancara Ibu Lastri, Masyarakat Di Desa Seringat, 19 Desember 2019
49
kalau perceraian di Dusun kalau dibawak kepengadilan yang mau dibagi
harta, hartanya belum ada, tinggal masih dirumah orang tua, jadi untuk apa
cerai di pengadilan. Lagian kalau perceraian di pengadilan urusanya berlarut-
larut dan juga membutuhkan biaya tranportasi dan biaya dalam proses
perceraian. Kalau ada yang mudah untuk apa yang susah-susah.
Maimunah merupakan masyarakat di Desa Seringat bertempat tinggal di
dusun Muaro Seringat, beliau mengatakan :
“Praktik cerai dibawah tangan tu dak apo-apo karno cerai tersebut sah
menurut hukum Islam. Sedangkan dalam hukum negara dak menjadi
masalah karno yang terpenting adalah adany legalitas dari hukum
agama”.46
Terjemahan :
Praktik talak liar tersebut tidak apa-apa karena perceraian tersebut sah
menurut hukum Islam. Sedangkan mengenai keabsahan hukum dalam hukum
negara tidak menjadi masalah karena yang terpenting adalah adanya legalitas
dari hukum agama.
Mengenai akibat status dari hasil perkawinan selanjutnya, seperti hak
sertifikat anak (akta kelahiran dan lain sebagainya) dapat diurus dan tidak
akan memberi dampak kepada anak. Nyatanya hingga saat ini tidak ada
permasalahan yang berhubungan dengan akibat hukum dari praktik tersebut.
Ibrohim merupakan masyarakat di Desa Seringat beliau mengatakan :
“Sebenarnyo praktik cerai dibawah tangan tu pado satu sisi bagih
kerugian dengan pemerintah desa karno menghambat tata
administrasi, khususnyo berkaitan dengan pergerakan keluarga
(kartu keluarga/KK). Namun praktik macam tu jugo akan bagih
masalah jiko langsung bagih larangan. Hal ini karno adanyo
46
Wawancara Pak Subhan, Masyarakat Di Desa Seringat, 19 Desember 2019
50
keyakinan masyarakat mengenai legalitas hukum agama yang lebih
tinggi dari pado hukum negara serto adanyo mahal biayo cerai
dipengadilan dan lamanyo proses cerai di Pengadilan Agama
sampai-sampai”.47
Terjemahan :
Sebenarnya praktik itu pada satu sisi memberikan kerugian pada
pemerintah desa karena menghambat tata administrasi, khususnya berkaitan
dengan pergerakan keluarga (kartu keluarga/KK). Namun praktik tersebut
juga akan menimbulkan masalah jika langsung mendapatkan larangan. Hal ini
karena adanya keyakinan masyarakat menganai legalitas hukum agama yang
lebih tinggi dari hukum negara serta adanya realitas mahal dan lamanya
proses perceraian di Pengadilan Agama
Oleh sebab itu, sebenarnya perlu adanya kerjasama antara beberapa
pihak untuk menangani permasalahan ini. baik dari pemerintah, malalui
lembaga pengadilan agama, pihak tokoh adat masyarakat, hingga
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan tata hukum negara dan agama.
Jadi intinya masyarakat tidak dapat dipersalahkan secara sepihak melainkan
perlu adanya pembenahan secara struktur mengenai keadaan ini dengan
melibatkan berbagai elemen yang bekompetensi untuk melahirkan kebijakan
yang baru.
47
Wawancara Pak Ibrohim, Tokoh Masyarakat Di Desa Seringat, 19 Desember 2019
51
Muklis merupakan masyarakat di Desa Seringat bertempat tinggal di
Dusun Sungai Lempur, beliau mengatakan :
“praktik cerai dibawah tangan dak biso dilarang karno ado keyakinan
masyarakat terhadap hukum agama yang lebih tinggi dari hukum negara.
Selamo ko masyarakat disiko melakukan cerai dibawah tangan (talak
liar) dak ado permasalahan dan jiko kalau ia ingin menikah lagi tak ada
masalah”. 48
Terjemahan :
Praktik talak liar tersebut tidak bisa dilarang karena ada keyakinan
masyarakat mengenai legalitas hukum agama yang lebih tinggi dari hukum
negara. Selama ini masyarakat disini melakukan talak liar (talak di luar
pengadilan) tidak ada permasalahan dan jika kalau ia ingin menikah lagi tak
ada masalah.”
B. Faktor yang Menyebabkan Masyarakat di Desa Seringat Melakukan
Talak Liar
Masalah talak liar yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Seringat
tidak lepas dari adat istiadat yang sudah lama dianut dan masalah ekonomi.
Secara umum dapat disimpulkan faktor-faktor talak liar di Desa Seringat dari
penelitian saya terhadap orang yang melakukan talak yaitu:
1. Sudah menjadi suatu kebiasaan
Sudah menjadi suatu kebiasaan, yang dimana merea bercerai
sebeelumnya tidak melalui pengadilan agama, jadi mereka henda bercerai
mengikuti kebiasaan warga masyarakat yang melakukan perceraian
sebelumnya. Perceraian yang dilakukan diluar pengadilan agama sudah
merupakan kebiasaan masyarakat karena sebelum ditetapkan Undang-
48
Wawancara Pak Muklis, Masyarakat Desa Seringat, 19 Desember 2019
52
Undang yang mengatur masalah perceraian masyarakat sudah sejak dulu
melakukan perceraian dengan hanya ikrar talak diucapkan oleh suami dan
diketahui oleh saksi-saksinya (bapak mamak), dan sampai sekarang sulit
untuk dirubah sudah menjadi kebiasaan .
2. Faktor ekonomi
Biaya persidangan yang begitu besar memicu terjadinya perceraian
diluar pengadilan. Ini bisa dirasakan oleh masyarakat yang ekonominya pas-
pasan, sehingga mereka tidak sanggup membayar persidangan. Salah satu
yang memberatkan masyarakat melakukan perceraian di luar pengadilan
biasanya karena mereka terbebanimasalah biaya pengadilan karena memang
biaya pengadilan lumayan besar terutama bagi mereka yang golongan
ekonomi menengah kebawah.
3. Lokasi Pengadilan Agama
Kebanyakan masyarakat Desa Seringat melakukan talak liar karena
lokasi pengadilan jauh dari kampung mereka, sehingga mempersulit untuk
datang kepengadilan agama.
4. Kurangnya Informasi
Masyarakat di Desa Seringat melalukan talak liar karena kurangnya
pengetahuan atau informasi yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat
tentang pentinganya talak di dalam pengadilan agama.
5. Masalah pribadi yang harus ditutupi
Perceraian tidak melalui pengadilan juga di sebabkan karena adanya
anggapan bahwa perceraian yang mereka lakukan adalah masalah pribadi
53
dan menganggap apabila malalui pengadilan, maka masalah mereka atau hal
yang menyebabkan mereka bercerai akan diketahui orang banyak.
Hal ini yang dilakukan oleh Misnah yang bercerai dengan suaminya,
tanpa melalui pengadilan karena tidak ingin perceraiannya jadi
perbincangan orang banyak. Karena itu ia melalukan talak liar yang
dilakukan hanya dirumah yang di hadiri orang saksi-saksi (bapak mamak).
Maryatun adalah janda yang berumur 20 tahun yang memiliki satu
orang anak akibat talak dari suaminya. Penyebab ia bercerai karena suaminya
selingkuh sejak 2 tahun yang lalu. Proses perceraiannya tersebut dilakukan
talak liar pada tahun 2019.
“Faktor saya melakukan talak liar yaitu Masalah ekonomi, karena
perceraian di pengadilan itu membutuhkan biaya, terutama biaya
proses perceraian dan biaya tranportasi. Proses perceraian di
pengadilan itu susah, berlarut-larut dan membutuhkan waktu yang
sangat lama dan juga faktor adat.”49
Suhaibah adalah janda yang berumur 27 tahun dan mempunyai satu
orang anak akibat perceraian ia dengan suaminya, penyebab perceraianya
karena tidak ada lagi kecocokan untuk melanjutkan pernikahannya. Faktor
ia melakukan talak liar yaitu karena faktor ekonomi, adat, tempat yang
terlalu jauh.50
49 Wawancara Maryatun, 23 Desember 2019
50 Wawancara suhaibah, 23 Desember 2019
54
Ernawati merupakan janda yang berumur 30 tahun, menikah pada tahun
2016 dan mempunyai 1 orang anak, penyebab perceraiannya karena KDRT
(kekerasan dalam rumah tangga) itu yang membuat ernawati tidak sanggup
lagi melanjutkan pernikahannya.
“Alasan saya talak diluar pengadilan yaitu masalah ekonomi, tempat
pengadilan yang jauh dan membutuhkan biaya yang banyak kalau
melakukan perceraian dipengadilan dan prosesnya perceraian yang
begitu lama kalau dipengadilan dan juga ada masalah pribadi yang
harus saya tutupi supaya tidak menjadi perbincangan masyarakat
lainnya. Ya Cuma itu alasan saya melakukan talak diluar
pengadilan”.51
Randi merupakan pelaku cerai diluar pengadilan agama yang
dikaruniai seorang anak. Ia bercerai karena ditinggal istrinya tanpa kabar.
Istrinya meninggalkannya selama 6 bulan. Awalnya istri beliau meminta izin
untuk berkerja di luar kota. Oleh karena telah 6 bulan tidak mengirim kabar,
maka kemudian Randi melaporkan kepada bapak mamak bahwa ia ingin
menceraikan istrinya. Sebelum menginginkan perceraian Randi sudah
memintak izin kepada keluarga istri, bahwa ia ingin menceraikan istrinya
disebabkan si istri tanpa ada kabar selama 6 bulan semenjak berangkat dari
rumah.
51 Wawancara Ernawati, 23 Desember 2019
55
“Alasan ia melakukan talak liar ini yaitu karena masalah pribadi yang
harus ditutupi supaya tidak diketahui orang banyak dan juga faktor
ekonomi”.52
Tina merupakan janda yang berumur 30 tahun, yang sudah 3 kali
menikah, penyebab percaraiannya karena orang tuanya yang ikut campur
urusan rumah tangganya, yang dipaksa bercerai oleh orang tua, dan
mempunyai satu orang anak.
“Alasan saya melakukan talak liar karena mantan suaminya tidak mau
ngurus surat perceriannya. Itu yang menjadi alasan pertama karena saya
melakukan talak liar, karena saya tidak mempunyai uang untuk
melakukan perceraian dipengadilan agama.53
Suhaimi merupakan duda yang berumur 30 tahun, dalam perikahannya
beliau tidak mempunyai anak, suhaimi mentalakkan istrinya bahwa istri
beliau melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain. Dalam 1 tahun
perceraian suhaimi menikah lagi. Alasan beliau melakukan talak liar yaitu
masalah ekonomi, karena perceraian di pengadilan membutuhkan biaya
dalam melakukan beberapa kali persidangan. Dan juga ada masalah pribadi
yang harus ditutupi, bagi beliau perceraian tersebut tidak perlu orang lain
mengetahuinya cukup keluarga dan bapak mamak yang mengetahui
perceraian beliau.
52 Wawancara Randi, 21 April 2020
53 Wawancara tini, 24 desember 2019
56
Misnah merupakan janda yang berumur 23 tahun, mantan suaminya yang
pekerjaannya sebagai supir, penyebab peceraianya karena perselingkuhan
yang terjadi dalam satu tahun sesudah ia menikah dan sering terjadi
pertengkaran antara keduanya setiap heri. Pernikahannya hanya bertahan 3
tahun dalam perselinkuhan. Alasan pertama ia melakukan talak liar karena
tidak mempunyai biaya untuk mengurus perceraian dipengadilan, dan ada
masalah yang harus ditutupi tidak perlu orang lain tau.54
Tono merupakan duda yang bertempat tinggal di Dusun Muaro
Seringat, beliau ditinggalkan oleh istrinya. Sebelum istrinya pergi bahwa ia
berjanji akan memberi kabar sesampainya ketujuan. Namun setelah ditunggu
3 bulan lebih tidak ada kabar dari istri beliau tersebut. Karena tidak ada kabar
kejelasan, maka beliau menceraikan istrinya tanpa adanya kehadiran si istri
didepan bapak mamak dalam perkumpulan (berunding) tersebut. Alasan
beliau melakukan talak liar yaitu pertama masalah faktor ekonomi, masalah
pribadi yang harus ditutupi tanpa orang lain mengetahuinya dan juga
perceraiannya yang mudah dan cepat berbeda halnya dengan perceraian di
pengadilan agama yang harus menjalani beberapa kali persidangan.55
Perceraian diluar pengadilan agama membawa akibat putusnya
hubungan hukum anrtara suami dan istri yang bersangkutan. Dengan
putusnya hubugan itu menyebabkan hilangnya hak dan kewajiban dalam
rumah tangga, keduanya harus menjalani hidup terpisah.56
54
Wawancara misnah, 24 desember 2019
55 Wawancara Tono , Bertempat Tinggal Di Dusun Muaro Seringat, 30 April 2020
56 Jurnal Ilmu Hukum, Muhammad Isa, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Issn
2302.0180, Hal 69
57
Perceraian diluar pengadilan juga menimbulkan akibat sebagai berikut:
1. Akibat terhadap istri
a. Tidak dapat melakukan perkawinan dengan orang lain melalui KUA.
b. Tidak dapat menuntut biaya hidup melalui pengadilan agama.
c. Sulit untuk mendapatkan harta bersama.
2. Akibat terhadap anak
a. Sulit untuk mendapatkan bagian terhadap bagian harta warisan.
3. Akibat terhadap suami
a. Tidak dapat melakukan perkawinan dengan orang lain melalui KUA
b. Sulit untuk mendapatkan harta bersama.57
Perceraian didalam pengadilan agama membawa akibat yang
dijelaskan dalam pasal 149,150, 151 dan 152 dalam Kompilasi Hukum Islam
yang berbunyi sebagai berikut58
:
Pasal 149 : “bila perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib :
a. Memberikan mut‟ah yang layak kepada bekas istrinya, baik
berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qobla al
dukhul;
b. Memberi nafkah, maskan dan kiswan kepada bekas istri
selama dam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba‟in
atau nusyur dan dalam keadaan tidak hamil;
c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan
separoh apabila qabla al dukhul;
57
Ibid, hal 70
58 Kompilasi Hukum Islam Pasal 149, 150, 151 Dan 152
58
d. Memberikan biaya hadhonah untuk anak-anak yang belum
mencapai umur 21 tahun”.
Pasal 150 : “bekas suami berhak melakukan rujuk kepada bekas istrinya yang
masih dalam iddah”.
Pasal 151 :“bekas istri selama dalam masa iddah, wajib menjaga dirinya,
tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain”.
Pasal 152 :“bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas
suaminya kecuali ia nusyuz”
Pasal 157 : “harta bersama dibagi menurut ketentuan sebagaimana tersebut
dalam pasal 96,97”
C. Kedudukan praktik talak liar di Desa Seringat Kecamatan sungai
manau menurut hukum Islam dan kompilasi hukum Islam
1. Kedudukan praktik talak liar menurut hukum Islam
Hukum islam yang digunakan sebagai peninjau praktik talak
dimasyarakat di Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau meliputi tinjauan
Al-Qur‟an maupun Hadis serta tinjauan pendapat para ulama dengan praktik
talak liar yang dilakukan oleh masyarkat Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau.
Untuk mengakhiri peceraian perlu adanya kehadiran hakim yang
menjadi pihak untuk mengusahakan perdamaian di antara suami istri yang
bertikaian. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu firman Allah
SWT dalam surah (An-Nisa 5 : 35).
59
Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketakan antara keduanya,
maka utuslah seorang hakim (penegak) dari keluarga laki-laki
dan seorang lagi dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha mengenal.59
Bila para penegak itu gagal mendamaikan kedua suami istri itu,
barulah al-Qur‟an memperkenankan pasangan tersebut untuk berpisah. Al-
Qur‟an menjelaskan dalam surah An-Nisa 4:130
Artinya : “Jika keduaya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan
kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan
sungguh Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana”.60
59
Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahan Departemen Agama RI (Bandung: CV
Diponegoro, 2010) hal 35
60
Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahan Departemen Agama RI (Bandung: CV
Diponegoro, 2010) hal 144
60
Islam sungguh telah menetapkan beberapa batasan dan sejumlah
syarat untuk talak yaitu sebagai berikut:
a. Dari segi individu, ia harus seorang yang baliq, berakal, taat dan
terpilih. Maka talak tidak terjadi pada anak kecil, orang gila, orang
yang dipaksa dan orang yang mabuk.
b. Dari segi ucapan, para ulama fiqh mengatakan bahwa talak tidak
terjadi kecuali menggunakan kata-kata yang jelas dengan tala, seperti
“engkau aku talak”.
c. Adapun dari segi tujuan, talakharuskah dengan maksud ucapan. Bagi
orang yang berniat dalam dirinya menalak istrinya dan tidak diucapkan
dengan talak maka talaknya tidak terjadi. Bagi seorang yang
mengucapkan talak karena dipaksa atau saat mabuk maka talaknya
tidak terjadi karena ia kehilangan akalnya.
d. Adapun dari segi jumlah, Al-Qur‟an telah menjadikan talak tiga kali
secara terpisah berdasarkan firman Allah surah Al-Baqarah (2):229
Artinya : talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf.
e. Dari segi kesaksian61
, menurut mayoritas ulama fiqh bahwa kesaksian
adalah wajib dalam talak berdasarkan firman Allah surah Thalak
(65):2
61 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2010), hal 333
61
Artinya :Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka
rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka
dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan
kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran
dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan Mengadakan baginya jalan keluar.62
Jika seseorang harus menyatakan peerceraian maka harus dipenuhi
persyaratan berikut agar menjadi sah :
1. Sehat akal („Aqil)
2. Dewasa (Baliqh)
3. Dengan kehendak sendiri (mukhtar)
62 Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahan Departemen Agama RI (Bandung: CV
Diponegoro, 2010) hal 942
62
Apabila suatu talak diberikan tanpa sengaja atau dalam paksaan.
Maka ia tidak sah menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad Bin
Hanbal, Abdullah Bin Abbas, dan lain-lainya, tetapi Imam Abu Hanifah
mengatakan sah.
Andaikan talak itu diberikan oleh seorang yang mabuk, ia tidaklah
sah menurut semua mazhab hukum islam. Sedangkan kalau dijatuhkan dalam
keadaan marah, ia dapat dianggap tak disengaja dan karenanya tidak sah
sebagimana disebutkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah Dan Al- Hakim. Begitu pula talak yang
diberikan secara keliru, tidak memutuskan perkawinan berdasarkan pendapat
semua ulama.63
Para ulama mazhab fiqh Maliki, Hanafi, Syafi‟i dan Hambali sepakat
bahwa suami yang berakal, balig dan bebas memilih, dialah yang boleh
menjatuhkan talak dan talaknya dipandang sah meskipun main-main dalam
pengucapan talaknya berdasarkan Hadis dari Abi Hurairah:
هه وعهابيهريرةرضياللعنهقم:قمرسؤلللهعهيهؤسهىثلآثجد
:اننكاح,وانطلق, خد نهه ,وهز جعةخد وانر
Artinya : “Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabdah: “tiga hal
yang tidak dikatakan dengan sungguh akan jadi dan bila dikatakan
dengan main-main akan jadi, yaitu nikah, talak dan rujuk”
(Riwayat Imam Empat Kecuali Nasa‟i. Hadits Shahih Menurut
Hakim)64
.
63 Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta : PT. Melton Putra, 1992),
hal 83-84
64
Ibnu Hajar Al- Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, (Jawa Barat : PT Media Utama,
2016), hal 287
63
Mengenai hal talak yang dilakukan di pengadilan ulama mazhab fiqh
berbeda pendapat dalam hal boleh tidaknya talak dipengadilan sebagaimana
yang akan dijelaskan dibawah ini65
.
Imam Malik, Syafi‟i dan Ahmad Ibnu Hambal membolehkan
perceraian dengan putuskan pengadilan, jika istri menuntutnya, karena tidak
diberikan nafkah pokok dan suami tidak mempunyai simpanan harta. Alasan-
alasan bagi pendapat ini sebagai berikut:
a. Suami berkewajiban memilihara istrinya dengan baik atau mencerainya
dengan baik, karena Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah (2) ayat
229.
(…..)
Artinya : “talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara makruf atau menceraikannya dengan cara yang
baik”66
…….
b. Jika diakui bahwa pengadilan boleh menjatuhkan talak karena cacat
suami, maka karena alasan nafkah sebenarnya dapat dikatakan lebih
membahayakan dan menyakinkan istri dari pada cacat tersebut.
Karena alasan nafkah, baik dikarenakan suami tidak mau
memberikannya atau karena berat dan tidak mampu. Pendapat ini didasarkan
pada firman Allah dalam surah Al-Talaq 65 ayat 7.
65
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, hal. 87-89
66
Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahan Departemen Agama RI (Bandung: CV
Diponegoro, 2010), hal 55
64
Dari segi ucapan talak itu ulama membaginya menjadi dua, yaitu
lafaz sharih dan lafaz kinayah. Yang dimaksud lafaz sharih itu adalah ucapan
yang secara jelas digunakan untuk ucapan talak, sedangkan yang dimaksud
dengan ucapan lafaz khinayah atau sindiran itu adalah lafaz atau ucapan yang
sebenarnya tidak digunakan untuk talak tetapi dapat dipakai untuk
menceraikan istri.67
Ulama sepakat mengatakan bahwa ucapan talak yang mengunakan lafaz
sharih tidak perlu diiringi dengan niat, artinya dengan telah keluar ucapan itu
jatuhlah talak meskipun dia tidak meniatkan apa-apa atau meniatkan yang
lain dari talak. Bila ucapan itu menggunakan lafaz kinayah disyaratkan
adanya niat dalam arti bila tidak disertai dengan niat tidak terjatuh talak.
Jumhur ulama termasuk imam malik, ulama hanabilah, hanafiyah dan
lainya berpendapat bahwa lafz yang sharih untuk maksud talak hanyalah satu
yaitu lafaz tha-la-qa dan yang berakar padanya. Alasan mereka ialah bahwa
lafaz yang berlaku untuk lainya hanyalah lafaz talak ssedangkan lafaz fa-ra-
qa dan lafaz sa-ra-ha, meskipun terdapat dalam Al-Qur‟an untuk tujuan talak,
namun digunakan untuk keperluan talak.68
Bila melihat kepada kenyataan bahwa perceraian itu adalah
mengakhiri masa pernikahan yang dulunya dipersaksikan oleh orang bannya
dan untuk menjaga kepastian hukum, maka kesaksian itu mesti diadakan dan
67
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
Dan Undang- Undang Perkawinan (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2006), hal 209
68
Ibid, hal 210
65
merupakan persyaratan yang mesti dipenuhi.69
Hal ini telah sejalan dengan
zahir ayat Al-Qur‟an dan surah At-Thalaq ayat 2.
Artinya: “apabila mereka mendekati akhir masa iddahnya, maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskan mereka dengan baik dan
persaksikanlah mereka dengan dua orang saksi yang adil diantara
kamu dan hendaklah tegakkan kesaksian itu karena Allah”
2. Kedudukan praktik talak liar menurut KHI
Kompilasi Hukum Islam (KHI) memuat masalah putusnya
perkawinan pada Bab XVI. Pasal 113 dinyatakan: perceraian dapat putus
karena kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan. Kemudian
diuraikan dalam pasal 114 sebagai berikut: “putusnya perkawinan yang
disebabkan karenan perceraian dapat terjadi karenan talak atau berdasarkan
gugatan perceraian”.70
Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga menjelaskan istilah talak pada pasal 117.
Pasal 117 KHI berbunyi: “Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,
dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131”.71
Berkenaan dengan praktik talak liar masyarakat Desa Seringat
Kecamatan Sungai Manau dilaksanakan diluar pengadilan agama, hal ini jelas
sekali tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) sebagaimana dinyatakan dalam pasal 115 sebagai berikut:
69
Ibid hal 216-217
70 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, ( Jakarta : Akademi Presindo.
1992)
71 Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Kementerian Agama RI Tahun 2018
66
“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan pengadilan agama setelah
pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berasil mendamaikan kedua
belah pihak”72
Pasal diatas secara tidak langsung menjelaskan bahwasanya tidak
ada tempat lain yang dapat digunakan untuk memproses perceraian selain
pengadilan agama. Hal tersebut ditegaskan dengan kata “hanya” yang
menjelaskan bahwasanya tidak ada pilihan lain atau kompensasi terkait
dengan tempat pemprosesan perkara perceraian. Dengan demikian, dapat
dipastikan bahwasanya tempat pelaksanaan perceraian yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau tidak memenuhi syarat
tempat sebagaimana dijelaskan dalam pasal 115 KHI.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwasanya praktik
perceraian masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau tidak sesuai
dengan ketentuan dalam kompilasi hukum islam pasal 115 yakni bahwa
percaraian yang dianggap sah dalam KHI adalah perceraian yang dilakukan di
depan pengadilan agama sedangkan perceraian yang dilakukan masyarakat di
Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau dilaksanakan di luar pengadilan
agama. Ketidaksesuaian tersebut dapat melahirkan hukum yang tidak sah
yang mengenai pada perubahan hukum yang melanggar ketentuan yang
berlaku.
Adanya status tidak sah (ilegal) tersebut mengindikasikan
bahwasanya perkawinan masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
72
Undang-Undang Perkawinan Indonesia Tahun 2007 Dilengkapi Dengan Kompilasi
Hukum Islam, t.kp:Wipress, 2007, Hal. 205
67
yang proses perceraiannya di luar pengadilan agama masih sah. Adanya
keabsahan terhadap perkawinan terdahulu yang talak liar dalam konteks KHI
secara tidak langsung mengindikasikan adanya larangan untuk melakukan
perkawianan yang baru dengan pasangan yang berbeda.
Bagi pihak suami, peluang untuk melaksanakan perkawianan yang
baru karena masih adanya status sah pada perkawinan terdahulu mereka
terbuka karena adanya ketentuan tentang kebolehan poligami. Namun tentu
saja perkawinan yang baru tersebut (poligami) harus dilaksanankan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam KHI, baik dalam syarat maupun
prosesnya. Mengenai syarat yang diperbolehkan untuk berpoligami meliputi
syarat jumlah, syarat kemampuan adil dan ekonomi pihak suami, syarat izin
dari istri, serta syarat istri yang dapat menyebabkan pengadilan agama
membolehkan poligami yang dilaksanakan dalam pasal 55-pasal 58.73
Apabila proses poligami dilakukan tanpa didasarkan pada ketentuan
diatas, maka poligami tersebut tidak dapat disebut sah. Hal inilah yang
menurut penulis dapat menjadi dasar untuk menentukan status perkawinan
baru yang dilakukan oleh pihak suami pasca perceraian ilegal menurut KHI.
Status perkawinan baru yang dilakukan oleh pihak suami pasca perceraian
ilegal dapat dinyatakan tidak sah menurut KHI karena tidak terpenuhinya
syarat dan prosedur poligami yang ditentukan dalam KHI. Selain itu, melihat
kondisi hubungan antara pihak suami dengan pihak istri yang lama,
73
Mengenai Syarat Jumlah Dibatasi Empat Orang (Pasal 55); Syarat Kemampuan Adil
Dan Ekonomi Suami (Pasal 58); Syarat Persetujuan Istri Dilakukan Secara Tertulis Maupun Lisan
(Pasal 58) sedangkan syarat kebolehan poligami didasarkan pada keadaan istri yang tidak dapat
memberikan keturunan, istri tidak dapat menjalankan kewajiban, dan istri menderita penyakit yang
tidak dapat disembuh (pasal 57)
68
perkawinan baru yang dilakukan pihak suami pasca perceraian ilegal tidak
dapat disebut poligami karena pihak suami telah memutuskan hubungan baik
lahir maupun batin dengan istri yang lama (yang diceraiakan secara ilegal
menurut KHI).
Status tidak sah bagi perkawinan baru yang dilakukan pasca
perceraian ilegal juga berlaku bagi pihak istri yang melakukan perkawinan
baru pasca perceraian secara ilegal menurut KHI. Status tidak sah tersebut
tidak lain karena pihak istri secara tidak langsung telah melangsungkan model
perkawinan poliandri (satu istri dengan suami lebih dari satu orang) karena
masih adanya ikatan perkawinan yang sah dengan suaminya terdahulu dalam
konteks KHI. Poliandri sendiri terbentuk perkawinan yang dilarang dalam
ajaran islam.
Dengan demikian, perkawinan baru yang dilakukan setelah proses
perceraian yang ilegal menurut KHI memiliki status tidak sah dalam konteks
KHI. Oleh sebab itu, dari adanya status tidak sahnya perkawinan bau pasca
perceraian ilegal tersebut, status anak hasil perkawinan baru juga akan
terkena dampaknya, yakni terjadi anak yang tidak sah menurut KHI. Hal ini
didasarkan pada ketentuan pasal 99 yang menyatakan bahwa anak yang sah
adalah anak yang lahir dalam atau akibat dari perkawinan yang sah. Sehingga
karena perkawinan baru pasca perceraian yang ilegal adalah tidak sah
menurut KHI, maka status anak yang dihasilakannya juga menjadi tidak sah
menurut KHI.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktik talak liar di Desa Seringat ini merupakan perceraian yang
dilakukan dirumah tanpa harus kepengadilan agama untuk bercerai dan
dihadirkan oleh saksi-saksi (bapak mamak).
2. Faktor-faktor talak liar di Desa Seringat yaitu : Faktor kebiasaan dan
kepercayaan yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat Desa
Seringat Kecamatan Sungai Manau. Faktor ekonomi, Dikarenakan
kantor pengadilan jauh dari kampung mereka sehingga mempersulit
mereka untuk datang di pengadilan agama. Kurangnya informasi yang
didapatkan oleh masyarakat tantang keharusan melakukan percaraian
di depan pengadilan agama. Masalah pribadi yang harus ditutupi.
3. Kedudukan praktik talak liar Dalam hukum Islam sungguh telah
menetapkan beberapa batasan dan sejumlah syarat untuk talak yaitu
sebagai berikut : Dari segi individu, ia harus seorang yang baliq, berakal,
taat dan terpilih. Maka talak tidak terjadi pada anak kecil, orang gila,
orang yang dipaksa dan orang yang mabuk. Dari segi ucapan, para ulama
fiqh mengatakan bahwa talak tidak terjadi kecuali menggunakan kata-
kata yang jelas dengan tala, seperti “engkau aku talak”. Adapun dari segi
tujuan, talak haruslah dengan maksud ucapan. Bagi orang yang berniat
dalam dirinya menalak istrinya dan tidak diucapkan dengan talak maka
70
talaknya tidak terjadi. Bagi seorang yang mengucapkan talak karena
dipaksa atau saat mabuk maka talaknya tidak terjadi karena ia kehilangan
akalnya. Adapun dari segi jumlah, Al-Qur‟an telah menjadikan talak tiga
kali secara terpisah berdasarkan firman Allah surah Al-Baqarah (2):229.
Dan dari segi kesaksian menurut mayoritas ulama fiqh bahwa kesaksian
adalah wajib berdasarkan firman Allah surah At- Talaq 65 :2
Sedangkan menurut kompilasi hukum Islam Praktik talak yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
merupakan talak liar, hal ini jelas sekali tidak sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 115. Dengan demikian, dapat dipastikan
bahwasanya tempat pelaksanaan perceraian yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau tidak memenuhi
syarat tempat sebagaimana dijelaskan dalam pasal 115 KHI.
B. Saran
Dari hasil penelitian dapat terlihat adanya kurang pemahaman
masyarakat terhadap yurusprudensi hukum indonesia pada masyarakat Desa
Seringat sehingga terjadi perceraian yang kurang sesuai dengan ketentuan
hukum di Indonesia. Oleh sebab itu perlu adanya sosialisasi di bidang hukum
khususnya pada masyarakat Desa Seringat dan umumnya pada masyarakat
yang masih mengalami keadaan tersebut.
71
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku/Literatur
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Abdul Rahman, perkawinan dalam syariat ialam, (Jakarta., pt. Melton
putra, 1992)
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : Akademi Presindo.
1992)
Abu Malik Kamal Bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah Untuk Wanita (Jakarta:
Al-I‟tishom Cahaya Umat, Cet, I, 1422).
Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 1995).
Ali Yusuf As- Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2010)
Amir Naruddin Dan Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kancana, 2012)
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta:
Kencana, Prenada Media Croup: 2009).
Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam, Cet. 5 (Bandung:
Citra Umbara, 2014).
Husaini Usaman, Metodologi Penelitian Sosial.
Ibnu Mas‟ud dkk, Fiqh Mazhab Safi‟i, (Bandung ; CV Pustaka Setia, 2007)
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1993)
72
Moh. Rifa‟i, Fiqh Islam Lengkap, (Jakarta: PT Karya Putra Semarang)
Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta : Pt Bumi Aksara,
1996.
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta:
Pt Raja Grafindo Persada, 2005
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, Jakarta Timur : Sinar
Grafika, 2013.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syari‟ah
Press, 2014).
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah
Sigiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet Ke-5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013)
B. Skripsi, tensis, jurnal, Lain-Lainnya
Defrianto, Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Talak Diluar
Pengadilan Agama, Skripsi Prodi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
Fakultas Syariah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009
Eko Pratama Putra, Problematika Talak Di Luar Pengadilan Agama Bagi
Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa, Skripsi Jurusan Ahwal Al-
Syakhsiyah Uin Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Elvi Sahri Wahyuni Siregar, Kedudukan Talak Diluar Pengadilan Menurut
Tokoh Nahdatul Ulama Dan Tokoh Muhamadiyah (Studi Kasus
Kecamatan Aek Nabara Baraumun Kabupaten Padang Lawas),
73
Skripsi Jurusan Perbandingan Mazhab Dan Hukum Uin Sumatra Utara
2018
Fifin Niya Pusyakkois, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Cerai Diluar
Pengadilan Agama Dan Implikasinya Pada Masyarakat Desa
Penaruban Kec. Waleri Kab. Kendal, Skripsi Prodi Hukum Keluarga
Iain Walisongo Semarang 2010
Mizzatul Izzah, Perceraian Dari Perkawinan Resmi Yang Dilakukan Diluar
Pengadilan Agama Di Desa Regaspendawa Kec. Larang Kab. Brebes,
Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Iain Syekh Nurjati Cirebon 2015.
Muhammad Yulis Shakhib, Saksi Hukum Terhadap Pelaku Talak Diluar
Pengadilan Agama, Jurnal Syariah Dan Hukum Islam, Di Akses 1
Maret 2018,
Ruslin Halil Nasution, Talak Menurut Hukum Islam, Jurnal Al-Hadi Vol III
No 2 Januari-Juni 2018
C. Peraturan
Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia 2005
Kompilasi Hukum Islam, Nuansa Aulia, Pasal 117
Undang-Undang Perkawinan Indonesia Tahun 2007 Dilengkapi Dengan
Kompilasi Hukum Islam. Wipres 2007
D. Website
https://id.m.wikipidia.org/wiki/talak
http://tintapenaamhy.blogspot.com/2013/12/polemik-kompilasi-hukum-islam-
di.html? m=11, diakses pada tanggal 1 Januaru 2014
74
http://masalahhukumwordpresscom.cdn.ampproject.org/v/s/masalahhukum.wor
dprees.com, diakses pada tanggal 22 Setember 2018
http://agushairiblogspot.com/2018/01/konsep-dasar-perceraian-
perspektif.html?=1 diakses 05 januari 2018
GAMBAR
DOKUMENTASI
Gambar 2 : Dokumentasi wawancara dengan kepala desa Seringat, Bapak
Muhammad Amin
Gambar 3: Wawancara Pak Najmi Pegawai Syara’ Di Kecamatan Sungai
Manau
Gambar 4 : Wawancara Pak Sarbaini Rahman Ketua Adat Di Dusun Muaro
Seringat
Dokumentasi Dengan Pegawai Syara’ Dan Ketua
Adat Desa Seringat Kecamatan Sungai Manau
Gambar 5 : Wawancara Pak Sapawi Ketua Adat Dusun Sungai Lempur
Gambar 6 : Wawancara Ibuk Lastri
Gambar 7 : Wawancara Ibuk Maimunah
Wawancara Masyarakat Desa Seringat Kecamatan Sungai
Manau
Gambar 8 : Wawancara Pak Ibrahim
Wawancara Orang Yang Melaukan Talak Liar Di Desa Seringat Kecamatan
Sungai Manau
Gambar 9 : Wawancara Ibuk Ernawati
Gambar 10 : Wawancara Ibuk Suhaibah
Gambar 11 : Wawancara Ibuk Misnah
Gambar 12 : Wawancara Ibuk Tin
Gambar 13 : Wawancara Ibuk Maryatun
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Rahmaniah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Kelumpang, 24 April 1998
Alamat Asal : Sungai Kelumpang, Desa Sungai Manau,
Kec. Sungai Manau, Kab. Merangin, Prov.
Jambi
Email : [email protected]
No. Telp/HP : 082282061287
Nama Ayah : M. Tobri
Nama Ibu : Aslamiah
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN 89/VI Sungai Manau II, Tahun 2010
MTs, Tahun Lulus : MTs Negeri Sungai Manau, Tahun 2013
SMA, Tahun Lulus : SMA Negeri 4 Merangin, Tahun 2016
C. Pengalaman Organisasi
1. Pengurus HMJ Perbandingan Mazhab Tahun 2017-2018
2. Pengurus BPH HMP Perbandingan Mazhab Tahun 2018-2019
3. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)