Download - presentasi kasus abortus
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi
pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya.
Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat
Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaan-
pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas
transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama
dalam kematian maternal.
Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:
perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik), dan
perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik).
Antara pendarahan pada kehamilan muda yang sering terjadi adalah aortus. Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila seudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak
melaporkan dan menjalankan pengobatan. Semetara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortu spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang coba untuk
hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3
atau lebih keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguranyang berurutan.(bku merah)
1
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : -
Alamat : gintungkerta Tanggal masuk RS: 6 januari 2014
A. ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis, tanggal 7 januari 2014.
Keluhan Utama:
G2P1A0 hamil 13 minggu, rujukan bidan dengan abortus inkomplit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Darah yang keluar
disertai gumpalan-gumpalan berwarna merah gelap, berbau amis. Os mengakui 2 minggu SMRS
2
mulai timbul flek-flek selama 3 hari namun setelah itu perdarahan selesai, perdarahan kembali
berlanjut hingga pasien datang ke kamar bersalin RSUD Karawang. Os mengeluh sedikit pusing
HPHT 25 september 2013, TP 2 Juli 2014, UK 14 minggu 6 hari
ANC dibidan, 1x TT (-) USG (-).
Riwayat Haid, menikah, obstetri, KB:
Menarche usia 14 tahun,haid teratur siklus 28 hari,GP 2x/hari(penuh) lama 5 hari,nyeri(-)
Menikah 1x, usia 17 tahun
KB: suntik 2 tahun yang lalu
G2P1A0 I. Perempuan /PSP/paraji/3000gr/ 5 tahun
II. hamil ini
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga dengan riwayat Abortus (-)
Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Suami sebagai buruh, Istri sebagai Ibu Rumah tangga.
Kesan ekonomi menengah ke bawah.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
KU/KES : TSS/CM
3
TV : TD: 120/70 mmHg, N : 82x/mnt, FP:20x, S: 37,3 C
Tinggi Badan : 150 cm
BB : 37 kg. BMI: 16,4kg/m2
Kesan gizi : kurang
Mata : konjungtiva pucat-/-, sklera ikterik -/-
THT : dalam batas normal
Leher : KGB ttm, Tiroid ttm
Jantung : BJ I-II murni, murmur -, gallop –
Paru : SN vesikuler+/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : NT (+) pada kuadran bawah
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-) edema -/-
Status Obstetri :
I : V/U tenang, perdarahan aktif pervaginam (+). Jaringan(-)
Io : perdarahan dari cavum uteri(+), porsio livide, licin, ostium terbuka 1cm, valsava
(-), fluxus(-), fluor(-).
VT : cavum uteri sedikit membesar, antefleksi, teraba jaringan dalam cavum uteri,
Nyeri goyang portio (-), massa/nyeri adneksa (-), parametrium lemas, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri, ostium uteri externa terbuka 1 cm.
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Trans abdominal kamar bersalin tgl 6 Januari 2014
Uterus retroefleksi, cavum uteri sedikit membesar, intra kavum tampak massa hipo-hiperekhoik
ukuran 4x3cm sesuai dengan gambaran sisa konsepsi.
Laboratorium (tanggal 6 Januari 2014 )
Darah Perifer Lengkap (DPL) :
Hb : 11,4 gr/dl
Ht : 32,9 %
Leukosit : 16,24 /uL
Trombosit : 248 /uL
GDS : 146
HbsAg : (-)
ABO : O/+
Tes kehamilan : (+)
WORKING DIAGNOSA
G2P1A0 hamil 14 minggu dengan Abortus inkomplit
PENATALAKSANAAN
Dx/ - Observasi TV, perdarahan
- Observasi Tanda-tanda IIU
Th/ evakuasi pendarahan
5
- Rencana kuretase
Ed/ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin
Informed consent tindakan
Follow up
7/1/14 S: pusing (+), perdarahan pervaginam bercak coklat (-), nyeri abdomen(+),
demam(-)
O: T: 110/70mmHg S: afebris
N: 104 kali/ m P: 20x/m
Status generalis: CA -/- edema ekstremitas (-)
Status ginekologi: I: v/u tenang, perdarahan aktif (-)
A: abortus inkomplit pada G2P1 H 14 mg pro kuratase
P: metergin 3x1 tab po amoxicillin 3 x 500mg po
as. Mefenamat 3 x 1 tab po
8/1/14 S: keluhan (-), perdarahan pervaginam (-)
O: T: 110/70mmHg S: afebris
N: 80 kali/ m P: 20x/m
Status generalis: CA -/- edema ekstremitas (-)
Status ginekologi: I: v/u tenang, perdarahan aktif (-)
A: abortus inkomplit pada G2P1 H 13 mg post kuratase
P: amoxicillin 3 x 500 mg
6
as. Mefenamat 3 x 1 tab
Laporan Tindakan Operasi: Kuretase
- Kandung kecing dikosongkan. Selanjutkan Pasien dalam posisi litotomi dalam analgesia
neuroptika
- Dilakukan antisepsis pada daerah genitalia eksterna, vagina dan serviks
- Dipasang spekulum sims atas dan bawah, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan
tenakulum. Tenekulum dijepit pada jam 11 dan 1
- Sonde uterus dimasukkan ke dalam cavum uteri untuk menentukan besar dan arah uterus.
Didapatkan uterus retrofleksi dengan panjang 11 cm
- Dilakukan kuretase dengan sendok kuret searah jarum jam hingga cavum uteri bersih dari
jaringan sisa konsepsi. Didapatkan jaringan ±3cc dan dikirim untuk dilakukan
pemeriksaan PA
- Kuretase selesai.
Instruksi Post-kuretase:
- Observasi tanda vital, kontraksi uterus, pendarahan dan tanda-tanda akut abdomen
o Tiap 15 menit pada 1 jam pertama
o Tiap 30 menit pada 1 jam berikutnya
- Mobilisasi aktif
- Diet TKTP
- Jaga kebersihan vulva/vagina dan sekitarnya
- Terapi medika mentosa;
o Metergin 3 x I tab p.o
o Amoxicillin 3 x 500 mg Po
o Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Defenisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batas ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.(buku merah)
II.2. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang
ke dokter atau Rumah Sakit. Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian
juga dengan semakin banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua
umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil, Wanita < 20 tahun abortus 12%.
Wanita > 40 tahun abortus 26%
II.3. Etiologi
Penyebab abortus( early pregnancy loss) bervariasi dan sering diperberatkan. Umumnya
lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantara adalah sebagai berikut
Factor genetic, translokasi parentral keseimbangan genetic
Medilian
Multifactor
Robertsonian
Resiprokal
Kelainan uterus
Anomaly duktus mulleri
Septum uterus
8
Uterus bikornis
Inkompentensi serviks uteri
Mioma uteri
Sindroma Asherman
Autoimun
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi umunitas seluler
Defek leutal
o Factor endokrin eksternal
o Antibody antitiroid hormone
o Sintesis LH tinggi
Infeksi
Hematologic
Lingkungan
Usia kehamilan saat terjadi abortus bisa member gambaran tentang penyebabnya.
Sebagai contoh, antiphospolid syndrome(APS) dan inkompentensi serviks sering terjadi
pada trimester pertama
Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.
Faktor maternal
Faktor genetic
Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh kelainan
kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan
sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa
9
trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Risiko ibu terkena
aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan
kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang
abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak
diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kariotip
pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus.
Kelainan uterus
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik. Insiden kelainan
bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan riwayat abortus, dimana
ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan
anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis
atau unikornis (10 - 30%).
Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko
kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma Asherman bias
menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.
Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada berat ringannya gangguan.
Infeksi
Mikroorganisme yang terkait menurut DeForest dkk :
Bakteria : Listeria monositogenes, Klaidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum, Mikoplasma
hominis, Bakterian vaginosis.
Virus : Sitomegalovirus, Rubela, HSV, HIV, Parvovirus.
Parasit : Tokoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum.
Spirokaeta : Treponema pallidum
Peranan infeksi terhadap resiko abortus :
Metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin
atau unit fetoplasenta.
Infeksi janin berakibat kematian janin
10
Infeksi plasenta isufisiensi plasenta dan berlanjut kematian janin.
Infeksi kronis endometrium yang mengganggu proses implantasi.
Amnionitis
Perubahan genetik dan embrio akibat dari virus itu sendiri.
Faktor hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan adanya mikrotrombi
pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering
didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi
tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6 minggu, dan penurunan produksi
prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu. Hiperhomosisteinemi, bisa congenital
ataupun akuisita juga berhubungan dengan thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini
berhubungan dengan 21% abortus berulang.
Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem
pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar
progesterone.
Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama , risiko abortus
meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat
punya peluang 2 – 3 kali lipat mengalami abortus. Pada tahun 1929, allen dan Corner
mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar
progesteron yang rendah berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian
terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali, didapatkan
17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi defek fase luteal punya
gambaran progesterone yang normal (Prawirohadjo, 2009)\
Faktor autoimun
11
APS (antiphospholipid syndrome)
Kriteria APS :
Trombosis vaskular : trombosis arteri, vena atau kapiler dapat dibuktikan dengan gambaran
dopler, penciteraan, atau histopatologi..
Komplikasi kehamilan : 3 atau lebih abortus tanpa sebab yang jelas, 1 atau lebih kematian
janin dengan morfologi dan sonografi yang normal, 1 atau lebih persalinan prematur dengan
gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeeklamsia berat.
Laboratorium : IgG dan IgM anticardiolipin antibodi (aCL) meningkat dengan pemeriksaan
ELISA 2 kali dalam jarak pemeriksaan 6 minggu.
Antbodi fosfolipid / antikoagulan : pemanjangan aPTT, PT dan CT, kegagalan pemeriksaan
tes skrining yang memanjang dengan penambahan FFP, perbaikan nilai tes yang memanjang
dengan panambahan fosfolipid.
Dapat dicurigai abortus et causa APS pada kehamilan di atas 10 minggu, dengan adanya
trombosis plasenta yang diawali oleh adanya peningkatan rasio tromboksan : prostasiklin,
peningkatan agregasi trombosit, penurunan c-reaktif protein dan peningkatan sintesis platelet
– activating factor.
Faktor lingkungan
1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat,bahan kimia, atau radiasi dan
umumnyabberakhir dengan abortus. Rokok yang mengandung nikonin yang mempunyai efek
vasoaktif sehingga dapat menghambat sirkulasi uteroplasenta. Begitupun juga karbon
monoksida yang menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dapat
mengganggu pertumbuhan janin dan berakibat terjadinya abortus.
II.4. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus
dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun
12
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan
dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih
tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih
menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
II.5. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b) Abortus Kriminalis atau tidak aman
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
KLASIFIKASI ABORTUS SPONTAN
13
Dapat di bagi atas :
1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
abortus tingakat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan
pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu
Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :
a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih
dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
a) TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
e) Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens, jika pemeriksaan
(+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-) saat
diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
f) Pemeriksaan USG diperlukan untuk menegetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi
pelepasan atau belum dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri
janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin
dan denyut jantung janin.
Ektopik pregnancy bisa dipertimbangkan untuk dijadikan diagnose banding pada abortus
iminens ini. Dalam satu penilitian, condous dan rakan-rakan(2005) mendapatkan 152 wanita
dengan pendarahan pervaginam berat yang di diagnosis dengan , diluar rahim setelah dievaluasi
lanjut. Jadi pada wanita dengan pendarahan abnormal atau nyeri pelvic dengan mempunyai
serum –hCG yang rendah, hamil diluar rahim haruslah di bedakan dari kehamilan normal atau
keguguran pada awal kehamilan.(William)
Penatalaksanaan
14
a) Tirah baring/rawat sampai perdarahan berhenti.
b) Diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual kurang lebih 2 minggu.
d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)
e) Memberikan antibiotik profilaksis terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
3. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
Ditandai dengan adanya :
a) Penderita akan merasakan mulas karena kontriksi yang sering dan kuat.
b) Pendarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks dan umur kehamilan.
c) Besar uteri masih sesuai dengan usia kehamilan
d) Tes urin untuk kehamilan masih positif
e) Pada pemeriksaan USG akan didapatkan pembesaran uterus yang masih sesuai dengan usia
kehamilan
f) Gerak janin dan gerak jantung masih jelas walau mungkin sudah tidak normal
g) Adanya penipisan serviks uterus atau pembukaan
Penatalaksanaan
1. Perhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik
15
2. Segera melakukan tidakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusuli dengan kuratase
bila pendarahan banyak
3. Jika usia kehamilan di atas 12 minggu, tindakan evakuasi dan kuratase harus hati-hati,
kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital dan disusuli dengan tindakan kuratase
dimasukin uterotonika untuk mencegah terjadi peforasi pada dinding uterus
4. Antibiotic profilaksis
r
1. Abortus Kompletus
Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar
melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Tanda dan Gejala
a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Penatalaksanaan
Tidak perlu evakuasi lagi
Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.
Diberikan suplemen vitamin bila diperlukan
16
2. Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Penatalaksanaan
- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya
syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan
berhenti bila sisa belum dikeluarkan
i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol
400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuretase
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam
17
3. Missed Abortion
Ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi
tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini dapat :
1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
2. Diresorbsi kembali sehingga hilang
3. Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
4. Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu aka mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual
dan muntah
- Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika
kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.
- Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang
menghilang.
- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
18
- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasiyang menegecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan
terjadinyagangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Penatalaksanaan :
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
Usia gestasi >12 minggu dan <20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih
kaku dianjurkan untuk menggunakan prostaglandin atau sintetisnya, salah satunya adalah
pemberian mesoprostol secara sublingual 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak
enam jam. Selain itu tehnik dengan pemasangan laminaria juga dapat digunakan, dengan
itu akan terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Perlu disiapkan adanya transfusi darah dan pemeriksaan darah lengkap, untuk mendeteksi
adanya hipofibrinogenemia.
Pascatindakan, perlu dipertimbangkan pemberian oksitosin secara drip intravena dan
pemberian antibiotika profilaksis.
19
4. Abortus Habitualis
Ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun.
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan
kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive) tetapi dekade belakangan
ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa
disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin.
Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.
Pemeriksaan :
a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau
anomali congenital.
b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea
c. Psiko analisis
Terapi :
o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerlage).
o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya
jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
20
o Tindakan tracheloplasty terdiri dari peningkatan serviks dengan benang yang kuat
yang dijahitkan pada daerah sekitar serviks pada kehamilan trimester pertama
antara 12-14 minggu kehamilan, dan diangkat pada akhir kehamilan pada saat
resiko untuk terjadinya abortus telah lewat.
5. Abortus Infeksious
Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genita
Diagnosis :
- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.
- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek
disertai nyeri tekan.
Penatalaksanaan
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)
o Berikan suntikan penisilin 1,2 juta satuan tiap 6 jam, atau
ampisilin 4 x 1 gram
o gentamisin 2 x 80 mg
o metronidazole 2 x 1 gr
o selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase
untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
- Dapat ditambahkan injeksi ATS dan irigasi vagina dengan H2O2 bila sudah ada
tanda-tanda tetanus
21
6. Septic Abortion
Ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti
nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
II.6. Tanda dan gejala klinik2,4,5
- Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah,
mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.
- Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta
suhu badan normal atau meningkat.
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
- Pemeriksaan ginekologi
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
22
Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak
awal, walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Disamping mudigah, kantong kuning juga tidak
terbentuk. Kelainan ini merupakan suatu kelainan kehamilan yang baru terdeteksi setelah
berkembangnya ultrasonografi. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini akan berkembang
terus walaupun tanpa ada janindi dalamnya. Biasanya sampai sekitar 14-16 minggu akan terjadi
abortus spontan. Sebelum adanya USG ditemukan, kelainan kehamilan ini mungkin banyak
dianggap sebagai abortus biasa. Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakan pada usia
kehamilan 7 – 8 minggu, bila pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak
berkembang atau pada diameter 2,5 cm dan tidak disertai adanya gambaran mudigah. Untuk itu,
bila pada saat USG pertama kita mendapatkan gambaran seperti ini perlu dilakukan evaluasi
USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur
dan diameter kantong gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan
anembrionik. Pengelolaan kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan dengan
dilatasi dan kuretase secara elektif.
II.7. Pemeriksaan Penunjang 2,4
1. Laboratorium
Darah Lengkap
Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil
positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus
spontan atau kehamilan ektopik).
2. Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5
- 6 minggu).
Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.
23
II.8. Diagnosis Banding
KET : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.
Mola Hidatidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan
muntah lebih sering.
Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri,
dsb.
II.9. Komplikasi 2
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus
dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.
24
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
II.10. Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90%. Pada wanita kieguguran dengan
etiologi yang tidxak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80%.
Sekitar 77% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5-6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
25
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Diagnosa Abortus Inkomplit ditegakan berdasarkan :
1.Anamnesis
Dalam teori dikatakan bahwa :
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pasien ini hamil 14 minggu, keluar darah dari vagina berwarna merah gelap dan
menggumpal, perdarahan cukup banyak. 2 minggu SMRS keluar flek-flek selama 3 hari
kemudian berhenti setelah itu keluar darah merah gelap yang menggumpal. Pasien mengatakan
mulas hilang timbul.
2.Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik abortus inkomplit didapatkan :
Inspeksi
Tampak keluarnya perdarahan aktif dari jalan lahir
Inspekulo
26
Tampak portio livide, tampak ostium uteri eksternum masih terbuka, darah (+), tampak
jaringan di OUE
Pemeriksaan dalam
Untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa
jaringan pada kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya
Pada pasien ini inspeksi didapatkan perdarahan aktif pervaginam, jaringan tidak terlihat. Pada
inspekulo terdapat perdarahan dari cavum uteri, portio livide, licin, OUE terbuka 1 cm. Pada pemeriksaan
dalam didapatkan OUE terbuka 1 cm.
3.Pemeriksaan Penunjang
Pada teori dikatakan perlunya pemeriskaan penunjang berupa :
Laboratorium
Darah Lengkap
-Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
-LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil
positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus
spontan atau kehamilan ektopik).
Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5
- 6 minggu).
Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan
untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel
27
Pada pasien didapatkan hemoglobin dan leukosit dalam batas normal, tes kehamilan
positif dan pada pemeriksaan USG didapatkan uterus retroefleksi, cavum uteri sedikit membesar,
intra kavum tampak massa hipo-hiperekhoik ukuran 4x3cm sesuai dengan gambaran sisa
konsepsi.
Etiologi abortus
Pada pasien ini bisa disingkirkan adanya etiologi ovofetal karena usia kehamilan pasien
sudah 14 minggu. Kemungkinan dari etiologi maternal, sebagian besar abortus spontan, termasuk
abortus inkompletus disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Pada pasien ini bisa disingkirkan
adanya kelainan uterus karena pada kehamilan sebelumnya normal, tidak ada penyakit hormonal,
tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak adanya pengaruh lingkungan seperti merokok.
Penatalaksanaan Abortus inkomplit
- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya
syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan
berhenti bila sisa belum dikeluarkan
iii. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol
400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.
iv. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuretase
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam
Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan:
- Observasi TV, perdarahan
- Observasi Tanda-tanda IIU
Th/evakuasi pendarahan
- Rencana kuretase
28
BAB IV
KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Makin
tua umur, abortus makin sering terjadi. Etiologi abortus bermacam-macam, antara lain
faktor ovofetal , Faktor maternal : genetic, kelainan uterus, infeksi, Faktor hematologic,
Faktor hormonal, Faktor autoimun, Faktor lingkungan.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan, Abortus Spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan terbagi atas : Abortus Imminens, Abortus Incipien, Abortus Kompletus,
Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksious. Abortus Provakatus terbagi
lagi menjadi : Abortus Medisinalis, Abortus Kriminalis. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain: Laboratorium, Ultrasonografi. Komplikasi yang berbahaya
pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Prognosis keberhasilan
kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan sebelumnya..
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi
21. Jakarta: EGC, 2005.
2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan.
Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998;
hlm 209-45
3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro
H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi
Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009; hlm459-91.
4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984; hlm 7-17, 38-
42.
5. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,
Wardhani WI, Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid
pertama, Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
6. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius; 2007.
30